Post on 22-Oct-2021
1
Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Dalam Kerangka Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Orang Pribadi
ESKA S. SIMANULLANG Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok
eskasimanullang@gmail.com
Abstrak. Pelaporan SPT selama ini menimbulkan banyak permasalahan khususnya bagi wajib pajak orang pribadi yang telah berkeluarga (menikah) karena status pernikahan akan menentukan di dalam pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP). Sesuai dengan perubahan format yang baru melalui dikeluarkannya Peraturan Direkur Jenderal Pajak PER-19/PJ/2014 yang mewajibkan pengisian status kewajiban perpajakan bagi wajib pajak orang pribadi khusunya yang telah menikah maka hal tersbut akan menimbulkan implikasi perpajakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikasi perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi literature dan wawancara mendalam. Implikasi yang timbul adalah kurang bayar maupun lebih bayar dalam pelaporan SPT PPh OP.
Kata kunci : Administrasi Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Subjek Pajak, Surat Pemberitahuan (SPT), Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP). Pajak Penghasilan (PPh
Abstract. Reporting SPT, has brought many problems, especially for individual taxpayers who have a family (married) because of marital status will determine in reporting personal income tax (SPT individual income tax). In accordance with the new format changes through the enactment of the DGT (Directorate General of Taxation) Regulation PER-19/PJ/2014 which requires the charging status of tax obligations for an individual taxpayer who has been married especially then it will lead to some tax implications. This study aims to analyze the implications of changes in the tax return for individual tax payers. This study used a qualitative approach. Data collection techniques done with literature studies and in-depth interviews. The implication that arises is underpayment or overpayment of the reporting individual income tax returns.
Keywords : Tax Administration, Tax Collection System, Tax Return, Individual Tax Payers, Income Tax
PENDAHULUAN
Pajak Penghasilan yang menyumbang
hampir 50% terhadap total penerimaan
negara dari sektor pajak memiliki peran yang
dominan terhadap realisasi penerimaan
pajak. Dalam tabel tersebut dijelaskan juga,
apabila dilihat secara lebih rinci lagi di
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
dalam realisasi penerimaan Pajak
Penghasilan (PPh) di tahun 2014, terlihat
jelas bahwa faktanya jenis PPh Pasal 25/29
Badan lebih dominan dibanding penerimaan
lain, yaitu menyumbang sebesar 32,48% dari
total penerimaan PPh. Sedangkan jenis pajak
PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi menunjukkan
kontribusi hanya sebesar 1,07% dari total
penerimaan PPh.Proporsi kontribusi yang
demikian menjelaskan bahwa penerimaan
negara dari sektor pajak untuk jenis Pajak
Penghasilan Indonesia sangat bergantung
terhadap Wajib Pajak Badan. Sedangkan
apabila diperbandingkan dengan
penerimanan Pajak Penghasilan negara-
negara maju menunjukkan bahwa
persentase Wajib Pajak Orang Pribadi lebih
tinggi menyumbang terhadap penerimaan
negara bila dibandingkan dengan Wajib
Pajak Badan.
Hal tersebut tidak sejalan dengan
fakta bahwa pada tahun 2012 jumlah
penduduk di Indonesia masuk dalam urutan
terbesar ke-empat di dunia (“Top Ten
Countries With The Highest Population”,
2012). China berada di posisi pertama
dengan populasi terbanyak dengan jumlah
populasi mencapai 1,355 miliar. India berada
di posisi kedua dengan jumlah penduduk
mencapai 1,236 miliar. AS masih berada di
posisi 3 dengan populasi penduduk
mencapai 318,892 juta. Sedangkan Indonesia
berada di peringkat ke-4 dengan jumlah
penduduk mencapai 253,60 juta jiwa, disusul
Brazil yang mencapai populasi 202,65 juta
jiwa.(Herdadu Purnomo, 2014, par. 1-3)
Fakta bahwa Indonesia memiliki
jumlah penduduk salah satu yang terbesar di
dunia. Hal ini menunjukkan bahwa
penduduk Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar pula sebagai Wajib Pajak Orang
Pribadi.Dengan potensi Wajib Pajak
Indonesia yang besar tersebut maka Wajib
Pajak Orang Pribadi diharapkanakan dapat
menyumbang terhadap pertumbuhan
penerimaan pajak di Indonesia. Penerimaan
dari Wajib Pajak Orang Pribadi yang tinggi
akan berdampak terhadappeningkatan tax
ratio.
Selama ini rendahnya tax ratio
diIndonesia diakibatkan masih rendahnya
kepatuhan pajak dari para Wajib Pajak baik
Wajib Pajak Pribadi maupun Wajib Pribadi
Badan. (“OECD: Revenue Statistic Tax to
GDP, par. 1)Masalah kepatuhan pajak di
setiap negara berbeda-beda. Umumnya di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat
kepatuhan pajaknya sudah tinggi, yang ada
adalah masalah tindakan manipulasi pajak
(tax evasion). Sedangkan di negara-negara
berkembang seperti Indonesia masalah
kepatuhan pajak yang rendah dan tindakan
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
manipulasi pajak yang cukup tinggi,
sehingga pendapatan negara dari sektor
pajak belum dioptimalkan secara maksimal.
Tingkat kepatuhan Wajib Pajak di
Indonesia yang masih rendah menunjukkan
bahwa belum optimalnya penerimaan negara
dari sektor pajak khususnya Pajak
Penghasilan Oang Pribadi. Pada tahun 2013
Fuad Rahmany (Direktur Jenderal Pajak
pada saat itu) menjelaskan, “Pemerintah
khususnya Ditjen Pajak harus selalu
berupaya secara serius guna memastikan
pemungutan pajak dilakukan dengan
optimal, utamanya adalah pada pada PPh
Orang Pribadi. (Azharuddin, 2013, 10).
Secara umum untuk menambah
penerimaan negara dari sektor pajak dapat
dicapai melalui cara ekstensifikasi dan
intensifikasi. Ekstensifikasi pajak merupakan
cara peningkatan pendapatan negara dengan
memfokuskan pada kegiatan perluasan basis
pajak. Usaha ekstensifikasi pajak dicapai
melalui menaikkan tarif pajak dan
penggalian lebih banyak lagi potensi pajak
yang selama ini sudah tersedia.Intensifikasi
pajak merupakan cara meningkatkan
pendapatan negara dengan memfokuskan
pada kegiatan optimalisasi penerimaan pajak
terhadap objek serta subjek pajak yang telah
tercatat dalam administrasi Direktorat
Jenderal Pajak (DJP).
Kegiatan intensifikasi pajak dalam hal
ini akan difokuskan terhadap objek
penghasilan dari Wajib Pajak Orang Pribadi
sebagai subjek pajak yang jumlahnya sangat
potensial. Sistem pemungutan pajak untuk
jenis pajak penghasilan dari Wajib Pajak
Orang Pribadi menganut Self Assessment
Systemdimana Wajib Pajak Orang Pribadi
akan diberi kepercayaan untuk memenuhi
dan melaksanakan sendiri kewajiban dan
hak perpajakannya akan menimbulkan
inisiatif dan keaktifan dari Wajib Pajak
Orang Pribadi sendiri. Inisiatif dan keaktifan
Wajib Pajak tersebut akan berpengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Kepatuhan
Wajib Pajak yang tinggi akan berkorelasi
positif terhadap penerimaan pajak.
Salah satu kewajiban yang harus
dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi di
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
yaitu dengan cara penyampaian Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi (SPT PPh OP).Surat Pemberitahuan
adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan pembayaran pajak yang terutang
menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. (Soemitro, 1998, 67)
Bentuk format pelaporan dari SPT
PPh OP sebelumnya telah diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
34/PJ/2010 Tentang Bentuk Formulir SPT
Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk
Pengisiannya. Namun seiring dengan masih
rendahnya kepatuhan Wajib Pajak
khususnya Orang Pribadi dan masih banyak
Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum
menjalankan kewajiban perpajakannya
dalam mengisi SPT dengan benar maka
format SPT tersebut telah diubah dengan
dikeluarkannya Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-19/PJ/2014.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-19/PJ/2014 tertanggal 3 Juli
2014 yang mengatur tentang bentuk Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan dan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi beserta petunjuk
pengisiannya, bagi Orang Pribadi terdapat
tiga jenis SPT yang berbeda. Jenis SPT yang
pertama dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1) Per
DJP No. PER-19/PJ/2014, yakni bentuk
formulir SPT bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi menggunakan Formulir 1770 yang
penghasilannya berasal dari usaha/pekerjaan
bebas; penghasilannya dari satu atau lebih
pemberi kerja; penghasilannya yang
dikenakan Pajak Penghasilan Final dan/atau
bersifat final; dan/atau penghasilannya
dalam negeri lainnya/luar negeri.
SPT jenis yang kedua dijelaskan pada
Pasal 2 ayat (1) Per DJP No. PER-
19/PJ/2014, yakni bentuk formulir SPT bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi Sederhana
menggunakan Formulir 1770S yang
penghasilannya yang penghasilannya berasal
dari satu atau lebih pemberi kerja;
penghasilannya berasal dari dalam negeri
lainnya; dan/atau penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan Final dan/atau
bersifat final.Sedangkan jenis SPT yang
ketiga dijelaskan pada Pasal 3 Per DJP No.
PER-19/PJ/2014 SPT bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi Sangat Sederhana
menggunakan Formulir 1770SS
diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi yang mempunyai penghasilan selain
dari usaha dan/atau pekerjaan bebas dengan
jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp
60.000.000,- (enam puluh juta rupiah)
setahun.
Perubahan format SPT tersebut
tentunya akan memberikan implikasi bagi
wajib pajak khususnya orang pribadi di
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Dengan perubahan format SPT tersebut
maka semua jenisformat SPT PPh OP,
1770, 1770 S maupun 1770 SS telah
berubah. Perubahan paling signifikan
terhadap kewajiban perpajakan Wajib Pajak
Orang Pribadi di dalam pelaporan SPT
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
tersebut terdapat penambahan status identitas
dari wajib pajak. Perubahan ini akan
berpengaruh terhadap wajib pajak orang
pribadi khususnya yang sudah menikah.
Terdapat lampiran yang baru dengan format
yg ditentukan untuk penghitungan PPh
terutang suami istri yang
mempertanggungjawabkan pajaknya
masing-masing.
Berdasarkan pemaparan di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai implikasi perubahan SPT PPh OP
yang baru sesuai dengan dikeluarkannya
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor-
19/PJ/2014 Tentang Perubahan Ke Dua Atas
PER-34/PJ/2010 Tentang Bentuk Formulir
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang
Pribadi dan Wajib Pajak Badan dan
bagaimana konsep subjek pajak untuk jenis
pajak penghasilan orang pribadi yang
menempatkan keluarga sebagai satu entitas
yang berlaku di Indonesia diperbandingkan
dengan yang berlaku di negara lain?
(Perbandingan dengan negara Amerika
Serikat dan Jerman)
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut
Irawan, pengertian pendekatan kualitatif
adalah (Irawan, 2006, h.4-5):
• verstehen (pemahaman
mendalam/understanding) karena
mempertanyakan makna suatu objek
secara mendalam dan tuntas.
• participant observation karena peneliti
itu sendiri yang harus menjadi
instrument utama dalam pengumpulan
data dengan caramengobservasi
langsung objek yang ditelitinya.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami
fenomena sosial yang ada sehingga
menggunakan pendekatan kualitatif
merupakan hal yang relevan.
Dalam hal ini, teknik pengumpulan
data penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data kualitatif. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan studi
lapangan dan studi literatur. Dalam studi
lapangan, peneliti melakukan wawancara
mendalam. Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara mengadakan
dialog, tanya jawab antara peneliti dan
responden secara sungguh-sungguh (Danial
dan Nanan Warsiah, 2009).
Penelitian sebagai kegiatan ilmiah
tentunya memerlukan dukungan ilmiah.
Dukungan keilmuan tersebut dapat berupa
sumber pustaka yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, yang
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
dirujuk dari sumber primer, sumber sekunder
dan tersier.
. Setelah data dikumpulkan, data
tersebut akan masuk dalam tahap model
data, untuk memilah-milah data yang sesuai
dengan tema penelitian karena tidak semua
data yang ditemukan di lapangan memiliki
keterkaitan dengan penelitian. Setelah data
tersebut telah dibuat klasifikasinya masing-
masing maka akan dihubungkan makna dan
tujuannya terhadap masalah penelitian.
Kemudian data disajikan dalam bentuk
penjelasan dari hasil wawancara maupun
kutipan langsung serta mengaitkannya
terhadap teori-teori yang digunakan dalam
penelitian. Dari semua data tersebut akan
ditemukan temuan-temuan umum sehingga
akan dapat ditarik kesimpulan dari
penelitian.
PEMBAHASAN
Konsep Subjek Pajak Di Indonesia Dan
Perbandingan Terhadap Negara Lain
Pada dasarnya kebijakan pajak di
dalam suatu negara akan sangat berbeda-
beda tergantung dari kondisi-kondisi yang
ada dalam negara tersebut baik secara
sejarah, kebudayaan, geografis, sosial-
politik, ideologi, dan lain-lain. Kondisi-
kondisi tersebut menjadi hal yang sangat
lazim di dalam penentuan kebijakan-
kebijakan yang akan diambil di negara
tersebut, tidak terkecuali mengenai
kebijakan perpajakannya.
Di Indonesia sendiri dalam UU PPh
Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa subjek
pajak meliputi orang pribadi, warisan, badan
, dan bentuk usaha tetap. Bila dikaitkan
dengan konsep tersebut keluarga sendiri
tidak jelas masuk ke dalam kategori subjek
pajak tersebut. Mansury (1996, 33-34)
menjelaskan bahwa subjek pajak itu sebagai
“persons” atau orang-orang dimana
perlakuan pajak atas wajib pajak orang
pribadi bersifat personal = pribadi, yaitu
diperhatikan beban pribadi untuk
menanggung kehidupan dari anggota
keluarga yang menjadi tanggungannya, yaitu
dengan memberikan PTKP (Penghasilan
Tidak Kena Pajak). Dengan mengacu bahwa
keluarga dianggap sebagai satu kesatuan
ekonomis, maka konsep subjek pajak
tersebut terbatas terhadap kategori orang
pribadi sehingga keluarga akan otomatis
menjadi subjek pajak.
Namun meskipun kelurga menjadi satu
kesatuan entitas pemerintah dalam hal ini
DJP juga memberikan alternatif apabila
dalam satu kelurga yang memiliki sumber
penghasilan tidak hanya satu orang baik dari
suami maupun istri untuk
mempertanggungjawabkan kewajiban
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
perpajakannya secara sendiri-sendiri
meskipun dengan berbagai ketentuan.
Secara konsep literatur sebenarnya bahwa
subjek pajak berkaitan dengan konsep
“person” atau orang pribadi akan tetapi
konsep tersebut tidak tepisahkan dari satu
kesatuan ekonomis dari personal tersebut.
konsep subjek pajak di Indonesia secara jelas
menerapkan bahwa satu kelurga menjadi
satu kesatuan entitas di dalam mewajibkan
perpajakannya atas penghasilan dari suami,
istri, maupun anak dengan tetap memberikan
pilihan bagi wajib pajak untuk mengambil
alternative lain. Konsep subjek pajak secara
internasional yang menerapkan subjek pajak
dalam bentuk “person” juga telah
diakomodir di dalam ketentuan peraturan
perpajakan di Indonesia.
Sebagai perbandingan konsep subjek
pajak yang telah diterapkan di Indonesia
sebenarnya mengadopsi konsep yang telah
digunakan di negara-negara maju. Konsep
subjek pajak tersebut sudah sesuai dengan
yang diterapkan di negara-negara lain,
meskipun ada dalam prakteknya ada negara
lain menerapkan yang cenderung berbeda
dengan mempertegas bahwa konsep subjek
pajak dikenakan terhadap individu atau
personal wajib pajak. Pengenaan pajak
personal tetap memberikan alternatif pilihan
lain bagi seorang wajib pajak khusunya yang
telah memiliki pasangan (keluarga) untuk
tetap menjalankan kewajiban perpajakannya
sebagai satu entitas keluarga.
Sebagai perbandingan konsep subjek
pajak yang telah diterapkan di Indonesia
sebenarnya mengadopsi konsep yang telah
digunakan di negara-negara maju. Konsep
subjek pajak tersebut sudah sesuai dengan
yang diterapkan di negara-negara lain,
meskipun ada dalam prakteknya ada negara
lain menerapkan yang cenderung berbeda
dengan mempertegas bahwa konsep subjek
pajak dikenakan terhadap individu atau
personal wajib pajak. Untuk menjelaskan
secara singkat berikut ini negara yang
menjadi perbandingan di dalam menjelaskan
konsep subjek pajak di Indoensia.
1. Amerika Serikat
Negara Amerika Serikat dapat dikatakan
sebagai salah satu negara maju dimana
sistem perpajakannya sudah berjalan baik
dan menjadi acuan dari banyak negara untuk
mengikuti hal tersebut. Sistem perpajakan
yang telah terintegrasi memungkinkan
negara dalam hal ini pemerintah AS untuk
dapat memaksimalkan penerimaan negara
dari sektor pajak dan menjadi issue yang
sensitif di dalam perpolitikan negara
tersebut. Pengenaan Pajak Penghasilan
terhadap orang pribadi sebgai subjek pajak
penghasilan khususnya orang pribadi yang
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
telah menikah diberikan dua opsi yakni
pasangan suami-istri dapat memilih untuk
mempertanggungjawabkan kewajiban
perpajakannya sendiri-sendiri secara terpisah
dan dapat memilih untuk digabung.
2. Jerman
Jerman sebagai salah satu negara maju di
belahan benua eropa lebih tepatnya eropa
barat yang terkenal dengan tingkat
kemajuannnya yang tinggi memiliki sistem
perpajakan yang sangat baik dimana tingkat
kepatuhan pembayar pajak khususnya wajib
pajak orang pribadi telah tinggi. Pengenaan
pajak penghasilan terhadap orang pribadi
yang telah memiliki pasangan atau menikah
sebagai subjek pajak dikenakan secara
bersama. Namun demikian pemerintah
Jerman juga memberikan opsi pilihan
apabila pasangan suami-istri memilih untuk
menjalankan kewajiban perpajakannya
secara terpisah.
Implikasi Perubahan Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan Dalam
Kerangka Pemenuhan Kewajiban
PerpajakanOrangPribadi
Membahas tentang perlakuan pajak
penghasilan maka tidak akan lepas dari apa
yang telah diatur dalam Undang Undang
Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008
pasal 4 tentang objek pajak penghasilan.
Perlakuan Pajak Penghasilan (PPh) atas
penghasilan keluarga menjadi hal yang
sangat penting di dalam menggali potensi
Wajib Pajak Orang Pribadi yang sangat
potensial. Hal ini dapat dilihat karena
perlakuan PPh atas penghasilan dari kelurga
memiliki aspek seperti
penggabungan/pemisahan penghasilan dari
suami, istri, atau anak yang belum dewasa,
perhitungan kerugian usaha istri,
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan
perhitungan kredit pajak. Perlakuan PPh atas
penghasilan keluarga ini menjadi sangat
penting, hal ini terjadi karena diharuskannya
mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), dengan konsekuensi apabila telah
memiliki NPWP harus menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT ) Tahunan PPh.
Konsekuensi dari kepemilikan NPWP secara
sendiri-sendiri terhadap kewajiban
perpajakan satu keluarga sebenarnya
ketidaktahuan dari para wajib pajak.
Dalam prakteknya masih banyak wajib
pajak orang pribadi khususnya yang telah
berkelurga tidak menjalankan ketentuan
yang ada dalam UU PPh Pasal 8 teresbut.
Pelaporan pajak penghasilan antara suami-
istri dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya,
padahal dengan pelaporan pajak secara
sendiri-sendiri sebenarnya akan berpengaruh
terhadap perhitungan perpajakannya. Status
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
wajib pajak tersebut akan diperjelas dalam
perubahan SPT PPh OP ini sesuai dengan
PER-19/PJ/2014 ini sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada dalam UU
PPh Pasal 8 tersebut, yakni ada 4 kategori
status kewajiban perpajakan bagi yang telah
berkelurga yakni pelaporan pajak
sepenuhnya menjadi tanggung jawab suami
sebagai kepala keluarga (KK), suami-istri
dengan telah berpisah berdasarkan putusan
hakim (HB: Hidup Berpisah), dikehendaki
secara tertulis oleh suami-istri berdarkan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
(PH: Pisah Harta), dan dikehendaki oleh istri
yang memilih untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya sendiri (MT:
Memilih Terpisah).
Penggabungan kerugian istri akan
membuat terjadinya kelebihan pembayaran
kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh
suami yang hanya meperoleh penghasilan
dari pekerjaan yang telah dipotong PPh oleh
pemberi kerja. Perlakuan perpajakan
terhadap penghasilan suami-istri merupakan
konsekuensi dari kepemilikan NPWP. Hal
tersebut mempunyai dampak tersendiri bagi
kewajiban perpajakan dari seorang wajib
pajak. Satu keluarga dimana suami dan istri
memiliki NPWP sendiri diwajibkan
melaporkan kewajiban perpajakan secara
sendiri-sendiri.
Dalam melakukan hak dan kewajiban
perpajakannya seorang istri dapat
melakukannya secara sendiri. Dalam pasal 8
ayat (2) UU PPh disebutkan ada 3 (tiga)
kategori atas penghasilan suami-istri yang
dikenakan pajak secara terpisah.
Pertama, adalah suami-istri telah hidup
berpisah berdasarkan putusan hakim (HB :
Hidup Berpisah). Pada kategori ini secara
jelas bahwa prinsip keluarga sebagai satu
kesatuan ekonomis sudah tidak berlaku lagi.
Dengan demikian, baik suami maupun istri
akan melaksanakan kewajiban
perpajakannya dengan sendiri-sendiri,
termasuk menghitung PPh terutang dan
melaporkan SPT-nya. Kedua, dikehendaki
secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
(PH: Pisah Harta). Ketiga, dikehendaki oleh
istri yang memilih untuk menjalankan
kewajiban perpajakannya secara sendiri (MT
: Memilih Terpisah)
Dengan ketentuan yang ada, merujuk
pada ketentuan tersebut implikasi
perpajakannya kategori kedua dan tiga
mempunyai perhitungan PPh terutang yang
akan sama, sehingga pelaporan dalam SPT-
nya akan sesuai dengan perhitungan PPh
tersebut. Dari ketentuan Pasal 8 ayat (3) UU
PPh, dapat diketahui bahwa penghitungan
pajak pada kategori dua dan tiga didasarkan
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
pada penggabungan penghasilan neto suami-
istri dan besarnya pajak yang harus dilunasi
oleh masing-masing istri dihitung sesuai
dengan perbandingan penghasilan neto
suami dan istri. Penghitungan pajaknya
dilakukan berdasarkan penjumlahan
penghasilan suami-istri dan masing-masing
akan memikul beban pajaknya sebanding
dengan besarnya penghasilan neto secara
masing-masing.
Status kewajiban perpajakan antara
suatu keluarga yang diatur dalam format
SPT PPh OP memiliki dampak tersendiri.
Suatu keluarga dimana suami dan istri
memiliki pekerjaan masing-masing maka
dengan pelaporan format SPT PPh OP yang
baru ini biasnya akan berdampak kurang
bayar terhadap kewajiban perpajakannya
karena perhitungannya berdasarkan
proporsionalitas dari penghasilan suami dan
istri.
Kondisi pelaporan pajak yang
mewajibkan seorang istri untuk melaporkan
pajak secara sendiri karena kepemilikan
NPWP yang berbeda yang memungkinkan
terjadinya kurang bayar dalam pelaporan
pajaknya maka hal ini dapat dicegah dengan
cara penghapusan NPWP istri agar status
wajib pajak Memilih Terpisah (MT) karena
ketidaktahuan atau bersifat terpaksa dapat
dihindari.
SIMPULAN
Konsep subjek pajak di Indonesia yang
menempatkan satu keluarga sebagai satu
entitas sudah mengikuti konsep yang ada di
berbagai negara seperti Amerika Serikat dan
Jerman dengan memberikan opsi bagi suatu
kelurga dapat menjalankan kewajiban
perpajakannnya secara sendiri-sendiri.
Perubahan format SPT PPh OP akan
berimplikasi terhadap besaran pajak yang
dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi
khususnya bagi wajib pajak yang telah
berkeluarga atau menikah karena perubahan
status wajib pajak. Implikasi dari perubahan
status tersebut ada dua yakni:
a. Kondisi lebih bayar dalam pengisian
SPT PPh OP dapat terjadi apabila
dalam satu keluarga dimana suami-
istri memiliki pekerjaan dan NPWP
yang berbeda dengan kondisi salah
satunya (suami atau istri) mengalami
kerugian sehingga dengan
penghitungan perpajakannya yang
harus digabung dan diproporsinalkan
terlebih dahulu. Proporsionalitas atas
penggabungan kondisi yang
demikian akan mengakibatkan lebih
bayar pada SPT PPh OP.
b. Kondisi kurang bayar terjadi apabila
suami-istri memiliki penghasilan dan
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
NPWP masing-masing. Kepemilikan
NPWP yang berbeda secara terpaksa
status perpajakan seorang istri
menjadi memilih terpisah (MT).
Dengan adanya penggabungan dan
penghitungan penghasilan secara
proporsional maka kondisi tersebut
akan mengakibatkan kurang bayar
pada masing-masing SPT PPh OP
baik suami ataupun istri.
DAFTAR REFERENSI
Buku
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu..
Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu.
Jakarta: Kencana, 2006
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif:
Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers,
2012.
Gunadi, Ketentuan Dasar Pajak
Penghasilan, Jakarta : Salemba
Empat, 2002
Irawan, Soehartono.Metode Penelitian
Sosial. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina M.
Metode Penelitian Kuantitatif: Teori
dan Aplikasi . Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2005
Rosdiana, Haula dan Rasin Tarigan.
Perpajakan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005
Soemitro, Rochmat. Asas Dan Dasar
Perpajakan 1. Bandung: PT Refika
Aditama, 1998
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta, 2008
Jurnal
Ary Rahmadi. 2011. Pengaturan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Pasal 21 (SPT 1721).
Program Sarjana Ilmu Administrasi
Fiskal. Depok: FISIP UI
Global Tax Series. Global Individual Tax
Handbook 2011. Amsterdam, IFBD,
2011.
Publikasi Elektronik
Badan Pusat Statistik, Realisasi Penerimaan
Negara (Milyar Rupiah), 2007-2014,
diunduh tanggal 03 Februari.
<http://www.bps.go.id/tab_sub/vie
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
w.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek
=13>
Herdadu Purnomo, Negara dengan
Penduduk Terbanyak di Dunia, RI
masuk 4 Besar, diunduh tanggal 21
Februari 2015.
<http://finance.detik.com/read/2014/
03/06/134053/2517461/4/negara-
dengan-penduduk-terbanyak-di-
dunia-ri-masuk-4-besar>
Internet World Stats, Top Ten Countries
With The Highest Population, 2012
diunduh tanggal 21 Februari 2015.
<http://www.internetworldstats.com/
stats8.htm>.
Manurung, Surya. “Kompleksitas Kepatuhan
Pajak”, 02 Februari
2015.<http://www.pajak.go.id/conten
t/article/kompleksitas-kepatuhan-
pajak>
Wahyu Daniel, Kontribusi PPh Pribadi
Cuma 22,9%. 29 Januari 2009, Detik
Finance, diunduh tanggal 21 Februari
2015
<http://finance.detik.com/read/2009/
01/29/162002/1076342/4/kontribusi-
pph-pribadi-cuma-229>.
Majalah/Laporan Lembaga/Artikel
Indonesia Tax Review, Volume I/Edisi
14.2008, Jakarta
Indonesia Tax Review, Volume IV/Edisi
3.2011, Jakarta
Indonesia Tax Review, Volume IV/Edisi
10.2011, Jakarta
Sulistyo, Budi. Pajak Finansial : Praktik di
Beberapa Negara dan Potensi
Penerapan di Indonesia. Pegawai
Sekretariat Jenderal Kementrian
Keuangan.
Peraturan-Peraturan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-19/PJ/2014 Tentang Bentuk
Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta
Petunjuk Pengisiannya
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-26/PJ/2012 Tentang Tata Cara
Penerimaan Dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015
14
Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015