Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

13
1 Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Dalam Kerangka Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Orang Pribadi ESKA S. SIMANULLANG Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok [email protected] Abstrak. Pelaporan SPT selama ini menimbulkan banyak permasalahan khususnya bagi wajib pajak orang pribadi yang telah berkeluarga (menikah) karena status pernikahan akan menentukan di dalam pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP). Sesuai dengan perubahan format yang baru melalui dikeluarkannya Peraturan Direkur Jenderal Pajak PER-19/PJ/2014 yang mewajibkan pengisian status kewajiban perpajakan bagi wajib pajak orang pribadi khusunya yang telah menikah maka hal tersbut akan menimbulkan implikasi perpajakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikasi perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi literature dan wawancara mendalam. Implikasi yang timbul adalah kurang bayar maupun lebih bayar dalam pelaporan SPT PPh OP. Kata kunci : Administrasi Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Subjek Pajak, Surat Pemberitahuan (SPT), Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP). Pajak Penghasilan (PPh Abstract. Reporting SPT, has brought many problems, especially for individual taxpayers who have a family (married) because of marital status will determine in reporting personal income tax (SPT individual income tax). In accordance with the new format changes through the enactment of the DGT (Directorate General of Taxation) Regulation PER-19/PJ/2014 which requires the charging status of tax obligations for an individual taxpayer who has been married especially then it will lead to some tax implications. This study aims to analyze the implications of changes in the tax return for individual tax payers. This study used a qualitative approach. Data collection techniques done with literature studies and in-depth interviews. The implication that arises is underpayment or overpayment of the reporting individual income tax returns. Keywords : Tax Administration, Tax Collection System, Tax Return, Individual Tax Payers, Income Tax PENDAHULUAN Pajak Penghasilan yang menyumbang hampir 50% terhadap total penerimaan negara dari sektor pajak memiliki peran yang dominan terhadap realisasi penerimaan pajak. Dalam tabel tersebut dijelaskan juga, apabila dilihat secara lebih rinci lagi di Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Transcript of Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

Page 1: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

1

Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Dalam Kerangka Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Orang Pribadi

ESKA S. SIMANULLANG Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok

[email protected]

Abstrak. Pelaporan SPT selama ini menimbulkan banyak permasalahan khususnya bagi wajib pajak orang pribadi yang telah berkeluarga (menikah) karena status pernikahan akan menentukan di dalam pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP). Sesuai dengan perubahan format yang baru melalui dikeluarkannya Peraturan Direkur Jenderal Pajak PER-19/PJ/2014 yang mewajibkan pengisian status kewajiban perpajakan bagi wajib pajak orang pribadi khusunya yang telah menikah maka hal tersbut akan menimbulkan implikasi perpajakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikasi perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi literature dan wawancara mendalam. Implikasi yang timbul adalah kurang bayar maupun lebih bayar dalam pelaporan SPT PPh OP.

Kata kunci : Administrasi Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Subjek Pajak, Surat Pemberitahuan (SPT), Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP). Pajak Penghasilan (PPh

Abstract. Reporting SPT, has brought many problems, especially for individual taxpayers who have a family (married) because of marital status will determine in reporting personal income tax (SPT individual income tax). In accordance with the new format changes through the enactment of the DGT (Directorate General of Taxation) Regulation PER-19/PJ/2014 which requires the charging status of tax obligations for an individual taxpayer who has been married especially then it will lead to some tax implications. This study aims to analyze the implications of changes in the tax return for individual tax payers. This study used a qualitative approach. Data collection techniques done with literature studies and in-depth interviews. The implication that arises is underpayment or overpayment of the reporting individual income tax returns.

Keywords : Tax Administration, Tax Collection System, Tax Return, Individual Tax Payers, Income Tax

PENDAHULUAN

Pajak Penghasilan yang menyumbang

hampir 50% terhadap total penerimaan

negara dari sektor pajak memiliki peran yang

dominan terhadap realisasi penerimaan

pajak. Dalam tabel tersebut dijelaskan juga,

apabila dilihat secara lebih rinci lagi di

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 2: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

dalam realisasi penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) di tahun 2014, terlihat

jelas bahwa faktanya jenis PPh Pasal 25/29

Badan lebih dominan dibanding penerimaan

lain, yaitu menyumbang sebesar 32,48% dari

total penerimaan PPh. Sedangkan jenis pajak

PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi menunjukkan

kontribusi hanya sebesar 1,07% dari total

penerimaan PPh.Proporsi kontribusi yang

demikian menjelaskan bahwa penerimaan

negara dari sektor pajak untuk jenis Pajak

Penghasilan Indonesia sangat bergantung

terhadap Wajib Pajak Badan. Sedangkan

apabila diperbandingkan dengan

penerimanan Pajak Penghasilan negara-

negara maju menunjukkan bahwa

persentase Wajib Pajak Orang Pribadi lebih

tinggi menyumbang terhadap penerimaan

negara bila dibandingkan dengan Wajib

Pajak Badan.

Hal tersebut tidak sejalan dengan

fakta bahwa pada tahun 2012 jumlah

penduduk di Indonesia masuk dalam urutan

terbesar ke-empat di dunia (“Top Ten

Countries With The Highest Population”,

2012). China berada di posisi pertama

dengan populasi terbanyak dengan jumlah

populasi mencapai 1,355 miliar. India berada

di posisi kedua dengan jumlah penduduk

mencapai 1,236 miliar. AS masih berada di

posisi 3 dengan populasi penduduk

mencapai 318,892 juta. Sedangkan Indonesia

berada di peringkat ke-4 dengan jumlah

penduduk mencapai 253,60 juta jiwa, disusul

Brazil yang mencapai populasi 202,65 juta

jiwa.(Herdadu Purnomo, 2014, par. 1-3)

Fakta bahwa Indonesia memiliki

jumlah penduduk salah satu yang terbesar di

dunia. Hal ini menunjukkan bahwa

penduduk Indonesia memiliki potensi yang

sangat besar pula sebagai Wajib Pajak Orang

Pribadi.Dengan potensi Wajib Pajak

Indonesia yang besar tersebut maka Wajib

Pajak Orang Pribadi diharapkanakan dapat

menyumbang terhadap pertumbuhan

penerimaan pajak di Indonesia. Penerimaan

dari Wajib Pajak Orang Pribadi yang tinggi

akan berdampak terhadappeningkatan tax

ratio.

Selama ini rendahnya tax ratio

diIndonesia diakibatkan masih rendahnya

kepatuhan pajak dari para Wajib Pajak baik

Wajib Pajak Pribadi maupun Wajib Pribadi

Badan. (“OECD: Revenue Statistic Tax to

GDP, par. 1)Masalah kepatuhan pajak di

setiap negara berbeda-beda. Umumnya di

negara-negara maju seperti Amerika Serikat

kepatuhan pajaknya sudah tinggi, yang ada

adalah masalah tindakan manipulasi pajak

(tax evasion). Sedangkan di negara-negara

berkembang seperti Indonesia masalah

kepatuhan pajak yang rendah dan tindakan

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 3: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

manipulasi pajak yang cukup tinggi,

sehingga pendapatan negara dari sektor

pajak belum dioptimalkan secara maksimal.

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak di

Indonesia yang masih rendah menunjukkan

bahwa belum optimalnya penerimaan negara

dari sektor pajak khususnya Pajak

Penghasilan Oang Pribadi. Pada tahun 2013

Fuad Rahmany (Direktur Jenderal Pajak

pada saat itu) menjelaskan, “Pemerintah

khususnya Ditjen Pajak harus selalu

berupaya secara serius guna memastikan

pemungutan pajak dilakukan dengan

optimal, utamanya adalah pada pada PPh

Orang Pribadi. (Azharuddin, 2013, 10).

Secara umum untuk menambah

penerimaan negara dari sektor pajak dapat

dicapai melalui cara ekstensifikasi dan

intensifikasi. Ekstensifikasi pajak merupakan

cara peningkatan pendapatan negara dengan

memfokuskan pada kegiatan perluasan basis

pajak. Usaha ekstensifikasi pajak dicapai

melalui menaikkan tarif pajak dan

penggalian lebih banyak lagi potensi pajak

yang selama ini sudah tersedia.Intensifikasi

pajak merupakan cara meningkatkan

pendapatan negara dengan memfokuskan

pada kegiatan optimalisasi penerimaan pajak

terhadap objek serta subjek pajak yang telah

tercatat dalam administrasi Direktorat

Jenderal Pajak (DJP).

Kegiatan intensifikasi pajak dalam hal

ini akan difokuskan terhadap objek

penghasilan dari Wajib Pajak Orang Pribadi

sebagai subjek pajak yang jumlahnya sangat

potensial. Sistem pemungutan pajak untuk

jenis pajak penghasilan dari Wajib Pajak

Orang Pribadi menganut Self Assessment

Systemdimana Wajib Pajak Orang Pribadi

akan diberi kepercayaan untuk memenuhi

dan melaksanakan sendiri kewajiban dan

hak perpajakannya akan menimbulkan

inisiatif dan keaktifan dari Wajib Pajak

Orang Pribadi sendiri. Inisiatif dan keaktifan

Wajib Pajak tersebut akan berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Kepatuhan

Wajib Pajak yang tinggi akan berkorelasi

positif terhadap penerimaan pajak.

Salah satu kewajiban yang harus

dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi di

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

yaitu dengan cara penyampaian Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang

Pribadi (SPT PPh OP).Surat Pemberitahuan

adalah surat yang oleh wajib pajak

digunakan untuk melaporkan penghitungan

dan pembayaran pajak yang terutang

menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan. (Soemitro, 1998, 67)

Bentuk format pelaporan dari SPT

PPh OP sebelumnya telah diatur dalam

Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 4: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

34/PJ/2010 Tentang Bentuk Formulir SPT

Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi dan

Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk

Pengisiannya. Namun seiring dengan masih

rendahnya kepatuhan Wajib Pajak

khususnya Orang Pribadi dan masih banyak

Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum

menjalankan kewajiban perpajakannya

dalam mengisi SPT dengan benar maka

format SPT tersebut telah diubah dengan

dikeluarkannya Peraturan Dirjen Pajak

Nomor PER-19/PJ/2014.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-19/PJ/2014 tertanggal 3 Juli

2014 yang mengatur tentang bentuk Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

Wajib Pajak Badan dan Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak

Orang Pribadi beserta petunjuk

pengisiannya, bagi Orang Pribadi terdapat

tiga jenis SPT yang berbeda. Jenis SPT yang

pertama dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1) Per

DJP No. PER-19/PJ/2014, yakni bentuk

formulir SPT bagi Wajib Pajak Orang

Pribadi menggunakan Formulir 1770 yang

penghasilannya berasal dari usaha/pekerjaan

bebas; penghasilannya dari satu atau lebih

pemberi kerja; penghasilannya yang

dikenakan Pajak Penghasilan Final dan/atau

bersifat final; dan/atau penghasilannya

dalam negeri lainnya/luar negeri.

SPT jenis yang kedua dijelaskan pada

Pasal 2 ayat (1) Per DJP No. PER-

19/PJ/2014, yakni bentuk formulir SPT bagi

Wajib Pajak Orang Pribadi Sederhana

menggunakan Formulir 1770S yang

penghasilannya yang penghasilannya berasal

dari satu atau lebih pemberi kerja;

penghasilannya berasal dari dalam negeri

lainnya; dan/atau penghasilan yang

dikenakan Pajak Penghasilan Final dan/atau

bersifat final.Sedangkan jenis SPT yang

ketiga dijelaskan pada Pasal 3 Per DJP No.

PER-19/PJ/2014 SPT bagi Wajib Pajak

Orang Pribadi Sangat Sederhana

menggunakan Formulir 1770SS

diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang

Pribadi yang mempunyai penghasilan selain

dari usaha dan/atau pekerjaan bebas dengan

jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp

60.000.000,- (enam puluh juta rupiah)

setahun.

Perubahan format SPT tersebut

tentunya akan memberikan implikasi bagi

wajib pajak khususnya orang pribadi di

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dengan perubahan format SPT tersebut

maka semua jenisformat SPT PPh OP,

1770, 1770 S maupun 1770 SS telah

berubah. Perubahan paling signifikan

terhadap kewajiban perpajakan Wajib Pajak

Orang Pribadi di dalam pelaporan SPT

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 5: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

tersebut terdapat penambahan status identitas

dari wajib pajak. Perubahan ini akan

berpengaruh terhadap wajib pajak orang

pribadi khususnya yang sudah menikah.

Terdapat lampiran yang baru dengan format

yg ditentukan untuk penghitungan PPh

terutang suami istri yang

mempertanggungjawabkan pajaknya

masing-masing.

Berdasarkan pemaparan di atas,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai implikasi perubahan SPT PPh OP

yang baru sesuai dengan dikeluarkannya

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor-

19/PJ/2014 Tentang Perubahan Ke Dua Atas

PER-34/PJ/2010 Tentang Bentuk Formulir

SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang

Pribadi dan Wajib Pajak Badan dan

bagaimana konsep subjek pajak untuk jenis

pajak penghasilan orang pribadi yang

menempatkan keluarga sebagai satu entitas

yang berlaku di Indonesia diperbandingkan

dengan yang berlaku di negara lain?

(Perbandingan dengan negara Amerika

Serikat dan Jerman)

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut

Irawan, pengertian pendekatan kualitatif

adalah (Irawan, 2006, h.4-5):

• verstehen (pemahaman

mendalam/understanding) karena

mempertanyakan makna suatu objek

secara mendalam dan tuntas.

• participant observation karena peneliti

itu sendiri yang harus menjadi

instrument utama dalam pengumpulan

data dengan caramengobservasi

langsung objek yang ditelitinya.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami

fenomena sosial yang ada sehingga

menggunakan pendekatan kualitatif

merupakan hal yang relevan.

Dalam hal ini, teknik pengumpulan

data penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data kualitatif. Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan studi

lapangan dan studi literatur. Dalam studi

lapangan, peneliti melakukan wawancara

mendalam. Wawancara merupakan teknik

pengumpulan data dengan cara mengadakan

dialog, tanya jawab antara peneliti dan

responden secara sungguh-sungguh (Danial

dan Nanan Warsiah, 2009).

Penelitian sebagai kegiatan ilmiah

tentunya memerlukan dukungan ilmiah.

Dukungan keilmuan tersebut dapat berupa

sumber pustaka yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, yang

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 6: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

dirujuk dari sumber primer, sumber sekunder

dan tersier.

. Setelah data dikumpulkan, data

tersebut akan masuk dalam tahap model

data, untuk memilah-milah data yang sesuai

dengan tema penelitian karena tidak semua

data yang ditemukan di lapangan memiliki

keterkaitan dengan penelitian. Setelah data

tersebut telah dibuat klasifikasinya masing-

masing maka akan dihubungkan makna dan

tujuannya terhadap masalah penelitian.

Kemudian data disajikan dalam bentuk

penjelasan dari hasil wawancara maupun

kutipan langsung serta mengaitkannya

terhadap teori-teori yang digunakan dalam

penelitian. Dari semua data tersebut akan

ditemukan temuan-temuan umum sehingga

akan dapat ditarik kesimpulan dari

penelitian.

PEMBAHASAN

Konsep Subjek Pajak Di Indonesia Dan

Perbandingan Terhadap Negara Lain

Pada dasarnya kebijakan pajak di

dalam suatu negara akan sangat berbeda-

beda tergantung dari kondisi-kondisi yang

ada dalam negara tersebut baik secara

sejarah, kebudayaan, geografis, sosial-

politik, ideologi, dan lain-lain. Kondisi-

kondisi tersebut menjadi hal yang sangat

lazim di dalam penentuan kebijakan-

kebijakan yang akan diambil di negara

tersebut, tidak terkecuali mengenai

kebijakan perpajakannya.

Di Indonesia sendiri dalam UU PPh

Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa subjek

pajak meliputi orang pribadi, warisan, badan

, dan bentuk usaha tetap. Bila dikaitkan

dengan konsep tersebut keluarga sendiri

tidak jelas masuk ke dalam kategori subjek

pajak tersebut. Mansury (1996, 33-34)

menjelaskan bahwa subjek pajak itu sebagai

“persons” atau orang-orang dimana

perlakuan pajak atas wajib pajak orang

pribadi bersifat personal = pribadi, yaitu

diperhatikan beban pribadi untuk

menanggung kehidupan dari anggota

keluarga yang menjadi tanggungannya, yaitu

dengan memberikan PTKP (Penghasilan

Tidak Kena Pajak). Dengan mengacu bahwa

keluarga dianggap sebagai satu kesatuan

ekonomis, maka konsep subjek pajak

tersebut terbatas terhadap kategori orang

pribadi sehingga keluarga akan otomatis

menjadi subjek pajak.

Namun meskipun kelurga menjadi satu

kesatuan entitas pemerintah dalam hal ini

DJP juga memberikan alternatif apabila

dalam satu kelurga yang memiliki sumber

penghasilan tidak hanya satu orang baik dari

suami maupun istri untuk

mempertanggungjawabkan kewajiban

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 7: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

perpajakannya secara sendiri-sendiri

meskipun dengan berbagai ketentuan.

Secara konsep literatur sebenarnya bahwa

subjek pajak berkaitan dengan konsep

“person” atau orang pribadi akan tetapi

konsep tersebut tidak tepisahkan dari satu

kesatuan ekonomis dari personal tersebut.

konsep subjek pajak di Indonesia secara jelas

menerapkan bahwa satu kelurga menjadi

satu kesatuan entitas di dalam mewajibkan

perpajakannya atas penghasilan dari suami,

istri, maupun anak dengan tetap memberikan

pilihan bagi wajib pajak untuk mengambil

alternative lain. Konsep subjek pajak secara

internasional yang menerapkan subjek pajak

dalam bentuk “person” juga telah

diakomodir di dalam ketentuan peraturan

perpajakan di Indonesia.

Sebagai perbandingan konsep subjek

pajak yang telah diterapkan di Indonesia

sebenarnya mengadopsi konsep yang telah

digunakan di negara-negara maju. Konsep

subjek pajak tersebut sudah sesuai dengan

yang diterapkan di negara-negara lain,

meskipun ada dalam prakteknya ada negara

lain menerapkan yang cenderung berbeda

dengan mempertegas bahwa konsep subjek

pajak dikenakan terhadap individu atau

personal wajib pajak. Pengenaan pajak

personal tetap memberikan alternatif pilihan

lain bagi seorang wajib pajak khusunya yang

telah memiliki pasangan (keluarga) untuk

tetap menjalankan kewajiban perpajakannya

sebagai satu entitas keluarga.

Sebagai perbandingan konsep subjek

pajak yang telah diterapkan di Indonesia

sebenarnya mengadopsi konsep yang telah

digunakan di negara-negara maju. Konsep

subjek pajak tersebut sudah sesuai dengan

yang diterapkan di negara-negara lain,

meskipun ada dalam prakteknya ada negara

lain menerapkan yang cenderung berbeda

dengan mempertegas bahwa konsep subjek

pajak dikenakan terhadap individu atau

personal wajib pajak. Untuk menjelaskan

secara singkat berikut ini negara yang

menjadi perbandingan di dalam menjelaskan

konsep subjek pajak di Indoensia.

1. Amerika Serikat

Negara Amerika Serikat dapat dikatakan

sebagai salah satu negara maju dimana

sistem perpajakannya sudah berjalan baik

dan menjadi acuan dari banyak negara untuk

mengikuti hal tersebut. Sistem perpajakan

yang telah terintegrasi memungkinkan

negara dalam hal ini pemerintah AS untuk

dapat memaksimalkan penerimaan negara

dari sektor pajak dan menjadi issue yang

sensitif di dalam perpolitikan negara

tersebut. Pengenaan Pajak Penghasilan

terhadap orang pribadi sebgai subjek pajak

penghasilan khususnya orang pribadi yang

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 8: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

telah menikah diberikan dua opsi yakni

pasangan suami-istri dapat memilih untuk

mempertanggungjawabkan kewajiban

perpajakannya sendiri-sendiri secara terpisah

dan dapat memilih untuk digabung.

2. Jerman

Jerman sebagai salah satu negara maju di

belahan benua eropa lebih tepatnya eropa

barat yang terkenal dengan tingkat

kemajuannnya yang tinggi memiliki sistem

perpajakan yang sangat baik dimana tingkat

kepatuhan pembayar pajak khususnya wajib

pajak orang pribadi telah tinggi. Pengenaan

pajak penghasilan terhadap orang pribadi

yang telah memiliki pasangan atau menikah

sebagai subjek pajak dikenakan secara

bersama. Namun demikian pemerintah

Jerman juga memberikan opsi pilihan

apabila pasangan suami-istri memilih untuk

menjalankan kewajiban perpajakannya

secara terpisah.

Implikasi Perubahan Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan Dalam

Kerangka Pemenuhan Kewajiban

PerpajakanOrangPribadi

Membahas tentang perlakuan pajak

penghasilan maka tidak akan lepas dari apa

yang telah diatur dalam Undang Undang

Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008

pasal 4 tentang objek pajak penghasilan.

Perlakuan Pajak Penghasilan (PPh) atas

penghasilan keluarga menjadi hal yang

sangat penting di dalam menggali potensi

Wajib Pajak Orang Pribadi yang sangat

potensial. Hal ini dapat dilihat karena

perlakuan PPh atas penghasilan dari kelurga

memiliki aspek seperti

penggabungan/pemisahan penghasilan dari

suami, istri, atau anak yang belum dewasa,

perhitungan kerugian usaha istri,

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan

perhitungan kredit pajak. Perlakuan PPh atas

penghasilan keluarga ini menjadi sangat

penting, hal ini terjadi karena diharuskannya

mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), dengan konsekuensi apabila telah

memiliki NPWP harus menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT ) Tahunan PPh.

Konsekuensi dari kepemilikan NPWP secara

sendiri-sendiri terhadap kewajiban

perpajakan satu keluarga sebenarnya

ketidaktahuan dari para wajib pajak.

Dalam prakteknya masih banyak wajib

pajak orang pribadi khususnya yang telah

berkelurga tidak menjalankan ketentuan

yang ada dalam UU PPh Pasal 8 teresbut.

Pelaporan pajak penghasilan antara suami-

istri dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa

mempertimbangkan konsekuensinya,

padahal dengan pelaporan pajak secara

sendiri-sendiri sebenarnya akan berpengaruh

terhadap perhitungan perpajakannya. Status

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 9: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

wajib pajak tersebut akan diperjelas dalam

perubahan SPT PPh OP ini sesuai dengan

PER-19/PJ/2014 ini sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang ada dalam UU

PPh Pasal 8 tersebut, yakni ada 4 kategori

status kewajiban perpajakan bagi yang telah

berkelurga yakni pelaporan pajak

sepenuhnya menjadi tanggung jawab suami

sebagai kepala keluarga (KK), suami-istri

dengan telah berpisah berdasarkan putusan

hakim (HB: Hidup Berpisah), dikehendaki

secara tertulis oleh suami-istri berdarkan

perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

(PH: Pisah Harta), dan dikehendaki oleh istri

yang memilih untuk menjalankan hak dan

kewajiban perpajakannya sendiri (MT:

Memilih Terpisah).

Penggabungan kerugian istri akan

membuat terjadinya kelebihan pembayaran

kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh

suami yang hanya meperoleh penghasilan

dari pekerjaan yang telah dipotong PPh oleh

pemberi kerja. Perlakuan perpajakan

terhadap penghasilan suami-istri merupakan

konsekuensi dari kepemilikan NPWP. Hal

tersebut mempunyai dampak tersendiri bagi

kewajiban perpajakan dari seorang wajib

pajak. Satu keluarga dimana suami dan istri

memiliki NPWP sendiri diwajibkan

melaporkan kewajiban perpajakan secara

sendiri-sendiri.

Dalam melakukan hak dan kewajiban

perpajakannya seorang istri dapat

melakukannya secara sendiri. Dalam pasal 8

ayat (2) UU PPh disebutkan ada 3 (tiga)

kategori atas penghasilan suami-istri yang

dikenakan pajak secara terpisah.

Pertama, adalah suami-istri telah hidup

berpisah berdasarkan putusan hakim (HB :

Hidup Berpisah). Pada kategori ini secara

jelas bahwa prinsip keluarga sebagai satu

kesatuan ekonomis sudah tidak berlaku lagi.

Dengan demikian, baik suami maupun istri

akan melaksanakan kewajiban

perpajakannya dengan sendiri-sendiri,

termasuk menghitung PPh terutang dan

melaporkan SPT-nya. Kedua, dikehendaki

secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan

perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

(PH: Pisah Harta). Ketiga, dikehendaki oleh

istri yang memilih untuk menjalankan

kewajiban perpajakannya secara sendiri (MT

: Memilih Terpisah)

Dengan ketentuan yang ada, merujuk

pada ketentuan tersebut implikasi

perpajakannya kategori kedua dan tiga

mempunyai perhitungan PPh terutang yang

akan sama, sehingga pelaporan dalam SPT-

nya akan sesuai dengan perhitungan PPh

tersebut. Dari ketentuan Pasal 8 ayat (3) UU

PPh, dapat diketahui bahwa penghitungan

pajak pada kategori dua dan tiga didasarkan

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 10: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

pada penggabungan penghasilan neto suami-

istri dan besarnya pajak yang harus dilunasi

oleh masing-masing istri dihitung sesuai

dengan perbandingan penghasilan neto

suami dan istri. Penghitungan pajaknya

dilakukan berdasarkan penjumlahan

penghasilan suami-istri dan masing-masing

akan memikul beban pajaknya sebanding

dengan besarnya penghasilan neto secara

masing-masing.

Status kewajiban perpajakan antara

suatu keluarga yang diatur dalam format

SPT PPh OP memiliki dampak tersendiri.

Suatu keluarga dimana suami dan istri

memiliki pekerjaan masing-masing maka

dengan pelaporan format SPT PPh OP yang

baru ini biasnya akan berdampak kurang

bayar terhadap kewajiban perpajakannya

karena perhitungannya berdasarkan

proporsionalitas dari penghasilan suami dan

istri.

Kondisi pelaporan pajak yang

mewajibkan seorang istri untuk melaporkan

pajak secara sendiri karena kepemilikan

NPWP yang berbeda yang memungkinkan

terjadinya kurang bayar dalam pelaporan

pajaknya maka hal ini dapat dicegah dengan

cara penghapusan NPWP istri agar status

wajib pajak Memilih Terpisah (MT) karena

ketidaktahuan atau bersifat terpaksa dapat

dihindari.

SIMPULAN

Konsep subjek pajak di Indonesia yang

menempatkan satu keluarga sebagai satu

entitas sudah mengikuti konsep yang ada di

berbagai negara seperti Amerika Serikat dan

Jerman dengan memberikan opsi bagi suatu

kelurga dapat menjalankan kewajiban

perpajakannnya secara sendiri-sendiri.

Perubahan format SPT PPh OP akan

berimplikasi terhadap besaran pajak yang

dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi

khususnya bagi wajib pajak yang telah

berkeluarga atau menikah karena perubahan

status wajib pajak. Implikasi dari perubahan

status tersebut ada dua yakni:

a. Kondisi lebih bayar dalam pengisian

SPT PPh OP dapat terjadi apabila

dalam satu keluarga dimana suami-

istri memiliki pekerjaan dan NPWP

yang berbeda dengan kondisi salah

satunya (suami atau istri) mengalami

kerugian sehingga dengan

penghitungan perpajakannya yang

harus digabung dan diproporsinalkan

terlebih dahulu. Proporsionalitas atas

penggabungan kondisi yang

demikian akan mengakibatkan lebih

bayar pada SPT PPh OP.

b. Kondisi kurang bayar terjadi apabila

suami-istri memiliki penghasilan dan

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 11: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

NPWP masing-masing. Kepemilikan

NPWP yang berbeda secara terpaksa

status perpajakan seorang istri

menjadi memilih terpisah (MT).

Dengan adanya penggabungan dan

penghitungan penghasilan secara

proporsional maka kondisi tersebut

akan mengakibatkan kurang bayar

pada masing-masing SPT PPh OP

baik suami ataupun istri.

DAFTAR REFERENSI

Buku

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu..

Perpajakan Konsep, Teori, dan Isu.

Jakarta: Kencana, 2006

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif:

Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers,

2012.

Gunadi, Ketentuan Dasar Pajak

Penghasilan, Jakarta : Salemba

Empat, 2002

Irawan, Soehartono.Metode Penelitian

Sosial. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007

Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina M.

Metode Penelitian Kuantitatif: Teori

dan Aplikasi . Jakarta: PT

Grafindo Persada, 2005

Rosdiana, Haula dan Rasin Tarigan.

Perpajakan: Teori dan Aplikasi.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005

Soemitro, Rochmat. Asas Dan Dasar

Perpajakan 1. Bandung: PT Refika

Aditama, 1998

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&B. Bandung:

Alfabeta, 2008

Jurnal

Ary Rahmadi. 2011. Pengaturan Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Pasal 21 (SPT 1721).

Program Sarjana Ilmu Administrasi

Fiskal. Depok: FISIP UI

Global Tax Series. Global Individual Tax

Handbook 2011. Amsterdam, IFBD,

2011.

Publikasi Elektronik

Badan Pusat Statistik, Realisasi Penerimaan

Negara (Milyar Rupiah), 2007-2014,

diunduh tanggal 03 Februari.

<http://www.bps.go.id/tab_sub/vie

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 12: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

SIMANULLANG, IMPLIKASI PERUBAHAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN

w.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek

=13>

Herdadu Purnomo, Negara dengan

Penduduk Terbanyak di Dunia, RI

masuk 4 Besar, diunduh tanggal 21

Februari 2015.

<http://finance.detik.com/read/2014/

03/06/134053/2517461/4/negara-

dengan-penduduk-terbanyak-di-

dunia-ri-masuk-4-besar>

Internet World Stats, Top Ten Countries

With The Highest Population, 2012

diunduh tanggal 21 Februari 2015.

<http://www.internetworldstats.com/

stats8.htm>.

Manurung, Surya. “Kompleksitas Kepatuhan

Pajak”, 02 Februari

2015.<http://www.pajak.go.id/conten

t/article/kompleksitas-kepatuhan-

pajak>

Wahyu Daniel, Kontribusi PPh Pribadi

Cuma 22,9%. 29 Januari 2009, Detik

Finance, diunduh tanggal 21 Februari

2015

<http://finance.detik.com/read/2009/

01/29/162002/1076342/4/kontribusi-

pph-pribadi-cuma-229>.

Majalah/Laporan Lembaga/Artikel

Indonesia Tax Review, Volume I/Edisi

14.2008, Jakarta

Indonesia Tax Review, Volume IV/Edisi

3.2011, Jakarta

Indonesia Tax Review, Volume IV/Edisi

10.2011, Jakarta

Sulistyo, Budi. Pajak Finansial : Praktik di

Beberapa Negara dan Potensi

Penerapan di Indonesia. Pegawai

Sekretariat Jenderal Kementrian

Keuangan.

Peraturan-Peraturan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-19/PJ/2014 Tentang Bentuk

Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta

Petunjuk Pengisiannya

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-26/PJ/2012 Tentang Tata Cara

Penerimaan Dan Pengolahan Surat

Pemberitahuan Tahunan

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015

Page 13: Implikasi Perubahan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan ...

14

Implikasi Perubahan..., Eska S. Simanullang, FISIP UI, 2015