Post on 30-Jul-2019
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS
DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH
SALATIGA TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
HIDAYATUL MAGHFIROH
NIM: 111-12-030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam." (QS. 21:107)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbilalamin, dengan izin Allah swt skripsi ini telah
selesai.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Ali
Suwandi dan Ibu Rohmatun), kakak-kakak, dan adikku yang senantiasa
memotivasi dan menasehati.
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
skripsi dengan judul Implementasi Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah tahun 2016 bisa diselesaikan.
Sholawat dan salam penulis haturkan kepada sang teladan utama, nabi
Muhammad shalallahualaihi wassalam, juga kepada para shahabat, keluarga dan
orang yang istiqomah mengikuti petunjuk beliau.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara
penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan
terimakasih setulusnya kepada :
1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bpk. Suwardi, MPd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Ruhayati, M.Pdi. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
4. Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku Pembimbing yang telah mengarahkan,
membimbing, memberikan petunjuk, dan meluangkan waktunya dalam
penulisan skripsi ini.
viii
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta
bantuan kepada penulis.
6. Bapak Ahmad Bahruddin selaku kepala sekolah SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah dan seluruh guru, terutama Ibu Heni, Ibu Zulfa, dan Bapak
Ahmad yang meluangkan waktu serta memberikan bantuan kepada penulis
untuk penelitian.
7. Siswa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, yang telah meluangkan waktu
serta memberikan bantuan kepada penulis untuk penelitian.
8. Teman-teman senasib seperjuangan PAI 2012, khususnya One Emi
Nasithoh dan Putri Rifa Anggraeni.Terima kasih atas dukungan dan
bantuannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih
atas bantuan dan dorongannya.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah Azza wa
Jalla mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang
berlipat ganda. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di
masa yang akan datang. Semoga skripsi bermanfaat untuk penulis pada khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.
ix
Salatiga, 01 Juli 2016
Penulis,
Hidayatul Maghfiroh
x
ABSTRAK
Maghfiroh, Hidayatul. 2016. Implementasi Pendidikan Humanis di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016. Skripsi. Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Humanis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji penerapan pendidikan humanis di
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Sekolah tersebut mampu menerapkan pendidikan
humanis dalam pelaksanaan pembelajarannya. Pertanyaan utama yang akan dijawab
peneliti adalah (1) Apa konsep pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah? (2) Bagaimana implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah? (3) Apa faktor pendukung dan pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti mendapatkan data
menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian
meliputi pra lapangan, pekerjaan lapangan, dan analisis data. Analisis data pada
penelitian ini menggunakanreduksi data.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) konsep pendidikan humanis di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah adalah pendidikan yang membebaskan siswa untuk belajar
sesuai dengan keinginan dan tanpa ada kekerasan. (2) implemenatsi pendidikan humanis
di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah meliputi (a) metode pembelajaran pendidikan
humanis adalah siswa aktif belajar sesuai dengan keinginannya. (b) Siswa merasa bebas,
senang, dan nyaman. (c) guru seperti teman, sabar, dan baik. (d) Kurikulum disesuaikan
dengan kebutuhan setiap siswa (e) sarana dan prasarana SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah (3) (a) faktor pendukung meliputi Siswa tidak tertekan dengan aturan-aturan
yang tidak mereka sukai, siswa bebas dalam proses pembelajaran, siswa betah di
sekolahan tidak cepat-cepat ingin pulang, siswa belajar sesuai keinginannya, dan siswa
senang dan nyaman di sekolah. (b) faktor penghambat adalah siswa yang dalam keadaan
malas maka ia akan melanggar peraturan dan mengabaikan kesepakatan kelompoknya.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL .……………………………………………………………........ i
DEKLARASI ............................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5
E. Penegasan Istilah ............................................................................. 6
F. Metode Penelitian ............................................................................. 11
G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Humanis ....................................................................... 23
1. Pengertian Pendidikan Humanis ................................................ 23
2. Guru dalam Pendidikan Humanis .............................................. 25
3. Metode Pendidikan Humanis ..................................................... 28
4. Siswa dalam Pendidikan Humanis ............................................. 36
B. Teori-teori Pendidikan Humanis ..................................................... 39
1. Abraham Maslow ....................................................................... 40
2. John Dewey ................................................................................ 42
3. Paulo Friere ................................................................................ 45
xii
4. Ki Hajar Dewantara .................................................................... 47
C. Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah ....................................... 48
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah .................... 50
1. Sejarah ........................................................................................ 50
2. Letak Geografis .......................................................................... 52
3. Prestasi ....................................................................................... 53
B. Konsep Filosofis ............................................................................. 54
C. Implementasi Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Tahun 2016 .................................................................................... 57
1. Metode Pembelajaran ................................................................. 57
2. Siswa .......................................................................................... 63
3. Guru ........................................................................................... 64
4. Kurikulum .................................................................................. 67
5. Sarana dan prasarana .................................................................. 68
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Humanis di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah Tahun 2016 ...................................... 70
1. Faktor Pendukung ...................................................................... 70
2.Faktor Penghambat ...................................................................... 71
BAB IV PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Tahun
2016 ................................................................................................. 73
B. Implementasi Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Tahun 2016 ..................................................................................... 77
1. Metode Pembelajaran ................................................................. 77
2. Siswa .......................................................................................... 79
3. Guru ........................................................................................... 80
4. Kurikulum .................................................................................. 81
5.Sarana dan Prasarana ................................................................... 81
xiii
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Humanis di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah Tahun 2016 ..................................... 83
1. Faktor Pendukung ...................................................................... 83
2. Faktor penghambat ..................................................................... 84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu. Di sekolah kita dapat
memperoleh ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kita. Sekolah
merupakan bagian dari pendidikan bukan pendidikan bagian dari sekolah,
karena pendidikan tidak hanya dapat kita peroleh disekolahan. Kita dapat
memperoleh pendidikan di keluarga atau lingkungan masyarakat. Akan
tetapi masyarakat cenderung memasukkan anaknya di sekolah untuk
memperoleh pendidikan.
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedogogy, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar
seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan
Educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang yang berada di dalam.
Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan To Educate yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006: 19). Dalam
UU No. 20/2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.
2
Walau demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman
arti.
Kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki berbagai macam cara
yang digunakan. Cara tersebut disesuaikan dengan mata pelajaran dan
siswa yang diberi pembelajaran. Selain hal tersebut, ada juga tata tertib
yang berlaku di setiap sekolah. Tata tertib tersebut memiliki konsekuensi
tersendiri. Murid yang melanggar akan terkena hukuman yang telah
berlaku di sekolah atau terkena marah oleh guru yang bersangkutan
dengan murid. Akan tetapi, beberapa guru menggunakan hukuman yang
kurang sesuai dengan siswa.
Dengan adanya hukuman bagi yang melanggar aturan merupakan
cara untuk mencegah adanya hal-hal yang tidak baik dilakukan oleh siswa.
Murid akan mendapat hukuman apabila terlambat, tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, memakai seragam tidak lengkap, dan lain-lain. Beberapa
hukuman yang diterima murid, ada hukuman yang sifanya tidak mendidik
dan malah membuat murid takut untuk sekolah. Apalagi hukuman fisik
yang kadang dilakukan oleh beberapa guru. Hal tersebut malah
mengajarkan siswa tentang kekerasan.
Ibn Khaldun berpendapat bahwa hukum yang keras dalam
pengajaran, berbahaya pada murid, khususnya bagi anak-anak kecil.
Karena itu termasuk tindakan yang dapat menyebabkan timbulnya
kebiasaan buruk. Kekasaran dan kekerasan dalam pengajaran terhadap
pelajar dapat mengakibatkan bahwa kekerasan itu sendiri akan menguasai
3
jiwa dan mencegah perkembangan pribadi anak yang bersangkutan.
Kekerasan membuka jalan ke arah kemalasan dan keserongan, penipuan,
serta kelicikan. Misalnya, tindak-tanduk dan ucapannya berbeda dengan
yang ada dalam pikiran, karena takut mendapatkan perlakuan tirani bila
mereka mengucapkan yang sebenarnya. Kecenderungan-kecenderungan
ini kemudian menjadi kebiasaan dan watak yang berurat dan berakar di
dalam jiwa (Kosim, 2012: 102). Hal ini pada gilirannya akan merusak sifat
kemanusiaan yang seyogianya dipupuk melalui hubungan sosial dalam
pergaulan. Orang-orang yang seperti itu merasa dirinya kecil dan tidak
mau berusaha.
Meskipun demikian bukan berarti hukuman tidak diperbolehkan
dalam pendidikan, akan tetapi hukuman tersebut haruslah bersifat edukatif.
Hukuman tersebut hendaknya diterapkan oleh guru dalam keadaan
terpaksa karena tidak ada jalan lain (sesudah semua cara yang lemah-
lembut tidak berhasil). Pendidikan yang seperti itulah yang mencerminkan
adanya pendidikan kemanusiaan.
Pendidikan yang mencerminkan kemanusiaan tersebut adalah
pendidikan yang humanis. Dalam pendidikan humanis guru tidak sekedar
melakukan transfer of knowledge atau transfer of values kepada murid,
akan tetapi mengharuskan seorang guru untuk mempersiapkan murid
dengan kasih sayangnya sebagai individu yang saleh dalam arti memiliki
tanggung jawab sosial, religius, dan lingkungan hidup. Dengan demikian,
ucapan, cara bersikap, dan tingkah laku seorang guru ditujukan agar murid
4
bisa menjadi insan kamil, yakni sempurna dalam kacamata peradaban
manusia dan sempurna dalam standar agama (Mas’ud, 2002: 196).
Dalam pendidikan yang humanis, peserta didik dipandang sebagai
makhluk unik yang memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan
yang berbeda-beda. Dengan demikian, maka akan menciptakan
pembelajaran yang demokratis, mengakui hak anak untuk melakukan
tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Setiap anak mempunyai
kelemahan di samping kekuatan yang dimilikinya, keberanian di samping
rasa takutnya, bisa marah, kecewa, dan gembira. Hal tersebutlah yang
membuat karakteristik setiap anak berbeda. Jadi wajar jika ada anak pintar
dan bodoh, berbakat dan tidak berbakat, introvert dan ekstrovert.
Keragaman inilah yang membuat munculnya berbagai macam kecerdasan
pada anak yang dapat mempengaruhi cara pembelajaran yang digunakan
oleh seorang guru. Tidak semua murid dapat memahami pelajaran yang
disampaikan oleh seorang guru. Ketika ulangan, wajar jika ada murid yang
mendapat nilai bagus, cukup bagus, atau malah mendapat nilai jelek.
Walau dipaksa atau diancam jika murid tersebut belum paham maka tentu
tidak bisa mengerjakan soal.
Tidak semua pendidikan di sekolah menerapkan pendidikan yang
humanis. Salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan humanis adalah
Alternatif Qaryah Thayyibah. Sekolah tersebut sejajar dengan kampung
Isy Les Moulineauk di Prancis, Kecamatan Mitaka di Tokyo, dan lima
komunitas lain di dunia yang dipandang sebagai tujuh keajaiban dunia
5
(Bahruddin, 2007: 5). Oleh karena itu, penulis mengambil judul
“Implementasi Pendidikan Humanis Di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah Salatiga Tahun 2016”.
B. Fokus Penelitian
Kaitannya dengan judul penelitian diatas, maka ada beberapa hal
yang akan diungkap oleh penulis, yaitu:
1. Apa konsep pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Salatiga Tahun 2016?
2. Bagaimana implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan humanis di
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendiskripsikan konsep pendidikan humanis di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah Tahun 2016.
2. Mengetahui implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016.
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pendidikan humanis di
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan secara praktik dan
teoritik.
6
1. Praktik
a. Bagi lembaga pendidikan dapat dijadikan masukan dalam upaya
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah.
b. Bagi para pendidik dapat menjadi bahan masukan dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran selanjutnya untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi siswa sebagai pengalaman yang baru dalam proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar siswa.
d. Bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu
permasalahan dan menemukan solusinya.
2. Teoritik
Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
pendidikan di Indonesia serta dapat memperkaya khasanah dunia
pendidikan yang diperoleh dari penelitian lapangan.
E. Penegasan Istilah
Dalam pembahasan penelitian ini, penulis melakukan telaah
pustaka pada sejumlah penelitian sebelumnya dan buku-buku yang
berkaitan dengan tema yang sedang penulis angkat. Serta untuk
menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup
7
pembahasan dalam penelitian, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian
yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:
1. Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi
berarti pelaksanaan, penerapan. Sedangkan Browne dan
Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2004:
70). Para ahli mengatakan implementasi sebagai suatu tindakan
atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci. Jadi dapat disimpulkan arti
implementasi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan atau
penerapan dari sebuah rencana yang sistematis.
2. Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedogogy,
yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang
sekolah diantar seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi,
pendidikan diistilahkan dengan Educate yang berarti
mengeluarkan sesuatu yang yang berada di dalam. Dalam
bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan To Educate yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual (Wiji, 2006: 19).
Dalam UU No. 20/2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
8
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk
memperoleh ilmu, pengetahuan, dan keterampilan.
3. Humanis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia humanis adalah
orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya
pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas
perikemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia.
Humanisme, sebagaimana halnya rekonstruksionisme, menurut
skema George R Knigh, merupakan perkembangan dari
progresivisme. Fokus perhatian humanisme adalah manusia
(human). Dalam pemikiran edukatif Dewey, humanisme itu
merupakan refleksi timbal balik antara kepentingan individu
dengan masyarakat. Karenanya pendidikan harus
diselenggarakan dengan memusatkan perhatian pada keduanya
(Assegaf, 2014: 211-212).
9
Definisi umum mengatakan bahwa pendidikan merupakan
proses pemanusiaan menuju lahirnya insan bernilai secara
kemanusiaan. Agenda utama pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia menjadi manusia. (Danim, 2006: 4).
Pendidikan harus disertai kebijakan yang manusiawi. Tanpa
kebijakan yang manusiawi, dunia pendidikan justru bisa
mendorong munculnya konflik eksternal dan konflik dari
dalam diri seseorang (Mulkhan, 2002: 90). Dari sinilah
humanisasi pendidikan bisa menjadi media komunikasi antar
pribadi dan antar budaya yang terbuka, dialogis, dan
konstruktif. Pendidikian dikembangkan sebagai sebuah
proyeksi kemanusiaan, karena pada akhirnya seorang siswa
harus mempertanggungjawabkan segala tindakannya di dalam
kehidupan sosialnya. Kekurangcermatan kebijakan pendidikan
dalam memahami siswa sebagai manusia yang unik dan
mandiri serta harus secara pribadi mempertanggungjawabkan
tindakannya, pendidikan akan berubah menjadi “pemasungan”
daya kreatif setiap individu. Manusia sebagai makhluk unik
berarti setiap manusia memiliki berbagai macam potensi dan
kecerdasan yang berbeda-beda.
Humanisme dalam pendidikan adalah proses pendidikan
yang lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai
makhluk sosial dan makhluk religius, ‘abdullah dan
10
khalifatullah, serta sebagai individu yang diberi kesempatan
oleh Tuhan untuk mengembangkan potensi-potensinya
(Mas’ud, 2002: 135). Jadi, humanis dalam penelitian ini adalah
proses pendidikan yang memperhatikan setiap karakteristik
orang yang berbeda-beda.
4. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah sekolah berbasis
komunitas yang berada di desa Kalibening Kota Salatiga. SMP
ini mendidik muridnya bersama masyarakat yang selalu
bergerak untuk melakukan kerja-kerja pendidikan secara
dinamis sesuai dengan hakikat pendidikan yang sepanjang
hayat.
Pendidikan alternatif diorganisasikan dengan pola
pendidikan yang kurikulumnya bersifat desentralistik, di mana
anak didik dapat memilih materi pembelajaran sesuai dengan
minatnya atau keberbakatannya, mengikuti kebutuhan anak dan
lingkungan, biaya murah, sederhana, luwes birokrasinya, dan
menempatkan anak sebagai subjek (Danim, 2006: 139). Dan
metode pendidikannya pun berorientasi pada proses pendidikan
yang dilakukan secara dialogis serta memberi kesempatan yang
sama antara anak laki-laki dan perempuan.
11
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan karena meneliti fenomena
yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan perhatian pada
suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang
keadaan sekarang yang dipermasalahkan (Asmani, 2011: 66).
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam
seting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium) di mana
peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati
(Sarosa, 2012: 7). Jadi penelitian kualitatif bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara holistik (menyeluruh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat pengumpul
data utama. Peneliti berperanserta pada situs penelitian dan mengikuti
secara aktif kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya
selama mengikuti kegiatan (Moleong, 2011: 3)
12
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kelurahan Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Penelitian
dilakukan dalam rentang waktu bulan Mei-Juni 2016.
Peneliti memilih lokasi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah karena
di sekolah tersebut menerapkan pendidikan humanis dalam proses
pembelajarannya. Murid-muridnya juga memiliki keterampilan yang
beraneka ragam sesuai kemampuan masing-masing tanpa adanya
tuntutan atau paksaan.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi:
a. Data utama yakni data yang diperoleh langsung dari tempat
penelitian. Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2011:
157). Kata-kata dan tindakan didapat dari wawancara atau pengamatan
berperanserta untuk mengetahui implementasi pendidikan humanis
dalam proses pembelajaran. Data utama penelitian ini, penulis
dapatkan dari kepala sekolah, guru-guru, siswa, dan pegawai di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah.
13
b. Data kedua atau data sekunder yaitu data tambahan yang berasal
dari sumber tertulis dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan
dengan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Data kedua ini digunakan
peneliti untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang didapat
dari data utama. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari
sumber-sumber buku, majalah, artikel, serta data-data lain yang
dipandang relevan bagi penelitian ini.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang
atau lebih dengan tujuan tertentu (Sarosa, 2012: 45). Wawancara
adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian kualitatif. Wawancara
memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari
para responden dalam berbagai situasi dan konteks.
Dalam wawancara peneliti dapat mengajukan pertanyaan
mengenai fakta, kepercayaan, perspektif seseorang, perasaan,
perilaku, standar normatif, dan alasan seseorang melakukan
tindakan. Dalam penelitian ini wawancara akan dilakukan pada
14
kepala sekolah, guru, pegawai, dan murid SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah.
b. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan (Arikunto,
1998: 234). Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki
dalam arti luas, observasi tidak hanya sebatas pada pengamatan
yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung,
pengamatan yang tidak langsung melalui kuesioner dan tes.
Konsep-konsep penting dalam observasi antara lain:
1. Dimensi Situasi Sosial
Pada setiap tiap situasi sosial dapat diidentifikasi
adanya tempat, pelaku, dan aktivitas. Yang diamati oleh
peneliti adalah tempat, pelaku yang terlibat, aktivitas
pelaku, objek atau benda fisik yang ada, peristiwa atau
rentetan aktivitas, waktu, tujuan yang hendak dicapai
para pelaku, dan perasaan yang dirasakan atau
diekspresikan para pelaku.
15
2. Memperoleh Akses Masuk
Akses mendalam dan luas terhadap komunitas yang
diteliti harus didapatkan peneliti.
3. Diterima oleh Komunitas Partisipan
Dengan berjalannya waktu dan kehadiran serta
keterlibatan peneliti dalam komunitas maka anggota
komunitas akan lebih menerimanya sebagai bagian dari
mereka.
4. Asas Timbal Balik
Dalam melakukan penelitian, para partisipan akan
menyisihkan waktu dan tenaga untuk menjadi
narasumber. Kesediaan peneliti untuk menjadi
konsultan atau menyelesaikan masalah di komunitas
bisa menjadi balasan.
5. Informan Kunci
Leedy dan Ormrod (dalam Sarosa, 2012: 59) informan
kunci adalah partisipan yang karena kedudukannya
dalam komunitas memiliki pengetahuan khusus
mengenai orang lain, proses, maupun peristiwa secara
lebih luas dan terinci dibandingkan orang lain.
16
6. Jangka Waktu Studi Lapangan
Peneliti dapat mengakhiri studi lapangan ketika telah
mendapatkan pemahaman terhadap situasi yang diteliti
dan tidak ada lagi temuan baru.
7. Peralatan
Peneliti dapat menggunakan perekam suara, perekam
video, kamera, dan alat dokumentasi lain.
8. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan sumber data yang
berharga. Catatan berupa komentar dari peneliti
mengenai apa yang diamati.
c. Dokumentasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dokumentasi
adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan
informasi di bidang pengetahuan. Pemberian atau pengumpulan
bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, potongan koran, dan
bahan referensi lain).
Dokumen yang digunakan meliputi denah lokasi sekolah,
profil sekolah, sejarah sekolah, brosur sekolah, foto yang diperoleh
17
ketika penelitian berlangsung, RPP, dokumen sekolah, dan visi
misi sekolah. Dokumen digunakan peneliti untuk memperkuat dan
melengkapi berbagai macam informasi yang ditemukan selama
proses penelitian dilaksanakan.
a. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Briklen (dalam Moleong, 2011 :248)
mendefinisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.
Menurut Miles dan Huberman (dalam Emzir, 2011: 129) ada tiga
macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan transformsian data mentah yang
terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah
suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan,
membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.
18
2. Model Data
Model data adalah suatu kumpulan informasi tersusun yang
membolehkan pendeskripsian dan pengambilan tindakan. Bentuk
paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif. Teks
naratif adalah tulisan yang berisi rangkaian peristiwa dari waktu ke
waktu yang dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir.
Selain dalam bentuk teks naratif, bentuk lain dari model data
kualitatif adalah matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan.
3. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus
menerus selama berada di lapangan. Sejak permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda,
mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab
akibat, dan proposisi.
Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung
dengan cara: memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang
catatan lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran antarteman
sejawat, dan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan
suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Setelah
kesimpulan diperoleh, penulis juga menyajikan data menggunakan
19
metode analisis deskripstif yaitu memaparkan gambaran mengenai
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.
a. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data merupakan upaya agar hasil
penelitian yang disajikan valid dan dapat dipertanggungjawabkan
(Moleong, 2011: 324-332). Untuk menetapkan keabsahan data
diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas sejumlah kriteria
yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (comfirmability).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik ketekunan
pengamatan peneliti dan triangulasi.
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal- hal
tersebut secara rinci. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu
menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif
dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau
pembanding terhadap data yang ada. Hal ini membuat sebuah
20
informasi yang didapat bisa dibuktikan kevalidannya. Hal itu dicapai
dengan:
1) Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil
pengamatan.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan pendapat seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen
yang berkaitan.
Melalui teknik triangulasi setiap data yang didapatkan akan
dibandingkan dengan data-data lainnya sehingga menjadi suatu data
yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
c. Tahap-tahap Penelitian
1. Tahap Pra-lapangan
Tahap pra lapangan adalah tahap di mana ditetapkannya apa
saja yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti masuk ke
lapangan obyek studi (Kasiram, 2010: 281). Tahapan yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
21
a) Menyusun proposal penelitian
b) Mengurus perijinan
c) Mencari informasi tentang lokasi
d) Observasi
e) Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
f) Menyiapkan perlengkapan penelitian
g) Mempelajari etika dalam penelitian.
2. Tahap Penelitian Lapangan
Pada tahap penelitian lapangan, peneliti mempersiapkan
dirinya untuk menghadapi lapangan penelitian dengan mamahami
latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan,
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sambil mengumpulkan
data yang diperoleh. Selain itu peneliti juga melakukan beberapa
wawancara pada murid, guru, kepala sekolah, atau pegawai di
lokasi dan melakukan dokumentasi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, dan penelaahan
terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji maka perlu adanya
sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan
runtut.
22
Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika
penulisan skripsi.
Bab II : Kajian Pustaka
Berisi tentang implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah dalam kajian pustaka.
Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
Bab ini berisi tentang kondisi umum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
dan penyajian data tentang implementasi pendidikan humanis di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah.
BAB IV: Pembahasan
Bab ini berisi pembahasan tentang konsep pendidikan humanis di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, implementasi pendidikan humanis di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, dan faktor pendukung dan penghambat
pendidikan humanis yang diterapkan.
Bab V : Penutup
Penulisan skripsi ini diakhiri kesimpulan dan saran.
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Humanis
1. Pengertian Pendidikan Humanis
Menurut George F. Keller (dalam Suwarno, 2006: 20), pendidikan
memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas pendidikan diartikan
sebagai tindakan atau pengalaman memengaruhi perkembangan jiwa,
watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan
adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan
keterampilan dari generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat
melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan
tinggi, atau lembaga-lembaga lain.
Humanisme merupakan kesatuan dari manusia yang wajib
memanusiakan manusia lainnya. Humanisme, sebagaimana halnya
progesivisme merupakan bagian dari fokus perhatian manusia
(human). Memanusiakan manusia dalam pendidikan berarti usaha
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
alat-alat potensialnya seoptimal mungkin untuk dapat difungsikan
sebagai sarana bagi pemecahan masalah-masalah hidup dan kehidupan,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya
manusia, dan pengembangan sikap iman dan takwa kepada Allah Swt
(Muhaimin, 2007: 148).
24
Menurut Kartini Kartasapoetra (dalam Maslikhah, 2009: 31)
humanis adalah sesuatu yang berhubungan dengan sikap yang
terfokuskan pada kepentingan manusia. Menurut Jusuf Amir Faisal
pendidikan humanisme mendasarkan pada teori Immanuel Kant yang
mengutamakan peranan aktif pikiran yang akan menumbuhkan
kesadaran manusia akan sejarah peradabannya, dengan demikian
memahami gejala-gejala alam, kemudian diterapkan pada peradaban
manusia yang dikenal dengan hukum perkembangan dan perubahan.
Pendidikan dihadapkan pada konsep utama yang merumuskan
pendidikan humaniora sebagai general education yang mengutamakan
pendidikan moral dan agama.
R.A. Kartini, (dalam Danim, 2006: 171) dalam notesnya tanggal 19
April 1903 yang dikirim kepada pemerintah Hindia Belanda antara lain
menulis, pertama, kepandaian merupakan salah satu capaian mulia
dalam hidup, dalam makna aktualitas pribadi untuk berbuat baik dan
luhur. Kedua, kecerdasan otak yang tinggi bukanlah untuk ijazah
melainkan untuk keluhuran budi pekerti.
Manusia sebagai makhluk yang dapat mendidik dan dididik (homo
educabile) pada dimensi ini manusia berpotensi sebagai objek dan
subjek pengembangan diri. Oleh karea itu manusia tidak bisa
berkembang tanpa rangsangan dari luar, seperti pendidikan misalnya.
Maka, pendidikan harus berpijak pada potensi yang ada pada manusia
tersebut. Artinya, manusia sebagai makhluk yang berpikir, memliki
25
kebebasan memilih, sadar diri, memiliki norma, dan kebudayaan.
Implikasinya sebagai berikut:
a. Pendidikan lebih bersifat menyediakan stimulus agar peserta
didik secara otomatis memberikan respon.
b. Pendidik tidak dapat memaksakan kehendak kepada peserta
didik.
c. Demokratisasi merupakan model pendidikan yang sangat
relevan untuk pengembangan potensi dasar manusia, sekaligus
membantu menanamkan sikap percaya diri dan tanggung
jawab.
d. Proses pendidikan harus selalu mengacu pada sifat-sifat
ketuhanan (Assegaf, 2004: 205).
Sekolah merupakan tempat dimana kepentingan setiap diri dihargai
dan secara sadar diletakkan sebagai bagian integral kepentingan
bersama dan kepentingan nasional. Guru bukanlah orang yang serba
dan paling mengerti dunia anak dan siswa. Guru adalah seseorang yang
mampu mendorong siswa menyadari diri dan kemampuannya sendiri.
2. Guru dalam Pendidikan Humanis
Tenaga pendidik atau guru merupakan pihak yang melaksanakan
pendidikan. Guru tidak hanya dihormati oleh manusia, bahkan Allah
sendiri pun menghormati karena ilmunya. Allah berfirman (QS Al-
Mujadilah [58]: 11):
26
يا أي ها الاذين آمنوا إذا قيل لكم ت فساحوا في المجالس فافسحوا
ي فسح اللاه لكم وإذا قيل انشزوا فانشزوا ي رفع اللاه الاذين آمنوا
لون خبير منكم والاذين أوتوا العلم درجات واللاه بما ت عم
(Muhaimun, 2007: 156)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi lmu pengetahuan beberapa derajad. Dan allah akan
mengetahui apa yang akan kamu kerjakan.
Penghormatan manusia berupa sikap, pujian, dan sanjungan
bahkan membalas jasanya dengan materi. Allah akan meninggikan
drajatnya karena guru merupakan sosok manusia berilmu.
Menurut Al-Abrasyi, sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir, syarat
dan sifat guru itu antara lain adalah:
a. Guru harus selalu mengetahui karakter murid.
b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik
dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara
mengajarkannya.
c. Guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berbuat
berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.
Bagi guru, mengetahui karakter murid sangatlah penting
mengingat murid merupakan pihak yang akan dididiknya. Guru
27
harus ikhlas, sabar, jujur dalam menyampaikan apa yang
diserukannya, dan juga harus mampu mengelola murid dan tegas
dalam bertindak serta meletakkan perkara secara profesional. Guru
juga harus mempelajari psikis anak didik dan bersikap adil kepada
semua siswa.
Guru merupakan pemimpin bagi murid di sekolah. Teori
kepemimpinan humanistik menghendaki setiap individu di beri
kondisi yang bebas, yang memungkinkannya merealisasikan
potensi-potensi internal yang ada dengan tidak melupakan tujuan
komunitas kelompoknya. Likert (dalam Baharuddin, 2011: 185)
berpendapat bahwa pemimpin harus memperhitungkan harapan-
harapan, nilai-nilai, dan keterampilan individual dari mereka yang
terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
Dalam kaitannya dengan ini, seorang guru harus melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik harus melibatkan peserta didiknya
secara aktif dan dinamis. Guru juga perlu memahami setiap peserta
didik mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing yang
berbeda.
Menurut Hamacheek (dalam Aprilianalistria, 2007: 10), guru-
guru yang efektif adalah guru-guru yang manusiawi. Mereka
mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis
dibandingkan otoriter, dan mereka harus mampu berhubungan
28
dengan mudah dan wajar dengan para murid, baik secara
perorangan maupun kelompok.
3. Metode Pendidikan Humanis
Di sini metode tidak hanya diartikan sebagai cara mengajar dalam
proses belajar-mengajar bagi seorang guru, tapi dipandang sebagai
upaya perbaikan komprehensif dari semua elemen pendidikan sehingga
menjadi sebuah iklim yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Ada beberapa metode yang tidak mendukung perkembangan
kualitas keberagamaan anak yang biasanya ditemukan di sekolah,
antara lain (Mas’ud, 2002: 198):
a. Guru hanya mengejar standar nilai, sehingga kurang atau tidak
memperhatikan budi pekerti anak.
b. Para pemimpin sekolah lebih berorientasi pada pembangunan
fisik sekolah daripada pembangunan manusia seutuhnya.
c. Pendekatan otoriter, baik pemimpin sekolah maupun guru.
d. Tiada penghargaan bagi anak didik yang berprestasi, bahkan
guru lebih sering menghukum.
e. Komunikasi guru dengan anak didik hanya terjadi di kelas.
f. Kegiatan keagamaan lebih merupakan kegiatan formalitas,
isendental, tidak sistematik, dan tidak berkelanjutan.
g. Kecerdasan anak tidak diimbangi dengan kepekaan sosial dan
ketajaman spiritualitas beragama.
29
Dari permasalahan tersebut, guru harus memilih metode sesuai
dengan humanisme yaitu memahami setiap peserta didik memiliki
kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Dan kepandaian peserta
didik tidak hanya dapat diukur dengan nilai bagus saat ulangan
atau tes akan tetapi perlu diperhatikan juga sikap dan tingkah laku.
Pepatah lama berbunyi, “Berilah kail jangan beri ikan” masih
berlaku hingga kini dan mendatang. Pepatah itu sesuai dengan
pepatah Barat, “if you give a man fish you feed him a day, but if
you teach him how to fish you feed him for a life” learning how to
learn, yang selama ini diabaikan dalam pendidikan, harus
digunakan.
Secara teknis guru harus menggunakan metode sebagai berikut:
a. Role Model
Guru menjadi suri tauladan bagi kehidupan sosial akademis
murid, baik di dalam maupun di luar kelas.
b. Kasih sayang
Guru harus menunjukkan sikap kasih sayang, antusiasisme,
dan ikhlas mendengar atau menjawab pertanyaan. Serta
menjauhkan sikap emosional dan foedal, seperti cepat
marah dan tersinggung.
c. Adult Education
30
Menekankan belajar mandiri, kemampuan membaca, dan
berpikir kritis. Menerapkan proses pembelajaran yang
dialogis dan interaktif.
d. Promotor of learning
Membimbing, menumbuhkan kreatifitas, interaktif, dan
komunikatif dengan murid. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan feedback konstruktif dari murid, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Berikut beberapa model pembelajaran humanistik:
a. Student Centered Learning
Konsep pembelajaran ini diajukan oleh Carl Rogers
yang intinya:
1) Kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya
bisa menfasilitasi.
2) Seseorang akan belajar secara signifikan hanya pada
hal-hal yang memperkuat dirinya.
3) Manusia tidak bisa belajar jika berada dibawah
tekanan. Pendidikan akan membelajarkan siswa
secara signifikan jika tidak ada tekanan kepada
siswa, dan perbedaan yang muncul difasilitasi.
b. Humanizing of The Classroom
Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal yakni
menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang
31
sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan
identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan
pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak hanya pada
substansi materi saja, tetapi yang lebih penting pada
aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.
c. Active Learning
Active Learning dicetuskan oleh M. L. Silberman.
Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran
ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi
otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa.
Dalam kaitannya dengan strategi pembelajaran pada
pendidikan humanis, maka lebih menekankan pada
active learning, yang memiliki semboyan sebagai
berikut:
1) What I hear, I forget. Apa yang saya dengar
mudah saya lupakan, karena guru berbicara
100-200 kata permenit, sedangkan murid
mendengar 50-100 kata permenit, lama
kelamaan semakin berkurang.
2) What I hear and I see, I remember a little.
Apa yang saya dengar dan lihat akan saya
ingat sedikit atau sebentar, lama-kelamaan
lupa lagi.
32
3) What I hear, see, and askquestion about or
discuss with someone else, I begin to
understand. Apa yang saya dengar, lihat, dan
tanyakan atau diskusikan dengan orang atau
teman lain, maka saya mulai mengerti.
4) What I hear, see, discuss, and do, I recuire
knowledge and skill. Apa yang saya dengar,
lihat, diskusikan, dan laksanakan, maka saya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
5) When I teach to another, I master Ketika saya
bisa mengajari orang atau teman lain, berarti
saya menguasai (Muhaimin, 2007:162).
Dengan demikian pelajaran aktif setidak-tidaknya
sampai pada tingkat yang ketiga, dan diusahakan untuk
mencapai tingkat terakhir. Untuk mencapai pada
tingkat tersebut maka pembelajaran harus berpusat pada
peserta didik agar kreativitasnya dapat berkembang,
menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan, dan menyediakan pengalaman belajar
yang beragam serta belajar melalui berbuat.
d. Quantum Learning
33
Quantum learning menggabungkan sugestologi,
teknik pemercepatan belajar dan neurolingusitik dengan
keyakinan, dan metode tertentu (De Porter dan
Hernacki, 2004: 16). Quantum Learning
mengasumsikan jika siswa mampu menggunakan
potensi nalar dan emosinya secara tepat akan membuat
loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya.
Konsep dasar dari Quantum Learning adalah belajar itu
harus mengasyikkan dan berlangsung secara gembira
sehingga akan lebih mudah informasi baru masuk dan
terekam dengan baik.
e. Quantum Teaching
Quantum Teaching berusaha mengubah mengubah
suasana belajar yang monoton dan membosankan
menjadi belajar yang meriah dan gembira dengan
memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa
menjadi satu kesatuan kekuatan yang integral. Model
pembelajaran quantum teaching bersandar pada asas
utama bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan
antarkanlah dunia guru ke dunia siswa. Pembelajaran ini
merupakan pembelajaran yang melibatkan semua aspek
kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh)
34
di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan
sebelumnya serta persepsi masa mendatang.
f. The Accelerated Learning
Penggagas model pembelajaran ini adalah Dave
Meir. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa
pembelajaran itu berlangsung secara cepat,
menyenangkan, dan memuaskan. Dalam mengelola
kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory,
Visual dan Intellectual (SAVI). Somatic berarti learning
by moving and doing (belajar dengan bergerak dan
berbuat). Auditory berarti learning by talking and
hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan).
Visual berarti learning by observing and picturing
(belajar dengan mengamati dan menggambarkan).
Intellectual maksudnya learning by problem solving and
reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan
melakukan refleksi).
Adapun proses belajar yang umum dilalui adalah:
1) Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
2) Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak
belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif.
3) Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan
siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
35
4) Mendorong siswa untuk peka berfikir kritis, memaknai
proses pembelajaran secara mandiri.
5) Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat,
memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang
diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan. Guru mencoba memahami jalan pikir
siswa, mendorong siswa bertanggung jawab atas
perbuatannya.
6) Memberikan kesempatan siswa untuk maju sesuai
dengan kecepatannya.
7) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan
perolehan prestasi siswa. Penilaian belajar yang
dilakukan adalah penilaian berbasis proses. Guru punya
kesempatan untuk menilai aktivitas siswa setiap kali
bertatap muka dengan siswanya (Chatib, 2009: 159).
Selain itu juga bisa memakai penilaian proyek, penilaian
produk, penilaian portofolio dan penilaian diri (self
assessment).
Selain metode-metode tersebut, pembelajaran dapat dilakukan
dengan E-Learning, yaitu sistem pembelajaran secara elektronik,
menggunakan media elektronik, internet, komputer, dan file
multimendia (suara, gambar, animasi, dan video).
36
Keuntungan penggunaan E-Learning:
a. Real-time dan on-demands online information
b. Mobility acces, fleksibel dan praktis
c. Menjangkau wilayah geografis yang luas
d. User friendly, bebas dari kerepotan dan keruwetan
e. Benefit in cost, mengurangi (menghemat) biaya pendidikan
secara keseluruhan
f. Mengoptimalkan kualitas belajar
g. Dapat melengkapi aktivitas belajar konvensional
h. Melatih belajar lebih mandiri dan berkembang dalam ilmu dan
pengetahuan
i. Sumber ilmu dan informasi yang tidak terbatas, sehingga
kuncinya bukan mendapatkan kesemuanya namun filtering atau
penyaringan yang kita butuhkan saja (Daryanto dan Tasrial,
2012: 34) .
Di zaman modern ini teknologi semakin berkembang pesat, jadi
teknologi yang semakin canggih dapat dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran. Dan dengan mengakses internet dapat menambah
wawasan dari berbagai sumber, cara pemikiran yang semakin luas,
dan membuat pembelajaran menjadi tidak membosankan.
4. Siswa dalam Pendidikan Humanis
37
Aliran humanistik membantu siswa untuk mengembangkan dirinya
sesuai dengan potensi yang dimiliki. Siswa merupakan pelaku utama
(subyek) dalam proses belajar. Memberi bimbingan yang tidak
mengekang kepada siswa dalam kegiatan belajarnya akan
memudahkan dalam penanaman nilai-nilai yang akan memberinya
informasi tentang hal yang positif dan hal yang negatif.
Kolb (dalam Uno, 2008: 15) dalam aliran humanistik siswa
mengalami 4 siklus belajar. Pertama, seorang siswa hanya mampu
sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai
kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti
bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.
Tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan
observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan
dan memahaminya. Inilah yang terjadi pada tahap pengamatan aktif
dan reflektif.
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi
atau teori tentang suatu hal yang pernah diamatinya. Pada tahap ini
siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum
dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda-beda,
tetapi mempunyai landasan aturan yang sama.
Pada tahap akhir, siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu
aturan umum ke situasi yang baru. Dalam pelajaran matematika
misalnya, siswa tidak hanya memahami asal-usul sebuah rumus, tetapi
38
ia juga mampu memakai rumus tersebut untuk memecahkan suatu
masalah yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Siklus tersebut terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung
di luar kesadaran siswa. Meskipun dalam teorinya mampu membuat
garis tegas antara tahap satu dengan tahap lainnya, namun dalam
praktik peralihan dari satu tahap ke tahap lainnya itu seringkali terjadi
begitu saja.
Menurut Rogers ada prinsip pendidikan dan pembelajaran yang
harus diperhatikan guru yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk
belajar.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
Siswa berperan aktif dalam kegiatan pendidikan. Mereka memiliki
potensi yang berbeda-beda, sehingga wajar jika mereka memiliki
kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda pula.
Allah berfirman dalam surah an-Nahl, 16: 53, yaitu
(Munir, 2002: 78)تجأرون فإليه الضر مساكم إذا ثما اللاه فمن نعمة من بكم وما
Artinya: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatannya,
maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.
Akal pikiran manusia merupakan salah satu nikmat dari Allah.
Dengan demikian kita harus memanfaatkan akal pikiran sebaik
39
mungkin. Salah satunya dengan belajar. Jadi setiap orang memiliki
akal pikiran yang berbeda-beja, sehingga potensi setiap orang juga
berbeda pula. Sama halnya dengan siswa yang memiliki bakat yang
berbeda dan seharusnya bakat tersebut di asah bukan malah terkekang
dengan adanya tuntutan-tuntutan dalam pembelajaran di sekolah.
B. Teori-teori Pendidikan Humanis
Teori-teori pendidikan humanis lebih mengutamakan kebebasan
individu memahami materi pembelajaran untuk memperoleh informasi
baru dengan cara belajarnya sendiri selama proses pembelajaran. Dalam
teori, peserta didik berperan sebagai subjek atau sebagaianak didik. Peran
guru dalam pembelajaran humanis adalah menjadi fasilitator bagi para
siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna
belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Beberapa teori pendidikan humanis menurut para tokoh, antara
lain:
1. Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada
diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut
40
seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah
ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga
memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan,
keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga
ia dapat menerima diri sendiri (self).
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi
humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya
yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori
tentang Hierarchy of Needs (Hierarki Kebutuhan). Menurut
Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki
tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis / dasar: seperti makan dan minum.
Yaitu kebutuhan paling dasar.
b. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram: rasa seperti
terhindar dari kriminalitas, binatang buas, diejek,
direndahkan,dan lain sebagainya.
41
c. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi: bagaimana
rasanya dianggap di komunitas sosialnya.
d. Kebutuhan untuk dihargai: rasa bagaimana dibutuhkan
untuk kepercayaan dan tanggung jawab dari orang lain.
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri: untuk membuktikan
dan menunjukkan dirinya terhadap orang lain.
Hal tersebut jika dikaitkan dalam dunia pendidikan,
maka kekerasan di lingkungan sekolah tidak boleh
dilakukan. Guru haruslah dapat mengerti setiap karakter
anak yang berbeda-beda, jadi wajar jika setiap anak
memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Dengan
demikian anak akan belajar dengan nyaman.
Dalam proses pembelajarannya, Maslow mengatakan
bahwa anaklah yang aktif. Menjadi pasif seperti menjadi
seorang penonton bioskop. Sesuatu sedang terjadi pada
kita, kita tidak membuatnya terjadi. Kita tidak memiliki
perasaan ingin hal itu terjadi. Kita hanya mengamati. Akan
tetapi jika kita aktif maka kita terlibat, kita mencoba, kita
berjuang, kita berusaha, kita dapat berhasil atau gagal, kita
mencoba mengingat, memahami, memecahkan masalah. Ini
semua pengalaman kehendak, pengalaman bertanggung
jawab, pengalaman menjadi penggerak pertama,
42
pengalaman memerintah diri sendiri, ditentukan sendiri
bukan orang lain ( Maslow, 2004: 77).
Dengan demikian siswalah yang aktif dalam proses
pembelajaran ditujukan agar siswa dapat mengalami
berbagai pengalaman. Dari pengalaman yang dialami oleh
siswa tersebut munculah masalah yang akan dipecahkan
oleh dirinya sendiri. Disini guru hanya sebagai pendamping
dalam proses pembelajaran.
2. John Dewey
Menurut John Dewey, Pendidikan berarti
perkembangan, perkembangan sejak lahir hingga menjelang
kematian. Jadi, pendidikan itu juga berarti sebagai kehidupan.
Bagi Dewey, Education is growth, development, life. Ini berarti
bahwa proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar
dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses
pendidikan juga bersifat kontinu, merupakan reorganisasi,
rekonstruksi, dan pengubahan pengalaman hidup. Jadi,
pendidikan itu merupakan organisasi pengalaman hidup,
pembentukan kembali pengalaman hidup, dan juga perubahan
pengalaman hidup sendiri.
Dalam penyusunan bahan ajar menurut Dewey
hendaknyamemperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
43
a. Bahan ajaran hendaknya konkret, dipilih yang betul-
betul berguna dan dibutuhkan, dipersiapakan secara
sistematis dan mendetail
b. Pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar,
hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti,
yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru,
dan kegiatan yang lebih menyeluruh.
Bahan pelajaran bagi anak tidak bisa semata-mata diambil
dari buku pelajaran, yang diklasifikasikan dalam mata-mata
pelajaran yang terpisah. Bahan pelajaran harus berisikan
kemungkinan-kemungkinan, harus mendorong anak untuk
bergiat dan berbuat. Bahan pelajaran harus memberikan
rangsangan pada anak-anak untuk bereksperimen. Demikianlah
dengan bahan pelajaran ini, kita mengharapkan anak-anak yang
aktif, anak-anak yang bekerja, anak-anak yang bereksperimen.
Bahan pelajaran tidak diberikan dalam disiplin-disiplin ilmu
yang ketat, tetapi merupakan kegiatan yang berkenaan dengan
sesuatu masalah (problem).
Beberapa ide Dewey (dalam Surna dan Pandeirot, 2014:
32) yang memberi kontribusi penting bagi pendidikan yaitu :
a. Anak sebagai pribadi aktif dalam belajar (child as an
active learner). Sebelumnya berkembang pandangan
bahwa anak adalah pribadi yang pasif (anak hanya
44
duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru), Dewey
berpendapat secara tegas bahwa belajar yang terbaik
adalah “learn best by doing”.
b. Dalam melaksanakan pengajaran, anak harus dipandang
sebagai pribadi utuh (whole child) dan menekankan
makna penyesuaian anak terhadap lingkungannya.
Pelaksanaan pembelajaran haruslah memberi penekanan
pada upaya guru untuk mendorong bagaimana belajar
untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia luar di luar
sekolah, bukannya memberikan topik-topik sempit
untuk dikuasai anak.
c. Dewey sangat percaya bahwa semua anak berhak
mendapat keahlian dan keterampilan yang semestinya.
Peranan guru bukan hanya berhubungan dengan mata
pelajaran, melainkan dia harus menempatkan dirinya dalam
seluruh interaksinya dengan kebutuhan, kemampuan, dan
kegiatan siswa. Guru juga harus dapat memilih bahan-bahan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan.
Jadi disini guru berupaya mendorong anak untuk belajar
bagaimana menjadi pribadi yang mampu memecahkan
masalahnya sendiri. Dengan demikian anaklah yang berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, semua anak
berhak mendapat pendidikan yang layak.
45
3. Paulo Friere
Sebagian besar sekolah (di Indonesia khususnya) hanya
berfokus pada target kuantitatif yang bisa diukur, seperti
misalnya harus lulus mata pelajaran dengan nilai tertentu.
Padahal, model pendidikan seperti itu jelas menimbulkan efek
yang buruk bagi peserta didik. Menurut Paulo Freire dalam
bukunya yang berjudul Pendidikan Kaum Tertindas model
pendidikan yang semacam itu ia sebut sebagai banking
education alias pendidikan gaya bank.
“Pendidikan karenanya menjadi sebuah kegiatan menabung, di mana
para murid adalah celengan dan guru adalah penabungnya. Yang terjadi
bukanlah proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan-
pernyataan dan “mengisi tabungan” yang diterima, dihafal dan diulangi
dengan patuh oleh para murid (Friere, 2008: 52).
Dalam pendidikan gaya bank, peserta didik hanya dijejali
dengan ilmu secara satu arah dengan tujuan mendapatkan nilai-
nilai kuantitatif yang dituju. Praktek pendidikan hanya
dipahami sebatas sarana pewarisan ilmu. Pendidikan tidak
dipahami sebagai transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
yang lebih menekankan pada proses pendewasaan pemikiran
dan mengartikan belajar sebagai proses memaknai dan
mengkritisi realitas sosial yang ada di lingkungan sekitar.
Bukan hanya mencari ijazah dengan nilai yang tinggi maupun
sebagai sarana meningkatkan status sosial.
Tujuan utama manusia adalah humanisasi yang ditempuh
melalui pembebasan. Proses untuk menjadi manusia secara
46
penuh hanya mungkin apabila manusia berintegrasi dengan
dunia. Dalam kedudukannya sebagai subjek, manusia
senantiasa menghadapi berbagai ancaman dan tekanan, namun
ia tetap mampu terus menapaki dan menciptakan sejarah berkat
refleksi kritisnya (Murtiningsih, 2006: 55).
Pendidikan dengan pendekatan kemanusiaan sering
diidentikkan dengan pembebasan, yakni pembebasan dari hal-
hal yang tidak manusiawi. Jadi, untuk mewujudkan pendidikan
yang memanusiakan manusia dibutuhkan suatu pendidikan
yang membebaskan dari unsur dehumanisasi. Dehumanisasi
tersebut bukan hanya menandai seseorang yang kemanusiannya
telah dirampas, melainkan (dalam cara yang berlainan)
menandai pihak yang telah merampas kemanusiaan itu, dan
merupakan pembengkokkan cita-cita untuk menjadi manusia
yang lebih utuh.
Pendidikan adalah sebuah kegiatan belajar bersama antara
pendidik dan peserta didik dengan perantara dunia, oleh objek-
objek yang dapat dikenal. Pendidikan tidak lagi sekedar
pengajaran, namun dialog antara para peserta didik dan
pendidik yang juga belajar. Keduanya bertanggung jawab
bersama atas proses pencapaian. Hal ini merupakan sebuah
penghargaan terhadap peserta didik sebagai manusia.
Pendidikan bukan lagi proses transfer ilmu pengetahuan, sebab
47
keduanya sama-sama dalam suasana dialogis membuka
cakrawala realita dunia.
4. Ki Hajar Dewantara
Sistem pendidikan disesuaikan dengan kondisi anak-anak,
agar kelak mereka menjadi manusia-manusia yang mandiri,
cerdas, cermat, serta menjadi pribadi yang handal secara lahir
dan batin ( Musyafa, 2015: 260). Tugas seorang tenaga
pengajar tidak hanya sebatas memberikan materi pelajaran di
sekolah. Tapi mengabdikan seluruh waktu yang dimilikinya
untuk mendidik dan mendampingi anak didiknya setiap saat,
dimanapun, kapan pun, dan dalam kondisi kapan pun.
Selain itu tenaga pendidik juga harus memiliki keikhlasan
untuk menjalankan perannya sebagai orang tua yang dapat
membuat anak-anaknya merasa senang, tenang, dan nyaman.
Sehingga anak-anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi
manusia-manusia yang bermartabat dan berkarakter.
Melalui Tamansiswa, Ki Hajar Dewantara mewujudkan
gagasannya di bidang pendidikan. Menurutnya pendidikan
senyatanya adalah jalan menuju kemerdekaan lahir dan batin.
Pendidikan itu yang benar adalah mengubah pendidikan
“berdaya saing” menjadi pendidikan “mandiri dan
berkepribadian”.
C. Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah
48
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga terletak di
Jl. R. Mas Said 12, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
SMP ini mendidik muridnya bersama masyarakat yang selalu bergerak
untuk melakukan kerja-kerja pendidikan secara dinamis sesuai dengan
hakikat pendidikan yang sepanjang hayat.
Sekolah alternatif bertujuan mengembangkan bakat atau
keterampilan vokasional yang berfungsi bagi kehidupan lulusan sesuai
dengan potensi dasarnya (Danim, 2006: 139). Dengan format dasar ini,
kehadiran sekolah alternatif akan menggeser paradigma kinerja sekolah
dari kembali ke barak utamanya (the back to basics) menuju barak masa
depan (the forward to future basics), dengan tiga titik tekan utama yaitu,
bagaimana berfikir (how to think), bagaimana belajar (how to learn), dan
bagaimana berkreasi (how to create), bukan semata atas dasar apa yang
boleh dan tidak boleh mereka lakukan.
Pendidikan alternatif diorganisasikan dengan pola pendidikan yang
kurikulumnya bersifat desentralistik, di mana anak didik dapat memilih
materi pembelajaran sesuai dengan minatnya atau keberbakatannya,
mengikuti kebutuhan anak dan lingkungan, biaya murah, sederhana, luwes
birokrasinya, dan menempatkan anak sebagai subjek (Danim, 2006: 139).
Dan metode pendidikannya pun berorientasi pada proses pendidikan yang
dilakukan secara dialogis serta memberi kesempatan yang sama antara
anak laki-laki dan perempuan.
49
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Alternatif Qaryah Tayyibah
1. Sejarah
Ada dua nama yang tidak bisa lepas dari pendirian SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah, yaitu Bahruddin dan Serikat Paguyuban Petani
Qaryah Thayyibah (SPPQT). Bahrudin selaku penggagas, bersama
warga desanya berkomitmen untuk mendirikan sebuah lembaga
pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Serikat
Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT)3 yang didirikan pada
tanggal 10 Agustus 1999 oleh wakil-wakil dari paguyuban-paguyuban
kelompok tani disekitar Salatiga, diresmikan dibawah akta notaris
Muhammad Fauzan, S.H. Nomor. 23 pada tanggal 3 Februari 2000.
Saat ini Qaryah Thayyibah berkantor di Jl. Hasanudin No. 125 A
Salatiga, Telp. 62-298-322667. E-mail sppqt@indo.net.id. Adapun visi
dan misi SPPQT sebagai berikut:
Visi:
Terwujudnya Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah yang mandiri, dan
berbasis lokal yang mengutumakan pendidikan budi pekerti,
ketrampilan yang bermutu berkeadilan dan berkeadaban.
Menjadi wadah sekaligus teman bagi seluruh warga belajar agar berani
memilih untuk menjadi orang yang berani, jujur, kritis, progresif,
50
mandiri, adil, berdaya, berpikir merdeka, toleran, mau bekerja keras,
dan berpihak pada kaum terpinggirkan.
Misi:
Melakukan gerakan menuju terwujudnya masyarakat yang kondusif
bagi terwujudnya warga yang berkeadaban mulia.
Memperjuangkan adanya waktu dan kesempatan bagi seluruh warga
belajar untuk berpikir merdeka dan berkeadilan sehingga setiap
manusia berkesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi dan
bakat yang bisa diasah dan dikembangkan menurut kebutuhannya.
Memperjuangkan adanya keadilan dan kesetaraan bagi seluruh warga
belajar untuk melakukan perencanaan, aksi, evaluasi, refleksi dan
penetapan target dengan jujur dan tanpa tekanan dari siapapun dalam
rangka menyiapkan masa depan mereka.
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah merupakan pengembangan dari
konsep bersekolah di rumah (home schooling). Di sini sekolah di
rumah dikembangkan menjadi sekolah komunitas. Secara formal,
sekolah ini tercatat sebagai SMP terbuka. Menurut Bahruddin, dengan
status tersebut, lulusan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah bisa
mendapatkan ijazah formal seperti halnya siswa sekolah reguler
lainnya.
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, yang di maksud alternatif
adalah pendidikan berkualitas yang bisa terjangkau oleh semua orang,
termasuk masyarakat miskin. Meski murah, sekolah ini bukan sekolah
51
gratis. Ia meminta orang tua orang tua memberikan sumbangan untuk
sekolah. Mereka bisa menyumbang sesuai kemampuan.
Secara fisik dan konseptual, sekolah ini menyatu dengan alam
sekitarnya. Tidak ada pagar yang membatasi sekolah dengan
lingkungan sekitarnya. Belajar dalam suasana yang menyenangkan
merupakan cetak biru SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Menurut
Bahruddin, ukuran keberhasilan pendidikan pertama-tama adalah bila
anak senang belajar dan belajar dengan senang. Proses pembelajaran
harus dibangun berdasarkan kegembiraan siswa dan guru.
2. Letak Geografis
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga terletak di
Jl.R. Mas Sa’id 12, Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota
Salatiga. Yang berdiri pada bulan Juli 2003. Lokasi tersebut sangat
nyaman, karena di samping berdekatan dengan rumah penduduk,
sekolah ini juga sangat dekat dengan lingkungan pondok pesantren.
Secara geografis, dapat dilihat bahwa letak SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah Kalibening Salatiga memang sangat memungkinkan untuk
mewujudkan sebuah pendidikan yang ideal, karena situasinya yang
tenang dan sejuk, membuat situasi yang kondusif dalam proses belajar
mengajar. Disamping itu, jauh dari jalan raya sehingga tidak terganggu
dengan lalu-lalang kendaraan, sehingga jalannya proses belajar
mengajar dapat dilaksanakan dengan aman dan nyaman.
3. Prestasi
52
Sekolah ini bukan sekolah internasional dan bukan sekolah
anak orang berada, akan tetapi dalam soal kemampuan siswanya boleh
disandingkan dengan sekolah-sekolah reguler lainnya. Prestasi yang di
raih siswa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah antara lain:
a. Juara Tilawah Qur’an Tingkat Kota
b. Juara Menulis Tingkat Kota
c. Juara Cerdas Cermat Tingkat Kota
d. Juara Wushu Tingkat Provinsi
e. Juara Wushu Tingkat Nasional
f. Juara Lomba festival Bedug tingkat kota
g. Nominasi tema film terbaik ke tiga Versi Kampung Halaman
h. Nominasi Film Pendek Terbaik Kampung Halaman : Jalan Remaja
i. Juara Lomba Animasi Komik
j. Juara perekrutan santri Animasi
k. Award: Anak Creative Indonesia 2006
l. Artikel Anak dimuat di kompas : Humaniora Didaktika
m. Juara Stand Up comedy tingkat Kota
n. Award Film Remaja Terbaik Jambore Nasional
o. Juara Qori Tingkat Kota
p. Penghargaan Aktris Terbaik se Jateng dan DIY
q. Launching Novel Sekolah Bukan Sekolah : Liputan Metro TV
r. Juara Lomba Seni Rupa: Lukis Kerudung Tingkat Kota
53
s. Karya Inofatif Menjanjikan : Kategaori Imu pengetahuan dan
teknologi
t. Juara Lomba Film Pendek Tingkat Kota
u. Juara Rias Kerudung Tingkat Provinsi
v. Juara jahit baju tingkat kota
w. Terbit kurang lebih 15 buku di berbagai penerbit
x. Juara menulis Korean Pop
y. Juara menulis tema Pertanian (Sekolah-sekolah Alternatif Jateng)
z. Cerdas Cermat Qur’an tingkat Kota. (Dokumentasi).
Prestasi dalam bentuk nilai bukanlah sebuah tujuan pembelajaran di
sekolah ini. Yang dibutuhkan adalah karya, maka hampir di semua dinding
ruang belajar dan dinding luar penuh display tempat memajang hasil karya
siswa. Dari mulai puisi, prosa, sains, sampai sket animasi, semua karya
apapun mendapat tempat untuk dilihat orang lain.
B. Konsep Filosofis
Dalam penerapan pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah kepala sekolah terinspirasi dari tokoh Kihajar Dewantara dan
Paulo Friere.
“Ki Hajar Dewantara yang telah mendirikan taman siswa dan Paulo
Friere yang tidak menyukai pendidikan sistem bank. Sebelum Paulo
Friere, Ki Hajar Dewantara itu lebih dulu memunculkan ide tentang
pendidikan.”(W/KS/AB/28-5-2016)
Dari keterangan Pak AB (bukan nama sebenarnya) ini
menunjukkan bahwa SMP Alternatif condong kearah konsep pendidikan
54
humanis Ki Hajar Dewantoro dan Friere. Sebagaimana juga yang didapat
dari keterangan AZ sebagai guru atau pendamping Bahasa Inggris, yaitu:
“Disini tuh lebih ke karena berpusat ke anak jadi dia itu mau ngapain,
dia passionnya dimana, dia nggak apa dia sukanya gimana tapi digali di
situ jadi dia menemukan dirinya itu seperti apa, sebagai wadah anak
untuk menemukan dirinya sendiri.”(W/G/AZ/16-05-2016/10:51WIB).
Dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa AZ sebagai
guru membebaskan siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan
keinginannya. Proses pembelajaran juga difokuskan pada siswa. Guru
berusaha agar murid dapat mengenali dirinya sendiri sehingga bakatnya
dapat di gali dan dikembangkan lagi.
Model pendidikan Ki Hajar Dewantoro, yaitu:
1. Peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki potensi
dan memiliki posisi sentral dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan manusiawi menjadi perhatian utama dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
3. Menempatkan peserta didik dalam kerangka pengembangan
kedewasaan berpikir dan berperilaku dalam konteks kehidupan
budaya dan bermasyarakat secara luas, sehingga peserta didik
mampu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang memiliki
nilai peradaban sebagai umat manusia secara universal.
4. Peserta didik dihargai baik aspek latar belakang, potensi, harga
diri, dorongan untuk percaya diri, kemandirian, dan tanggung
jawab dalam mengambil keputusan (Surna dan Pandeirot,
2014: 35)
55
Seperti pendidikan yang dicanangkan oleh Ki Hajar
Dewantoro, di Alternatif Qaryah Thayyibah menempatkan siswa
sebagai pusatnya. Guru atau pendamping juga menghargai potensi
setiap individu. Potensi tersebut kemudian di gali dan
dikembangkan oleh diri mereka sendiri dengan bantuan guru.
Dalam teori pendidikan humanis Paulo Friere, Pendidikan tidak
dipahami sebagai transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
yang lebih menekankan pada proses pendewasaan pemikiran dan
mengartikan belajar sebagai proses memaknai dan mengkritisi
realitas sosial yang ada di lingkungan sekitar. Pribadi-pribadi yang
sungguh-sungguh belajar dalam sebuah proses belajar ialah orang-
orang yang memilih sendiri apa yang dipelajarinya dan dipahami
hingga menemukan apa yang telah dipelajarinya (Murtiningsih,
2006: 53). Dengan kata lain, mereka adalah orang-orang yang
mampu menerapkan hasil belajarnya ke dalam situasi
eksistensional yang konkret.
“Bahwa pendidikan itu kembalikan ke anak, jadi student center
bukan teacher center. Siswa disini cenderung lebih produktif bukan
konsumtif. Siswa yang aktif untuk mencari apa namanya bahan untuk
belajar jadi siswa lebih aktif sebagai pembelajar siswa lebih aktif
dalam semua kegiatan.”(W/G/HK/16-05-2016/10:30WIB)
Dari penjelasan HK tersebut, maka sesuai dengan Friere yang
menolak gaya bank pada pendidikan, yaitu peserta didik hanya
dijejali dengan ilmu secara satu arah dengan tujuan mendapatkan
nilai-nilai kuantitatif yang dituju. Praktek pendidikan hanya
56
dipahami sebatas sarana pewarisan ilmu. akan tetapi peserta didik
belajar mencari solusi permasalahannya sendiri.
C. Implementasi Pendidikan Humanis di Qaryah Thayyibanh
1. Metode Pembelajaran
Active learning merupakan metode yang digunakan di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, yaitu metode pembelajaran dengan
memosisikan siswa sebagai subjek dalam sistem pembelajarannya.
Sistem ini bermuara pada filsafat konstruktivisme sebagai landasan
berpikir aktif di mana pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, tidak sekonyong-konyong menghadapkan siswa pada
masalah dan pada tahapan selanjutnya siswa diajarkan secara aktif
untuk berusaha memecahkan setiap masalahnya sendiri sehingga peran
guru dijadikan sebagai pemberi fasilitas kebutuhan siswa yang apabila
dilakukan sendiri oleh siswa justru akan membutuhkan waktu yang
lebih lama.
Model ini menekankan beberapa aspek yang diperlukan untuk
memberikan pengertian dan pemahaman pengetahuan, yaitu:
a. Problematik, kegiatan pembelajaran memiliki persoalan yang
dibahas atau dipecahkan oleh siswa.
b. Discofery dan inquiry, di mana siswa di dorong untuk dapat
mengkaji dan menemukan hal-hal baru, artinya ada kewajiban
guru selaku penyedia fasilitas untuk mendorong siswa secara
kreatif agar siswa termotivasi untuk melakukan penjelajahan
57
dan penemuan atas problem dengan menyediakan akses atas
buku dan media lain seperti internet sebagai sumber informasi.
c. Sharing, yaitu berbagi pengalaman individu dalam
memecahkan masalah.
“Siswa disini cenderung lebih produktif, siswa aktif mencari bahan
untuk dipelajari, siswa lebih aktif sebagai pembelajar.”(W/G/HK/16-
05-2016/10:34WIB).
Dari keterangan HK, dapat disimpulkan bahwa sekolah ini
menggunakan metode active learning. Disini siswa tidak menunggu
guru untuk menjelaskan, tapi siswa aktif mencari bahan
pembelajarannya dan aktif dalam pembelajarannya.
Pembelajaran dilakukan tidak selalu di dalam ruangan. Mata
pelajaranpun disesuaikan dengan keinginan siswa. Guru hanya sebagai
pendamping apabila siswa ingin belajar suatu hal mengalami kesulitan
atau mengarahkan ke yang lebih baik. Siswa diperkenankan mengikuti
pelajaran yang mereka inginkan. Bahkan jika mereka tidak ingin
mengikuti pembelajaran di sekolah mereka boleh belajar di rumah
kemudian membuat laporan pembelajarannya selama tidak belajar di
sekolah. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan AZ, sebagai berikut:
“Seperti tadi misalkan ada siswa yang ijin tidak masuk gitu lo, itu
harus ijinnya tidak hanya ke pendamping tapi ke semua temennya satu kelas
jadi semua temennya tau dan pendampingnya juga tau apa kegiatannya,
dimana, dan itu nanti harus ada report.”(W/G/AZ/16-05-2016/10:56WIB).
Pembelajaran di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sama
sekali tidak ada pemaksaan. Siswa bebas dengan keinginannya, karena
jika sesuatu dipaksakan dan tidak dilakukan dengan sepenuh hati
maka hasilnya kurang baik atau malah gagal. Disinilah penerapan
58
dalam pendidikan humanis yaitu memahami keinginan siswa dan
tanpa paksaan.
Siswa bebas mengemukakan idenya dan berdiskusi dengan yang
lainnya. Setiap anak memiliki kelompok belajar yang terdiri dari 3-5
oarang dalam satu kelompok dengan satu guru. Setiap kelompok
memiliki ide dan tujuan pembelajarn tersendiri yang ingin dicapai.
Mereka menamai kelompoknya sesuai dengan kesepakatan bersama,
misalnya kelompok Seed Education, Laskar Miracle, kelompok Volia,
Oriza Sativa, dll.
Seminggu sekali semua kelompok berkumpul bersama guru
pendamping. Mereka memaparkan ide setiap kelompok kemudian
memberi keterangan ketercapaian setiap ide. Apabila belum tercapai
mereka mengemukakan kendala ketidak tercapaiannya dalam sebuah
presentasi. Kelompok yang lain merespon dengan tanggapan atau
memberi masukan dengan mengemukakan pendapatnya secara bebas.
Media pembelajaran di sekolah ini juga tidak spesifik di khususkan
untuk mata pelajaran tertentu. Sekolah yang tanpa pagar ini berarti
pula tidak ada yang membatasi dalam belajar. Siswa dapat belajar
melalui alam.
“Semua yang ada di sekitar ini merupakan media dan alat pembelajaran,
jadi tidak harus berupa satu alat yang memang khusus ini gitu, tidak
harus. Jadi apa yang di sekitar kita sudah disediakan alam ya ini media
kita. Misalkan kita mau ini, apa namanya belajar tentang tumbuhan gitu
kan proses tumbuh dan sebagainya kalau biologi, mereka tanem mereka
apa namanya apa eksperimen dengan tanaman itu, jadi mereka catat
hasilnya jadikan hipotesis dan proses belajarnya dari situ.”(W/G/HK/16-
05-2016/10:40WIB)
59
Penjelasan HK tersebut membuktikan bahwa belajar di sekolah ini
bukan hanya sebatas teori yang harus dihafalkan untuk menjawab
soal. Akan tetapi dipraktikan langsung kemudian diambil kesimpulan
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga
mengajarkan siswa untuk dapat memanfaatkan alam untuk belajar
dengan sebaik-baiknya. Secara tidak langsung penggunaan media
alam sekitar merupakan suatu pembelajaran yang kreatif dan dapat
memunculkan ide-ide yang baru.
Disini terdapat pemahaman bahwa pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta, simbol, dan kaidah yang harus dimengerti dan
dihafalkan, melainkan dikonstruksikan dan dibangun sendiri oleh
siswa dalam proses yang partisipatif sehingga keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran mampu sejajar dengan pertumbuhan dan
perkembangan pengalaman siswa.
Nilai formal dalam bentuk angka masih mendominasi sistem
pendidikan saat ini. Kecerdasan anak hanya diukur pada seberapa
tinggi nilai yang diperoleh, namun jiwa kemandirian, kreativitas,
keberanian berpikir nyaris luput dari perhatian. SMP Alternatif
senantiasa berusaha membangun jiwa kemandirian, kretivitas,
solidaritas, dan kepekaan sosial pada siswanya.
SMP Alternatif senantiasa berusaha membangun jiwa kemandirian,
kreatifitas, solidaritas dan kepekaan sosial pada siswanya. Jiwa
mandiri dan kreatif ini dibangun melalui suasana belajar dan
60
penugasan yang memberdayakan. Anak dipancing untuk tahu dirinya,
orang disekitarnya dan lingkungannya. Materi pelajaran bisa jadi sama
dengan anak-anak dari sekolah lain, akan tetapi proses dan suasana
belajar yang berbeda akan melahirkan daya tangkap yang berbeda, dan
sangat bergantung pada karakter dan kemampuan anak itu sendiri.
Bentuk evaluasi di sekolah ini juga bukan soal ulangan yang harus
dijawab dengan benar semua atau jika mendapat nilai jelek dinyatakan
tidak lulus mata pelajaran atau harus melakukan remidial. Proses
evaluasi tersebut memaksa siswa untuk belajar, jadi belajar bukan atas
keinginan sendiri. Dan hal tersebut juga menimbulkan rasa takut pada
siswa. Mereka takut jika nilai jelek maka tidak lulus atau remidial.
Dari rasa takut itu kadang timbul keinginan untuk melakukan berbagai
cara untuk mendapatkan nilai bagus atau lulus, termasuk cara
mencontek.
“Biasanya evaluasi tuh setiap hari sabtu, jadi selama seminggu gitu kan
kita punya targetan apa, ntar juga yang dicapai juga apa gitu. Jika target
tidak tercapai ada yang mengulang lagi ada yang ya udah bikin target
baru. Kayak misal targetnya nulis, kalau nggak tau kan mungkin di kasih
tau gimana ide-ide yang baik.”(W/S/AS/16-05-2016/11:16WIB).
Keterangan dari AS dapat diambil kesimpulan bahwa yang
mengevaluasi itu siswa sendiri. Jika target yang ingin mereka capai
merasa sudah tercapai maka dianggap selesai, akan tetapi jika belum
tercapai mereka boleh mengulang target tersebut atau membuat target
baru sesuai keinginan mereka.
“Dibikin diskusi, diskusi jadi evaluasi secara evaluasi terkait pribadi dan
kelas gitukan biasanya disini hari sabtu dievaluasi bersama dari
kegiatannya apa saja, hambatannya apa, yang sudah dicapai apa, terus
61
solusinya bagaimana, next gimana lagi.”(W/G/HK/16-05-
2016/11:37WIB).
Penuturan HK tersebut mendukung dari keterangan AS. Ketika
melakukan evaluasi bersama, mereka bebas mengutarakan hambatan-
hambatan dalam mencapai targetnya. Baik guru atau siswa yang lain
akan mengusuilakan solusi dari yang mempunyai hambatannya. Siswa
saling menghargai pendapat orang lain, mereka berpikiran terbuka.
Jika mereka mengetahui suatu hal atau menguasai suatu hal, mereka
akan saling share ke teman yang lain. Semua terasa seperti keluarga
atau kerabat dekat, tidak ada siswa yang mengelompok dalam
berteman walau pembelajaran mereka berkelompok.
Dari metode active learning yang diterapkan tersebut siswa aktif
mencari materi yang ingin dipelajarinya bisa melalui buku, internet,
informasi dari orang lain dan sebagainya. Di sekolah ini disediakan
komputer dan bebas akses internet. Mereka juga bebas menentukan
tujuan belajar mereka sendiri melalui target yang ingin dicapai dan
mereka melakukan evaluasi sendiri terhadap targetnya.
2. Siswa
Pendidikan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah didasarkan atas
empat dasar potensi dan kompetensi manusia, yaitu:
a. Memiliki kebenaran sebagai dasar pembenaran untuk
melakukan tindakan yang tepat dan dasar atas keberadaan
tindakan-tindakannya.
62
b. Bertanggung jawab yaitu kesadaran untuk menghargai apa
yang dimiliki dan didapat dalam pergaulan individu dan
sosialnya.
c. Kritis adalah bentuk kesadaran untuk bersikap adil dan
demokratis dalam menyampaikan visi dan misi pribadi sebagai
diri dan bagian dari masyarakatnya sehingga seorang menjadi
bermakna ketika dimaknai dengan melakukan tindakan yang
berdimensi ke dalam (individual) dan keluar sebagai praktisi
dalam praktik kehidupan sosial di masyarakatnya.
d. Berkeahlian merupakan aspek yang bermakna lebih sebagai
pengejawantahan diri atau aktualisasi dirinya dalam segala
kapasitas dan kompetensinya dengan melihat aspek keunikan
manusia yang beragam.
Di sekolah ini siswa di beri kepercayaan untuk merasa bangga
dengan yang dimilikinya tanpa harus merasa terpaksa atau dipaksa.
Hal ini terjadi karena pendidikan adalah proses humanisasi, yaitu
peserta didik yang sanggup mencapai perwujudan dirinya sendiri
sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan dirinya sendiri.
“penak, bebas”(W/S/AM/16-05-2016/11:12WIB).
“ya seneng aja”(W/S/SJ/16-05-2016/11:23WIB).
Dari keterangan AM dan SJ (bukan nama sebenarya) dapat
disimpulkan, pembelajaran di sekolah ini siswa merasa nyaman
dan senang. Mereka merasa bebas dari segala tuntutan yang
memaksa mereka melakukan suatu hal. Dengan tanpa adanya
63
pemaksaan dan hukuman ini, siswa akan belajar sesuai dengan
keinginannya, sehingga hasilnya dapat maksimal.
“Seneng sih soalnya udah punya temen baru, juga sekolahnya agak
beda, agak santai sih sekolah disini berangkat agak
siang.”(W/S/AS/16-05-2016/11:17WIB)
Dari penuturan AS, membuktikan bahwa siswa nyaman dengan
cara pembelajaran yang diterapkan sekolah. Apabila sekolah dapat
memberi rasa senang dan nyaman pada siswa, maka pembelajaran
dapat berlangsung dengan baik dan siswa akan bersemangat pergi
ke sekolah.
3. Guru
Guru menempatkan dirinya sebagai sahabat, teman, dan fasilitator
yang semestinya menjadikan pembelajan di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah menjadi sangat dinamis dan mampu menghasilkan tingkat
minimal dalam hal pelanggaran siswa. Hal ini terjadi karena, semua
diatur dan disepakati oleh dan untuk para siswa sendiri secara
partisipatif, sehingga guru tidak harus bertindak melewati batas
kewenangannya yaitu selalu memarahi dan harus menghukum siswa.
Dengan pendidikan humanistik, siswa merasa bebas untuk
mengungkapkan perasaannya. Siswa mempunyai keberanian untuk
bertanya kepada guru tentang hal yang tidak mereka mengerti. Siswa
bisa dengan leluasa memuaskan rasa keingintahuan yang dimilikinya.
Pembelajaran bisa berlangsung menyenangkan dengan melibatkan
siswa secara aktif. Mereka tidak hanya mendengarkan tetapi juga
melakukan. Kondisi siswa seperti itu, tidak terlepas dari kondisi
64
hubungan siswa dan guru. Semakin baik hubungan antara keduanya,
maka siswa akan semakin mudah terlibat dalam aktivitas belajar.
Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah relasi antara guru dan siswa
tidak ada sekat (pemisah) dalam artian guru diposisikan sebagai teman
belajar. Dengan anggapan siswa tidak lebih bodoh dari pada guru. Jadi,
saling melengkapi ketika ada kekurangan dalam proses belajar
mengajar atau bahkan justru siswa lebih banyak pengetahuannya yang
dimiliki oleh guru. Terkadang guru dapat berfungsi sebagai sumber
yang bisa dimiliki ilmunya tetapi disaat lain justru sebaliknya siswa
bisa juga bisa memberikan, menceritakan pengalamannya, sehingga
guru juga bisa mendapatkan ilmu dari siswa. Jadi pada prinsipnya
ketika ada siswa yang membutuhkan guru untuk diskusi, siapapun guru
itu yang dipilih sebagai fasilitator harus siap, dimana di SMP Qaryah
Thayyibah ini adalah teman yang mau diajak belajar bersama dan
bukan satu-satunya yang berkuasa sebagai sumber kebenaran.
Dalam mendampingi proses belajar, para guru di SMP Alternatif
Qaryah Tayyibah lebih menekankan pada pendekatan yang harmonis
dan humanis, pendekatan secara emosional dari hati ke hati, dan
mencoba mengerti kondisi kebutuhan psikologi siswa. Dalam hal ini
para guru tidak menganggap bahwa siswa adalah anak yang bodoh,
akan tetapi justru sebaliknya, para guru menganggap siswa adalah anak
yang cerdas, kreatif, dan juga mandiri. Oleh karena itu, semua guru di
SMP Alternatif Qaryah Tayyibah dalam mendampingi proses belajar
65
mengajar siswa, sering berperan sebagai teman yang sama-sama
belajar. Dengan demikian hubungan keduanya adalah hubungan yang
setara, yakni sebagai mitra dalam belajar. Dengan pola pendekatan
yang seperti ini maka akan terjadi pola pendidikan yang
mencerdaskan, membebaskan, dan tidak mengekang terhadap
kreativitas anak.
Guru atau pendamping di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
merangkap juga sebagai staff di kantor. Walau mempunyai tanggung
jawab lebih, guru tetap maksimal dalam mendampingi siswa dalam
belajar.
“Tapi disini saya kebetulan lebih fokusnya ke administratif jadi nggak
terlibat secara intens sama anak-anak gitu, tapi dampingi cuma
seminggu sekali itupun Cuma buat pelajaran Bahasa
Inggris.”(W/G/AZ/16-052016/10:58WIB)
Keterangan AZ tersebut merupakan bukti bahwa guru juga menjadi
staff di sekolahan. Meski hanya mengajar sekali selama seminggu,
namun pembelajaran tetap dapat berjalan dengan baik.
“Menciptakan situasinya, supaya dia nyaman duduk bersamaku,
supaya dia mau mendengar apa yang aku bicarakan maka aku
menciptakan situasi yang kondusif. (W/G/AD/18-05-
2016/16:10WIB). “Sing tak terapke ki apa yang menjadi kepentinganku kucoba kuutarakan
kepada anak-anak tapi dalam bahasa yang seakan-akan mereka paham.
Aku memilih format yang mereka bisa menerimanya. Maksudte aku yo
teko ngomong, ngomong, ngomong aja tidak mencoba untuk berlagak
menjadi seorang pembina usia, mergo ngko pasti wah.. ki mesti aku meh
ditausiyahi, gah deh.” (W/G/AD/18-05-2016/16:10WIB).
Dua keterangan AD tersebut, menyatakan bahwa guru benar-benar
berusaha mengerti situasi siswa. Guru berusaha menciptakan suasana
66
belajar yang tidak membosankan. Guru tidak berusaha menjadi sosok
yang serba tau dan paling tau. Cara memberi materi juga disesuaikan
dengan daya tangkap siswa. Proses pembelajaran seperti sedang
mengobrol dengan teman.
4. Kurikulum
Dalam arti sederhana kurikulum merupakan satuan pembelajaran
yang membentuk segala situasi untuk mengkondisikan siswa dalam
suasana educative. Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, kurikulum
sekolah yang menjadi standar nasional dilihat sebagai standar
kompetensi atau tujuan pembelajaran, yang kemudian dikembangkan
dalam metode dan strategi pembelajaran aktif yang menjadi pijakannya
(Bahruddin, 2009: 16).
Siswa dapat menentukan strategi pembelajaran dengan
mempergunakan alam sekitar dan komunitasnya sebagai sumber
belajar. kelas disini lebih difungsikan sebagai tempat untuk bertemu
bersama atau kelas bermakna bisa di mana saja tergantung konteks dari
kurikulum yang dikembangkan. Desmita (2010:35) menyebutkan
seorang guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang
mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau
bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dapat dikatakan menggunakan
sistem “Full day school” atau “One day school”, sehari penuh dalam
67
sekolah. Karena setiap harinya siswa dapat belajar di sekolah tidak
dibatasi waktu. Ketika siswa masih ingin belajar dan menggunakan
fasilitas sekolah, walaupun sudah larut malam bahkan ada juga yang
bermalam sekolah. Kurikulum yang diterapkan di sekolah ini
disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa.
5. Sarana dan Prasarana
Meskipun berada di daerah yang tergolong terpencil, SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening tidak kalah dengan sekolah-
sekolah unggulan yang lain, khususnya mengenai sarana dan prasarana
internet. Bahkan internet merupakan sarana unggulan, para siswa dapat
mengakses internet 24 jam non stop tanpa batas waktu dan disediakan
komputer juga. Hal ini tentunya didasarkan pada maksud dan tujuan
tertentu, yang pada akhirnya dapat menjadi salah satu sarana mencapai
tingkat pendidikan yang bermutu.
Dengan penggunaan sarana internet yang membentuk siswa
berinteraksi dengan komunitas internasional, telah memberi dua
keuntungan. Pertama, komunikasi dengan wilayah asing menjadikan
siswa tertantang untuk menguasai alat komunikasinya. Kedua,
memperkenalkan dunia digital yang sebenarnya cukup murah karena
tidak harus tersusun dalam lembaran cetakan kertas yang
membutuhkan biaya banyak. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kalibening Salatiga dalam kegiatan belajar mengajar belum memiliki
gedung sekolah tersendiri. Proses pembelajarannya masih menumpang
68
di rumah Bahruddin selaku pengelola SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah. Rumah tersebut dibangun di atas tanah seluas + 278,73 m2
dan luas seluruh bangunannya + 138, 6 m2.
Minimnya sarana dalam kegiatan belajar mengajar tersebut
didasarkan pada sebuah pemikiran bahwa sarana penunjang pendidikan
alternatif tidak harus ada gedung yang hebat, pagar tembok tinggi,
seragam mewah, namun bagaimana seorang siswa berfikir global
bertindak lokal. Di antara sarana yang harus ada dan diprioritaskan
adalah:
a. IT (Informasi dan Teknologi), lebih spesifik adalah internet,
seorang siswa akan menjelajahi pengetahuan tidak hanya sebatas
buku paket, tapi ia akan lebih banyak memahami dan mencari
pengetahuannya secara terbuka dan bebas. Internet dipahami
sebagai perpustakaan.
b. Pemanfaatan lingkungan sebagai media belajar, siswa secara
langsung bersentuhan dengan pertanian, home industri, konservasi
alam, air, warung desa dan sebagainya.
c. Tokoh penggerak desa, ini menjadi penting karena ialah yang
menjadi fasilitator sekaligus mediator bagi lembaga sekolah,
masyarakat, pemerintah lokal, dan orang-orang yang terkait dengan
sekolah.
Selain yang sudah disebutkan di atas, di sekolah ini juga
disediakan kamera digital dan kamera untuk perfilman. Ada beberapa
69
film yang di buat oleh siswa sendiri. Ada juga alat musik seperti gitar,
gendang, jimbe, dll.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Humanis
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari pendidikan humanis di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah antara lain:
“Dari diri siswa dan lingkungannya, jadi mereka tidak ada tekanan,
mereka tidak terbelenggu sistem, mereka lebih merdeka, itu yang
mendukung.” (W/G/HK/16-05-2016/10:40WIB)
“Karena disini nggak ada yang maksa, maksudnya kalau memang dia
nggak suka ya udah nggak papa.” (W/G/AZ/16-05-2016/10:58WIB)
“Aku kadang-kadang sampe heran kenapa sampe jam segini mereka
belum ada yang pengen pulang.”(W/G/AD/18-05-2016/16: 15WIB)
“Ingin belajar pefilman dan musik” (W/S/SJ/16-05-2016/11:26WIB)
“Sante-sante sih kalau sekolah disini” (W/S/AM/16-05-2016/11:16WIB)
Dari beberapa keterangan narasuber, dapat disimpulkan kelebihan
penerapan pendidikan humanis di sekolah ini sebagai berikut:
a. Siswa tidak tertekan dengan aturan-aturan yang tidak mereka
sukai.
b. Sekolah tanpa hukuman, jadi mereka bebas dalam proses
pembelajaran.
c. Siswa betah di sekolahan tidak cepat-cepat ingin pulang.
d. Siswa belajar sesuai keinginannya.
e. Siswa senang dan nyaman di sekolah
2. Faktor Penghambat
70
Faktor penghambat dari pendidikan humanis di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah antara lain:
“ Faktor malas, sudah sepakat tapi melanggar” (W/G/HK/16-05-
2016/10:42WIB)
“Kadang nggak suka tapi dia tetap ikut mungkin jadi nggak
sepenuh hati jadi memahami materi kurang” (W/G/AZ/16-05-
2016/11:02WIB)
Dari beberapa keterangan tersebut, dapat disimpulkan penghambat
pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah
sebagai berikut:
a. Jika sedang malas siswa melanggar kesepakatan bersama
b. Jika siswa memaksakan diri ikut pelajaran yang tidak
disukainya maka materi dapat dipahami siswa tersebut.
Guru berupaya mengatasi hambatan tersebut dengan upaya:
“Kita ada proses diskusi lagi sama teman-teman lagi kenapa kok
kesepakatannya dilanggar dan nanti akan timbul lagi kesepakatan
baru” (W/G/HK/16-05-2016/10:40WIB)
“disini tidak yang maksa, jika tidak suka ya nggak apa-apa”
(W/G/AZ/16-05-2016/11:16WIB)
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan, ketika siswa yang
malas melanggar peraturan, mereka tidak langsung terkena hukuman.
Guru dan siswa berdiskusi lagi mencari tau alasan melanggar aturan
kemudian membuat kesepakatan baru sesuai keinginan siswa. Selain
itu, jika siswa tidak menyukai suatu pelajaran mereka boleh tidak
mengikuti pembelajaran.
71
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan Humanis di SMP Qaryah Thayyibah Tahun 2016
Pendidikan humanis adalah pendidikan yang memanusiakan
manusia, yaitu pendidikan yang menghargai, menggali, melayani, dan
membantu siswa untuk mengembangkan berbagai macam potensi yang
dimiliki olehnya. Pendidikan berhulu dan bermuara pada siswa.
Pendidikan tidak sekedar transfer ilmu pemgetahuan (transfer of
knowledge) kepada peserta didik, tetapi juga mentransfer nilai (transfer of
value).
Pendidikan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yang terinspirasi
dari Ki Hajar Dewantoro dan Paulo Friere mencerminkan pendidikan yang
humanis. Pada pendidikan Ki Hajar Dewantoro, ia tidak menggunakan
nama “sekolah” akan tetapi “taman siswa”. Hal tersebut menyatakan
bahwa belajar itu menyenangkan seperti di taman, mereka bebas
mengapresiasikan diri. Seperti halnya pendidikan di SMP Qaryah
Thayyibah yang menyenangkan dan memberi kebebasan pada siswa.
Seorang pendidik harus memiliki keikhlasan untuk menjalankan
perannya sebagai orang tua yang dapat membuat anak-anaknya merasa
senang, tenang, dan nyaman. Sehingga anak-anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia-manusia yang bermartabat dan berkarakter
(Musyafa, 2015: 260). Hal tersebut sesuai dengan kondisi di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, guru mengajar dengan senag hati dan
72
berusaha agar siswa nyaman dalam belajar bersama maupun belajar
sendiriri. Siswa juga merasa senang bersekolah disana. Baik guru maupun
siswa sama-sama nyaman dan senang sehingga proses pembelajran dapat
berjalan dengan lancar dan terasa menyenangkan.
Paulo Friere Tujuan utama manusia adalah humanisasi yang
ditempuh melalui pembebasan. Proses untuk menjadi manusia secara
penuh hanya mungkin apabila manusia berintegrasi dengan dunia. Dalam
kedudukannya sebagai subjek, manusia senantiasa menghadapi berbagai
ancaman dan tekanan, namun ia tetap mampu terus menapaki dan
menciptakan sejarah berkat refleksi kritisnya (Murtiningsih, 2006: 55).
Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah siswa dibebaskan dari
ketertekanan, terbebaskan dari sistem, dan mereka merdeka. Siswa belajar
atas kemauan sendiri dan berusaha mengatasi permasalahannya sendiri.
Mereka belajar secara mandiri.
Pendidikan dengan pendekatan kemanusiaan sering diidentikkan
dengan pembebasan, yakni pembebasan dari hal-hal yang tidak
manusiawi. Jadi, untuk mewujudkan pendidikan yang memanusiakan
manusia dibutuhkan suatu pendidikan yang membebaskan dari unsur
dehumanisasi. Dehumanisasi tersebut bukan hanya menandai seseorang
yang kemanusiannya telah dirampas, melainkan (dalam cara yang
berlainan) menandai pihak yang telah merampas kemanusiaan itu, dan
merupakan pembengkokkan cita-cita untuk menjadi manusia yang lebih
utuh.
73
Pendidikan sebagai praktek pembebasan menyajikan suatu
pandangan filosofis tentang apa yang dapat terwujud dari lelaki dan
perempuan , jika mereka dimungkinkan untuk mentransformasikan sejarah
dan menjadi subjek-subjek melalui suatu refleksi yang kritis (Collins,
2011: 17). Siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dalam
pengalaman tersebut siswa akan berhadapan dengan masalah-masalah
yang muncul. Setiap siswa akan mengatasi masalah-masalahnya dengan
berbagai cara yang berbeda. Dengan demikian siswa belajar mengatasi
masalahnya sendiri dan memperoleh ilmu dari pengalaman dalam
mengatasi masalahnya tersebut.
Pendidikan di sekolah ini disesuaikan dengan kebutuhan dan
potensi siswa. Setiap siswa memiliki kebutuhan sendiri-sendiri dan mereka
berusaha memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Mereka belajar apa yang
mereka inginkan. Mereka mengevaluasi diri sendiri. Mereka belajar bukan
sebatas teori yang harus dihafalkan, akan tetapi mereka bereksperimen
secara langsung dan mengambil pembelajaran dari eksperimennya.
Apabila eksperimennya belum berhasil, mereka akan berusaha mencari
solusinya dan apabila eksperimennya berhasil mereka akan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Rahman (dalam Mas‟ud, 2002: 135) yang menyatakan
pendidikan humanistik dalam Islam merupakan pendidikan yang lebih
memperhatikan aspek potensi manusia sebagai makhluk sosial dan
74
makhluk religius, abdullah dan khalifatullah, serta sebagai individu yang
diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengembangkan potensinya.
Nilai-nilai humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dapat di
lihat dalam bentuk bagaimana seorang pendidik disana memperlakukan
siswa bukan hanya sebagai obyek didik saja akan tetapi juga menjadikan
siswa sebagai subyek penting dalam pendidikan, adanya semangat
kebersamaan dalam berkarya dalam suasana penuh persaudaraan, siswa
bebas berekspresi dan berkarya dalam bentuk apapun sesuai dengan
potensi yang ada pada diri siswa, tidak adanya pemaksaan dalam proses
belajar mengajar, siswa bebas memilih mata pelajaran sesuai dengan apa
yang mereka sukai, guru adalah fasilitator bukan sebagai semata-mata
pentransfer ilmu, karena di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah guru adalah
teman belajar, teman diskusi, sehingga guru dan siswa adalah sama-sama
belajar. hubungan antar siswa juga sperti saudara. Jika salah satu dari
mereka tidak berangkat sekolah maka siswa yang tidak masuk harus
memberi tahu semua temannya. Hal tersebut menegaskan bahwa
persaudaraan di antara siswa terjalin dengan erat dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Lingkungan dan masyarakat merupakan sumber belajar yang nyata
dan alam sekitar adalah karunia Tuhan sebagai sumber belajar yang dapat
di kelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Siswa di sekolah ini tidak
terkendala oleh sarana yang minim, akan tetapi mereka memanfaatkan
kekayaan alam dengan sebaik mungkin. Dengan demikian nampak sekali
75
bahwa di Alternatif Qaryah Thayyibah banyak memberikan kontribusi
humanis.
SMP Alternatif menawarkan konsep pendidikan yang
memberdayakan siswa didiknya. Kegiatan dan membuat karya adalah
suatu keharusan sehingga kecerdasan dan ketrampilan anak didik
terbangun. Yang membedakan disini adalah bahwa kegiatan dan karya itu
lebih didasarkan pada kesepakatan, kebutuhan, dan kemampuan siswa.
Siswa tidak hanya belajar sebatas menghafal teori atau rumus, tapi
mereka bereksperimen untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap siswa
memiliki rasa ingin tahu dalam diri mereka dan mereka berusaha sendiri
menjawab keingintahuan tersebut. Hal tersebut menjadikan siswa menjadi
pribadi yang mandiri.
Dalam proses pembelajaran tidak ada peringkat kelas, jadi tidak
ada predikat siswa pintar atau siswa bodoh. Dengan demikian tidak ada
pula diskriminasi dari guru dan teman sebayanya. Mereka berteman
layaknya saudara. Berhasil dalam belajar itu merupakan keberhasilan diri
sendiri dalam menghadapi masalahnya sendiri.
B. Implementasi Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah Tahun 2016
1. Metode Pembelajaran
Active learning, hanya sebuah istilah yang dipakai oleh SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah. Dalam kegiatan pembelajarannya, active
learning merupakan metode pembelajaran dengan memosisikan siswa
76
sebagai subjek dalam sistem pembelajarannya. Di sekolah ini metode
pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah jarang menggunakan metode-
metode seperti di sekolah formal lainnya. Proses belajar dan mengajar
yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan cara duduk lesehan
bahkan siswa duduk di kursi dan guru duduk di lantai, itu menjadi hal
yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan cara duduk di lantai, itu
menjadi hal yang wajar. Mereka tidak membedakan posisi antara guru
dan siswa adalah teman belajar
Di sekolah ini belajar bukanlah duduk diam ataupun konsentrasi
mencatat semua omongan guru. Pengetahuan menjadi penting tanpa
perlu diomongkan oleh guru, siswa punya hak menentukan. Waktu dan
tempat belajar adalah kesepakatan antara siswa dan guru. Kalau siswa
tidak senang belajar tatap muka di dalam ruangan, mereka bisa belajar
di luar ruangan atau mencari bahan-bahan yang ingin dipelajari melalui
internet.
Media yang tersedia di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah jauh dari
media yang ada di sekolah lainnya. SMP ini tidak membutuhkan
gedung yang megah, laboratorium, dan perpustakaan yang lengkap.
Sesuatu yang ada disekitar yang dipakai sebagai media dalam
pembelajaran. Adanya komputer dengan fasilitas internet sangat cukup
membantu seorang siswa dalam menjelajahi pengetahuan, tidak hanya
sebatas buku paket, tapi ia akan lebih banyak memahami dan mencari
77
pengetahuannya secara terbuka dan bebas. Internet di pahami sebagai
perpustakaan.
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak menggunakan nilai raport
siswa dalam setiap ujian, siswa sendiri yang akan menilai sejauh mana
keberhasilan oleh peserta didik sendiri tanpa menunggu guru
mengadakan evaluasi secara lisan maupun tertulis. Hasilnya dapat
dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan evaluasi terhadap
guru, siswa tanpa segan-segan memberikan saran dan kritik kepada
guru demi kebaikan bersama.
2. Siswa
Sebagai subjek dalam pendidikan siswa mempunyai peran yang
sangat penting. Siswa tidak hanya menjadi obyek tetapi merupakan
subyek dari pendidikan itu sendiri. Siswa merupakan pusat dalm
pendidikan. Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah siswa memiliki
kebebasan dalam belajar. Mereka senang dan nyaman ketika di
sekolah.
Di sekolah ini siswa di beri kepercayaan untuk merasa bangga
dengan yang dimilikinya tanpa harus merasa terpaksa atau dipaksa.
Hal ini terjadi karena pendidikan adalah proses humanisasi, yaitu
peserta didik yang sanggup mencapai perwujudan dirinya sendiri
sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan dirinya sendiri.
Tidak ada siswa yang dilabeli dengan kata bodoh. Mereka semua
pintar sesuai dengan bidangnya masing-masing.
78
3. Guru
Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, guru merupakan
pendamping siswa. Guru juga berusaha mengenali potensi masing-
masing siswa serta guru tidak menyiapkan materi pembelajaran. Akan
tetapi siswa sendiri yang menentukan pelajarannya dan siswa sendiri
yang berusaha mencari materi pelajarannya.
Para guru senantiasa mendampingi belajar siswa dengan penuh
kasih sayang, tidak memandang rendah dan bodoh terhadap siswa.
Akan tetapi guru sebagai fasilitator memandang bahwa peserta didik
adalah anak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan secara
proporsional dan juga mempunyai transformasi dalam pola pikirnya,
sehingga guru tidak mendiskriminasikan antara peserta didik yang satu
dengan peserta didik yang lain.
Dalam mendampingi proses belajar, para guru di SMP Alternatif
Qaryah Tayyibah lebih menekankan pada pendekatan yang harmonis
dan humanis, pendekatan secara emosional dari hati ke hati, dan
mencoba mengerti kondisi kebutuhan psikologi siswa. Dalam hal ini
para guru tidak menganggap bahwa siswa adalah anak yang bodoh,
akan tetapi justru sebaliknya, para guru menganggap siswa adalah anak
yang cerdas, kreatif, dan juga mandiri. Oleh karena itu, semua guru di
SMP Alternatif Qaryah Tayyibah dalam mendampingi proses belajar
mengajar siswa, sering berperan sebagai teman yang sama-sama
belajar. Dengan demikian hubungan keduanya adalah hubungan yang
79
setara, yakni sebagai mitra dalam belajar. Dengan pola pendekatan
yang seperti ini maka akan terjadi pola pendidikan yang
mencerdaskan, membebaskan, dan tidak mengekang terhadap
kreativitas anak.
4. Kurikulum
Kurikulum adalah program belajar siswa, sebagai dasar dalam
merencanakan pengajaran. Sebagai program belajar kurikulum
mengandung tujuan isi program, dan strategi atau cara melaksanakan
program.
Dalam hal ini, pembelajaran tidak membutuhkan kelas, dalam arti
sempit siswa dapat menentukan strategi pembelajaran dengan
mempergunakan alam sekitar sebagai sumber belajar. Kelas disini di
fungsikan sebagai tempat untuk bertemu bersama, ataupun kelas
bermakna bisa dimana saja tergantung konteks dari kurikulum yang
dikembangkan. Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa.
5. Sarana dan Prasarana
Meskipun berada di daerah yang tergolong terpencil, SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening tidak kalah dengan sekolah-
sekolah unggulan yang lain, khususnya mengenai sarana dan prasarana
internet. Bahkan internet merupakan sarana unggulan, para siswa dapat
mengakses internet 24 jam non stop tanpa batas waktu. Hal ini
tentunya didasarkan pada maksud dan tujuan tertentu, yang pada
80
akhirnya dapat menjadi salah satu sarana mencapai tingkat pendidikan
yang bermutu.
Dengan penggunaan sarana internet yang membentuk siswa
berinteraksi dengan komunitas internasional, telah memberi dua
keuntungan. Pertama, komunikasi dengan wilayah asing menjadikan
siswa tertantang untuk menguasai alat komunikasinya. Kedua,
memperkenalkan dunia digital yang sebenarnya cukup murah karena
tidak harus tersusun dalam lembaran cetakan kertas yang
membutuhkan biaya banyak.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah menggunakan masyarakat sebagai tempat
pengembang ilmu dan pengetahuan mereka, alam dan lingkungan
merupakan laboratorium raksasa, arena hidup yang nyata, plural,
berkembang dan berubah.
Minimnya sarana dalam kegiatan belajar mengajar tersebut
didasarkan pada sebuah pemikiran bahwa sarana penunjang pendidikan
alternatif tidak harus ada gedung yang hebat, pagar tembok tinggi,
seragam mewah, namun bagaimana seorang siswa berfikir global
bertindak lokal. Sekolah tidak mempunyai gedung pun tidak masalah
yang penting ada pendidik dan si terdidik yang akan melaksanakan
proses belajar mengajar dan di dukung dengan fasilitator yang ada.
sekolah tanpa gedung tidak menghambat proses pembelajaran.
81
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Humanis di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung pendidikan humanis di sekolah ini antara lain
siswa senang dan nyaman dalam pembelajaran. Siswa belajar bukan
karena paksaan akan tetapi atas kemauan sendiri dengan perasaan
senang. Potensi di setiap siswa dapat berkembang secara maksimal
karena tidak membelenggu potensi siswa dengan mengajarkan
pelajaran yang tidak disukainya. Biasanya siswa akan meminta pulang
lebih awal, akan tetapi di sekolah ini siswa betah berada di sekolah.
Pendidikan humanis di sekolah ini juga menjadikan sekolah ini
sebagai sekolah tanpa kekerasan. Tidak ada hukuman fisik yang akan
mengakibatkan siswa takut untuk pergi ke sekolah. Hukuman yang
diberlakukan di sekolah ini juga di buat atas kesepakatan bersama,
bahkan boleh tidak mengadakan hukuman dalam proses pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan istilah yang diungkapkan oleh mantan Perdana
Mentri Inggris, Margaret Teacher, yaitu sekolah itu candu (Bahruddin,
2009: 123).
Dengan adanya pendidikan yang humanis maka sekolah itu
menjadi candu bagi siswa. Mereka senang dengan belajar dan belajar
dengan senang. Sekolah merupakan tempat terbaik dan tempat dimana
siswa bebas mengembangkan potensinya.
82
2. Faktor Penghambat
Pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah terdapat
faktor yang menghambat pendidikan humanis di sekolah diantaranya,
apabila siswa dalam keadaan malas maka ia akan melanggar peraturan
dan mengabaikan kelompoknya. Apabila malas datang ke sekolah ia
akan membolos. Dan jika tidak menyukai pelajarannya dan ia
memaksa tetap ikut maka materi tidak dapat tersampaikan.
Walau memiliki penghambat dalam penerapan pendidikan humanis
di sekolah ini, guru memiliki solusi dalam mengatasi hambatannya.
Jika siswa melanggar peraturan yang dibuat atas kesepakatan bersama,
maka mereka akan berkumpul dan berdiskusi. Mereka mencari tau
alasan kenapa ia melanggar peraturan, bukan langsung memberi
hukuman. Kemudian setelah mengetahui alasan melanggar
peraturannya, mereka membuat kesepakatan baru sebagai repon atas
pelanggarannya.
Apabila ada siswa yang sudah lama tidak masuk sekolah maka
guru akan mencari tau alasannya tidak masuk sekolah atau ketika
siswa itu berangkat, guru akan berbicara face to face menanyakan
alasan ketidakhadirannya di sekolah. Jika alasannya siswa malas ke
sekolah, maka guru menganjurkan siswa membuat laporan selama di
tidak berangkat sekolah, karena belajar itu tidak harus di sekolah. Di
rumah, di tempat bermain, dan dimanapun itu siswa dapat belajar.
83
Ketika pelajaran berlangsung dan siswa tidak menyukai
pelajarannya, maka siswa diperbolehkan tidak mengikuti pelajan.
Mereka bisa belajar sendiri dimanapun mereka mau.
Hal tersebut mencerminkan bahwa SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah berhasil menerapkan pendidikan yang humanis dalam
proses pembelajarannya. Meskipun terdapat hambatan dalam
penerapannya, akan tetapi guru tidak menyerah. Guru sebisa mungkin
mencari solusi dari hambatan tersebut. Guru belajar dari kekurangan
tersebut, sehingga guru semakin berkembang dan mendapat banyak
ilmu.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
adalah pengembangan dari konsep pendidikan humanis Ki Hajar
Dewantara an Paulo Friere. Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara
dengan menekankan pendekatan yang humanis dalam pembelajaran dan
berpusat pada anak. Sedangkan Paulo Friere konsep pendidikannya yang
menolak gaya bank, yaitu siswa yang hanya menerima apa yang diberikan
oleh guru. Di sekolah ini menggabungkan dua konsep tersebut.
Implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah terwujud dalam beberapa aspek. Aspek yang terwujud yaitu,
metode yang digunakan adalah active learning, dalam pembelajaran siswa
diberi kebebasan, peran guru sebagai pendamping dalam belajar, dan
kurikulum pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa.
Faktor pendukung pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah antara lain siswa nyaman dan senangdalam pembelajaran,
pembelajaran sesuai keinginan siswa, dan potensi siswa dapat
dikembangkan. Faktor penghambatnya antara lain jika siswa tidak
berangkat sekolah, maka kelompoknya terkendala dalam diskusi karena
tidak lengkap dan siswa yang memaksakan diri mengikuti pelajaran yang
tidak diingikan, maka pelajaran tersebut tidak dapat dipahami oleh siswa
tersebut.
85
B. Saran
1. Bagi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Pendidikan humanis yang sudah diterapkan di sekolah ini dapat
menggali potensi setiap siswa dan menjadikan siswa mandiri dalam
belajar, maka sudah sepatutnya SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
semakin meningkatkan pelaksanaan pendidikan yang humanis. Dengan
demikian sekolah ini akan menjadi candu bagi siswa untuk terus
belajar.
2. Bagi Masyarakat
Sekolah ini mengajarkan siswa untuk terus berkarya sesuai dengan
keinginannya. Dengan harapan karya tersebut dapat memberi manfaat
baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Maka sudah selayaknya
masyarakat memberikan dukungan bagi sekolah yang menerapkan
pendidikan humanis karena model pendidikan ini mampu membantu
anak untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hendaknya diadakan penelitian lanjutan yang bertujuan untuk
mengetahui manfaat lain dari implementasi pendidikan humanis di
SMP Qaryah Thayyibah dalam semua aspek yang belum ditemukan
dalam penelitian ini.
86
DAFTAR PUSTAKA
Aprinalistria. 2007. Sekolah, Bukan Segalanya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Assegaf, Abd Rachman. 2014. Filsafat Pendidikan Islam (Paradigma Baru
Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif). Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Baharuddin. 2011. Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi dalam
Dunia Pendidikan). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
____________________ . 2014. Pendidikan Tanpa Kekerasan: Tipologi Kondisi,
kasus, dan konsep. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Bahruddin, Ahmad. 2007. Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah. Yogyakarta:
Jalasutra.
Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.
Collins, Denis. 2011. Paulo Friere: Kehidupan, Karya & Pemikirannya.
Terjemahan oleh Henry Herneardhi dan Anastasia P. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Damin, Sudarwan. 2006. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Daryanto dan Tasrial. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Gava
Media.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Desmita. 2010. Psokologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisa Data. Jakarta: Rajawali
Press.
Friere, Paulo. 2008. Pendidikan Kaum Tertindas. Penerjemah: Tim LP3ES.
Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
87
Hernacki, Mike. 2004. Quantum Learning. Terjemahan oleh Alwiyah
Abdurrahman. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.
Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN
Maliki Press.
Kosim, Muhammad. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Khaldun: Kritis
Humanis dan Religius. Jakarta: Rineka Cipta.
Maslow, Abraham. 2004. Psikologi Sains (Tinjauan Kritis terhadap Psikologi
Ilmuwan dan Ilmu Pengetahuan Modern). Terjemahan oleh Hani’ah.
Bandung: Teraju.
Mas’ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik:
Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Gama Media.
Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhaimun. 2007. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di
Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Mulkhan, Abdul Munir. 2002. Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi Problem
Filosofis Pendidikan Islam. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Murtiningsih, Siti. 2006. Pendidikan Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal
Paulo Friere. Yogyakarta: Resist Book.
Musyafa, Haidar. 2015. Sang Guru: Novel Biografi Ki Hajar Dewantara,
Kehidupan, Pemikiran, dan Perjuangan Pendiri Tamansiswa 1889-1959.
Jakarta Selatan: Imania.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta: Indeks.
Surna, I Nyoman dan Pandeirot, Olga D. 2014. Psikologi Pendidikan 1. Jakarta:
ERLANGGA.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruz.
Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
88
Pedoman Wawancara
Implementasi Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Tahun 2016
Hasil Wawancara
Kode Responden :
Hari/tanggal :
Tempat :
Waktu :
Daftar Pertanyaan (untuk Kepala Sekolah) :
1. Apakah yang di maksud Alternatif dalam nama sekolah ini?
2. Apakah di sekolah ini menggunakan pendidikan yang humanis
3. Terinspirasi dari siapa dalam menjalankan proses pembelajaran di
sekolah ini?
4. Bagaimana konsep pendidikan humanis di sekolah ini?
5. Apakah ada faktor yang mendukung pendidikan humanis di sekolah
ini?
6. Apakah ada faktor yang menghambat pendidikan humanis di sekolah
ini?
Daftar Pertanyaan (untuk Gury/staff) :
1. Apakah sekolah ini menerapkan pendidikan yang humanis? 2. Bagaimana penerapan pendidikan yang humanis dalam pembelajaran?
3. Apa tujuan dari penerapan pendidikan yang humanis?
4. Adakah reward dan punishment dalam proses pembelajaran?
5. Contoh penggunaan punishment seperti apa?
6. Apa media atau alat yang digunakan dalam proses pembelajaran?
7. Adakah faktor yang mendukung pendidikan humanis di sekolah ini?
8. Adakah faktor yang menghambat pendidikan humanis di sekolah ini?
9. Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran?
Daftar Pertanyaan (untuk Siswa) :
1. Mengapa sekolah disini? 2. Bagaimana perasaannya sekolah disini?
3. Bagaimana proses pembelajaran disini?
4. Bagaimana guru disini?
5. Apa tujuan sekolah disini?
6. Bagaimana evaluasi pembelajarannya?
7. Pernah mendapat hukuman atau hadiah?
89
Kode Penelitian
Implementasi Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Tahun 2016
1. Ahmad Bahruddin (Kepala Sekolah) : AB
2. Heni Kartika (Pendamping) : HK
3. Aini Zulfa (Guru Bahasa Inggris dan Bendahara) : AZ
4. Ahmad Darajat D. K. (Guru Agama dan Staff SPPQT) : AD
5. Ahmad Mahdum J. P. (Siswa) : AM
6. Amellia Sukma Merdeka (Siswa) : AS
7. Satrio Jatmiko (Siswa) : SJ
90
Hasil Wawancara
A. GURU/STAFF
1. Kode Responden : HK
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Tempat : Depan kelas
Waktu : 10:30 WIB
a. Apakah sekolah ini menerapkan pendidikan yang humanis? Mereka dalam artian mereka bebas mau belajar apa saja sesuai dengan passion mereka tanpa apa namanya terbelenggu sistem harus ini ini.
b. Bagaimana penerapan pendidikan yang humanis dalam pembelajaran? Bahwa pendidikan itu kembalikan ke anak, jadi student center bukan teacher center. Siswa disini cenderung lebih produktif bukan konsumtif. Siswa yang aktif untuk mencari apa namanya bahan untuk belajar jadi siswa lebih aktif sebagai pembelajar siswa lebih aktif dalam semua kegiatan.
c. Apa tujuan dari penerapan pendidikan yang humanis? Siswa itu lebih ini ya, jadi menemukan, menemukan passionnya, dia bisa jadi pembelajar yang ulung dalam artian dia itu bisa menemukan gitu lo. Jadi tidak hanya sekedar produktif tadi tidak hanya sekedar menerima penjelasan guru, jadi mereka aktif mencari.
d. Adakah reward dan punishment dalam proses pembelajaran? Itu sesuai kesepakan jadi bukan bukan seperti halnya di sekolah formal sudah ada tata tertibnya yang jelas dalam artian guru yang membuat peraturan ini, tapi disini disepakati bersama yaitu guru sama murid.
e. Contoh penggunaan punishment seperti apa? Seperti tadi misalkan ada siswa yang ijin tidak masuk gitu lo, itu harus ijinnya tidak hanya ke pendamping tapi ke semua temennya satu kelas jadi semua temennya tau dan pendampingnya juga tau apa kegiatannya, dimana, dan itu nanti harus ada report. Jika melanggar, membuat kesepakatan lagi ngobrol face to face nanti maunya gimana
f. Apa media atau alat yang digunakan dalam proses pembelajaran? Semua yang ada di sekitar ini merupakan media dan alat pembelajaran, jadi tidak harus berupa satu alat yang memang khusus ini gitu, tidak harus. Jadi apa yang di sekitar kita sudah disediakan alam ya ini media kita. Misalkan kita mau ini, apa namanya belajar tentang tumbuhan gitu kan proses tumbuh dan sebagainya kalau biologi, mereka tanem mereka apa namanya apa eksperimen dengan tanaman itu, jadi mereka catat hasilnya jadikan hipotesis dan proses belajarnya dari situ.
g. Adakah faktor yang mendukung pendidikan humanis di sekolah ini?
91
Dari diri siswa dan lingkungannya, jadi mereka tidak ada tekanan, mereka tidak terbelenggu sistem, mereka lebih merdeka, itu yang mendukung.
h. Adakah faktor yang menghambat pendidikan humanis di sekolah ini? Dari lingkungan an diri mereka sendiri, misalkan faktor males, faktor apa namanya ya keegoisan dalam artian misalkan udah sepakat terus mereka langgar kesepakatan.
i. Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran? Dibikin diskusi, diskusi jadi evaluasi secara evaluasi terkait pribadi dan kelas gitukan biasanya disini hari sabtu dievaluasi bersama dari kegiatannya apa saja, hambatannya apa, yang sudah dicapai apa, terus solusinya bagaimana, next gimana lagi.
92
2. Kode Responden : AZ
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Tempat : Depan kelas
Waktu : 10:51 WIB
a. Apakah sekolah ini menerapkan pendidikan yang humanis? Tapi disini saya kebetulan lebih fokusnya ke administratif jadi nggak
terlibat secara intens sama anak-anak gitu, tapi dampingi Cuma
seminggu sekali itupun Cuma buat pelajaran Bahasa Inggris.
b. Bagaimana penerapan pendidikan yang humanis dalam pembelajaran? Kalau Bahasa Inggris sih kan karena mereka belum punya banyak
bayangan apa-apa, aku kasih apa ya kayak materi itu masih dari
saya tapi kalau itu lebih ke saya nggak maksain, misal kalau materi
ini harus selesai, enggak saya tergantung anak didik menguasai
materi ya udah segitu nggak tak paksain.
c. Apa tujuan dari penerapan pendidikan yang humanis? Disini tuh lebih ke karena berpusat ke anak jadi dia itu mau ngapain,
dia passionnya dimana, dia nggak apa dia sukanya gimana tapi
digali di situ jadi dia menemukan dirinya itu seperti apa, sebagai
wadah anak untuk menemukan dirinya sendiri.
d. Adakah reward dan punishment dalam proses pembelajaran? Kesepakatan lagi, kalau selama kita nggak butuh ya nggak, kalau
selama ini berlaku sama aku nggak pake.
e. Contoh penggunaan punishment seperti apa? Paling yang itu temennya sendiri sih. Apa kalau tidak misalkan
karena Cuma megang apa reward sama punishment itu berlakunya
biasanya di kelas, itukan saya Cuma megang kayak satu mata
pelajaran mungkin mereka punya kesepakatan sendiri tapi saya
nggak tau.
f. Apa media atau alat yang digunakan dalam proses pembelajaran? Paling biasa sih masih sebatas papan tulis sama kapur aja, kalau
saya pake media paling film terus atau lagu, previewnya pake
Bahasa Inggris kayak gitu.
g. Adakah faktor yang mendukung pendidikan humanis di sekolah ini?
93
Karena disini nggak ada yang maksa, maksudnya kalau memang dia
nggak suka ya udah nggak papa.
h. Adakah faktor yang menghambat pendidikan humanis di sekolah ini? Kan kadang nggak suka tapi tetep harus ikut mungkin jadi apa ya
nggak sepenuh hati jadi materipun kurang.
i. Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran? Saya nggak. Biasanya apa minggu ini pelajarannya masih part of
speach minggu depan saya review belum bisa ya reviewnya pake
pertanyaan pake antar temen ngobrol-ngobrol apakan, jadi saya
bisa lihat ph ternyata masih disini aja dulu kita nggak pindah-pindah
part.
94
3. Kode Responden : AD
Hari/tanggal : Senin, 18 Mei 2016
Tempat : Kantor SPPQT
Waktu : 16:05 WIB
a. Apakah sekolah ini menerapkan pendidikan yang humanis? Sing penting ora njotosi muridte.
b. Bagaimana penerapan pendidikan yang humanis dalam pembelajaran? Sing tak terapke ki apa yang menjadi kepentinganku kucoba
kuutarakan kepada anak-anak tapi dalam bahasa yang seakan-akan
mereka paham. Aku memilih format yang mereka bisa
menerimanya. Maksudte aku yo teko ngomong, ngomong, ngomong
aja tidak mencoba untuk berlagak menjadi seorang pembina usia,
mergo ngko pasti wah.. ki mesti aku meh ditausiyahi, gah deh.
c. Apa media atau alat yang digunakan dalam proses pembelajaran? Nggak pake media.
d. Adakah faktor yang mendukung pendidikan humanis di sekolah ini? Aku menciptakan situasinya, jadi supaya dia nyaman duduk
bersamaku, supaya dia mau mendengarkan apa yang kubicarakan,
maka aku menciptakan situasinya kondusif. Aku kadang-kadang
sampe heran kenapa sampe jam segini mereka belum ada yang
pengen pulang.
e. Adakah faktor yang menghambat pendidikan humanis di sekolah ini? Jadwalnya tabrakan, kadang-kadang SPPQT kan kadang-kadang
ada kegiatan yang tidak terencana dan terjadi, kadang-kadang
urusane karo njobo terus akhire sekelompok sini kelompok yang
mana-mana tiba-tiba si anu tidak ada yang hadir lagi acara ini pak,
oh.. berarti sak kelompok nggak hadir semua.
f. Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran? Aku tidak menilai. Aku nak ngomong ngono iku kadang melontarkan
pertanyaan dan kebanyakan aku untuk mengangkat pembahasan
“coba kamu, silahkan ada yang bertanya” dia mulai bertanya, aku
langsung angkat seko kono tapi nak ora, aku sing gowo materi.
95
B. SISWA
1. Kode Responden : AM
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Tempat : Teras ruang komputer
Waktu : 11:10 WIB
a. Mengapa sekolah disini?
Penak bebas.
b. Bagaimana perasaannya sekolah disini?
Pas pertama masuk disini tuh beda, seperti nggak mau sekolah
disini, tapi setelah beberapa minggu, krasan ya disini lebih enak
daripada sekolah di lain.
c. Bagaimana proses pembelajaran disini?
Misale Bahasa Inggris di kasih tugas, nanti misale Bahasa Indonesia
dialihkan menjadi Bahasa Inggris jangan pake google translate, tapi
ya saya pake google translate, nanti yo paling gurunya ya udah
nggakpapa.
d. Bagaimana guru disini?
Ya penak legowo.
e. Apa tujuan sekolah disini?
Hidupe bermanfaat.
f. Bagaimana evaluasi pembelajarannya?
Tinggal laporan dapet apa, kemarin belajarnya gini..gini..gini.
g. Pernah mendapat hukuman atau hadiah?
Kadang-kadang guru ada yang jengkel, tapi ya itu gara-gara ulah
sendiri. Intine misale gek gurune gek nerangke aku ngobrol dewe
karo koncone, teko-teko langsung “tadi bahas apa?”, “mboh aku ra
reti”. Nggak pernah di hukum.
96
2. Kode Responden : AS
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Tempat : Teras ruang komputer
Waktu : 11:16 WIB
a. Mengapa sekolah disini?
Sebenernya ini pertama dipilihin orang tua, jadi aku belum sempet
kesini. Untuk awal disini juga, sekolah gimana, kok omongnya
pendapat sendiri-sendiri.
b. Bagaimana perasaannya sekolah disini?
Seneng sih soalnya udah punya temen baru, juga sekolahnya agak
beda, agak santai sih sekolah disini berangkat agak siang.
c. Bagaimana proses pembelajaran disini?
Disini kan nggak belajar juga, cuman disini kan belajarnya sendiri,
yang penting cuma minta pendamping doang.
d. Bagaimana guru disini?
Cuman membantu, disini tuh kayak serasa temen, gimana ya mbak
ya, namanya juga manusia pasti membutuhkan orang lain ya kita
belajar juga butuh yang bantuin.
e. Bagaimana evaluasi pembelajarannya?
Biasanya evaluasi tuh setiap hari sabtu, jadi selama seminggu gitu
kan kita punya targetan apa, ntar juga yang dicapai juga apa gitu.
Jika target tidak tercapai ada yang mengulang lagi ada yang ya
udah bikin target baru. Kayak misal targetnya nulis, kalau nggak tau
kan mungkin di kasih tau gimana ide-ide yang baik.
97
3. Kode Responden : SJ
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2016
Tempat : Teras ruang komputer
Waktu : 11:22 WIB
a. Mengapa sekolah disini?
Ya seneng aja.
b. Bagaimana perasaannya sekolah disini?
Nyaman seneng.
c. Bagaimana proses pembelajaran disini?
Misalkan ada forum film itukan saya nggak tau, terus diingetin, itu ada
film. Bikin film dan pernah main film.
d. Bagaimana guru disini?
Ya sabar ya baik
e. Apa tujuan sekolah disini?
Pengen belajar perfilman ama itu apa musik.
f. Pernah mendapat hukuman atau hadiah?
Belum.
98
Pembelajaran di kelas
Diskusi Kelompok dengan Pendamping
99
Ruang komputer
Dinding Kelas
100
Perpustakaan
Belajar musik
101
Alat Musik Sekolah
Karya Siswa
102
Rancangan Belajar
Karya Siswa
103
Gedung Utama
Belajar di Mushola
104
Desain Siswa
Pendamping
105
Belajar Menari
Kepala Sekolah
106
TRINGULASI DATA
Kategori Data Proposisi Kesimpulan
Konsep
Pendidikan
Humanis
mereka bebas mau belajar
apa saja sesuai dengan
passion mereka tanpa apa
namanya terbelenggu
sistem harus ini ini. (HK)
Pendidikan yang
bebas tanpa
terbelenggu sistem.
Pendidikan humanis
adalah pendidikan
yang membebaskan
anak untuk belajar
sesuai keinginan
dan tanpa ada
kekerasan.
Kalau Bahasa Inggris sih
kan karena mereka belum
punya banyak bayangan
apa-apa, aku kasih apa ya
kayak materi itu masih
dari saya tapi kalau itu
lebih ke saya nggak
maksain, misal kalau
materi ini harus selesai,
enggak saya tergantung
anak didik menguasai
materi ya udah segitu
nggak tak paksain. (AZ)
Pendidikan tanpa
paksaan pada siswa.
Sing penting ora njotosi
muridte. (AD)
Pendidikan tanpa
kekerasan.
Siswa bebas dalam belajar
dan siswa yang aktif
dalam pembelajaran. (AB)
Pendidikan yang
bebas dalam
pembelajaran.
Metode
Pembelajaran
Pendidikan
Humanis
Siswa disini cenderung
lebih produktif bukan
konsumtif. Siswa yang
aktif untuk mencari apa
namanya bahan untuk
belajar jadi siswa lebih
aktif sebagai pembelajar
siswa lebih aktif dalam
semua kegiatan. (HK)
Siswa aktif mencari
apa yang ingin
dipelajari.
Metode
Pembelajaran
pendidikan humanis
adalah siswa aktif
belajar sesuai
dengan
keinginannya.
Disini tuh lebih ke karena
berpusat ke anak jadi dia
itu mau ngapain, dia
passionnya dimana, dia
nggak apa dia sukanya
gimana tapi digali. (AZ)
Pembelajaran
disesuaikan
keinginan siswa.
Sing tak terapke ki apa
yang menjadi
kepentinganku kucoba
kuutarakan kepada anak-
anak tapi dalam bahasa
yang seakan-akan mereka
paham. Aku memilih
format yang mereka bisa
Guru mengajar
sesuai dengan
karakteristik siswa.
107
menerimanya. Maksudte
aku yo teko ngomong,
ngomong, ngomong aja
tidak mencoba untuk
berlagak menjadi seorang
pembina usia, mergo ngko
pasti wah.. ki mesti aku
meh ditausiyahi, gah deh.
(AD)
Tujuan
Pendidikan
Humanis
Siswa itu lebih ini ya, jadi
menemukan, menemukan
passionnya, dia bisa jadi
pembelajar yang ulung
dalam artian dia itu bisa
menemukan gitu lo. Jadi
tidak hanya sekedar
produktif tadi tidak hanya
sekedar menerima
penjelasan guru, jadi
mereka aktif mencari.
(HK)
Siswa dapat
menemukan
bakatnya dan siswa
menjadi produktif
Tujuan pendidikan
humanis adalah agar
siswa dapat
menemukan
bakatnya dan
menjadikan siswa
lebih produktif.
Disini tuh lebih ke karena
berpusat ke anak jadi dia
itu mau ngapain, dia
passionnya dimana, dia
nggak apa dia sukanya
gimana tapi digali di situ
jadi dia menemukan
dirinya itu seperti apa,
sebagai wadah anak untuk
menemukan dirinya
sendiri. (AZ)
Membantu siswa
menemukan dan
menggali bakatnya.
Media atau
Alat
Semua yang ada di sekitar
ini merupakan media dan
alat pembelajaran, jadi
tidak harus berupa satu
alat yang memang khusus
ini gitu, tidak harus. Jadi
apa yang di sekitar kita
sudah disediakan alam ya
ini media kita. Misalkan
kita mau ini, apa namanya
belajar tentang tumbuhan
gitu kan proses tumbuh
dan sebagainya kalau
biologi, mereka tanem
mereka apa namanya apa
eksperimen dengan
tanaman itu, jadi mereka
catat hasilnya jadikan
Semua yang ada di
sekitar adalah
media.
Media atau alat
dalam pembelajaran
yang digunakan
adalah semua yang
ada disekitar dapat
digunakan dan
bahkan tanpa media
dan alat pun
pembelajaran dapat
berlangsung.
108
hipotesis dan proses
belajarnya dari situ. (HK)
Paling biasa sih masih
sebatas papan tulis sama
kapur aja, kalau saya pake
media paling film terus
atau lagu, previewnya
pake Bahasa Inggris
kayak gitu. (AZ)
Alat dan mendia
yang digunakan
adalah papan tulis,
kapur, fil, dan lagu.
Nggak pake media. Tidak memakai
Reward dan
Punishment
dalam
Pendidikan
Humanis
Itu sesuai kesepakan jadi
bukan bukan seperti
halnya di sekolah formal
sudah ada tata tertibnya
yang jelas dalam artian
guru yang membuat
peraturan ini, tapi disini
disepakati bersama yaitu
guru sama murid. Seperti
tadi misalkan ada siswa
yang ijin tidak masuk gitu
lo, itu harus ijinnya tidak
hanya ke pendamping tapi
ke semua temennya satu
kelas jadi semua
temennya tau dan
pendampingnya juga tau
apa kegiatannya, dimana,
dan itu nanti harus ada
report. Jika melanggar,
membuat kesepakatan lagi
ngobrol face to face nanti
maunya gimana. (HK)
Sesuai kesepakatan,
bahkan tidak ada
hukuman karena
dapat diatasi dengan
ngobrol face to face.
Reward dan
punishmen tidak
ada, kalau adapun
hukuman Cuma
sebatas ngobrol face
to face.
Kesepakatan lagi, kalau
selama kita nggak butuh
ya nggak, kalau selama ini
berlaku sama aku nggak
pake. Paling yang itu
temennya sendiri sih. Apa
kalau tidak misalkan
karena Cuma megang apa
reward sama punishment
itu berlakunya biasanya di
kelas, itukan saya Cuma
megang kayak satu mata
pelajaran mungkin mereka
punya kesepakatan sendiri
tapi saya nggak tau. (AZ)
Tidak ada hukuman.
Faktor
Pendukung
Dari siswa dan
lingkungannya, jadi
Siswa yang bebas
Faktor yang
mendukung adalah
109
mereka tidak ada tekanan,
mereka tidak terbelenggu
sistem, mereka lebih
merdeka, itu yang
mendukung. (HK)
siswa yang senang
dan guru yang
mengerti keinginan
siswa.
Karena disini nggak ada
yang maksa, maksudnya
kalau memang dia nggak
suka ya udah nggak
papa.(AZ)
Guru yang tidak
memaksa siswa.
Aku menciptakan
situasinya, jadi supaya dia
nyaman duduk
bersamaku, supaya dia
mau mendengarkan apa
yang kubicarakan, maka
aku menciptakan
situasinya kondusif. Aku
kadang-kadang sampe
heran kenapa sampe jam
segini mereka belum ada
yang pengen pulang. (AD)
Guru yang mengerti
keinginan siswa.
Siswa senang dan
nyaman. (AB) Siswa senang
Faktor yang
Menghambat
Dari lingkunganan diri
mereka sendiri, misalkan
faktor males, faktor apa
namanya ya keegoisan
dalam artian misalkan
udah sepakat terus mereka
langgar kesepakatan.
(HK)
Rasa malas siswa.
Faktor yang
menghambat yaitu
rasa malas siswa
dan adanya acara
dadakan.
Kan kadang nggak suka
tapi tetep harus ikut
mungkin jadi apa ya
nggak sepenuh hati jadi
materipun kurang. (AZ)
Tidak suka
pelajarannya tapi
tetap ikut.
Jadwalnya tabrakan,
kadang-kadang SPPQT
kan kadang-kadang ada
kegiatan yang tidak
terencana dan terjadi,
kadang-kadang urusane
karo njobo terus akhire
sekelompok sini
kelompok yang mana-
mana tiba-tiba si anu
tidak ada yang hadir lagi
acara ini pak, oh.. berarti
sak kelompok nggak
Acara yang tidak
terencana.
110
hadir semua. (AD)
Tidak ada. (AB) Tidak ada.
Evaluasi
Dibikin diskusi, diskusi
jadi evaluasi secara
evaluasi terkait pribadi
dan kelas gitukan
biasanya disini hari sabtu
dievaluasi bersama dari
kegiatannya apa saja,
hambatannya apa, yang
sudah dicapai apa, terus
solusinya bagaimana, next
gimana lagi. (HK)
Diskusi, dievaluasi
bersama, bahkan
dievaluasi diri
sendiri.
Evaluasi dilakukan
bersama, bahkan
dapat dievaluasi
sendiri. Tidak ada
penilaian.
Saya nggak. Biasanya apa
minggu ini pelajarannya
masih part of speach
minggu depan saya review
belum bisa ya reviewnya
pake pertanyaan pake
antar temen ngobrol-
ngobrol apakan, jadi saya
bisa lihat oh ternyata
masih disini aja dulu kita
nggak pindah-pindah part.
(AZ)
Mengamati interaksi
siswa di kelas.
Aku tidak menilai. Aku
nak ngomong ngono iku
kadang melontarkan
pertanyaan dan
kebanyakan aku untuk
mengangkat pembahasan
“coba kamu, silahkan ada
yang bertanya” dia mulai
bertanya, aku langsung
angkat seko kono tapi nak
ora, aku sing gowo materi.
(AD)
Tidak menggunakan
penilaian.
Guru
Ya penak legowo. (AM) Sabar
Guru seperti teman,
sabar, dan baik.
Cuman membantu, disini
tuh kayak serasa temen,
gimana ya mbak ya,
namanya juga manusia
pasti membutuhkan orang
lain ya kita belajar juga
butuh yang bantuin. (AS)
Seperti teman dan
cuma membantu
Ya sabar ya baik. (SJ) Baik
Siswa
Penak bebas.(AM) Bebas Siswa merasa bebas,
senang, dan
nyaman.
Seneng sih soalnya udah
punya temen baru, juga
sekolahnya agak beda,
Senang
111
agak santai sih sekolah
disini berangkat agak
siang.(AS)
Nyaman seneng.(SJ) Nyaman
112
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Hidayatul Maghfiroh Jurusan: Tarbiah NIM : 111-12-030 Prodi : PAI Dosen PA : Agus Ahmad Suadi Lc.MA
No Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai
1. Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
5-7 September
2012 Peserta 3
2. Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
Jurusan Tarbiah STAIN
Salatiga
8-9 September
2012 Peserta 3
3. Orientasi Dasar
Keislaman 10 September 2012 Peserta 2
4. Entrepreneurship dan
Perkoperasian 2012
(Explore Your
Entrepreneurship Talent)
11 September 2012 Peserta 2
5. Achicment Motivation
Training 12 September 2012 Peserta 2
6. Library User Education 13 September 2012 Peserta 2
7. Seminar Pendidikan HMJ
Tarbiyah STAIN Salatiga
(Menimbang Mutu dan
Kualitas Pendidikan di
Indonesia)
2 Mei 2013 Peserta 2
8. Seminar Nasional
Entrepreneurship
(Menumbuhkan Jiwa
Entrepreneurship Generasi
Muda)
27 Mei 2013 Peserta 8
9. Training SIBA-SIBI UAS
Semester Genap 2013 21-22 Juni 2013 Peserta 2
10. Seminar Nasional dan
Dialog Publik
(Penyesuaian Harga BBM
Bersubsidi)
27 Juni 2013 Peserta 8
11. Seminar Nasional
(Mengawal Pengendalian
BBM Bersubsidi,
Kebijakan BLSM yang
Tepat Sasaran serta
Pengendalian Inflasi
dalam Negeri sebagai
8 Juli 2013 Peserta 8
113
Dampak Kenaikan Harga
BBM Bersubsidi)
12. Workshop
Entrepreneurship 22 Agustus 2014 peserta 2
13. Workshop Nasional
(Sukses Akademik,
Sukses Bakat, dan Hidup
Bermartabat dengan
Karya)
16 Desember 2014 Peserta 8
14. Seminar Nasional
(Peranan Technopreneur
dalam Mendukung
Program Pemerintah
Melalui Ekonomi Kreatif)
15 April 2015 Peserta 8
15. Seminar Nasional
Kewirausahaan (Jiwa
Muda Berani
Berwirausaha)
30 Oktober 2015 Peserta 8
16. Panitia Pengajian Al-
Khidmah 13 Februari 2016 Panitia 3
17. Panitia Lomba TPQ Baitul
Makmur (Anak Sholeh
Ceria)
13 Februari 2012 Panitia 3
18. Panitia Lomba TPQ Baitul
Makmur (Anak Sholeh
Ceria)
13 Februari 2016 Juri 4
19. Panitia Upgrading Remaja
Masjid dan Karang Taruna 17 Februari 2016 Panitia
3
20. Panitia Lomba Voli
(dalam Rangka Menjalin
Tali Persaudaraan
Mahasiswa KKN IAIN
Salatiga dengan
Masyarakat Kelurahan di
Desa Randuacir
Kecamatan Argomulyo
Salatiga)
20-21 Februari
2016 Panitia 5
21. Nusantara Mengaji
(Serentak Seindonesia
untuk Keselamatan &
Kesejahteraan Bangsa)
8 Mei 2016 Peserta 2
22. Seminar Nasional (LGBT
dalam Perspektif
Psikologi dan Kesehatan)
26 Mei 2016 Peserta 8
23. Ngaji Akbar Jurnalistik
dan Seminar Nasional 26 Juni 2016 Peserta 8
114
TOTAL 102
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Hidayatul Maghfiroh Jurusan: Tarbiah NIM : 111-12-030 Prodi : PAI Dosen PA : Agus Ahmad Suadi Lc.MA
No Nama Kegiatan Tanggal Keterangan Nilai
24. Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
5-7 September
2012 Peserta 3
25. Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
Jurusan Tarbiah STAIN
Salatiga
8-9 September
2012 Peserta 3
26. Orientasi Dasar
Keislaman 10 September 2012 Peserta 2
27. Entrepreneurship dan
Perkoperasian 2012
(Explore Your
Entrepreneurship Talent)
11 September 2012 Peserta 2
28. Achicment Motivation
Training 12 September 2012 Peserta 2
29. Library User Education 13 September 2012 Peserta 2
30. Seminar Pendidikan HMJ
Tarbiyah STAIN Salatiga
(Menimbang Mutu dan
Kualitas Pendidikan di
Indonesia)
2 Mei 2013 Peserta 2
31. Seminar Nasional
Entrepreneurship
(Menumbuhkan Jiwa
Entrepreneurship Generasi
Muda)
27 Mei 2013 Peserta 8
32. Training SIBA-SIBI UAS
Semester Genap 2013 21-22 Juni 2013 Peserta 2
33. Seminar Nasional dan
Dialog Publik
(Penyesuaian Harga BBM
Bersubsidi)
27 Juni 2013 Peserta 8
34. Seminar Nasional
(Mengawal Pengendalian
BBM Bersubsidi,
Kebijakan BLSM yang
Tepat Sasaran serta
8 Juli 2013 Peserta 8
115
Pengendalian Inflasi
dalam Negeri sebagai
Dampak Kenaikan Harga
BBM Bersubsidi)
35. Workshop
Entrepreneurship 22 Agustus 2014 peserta 2
36. Workshop Nasional
(Sukses Akademik,
Sukses Bakat, dan Hidup
Bermartabat dengan
Karya)
16 Desember 2014 Peserta 8
37. Seminar Nasional
(Peranan Technopreneur
dalam Mendukung
Program Pemerintah
Melalui Ekonomi Kreatif)
15 April 2015 Peserta 8
38. Seminar Nasional
Kewirausahaan (Jiwa
Muda Berani
Berwirausaha)
30 Oktober 2015 Peserta 8
39. Panitia Pengajian Al-
Khidmah 13 Februari 2016 Panitia 3
40. Panitia Lomba TPQ Baitul
Makmur (Anak Sholeh
Ceria)
13 Februari 2012 Panitia 3
41. Panitia Lomba TPQ Baitul
Makmur (Anak Sholeh
Ceria)
13 Februari 2016 Juri 4
42. Panitia Upgrading Remaja
Masjid dan Karang Taruna 17 Februari 2016 Panitia
3
43. Panitia Lomba Voli
(dalam Rangka Menjalin
Tali Persaudaraan
Mahasiswa KKN IAIN
Salatiga dengan
Masyarakat Kelurahan di
Desa Randuacir
Kecamatan Argomulyo
Salatiga)
20-21 Februari
2016 Panitia 5
44. Nusantara Mengaji
(Serentak Seindonesia
untuk Keselamatan &
Kesejahteraan Bangsa)
8 Mei 2016 Peserta 2
45. Seminar Nasional (LGBT
dalam Perspektif
Psikologi dan Kesehatan)
26 Mei 2016 Peserta 8
116
117
118
119