Post on 01-Nov-2020
i
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus sp PADA TERASI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH NAGA
MERAH (Hylocereus Polyrhizus) SEBAGAI PEWARNA ALAMI
(Studi pada Produksi Terasi Rumahan di Desa Pakong Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan Madura)
KARYA TULIS ILMIAH
GITA SAMPELALAN
15.131.0059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2018
ii
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus sp PADA TERASI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH NAGA
MERAH (Hylocereus Polyrhizus) SEBAGAI PEWARNA ALAMI
(Studi pada Produksi Terasi Rumahan di Desa Pakong Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan Madura)
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Studi Diploma III Analis Kesehatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang
GITA SAMPELALAN
15.131.0059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2018
iii
iv
v
ABSTRAK
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus sp PADA TERASI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH NAGAMERAH (Hylocereus Polyrhizus)
SEBAGAI PEWARNA ALAMI
Gita Sampelalan1, Farach Khanifah
2, Faris Hamidi
3
Program Studi Diploma III Analis Kesehatan Stikes ICME Jombang
*Email: Gitasampelalan@gmail.com
Zat pewarna merupakan bahan tambahan pangan yang memberikan kesan menarik bagi pelanggan, menyeragamkan, menstabilkan warna, dan menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan. Rhodamin B adalah pewarna sintesis yang berbahaya digunakan pada terasi karena harganya yang relatife murah dan warna yang dihasilkan mencolok, ekstrak buah naga digunakan sebagai pengganti rhodamin B yang menghasilkan warna merah dan dapat dijadikan sebagai pewarna alami. Aspergillus sp merupakan jamur yang mudah tumbuh pada makanan yang pengolahannya tidak higenis. Makanan yang terkontaminasi oleh Aspergillus sp, apabila dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu lama akan menyebabkan kanker hati, gangguan sistem syaraf pusat dan lever serta hepatitis.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini terasi yang diproduksi desa pakong kabupaten pamekasan dan teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling. Kemudian data diolah dengan editing, coding, tabulating. Analisa dalam pemeriksaan ini dinyatakan dalam persentase.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada terasi dengan penambahan ekstrak buah naga 100% terdapat jamur Aspergillus sp. Dengan penambahan ekstrak buah naga sebanyak 80% terdapat jamurAspergillus sp.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terasi tanpa penambahan ekstrak buah naga 100% terdapat jamur Aspergillus sp, sedangkan terasi dengan penambahan ekstrak buah naga 80% terdapat jamur Aspergillus sp.
Kata Kunci : Zat pewarna, Terasi, Aspergillus sp
vi
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF MUSHROOMS Aspergillus sp ON CONTROL WITH ADDITION OF RED DRAGON FRUIT EXTRACT (Hylocereus Polyrhizus)
AS NATURAL DYES
Gita Sampelalan1, Farach Khanifah
2, Faris Hamidi
3
Study Program of Diploma III Health AnalystStikes ICME Jombang
*Email:Gitasampelalan@gmail.com
Coloring agents were food additives that give the impression of attractive to customers, homogenize, stabilize color, and cover color changes due to processing and storage. Rhodamin B is a dangerous synthetic dye used in shrimp paste because the price is relatively cheap and the resulting color is striking, dragon fruit extract is used instead of rhodamine B which produces red color and can be used as a natural dye. Aspergillus sp is a fungus that is easy to grow on food that is not hygienic. Food contaminated with Aspergillus sp, if consumed continuously for a long time will cause liver cancer, central nervous system disorders and liver and hepatitis
The research design used was descriptive. The population in this study was Shrimp paste produced by Pakong village, Pamekasan regency and the sampling technique used was total sampling. Then the data was processed by editing, coding, tabulating. Analysis in this examination was expressed in percentages.
The results of the research that had been done on shrimp paste with the addition of 100% dragon fruit extract contained fungus Aspergillus sp. With the addition of 80% dragon fruit extract there was Aspergillus sp.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terasi tanpa penambahan ekstrak buah naga 100% terdapat jamur Aspergillus sp, sedangkan terasi dengan penambahan ekstrak buah naga 80% terdapat jamur Aspergillus sp.
Based on the results of the study it could be concluded that shrimp paste without the addition of 100% dragon fruit extract contained Aspergillus sp, while the paste with the addition of 80% dragon fruit extract contained fungus Aspergillus sp.
Keywords: dye, Shrimp paste, Aspergillus sp
vii
viii
ix
x
xi
MOTTO
“ Hiduplah Seakan Kamu Akan Mati Besok.
Belajarlah Seakan Kamu Akan Hidup Selamanya ”
xii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah. Puji syukur atas segala Rahmad-Mu Ya Allah. Engkau
telah berikan kelancaran untuk menyelesaikan tugas akhirku. Tak lupa sholawat
serta salam aku panjatkan kepada Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasalam.
1. Aku persembahkan karya tulis ini untuk Bapak dan Mama tercinta yang
tak pernah lelah untuk memberikan motivasi, dukungan, semangat serta
senantiasa melantunkan do’a yang tulus untuk mengiringi setiap
langkahku.
2. Teruntuk kakakku Aggeng Ilaga Saputra yang selalu memberi dukungan,
Ilmu dan nasehat dalam meraih cita-citasaya
3. Untuk semua dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya.
Terimakasih telah membimbing dan mengajarkan saya bebagai hal, dari
saya tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, serta
membimbing dengan sepenuh hati Sri Sayekti, S.Si., M.Ked, Farach
Khanifah, S.Pd., M.Si, Faris Hamidi, S.Si., MM, Sri Lestari SKM, Soffa
Marwa Lesmana,Amd AK, Awaluddin Susanto,S.Pd.M.Kes, dan seluruh
dosen STIKes ICME Jombang yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu. Semoga ilmu bapak dan ibu berikan menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi ladang amal di Syurga kelak, Aamiin.
xiii
Dan Untuk Teman- Teman Seperjuanganku
1. Terimakasih selalu memberi dukungan dan selalu mendoakanku dan
menemaniku berjuang bersama, terimakasih untukmu Merin dwi jayanti,
Siti nurkholisoh, Rosana Nadhirotul Ula, Yulia Yusitta, Farah Dilah Agni
2. Trimakasih untuk ketiga sahabat karibku yang paling sering saya
repotkan Muhtar Sidi, Racmat Nur Prabowo, Taufik Hidayatullah,
3. Terimakasih untuk patner bimbingan atas masukan dan dukungan kalian,
Scaskita, Novian, Citra,
4. Terimakasih untuk keluarga kos, adek2 ku tersayang, Devita Nurcahyanti,
Hesti Windarti, Firda Virnanda Sari
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga proposal karya tulis ilmiah ini berhasil terselesaikan. Karya tulis ilmiah
ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Diploma III Analis
Kesehatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul “Identifikasi Jamur
Aspergillus Sp Pada Terasi Dengan Penambahan Ekstrak Buah Naga Merah
(Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami” Untuk menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini adalah suatau hal yang mustahil apabila penulis tidak mendapat
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada H. Imam Fathoni, S.KM.,MM selaku Ketua
STIKes ICMe Jombang, Sri Sayekti, S.Si., M.Ked selaku Kaprodi D-III Analis
Kesehatan, Farach Khanifah, S.Pd.,M.Si selaku pembimbing utama dan Faris
Hamidi, S.Si.,MM selaku pembimbing anggota karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan, keluarga kecil saya Bapakdan Mama serta kakak saya yang
tercinta, yang selalu memberikan dukungan kasih dan sayangnya dan dukungan
secara materiil serta ketulusan do’anya sehingga peneliti mampu menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini dengan baik, serta sahabat seperjuangan merin, Rosana,
Sitta, Nur, Antok, Taufik, Muhtar yang selalu memberikan dukungan dan
semangatnya, saya sayang kalian.
Karya tulis ilmiah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran
yang dapat mengembangkan karya tulis ilmiah sangat peneliti harapkan guna
menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.
Jombang, 1 September2018
Peneliti
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM.............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... vii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... viii
SURAT KEASLIAN .......................................................................................... ix
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. x
MOTTO ............................................................................................................ xi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. xii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR ISI...................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah Naga ..................................................................................... 4
2.2 Terasi.............................................................................................. 9
2.3 Pewarna Sintetik ............................................................................ 9
2.4 Rhodamin B.................................................................................... 10
2.5 Jamur Aspergillus sp ...................................................................... 11
2.6 Patogenitas Aspergillus sp............................................................. 14
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur ............ 14
2.8 Identifikasi jamur Aspergillus sp .................................................... 15
2.9 Penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain ................................... 16
xvi
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................... 17
3.2 Penjelasan kerangka konseptual .................................................. 18
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .......................................................................... 19
4.2 Waktudan Tempat penelitian ........................................................ 19
4.3 Kerangka Kerja .............................................................................. 20
4.4 Populasi, sampel dan sampling .................................................... 21
4.5 Definisi operasional variabel ......................................................... 21
4.6 Instrumen penelitian dan cara penelitian ...................................... 22
4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data .................................. 25
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian............................................................................... 28
5.2 Pembahasan .................................................................................. 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 33
6.2 Saran ............................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Identifikasi Jamur Aspergillus Sp Pada Terasi Dengan
Penambahan Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus
Polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami .............................................. 22
Tabel 5.1 Hasil identifikasi jamur Aspergillus sp pada terasi dengan
penambahan ekstrak buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) sebagai pewarna alami .............................................. 29
Tabel 5.2 Persentase adanya jamur Aspergillus sp pada terasi ................. 29
Tabel 5.3 Tingkat kesukaan masyarakat pada terasi dengan
penambahan ekstrak buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) sebagai pewarna alami .............................................. 29
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tumbuhan buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) ............... 5
Gambar 2.2 Struktur zat antosianin ................................................................. 8
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 17
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Identifikasi Jamur Aspergillus Sp Pada
Terasi Dengan Penambahan Ekstrak Buah Naga
Merah (Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami ........... 20
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumentasi hasil penelitian
Lampiran 2 : Tabel Pembuatan serbuk buah naga
Lampiran 3 : Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 4 : Lembar konsultasi pembimbing 1
Lampiran 5 : Lembar konsultasi pembimbing 2
Lampiran 6 : Perhitungan pembuatan media PDA
Lampiran 7 : Surat keterangan penelitian
Lampiran 8 : Lembar kuesioner penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.5 LATAR BELAKANG
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, seluruh masyarakat tanpa terkecuali
merupakan konsumen pangan. Makanan yang dikemas biasanya
mengandung bahan tambahan yaitu suatu bahan-bahan yang ditambahkan
kedalam makanan selama produksi, pengolahan, pengemasan atau
penyimpanan untuk tujuan tertentu. Secara umum jenis makanan yang
disukai khususnya makanan yang memenuhi selera dan terlihat menarik,
yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu dan tekstur. Agar makanan
tampak lebih menarik, citarasa yang baik dan tahan lama biasanya diberi zat
tambahan makanan. Salah satu masalah pangan yang masih memerlukan
perhatian adalah penggunaan bahan tambahan pangan untuk berbagai
keperluan (Mudjajanto, 2006).
Zat pewarna merupakan bahan tambahan pangan yang dapat
memperbaiki penampilan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan
mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah memberi kesan menarik
bagi konsumen, meyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi
perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan zat pewarna
makanan terbagi tiga bagian yaitu pewarna alami, pewarna identik alami dan
pewarna sintesis (Farhan, 2014).
Terasi adalah salah satu produk perikanan yang pembuatannya
dilakukan dengan proses fermentasi. Terasi umumnya berbahan dasar
utama udang kecil yang disebut juga udang rebon. Terasi ditambahkan zat
pewarna seperti warna merah oleh produsen agar lebih menarik hal itu
…..
2
mendorong produsen untuk menambahkan pewarna sintetis Rhodamin B.
Penggunaan Rhodamin B pada terasi karna harganya yang relatif murah dan
warna yang dihasilkan sangat mencolok. Hasil uji laboratorium terhadap 10
sampel terasi menunjukkan 100% terasi mengandung bahan tambahan
berbahaya yaitu Rhodamin B (Saraswati, 2006). Hasil penelitian berikutnya
menunjukkan bahwa empat sampel terasi 50% mengandung Rhodamin B
(Merlin, 2017).
Aspergillus sp adalah jamur yang dapat menghasilkan mikotoksin.
Makanan yang terkontaminasi oleh Aspergillus sp mengandung mikotoksin,
apabila makanan tersebut dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu
lama akan menyebabkan kanker hati, gangguan sistem syaraf pusat dan
lever serta hepatitis (Agus, 2006).
Peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan
dilarang untuk pangan diatur melalui SK menteri Kesehatan RI Nomor
722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan akan tetapi sering
terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan
makanan. Penggunaan pewarna seperti rhodamin B, methanil yellow
dilarang karna bersifat karsinogenik kuat yang dapat menyebabkan kanker
hati, kandung kemih, dan saluran cerna.
Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan pengembangan pewarna
alami dari buah naga merah sebagai alternatif bahan pewarna alami pada
makanan yang aman dan memiliki nilai gizi yang cukup untuk tubuh.
1.6 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah Apakah terdapat jamur Aspergillus sp pada terasi yang
telah ditambahkan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)?
…..
3
1.7 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah ada
atau tidaknya jamur Aspergillus sp pada terasi dengan penambahan ekstrak
buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai pewarna alami.
1.8 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya dalam bidang
analisa makanan. Dan sebagai bahan referensi yang bisa digunakan
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman untuk pembaca
terutama dalam mengetahui manfaat dari buah naga sebagai bahan
pewarna alami.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi tenaga kesehatan
Memberikan masukan dalam rangka meningkatkan penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat untuk menerapkan hidup sehat
dengan mengkonsumsi makanan yang baik.
b. Bagi masyarakat
Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat tentang pewarna
alami yang dapat ditambahkan pada terasi.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
2.1.1 Pengertian Buah Naga
Buah naga adalah buah sejenis pohon kaktus.Buah naga berasal
dari Meksiko, Amerika Selatan, Amerika Tengah namun saat ini buah naga
sudah ditanam secara komersial di Vietnam, Taiwan, Malaysia, Australia,
dan Indonesia. Nama asing dari buah naga adalah “dragon fruit”, dalam
bahasa latin buah naga dikenal dengan “phitahaya”, isi buah naga
berwarna putih, merah, atau unggu dengan taburan biji-biji berwarna hitam
yang boleh dimakan (Kristanto, 2014).
2.1.2 Taksonomi
Klasifikasi menurut (Hardjadinata, 2012) adapun sistematika
tumbuhan buah naga adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamily : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus polyrhizus
…..
5
Gambar 2.1 Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
Buah naga merah berbentuk bulat lonjong seperti nanas yang
memiliki sirip warna kulitnya merah jambu dihiasi sulur atau sisik seperti
naga.Buah ini termasuk dalam keluarga kaktus, yang batangnya berbentuk
segitiga dan tumbuh memanjat.Batang tanaman ini mempunyai duri
pendek dan tidak tajam.Bunganya seperti terompet putih bersih, terdiri atas
sejumlah benang sari berwarna kuning (Bellec dkk, 2006).Biji buah naga
sangat banyak dan tersebar di dalam daging buah.Bijinya kecil-kecil seperti
biji selasih.Biji buah naga dapat langsung dimakan tanpa mengganggu
kesehatan.Biji buah naga dapat dikecambahkan untuk dijadikan bibit. Buah
naga terdiri atas empat jenis, yaitu Hylocereus undatus dengan kulit buah
berwarna merah dan daging buah putih, Hylocereus polyrhizus dengan kulit
buah berwarna merah muda dengan daging buah merah, Selenicereus
megalanthus dengan kulit buah kuning dan daging buah putih, serta
Hylocereus costaricensis dengan kulit buah berwarna merah dan daging
buah super merah. Di sekujur kulit dipenuhi dengan jumbai-jumbai
berukuran 1-2 cm yang dianalogikan dengan sisik seekor naga (Winarsih,
2007).
Buah naga termasuk tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi
pada berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar
…..
6
matahari, angin dan curah hujan.Curah hujan yang ideal untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah sekitar 60mm/bulan
atau 720 mm/tahun.Sementara intensitas sinar matahari yang disukai
sekitar 70% – 80 %.Oleh karena itu tanaman ini sebaiknya ditanam di
lahan yang tidak terdapat naungan.Sirkulasi udaranya harus baik.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini akan lebih baik bila ditanam
di daerah dataran rendah antara 0 – 350m dpl. Suhu udara yang ideal bagi
tanaman ini antara 26º - 36º C dan kelembaban 70 – 90 %.Tanahnya harus
beraerasi baik. Sementara derajat keasaman (pH) tanah yang disukainya
bersifat sedikit alkalis 6,5 – 7 (Hardjadinata, 2010). Kandungan buah naga
buah naga merah memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi
dibandingkan jenis yang putih. Kandungan zat gizi buah naga merah, yaitu:
air, protein, lemak, betakaroten, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1, vitamin
B2, vitamin C, niasin. Selain zat gizi, buah naga merah juga mengandung
fitokimia yang baik bagi tubuh, diantaranya flavonoid. Kandungan flavonoid
pada daging buah naga merah sebanyak 7,21 ± 0,02 mg /100 gram.
Buah naga mengandung berbagai zat aktif yang dapat menurunkan
kadar kolesterol dan trigliserida darah, yaitu niasin, vitamin C serta serat
pangan dari bentuk pektin (Kristanto, 2008). Selain itu, buah ini
mengandung phytoalbumin antioxidant, polyunsaturated fatty acid (PUFA)
atau asam lemak tak jenuh ganda, besi, kalsium, fosfor, protein (Ariffin et
al, 2008).
…..
7
2.1.3 Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizeus)
Buah naga merah yang lebih banyak dikembangkan di Cina dan
Australia ini memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging
berwarna merah keunguan.Kulitnya terdapat sisik atau jumbai hijau. Rasa
buah lebih manis dibanding dengan Hylocereus undatus, kadar kemanisan
mencapai 13 – 15 briks (Andi, 2017).
2.1.4 Manfaat Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
Buah naga kaya akan kandungan vitamin yang berguna untuk
menjaga kondisi kesehatan manusia. Jenis vitamin yang terdapat dalam
buah ini diantaranya,vitamin C, vitamin B1, buah naga juga memiliki
karoten yang kerap dikaitkan dengan kemampuan anti karsigonetik
termasuk mengurangi tumor, mengonsumsi buah naga bisa mengurangi
resiko penyakit jantung serta tekanan darah. Buah ini juga merupakan
sumber yang baik untuk lemak tak jenuh yang mampu menjaga kesehatan
jantung dan mengatasi diabetes melitus (Andi, 2017).
Buah naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk segar atau diolah
dalam bentuk minuman jus. Setiap 100 gram buah naga mengandung
82,5-83 gram air, 0,21-0,61 gram lemak, 0,15-0,22 gram protein, 0,7- 0,9
gram serat, 0,005-0,01 mg karoten, 6,3-8,8 mg kalsium,30,2-31,6 mg
fosfor, 0,55-0,65 mg besi, 13-18 briks kadar gula, 11,5 gram karbohidrat,
60,4 mg magnesium, serta vitamin B1, B2, dan vitamin C (Pramudita,
2010).
2.1.5 Zat Antosianin Buah Naga Merah (Hylocereus polyhizeus)
Antosianin (bahasa Inggris: Anthocyanin, dari gabungan kata
Yunani :antos = “bunga” dan cyanos = “biru”) adalah pigmen larut air yang
secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan sesuai namnya.
Pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah, dan daun tumbuhan
…..
8
hijau, yang telah banyak digunakan sebagai pewarna alami pada berbagai
produk pangan dan berbagai aplikasi lainnya (Praja, 2015).
Secara kimia antosianin merupakan turunan struktur aromatik
tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin
dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi dan
glikolilasi (Harbome, 2005).Antosianin adalah senyawa yang bersifat
amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam
maupun basa.Dalam media asam antosianin berwarna merah, dan pada
media basa berubah menjadi unggu dan biru (Man, 1997).
Gambar 2.2 Struktur zat antosianin
Warna dan setabilitas pigmen antosianin tergantung pada struktur
molekul secara keseluruhan. Subtitusi struktur antosianin A dan B akan
berpengaruh pada warna. Pada kondisi asam warna antosianin ditentukan
oleh banyaknya substitusi pada cincin B semakin anyak substitusi OH
dapat menyebabkan warna semakin biru, sedangkan metoksilasi akan
menyebabkan warnanya semaki merah.
Salah satu fungsi antosianin adalah sebagai antioksida di dalam
tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya aterosklerosis, penyakit
penyumbatan pembuluh darah, antosianin bekerja menghambat proses
aterogenesis dengan megoksidasi lemak jahat dalam tubuh, yaitu
lipoprotein densitas rendah selain itu antosianin juga merelaksasi
pembuluh darah untuk mencegah aterosklesrosis dan penyakit
kardiopaskuler lainya.
…..
9
2.2 Terasi
Terasi merupakan salah satu produk perikanan yang pembuatannya
dilakukan dengan proses fermentasi. Terasi umumnya berbahan dasar
utama udang kecil yang sering disebut juga dengan udang rebon. Selain
udang rebon, bahan baku dalam pembuatan terasi berasal dari ikan. Terasi
berbahan baku udang rebon ataupun ikan memiliki potensi sebagai bahan
pengganti penyedap rasa gurih (Farhan, et al, 2014).
Ada dua macam terasi yang diperdagangkan dipasar, yaitu terasi
udang dan terasi ikan.Jenis terasi udang umumnya berwarna coklat
kemerahan pada produk yang dihasilkan, sedangkan pada terasi ikan
hasilnya berwarna kehitaman.Terasi biasanya digunakan sebagai
penyedap sehingga pemakaian terasi dalam makanan sangat sedikit, hal
ini mengakibatkan kandungan yang terdapat dalam terasi tidak banyak
berperan (Yuniar, 2010).
Terasi adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Terasi mengandung energi sebesar 155 kilokalori,
protein 22,3 gram, karbohidrat 9,9 gram, lemak 2,9 gram, kalsium 3812
miligram, fosfor 726 miligram dan zat besi 0 miligram, selain itu didalam
terasi juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU,vitamin B1 0,24 miligram
(Kementrian Kesehatan, 2014).
2.3 Pewarna Sintetik
Karena kekurangan yang dimiliki oleh zat pewarna alami, beberapa
produsen memilih untuk menggunakan pewarna sintesis. Pewarna sintesis
merupakan zat warna yang berasal dari zat kimia, yang sebagian besar
tidak dapat digunakan sebagai pewarna makanan karena dapat
menyebabkan gangguan kesehatan terutama fungsi hati di dalam tubuh
asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen
…..
10
atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna
organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa
antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal
dalam hasil akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang
berbahaya.
2.4 Rhodamin B
2.4.1 Pengertian Rhodamin B
Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan
sebagai pewarna tekstil menurut peraturan RI NO 28.Tahun 2004,
Rhodamin B merupakan Zat warna tambahan yang dilarang
penggunaannya dalam produk –produk pangan (Praja, 2015).Rhodamin B
biasanya dipakai dalam pewarnaan kertas, di dalam laboratorium
digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb,Bi,Co,Au,Mg, dan Th.
Rhodamin B berbentuk kristal putih atau serbuk ungu kemerahan,
sangat mudah larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah
kebiru-biruan dan berfluoresensi kuat (Praja, 2015). Selain mudah larut
dalam air juga larut dalam alkohol, HCl dan NaOH.Sampai saat ini
Rhodamin B masih banyak digunakan untuk mewarnai makanan dan
minuman (Astuti, 2010).
2.4.2 Efek Terhadap Kesehatan
Penggunaan pewarna buatan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan apabila melebihi batas yang telah ditentukan seperti dapat
menyebabkan tumor, hiperaktif pada anak-anak, menimbulkan efek pada
sistem saraf, alergi dan dapat menimbulkan radang selaput lendir pada
hidung, sakit hidung, sakit pinggang, muntah-muntah, gangguan
pencernaan, dan penggunaan dalam waktu yang lama dapat
mengakibatkan penyakit kanker (Anzar, 2016).
…..
11
Menurut peraturan pemerintah RI No. 26 Tahun 2004, Rhodamin B
merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam
produk-produk pangan Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran
pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, gangguan hati dan dapat
menyebabkan kanker.Zat warna Rhodamin B walaupun telah dilarang
penggunaannya ternyata masih ada produsen yang sengaja
menambahkan zat warna Rhodamin B untuk produknya.
2.5 Jamur Aspergillus sp
Aspergillus sp dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan untuk
memudahkan dalam identifikasi. Beberapa golongan tersebut antara lain:
1. Aspergillus flavus
Aspergillus flavus merupakan kapang saprofit di tanah yang
umumnya memainkan peranan penting sebagai pendaur ulang nutrisi
yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang.Kapang
tersebut juga ditemukan pada biji-bijian yang mengalami deteriorasi
mikrobiologis selain menyerang segala jenis substrat organik dimana
saja dan kapan saja jika kondisi untuk pertumbuhannya
terpenuhi.Kondisi ideal tersebut mencakup kelembaban udara yang
tinggi dan suhu yang tinggi (Scheidegger dan Payne, 2003).Sifat
morfologis Aspergillus flavus yaitu bersepta, miselia bercabang biasanya
tidak berwarna, konidiofor muncul dari kaki sel, sterigmata sederhana
atau kompleks dan berwarna atau tidak berwarna, konidia berbentuk
rantai berwarna hijau, coklat atau hitam (Ruiqian et al, 2004).Tampilan
mikroskopis Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang 400-800
µm dan relatif kasar, bentuk kepala konidial bervariasi dari bentuk
kolom, radial, dan bentuk bola, hifa berseptum, dan koloni
kompak.Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh dengan cepat
…..
12
dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari (Ruiqian et al, 2004).
Kapang ini memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah
menjadi kuning kehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat
keemasan atau tidak berwarna, sedangkan koloni yang sudah tua
memiliki warna hijau tua (Hidayati et al, 2007).
Aspergillus flavus menyebabkan penyakit dengan spektrum luas
pada manusia, mulai dari reaksi hipersensitif hingga infeksi invasif yang
diasosiasikan dengan angioinvasion.Sindrom klinis yang diasosiasikan
dengan kapang tersebut meliputi granulomatous sinusitis kronis,
keratitis, cutaneous aspergillosis, infeksi luka, dan osteomyelitis yang
mengikuti trauma dan inokulasi (Hidayati et al. 2007).
Menurut Fardiaz (1992), klasifikasi dari Aspergillus sp sebagai
berikut : Kingdom: Fungi, Divisi: Amastigomycota, Kelas:
Deutromycetes, Ordo: Moniliales, Famili: Moniliaceae, Genus :
Aspergillus, Spesies: Aspergillus sp.
Pengamatan secara makroskopis pada Aspergillus flavus memiliki
ciri-ciri yaitu, koloni berwarna hijau kekuningan atau kuning kecoklatan
dengan dengan bentuk koloni granular dan kompak (Elmer et al, 1978).
Secara mikroskopis Aspergillus flavusmemiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
konidiofor, vesikel berbentuk bulat, phialids berada di atas vesikel dan
memiliki konidia yang bulat, halus atau kasar (Koneman et al, 1992)
2. Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah jenis jamur berfilamen, kosmopolitan dan
dapat ditemukan di berbagai tempat di alam. Jamur ini disebut sebagai
keindahan.Jamur ini memiliki konidia berasal dari kepala spora yang
beradiasi dari pusat struktur, menyerupai Aspergillus.Menurut Zhao et
al. (2009), klasifikasi Aspergillus niger sebagai berikut: Phylum:
…..
13
Ascomycota, Class: Eurotiomycetes, Ordo: Eurotiales, Family :
Trichomaceae, Genus: Aspergillus, Spesies: Aspergillus niger
Koloni Aspergillus niger berwarna putih sampai kuning pada
permukaan bawah koloni yang kemudian berubah warna menjadi coklat
gelap hingga hitam setelah terbentuk konidiofor (konidia). Kepala
konidia radiat.Tangkai konidia (konidiofor) berdinding halus, hialin, tetapi
sering berwarna coklat.Vesikula bulat sampai semi bulat dengan
diameter 10-100 μm. Fialid duduk pada metula dengan ukuran 7,0 – 9,5
x 3 – 4 μm. Metula hialin sampai coklat, sering bersekat dengan ukuran
15 – 25 x 4,5 – 6,0 μm. Konidia bulat sampai semi bulat dengan
diameter 3,5 – 5 μm dan berwarna coklat dengan ornamen (Noverita,
2009).
3. Aspergillus fumigatus
Kapang Aspergillus fumigatus adalah jamur saprotropik yang
tersebar luas di alam, biasanya ditemukan di dalam tanah dan
pembusukan organik seperti timbunan kompos, dan memainkan peran
yang penting dalam daur karbon dan nitrogen. Menurut Bennett dan
Klich (1992).,Klasifikasi Aspergillus fumigatus asebagai berikut:
Kingdom: Fungi, Phylum: Ascomycota, Class: Ascomycete,
Order:Eurotiales, Family: Trichocomaceae, Genus: Aspergillus,
Species : Aspergillus fumigatus
Pengamatan secara makroskopis Aspergillus fumigatus memiliki
ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwarna hijau tua dengan bentuk
koloni granular dan kompak (Elmer et al, 1978).Pengamatan
mikroskopis memiliki ciri-ciri memiliki rantai oval kecil konidia yang
melekat pada ujung satu atau dua baris sterigmata yang teratur
…..
14
melingkar pada permukaan ujung conidiaphore yang disebut vesikel
(Elmer et al, 1978).
2.5 PatogenitasAspergillus sp
Spesies dari Aspergillosis sp diketahui terdapat dimana-mana dan
hampir tumbuh pada semua subtract (Dwi joseputro, 1985). Beberapa jenis
spesies ini termasuk jamur patogen, misalnya yang disebabkan Aspergillus
sp disebut Aspergillosis, beberapa diantaranya bersifat saprofit sebagaimana
banyak ditemukan pada bahan pangan (Makhfoeld, 1993).Toksin yang
dihasilkan oleh Aspergillus sp berupa mikotoksin. Mikotoksin adalah
senyawa hasil sekunder metabolism jamur (Fardiaz, 1992). Mikotoksin yang
dihasilkan oleh (Makhfoeld, 1993).
Aspergillosis yaitu penyakit yang disebabkan oleh jamur Aspergillus sp,
terutama Aspergillus fumigatus dengan menyebabkan radang
granulomatosis pada selaput lender, mata, bronchus, telinga, kadang pada
kulit dan subkutan pada tulang, paru-paru dan meningen (Depkes RI, 1989).
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur
1. Kebutuhan Air
Kebanyakan jamur membutuhkan air minimal untuk pertumbuhan-
nya lebih rendah dibandingkan khamir dan bakteri.
2. Suhu Pertumbuhan
Kebanyakan jamur bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu
kamar.Suhu optimum pertumbuhan kebanyakan jamur adalah sekitar
25-300C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-370C atau lebih
tinggi, misalnya Apergillus.Beberapa jamur bersifat psikrotopik yaitu
dapat tumbuh baik pada almari es dan beberapa bahkan masih dapat
tumbuh lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan, misalkan pada
…..
15
suhu 5-100C.beberapa jamur juga bersifat termofilik yaitu dapat tumbuh
pada suhu tinggi.
3. Kebutuhan Oksigen Dan pH
Semua jamur bersifat aerobik yaitu membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada kisaran pH 2-
8,5 tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam
atau pH rendah.
4. Subtrat Atau Media
Pada umumnya jamur dapat menggunakan berbagai komponen
makanan dari yang sederhana sampai komplek.Kebanyakan jamur
memproduksi enzim hidrolitik missalnya amilase, pektinase, proteinase,
mengandung pati, protein dan lipid.
2.7 Identifikasi JamurAspergillus Sp
Hal yang harus diperhatikan pada kapang yang sudah ditanam pada
media yang sesuai antara lain:
1. Pengamatan koloni
a. Warna dan permukaan koloni
b. Garis garis radial dari pusat koloni kearah tepi koloni, ada atau tidak.
c. Lingkaran-lingkaran konsentris, ada atau tidak.
2. Pengamatan mikroskopis
a. Hifa berseptum atau tidak.
b. Hifa berpigmentasi hialin (tidak bewarna atau biru bila diberi cat)
atau gelap (coklat kehijauan atau kehitaman, hitam kelam atau hitam
ke abu-abuan).
c. Bentuk hifa.
d. Bentuk spora aseksual.
e. Ukuran spora aseksual.
…..
16
f. Bentuk spora seksual.
g. Sel (bersel tunggal atau bersel banyak).
h. Konidiofor (Ganjara et al, 2000)
2.8 Penelitian Yang Dilakukan Oleh Peneliti Lain
Nama Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil
1. Octafyan
Luthfi
Prakoso.dkk
2015
Perbedaan Efek Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Dan Ekstrak Buah Naga Putih (Hylocereus Undatus) Terhadap Kadar Kolesterol Total
Menggunakan
Ekstrak buah
naga merah
(Hylocereus
Polyrhizus)
Sebagai
Pewarna
alami pada
terasi
Jenis buah
naga
memiliki
efek kadar
kolesterol
yg berbeda-
beda
2. Ricky
Ramadan
M.dkk
2015
Tikus Putih
(Rattus
Norvegicus)
Kajian
Pemanfaatan
Buah Naga
Merah(Hylocer
eus
Polyrhizus)
Dan Dan
Mangga Dalam
Pembuatan
Fruit Leather
Pengujian
terhadap
ekstraks
buah naga
merah
(Hylocereus
Polyrhizus)
Sebagai
Pewarna
alami pada
terasi
Perbanding
an buah
naga merah
dan buah
mangga
berpengaru
h terhadap
mutu dan
tingkat
kesukaan
panelis
3. Astuti,
Rahayu dkk
2010 Penggunaan
Zat Warna
“Rhodamin B”
Pada Terasi
Berdasarkan
Pengetahuan
& Sikap
Produsen
Terasi Di
Desa Bonang
Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang
Pengujian
terhadap
terasi
Menggunak
an metode
survei dan
pengambila
n data.
Sebagian
besar terasi
yang diteliti
mengandung
rhodamin b
17
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.3 KerangkaKonseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang
akan dilakukan (Notoatmodjo 2005, hal 69).
Gambar 3.1Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Variable yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Kekuragan : Bersifat
karsinogenik dan
menyebabkan
kelainan-kelainan di
organ tubuh manusia
Sintetik
Terkontaminasi
Terasi Ekstrak
Buah Naga
Kelebihan:: Efektif,
aman, dan kaya akan
kandungan zat yang
baik bagi tubuh
Alami
Pewarna
Makroskopis mikroskopik
Aspergillussp 1.Rizopus
2.Mukor
3.Penicilum
Pemeriksaanlangsung
…..
18
3.2 Penjelasan kerangka konseptual
Penelitian mengidentifikasi jamur Aspergilus sp pada terasi dengan
penambahan ekstrak buah naga sebagai pewarna alami.Konsep penelitian
yang dilakukan yaitu dengan mengambil terasi yang masih setengah jadi
(belum diberi warna) kemudian diberi warna dengan menggunakan ekstrak
buah naga yang diambil dari daging buah, setelah itu ditanam di media PDA
setelah itu dilihat secara makroskopik dan mikroskopik untuk
mengidentifikasi adanya jamurAspergilus sp.
19
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.8 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang
memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa factor yang bisa
mempengaruhi validitas suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk peneliti
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu
tujuan atau menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2008).
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif Peneliti
menggunakan penelitian deskriptif dengan melakukan penelitian di
laboratorium yang ditentukan untuk mengidentifikasi jamur Aspergilus sp
pada terasi yang telah ditambahkan ekstrak buah naga (Hylocereus
polyrhizus) sebagai pewarna alami.
4.9 Waktu dan Tempat penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2018 yang diawali
dengan perencanaan (penyusunan proposal) sampai dengan laporan akhir
bulan Agustus 2018.
4.2.2 Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium mikrobiologi
program studi D-III Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang
…..
20
4.10 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah,
mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu sejak awal
dilakukan penelitian (Nursalam, 2010). Kerangka kerja dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Identifikasi jamur aspergilus sp pada terasi dengan penambahan ekstrak buah naga (Hylocereus polyrhizus.) sebagai pewarna alami pada terasi.
Identifikasi Masalah
Penyusunan Proposal
Desain Penelitian deskriptif
Populasi 20 Terasi produksi rumahan Desa Pakong
Kab Pamekasan Madura
Sampling Total sampling
Penarikan Kesimpulan
Pengolahan dan Analisa Data Editing, coding, tabulating
Sampel
10 Sampel Terasi Produksi Rumahan Desa Pakong Kab Pamekasan Madura
…..
21
4.11 Populasi, Sampel dan sampling
4.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang akan
diteliti. (Arikunto, 2010). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
terasi produksi rumahan di pulau Madura Kabupaten Pamekasan
Kecamatan Pakong Desa Pakong.
4.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti dan
dianggap telah mewakili dari populasi (Widiyanto, 2012). Sampel dalam
penelitian ini terasi rumahan yang diekstrak buah naga merah di Madura.
4.4.3 Sampling
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008). Teknik pengambilan subyek
penelitian pada penelitian ini adalah dengan Total sampling.
4.12 Variabel dan Definisi Operasional
4.5.1 Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Adapun variabel
dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (Independen) adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat
(dependen). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
pemberian ekstrak buah naga (Hylocereus polyrhizus.)
2. Variabel terikat (Dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang
…..
22
menjadi variabel terikat adalah pengamatan pada terasi yang telah
diberi ekstrak buah naga (Hylocereus polyrhizus.)
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel dimana atau diteliti (Notoadmodjo 2010, hal
85). Adapun definisi operasional penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.1 Definisi operasional penelitian Efektivitas Ekstrak Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) sebagai Pewarna Alami pada Terasi
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Kategori
Identifikasi jamur Aspergilus sp pada terasi dengan penambahan ekstrak buah naga sebagai pewarna alami
Aspergillus sp,mempunyai morfologi bersepta, konidia, bewarna hijau, coklat atau hitam. Memproduksi aflatoksin yang ditemukan pada terasi yang telah diberi ekstrak buah naga
Makroskopis a. Warna b. Koloni Mikroskopis a. Konidia b. Hifa konidiofor
Observasi Laboratorium
- Positif: Jika ditemukan kapang Aspergillus sp
- Negatif: Jika tidak ditemukan kapang Aspergillus sp
4.13 Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian
4.6.1 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data (Notoatmodjo 2010, h 87).
A. Alat :
1. Autoclave
2. Blender
3. Cawan petri
4. Cetakan
5. Corong
6. Cover glass
7. Inkubator 25±10C
8. Jarum ose
9. Labu ukur
10. Lampu spirtus
11. Lup
12. Mikroskop
13. Mortal
…..
23
14. Neraca digital
15. Obyek glass
16. Penangas air 45±10C
17. Pipet ukur 1ml dan 25ml
18. Pisau
19. Pisau
20. Saringan
21. Tabung reaksi
22. Tempat penjemuran
23. Timbangan analitik
B. Bahan :
1. Aquades 100 ml
2. Buah naga 100 gram
3. Garam 1 gram
4. KOH 10%
5. PDA (Potato Dekstrose Agar)
6. Terasi 50 gram
4.6.2 Prosedur penelitian
1. Pembuatan ektrak buah naga :
a. Disiapkan buah naga sebanyak 1 gr
b. Dicuci buah naga sampai bersih
c. Dikupas dan dipotong tipis
d. Dikeringkan pada suhu ruang sampai kering
e. Dihaluskan buah naga dengan cara diblender
2. Penambahan ekstrak buah naga pada terasi
a. Disiapkan terasi tanpa pewarna 1gr
b. Ditambahkan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus
pada terasi dengan perbandingan 1gr terasi dan 0,5 ekstrak buah
naga.
c. Dihomogenkan dan dikeringkan.
…..
24
3. Prosedur pembuatan media
a. Pembuatan media PDA
b. Timbang media Potato Dextrosa Agar 1 gr, masukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml.
c. Tambahkan aquadest 100 ml, larutkan hingga homogen.
d. Ukur pH nya.
e. Panaskan di atas kompor gas sampai mendidih.
f. Diamkan hingga dingin, lalu tutup dengan kapas.
g. Masukkan ke dalam autoclave.
h. Tutup autoclave dengan rapat dan klep pipa di tutup.
i. Tunggu sampai suhu naik hingga 121˚ C selama 15 menit.
j. Setelah cukup waktu, klep dibuka maka suhu akan turun sedikit
demi sedikit.
4. Prosedur penanaman sampel
a. Persiapan Sampel dan Homogenisasi
1) Menimbang sampel secara aseptik sebanyak 25 gram.
Kemudian haluskan
2) Menambahkan larutan pengencer yaitu peptone water
sebanyak 1 ml, menghomogenkan selama 2 menit.
b. Uji Makroskopis Jamur Aspergillus sp dengan metode langsung.
1) Memipet 1 ml dari sampel yang telah dihomogenisasi,
kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri setril. Lakukan
secara duplo untuk setiap pengenceran.
2) Menambahkan 1 ml antibiotik chloramphenicol ke dalam cawan
petri
3) Menambahkan 15 ml media PDA yang sudah didinginkan ke
dalam masing-masing cawan yang sudah berisi sampel.
…..
25
Supaya sampel dan media tercampur sempurna, melakukan
pemutran capet ke depan, ke belakang, ke kiri dan ke kanan.
4) Melakukan kontrol tanpa sampel dengan mencampur larutan
pengencer dengan media PDA
5) Setelah agar memadat, masing-masing cawan diinkubasi
dalam posisi terbalik pada suhu 250C selama 5 hari.
6) Setelah melakukan penginkubasian maka diamati dengan
menggunakan lup atau kaca pembesar.
c. Pemeriksaan Secara Mikroskopis
1) Menyiapkan obyek glass yang bersih, kering, dan bebas lemak
2) Meneteskan KOH 10% pada obyek glass, dengan
menggunakan ose steril mengambil koloni dari media PDA
kemudian meletakkan pada obyek glass yang telah ditetesi
KOH 10%
3) Kemudian menutup dengan cover glass, hindari terjadinya
gelembung udara
4) Memeriksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10X,
kemudian dengan perbesaran 40X
4.14 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
4.7.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting untuk
memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan
yang baik (Notoatmodjo 2010, hal 171). Adapun dalam penelitian ini,
pengolahan data dilakukan secara sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah tahap pertama dalam pengolahan data penelitian atau
data statistik. Editing merupakan proses memeriksa data yang
…..
26
dikumpulkan melalui alat pengumpulan data atau instrumen penelitian
(Swarjana, 2016). Pada penelitian ini penyajian data dengan
memeriksa identifikasi jamur Aspergillus sp pada terasi dengan
penambahan ekstrak buah naga merah sebagai pewarna alami.
b. Coding
Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian
ini, peneliti memberikan kode sebagai berikut :
Sampel Kode
Produksi terasi 1 N1
Produksi terasi 2 N2
Produksi terasi 3 N3
Produksi terasi 4 N4
Produksi terasi 5 N5
Sampel Kode
Produksi terasi 6 N6
Produksi terasi 7 N7
Produksi terasi 8 N8
Produksi terasi 9 N9
Produksi terasi 10 N10
c. Tabulating
Tabulating yaitu membuat tabel data sesuai dengan tujuan penelitian
atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Dalam
penelitian ini data disajikan dalam bentuk tabel yang menunjukkan
identifikasi jamur Aspergillus sp pada terasi dengan penambahan
ekstrak buah naga merah sebagai pewarna alami.
4.7.2 Analisa Data
Analisa data merupakan kegiatan pengolahan data setelah data
didapatkan sesuai dengan hasil dan kemudian dari data tersebut dilakukan
analisa data secara deskriftif untuk Identifikasi jamur Aspergilus sp pada
terasi yang telah ditambahkan ekstrak buah naga sebagai pewarna alami.
…..
27
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai
tujuan pokok penelitian (Nursalam, 2008). Analisa data menggunakan
rumus :
P =
X 100 %
Keterangan :
P = Persentase
ƒ = Frekuensi hasil pemeriksaan jamur Aspergillus sp
N = Jumlah sampel yang diteliti
Setelah diketahui presentase dari perhitungan, kemudian ditafsirkan
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Seluruhnya : 100%
2. Hampir seluruhnya : 76%-99%
3. Sebagian besar : 51%-75%
4. Setengahnya : 50%
5. Hampir setenghnya : 26%-49%
6. Sebagian kecil : 1%-25%
7. Tidak satupun : 0%
28
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Mikrobiologi program studi D-III
Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang Jalan Halmahera No. 33 Kecamatan Jombang. Kabupaten Jombang,
Provinsi Jawa Timur. Buah naga merah (hylocereus polyrhizus) didapatkan
dipasar Buah Jombang sampel Terasi didapatkan dari Desa Pakong Kab
Pamekasan Madura. Proses penelitian ini dilakukan selama 14 hari mulai dari
pelaksanaan pembuatan ekstrak sampai pengamatan hasil.
5.1.2 Data Penelitian
Pemeriksaan jamur Aspergillus sp pada penelitian ini menggunakan
ekstrak buah naga yang diberikan pada terasi sebagai pewarna alami terdapat
dua perlakuan yaitu pemeriksaan uji organoleptik dan identifikasi jamur dengan
konsentrasi buah naga yang telah berbentuk serbuk sebanyak 0,5 dan 1 gram
terasi serta control negatife menggunakan media PDA dan aquades. Hasil yang
diperoleh dari identifikasi jamur pada terasi yang telah ditambahkan ekstrak buah
naga merah (Hylocereus Polyrhizus) sebagai pewarna alami dapat dilihat pada
tabel 5.1.
…..
29
Tabel 5.1 Hasil identifikasi jamur Aspergillus sp pada terasi dengan penambahan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai pewarna alami
NO
Kode
sampel
Media PDA
Tanpa penambahan ekstrak buah naga
Dengan penambahan ekstrak buah naga
1 N1 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp (+) 2 N2 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp (+) 3 N3 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp (+) 4 N4 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp (+) 5 N5 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp (+) 6 N6 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp (+) 7 N7 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp (+) 8 N8 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp ( - ) 9 N9 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp ( - )
10 N10 Aspergillus sp (+) Aspergillus sp (+)
Sumber : Data primer, Agustus 2018
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir seluruh dari sampel
yang diteliti terdapat Aspergillus sp sebanyak 8 sampel (80%),sebagian kecil
tidak terdapat jamur Aspergillus sebanyak 2 sampel (20%)
Tabel 5.2 Persentase adanya jamur Aspergillus sp pada terasi
Tanpa penambahan ekstrak buah naga
Dengan penambahan ekstrak buah naga
Ada jamur
Tidak ada Jamur
Ada Jamur
Tidak ada Jamur
100% 0% 80% 20%
Sumber : Data primer, Agustus 2018
Tabel 5.3 Tingkat kesukaan masyarakat pada terasi dengan penambahan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai pewarna alami
No kriteria Jumlah orang persentase
Suka Tidak suka Suka Tidak suka
1 Warna 10 - 100% 0% 2 Rasa 8 2 80% 20% 3 Tekstur 8 2 80% 20% 4 Aroma 8 2 80% 20%
Sumber : Data primer, Agustus 2018
Berdasarkan kuisioner dari 10 responden pada masyarakat 90%
menyukai warna terasi yang telah ditambahkan ekstrak buah naga sedangkan
dari rasanya 80% menyukai rasa terasi yang telah ditambahkan ektrak buah
naga 90% menyukai tekstur terasi dan 80% menyukai aroma.
…..
30
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sampel terasi
yang belum ditambahkan ekstrak buah naga dengan tekstur keras menunjukkan
hasil positif 100% terdapat jamur Aspergillus sp setelah ditanam pada media
Potato Dextrose Agar (PDA) dengan ciri-ciri makroskopis perubahan warna pada
media menjadi kuning, kehijauan sampai berwarna hitam, dan terdapat serabut
putih.
Hal ini menandakan bahwa terasi yang belum diberi pewarna selama
proses produksi tidak dilakukan secara streril, proses penjemuran yang dilakukan
dibawah matahari langsung yang dapat memudahkan jamur Aspergillus sp yang
ada diudara menempel pada terasi yang dijemur. Menggunakan bahan ikan atau
udang dari laut yang tidak diberihkan dengan baik sehingga muda terkontaminasi
jamur Aspergillus sp. Jamur Aspergillus sp mudah ditemukan di udara dan
mudah tumbuh pada tempat yang lembab. Hal ini sesuai dengan teori
sebelumnya yang menyebutkan bahwa sumber kontaminasi terasi dapat berasal
dari tempat penyimpanan, peralatan yang digunakan kurang higienis, bahan
yang tidak bersih dan dapat berasal dari polusi udara serta lingkungan yang
buruk (Mahmoud, 2012).
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan penambahan ekstrak buah
naga yang berfungsi sebagai pewarna pada terasi dan tekstur berubah menjadi
lembek. Hasil positif adanya jamur Aspergillus sp. Pemeriksaan yang dilakukan
yaitu secara makroskopis dan mikroskopis. Pada 10 sampel terasi yang telah
diberi ekstrak buah naga jamur Aspergillus sp berkurang menjadi 80%.
Pemberian ekstrak buah naga mengurangi jumlah jamur Aspergillus sp pada
terasi, ada 20% yang tidak terkontaminasi jamur Aspergillus sp yang telah diberi
ekstrak buah naga yang menandakan bahwa ekstrak buah naga berpotensi
menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp pada terasi, karena buah naga
…..
31
tersebut mengandung zat yang dapat menghambat pertumbuhan jamur
Aspergillus sp pada terasi yaitu, flavonoid,alkaloid dan terpenoid salah satunya
senyawa utama alkaloid yang berperan sebagai anti jamur secara umum dengan
cara menggganggu komponen penyusunan sel jamur sehingga lapisan dinding
sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut.
Senyawa alkaloid terdapat gugus basa yang mengandung nitrogen akan
bereaksi dengan senyawa asam amino yang menyusun dinding sel jamur
terjadinya peubahan struktur dan susunan asam amino sehingga akan
menimbulkan perubahan keseimbangan genetik pada rantai DNA. Hal ini
menyebabkan terjadinya lisis sel jamur yang akan menyebabkan kematian sel
pada jamur (Fauziah,2014).
Aspergilus sp merupakan jenis mikroorganisme yang termasuk jamur dan
dalam mikroorganisme eukariotik. Aspergillus sp merupakan jamur yang mampu
memproduksi aflatoxin. yang mengakibatkan kanker pada hewan dan manusia
(Srikandi, 1992). Jamur Aspergillus sp sangat mudah mengkontaminasi makanan
melalui udara, efek dari mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi
jamur Aspergillus sp tidak menimbulkan efek secara langsung tetapi dalam
jangka waktu yang lama. Aspergillosis penyakit yang disebabkan oleh jamur
Aspergillus sp yang dapat menyebabkan reaksi alergi, kumpulan serat jamur di
paru-paru, infeksi pada kulit dan selaput lendir (Hasanah uswatun ,2017).
Pada penelitian konsentrasi buah naga yang digunakan adalah 1 gram
terasi dan 0,5 gram buah naga yang telah berbentuk serbuk kemudian
dicampurkan lalu dilakukan penjemuran, secara tidak langsung dibawah sinar
matahari tetapi melalui proses penganginan karena cahaya mempercepat
degradasi antosianin.
…..
32
Berdasarkan hasil penelitian Merlin pada tahun 2017 bahwa buah naga
dapat digunakan sebagai pewarna alami pada terasi. Hal ini sesuai dengan hasil
peneliti pada terasi yang telah diberi warna dengan ekstrak buah naga disukai
responden (100%) karna terasi lebih terlihat cerah sehingga responden lebih
tertarik pada warna merah pada terasi yang telah ditambahkan ekstrak buah
naga. Berdasarkan rasa yang menyukai rasa terasi sebanyak (80%) dan (20%)
tidak menyukai. Terasi dikonsumsi dengan makanan lain sehingga banyak yang
merasa terasi yang telah ditambahkan ektsrak buah naga lebih baik dari segi
tekstur (90%) suka dan (10%) tidak menyukai konsumen menyukai tekstur terasi
yang telah ditambahkan ekstrak karna lebih lembut dan lebih kenyal sedangkan
sebanyak (80%) menyukai aroma terasi yang telah ditambahkan ekstrak buah
naga dan (20%) tidak menyukai
Diharapkan dari hasil penelitian diatas masyarakat dapat lebih berhati-hati
dalam memilih bahan makanan yang akan dikonsumsi, menjaga kebersihan
lingkungan dan mengkonsumsi makanan yang sehat.
33
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 10 sampel
terasi tanpa penambahan ekstrak buah naga 100% ada jamur Aspergillus sp
sedangkan yang diberi penambahan ekstrak buah naga merah 80% ada jamur
Aspergillus sp
6.2 Saran
1. Bagi Peneliti selanjutnya
Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memperoleh ekstrak zat warna
alami buah naga untuk diaplikasikan sebagai pewarna alami yang menarik
untuk berbagai produk bahan pangan.
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti jenis jamur lainnya.
2. Sebagai pengabdian masyarakat
Diharapkan dapat memanfatkan masukan data dan memberikan fasilitas
pada penelitian dalam bidang analisa makanan dan minuman tentang zat
warna.
3 Bagi Masyarakat
Memberi informasi mengenai manfaat buah naga merah (Hylocereus
Polyrhizus) sebagai alternatife pewarna alami pada makanan.
…..
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2006. Budidaya Jamur Konsumsi. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Andi, M. 2017. Pengaruh Konsentrasi Penambahan Buah Naga Merah Terhadap Daya Hambat Escherichia Coli, Ph Dan Keasaman Yogurt. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.
Anzar, 2016. Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetis Rhodamin B pada Sambal Botol yang diperdagangkan di pasar Modern Kota Kendari. Ilmu Pangan dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Ariffin, A.A.B, Jamilah, T., Chin, P., Rahman, R.A., Karim, R & Loi, C.C. 2008. Essential fatty acids of pitaya (dragon fruit) seed oil. Food Chemistry (in Press).
Astuti, R, dkk. 2010. Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” Pada Terasi Berdasarkan Pengetahuan Dan Sikap Produsen Terasi Di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang Vol. 2. No. 2
Bellec L. F, Vaillant F, Imbert E, 2006, Pitahaya (Hylocereus spp.): A new fruit crop, a market with a future. Fruits, 61: 237-250.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. p.116
Dewi Kusuma Indri. 2016. Formulasi Dan Uji Hedonik Serbuk Jamu Instan Antioksidan Buah Naga Super Merah (Hylocereus Costaricensis) Dengan Pemanis Alami Daun Stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni M.). Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu.:Surakarta
Dwi, J. 1985. Mc. Kandel. 1996. Fardiaz. 1992. Bukle, K.A. 1987. Makhfoeld, 1993. Dalam Iffahzahro. 2008. Aspergillus. http://digilib.unimus.ac.id/. Diakses tanggal 10 Juli 2018.
Elmer, W.K., Glenn, D.R., and Sara, E.W. 1978. Practical Laboratory Mycologi 2nd Edition. The Williams and wilkins co. United States of Amerika. 7-96p
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Farhan, Alfarobi Karim, Fornthea Swastawati, Apri Dwi Anggo. 2014. Pengaruh Perbedaan Bahan Baku Terhadap Asa Glutamat Pada Terasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan : Universitas Diponegoro. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Volume 3 No. 4.
…..
35
Fauziyah, Y., Wardaningsih, S., Eka., KU. 2014. Antibakteri Dan Antijamur Fraksi N-Heksana Kulit Hylocereus Polyrhizus Terhadap Staphyloccocus Epidermis Dan Proporibakteri Acnes. Jurnal Pham Res, ISSN 2407-2345 Vol 1 No. 3 Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.
Hardjadinata, Sinatra. 2012. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Cetakan Ke III. Jakarta: Penebar Swadaya Group.
Hasanah uswatun. 2017. Mengenal Aspergillosis, Infeksi Jamur Genus Aspergillus. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 15 p-ISSN: 1693-1157, e-ISSN: 2527-9041. Jurusan Biologi FMIPA UNIMED
Hidayati et al, 2007. Aspergillus flavus : Human pathogen, alergen and mycotoxin producer. Microbiology. 153:1677-1692
Indah Hanas Merlin. 2017. Tingkat Kesukaan Masyarakat Pada Terasi Dengan Penambahan ekstrak kulit buah naga. Stikes ICME Jombang.
Jayanti, Rosa Pramudita. 2010. Kajian Kandungan Senyawa Fungsional dan Karakteristik Sensoris Es Goyang Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis). Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret, Surakata.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta
Koneman, E. M., S. D. Allen., W. M. Janda., P. C. Schreckenberger., and W. C. Winn. 1992. Color Atlas and Text of Diagnostic Mikrobiology. 4th Edition. United States of America. J.B. Lippincott Company. pp 804
Kristanto D, 2014, Berkebun Buah Naga, Jakarta: Penebar Swadaya,pp.102.
Mahmoud SI, Abbas KA, Mohammed AZ,. 2012. Superficial Fungal infections. Mustansiriya Medical Journal. 11:75-7
Man, M John. 1997. Kimia Makanan. Bandung : ITB
Mudjajanto. 2006. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional. Jakarta:Bumi aksara
Nasiru,M. 2011. Effect of Cooking Time and Potash Concentration on Organoleptic Properties of Red and White Meat dalam Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan; Teori Praktis dan Aplikasi. Graha ilmu.
Yogyakarta
Notoadmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta Jakarta
Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta
Jakarta
Noverita, 2009. Identifikasi Kapang Dan Khamir Penyebab Penyakit Manusia Pada Sumber Air Minum Penduduk Pada Sungai Ciliwung Dan Sumber Air Sekitarnya. Fakultas Biologi Universitas Nasional. VIS VITALIS, Vol.
02 No. 2, September 2009. ISSN 1978-9513
…..
36
Nursalam 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Salemba Medika Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian. Salemba
Medika Jakarta
Oktiarni Dwita, Ratnawati Devi, Sari Bomilia. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu Sebagai Pewarna Alami Pada Mie Basah. Universitas Bengkulu.
Praja, Dany Indra. 2015. Zat Aditif Makanan Manfaat Dan Bahayanya. Yogyakarta: Garudawacana.
Pratiwi, S. T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. 22, 38-39, 188-192, Erlangga, Jakarta.
Ramadhan, Ricky. M, dkk. 2015. Kajian Pemanfaatan Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizuz) Dan Mangga (Mangifera indica linn) Dalam Pembuatan Fruit Leather. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru Vol.14. No.1
Ruiqian, L., Y, Qian., D Thanaboripat., dan P, Thansukon. 2004. Biocontrol Of A.flavus And Aflatoxin Production. Di Dalam: Abbas, H. K (Ed). Aflatoxin And Food Safety. London: CRC Press, Taylor & Francis Group.
Saraswati Et Al. 2006. Organisme Perombak Bahan Organik. Jakarta:jaya baru.
Scheidegger, K.A. and Payne, G.A., 2003. Unlocking the secrets behind secondary metabolism: A review of Aspergillus flavus from pathogenicity to functional genomics. Journal of Toxicology 22: 423-459.
Srikandi, F., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Winarsih, S. 2007. Mengenal dan membudidayakan buah naga. Semarang: Aneka Ilmu.
Zhao, K., W. Ping., Q. Li., S. Hao., T. Gao and D. Zhou. 2009. Aspergillus niger var. taxi, a New Species Variant of Taxol-Producing Fungus Isolated from Taxus Cuspidate in China. Journal Microbiology. (2009):1202–1207
…..
37
Lampiran 1
Gambar 1.1
Pembuatan ekstrak buah naga menjadi
serbuk
Gambar 1.2
Pembuatan media PDA ditambahkan
aquades dipanaskan dan ukur ph
Gambar 1.3
Penanaman sampel terasi pada media
PDA kemudian
dimasukkan desikator
selama 5 hari
…..
38
Gambar 1.4
Hasil pengamatan makroskopis
Gambar 1.5
Hasil pengamatan mikroskopis
…..
39
Lampiran 2
Pembuatan serbuk buah naga
Buah Naga
Dikupas, dibersihkan
Dipotong tipis
Dijemur dengan cara dianginkan
(tanpa sinar matahari langsung)
Dioven dengan suhu 60 0C
Diblender
Diayak, dijemur
Diblender lagi
Serbuk Buah Naga
…..
28
Lampiran 3
JADWAL PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
No Jadwal Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Judul
2 Studi Pendahuluan
3 Penyusunan Proposal
4 Ujian Proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengambilan Data
7 Pengolahan Data
8 Penyusunan KTI
9 Ujian KTI
10 Revisi Hasil Ujian KTI
Keterangan :
Kolom 1 – 4 pada bulan : Minggu 1 – 4
Blok warna merah : Tanggal Pelaksanaan Kegiatan
…..
29
Lampiran 4
…..
30
…..
31
Lampiran 6
PERHITUNGAN PEMBUATAN MEDIA PDA
Media yang dibutuhkan dalam 1 capet membutuhkan 15 menit sedangkan capet yang dibutuhkan sebanyak 20 capet, jadi 20 x 15 = 300
Perhitungan : dalam media PDA dalam 1000 ml = 3 gram media PDA
Sedangkan volume yang dibutuhkan 300 ml, jadi :
M1 = 1000 x 3 x 300
M1 x 1000 =
M1 = 11,7 gr
…..
32
Lampiran 7
…..
33
…..
34
Lampiran 8
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
Identifikasi Jamur Aspergillus Sp Pada Terasi Dengan Penambahan
Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Pewarna
Alami.
Nomor :
Nama panelis :
Laki-laki/Perempuan :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Perintah Cicipilah sampel terasi yang telah ditambahkan pewarna
alami ekstrak buah naga. Nyatakan kesukaan terhadap
karakteristik organoleptiknya dengan memberi tanda ()
Pengujian
sample
Tingkat
kesukaan
Sangat suka Suka Biasa Tidak suka Kesimpulan
1. Warna
2. Rasa
3. Tekstur
4. Aroma
Catatan: .................................................................................................................
Gita Sampelalan ( ) Peneliti Responden