Post on 15-Mar-2019
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tahun 2001 hingga sekarang Indonesia telah memasuki era baru dalam
sistem pemerintahannya. Otonomi Daerah, sebagai salah satu pilihan yang bermula
pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Diberlakukannya undang-undang tersebut akan terjadi
perubahan mendasar dalam sistem pengelolaan Negara yang selama ini bersifat
sentralistik menjadi desent~alistik. Peran Pemerintah Pusat tentu akan makin kecil,
sebaliknya peran Pemerintah Daerah akan semakin besar dalam pembangunan
wilayahnya.
Pelaksanaan Otonomi Daerah yang hiigga kini memasuki tahun keempat
memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur
daerahnya. Pemerintah Daerah Khususnya DKI Jakarta dituntut untuk memiliki
kemandiian dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya.
Pemerintah Daerah harus dapat melakukan optimalisasi sumber-sumber penerimaan
daerahnya. Kemandirian dalam pembiayaan pembangunan daerah tercermin dari
sumber-sumber penerimaan daerah dan bagian daerah dari penerimaan Negara ymg
terdapat dalam UU No. 2511999.
Di dalam W No. 2511999 terdapat empat sumber penerimaan daerah yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain
penerimaan yang sah. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah hasil pajak
daerah, ha i l retribusi daerah, hasil pemsahaan rnilik daerah, dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, serta lain-lain Pendapatan Asli Daerah
:PAD) yang sah.
Pendanaan yang optimum adalah salah satu syarat suatu daerah agar otonomi
daerah mempunyai arti bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah.
Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertariian & Kehutanan DKI Jakarta diberi
kesempatan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri sesuai dengan potensi
dan keberadaan sumber daya pada Dinas tersebut, sehingga Pendapatan Asli
Daerahnya (PAD) dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. Dengan demikian,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai peran strategis dalam penyelenggaraan
otonomi daerah untuk dapat mengurangi ketergantungan subsidi dari pemerintah
Tabel 1. Nilai per bidang Aset Dinas Pertanian & Kehutanan Provinsi Daerah Khnsus Ibukota Jakarta Tahun 2004
Sumber : BPS-Dinas Pertanian DKI Jakarta, 2004
Nilai aset Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta hingga akhir tahun 2004
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
secara keseluruhan cukup besar yaitu : Rp. 90.120.877.821.878, di mana dengan aset
RP. RP. RP. RP. Rp. RP. RP. RP. Rp.
Bidang Aset Tanah Bangunan Gedung Instalasi Air Alat-alat Pertanian Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga BukuIPerpustakaan Tanaman Alat Laboratorium dan Mesin Total
yang cukup besar tersebut dapat dioptimalkan pengelolaannya agar dapat menarnbah
pendapatan asli daerah. Adapun konversi aset atau perubahan-perubahan yang terjadi
Nilai Perolehan 821.375.000.000 34.371 .OOO.OOO
112.000.000 2.537.000.000 1.047.000.000
75.000.000 848.000.000
2.750.000.000 863.120.000.000
pada aset dari masa ke masa mengalami kenaikan yang cukup pesaf seiring dengan
lajunya perkembangan pembangunan lingkungan perkotaan. Hal ini tidak lepas dari
cencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang selalu berubah
dan berkembang mengikuti perkembangan pembangunan suatu wilayah. Pengelolaan
met itu sendiri tidak dapat dilepaskan dengan pola pembangunan yang sudah
stapkanldiprogramkan sesuai yang tertera pada Rencana Tata Ruang Wilayah.
Pengelolaan aset yang seiring dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan bersifat
terpadu akan banyak bermanfaat bagi pembangunan suatu wilayah perkotaan
lsusnya kota-kota besar di Indonesia.
be1 1.1. Nilai per bidang Aset Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2004.
Sumber : Kantor Pengelola Teknologi Infomasi Provinsi DKI Jakarta, 2004.
Begitu pentingnya peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi suatu daerah,
maka Dinas Pertanian & Kehutanan perlu meningkatkan pengelolaan dan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui upaya-upaya pengelolaan aset baik secara -
intensifikasi maupun ekstensifikasi yang seiring sejalan dengan pelaksanaan
pembangunau sarana dan prasarana umum. Di bawah ini tercantum Nilai Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta :
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. Rp. Rp.
Bidang Aser Tanah Jalan dan Jembatan Bangunan Air lnstalasi Jaringan Bangunan Gedung Monumen Alat-alat Besar Alat-alat Angkutan Alat-alat Bengkel Alat-alat Pertanian Alat-alat Kantor & Rumah Tangga Alat-alat Studio Alat-alat Kedokteran Alat-alat Laboratorium Bukumerpustakaan B m g bercorak senimudaya Hewanltemakltanaman
Total
Harga Perolehan 64.942.360.238.376 16.291.348.556.262 1.400.540.050.374
549.711.166.939 872.699.449.271
3.778.871.890.015 48.012.1 99.254
91 1.175.920.370 393.991.921.266 23.674.703.018 14.299.149.379
421.827.508.781 277.359.676.392 127.548.271.040 47.030.21 1.526 6.030.963.161
12.739.879.214 1.656.067.240
90.120.877.821.878
Tabel 2. Nilai Pendapatan Asli Daerah Sektor Pertanian dan Kehutanan Tahun 2000- 2004.
:r : Dinas Pertanian & Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, 2004.
1 2.1. Pengelompokan Hasil Pemasukan Pendapatan Asli Daerah dari Aset Dinas.
No.
1
Uraian
RETRIBUSI K~KAYAAN DAERAH
pemakaian Aset Daerah Sektor Pertanian
a. pemakaian Kios Promosi Bunga
Tahun
Sumber : Dinas Pertanian & Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, 2004
- . Pemakaian Los Promosi Bunga . Pemakaian Lahan Usaha Promosi
Penangkar Bibit
. Pemakaian Lahan Kebun
. Pemakaian Lahan Taman Anggrek Ragunan
Pemakaian Pusat Pelatihan TC Klender
. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
'emakaian Aset Daerah Sektor Kehutanan , Pemakaian Tempat Penimbunan Hasil
Hutan
. Penggunaan Fasilitas Kehutanan , Pemakaian Peralatan untuk Pengeringan,
Pengawetan dan Pengolahan Kayu
. Pemakaian Peralatan untuk Pengujian Pemakaian Fasilitas Kehutanan Di Hutan Kota dan Hutan Wisata
umlah Total 1 + 2
No.
1
2
3
2004 2000
Uraian
Tanah
Bangunan
Alat Mesin Pertanian dan Kehutanan
2002 2001 2003
28,80
21,24
13,20
12,OO
15,12
8,lO
43,31
1689
88,50
151,37
0,040
7,40
405,97
14,66
15,58
8,46
8,62
9,46
5,67
22,45
19,86
43,56
77,64
2,11
4,35
232,45
Tahun 2000
66.354.000
20.335.000
123.314.000
Realisasi
15,44
16,98
8,75
8,84
9,76
6,11
23,lI
21,54
47,86
81,24
0,98
4,25
244,77
I
2001
70.140.000
21.557.000
130.076.000
( Ju t a
17,56
17,25
10,24
9,86
11,53
7,33
2654
18,ll
61,23
90,34
0,75
5,66
276,44
Rupiah)
24,46
19,ll
12,22
10,98
1366
7,63
37,58
17,33
74,32
124,36
0,23
6,lO
348,03
2002
72.698.000
24.899.000
152.329.000
2003
79.425.000
32.101.000
198.912.000
2004
85.856.000
36.900.000
239.911.000
Dari Tabel 2.1. dapat dijelaskan bahwa pada pemakaian aset daerah sektor
pertanian secara keseluruhan mengalami kenaikan jumlah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang diterima dari tahun 2000 hingga 2004, namun kenaikan tersebut masih
tergolong kecil yaitu antara 2 hingga 9 persen, oleh karena itu perlu adanya upaya
memasarkan aset yang ada secara terus menerus dan harm berani bersaing dengan
pihak swasta serta perlu terbinanya kemitraan usaha dengan pihak ketiga.
Pada aset daerah sektor Kehutanan cenderung menurun dari waktu ke waktu
yaitu adanya kenaikan ditahun pertama kemudian menurun di tahun berikutnya seperti
I mpat penirnbunan hasil hutan disebabkan oleh keadaan dimana pada tahun
Luul an yak sekali kayu-kayu yang datang dari pulau Kalirnantan dan Sumatera
masuk melalui pelabuhan Sunda Kelapa, Kalibaru, Tanjung Priok dan Marunda, dan
pada tahun tersebut juga belurn ada saingan mengenai tempat penimbunan kayu di
Jakarta, seiring bertambahnya tahun semakin banyak berkembang tempat-tempat
penimbunan kayu milik swasta dengan persaingan dalam hal pelayanan dan harga
pan. Penurnan yang cukup drastis adalah pada pemakaian peralatan untuk
pengujian kayu, dimana pada tahun 2000 sewa alat untuk pengujian kayu cukup
k waktu itu, namundengan berjalannya waktu pihak perusahaan sudah banyak
yang memiliki alat uji kayu tersebut sehingga tiap tahun atlgka penyewaan terhadap
alat penguji kayu tersebut terus menurun, oleh sebab itu perlu ada tehnik-tehnik baru
untuk mengatasi ha1 ini.
Untuk peralatan pengeringan kayu, pengawetan dan pengolahan kayu masih
cukup banyak kesernpatan untuk ditingkatkan lagi dalam hal penerimaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD), mengingat alat-alat tersebut belurn banyak dirniliki oleh
pengusaha di Jakarta sehingga para pengusaha k a y ~ melakukan pengeringan,
pengawetan dan pengolahan pada aset milik Dinas Pertanian dan Kehutanan. Jadi
prinsipnya bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih memungkinkan untuk
ditingkatkan namun perlu langkah-langkah d m alternatif strategi yang tepat.
Kompetensi Inti (Core Competences) yang dimiliki Dinas Pertanian dan
Kehutanan dalam pengelolaan Aset adalah pertanian perkotaan berbasis agribisnis.
Perihal di atas juga tidak lepas dari idastruktur pendukung yang saling berkaitan dan
terintegrasi, yaitu rencana dasar pembangunan, rencana tata ruang, organisasi
pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat, dan yang tidak kalah pentingnya
adalah yang berkaitan dengan modal yang sangat penting sebagai dasar menuju
~cemandirian. Adapun modal dapat diidentfikasi, diianfaatkan dan dioptimalkan
antara lain : (1) Kapital, yaitu Kemampuan keuangan APBD, (2) Manusia, yaitu
Kualitas dan kuantitas SDM, (3) as^, (4) Aset Milik Pemerintah Daerah
yang dapat dioptimalkan, (5) Potensi Ekonomi yang belum teridentifikasi.
Tabel 3. Nilai Retribusi yang dikenakan kepada penyewa Tanah dan Bangunan.
Sumber : Perda No. 3 Tahun 1999 Tentang Ketentuan Tarif Retribusi
Jakarta sebagai kota memiliki fungsi-kngsi diantaranya :
1. Sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia.
2. Sebagai Pusat Pemerintahan Republik Indonesia dan Pusat Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1
c. Sebagai Kota Perdagangan, yang mengakomodasikan kegiatan perdagangan
intemasional (ekspor-impor) maupun nasional serta kegiatan lokal.
I. Sebagai Kota Jasa, dengan semakin meluasnya pusat pelayanan atau sejenisnya
fjasa konsultasi, jasa konstruksi, jasa perbankan dan lain-lain.)
Sebagai Kota Pendidikan, dengan banyaknya sarana pendidikan mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
f. Sebagai Kota Wisata, dengan banyaknya sarana pariwisata berskala nasional
dengan kualitas layanan intemasional.
Pada lima tahun terakhir ini, Dinas Pertanian dan Kehutanan masih
,nenerapkan sistem penyewaan dan sistem penggunausahaan dalam bentuk Kerjasama
Operasi (KSO) dan belum berkembang ke bentuk lain. Padahal bentuk yang lain
masih memungkinkan mengingat banyaknya aset yang dimiliki. Mungkin perlu
adanya terobosan-terobosan baru dalam ha1 pemasaran aset khususnya milk
Pemerintah Daerah ke masyarakat umum.
Pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta memiliki persoalan
pembangunan yang cukup kompleks diberbagai bidang, serta mengalami
perkembangan yang cukup pesat seiring dengan peningkatan pertumbuhan tata ruang
kota. Oleh karena itu, guna mendukung terlaksananya pembangunan daerah yang
sesuai dengan arah dan kebijakan pembangunan, berbagai upaya dilakukan untuk - memenuhi kebutuhan dana dari berbagai sumber dengan memperhatikan kemampuan
dan potensi suatu daerah.
Peran swasta dan masyarakat dalam mengelola serta mendayagunakan aset
berupa tanahtlahan dan bangunan diperlukan strategi yang tepat agar diperoleh hasil
yang optimal. Di samping itu, diupayakan agar dalam pelaksanaan nanti harus
didapat prinsip yang saling menguntungkan di antara kedua belah pihak.
Salah satu sektor yang dapat diharapkan jadi pendapatan daerah terutama
perkotaan adalah melalui sektor properti. Potensi sektor properti di daerah ini tidak
hanya dalam hal pembangunan properti saja namun juga menyangkut pengelolaan
proper ti yang sudah termanfaatkan ataupun yang belum termanfaatkan secara optimal.
Banyak sumber yang dapat ditarik dari sektor properti, baik yang termasuk dalam
katagori sumber penerimaan konvensional (seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
zrolehan Hak atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB), penerimaan sumber D ~ G Alam dan lain-lain) maupun sumber penerimaan baru atau non konvensional (seperti
Development Impact Fees, Penerimaan akibat perubahan Harga Dasar Tanah dan lain-
lain). Secara tidak langsung, potensi penerimaan asli daerah dari sektor properti ini
dapat dilihat dari potensi pajak yang dapat ditarik.
Alan tetapi dalam perkembangannya nanti untuk menghadapi otonomi daerah,
hanya mengoptimalkan pada potensi pajak dari sektor properti saja. Tetapi juga
harus mengetahui jumlah dan sejauh mana pemdaatan aset properti yang dimiliki
Pemerintah Daerah saat ini. Manajemen aset properti ini sangat penting diketahui
karena di samping sebagai penentuan aktiva tetap dalam faktor penambah dalarn total
aset daerah juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pendapatan.
Pemanfaatan aset properti hanya dapat dioptimalkan apabila penilaian terhadap
properti daerah secara keseluruhan sudah dipenuhi. Penilaian terhadap properti tidak
dapat dilakukan secara sembarangan tetapi harus melalui perhitungan dan analisis
secara profesional dengan pertanggungiawaban nilai yang wajar dan marketable,
sehingga hasil yang diharapkan dari penilaian properti tersebut mempunyai nilai yang
akurat.
Sebelum melakukan penilaian properti secara profesional, selayaknya kita
rnengerahui terlebih dahulu pengertian penilaian dan properti secara benar. Penilaian
gabungan antara ilmu pengetahuan dan seni (science and art) dalam
mengestimasikan nilai suatu kepentingan yang terdapat dalam suatu properti bagi
tuj- tertentu dan pada waktu yang telah ditetapkan serta dengan
mempertimbangkan segala karakteristik yang ada, pada properti tersebut termasuk
j >is investasi yang ada di pasaran.
Sedangkan pengertian properti menurut "common law" atau hukurn Anglo
Saxon -dari Inggris disebutkan bahwa properti artinya pernilikan atau hak untuk
iki sesuatu benda, atau segala benda yang dapat dimiliki. Artinya properti dapat
,,,,,&an kepemilikannya atas benda-benda bergerak @ersonal proper@) d m tanah
ingunan permanen (real property). Dalam personal property ada yang
,uk tangible (seperti peralatan, perlengkapan mesin, kendaraan dan lain-lain)
uarl rr~tangible aset (seperti swat-swat berharga dan goodwill/copyright/fvanchises,
dan lain-lain). Sedangkan real property adalah pengertian properti yang kita pahami
selama ini yakni tanah dan bangunan permanen serta pengembangan lainnya.
Mengenai hal ini dari segi hukumnya berkaitan dalam Ketentuan Umum Undang-
Undang No. 12 Tahun 1985 jo Undang-Undang No. 12 Tahun 1984, dinyatakan
bahwa tanah (bumi) adalah permukaan bumi dan tubuh burni yang ada dibawahnya.
Jadi penilaian properti adalah suatu proses perhitungan secara matematika dan
kajian karakteristik dalam memberikan suatu estimasi dan pendapatan atas nilai
ekonornis suatu properti baik b e m j u d naupun tidak bemjud. Berdasarkan hasil
analisa terhadap fakta-fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode
dan prinsip-prin~ip penilaian yang berlaku. Penerapan penilaian properti dalam
rnenghadapi otonomi daerah ini mempunyai peran andil yang cukup besar temtarna
d d segi manajemen aset properti daerah.
Dalam ilmu properti sekarang ini berkembang suatu teori baru yang dikenal
dengan manajemen aset atau asset management. Setelah Perang Dunia 11, manajemen
s e t merniliki ruang lingkup utama untuk mengontrol biaya pemanfaatan ataupun
penggunaan met dalam kaitan mendukung operasionalisasi pemerintah daerah. Selain
itu ada upaya pula untuk melakukan inventarisasi aset Pemerintah Daerah yang tidak
digunakan. Namun dalam perkembangan ke depan, ruang lingkup manajemen aset
lebih berkembang dengan memasukkan aspek nilai aset, akuntabilitas pengelolaan
aset, audit atas pemanfaatan tanah (land audit), aplikasi sistem informasi daiam
I laa an aset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Perkembangan yang terbaru,
manajcmen aset bertambah ruang lingkupnya hingga mampu untuk memonitor kine rja
operasionalisasi aset dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset.
Perkembangan mengenai ha1 terakhir ini dalam konteks pengelolaan aset oleh
remerintah Daerah .di Indonesia kemungkinan besar masih belum sepenuhnya
dipahami oleh para pengelola daerah. Manajemen aset merupakan salah satu profesi
atau keahlian yang memang belum sepenuhnya berkembang dan populer di
masyarakat.
Berdasarkan ruang lingkup manajemen aset maka diperlukan lima langkah
manajemen aset daerah, yaitu 1) Identifikasi potensi ekonomi daerah, secara kajian
ilmiah dan survei melalui peran Informasi Teknologi, 2) Optimalisasi Pendapatan
Asli Daerah, 3) Menganalisis dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan dan
sistem pelayanan yang efisien untuk mengurangi cost, 4) Optimalisasi aset
pemerintah Daerah, melalui studi optimalisasi aset ke arah profit oriented
dm 5) Intermediasi bagi investor untuk met yang marketable.
Berdasarkan uraian di atas kita hanya berharap semoga Pemerintah Daerah
kits sudah mempunyai sistem dan strategi yang mengarah dengan jelas dalam
mengelola kota dan pengembangannya untuk menghadapi otonomi daerah mulai
tahun depan sehingga dapat memberikan peningkatan kesejahteraan bagi kita sebagai
masyarakat.
Oleh karena itu, Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
1' 1 Tahun 2003 tentang Rencana Pembangunan Tahunan Daerah Provinsi
bdcran Khusus Ibukota Jakarta menetapkan matrik indikator bidang ekonomi dalam
pengembangan usaha daerah yaitu dengan salah satu programnya yaitu pemberdayaan
a rah dengan indikator kinerja yang mencakup 3 (tiga) ha1 yaitu :
1) ~emngkatnya jurnlah aset daerah yang dimanfaatkan oleh pihak ketiga,
2) Terlaksananya evaluasi jumlah aset daerah yang dimanfaatkan,
3 csananya penyusunan data base sistem manajemen aset daerah.
1.2. Kumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut ada beberapa pernasalahan yang dapat
dirumuskan yaitu :
a. Bagaimana mengoptimalkan pengelolaan aset daerah, sehingga Pendapatan Asli
Daerah Dinas dapat meningkat ?
b. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap pengelolaan aset daerah ?
c. Strategi apa yang akan diambil Dinas Pertanian & Kehutanan dalam pengelolaan
aset daerah untuk meningkatkan PAD ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a, Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) Dinas
- Pertanian dan Kehutanan dalam pengelolaan aset daerah.
b. Menentukan rumusan-rumusan alternatif strategi yang dapat digunakan dalam
menerapkan setiap kebijakan pengelolaan aset daerah.
c. Memformulasikan strategi yang tepat untuk pengelolaar, aset daerah sebagai
obyek peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
I. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah pertama untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan baik tentang penyusunan rencana
" ...> ini
pengelolaan aset daerah di Dinas secara terpadu dan sebagai salah satu bahan
masukan bagi Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Daerah Khusus Ibukota
l*karta dalam menyusun strategi pengelolaan aset Dinas. Kedua, dengan penelitian
maka sangat berguna bagi penulis untuk menambah ilmu serta wawasan dibidang
~gelolaan aset. Ketiga, mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
syarakat secara luas.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh instansi
emerintah dalam mempertimbangkan pengambilan keputusankebijakan yang terkait
engan pengelolaan aset daerah, khususnya di Dinas Pertanian dan Kehutanan
sehingga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah di masa mendatang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi dan diarahkan kepada beberapa pengertian - diantaranya :
Berdasarkan Keputusan Gubernur No. 23 Th. 2000, yang dimaksud baranglaset
daerah adalah semua kekayaan atau aset Pemerintah Daerah, baik yang dimiliki
atau yang dikuasai, yang berwujud, yang bergerak maupun tidak bergerak beserta
bagian-bagiannya ataupun mempakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung,
diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan
swat berharga laimya. Penelitian ini difokuskan pada pengelolaan aset dinas
berupa tanah dan bangunan gedung.
b. Berdasarkan Keputusan Gubemur No. 25 Th 1999, yang dimaksud Pemanfaatan
baranglaset daerah adalah pendayagunaadpengelolaan barangtaset daerah oleh
pihak ketiga dalam bentuk pinjarn pakai, penyewaan dan penggunausahaan.