I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan...

13
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang Indonesia telah memasuki era baru dalam sistem pemerintahannya. Otonomi Daerah, sebagai salah satu pilihan yang bermula pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Diberlakukannya undang-undang tersebut akan terjadi perubahan mendasar dalam sistem pengelolaan Negara yang selama ini bersifat sentralistik menjadi desent~alistik. Peran Pemerintah Pusat tentu akan makin kecil, sebaliknya peran Pemerintah Daerah akan semakin besar dalam pembangunan wilayahnya. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang hiigga kini memasuki tahun keempat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya. Pemerintah Daerah Khususnya DKI Jakarta dituntut untuk memiliki kemandiian dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya. Pemerintah Daerah harus dapat melakukan optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerahnya. Kemandirian dalam pembiayaan pembangunan daerah tercermin dari sumber-sumber penerimaan daerah dan bagian daerah dari penerimaan Negara ymg terdapat dalam UU No. 2511999. Di dalam W No. 2511999 terdapat empat sumber penerimaan daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah hasil pajak daerah, h a i l retribusi daerah, hasil pemsahaan rnilik daerah, dan hasil pengelolaan

Transcript of I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan...

Page 1: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2001 hingga sekarang Indonesia telah memasuki era baru dalam

sistem pemerintahannya. Otonomi Daerah, sebagai salah satu pilihan yang bermula

pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah. Diberlakukannya undang-undang tersebut akan terjadi

perubahan mendasar dalam sistem pengelolaan Negara yang selama ini bersifat

sentralistik menjadi desent~alistik. Peran Pemerintah Pusat tentu akan makin kecil,

sebaliknya peran Pemerintah Daerah akan semakin besar dalam pembangunan

wilayahnya.

Pelaksanaan Otonomi Daerah yang hiigga kini memasuki tahun keempat

memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur

daerahnya. Pemerintah Daerah Khususnya DKI Jakarta dituntut untuk memiliki

kemandiian dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya.

Pemerintah Daerah harus dapat melakukan optimalisasi sumber-sumber penerimaan

daerahnya. Kemandirian dalam pembiayaan pembangunan daerah tercermin dari

sumber-sumber penerimaan daerah dan bagian daerah dari penerimaan Negara ymg

terdapat dalam UU No. 2511999.

Di dalam W No. 2511999 terdapat empat sumber penerimaan daerah yaitu

Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain

penerimaan yang sah. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah hasil pajak

daerah, ha i l retribusi daerah, hasil pemsahaan rnilik daerah, dan hasil pengelolaan

Page 2: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, serta lain-lain Pendapatan Asli Daerah

:PAD) yang sah.

Pendanaan yang optimum adalah salah satu syarat suatu daerah agar otonomi

daerah mempunyai arti bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah.

Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertariian & Kehutanan DKI Jakarta diberi

kesempatan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri sesuai dengan potensi

dan keberadaan sumber daya pada Dinas tersebut, sehingga Pendapatan Asli

Daerahnya (PAD) dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. Dengan demikian,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai peran strategis dalam penyelenggaraan

otonomi daerah untuk dapat mengurangi ketergantungan subsidi dari pemerintah

Tabel 1. Nilai per bidang Aset Dinas Pertanian & Kehutanan Provinsi Daerah Khnsus Ibukota Jakarta Tahun 2004

Sumber : BPS-Dinas Pertanian DKI Jakarta, 2004

Nilai aset Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta hingga akhir tahun 2004

No. 1 2 3 4 5 6 7 8

secara keseluruhan cukup besar yaitu : Rp. 90.120.877.821.878, di mana dengan aset

RP. RP. RP. RP. Rp. RP. RP. RP. Rp.

Bidang Aset Tanah Bangunan Gedung Instalasi Air Alat-alat Pertanian Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga BukuIPerpustakaan Tanaman Alat Laboratorium dan Mesin Total

yang cukup besar tersebut dapat dioptimalkan pengelolaannya agar dapat menarnbah

pendapatan asli daerah. Adapun konversi aset atau perubahan-perubahan yang terjadi

Nilai Perolehan 821.375.000.000 34.371 .OOO.OOO

112.000.000 2.537.000.000 1.047.000.000

75.000.000 848.000.000

2.750.000.000 863.120.000.000

pada aset dari masa ke masa mengalami kenaikan yang cukup pesaf seiring dengan

lajunya perkembangan pembangunan lingkungan perkotaan. Hal ini tidak lepas dari

Page 3: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

cencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang selalu berubah

dan berkembang mengikuti perkembangan pembangunan suatu wilayah. Pengelolaan

met itu sendiri tidak dapat dilepaskan dengan pola pembangunan yang sudah

stapkanldiprogramkan sesuai yang tertera pada Rencana Tata Ruang Wilayah.

Pengelolaan aset yang seiring dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan bersifat

terpadu akan banyak bermanfaat bagi pembangunan suatu wilayah perkotaan

lsusnya kota-kota besar di Indonesia.

be1 1.1. Nilai per bidang Aset Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2004.

Sumber : Kantor Pengelola Teknologi Infomasi Provinsi DKI Jakarta, 2004.

Begitu pentingnya peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi suatu daerah,

maka Dinas Pertanian & Kehutanan perlu meningkatkan pengelolaan dan penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui upaya-upaya pengelolaan aset baik secara -

intensifikasi maupun ekstensifikasi yang seiring sejalan dengan pelaksanaan

pembangunau sarana dan prasarana umum. Di bawah ini tercantum Nilai Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta :

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. RP. Rp. Rp.

Bidang Aser Tanah Jalan dan Jembatan Bangunan Air lnstalasi Jaringan Bangunan Gedung Monumen Alat-alat Besar Alat-alat Angkutan Alat-alat Bengkel Alat-alat Pertanian Alat-alat Kantor & Rumah Tangga Alat-alat Studio Alat-alat Kedokteran Alat-alat Laboratorium Bukumerpustakaan B m g bercorak senimudaya Hewanltemakltanaman

Total

Harga Perolehan 64.942.360.238.376 16.291.348.556.262 1.400.540.050.374

549.711.166.939 872.699.449.271

3.778.871.890.015 48.012.1 99.254

91 1.175.920.370 393.991.921.266 23.674.703.018 14.299.149.379

421.827.508.781 277.359.676.392 127.548.271.040 47.030.21 1.526 6.030.963.161

12.739.879.214 1.656.067.240

90.120.877.821.878

Page 4: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

Tabel 2. Nilai Pendapatan Asli Daerah Sektor Pertanian dan Kehutanan Tahun 2000- 2004.

:r : Dinas Pertanian & Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, 2004.

1 2.1. Pengelompokan Hasil Pemasukan Pendapatan Asli Daerah dari Aset Dinas.

No.

1

Uraian

RETRIBUSI K~KAYAAN DAERAH

pemakaian Aset Daerah Sektor Pertanian

a. pemakaian Kios Promosi Bunga

Tahun

Sumber : Dinas Pertanian & Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, 2004

- . Pemakaian Los Promosi Bunga . Pemakaian Lahan Usaha Promosi

Penangkar Bibit

. Pemakaian Lahan Kebun

. Pemakaian Lahan Taman Anggrek Ragunan

Pemakaian Pusat Pelatihan TC Klender

. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

'emakaian Aset Daerah Sektor Kehutanan , Pemakaian Tempat Penimbunan Hasil

Hutan

. Penggunaan Fasilitas Kehutanan , Pemakaian Peralatan untuk Pengeringan,

Pengawetan dan Pengolahan Kayu

. Pemakaian Peralatan untuk Pengujian Pemakaian Fasilitas Kehutanan Di Hutan Kota dan Hutan Wisata

umlah Total 1 + 2

No.

1

2

3

2004 2000

Uraian

Tanah

Bangunan

Alat Mesin Pertanian dan Kehutanan

2002 2001 2003

28,80

21,24

13,20

12,OO

15,12

8,lO

43,31

1689

88,50

151,37

0,040

7,40

405,97

14,66

15,58

8,46

8,62

9,46

5,67

22,45

19,86

43,56

77,64

2,11

4,35

232,45

Tahun 2000

66.354.000

20.335.000

123.314.000

Realisasi

15,44

16,98

8,75

8,84

9,76

6,11

23,lI

21,54

47,86

81,24

0,98

4,25

244,77

I

2001

70.140.000

21.557.000

130.076.000

( Ju t a

17,56

17,25

10,24

9,86

11,53

7,33

2654

18,ll

61,23

90,34

0,75

5,66

276,44

Rupiah)

24,46

19,ll

12,22

10,98

1366

7,63

37,58

17,33

74,32

124,36

0,23

6,lO

348,03

2002

72.698.000

24.899.000

152.329.000

2003

79.425.000

32.101.000

198.912.000

2004

85.856.000

36.900.000

239.911.000

Page 5: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

Dari Tabel 2.1. dapat dijelaskan bahwa pada pemakaian aset daerah sektor

pertanian secara keseluruhan mengalami kenaikan jumlah Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang diterima dari tahun 2000 hingga 2004, namun kenaikan tersebut masih

tergolong kecil yaitu antara 2 hingga 9 persen, oleh karena itu perlu adanya upaya

memasarkan aset yang ada secara terus menerus dan harm berani bersaing dengan

pihak swasta serta perlu terbinanya kemitraan usaha dengan pihak ketiga.

Pada aset daerah sektor Kehutanan cenderung menurun dari waktu ke waktu

yaitu adanya kenaikan ditahun pertama kemudian menurun di tahun berikutnya seperti

I mpat penirnbunan hasil hutan disebabkan oleh keadaan dimana pada tahun

Luul an yak sekali kayu-kayu yang datang dari pulau Kalirnantan dan Sumatera

masuk melalui pelabuhan Sunda Kelapa, Kalibaru, Tanjung Priok dan Marunda, dan

pada tahun tersebut juga belurn ada saingan mengenai tempat penimbunan kayu di

Jakarta, seiring bertambahnya tahun semakin banyak berkembang tempat-tempat

penimbunan kayu milik swasta dengan persaingan dalam hal pelayanan dan harga

pan. Penurnan yang cukup drastis adalah pada pemakaian peralatan untuk

pengujian kayu, dimana pada tahun 2000 sewa alat untuk pengujian kayu cukup

k waktu itu, namundengan berjalannya waktu pihak perusahaan sudah banyak

yang memiliki alat uji kayu tersebut sehingga tiap tahun atlgka penyewaan terhadap

alat penguji kayu tersebut terus menurun, oleh sebab itu perlu ada tehnik-tehnik baru

untuk mengatasi ha1 ini.

Untuk peralatan pengeringan kayu, pengawetan dan pengolahan kayu masih

cukup banyak kesernpatan untuk ditingkatkan lagi dalam hal penerimaan Pendapatan

Asli Daerah (PAD), mengingat alat-alat tersebut belurn banyak dirniliki oleh

pengusaha di Jakarta sehingga para pengusaha k a y ~ melakukan pengeringan,

pengawetan dan pengolahan pada aset milik Dinas Pertanian dan Kehutanan. Jadi

Page 6: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

prinsipnya bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih memungkinkan untuk

ditingkatkan namun perlu langkah-langkah d m alternatif strategi yang tepat.

Kompetensi Inti (Core Competences) yang dimiliki Dinas Pertanian dan

Kehutanan dalam pengelolaan Aset adalah pertanian perkotaan berbasis agribisnis.

Perihal di atas juga tidak lepas dari idastruktur pendukung yang saling berkaitan dan

terintegrasi, yaitu rencana dasar pembangunan, rencana tata ruang, organisasi

pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat, dan yang tidak kalah pentingnya

adalah yang berkaitan dengan modal yang sangat penting sebagai dasar menuju

~cemandirian. Adapun modal dapat diidentfikasi, diianfaatkan dan dioptimalkan

antara lain : (1) Kapital, yaitu Kemampuan keuangan APBD, (2) Manusia, yaitu

Kualitas dan kuantitas SDM, (3) as^, (4) Aset Milik Pemerintah Daerah

yang dapat dioptimalkan, (5) Potensi Ekonomi yang belum teridentifikasi.

Tabel 3. Nilai Retribusi yang dikenakan kepada penyewa Tanah dan Bangunan.

Sumber : Perda No. 3 Tahun 1999 Tentang Ketentuan Tarif Retribusi

Page 7: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

Jakarta sebagai kota memiliki fungsi-kngsi diantaranya :

1. Sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia.

2. Sebagai Pusat Pemerintahan Republik Indonesia dan Pusat Pemerintahan Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1

c. Sebagai Kota Perdagangan, yang mengakomodasikan kegiatan perdagangan

intemasional (ekspor-impor) maupun nasional serta kegiatan lokal.

I. Sebagai Kota Jasa, dengan semakin meluasnya pusat pelayanan atau sejenisnya

fjasa konsultasi, jasa konstruksi, jasa perbankan dan lain-lain.)

Sebagai Kota Pendidikan, dengan banyaknya sarana pendidikan mulai dari

pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.

f. Sebagai Kota Wisata, dengan banyaknya sarana pariwisata berskala nasional

dengan kualitas layanan intemasional.

Pada lima tahun terakhir ini, Dinas Pertanian dan Kehutanan masih

,nenerapkan sistem penyewaan dan sistem penggunausahaan dalam bentuk Kerjasama

Operasi (KSO) dan belum berkembang ke bentuk lain. Padahal bentuk yang lain

masih memungkinkan mengingat banyaknya aset yang dimiliki. Mungkin perlu

adanya terobosan-terobosan baru dalam ha1 pemasaran aset khususnya milk

Pemerintah Daerah ke masyarakat umum.

Pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta memiliki persoalan

pembangunan yang cukup kompleks diberbagai bidang, serta mengalami

perkembangan yang cukup pesat seiring dengan peningkatan pertumbuhan tata ruang

kota. Oleh karena itu, guna mendukung terlaksananya pembangunan daerah yang

sesuai dengan arah dan kebijakan pembangunan, berbagai upaya dilakukan untuk - memenuhi kebutuhan dana dari berbagai sumber dengan memperhatikan kemampuan

dan potensi suatu daerah.

Page 8: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

Peran swasta dan masyarakat dalam mengelola serta mendayagunakan aset

berupa tanahtlahan dan bangunan diperlukan strategi yang tepat agar diperoleh hasil

yang optimal. Di samping itu, diupayakan agar dalam pelaksanaan nanti harus

didapat prinsip yang saling menguntungkan di antara kedua belah pihak.

Salah satu sektor yang dapat diharapkan jadi pendapatan daerah terutama

perkotaan adalah melalui sektor properti. Potensi sektor properti di daerah ini tidak

hanya dalam hal pembangunan properti saja namun juga menyangkut pengelolaan

proper ti yang sudah termanfaatkan ataupun yang belum termanfaatkan secara optimal.

Banyak sumber yang dapat ditarik dari sektor properti, baik yang termasuk dalam

katagori sumber penerimaan konvensional (seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),

zrolehan Hak atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB), penerimaan sumber D ~ G Alam dan lain-lain) maupun sumber penerimaan baru atau non konvensional (seperti

Development Impact Fees, Penerimaan akibat perubahan Harga Dasar Tanah dan lain-

lain). Secara tidak langsung, potensi penerimaan asli daerah dari sektor properti ini

dapat dilihat dari potensi pajak yang dapat ditarik.

Alan tetapi dalam perkembangannya nanti untuk menghadapi otonomi daerah,

hanya mengoptimalkan pada potensi pajak dari sektor properti saja. Tetapi juga

harus mengetahui jumlah dan sejauh mana pemdaatan aset properti yang dimiliki

Pemerintah Daerah saat ini. Manajemen aset properti ini sangat penting diketahui

karena di samping sebagai penentuan aktiva tetap dalam faktor penambah dalarn total

aset daerah juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pendapatan.

Pemanfaatan aset properti hanya dapat dioptimalkan apabila penilaian terhadap

properti daerah secara keseluruhan sudah dipenuhi. Penilaian terhadap properti tidak

dapat dilakukan secara sembarangan tetapi harus melalui perhitungan dan analisis

secara profesional dengan pertanggungiawaban nilai yang wajar dan marketable,

Page 9: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

sehingga hasil yang diharapkan dari penilaian properti tersebut mempunyai nilai yang

akurat.

Sebelum melakukan penilaian properti secara profesional, selayaknya kita

rnengerahui terlebih dahulu pengertian penilaian dan properti secara benar. Penilaian

gabungan antara ilmu pengetahuan dan seni (science and art) dalam

mengestimasikan nilai suatu kepentingan yang terdapat dalam suatu properti bagi

tuj- tertentu dan pada waktu yang telah ditetapkan serta dengan

mempertimbangkan segala karakteristik yang ada, pada properti tersebut termasuk

j >is investasi yang ada di pasaran.

Sedangkan pengertian properti menurut "common law" atau hukurn Anglo

Saxon -dari Inggris disebutkan bahwa properti artinya pernilikan atau hak untuk

iki sesuatu benda, atau segala benda yang dapat dimiliki. Artinya properti dapat

,,,,,&an kepemilikannya atas benda-benda bergerak @ersonal proper@) d m tanah

ingunan permanen (real property). Dalam personal property ada yang

,uk tangible (seperti peralatan, perlengkapan mesin, kendaraan dan lain-lain)

uarl rr~tangible aset (seperti swat-swat berharga dan goodwill/copyright/fvanchises,

dan lain-lain). Sedangkan real property adalah pengertian properti yang kita pahami

selama ini yakni tanah dan bangunan permanen serta pengembangan lainnya.

Mengenai hal ini dari segi hukumnya berkaitan dalam Ketentuan Umum Undang-

Undang No. 12 Tahun 1985 jo Undang-Undang No. 12 Tahun 1984, dinyatakan

bahwa tanah (bumi) adalah permukaan bumi dan tubuh burni yang ada dibawahnya.

Jadi penilaian properti adalah suatu proses perhitungan secara matematika dan

kajian karakteristik dalam memberikan suatu estimasi dan pendapatan atas nilai

ekonornis suatu properti baik b e m j u d naupun tidak bemjud. Berdasarkan hasil

analisa terhadap fakta-fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode

Page 10: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

dan prinsip-prin~ip penilaian yang berlaku. Penerapan penilaian properti dalam

rnenghadapi otonomi daerah ini mempunyai peran andil yang cukup besar temtarna

d d segi manajemen aset properti daerah.

Dalam ilmu properti sekarang ini berkembang suatu teori baru yang dikenal

dengan manajemen aset atau asset management. Setelah Perang Dunia 11, manajemen

s e t merniliki ruang lingkup utama untuk mengontrol biaya pemanfaatan ataupun

penggunaan met dalam kaitan mendukung operasionalisasi pemerintah daerah. Selain

itu ada upaya pula untuk melakukan inventarisasi aset Pemerintah Daerah yang tidak

digunakan. Namun dalam perkembangan ke depan, ruang lingkup manajemen aset

lebih berkembang dengan memasukkan aspek nilai aset, akuntabilitas pengelolaan

aset, audit atas pemanfaatan tanah (land audit), aplikasi sistem informasi daiam

I laa an aset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Perkembangan yang terbaru,

manajcmen aset bertambah ruang lingkupnya hingga mampu untuk memonitor kine rja

operasionalisasi aset dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset.

Perkembangan mengenai ha1 terakhir ini dalam konteks pengelolaan aset oleh

remerintah Daerah .di Indonesia kemungkinan besar masih belum sepenuhnya

dipahami oleh para pengelola daerah. Manajemen aset merupakan salah satu profesi

atau keahlian yang memang belum sepenuhnya berkembang dan populer di

masyarakat.

Berdasarkan ruang lingkup manajemen aset maka diperlukan lima langkah

manajemen aset daerah, yaitu 1) Identifikasi potensi ekonomi daerah, secara kajian

ilmiah dan survei melalui peran Informasi Teknologi, 2) Optimalisasi Pendapatan

Asli Daerah, 3) Menganalisis dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan dan

sistem pelayanan yang efisien untuk mengurangi cost, 4) Optimalisasi aset

Page 11: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

pemerintah Daerah, melalui studi optimalisasi aset ke arah profit oriented

dm 5) Intermediasi bagi investor untuk met yang marketable.

Berdasarkan uraian di atas kita hanya berharap semoga Pemerintah Daerah

kits sudah mempunyai sistem dan strategi yang mengarah dengan jelas dalam

mengelola kota dan pengembangannya untuk menghadapi otonomi daerah mulai

tahun depan sehingga dapat memberikan peningkatan kesejahteraan bagi kita sebagai

masyarakat.

Oleh karena itu, Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

1' 1 Tahun 2003 tentang Rencana Pembangunan Tahunan Daerah Provinsi

bdcran Khusus Ibukota Jakarta menetapkan matrik indikator bidang ekonomi dalam

pengembangan usaha daerah yaitu dengan salah satu programnya yaitu pemberdayaan

a rah dengan indikator kinerja yang mencakup 3 (tiga) ha1 yaitu :

1) ~emngkatnya jurnlah aset daerah yang dimanfaatkan oleh pihak ketiga,

2) Terlaksananya evaluasi jumlah aset daerah yang dimanfaatkan,

3 csananya penyusunan data base sistem manajemen aset daerah.

1.2. Kumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut ada beberapa pernasalahan yang dapat

dirumuskan yaitu :

a. Bagaimana mengoptimalkan pengelolaan aset daerah, sehingga Pendapatan Asli

Daerah Dinas dapat meningkat ?

b. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap pengelolaan aset daerah ?

c. Strategi apa yang akan diambil Dinas Pertanian & Kehutanan dalam pengelolaan

aset daerah untuk meningkatkan PAD ?

Page 12: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a, Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) Dinas

- Pertanian dan Kehutanan dalam pengelolaan aset daerah.

b. Menentukan rumusan-rumusan alternatif strategi yang dapat digunakan dalam

menerapkan setiap kebijakan pengelolaan aset daerah.

c. Memformulasikan strategi yang tepat untuk pengelolaar, aset daerah sebagai

obyek peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

I. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah pertama untuk

mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan baik tentang penyusunan rencana

" ...> ini

pengelolaan aset daerah di Dinas secara terpadu dan sebagai salah satu bahan

masukan bagi Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Daerah Khusus Ibukota

l*karta dalam menyusun strategi pengelolaan aset Dinas. Kedua, dengan penelitian

maka sangat berguna bagi penulis untuk menambah ilmu serta wawasan dibidang

~gelolaan aset. Ketiga, mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

syarakat secara luas.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh instansi

emerintah dalam mempertimbangkan pengambilan keputusankebijakan yang terkait

engan pengelolaan aset daerah, khususnya di Dinas Pertanian dan Kehutanan

sehingga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah di masa mendatang.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi dan diarahkan kepada beberapa pengertian - diantaranya :

Page 13: I. PENDAHULUAN Belakang Pada tahun 2001 hingga sekarang ... · pada awal 2001 bertepatan dengan pemberlakuan UU No. 3212004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 2511999 tentang

Berdasarkan Keputusan Gubernur No. 23 Th. 2000, yang dimaksud baranglaset

daerah adalah semua kekayaan atau aset Pemerintah Daerah, baik yang dimiliki

atau yang dikuasai, yang berwujud, yang bergerak maupun tidak bergerak beserta

bagian-bagiannya ataupun mempakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung,

diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan

swat berharga laimya. Penelitian ini difokuskan pada pengelolaan aset dinas

berupa tanah dan bangunan gedung.

b. Berdasarkan Keputusan Gubemur No. 25 Th 1999, yang dimaksud Pemanfaatan

baranglaset daerah adalah pendayagunaadpengelolaan barangtaset daerah oleh

pihak ketiga dalam bentuk pinjarn pakai, penyewaan dan penggunausahaan.