Post on 11-Mar-2018
I. PENDAHULUAN
Sebagai pemuda mandiri, setelah lulus Sekolah Menengah Umum, Wira tidak malu
masih tergantung pada orang tua dan orang lain. Dia memutuskan untuk menunda
pendidikan yang lebih tinggi dan menjadi seorang pengusaha. Keinginan dia didasari
pada pendapatnya bahwa uang dan modal bukanlah merupakan kunci sukses utama
seseorang, melainkan kreativitas, keuletan, dan kemampuan menangkap peluang
usaha.
Wira mulai mempersiapkan diri dengan membaca buku, majalah, dan artikel yang
menyangkut dunia usaha. Temyata dia memperoleh pelajaran baru bahwa semangat
dan keyakinannya saja tidak menjamin keberhasilan seseorang. Sukses dan
keberhasilan di dunia usaha selalu didahului oleh perencanaan dan perhitungan yang
matang. Wawasan dia bertambah bahwa perencanaan dan perhitungan diperlukan
karena tidak semua peluang usaha akan memberikan keuntungan, dan disadari pula
bahwa keuntungan akan selalu dibatasi oleh faktor produksi (uang, bahan baku, mesin
dan peralatan, keterampilan dan kemampuan untuk mengelola ) dan kondisi pasar di
lingkungan masyarakat.
Berdasarkan apa yang telah dibacanya, Wira mulai memilih beberapa altematif usaha
yang diperkirakan mampu memberikan keuntungan yang optimal dengan melakukan
perencanaan dan perhitungan terlebih dahulu terhadap faktor produksi yang
dikuasainya serta kondisi pasar dengan matang.
Proses perencanaan dan perhitungan yang dilakukan Wira terhadap faktor-faktor yang
akan membatasi perolehan keuntungan, perkiraan laba rugi usaha dan perkiraan arus
kas beserta analisanya secara tertulis disebut sebagai menghitung kelayakan usaha.
Selanjutnya data yang diperoleh, proses perencanaan usaha dan perhitungan yang
dilakukan dan disusun menurut aturan tertentu disebut sebagai kegiatan menyusun kelayakan usaha.
Secara umum laporan kelayakan usaha harus memuat hal-hal sebagai berikut:
A. Latar Belakang B. Gambaran Umum C. Prospek PemasaranD. Aspek Teknis E. Manajemen Operasional F. Manfaat Ekonomis dan Prospek Finansial G. Kesimpulan
1
II. KAJIAN YANG DIPERLUKAN
Kelayakan usaha dibuat sebagai alat untuk memutuskan apakah suatu rencana dan
investasi usaha dapat dilanjutkan atau harus dihentikan. Selain untuk pihak yang
akan melakukan kegiatan usaha, kelayakan usaha ini digunakan oleh pihak
penyandang dana atau Bank untuk menilai apakah usaha yang akan didirikan layak
untuk dibiayai atau tidak. Kelayakan yang baik memerlukan beberapa kajian tentang
aspek usaha seperti aspek pemasaran, aspek teknis, aspek keuangan, dan lain-lain.
A. Aspek Pasar
Pada dasarnya setiap usaha adalah menjual jasa dan atau barang yang
dihasilkan untuk digunakan atau dibeli oleh masyarakat (pasar) tergantung dari
kebutuhan masyarakat dan persediaan barang yang dibutuhkan. Sebelum
menentukan usaha apa yang akan dilaksanakan, perlu diidentifikasi terlebih
dahulu apa kebutuhan masyarakat yang harus kita penuhi.
1. Produk
Untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, Wira merencanakan akan
melakukan pengamatan terhadap perumahan disekitar tempat tinggalnya.
Dimulai dengan kompleks perumahan sederhana (tempat tinggalnya), setiap
hari Wira mencatat apa yang dilihat dan dijumpainya. Disamping perumahan
sederhana, juga dilakukan pengamatan ke lingkungan perumahan semi real
estate dan real estate yang ada di sekitar radius 10 KM dari tempat tinggalnya.
Data yang berhasil dikumpulkan oleh Wira adalah sebagai berikut:
2
Tabel 1
Perumahan sederhana
Semi Real Estate Real Estate
Jumlah Rumah 900 600 400Jumlah Kepala keluarga 851 530 386KK Tanpa anak 20 6KK dengan anak sekolah 812 515 263Suami istri kerja 629 492 300Sambungan telepon 600 524 386Waktu pulang kerja
16.00 – 18.00 394 90 2318.00 – 20.00 311 326 16820.00 - 146 114 195
Jumlah kendaraan roda 4 126 500 386Jumlah kndaraan roda 2 304 97 21Perkiraan pendapatan 2.000.000 5.000.000 10.000.000Jumlah toko
Barang kebutuhan pokok 8 1 -Barang elektronik 1 - -Bahan bangunan 5 - -Kue dan roti 2 1 -Bengkel dan cuci mobil - - -Bengkel sepeda motor 1 - -
Dari basil pengamatannya, Wira sudah mendapat bayangan tentang
kemungkinan bidang usaha atau peluang usaha yang tersedia di lingkungan
tempat tinggalnya, antara lain: Bengkel dan Cuci Mobil, Toko Onderdil, Agen
LPG, Bengkel Las, Suplier Kebutuhan pokok, Toko Eceran, Warung Sayur,
dan sebagainya.
Setelah mempelajari semua peluang usaha yang ada, Wira merasa bahwa
yang sesuai dengan potensi dan kemampuannya saat ini adalah usaha
dibidang kebutuhan pokok.
3
2. Permintaan dan Penawaran
Tanpa adanya permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa yang
dihasilkan, maka usaha yang dijalankan tidak mempunyai nilai atau manfaat
ekonomis.
Wira menyadari bahwa kegiatan usaha selalu didasari oleh adanya
kebutuhan akan barang dan jasa dari pasar. Oleh karena itu, dari data yang
dikumpulkan, Wira melakukan perhitungan-perhitungan untuk mengetahui
berapa besar kebutuhan pokok sehari-hari yang diperlukan oleh penghuni
perumahan di sekitar tempat tinggalnya.
Tabel 2
No Jenis Data Perumahan sederhana
Semi real estate
Real estate
1. Jumlah kepala keluarga 851 530 3862. Perkiraan pendapatan 2.000.000 5.000.000 10.000.0003. Biaya hidup 80% dari (no 1) 1.600.000 4.000.000 8.000.0004. Biaya hidup utama 60% dari
(no 3)960.000 2.400.000 4.800.000
5. Belanja dilingkungan sendiri 40% dari (no 4)
384.000 960.000 1.920.000
6. Belanja kebutuha pokok 60% dari (no 5)
230.400 576.000 1.152.000
7. Potensi permintaan kebutuhan pokok (1x6)
196.070.400 305.280.000 444.672.000
Biaya hidup adalah pengeluaran untuk menunjang kehidupan keluarga,
misalnya makanan, pakaian, perumahan, sekolah, kesehatan. komunikasi,
hiburan, dan lain-lain. Biaya hidup utama adalah pengeluaran untuk beras,
lauk pauk, sayuran, dan kebutuhan pokok lainnya.
Biaya di lingkungan sendiri adalah pengeluaran yang dilakukan di sekitar
tempat tinggal dan tidak memerlukan waktu lama. Biaya ini dikeluarkan untuk
tukang sayur keliling, warung, toko kebutuhan pokok sekitar tempat tinggal.
Belanja kebutuhan pokok adalah pengeluaran yang dilakukan untuk belanja
ke toko-toko kebutuhan pokok di sekitar tempat tinggal. Secara keseluruhan
4
potensi permintaan belanja di toko kebutuhan pokok per bulan untuk
perumahan di sekitar radius 10 KIn dari tempat tinggal Wira adalah:
Rp.196.070.400+Rp.305.280.000+Rp.444.672.000 = Rp.946.022.400/bulan
atau sekitar Rp.31.534.080 per hari.
Dari segi penawaran, Wira mengamati toko-toko penyedia kebutuhan pokok
yang ada disekitar radius 10 Km, 8 buah di perumahan sederhana dan
sebuah di kawasan semi real estate.
Pengamatan terhadap toko-toko tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
berapa besar nilai dagangan dan kemampuan jual serta karakter pembeli di
keempat toko tersebut.
Gambaran umum yang diperoleh adalah omzet rata-rata per toko di
perumahan sederhana sebesar Rp.l.500.000 per hari. Kawasan semi real
estate sebesar Rp.2.000.000 per hari. Kesimpulannya f: ornzet rata-rata toko
kebutuhan pokok di lingkungan radius 10 KIn ( 9 toko ) adalah Rp.14.000.000
per hari atau sebesar Rp.570.000.000 per bulan.
Dari perhitungan yang dilakukan, Wira memperoleh kesimpulan bahwa masih
terdapat peluang untuk masuk dalam usaha pengadaan kebutuhan bahan
pokok sebagai berikut:
Potensi permintaan Rp.946.022.400.- Potensi penawaran Rp.420.000.000,- Peluang pasar Rp.526.022.400,-
Wira beranggapan bahwa potensi pemenuhan kebutuhan pokok yang ada
selama ini diperoleh dari luar kawasan, seperti Makro, Goro, atau Hero. Dan
potensi ini masih bisa ditarik ke dalam kawasan usaha Wira bila tokonya
masih dalam jangkauan konsumen atau pemasaran dilakukan dengan
proaktif ( barang di antar ke rumah ).
5
3. Persaingan
Menyadari bahwa usaha yang akan dimasukinya sudah ada 9 toko yang
menjalaninya, Wira menperhitungkan bahwa persaingan yang dihadapi cukup
berat. Oleh karena itu, Wira melakukan pengamatan lebih jauh dan terperinci
terhadap ke sembilan toko tersebut, untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
a) Apakah dalam waktu dekat akan memperluas usahanya, kalau ya di mana lokasinya?
b) Tingkat harga jual barang dagangan dan perkiraan margin yang diambil. c) Bagaimana cara melayani konsumen. d) Pelayanan tambahan apa yang diberikan oleh toko ( misalnya fasilitas
antar barang, diskon, dll. ) e) Siapa pemasoknya dan bagaimana caranya.
Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Dalam waktu dekat belum ada rencana usaha baru yang sernpa. b) Harga jual barang lebih mahal dari harga super market, marjin yang diambil
rata-rata 20 persen. c) Konsumen dilayani pelayan toko. d) Tidak ada fasilitas antar barang e) Pemasok mendatangi toko.
Dari basil pengamatan di atas, Wira menyimpulkan bahwa peluang pasar
yang hendak diambilnya tidak diganggu oleh pesaing baru.
Wira merencanakan memperpendek rantai distribusi untuk berhubungan
langsung dengan agen atau distriubtor. Dengan pasokan langsung dari
distributor, Wira yakin mampu memberikan harga yang lebih murah dari
pesaingnya. Dengan sistim swalayan dimana konsumen melayani dirinya
sendiri diharapkan dapat menekan biaya operasi, sehingga harga dapat lebih
murah dari pesaingnya bahkan dari supermarket.
Melalui fasilitas antar barang, Wira berharap selain mendapat konsumen baru
juga dapat menarik konsumen pesaing.
6
4. Rencana Pemasaran
Sebelum toko dibuka, hal-hal yang harus dilakukan Wira berdasarkan
informasi yang diperoleh adalah minimal sudah dapat menentukan:
a) Lokasi usaha b) Produk yang akan dijual c) Harga jual barang d) Rencana promosi
B. Aspek Teknis
1. Lokasi .
Setelah menghitung potensi pasar yang ada, Wira harus menentukan lokasi
dimana usahanya akan dibuka. Untuk itu dilakukan analisa terhadap lokasi
berdasarkan faktor-faktor yang mendukung usaha, seperti jalur jalan,
kemudahan pasokan barang, kemudahan akses ke pasar, dan sebagainya.
2. Tanah dan Bangunan . Selanjutnya terhadap lokasi yang telah ditetapkan masih harus diputuskan
apakah tanahnya akan dibeli atau disewa. Sebagai pengusaha pemula di
bidang perdagangan, pada tahap awal sebaiknya menyewa tempat usaha.
3. Mesin dan Peralatan
Kebutuhan akan mesin dan peralatan berbeda-beda menurut jenis
usahanya. Di bidang usaha produksi, mesin dan peralatan merupakan
keharusan, sedangkan untuk bidang perdagangan hanya diperlukan mesin
pendukung yaitu mesin hitung dan lebih diutamakan ruang pamer dan
perlengkapannya.
7
4. Bahan Baku dan bahan pembantu Untuk usaha perdagangan, barang dagangan merupakan bahan bakunya.
Guna keperluan tersebut Wira telah melakukan pendekatan terhadap
pemasok bahan baku, ketersediaan pasokan, sarana transportasi, sistem
pembelian, dan sebagainya.
5. Proses Produksi
Proses produksi untuk usaha industri berbeda dengan usaha perdagangan.
Di bidang industri proses produksi berhubungan dengan proses pengolahan
bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, sementara di
bidang perdagangan tidak ada proses pengolahan. Secara umum proses
melayani pembeli mulai dari promosi, menawarkan barang, transaksi,
penyerahan barang dapat dikategorikan sebagai proses produksi di bidang
perdagangan.
Sebagai pengusaha tentunya Wira harus mengerti bagaimana proses
produksi berlangsung, dan proses itu perlu digambarkan dengan jelas,
dipahami dan dilaksanakan oleh pegawai maupun pihak lain yang terkait.
Dari peluang pasar dan kriteria teknis yang menjadi pertimbangan usaha
tersebut, kemudian Wira melakukan sejumlah keputusan dan perhitungan
sebagai berikut:
a) Lokasi Usaha : Jl. Raya Bogor, Cimanggis Depok b) Status : Sewa c) Luas Tempat Usaha : 300 M2 d) Luas Ruang Pamer: : 100 M2 " e) Luas Gudang : 60 M2 f) Nilai Sewa : Rp.2.000.000/ bulan g) Biaya Renovasi : Rp.5.000.000
8
Selanjutnya untuk kegiatan operasional diperlukan sejumlah perlengkapan
dan alat transportasi yang terdiri dari:
a) Papan nama dan perizinan 1 unit b) Meja, kursi kasir 1 unit c) Meja, kursi pimpinan 1 unit d) Meja, kursi administrasi 1 unit e) Etalase 4 unit f) Rak besi 20 unit g) Lemari pendingin 1 unit h) Filling Cabinet 1 uniti) Cash Register 1 unitj) Kalkulator 2 unit k) Kotak Kas 1 unit l) Komputer 1 unit m) Telepon/Fax 1 unit n) Sepeda motor 2 unit
Renovasi gedung/toko dilakukan agar didapatkan suasana toko yang lebih
nyaman dan membuat betah calon konsumen. Untuk tertib administrasi dan
proses pelayanan, Wira menggunakan jasa orang untuk membuat sistem
pembukuan, sistem database inventori, dan sistem pelayanan. Untuk itu
diperlukan biaya pengembangan sistem komputer.
Dalam hal pengisian barang dagangan, wira telah melakukan negosiasi
dengan beberapa agen dan distributor untuk memperpendek rantai distribusi.
Pembayaran pasokan barang tergantung pada jenis dan karakteristik barang,
bisa dilakukan tunai, kredit, atau konsinyasi.
9
Ill. RENCANA PENGELOLAAN USAHA
Berdasarkan omzet yang hendak dicapai dan sistem pelayanan yang menyerupai
mini market, Wira merencanakan merekrut 4 orang karyawan selain dirinya dengan
pembagian tugas sebagai berikut:
1. Seorang pimpinan toko sebagai pengelola usaha
2. Seorang kasir yang bertanggung jawab terhadap pembukuan dan proses
administrasi.
3. Seorang pramuniaga murni untuk melayani kebutuhan calon pembeli. 4.
4. Dua orang pramuniga yang merangkap petugas antar barang.
A. Perkiraan Kebutuhan Modal Investasi
Berdasarkan kebutuhan operasional usaha dan perlengkapan yang dibutuhkan
dapat dihitung perkiraan biaya investasi sebagai berikut:
Tabel 3No. Jenis biaya Harga/
unit (Rp)Jumlah
Unit Harga (Rp) Penyusuta
n1. Renovasi gedung 5.000.000 1 5.000.0002. Papan nama, perijinan 500.000 1 500.0003. Meja, kursi kasir 900.000 1 900.0004. Meja, kursi pimpinan 400.000 1 400.0005. Meja, kursi administrasi 200.000 1 200.0006. Etalase 500.000 4 2.000.0007. Rak besi 200.000 20 4.000.0008. Lemari pendingin 3.000.000 1 3.000.0009. Filling cabinet 800.000 1 800.00010. Cash register 4.000.000 1 4.000.00011. Kalkulator 50.000 2 100.00012. Kotak kas 200.000 1 200.00013. Komputer 4.000.000 1 4.000.00014. Telp/fax 300.000 1 300.00015. Sepeda motor 8.000.000 2 16.000.000
Jumlah 41.400.000
Peralatan tersebut di atas diperkirakan mempunyai umur ekonomis 4 tahun. --~
10
B. Perkiraan Biaya Operasi dan Modal Kerja
Biaya operasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan toko
setiap bulannya dengan rincian sebagai berikut: Dengan asumsi:
a) Potensi Pasar per bulan Rp.526.022.400 ………..(a)
b) Target Omzet (80% x a) Rp.420.817.920 ………..(b)
c) Target Omzet perhari (b:30) Rp.14.027.264 …………(c)
d) Pengadaan barang 4 kali setiap bulan ……..(d)
e) Hari kerja perbulan 30hari ……………………(e)
f) Rata-rata perputaran barang (e:d) 7,5 hari …………………. (f)
g) Harga pokok pembelian (90% x c) Rp.12.624.537 …………(g)
h) Modal kerja barang dagangan (g x f) Rp.94.864.032
Perkiraan Biaya Operasi
Tabel 4
Item Harga/unit Unit Jumlah/bulan
Pembelian barang dagangan 12.625.000 30 hari 378.750.000Kemasan 10.000 30 hari 300.000Sewa gedung Rp. 6 jt/ tahun 500.000Gaji pegawai (5 orang) 2.000.000Air, listrik, dan telepon 500.000Alat tulis kantor 100.000Pemeliharaan gedung 200.000Biaya operasional kendaraan 140.000Biaya pemeliharaan kendaraan 100.000
T o t a l 382.590.000
Perkiraan Modal Kerja
Modal kerja adalah sejumlah dana tunai atau barang dagangan awal yang harus
ada sebelum toko mulai beroperasi. Dalam hal ini keperluan dana tetsebut akan
dipergunakan untuk membeli barang dagangan, kemasan, gaji pegawai, sewa
11
tempat dan cadangan uang tunai. Kebutuhan modal kerja untuk barang
dagangan dihitung dengan perkiraan berapa lama barang tertahan di toko sejak
mulai pembelian sampai barang tersebut terjual dan memperoleh pendapatan
tunai. Dalam kasus ini barang akan terjual dalam jangka waktu 7,5 hari. Karena
usaha perdagangan pada umumnya menciptakan pendapatan tunai dalam setiap
transaksi yang terjadi, maka pembelian barang berikutnya dibiayai.dari basil
penjualan, demikian seterusnya. Dengan demikian modal kerja untuk barang
dagangan adalah 7,5 x Rp.12.625.000,- = Rp.94.687.500,-
Karena sewa gedung harus dibayar untuk 1 tahun dimuka, maka dana tunai awal
yang diperlukan adalah Rp.6.000.000,-.
Untuk gaji pegawai diperkirakan dari pendapatan tunai harian ditambah dana
tunai untuk 5 hari kerja sudah cukup untuk memenuhi pembayaran gaji pegawai
bulan pertama. Untuk bulan selanjutnya dana untuk gaji pegawai dapat dipenuhi
dari pendapatan penjualan. Modal kerja untuk gaji pegawai adalah 5/30 x
Rp.2.000.000,- = Rp.335.000,- (dibulatkan).
Dana cadangan dipersiapkan untuk pembiayaan keperluan yang mendadak
diluar yang telah direncanakan, biasanya 15% dari modal kerja untuk barang
dagangan.
Kebutuhan modal kerja untuk memulai usaha perdagangan adalah sebagai
berikut:
Tabel 5
Uraian Dana Tertahan Modal Kerja (Rp.)Barang dagangan 7,5 hari 94.687.500Kemasan 7,5 hari 75.000Sewa gedung 12 bulan 6.000.000Gaji pegawai 5 hari 335.000Cadangan 14.200.000Total modal kerja 115.297.500
12
Pembiayaan Investasi dan Modal Kerja
Perhitungan yang dilakukan Wira memberikan gambaran kebutuhan dana
sebagai berikut:
Tabel 6
Biaya investasi 41.400.000Modal kerja 115.297.500Total kebutuhan dana 156.697.500Modal sendiri (modal disetor) 50.000.000Pinjaman/kredit 106.697.500
Karena modal yang dimiliki Wira tidak mencukupi untuk membuka usaha, maka
dia harus mencari dana dari luar atau mengajukan kredit modal kerja ke Bank
dengan bunga 21 % per tahun.
C. Perhitungan Laba Rugi.
Setelah mendapatkan jumlah dana yang diperlukan untuk investasi dan modal
kerja. Wira kemudian melakukan perhitungan apakah usaha yang akan
dilakukannya dapat memberikan keuntungan atau kerugian.
Proyeksi Laba-rugi dibuat untuk jangka waktu 4 tahun sesuai dengan masa
pengembalian kredit dan umur ekonomis dari peralatan dan perlengkapan yang
dipakai. Pendapatan dari penjualan diasumsikan meningkat 15 % setiap
tahunnya sedangkan sewa gedung meningkat 10 % per tahun.
Perkiraan laba-rugi dihitung sebagai berikut (dalam juta rupiah):
13
Tabel 7
Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Total Penjualan (g=15% / tahun)
5.050 5.807,5 6.678,6 7.680,5 25.216,6
Harga pokok pembelian 4.544,8 5.226,7 6.010,7 6.912,4 22.694,6Biaya penjualan 40,1 44,1 48,5 53,3 186Laba kotor 465,1 536,7 619,4 714,8 2336Sewa gedung 6 6,6 7,3 8 27,9Biaya listrik dll 6 6 6 6 24Pemeliharaan kendaraan
1,2 1,2 1,2 1,2 4,8
Laba operasional 451,9 522,9 604,9 699,6 2279,3Biaya lain-lainBiaya penyusutan 10,35 10,35 10,35 10,35 41,4Bunga pinjaman 24,5 20.1 14,6 8 68,1Laba bersih sebelum pajak
41705 492,45 579,95 681,25 2.170,7
Perhitungan arus Kas
Setelah laba-rugi dihitung, Wira menghitung arus kas yang mungkin terjadi pada
usahanya. Proyeksi arus kas ini bagian tak terpisahkan dari proyeksi laba rugi,
sebab kadang-kadang usaha merugi, tetapi secara arus kas positif. Bila arus kas
negatif, maka harus diupayakan adanya tambahan dana baru baik berupa
pinjaman atau modal sendiri, sebab pada dasamya kas tidak boleh negatif.
Dengan menghitung arus kas, Wira lebih dapat melihat kondisi keuangan tunai
secara lebih nyata
Proyeksi Arus Kas (dalam Juta Rupiah )
14
Tabel 8
Uraian Tahun 0
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4
Penerimaan kas -Penjualan 5.050 5.807,5 6.678,6 7.680,5Pengeluaran kas-Harga pokok pembelian 4.544,8 5.226,7 6.010,7 6.912,4-biaya penjualan 40,1 44,1 48,5 53,3-Sewa gedung 6 6 6,6 7,3 8-Biaya listrik dll 6 6 6 6-Bunga pinjaman 24,5 20,1 14,6 8Jumlah operasi dan umum
6 4.621,4 5.304,4 6.087,1 6.987,7
Ivestasi 41,4Jumlah pengeluaran kas 47,4 4.621,4 5.304,4 6.087,1 6.987,7Surplus / devisit -47,4 428,6 503,1 591,5 692,8Kas awal 0 119,3 148,5 177,7 206,9Modal disetor 50Kredit investasi & modal kerja
106.7
Angsuran kredit 29,2 29,2 29,2 29,2Kas akhir 119,3 148,5 177,7 206,9 236,1Kas netto -156,7 428,6 503,1 591,5 692,8Akumulasi kas 271,9 775 1.366,5 2.059,3
15
IV. ANALISA KELAYAKAN USAHA
Sebenarnya banyak cara untuk melihat apakah suatu rencana usaha layak
untuk diteruskan atau tidak. Tetapi secara umum kelayakan usaha dilihat
pertama kali dari potensi pasarnya. Dari perhitungan yang dilakukan Wira
nampak bahwa usaha yang akan dilakukan memiliki prospek pasar dan layak.
Setelah aspek pasar, berikutnya adalah aspek teknis dan pengelolaan usaha.
Teryata usaha ini secara teknis dapat diusahakan dan dapat dikelola dengan
tenaga yang ada.
Analisa kelayakan usaha terpenting adalah dilihat dari aspek keuangannya. Ada
beberapa ukuran yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
untuk menyatakan apakah suatu rencana usaha atau kegiatan investasi layak
untuk dijalankan.
Untuk suatu usaha dengan umur ekonomis kurang dari lima tahun dapat
digunakan undiscount criteria yaitu suatu perhitungan keuangan yang tidak
mempermasalahkan nilai sekarang dari suatu pendapatan dimasa mendatang.
Ukuran kelayakan yang dipergunakan untuk kriteria tersebut adalah:
1. Marginal Efficiency of Capital ( MEC ) MEC adalah perbandingan perkiraan laba rata-rata terhadap modal awal
suatu usaha. Bila MEC yang dihitung lebih besar dari 1 ( MEC > 1 ), maka
investasi dianggap layak untuk dilanjutkan.
Dari proyeksi laba rugi yang dihitung Wira, diperoleh MEC sebagai berikut:
MEC = Laba rata-total Modal usaha = 542,8/156,7 = 3,46
16
2. Payback Period
Payback period merupakan salah suatu penilaian investasi berdasarkan
periode pelunasan biaya investasi oleh kas netto- selisih pendapatan
terhadap pengeluaran dikurangi biaya investasi dan modal kerja dari suatu
usaha ( periode tercapainya besarnya kas netto sama dengan modal awal
usaha ).
Dari proyeksi arus kas, kas netto tahun ke 0 hanya menunjukan modal awal
usaha atau biaya investasi dan modal kerja karena belum terjadi pendapatan
dan pengeluaran, sedangkan akumulasi kas adalah penjumlahan antara
biaya investasi dengan kas netto setiap tabunnya. Dari perhitungan akumulasi
kas terlihat bahwa pada tahun pertama akumulasi kas telah menunjukan nilai
positif yang berarti bahwa biaya investasi dan modal kerja sudah dapat
dikembalikan pada tabun tersebut.
Perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Payback period = 156,7/428,6 x 12 = 4,39 bln
artinya biaya investasi dan modal kerja dari usaha yang akan dilakukan Wira
sudah dapat dikembalikan pada sebelum bulan ke 5 usahanya berjalan.
Dengan perkataan lain, usaha yang akan dijalankan Wira sangat layak untuk
dilanjutkan.
Selain ukuran kelayakan tersebut di atas, untuk rencana usaha jangka
panjang sebaiknya menggunakan discount kriteria yang mempermasalahkan
berapa nilai sekarang dari suatu pendapatan yang diterima di masa
mendatang (NPV). Pada kasus usaha Wira, umur ekonomis barang investasi
17
adalah 4 tahun sehingga ukuran kelayakan undiscount criteria sudah cukup
memadai.
Selain itu dari akumulasi arus kas sampai tabun ke 4 diperoleh kas akhir
sebesar Rp.236, I juta. Bila tabun ke 5 harus dilakukan investasi ulang
dengan kenaikan 15 %, maka biaya investasi dan modal kerja yang harus
dikeluarkan adalah sebesar:
115% x Rp.156,7 juta = Rp.180,2 juta
dan masih tersisa kas sebesar Rp.236, I - Rp.180,2 = Rp.55,9 juta.
Dari perhitungan ini temyata usaha yang dilakukan Wira mampu menyisihkan
kas bagi pemiliknya sebesar Rp.55,9 juta selama 4 tabun.
Dengan dua ukuran kelayakan tersebut, sudah cukup memberikan gambaran
awal terhadap kelayakan usaha yang dilakukan Wira.
Selamat berbisnis semoga sukses
Moh. HamdaniBalai Inkubator Teknologi BPPTEmail: cak_ham@yahoo.comTelp. 08129536772
18