Post on 09-Aug-2015
HUKUM PRANATA ARSITEKTUR
kode etik arsitek
Kaidah Dasar 2
Kewajiban Terhadap Masyarakat
Para arsitek memiliki kewajiban kemasyarakatan untuk mendalami semangat
dan inti hukum–hukum serta peraturan terkait, dan bersikap mendahulukan
kepentingan masyarakat umum.
Standar Etika 2.1
Tata Laku
Arsitek wajib menjunjung tinggi tatanan hukum dan peraturan terkait dalam
menjalankan kegiatan profesinya.
Kaidah Tata Laku 2.101
Dalam menjalankan kegiatan profesinya, arsitek mematuhi hukum serta
tunduk pada kode etik dan kaidah tata laku profesi, yang berlaku di Indonesia dan di
negara tempat mereka bekerja. Arsitek tidak dibenarkan bertindak ceroboh dan
mencemarkan integritas dan kepentingan profesi.
Kaidah Tata Laku 2.102
Arsitek tidak akan menyampaikan maupun mempromosikan dirinya atau jasa
profesionalnya secara menyesatkan, tidak benar, atau menipu. Arsitek tidak
dibenarkan untuk memasang iklan atau sarana promosi yang menyanjung atau
memuji diri sendiri, apalagi yang bersifat menyesatkan dan mengambil bagian dari
kegiatan publikasi dengan imbal jasa, yang mempromosikan/merekomendasikan
bahan–bahan bangunan atau perlengkapan/peralatan bangunan.
Kaidah Tata Laku 2.103
Arsitek tidak dibenarkan terlibat dalam pekerjaan yang bersifat penipuan atau
yang merugikan kepentingan pihak lain.
Kaidah Tata Laku 2.104
Arsitek tidak dibenarkan menawarkan/menjanjikan dan atau memberikan
uang atau pemberian lain kepada seseorang atau pihak-pihak tertentu yang
bertujuan memperoleh proyek yang diminati.
Kaidah Tata Laku 2.105
Apabila dalam proses pengerjaan proyeknya, arsitek mengetahui bahwa
keputusan yang diambil oleh pengguna jasa melanggar atau bertentangan dengan
hukum serta kaidah yang berlaku, dan mengancam keselamatan masyarakat umum,
maka arsitek wajib:
Mengingatkan dan menyarankan pengguna jasa agar mempertimbangkan
kembali keputusannya.
Menolak pelaksanaan keputusan tersebut
Melaporkan perkara ini kepada pihak berwewenang yang berfungsi sebagai
pengawas bangunan atau petugas lain yang terkait untuk meninjau kembali,
terkecuali arsitek penerima tugas dapat memberikan jalan keluar pemecahan
lain.
Standar Etika 2.2
Pelayanan Untuk Kepentingan Masyarakat Umum
Arsitek selayaknya melibatkan diri dalam berbagai kegiatan masyarakat,
sebagai bentuk pengabdian profesinya, terutama dalam membangun pemahaman
masyarakat akan arsitektur, fungsi, dan tanggung jawab arsitek.
Arsitektur adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang keterkaitan
antara manusia dengan lingkungan binaan-nya, dan ruang adalah wujud manifestasi
dari manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ada tiga aspek penting dalam
arsitektur, yaitu :
firmitas (kekuatan atau konstruksi),
utilitas (kegunaan atau fungsi), dan
venusitas (keindahan atau estetika).
Hukum Pranata Pembangunan
• Penjelasan
Pranata ialah interaksi antar individu atau kelompok atau kumpulan.
Pengertian individu dalam satu kelompok dan pengertian individu dalam satu
perkumpulan memiliki makna yang berbeda menurut F. Durkheim, yaitu, dasar
organisasi individu dalam kelompok adalah adat-istiadat, sedangkan dasar
organisasi individu dalam perkumpulan adalah organisasi buatan. Hubungan yang
terjadi dalam satu kelompok didasarkan perorangan, sedangkan dalam kumpulan
kelompok adalah berazasguna sangat tergantung dengan tujuan akhir yang sering
dinyatakan dalam kontrak. Kontrak adalah sebagai parameter hubungan yang terjadi
dalam proses kegiatan pembangunan. Hubungan antara pemilik dengan perancang,
hubungan antara pemilik dengan pelaksana. Kontrak menunjukan hubungan yang
bersifat independent dan terarah atas tanggungjawab dari tugas dan fungsinya
Pembangunan ialah suatu proses perubahan individu/kelompok dalam
kerangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan hidup, yang juga sebagai
pradigma perkembangan yang terjadi dengan berjalannya perubahan peradaban
hidup manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Kegiatan pembangunan
memiliki empat unsur pokok, adalah manusia, kekayaan alam, modal, dan teknologi.
Dapat disimpulkan bahwa, pranata pembangunan bidang arsitektur
merupakan interaksi/hubungan antar individu/kelompok dalam kumpulan dalam
kerangka mewujudkan lingkungan binaan. Interaksi ini didasarkan hubungan
kontrak. Analogi dari pemahaman tersebut dalam kegiatan yang lebih detil adalah
interaksi antar pemilik/perancang/pelaksana dalam rangka mewujudkan
ruang/bangunan untuk memenuhi kebutuhan bermukim.
HUKUM DAN PRANATA PEMBANGUNAN UNDANG - UNDANG NO.4 tahun 1992
tentang Perumahan & Pemukiman. Dalam Undang - Undang ini terdapat 10 BAB (42
pasal) antara lain yang mengatur tentang :
1. Ketentuan Umum ( 2 pasal )
2. Asas dan Tujuan (2 pasal )
3. Perumahan ( 13 pasal )
4. Pemukiman ( 11 pasal )
5. Peran Serta Masyarakat ( 1 pasal )
6. Pembinaan (6 pasal )
7. Ketentuan Piadana ( 2 pasal )
8. Ketentuan Lain - lain ( 2 pasal )
9. Ketentuan Peralihan ( 1 pasal )
10.Ketentuan Penutup ( 2 pasal )
Pada Bab 1 berisi antara lain :
1. Fungsi dari rumah
2. Fungsi dari Perumahan
3. Apa itu Pemukiman baik juga fungsinya
4. Satuan lingkungan pemukiman
5. Prasarana lingkungan
6. Sarana lingkungan
7. Utilitas umum
8. Kawasan siap bangun
9. Lingkungan siap bangun
10.Kaveling tanah matang
11.Konsolidasi tanah permukiman
Bab 2 Asas dan Tujuan, isi dari bab ini antara lain : Penataan perumahan dan
permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan
kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian
lingkungan hidup.
Tujuan penataan perumahaan dan pemukiman :
• Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat
• Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, dan teratur
• Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional
• menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidangbidang
lain.
Bab 3 Perumahan, isi bab ini antara lain :
• hak untuk menempati /memiliki rumah tinggal yang layak
• kewajiban dan tanggung jawab untuk pembangunan perumahan dan pemukiman
• pembangunan dilakukan oleh pemilik hak tanah saja
• pembangunan yang dilakukan oleh bukan pemilik tanah harus dapat persetuan dari
pemilik tanah / perjanjian
• kewajiban yang harus dipenuhi oleh yang ingin membangun rumah / perumahan
• pengalihan status dan hak atas rumah yang dikuasai Negara
• Pemerintah mengendalikan harga sewa rumah
• Sengketa yang berkaitan dengan pemilikan dan pemanfaatan rumah diselesaikan
melalui badan peradilan
• Pemilikan rumah dapat beralih dan dialihkan dengan cara pewarisan
• dll
Bab 4 Permukiman, isi bab ini antara lain :
• Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pembangunan kawasan
permukiman skala besar yang terencana
• tujuan pembangunan permukiman
• Pelaksanaan ketentuandilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
• Program pembangunan daerah dan program pembangunan sektor mengenai
prasarana, sarana lingkungan, dan utilitas umum
• Penyelenggaraan pengelolaan kawasan siap bangun dilakukan oleh badan usaha
milik Negara
• kerjasama antara pengelola kawasan siap bangun dengan BUMN
• Di wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan siap bangun Pemerintah memberikan
penyuluhan dan bimbingan, bantuan dan kemudahan
• ketentuan yang wajib dipenuhi oleh badan usaha dibidang pembangunan
perumahan
• tahap - tahap yang dilakukan dalam pembangunan lingkungan siap bangun
• kegiatan - kegiatan untuk meningkatkan kualitas permukiman
• dll
Bab 5 Peran serta masyarakat, isi bab ini antara lain :
• hak dan kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pembangunan perumahan
/ permukiman
• keikutsertaan dapat dilakukan perorangan / bersama
Bab 6 Pembinaan, isi bab ini antara lain :
• bentuk pembinanaan pemerintah dalam pembangunan
• pembinaan dilakukan pemerintah di bidang perumahan dan pemukiman
• Pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana
tata ruang wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah
• dll.
Bab 7 Ketentuan Pidana, isi bab ini antara lain :
• hukuman yang diberikan pada yang melanggar peraturan dalam pasal 7 baik
disengaja ataupun karena kelalaian.
• dan hukumannya dapat berupa sanksi pidana atau denda.
Bab 8 Ketentuan Lain-lain, isi bab ini antara lain :
• Penerapan ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 tidak
menghilangkan kewajibannya untuk tetap memenuhi ketentuan Undang-undang ini.
• Jika kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 tidak dipenuhi oleh suatu
badan usaha di bidang pembangunan perumahan dan permukiman, maka izin
usaha badan tersebut dicabut.
Bab 9 Ketentuan Peralihan, isi bab ini antara lain :
• Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, semua peraturan pelaksanaan di
bidang perumahan dan permukiman yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-undang ini atau belum diganti atau diubah
berdasarkan Undang-undang ini.
Bab 10 Ketentuan Penutup, isi bab ini antara lain :
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang
Pokok-pokok perumahan (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2476) menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun
1964 nomor 3,
• Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan penerapannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak
Undang-undang ini diundangkan.
PENGAPLIKASIAN DARI UU TERSEBUT YAITU Pada tahun 1980 penduduk
perkotaan berjumlah sekitar 32,85 juta (22,27% dari jumlah penduduk nasional).
Tahun 1990 jumlah penduduk perkotaan menjadi sekitar 55,43 juta (30,9% dari
jumlah penduduk nasional). Tahun 1995 jumlah penduduk perkotaan menjadi sekitar
71.88 juta (36,91% dari jumlah penduduk nasional). Saat ini jumlah penduduk
perkotaan seluruhnya diperkirakan mencapai hampir 110 juta orang, dengan
pertumbuhan tahunan sekitar 3 juta orang. Sensus penduduk tahun 2000 mencatat
total jumlah penduduk adalah 206.264.595 jiwa. 2Tingkat urbanisasi mencapai 40%
(tahun 2000), dan diperkirakan akan menjadi 60% pada tahun 2025 (sekitar 160 juta
orang)3. Laju pertumbuhan penduduk perkotaan pada kurun waktu 1990-2000
tercatat setinggi 4,4%/tahun, sementara pertumbuhan penduduk keseluruhan hanya
1,6%/tahun. Perkembangan kota-kota yang pesat ini disebabkan oleh perpindahan
penduduk dari desa ke kota, perpindahan dari kota lain yang lebih kecil, pemekaran
wilayah atau perubahan status desa menjadi kelurahan. Ruang dilihat sebagai
wadah dimana keseluruhan interaksi sistem sosial (yang meliputi manusia dengan
seluruh kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya) dengan ekosistem (sumberdaya alam
dan sumberdaya buatan) berlangsung. Ruang perlu ditata agar dapat memelihara
keseimbangan lingkungan dan memberikan dukungan yang nyaman terhadap
manusia serta mahluk hidup lainnya dalam melakukan kegiatan dan memelihara
kelangsungan hidupnya secara optimal.