Post on 02-Mar-2019
HUBUNGAN SHALAT TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA PASIEN HIPERTENSI DI POSBINDU ANGGREK
KELURAHAN CEMPAKA PUTIH
KECAMATAN CIPUTAT TIMUR
SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Disusun Oleh:
HANIK FITRIA CAHYANI
NIM: 109104000048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Hanik Fitria Cahyani
Tempat, Tgl lahir : Ponorogo, 17 Mei 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Raya Magetan RT 03 RW 02 Desa Sukosari,
Kec. Babadan, Kab. Ponorogo Jawa Timur 63491
Hp : 085718485191
Email : hanik.fitria@gmail.com / bmind17@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK RA Muslimat Raudlatul Thalibin Sukosari (1995-1997)
2. SDN 3 Sukosari (1997-2003)
3. SMPN 3 Unggulan Peterongan Jombang (2003-2006)
4. SMA Darul Ulum 2 BPPT RSBI Jombang (2006-2009)
5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)
Pengalaman Pelatihan, Seminar, Workshop, dan Talk Show:
1. Talk Show “Bergerak cegah HIV/AIDS!!” Tahun 2009
2. Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya di
Indonesia” Tahun 2009
3. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” pada
Tahun 2009
4. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era”
Tahun 2009
vi
5. Seminar “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco” tahun
2010
6. Pelatihan Kesekretariatan Tahun 2010
7. Simposium Nasional “Perspektif Islam dalam Membangun Karakter Bangsa
pada Era Milenium Kesehatan” Tahun 2010
8. Seminar Profesi “Keperawatan Islami, Penerapan dalam Praktek dan
Kurikulum Pendidikan Perawat di Indonesia” Tahun 2010
9. Seminar Profesi “Thinking Before Eating” Tahun 2011
10. Workshop “Disaster Management” Tahun 2011
11. Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks
Berbasis Pasien Safety” tahun 2012
12. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health”
Tahun 2012
13. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Profesi Keperawatan” Tahun 2012
14. Seminar Nasional “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation and
Innovation for Better Quality of Nursing Service in Indonesia” Tahun 2013
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, November 2013
Hanik Fitria Cahyani, NIM: 109104000048
Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
xix + 100 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 2 singkatan + 8 lampiran
ABSTRAK
Shalat merupakan suatu ibadah yang diwajibkan kepada orang Islam. Shalat
dapat menjadi sebuah meditasi yang dapat menimbulkan respon relaksasi.
Relaksasi dapat mempengaruhi tekanan darah pasien hipertensi namun belum
diketahui apakah relaksasi shalat dapat menurunkan tekanan darah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan shalat dengan tekanan
darah pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan
cross-sectional yang dilakukan pada 45 pasien hipertensi usia ≥ 45 tahun pada
bulan Juli-Agustus 2013. Pengumpulan data menggunakan kuesioner shalat dan
tensimeter. Hasil uji instrument penelitian didapatkan hasil reliabilitas sebesar
0,815 untuk shalat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
hipertensi grade 1 (ringan) sebesar 23 responden (51,1%) untuk tekanan darah
sistole dan 16 responden (35,6%) untuk tekanan darah diastole dengan rata-rata
nilai skor shalat sebesar 49,64. Hasil uji statistik menggunakan uji spearmen rank
dengan α = 0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara shalat
dengan tekanan darah systole dan diastole pasien hipertensi di Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan p value = 0,000 nilai
(r) = -0,524 untuk tekanan darah sistole dan p value = 0,023 nilai (r) = -0,338
untuk tekanan darah diastole. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai skor
shalat, maka semakin rendah nilai tekanan darah sistole dan diastole. Berdasarkan
penelitian ini, posbindu dapat memberikan informasi kepada para pasien
hipertensi bahwa shalat dapat dikombinasikan dengan obat dalam menurunkan
atau mengontrol tekanan darah.
Kata kunci: Shalat, Tekanan darah, Hipertensi
DaftarBacaan: 64 (1995 – 2013)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduates Thesis, November 2013
Hanik Fitria Cahyani, NIM: 109104000048
The Relation of Prayers and Blood Pressure of Patients with Hypertension in
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
xix + 100 pages + 14 tables + 2 charts + 2 abbreviations + 8 attachments
ABSTRACT
Prayers is a ritual that obligated to every muslim. Prayers can be a meditation
to induce relaxation response. Relaxation can affect patient’s blood pressure with
hypertension but it is not known yet whether the prayers relaxation can reduce
blood pressure.
This study is intended to recognize the relation of prayers and blood pressure
of patients with hypertension in Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur. The study used quantitative method with cross-sectional
approach. Data are gathered from 45 patients with hypertension at age more than 45
years old in July-August 2013, using prayers questionnaire and tensimeter. The
level of reliability obtained for prayers is 0,815.
The result of this study showed that the majority of respondents are with
hypertension grade 1 (moderate) among 23 respondents (51,1%) for systole blood
pressure and 16 respondents (35,6%) for diastole blood pressure with average of
prayers score of respondents are 49,64. Spearmen rank statistical test showed α =
0,05 which meant that there is a significant corelation between prayers and both
systole and diastole blood pressure among patients with hypertension in Posbindu
Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur where p value =
0,000 value (r) = -0,524 for systole blood pressure and p value = 0,023 value (r) = -
0,338 for diastole blood pressure. This means that the higher prayers scores, the
lower the value of systole and diastole blood pressure. Based on this research,
Posbindu can provide information to patients with hypertension that prayer can be
combined with drugs in reducing or controlling blood pressure.
Keywords: prayers, blood pressure, hypertension
References: 64 (1995-2013)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah, Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa ajaran kebenaran yaitu Islam.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur”.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak
menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dan
penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ita Yuanita, S. Kp., M. Kep., selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dan banyak memberikan saran demi terselesaikannya penulisan
skripsi ini.
4. Ns. Uswatun Khasanah, S. Kep, MNS selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
x
5. Ibu Tien Gartinah, MN selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan masukan selama proses perkuliahan.
6. Para penguji (Ibu Maftuhah, S. Kp., M. Kep., Ph.D dan Ibu Ernawati, S. Kp.,
M. Kep, Sp. KMB) yang telah banyak memberikan masukan dalam
memperbaiki skripsi ini.
7. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala
pengalamannya yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi
kami selaku mahasiswa.
8. Departemen Agama yang telah memberikan kesempatan untuk berkuliah di
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Posbindu Karang Mekar Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur
yang telah mengizinkan serta membantu peneliti untuk melakukan uji
validitas dan reliabilitas.
10. Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur yang
telah mengizinkan peneliti dalam melakukan penelitian di tempat ini.
11. Kedua Orang Tua saya (Abi H. Masduki Ashar dan Ummi Hj. Muthi’anah)
yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan, semangat dan do’a yang tak
pernah berhenti demi kelancaran dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini.
12. Saudara laki-lakiku, “Ria’s Brothers” (Mas Bahrul, Mas Mukhtar dan Dek
Burhan) yang telah memotivasi untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
13. Sahabat-sabahatku tercinta, “Fighters” (Fita, Fitri, Etika, Mala, Dian, Ulfi,
Dewi, Mayra, Astuti dan Iqbal), teman-temanku satu pembimbing (Sri, Ike,
dan Nining) serta seluruh angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam
xi
menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi di PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dengan memohon do’a kepada Allah SWT, penulis berharap semua
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua
kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tangerang Selatan, November 2013
Penulis
xii
DAFTAR ISI
JUDUL HAL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
1. Tujuan umum .................................................................... 7
2. Tujuan khusus ................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10
A. Tekanan Darah ........................................................................ 10
xiii
1. Definisi .............................................................................. 10
2. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tekanan Darah............ 10
3. Pengukuran Tekanan Darah .............................................. 12
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Pengukuran .......... 13
B. Hipertensi ................................................................................ 14
1. Definisi .............................................................................. 14
2. Klasifikasi ......................................................................... 15
3. Etiologi .............................................................................. 16
4. Patofisiologi ...................................................................... 16
5. Manifestasi ........................................................................ 18
6. Komplikasi ........................................................................ 18
7. Penatalaksanaan ................................................................ 20
C. Meditasi ................................................................................... 26
1. Definisi .............................................................................. 26
2. Macam-Macam Meditasi .................................................. 26
3. Manfaat Meditasi .............................................................. 27
D. Shalat ....................................................................................... 27
1. Definsi ............................................................................... 27
2. Kedudukan dan Keutamaan Shalat ................................... 28
3. Macam-Macam Shalat Wajib dan Waktunya ................... 30
4. Syarat-Syarat Wajib Shalat ............................................... 31
5. Syarat-Syarat Sah Sholat ................................................... 32
6. Rukun Shalat ..................................................................... 37
7. Sunnah-Sunnah Shalat ...................................................... 40
8. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat ................................... 44
E. Khusyuk .................................................................................. 45
1. Definisi Khuyuk ................................................................ 45
2. Kriteria Khusyuk ............................................................... 46
3. Anjuran Khusyuk dalam Shalat ........................................ 47
4. Unsur-Unsur Khusyuk dalam Shalat ................................. 48
F. Penelitian Terkait .................................................................... 50
G. Kerangka Teori........................................................................ 53
xiv
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL .......................................................................... 54
A. Kerangka Konsep .................................................................... 54
B. Hipotesis .................................................................................. 55
C. Definisi Operasional................................................................ 56
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 57
A. Desain Penelitian ..................................................................... 57
B. Populasi dan Sampel ............................................................... 57
C. Teknik Pengambilan Sampel................................................... 58
D. Pengumpulan Data .................................................................. 59
E. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 60
F. Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 60
G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen........................ 64
H. Tahapan Penelitian .................................................................. 66
I. Pengolahan Data...................................................................... 68
J. Analisa Data ............................................................................ 69
K. Etika Penelitian ....................................................................... 71
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................. 74
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...................................... 74
B. Karakteristik Responden ......................................................... 75
C. Analisa Univariat ............................................................. …... 76
1. Distribusi Skor Shalat pada PasienHipertensi ..................... 76
a. Distribusi Skor pada Masing-Masing Aspek Shalat ....... 77
2. Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) ............................. 78
3. Distribusi Tekanan Darah Diastole (TDD) .......................... 79
D. Analisa Bivariat ........................................................................ 80
1. Hubungan Masing-Masing Aspek dalam Shalat
dengan TDS dan TDD ......................................................... 81
xv
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................... 83
A. Karakteristik Pasien Hipertensi ................................................ 83
1. Jenis Kelamin ....................................................................... 83
2. Umur .................................................................................... 84
3. Suku ..................................................................................... 86
4. Pendidikan ........................................................................... 86
B. Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah .............................. 87
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 97
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 98
A. Kesimpulan ............................................................................... 98
B. Saran ......................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH ................................. 15
2. Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7 ......................................... 15
3. Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 56
4. Tabel 4.1 Distribusi Pernyataan Kuesioner Shalat....................................... 63
5. Tabel 4.2 Skor Skala Likert ......................................................................... 63
6. Tabel 4.3 Distribusi Hasil Pernyataan Validitas Shalat ............................... 65
7. Tabel 4.4 Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Nilai r ................... 70
8. Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur, Suku dan Pendidikan ............... 75
9. Tabel 5.2 Distribusi Skor Shalat .................................................................. 76
10. Tabel 5.3 Distribusi Skor Aspek Shalat ....................................................... 77
11. Tabel 5.4 Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) ..................................... 78
12. Tabel 5.5 DistribusiTekananDarah Diastole (TDD) .................................... 79
13. Tabel 5.6 Analisa Hubungan Shalat dengan TDS dan TDD........................ 80
14. Tabel 5.7 Analisa Hubungan Masing-Masing Aspek Shalat ....................... 81
xvii
DAFTAR BAGAN
1. Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 53
2. Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 54
xviii
DAFTAR SINGKATAN
1. Singkatan Tekanan Darah Sistole (TDS) ................................................ 78
2. Singkatan Tekanan Darah Diastole (TDD) ............................................. 79
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Lembar Informed Consent
2. Lampiran 2 Instrumen Penelitian
3. Lampiran 3 Hasil Uji Validitas
4. Lampiran 4 R Tabel
5. Lampiran 5 Hasil Penelitian
6. Lampiran 6 Surat Izin Studi Pendahuluan
7. Lampiran 7 Surat Izin Uji Validitas
8. Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup dominan
di dunia, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Data
World Health Organization (WHO) tahun 2013 menunjukkan prevalensi
penderita hipertensi secara umum pada orang dewasa berusia 25 tahun dan lebih
adalah sekitar 40%. Hipertensi juga diperkirakan mampu menyebabkan 7,5 juta
kematian dan sekitar 12,8% dari seluruh kematian. Negara-negara maju seperti
Amerika Serikat diperkirakan 33,8% penduduknya menderita hipertensi dengan
perbandingan laki-laki sekitar 34,8% dan perempuan sekitar 32,8% (WHO,
2011). Negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi pasien hipertensi
menurut Departemen Kesehatan adalah sekitar 31,7%, dimana hanya 7,2% dari
31,7% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan 0,4% kasus
yang minum obat hipertensi (Depkes, 2012).
Hipertensi atau disebut juga dengan tekanan darah tinggi adalah suatu
kondisi dimana pembuluh darah telah meningkatkan tekanannya secara terus-
menerus. Hipertensi menunjukkan tingkat tekanan darah di atas batas normal.
Tekanan darah dewasa normal didefinisikan sebagai tekanan darah 120 mmHg
untuk sistolik dan tekanan darah 80 mmHg untuk diastolik. Ketika tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, tekanan
darah dianggap tinggi (Smeltzer, 2001).
2
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi penyakit
lain yang berbahaya jika dibiarkan tanpa perawatan yang tepat. Diantara
komplikasi hipertensi yang berbahaya meliputi penyakit jantung koroner (PJK)
dan stroke. Kedua penyakit ini menyumbangkan angka mortalitas yang tinggi
bagi penduduk dunia. WHO memperkirakan PJK dapat menyebabkan 7,3 juta
kematian dan stroke dapat menyebabkan 6,2 juta kematian. Penting bagi
penderita untuk selalu mengontrol tekanan darahnya agar tidak terjadi komplikasi
yang berbahaya ini, apalagi bagi penderita yang tidak menyadari kalau dirinya
memiliki tekanan darah tinggi. Kebanyakan penderita baru menyadari setelah
mengalami komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal ataupun
penyakit-penyakit lain yang dampaknya sulit untuk disembuhkan (Misbach,
2007).
Morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada pasien hipertensi dapat dicegah
dengan intervensi yang mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
Intervesi yang dilakukan dapat berupa intervensi farmakologis dan
nonfarmakologis. Intervensi farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-
obatan anti hipertensi seperti diuretik, penyekat saluan kalsium, ACE inhibitor,
β-bloker, α-bloker, serta vasodilator arteriol yang fungsinya untuk menurunkan
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, atau Total Peripheral Resistance
(TPR). Sedangkan intervensi nonfarmakologis yaitu intervensi dengan selain
obat-obatan, dimana salah satunya yaitu dengan teknik relaksasi. Teknik
relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat
respons stres saraf simpatis (Corwin, 2009).
3
Teknik relaksasi memiliki efek yang sama dengan obat antihipertensi
dalam menurunkan tekanan darah. Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat
otot-otot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama dengan
otot-otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot dalam tubuh ini akan
menyebabkan kadar norepinefrin dalam darah menurun (Mills, 2012). Otot-otot
yang rileks ini menyebarkan stimulus ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ
dalam manusia benar-benar merasakan ketenangan dan kenyamanan. Situasi itu
akan menekan sistem saraf simpatik sehingga produksi hormon epinefrin dan
norepinefrin dalam darah menurun. Penurunan kadar norepinefrin dan epinefrin
dalam darah menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah pun akan
menurun sehingga tekanan darah ikut menurun (Elzaky, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mills (2012) menjelaskan bahwa
teknik relaksasi dapat menurunkan tekanan darah diastole secara signifikan
dalam fase pemulihan orang yang sedang marah. Di dalam penelitiannya ini,
seseorang diminta untuk duduk dengan posisi yang nyaman sambil menutup
mata dan mengucapkan kata yang diulang-ulang secara perlahan sampai
merasakan ketenangan. Kemudian dibandingkan nilai tekanan darah sebelum dan
sesudah dilakukannya relaksasi. Hasilnya adalah tekanan darah diastole turun
secara signifikan dibandingkan dengan tekanan darah sistole. Penelitian yang
dilakukan oleh Suwardianto dan Erlin (2011) menyebutkan bahwa relaksasi
napas dalam (deep breathing) selama 15 menit dapat menurunkan tekanan darah
sistole sebesar 9 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 10 mmHg.
4
Ibadah merupakan suatu aktivitas keagamaan yang dapat menimbulkan
respons relaksasi melalui keimanan (Benson & Proctor, 2000). Keimanan akan
menyebabkan seseorang selalu berzikir (ingat kepada allah). Kemudian zikir
akan menimbulkan rasa tenang dan tentram dalam hati, sehingga menghilangkan
rasa gelisah, putus asa, ketakutan, kecemasan dan duka cita (Tebba, 2008). Hal
ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi, “Sungguh beruntung orang-orang
yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (al-
Mu’minun/23: 1-2).
Ibadah kepada Allah akan mengembalikan ketenangan dan ketentraman
jiwa bagi orang yang melakukannya. Semakin seseorang dekat dengan Allah dan
semakin banyak mengerjakan ibadah maka akan semakin tentram jiwanya
(Sholeh, 2008). Salah satu bentuk ibadah itu adalah mengerjakan shalat dengan
khusyuk (Tebba, 2008). Elzaky (2011) menjelaskan bahwa khusyuk dalam shalat
dapat menjadi sebuah meditasi dengan tingkatan yang paling tinggi. Dikatakan
tingkatan meditasi yang paling tinggi karena khusyuk dalam shalat tidak hanya
melibatkan pemusatan pikiran, tetapi juga melibatkan pemikiran yang mendalam
serta gerakan-gerakan tubuh yang tidak dilakukan pada saat meditasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2006) menjelaskan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara keteraturan menjalankan shalat dengan
kecemasan. Semakin teratur seseorang menjalankan shalat, maka makin rendah
kecemasannya dan demikian pula sebaliknya. Shalat memiliki kemampuan untuk
mengurangi kecemasan karena terdapat lima unsur di dalamnya, yaitu: meditasi
atau do’a yang teratur, minimal lima kali sehari; relaksasi melalui gerakan-
5
gerakan shalat; hetero atau auto sugesti dalam bacaan shalat; group-therapy
dalam shalat jama’ah, dan hydro therapy dalam wudhu sebelum shalat
(Wibisono, 2006).
Shalat merupakan suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa
perkataan dan perbuatan, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
berdasarkan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu. Shalat tidak hanya
mengandung nilai spiritual tetapi juga mempunyai aktivitas fisiokal,
mengendorkan badan dan jiwa dari segala ketegangan serta menumbuhkan
perasaaan kedamaian dan kepuasan (Wibisono, 2006). Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Surah al-Ma’arij/70: 19-22 berikut ini:
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia
amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat”.
Dalam suatu hadits juga disebutkan: ketika Rasulullah diterpa masalah dan
kepenatan, beliau bersabda:
يا بلال ارحنا بالصالة
“Tentramkanlah kita dengan shalat, wahai Bilal.” (HR Abu Dawud dan
Ahmad)
Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa shalat mempunyai manfaat
dalam menurunkan kecemasan dan shalat juga dapat dijadikan sebagai meditasi
6
yang dapat menentramkan jiwa, sebagaimana telah diyakini dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadits, namun penelitian-penelitian yang terkait belum banyak dilakukan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang pasien hipertensi,
8 di antaranya mengatakan bahwa mereka merasakan ketenangan setelah selesai
melaksanakan shalat dan 2 orang lainnya mengatakan tidak ada perubahan apa-
apa (biasa saja). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur” yang di
dasarkan pada teori yang mengatakan bahwa kondisi rileks (tenang) dapat
menurunkan tekanan darah.
B. Perumusan Masalah
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana pembuluh darah telah
meningkatkan tekanannya secara terus-menerus, dengan nilai tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Smeltzer,
2001). Intervensi yang digunakan untuk mempertahankan tekanan darah di
bawah 140/90 mmHg terdiri dari intervensi farmakologis dan nonfarmakologis.
Intervensi farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan anti hipertensi,
sedangkan intervensi nonfarmakologis salah satunya yaitu dengan teknik
relaksasi (Corwin, 2009). Teknik relaksasi membuat otot-otot polos pembuluh
darah arteri dan vena menjadi rileks bersama dengan otot-otot lain dalam tubuh
(Mills, 2012).
7
Shalat merupakan suatu sistem ibadah yang dapat menimbulkan respons
relaksasi. Shalat memiliki kemampuan untuk mengurangi kecemasan karena di
dalamnya terdapat unsur meditasi atau do’a yang teratur minimal lima kali sehari
dan unsur relaksasi melalui gerakan-gerakan shalat (Wibisono, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan
Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Adakah hubungan antara shalat terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a) Mengidentifikasi karakteristik pasien hipertensi
b) Mengidentifikasi intensitas shalat pada pasien hipertensi
c) Mengidentifikasi nilai tekanan darah pada pasien hipertensi
d) Mengetahui hubungan antara shalat dengan tekanan darah (sistolik dan
diastolik) pada pasien hipertensi
8
e) Mengetahui hubungan antara masing-masing aspek dalam shalat dengan
tekanan darah (sistolik dan diastolik) pada pasien hipertensi
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Klien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pasien
hipertensi yang beragama Islam untuk dapat mengontrol tekanan darahnya
melalui aktivitas keagamaan seperti shalat, sebagai penunjang dalam
pengobatan non farmakologi.
2. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk
menambah wawasan tentang keterkaitan hubungan shalat terhadap tekanan
darah pada pasien hipertensi bagi semua mahasiswa keperawatan, khususnya
pada mahasiswa keperawatan Muslim sebagai sumber ilmu dan informasi.
3. Bagi Profesi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bersifat positif
dalam usaha mengembangkan profesi keperawatan melalui informasi baru
tentang intervensi keperawatan dengan pendekatan spiritual, yaitu tentang
hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran tentang
hubungan shalat terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi untuk
dijadikan sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya.
9
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui hubungan shalat terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi pada bulan Juni tahun 2013. Subjek yang diteliti adalah
pasien hipertensi yang berada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur dengan menggunakan desain cross-sectional dan
pendekatan metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner dan intervensi
langsung terhadap pasien hipertensi. Intervensi yang dilakukan yaitu dengan
mengukur tekanan darah. Sedangan data sekunder adalah catatan pasien
hipertensi yang ada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan
Ciputat Timur.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Darah
1. Definisi
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika melewati dinding arteri.
Tekanan darah dicatat dalam dua angka, tekanan sistolik (ketika jantung
kontraksi) dan tekanan diastolik (ketika jantung dilatasi). Pencatatan angka
sistolik di atas angka diastolik (Aziza, 2007).
Gunawan (2001) menyebutkan tekanan darah adalah kekuatan yang
diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar
mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara
tekanan darah sistolik (tekanan ketika jantung menguncup) dan tekanan darah
diastolik (tekanan darah ketika jantung kembali meregang). Tekanan darah
sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik.
2. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tekanan Darah
Kozier dan Erb (2009) menyebutkan beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tekanan darah, yaitu:
a. Umur
Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia
hingga dewasa. Pada orang lanjut usia, arterinya lebih keras dan kurang
fleksibel terhadap tekanan darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan
tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding
11
pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan
tekanan darah.
b. Jenis Kelamin
Perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan
wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi.
c. Olahraga
Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah. Untuk mendapatkan
pengkajian yang dapat dipercaya dari tekanan darah saat istirahat, tunggu
20-30 menit setelah olahraga.
d. Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan
darah.
e. Stres
Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan
vasokonstriksi arteriol sehingga meningkatkan nilai tekanan darah.
f. Ras
Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki tekanan darah
yang lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama.
g. Obesitas
Obesitas baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor
predisposisi hipertensi.
12
3. Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung (Smeltzer, 2001).
a. Metode langsung
Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri.
Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat
berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Bahaya yang
dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi
pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter,
perdarahan (ekimosis) bila jarum lepas dan tromboplebitis.
b. Metode tidak langsung
Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
sfigmomanometer dan stetoskop. Sfigmomanometer tersusun atas manset
yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan
dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa
sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan
dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer,
2001).
Pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset
dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan
pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau
brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan
sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset
13
dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya
denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan
pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya
dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat
mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer,
2001).
Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang
berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di
bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana
arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset
dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara
kita mendengarkan awitan bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan
darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff yang terjadi
bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri
brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik
dan pada titik tersebut bunyi akan menghilang (Smeltzer, 2001).
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Pengukuran Tekanan Darah
Smeltzer (2001) menyebutkan beberapa rincian penting yang harus
diperhatikan agar pengkajian tekanan darah dapat benar-benar akurat:
a. Ukuran manset harus sesuai untuk pasien
b. Manset dipasang dengan benar pada lengan dan balon manset harus
berada di tengah di atas artei brakialis
c. Lengan pasien harus setingggi jantung
14
d. Pencatatan awal harus dilakukan pada kedua lengan, pengukuran
selanjutnya dilakukan pada lengan yang tekanannya lebih tinggi
e. Posisi pasien dan letak pengukuran tekanan darah harus dicatat, misalnya
RA (Right Arm) untuk lengan kanan
f. Palpasi takanan sistolik sebelum auskultasi dapat membantu mengetahui
dengan segera adanya gap auskulatori (penghilangan bunyi sementara
pada saat auskultasi)
g. Pasien diminta tidak berbicara selama pengukuran tekanan darah karena
dapat meningkatkan frekuensi jantung.
B. Hipertensi
1. Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik
mencapai 90 mmHg atau lebih. Pada hipertensi biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik (Ruhyanudin, 2006).
Smeltzer (2001) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Dan pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik
di atas 90 mmHg.
15
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi diperlukan untuk memudahkan diagnotis dan terapi
atau penatalaksanaan hipertensi (Gunawan, 2001). Klasifikasi hipertensi dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut WHO-ISH
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Grade 1 (Ringan)
Sub-grup: Perbatasan
140-159
140-149
90-99
90-94
Hipertensi Grade 2 (Sedang) 160-179 100-109
Hipertensi Grade 3 (Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
Sub-grup: Perbatasan
≥ 140
140-149
< 90
< 90
Sumber: WHO-ISH 1999, Guidelines for the Management of Hypertension.
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC 7
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥ 160 ≥ 100
Sumber: The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 2003.
16
3. Etiologi
Hipertensi dibagi menjadi dua jenis berdasarkan dari penyebabnya
(Aziza, 2007):
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer, yaitu hipertensi yang
penyebab/etiologinya tidak jelas. Terjadi pada sekitar 90% penderita
hipertensi. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah
peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah
multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stres,
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet,
kebiasaan merokok, stres emosi, obesitas dan lain-lain.
b. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5-
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang
ditemukan adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal
yang menghasilkan hormone epinephrine dan norepinefrin.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Bermula dari jaras saraf
simpatis di pusat vasomotor ini, kemudian berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks
17
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
adrenal dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat yang pada akhirnya akan merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Smeltzer, 2001).
18
5. Manifestasi
Tanda dan gejala yang dapat timbul pada pasien hipertensi yaitu:
a. Mulai dari tidak ada gejala sampai gejala ringan, misalnya: pusing,
melayang, berputar, vertigo, sakit kepala, baik sebagian maupun seluruh
bagian
b. Pandangan mata kabur/tidak jelas bahkan dapat langsung buta
c. Mual muntah
d. Pada pemeriksaan diperoleh nilai takanan darah tinggi (≥140/90 mmHg),
dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti penyempitan pembuluh
darah, perdarahan, edema pupil
e. Hipertrofi ventrikel kiri sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel
untuk berkontraksi
f. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke
g. Langsung komplikasi yang berat, seperti sesak napas hebat; kaki bengkak
(akibat gagal jantung), tidak sadarkan diri akibat perdarahan di otak (stroke)
(Aziza, 2007; Smeltzer, 2001).
6. Komplikasi
Penderita hipertensi berisiko untuk menderita penyakit lain. Dalimartha, at
al. (2008) menyebutkan beberapa penyakit yang dapat timbul akibat dari
hipertensi, diantaranya sebagai berikut:
a. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang
19
pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada
beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan
dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan
timbulnya serangan jantung.
b. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan
meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi
kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tandanya adanya komplikasi
yaitu sesak napas, napas putus-putus (pendek) dan terjadi pembengkakan
pada tungkai bawah serta kaki.
c. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi
menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Aada dua
jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan
rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya seseorang bisa
mengalami stroke dan kematian.
d. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu
nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna
terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan
fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu
20
menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang.
Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai
dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang disebabkan
terganggunya fungsi ginjal.
7. Penatalaksanaan
Intervensi atau penatalaksanaan untuk pasien hipertensi ada dua macam,
yaitu intervensi farmakologis dan intervensi nonfarmakologis (Corwin, 2009).
a. Intervensi farmakologis, yaitu intervensi dengan menggunakan obat-
obatan antihipertensi.
Terapi dengan obat antihipertensi dimulai pada pasien dengan
tekanan darah sistol ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastole ≥ 100
mmHg yang menetap. Target tekanan darah adalah <130/<80 mmHg.
Penggunaan satu dari lima obat berikut menunjukkan penurunan kasus
kardiovaskuler pada pasien hipertensi sehingga dapat dijadikan
monoterapi lini pertama untuk pasien hipertensi. Kelima obat tersebut
adalah diuretik tiazid, beta blocker, penghambat angiotensin converting
enzyme (ACEI), calcium channel blocker (CCB), dan angiotensin
receptor blocker (ARB) (Aziza, 2007).
1) Diuretik
Diuretik bekerja dengan menghambat resorpsi Natrium Chlorida
(NaCl) di tubulus ginjal. Ada penurunan awal curah jatung karena
penurunan volume plasma dan volume cairan ekstraseluler. Diuretik
21
dosis rendah seperti hydrochlorthiazid (HCT) direkomendasikan
sebagai terapi awal hipertensi.
2) Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri
dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol. Beta
blocker bekerja dengan menurunkan denyut jantung dengan
menurunkan curah jantung dan kontraktilitas otot jantung,
menghambat pelepasan rennin ginjal, dan meningkatkan sensitivitas
barorefleks.
Alfa-blocker bekerja menurunkan aliran balik vena tetapi tidak
menyebabkan takikardia. Curah jantung tetap atau meningkat dan
volume plasma biasanya tidak berubah. Karena efek antihipertensi
alfa-blocker didasarkan pada vasodilatasi arteriol perifer, maka lebih
efektif pada pasien dengan aktivitas simpatis kuat. Penggunaan alfa-
blocker dengan masa kerja lama seperti doxazosin sebelum tidur
efektif untuk mencegah peningkatan tekanan darah di pagi hari.
3) ACE Inhibitor
Obat ini menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin
II sehingga mengganggu sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA).
Aktivitas rennin plasma meningkat, kadar angiotensin II dan
aldosteron menurun, volume cairan menurun dan terjadi vasodilatasi.
.
22
4) Calcium Channel Blocker (CCB)
CCB menghambat masuknya ion kalsium melalui kanal lambat di
jaringan otot polos skuler dan menyebabkan relaksasi arteriol dalam
tubuh. CCB berguna untuk terapi semua derajat hipertensi.
5) Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
ARB bekerja seperti ACE-I, yaitu mengganggu sistem RAA.
Golongan ini menghambat ikatan angiotensin II pada salah satu
reseptornya. ARB lebih aman dan tolerable dibandingkan ACE-I
(Aziza, 2007).
b. Intervensi nonfarmakologis, yaitu dengan modifikasi pola hidup.
Mengikuti pola hidup yang sehat penting untuk pencegahan
hipertensi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tatalaksana
hipertensi. Kombinasi dua atau lebih pola hidup akan memberikan hasil
yang lebih baik. Smeltzer (2001) menyebutkan beberapa modifikasi pola
hidup, diantaranya adalah:
1) Penurunan berat badan
Hipertensi dan obesitas memiliki hubungan yang dekat. Tekanan
darah yang meningkat seiring dengan peningkatan berat badan
menghasilkan hipertensi pada sekitar 50% individu obes. Penurunan
berat badan sebanyak 10 kg yang dipertahankan selama dua tahun
menurunkan tekanan darah kurang lebih 6,0/4,6 mmHg (Aziza, 2007).
Guideline WHO-ISH (1999) menyebutkan bahwa pengurangan
berat badan sebanyak 5 kg dapat menurunkan tekanan darah pada
23
sebagian besar pasien hipertensi dan memiliki efek menguntungkan
terhadap faktor risiko DM, hiperlipidemia, dan LVH.
2) Pembatasan alkohol
Efek samping asupan alkohol yang berlebihan ( >14 gelas per
minggu untuk laki-laki dan lebih dari 9 gelas per minggu untuk
perempuan) terbukti memperburuk hipertensi. Alkohol mengurangi
efek obat antihipertensi namun efek tersebut reversible dalam 1-2
mingggu dengan moderation of drinking sekitar 80%. Pembatasan
konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 3 mmHg
dan tekanan darah diastolik 2 mmHg. Pasien hipertensi yang minum
alkohol harus disarankan untuk membatasi konsumsi; tidak lebih dari
20-30 gram alkohol setiap hari untuk laki-laki dan tidak lebih dari 10-
20 gram untuk perempuan (Aziza, 2007).
3) Pengurangan asupan natrium
Canadian Hypertension Education Program (CHEP) dalam Aziza
(2007) merekomendasikan asupan natrium kurang dari 100 mmol/hari.
Pasien yang sensitif terhadap pengurangan garam hanya 30% dari total
seluruh pasien hipertensi. Jadi untuk kepentingan jangka panjang
diberikan diet rendah garam yang tidak terlalu ketat (masih ada cita
rasa/tidak hambar) kecuali pasien yang sedang mengalami komplikasi
akut, misalnya gagal jantung berat yang sedang dirawat di rumah sakit
dan memerlukan asupan garam lebih ketat (Aziza, 2007).
24
4) Penghentian rokok
Merokok dihubungkan dengan efek pressor, dengan peningkatan
tekanan darah sekitar 107 mmHg pada pasien hipertensi 15 menit
setelah merokok dua batang. Efek itu semakin kuat jika minum kopi.
Selain itu, merokok juga menurunkan efek antihipertensi beta blocker.
Oleh karena itu semua pasien hipertensi yang merokok harus
mendapatkan konseling (Aziza, 2007).
5) Olahraga/Aktivitas fisik teratur
Olahraga dinamis sedang (30-45 menit, 3-4 kali/minggu) efektif
dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dan orang
normotensi pada umumnya. Olahraga aerobik teratur seperti jalan
cepat atau berenang dapat menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi rata-rata 4,9/3,9 mmHg. Olahraga ringan lebih efektif dalam
menurunkan tekanan darah daripada olahraga yang memerlukan
banyak tenaga, misalnya lari atau jogging dapat menurunkan tekanan
darah sistolik kira-kira 4-8 mmHg. Olahraga isometrik seperti angkat
berat dapat mempunyai efek stresor dan harus dihindari (Aziza, 2007).
6) Relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Relaksasi ini mampu menghambat stres atau ketegangan jiwa yang
dialami seseorang sehingga tekanan darah tidak meninggi atau turun.
Dengan demikian, relaksasi akan membuat kondisi seseorang dalam
25
keadaan rileks atau tenang. Dalam mekanisme autoregulasi, relaksasi
dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung
dan TPR (Corwin, 2009).
Teknik relaksasi sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu teknik
relaksasi fisik dan teknik relaksasi mental. Adapun yang termasuk
teknik relaksasi fisik antara lain: pernapasan diafragma, relaksasi otot
progresif (PMR), pelatihan otogenik dan olahraga. Sedangkan yang
termasuk teknik relaksasi mental yaitu meditasi dan imajinasi mental
(National Safety Council, 1994 dalam Widyastuti, 2003). Miltenberger
(2004) mengemukakan bahwa ada empat macam relaksasi, yaitu:
relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan diafragma
(diaphragmatic breathing), meditasi (attention-focussing exercises),
dan relaksasi perilaku (behavioral relaxation training).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwardianto dan Erlin
(2011) menyebutkan bahwa relaksasi napas dalam (deep breathing)
selama 15 menit dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 9
mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 10 mmHg. Sedangkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sudiarto, at al. (2007) menyebutkan
bahwa terapi relaksasi meditasi yang dilakukan selama satu bulan
dengan lama latihan 2x 15 menit dengan frekuensi 3 kali/minggu dapat
menurunkan tekanan darah sistole sebesar 7.67 mmHg.
26
C. Meditasi
1. Definisi
Meditasi adalah pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu
(Susanto dan Putra, 2010). Sedangkan Iskandar dan Novianto (2008)
mendefinisikan meditasi sebagai latihan olah jiwa yang dapat
menyeimbangkan fisik, emosi, mental dan spiritual seseorang dimana tujuan
utamanya adalah mencapai penyatuan kembali dengan Sang Maha Pencipta.
2. Macam-Macam Meditasi
Menurut Susanto dan Putra (2010), meditasi diklasifikasikan menjadi
lima macam sebagai berikut:
a. Meditasi konsentrasi (concentration meditation)
Meditasi konsentrasi adalah dasar bagi meditasi yang lain. Lewat kekuatan
konsentrasi, kita membangun kemampuan untuk mengatasi gangguan dan
untuk tetap memusatkan mental. Kekuatan pikiran yang terkonsentrasi
dapat difokuskan secara efektif untuk meningkatkan dan memperdalam
wawasan ke tema meditasi lain atau tujuan tertentu. Adapun prinsip dasar
untuk setiap jenis latihan meditasi itu sama, yaitu setiap kali pikiran
mengembara maka kembalikan lagi ke awal, ke objek yang dimeditasikan.
b. Meditasi kesadaran (mindfulness meditation)
Meditasi kesadaran menekankan penumbuhan reseptif. Menyadari diri dan
berdoa dari lubuk hati yang paling dalam merupakan praktik dari meditasi
kategori ini. Seperti misalnya ketika sedang asyik dan takjub menatap ke
27
kedalaman langit malam, mengagumi keindahan alam, atau sepenuh hati
mendengarkan jawaban dari do‟a kita.
c. Meditasi kreatif (creative meditation)
d. Meditasi reflektif (reflektif meditation)
e. Meditasi yang berpusat pada hati (heart-centered meditation)
3. Manfaat Meditasi
Elzaky (2011) menyebutkan beberapa manfaat meditasi yang diperoleh
dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, diantaranya yaitu:
a. Menguatkan daya pikir dan memori
b. Meningkatkan kreativitas
c. Melatih kesabaran
d. Melindungi jantung dari gangguan dan penyakit
e. Mengatasi kegelisahan, stress, trauma, depresi, dan gangguan kejiwaan lain
f. Meningkatkan kepercayaan diri
g. Membantu penyembuhan luka
h. Pemusatan pikiran yang dilakukan dalam meditasi dapat menurunkan
tekanan darah sehingga jantung terbebas dari kelelahan dan tekanan.
D. Shalat
1. Definisi
Kata shalat dalam bahasa Arab memiliki beberapa pengertian. Diantaranya
adalah do‟a, rahmat, dan mohon ampun (Al-Mahfani, 2008). Para ulama juga
membedakan pengertian shalat berdasarkan siapa yang melakukannya. Shalat
28
berarti pujian yang baik (bagi Allah), sedangkan bagi makhluk (malaikat,
manusia, dan jin) shalat berarti do‟a (Elzaky, 2011), sebagaimana terungkap
dalam firman Allah Surah al-Ahzab/33: 56 berikut:
”Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya shalat (yushalluna) kepada
Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, shalatlah kamu untuk nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Sedangkan dalam pengertian ilmu fikih, shalat adalah ibadah yang terdiri
dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir (Allahu
Akbar) dan diakhiri dengan salam (Assalamu’alaikum wa rahmatullah), serta
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan (Abdurrahman, 2006).
2. Kedudukan dan Keutamaan Shalat
Shalat merupakan kewajiban pertama yang dibebankan oleh Allah swt. atas
hamba-hamba-Nya sebagai ibadah sekaligus do‟a. Shalat memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam ajaran Islam. Bahkan di sisi Allah, shalat memiliki
kedudukan yang agung dan mulia. Shalat juga merupakan amal manusia yang
pertama kali dihisab pada hari kiamat. Karena kedudukannya yang agung, Nabi
Ibrahim a.s. memohon kepada Allah agar dimasukkan ke dalam golongan orang
yang mendirikan shalat (Elzaky, 2011). Sebagaimana diceritakan dalam Surah
Ibrahim/14: 40: Ibrahim berkata, “Ya Allah, jadikanlah aku orang yang
29
mendirikan shalat dan begitu juga keluargaku. Ya Allah, terimalah dari kami
dan terimalah do’a kami.”
Allah swt. juga berfirman:
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.”
(Q.S. al-Baqarah/2: 45)
Shalat memiliki keutamaan dan faedah yang besar untuk menciptakan
kesehatan dan ketenangan jiwa. Shalat dapat meneguhkan dan menyucikan hati
serta melapangkan dada. Sebab ketika mendirikan shalat, hati seorang hamba
tersambung kepada Allah (Elzaky, 2011). Wadji dan Rahmani (2009) juga
mengatakan bahwa jiwa menemukan kelapangan yang sempurna, jauh dari
ketegangan dan tekanan, serta gejolak emosi dapat dikendalikan ketika
seseorang menjalankan shalat. Sebagaimana firman Allah dalam Surah al-
Baqarah/2: 277 berikut:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Mereka tidak cemas dan tidak (pula) bersedih hati.”
Ibnu al-Qayyim dalam Elzaky (2011) mengatakan, “Sesungguhnya shalat
memiliki faedah yang sangat besar bagi kesehatan serta keselamatan tubuh dan
30
hati. Shalat juga bisa melindungi keduanya dari materi-materi yang berbahaya.
Jika ada dua orang, maka yang paling rentan terjangkit penyakit, musibah,
keburukan, cobaan, dan kesulitan adalah orang yang paling sedikit shalatnya.
Sebaiknya, orang yang lebih banyak shalatnya akan lebih selamat dan lebih
sehat.”
Rasulullah saw. juga bersabda, “Apa pendapatmu jika sebuah sungai
berada di depan rumah salah seorang dari kalian, kemudian ia mandi
sebanyak lima kali setiap hari, apakah tersisa kotoran darinya?” Para sahabat
menjawab, “Tentu tidak tersisa sedikit pun.”. Rasul bersabda, “Demikianlah
perumpamaan shalat. Ia berfungsi sebagai penggugur dosa dan kesalahan.”
(Muttafaq „Alaih)
3. Macam-Macam Shalat Wajib dan Waktu Pelaksanaannya
Shalat yang fardhu atau diwajibkan bagi tiap-tiap orang yang baligh dan
berakal ada lima, yang sering juga disebut sebagai shalat lima waktu, yaitu:
a. Shalat Shubuh
Shalat shubuh terdiri dari dua rakaat. Waktunya dimulai dari terbitnya fajar
kedua sampai terbit matahari.
b. Shalat Zuhur
Shalat Zuhur terdiri dari empat rakaat. Awal waktunya adalah setelah
tergelincir matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila
bayang-bayang sesuatu telah sama dengan panjangnya, selain dari bayang-
bayang yang ketika matahari menonggak (tepat di atas ubun-ubun).
31
c. Shalat Asar
Shalat Asar terdiri dari empat rakaat. Waktunya mulai dari habisnya shalat
Zuhur; bayang-bayang sesuatu lebih dari pada panjangnya selain dari
bayang-bayang yang ketika matahari sedang menonggak, sampai tebenam
matahari.
d. Shalat Maghrib
Shalat maghrib terdiri dari tiga rakaat. Waktunya mulai dari terbenam
matahari sampai terbenam syafaq merah (cahaya putih yang muncul setelah
hilangnya cahaya merah matahari).
e. Shalat Isya
Shalat Isya terdiri dari empat rakaat. Waktunya dimulai dari terbenamnya
syafaq merah (sehabis waktu Maghrib) sampai terbit fajar (Rasyid, 2007;
Zurinal dan Aminuddin, 2008).
4. Syarat-Syarat Wajib Shalat
Syarat-syarat wajib shalat adalah sebagai berikut:
a. Islam
Shalat diwajibkan hanya kepada orang Islam. Selain muslim tidak
diwajibkan untuk mengerjakan shalat, kalau dikerjakan pun shalatnya tidak
sah.
b. Suci dari haidh dan nifas
c. Berakal
Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan shalat.
32
d. Baligh (dewasa)
Baligh maksudnya telah dewasa, dengan salah satu tanda berikut:
1) Berumur lima belas tahun atau lebih
2) Telah keluar air mani bagi anak laki-laki
3) Telah mimpi bersetubuh, atau
4) Mulai keluar haidh bagi wanita
e. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah saw. kepadanya)
Pada masa sekarang dakwah dapat diperoleh dari orang tua, guru, maupun
media massa.
f. Melihat atau mendengar
Seseorang wajib melaksanakan shalat setelah mendengar atau melihat
dakwah Islam melalui media, sehingga ia mengetahui kewajibannya untuk
melaksanakan shalat.
g. Jaga
Maksudnya adalah orang tidur, lupa, atau gila tidak berkewajiban untuk
melaksanakan shalat, sampai ia bangun, ingat, atau sembuh dari penyakit
gilanya (Rasyid, 2007; Zurinal dan Aminuddin, 2008).
5. Syarat-Syarat Sah Shalat
Wajdi dan Rahmani (2009) menjelaskan beberapa syarat sah shalat sebagai
berikut:
a. Suci dari hadats (baik hadats besar maupun hadats kecil)
Bersuci dari hadats kecil dengan wudlu atau tayamum dan bersuci dari
hadats besar dengan mandi wajib.
33
1) Wudhu
a) Pengertian Wudhu
Secara harfiah kata al-Wudlu berarti kebersihan, kebaikan, dan
kerapian (Elzaky, 2011). Dalam pengertian syariat, wudhu adalah
bersuci dengan menggunakan air pada anggota tubuh tertentu,
berdasarkan tata cara tertentu, dan dimulai dengan niat (Wajdi dan
Rahmani, 2009).
Sangkan (2006) menerangkan bahwa wudhu merupakan
prosesi ibadah yang dipersiapkan untuk membersihkan jiwa agar
mampu melakukan kesambungan komunikasi dengan Allah Yang
Maha suci. Oleh sebab itu wudhu harus dilakukan sebagaimana
halnya melakukan shalat, karena wudhu merupakan prosesi
pembersihan jiwa yang dituntun oleh Rasulullah saw.
b) Syarat-Syarat Sah Wudhu
Adapun syarat-syarat sah wudhu adalah sebagai berikut:
i. Islam
ii. Berakal, sehingga tidak sah wudhu yang dilakukan oleh orang
gila.
iii. Tamyiz, sehingga tidak sah wudhu seorang anak kecil yang
belum mencapai usia tamyiz. Biasanya seorang anak mencapai
usia tamyiz pada umur 7 tahun.
iv. Niat
v. Air yang suci
34
vi. Bersih atau tuntas dari segala hadats yang mewajibkan bersuci,
seperti kencing, buang air besar, atau kentut.
vii. Tidak ada penghalah indrawi yang menahan sampainya air
pada bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu, misalnya cat
yang menempel pada bagian tubuh yang menjadi anggota
wudhu. Semua benda yang menghalangi itu harus dibuang
terlebih dahulu sehingga air menyentuh atau membasuh bagian
tubuh yang harus dibasuh dalam wudhu (Elzaky, 2011).
c) Tata Cara Wudhu
Kesempurnaan shalat sangat tergantung kepada kesempurnaan
wudhunya. Sebab shalat seseorang tidak akan sah jika wudhunya
sendiri tidak sah. Shalat tidak akan sempurna jika wudhunya tidak
sempurna. Jika wudhunya tidak dalam keadaan ingat kepada Allah
(lalai) maka wudhunya tidak memberikan dampak apa-apa kepada
jiwa kecuali hanya tubuhnya basah terkena air (Sangkan, 2006).
Rasulullah saw. besabda:
“Apabila engkau hendak shalat, sempurnakanlah wudlumu,
kemudian menghadaplah ke kiblat.” (HR Muslim)
Wajdi dan Rahmani (2009) menjelaskan tentang tata cara
wudhu sesuai dengan tuntunan Nabi sebagai berikut:
i. Membaca basmalah ketika membasuh dua telapak tangan
(termasuk sunnah wudhu)
ii. Berkumur-kumur sebanyak tiga kali (sunnah wudhu)
35
iii. Menghirupkan air ke hidung sebanyak tiga kali (sunnah
wudhu)
iv. Membasuh muka, mulai dari tempat tumbuh rambut kepala
sebelah atas sampai kedua tulang dagu sebelah bawah dan
antara telinga kanan hingga telinga kiri sambil niat wudhu.
Tindakan ini hukumnya wajib dilakukan (termasuk rukun).
Dan sunnah untuk diulang sebanyak tiga kali.
v. Niat untuk berwudlu, wajib hukumnya (termasuk rukun). Niat
dilakukan bersamaan dengan membasuh muka.
vi. Membasuh dua tangan, mulai dari telapak dan lengan sampai
siku. Tindakan ini termasuk rukun wudhu. Sunnah untuk
diulang tiga kali.
vii. Mengusap bagian kepala, baik kulit atau rambut. Merupakan
rukun wudhu. Sunnah untuk diulang sebanyak tiga kali.
viii. Mengusap dua telinga bagian luar dan dalam menggunakan
air baru (sunnah wudhu).
ix. Membasuh kedua kaki sebanyak tiga kali mulai dari ujung
jari-jari hingga mata kaki atau lebih (rukun wudlu).
x. Tertib atau mengerjakan lima rukun wudhu secara berurutan.
Merupakan bagian dari rukun wudhu.
xi. Berdo‟a menghadap kiblat sambil mengangkat kedua tangan
(sunnah wudhu).
36
إال د أى ال إلـ أش ل رس د أى هحودا عبد أش ال شريك ل حد . اهلل
ريي ي هي الوحط اجعل ابيي ي هي الح ن اجعل بحودك، .الل ن سبحاك الل
ث، إال أ د أى ال إلـ ب إليكأش أج .أسحغفرك
b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
Najis yang sedikit atau yang sukar menjaganya seperti nanah, bisul,
darah khitan, dan darah berpantik yang ada di tempatnya diberi keringanan
unttuk dibawa shalat (Zurinal dan Aminuddin, 2008).
c. Menutup aurat
Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna
kulit. Adapun aurat laki-laki adalah antara pusat sampai lutut, sedangkan
aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali muka dan kedua telapak
tangan (Rasyid, 2007).
d. Mengetahui masuknya waktu shalat
Shalat dikatakan sah apabila dilaksanakan pada waktu yang telah
ditetapkan dan apabila melaksanakan shalat sebelum atau sesudah waktu
tersebut, maka shalatnya tidak sah, kecuali ada alasan menurut syara‟
(Zurinal dan Aminuddin, 2008).
e. Menghadap ke kiblat (ka‟bah)
Selama melaksanakan shalat wajib menghadap ke kiblat (Rasyid, 2007).
37
6. Rukun Shalat
Rukun shalat yang disepakati oleh seluruh ulama fiqih ada tiga belas, yaitu:
a. Niat
Niat yaitu menyengaja melakukan shalat karena mengikuti perintah
Allah supaya diridhai-Nya. Dan yang terpenting dalam niat adalah kehendak
hati yang dilakukan secara sengaja dan dengan ikhlas, tanpa paksaan dari
pihak manapun, kecuali semata-mata mengharapkan ridha Allh swt. (Zurinal
dan Aminuddin, 2008).
b. Berdiri tegak
Bagi orang yang kuasa, berdiri dalam melaksanakan shalat fardhu
merupakan salah satu rukun yang harus dilaksanakan. Sedangkan bagi
orang-orang yang lemah, tidak diharuskan dengan berdiri, bisa dilakukan
dengan duduk, berbaring, telentang, atau bahkan dengan isyarat, sesuai
dengan kemampuan orang yang akan shalat (Zurinal dan Aminuddin, 2008).
c. Takbiratul Ihram (membaca Allahu Akbar)
Takbiratul ihram yaitu membaca Allahu Akbar. Takbir ini dinamai takbiratul
ihram karena setelah mengucapkannya diharamkan mengerjakan perbuatan-
perbuatan di luar shalat, seeperti makan dan minum. Ucapan takbiratul ihram
harus dengan bahasa Arab. Antara kata-kata Allah dengan Akbar harus
diucapkan bersambung, tidak boleh disela, atau diam lama, karena yang
disebut takbir adalah rangkaian antara kalimat Allah dan Akbar (Zurinal dan
Aminuddin, 2008).
38
d. Membaca surat Al-Fatihah setiap rakaat
Rasulullah saw bersabda:
“Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat Faatihah.” (HR
Bukhari)
e. Rukuk serta tuma‟ninah
Sabda Rasulullah saw.:
“Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk.”
(HR Bukhari dan Muslim)
Apabila shalat dilakukan dengan berdiri, maka rukuk dilakukan dengan
membungkukkan badan membentuk sudut siku-siku atau sudut 90 derajat
(menunduk sampai tulang punggung dengan leher datar/lurus), sedangkan
jika shalat dilakukan dengan duduk maka rukuk dilakukan sampai muka
sejajar dengan lututnya, sedangkan yang baiknya yaitu muka sejajar dengan
tempat sujud (Rasyid, 2007).
f. I‟tidal serta tuma‟ninah
I‟tidal artinya berdiri tegak kembali seperti ketika membaca surat Al-
Fatihah.
g. Sujud dua kali serta tuma‟ninah
Sujud sekurang-kurangnya meletakkan sebagian kening ke tempat
shalat. Sujud yang sempurna adalah meletakkan kedua tangan, lutut, ujung
kedua jari kaki, kening, serta hidung ke tempat shalat. Sebagian ulama
mengatakan bahwa sujud itu wajib dilakukan dengan tujuh anggota, yaitu
dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung jari kedua kaki. Sujud
39
hendaknya dengan posisi menungkit, berarti pinggul lebih tinggi daripada
kepala.
h. Duduk di antara dua sujud serta tuma‟ninah
Rasulullah saw. bersabda:
Kemudian sujudlah engkau hingga berdiam untuk sujud, kemudian
bangkitlah engkau hingga berdiam untuk duduk, kemudian sujudlah engkau
hingga berdiam pula untuk sujud.” (HR Bukhari Muslim)
i. Duduk tawarruk atau duduk tasyahud akhir
Duduk tawarruk yaitu duduk dengan telapak kaki kanan dalam posisi
terbalik, sedangkan telapak kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan.
j. Membaca tasyahud akhir.
Bacaan tasyahud akhir:
بركاج رحة الل ا البي السلام عليك أي ات الطيبات لل الححيات ألوباركات الصل
د أى هحودا رسل أش إلا الل د أى لا إل الصالحيي أش على عباد الل ا السلام علي
ين على آل سيدا هحود كوا صليث على سيدا إبرا ن صل على سيدا هحود اهلل الل
على آل سيدا هحود كوا باركث ين بارك على سيدا هحود علي آل سيدا إبرا
ين في العالويي إك حويد هجيد على سيدا إبراين علي آل سيداإبرا
k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW
ين على آل سيدا هحود كوا صليث على سيدا إبرا ن صل على سيدا هحود اهلل الل
على آل سيدا هحود كوا باركث ين بارك على سيدا هحود علي آل سيدا إبرا
ين في العالويي إك حويد هجيد على سيدا إبراين علي آل سيداإبرا
40
Sesudah membaca tasyahud akhir, wajib membaca shalawat atas Nabi
Muhammad saw.
l. Memberi salam yang pertama ke kanan
m. Menertibkan rukun
Menertibkan rukun artinya melakukan rukun-rukun shalat secara berurutan,
mulai dari awal hingga akhir, sesuai urutan seperti di atas. Urutan rukun
shalat tersebut sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan
beliau memerintahkan umat Islam melakukan shalat sebagaimana yang
beliau lakukan. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya shalat.” (HR Bukhari)
7. Sunnah-Sunnah Shalat
Ada dua macam sunnah shalat, terdiri dari: sunnah ab‟adh dan sunnah
hai‟ah. Sunnah ab‟adh adalah amalan sunnah yang apabila tertinggal atau tidak
dikerjakan maka disunnahkan menggantinya dengan sujud sahwi. Sedangkan
sunnah hai‟ah adalah amalan sunnah yang apabila tertinggal atau tidak
dikerjakan tidak sunnahkan diganti dengan sujud sahwi (Wadji dan Rahmani,
2009).
Sujud sahwi dilaksanakan dua kali sebelum salam dengan membaca doa:
لا يس ام سبحاى هي لا ي
” Maha suci Allah yang tidak pernah tidur dan lupa.”
41
a. Sunnah Ab‟adh
Yang termasuk sunnah ab‟adh adalah:
1) Duduk tasyahud awal
2) Membaca tasyahud awal
3) Membaca do‟a qunut pada waktu shalat subuh danpada akhir shalat witir
setelah pertengahan Ramadlan
4) Berdiri ketika membaca do‟a qunut
5) Membaca shalawat kepada Nabi pada tasyahud awal
6) Membaca shalawat kepada keluarga Nabi pada tasyahud akhir (Wadji
dan Rahmani, 2009).
b. Sunnah Hai‟ah
Yang termasuk sunnah Hai‟ah dalam shalat yaitu:
1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram sampai tinggi ujung
jari sejajar dengan telinga, telapak tangan setinggi bahu, keduanya
dihadapkan ke kiblat
2) Mengangkat kedua tangan ketika akan rukuk, bangun dari rukuk, dan
ketika bangkit dari sujud untuk melakukan rakaat ketiga dengan cara
yang telah diterangkan pada takbiratul ihram
3) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (bersedekap) di antara dada
dan pusar
4) Mengarahkan kedua mata ke arah tempat sujud
5) Membaca do‟a iftitah sesudah takbiratul ihram, sebelum membaca Al-
Fatihah
42
6) Diam sejenak sebelum membaca surat Al-Fatihah
7) Membaca ta‟awudz sebelum membaca surat Al-Fatihah
8) Mengeraskan bacaan surat Al-Fatihah dan surat pada shalat Maghrib,
Isya, dan Shubuh
9) Diam sebentar sebelum membaca “amin” setelah membaca Al-Fatihah
10) Membaca “amin” setelah selesai membaca Al-Fatihah
11) Membaca surat atau beberapa ayat setelah membaca Al-Fatihah bagi
imam maupun bagi yang shalat munfarid pada rakaat pertama dan kedua
12) Membaca takbir intiqal (penghubung antara rukun yang satu dengan
yang lain). Sunnah membaca takbir setiap kali bangkit dan turun, berdiri
dan duduk, kecuali sewaktu bangkit dari rukuk, maka dibaca
“sami’allahu liman hamidah”
13) Menyamaratakan kepala dengan tulang pinggul pada saat rukuk, dengan
meletakkan kedua telapak tangan dengan jari-jari terkembang di atas
lutut, serta mendatarkan punggung ketika rukuk
14) Membaca tasbih ketika rukuk
15) Membaca “sami’allahu liman hamidah” ketika bangkit dari rukuk
16) Membaca “rabbana walakal hamdu”
Sebagian ulama mengatakan bahwa makmum tidaklah membaca
“sami’allahu liman hamidah”, bila didengar kalimat itu dari imam, ia
hanya membaca “rabbana walakal hamdu”
17) Meletakkan kedua lutut ke lantai sebelum meletakkan tangan pada saat
sujud.
43
Disunnahkan waktu melakukan sujud:
a) Merapatkan hidung, kening, kedua tangan, lutut, serta ujung kedua
jari kaki, ke lantai
b) Bagi laki-laki: meregangkan dua siku tangan dari lambung,
mengangkat perut dari dua paha
c) Bagi perempuan: meletakkan perutnya pada dua tangan/sikunya
d) Meluruskan dan merapatkan jari-jari
e) Menghadapkan ujung-ujung jari ke arah kiblat
18) Membaca “subhana rabbiyal a’la wabihamdihi” diwaktu sujud
19) Duduk iftirasyi sewaktu duduk di antara dua sujud
20) Membaca do‟a ketika duduk di antara dua sujud
21) Meletakkan kedua telapak tangan di atas paha ketika duduk iftirasyi
maupun tawarruk
22) Meregangkan jari-jari tangan kiri dan mengepalkan tangan kanan kecuali
jari telunjuk pada duduk iftirasyi tasyahud awal dan duduk tawarruk
23) Duduk istirahat sebentar sesudah sujud kedua sebelum berdiri pada
rakaat pertama dan ketiga
24) Membaca do‟a pada tasyahud akhir dan sebelum salam, yaitu setelah
membaca tasyahud dan shalawat
25) Mengucapkan salam yang kedua dan menengok ke kanan pada salam
yang petama dan menengok ke kiri pada salam yang kedua (Zurinal dan
Aminuddin, 2008; Wajdi dan Rahmani, 2009).
44
8. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat
a. Meninggalkan salah satu rukun shalat atau memutuskan rukun sebelum
sempurna dilakukan. Misalnya seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba
terbersit niat untuk tidak shalat di dalam hatinya, maka saat itu juga
shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah rusak, meski dia belum
melakukan hal-hal yang membatalkan shalatnya. Atau bisa juga melakukan
i‟tidal sebelum sempurna rukuknya.
b. Tidak memenuhi syarat wajib maupun syarat sahnya shalat, meskipun
hanya satu.
Misalnya berhadats dan terkena najis yang tidak dimaafkan, baik pada
badan maupun pakaian, sedangkan najis itu tidak dapat dibuang ketika itu.
Kalau najis itu dapat dibuang saat itu juga, maka shalatnya tidak batal. Atau
ketika terbukanya aurat dan saat itu juga tidak dapat tertutup. Tetapi ketika
aurat dapat ditutup kembali pada saat itu juga maka shalat tidak batal.
Orang yang sedang melakukan shalat, lalu tiba-tiba murtad, maka batal
shalatnya. Begitu juga orang yang tiba-tiba menjadi gila dan hilang akal
saat sedang shalat, maka shalatnya juga batal.
c. Berbicara dengan sengaja
d. Banyak bergerak dan terus menerus
Yang dimaksud adalah gerakan yang banyak dan berulang-ulang. Mazhab
As-syafi'i memberikan batasan sampai tiga kali gerakan berturut-turut
sehingga seseorang batal dari shalatnya
45
e. Makan atau minum
Orang yang melaksanakan shalat itu hanya disuruh mengerjakan yang
berhubungan dengan shalat saja, sedangkan pekerjaan yang lain hendaklah
ditinggalkan.
f. Tertawa
Orang yang tertawa dalam shalat, maka batallah shalatnya. Maksudnya
adalah tertawa yang sampai mengeluarkan suara. Apabila sebatas tersenyum
maka belum batal shalatnya.
g. Mendahului imam sebanyak 2 rukun.
Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam,
seperti bangun dari sujud lebih dulu dari imam, maka batallah shalatnya.
Namun bila hal itu terjadi tanpa sengaja, maka tidak termasuk yang
membatalkan shalat. As-Syafi'iyah mengatakan bahwa batasan batalnya
shalat adalah bila mendahului imam sampai dua gerakan yang merupakan
rukun dalam shalat. Hal yang sama juga berlaku bila tertinggal dua dari
gerakan imam (Wajdi dan Rahmani, 2009).
E. Khusyuk
1. Definisi Khusyuk dalam Shalat
Khusyuk secara etimologi (bahasa) berasal dari akar kata khasya’a
akhsya’u-khusyu’an yang berarti tunduk, takluk, pasrah, dan menyerah (Adam,
1999). Sedangkan menurut terminologi (istilah syar‟i) khusyuk adalah rasa
46
takut yang selalu ada di dalam hati dan tidak akan pernah sirna (Tafsir “Taisir
Karimir Rahman” dalam Yunus, 1998).
Khusyuk dalam shalat berarti hadirnya hati dalam shalat ketika berhadapan
dengan Allah sebagai bentuk rasa cinta, pengagungan, rasa takut akan siksa
serta berharap akan pahala dari Allah dengan berusaha menghadirkan perasaan
dekat dengan-Nya. Jiwanya akan menjadi tenang dan tenteram dan
pergerakannya menjadi tenang di hadapan Allah dengan berusaha
menghadirkan keseluruhan ucapan dan perbuatan dari apa yang dibaca dan dia
lakukan di dalam shalatnya, dari awal hingga akhir (Abdullah, 2009).
2. Kriteria Khusyuk dalam Shalat
Bila hati seseorang mencapai tingkatan khusyuk maka seluruh anggota
badannya pun ikut khusyuk, sebab anggota badan akan selalu taat dan patuh
pada perintah hati (Mahalli, 2000). Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah
saw. yang dilaporkan oleh Abu Hurairah bahwa: “Kalau hati seseorang itu
khusyuk, maka khusyuk pula segala anggota badannya.” (HR Hakim dan
Tirmizi)
Abdullah (2009) menerangkan bahwa kriteria-kriteria khusyuk dalam
shalat antara lain adalah tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri,
pandangan terarah pada tempat sujud, tidak mengangkat pandangannya ke atas
serta tidak bergerak-gerak, tidak bergurau dan tidak sibuk dengan pakaian atau
selainnya, ataupun bermain dengan jari.
47
3. Anjuran Khusyuk dalam Shalat
Khusyuk adalah ruh dari shalat dan tujuan yang paling besar dari shalat.
Shalat tanpa khusyuk sama seperti tubuh jenazah yang tidak ada ruhnya
(Abdullah, 2009).
Allah swt. berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu)
orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.” (Q.S. Al-Mukminuun: 1-2)
Rasulullah saw juga bersabda:
“Tidak dihitung shalat bagi yang tidak khusyuk dalam shalatnya.”
Dalil di atas berulang-ulang menekankan pelaksanaan shalat dengan
khusyuk. Hal ini menandakan bahwa antara khusyuk dan shalat merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Adam, 1999).
Dari Abi Qadatah r.a beliau berkata: Rasululah saw. telah bersabda:
“Sejelek-jelek pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya, para sahabat
bertanya, bagaimana ia mencuri shalatnya? Nabi lalu bersabda: Ia tidak
menyempurnakan rukuk dan tidak (menyempurnakan) sujudnya, atau beliau
bersabda: Ia tidak meluruskan tulang belakangnya dalam rukuk dan sujud”.
(HR Imam Ahmad dan Hakim).
Khusyuk merupakan sarana untuk menumbuhkan fokus pengendalian
akal dimana pengendalian tersebut mempunyai pengaruh terbesar dalam
kesuksesan hidup seseorang. Sebagaimana ayat yang telah menerangkan
48
bahwa keberuntungan orang yang shalat terletak pada kekhusyukannya maka
hal ini menunjukkan, barangsiapa yang tidak khusyuk di dalam shalatnya
maka dia tidak termasuk orang-orang yang beruntung (Abdullah, 2009).
4. Unsur-Unsur Khusyuk dalam Shalat
Shalat menjadi sarana besar dalam proses penyucian jiwa. Shalat dapat
menyucikan jiwa jika dikerjakan dengan sempurna melalui rukun-rukunnya,
sunnah-sunnahnya, dan orang yang mengerjakannya merealisasikan adab
zahir dan bathin. Dimana salah satu adab zahir shalat adalah mengerjakannya
dengan organ tubuh secara sempurna, sementara adab bathinnya adalah
kekhusyukkan (Hawwa, 2006).
Pencapaian khusyuk di dalam shalat melibatkan beberapa unsur
penyempurna. Al-Ghazali dalam Rousydy (1995) menyebutkan enam unsur
khusyuk dalam shalat yaitu: kehadiran hati, mengerti antara yang dibaca dan
yang diperbuat, mengagungkan Allah, merasa gentar terhadap Allah, merasa
penuh harap kepada Allah, dan merasa malu terhadap-Nya.
a. Hudlur al-Qolbi (Menghadirkan Hati)
Menghadirkan hati/pemusatan pikiran adalah mengalihkan pikiran
dari segala sesuatu selain Allah dan memusatkannya semata-mata kepada
yang sedang dihadapi, sehingga pikiran, perbuatan dan ucapan menjadi
sejalan serta pikiran tidak beralih kepada yang lain.
b. Tafahhum (Kepahaman)
Tafahhum adalah mengerti dan memahami apa yang dibaca (baik
ayat Al-Qur‟an, do‟a, maupun zikir) di dalam shalat. Dengan Tafahhum
49
pikiran akan diberi tugas untuk mengikuti dan memahami apa yang
dialafadzkan oleh lidah sehingga dengan sendirinya pikiran akan
terhindar dari perhatiannya kepada yang lain, kecuali shalat.
c. Ta’zhim (Membesarkan Tuhan)
Ta’zhim (membesarkan Tuhan) adalah suatu rasa dan kesadaran yang
berada di dalam hati karena dua hal:
1) Mengetahui kebesaran Allah swt. dan keagungan-Nya yang
merupakan salah satu dari rukun iman. Orang yang tidak yakin akan
kebesaran Tuhan tidaklah mungkin ia menundukkan diri untuk
mengagungkan Tuhan.
2) Menyadari kekerdilan dan kelemahan diri sebagai hamba yang hina,
yang tidak mempunyai daya dan upaya kecuali karena Allah swt.
d. Haibah (Rasa Takut yang Bersumber dari Rasa Hormat)
Haibah (kagum/gentar terhadap kebesaran Tuhan) adalah suatu rasa
yang timbul dalam jiwa karena mengetahui ke-Mahakuasaan Tuhan yang
berisi qadrat dan iradat tanpa batas, dimana di hadapan kekuasaan Tuhan
manusia itu tidak mempunyai arti sama sekali.
e. Raja’ (Harap akan Keampunan/Rahmat Tuhan)
Raja‟ (mendambakan harapan) itu berasal dari pengetahuan dan
kesadaran akan ke-Rahiman Allah swt. serta kemurahan akan karunia-
Nya. Dengan raja‟ (harap) maka kita jiwai dan kita isi ruh shalat yang
sedang kita dirikan. Kita patuhi segala kaifiyat shalat dan haiatnya
menurut yang disunnahkan oleh Rasulullah saw. Kita pusatkan pikiran,
50
perasaan, kemauan, dan hasrat kita semata-mata untuk mengingat Allah,
kemudian kita lengkapi dengan mendambakan harapan akan karunia dan
balasan dari Allah swt. atas dasar kasih dan sayang-Nya.
f. Haya’ (Rasa malu dan Hina)
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa timbulnya rasa malu terhadap
Allah itu berasal dari kesadaran kita akan kelalaian diri dalam segala
perbuatan yang diperintah-Nya dan mengakui segala kelemahan sebagai
manusia ditambah dengan keinsyafan kita bahwa Allah swt. mengetahui
segala isi hati kita dan segala gerak-gerik yang nampak atau tidak
nampak. Dengan berpadunya semua kesadaran dan keinsyafan ini, maka
akan memantulkan rasa malu dan hina diri di hadapan Allah swt. ketika
bermunajat (Rousydy, 1995).
F. Penelitian Terkait
1. Mills, Catherine J. (2012). Perbandingan Teknik-Teknik Relaksasi untuk
Mengkaji Dampak Moderat dari Koping Marah dalam Pengaktifan dan
Pemulihaan Tekanan Darah. Disertasi Faculties of The College of William and
Marry, Eastern Virginia Medical School, Norfolk State University
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada teknik
relaksasi diaphragmatic breathing (DB) dalam menurunkan tekanan darah
diastole pada orang yang sedang marah dalam waktu 10 menit dan
menunjukkan penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan teknik relaksasi
standart control (SC) dan mantra recitation (MR) dengan nilai p < 0,05.
Kesimpulan yang didapatkan adalah ada penurunan tekanan darah diastole yang
51
signifikan sesudah melaksanakan teknik relaksasi diaphragmatic breathing
(DB).
2. Suwardianto, H. dan Erlin K. (2011). Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam
(Deep Breathing) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Jurnal STIKES
RS. Baptis Kediri
Hasil penelitian menunjukkan praktek relaksasi napas dalam (deep breathing)
selama 15 menit dapat menurunkan tekanan darah sistole sebesar 9.00 mmHg
dan tekanan darah diastole sebesar 10.00 mmHg, dengan p = 0,000 (p < 0,05)
untuk tekanan darah sistole dan p = 0,000 (p < 0,05) untuk tekanan darah
diastolik. Kesimpulan yang didapatkan adalah ada pengaruh terapi relaksasi
napas dalam (deep breathing) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
3. Sudiarto, at al. (2007). Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Binaan
Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara. Jurnal Keperawatan Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi relaksasi meditasi yang dilakukan
selama satu bulan dengan lama latihan 2 x 15 menit dengan frekuensi 3
kali/minggu dapat menurunkan tekanan darah sistole secara signifikan, yaitu
sebesar 7.67 mmHg dengan nilai p =0,000 (p < 0,05), sehingga kesimpulannnya
Ha diterima artinya tekanan darah sistole antara sebelum dan sesudah relaksasi
meditasi dapat diturunkan secara bermakna.
52
4. Wibisono, Arif (2006). Hubungan Shalat Dengan Kecemasan. Penelitian Ilmiah
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara keteraturan
menjalankan shalat dengan tingkat kecemassan dengan didapatkannya koefisien
korelasi = -0, 811. Setelah dikonsultasikan dengan tabel nilai r dengan
N=93, dengan taraf signifikan 5% adalah 0,202 dan taraf signifikan 1% adalah
0,263. Ternyata r0 > rt, sehingga H(a) diterima. Semakin teratur shalatnya
makin rendah kecemasannya dan demikian pula sebaliknya.
53
G. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori
hipertensi, penatalaksanaan hipertensi, konsep relaksasi, konsep meditasi dan
shalat.
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Kozier dan Erb (2009);Corwin (2009); Elzaky (2011)
Hipertensi
Tekanan darah
Normal/Turun
Shalat
Penatalaksanaan
Farmakologi
Nonfarmakologi
Relaksasi
Penurunan Berat Badan
Penghentian rokok
Pembatasan Alkohol
Olahraga/aktivitas
Diet garam
Meditasi
Obat
Faktor yang
mempengaruhi
nilai tekanan darah:
- Umur
- Jenis kelamin
- Obat-obatan
- Stres
- Olahraga
- Ras
- Obesitas
54
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen
yang terdiri dari shalat dan variabel dependen yang terdiri dari tekanan darah.
Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel independen Variabel dependen
Variable Counfonding
Bagan 3.1. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel tidak diteliti
Tekanan darah:
- Sistole
- Diastole
Shalat:
- Waktu shalat
- Ketepatan
Gerakan
- Kekhusyukan
Obat
Diet
Berat Badan
Rokok
Alkohol
Olahraga/Aktivitas
55
B. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan
masalah di atas yaitu:
: Tidak ada hubungan antara shalat dengan tekanan darah pada pasien
hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan
Ciputat Timur
: Ada hubungan antara shalat dengan tekanan darah sistolik pada pasien
hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan
Ciputat Timur
: Ada hubungan antara shalat dengan tekanan darah diastolik pada pasien
hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan
Ciputat Timur
56
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala Ukur
Variabel
independen:
Shalat
Kemampuan seseorang
untuk mengadakan
hubungan spiritual dengan
Allah melalui shalat,
meliputi waktu pelaksanaan
shalat, ketepatan gerakan,
dan kekhusyukan.
Menghitung skor dari pernyataan
tentang shalat dengan menggunakan
skala Likert
Kuesioner
Skor Numerik
Variabel
dependen:
Tekanan
darah
Nilai yang didapatkan dari
hasil pengukuran terhadap
kekuatan darah melewati
dinding arteri, meliputi
tekanan sistole dan tekanan
diastole.
Memasang alat pengukur tekanan
darah pada lengan atas pasien
Sfigmomanometer dan
stetoskop
Nilai tekanan
darah sistole
dan diastole
dalam satuan
mmHg
Numerik
57
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas
variabel di lingkup penelitian. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain cross-sectional (potong lintang). Penelitian cross-sectional merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan (sekali waktu) (Hidayat, 2008).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang
akan diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien hipertensi Muslim yang ada di Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur yang berjumlah 110 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
keperawatan, penentuan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan
diperlukan kriteria sampel yang meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
58
(Hidayat, 2008). Sampel dalam penelitian ini diambil secara nonprobability
sampling dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan cara mengambil
pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai
respoden penelitian.
Peneliti menggunakan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi pada
populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini:
Kriteria inklusi:
1. Pria dan wanita beragama Islam
2. Hipertensi essensial/primer
3. Tidak merokok
4. Tidak mengkonsumsi alkohol
5. Obat yang dikonsumsi captopril
6. Diet garam
7. Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi:
1. Responden menolak untuk mengisi kuesioner
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah teknik atau cara tertentu yang digunakan dalam
pengambilan sampel penelitian, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin
mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan
59
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi (Nursalam, 2008).
Pengambilan responden dalam penelitian ini dengan cara mendatangi pasien-
pasien hipertensi yang ada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur. Pasien hipertensi yang berjumlah 110 orang tersebut
diminta untuk mengisi kuesiner penapisan (screening) yang selanjutnya akan
dipilah sesuai dengan karakteristik yang paling banyak didapatkan oleh peneliti.
Karakteristik terbanyak dari responden akan dijadikan sebagai kriteria inklusi.
Dari kriteria inklusi didapatkan 45 responden sehingga besar sampel dalam
penelitian ini ditentukan secara total sampling.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai
bulan Agustus 2013, yaitu dimulai dengan membagikan kuesioner penapisan
(screening) pada 110 pasien hipertensi yang ada di Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Selanjutnya akan dipilih beberapa
pasien hipertesi yang memiliki persamaan karakteristik terbanyak di antara 110
pasien hipertensi tersebut untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian
ini. Sehingga jumlah responden yang dipilih sesuai dengan jumlah pasien
hipertensi yang mempunyai persamaan karakteristik terbanyak tersebut.
Penyebaran kuesioner shalat dan pengukuran tekanan darah (TD) untuk
pengambilan data dilakukan pada responden yang termasuk dalam kriteria
60
terbanyak tersebut, yaitu berjumlah 45 responden. Data terkumpul lengkap (45
kuesioner shalat dan 45 lembar observasi hasil pengukuran TD) dan selanjutnya
dilakukan penyusunan hasil.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Posbindu Anggrek RW 05 Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur Kabupaten Tangerang Selatan, Banten. Fenomena
yang ditemukan di Posbindu ini menyimpulkan bahwa pralansia dan lansia
yang ada di Posbindu ini banyak yang menderita hipertensi. Selain itu,
banyak pasien hipertensi yang memiliki beberapa karaktristik yang sama (45
responden). Alasan lain karena belum pernah diadakan penelitian yang sama
sebelumnya di Posbindu ini.
2. Waktu Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2013,
mulai dari penapisan (screening), pengambilan data sampai dengan
penyusunan hasil.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua cara, yaitu data
sekunder dan data primer. Data sekunder adalah catatan pasien hipertensi yang
ada di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.
Sedangkan data primer diperoleh dengan cara menggunakan sfigmomanometer
61
dan stetoskop untuk memperoleh nilai tekanan darah sistole dan diastole serta
dua lembar kuesioner, yaitu kuesioner demografi dan kuesioner shalat.
1) Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan sfigmomanometer air raksa dan
stetoskop. Adapun langkah-langkah pengukurannya adalah sebagai berikut:
a. Sebelum alat digunakan, peneliti akan melakukan kalibrasi alat terlebih
dahulu
b. Responden disarankan untuk istirahat selama 10-15 menit apabila telah
melakukan aktivitas
c. Peneliti meminta responden untuk tidak berbicara selama dilakukannya
pengukuran
d. Responden diminta untuk duduk dengan salah satu lengan diletakkan di
atas meja sampai posisi lengan setingggi/sejajar jantung
e. Selanjutnya pengukuran tekanan darah dimulai dengan melakukan palpasi
pada arteri brakialis. Lalu manset sfigmomanometer dibalutkan di atas
arteri brakial (± 2,5 cm) pada lengan atas dan menempelkan stetoskop pada
arteri brakialis
f. Kemudian pulsasi arteri radialis pada pergelangan tangan diraba
g. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut arteri radial menghilang
dan dinaikkan lagi sebesar 20-30 mmHg di atas titik hilangnya denyutan
arteri radial
h. Kemudian manset dikempiskan perlahan dan dilakukan pembacaan secara
auskultasi pada aneroid. Bunyi pertama yang terdengar akan dicatat sebagai
62
tekanan sistolik. Sedangkan bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat
sebagai tekanan diastolik
i. Tekanan manset diturunkan sampai 0 mmHg, kemudian manset dilepaskan
j. Hasil pengukuran dicatat
k. Mengulangi langkah pengukuran dari (d) sampai (j) pada sisi lengan yang
belum di ukur
l. Pengukuran selanjutnya dilakukan pada lengan yang tekanannya lebih
tinggi
m. Pengukuran yang ketiga dicatat sebagai hasil pengukuran yang
sesungguhnya (Smeltzer, 2001).
2) Kuesioner
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu kuesioner
demografi dan kuesioner shalat.
a. Kuesioner Demografi
Kuesioner demografi ini bertujuan untuk menapis beberapa variabel
confounding (screening) serta mengetahui karakteristik pasien hipertensi
yang meliputi pertanyaan identitas diri (inisial, jenis kelamin, umur, suku,
pendidikan), riwayat penyakit, riwayat kesehatan (konsumsi rokok atau
alkohol) dan pengobatan farmakologis maupun nonfarmakologis yang
dapat mempengaruhi nilai tekanan darah pasien hipertensi.
b. Kuesioner shalat
Kuesioner shalat bertujuan untuk mengidentifikasi intensitas shalat
responden melalui penghitungan jumlah skor dari kuesioner yang diisi.
63
Kuesioner ini dibuat oleh peneliti yang mengacu pada tiga aspek dari shalat
yaitu waktu pelaksanaan shalat, ketepatan gerakan, dan kekhusyukan.
Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan. Skala ini meliputi pernyataan yang
bersifat favorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang berisi
tentang hal-hal yang bersifat positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat
yang sifatnya mendukung atau memihak pada objek sikap (Azwar, 2005).
Tabel 4.1 Distribusi pernyataan kuesioner shalat
Aspek Sub Aspek Nomor item Jumlah
Waktu
pelaksanaan
shalat
Frekuensi 1 1
Kedisiplinan 2 1
Ketepatan
gerakan
Wudhu 4, 5, 6 3
Shalat 10, 12, 15, 17, 19 5
Kekhusyukan
Niat dan
bacaan
3, 7, 8, 18, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 27 11
Gerakan 9, 11, 13, 14, 16, 20 6
Jumlah 27
Pernyataan shalat dibuat berdasarkan skala Likert. Skala ini digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi yang dialami oleh
masyarakat (Hidayat, 2008). Skala Likert mengukur kuesioner ini dengan
cara:
Tabel 4.2 Skor Skala Likert
Pernyataan favorable Nilai
Selalu 4
Sering 3
Kadang 2
Jarang 1
Tidak Pernah 0
64
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi kuesioner shalat
adalah seratus delapan (108) dan nilai terendah adalah nol (0). Adapun skala ukur
yang digunakan dalam variable ini adalah skala numerik.
G. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas sebelum melakukan
penelitian untuk mendapatkan instrumen yang dapat diterima sesuai standar
(Hidayat, 2008). Validitas adalah suatu indeks yang menyatakan bahwa alat ukur
yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2006).
Kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas
dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment. Hasil penghitungan tiap-
tiap item akan dibandingkan dengan tabel nilai product moment. Jika nilai r
hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 5% maka instrumen yang
diujicobakan dinyatakan valid (Budiman dan Riyanto, 2013).
Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing
skor item pernyataan dari variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji
validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 responden di Posbindu Karang Mekar
Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur pada tanggal 25 Juni 2013. Hasil
uji kuesioner dianalisa dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson
Product Moment dengan software komputer. Dari hasil analisa tersebut
didapatkan r table (n-2 = 0,31) dan menunjukkan bahwa nilai r hitung > r table
pada semua kuesioner yang berarti semua kuesioner valid.
65
a. Hasil Uji Validitas Kuesioner Shalat
Jumlah pernyataan sebanyak 27 pernyataan. Hasil uji validitas terdapat
beberapa pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid adalah
sebanyak 12 pernyataan nomor 7, 9, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, dan
27. Pernyataan yang tidak valid semuanya dieliminasi karena pernyataan
yang lain masih dapat mewakili indikator. Sehingga total yang valid
sebanyak 15 pernyataan. Pernyataan yang tidak valid ini karena nilai
corrected item-total correlation kurang dari nilai r yang bernilai 0,31. Nilai
item yang valid berkisar dari 0,336 sampai 0,651. Distribusi pernyataan
kuesioner shalat yang valid dan tidak valid sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Pernyataan Validitas Shalat
Aspek Sub Aspek Nomor item Jumlah
Waktu
pelaksanaan shalat
Frekuensi 1 1
Kedisiplinan 2 1
Ketepatan gerakan Wudhu 4, 5, 6 3
Shalat 10, 12, 15, (17), (19) 5
Kekhusyukan
Niat dan
bacaan
3, (7), 8, (18), (21), (22),
23, (24), (25), (26), (27) 11
Gerakan (9), 11, 13, 14, 16, (20) 6
Jumlah 27
*(nomor) = item yang tidak valid dan dieliminasi
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berati
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2006). Teknik pengujian
66
pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Crombach (α), dalam uji
reliabilitas r hasil adalah alpha dengan bantuan software komputer. Suatu
instrumen dari variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha
Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).
Dari hasil uji realibitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) dari
variabel shalat sebesar 0,770 sebelum item tidak valid dieliminasi dan
setelah item tidak valid dieliminasi didapatkan nilai Alpha Cronbach (α)
sebesar 0,815. Dari hasil uji reliabilitas tersebut dapat dinyatakan bahwa
kuesioner tersebut reliabel dan dapat digunakan karena Alpha Cronbach >
0,60.
H. Tahapan Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka
Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan tahapan sebagai berikut:
1. Proposal penelitian mendapakan persetujuan dari pembimbing akademik
dilanjutkan dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada
institusi pendidikan sebagai landasan permohonan mengadakan penelitian di
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian.
2. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di Posbindu yang
berbeda yaitu Posbindu Karang Mekar Kelurahan Cireundeu Kecamatan
Ciputat Timur kemudian diolah dan dipilih mana pernyataan yang memenuhi
uji validitas dan reliabilitas.
67
3. Setelah mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan peneliti mengajukan
izin terlebih dahulu kepada kepala kelurahan Cempaka Putih.
4. Setelah mendapatkan perizinan dari kelurahan selanjutnya peneliti
menyampaikan surat peizinan tersebut ke Ketua Posbindu Anggrek.
5. Setelah mendapatkan izin dari ketua Posbindu Anggrek, peneliti melakukan
screening pada semua pasien hipertensi yang ada di Posbindu Anggrek yang
berjumlah 110 orang. Dari 110 pasien hipertensi ini dipilih beberapa pasien
yang mempunyai karakteriktik yang sama dan terbanyak untuk dijadikan
sebagai calon responden penelitian.
6. Setelah itu peneliti melakukan pendekatan pada masing-masing calon
responden untuk memperoleh kesediaannya menjadi responden penelitian
dengan menjelasan tujuan dari penelitian, keuntungan penelitian, dan cara
pengisian kuesioner dari peneliti.
7. Jika calon responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka
responden harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent)
dengan tanpa paksaan.
8. Selanjutnya peneliti akan mengukur tekanan darah responden terlebih dahulu
sebelum membacakan kuesioner shalat. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa pengisian kusioner dikhawatirkan dapat menyebabkan
responden cemas sehingga dapat meningkatkan nilai tekanan darah.
9. Setelah mengukur tekanan darah responden, peneliti membacakan kuesioner
shalat yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas kepada responden
68
serta menjelaskan terlebih dahulu kuesioner tersebut sehingga responden
mampu memahami pernyataan-pernyataan tersebut dan menjawabnya.
10. Jika ada pernyataan yang sulit dipahami, maka peneliti akan menjelaskan
kembali maksud pernyataan tersebut.
11. Setelah lembar kuesioner dipastikan terisi lengkap, kemudian dilakukan
pengolahan data menggunakan program komputer.
I. Pengolahan Data
Proses pengolahan data penelitian melalui tahap-tahap sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2010):
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
peng”kodean” atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian data ini
sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).
3. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing
Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka
atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
69
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Pembersihan data (cleaning) adalah proses pengecekan kembali data
dari setiap sumber data atau responden yang telah selesai dimasukkan untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
J. Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat digunakan untuk mengetahui gambaran data yang
dikumpulkan, yaitu skor shalat dan nilai tekanan darah sistole maupun
diastole pada pasien hipertensi. Bentuknya berbagai macam seperti distribusi
frekuensi, tendensi sentral seperti rata-rata dan ukuran penyebaran dari
variable seperti standar deviasi ataupun melihat gambaran histogram dari
variable tersebut (Umar, 2003).
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2006). Analisa bivariat
ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan variabel dependen dengan
variabel independen, yaitu hubungan shalat dengan tekanan darah. Analisa
data menggunakan uji Spearmen rank karena kedua data berskala numerik
dan berdasarkan hasil uji normalitas terhadap skor shalat didapatkan nilai
signifikansi uji Shapiro-Wilk (N= < 50) sebesar 0,000 yang berarti bahwa
70
distribusi data tidak normal. Setelah data ditransformasikan, nilai signifikansi
tetap 0,000 yang berarti bahwa data tetap berdistribusi tidak normal sehingga
analisa bivariat yang digunakan yaitu uji Spearmen rank. Derajat kepercayaan
yang digunakan adalah 95 % dengan α 5%. Kekuatan hubungan dari kedua
variabel tersebut ditentukan dengan mengetahui nilai dari kekuatan
korelasinya (nilai r), menurut Dahlan (2010) sebagai berikut:
Tabel 4.4 Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan nilai r
No Parameter Nilai Interpretasi
1
Kekuatan korelasi (r)
0,00-0,199 Sangat lemah
2 0,20-0,399 Lemah
3 0,40-0,599 Sedang
4 0,60-0,799 Kuat
5 0,80-1,000 Sangat kuat
Untuk menetapkan apakah ada hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen maka menggunakan p value yang dibandingkan dengan
tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05. Apabila p value
< 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima maka hipotesis terbukti, yang berarti ada
hubungan antara variabel independen dan dependen. Sedangkan bila p value >
0,05 Ho diterima Ha (hipotesis penelitian) ditolak maka hipotesis ditolak yang
berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen.
71
K. Etika Penelitian
1. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga
penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan
manusia. Hidayat (2008) menyebutkan beberapa prinsip penelitian pada
manusia yang harus dipahami oleh peneliti yaitu:
a. Prinsip Manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada
manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.Penelitian yang
dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara
aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat
mengalami dilema dalam etik.
b. Prinsip Menghormati Manusia
Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang
harus dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan
antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
72
c. Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilam manusia
dengan menghargai hak, meliputi hak menjaga privasi manusia dan
tidak berpihak dalam memberikan perlakuan terhadap manusia.
2. Masalah Etika Penelitian
a. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan
tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika responden
bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak
responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent
tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan dilakukannya
tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,
potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi
yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
b. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
73
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008).
74
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Posbindu Anggrek ini berada di RW 05 Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur. Posbindu Anggrek bertanggung jawab atas
kesehatan masyarakat pralansia dan lansia di 7 RT, yaitu RT 1, RT 2, RT 3,
RT 4, RT 5, RT 6 dan RT 7. Posbindu ini merupakan posbindu yang
kadernya terkenal paling aktif di antara 2 posbindu lain yang ada di
Kelurahan Cempaka Putih. Kader Posbindu Anggrek yaitu berjumlah 7
orang. Sasaran yang harus dibina oleh posbindu ini yaitu sekitar 392 lansia
dan pralansia. Jumlah pralansia dan lansia yang terdata saat ini baru 290
orang. Pralansia dan lansia yang memiliki riwayat penyakit hipertensi yaitu
sebanyak 110 orang.
Kegiatan yang selama ini dilakukan oleh pihak posbindu untuk
mendukung atau melayani pasien hipertensi yaitu melakukan pengukuran
tekanan darah secara rutin setiap satu bulan sekali (untuk mengetahui progess
dari pengobatan) dan memberikan obat yang sesuai dengan indikasi secara
cuma-cuma dari pihak puskesmas setempat.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel confounding yang tidak
dapat dikendalikan yaitu penggunaan obat antihipertensi, kontrol terhadap
berat badan, serta aktivitas/olahraga yang dilakukan sehari-hari. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan/minimnya jumlah responden yang akan diteliti
jika semua varibel confounding tersebut ikut dikendalikan dalam penelitian
75
ini sehingga tidak akan mencukupi/mewakili jumlah sample yang akan
diteliti.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel
penelitian berdasarkan jenis kelamin, umur, suku dan pendidikan. Berikut
adalah kategori responden penelitian, antara lain:
Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur, Suku dan Pendidikan Pasien
Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 5 11.1
Perempuan 40 88.9
Umur
Pralansia (45-59) 22 48.9
Lansia (≥60) 23 51.1
Suku
Jawa 16 35.6
Betawi 25 55.6
Sunda 1 2.2
Lainnya 3 6.7
Pendidikan
TidakTamat SD 12 26.7
SD 23 51.1
SMP 3 6.7
SMA 7 15.6
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
jenis kelamin, umur, suku dan pendidikan. Jenis kelamin perempuan
76
memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 40 responden (88,9%)
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yang berjumlah 5 responden
(11,1%). Umur lansia (≥60) memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 23
responden ( 51,5%) dibandingkan dengan pralansia (45-59) yang berjumlah
22 responden (48,9%). Suku Betawi memperoleh jumlah terbanyak yaitu
sebesar 25 responden (55,6 %). Pendidikan SD memperoleh jumlah
terbanyak yaitu sebesar 23 responden (51,1%) dan pendidikan SMP
memperoleh jumlah terendah yaitu sebesar 3 responden (6,7%).
C. Analisa Univariat
Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen berupa shalat
dan variabel dependen yakni tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole
yang masing-masing akan digambarkan secara berturut-turut.
1. Distribusi Skor Shalat pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
Pada penelitian ini, skor shalat diperoleh berdasarkan jumlah dari
jawaban responden terhadap kuesioner shalat. Analisa univariat variabel
shalat pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka
Putih Kecamatan Ciputat Timur diperoleh hasil yang disajikan dalam
bentuk tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2
Distribusi Skor Shalat pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
Variabel Mean SD Min-Max
Shalat 49,64 8,197 13-60
77
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor shalat dari total
seluruh pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur yaitu 49,64. Variasi nilai skor shalat sebesar
8,197. Sedangkan sebaran nilai skor shalat terendah adalah sebesar 13
dan tertinggi sebesar 60.
a. Distribusi Skor pada Masing-Masing Aspek Shalat Pasien
Hipertensi Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur
Tabel 5.3
Distribusi Skor Aspek Shalat pada Pasien Hipertensi
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur
Variabel Mean SD Min-Max
Waktu Pelaksanaan
Shalat
6,93 1,498 2-8
Ketepatan Gerakan 20,51 3,952 4-24
Kekhusyukan 22,20 4,541 7-28
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor shalat pasien
hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan
Ciputat Timur yaitu 6,93 untuk aspek waktu pelaksanaan shalat, 20,51
untuk aspek ketepatan gerakan, 22,20 untuk aspek kekhusyukan.
Variasi nilai skor shalat sebesar 1,498 untuk aspek waktu pelaksanaan
shalat, 3,952 untuk aspek ketepatan gerakan, 4,541 untuk aspek
kekhusyukan. Sedangkan sebaran nilai skor shalat terendah adalah
sebesar 2 dan tertinggi sebesar 8 untuk aspek waktu pelaksanaan
78
shalat, terendah 4 dan tertinggi 24 untuk aspek ketepatan gerakaan,
dan terendah 7 serta tertinggi 28 untuk aspek kekhusyukan.
2. Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) pada Pasien Hipertensi
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat
Timur
Pada penelitian ini, nilai TDS diperoleh berdasarkan hasil
pengukuran terhadap nilai tekanan darah sistole responden dengan
menggunakan sfigmomanometer dan stetokop. Analisa univariat variabel
TDS pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka
Putih Kecamatan Ciputat Timur diperoleh hasil yang disajikan dalam
bentuk tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4
Distribusi Tekanan Darah Sistole (TDS) pada Pasien Hipertensi
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur
Tekanan Darah Sistole Frekuensi Persentase (%)
Normal Tinggi 4 8.9
Hipertensi Grade 1 (Ringan) 23 51.1
Hipertensi Grade 2 (Sedang) 12 26.7
Hipertensi Grade 3 (Berat) 6 13.3
Total 45 100.0
Pada analisis distribusi TDS pasien hipertensi di Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur ditemukan bahwa
mayoritas responden memiliki riwayat hipertensi grade 1 (ringan)
sebanyak 23 responden (51,1%).
79
3. Distribusi Tekanan Darah Diastole (TDD) pada Pasien Hipertensi
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat
Timur
Pada penelitian ini, nilai TDD diperoleh berdasarkan hasil
pengukuran terhadap nilai tekanan darah diastole responden dengan
menggunakan sfigmomanometer dan stetokop. Analisa univariat variabel
TDD pada pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka
Putih Kecamatan Ciputat Timur diperoleh hasil yang disajikan dalam
bentuk tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5
Distribusi Tekanan Darah Diastole (TDD) pada Pasien Hipertensi
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur
Tekanan Darah Diastole Frekuensi Persentase (%)
Optimal 4 8.9
Normal 7 15.6
Normal Tinggi 1 2.2
Hipertensi Grade 1 (Ringan) 16 35.6
Hipertensi Grade 2 (Sedang) 13 28.9
Hipertensi Grade 3 (Berat) 4 8.9
Total 45 100.0
Pada analisis distribusi TDD pasien hipertensi di Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur ditemukan bahwa
mayoritas responden memiliki riwayat hipertensi grade 1 (ringan)
sebanyak 16 responden (35,6%).
80
D. Analisa Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, maka analisis bivariat akan menguji
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel independen
adalah shalat. Sedangkan variabel dependen adalah tekanan darah sistole dan
tekanan darah diastole.
Tabel 5.6
Analisa Hubungan Shalat dengan TDS dan TDD
Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
TDS 45 -0,524 0,000
TDD 45 -0,338 0,023
Analisa hubungan antara shalat dengan tekanan darah pasien hipertensi di
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur ini
menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian didapatkan koefisien
korelasi (r) antara shalat dengan tekanan darah pasien hipertensi di Posbindu
Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur (r) -0,524
untuk TDS dan (r) -0,338 untuk TDD dengan tingkat signifikansi (p) 0,000
untuk TDS dan (p) 0,023 untuk TDD. Hal ini menggambarkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara shalat dengan TDS maupun TDD
pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan
Ciputat Timur dimana kekuatan atau hubungan negatif, dalam arti semakin
tinggi skor shalat pasien hipertensi maka semakin rendah nilai TDS maupun
TDD pasien hipertensi tersebut. Dalam hal ini shalat memiliki hubungan atau
korelasi sedang (r=-0,518) dengan TDS dan hubungan atau korelasi lemah
81
(r=-0,338) dengan TDD pasien hipertensi Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.
1. Hubungan Masing-Masing Aspek dalam Shalat dengan TDS dan
TDD Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka
Putih Kecamatan Ciputat Timur
Adapun hubungan antara masing-masing aspek shalat dengan TDS
dan TDD dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7
Analisa Hubungan Masing-Masing Aspek Shalat dengan TDS dan
TDD Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-value
TDS
Waktu Pelaksanaan Shalat 45 -0,350 0,018
Ketepatan Gerakan 45 -0,184 0,227
Kekhusyukan 45 -0,592 0,000
TDD
Waktu Pelaksanaan Shalat 45 -0,222 0,142
Ketepatan Gerakan 45 -0,043 0,782
Kekhusyukan 45 -0,405 0,006
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara aspek waktu pelaksanaan shalat dan kekhusyukan
dengan tekanan darah sistole (TDS) dengan nilai P-value kurang dari
0,05 (p≤0,05), yaitu sebesar 0,018 untuk waktu pelaksanaan shalat dan
sebesar 0,000 untuk kekhusyukan. Nilai koefisien korelasi (r = -0,350)
untuk waktu pelaksanaan shalat menunjukkan pola hubungan antar
variabel yang negatif dengan pola hubungan yang lemah, menunjukkan
82
bahwa semakin tinggi skor aspek waktu pelaksanaan shalat maka
semakin rendah nilai TDS pasien tersebut. Nilai koefisien korelasi (r=-
0,592) untuk kekhusyukan menunjukkan pola hubungan antar variabel
yang negatif dengan pola hubungan yang sedang, menunjukkan bahwa
semakin tinggi skor aspek kekhusyukan maka semakin rendah nilai TDS
pasien hipertensi tersebut. Aspek ketepatan gerakan menjelaskan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aspek ketepatan gerakan
dengan tekanan darah sistole (TDS) pasien hipertensi di Posbindu
Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan
nilai P-value sebesar 0,227 (p > 0,05).
Berdasarkan hasil uji statistik tersebut juga diketahui bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara aspek kekhusyukan dengan tekanan
darah diastole (TDD) dengan nilai P-value kurang dari 0,05 (p≤0,05),
yaitu sebesar 0,006. Nilai koefisien korelasi (r=-0,405) untuk
kekhusyukan menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif
dengan pola hubungan sedang, menunjukkan bahwa semakin tinggi skor
aspek kekhusyukan maka semakin rendah nilai TDD pasien hipertensi
tersebut. Aspek waktu pelaksanaan shalat dan ketepatan gerakan
menjelaskan tidak adanya hubungan yang signifikan antara waktu
pelaksanaan shalat dan ketepatan gerakan dengan TDD pasien hipertensi
di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat
Timur dengan nilai P-value lebih dari 0,05 (p > 0,05) yaitu sebesar 0,142
untuk waktu pelaksanaan shalat dan 0,782 untuk ketepatan gerakan.
83
BAB VI
PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya yaitu untuk
mengidentifikasi dan menghubungkan antara shalat dengan tekanan darah (sistole
dan diastole) pasien hipertensi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-
Agustus 2013 di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat
Timur dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner dan alat pengukur
tekanan darah (sfigmomanometer dan stetoskop) yang dilakukan oleh peneliti
kepada 45 responden. Berikut uraian pembahasan serta keterbatasan penelitian
dari hasil penelitian yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
A. Karakteristik Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin didapatkan responden penelitian
terbanyak adalah perempuan (88,9%). Jenis kelamin perempuan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tekanan darah.
Perempuan biasanya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi setelah
menopause (Kozier, et al, 2010). Potter & Perry (2005) menjelaskan
bahwa menopause secara khas terjadi antara usia 45-60 tahun.
Perubahan yang terjadi pada masa menopause disebabkan oleh
penurunan kadar hormon estrogen, sehingga dapat berpengaruh pada
masalah yang berhubungan dengan penurunan efisiensi penyempitan
84
dan pelebaran pembuluh darah. Selain itu, kadar estrogen yang rendah
juga dapat menyebabkan darah menjadi lebih kental (Spencer & Brown,
2007).
Applegate (1998) dalam Setyawati (2010) menyatakan bahwa jenis
kelamin berpengaruh pada tekanan darah, yaitu tekanan darah cenderung
lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Hal ini disebabkan oleh
aktivitas renin yang lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan.
Namun hasil penelitian ini telah menggambarkan bahwa jenis kelamin
laki-laki lebih sedikit dari pada perempuan (11,1%). Hal ini disebabkan
usia responden pada penelitian ini yaitu ≥ 45 tahun. Dimana pada usia
ini perempuan telah memasuki masa menopause yang menyebabkan
perempuan cenderung mengalami peningkatan tekanan darah. Sehingga
hasil penelitian sesuai dengan analisa bahwa responden terbanyak
adalah perempuan. Selain itu, tingginya responden perempuan yang
menderita hipertensi dalam penelitian ini kemungkinnan dikarenakan
sebagian besar sampel dalam penelitian ini adalah perempuan.
2. Umur
Palmer & Wiilliams (2007) menyatakan bahwa tekanan darah
secara alami cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Bangun (2002) dalam Patminingsih (2010) yang menyatakan bahwa
penyakit hipertensi berkembang saat umur seseorang telah mencapai
paruh baya yaitu pada umur 40-60 tahun. Applegate (1998) dalam
Patminingsih (2010) menyatakan bahwa pada umumnya tekanan darah
akan naik dengan pertambahan usia terutama setelah usia 60 tahun. Hal
85
ini terjadi karena setelah umur 45 tahun dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah akan berasngsur-angsur menyempit
menjadi kaku (Anggaraini, 2009). Selanjutnya darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari
biasanya sehingga akan menyebabkan naiknya tekanan darah (Susalit,
2001).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur pasien hipertensi di
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat timur
berada pada dua kategori yang hampir sama, yaitu kategori pralansia
(45-59) sebanyak 48,9% dan kategori lansia (≥60) sebanyak 51,1%.
Kedua kategori ini hampir sama perbandingannya yaitu 1:1 dalam artian
bahwa umur pralansia dan lansia sama-sama berpotensi untuk terjadi
peningkatan tekanan darah.
Hasil penelitian yang sesuai dengan kondisi tersebut dilakukan oleh
Patminingsih (2010). Dalam peneltiannya didapatkan hasil bahwa
responden hipertensi menurut umur paling tinggi berada pada kelompok
umur 46-60 tahun.. Hasil penelitian di kota Tainan, Taiwan,
menunjukkan bahwa pada usia diatas 65 tahun ditemukan prevalensi
hipertensi sebesar 60,4% (Kuswardhani, 2006). Kedua hasil penelitian
di atas sejalan dengan hasil analisa peneliti yang menggambarkan bahwa
karakteristik umur responden rata-rata hampir menunjukkan
perbandingan 1:1 pada pralansia (45-59 tahun) dan lansia (≥60 tahun).
86
3. Suku
Kozier dan Erb (2009) menyebutkan bahwa pria Amerika Afrika
berusia di atas 35 tahun memiliki takanan darah yang lebih tinggi
daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama. Hal ini
dikarenakan hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam
daripada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara
pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar
renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar
(Anggaraini, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden yang
berasal dari suku Jawa sebanyak 35,6%, Betawi 55,6%, Sunda 2,2% dan
dari suku lain sebanyak 6,7%. Dapat dilihat bahwa di antara suku-suku
yang telah disebutkan, suku Betawi memiliki jumlah respoden yang
paling banyak. Hal ini dimungkinkan karena tempat yang digunakan
dalam penelitian mayoritas penduduknya adalah suku Betawi sehingga
sebagian besar sampel yang diperoleh berasal dari suku Betawi.
4. Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden pada
penelitian ini memiliki riwayat pendidikan Sekolah Dasar (SD)
sebanyak 51,1%. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Murti, at al. (2011) yang menunjukkan bahwa
sebagian besar pendidikan responden berasal dari tamatan Sekolah
Dasar (SD) sebanyak 50%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
87
pendidikan pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka
Putih Kecamatan Ciputat Timur adalah rendah.
Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005) menjelaskan
bahwa perilaku kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah pengetahuan. Dan pengetahuan juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pendidikan. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang didapat maka semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan. Oleh sebab itu, bisa disimpulkan bahwa
tingkat pendidikan yang rendah cenderung berisiko pada perilaku
kesehatan yang kurang.
B. Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah
Hasil penelitian telah menunjukkan nilai rata-rata skor shalat pasien
hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan
Ciputat Timur adalah 49,64 dengan variasi nilai skor shalat 8,197. Skor
shalat terendah adalah 13 dan tertinggi adalah 60. Penilaian ini didapatkan
dari hasil penghitungan skor pada 3 aspek yang diteliti meliputi waktu
pelaksanaan shalat, ketepatan gerakan dan kekhusyukan.
Hasil uji statistik antara shalat dengan tekanan darah sistole (TDS)
diperoleh Pvalue 0,000 dan shalat dengan tekanan darah diastole (TDD)
diperoleh Pvalue 0,023. Dengan demikian hipotesis penelitian ini kedua-
duanya dapat diterima, artinya ada hubungan yang bermakna antara shalat
88
dengan TDS dan TDD pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Selain itu, diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) sebesar -0,524 untuk TDS dan (r) -0,338 untuk TDD.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara shalat dengan TDS adalah
sedang dan hubungan antara shalat dengan TDD adalah lemah. Namun
kedua nilai koefisien korelasi (r) tersebut menunjukkan bahwa semakin
tinggi skor shalat pasien hipertensi maka semakin rendah nilai tekanan
darah sistole dan diastole pasien hipertensi tersebut.
Lipsky, at al. (2008) menyatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat
diturunkan melalui perubahan gaya hidup diantaranya yaitu manajemen
terhadap stres dimana stres dapat meningkatkan tekanan darah. Salah satu
caranya adalah dengan belajar teknik relaksasi. Relaksasi merupakan salah
satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Relaksasi ini mampu menghambat stres atau
ketegangan jiwa yang dialami seseorang sehingga tekanan darah tidak
meninggi atau turun. Dengan demikian, relaksasi akan membuat kondisi
seseorang dalam keadaan rileks atau tenang. Dalam mekanisme
autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan
denyut jantung dan Total Peripheral Resistance (TPR) (Corwin, 2009).
Mills (2012) menjelaskan bahwa teknik relaksasi memiliki efek yang
sama dengan obat antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah.
Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat otot-otot polos pembuluh darah
arteri dan vena menjadi rileks bersama dengan otot-otot lain dalam tubuh.
Efek dari relaksasi otot-otot dalam tubuh ini akan menyebabkan kadar
89
norepinefrin dalam darah menurun. Otot-otot yang rileks ini menyebarkan
stimulus ke hipotalamus sehingga jiwa dan organ dalam manusia benar-
benar merasakan ketenangan dan kenyamanan. Situasi itu akan menekan
sistem saraf simpatik sehingga produksi hormon epinefrin dan norepinefrin
dalam darah menurun. Penurunan kadar norepinefrin dan epinefrin dalam
darah menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah pun akan menurun
sehingga tekanan darah ikut menurun (Elzaky, 2011). Sedangkan Junaidi
(2010) menyatakan bahwa respon relaksasi bekerja lebih dominan pada
sistem saraf parasimpatik seehingga mengendorkan saraf yang tegang. Saraf
parasimpatik berfungsi mengendalikan denyut jantung untuk membuat
tubuh rileks. Ketika respon relaksasi dirasakan oleh tubuh, maka saraf
parasimpatik akan memperlambat detak jantung sehingga tekanan darah pun
menurun.
Shalat merupakan salah satu aktivitas keagamaan yang dapat
menimbulkan respons relaksasi melalui keimanan (Benson & Proctor,
2000). Shalat memiliki keutamaan dan faedah yang besar untuk
menciptakan kesehatan dan ketenangan jiwa (Elzaky, 2011). Ketika shalat,
ruhani bergerak menuju Yang Maha Kuasa. Pikiran terlepas dari keadaan
riil dan panca indera melepaskan diri dari segala macam keruwetan
peristiwa di sekitarnya, termasuk keterikatannya terhadap sensasi tubuhnya
seperti rasa sedih, gelisah, rasa cemas dan lelah (Sangkan, 2006). Dalam
tingkat sederhana, shalat bisa berarti sebagai coping mechanism.
Mekanisme ini akan meningkatkan kekebalan seseorang terhadap stress
yang dalam istilah dunia medis disebut stress of tolerance dimana tinggi
90
rendahnya stress of tolerance pada seseorang ditentukan oleh coping
mechanism tadi. Jika berhasil melakukan coping mechanism terhadap setiap
persoalan yang terjadi, maka orang itu dipastikan terhindar dari stress,
tertekan, atau depresi. Namun jika gagal, orang itu akan mengalami stress
dan tertekan. Shalat yang dilakukan akan membantu manusia mengalami
ketenangan dan kedamaian ruhani sehingga akan meningkatkan kemampuan
coping mechanism-nya (Sanusi, 2010). Hal ini dibuktikan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wibisono (2006) yang menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara shalat dengan kecemasan. Semakin teratur shalatnya
makin rendah kecemasannya dan demikian pula sebaliknya.
Meditasi adalah suatu teknik menenangkan dan memfokuskan pikiran.
Meditasi bertujuan untuk membuat tubuh menjadi lebih rileks. Dengan
memfokuskan pikiran pada sebuah pemikiran atau gambaran, maka kita
dapat menarik diri sementara dari aktivitas sehari-hari yang mampu
membuat kita stress dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Sehingga dengan pemfokusan ini kita dapat mencapai kondisi yang rileks
yang pada akhirnya dapat menurunan tekanan darah (Oktavia, at al. 2012).
Jain (2011) menyebutkan bahwa meditasi bertujuan untuk merangsang
gelombang alfa pada otak yang terhubung dengan kondisi relaksasi yang
mendalam dan kewaspadaan mental yang dapat menurunkan tekanan darah.
Shalat juga merupakan sebuah meditasi tertinggi dalam islam
(Sangkan, 2006). Dikatakan meditasi yang paling tinggi karena di dalam
shalat mengandung unsur kekhusyukan yang tidak hanya melibatkan
pemusatan pikiran, tetapi juga melibatkan pemikiran yang mendalam serta
91
gerakan-gerakan tubuh yang tidak dilakukan pada saat meditasi biasa
dilakukan. Pemusatan pikiran yang dilakukan dalam meditasi dapat
menurunkan tekanan darah (Elzaky, 2011). Penurunan ini disebabkan
karena relaksasi meditasi pada prinsipnya adalah memposisikan tubuh
dalam kondisi tenang, sehingga akan mengalami relaksasi dan pada
akhirnya akan mengalami kondisi keseimbangan, dengan demikian
relaksasi meditasi akan meningkatkan sirkulasi oksigen ke otot-otot,
sehingga otot-otot akan mengendur, tekanan darah akan menurun
(Suryani, at al. 2000).
Penelitian ini selaras dengan penelitian Sudiarto, at al. (2007) yang
menunjukkan bahwa terapi relaksasi meditasi dapat menurunkan tekanan
darah sistole secara bermakna. Kesesuaian penelitian ini dengan penelitian
tersebut dikarenakan oleh frekuensi terapi relaksasi meditasi yang dilakukan
secara teratur. Dimana terapi relaksasi meditasi ini telah diuji coba selama
satu bulan dengan lama latihan 2x15 menit dengan frekuensi 3 kali/minggu.
Sedangkan shalat merupakan aktivitas ibadah orang islam yang diwajibkan
untuk dilakukan sebanyak lima kali sehari. Hal ini juga dibahas dalam
sebuah jurnal asosiasi ahli penyakit jantung Amerika yang menunjukkan
bahwa meditasi untuk jangka waktu yang cukup lama secara teratur akan
melindungi jantung dari gangguan dan penyakit (Elzaky, 2011).
Instrumen shalat dalam penelitian ini meliputi tiga aspek yang tediri
dari waktu pelaksanaan shalat, ketepatan gerakan, dan kekhusyukan. Dari
seluruh aspek yang diteliti tersebut tidak semuanya mempengaruhi tekanan
darah secara signifikan. Ada yang berpengaruh terhadap TDS tetapi tidak
92
berpengaruh terhadap TDD. Seperti aspek waktu pelaksanaan shalat
berpengaruh secara signifikan terhadap TDS tetapi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap TDD. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh instrumen
yang dibuat kurang mengukur aspek yang sebenarnya harus diukur.
Aspek waktu pelaksanaan shalat mengukur keteraturan pasien
hipertensi dalam melaksanakan shalat. Teratur dalam melaksanakan shalat
maksudnya adalah setiap hari mengerjakan shalat lima waktu dan tidak ada
satu pun yang ditinggalkan. Keteraturan shalat diharapkan mempunyai efek
yang besar yang bukan didasarkan pada pengulangan atau gerakan rutin
pada waktu-waktu tertentu saja tetapi juga pada tiga faktor pendukung yang
berupa faktor ketepatan dan disiplin, kesadaran dan tanggung jawab serta
kekuatan kehendak dalam mengatasi pengaruh lingkungan. Orang-orang
yang tinggi nilainya dalam ketiga faktor pendukung tersebut diharapkan
akan lebih tinggi pula nilainya dalam segi keteraturan shalat sehingga akan
memperoleh manfaat yang besar dari shalatnya. Hal ini dibuktikan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2006) yang menjelaskan bahwa
semakin teratur seseorang menjalankan shalat maka semakin rendah
kecemasan yang dialami seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ketidaksignifikanan dari aspek waktu pelaksanaan shalat ini
kemungkinan disebabkan oleh instrumen yang kurang menggali pertanyaan
tentang tiga faktor pendukung tersebut.
Aspek ketepatan gerakan meliputi ketepatan gerakan wudhu dan
ketepatan gerakan shalat. Penelitian ini diteliti dengan tujuan untuk melihat
kesempurnaan gerakan wudhu dan gerakan shalat yang dilakukan oleh
93
pasien hipertensi. Sangkan (2006) menjelaskan bahwa kesempurnaan shalat
seseorang sangat tergantung pada kesempurnaan wudhuya, sebab shalat
seseorang tidak sah jika wudhunya sendiri tidak sah. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa aspek ketepatan gerakan tidak berpengaruh secara
signifikan pada TDS maupun terhadap TDD.
Sanusi (2010) mengatakan bahwa bila kita mengerjakan wudhu dengan
benar sesuai dengan tuntunan agama, maka manfaatnya akan dapat kita
rasakan baik secara fisik maupun psikis. Ketika berwudhu darah terpacu
dengan sendirinya menuju bagian-bagian tubuh yang jauh dari jantung
(wajah, telapak tangan, kaki) seiring dengan terjadinya perubahan suhu pada
bagian tubuh yang tersentuh air. Karena itulah wudhu membantu jantung
melakukan sebagian tugasnya yang cukup berat. Karena ada hubungan
antara sel-sel saraf dari bagian-bagian tubuh yang tersentuh air dengan saraf
pusat di otak sehingga membantu penyegaran seluruh jaringan saraf.
Hasilnya kita merasa segar dan pikiran lebih jernih setelah berwudhu
sehingga hilang rasa resah, gelisah, penat maupun pusing yang diakibatkan
oleh kurangnya aliran darah menuju kepala (Elzaky, 2011). Penggosokan di
bagian sela-sela jari dapat memperlancar aliran darah perifer yang menjamin
pasokan makanan dan okigen (Sanusi, 2010). Namun demikian, sub aspek
wudhu dalam penelitian ini hanya mengukur tentang ketepatan gerakan
dalam membasuh anggota wudhu dan kurang menggali tentang
kekhusyukan dalam berwudhu sehingga hasilnya tidak signifikan pada TDS.
Aspek kekhusyukan dalam penelitian ini meliputi kekhusyukan dalam
niat, bacaan serta kekhusyukan dalam melakukan gerakan shalat. Kedua-
94
duanya berpengaruh secara signifikan pada TDS maupun TDD. Hal ini
dikarenakan kekhusyukan merupakan aspek yang sejalan dengan konsep
relaksasi meditasi yang menjadi terapi nonfarmakologi dalam penurunan
tekanan darah bagi pasien hipertensi (National Safety Council, 1994 dalam
Widyastuti, 2003). Meditasi adalah sebuah teknik Yoga yang dilakukan
untuk memusatkan perhatian pada satu arah dengan memusatkan pandangan
pada satu titik. Begitu juga ketika seseorang sedang melakukan shalat,
meditasi juga dilakukan dengan memusatkan pandangan pada satu tempat
yaitu tempat sujud. Maksud dari gerakan ini dilihat dari sudut pandang
Yoga adalah untuk memusatkan perhatian dan memperkuat konsentrasi
shalat sehingga pandangan tidak beralih ke tempat lain sehingga hal ini akan
menghasilkan ketenangan jiwa dan menghilangkan pikiran-pikiran yang
lelah akibat berbagi persoalan hidup (Rahman, 2006).
Di dalam niat terdapat keikhlasan dan sikap khusyuk. Meski secara
singkat dan hanya satu kali dilakukan setiap shalat, tetapi kekhusyukan dan
keikhlasan shalat tercermin dari niat seseorang. Niat yang tulus akan
menjadi pintu masuk dalam penyembuhan di dalam shalat. Tanpa niat yang
tulus, shalat justru akan menjadi beban berat atau stressor, bukan berfungsi
sebagai penenang atau medium mendekatkan diri kepada Tuhan. Di sinilah
makna penting dari niat, jika niatnya khusyuk, maka khusyuk pula shalatnya
(Sanusi, 2010). Aktivitas tubuh ketika shalat baik ketika bergerak (sujud,
iktidal, rukuk, atau duduk) maupun ketika diam merupakan sebentuk
olahraga yang dapat melancarkan peredaran darah tubuh (Elzaky, 2011).
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Aziza (2007) bahwa olahraga ringan
95
yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik
sebesar 4-8 mmHg. Nabi Muhammad menyarankan agar di dalam setiap
melakukan gerakan shalat kita dianjurkan bersikap rileks (tumakninah)
sehingga kita bisa mengistirahatkan tubuh, serta dapat mempertemukan
tubuh dengan vibrasi hati (Sangkan, 2006). Hal ini dikarenakan gerakan
yang dilakukan secara tiba-tiba dan cepat akan mempercepat peredaran
darah dari dan menuju otak serta jantung. Keadaan itu akan menyebabkan
tersendatnya aliran darah dan khususnya bagi penderita penyakit jantung
atau hipertensi, keadaan itu akan menaikkan tekanan darah dan
mempercepat detak jantung. Selain niat dan gerakan shalat, bacaan-bacaan
Al-Quran yang sesuai tajwid dalam shalat juga berpengaruh terhadap
stabilitas fungsi pernapasan. Sistem penapasan yang baik dan lancar akan
mengurangi tingkat keresahan, kegelisahan, atau stres. Gerakan bibir ketika
membaca ayat-ayat Al-Qur’an dalam shalat juga dapat mengurangi perasaan
sedih atau marah, serta menghidupkan akal sehingga bisa bepikir dan
berkonsentrasi dengan baik (Elzaky, 2011).
Elzaky (2011) menjelaskan bahwa khusyuk merupakan ibadah yang
paling penting dan paling sulit karena membutuhkan konsentrasi yang
sangat besar. Karena itulah kata khusyuk menunjukkan tingkatan meditasi
paling tinggi yang disertai pemikiran mendalam. Ketika shalat seseorang
khusyuk, maka hatinya akan menjadi tenang. Hati yang tenang akan
membawa seseorang pada kondisi mental dan fisik terbaik, suasana hati
yang baik dan emosi yang stabil, sehingga saraf-saraf dalam pusat otak bisa
bekerja optimal. Selanjutnya kelenjar akan mengendalikan sekresi atau
96
keluarnya hormon-hormon stress seperti kortisol, sehingga tekanan darah
akan menurun (Sanusi, 2010).
Penelitian ini masih terdapat beberapa variabel confounding yang
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu konsumsi obat antihipertensi,
latihan/olahraga dan kontrol terhadap berat badan. Obat merupakan faktor
yang sangat penting bagi pasien hipertensi karena dapat menurunkan
tekanan darah secara efektif (Lipsky, 2008). Teapi obat antihipertensi
diberikan pada pasien hipertensi dengan TDS ≥ 160 mmHg dan TDS ≥ 100
mmHg yang menetap dengan target penurunan sebesar <130/<80 mmHg
(Aziza, 2007). Pengaruh obat terhadap penurunan TDS berbeda dengan
penurunan terhadap TDD pasien hipertensi. Lipsky (2008) menjelaskan
bahwa apapun jenis obat yang dikonsumsi, pengaruhnya terhadap
penurunan tekanan darah yaitu sekitar 10% pada TDS dan 5% pada TDD.
Aktivitas latihan atau olahraga yang dilakukan oleh pasien hipertensi juga
dapat mempengaruhi penurunan terhadap tekanan darahnya. Berdasarkan
hasill screening didapatkan beberapa pasien rutin menjalani olahraga dan
ada pula beberapa yang olahraga tetapi tidak rutin dilakukan, yaitu hanya
sesekali dalam seminggu. Aziza (2007) menyebutkan bahwa olahraga
ringan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah
sistolik sebesar 4-8 mmHg. Selain obat dan latihan/olahraga, pasien dengan
kelebihan berat badan (obesitas) juga dapat mempegaruhi hasil penelitian
ini. Guideline WHO-ISH (1999) menyebutkan bahwa pengurangan berat
badan sebanyak 5 kg pada pasien obesitas dapat menurunkan tekanan darah.
(Aziza, 2007) menjelaskan bahwa penurunan berat badan sebanyak 10 kg
97
yang dipertahankan selama dua tahun menurunkan tekanan darah kurang
lebih 6,0/4,6 mmHg.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti,
diantaranya yaitu:
1. Jumlah sampel penelitian yang terlalu kecil sehingga hasil penelitian ini
tidak dapat digeneralisasikan
2. Banyak variabel confounding tidak dapat dikendalikan karena jumlah
populasi targetnya sedikit
3. Banyak responden yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga
peneliti harus membacakan pertanyaan kuesioner kepada semua
responden sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi responden
dalam menjawab pertanyaan.
98
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka
Putih Kecamatan Ciputat Timur sebagian besar adalah perempuan
sebanyak 40 responden (88,9%), berusia ≥ 60 tahun (lansia) sebanyak 23
responden (51,1%), berasal dari suku Betawi sebanyak 25 responden
(55,6%) dan riwayat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 23
responden (51,1%).
2. Rata-rata skor shalat pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur adalah 49,64 dari jumlah skor
maksimal 60.
3. Berdasarkan nilai tekanan darah sistole (TDS) ditemukan bahwa
mayoritas pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka
Putih Kecamatan Ciputat Timur memiliki riwayat hipertensi grade 1
(ringan) sebanyak 23 responden (51,1%).
4. Berdasarkan nilai tekanan darah diastole (TDD) ditemukan bahwa
mayoritas pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka
Putih Kecamatan Ciputat Timur memiliki riwayat hipertensi grade 1
(ringan) sebanyak 16 responden (35,6%).
99
5. Ada hubungan yang bermakna antara shalat dengan tekanan darah sistole
(TDS) pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih
Kecamatan Ciputat Timur dengan nilai p value = 0,000 serta memiliki
hubungan negatif yang sedang dengan nilai r sebesar -0,524 artinya
semakin tinggi skor shalat pasien hipertensi maka semakin rendah nilai
tekanan darah sistole pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.
6. Ada hubungan yang bermakna antara shalat dengan tekanan darah
diastole (TDD) pasien hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan nilai p value = 0,023
serta memiliki hubungan negatif yang lemah dengan nilai r sebesar -
0,338 artinya semakin tinggi skor shalat pasien hipertensi maka semakin
rendah nilai tekanan darah diastole pasien hipertensi di Posbindu
Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain:
1. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan untuk diterapkan dalam
intervensi keperawatan pada pasien hipertensi melalui pendekatan
spiritual.
100
2. Bagi Posbindu Anggrek
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau informasi bagi para
kader Posbindu Anggrek bahwa penatalaksanaan pasien hipertensi tidak
hanya melalui obat tetapi juga bisa dikombinasikan dengan shalat yang
sehari-hari dijalankan.
3. Bagi Klien
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pasien hipertensi untuk
meyakini bahwa shalat dapat dikombinasikan dengan obat dalam
menurunkan atau mengontrol tekanan darah.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitan selanjutnya dapat menapis secara keseluruhan atau
mempersempit lagi variabel counfonding yang tidak dikendalikan
dalam penelitian ini.
b. Penelitian selanjutnya dapat memperbesar jumlah sample penelitian
agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Khusyu’ dalam Shalat. Jakarta: Visi Insani. 2009
Abdurrahman, Masykuri. Kaifiyah dan Hikmah Shalat: Versi Kitab Salaf. Sidogiri:
Pustaka Sidogiri. 2006
Adam, Muchtar. Shalat Dalam Perspektif Sufi. Bandung: Rosyda Karya. 1999
Al-Mahfani, M. Khalilurrahman. Buku Pintar Shalat: Pedoman Shalat Lengkap
Menuju Shalat Khusyuk. Jakarta: Wahyu Media. 2008
Anggraini, at al. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari Sampai Juni 2008. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Riau. 2009
Aziza, Lucky. Hipertensi: The Sillent Killer. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia. 2007
Azwar, Saifudin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005
Benson, Herbert dan Willam Proctor. Keimanan yang Menyembuhkan: Dasar-dasar
Respons Relaksasi. Bandung: Penerbit Kaifa. 2000
Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi: buku saku Edisi 3. Jakarta: EGC. 2009
Dalimartha, S., et al. Care Your Self: Hypertension. Jakarta: Penebar Plus. 2008
Depkes RI. Masalah Hipertensi di Indonesia. 2012. Diakses tanggal 7 Maret 2013;
www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-di-
indonesia.html
Elzaky, Jamal Muhammad. Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta: Penerbit
Zaman. 2011
Gunawan, Lany. Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
2001
Hawwa, Sa’id. Tazkiyatun Nafs (Intisari Ihya’Ulumuddin). Jakarta: Pena Pundi
Aksara. 2006
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika. 2008
Iskandar, Alex dan Endi Novianto. Sehat, Kaya, dan Bahagia Duniawi-Spiritual.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2008
Jain, Ritu. Pengobatan Alternative Untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2011
JNC 7 Express. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2003. Diakses
tanggal 8 Maret 2013;
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf
Junaidi, Iskandar. Hipertensi: Pengenalan, Pencegahan dan Pengobatan. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer. 2010
Kuswardhani, Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal RSUP
Sanglah Denpasar. 2006. Diakses tanggal 2 Oktober 2013; http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/view/3757
Kozier, Barbara dan Glenora Erb. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. 5.
Jakarta: EGC. 2009
Kozier, at al. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik.
Jakarta: EGC. 2010
Lipsky, Martin S., at. al. American Medical Association Guide to Preventing and
Treating Heart Disease: Essential Information You and Your Family Neet to
Know About Having a Healthy Heart. United States of America: American
Medical Association. 2008
Mahalli, Mudjab. Pewaris-Pewaris Sorga Firdaus. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2000
Mills, Catherine J. A Comparision of Relaxation Techniques on Blood Pressure
Reactivity and Recovery Assessing The Moderating Effect of Anger Coping
Style. Dissertation. Old Dominion University. 2012. Diakses tanggal 7 Maret
2013;http://search.proquest.com/docview/1139209468/13E83315C1A265CE1E
D/1?accountid=133190
Miltenberger, R. G. Behavior Modification, Principles and Procedures, 3th edition.
Belmont CA: Wadsworth/Thompson Learning. 2004
Misbach, Jusuf. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. Jakarta: Simposia. 2007
Murti, at al. Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Esensial Sebelum
dan Sesudah Pemberian Relaksasi Otot Progresif di RSUD Tugu Rejo
Semarang. Jurnal Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. 2011. Diakses
tanggal 2 Oktober 2013;
http://www.ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/vi
ew/78
Muttaqin, Arif. Pengantar Asuhan Kepeawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. 2009
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta. 2005
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2005
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta. 2006
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta. 2010
Oktavia, at al. Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wreda Pengayoman PELKRIS dan Panti Wreda
OMEGA Semarang. Jurnal Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. 2012.
Diakses tanggal 5 Oktober 2013; http://www.e-jurnal.com/2013/10/pengaruh-
latihan-yoga-terhadap.html
Palmer, A. & B. William. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga. 2007
Patminingsih, Titik N. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Dr.
R. Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang. 2010. Diakses tanggal 29 September 2013; http://ejournal.politeknikkemenkessemarang.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/43/82
Potter, Patricia A. & Anne G. Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. 2005
Rahman, Atiqur. Shalat: Yoga & Meditasi Islam. Bekasi: Fima Rodheta. 2006
Rasyid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algerindo. 2007
Rousydy, Lathief. Ruh Shalat dan Hikmahnya. Medan: FA. Rimbow. 1995
Ruhyanudin, Faqih. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Malang: UMM Press. 2006
Sanusi, M. Bedah Lengkap Kedahsyatan Shalat Bagi Kesehatan Manusia.
Yogyakarta: DIVA Press. 2010
Sangkan, Abu. Pelatihan Shalat Khusyuk: Shalat Sebagai Meditasi Tertinggi Dalam
Islam. Jakarta: Penerbit Baitul Ihsan. 2006
Setyawati, Andina. Pengaruh Relaksasi Otogenik terhadap Kadar Gula Darah dan
Tekanan Darah pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Hipertensi di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit di D.I.Y dan Jawa Tengah. Tesis Fakultas
Ilmu Keperawatan Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. 2010. Diakses tanggal 1 Oktober 2013;
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/137211-T%20Andina%20Setyawati.pdf
Sholeh, M. Bertobat Sambil Berobat: Rahasia Ibadah untuk Mencegah dan
Menyembuhkan Berbagai Penyakit. Jakarta: Penerbit Hikmah. 2008
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC. 2001
Spencer, Rebecca F & Pam Brown. Menopause. Jakarta: Erlangga. 2007
Sudiarto, at al. Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Binaan Rumah Sakit
Emanuel Klampok Banjarnegara. Jurnal Keperawatan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto. 2007. Diakses tanggal 9 Mei 2013;
http://jks.fkik.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/127/57
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
2008
Suryani, at al. Menemukan Jati Diri Dengan Meditasi. Jakarta: Elex Media
Komputindo. 2000
Susanto dan Masri Sareb Putra. 60 Management Gems: Applying Management
Wisdom in Life. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010
Suwardianto, H. dan Erlin K. Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam (Deep
Breathing) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis
Kediri. 2011. Diakses tanggal 8 Mei 2013;
http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18437
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shalat Khusyuk. Jakarta: Pustaka Irvan. 2008
Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Ed. II. Jakarta:
Rajawali Pers, 2003
Wajdi, Firdaus dan Saira Rahmani. Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah. Jakarta:
Penerbit Zaman. 2009
WHO. Noncommunicable Diseases Country Profiles. 2011. Diakses tanggal 7 Maret
2013; http://www.who.int/nmh/publications/ncd_profiles2011/en/
WHO. Raised Blood Pressure. 2013. Diakses tanggal 7 Maret 2013;
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/in
dex.html
WHO. 1999 World Health Organization-International Society of Hypertension
Guidelines for the Management of Hypertension. 1999. Diakses tanggal 8
Maret 2013; http://www.besancon-cardio.org/recommandations/who_ht.htm
Wibisono, Arief. Hubungan Sholat dengan Kecemasan. Jakarta: Studia Press. 2006
Widyastuti, Palupi. Manajemen Stres National Safety Council. Jakarta: EGC. 2003
Yahya, Muhammad Taufiq Ali. Sholat: Hikmah, Syariat dan Wirid-Wiridnya.
Jakarta: Lentera. 2006
Yunus, Muhammad. Di manakah Shalat Yang Khusyu’?. Semarang: Asy-Syifa’.
1998
Yogiantoro, Mohammad. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FKUI. 2006
Zurinal dan Aminuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Negeri Jakarta. 2008
Lampiran 1
Lembar Permohonan Menjadi Responden
Tangerang Selatan, Juli 2013
Kepada Yth.
Responden Penelitian
Di tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hanik Fitria Cahyani
NIM : 109104000048
Alamat : Komplek Dosen UIN
Adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Shalat terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di
Posbindu Anggrek Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur”.
Penelitian ini memberikan manfaat tidak langsung kepada responden, yaitu
dapat mengetahui manfaat shalat dalam menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Penelitian ini tidak akan
merugikan responden. Peneliti akan merahasiakan identitas dan jawaban
responden dalam penelitian ini. Bersama surat ini peneliti lampirkan lembar
persetujuan menjadi responden. Saudara dipersilahkan menandatangani lembar
persetujuan apabila bersedia secara sukarela menjadi responden penelitian.
Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Peneliti
(Lanjutan)
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden
penelitian yang dilakukan oleh:
Nama : Hanik Fitria Cahyani
NIM : 109104000048
Alamat : Komplek Dosen UIN
Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti mengenai tujuan penelitian
ini. Saya mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua
berkas yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk terkait
penelitian.
Saya mengerti bahwa tidak ada risiko yang akan terjadi. Apabila ada
pertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif pada
saya, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti
memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri menjadi responden dari
penelitian ini tanpa risiko apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan.
Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.
Tangerang Selatan, Juli 2013
(…………………………..)
Lampiran 2
Lembar Observasi Hasil Pengukuran Tekanan Darah
No. Responden
Nama (Inisial) : …………..
Hari/Tanggal : …………..
Pengukuran ke-
Tekanan Darah I II III
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Kesimpulan:
TDS : ……….mmHg
TDD : ……….mmHg
Keterangan:
TDS = Tekanan darah sistolik
TDD = Tekanan darah diastolik
KUESIONER DEMOGRAFI DAN RIWAYAT PENGOBATAN
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan seksama
2. Berilah tanda checklist ( √ ) pada kolom yang menurut Bapak/Ibu paling benar
Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
Usia : ……..tahun
Suku : ( ) Jawa ( ) Sunda
( ) Betawi ( ) Lainnya, sebutkan……......
Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak tamat SD ( ) SD ( ) Sarjana
( ) SMP ( ) SMA
Riwayat Penyakit : ( ) Penyakit ginjal ( ) Diabetes Mellitus/Penyakit Gula
( ) Hipertensi Kehamilan ( ) Lainnya, sebutkan.............
Merokok : ( ) Pernah,
Berapa lama (sebutkan): …...........
Pernah berhenti : ( ) Ya ( ) Tidak
( ) Tidak pernah
Konsumsi Alkohol : ( ) Pernah ( ) Tidak pernah
Olahraga : ( ) Ya ….. x dalam seminggu (mohon diisi)
( ) Tidak
Konsumsi obat : ( ) Teratur ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah
Jenis obat yang dikonsumsi : …………………. (Sebutkan namanya)
Pengurangan konsumsi garam : ( ) Ya ( ) Tidak
KUESIONER SHALAT
Petunjuk Pengisian:
Berikut ini terdapat 27 pernyataan yang masing-masing diikuti oleh 5 (lima) alternatif
jawaban, yaitu: Selalu, Sering, Kadang, Jarang dan Tidak Pernah.
Mohon Anda memilih jawaban yang paling sesuai dengan apa yang Anda alami/rasakan.
Berilah tanda checklist (√) pada alternative jawaban yang ada.
Contoh Pernyataan:
Pernyataan Selalu Sering Kadang Jarang Tidak
Pernah
Saya menyesal karena bangun
kesiangan
√
Mohon agar setiap pernyataan dibaca dengan hati-hati sampai Anda benar-benar
memahaminya dan pastikan seluruh pernyataan tidak ada yang terlewatkan.
No
. Pernyataan
Jawaban
Selalu Sering Kadang Jarang Tidak
Pernah
1. Saya melaksanakan shalat lima
waktu setiap hari
2. Saya segera melaksanakan shalat
setelah mendengarkan adzan
3. Saya akan membaca basmalah
terlebih dahulu ketika berwudhu
4. Saya membasuh muka mulai dari
tempat tumbuhnya rambut kepala
sebelah atas sampai kedua tulang
dagu sebelah bawah dan antara
telinga kanan hingga telinga kiri
saat berwudhu
5. Saya membasuh kedua tangan
mulai dari telapak tangan sampai
siku ketika berwudhu
6. Saya membasuh kedua kaki mulai
dari ujung jari-jari kaki hingga
mata kaki atau lebih ketika
berwudhu
7. Ketika berniat akan melaksanakan
shalat, saya mengucapkannya
dengan lisan dan berniat di dalam
hati
Selalu Sering Kadang Jarang
Tidak
Pernah
8. Ketika rukuk, saya mendatarkan
punggung dan kepala sampai
sejajar/lurus.
9. Saya melakukan rukuk dengan
tenang
10. Saya menempelkan kedua tangan,
lutut, ujung kedua jari kaki, kening,
serta hidung ke tempat shalat ketika
sujud
11. Saya melakukan sujud dengan
tenang
12. Ketika saya sujud, saya akan
melakukannya lebih lama dari
gerakan lainnya
13. Ketika duduk, saya menumpukan
jari-jari telapak kaki kanan saya ke
lantai
14. Saya melakukan gerakan duduk
dengan tenang ketika shalat
15. Ketika sedang shalat saya berusaha
untuk fokus pada bacaan shalat
yang saya ucapkan
Lampiran 3
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Shalat
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 86.0889 94.128 .522 .753
VAR00002 86.4000 92.609 .568 .749
VAR00003 85.8444 96.907 .581 .757
VAR00004 86.2222 95.040 .358 .759
VAR00005 85.9556 95.725 .386 .759
VAR00006 85.7778 97.722 .567 .759
VAR00007 86.6222 94.831 .236 .768
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.770 27
VAR00008 86.0667 94.882 .383 .758
VAR00009 87.1556 91.498 .234 .775
VAR00010 86.5778 92.022 .367 .758
VAR00011 86.4889 92.528 .477 .752
VAR00012 85.7778 97.722 .567 .759
VAR00013 86.4000 91.245 .508 .750
VAR00014 88.5333 91.482 .317 .763
VAR00015 87.4444 84.434 .456 .752
VAR00016 86.2889 92.392 .490 .752
VAR00017 86.2000 99.209 .134 .772
VAR00018 86.2000 100.027 .175 .768
VAR00019 85.8000 101.164 .228 .767
VAR00020 85.8444 100.407 .171 .768
VAR00021 86.7333 99.382 .149 .770
VAR00022 85.9111 102.310 .024 .773
VAR00023 86.1556 94.043 .452 .755
VAR00024 88.2444 102.371 -.024 .780
VAR00025 85.9111 103.265 -.057 .774
VAR00026 86.0889 101.219 .052 .774
VAR00027 85.7556 101.507 .223 .768
Item yang tidak valid nomor: 7, 9, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, dan 27
Validitas dan Reliabilitas Setelah Item Tidak Valid Dibuang
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.815 15
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
VAR00001 46.0222 59.431 .572 .798
VAR00002 46.3333 58.364 .603 .795
VAR00003 45.7778 62.040 .616 .802
VAR00004 46.1556 60.543 .367 .809
VAR00005 45.8889 60.783 .424 .805
VAR00006 45.7111 62.392 .651 .803
VAR00008 46.0000 60.864 .362 .809
VAR00010 46.5111 58.256 .362 .811
VAR00011 46.4222 57.840 .535 .797
VAR00012 45.7111 62.392 .651 .803
VAR00013 46.3333 58.000 .486 .800
VAR00014 48.4667 57.209 .336 .817
VAR00015 47.3778 53.240 .403 .818
VAR00016 46.2222 58.949 .465 .802
VAR00023 46.0889 59.219 .504 .800
Lampiran 4
R Tabel
df T tabel R tabel
21 1.72 .35
22 1.72 .34
23 1.71 .34
24 1.71 .33
25 1.71 .32
26 1.71 .32
27 1.70 .31
28 1.70 .31
29 1.70 .30
30 1.70 .30
Lampiran 5
HASIL PENELITIAN
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Laki-laki 5 11.1 11.1 11.1
Perempuan 40 88.9 88.9 100.0
Total 45 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pralansia 22 48.9 48.9 48.9
Lansia 23 51.1 51.1 100.0
Total 45 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Jawa 16 35.6 35.6 35.6
Betawi 25 55.6 55.6 91.1
Sunda 1 2.2 2.2 93.3
Lainnya 3 6.7 6.7 100.0
Total 45 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Tamat SD 12 26.7 26.7 26.7
SD 23 51.1 51.1 77.8
SMP 3 6.7 6.7 84.4
SMA 7 15.6 15.6 100.0
Total 45 100.0 100.0
Shalat
Statistics
Shalat
N Valid 45
Missing 0
Mean 49.64
Median 50.00
Mode 44a
Std. Deviation 8.197
Minimum 13
Maximum 60
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sub Variabel Shalat
Statistics
Sub Variabel Shalat
Waktu Pelaksanaan
Shalat Ketepatan Gerakan Kekhusyukan
N Valid 45 45 45
Missing 0 0 0
Mean 6.93 20.51 22.20
Median 8.00 21.00 24.00
Mode 8 24 24
Std. Deviation 1.498 3.952 4.541
Minimum 2 4 7
Maximum 8 24 28
Tekanan Darah Sistole
Statistics
Tekanan Darah Sistole
N Valid 45
Missing 0
Mean 155.82
Median 150.00
Mode 140
Std. Deviation 19.140
Minimum 130
Maximum 220
Tekanan Darah Sistole
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal Tinggi 4 8.9 8.9 8.9
Hipertensi Grade 1
(Ringan) 23 51.1 51.1 60.0
Hipertensi Grade 2
(Sedang) 12 26.7 26.7 86.7
Hipertensi Grade 3
(Berat) 6 13.3 13.3 100.0
Total 45 100.0 100.0
Tekanan Darah Diastole
Tekanan Darah Diastole
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Optimal 4 8.9 8.9 8.9
Normal 7 15.6 15.6 24.4
Normal Tinggi 1 2.2 2.2 26.7
Hipertensi Grade 1
(Ringan) 16 35.6 35.6 62.2
Hipertensi Grade 2
(Sedang) 13 28.9 28.9 91.1
Hipertensi Grade 3
(Berat) 4 8.9 8.9 100.0
Total 45 100.0 100.0
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Skor Shalat Transformasi Skor Shalat
Statistic .840 .611
df 45 45
Sig. .000 .000
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Hasil Uji Spearmen rank
1. Shalat dengan Tekanan Darah Sistole
Correlations
Skor Shalat TDS
Spearman's rho Skor Shalat Correlation
Coefficient 1.000 -.524
**
Sig. (2-tailed) . .000
N 45 45
TDS Correlation
Coefficient -.524
** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 45 45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Shalat dengan Tekanan Darah Diastole
Correlations
Skor Shalat TDD
Spearman's rho Skor Shalat Correlation
Coefficient 1.000 -.338
*
Sig. (2-tailed) . .023
N 45 45
TDD Correlation
Coefficient -.338
* 1.000
Sig. (2-tailed) .023 .
N 45 45
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
3. Waktu Pelaksanaan Shalat dengan Tekanan Darah Sistole
Correlations
Waktu Pelaksanaan
Shalat TDS
Spearman's rho Waktu
Pelaksanaan
Shalat
Correlation
Coefficient 1.000 -.350
*
Sig. (2-tailed) . .018
N 45 45
TDS Correlation
Coefficient -.350
* 1.000
Sig. (2-tailed) .018 .
N 45 45
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
4. Waktu Pelaksanaan Shalat dengan Tekanan Darah Diastole
Correlations
Waktu
Pelaksanaan
Shalat TDD
Spearman's rho Waktu
Pelaksanaan
Shalat
Correlation
Coefficient 1.000 -.222
Sig. (2-tailed) . .142
N 45 45
TDD Correlation
Coefficient -.222 1.000
Sig. (2-tailed) .142 .
N 45 45
5. Ketepatan Gerakan dengan Tekanan Darah Sistole
Correlations
Ketepatan
Gerakan TDS
Spearman's rho Ketepatan
Gerakan
Correlation
Coefficient 1.000 -.184
Sig. (2-tailed) . .227
N 45 45
TDS Correlation
Coefficient -.184 1.000
Sig. (2-tailed) .227 .
N 45 45
6. Ketepatan Gerakan dengan Tekanan Darah Diastole
Correlations
Ketepatan
Gerakan TDD
Spearman's rho Ketepatan
Gerakan
Correlation
Coefficient 1.000 -.043
Sig. (2-tailed) . .782
N 45 45
TDD Correlation
Coefficient -.043 1.000
Sig. (2-tailed) .782 .
N 45 45
7. Kekhusyukan dengan Tekanan Darah Sistole
Correlations
Kekhusyukan TDS
Spearman's rho Kekhusyukan Correlation
Coefficient 1.000 -.592
**
Sig. (2-tailed) . .000
N 45 45
TDS Correlation
Coefficient -.592
** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 45 45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
8. Kekhusyukan dengan Tekanan Darah Diastole
Correlations
Kekhusyukan TDD
Spearman's rho Kekhusyukan Correlation
Coefficient 1.000 -.405
**
Sig. (2-tailed) . .006
N 45 45
TDD Correlation
Coefficient -.405
** 1.000
Sig. (2-tailed) .006 .
N 45 45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
KEMENTBRHN AGAMATTNTVERSTTAS rSLAM NEGERT ( UrN )SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985Website : www.uinjlf.ac.id; E-mail : fkik@uinjkt.ac.id
Cipvtad.)t Mei 2013Nomor : Un.0lffl0/I(M .0l.zlgbt&n[3I-^ampiran : -Hal : Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Nama
NIM
Semester
Program Studi
Fakultas
Kepada Yang TerhormatKepala Kelurahan Pimngandi
Pisangan
Assalamu'alrikum Wr. Wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswadiperlukan penyusunan Skripsi yang berjudul 'Tlubungan Shalat TerhadapTekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Posbindu Kelurahan RempoaCiputat Timur".
Sehubt ngan dengan itu kami mohon diberikao izin melaksanakan studipendahuluan atas nama :
Hanik Fitria Cahayani
109104000048
VMIhmuKepemwatan
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terimakasih.
\ilassalamu'alaikum lYr. TYb.
i tfidajakusumah, AIF-, PFKTembusan:Dekan FKIK
KEMENTERIAN AGAMA{.]NTVERSTTAS rSLAM ryEGERr ( UrN )SYARIF HIDAYATT]LLAII JAKARTA
FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Jl. Kertamulti No. 5 Pisangan Ciputat 15419Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : fkik@uinjkt.ac.id
Ciputa! l2 Jali20l3: Un.0 lff l0 ll(M.01.21 g* b /2013
: Permohonan Izin Uji Validitas dan Reliabilitas
Kepada Yang Terhorrra!Kepala Kelurahan CirendeuJl. Cirendeu Indah 2CipfiatTimurdi
Tangerang Selatan
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
' Dalam rangka penyalesaian tugas akhir perkuliahau mahasiswadiperlukalr penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan Shalat TerhadapTekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek KelurahanCfmpaka Putih Kecamatan Ciputat Timut''.
sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin rnelaksanakan ujivaliditas dan reliabilitas atas nanra :
Hanik Fitria Cahyani
109104000048
vIIIIlmu Keperawatan
Kedokiteran dan Ilmu Kesehatan UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
i Widjajakusumah, AIF., PFKTembusan:L Dekan FKIK2. Ka. Posbindu Karang Mekar
Nomor[,ampiranHal
Nama
NIMSemester
Program Studi
Fakultas
PO'BINDU KARANG MEKARKELT'RAHAN CIREUNDEU
KECAMA'TAN CIPUTAT TIMUR
Kp. Baru RT 006 RW 006 Cirermdeu Ciputat Timur Tangerang SelatanTelp. 021-95599124
ST]RAT KETERANGANNomor 3lt. t lar / posgrru0u yrAg&rv6'MEKA(./vtt/eng
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Posbindu Iftrang Mekar
Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur di Kp. Baru Rt 006 Rw 006
C ireundeu menerangkan bahwa:
Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
Universitas
Hanik Fitria Cahyani
109104000048
Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokleran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Benar telah melaksanakan uji validitas dan reliabilitas di Posbindu Karang
Mekar Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat Timur pada tanggal 25 Juni
2013, dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul sllubungan Shalat
terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek
Kelurahan Cempaka Putih Ke+amatan Ciputat Timur'.
Demikian surat keterangan ini kami berikan kepada yang bersangkutan
untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.
ffi
Timur, I Juli 2013
KEMENIERIAN AGAMAuNryERsrrAs rsLAM NEGERT ( tiIN )SYARIF IIII}AYATT]LLAH JAKARTA
FAKTJLTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEIIATAN
Jt. KertamuktiNo.S Pisanganciputat 15419 Telp' :(62-21)74716718 Fax:(62-21)74o4985Website : www.uinjkt.ac.i4 E-mail : fkik@uidkt.ac.id
Nomor : Un.0llF10/I(M.0t.2ll6t9/2013Lampiran : -Hal . : Permohonan Izin Penelitian
ciputat lL Juli 2013
Kepada Yang Terhonna!Kepala Kelurahan Cempaka Putihdi
Tangerang Selatan
Assalailu'alaikum Wr. lYh-
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuriahan mahasiswadiperlukan penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan shalat TerhadapTekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di posbindu Anggrek KelurahanCempaka Putih Kecamatan Ciputat Timut',.
Sehubun3an dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakanpenelitian atas nama :
Nama
NIMSemester .
Program Studi
Fakultas
Tembusan:1. Dekan FKIK2. Ka. Rw Posbindu Anggrek3. Ka. Rw 005
Hanik Fitria Cahyani
109104000048
VIIIIlmuKeperawatan
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SyarifHidayatullah Jakar&a
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terimakasih-
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
POSBINDUAI\IGGBEITKELURAHAN CEMPAKA PUTIIIKECAMATAN CIPUTAT TIMUR
Jl. Jarnbu RT 04 RW 05 Cempaka Putih Ciputat Timur Telp. 021-97134959
ST]RAT KETERANGANT
WtN/pu AN6 c s€t\ / vty'zov
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur di ll.lambu Rt 04 Rw 05 Cempaka Futih
Ciputat Timur menerangkan bahwa:
Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
Universitas
Hanik Fitria Cahyani
109104000048
Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Benar telah melaksanakan penelitian di Posbindu Anggek Keluratmn
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur pada tanggal 3 Juli s/d 5 Agustus 2013,
dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul *Hubungrn Shalat terhadap
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Posbindu Anggrek Kelurahan
Cempnka Putih Kecamatan Ciputat Timur'.
Demikian surat keterangan ini kami berikan kepada yang bersangkutan
untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.
CempakaPutrlL 25 Agustus 2013
Ketua Posbindu