Post on 16-Oct-2021
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERKULIAH DI LUAR
PULAU PADA SISWA SMA DI TORAJA
OLEH
FERLI BATORAN
802014080
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERKULIAH DI LUAR
PULAU PADA SISWA SMA DI TORAJA
Ferli Batoran
Krismi Diah Ambarwati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif yang signifikan antara
self efficacy dengan pengambilan keputusan berkuliah di luar pulau pada siswa
SMA di Toraja. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah skala yang
diadaptasi oleh penulis berdasarkan General Self Efficacy Scale yang dibuat oleh
Schwarzer dan Jerusalem (1995) dan skala kedua yaitu skala pengambilan
keputusan yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori pengambilan keputusan
dari Harren (1979). Subjek dalam penelitian ini sebanyak 117 siswa SMA di Tana
Toraja. Pengambilan data menggunakan teknik Purposive Sampling. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara self
efficacy dengan pengambilan keputusan berkuliah di luar pulau pada siswa SMA
di Toraja (rxy = 0,227 , p>0,05).
Kata kunci : Self Efficacy, Pengambilan Keputusan, Siswa SMA Toraja
ii
ABSTRACT
This study aims to find out the significant positive relationship between self
efficacy and decision making to study outside the island at students senior high
school in Toraja. The measuring tool used the study scale adapted by the author
based on General Self Efficacy Scale made by Ralf Scwhwarzer (1995) and the
second scale is the decision making scale made by researcher based on making
decision theory by Harren (1979). Subjects in this study were 117 students in
senior high school in TanaToraja. Sampling purposive are used to collect data.
This result of this study showed a significant positive relationship between self
efficacy and decision making to college in outsidetheisland in the student senior
high school in Toraja (rxy= 0,227 , p>0,05).
Keywords : Self Efficacy, Decision Making, Student Senior High School
Toraja.
1
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan seseorang ada saatnya individu harus mengambil
keputusan.Masa-masa yang sulit dalam pengambilan keputusan biasanya terjadi
pada masa remaja.Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional (Santrock, 2013).Hall berpendapat bahwa masa
remaja (adolescence) berusia antara 12-25 tahun, yaitu masa topan badai (strum
und drang), yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat
pertentangaan nilai-nilai (Sarwono, 2000). Dalam kebanyakan budaya, usia
remaja dimulai pada sekitar 10-13 tahun dan berakhir kira-kira usia 18-22 tahun
(Santrock, 2003).
Masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependent
kepada orangtua ke arah independent, (2) minat seksualitas yang berkembang,
dan (3) kecenderungan untuk merenungkan atau memperhatikan diri sendiri,
nilai-nilai etika, dan isu-isu moral (Pikunas, 1997). Remaja yang berada pada
usia 15-18 tahun merupakan siswa kelas XII SMA. Pada masa ini seorang
remaja mulai memikirkan tentang memasuki dunia perdidikan yang lebih tinggi
yaitu perguruan tinggi. Remaja mulai menentukan dan membuat keputusan
kemana ia akan melanjutkan pendidikannya.
Tana Toraja merupakan suatu kabupaten yang teletak di Sulawesi
Selatan.Siswa kelas XII SMA Tana Toraja pun mulai merencanakan dan
memutuskan mengenai kelanjutan pendidikannya, mereka akan berkuliah di luar
pulau atau di dalam pulau. Siswa Toraja cenderung untuk melanjutkan
2
pendidikan karena dalam lingkungan masyarakat Toraja pendidikan merupakan
hal yang penting.Orang tua di Toraja, sadar betapa susahnya hidup tanpa
pendidikan maka sejak anak-anak individu didorong untuk bersekolah (Bahfiarti,
2015). Bagi orang di Toraja dampak buruk jika tidak bersekolah individu dapat
menjadi objek pembodohan oleh orang lain, bahkan oleh keluarga sendiri. Oleh
karena itu mereka sangat menekankan anak cucu mereka untuk berpendidikan
setinggi-tinggi mungkin yang bisa di capai, sehingga banyak pelajar-pelajar
Toraja yang menuntut ilmu sampai di luar pulau, meskipun jarak yang jauh
dengan tempat asalnya.Dalam suku Toraja, rasa kekeluargaan sangat kuat
(Patiung, 2015).Budaya nilai kasiuluran (kekeluargaan) telah mengakar dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional Toraja, sehingga muncul rasa
persaudaraan (Guntara, 2016).Ketika berada di luar wilayah Toraja, orang Toraja
cenderung akan berkumpul dan bersama-sama saling membantu dengan orang
Toraja lainnya, sehingga ada kecenderungan untuk mereka yang akan berkuliah
di luar pulau akan di bantu oleh kakak angkatan sehingga mengurangi
kekhawatiran sebagai mahasiswa baru. Selain itu, masyarakat Toraja hidup
dalam filosofi salah satunya “Barani” beraniyang artinya individu harus berani
mengambil risiko dalam berbagai hal yang dihadapi serta mampu mengambil
keputusan yang tepat (Kobong dalam Tangketasik, 2010).Dari filosofi yang
hidup dalam masyarakat secara tidak langgsung mendorong siswa atau remaja di
Toraja, untuk mempunyai keberanian mengambil keputusan berkuliah di luar
pulau.
3
Dalam proses pendaftaran ke perguruan tinggi, dapat melalui beberapa
jalur yaitu jalur SNMPTN, SBMPTN, dan jalur-jalur penerimaan mahasiswa
baru di perguruan tinggi swasta. Jalur SNMPTN dan SBMPTN merupakan
seleksi masuk perguruan tinggi negeri yang dibuka oleh pemerintah untuk semua
siswa SMA. Dengan jalur ini siswa diminta untuk memilih dan menentukan
jurusan di universitas yang mereka inginkan baik didalam pulau maupun diluar
pulau dan seleksi dilakukan dengan berdasarkan nilai UN, lapor (SNMPTN) dan
nilai ujian tertulis (SBMPTN). Selain itu, berbagai perguruan tinggi swasta juga
membuka jalur penerimaan mahasiswa baru, seperti di Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW) jalur pemamik merupakan jalur penerimaan mahasiswa dengan
seleksi nilai lapor.Dengan adanya jalur penerimaan mahasiswa baru ini, maka
siswa diminta untuk mengambil keputusan memilih jurusan dan universitas yang
mereka inginkan.
Dalam memilih universitas dan berkuliah di luar pulau harus
direncanakan dengan baik karena banyak hal yang akan berubah dalam
kehidupan remaja, terutama remaja yang tidak pernah berpisah dari orangtuanya
dan kebutuhan sehari-hari terbiasa disiapkan orangtua (Tjiong, 2014). Pesiapan
seorang anak untuk keluar dari “zona nyaman” bersama orangtua dan berjuang
di lingkungan yang asing menjadi pertimbangan (Sarwono, 2011).Luar pulau
merupakan tempat yang jauh dari tempat asal individu dan ketika di lingkungan
baru, mereka harus beradaptasi.Mahasiswa luar Jawa saat pertama kali tinggal di
pulau Jawa cenderung mengalami kesulitan beradaptasi (verbal namun bahasa
nonverbal) (Niam, 2009). Mereka akan menghadapi hal–hal yang mungkin
4
berbeda dengan asal mereka, sehingga dalam hal ini terkadang pengambilan
keputusan tersebut menjadi masalah atau tantangan dalam kehidupan remaja
karena sebelumnya selalu bergantung/dependent kepada orang tua menjadi
individu yang diharapkan dapat mandiri/independent dan remaja akan
menghadapi perubahan lingkungan yang besar.
Selain itu yang menjadi masalah juga karena remaja belum mempunyai
banyak pengetahuan mengenai berbagai hal menyangkut keputusan yang akan ia
ambil sehingga terkadang remaja tidak mempunyai keyakinan diri untuk
memilih, bahkan remaja mengalami kesulitan dalam pengambilan
keputusan.Ada remaja yang dapat megambil keputusan berdasarkan pemikiran
sendiri, ada yang mengambil keputusan karena tuntutan orangtuanya, dan ada
juga yang mengambil keputusan terburu-buru karena pengaruh teman sebayanya
(Laelatul, 2016). Pengambilan keputusan menurut Baron dan Byrne adalah suatu
proses melalui kombinasi individu atau kelompok dan mengintegrasikan
informasi yang ada dengan tujuan memilih satu dari berbagai kemungkinan
tindakan (Kusumawardani, dkk, 2013). Pengertian lain, pengambilan keputusan
merupakan cara-cara yang dilakukan individu untuk membuat keputusan dalam
hidupnya yang terkait dengan kondisi, konsep diri serta cara dalam mengelolah
informasi (Harren, 1979). Jadi dapat disimpulkan pengambilan keputusan
merupakan pemilihan suatu pilihan yang ada untuk dapat menyelesaikan
masalah atau tugas tertentu yang dihadapi.
Dalam pengambilan keputusan berkuliah ini remaja akan melalui
beberapa tahapan hingga akhrinya dapat membuat suatu keputusan mengenai
5
perkuliahan mereka. Menurut Harren (1979) proses pengambilan keputusan ada
4 tahapan yaitu kesadaran, perencanaan komitmen dan implementasi. Pada tahap
kesadaran menyangkut pada keasadaran akan situasi yang sedang dihadapi,
individu melihat situasi dengan mempertimbangkan konsekuensi dan tingkat
keberhasilan dari keputusan yang akan diambil. Pada tahap perencanaan individu
mencari informasi mengenai diri dan keputusan tugas yang akan diambil. Tahap
ini terjadi perencanaan ditandai dengan memperluas dan penyempitan, hingga
akhirnya individu sampai pada menetap alternatif yang spesifik dan bertransisi
ke tahap komitmen. Tahap ketiga, komitmen menyakut mengenai keyakinan
pribadi individu dan kemudian melihat proses umpan balik dari keputusan dan
keempat tahap implementasi individu melaksanakan keputusan yang telah
diambil.
Ada beberapa faktor eksternal (kondisi lingkungan, kondisi ekonomi) dan
faktor internal yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan salah satunya
adalah ciri pribadi individu yaitu self efficacy (Siagian, dalam Tjiong, 2014).
Bandura (dalam Feist & Feist, 2009) menyatakan bahwa self efficacy merupakan
keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengontrol
fungsi diri dan lingkungannya.Bandura (Sunaryo, 2017) mengungkapkan ada
tiga dimensi self efficacy, yakni level (magnitude) yangberkaitan dengan
derajat/tingkat kesulitan tugas yang dihadapi seseorang. Penerimaan
ataukeyakinan seseorangterhadapsuatutugasberbeda-beda, dan pemilihan
perilaku yang akan dilakukan individu berdasarkan pada pemahamannya
terhadap tingkat kesulitan tugas. Persepsisetiapindividu akan berbeda dalam
6
memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Dimensi yang kedua
generality menyakut perasaan yakin akan kemampuan individu dalam berbagai
situasi tugas, dimana perasaan yang ditunjukkan individu pada berbagai
tugas yang berbeda-beda, baik itu melalui tingkahlaku,kognitifdanafektifnya.
Dimensi ketiga strengthyangmerupakan kuatnya keyakinan (kepercayaan
diri) seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki dan berkaitan dengan
ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya.
Menurut Bandura self efficacy mempengaruhi tindakan, perasaan, dan
pikiran. Dalam hal berpikir, self efficacy mempengaruhi kognitif, pengambilan
keputusan, keberhasilan akademik, motivasi diri, dan berperilaku.Bandura dan
Jourden (1991) berpendapat bahwa pengambilan keputusan dapat dipermudah
atau dihambat oleh adanya self efficacy (Peilouw & Nursalim, 2013).Dalam hal
ini bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu bentuk langkah untuk
menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dan dengan adanya
self efficacy mendukung harapan dari remaja untuk dapat mengambil
keputusan.Semakin baik self efficacy seseorang, maka hasil yang didapatkan
akan semakin baik (Velicer, 1990). Menurut Bandura self efficacy merupakan
faktor kognitif dimana individu memiliki keyakinan dapat menguasai situasi dan
menghasilkan hasil yang positif (Fauziannisa&Tairas, 2013).Individu yang
memiliki self efficacy tinggi akan menilai diri mereka dengan positif dan merasa
mampu menghadapi situasi yang dihadapi sedangkan individu yang memiliki
self efficacy rendah akan menilai diri mereka negatif dan merasa sulit
menghadapi tantangan.
7
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Peilouw (2013)
mendapatkan hasil bahwa ada hubungan signifikan antara self efficacy dan
pengambilan keputusan. Pada hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Laelatul
(2016) didapatkan adanya korelasi sedang (rxy=0,421) antara self efficacy dengan
pengambilan keputusan karier pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Majenang.
Selain itu pada penelitian yang dilakukan Tjiong (2014) mendapatkan hasil
bahwa ada hubungan positif antara self efficacy dan pengambilan keputusan
berkuliah di lain kota. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah menggunakan subjek siswa SMA di Tana Toraja yang
mengambil keputusan berkuliah di luar pulau, meskipun tak dapat dipungkiri di
pulau Sulawesi juga terdapat universitas yang bagus dan berkualitas.
HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara self efficacy
dan pengambilan keputusan berkuliah di luarpulau pada siswa SMA di Toraja.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, yang menggunakan desain korelasi untuk mengukur besar dan arah
hubungan 2 variabel. Kemudian didapatkan besar kecilnya hubungan 2 variabel
yang dinyatakan dalam angka, yang disebut koefisien korelasi (Setiasih &
Setyaningrum, 2013). Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai variabel
8
bebas (X) adalah self efficacy dan yang bertindak sebagai variabel terikat (Y)
adalah pengambilan keputusan berkuliah di luar pulau.
2. Definisi Operasional
a. Self Efficacy
Self efficacy adalah suatu keyakinan seseorang atas kemampuannya untuk
melaksanakan tugas khusus atau bagian dari berbagai komponen tugas
(Bandura, 1997). Schwarzer dan Jerusalem (1995) berpendapat self efficacy
adalah keyakinan diri seseorang dalam menghadapi berbagai tugas dan
mengatasi berbagai kesulitan (dalam Hartono, 2012).
b. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan cara-cara yang dilakukan individu
untuk membuat keputusan dalam hidupnya yang terkait dengan kondisi, konsep
diri serta cara dalam mengelolah informasi (Harren, 1979). Tahap pengambilan
keputusan yaitu kesadaran, perencanaan, komitmen dan implementasi
(Harren,1979).
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA di Toraja.Sampel dalam
penelitian ini merupakan siswa SMA, berusia 16-18 tahun, dan akan
melanjutkan kuliah di luar pulau. Teknik menentukan sampel penelitian
dengan Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel dengan
membertimbangkan kriteria-kriteria, yaitu siswa SMA di Toraja, dengan usia
9
17-18 tahun dan akan melanjutkan kuliah di luar pulau (telah mendaftar
diuniversitas di luar pulau). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 117 siswa,
yaitu :
Tabel 1
Subjek penelitian
Sekolah Jenis kelamin Jumlah siswa
Laki-laki perempuan
SMA Negeri 1 Tana Toraja 16 22 38
SMA Negeri 2 Tana Toraja 11 14 25
SMA Negeri 4 Tana Toraja 14 13 27
SMA Negeri 7 Tana Toraja 4 7 11
SMA Negeri 8 Tana Toraja 7 9 16
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
dua buah skala yaitu :
a. Skala Self Efficacy
Skala self efficacy menggunakan General Self Efficacy Scale yang
dikembangkan oleh Schwarzer dan Jerussalem (1995) terdiri dari 10
item.Skala pengukuran General Self Efficacy Ralf Scwhwarzer telah diuji
reliabilitas pada 23 negara dan telah diadaptasi kedalam 33 bahasa
10
dengan nilai rentang Alpha Cronbach 0,76-0,90 (Schwarzer, dalam
Hartono, 2012). General Self Efficacy Scale menggunakan model skala
Likert, tiap item dibagi dalam 4 ketegori yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S),
tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Setiap pernyataan positif
diberi bobot 4, 3, 2, 1, sedangkan pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya.
Dari hasil analisis item jumlah item yang gugur sebanyak 3 item sehingga
yang tersisa 7 item dengan koefisien korelasi item total bergerak dari 0,306 –
0,651. Uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach diperoleh hasil α = 0,701.
b. Skala Pengambilan Keputusan
Skala pengambilan keputusan disusun berdasarkan tahap-tahap pengambilan
teori Harren (1979) yang berkaitan dengan berkuliah di luar pulau.Ada 4
tahap yaitu kesadaran, perencanaan, komitmen dan implementasi. Instrumen
yang digunakan berdasarkan pada skala Guttman, terdapat beberapa
penyataan yang akan dijawab oleh responden. Tiap item memiliki 2 pilihan
jawaban yaitu YA dan TIDAK, dimana penyataan dijawab ya jika sesuai
dengan rensponden dan tidak jika sebaliknya.Jawaban Ya diberi bobot 1 dan
Tidak diberi bobot 0. Skala ini terdiri dari 23 item dengan jumlah item yang
gugur adalah 6 item sehingga yang tersisa 17 item dengan koefisien korelasi
item total bergerak dari 0,321 – 0,552. Uji reliabilitas dengan Alpha
Cronbach diperoleh hasil α = 0,850.
11
HASIL PENELITIAN
a. Uji Deskriptif
1. Variabel Self Efficacy
Tabel 2
Kategorisasi Self Efficacy
No. Interval Kategori Frekuensi % Mean
1. 21<X≤28 Tinggi 52 44
2. 14<X≤21 Sedang 58 50 19,8
3. 7≤X≤14 Rendah 7 6
Jumlah 117 100%
Max=28 Min=7 SD =3,9925
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa 52 subjek memiliki skor tinggi
dengan persentase 44%, 58 subjek memiliki skor sedang dengan persentase
50%, dan 7 subjek yang berada pada skor rendah dngan persentase 6%.
Berdasarkan rata-rata sebesar 19,8 dapat dikatakan bahwa rata-rata self
efficacy berada pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak
dari skor minimum sebesar 7 sampai dengan skor maksimum sebesar 28
dengan standard deviasi 3,9925.
12
2. Variabel Pengambilan Keputusan
Tabel 3
Kategorisasi Pengambilan Keputusan
No. Interval Kategori Frekuensi % Mean
1. 12<X≤18 Baik 67 58 13,54
2. 6<X≤12 Cukup 34 29
3. 0≤X≤6 Buruk 16 13
Jumlah 117 100%
Max=18 Min=0 SD=3,22569
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa 67 subjek memiliki skor baik
dengan persentase 58%, 34 subjek memiliki skor cukup dengan persentase
29%, dan 16 subjek yang berada pada skor buruk dengan persentase 13%.
Berdasarkan rata-rata sebesar 13,54 dapat dikatakan bahwa rata-rata
pengambilan berada pada kategori baik. Skor yang diperoleh subjek bergerak
dari skor minimum sebesar 0 sampai dengan skor maksimum sebesar 18
dengan standard deviasi 3,22569.
b. Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji
linearitas, yaitu:
1. Uji Normalitas
13
Hasil uji normalitas yang dilakukan didapatkan skor pada skala self
efficacy memiliki nilai signifikansi sebesar 0,589 (p>0,05), maka skala
dinyatakan berdistribusi normal. Sedangkan, pada skala pengambilan
keputusan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05) maka skala
tidak berdistribusi normal.
Tabel 4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Self
Efficacy
Pengambilan
Keputusan
N 117 117
Normal Parametersa Mean 19.87 13.55
Std.
Deviation 3.993 3.226
Most Extreme
Differences
Absolute .071 .178
Positive .057 .142
Negative -.071 -.178
Kolmogorov-Smirnov Z .773 1.928
Asymp. Sig. (2-tailed) .589 .001
a. Test distribution is Normal.
14
2. Uji Linearitas
Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,130 dengan sig.=
0,338 (p>0,05) yang menunjukkan variabel self efficacy dan pengambilan
keputusan adalah linear.
Tabel 5
ANOVA Table
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Pengambilan
Keputusan *
SelfEfficacy
Between
Groups
(Combined) 261.476 18 14.526 1.506 .104
Linearity 76.135 1 76.135 7.891 .006
Deviation
from
Linearity
185.341 17 10.902 1.130 .338
Within Groups 945.515 98 9.648
Total 1206.99
1 116
15
c. Uji Korelasi
Dari perhitungan uji korelasi antara variabel bebas dan terikat, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Correlations
SelfEfficacy
Pengambilan
Keputusan
Spearman's
rho
SelfEfficacy Correlation Coefficient 1.000 .227**
Sig. (1-tailed) . .007
N 117 117
Pengambilan
Keputusan
Correlation Coefficient .227**
1.000
Sig. (1-tailed) .007 .
N 117 117
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Spearman antara self efficacy
dengan pengambilan keputusan siswa berkuliah di luar pulau, didapatkan nilai
rxy=0,227 dan signifikansi adalah 0,007(p < 0.05) yang berarti ada hubungan
positif signifikan antara self efficacy dengan pengambilan keputusan siswa
berkuliah di luar pulau. Dalam hasil penelitian didapatkan juga sumbangan efektif
self efficacy sebesar 5,15% pada pengambilan keputusan siswa berkuliah di luar
pulau, sehingga 94,85% pengambilan keputusan siswa berkuliah di luar pulau
masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
16
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, didapatkan kesimpulan
bahwa ada hubungan positif signifikan antara self efficacy dengan pengambilan
keputusan berkuliah di luar pulau pada siswa SMA di Toraja, yang berarti
semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu, semakin baik siswa dapat
mengambil keputusan untuk berkuliah di luar pulau.
Pada penelitian ini, subjek merupakan siswa SMA yang mereka
berada pada usia 16-18 tahun, yang berada pada periode perkembangan remaja
(Santrock, 2003). Pada masa ini remaja diharapkan dapat memilih dan
mempersiapkan masa depannya, salah satunya adalah melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi (Havighurs, 2009). Pengambilan keputusan berkuliah
merupakan langkah awal yang penting bagi siswa untuk menentukan tempat
mereka melanjutkan kuliah dan masa depannya.Dalam pengambilan keputusan
seorang remaja dapat mengambil keputusan berdasarkan pada pemikiran sendiri
atau dipengaruhi oleh tuntutan orangtuanya, dan juga karena pengaruh teman
sebayanya (Laelatul, 2016).
Menurut Kotler dalam Isnaini (2013) faktor yang memengaruhi
pengambilan keputusan yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan
faktor psikologis.Faktor budaya yang merupakan faktor yang muncul dari
kebiasaan dalam masyarakat yang meliputi peran budaya, sub budaya dan kelas
sosial. Faktor sosial yang muncul dari relasi atau hubungan yang dilakukan oleh
individu yang meliputi kelompok acuan, keluarga, teman sebaya, peran dan
status. Faktor pribadi meliputi keadaan dari individu yang menyangkut usia dan
17
tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan konsep diri.
Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan dan keyakinan diri
individu.Keyakinan diri (self efficacy) merupakan keyakinan seseorang terhadap
kemampuan untuk dapat melakukan tugas yang dihadapi.
Salah satu faktor dalam diri individu yaitu self efficacy. Ketika
seseorang memiliki self efficacy maka ia mampu mengambil keputusan dengan
baik begitu pun sebaliknya. Bandura (1994) menyatakan bahwa individu yang
memiliki keyakinan diri tinggi terhadap kemampuan yang dimiliki ketika
menghadapi tugas-tugas yang sulit akan menganggap hal tersebut sebagai
tantangan yang harus dikuasai, mempertahankan komitmen diri dalam mencapai
tujuan, memperoleh kembali upaya-upaya ketika menghadapi kegagalan, ketika
menghadapi situasi yang mengancam mampu mengontrol dirinya, sehingga
dapat menghasilkan pencapaian diri serta dapat mengurangi stres dan tidak
mudah depresi. Dalam hal ini, pengambilan keputusan berkuliah sebagai suatu
tugas atau tantangan yang dihadapi oleh seorang remaja, dengan adanya self
efficacy dapat mendukung individu untuk mampu dan mempunyai keyakinan
dalam dirinya untuk mengambil keputusan.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan kategorisasi data, diketahui
bahwa sebesar 58% subjek tergolong dalam kategori pengambilan keputusan
yang baik, sebesar 29% tergolong dalam kategori pengambilan keputusan yang
cukup, dan 13% tergolong dalam kategorisasi pengambilan keputusan yang
buruk. Untuk self efficacy, sebesar 44% subjek tergolong dalam kategoriself
18
efficacy yang tinggi, sebesar 50% tergolong dalam kategori self efficacy sedang,
dan sebesar 6% subjek tergolong dalam kategoriself efficacy yang rendah.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Tjiong
tahun 2014 yang berjudul Hubungan antara Self efficacy dan Pengambilan
Keputusan Berkuliah di Lain Kota yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan
positif antara self efficacy dan pengambilan keputusan berkuliah di lain kota.
Dalam penelitian ini sumbangan self efficacy terhadap pengambilan keputusan
berkuliah di luar pulau pada siswa SMA di Toraja sebesar 5,15% dan 94,85%
merupakan faktor lain. Menurut Kotler (dalam Isnaini, 2013) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan selain self efficacy yaitu faktor budaya
yang berkaitan dengan kelompok acuan, keluarga, peran dan status, faktor
pribadi seperti usia, keadaan ekonomi, gaya hidup dan konsep diri dan faktor
psikologis meliputi motivasi, persepsi individu.
19
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa
ada hubungan positif signifikan antara self efficacy dengan pengambilan
keputusan berkuliah di luar pulau pada siswa SMA di Toraja, yang berarti
semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu, semakin baik siswa
dapat mengambil keputusan untuk berkuliah di luar pulau.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka terdapat
beberapa saran yang diajukan oleh penulis untuk pihak-pihak terkait, sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
Berdasarkan hasil penelitian, siswa memiliki self efficacy yang cukup
untuk mengambil keputusan berkuliah di luar pulau, dengan demikian
siswa diharapakan dapat mempertahankan keyakinan diri mereka
sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih baik dalam berbagai
area dengan memotivasi diri dan mempercayai kemampuan mereka.
2. Bagi Guru
Pihak guru diharapkan untuk selalu memberi pandangan dan gambaran
mengenai berkuliah baik diluar maupun didalam pulau sehingga siswa
dapat memiliki bayangan mengenai perkuliahan.Selain itu, guru
diharapkan memberikan dukungan terhadap siswa/siswi SMA, agar
20
mereka dapat termotivasi. Pada masa SMA, pemilihan perkuliahan
akanberdampak pada masa depan siswa maka diharapkan bagi guru
untuk memberikan perhatian akan hal tersebut.
3. Orang Tua
Pihak orang tua diharapkan untuk selalu mendukung kepada siswa.Selain
itu, orang tua juga harus memberikan pandangan dan gambaran pada
siswa mengenai berkuliah di luar pulau.Selain itu, orang tua harus
mengetahui dan mempersiapkan biaya yang dibutuhkan oleh siswa, dan
juga komunikasi antara siswa dan orang tua harus terjalin.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memperluas ruang lingkup penelitian untuk melihat faktor-faktor lain,
seperti faktor budaya (kebiasaan dalam masyarakat), faktor sosial yaitu
kelompok acuan, keluarga, peran dan status individu. Selain itu, faktor
pribadi yaitu usia, gaya hidup dan konsep diri pada siswa. Faktor
psikologis lainnya meliputi motivasi dan persepsi individu.
21
DAFTAR PUSTAKA
Artha, I. N. M. W., & Supriyadi. (2013). Hubungan antara kecerdasan emosi dan
self efficacy dalam pemecahan masalah penyesuaian diri remaja awal.Jurnal
Psikologi Udayana,1(1), 190-202.
Bahfiarti.T. (2015). Cultivation cultural values Toraja parents and children
through family communication in Makassar city. Jurnal sosial
hukum,1(2),209-217.
Feist, J., & Feist, J. G. (2009). Teori kepribadian jilid 7. Jakarta: Salemba
Humanika.
Fauziannisa, M., Tairas, W.M.M. (2013). Hubungan antara strategi coping dengan
self efficacy pada penyalahguna narkoba pada masa pemulihan. Jurnal
Psikologi Kepribadian dan Sosial,02(03), 136-140.
Guntara.F., Fatchan. A.,& Ruja N.I. (2016). Kajian sosial-budaya rambu solo’
dalam pembentukan karakter peserta didik. Jurnal Pendidikan,1(2), 154-
158.
Harren, A.V. (1979). A model of career decision making for college
students.Journal of Vocational Behavior 14, 119-133.
Hartono, R. D. (2012). Pengaruh self-efficacy (efikasi diri) terhadap tingkat
kecemasan mahasiswa fakultas kedokteran universitas sebelas maret. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
Isnaini, J. (2013). Pengambilan keputusan menikah muda. Skripsi (tidak
diterbitkan). Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
22
Johnson, B. S. (1994). Decision style and information gathering adolescent
decision making styles and "fact finding".Paper Presented at Australian
Association for Research in Education.
Kusumawardani, N. D., dkk. (2013). Pengaruh group size terhadap pengambilan
keputusan kelompok. Humanitas,X(2), 87-100.
Khaysin, K. (2015). Kajian Antropologis Suku Toraja Sebuah Makalah. Diunduh
dari:http://www.torajaparadise.com/2015/02/kajian-antropologis-suku-
toraja-sebuah.html.
Laelatul, N. (2016). Hubungan antara self efficacy dengan pengambilan keputusan
karier pada siswa kelas XII SMA Negeri Majenang. Skripisi yang
diterbikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Niam, E. K. (2009). Koping terhadap stres pada mahasiswa luar jawa yang
mengalami culture shock di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Indegenius:Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi,11(1), 69-77.
Papalia., Old., & Feldman. (2004). Human development (Terjemahan). Jakarta:
Kencana.
Peilouw, F. J., & Nursalim, M. (2013). Hubungan antara pengambilan keputusan
dengan kematangan emosi dan self efficacy pada remaja. Jurnal
Psikologi,1(2), 1-6.
Pikunas.(1997). Human development an emergent science. Tokyo: MacGraw Hill
Kogakusha Ltd.
Santrock, J. W. (2003). Adolesence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
23
Schwarzer, R., & Jerusalem, M. (1996).The general self efficacy scale(GSE).
Diunduh dari: http://userpage.fu-berlin.de/health/engscal/htm/
Setiasih & Setuaningrum. (2013). Statistik psikologi: penyelesaian masalah
psikologi dengan stasistik. Surabaya: Surabaya Intellectual Club.
Tangketasik, J. 2010. Hubungan antara negara dan Tongkonan: ruang-ruang
negosiasi dalam penguasaan sumber daya hutan di Kabupaten Tana Toraja,
Sulawesi Selatan. Disertasi (tidak diterbitkan). Depok: Universitas
Indonesia.
Tjiong, W. Y. (2014). Hubungan self efficacy dan pengambilan keputusan
berkuliah di lain kota. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 3(1),
1-16.
Velicer,W., dkk. (1990). Relapse situations and self-efficacy: An integrative
model. Addictive Behaviors 15, 271-283.
Yuhysod. (2014). Hubungan antara kemantapan pengangambilan keputusan
pemilihan program studi dengan kemandirian belajar mahasiswa angkatan
2012 program studi bimbingan dan konseling universitas satya wancana
salatiga. Skripsi (tidak diterbitkan).Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.
Zhou, M. 2015. A Revisit Of general self-efficacy scale: uni- or multi-dimensional?.Curr
Psychol. Diunduh dari : http://www.umac.mo/fed/erc/journal/A Revisit of General
Self-Efficacy Scale Uni- or Multi-dimensional.pdf.
24