Post on 22-Apr-2018
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR TERHADAP HASILBELAJAR BLOK EMERGENCY MEDICINE MAHASISWA ANGKATAN
2013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTASKEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
SKRIPSI
Oleh :
NATASYAH HANA ZAFIRAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR TERHADAP HASIL
BELAJAR BLOK EMERGENCY MEDICINE MAHASISWA ANGKATAN
2013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
NATASYAH HANA ZAFIRAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN SLEEP QUALITY AND ACADEMIC PERFORMANCE
EMERGENCY MEDICINE BLOCK OF MEDICAL SCHOOL STUDENTS, LAMPUNG
UNIVERSITY CLASS OF 2013
BY
NATASYAH HANA ZAFIRAH
Background: Sleep is a human basic need and has a significant influence towards quality of life,
physical and mental wellness. Sleep is vital for ensuring a stable circadian rhythm. Sleep deprivation
may impair overall concentration, cause fatigue, lower productivity etc. Sleep may also influence
thoughts, work performance, academic performance and social interaction, thus it holds a significant
role in teenagers and their acedemic performance. This study is aimed to determine the correlation
between sleep quality and academic performance emergency medicine block of medical school
students, lampung university class of 2013.
Method: This study is a cross-sectional study. A total of 169 respondents were asked to fill the
Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire to measure the sleep quality, and their academic
performance qwew determined by their Emergency Medicine block score. PSQI consists of seven
components: subjective sleep quality, sleep latency, sleep duration, sleep efficiency, sleep disorders,
usade of sleep medication and afternoon dysfunction for the past last month. Data were analyzed using
univariate and bivariate analyses. Bivariate analysis were done using Mann Whitney test.
Result: Univariate analysis revealed that a majority of the medical students of Lampung University
have a poor sleep quality. Bivariate analysis using Mann Whitney test showed a significant correlation
between sleep quality and academic performance with a p<0,05.
Conclusion: We concluded that there was a significant correlation between sleep quality and
academic performance emergency medicine block of medical school students, lampung university
class of 2013.
Key words: academic performance, medical students, sleep quality
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR TERHADAP HASIL BELAJAR BLOK
EMERGENCY MEDICINE MAHASISWA ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
OLEH
NATASYAH HANA ZAFIRAH
Latar belakang: Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan memiliki peran dalam kualitas
hidup, kesehatan fisik dan mental mereka.Tidur merupakan aspek penting dalam menjaga ritme
sirkadian tubuh. Kurang tidur cenderung menyebabkan gangguan konsentrasi, kelelahan,
produktivitas, dan lain-lain. Tidur juga dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, belajar, dan
bergaul dengan orang lain, sehingga, dapat mempengaruhi remaja terutama terhadap hasil belajar
mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan kualitas tidur dengan hasil
belajar blok emergency medicine mahasiswa angkatan 2013 program studi pendidikan dokter fakultas
kedokteran universitas Lampung.
Metode penelitian:Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Sebanyak 169
responden penelitian diminta untuk mengisi kuesioner pittsburg sleep quality index (PSQI) untuk
mengetahui kualitas tidur dan hasil belajar dari nilai ujian blok emergency medicine.PSQI memiliki
tujuh komponen: kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan
tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang selama satu bulan terakhir. Data yang telah diperoleh
kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan
uji statistik Mann Whitney.
Hasil penelitian:Berdasarkan analisis univariat didapatkan hasil yaitu sebagian besar mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil analisis bivariat
dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney didapatkan hasil yaitu terdapat hubungan bermakna
antara kualitas tidur terhadap hasil belajar mahasiswa dengan nilai p<0,05.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kualitas tidur terhadap hasil belajar blok emergency medicine
mahasiswa angkatan 2013 program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran universitas Lampung.
Kata kunci:hasil belajar, kualitas tidur, mahasiswa kedokteran.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Muara Enim pada tanggal 26 Januari 1996, merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Aminullah dan Ibunda Rohani.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Al-Azhar Muara Enim
pada tahun 2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD 11 Muara Enim pada
tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1 Muara
Enim pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di
SMAN 1 Muara Enim pada tahun 2013.
Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN). Penulis aktif pada organisasi Lampung University Medical Research
(LUNAR), Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina, dan Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM). Penulis juga bagian dari kepengurusan jurnal Majority.
Dengan segala kerendahan hati,
Kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada
Kedua Orang Tuaku, Kakak dan Adik
Terima kasih untuk cinta, kasih sayang serta dukungan yang
kalian berikan selama ini
And do not walk upon the earth exultantly.Indeed, you will never tear the earth [apart], and you will
never reach the mountains in height(QS. Al-Israa:37)
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan dan nabi akhir zaman
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya dan
umatnya sampai akhir zaman.
Skripsi berjudul “Hubungan Antara Kualitas Tidur Terhadap Hasil Belajar
Blok Emergency Medicine Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung“ ini disusun
merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
di Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada
semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik, dan
bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan seluruh nikmat yang tak terhingga,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Keluarga tercinta, terima kasih karena selalu mendukung semua cita-cita
saya dan selalu menyertai langkah saya dalam meraihnya.
3. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P selaku Rektor Universitas Lampung.
4. Dr. dr. Muhartono, S. Ked., M. Kes., Sp. PA selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
5. dr. Rika Lisiswanti, M. Med. Ed selaku Pembimbing Pertama atas semua
bantuan, saran, bimbingan serta pengarahan yang luar biasa ditengah
kesibukan beliau untuk membantuk dalam penyusunan skripsi ini.
6. dr. Rodiani, M. Sc., Sp.OG selaku Pembimbing Kedua atas semua
bantuan, saran, bimbingan serta pengarahan yang luar biasa ditengah
kesibukan beliau untuk membantu dalam penyusunan skripsi ini.
7. dr. Oktadoni Saputra, M. Med. Ed selaku Pembahas yang telah
memberikan banyak masukan untuk skripsi ini.
8. dr. Merry Indah Sari, M. Med. Ed selaku Pembahas yang telah
memberikan banyak masukan untuk skripsi ini.
9. dr. M. Yusran, M. Sc., Sp. M selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan, masukan serta motivasi selama proses pembelajaran.
10. Bapak dan Ibu Staff Administrasi serta seluruh civitas akademik Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung, terima kasih atas bantuan serta
kerjasamanya selama ini.
11. Untuk sahabatku Lia, Ayu, Kenny, Meisye, Andher, Asel, Bela, Ghoni,
Shinta, Tia, Ika, Humai, Lezi, Hilda dan Roki terima kasih telah
memberikan semangat, mendukung dan memotivasi saya selama ini.
12. Untuk sahabatku Mara, Tara, Irfan, Imul, Rani, dan Dani terima kasih
telah memberikan semangat, mendukung dan memotivasi saya selama ini.
13. Untuk angkatan 2013 dan semua teman-teman yang membantu saya dalam
skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih telah
memberikan semangat, mendukung dan memotivasi saya selama ini.
Penulis berdoa semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari
Allah SWT. Amin.
Demikianlah, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Januari 2017
Penulis
Natasyah Hana Zafirah
i
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI......................................................................................................i
DAFTAR TABEL .............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang ......................................................................................11.2. Rumusan Masalah.................................................................................61.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................6
1.3.1.Tujuan Umum..............................................................................61.3.2.Tujuan Khusus.............................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................71.4.1.Manfaat Klinis .............................................................................71.4.2.Manfaat Akademis.......................................................................71.4.3.Manfaat Bagi Masyarakat............................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1. Landasan Teori......................................................................................8
2.1.1.Tidur ............................................................................................82.1.2.Pencapaian Hasil Belajar .............................................................242.1.3.Hubungan Kualitas Tidur terhadap Hasil Belajar .......................31
2.2. Kerangka Teori .....................................................................................332.3. Kerangka Konsep..................................................................................342.4. Hipotesis ...............................................................................................34
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN3.1. Desain Penelitian ..................................................................................353.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................353.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................353.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ..................................................................363.5. Metode Pengumpulan Data...................................................................37
ii
3.6. Instrumen Penelitian .............................................................................373.7. Identifikasi Variabel..............................................................................383.8. Prosedur Penelitian ...............................................................................393.9. Definisi Operasional .............................................................................403.10. Pengolahan dan Analisis Data ..............................................................403.11. Etika Penelitian .....................................................................................42
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Penelitian .....................................................................................444.2. Pembahasan...........................................................................................52
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan ...........................................................................................645.2. Saran .....................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................66
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Kuesioner PSQI ................................................................38
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner PSQI.............................................................38
Tabel 3. Definisi Operational.........................................................................................40
Tabel 4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................45
Tabel 5. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia.............................................45
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Mahasiswa..............................................46
Tabel 7. Frekuensi Kualitas Tidur Berdasarkan Jenis Kelamin.....................................47
Tabel 8. Kualitas Tidur Subjektif...................................................................................47
Tabel 9. Latensi Tidur Mahasiswa.................................................................................47
Tabel 10. Durasi Tidur Mahasiswa................................................................................48
Tabel 11.Efisiensi Tidur Mahasiswa..............................................................................48
Tabel 12. Gangguan Tidur Malam Hari.........................................................................49
Tabel 13. Penggunaan Obat Tidur .................................................................................49
Tabel 14. Gangguan Aktivitas di Siang Hari .................................................................50
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Mahasiswa ..............................................50
Tabel 16. Hasil Uji Mann-Whitney................................................................................51
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori....................................................................................33
Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................34
Gambar 3. Prosedur Penelitian..............................................................................38
v
DAFTAR SINGKATAN
ARAS : Ascending Reticulary Activity System
BF : Basal Forebrain
PPT/LDT : Pedunculopontine Tegmental atau Lateral Dorsal Tegmental
LC : Locus Coeruleus
PAG : Periaquductal Greymatter
TMN : Tuberomamillary Nucleus
MCH : Melanin-Concentrating Hormone
VLPO : Ventrolateral Preoptic Nucleus
GABA : Gamma-Aminobutyric Acid
EEG : Elektroensefalografi
FK : Fakultas Kedokteran
HPA : Hipotalamus Pituitary Adrenal
IPK : Indeks Prestasi Kumulatif
GERD : Gastro Esophageal Reflux Disease
MCQ : Multiple Choice Question
NREM : Non Rapid Eye Movement
OSCE : Objective Structured Clinical Examination
PSPD : Program Studi Pendidikan Dokter
PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index
REM : Rapid Eye Movement
SOCA : Student Oral Case Analysis
UAB : Ujian Akhir Blok
Unila : Universitas Lampung
UP : Ujian Pratikum
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Lulus Kaji Etik
Lampiran 2. Surat Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4. Lembar Penjelasan
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Lampiran 6. Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Lampiran 7. Penilaian Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Lampiran 8. Hasil Penelitian
Lampiran 9. Analisis Data
BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan setiap orang untuk
memulihkan kondisi tubuh sehingga dapat mengembalikan stamina tubuh
dalam kondisi yang optimal (Nililifda et al., 2016). Tidur berkaitan dengan
beberapa hal seperti irama sirkadian yang memiliki fase 24 jam dan waktu
malam dan siang hari (Purwanto, 2008).
Tidur dapat mempengaruhi bagian-bagian tertentu dari otak, terutama lobus
frontal. Lobus frontal berfungsi mengontrol membuat keputusan, rencana
untuk masa depan dan menghambat perilaku yang tidak diinginkan secara
sosial (Williams dan Aderanti, 2014). Selain itu, tidur memiliki fungsi yang
sangat penting terutama dalam proses konsolidasi memori, belajar,
pengambilan keputusan, dan berpikir kritis (Gilbert dan Weaver, 2010).
Hal-hal tersebut sangat diperlukan untuk operasi yang optimal dari fungsi
kognitif terkait dengan keberhasilan dalam bidang akademik dan sosial
(Nastity, 2015).
Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan oleh dua faktor yaitu jam tidur
(kuantitas tidur) dan kedalaman tidur (kualitas tidur). Kualitas tidur dapat
2
dinilai dari beberapa aspek seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan
untuk dapat tertidur, frekuensi terbangun, dan beberapa aspek subjektif
seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Nilifda et al., 2016). Lama waktu
tidur yang dibutuhkan manusia berbeda-beda. Orang dewasa normal
memiliki waktu tidur antara 4-10 jam dan rata-rata berkisar antara 7-10
sehari. Lama waktu tidur pada bayi berkisar antara 16-18 jam sehari.
Semakin bertambah usia waktu tidur yang dibutuhkan semakin berkurang
(Purnomo, 2011).
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang kurang tidur diantaranya kopi,
terlalu sering menggunakan internet dan media sosial lainnya, penggunaan
obat tidur, depresi dan beberapa masalah medis seperti narkolepsi,
cataplexy, dan hipersomnia idiopatik (Mirghani et al., 2015). Sehingga, hal
tersebut dapat menyebabkan penurunan terhadap kinerja, kewaspadaan,
perhatian, konsentrasi, dan memori (Lemma et al., 2014).
Prestasi adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan pada siswa setelah
dilakukan proses belajar mengajar sedangkan belajar adalah akuisisi atau
perolehan pengetahuan dan kecakapan baru (Hamalik, 2004). Prestasi
belajar merupakan hasil yang dicapai siswa berupa tambahan pengetahuan,
pengalaman, dan latihan yang baru dan diwujudkan dalam bentuk nilai dari
guru kepada siswa pada jangka waktu tertentu (Slameto, 2003). Hasil atau
prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator–indikator
3
berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat
keberhasilan, dan semacamnya (Hamalik, 2004).
Penilaian hasil belajar harus didasarkan pada pencapaian kompetensi sesuai
dengan standar kompetensi dokter. Penilaian hasil belajar harus memenuhi
asas validitas, reliabilitas, kelayakan, dan mendorong proses belajar (Konsil
Kedokteran Indonesia, 2006). Penilaian hasil belajar sangat penting dalam
proses pendidikan. Penilaian hasil belajar dapat bersifat formatif dan
sumatif (Panduan Akademik FK Unila, 2015). Penilaian formatif
merupakan penilaian untuk mengetahui keberhasilan selama proses
pembelajaran yang bertujuan untuk pencapaian standar pembelajaran.
Penilaian sumatif adalah penilaian dari akhir dari suatu pembelajaran
namun, dibutuhkan penilaian formatif sebelum melakukan penilaian sumatif
(Garrison dan Ehringhaus, 2010). Penilaian sumatif di FK Unila meliputi
Ujian Akhir Blok (UAB), Ujian Pratikum (UP), Student Oral Case Analysis
(SOCA) atau ujian lisan, Objective Structured Clinical Examination
(OSCE), Multiple Choice Question (MCQ), tugas terstruktur dan metode
lainnya sedangkan penilaian formatif dinilai selama proses pembelajaran.
(Panduan Akademik FK Unila, 2015).
Menurut penelitian adanya hubungan yang kuat antara kualitas tidur yang
baik dan prestasi akademik yang tinggi (Mirghani et al., 2015). Kualitas
tidur dapat mempengaruhi keberhasilan prestasi akademik karena sesuai
dengan salah satu fungsinya yaitu konsolidasi memori. Memori adalah suatu
4
hal yang penting bagi memproses dan mempertahankan informasi. Agar
dapat belajar dan bernalar secara berhasil, seseorang perlu mempertahankan
informasi dan mengeluarkannya kembali ketika diperlukan (Santrock,
2007). Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan kinerja akademis
yang buruk. Kurang tidur dikaitkan dengan kurangnya konsentrasi sehingga
dapat menurunkan prestasi akademik (Lemma et al., 2015). Penurunan dari
kualitas tidur juga dapat menyebabkan penurunan dari nilai ujian (Baert,
2014).
Mahasiswa kedokteran memiliki kualitas tidur yang buruk, hal itu
dikarenakan beban akademik yang cukup besar (Azad et al., 2015). Kualitas
tidur yang buruk biasanya terjadi ketika menjelang ujian (Ahrberg et al.,
2012; Cates et al., 2015). Kebiasaan membaca sampai larut malam ketika
menjelang ujian tidak dapat dipungkiri sehingga berpengaruh terhadap
kualitas tidur (Adeosun et al., 2008; Cates et al., 2015).
Mahasiswa mengalami kesulitan dalam tidur karena tugas perkuliahan atau
tugas diluar hal tersebut membuat kualitas tidur semakin buruk selain itu,
tidur buruk juga meningkat pada mahasiswa yang menjalani skripsi karena
faktor stres meningkat pada kondisi tersebut (Nilifda et al., 2016). Faktor
lainnya yang mempengaruhi kualitas tidur buruk seperti kelelahan, jadwal
tidur yang tidak teratur, dan sering mengantuk disiang hari (Kang dan Chen,
2009). Jadwal tidur yang tidak teratur, adanya penyakit kronis dan
penggunaan obat tidur termasuk faktor yang mempengaruhi kualitas tidur
5
(James et al., 2011). Stres ketika mendekati ujian juga memiliki kolaborasi
negatif dengan kualitas tidur (Azad et al., 2015). Penggunaan internet yang
berlebih pada malam hari sehingga mempengaruhi perilaku bangun tidur
sehingga menyebabkan kualitas tidur yang buruk (Pramanik et al., 2012).
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ada hubungan antara kualitas
tidur dengan prestasi akademik mahasiswa kedokteran. Selain itu,
berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa angkatan 2013
mengatakan bahwa mereka memiliki kualitas tidur yang kurang baik. Oleh
karena itu, penulis ingin melakukan penelitian apakah terdapat hubungan
antara kualitas tidur dengan hasil belajar blok emergency medicine
mahasiswa angkatan 2013 program studi pendidikan dokter (PSPD) FK
Unila. Alasan penulis mengambil sampel angkatan 2013 karena sesuai
dengan usia mereka yang berusia rata-rata 19-23 tahun karena berdasarkan
penelitian secara epidemiologi kelompok usia yang terbanyak mengalami
gangguan tidur adalah usia 19-29 tahun (Nilifda et al., 2016). Disamping
itu, alasan penulis mengambil blok emergency medicine karena adanya
peningkatan beban akademik dan kesibukan lain seperti penyusunan skripsi
dibandingkan blok lainnya sehingga hal tersebut membuat mereka harus
menyesuaikan dan mengatur kembali pola tidurnya. Dalam penelitian ini
pengukuran prestasi belajar yang digunakan adalah ujian yang menerapkan
metode Multiple Choice Question (MCQ). Multiple choice question adalah
metode ujian dengan pilihan ganda yang bertujuan untuk mengukur
pengetahuan, pemahaman, dan analisis. Hal tersebut sangat berkaitan
6
dengan kualitas tidur seseorang (Baig et al., 2014). Ujian yang
menggunakan metode MCQ di FK Unila adalah Ujian Akhir Blok (UAB).
Maka dari itu penilaian hasil belajar akan diambil dari hasil UAB angkatan
2013 pada blok emergency medicine. Selain itu, UAB karena memiliki
presentase tertinggi yaitu 40-50% yang berarti menentukan hampir setengah
dari keseluruhan nilai akhir blok.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan hasil belajar blok
emergency medicine mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kualitas tidur terhadap hasil belajar blok
emergency medicine mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengetahui kualitas tidur mahasiswa FK Unila.
2. Mengetahui hasil belajar blok emergency medicine.
7
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat Klinis
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan praktisi kesehatan
tentang kualitas tidur dapat mempengaruhi prestasi akademik
mahasiswa FK.
2. Dapat memperbaiki rencana kesehatan untuk mengedukasi,
mengaplikasikan serta mensosialisasikan masyarakat tentang
manfaat kualitas tidur yang baik.
1.4.2.Manfaat Akademis
1. Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan kualitas tidur.
2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang ilmu
kedokteran.
1.4.3.Manfaat Bagi Masyarakat
Diharapakan masyarakat, khususnya mahasiswa FK dapat
memperbaiki kualitas tidurnya agar dapat meningkatan prestasi
akademik dan mutu pendidikan.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1.Tidur
A. Pengertian tidur
Tidur adalah suatu keadaan tak sadar yang dapat dibangunkan
dengan pemberian rangsang sensorik atau rangsang lainnya
(Guyton, 2012). Tidur bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga
akan tetapi suatu proses aktif yang terdiri dari periode berulang
tidur gelombang lambat dan paradoks. Pada keadaan tidur
tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang, bahkan
penyerapan oksigen oleh otak meningkat melebihi tingkat
normal sewaktu terjaga selama tidur (Sherwood, 2011).
B. Fungsi tidur
Pada saat tidur ada dua macam efek fisiologis utama yaitu efek
pada sistem sarafnya sendiri dan sistem fungsional tubuh
lainnya. Tidur memiliki banyak fungsi seperti maturasi
persarafan, fasilitas belajar atau memori, kognisi, dan lalu lintas
energi metabolisme (Guyton, 2012).
9
1. Sistem kardiovaskular
Pada saat tidur, sistem saraf otonom beraktivitas sehingga
terjadi perubahan tekanan darah dan denyut jantung. Pada
saat tidur Rapid Eye Movement (REM) kecepatan jantung
dan tekanan darah terjadi penurunan ringan sedangkan
tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) ireguler
sehingga hal ini sangat baik bagi penderita tekanan darah
tinggi (hipertensi). Selain itu, risiko infark miokard
biasanya terjadi pada pagi hari karena denyut jantung dan
tekanan darah meningkat ketika pagi hari saat bangun dari
kondisi tidur (Colten dan Altevogt, 2006; Sherwood,
2011).
2. Sistem saraf
Keadaan terjaga yang berkepanjangan sering dihubungkan
dengan gangguan proses berpikir yang progresif dan
terkadang menyebabkan perilaku yang abnormal.
Seseorang dapat mudah tersinggung atau menjadi psikotik
setelah keadaan terjaga yang dipaksakan. Maka dari itu
tidur dapat memulihkan tingkat aktivitas dan
keseimbangan normal diantara berbagai bagian sistem
saraf pusat (Colten dan Altevogt, 2006).
10
Memori dibagi menjadi memori deklaratif, prosedural,
dan memori kerja. Memori deklaratif berhubungan
dengan kejadian, fakta ataupun objek dapat direkoleksi
secara sadar, mudah diingat mudah juga dilupakan.
Memori ini terbagi memori jangka pendek dan jangka
panjang. Proses penyimpanan memori dari jangka pendek
ke jangka panjang memerlukan proses konsolidasi memori
(Lum, 2012). Memori prosedural lebih sulit dilupakan, hal
ini berhubungan dengan ketrampilan, perilaku, dan
direkoleksi secara sadar misalnya menyetir kendaraan.
Memori kerja adalah penyimpanan memori sesaat dan
dapat dimanipulasi (Pratiaksa, 2015).
Tidur NREM dan REM mempunyai pengaruh terhadap
memori dan kemampuan belajar. Pada tidur NREM
berhubungan dengan kemampuan memori dekleratif
sedangkan tidur REM berpengaruh terhadap memori
prosedural (Pratiaksa, 2015). Adanya gelombang sleep
spindel pada tidur NREM sebagai konsolidasi memori
atau perubahan memori jangka pendek ke jangka panjang
yang sering disebut memori deklaratif (Colten dan
Altevogt, 2006).
11
3. Aliran darah serebral
Adanya peningkatan metabolisme dan aliran darah
didaerah otak tertentu selama tidur REM, dibandingkan
dengan terjaga, seperti sistem limbik (yang daerah terlibat
dengan emosi) dan visual. Hal itu sangat penting karena
aliran darah yang tersumbat dapat menyebabkan gangguan
pada otak (Colten dan Altevogt, 2006).
4. Ginjal
Ada ekskresi penurunan natrium, kalium, klorida
dan kalsium selama tidur yang memungkinkan untuk lebih
terkonsentrasi dan mengurangi aliran urin. Perubahan
yang terjadi selama tidur dalam fungsi ginjal kompleks
dan termasuk perubahan dalam aliran darah ginjal, filtrasi
glomerulus, sekresi hormon, dan stimulasi saraf simpatis.
Hal ini berarti tidur memiliki fungsi penting untuk orang
yang memiliki penyakit pada ginjal (Colten dan Altevogt,
2006).
5. Endokrin
Fungsi endokrin seperti hormon pertumbuhan, tiroid
hormon, dan sekresi melatonin dipengaruhi oleh tidur.
Selain itu kekurangan tidur dapat meningkatkan nafsu
makan. Insufisiensi tidur dikaitkan dengan penurunan
12
hormon leptin, yang diproduksi oleh adiposa. Hormon ini
berungsi menekan nafsu makan sehingga kekurangan
hormon ini dapat menyebabkan kegemukan bahkan
obesitas pada tubuh (Colten dan Altevogt, 2006).
C. Fisiologi tidur
Manusia menghabiskan sekitar sepertiga dari hidup mereka
untuk tidur (Colten dan Altevogt, 2006). Seseorang mengalami
dua tipe tidur yang saling bergantian satu sama lain setiap
malamnya yaitu tidur gelombang lambat dan tidur dengan
pergerakan mata yang cepat (Guyton, 2012). Pembagian dua
jenis tidur ini didasari oleh pola elektroensefalografi (EEG)
yang berbeda dan perilaku yang berlainan (Sherwood, 2011).
Tidur gelombang lambat biasa disebut dengan tidur NREM
sedangkan tidur pergerakan mata cepat biasa disebut tidur REM.
Tidur NREM dibagi berdasarkan kedalaman tidur menjadi
empat tahapan. Masing-masing memiliki karakteristik yang unik
termasuk variasi dalam pola gelombang otak, gerakan mata, dan
tonus otot. Tidur NREM menghabiskan sekitar 75 sampai 80
persen dari total waktu tidur sedangkan dan tidur REM hanya
menghabiskan 20 sampai 25 persen (Colten dan Altevogt,
2006).
13
1. Tidur NREM
Tidur NREM terjadi dalam empat tahap, yang masing-
masing memperlihatkan gelombang elektroensefalogram
(EEG) yang semakin pelan dengan amplitudo lebih besar
(Sherwood, 2011). Setiap malamnya, sebagian besar masa
tidur terdiri atas gelombang lambat yang bervariasi yakni
tidur yang nyenyak dan tenang yang dialami seseorang
pada jam-jam pertama tidur sesudah terjaga selama
beberapa jam sebelumnya. Tahap tidur ini begitu tenang
dan dapat dihubungkan dengan penurunan tonus pembuluh
darah perifer dan fungsi-fungsi vegetatif tubuh lain seperti,
tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan laju metabolisme
basal (Guyton, 2012).
Tahap pertama merupakan tahapan transisi dari keadaan
bangun dan tertidur. Tahap menghabiskan dua sampai
lima persen dari total waktu tidur dan biasanya
berlangsung satu sampai tujuh menit. Pada tahapan ini
tidur masih mudah terbangun oleh suara bising. Aktivitas
otak pada EEG pada tahap ini ditandai dengan irama
gelombang alpha berirama bertegangan rendah, campuran
gelombang frekuensi. Gelombang alpha berhubungan
dengan keadaan relaksasi terjaga dan ditandai oleh
14
frekuensi delapan sampai 13 siklus perdetik (Colten dan
Altevogt, 2006).
Tahap kedua menghabiskan setengah dari total waktu tidur
yaitu 45 sampai 55 persen. Tahap ini berlangsung 10
sampai 25 menit dalam siklus awal dan memajang setiap
siklus berturut-turut. Seorang yang memasuki tahap kedua
membutuhkan rangsangan lebih daripada tahap pertama
untuk membangunkannya. Aktifitas pada EEG masih
menunjukan tegangan rendah dan aktifitas campuran
gelombang frekuensi ditandai dengan adanya gelombang
sleep spindel dan K-kompleks. Menurut hipotesis bahwa
gelombang sleep spindel sangat penting untuk konsolidasi
memori (Colten dan Altevogt, 2006).
Tahapan ketiga hanya berlangsung beberapa menit dan
menghabiskan sekitar tiga sampai delapan persen dari total
waktu tidur. Pada tahapan ini EEG menunjukan
peningkatan tegangan tinggi. Tahapan keempat
berlangsung 20 sampai 40 menit dan menghabiskan sektar
10 sampai 15 persen dari total waktu tidur. Pada tahapan
ini ditandai dengan peningkatan jumlah tegangan tinggi,
aktivitas gelombang lambat pada EEG (Colten dan
Altevogt, 2006).
15
2. Tidur REM
Tidur REM yang berlangsung lima sampai 30 menit
biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit disepanjang
tidur malam yang normal. Pada saat seseorang mengantuk,
tidur REM hanya berlangsung singkat tetapi saat
seseorang tidur nyenyak maka durasi tidur REM semakin
lama. Tidur REM memiliki karakteristik penting yaitu
bentuk tidur yang aktif biasanya disertai mimpi dan
pergerakan otot tubuh yang aktif, lebih sukar dibangunkan
oleh rangsangan sensorik namun spontan terbangun pada
pagi hari, tonus otot diseluruh tubuh sangat berkurang, dan
frekuensi denyut jantung serta pernapasan biasanya jadi
tak teratur. dan pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif
dan metabolisme di seluruh otak meningkat sebanyak 20
persen (Guyton, 2012).
D. Siklus tidur-bangun
Siklus tidur bangun serta berbagai tahapan tidur disebabkan
hubungan timbal balik yang dikontrol oleh interaksi tiga sistem
saraf yaitu (1) sistem terjaga, yaitu bagian dari Ascending
Reticulary Activity System (ARAS) yang berasal dari batang
otak; (2) pusat tidur gelombang lambat di hipotalamus yang
mengandung neuron tidur yang menginduksi tidur; dan (3) tidur
yang tidak mengalami gangguan (tidur nyenyak), waktu tidur
16
minimal enam jam dalam sehari dan maksimal tidur delapan
jam, tidur bangun lebih awal, merasa segar setelah terbangun
dan tidak mengalami rmimpi buruk (Nurathifah, 2015).
Pada keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim
ARAS. Adapun jalur inhibisinya yang berproyeksi melalui
nukleus-nukleus formasio retikularis batang otak dan rostral
batang otak ke talamus dan basal forebrain (BF). Terdapat dua
jalur proyeksi yang terlibat dalam mekanisme tersebut. Jalur
pertama melalui bagian dorsal dan jalur kedua melalui bagian
ventral. Pada jalur pertama yaitu neuron-neuron kolinergik
pedunculopontine tegmental atau lateral dorsal tegmental
(PPT/LDT) yang mengeksitasi neuron-neuron retikular dan
talamokortikal. Jalur kedua meliputi hipotalamus dan BF.
Proyeksi jalur tersebut bermula dari nukleus locus coeruleus
(LC) yang bersifat noradrenergik, nukleus rafe dorsalis yang
bersifat serotonergik, nucleus didaerah ventral periaquductal
greymatter (PAG) yang bersifat dopaminergik, tuberomamillary
nucleus (TMN) yang bersifat histaminergik, serta hipotalamus
bagian lateral yang menghasilkan oreksin dan melanin-
concentrating hormone (MCH) (Antara, 2015).
Kelompok neuron-neuron tersebut lebih aktif saat fase bangun
dibandingkan tidur NREM dan tidak menunjukkan aktivitas
17
selama tidur REM. Ventrolateral preoptic nucleus diperkirakan
berperanan dalam sirkuit inhibisi ARAS. Mekanisme inhibisi
oleh nukleus preoptik dan aktivasi oleh ARAS disebut “flip-flop
switch design”. Sistem ini secara indirek distabilisasi oleh
neuron-neuron oreksin dan neuron yang mengandung MCH
didaerah lateral hipotalamus, yang mencegah mekanisme
aktivasi atau inhibisi secara spontan, seperti halnya pada kondisi
narkolepsi. Neuron-neuron ventrolateral preoptic nucleus
(VLPO) yang aktif saat tidur menghasilkan neurotransmiter
gamma-aminobutyric acid (GABA) dan galanin (Antara, 2015).
Siklus tidur-bangun secara normal juga diatur oleh irama
sirkadian. Waktu siang-malam mengsinkronisasikan irama ini
terhadap periodisitas 24 jam yang biasa (Despopoulos dan
Silbernagh, 1998). Irama sirkadian merujuk kefisiologi perilaku,
tidak hanya siklus bangun tidur tetapi banyak hal lainnya seperti
suhu tubuh, denyut jatung, dan sekresi hormon (Colten dan
Altevogt, 2006). Pada saat pusat tidur tidak diaktifkan, nuklei
pengaktivasi retikular di mesensefalon dan pons bagian atas
terbebas dari hambatan sehingga memungkinkan nuklei
pengaktivasi retikular menjadi aktif secara spontan. Hal ini akan
merangsang korteks serebri dan sistem saraf perifer dan
keduanya kemudian mengirimkan banyak sinyal feedback
positif kembali ke nuklei pengaktivasi retikular yang sama agar
18
sistem ini tetap aktif. Oleh karena itu, adanya kecenderungan
secara alami untuk mempertahankan keadaan ini dan timbullah
keadaan terjaga (Guyton, 2012). Sesudah otak aktif selama
beberapa jam, neuron dalam sistem aktivasi menjadi letih
sehingga siklus feedback positif antara nuklei retikular
mesensefalon dan korteks akan melemah dan pengaruh
perangsang tidur dari pusat tidur akan mengambil alih sehingga
timbul peralihan yang cepat dari keadaan jaga menjadi keadaan
tidur (Guyton, 2012).
E. Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah suatu kemampuan seseorang untuk tetap
tertidur dan mendapatkan jumlah tidur REM dan NREM yang
baik sehingga tidur akan merasa tenang, segar dipagi hari dan
semangat melakukan aktivitas (Agustin, 2012). Penilaian
kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan suatu kuisioner
yang telah diakui secara internasional yaitu kuisioner Pitsburg
Sleep Quality Index (PSQI) dan interval penilaiannya satu bulan
(Buysse et al., 1989).
Kuesioner ini terdiri dari sepuluh pertanyaan dimana sembilan
pertanyaan utama dan satu pertanyaan pembantu. Sembilan
pertanyaan diawal yang lebih berkontribusi dalam penilaian
kualitas tidur dan dijawab oleh responden sendiri sedangkan
19
pertanyaan kesepuluh merupakan pertanyaan pembantu yang
terdiri dari lima sub-pertanyaan yang dijawab oleh teman
sekamar responden bila ada. Pertanyaan tersebut sebenarnya
tidak berkontribusi kepada penilaian dan hanya berperan untuk
mengetahui apakah terdapat gangguan tidur ataupun tidak.
Walaupun terdapat banyak gangguan tidur, hanya beberapa
gangguan tidur yang ditanyakan. Pertanyaan gangguan tidur
tersebut adalah ada tidaknya mendengkur, keadaan bingung
ataupun disorientasi saat tidur, dan gangguan tidur lainnya
(Prakasa, 2016; Buysee et al., 1989).
Aspek-aspek kualitas PSQI yang berisi tujuh komponen,
masing-masing dengan skor dari nol sampai tiga. The Pittsburgh
Sleep Quality Index mengukur kebiasaan tidur yang meliputi
latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, kualitas
tidur, disfungsi siang hari, dan penggunaan obat tidur (Mirghani
et al., 2015).
F. Faktor yang mempengaruhi kuliatas tidur
1. Penyakit
Beberapa penyakit berkolaborasi negatif pada kualitas
tidur terutama beberapa penyakit yang memiliki gejala
pada malam hari. Gastro esophageal reflux disease
memiliki gejala heartburn yaitu ketika isi lambung
20
kembali lagi ke esofagus, batuk malam hari dan nyeri dada
(Emmanuel dan Inns, 2014). Peristiwa refluks sering
terjadi pada siang dan malam hari terutama ketika tidur.
Pada saat tidur posisi berbaring menyebabkan asam
lambung lebih mudah kembali keatas. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur
(Jung et al., 2010). Batuk malam hari akibat cairan gaster
reluks ke laring saat tidur terlentang dapat mengganggu
tidur sehingga kualitas tidur buruk (Emmanuel dan Inns,
2014).
Pada penyakit diabetes melitus (DM) terdapat manifestasi
berupa hilangnya toleransi karbohidrat sehingga timbulah
gejala polidipsia (timbul rasa haus), poliuri (peningkatan
pengeluaran urin), polifagia (peningkatan rasa lapar), dan
keringat malam hari (Price dan Wilson, 2014). Gejala
klinis tersebut dapat mengganggu tidurnya sehingga
berdampak pada meningkatnya frekuensi terbangun, sulit
tertidur kembali, ketidakpuasan tidur yang akhirnya
mengakibatkan penurunan kualitas tidur (Gustimigo,
2015).
Selain itu penyakit kejiwaan seperti insomnia dan depresi
juga menyebabkan gangguan tidur. Adanya
21
ketidakseimbangan neurotransmiter dan hipotalamus
pituitary adrenal (HPA) sehingga dikaitkan dengan
penurunan lobus frontal yang menyebakan terganggunya
tidur, karena transisi tidur sampai tidur NREM dikaitkan
dengan lobus frontal (Colten dan Altevogt, 2006).
2. Faktor lingkungan
Tempat tidur dapat menentukan kenyaman seseorang
sehingga mempengaruhi kualitas tidur dilihat dari bentuk
ukuran, keras atau tidaknya, dan posisi tempat tidur.
Selain itu, teman tidur juga mempengaruhi kualitas tidur.
Setiap orang memiliki tingkat kenyaman tidur sendiri atau
tidur bersama orang lain. Suara juga berperan penting,
suara dengkuran dan kebisingan juga mempengaruhi
ketenangan tidur sehingga mempengaruhi kualitas tidur
(Agustin, 2012)
3. Akademik dan stres
Kualitas tidur yang buruk bisa dikarenakan beban
akademik yang cukup besar (Azad et al., 2015). Pengaruh
akademik dikaitkan erat dengan tingkat kecemasan, waktu
istirahat atau jadwal yang tidak teratur yang dapat
menyebabkan kelelahan, dan mengganggu kualitas tidur
(Azad et al., 2015). Tidur yang buruk biasanya terjadi
22
ketika menjelang ujian dikarenakan adanya kebiasaan
membaca sampai larut malam sebelum ujian sehingga hal
tersebut dapat mempengaruhi kualitas tidur (Cates et al.,
2015).
Kualitas tidur juga berkaitan erat dengan stres yang tinggi
serta bekerja keras untuk meningkatkan dan
mempertahankan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Hal-hal
tersebut tak jarang mengorbankan tidur membuat kualitas
tidur memburuk (Alsaggaf et al., 2016). Kualitas tidur
yang buruk juga mengakibatkan berkurangnya
konsentrasi, kewaspadaan, menganggu penalaran, dan
pemecahan masalah sehingga hal tersebut menyebabkan
belajar menjadi sulit dan tidak efisien (Haryatno, 2014).
4. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan seseorang berdoa sebelum tidur, sikat gigi,
minum susu, dan lain-lain sehingga meningkatkan
kenyaman tidur. Pola gaya tidur yang baik berhubungan
dengan waktu bangun dan tidur sehingga meningkatkan
kualitas tidur dan mensinkronisasikan irama sirkadian
(Agustin, 2012).
23
Kebiasaan minum kopi juga mempengaruhi kualitas tidur
karena kandungan kafein. Melatonin adalah hormon untuk
sinkronisasi tidur dan sekresi hormon ini dikendalikan
oleh neurotransmitter yang didapat dipengaruhi kafein
(Shilo et al., 2002). Kafein yang terkandung dalam kopi
merupakan zat antagonis reseptor adenosin sentral yang
bisa mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat dan
mengakibatkan gangguan tidur (Daswin dan Samosir,
2013). Pemakaian lebih dari 650 mg dapat menyebabkan
insomnia, gelisah, dan ulkus. Efek lain dapat
meningkatkan denyut jantung dan berisiko terhadap
penumpukan kolesterol, menyebabkan kecacatan pada
anak yang dilahirkan (Hoeger et al., 2002). Kebiasaan
konsumsi rokok dan minuman keras (alkohol) adalah
indikator peningkatan ketegangan. Ketegangan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan salah satu gejala
yang banyak muncul adalah insomnia (gangguan sulit
tidur) sehingga dapat mengganggu kualitas tidur
(Lanywati, 2001).
5. Obat-obatan
Obatan-obatan yang digunakan dalam jangka panjang
seperti antihipertensi, antikolinergik dapat menyebabkan
gangguan tidur karena obat ini dapat menyebabkan
24
terputus-putusnya fase tidur REM (Prakasa, 2016).
Penggunaan obat kokain, ekstasi, dan ganja juga berefek
pada tidur karena administrasi obat-obatan ini
meningkatkan keadaan terjaga sehingga menekan tidur
REM yang membuat perubahan pola tidur sehingga dapat
mengganggu kualitas tidur (Roehrs dan Roth, 2008).
2.1.2.Pencapaian Hasil Belajar
A. Definisi
Pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar adalah hasil yang
didapatkan dari pengukuran peserta didik yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor setelah melakukan proses
belajar yang diukur menggunakan suatu instrumen tes yang
relevan. Pencapaian hasil belajar merupakan suatu bukti
keberhasilan belajar atau tingkat kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dapat mereka capai (Mahendra, 2014).
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
1. Faktor individu
Faktor individu mempengaruhi 79,3% hasil belajar
mahasiswa. Faktor individu seperti tingkat kehadiran,
adanya suatu penyakit medis, gangguan jiwa, motivasi
25
terhadap diri sendiri, dan interaksi terhadap sesama
mahasiswa (Pinyopornpanish et al., 2004). Selain hal itu,
keyakinan seseorang dalam kemampuannya sendiri untuk
berhasil menyelesaikan tugas dan telah terbukti
mempengaruhi motivasi siswa dan perilaku akademik
(Burgoon et al., 2012).
2. Faktor lingkungan
Faktor ini mempengaruhi 15,5% dari hasil belajar.
Kegiatan ekstrakulikuler yang berlebihan dapat
menyebabkan hasil belajar yang kurang maksimal.
Mahasiswa yang cenderung fokus kekegiatan
ekstrakulikuler biasanya menghabiskan lebih banyak
waktunya untuk kegiatan tersebut daripada akademik
(Pinyopornpanish et al., 2004).
3. Faktor keluarga
Faktor keluarga juga mempengaruhi 5,2% hasil belajar.
Mahasiswa yang berada jauh dari orang tuanya dan lebih
banyak kebebasan terkadang menyebabkan mereka
kehilangan kendali atas hidup mereka sendiri. Oleh sebab
itu, kontrol dari orang tua sangat diperlukan untuk
menunjang hasil belajar. Orang tua yang terlalu protektif
dan suka manjakan akan menciptakan mahasiswa yang
26
kurang disiplin dan tanggung jawab (Pinyopornpanish et
al., 2004).
C. Sistem penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting
dalam proses pendidikan. Semua proses dilembaga pendidikan
formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang
diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Nilaian hasil belajar
ini merupakan suatu proses pemberian nilai terhadap hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Ditjen
PMPTK, 2008). Sistem penilaian nilai blok dimasing-masing
fakultas kedokteran berbeda-beda. Sistem penilaian nilai blok di
FK Unila sudah tersusun dalam Peraturan Akademik FK Unila
2015 dalam BAB X Penilaian Hasil Belajar. Sistem ujian
ditahapan program berbeda-beda. Sistem ujian pada FK Unila
tahapan program Sarjana Kedokteran terdiri atas penilaian
sumatif dan penilaian formatif (Panduan Akademik FK Unila,
2015).
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pengajar
pada saat berlangsungnya proses pembelajaran untuk melihat
tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan
demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar
mengajar untuk memperbaiki program pengajaran dan strategi
27
pelaksanaannya. Penilaian sumatif adalah penilaian yang
dilaksanakan pada akhir unit program. Hal ini bertujuan untuk
melihat hasil yang dicapai oleh siswa, yakni seberapa jauh
kompetensi siswa dan kompetensi mata pelajaran dikuasai oleh
para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan
kepada proses (Ditjen PMPTK, 2008). Penilaian sumatif
meliputi UAB, UP, SOCA atau ujian lisan, OSCE, tugas
terstruktur dan metode lainnya. Penilaian blok menentukan
keberhasilan belajar mahasiswa meliputi komponen yaitu
penilaian diskusi tutorial (5-10%), tugas terstruktur, pleno (10-
20%), sikap (0-5%), SOCA (15-20%), pratikum (10-20%) dan
UAB (40-50%) (Panduan Akademik FK Unila, 2015).
D. Multiple Choice Question
Multiple choice question adalah jenis yang paling umum dari
soal tes tertulis yang digunakan pendidikan kedokteran. Multiple
choice question dapat menilai berbagai pengetahuan mahasiswa
dalam waktu singkat. Soal pilihan ganda merupakan pengujian
objektif yang bisa mengukur pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
dan analisis. Walaupun demikian, MCQ juga memiliki
kekurangan karena terkadang soal ini hanya menguji pengakuan
(memilih jawaban) dan bukan mengingat (membuat sebuah
jawaban) sehingga memungkinkan untuk menebak jawaban
(Collins, 2006).
28
Soal pilihan ganda ini harus dibuat dengan hati-hati karena soal
ini bisa menilai kemampuan berpikir seseorang dalam semua
enam tingkat domain pengetahuan yaitu, ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Semua tingkat ini
mewakili tingkat kesulitan yaitu, tingkat yang lebih rendah
menjadi tingkat sederhana dan lebih tinggi menjadi lebih
kompleks dan sulit. Kategorisasi ini adalah salah satu komponen
penting dari taksonomi bloom. Taksonomi bloom tujuan
pendidikan terjadi menjadi salah satu model yang paling sering
digunakan saat merancang metode pelatihan, pembelajaran, dan
ujian yang berbeda. Ini diciptakan pada tahun 1956 dibawah
kepemimpinan psikolog pendidikan Dr Benjamin Bloom dalam
rangka untuk mempromosikan bentuk yang lebih tinggi dari
proses berpikir dalam bidang pendidikan, seperti menganalisis
dan mengevaluasi konsep, proses, prosedur, dan prinsip-prinsip,
bukan hanya mengingat fakta-fakta. Hal ini mengatakan bahwa
pengujian MCQ adalah cara yang efisien, obyektif, dan dapat
diandalkan untuk menilai kemampuan dalam domain kognitif
(Singh et al., 2016)
Di FK Unila, salah satu ujian yang menggunakan metode MCQ
adalah UAB. Ujian akhir blok adalah salah satu komponen
penilaian blok yang harus dilengkapi untuk menentukan
keberhasilan belajar mahasiswa. Ujian akhir blok merupakan
29
komponen terbesar terhadap penilaian akhir blok yaitu 40-50%.
Adapun syarat mengikuti UAB pada FK Unila adalah mengikuti
kegiatan tutorial 100%, mengikuti kegiatan perkuliahan minimal
80%, mengikutti kegiatan pleno 100%, memiliki nilai sikap
yang baik selama proses pembelajaran yang ditentukan oleh
penanggung jawab (PJ) blok yang bersangkutan (Panduan
Akademik FK Unila, 2015).
E. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan ujian
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan ujian
adalah (Cottrell, 2012):
1. Pemahaman materi
Keyakinan memahami suatu materi sangat penting
sebelum melaksanakan ujian. Pemahaman yang baik
tentang suatu materi mempermudah untuk menjawab dari
pertanyaan-pertanyaan dari soal ujian.
2. Pengalaman ujian sebelumnya
Pengalaman ujian sebelumnya seperti riwayat gagal ujian
mungkin dapat merusak kepercayaan diri saat
melaksanakan ujian tetapi tidak berarti bahwa seseorang
tersebut tidak bisa baik diujian-ujian lainnya. Seseorang
dapat meningkatkan kemampuan diri sebelum melakukan
ujian kembali.
30
3. Persiapan ujian
Ujian bukan hanya tentang belajar atau memahami materi,
tetapi tentang memperlihatkan tentang apa yang diketahui,
ketepatan pilihan selama ujian dan daya ingatan. Dalam
mempersiapkan ujian tidak harus mengatur terlalu banyak
yang harus dilakukan tapi lebih kearah menyisihkan waktu
secara teratur dan fokus dalam ujian.
4. Pengalaman terhadap ujian
Sering berlatih menjawab pertanyaan salah satu cara baik
untuk menguji diri dan meningkatkan pemahaman.
5. Kemampuan menjawab pertanyaan
Lebih memahami tentang pertanyaan sehingga mengetahui
apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan jawaban
serta sering berlatih untuk mejawab pertanyaan misalnya
dalam ujian esai.
6. Waktu
Memperkirakan waktu dalam menjawab pertanyaan dapat
mempengaruhi keberhasilan ujian karena bisa merevisi
kembali jawaban-jawaban sebelumnya. Waktu yang
sedikit akan meningkatkan ketegangan dan kecemasan
31
sehingga menghilangkan konsentrasi dalam menjawab
soal.
7. Sikap dan pendekatan
Dalam menghadapi ujian berpikir positif sangat
diperlukan. Mengkhawatirkan suatu hal membutuhkan
banyak energi tetapi hal tersebut tidak membantu Anda
meningkatkan keberhasilan ujian.
2.1.3.Hubungan Kualitas Tidur terhadap Hasil Belajar
Pencapaian hasil belajar mahasiswa bisa diukur dengan menggunakan
nilai ujian akhir mereka yang terdiri dari pertanyaan pilihan ganda,
esai pendek, dan pertanyaan benar atau salah (Zomorodian et al.,
2012). Ketika ujian peningkatan faktor stres yang tinggi dan lebih
bekerja keras dalam melaksanakan ujian untuk mempertahankan IPK
(Alsaggaf et al., 2016). Adanya kebiasaan membaca sampai larut
malam sebelum ujian tidak dapat dipungkiri. Hal itu dapat
berpengaruh negatif dengan kualitas tidur (Cates et al., 2015). Tidur
memiliki fungsi salah satunya berpengaruh kesistem saraf sehingga
berdampak terhadap memori dan kemampuan belajar. Jika tidur
mengalami suatu gangguan maka fungsi seperti memori dan
kemampuan belajar tidak dapat berjalan dengan baik (Pratiaksa,
2015). Sehingga hal itu berefek pada keberhasilan ujian karena dalam
keberhasilan ujian ada faktor-faktor yang mempengaruhi seperti
32
pemahaman materi, kemampuan menjawab pertanyaan dan persiapan
ujian dimana hal itu berkaitan dengan proses belajar dan memori
untuk mengingat materi yang sudah dipelajari (Cottrell, 2012).
33
↓Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur(beban akademik)
2.2. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
(Azad et al,. 2015; Burgoon et al., 2012; Cottrell, 2012; Lemma et al, 2015;Mirghani et al., 2014; Santrock, 2007)
Keterangan :- - - - = yang diteliti
↓Kualitas Tidur
↓Fungsi Tidur
↓Fungsi Tidur NREM ↓Fungsi Tidur REM↓Konsentrasi↓ Penalaran
↓Konsolidasi Memori(Memori Deklaratif)
↓Memori Prosedural
↓Daya Ingat Belajar
↓Hasil UAB
↓Prestasi Akademik
↓Faktor yang MempengaruhiKeberhasilan Ujian
↓Faktor yangMempengaruhiHasil Belajar
34
Variabel Terikat
Hasil Belajar BlokEmergency Medicine
2.3. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
2.4. Hipotesis
Berdasarkan masalah penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. H0 : tidak terdapat hubungan antara kualitas tidur terhadap hasil
belajar blok emergency medicine mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK
Unila.
2. H1 : terdapat hubungan antara kualitas tidur terhadap hasil belajar
blok emergency medicine mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila.
Variabel Bebas
Kualitas TidurMahasiswa Angkatan2013 PSPD FK Unila
BAB 3METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei observational potong lintang (cross
sectional) untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur terhadap nilai
UAB emergency medicine mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanaan di FK Unila dan berlangsung mulai bulan
September sampai Desember 2016.
3.3. Sampel dan Populasi Penelitian
A. Sampel dan Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif tahun akhir
(angkatan 2013) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang
berjumlah 174 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa
angkatan 2013 PSPD yang mengikuti blok emergency medicine pada
tahun 2016 FK Unila.
36
B. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling
yaitu tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan seluruh
mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila dengan tetap
mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi. Selanjutnya responden
diminta untuk mengisi kuesioner sebagai instrumen atau alat ukur
kualitas tidur.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila yang mengikuti blok
emergency medicine tahun 2016.
b. Bersedia menjadi responden.
c. Mengisi kuesioner PSQI secara lengkap.
2. Kriteria Eksklusi
a. Kebiasaan meminum kafein lebih dari 4 cangkir perhari.
b. Penggunaan obat-obatan yang bersifat stimulan seperti:
amphetamin.
c. Lingkungan tidur yang bising
d. Sedang menderita sakit yang berkolaborasi negatif pada kualitas
tidur terutama beberapa penyakit yang memiliki gejala pada
malam hari contoh: Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD),
Diabetes Melitus (DM).
37
3.5. Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan
kuesioner yang diisi oleh responden. Kuesioner yang digunakan untuk
menilai kualitas tidur adalah PSQI. Penilaian PSQI meliputi tujuh
komponen yang memiliki skor berbeda. Kualitas tidur yang buruk jika nilai
>5 dan baik jika nilai ≤5. Data sekunder adalah nilai UAB emergency
medicine yang didapatkan dari dosen PJ blok emergency medicine. Setelah
data terkumpul, maka peneliti mengelola data tersebut menggunakan
program statistik.
3.6. Instrumen Penelitian
Kualitas tidur pada penelitian ini diukur dengan menggunakan alat berupa
kuesioner PSQI. Pertanyaan PSQI terbagi sembilan pertanyaan dan
kuesioner ini ada tujuh komponen yang dinilai yaitu kualitas tidur subjektif,
latensi tidur (kesulitan memulai tidur), durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan
tidur di malam hari, penggunaan obat tidur dan gangguan aktivitas di siang
hari. Uji validitas dilakukan terhadap 30 responden menggunakan SPSS
versi 22. Setelah dilakukan uji validitas, semua komponen pada kuesioner
PSQI valid yaitu untuk taraf signifikan 5% pada N = 30 adalah 0,361
(Sugiono, 2008). Setelah itu dilakukan uji reliabilitasnya menggunakan
teknik Cronbach’s alphas dan hasilnya dianalisis menggunakan SPSS versi
22. Nilai hasil uji reliabilitas pada 7 komponen kuesioner PSQI ini adalah
0.811 yang termasuk dalam kriteria reliabel menurut kaidah Guilford.
38
Sedangkan hasil ujian akhir blok (UAB) diukur melalui standar alat ukur FK
UNILA yang menggunakan soal-soal pilihan ganda dengan computer based
test (CBT).
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Kuesioner PSQINo Komponen rxy r tabel Kriteria1 Komponen 1 0,619 0,361 Valid2 Komponen2 0,724 0,361 Valid3 Komponen 3 0,454 0,361 Valid4 Komponen 4 0,676 0,361 Valid5 Komponen 5 0,594 0,361 Valid6 Komponen 6 0,365 0,361 Valid7 Komponen 7 0,507 0,361 Valid
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner PSQINo Komponen Cronbach’s
AlphaKonstanta
reliabelKriteria
1 Komponen 1 0,811 0,60 Reliabel2 Komponen 2 0,811 0,60 Reliabel3 Komponen 3 0,811 0,60 Reliabel4 Komponen 4 0,811 0,60 Reliabel5 Komponen 5 0,811 0,60 Reliabel6 Komponen 6 0,811 0,60 Reliabel7 Komponen 7 0,811 0,60 Reliabel
3.7. Identifikasi Variabel
Variabel pada penelitian ini ada dua jenis, yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas tidur mahasiswa
angkatan 2013 PSPD FK Unila.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Nilai UAB emergency
medicine mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila tahun 2016.
39
3.8. Prosedur Penelitian
Gambar 3. Prosedur Penelitian
Persiapan Penelitian
Penentuan Responden
Informed Consent
Pengisian LembarKuesioner oleh
Responden
Pengambilan dataNilai UAB
Emergency Medicine
Penilaian KualitasTidur
Data Entry
Analisis Data
Hasil dan Laporan
Lembar Penjelasan
40
3.9. Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi OperasionalVariabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur SkalaKualitasTidur
Kepuasan seseorangterhadap tidurnya
KuesionerPSQI
1. Kualitastidur yangbaik jikanilai ≤5
2. Kualitastidur yangburuk jikanilai >5
Ordinal
HasilBelajar
Nilai UAB emergencymedicine angkatan2013 PSPD FK Unilatahun 2016
Analisisdatasekunder
0-100 Rasio
3.10. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan diolah menggunakan perangkat lunak
Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Adapun data diolah
dengan empat tahapan yaitu:
a. Editing
Proses ini adalah proses pengecekan dan perbaikan kuesioner
serta memastikan semua pertanyaan kuesioner telah terjawab
semuanya, jawabannya yang konsisten dan relevan.
b. Coding
Proses ini adalah pengubah data dari data berbentuk huruf atau
kalimat menjadi data angka yang nantinya berguna dalam proses
data entry.
41
c. Data Entry atau Processing
Pada tahapan ini adalah pemasukan data coding ke dalam
program komputer.
d. Cleaning
Tahapan ini adalah pengoreksian data sehingga tidak ada
kesalahan kode atau ketidaklengkapan data.
2. Analisis Data
Data yang sudah dikode dan dimasukan secara lengkap ke komputer.
Setelah itu, dilakukan analis data dengan menggunakan software
komputer. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihar gambaran distribusi
frekuensi pada variabel independen dan dependen yang diteliti.
2. Analisis Bivariat
Analis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara
kedua variabel dan melihat kemaknaan antara variabel. Adapun
uji statistik yang digunakan adalah uji T tidak berpasangan
dengan derajat kemaknaan α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%).
Jika data terdistribusi tidak normal maka dilakukan uji alternatif
yaitu uji Mann Whitney (Dahlan, 2014)
42
3.11. Etika Penelitian
Penelitian ini telah dikaji dan memenuhi kaidah etik penelitian oleh tim
Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan surat
keterangan lolos kaji etik No. 446/UN26.8/DL/2017 adapun ketentuan etik
yang telah ditetapkan sebagai berikut
1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah memberikan lembaran
informed consent. Informed consent merupakan proses pemberian
informasi yang cukup dan dapat dimengerti oleh responden mengenai
keikutsertaan dalam suatu penelitian. Hal ini meliputi pemberian
informasi kepada responden mengenai hak dan kewajiban dalam suatu
penelitian, serta mendokumentasikan sifat kesepakatan dengan cara
menandatangani lembar persetujuan bila responden bersedia diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan lembar penjelasan tentang
penelitian dengan responden. Didalam lembar penjelasan peneliti
menjelaskan bahwa semua data yang diberikan oleh responden dijaga
kerahasiaannya.. Peneliti juga tidak mencantumkan nama responden,
hanya menuliskan inisial pada lembar pengumpulan data. Apabila
responden bersedia terlibat dalam penelitian maka responden mengisi
dan menandatangani lembar ketersediaan menjadi responden.
2. Peneliti juga telah mengajukan surat perizinan untuk pengambilan
data sekunder yaitu nilai UAB blok emergency medicine kebagian
akademik FK Unila. Setelah itu peneliti menyerahkan surat perizinan
pengambilan data sekunder dan memberikan lembar penjelasan
43
tentang penelitian kepada PJ blok emergency medicine. Peneliti
menjaga kerahasiaan dari semua data yang diberikan.
3. Peneliti bertanggung jawab untuk melindungi semua informasi
ataupun data yang dikumpulkan selama dilakukannya penelitian
(confidentiality).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila
memiliki kualitas tidur buruk.
2. Hasil belajar mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila yang diambil
dari hasil ujian UAB blok emergency medicine mendapat nilai
maksimum 79 dan minimun 39 serta nilai rata-rata adalah 61,5.
3. Terdapat hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap hasil belajar
blok emergency medicine mahasiswa angkatan 2013 PSPD FK Unila.
5.2. Saran
1. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat melakukan penelitian terhadap
variabel-variabel lain yang dapat mendukung penelitian ini.
2. Bagi mahasiswa, sebaiknya dapat memperbaiki kualitas tidurnya agar
mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
3. Bagi instansi terkait, diharapkan mampu memberikan informasi kesehatan
kepada mahasiswa tentang kualitas tidur dan faktor-faktor yang
65
mempengaruhinya sehingga mahasiswa dapat memperbaiki kualitas
tidurnya agar dapat meningkatkan prestasi akademik dan mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulghani HM, Alkanhal AA, Mahmoud ES, Ponnamperuma GG, Alfaris EA. 2011. Stressand its effects on medical study at a college of medicine in Saudi Arabia. JHPN. 29(5):516-22.
Adeosun SO, Asa SO, Babalola OO, Akanmu MA. 2008. Effects of night-reading on daytimesleepiness, sleep quality and academic performance of undergraduate pharmacy studentsin Nigeria. J Sleep and Biology Rhythms. 6(2):91-4.
Ahrberg K, Dresler M, Niedermaier S, Steiger A, Genzel L. 2012. The interaction betweensleep quality and academic performance. J Psychiatr Res. 46(12):1618-22.
Agustin D. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pekerja shift di PT.Krakatau Tirta Industri Cilegon [Skripsi]. Jakarta; Universitas Indonesia.
Alsaggaf M, Wali SO, Merdad RA, Merdad, LA. 2016. Sleep quantity, quality, and insomniasymptoms of medical students during clinical years. J Saudi Med. 37(2):173-82.
Angkat DN. 2010. Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada remaja usia 15-17 tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morowa [Skripsi]. Medan; Universitas SumatraUtara.
Antara A. 2015. Korelasi kualitas tidur dengan nyeri kepala primer pada siswa-siswi sekolahmenengah atas negeri 1 Amlapura kabupaten Karangasem [Tesis]. Denpasar; UniversitasUdayana.
Azad MC, Fraser K, Rumana N, Abdullah AF, Shahana N, Hanly PJ, et al. 2015. Sleepdisturbances among medical students: a global perspective. J Clin Sleep Med. 11(1):69-74.
Baert S. Omey E. Dieter V. Aurelie V. 2014. Mister sandman, bring me good marks! On therelationship betweet sleep quality and academic achievement. Discussion Paper; June2014; Belgium: IZA Discussion Paper.
Baig M, Ali SK, Ali S, Huda N. 2014. Evaluation of multiple choice and short essay questionitems in basic medical sciences. Pak J Med Sci. 30(1):3-6.
Burgoon JM, Meece JL, Granger NA. 2012. Self-efficacy's influence on student academicachievement in the medical anatomy curriculum. J Anat Sci Educ. 5(5): 249-55.
67
Buysse DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, Kupfer DJ. 1989. The pittsburgh sleepquality index (PSQI): a new instrument for psychiatric research and practice. JPsychiatry Res. 28(1):193-213.
Cates ME, Clark A, Woolley TW, Saunders A. 2015. Sleep quality ammong pharmacystudents. Am J Pharm Educ. 79(1):1-6.
Collins J. 2006. Writing multiple-choice questions for continuing medical education activitiesand self-assessment modules. JRG. 26(2): 543-51.
Colten H, Altevogt BM. 2006. Sleep disorders and sleep deprivation: an unmet public healthproblem. Washington: National Academies Press.
Cottrell S. 2012. The exam skills handcook: achieving peak performance edisi ke-2. London:Palgrave Macmillan.
Curcio G, Ferrara M, Gennaro LD. 2006.Sleep loss, learning capacity and academicperformance. J Sleep Medicine Reviews. 10(1): 323-37
Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Epidemiologi Indonesia
Daswin NBT, Samosir NE. 2013. Pengaruh kafein terhadap kualitas tidur pada mahasiswafakultas kedokteran Sumatera Utara. E-Jurnal FK USU. 1(1): 1-5.
Emmanuel A, Inns S. 2014. Gastroenterologi dan hepatologi. Jakarta: Erlangga.
Fridayana. (2013). Hubungan Antara Kualitas dan Kuantitas Tidur dengan Nilai Modul padaMahasiswa Kedokteran Praklinik Universitas Tanjungpura. [skripsi]. Pontianak. FKUniversitas Tanjungpura
Garrison C, Ehringhaus M. 2010. Formative and summative assessments in the classroom.New York: New York City Department of Education.
Gilbert SP, Weaver CC. 2010. Sleep quality and academic performance in universitystudents: a wake-up call for college psychologists. J Coll Student Psychother. 24(1):295-306.
Gustimigo ZP. 2015. Kualitas tidur penderita diabetes melitus. J Major. 4(8): 133-8.
Guyton AC, Hall JE. Texbook of medical physiology edisi ke-12. Singapore: ElsevierSaunders.
Hamalik O. 2004. Proses belajar mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Haryatno P. 2014. Hubungan intensitas olahragadan pola tidur dengan tingkat stres padamahasiswa tingkat satu Poltekkes Surakarta [Tesis]. Surakarta; Universitas SebelasMaret.
Hasnor HN, Ahmad Z, Nordin N. 2013. The relationship between learning approaches andacademic achievement among intec students, Uitm Shah Alam. J Elsevier. 90(1): 178-86
68
Hoeger WWK, Turner LW, Hafen BQ. 2002. Wellness: guideline for a healthy lifestyle. 3rded. Belmont, CA: Wadsworth Group.
James BO, Omoaregba JO, Igberase OO. 2011. Prevalence and correlates of poor sleepquality among medical students at a nigerian university. Ann Nigerian Med. 5(1):1-5.
Jung HK, Choung RS, Talley NJ. 2010. Gastroesophageal reflux disease and sleep disorders:evidence for a causal link and therapeutic implications. J Neurogastroenterol Motil.16(1):22-9.
Kang JH, Chen SC. 2009. Effects of an irregular bedtime schedule on sleep quality, daytimesleepiness, and fatigue among university students in Taiwan. BMC Public Health.9(1):248-54.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar pendidikan profesi dokter indonesia. Jakarta:Konsil Kedokteran Indonesia.
Lanywati E. 2011. Insomnia: gangguan sulit tidur. Jakarta: EGC.
Lashkaripour K, Mafi S. 2012. Sleep quality assessment of medicine students and physician (medical ) assistants. J Interdisciplinary. 4(8):443–50.
Lemma S, Berhane Y, Worku A, Gelaye B, Williams MA. 2015. Good quality sleep isassociated with better academic performance among university students in ethiopia. JSleep Breath. 18(2):257-63.
Lisiswanti R, Saputra O, Carolia N, Malik MM. 2015. Hubungan pendekatan belajar danhasil belajar mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Lampung. J Kedokteran danKesehatan. 2(1):79-84
Lum JAG, Ramsden GC, Page D, Ullman MT. 2012. Working, declarative and proceduralmemory in specific language impairment. J Cortex. 48(9):1138-54.
Mahendra AC. 2014. Hubungan antara tingkat kecemasan dan parenting attachment denganprestasi belajar mahasiswa program studi kedokteran FK UNS [Skripsi]. Surakarta;Universitas Sebelas Maret.
Marpaung PP, Supir S, Nancy J. 2013. Gambaran lama tidur terhadap prestasi belajar siswa. JEBM. 1(1):543-9
Mirghani HO, Mohammed OS, Almurtadha YM, Ahmed MS. 2015. Good sleep quality isassociated with better academic performance among Sudanese medical students. BMCRes Notes. 8(1):706-10.
Murat S, Ali U, Serdal K, Süleyman D, İlknur P, Mehmet S, et al.2015. Assessment ofsubjective sleep quality in iron deficiency anaemia. J Afr Health Sci. 15(2): 621-7.
Nastity SG. 2015. Hubungan antara kualitas tidur dengan indeks prestasi mahasiswa fakultaskedokteran Universitas Muhammadiah Malang angkatan 2013 [tesis]. Malang;Universitas Muhammadiah Malang.
69
Nilifda H, Nadjmir, Hardisman. 2016. Hubungan kualitas tidur dengan prestasi akademikmahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2010 FK Universitas Andalas. JKes Andalas. 5(1):243-8.
Nurathifah. 2015. Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa baruangkatan 2015 fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin [skripsi]. Makassar:Universitas Hasanuddin.
Panduan Akademik Fakultas Kedokteran Univesitas Lampung. 2015. Penilaian hasil belajar.Bandar Lampung; Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Pinyopornpanish M, Sribanditmongkok P, Boonyanaruthee V, Chan-ob T, Maneetorn N,Uuphanthasath R. 2004. Factors affecting low academic achievement of medical studentsin the faculty of medicine, Chiang Mai University. J Chiang Mai Med Bull. 43(1): 15-23
Potter PA, Perry AG. 2010. Fundamental keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Prakasa AB. 2016. Hubungan tingkat stres dengan derajat kualitas tidur pada mahasiswafakultas kedokteran Universitas Lampung. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung[Skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung
.Pramanik T, Sherpa MT, Shrestha R. 2012. Internet addiction in a group of medical student:
a cross sectional study. J Nepal Med Coll. 14(1):46-8.
Pratiaksa A. 2015. Hubungan kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja pada siswasekolah menengah atas [tesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit edisi ke-6.Jakarta: EGC.
Purnomo. 2011. Hubungan perilaku merokok dan stres dengan insomnia pada mahasiswafakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta [skripsi]. Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Purwanto S. 2008. Mengatasi insomnia dengan terapi relaksasi. J Kes. 1(2):141-8.
Reni. 2010. Hubungan stres dengan gangguan tidur [skripsi]. Semarang. UniversitasDiponegoro.
Roehrs T, Roth T. 2008. Caffeine: sleep and daytime sleepiness. J Elsevier. 12(2):153-62.
Santrock JW. 2007. Remaja edisi ke-11 jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sherwood L. 2011. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Shilo L, Sabbah H, Hadari R, Kovatz S, Weinberg U, Dolev S, et al. 2002. The effect of coffeconsumption on sleep and melatonin secretion. J Elsevier. 3(3):271-3.
70
Singh D, Tripathi PK, Patwardhan K. 2016. What do ayurveda postgraduate entranceexaminations actually assess?” – results of a five-year period question-paper analysisbased on bloom's taxonomy. J Ayurveda Integr Med. 1-6.
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Subasinghe SDLP, Wanniachchi DN. 2003. Approach to learning and the academicperformance of a group of medical students – any correlation?. Research papers.Colombo : Faculty of Medicine, University of Colombo
Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian Bandung. Bandung: Alfabeta.
Sutjiato, M., Kandou, G.D., Tucunan, A.A.T. 2015. Hubungan Faktor Internal dan Eksternaldengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam RatulangiManado. JIKMU. 5(1): 30-42.
Suwarna ah, widiyanto. 2016. Perbedaan pola tidur antara kelompok terlatih dan tidakterlatih. J UNY. 15(1): 1-9
Suwartika I, Nurdin A, Ruhmadi E. 2014. Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkatstress akademik mahasiswa reguler program studi d III keperawatan Cirebon PoltekkesKemenkes Tasikmalaya. The Soedirman Journal of Nursing. 9(3): 173-89.
Thilageswary S. 2015. Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswafakultas kedokteran universitas Sumatera Utara stambuk 2012 [skripsi]. Medan:Universitas Sumatra Utara.
Ubaidiullah AI. 2014. Hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan prestasi akademikmahasiswa angkatan 2009-2011 jurusan kependidikan islam fakultas ilmu tarbiyah dankeguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta: Universitas IslamNegeri Sunan Kalijaga
Williams TM, Aderanti RA. 2014. Sleep as a determinant of academic performance ofuniversity students in Ogun State, South West, Nigeria. ESJ. 10(13):657-64.
Zomorodian K, Parva M, Ahrari I, Tavana S, Hemyari C, Keyvan P, et al. 2012. The effect ofseating preferences of the medical students on educational achievement. J Med Educ.17(1): 1-7.