Post on 06-Feb-2018
16
Dirofilariasis
HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS
Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia,
neutrofilia, eosinofilia, dan basofilia. Pada kasus penyakit cacing jantung
yang bersifat samar (infeksi tanpa mikrofilaria) sangat sering dijumpai
pneumonitis eosinofilik. Pada kasus ini terjadi penghancuran mikrofilaria
yang berperantara imun pada mikrosirkulasi pulmoner sehingga tidak
ditemukan adanya mikrofilaria pada sirkulasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Niwetpathomwat, et al.
(2007) berkaitan dengan hematologi klinik menunjukkan bahwa anjing
penderita dirofilariasis mengalami anemia ringan sampai sedang
dengan terjadinya penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin
secara signifikan. Packed Cell Volume (PCV) dan Mean Corpuscular
Volume (MCV) juga mengalami penurunan secara signifikan. Di
samping itu, terjadi pula trombositopenia, leukositosis, neutrofilia, dan
eosinofilia.
Anemia, trombositopenia, leukositosis, dan eosinofilia pada
anjing yang menderita penyakit cacing jantung juga dikemukakan oleh
Barr dan Bowman (2006).
17
Dirofilariasis
Diskusi
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi cacing jantung
menyebabkan terjadinya kelainan status hematologi pada anjing
terinfeksi. Kelainan hematologi tersebut bervariasi dari tingkat ringan
sampai sedang berupa anemia, trombositopenia, leukositosis, neutrofilia,
eosinofilia, dan ada juga yang melaporkan terjadinya basofilia (Atkins,
2005; Niwetpathomwat, et al., 2007).
Anemia bukanlah penyakit, tetapi gejala klinis yang umum
dijumpai pada hewan piaraan/kesayangan. Menurut Atkins (2005),
Hariono (2005), dan Thrall (2006), anemia adalah penurunan eritrosit
atau hemoglobin atau penurunan keduanya dalam sirkulasi darah.
Lebih lanjut Hariono (2005) menyatakan bahwa anemia jarang bersifat
primer, sering bersifat sekunder. Untuk mengetahui hewan menderita
anemia atau tidak perlu dilakukan konfirmasi laboratorium, dan
pemeriksaan terhadap PCV paling tepat dan mudah dilakukan dengan
tetap memperhatikan tingkat dehidrasi hewan penderita. Pemeriksaan
hemoglobin dan eritrosit untuk menentukan klasifikasi anemianya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Niwetpathomwat, et al.
(2007) menunjukkan bahwa anjing penderita dirofilariasis mengalami
anemia ringan sampai sedang dengan terjadinya penurunan jumlah sel
darah merah dan hemoglobin secara signifikan. Packed Cell Volume
(PCV) dan Mean Corpuscular Volume (MCV) juga mengalami
18
Dirofilariasis
penurunan secara signifikan. Hariono (2005) menyatakan bahwa MCV
turun dapat terjadi karena defisiensi Fe, yang salah satunya disebabkan
oleh penyakit cacing yang kronis.
Niwetpathomwat, et al. (2007) menemukan bahwa pada anjing
terinfeksi D. immits terjadi trombositopenia. Menurut Atkins (2005), ada
tiga mekanisme umum yang menyebabkan terjadinya trombositopenia,
yaitu karena gangguan produksi, peningkatan konsumsi perifer, dan
pengrusakan platelet berperantara imun. Pada kasus dirofilariasis,
dikatakan oleh Niwetpathomwat, et al. (2007), trombositopenia terjadi
sebagai akibat dari pengrusakan platelet berperantara imun.
Pada kasus dirofilariasis terjadi peningkatan secara signifikan
nilai absolut dari leukosit (leukositosis). Leukosit yang mengalami
peningkatan adalah neutrofil (neutrofilia) dan eosinofil (eosinofilia).
Menurut Hariono (2005), neutrofilia dapat terjadi: 1). karena ephineprine
(neutrofilia fisiologik atau pseudoneutrophilia); 2). karena corticosteroid
(neutrofilia karena stress); 3). sehubungan dengan kebutuhan jaringan
untuk fungsi fagositik (penyakit radang). Penyebab peningkatan
kebutuhan jaringan terhadap sel neutrofil untuk proses fagositosis dapat
karena agen bakteri, virus, fungus, parasit, nekrosis, dan lain-lain
(misalnya endotoksin, benda asing, hemolisis, penyakit immune
complex, toksisitas estrogen tahap awal). Pada kasus dirofilariasis,
19
Dirofilariasis
neutrofilia dapat diduga terjadi karena kebutuhan jaringan untuk fungsi
fagositik.
Eosinofil pada kasus dirofilariasis juga mengalami peningkatan
(eosinofilia). Menurut Hariono (2005), eosinofilia dapat terjadi karena
kasus alergi, infeksi parasit, gangguan eosinofilogenik (spesifik), fase
kesembuhan pada beberapa infeksi akut, leukemia granulositik, retikulitis
traumatik, eosinophilic myositis, agen kimiawi. Lebih lanjut dikatakan
bahwa kejadian eosinofilia dimungkinkan oleh adanya interaksi antigen-
antibody (IgE atau yang ekuivalen) dalam jaringan yang kaya atau
banyak mengandung mast cell, yaitu di kulit, paru-paru, traktus
gastrointestinal, traktus genitalia betina; dan infestasi parasit dimana
proses sensitisasi terjadi, atau dimana kontak antara jaringan hospes
dengan parasit dalam waktu yang lama akan merangsang (promote)
eosinofilia. Sejalan dengan itu, Tizard (1998) mengemukakan
patogenesis sebagai berikut. Makrofag dapat berikatan pada larva
cacing melalui jalur yang diperantarai-IgE untuk menghancurkannya.
Dengan memperantarai sel mast, IgE merangsang pelepasan faktor
anafilaksis kemotaktik eosinofil (FAKE). Bahan ini, pada gilirannya,
memobilisasi cadangan eosinofil tubuh yang menyebabkan
dilepaskannya eosinofil dalam jumlah besar ke dalam sirkulasi. Atas
dasar itu, maka eosinofilia menjadi demikian khas pada infeksi cacing.
20
Dirofilariasis
Peningkatan eosinofil pada kasus dirofilariasis bersesuaian
dengan pernyataan Tizard (1998) dan Hariono (2005). D. immitis hidup di
arteri pulmoner dan mikrofilarianya dapat memasuki pembuluh darah
kecil pada paru-paru yang merupakan organ yang kaya atau banyak
mengandung mast cell, serta kasus dirofilariasis berlangsung secara
kronis (kontak antara jaringan hospes dengan parasit berlangsung
lama). Atkins (2005) menyatakan bahwa pada kasus dirofilariasis dapat
terjadi pneumonitis eosinofilik. Pada kasus ini mikrofilaria yang diselaputi
oleh antibodi (antibody-coated microfilariae) terperangkap pada
sirkulasi pulmoner, memicu terjadinya reaksi peradangan (pneumonitis
eosinofilik).
Temuan yang menyatakan pada kasus dirofilariasis terjadi
basofilia sesuai dengan pernyataan Hariono (2005) bahwa basofilia bisa
bersamaan dengan eosinofilia selama stimulasi IgE (atau equivalent
antibody), misalnya dirofilariasis kronik.