Post on 20-May-2019
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai dengan dibangunnya jalan
kereta api sepanjang 26 kilometer antara Kemijen dan Tanggung di Jawa Tengah
oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1864. Pemerintah Indonesia
mengambil alih pengelolaan perkeretaapian pada tanggal 28 September 1945 dan
namanya diubah menjadi Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DAKRI).
Pada tahun 1951 DAKRI diubah menjadi Djawatan Kereta Api (DKA), dengan
wilayah usaha meliputi Jawa dan Sumatera, kecuali Sumatera Utara yang masih
dikelola oleh Deli Spoorweg Maatschapij (DSM). Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.22 Tahun 1963, status DKA diubah menjadi Perusahaan Negara
Kereta Api (PNKA) yang kemudian diubah lagi menjadi Perusahaan Jawatan
Kereta Api (PJKA) sesuai Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 1971. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No.57 Tahun 1990 yang berlaku terhitung mulai
tanggal 2 Januari 1991, status PJKA diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta
Api (Perumka). Terakhir sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1998,
Perumka diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Kereta Api berbadan
hukum Perseroan Terbatas (PT). Anggaran Dasar PT Kereta Api (Persero), untuk
selanjutnya disebut “Perseroan”, dibuat dihadapan Imas Fatimah, SH, Notaris di
Jakarta, dengan Akta No.2 tanggal 1 Juni 1999. Akta ini disahkan oleh Menteri
Kehakiman dengan Surat Keputusan No.PSH C.17171 HT.01.01 Th 99 tanggal 1
41
Oktober 1999, diumumkan dalam Tambahan No.4 pada Berita Negara No.240
tanggal 14 Januari 2000.
PT Kereta Api (Persero) Bandung adalah salah satu perusahaan milik
pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kemudian statusnya
berubah menjadi perusahaan terbatas atau persero, di mana yang semula tujuan
usahanya memberikan pelayanan atau jasa transportasi dan tidak berorientasi
memperoleh keuntungan kemudian berubah menjadi memberikan pelayanan atau
jasa transportasi dan berorientasi pada keuntungan perusahaan . PT. Kereta Api
(Persero) Bandung merupakan salah satu perusahaan besar yang menguasai
seluruh jasa angkutan kereta api yang berada di Indonesia, perusahaan cabangnya
tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yang disebut dengan Daop (Daerah
Operasi) yang mewakili kantor pusat dan bertanggung jawab melaksanakan
seluruh kebijakan kantor pusat.
4.1.2 Tujuan dan Kedudukan PT. Kereta Api (Persero)
a. Tujuan Perusahaan
PT. Kereta Api (Persero) dalam menjalankan operasinya, membawa misi-
misi khusus yaitu untuk mewujudkan transportasi yang bersifat massal untuk
pertumbuhan ekonomi serta menunjang pembangunan sektor lainnya dan program
pemerataannya.
Adapun tugas dan arah usaha pokok PT. Kereta Api (Persero) adalah
untuk menyelenggarakan jasa kereta api dalam rangka memperlancar arus
perpindahan orang atau barang secara massal untuk menunjang pembangunan
nasional serta untuk menyediakan pelayanan jasa angkutan kereta api bagi
42
pemanfaatan umum, sekaligus memupuk keuntungan dengan memanfaatkan asset
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
b. Kedudukan Perusahaan
Perseroan berkedudukan dan berkantor pusat di Bandung. Kegiatan usaha
pokok Perseroan dijalankan melalui 9 (sembilan) Daerah Operasi (Daop) dan 1
(satu) Divisi di Jawa, 3 (tiga) Divisi Regional di Sumatera, serta dilengkapi 3
(tiga) Divisi dan 1 (satu) Sub Divisi di Kantor Pusat, selengkapnya sebagai
berikut :
1) Daop 1 ......................................................... : Berkedudukan di Jakarta
2) Daop 2 ......................................................... : Berkedudukan di Bandung
3) Daop 3 ......................................................... : Berkedudukan di Cirebon
4) Daop 4 ......................................................... : Berkedudukan di Semarang
5) Daop 5 ......................................................... : Berkedudukan di Purwokerto
6) Daop 6 ......................................................... : Berkedudukan di Yogyakarta
7) Daop 7 ......................................................... : Berkedudukan di Madiun
8) Daop 8 ......................................................... : Berkedudukan di Surabaya
9) Daop 9 ......................................................... : Berkedudukan di Jember
10) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek ........ : Berkedudukan di Jakarta
11) Divisi Regional I Sumatera Utara ............... : Berkedudukan di Medan
12) Divisi Regional II Sumatera Barat .............. : Berkedudukan di Padang
13) Divisi Regional III Sumatera Selatan ......... : Berkedudukan di Palembang
14) Divisi Sarana ............................................... : Berkedudukan di Bandung
15) Divisi Pelatihan ........................................... : Berkedudukan di Bandung
16) Divisi Properti dan Periklanan .................... : Berkedudukan di Bandung
17) Sub Divisi Grafika ...................................... : Berkedudukan di Bandung
43
4.1.3 Visi dan Misi Kereta Api
Dalam menghadapi abad ke-21 PT. Kereta Api (Persero) dipandang perlu
mendefinisikan visi dan misi perkeretaapian yang merupakan arah dari seluruh
kegiatan perencanaan dan strategi perusahaan, sehingga visi dan misi yang
menggariskan perlu dinyatakan secara tegas dengan tujuan yang jelas meliputi
semua aspek.
Visi dari PT. Kereta Api (Persero) adalah :
1. Memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat
2. Berkembang dan terdepan dalam keselamatan dan keandalan
3. Pelopor dalam perkembangan yang berwawasan lingkungan
4. Keuangan perusahaan sehat
5. Memperoleh laba (profitability)
Sedangkan misi dari PT. Kereta Api (Persero) sendiri adalah
menyelenggarakan jasa transportasi sesuai dengan keinginan stakeholders dengan
meningkatkan keselamatan dan pelayanan serta menyelenggarakan yang semakin
efisien.
4.2 Struktur Organisasi dan Job Description
Tujuan dibentuknya struktur organisasi dalam menjalankan aktivitas usaha
di PT. Kereta Api (Persero) adalah memberikan gambaran secara umum tentang
tugas dan wewenang kepada setiap karyawan yang terlibat dalam aktivitas
perusahaan. Dari tugas tersebut diharapkan tiap-tiap karyawan dapat mengetahui
tugas dan wewenang apa yang dijalankan atas perintah atasan serta kepada siapa
mereka harus mempertanggungjawabkan tugas yang diembannya.
44
Adapun struktur organisasi Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung
Daerah Operasi II
Bandung
Seksi SDM dan
Umum
Seksi Keuangan
PMKD
Subsi Adm
Keuangan
PMKS
Subsi SDM
Subsi Hukum
Subsi HKK
Subsi Umum
Subsi Angrn
Akuntansi
Humas
Subsi Tata Usaha
Subsi JSLSN Rel
& Jembatan
Seksi
Operasi dan
Pemasaran
Seksi Sinyal
&
Telekomun
Seksi
Properti
Subsi
Program
Subsi Jalan
rel
Subsi
Jembatan
Subsi OPNIS
Subsi PERKA
Subsi
SARPEN
Subsi
KAMTIB
Subsi
Program
Subsi Sinyal
Subsi
TELEKOM
Subsi
Program
Subsi Tanah
Subsi
Bangunan
45
Kepala DAOP 2
Bandung
Kapok I
Anggaran I
Kapok II Pendapatan,
Pengeluaran dan Verifikasi
Kapok III Akuntansi dan Aktiva Tetap
Kepala Seksi Keuangan
Kapok IV Buku Besar dan
Laporan keuangan
Kasubsi Anggaran dan
Akuntansi
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi pada Seksi keuangan, Sub Anggaran dan
Akuntansi
Berdasarkan SK Direksi Nomor : II/DT.003/14/KA.2001 tanggal 2 Januari
2001 susunan organisasi PT. Kereta Api (Persero) adalah sebagai berikut :
Kepala Daerah Operasi (Kadaop) yang terdiri dari :
1. Seksi Keuangan, yang terdiri dari :
a. Sub Seksi Keuangan
b. Sub Anggaran dan Akuntansi
46
2. Seksi SDM dan Umum, yang terdiri dari :
a. Sub Seksi Sumber Daya Manusia
b. Sub Seksi Hiperkes dan Keselamatan Kerja
c. Sub Seksi Kerumahtanggaan dan Umum
d. Sub Seksi Hukum
3. Seksi Operasi dan Pemasaran, yang terdiri dari :
a. Sub Seksi Operasi teknis (OPNIS)
b. Sub Seksi Perjalanan Kereta Api (OPKA)
c. Sub Seksi Pemasaran Angkutan Penumpang
d. Sub Seksi Pemasaran Angkutan Barang
e. Sub Seksi Keamanan dan Ketertiban (Kamtib)
4. Seksi Jalan Rel dan Jembatan
a. Sub Seksi Program
b. Sub Seksi Jalan rel
c. Sub Seksi Jembatan
5. Seksi Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik
a. Sub Seksi Program
b. Sub Seksi Telekomunikasi
c. Sub Seksi Sinyal
6. Seksi Properti
a. Sub Seksi Program
b. Sub Seksi Tanah
c. Sub Seksi Bangunan
47
7. Pemeriksaan Kas Daerah (PMKD) yang terdiri dari :
a. Sub Seksi Tata Usaha
b. Sub Seksi Pemeriksaan Stasiun (PMBS)
Uraian jabatan pada seksi keuangan, Subsi Anggaran dan Akuntansi
adalah sebagai berikut :
a. Kepala Kelompok I (Kapok I)
Kelompok penyelenggaraan anggaran mempunyai tugas pokok :
1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
2. Pengendalian perencanaan pelaksanaan anggaran
3. Menerbitkan Surat Otorisasi NPD (Nota Permohonan Dana )
b. Kepala Kelompok II (Kapok II)
Kelompok penyelenggaraan verifikasi serta akuntansi pendapatan dan
pengeluaran mempunyai tugas pokok :
1. Verifikasi, meneliti kelengkapan, kebenaran dan keabsahan yang
berkenaan dengan pengeluaran dan pendapatan DAOP 2 Bandung
2. Akuntansi Pendapatan, Penerimaan dan Pengeluaran Kas meneliti
kelengkapan analisa dokumen lainnya yang diterima dari unit-unit
pelaksana, mengikhtisarkan analisa stasiun, membuat bukti jurnal dan
menyelenggarakan buku pembantu yang bersangkutan dengan pengeluaran
dan pendapatan DAOP 2 Bandung
c. Kepala Kelompok III (Kapok III)
Kelompok penyelenggara akuntansi biaya, persediaan dan aktiva tetap
mempunyai tugas pokok :
1. Pembiayaan dan dokumentasi lainnya yang diterima dari unit-unit
pelaksana menyangkut Akuntansi biaya
48
2. Menyusun buku pembantu yang berkenaan dengan akuntansi biaya,
persediaan dan aktiva tetap
3. Melakukan pemantauan atas mutasi-mutasi terhadap aktiva tetap
d. Kepala Kelompok IV (Kapok IV)
1. Proses komputerisasi akuntansi
2. Penyelenggaraan buku besar
3. Pembuatan daftar sisa
4. Penyusunan neraca lajur
5. Pembuatan jurnal khusus
6. Pelaksanaan rekonsiliasi hubungan pembukuan
7. Penyelidikan terhadap angka akun yang tidak wajar pada neraca lajur yang
akan dituangkan dalam laporan keuangan
8. Pembuatan laporan berkala ikhtisar dukungan laporan keuangan
4.3 Kegiatan Usaha Perusahaan
Kegiatan usaha PT. Kereta Api (Persero) adalah menyediakan pelayanan
bagi kemanfaatan umum di bidang transportasi sekaligus memupuk keuntungan
berdsarkan prinsip pengelolaan perusahaan. PT. Kereta Api (Persero) bertujuan
mengusahakan pelayanan angkutan kereta api dalam rangka memperlancar arus
perpindahan orang dan barang secara masal untuk menunjang pembangunan
nasional.
Lapangan usaha PT. Kereta Api (Persero) berdasarkan Peraturan
Pememrintah No. 57 tahun 1990 pasal 7 adalah :
1. Penyediaan pengusaha dan pengembangan usaha kereta api
2. Usaha lain-lainnya yang menunjang tercapainya tujuan perusahaan
49
Dalam penjabaran lapangan usaha serta tujuan perusahaan sebagai mana
telah diuraikan di atas, kegiatan yang dilakukan PT. Kereta Api (Persero)
meliputi :
1. Menyediakan angkutan kereta api yang bermanfaat bagi kepentingan umum
2. Mendorong perkembangan ekonomi, stabilitas poloitik dan budaya
3. Menjalankan fungsi sebagai agen pembangunan demi meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
4. Meningkatkan pelayanan dan pasar angkutan kereta api
Dalam operasi utamanya PT. Kereta Api (Persero) mengusahakan
angkutan kereta api penumpang dan kereta api barang. Di bawah ini dijelaskan
golongan kereta api yang dioperasikan :
1. Operasi Kereta Penumpang
a. Kereta Komuter
Kereta api yang melayani angkutan penumpang dalam kota dan sekitarnya.
Angkutan ini mempunyai misi untuk meningkatkan mobilitas orang dan
mengurangi kepadatan jalan raya.
b. Kereta Api Lokal
Kereta api penumpang yang melayani kegiatan angkutan masyarakat
lingkungan, pada umumnya berhenti di stasiun.
c. Kereta Api Jarak Menengah
Kereta api penumpang yang jarak tempuhnya 250 km atau kurang.
d. Kereta Api Jarak Jauh
Kereta api penumpang yang jarak tempuhnya lebih dari 250 km.
50
2. Operasi Kereta Barang
a. Kereta Api Barang Biasa
Kereta api yang dalam pengoperasiannya dapat mengangkat bermacam-
macam jenis barang dari beberapa konsumen, rangkaiannya bila perlu
dapat ditambah atau dikurang di stasiun pemberhentian.
b. Kereta Api Barang Cepat
Kereta api yang dalam pengoperasiannya diprioritaskan dan menggunakan
tarif khusus.
c. Kereta Api Company
Kereta api yang pengoperasiannya melayani suatu perusahaan dan
umumnya mengangkut barang, prakteknya dapat berubah sesuai dengan
permintaan.
d. Kereta Api Container
Kereta api yang khususnya melaksanakan angkutan peti kemas. Jika
pengangkutan peti kemas diangkut secara gabungan (dengan gerbong
kliennya) maka tidak termasuk dalam kereta api container.
4.4 Deskripsi Hasil Penelitian
4.4.1 Jumlah Aktiva Tetap Sarana Gerak
Jumlah aktiva tetap sarana gerak merupakan jumlah aktiva tetap yang
dimiliki oleh perusahaan yang dinilai berdasarkan nilai buku aktiva tetap tersebut.
Jumlah aktiva tetap sarana gerak untuk setiap triwulannya senantiasa mengalami
perubahan yang disebabkan karena adanya penambahan dan pengurangan jumlah
aktiva tetap sarana gerak tersebut. Adapun penambahan dan pengurangan aktiva
51
tetap sarana gerak yang terjadi di PT Kereta Api Daop 2 Bandung adalah dalam
bentuk pengalihan aktiva tetap dari dan ke beberapa Daop lainnya.
Aktiva tetap dicatat dalam neraca sebesar nilai buku yaitu harga perolehan
aktiva tetap dikurangi akumulasi penyusutan, yang diakui pada saat aktiva tetap
diterima dengan didukung oleh berita acara serah terima aktiva tetap, termasuk
seluruh biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh aktiva tetap sampai dengan
berada di tempat dan dalam kondisi siap untuk digunakan.
Aktiva tetap yang berasal dari bantuan Pemerintah, dinyatakan sebesar
nilai bantuan ditambah semua pengeluaran yang dapat diidentifikasi langsung
terhadap aktiva tetap tersebut sehingga siap digunakan.
Kecuali tanah yang tidak disusutkan, aktiva tetap disusutkan berdasarkan
metode garis lurus, dengan tarif penyusutan sesuai dengan taksiran masa manfaat
ekonomis sejak tanggal aktiva tersebut siap digunakan, sebagai berikut :
Jenis aktiva tetap sarana gerak Masa manfaat Tarif penyusutan
Kereta penumpang 40 tahun 2,50% per tahun
Gerbong 40 tahun 2,50% per tahun
Kereta Rel Listrik 25 tahun 4,00% per tahun
Kereta Rel Diesel 25 tahun 4,00% per tahun
Lokomotif Diesel 25 tahun 4,00% per tahun
Pengeluaran untuk perbaikan dan pemeliharaan aktiva tetap yang terjadi
selama berlangsungnya pemanfaatan aktiva tetap akan langsung dicatat sebagai
beban pada periode terjadinya pengeluaran tersebut, kecuali apabila pengeluaran
tersebut memenuhi salah satu kriteria, menambah masa manfaat ekonomis,
meningkatkan mutu pelayanan dan menambah kapasitas. Pengeluaran yang
memenuhi kriteria di atas akan dikapitalisasi ke harga perolehan aktiva tetap.
52
Berikut ini disajikan tabel perkembangan investasi aktiva tetap sarana
gerak sesuai dengan data yang diperoleh dari PT Kereta Api Daop 2 Bandung
periode 2003-2007 yang terbagi dalam 20 triwulanan.
53
Tabel 4.1 Aktiva Tetap Sarana Gerak
PT Kereta Api Daop 2 Bandung Periode 2003-2007
Tahun Triwulan Nilai Perolehan Akm. Penyusutan Nilai Buku Selisih Perubahan 2003 1 Rp230,941,713,853.00 Rp52,471,198,772.00 Rp177,470,515,081.00 Rp0.00 0.00%
2 Rp230,165,242,262.00 Rp56,609,731,548.00 Rp173,555,510,714.00 (Rp3,915,004,367.00) -2.21%
3 Rp223,498,967,683.00 Rp59,053,436,007.00 Rp164,445,531,676.00 (Rp9,109,979,038.00) -5.25%
4 Rp252,606,279,206.00 Rp60,436,853,974.00 Rp192,169,425,232.00 Rp27,723,893,556.00 16.86%
2004 1 Rp265,839,150,223.00 Rp66,577,579,306.00 Rp199,261,570,917.00 Rp7,092,145,685.00 3.69%
2 Rp265,589,100,220.00 Rp70,477,589,215.00 Rp195,111,511,005.00 (Rp4,150,059,912.00) -2.08%
3 Rp263,560,677,915.00 Rp74,034,043,749.00 Rp189,526,634,166.00 (Rp5,834,926,842.00) -2.99%
4 Rp280,870,086,345.00 Rp70,112,724,947.00 Rp210,757,361,398.00 Rp21,230,727,232.00 11.20%
2005 1 Rp294,589,723,545.00 Rp76,185,608,971.00 Rp218,404,114,574.00 Rp7,646,753,176.00 3.63%
2 Rp287,115,099,447.00 Rp81,484,854,562.00 Rp205,630,244,885.00 (Rp12,773,869,689.00) -5.85%
3 Rp281,591,527,129.00 Rp86,522,072,424.00 Rp195,069,454,705.00 (Rp10,560,790,180.00) -5.14%
4 Rp279,688,295,212.00 Rp91,230,611,039.00 Rp188,457,684,173.00 (Rp6,611,770,532.00) -3.39%
2006 1 Rp278,343,127,893.00 Rp95,112,788,501.00 Rp183,230,339,392.00 (Rp5,227,344,781.00) -2.77%
2 Rp276,343,027,890.00 Rp101,022,147,968.00 Rp175,320,879,922.00 (Rp7,909,459,470.00) -4.32%
3 Rp274,574,272,130.00 Rp106,396,459,942.00 Rp168,177,812,188.00 (Rp7,143,067,734.00) -4.07%
4 Rp303,126,910,410.00 Rp110,420,291,110.00 Rp192,706,619,300.00 Rp24,528,807,112.00 14.59%
2007 1 Rp287,724,903,645.00 Rp109,923,759,529.00 Rp177,801,144,116.00 (Rp14,905,475,184.00) -7.73%
2 Rp288,563,943,066.00 Rp112,747,142,528.00 Rp175,816,800,538.00 (Rp1,984,343,578.00) -1.12%
3 Rp317,113,593,440.00 Rp114,189,663,885.00 Rp202,823,929,555.00 Rp27,007,129,017.00 15.36%
4 Rp316,722,567,445.00 Rp117,112,583,839.00 Rp199,609,983,606.00 (Rp3,213,945,949.00) -1.58% Sumber : Neraca PT Kereta Api Daop 2 Bandung, data diolah
54
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat disebutkan bahwa jumlah aktiva tetap
sarana gerak yang dimiliki PT Kereta Api Daop 2 Bandung selama tahun 2003-
2007 untuk setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan, sehingga sampai
tahun 2007 total aktiva tetap sarana gerak yang dimiliki PT Kereta Api Daop 2
Bandung berjumlah Rp 199.609.983.606. Kenaikan jumlah aktiva tetap sarana
gerak terbesar terjadi pada triwulan ke 4 tahun 2003 yaitu sebesar Rp
27.723.893.556 atau naik sebesar 16,86% dari triwulan ke 3 tahun 2003. Kenaikan
jumlah aktiva tetap sarana gerak tersebut disebabkan karena bertambahnya aktiva
tetap lokomotif diesel, kereta rel diesel dan kereta penumpang yang berasal dari
pengalihan aktiva tetap dari kantor pusat, penambahan aktiva tetap yang
disetarakan serta penambahan aktiva tetap dari Daop 8. Sedangkan jumlah
penurunan aktiva tetap sarana gerak yang terbesar terjadi pada triwulan ke 1 tahun
2007 yaitu sebesar Rp 14.905.475.184 atau turun sebesar 7,73%. Pengurangan
aktiva tetap sarana gerak tersebut disebabkan karena adanya pengalihan ke
beberapa Daop diantaranya pengurangan aktiva tetap kereta ke Daop 3 dan
pengurangan aktiva tetap lokomotif ke Daop 8 Surabaya, ke Daop 3 Cirebon, serta
ke Daop 9 Jember.
Pada tahun 2003, jumlah aktiva tetap sarana gerak yang terjadi pada PT
Kereta Api Daop 2 Bandung mengalami kenaikan dan penurunan. Rata-rata
jumlah aktiva tetap sarana gerak pada tahun 2003 adalah sebesar Rp
48.042.356.308. Penurunan jumlah aktiva tetap sarana gerak terbesar terjadi pada
triwulan ke 3 yaitu sebesar Rp 9.109.979.038 atau turun 5,25% dari triwulan ke 2
yang disebabkan karena adanya pengurangan aktiva tetap kereta ke Daop 8
Surabaya dan ke Daop 6 Yogyakarta. Adapun pada triwulan ke 4 nilai buku aktiva
55
tetap sarana gerak menunjukan adanya kenaikan sebesar Rp 27.723.893.556 atau
naik 16,86% dari triwulan ke 3 sehingga nilai bukunya menjadi Rp
192.169.425.232.
Sama halnya dengan tahun 2003, pada tahun 2004 investasi aktiva tetap
sarana gerak untuk setiap triwulannya mengalami kenaikan dan penurunan. Rata-
rata investasi aktiva tetap sarana gerak pada tahun 2004 adalah sebesar Rp
52.689.340.350. Pada triwulan ke 1 menunjukan adanya kenaikan sebesar Rp
7.092.145.685 atau naik 3,69% dari triwulan ke 4 tahun 2003 yang disebabkan
karena adanya penmabahan aktiva tetap lokomotif dari Daop 1 Jakarta. Pada
triwulan ke 2 turun sebesar Rp 4.150.059.912 atau turun 2,08% dari triwulan ke 1
yang disebabkan karena adanya pengurangan lokomotif ke Daop 8 Surabaya. Pada
triwulan ke 3 menunjukan penurunan sebesar Rp 5.834.926.842 atau turun 2,99%
dari triwulan ke 2. Hal ini dikarenakan adanya pengurangan aktiva tetap lokomotif
ke Daop 1 Jakarta. Pada triwulan ke 4 menunjukan adanya kenaikan aktiva tetap
sarana gerak sebesar Rp 21.230.727.232 atau naik 11,20% dari triwulan ke 3
yang disebabkan adanya penambahan nilai aktiva tetap lokomotif dari Midlle
Over Hour. Sehingga total aktiva tetap sarana gerak pada akhir tahun 2004
menunjukan angka Rp 210.757.361.398 naik sebesar Rp 18.587.936.166 dari
total aktiva tetap sarana gerak pada akhir tahun 2003.
Pada tahun 2005, jumlah aktiva tetap sarana gerak untuk setiap
triwulannya menunjukan penurunan. Sehingga rata-rata jumlah sarana gerak pada
tahun 2005 adalah sebesar Rp 47.114.421.043 turun Rp 5.574.919.306 dari rata-
rata investasi sarana gerak pada tahun 2004. Penurunan sebesar Rp
12.773.869.689 terjadi pada triwulan ke 2 yang disebabkan karena adanya
56
pengurangan aktiva tetap kereta karena modifikasi mesin dan pengurangan aktiva
tetap kereta ke Daop 1 Jakarta. Sehingga nilai buku aktiva tetap sarana gerak pada
triwulan ke 2 menunjukan angka sebesar Rp 205.630.244.885. Begitu juga pada
triwulan ke 3, yang menunjukan adanya penurunan nilai buku aktiva tetap sarana
gerak sebesar Rp 10.560.790.180 atau turun 5,14% dari triwulan ke 2 yang
disebabkan karena adanya pengurangan aktiva tetap kereta ke Daop 6 Yogyakarta.
Pada triwulan ke 4 nilai buku aktiva tetap sarana gerak menunjukan penurunan
sebesar Rp 6.611.770.532 atau turun 3,39% yang disebebkan karena adanya
pengurangan aktiva tetap lokomotif ke Daop 8 Surabaya. Sehingga saldo aktiva
tetap sarana gerak pada akhir tahun 2005 menunjukan angka sebesar Rp
188.457.684.173 turun Rp 22.299.677.225 dari saldo akhir tahun 2004.
Pada tahun 2006, jumlah aktiva tetap sarana gerak untuk setiap
triwulannya mengalami penurunan kecuali untuk triwulan ke 4. Rata-rata jumlah
aktiva tetap sarana gerak pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 48.176.654.825 naik
Rp 1.062.233.782 dari rata-rata investasi aktiva tetap sarana gerak pada tahun
2005. Pada triwulan ke 1 sampai triwulan ke 3 nilai buku investasi aktiva tetap
sarana gerak menunjukan penurunan yang berturut turut. Penurunan terbesar
terjadi pada triwulan ke 2 yang turun Rp 7.909.359.467 dari triwulan ke 1. Hal ini
disebabkan karena adanya pengurangan aktiva tetap lokomotif ke Daop 8
Surabaya. Adapun kenaikan investasi aktiva tetap sarana gerak terjadi pada
triwulan ke 4 yaitu sebesar Rp 24.528.807.112 atau naik 14,59% dari triwulan ke
3 yang disebabkan karena adanya penambahan aktiva tetap kereta dari adanya
modifikasi dan penambahan aktiva tetap kereta dari Daop 1 Jakarta, sehingga
dengan adanya penambahan aktiva tetap tersebut, nilai buku aktiva tetap sarana
57
gerak pada triwulan ke 4 tahun 2006 menjadi Rp 192.706.619.300 naik Rp
4.248.935.200 dari nilai buku aktiva tetap pada triwulan ke 4 tahun 2005.
Pada tahun 2007, investasi aktiva tetap sarana gerak untuk setiap
triwulannya mengalami kenaikan dan penurunan. Rata-rata investasi aktiva tetap
sarana gerak pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 50.152.495.902 naik Rp
1.975.841.077 dari rata-rata investasi aktiva tetap sarana gerak tahun 2006. Pada
triwulan ke 1 menunjukan penurunan investasi sarana gerak dalam jumlah besar
yang mencapai Rp 14.905.475.184. hal ini disebabkan karena adanya
pengurangan aktiva tetap kereta ke Daop 3 Cirebon dan pengurangan aktiva tetap
lokomotif ke Daop 8 Surabaya serta Daop 9 Jember. Begitu juga pada triwulan ke
2 menunjukan adanya penurunan investasi aktiva tetap sebesar Rp 1.984.343.578
atau turun 1,12% dari triwulan ke 1 yang disebabkan adanya pengurangan aktiva
tetap kereta ke Daop 3 dan pengurangan aktiva tetap lokomotif ke Daop 8
Surabaya. Adapun pada triwulan ke 3 menunjukan adanya kenaikan investasi
aktiva tetap sarana gerak yang besar yaitu mencapai Rp 27.007.129.017 yang
disebabkan karena adanya penambahan aktiva tetap lokomotif dari kantor pusat.
Kenaikan jumlah aktiva tetap tersebut menyebabkan saldo aktiva tetap pada
triwulan ke 3 menjadi besar hingga mencapai Rp 202.823.929.555. Pada triwulan
ke 4 menunjukan pengurangan aktiva tetap sebesar Rp 3.213.945.949 yang
disebabkan karena adanya pengurangan aktiva tetap kereta ke Daop 8 Surabaya.
Sehingga saldo aktiva tetap sarana gerak pada akhir tahun 2007 menunjukan
angka sebesar Rp 199.609.983.606.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah aktiva
tetap sarana gerak PT Kereta Api Daop 2 Bandung selama tahun 2003-2007 setiap
58
tahunnya cenderung mengalami kenaikan, meskipun untuk setiap triwulannya
jumlah aktiva tetap sarana gerak yang dimiliki PT Kereta Api Daop 2 Bandung
mengalami naik turun.
Untuk lebih memberikan gambaran lebih lanjut, berikut disajikan
perubahan jumlah aktiva tetap sarana gerak PT Kereta Api Daop 2 Bandung
tahun 2003-2007 dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.3 Grafik Perubahan Aktiva Tetap Sarana Gerak
PT Kereta Api Daop 2 Bandung Periode 2003-2007
59
4.4.2 Pendapatan Operasi
Pendapatan merupakan hasil penjualan dari barang dan jasa yang diukur
berdasarkan jumlah yang dibebankan kepda pelanggan atau pembeli atas barang
dan jasa yang diserahkan kepada mereka. Sedangkan pendapatan operasi yaitu
arus kas masuk bruto yang berasal dari kegiatan atau aktivitas utama perusahaan
sesuai dengan usahanya yang berlangsung secara berulang-ulang. Pendapatan
operasi pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung menyangkut pendapatan yang
berasal dari penjualan jasa angkutan penumpang, penjualan jasa angkutan barang
dan PSO atau subsidi pemerintah.
Pendapatan jasa angkutan penumpang diakui pada saat diterimanya kas,
baik dari hasil penjualan tiket pada hari keberangkatan maupun melalui reservasi,
sedangkan pendapatan dari jasa angkutan barang diakui pada saat barang mulai
diangkut dari stasiun pemberangkatan.
Pendapatan penunjang operasi angkutan penumpang merupakan
pendapatan yang diperoleh Perseroan selain dari hasil penjualan tiket, namun
masih berhubungan langsung dengan aktivitas pengangkutan penumpang, yaitu
pendapatan jasa bagasi, suplisi (pengenaan denda atas kekurangan bea tiket
penumpang) serta penjualan makanan dan minuman melalui restoran kereta api.
Pendapatan penunjang operasi angkutan barang merupakan pendapatan
yang diperoleh Perseroan selain dari jasa angkutan barang menggunakan gerbong,
namun masih berhubungan dengan aktivitas pengangkutan barang, yaitu
pendapatan jasa pengangkutan lanjutan (ke stasiun ke gudang barang), jasa
terminal peti kemas dan jasa pengawalan.
60
Public Servive Obligation (PSO) merupakan subsidi Pemerintah kepada
penumpang angkutan kereta api kelas ekonomi yang dibayar melalui Perseroan
untuk membiayai kegiatan umum angkutan kereta kelas ekonomi yang tarifnya
ditentukan oleh Pemerintah. PSO diakui dan dicatat sebagai pendapatan Perseroan,
menambah pendapatan jasa angkutan kereta api penumpang, sebesar nilai yang
diperjanjikan.
Dengan demikian pendapatan operasi pada PT Kereta Api Daop 2
Bandung menyangkut pendapatan dari jasa angkutan penumpang, jasa angkutan
barang, pendapatan penunjang operasi angkutan penumpang, pendapatan
penunjang operasi angkutan barang dan Public Service Obligation (PSO).
Perkembangan pendapatan operasi pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung
dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini:
61
Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Operasi
PT Kereta Api Daop 2 Bandung Periode 2003-2007
Tahun Triwulan Pendapatan Jasa Pendapatan Jasa Total
Selisih Perkembangan Angkutan Penumpang Angkutan Barang Pendapatan
2003 1 Rp33,896,354,210.00 Rp2,477,525,770.00 Rp36,373,879,980.00 Rp0.00 0.00%
2 Rp37,144,500,107.00 Rp2,658,631,780.00 Rp39,803,131,887.00 Rp3,429,251,907.00 9.43%
3 Rp39,670,805,825.00 Rp1,773,728,050.00 Rp41,444,533,875.00 Rp1,641,401,988.00 4.12%
4 Rp42,063,713,600.00 Rp636,755,109.00 Rp42,700,468,709.00 Rp1,255,934,834.00 3.03%
2004 1 Rp38,501,181,488.00 Rp1,017,667,750.00 Rp39,518,849,238.00 (Rp3,181,619,471.00) -7.45%
2 Rp39,539,856,500.00 Rp1,499,505,515.00 Rp41,039,362,015.00 Rp1,520,512,777.00 3.85%
3 Rp44,229,544,863.00 Rp1,531,103,737.00 Rp45,760,648,600.00 Rp4,721,286,585.00 11.50%
4 Rp45,919,910,105.00 Rp1,346,228,280.00 Rp47,266,138,385.00 Rp1,505,489,785.00 3.29%
2005 1 Rp40,122,265,160.00 Rp746,247,099.00 Rp40,868,512,259.00 (Rp6,397,626,126.00) -13.54%
2 Rp34,757,396,760.00 Rp1,480,257,412.00 Rp36,237,654,172.00 (Rp4,630,858,087.00) -11.33%
3 Rp39,821,275,742.00 Rp1,252,912,270.00 Rp41,074,188,012.00 Rp4,836,533,840.00 13.35%
4 Rp33,639,758,603.00 Rp2,254,539,100.00 Rp35,894,297,703.00 (Rp5,179,890,309.00) -12.61%
2006 1 Rp32,709,130,525.00 Rp1,195,223,745.00 Rp33,904,354,270.00 (Rp1,989,943,433.00) -5.54%
2 Rp30,991,998,750.00 Rp1,377,762,763.00 Rp32,369,761,513.00 (Rp1,534,592,757.00) -4.53%
3 Rp37,264,200,875.00 Rp1,284,486,265.00 Rp38,548,687,140.00 Rp6,178,925,627.00 19.09%
4 Rp33,003,051,075.00 Rp1,130,214,862.00 Rp34,133,265,937.00 (Rp4,415,421,203.00) -11.45%
2007 1 Rp25,543,148,025.00 Rp1,309,667,378.00 Rp26,852,815,403.00 (Rp7,280,450,534.00) -21.33%
2 Rp25,598,671,350.00 Rp1,478,003,150.00 Rp27,076,674,500.00 Rp223,859,097.00 0.83%
3 Rp32,522,555,475.00 Rp1,535,565,356.00 Rp34,058,120,831.00 Rp6,981,446,331.00 25.78%
4 Rp32,017,515,350.00 Rp1,102,141,235.00 Rp33,119,656,585.00 (Rp938,464,246.00) -2.76%
62
Dari data tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa perkembangan pendapatan
operasi pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung dalam lima tahun yaitu mulai tahun
2003 sampai dengan 2007 yang terbagi dalam 20 triwulanan menunjukan
kenaikan dan penurunan. Kenaikan pendapatan yang paling besar terjadi pada
triwulan ke 3 tahun 2007 yang mencapai Rp 6.981.446.330 atau naik sebesar
25,78% dari triwulan ke 2. Sedangkan penurunan pendapatan paling besar terjadi
pada triwulan ke 1 tahun 2007 yaitu sebesar Rp 7.280.450.530 atau turun 21,32%
dari triwulan ke 4 tahun 2006. Adapun jumlah pendapatan yang paling besar yang
diterima PT Kereta Api Daop 2 Bandung selama 2003-2007 adalah sebesar Rp
47.266.138.385 yang terjadi pada triwulan ke 4 tahun 2004. Sedangkan jumlah
pendapatan yang paling kecil yang diterima PT Kereta Api Daop 2 Bandung
adalah sebesar Rp 26.852.815.403 yang terjadi pada triwulan ke 1 tahun 2007.
Sehingga rata-rata pendapatan operasi pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung
selama tahun 2003-2007 adalah sebesar Rp 37.402.250.050,7.
Pada tahun 2003, pendapatan operasi PT Kereta Api Daop 2 Bandung
untuk setiap triwulannya menunjukan peningkatan. Rata-rata pendapatan operasi
pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 40.080.503.612,75. Kenaikan terbesar terjadi
pada triwulan ke 2 yaitu sebesar Rp 3.429.251.907 atau naik 9,43% dari triwulan
ke 1. Kenaikan pendapatan ini diperoleh dari pendapatan operasi jasa angkutan
penumpang yang naik sebesar Rp 3.248.145.897 dari pendapatan operasi jasa
angkutan penumpang pada triwulan ke 1. Sedangkan pada triwulan ke 4 kenaikan
yang terjadi hanya Rp 1.255.934.834 atau naik 3,03% dari triwulan ke 3. Hal ini
dikarenakan walaupun pendapatan jasa angkutan penumpang naik sebesar Rp
2.392.907.775 namun diikuti dengan penurunan pendapatan jasa angkutan barang
63
yang mencapai Rp 1.136.972.941 sehingga peningkatan total pendapatan operasi
pada triwulan ke 4 jumlahnya lebih kecil.
Pada awal tahun 2004 terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp
3.181.619.471 dari akhir tahun 2003. Adapun di sepanjang tahun 2004 pendapatan
operasi yang diperoleh PT Kereta Api Daop 2 Bandung untuk setiap triwulannya
menunjukan peningkatan. Kenaikan terbesar terjadi pada triwulan ke 3 yaitu
sebesar Rp 4. 721.286.585 atau naik 11,50% dari triwulan ke 2. Kenaikan
pendapatan operasi tersebut sebagian besar diperoleh dari pendapatan operasi jasa
angkutan penumpang yang mengalami peningkatan sebesar Rp 4.689.688.363 dari
triwulan sebelumnya. Sedangkan rata-rata pendapatan yang diterima untuk tahun
2004 adalah sebesar Rp 43.396.249,55 naik sebesar Rp 3.315.745.946,75 dari
rata-rata pendapatan tahun 2003.
Pada tahun 2005, pendapatan operasi yang diterima PT Kereta Api Daop 2
Bandung untuk setiap triwulannya menunjukan penurunan, kecuali pada triwulan
ke 3 yang memperlihatkan kenaikan sebesar Rp 4.836.533.840 atau naik 13,35%
dari triwulan ke 2. Hal ini terlihat walaupun dari pendapatan jasa angkutan barang
mengalami penurunan sebesar Rp 227.345.142 namun kenaikan pendapatan
tersebut diterima dari pendapatan jasa angkutan penumpang yang naik sebesar Rp
5.063.878.982 dari pendapatan pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan ke 1
pendapatan operasi menunjukan penurunan dengan jumlah besar dari triwulan ke
4 tahun 2004 yaitu turun sebesar Rp 6.397.626.126 atau turun 13,54%. Penurunan
yang besar ini disebabkan karena baik pada pendapatan jasa angkutan penumpang
maupun pada pendapatan jasa angkutan barang keduanya menunjukan penurunan
sebesar Rp 5.797.644.945 untuk pendapatan jasa penumpang dan Rp 599.981.181
64
untuk pendapatan jasa angkutan barang. Penurunan pendapatan dengan jumlah
besar juga terjadi pada triwulan ke 4 yaitu Rp 5. 179.890.310 atau turun 12,61%
dari triwulan ke 3. Berbeda dengan triwulan ke 1, pada triwulan ke 4 walaupun
pendapatan jasa angkutan barang mengalami kenaikan mencapai Rp
1.001.626.830 namun tidak diikuti dengan pendapatan jasa angkutan penumpang
yang justru menunjukan penurunan lebih besar yang mencapai Rp 6.181.517.139.
Sehingga rata-rata pendapatan yang diterima untuk tahun 2005 yaitu sebesar Rp
38.518.663,03 turun Rp 4.877.586,525 dari rata-rata pendapatan tahun 2004.
Sama seperti tahun 2005, pada tahun 2006 pendapatan operasi yang
diterima PT Kereta Api Daop 2 Bandung untuk setiap triwulannya menunjukan
penurunan kecuali pada triwulan ke 3 yang menunjukan kenaikan sebesar Rp
6.178.925.627 atau naik 19,09% dari triwulan ke 2. Hal ini terlihat walaupun
pendapatan jasa angkutan barang turun namun kenaikan pada pendapatan jasa
angkutan penumpang menunjukan kenaikan dengan jumlah besar yang mencapai
Rp 6.272.202.125. Sedangkan penurunan pendapatan terbesar terjadi pada
triwulan ke 4 yaitu sebesar Rp 4.415.421.210 atau turun 11,45% dari triwulan ke
3 yang disebabkan karena baik pendapatan jasa angkutan penumpang maupun
pendapatan jasa angkutan barang sama-sama mengalami penurunan. Sehingga
rata-rata pendapatan yang diterima untuk tahun 2006 adalah sebesar Rp
34.739.017,2 turun Rp 3.779.645,83 dari rata-rata pendapatan tahun 2005.
Pendapatan operasi yang diterima PT Kereta Api Daop 2 Bandung pada
tahun 2007 menunjukan adanya 2 kali kenaikan pendapatan yang terjadi berturut-
turut pada triwulan ke 2 dan ke 3. Kenaikan pendapatan terbesar terjadi pada
triwulan ke 3 yaitu sebesar Rp 6.981.446.331 atau naik 25,78% dari triwulan ke 2.
65
Hal ini disebabkan karena baik pada pendapatan jasa angkutan penumpang
maupun pada pendapatan jasa angkutan barang keduanya menunjukan kenaikan.
Sedangkan pada triwulan 1 menunjukan terjadinya penurunan pendapatan dengan
jumlah besar yaitu Rp 7.280.450.534 atau turun 21,33% dari triwulan ke 4 tahun
2006. Walaupun selama periode 2003-2007 kenaikan terbesar terjadi pada
triwulan ke 3 tahun 2007 namun rata-rata pendapatan yang diterima untuk tahun
2007 hanya sebesar Rp 30.276.816,83 turun Rp 4.462.200,375 dari rata-rata
pendapatan tahun 2006.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
pendapatan operasi PT Kereta Api Daop 2 Bandung selama 2003-2007 untuk
setiap tahunnya menunjukan penurunan kecuali pada tahun 2004. Hal tersebut
terjadi karena seiring dibukanya jalur tol Cipularang, maka jumlah alat
transportasi lainnya semakin banyak sehingga penumpang lebih memilih untuk
menggunakan alat tarnsportasi selain kereta api. Walaupun PT Kereta Api Daop 2
Bandung telah mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan tarif kereta api
penumpang eksekutif dan bisnis dengan tujuan agar penumpang tertarik untuk
menggunakan jasa kereta api namun kenaikan jumlah penumpang sebagai akibat
kebijakan tersebut tidak signifikan dengan penurunan tarif kereta tersebut
sehingga jumlah pendapatan yang diterima pun menjadi kecil.
Untuk melihat perkembangan pendapatan operasi sebagaimana telah
dijelaskan di atas, berikut disajikan grafik perkembangan pendapatan operasi pada
PT Kereta Api Daop 2 Bandung selama tahun 2003-2007.
66
0
5000000000
10000000000
15000000000
20000000000
25000000000
30000000000
35000000000
40000000000
45000000000
50000000000
triwulan 1 triwulan 2 triwulan 3 triwulan 4
2003
2004
2005
2006
2007
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Pendapatan Operasi
PT Kereta Api Daop 2 Bandung Periode 2003-2007
4.5 Pengujian Hipotesis
1. Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh besaran investasi aktiva tetap
sarana gerak terhadap pendapatan operasi pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung
maka dilakukan analisis dengan menggunakan teknik statistik regresi linier
sederhana. Adapun data-data variabel yang digunakan sebagai dasar perhitungan
koefisien regresi linier sederhana tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:
67
Tabel 4.3 Data Perhitungan Uji Statistik
Regresi Linier Sederhana
Tahun X Y 2003 Triwulan 1 2 3 4
Rp 177.470.515.081 Rp 173.555.510.714 Rp 164.445.531.676 Rp 192.169.425.232
Rp 36.373.879.980 Rp 39.803.131.887 Rp 41.444.533.875 Rp 42.708.468.709
2004 Triwulan 1 2 3 4
Rp 199.261.570.917 Rp 195.361.561.008 Rp 189.526.634.166 Rp 210.757.361.398
Rp 39.518.849.238 Rp 41.039.562.015 Rp 45.760.648.600 Rp 47.266.138.385
2005 Triwulan 1 2 3 4
Rp 218.404.114.574 Rp 205.630.244.885 Rp 195.069.454.705 Rp 188.457.684.173
Rp 40.868.512.259 Rp 36.237.654.172 Rp 41.074.188.012 Rp 35.894.297.703
2006 Triwulan 1 2 3 4
Rp 183.230.339.392 Rp 175.320.879.922 Rp 168.177.812.188 Rp 192.706.619.300
Rp 33.904.354.270 Rp 32.369.761.513 Rp 38.548.687.140 Rp 34.133.265.937
2007 Triwulan 1 2 3 4
Rp 177.801.144.116 Rp 175.816.800.538 Rp 202.823.929.555 Rp 200.609.983.606
Rp 26.852.815.403 Rp 27.076.674.500 Rp 34.058.120.831 Rp 33.119.656.585
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam pengolahan
data untuk mencari persamaan regresi linier sederhana, penulis menggunakan
bantuan program aplikasi SPSS 12.0 for Windows. Adapun hasil yang diperoleh
dari pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut:
68
1. Correlations
Tabel 4.4 Correlations
Y X Pearson Correlation
Y 1.000 .313 X .313 1.000
Sig. (1-tailed) Y . .090 X .090 .
N Y 20 20 X 20 20
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diperoleh angka korelasi sebesar 0,313.
Angka ini menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara jumlah aktiva tetap
sarana gerak dengan pendapatan operasi pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung
adalah rendah. Hal tersebut berdasarkan pada tabel interpretasi koefisien korelasi
di bawah ini.
Tabel 4.5 Interpretasi koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Korelasi sangat Rendah
0,20 – 0,399 Korelasi Rendah 0,40 – 0,599 Korelasi Sedang 0,60 – 0,799 Korelasi Kuat 0,80 - 1,00 Korelasi Sangat Kuat
(Sugiyono, 2007 : 183) Koefisien korelasi bernilai positif menunjukan adanya arah
korelasi/hubungan yang searah antara jumlah aktiva tetap sarana gerak dengan
pendapatan operasi. Dengan kata lain, jika jumlah aktiva tetap sarana gerak naik
maka pendapatan operasi akan naik demikian sebaliknya jika jumlah aktiva tetap
sarana gerak turun maka pendapatan operasi akan turun.
69
2. Model Summary
Tabel 4.6
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .313(a) .098 .048 14287783164.95253
a Predictors: (Constant), X b Dependent Variable: Y
Besarnya R Square yang diperoleh berdasarkan tabel di atas, adalah
sebesar 0,098 atau 9,8%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya
kontribusi/pengaruh jumlah aktiva tetap sarana gerak terhadap pendapatan operasi
adalah sebesar 9,8% sedangkan sisanya sebesar 90,2% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain seperti jumlah penumpang dan tarif kereta.
3. Koefisien Regresi
Tabel 4.7
Coefficients(a)
a Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
95% Confidence Interval for B
B Std. Error Beta Lower Bound
Upper Bound
1 (Constant) 15405161
471.386 15793422
993.623 .975 .342 -
17775588986.766
48585911929.
538 X .116 .083 .313 1.397 .179 -.059 .291
Y = 15405161471.386 + 0.116X
70
Dari persamaan regresi tersebut diantaranya dapat diartikan sebagai
berikut:
a. Konstanta sebesar 15405161471.386 menyatakan bahwa jika tidak terjadi
perubahan jumlah aktiva tetap sarana gerak maka pendapatan operasi pada PT
Kereta Api Daop 2 Bandung adalah sebesar Rp 15.405.161.471,386.
b. Dari persamaan regresi tersebut, terlihat tanda "+" pada koefisien X. Tanda
positif tersebut menggambarkan hubungan positif antara variabel X dan Y.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah aktiva tetap sarana gerak
akan meningkatkan pendapatan operasi. Demikian sebaliknya, setiap
penurunan jumlah aktiva tetap sarana gerak akan diikuti oleh penurunan
pendapatan operasi pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung.
c. Koefisien regresi sebesar + 0,116X menunjukkan bahwa setiap kenaikan
jumlah aktiva tetap sarana gerak sebesar Rp 1 akan meningkatkan pendapatan
operasi sebesar Rp 0,116 atau setiap penurunan jumlah aktiva tetap sarana
gerak sebesar Rp 1 akan menurunkan pendapatan operasi sebesar Rp 0,116.
71
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0E
xpec
ted
Cu
m P
rob
Dependent Variable: Y
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual4. Charts
Gambar 4.5
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dari gambar grafik 4.3 di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar di
sekitar garis persamaan regresi, serta penyebarannya mengikuti dan mendekati
arah garis linier. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi
asumsi linieritas sehingga dalam hal ini model regresi layak dipakai untuk
mengetahui perubahan pendapatan operasi pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung
berdasarkan jumlah aktiva tetap sarana gerak.
72
4.6 Pembahasan
Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, bahwa salah satu tujuan
perusahaan melakukan kegiatan investasi pada aktiva tetap adalah sebagai sumber
pendapatan. Pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung investasi aktiva tetap sarana
gerak merupakan salah satu jenis investasi aktiva tetap yang proporsinya terbesar
dibandingkan dengan aktiva tetap lainnya.
Berdasarkan hasil analisis data terhadap jumlah aktiva tetap yang dimiliki
oleh PT Kereta Api Daop 2 Bandung, terlihat bahwa selama periode triwulan 1
tahun 2003 sampai dengan triwulan 4 tahun 2007 rata-rata jumlah aktiva tetap
sarana gerak setiap tahunnya mengalami kenaikan kecuali tahun 2005. Meskipun
terjadi penurunan yang besar pada tahun 2005 namun pada tahun 2006 rata-rata
jumlah aktiva tetap sarana gerak kembali naik. Penurunan rata-rata jumlah aktiva
tetap sarana gerak yang besar pada tahun 2005 disebabkan karena adanya
pengalihan aktiva tetap kereta dan lokomotif ke beberapa Daop lainnya dengan
jumlah yang besar. Rata-rata jumlah aktiva tetap sarana gerak terbesar terjadi pada
tahun 2004 yaitu sebesar Rp 52.689.340.350. Adapun untuk setiap triwulannya
nilai buku aktiva tetap sarana gerak mengalami kenaikan dan penurunan.
Kenaikan dan penurunan jumlah aktiva tetap sarana gerak ini disebabkan karena
adanya penambahan dan pengurangan aktiva tetap dalam bentuk pengalihan dari
dan ke beberapa Daop lainnya. Besarnya jumlah aktiva tetap sarana gerak yang
dimiliki PT Kereta Api Daop 2 Bandung diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan operasinya.
73
Sementara itu, berdasarkan hasil analisis terhadap pendapatan operasi
yang diterima PT Kereta Api Daop 2 Bandung, dapat diketahui bahwa pendapatan
operasi PT Kereta Api Daop 2 Bandung selama periode triwulan 1 tahun 2003
sampai dengan triwulan 4 tahun 2007 setiap tahunnya menunjukan penurunan
kecuali pada tahun 2004. Sedangkan untuk setiap triwulannya pendapatan operasi
mengalami kenaikan dan penurunan. Penurunan jumlah pendapatan operasi
terbesar yang terjadi pada PT Kereta Api selama tahun 2003 sampai tahun 2007
yaitu terjadi pada tahun 2005. Pada tahun yang sama pula, rata-rata jumlah aktiva
tetap sarana gerak jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan tahun-tahun
lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadinya penurunan
pendapatan operasi pada tahun 2005 salah satunya dipengaruhi oleh aktiva tetap
sarana gerak yang dimiliki.
Adapun untuk tiga tahun terakhir, pendapatan operasi selalu menunjukan
penurunan padahal jika dilihat dari jumlah aktiva tetap sarana gerak yang dimiliki
PT Kereta Api Daop 2 Bandung menunjukan adanya peningkatan. Hal ini
disebabkan karena setelah dibukanya jalur tol Cipularang pada tahun 2004,
masyarakat yang biasanya menggunakan jasa transportasi kereta api, kini lebih
banyak menggunakan jasa transportasi lain yang melewati jalur tol dengan alasan
kecepatan dan kenyamanan. Selain itu walaupun PT Kereta Api Daop 2 Bandumg
telah mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan tarif kereta dengan tujuan untuk
meningkatkan jumlah penumpang, namun ketika jumlah penumpang berangsur-
angsur menunjukan peningkatan, tidak demikian dengan pendapatan. Karena
walaupun jumlah penumpang meningkat namun tarif kereta justru turun. Sehingga
74
berakibat pada pendapatan operasi yang diterima PT Kereta Api Daop 2 Bandung
menjadi kecil.
Dari hasil perhitungan statistik menggunakan program SPSS 12.0 for
Windows, diketahui bahwa koefisien korelasi antara jumlah aktiva tetap sarana
gerak dengan pendapatan operasi adalah sebesar 0.313. Angka ini menunjukan
bahwa tingkat keeratan/hubungan antara jumlah aktiva tetap sarana gerak
(variabel X) dengan pendapatan operasi (variabel Y) memiliki hubungan yang
rendah.
Sedangkan berdasarkan nilai R Square yang dihitung untuk mengetahui
kontribusi/pengaruh jumlah aktiva tetap sarana gerak (varabel X) terhadap
pendapatan operasi (variabel Y) diperoleh nilai koefisien penentu sebesar 0,098
atau 9,8%. Angka ini menunjukan bahwa jumlah aktiva tetap sarana gerak
berpengaruh terhadap pendapatan operasi sebesar 9,8% sedangkan sisanya sebesar
90,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti perubahan tarif kereta eksekutif
dan bisnis serta jumlah penumpang kereta.
Adapun persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 15405161471.386+
0.116X. Dari persamaan tersebut, diketahui nilai konstanta sebesar Rp
15.405.161.471,386 yang menunjukan bahwa jika tidak terjadi peruahan jumlah
aktiva tetap sarana gerak maka pendapatan operasi pada PT Kereta Api Daop 2
Bandung adalah sebesar Rp 15.405.161.471,386. Sedangkan tanda "+" pada
persamaan regresi tersebut menunjukan adanya hubungan positif yang berarti
setiap terjadi kenaikan pada jumlah aktiva tetap sarana gerak akan diikuti
kenaikan pada pendapatan operasi. Begitu pula sebaliknya, jika terjadi penurunan
pada jumlah aktiva tetap sarana gerak akan menyebabkan penurunan pada
75
pendapatan operasi yang diterima PT Kereta Api Daop 2 Bandung. Koefisien
regresi sebesar 0,116 menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah aktiva tetap
sarana gerak sebesar Rp 1 akan diikuti oleh kenaikan pendapatan operasi sebesar
Rp 0,116.
Demikian halnya, jika melihat hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang
mengkaji tema yang hampir sama, sebagaimana diungkapkan MHD Ikhlas
Effendi (2005) dalam Pengaruh Besarnya Investasi Aktiva Tetap Pembangkitan
terhadap Return On Invesment (Studi kasus : PT Indonesia Power-Jakarta), hasil
penelitian menunjukan bahwa “Besarnya investasi aktiva tetap pembangkitan
berpengaruh positif terhadap Return On Invesment”. Demikian juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dimas Yogaswara (2004) dalam Pengaruh
Besarnya Investasi Aktiva Tetap terhadap Return On Invesment Perusahaan,
menunjukan bahwa “Besarnya investasi aktiva tetap berpengaruh positif terhadap
Return On Invesment Perusahaan”. Dengan demikian, dapat disebutkan pula
bahwa penelitian yang telah dilakukan penulis dapat diterima kebenarannya.