BAB IV ANALISA DAN PERBAIKAN 4.1 JOB DESCRIPTION 1 …

100
21 BAB IV ANALISA DAN PERBAIKAN 4.1 JOB DESCRIPTION 1 Analisa dan sumbang saran tentang sistem pengkodean barang / komponen 1. Mencari dan mengumpulkan data-data barang beserta kodenya. Sistem pengkodean yang ada saat ini: Rapat pada tanggal 13 November 1999 (lampiran 1) merupakan latar belakang dari sistem pengkodean yang saat ini Barang yang dikelompokkan dalam bahan mentah adalah barang yang belum mengalami proses apapun. Bentuknya masih merupakan bentuk dasar dan belum bisa digunakan untuk perakitan Barang yang dikelompokkan dalam profil adalah bahan mentah yang telah melalui proses potong, tekuk dan las serta siap digunakan untuk perakitan Barang yang dikelompokkan dalam komponen adalah bahan mentah yang telah melalui proses potong, tekuk, bor, dan bubut atau dengan kata lain melalui proses lebih lanjut. Barang yang dikelompokkan dalam komponen juga barang yang dibeli jadi dari luar dan siap digunakan, misalnya baut, mur sekrup, gear pump, hoist, dan lain-lain. Barang yang dikelompokkan dalam komponen siap digunakan untuk perakitan

Transcript of BAB IV ANALISA DAN PERBAIKAN 4.1 JOB DESCRIPTION 1 …

Perbaikan sistem pengendalian inventory di PT. Antika Jayakomponen
Sistem pengkodean yang ada saat ini:
• Rapat pada tanggal 13 November 1999 (lampiran 1) merupakan latar
belakang dari sistem pengkodean yang saat ini
• Barang yang dikelompokkan dalam bahan mentah adalah barang yang
belum mengalami proses apapun. Bentuknya masih merupakan bentuk
dasar dan belum bisa digunakan untuk perakitan
• Barang yang dikelompokkan dalam profil adalah bahan mentah yang
telah melalui proses potong, tekuk dan las serta siap digunakan untuk
perakitan
• Barang yang dikelompokkan dalam komponen adalah bahan mentah
yang telah melalui proses potong, tekuk, bor, dan bubut atau dengan
kata lain melalui proses lebih lanjut. Barang yang dikelompokkan
dalam komponen juga barang yang dibeli jadi dari luar dan siap
digunakan, misalnya baut, mur sekrup, gear pump, hoist, dan lain-lain.
Barang yang dikelompokkan dalam komponen siap digunakan untuk
• Barang yang dikelompokkan dalam peralatan antara lain: mata bor dan
lain-lain
telah diprogramkan
• Kode barang / kode divisi didapat dari nama barang / nama divisi
• Kode divisi dipilih berdasarkan jenis dari komponen itu. Misalnya
pompa (3PUM), baut + mur (3BM), kawel (3K), dan lain-lain.
• Kode divisi ada yang dipilih berdasarkan huruf besar dari komponen
itu. Misalnya huruf K (3KKOMP), huruf S (3SKOMP), huruf C
(3CKOMP), dan lain-lain. Tidak diberi nama tersendiri tetapi
dikelompokkan berdasarkan huruf depannya karena jenis dari nama
barang tersebut tidak memiliki banyak jenis. Hanya sekitar 1-2 jenis
saja.
2. Production Planning Control Administration (kode 2)
3. Maintenance Warehouse Supervisor (kode 5)
2. Karena banyaknya data barang dan kode maka diadakan pemilihan data
barang dan kode yang akan dianalisa. Pemilihan ini dilakukan secara
random baik kode 1,2,3 dan 4.
23
Kode 1: lampiran 3
Kode 2: lampiran 4
Kode 3: lampiran 5
Kode 4: lampiran 6
Dari data-data yang terdapat pada lampiran 3,4,5 dan 6 didapatkan
beberapa spesifikasi kesalahan secara keseluruhan yang terjadi dalam
pembuatan kode. Dilakukan pengamatan dan analisa satu persatu untuk
hasil data yang didapat pada lampiran 3,4,5 dan 6.
Spesifikasi kesalahan untuk memperjelas tabel:
1. Adanya kode huruf / angka yang tidak diketahui dari mana asalnya
2. Nama barang / divisi yang tercantum tidak dikodekan
3. Huruf tidak didapat dari huruf pertama setiap kata (misalnya 2 huruf
mati pertama dari kata atau keseluruhan kata)
4. Angka didapat dari profil, tebal dan keterangan lainnya tapi tidak
secara keseluruhan (karena kolomnya tidak mencukupi)
5. Salah pengetikan
6. Kode divisi dibuat berdasarkan huruf depan dari nama
Cara analisa: Pada lampiran 3 no.37, nama barang adalah PIPA AIR
SPINDO dengan ukuran 2"X6M dan kode barang adalah 1SPPA2.
24
mendapatkan proses apapun
• PP didapat dari kata PIPA
• A didapat dari kata AIR
• 2 didapat dari ukuran material
dapat dilihat bahwa kesalalahan yang terjadi berkenaan dengan spesifikasi
kesalahan no 2 dan 3. Kesalahan yang terjadi dicantumkan dalam tabel.
Pada lampiran 3 no 37 nama divisi adalah PIPA AIR dan kode divisi
adalah 1SPPA.
mendapatkan proses apapun
• PP didapat dari kata PIPA
• A didapat dari kata AIR
dapat dilihat bahwa kesalalahan yang terjadi berkenaan dengan spesifikasi
kesalahan no 3. Kesalahan yang terjadi dicantumkan dalam tabel.
Analisa dilakukan untuk setiap kode yang terdapat pada lampiran 3,4,5
dan 6 dengan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan. Hasil analisa
spesifikasi kesalahan terdapat pada lampiran 7,8,9 dan 10.
Penjelasan lebih detail lagi tentang hasil analisa yang didapat dari
lampiran 3 sampai dengan lampiran 10 dapat dilihat dibawah ini.
25
1. kode 1 (lampiran 3 dan 7)
Pengelompokkan kode 1 ternyata tidak benar-benar raw material. Raw
material disini memiliki arti bahwa barang tersebut tidak mengalami
proses apapun. Sehingga hanya dibeli dan kemudian diletakkan di gudang.
Ternyata banyak barang-barang yang mengalami proses potong /
dipendekkan kemudian diberi kode 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
barang-barang yang termasuk dalam kode satu tidak murni raw material.
kode barang:
sebagai kode (31).
• No3
ü Huruf tidak didapat dari 1 huruf setiap kata (25). Melainkan 2
huruf mati dari nama barang tersebut.
• No4
ü Kode angka diperoleh dari profil tetapi tidak secara keseluruhan,
angka 0 diambil sebagai kode tetapi jika digit sudah tidak cukup
maka angka 0 tidak diambil sebagai kode (1).
ü Angka yang diambil hanya yang merupakan pembeda. Misalnya
panjang lonjoran sama tapi memiliki tebal yang berbeda-beda.
Maka yang diambil sebagai kode adalah tebalnya saja. Tetapi hal
ini tidak berlaku untuk semua kode. Ada juga barang yang
26
persamaan tersebut juga diambil sebagai kode (13 dan 14).
ü Profil yang tercantum semuanya berbeda tetapi hanya dipilih satu
profil untuk mewakili dan menjadi kode (58).
kode divisi:
sebagai kode (22).
• No3
ü Huruf tidak didapat dari 1 huruf setiap kata (25). Melainkan 2
huruf mati dari nama divisi tersebut.
2. kode 2 (lampiran 4 dan 8)
kode barang:
• No1
ü Adanya huruf / kode yang tidak diketahui dari mana asalnya (44).
• No2
sebagai kode (27).
• No3
ü Huruf tidak didapat dari 1 huruf setiap kata (33). Melainkan 2
huruf mati dari nama barang tersebut.
• No4
27
ü Kode 2 merupakan plat yang ditekuk, maka profilnya merupakan
banyak tekukan. Jika ada 10 tekukan, maka kolom digit kode akan
penuh. Oleh karena itu dalam penulisan kode dibedakan dalam satu
angka saja (20).
kode divisi:
sebagai kode (11).
ü Karena tidak banyak material untuk satu nama barang maka
dikelompokkan berdasarkan huruf depannya saja (5).
3. kode 3 (lampiran 5 dan 9)
kode barang:
• No1
ü Adanya huruf / kode yang tidak diketahui dari mana asalnya (2).
• No2
sebagai kode (2).
• No3
ü Huruf tidak didapat dari 1 huruf setiap kata (13). Melainkan 2
huruf mati atau keseluruhan dari nama barang tersebut.
28
• No4
ü Angka yang tertulis pada kode barang tidak ditulis secara
keseluruhan karena pemakaian saru angka saja sebagai kode sudah
bisa membedakan kode tersebut dengan kode yang lain (601).
kode divisi:
sebagai kode (63).
• No3
ü Huruf tidak didapat dari 1 huruf setiap kata (20). Melainkan 2
huruf mati atau keseluruhan dari nama divisi tersebut.
• No6
ü Karena tidak banyak material untuk satu nama barang maka
dikelompokkan berdasarkan huruf depannya saja (148).
4. kode 4 (lampiran 6 dan 10)
kode barang:
• no1
ü Adanya huruf / kode yang tidak diketahui dari mana asalnya (28).
• no2
sebagai kode (41).
• no3
29
ü Huruf tidak didapat dari 1 huruf setiap kata (44). Melainkan 2
huruf mati dari nama barang tersebut.
kode divisi:
• no3
ü Huruf tidak didapat dari 1 huruf setiap kata (44). Melainkan 2
huruf mati atau keseluruhan dari nama divisi tersebut.
4. Dari ditemukannya kelemahan, penulis akan memberi masukan-masukan
sehingga diharapkan dapat menanggulangi kelemahan-kelemahan dari
sistem pengkodean yang ada saat ini.
Keadaan yang saat ini:
membingungkan. Selain si pembuat kode, orang-orang lain yang
berhubungan merasa kebingungan dan mencoba-coba apakah kode
divisinya berdasarkan nama divisi atau huruf depannya saja.
• Kode tidak dibuat berdasarkan keseluruhan huruf depan setiap kata
yang tercantum dalam kode barang / kode divisi juga merupakan
kelemahan dalam pembuatan kode. Orang-orang yang berhubungan
tidak bisa memutuskan bagian mana yang hilang dan bagian mana
yang tercantum dalam kode sehingga harus bertanya pada pembuat
kode itu sendiri.
• Kode tidak dibuat berdasarkan keseluruhan angka yang ada baik dalam
profil maupun tebal. Hal ini juga merupakan kelemahan dalam
pembuatan kode. Orang-orang yang berhubungan tidak bisa
30
tercantum dalam kode sehingga harus bertanya pada pembuat kode itu
sendiri.
kesalahan yang fatal. Pembuatan kode bisa saja salah karena profil
barang salah. Tetapi dari analisa yang didapatkan, kesalahan
pengetikan jarang terjadi.
Analisa dan saran:
• Analisa: Pembedaan untuk kode, khususnya kode 1 dan 2 masih belum
ada kepastian. Sesuai hasil rapat pada lampiran 1 kode satu adalah
kode untuk kelompok bahan mentah. Tetapi pada kenyataannya,
barang yang sudah dipotong masih dimasukkan ke dalam kode 1.
Misalnya saja kode 1CMU10900 dengan nama barang CROSS
MEMBER dan profil UNP 100 panjangnya 900. Ternyata barang ini
bahan bakunya adalah kanal UNP dengan kode 1SKUNP100 yang
panjangnya 6000. Ternyata 1CMU10900 bukanlah bahan mentah
melainkan diperoleh dari pemotongan 1SKUNP100 yang panjangnya
6000 dan diberi nama CROSS MEMBER dengan kode 1.
Saran: Perlu adanya suatu standar dan alur kode. Dimana kode-kode
yang dipakai tidak lagi saling campur dan membingungkan.
• Analisa: Pemberian kode untuk masing-masing barang dilatar
belakangi oleh nama barang, tebal, panjang dan profil. Semuanya
31
masih acak dan juga tergantung pada kebijaksanaan pembuat kode itu
sendiri.
tergantung pada orang yang membuat kode saja.
• Analisa: Kode divisi dibuat untuk mengelompokkan komponen-
komponen sehingga memudahkan dalam pencarian. Pemberian kode
untuk masing-masing divisi dilatar belakangi oleh nama barang, tebal,
panjang dan profil. Ada juga yang dikelompokkan berdasarkan huruf
depannya. Hal ini dilakukan untuk barang-barang yang tidak memiliki
banyak jenis. Semuanya masih acak dan juga tergantung pada
kebijaksanaan pembuat kode itu sendiri.
Saran: Perlu adanya suatu standar pemberian kode divisi. Dengan
adanya standar tersebut maka pencarian kode tidak lagi tergantung
pada orang yang membuat kode saja.
• Analisa: Belum ada aturan-aturan yang ditetapkan dalam pembuatan
kode. Sehingga kode yang dibuat hanya berdasarkan pada
kebijaksanaan dan pertimbangan pembuat kode supaya kode tersebut
mudah diingat oleh si pembuat kode juga orang lain yang
bersangkutan. Dengan kata lain kodenya tersamar atau sistem coba-
coba jika ingin mencari kode untuk barang tertentu. Hal ini tentu saja
akan mempengaruhi produktivitas dari kinerja.
32
Saran: Oleh karena itu perlu dibuat suatu aturan tertulis mengenai cara
pembuatan kode secara keseluruhan. Jika memungkinkan, aturan
tersebut disebarkan keseluruh bagian yang berhubungan.
Standarisasi System Pembuatan Kode
• Memudahkan orang lain / bagian lain dalam pencarian kode.
• Meringankan pekerjaan Senior Inventory Control / pembuat kode 3 dan 4 dan
juga orang-orang yang berhubungan dengan pembuatan kode.
• Meringankan pekerjaan bagian-bagian lain yang bersangkutan dengan
pencarian kode.
di PT. Antika Raya.
• Meningkatkan produktifitas karyawan-karyawan yang berhubungan dengan
kode baik pencarian maupun pembuatan kode.
• Meningkatkan efisiensi perusahaan.
• 1A07: Dinding Garis Alluminium
• 1A08: Alas Tinggi Alluminium
• 1A10: Dinding Polos Alluminium
• 1A14: Ventilasi Alluminium Baru
• 1A16: Ventilasi Alluminium BS
• 1A17: Lantai Tinggi Alluminium
• 1A18: Rusuk Atap Alluminium
• 1A19: Lantai Pendek Alluminium
• 1A21: Daun Pintu Pendek
• 1A22: Lis Pancing Alluminium
• 1A23: Lis ‘H’ Alluminium
• 1A24: Lis Body Alluminium
• 1A25: Tiang belakang Alluminium
2. Standarisasi kode barang
Maka kode divisi adalah: 1A01
Maka kode barang adalah: 1A01-1005
STANDARISASI KODE STEEL (1)
1. Standarisasi kode divisi
Sama mis: tebal)
Maka kode divisi adalah: 1SPG34
Maka kode barang adalah: 1SPG348
Maka kode barang adalah: 1SPG34485
1PDU101245 PILLAR DEPAN 0.0 UNP 100 1245 1SPU100
1PDU101280 PILLAR DEPAN 0.0 UNP 100 1280 1SPU100
Maka kode divisi adalah: 1SPDU1
Maka kode barang adalah: 1SPDU11245
Maka kode barang adalah: 1SPDU1128
STANDARISASI KODE KAYU (1 DAN 2)
1. Standarisasi kode divisi
Kode divisi adalah: 1KB
Kode barang adalah: 1KB3124
Kode barang adalah: 1KB31255
Kode barang adalah: 1KB3153
Kode barang adalah: 1KB31555
2KB687000 KAYU BALOK 0.0 60 X 80 MM 7000 2KB
2KB687500 KAYU BALOK 0.0 60 X 80 MM 7500 2KB
2KB8014150 KAYU BALOK 0.0 80 X 100 5500 2KB
2KB8101470 KAYU BALOK 0.0 80 X 100 MM 1470 2KB
Kode divisi adalah: 2KB
Kode barang adalah: 2KB687
Kode barang adalah: 2KB6875
Kode barang adalah: 2KB8155
Kode barang adalah: 2KB81147
STANDARISASI KODE KOMPONEN STEEL(2)
1. Standarisasi kode divisi
mis:tebal)
36
Kode divisi adalah: 2SKD23
Kode barang adalah: 2SKD23.01
Kode barang adalah: 2SKD23.02
Kode barang adalah: 2SKD23.03
Kode barang adalah: 2SKD23.04
• Untuk Barang Umum
2. Penjelasan kode barang
3(Huruf Depan nama Barang)(Ukuran)
3BMPP5161½ BAUT MUR PAYUNG 0.05/16 X 1½ 03BM
3BMB½5 BAUT MUR BAJA 0.0ö ½ X 5" 03BM
3BS2001910 SANDARAN 0.0UK.200 MM 19103BS
3BS2002040 SANDARAN 0.0UK.200 MM 20403BS
3RPLT28 RING PLAT TEMBAGA 0.0ö 28MM 03RPL
3RPLT25 RING PLAT TEMBAGA 0.0ö 25 MM 03RPL
Kode Divisi adalah: 3B
Kode Divisi adalah: 3S
Kode Barang adalah:3S2191
Kode Barang adalah:3S2204
Kode Barang adalah:3RPT28
Kode Barang adalah:3RPT25
1. Penjelasan Kode Divisi
2. Penjelasan Kode Barang
(Huruf Depan Nama Barang)(Ukuran)
Contoh:
3PMKS81040 SPEI 0.0UK.8 X 10 403PMK
Barang-barang diatas digunakan untuk membuat mobil Pemadam Kebakaran.
Kode Divisi adalah: 3PMK
Kode Barang adalah: 3PMKRS8562
Kode Barang adalah: 3PMKRS456
Kode Barang adalah: 3PMKS814
3RCAR804 LOWER HINGE L-R 0.0STD. AR 8 03RCAR8
3RCAR805 CLAW ASSY L-R 0.0STD. AR 8 03RCAR8
3RCAR806 ROD LONG 0.0STD. AR 8 03RCAR8
Barang-barang diatas digunakan untuk membuat Reargate Control (AR8) Mobil
Besar.
Kode 4 sebagian besar adalah cat dengan macam-macam brand / warna
1. Standarisasi kode divisi
4(Huruf Depan Brand Cat)
2. Standarisasi kode barang
Contoh:
Kode Divisi adalah: 4CD
1. Standarisasi kode divisi
2. Standarisasi kode barang
4(Huruf Depan Nama Barang)(Brand)(Ukuran)
4KM KAIN MAJUN 0.0STANDARD 04KM
4KORANB KORAN BEKAS 0.0TANDARD 04KORAN
4PK1½ PAKU 0.0UK.1½ 04L
4LEMPSD LEM PLASTIK STEEL 0.0MERK DEVCON 04LEM
Kode Divisi adalah: 4K
Kode Divisi adalah: 4P
Kode Barang adalah: 4KLCO212
Kode Barang adalah: 4KM
Kode Barang adalah: 4KB
Kode Barang adalah: 4LPSD
40
v Untuk barang-barang baru yang jenisnya sama dengan barang yang pernah
dibuatkan kode sebelumnya sebaiknya diberi nama yang sama (biasanya
barang tersebut berbeda ukurannya saja). Jangan berlainan apalagi hingga
beda sama sekali.
v Untuk kode 1 dan 2 setelah angka pembeda jenis barang, harus diikuti oleh
jenis bahan berupa huruf. “A” untuk Alluminium, “K” untuk Kayu, “S”
untuk Steel.
v Untuk memudahkan dan mengelompokkan antara bahan baku dan bahan
hasil potongan sebaiknya ada pemisahan diantara keduanya. Untuk bahan-
bahan hasil potongan tetap saja gunakan kode 1. Untuk bahan baku
sebaiknya dikelompokkan ke dalam kode tersendiri. Misalnya saja kode 0.
Tujuan dari pemisahan kode ini adalah untuk memudahkan perhitungan
limit stock jika memang perhitungan limit stock setiap periode ingin
diperbaharui. Kode 0 ini meliputi semua bahan baku. Baik yang berupa
plat steel, alluminium, maupun kayu.
v Untuk kode alluminium, semua sudah tertata rapi dan teratur. Saran saya
adalah sebaiknya perlu adanya sebuah arsip / dokumen sehingga orang-
orang yang membutuhkan kode alluminium dapat langsung melihat arsip
tersebut sehingga tidak perlu bertanya atau mencari-cari pembuat kode /
orang yang hafal (kode 1A).
v Untuk semua bagian yang terlibat dalam pembuatan kode sebaiknya
mengikuti standar sistem kode yang berlaku karena kode yang ada saat ini
masih saling bercampur. Untuk alluminium, kodenya mengacu pada
41
didapat dari nama barang. Sebaiknya kode tersebut dibuat seragam dengan
yang lain. Atau jika kode telah diperbaiki dan diubah. Kode yang lama
sebaiknya dihapus dan jangan dibiarkan.
v Untuk pembuatan kode barang atau kode divisi, cukup ambil 1 huruf
depan dari setiap kata nama barang.
v Untuk penulisan angka pada kode barang maupun kode divisi, sebaiknya
usahakan agar kita mengabaikan sisa angka 0 yang ada di belakang
(kecuali kode 1A).
v Nama barang yang disingkat diambil sebagai kode barang.
v Untuk pengambilan nama barang sebagai kode barang / kode divisi kita
hanya mengambil satu huruf depan untuk setiap kata. Jika kode barang
yang didapat pada akhirnya sama kode barang / kode divisi yang
sebelumnya maka kita kembali pada huruf kedua pada angka pertama.
Contoh:
3BE6204 BEARING 0.06204
3GPPC125S GEAR PUMP 0.0PC 125 S
Kode divisi adalah: 3G
Kode barang adalah: 3GPDB34
Kode barang adalah: 3GPPC125S
3 Baut Mata
3 Baut Mati
3 Baut Malam
Kode barang: 3 BMB
v Kode 2 sudah teratur dan tersusun rapi. SIstem pengkodean yang ada
sekarang perlu dipertahankan.
v Menggunakan no urut pada barang kode 2 untuk membedakan adalah
pilihan yang tepat. Karena kode 2 memiliki banyak ukuran sehingga tidak
memungkinkan untuk menuliskannya manjadi kode semua.
v Untuk standar-standar yang berlaku diatas, jika kolom yang dimaksud
tidak ada maka langsung saja dilompati.
Contoh:
43
Kode divisi adalah: 1SBI6
Kode barang adalah: 1SBI61
Kode barang adalah: 1SBI611
1. Standarisasi kode divisi
Bahan)(Sesuatu Yang Sama mis:tebal)
2. Standarisasi kode barang
1. Standarisasi kode divisi:
4.2 JOB DESCRIPTION 2 DAN 5
v Analisa dan sumbang saran tentang limit stock raw material (profil
alluminium dan steel) serta spare part yang sering digunakan
v Planning kebutuhan bahan (raw material dan spare part) per bulan
44
raw material. Raw material disini memiliki arti bahwa barang tersebut
tidak mengalami proses apapun. Sehingga hanya dibeli dan kemudian
diletakkan di gudang. Ternyata banyak barang-barang yang mengalami
proses potong / dipendekkan kemudian diberi kode 1. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa barang-barang yang termasuk dalam kode satu tidak
murni raw material. Kelemahan ini berhubungan dengan job description 1.
Untuk menghitung limit stock dan planning kebutuhan bahan yang
berkenaan dengan raw material dan barang-barang komponen yang
didapatkan dari supplier kita tidak bisa menggunakan murni sebagai acuan
bahwa kode 1 bisa kita pakai semua. Sebagai informasi, setiap hari ada
laporan stock yang benar-benar merupakan raw material. Hal ini
dilakukan mengingat kita tidak bisa mengandalkan komputer untuk
mengetahui stock yang ada saat ini.
• Tidak ada perhitungan limit stock dan planning kebutuhan bahan
mengingat order tidak memiliki nilai yang konstan / flexibel. Dengan
adanya pengontrolan setiap hari dapat diketahui barang mana yang akan
habis. Berdasarkan pengalaman Senior Inventory Control, diprediksikan
kapan harus order lagi. Ada pula beberapa barang yang memiliki perkiraan
limit stock. Perkiraan limit stock ini didapatkan dari pengalaman Senior
Inventory Control. Tetapi pada kenyataannya masih terjadi kelolosan
material.
45
• Sering terjadi pada saat material akan dipakai, material tidak tersedia di
gudang sehingga produksi tidak berjalan dengan lancar. Hal ini akan
mempengaruhi planning kerja.
Untuk perusahaan yang berdasarkan job order seperti PT. Antika Raya,
peramalan permintaan tidak bisa dilakukan. PT. Antika Raya juga tidak
mengetahui untuk satu bulan depan akan memproduksi apa saja. Oleh sebab
itu planning kebutuhan bahan sangat sulit dilakukan. Tetapi bukan berarti kita
tidak akan melakukan apa - apa untuk memperkirakan kebutuhan kita selama
1 bulan sehingga kita tidak akan mengetahui berapa banyak kita harus order
material. PT. Antika Raya memiliki target produksi untuk Box sebanyak 160
unit dan Dump sebanyak 120. Sehingga kita bisa menggunakan data
pengeluaran material pada bulan dimana produksi untuk Box sebanyak 160
unit dan Dump sebanyak 120. Atas rekomendasi dari Kepala Bagian
Production Planning And Inventory Control (PPIC) maka data yang paling
mendekati dan paling baik untuk diambil sebagai data perhitungan limit stock
dan planning kebutuhan bahan adalah sebagai berikut:
• Material Box Alluminium: Bulan Juni 2002 sebanyak 171 unit
• Material Dump: Bulan Februari 2002 sebanyak 139 unit
Kita mendapatkan nilai perkiraan limit stock dan planning kebutuhan
bahan dari data pengeluaran barang pada bulan Februari 2002 dan Juni 2002.
Untuk menemukan limit stock, terlebih dahulu kita harus mencari jangka
waktu kedatangan barang pada saat dipesan / Order Pengadaan Barang (OPB)
dibuat hingga barang diterima di gudang (Lead Time). Juga pemakaian setiap
46
hari untuk setiap barang yang hendak dicari limit stocknya. Lead time untuk
Alluminium diperoleh atas informasi dari bagian pembelian dan Lead Time
selain Alluminium diperoleh dari data masa lalu.
PT. Antika Raya, dalam memperoleh komponen ternyata dapat dibedakan
dalam 2 bagian secara garis besar. Yaitu dari luar dan dari dalam. Yang
dimaksud dari luar yaitu bahwa komponen tersebut dibeli dari supplier luar.
Yang dimaksud dari dalam yaitu bahwa ternyata PT. Antika Raya mempunyai
anak perusahaan yang terletak didalam perusahaan PT. Antika Raya itu sendiri
yaitu PT. Arko. Penulis telah memilih material-material yang sering
digunakan yang dapat dilihat pada lampiran 12 yang meliputi material dari
supplier luar maupun dari PT. Arko. Pengiriman barang datang dari PT. Arko
sebagian besar tidak memiliki lead time yang konstan. Jika barang yang
dipesan PT. Antika Raya ada di gudang PT. Arko, maka dia akan langsung
mengirimkannya atau mengirimkan besok harinya. Jika barang yang dipesan
PT. Antika Raya tidak terdapat didalam gudang penyimpanan maka PT. Arko
akan membuatkan terlebih dahulu. Demikian pula jika PT. Antika Raya
meminta barang datang secepatnya, maka PT. Arko akan membuatkannya
secepat mungkin. Pengiriman barang-barang yang diperoleh dari PT. Arko
tidak pernah dianggap mengganggu jalannya produksi. Yang menjadi
hambatan dan mengganggu kelancaran proses produksi adalah pengiriman
barang yang diperolah dari supplier luar. Oleh karena itu, untuk barang-barang
yang diperoleh dari supplier luar, dirasa perlu untuk mencari limit stock dan
planning stock. Sedangkan untuk barang-barang yang diperoleh dari PT. Arko,
47
kita bisa menentukan limit stock kita sendiri. Dalam arti, kita mengharapkan
PT. Arko mengirimkan barang berapa hari sebelum material kita habis? Untuk
persiapan PT. Arko sendiri, kita bisa memberikan planning kebutuhan kita
untuk bulan depan dan perkiraan kapan barang tersebut dikirimkan. Sehingga
PT. Arko mempunyai persiapan untuk memproduksi material tersebut.
Sehingga pada saat kita ingin barang dikirim, hari itu juga atau besoknya
barang yang kita pesan dari PT. Arko sampai di gudang PT.Antika Raya.
Masukkan planning kebutuhan untuk PT. Arko ini tentu saja untuk barang-
barang yang sering dipakai sehingga kita optimis bahwa planning kita akan
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Berdasarkan supplier dari luar kita dapat membedakan lagi menjadi 3
yaitu: dalam kota Surabaya sendiri, Jakarta, dan luar negeri. Atas rekomendasi
dari kepala bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC) lead
time yang didapat dari masa lalu diberi kelonggaran masing-masing: untuk
dalam kota Surabaya sendiri selama 3 hari, Jakarta selama 1 minggu.
Limit stock dan planning kebutuhan bahan yang dihasilkan, diperoleh dari
data pengeluaran material yang bersangkutan selama 1 bulan yang didapat dari
komputer. Jika ada kesalahan dalam input komputer, maka hal itu juga akan
mempengaruhi perhitungan limit stock dan planning kebutuhan bahan.
Perhitungan limit stock juga membutuhkan data lead time yang diperoleh juga
dari komputer. Jika ada kesalahan input maka hal ini juga akan mempengaruhi
hasil perhitungan limit stock.
Analisa dan saran:
v Analisa: Perhitungan limit stock masih belum ada. Sehingga untuk barang-
barang yang sering dipakai terutama bahan baku kita tidak bisa
menentukan dengan pasti berapa jumlah barang minim kita harus order
lagi. Kapan kita pesan, selama ini berdasarkan perkiraan. Selama produksi
tidak seberapa padat dan masih sesuai dengan perkiraan, kita tidak pernah
mengalami kekurangan stock. Tetapi jika order secara mendadak menjadi
ramai maka kita akan kekurangan stock. Hal ini menjadi fatal untuk
barang-barang yang dipesan dari luar Surabaya / Jakarta.
Saran: Perlunya perhitungan limit stock khususnya untuk material yang
sering dipakai khususnya bahan baku. Dalam kasus ini, penulis telah
melakukan perhitungan limit stock untuk bahan baku box alluminium dan
dump truck. Diharapkan hasil perhitungan limit stock ini dapat membantu
bagian-bagian yang bersangkutan sehingga kekurangan material ataupun
kelebihan material dapat dihindarkan. Dengan hasil limit stock yang
didapatkan, bagian gudang dapat menginformasikan material-material
mana saja yang sudah mencapai limit stock. Sehingga bagian pembelian
dapat melakukan order kembali. Perhitungan limit stock ini tidak bisa
dipakai acuan untuk selama-lamanya. Karena limit stock dipengaruhi oleh
perkembangan model , munculnya pesaing baru dan keadaan ekonomi.
Oleh karena itu perlu diadakan pergantian limit stock atau perhitungan
ulang setiap periode tertentu. Khususnya pada saat keadaan perusahaan
berubah. Pergantian limit stock atau perhitungan ulang limit stock ini bisa
49
dilakukan selama 6 bulan sekali, 1 tahun sekali ataupun jika keadaan
perusahaan berubah saja sehingga limit stock yang terdahulu sudah tidak
cocok lagi.
alluminium akan datang selama 1 bulan dalam realisasinya tidak demikian.
Normalnya memang selama 1 bulan tetapi sering terjadi alluminium yang
diorder tidak datang – datang melebihi waktu satu bulan yang disepakati.
Waktu realisasi yang terjadi adalah 2 bulan, 3 bulan, bahkan ada yang
sampai 7 bulan. Jika sudah demikian, perusahaan akan melakukan order
lagi kepada supplier lain yang bisa memberikan jangka waktu yang
secepat mungkin karena perusahaan mengalami kekosongan stock dan
kemungkinan supplier tersebut memberi harga yang lebih mahal. Hal ini
memberi dampak negatif pada perusahaan. Kekosongan barang dapat
terjadi dan kelebihan barang dapat terjadi karena ada kemungkinan
supplier yang lama akan mengirimkan barang tersebut juga 1-2 minggu
setelah kita membeli barang dari supplier lain yang harganya lebih mahal.
Beberapa dampak negatif dari situasi di atas:
• Kekosongan barang dapat terjadi.
• Schedule produksi terganggu.
• Adanya peningkatan biaya dan pengeluaran yang besar lebih dari yang
dibutuhkan.
kerja juga efisiensi perusahaan.
terutama untuk order yang memiliki lead time yang panjang. Pengontrolan
sebaiknya dilakukan oleh 2 pihak yang bersangkutan yaitu bagian
pembelian dan bagian inventory.
• Berikan laporan secara tertulis kepada bagian pembelian untuk order
alluminium yang sudah melebihi waktu lead time yaitu lebih dari satu
bulan. Sebaiknya laporan ini ditetapkan untuk periode tertentu. (setiap
minggu, setiap 2 minggu atau setiap bulan)
• Lebih baik lagi jika dapat dibuat dan diberikan kepada bagian
pembelian sebuah laporan tertulis secara terpisah dari point satu untuk
order alluminium yang seharusnya sudah mendekati waktu pengiriman
order atau sekitar tiga minggu sejak order diberikan. Order
alluminium yang mana sajakah yang sudah 3 minggu yang lalu di
order? Apakah sudah selesai diproduksi dan sedang tahap pengiriman?
Pengontrolan yang dilakukan bagian pembelian:
• Atas laporan dari bagian inventory, bagian pembelian mengadakan
pengontrolan dengan supplier dan mencari informasi yang diperlukan
mengenai order yang sudah diberikan 3 minggu yang lalu atau 4
minggu yang lalu. Diharapkan dengan pengontrolan terhadap supplier,
51
mungkin. Dan jika terjadi hal-hal diluar dugaan yang mengakibatkan
order tidak dapat datang pada waktunya, dapat diambil tindakan -
tindakan darurat (misalnya: membeli dari supplier lain) sehingga
gudang tidak sampai mengalami kekosongan stock.
v Analisa: Planning kebutuhan bahan per bulan tidak pernah dilakukan.
Sehingga tidak pernah diketahui untuk bulan depan untuk setiap material
kita harus order berapa?
Saran: PT. Antika Raya tidak bisa meramalkan produksi untuk bulan
depan karena PT. Antika Raya adalah perusahaan job order. Setiap hari
dari kantor pusat datang order setiap hari. Dengan latar belakang ini, kita
tidak bisa melakukan planning kebutuhan bahan per bulan. Perhitungan
limit stock adalah cara yang paling efisien agar kita bisa mengontrol
material-material kita. Jika memang ingin dilakukan pengontrolan dari sisi
lain selain dari sisi limit stock cara yang penulis usulkan adalah dari order
harian yang diterima, dilakukan penjumlahan semua material yang
dipakai. Kemudian kita control digudang maupun di computer dengan
total material dari order tanggal x, apakah material masih mencukupi
untuk memenuhi order tanggal x tersebut?
PERHITUNGAN LIMIT STOCK DAN PLANNING
LT adalah Lead Time yang merupakan waktu pembuatan Purchase Order
(PO) sampai dengan barang datang di gudang
52
LS adalah Limit Stock yang merupakan minimum stock sehingga harus
memesan kembali / order point
Planning (P) = Rata x 25
LT: Lead Time
SS: Safety Stock
Tabel 4.1 Perhitungan limit stock dan planning alluminium
NO KODE NAMA BARANG RATA LT LT+SS LS P
1 1A02-1070 TIANG ALLUMINIUM 1.56 20 25 39 39
2 1A02-1450 TIANG ALLUMINIUM 5.56 20 25 139 139
3 1A02-1580 TIANG ALLUMINIUM 3.89 20 25 97 97
4 1A02-1610 TIANG ALLUMINIUM 0.56 20 25 14 14
5 1A02-1750 TIANG ALLUMINIUM 0.33 20 25 8 8
6 1A02-1790 TIANG ALLUMINIUM 1.78 20 25 44 44
7 1A02-6000 TIANG ALLUMINIUM 0.78 20 25 19 19
8 1A03-2540 LIS ATAP ALLUMINIUM 4.11 20 25 103 103
9 1A03-3300 LIS ATAP ALLUMINIUM 3.56 20 25 89 89
10 1A03-3500 LIS ATAP ALLUMINIUM 1.39 20 25 35 35
11 1A03-4150 LIS ATAP ALLUMINIUM 1.22 20 25 31 31
12 1A03-4300 LIS ATAP ALLUMINIUM 1.94 20 25 49 49
13 1A03-6000 LIS ATAP ALLUMINIUM 2.78 20 25 69 69
14 1A04-6060 FRAME PINTU ALLUMINIUM 12.39 20 25 310 310
15 1A05-1500 ALAS DINDING ALLUMINIUM 1.22 20 25 31 31
16 1A05-1560 ALAS PENDEK ALLUMINIUM 0.83 20 25 21 21
17 1A05-1610 ALAS PENDEK ALLUMINIUM 0.56 20 25 14 14
18 1A05-1710 ALAS PENDEK ALLUMINIUM 1.83 20 25 46 46
19 1A05-1910 ALAS PENDEK ALLUMINIUM 2.50 20 25 63 63
20 1A05-2100 ALAS PENDEK ALLUMINIUM 1.17 20 25 29 29
21 1A05-2210 ALAS PENDEK ALLUMINIUM 1.67 20 25 42 42
22 1A05-6000 ALAS PENDEK ALLUMINIUM 3.50 20 25 88 88
23 1A07-4260 DINDING GARIS ALLUMINIUM 1.56 20 25 39 39
24 1A07-6000 DINDING GARIS ALLUMINIUM 14.94 20 25 374 374
Tabel 4.1 Perhitungan limit stock dan planning alluminium (sambungan)
53
25 1A08-4100 ALAS TINGGI ALLUMINIUM 0.56 20 25 14 14
26 1A08-4260 ALAS TINGGI ALLUMINIUM 1.33 20 25 33 33
27 1A08-6000 ALAS TINGGI ALLUMINIUM 1.72 20 25 43 43
28 1A08-7000 ALAS TINGGI ALLUMINIUM 0.11 20 25 3 3
29 1A09-2540 DAUN PINTU POLOS ALLUMINIUM 2.94 20 25 74 74
30 1A09-2980 DAUN PINTU POLOS ALLUMINIUM 2.11 20 25 53 53
31 1A09-4230 DAUN PINTU POLOS ALLUMINIUM 2.00 20 25 50 50
32 1A09-4470 DAUN PINTU POLOS ALLUMINIUM 3.17 20 25 79 79
33 1A09-4840 DAUN PINTU POLOS ALLUMINIUM 4.17 20 25 104 104
34 1A09-6000 DAUN PINTU POLOS ALLUMINIUM 1.56 20 25 39 39
35 1A10-1560 DINDING POLOS ALLUMINIUM 0.94 20 25 24 24
36 1A10-1710 DINDING POLOS ALLUMINIUM 5.11 20 25 128 128
37 1A10-1910 DINDING POLOS ALLUMINIUM 14.44 20 25 361 361
38 1A10-2010 DINDING POLOS ALLUMINIUM 10.39 20 25 260 260
39 1A10-2100 DINDING POLOS ALLUMINIUM 5.56 20 25 139 139
40 1A10-2200 DINDING POLOS ALLUMINIUM 0.44 20 25 11 11
41 1A10-2520 DINDING POLOS ALLUMINIUM 51.72 20 25 1,293 1,293
42 1A10-2950 DINDING POLOS ALLUMINIUM 22.56 20 25 564 564
43 1A10-4100 DINDING POLOS ALLUMINIUM 6.50 20 25 163 163
44 1A10-4260 DINDING POLOS ALLUMINIUM 8.39 20 25 210 210
45 1A10-6410 DINDING POLOS ALLUMINIUM 5.33 20 25 133 133
46 1A11-5400 RELL ALUMINIUM 1.11 20 25 28 28
47 1A11-6000 RELL ALUMINIUM 1.17 20 25 29 29
48 1A12-1710 KELILING ATAP ALLUMINIUM 2.61 20 25 65 65
49 1A12-2000 KELILING ATAP ALLUMINIUM 2.00 20 25 50 50
50 1A12-2630 KELILING ATAP ALLUMINIUM 4.56 20 25 114 114
51 1A12-3060 KELILING ATAP ALLUMINIUM 2.39 20 25 60 60
52 1A12-3270 KELILING ATAP ALLUMINIUM 0.28 20 25 7 7
53 1A12-3670 KELILING ATAP ALLUMINIUM 0.67 20 25 17 17
54 1A12-4350 KELILING ATAP ALLUMINIUM 1.28 20 25 32 32
55 1A12-6150 KELILING ATAP ALLUMINIUM 2.22 20 25 56 56
56 1A15-1710 KELILING ATAP + TOPI ALLUMINIUM 2.44 20 25 61 61
57 1A15-1810 KELILING ATAP + TOPI ALLUMINIUM 10.33 20 25 258 258
58 1A15-2010 KELILING ATAP + TOPI ALLUMINIUM 3.94 20 25 99 99
59 1A15-2110 KELILING ATAP + TOPI ALLUMINIUM 0.06 20 25 1 1
60 1A15-3220 KELILING ATAP + TOPI ALLUMINIUM 0.56 20 25 14 14
61 1A17-1790 LANTAI TINGGI ALLUMINIUM 30.50 20 25 763 763
Tabel 4.1 Perhitungan limit stock dan planning alluminium (sambungan)
62 1A17-1980 LANTAI TINGGI ALLUMINIUM 3.28 20 25 82 82
54
63 1A17-2090 LANTAI TINGGI ALLUMINIUM 5.00 20 25 125 125
64 1A17-6000 LANTAI TINGGI ALLUMINIUM 5.22 20 25 131 131
65 1A18-1550 RUSUK ATAP ALLUMINIUM 1.72 20 25 43 43
66 1A18-1650 RUSUK ATAP ALLUMINIUM 4.83 20 25 121 121
67 1A18-1750 RUSUK ATAP ALLUMINIUM 2.50 20 25 63 63
68 1A18-1950 RUSUK ATAP ALLUMINIUM 2.89 20 25 72 72
69 1A18-2050 RUSUK ATAP ALLUMINIUM 0.17 20 25 4 4
70 1A18-6000 RUSUK ATAP ALLUMINIUM 0.44 20 25 11 11
71 1A19-1540 LANTAI PENDEK ALLUMINIUM 11.61 20 25 290 290
72 1A19-1630 LANTAI PENDEK ALLUMINIUM 6.67 20 25 167 167
73 1A19-1680 LANTAI PENDEK ALLUMINIUM 13.72 20 25 343 343
74 1A19-6000 LANTAI PENDEK ALLUMINIUM 13.72 20 25 343 343
75 1A25-1070 TIANG BELAKANG ALLUMINIUM 0.67 20 25 17 17
76 1A25-1450 TIANG BELAKANG ALLUMINIUM 3.67 20 25 92 92
77 1A25-1510 TIANG BELAKANG ALLUMINIUM 1.11 20 25 28 28
78 1A25-1580 TIANG BELAKANG ALLUMINIUM 3.11 20 25 78 78
79 1A25-1680 TIANG BELAKANG ALLUMINIUM 1.56 20 25 39 39
80 1A25-1750 TIANG BELAKANG ALLUMINIUM 0.33 20 25 8 8
81 1A25-1850 TIANG BELAKANG ALLUMINIUM 1.11 20 25 28 28
82 1A25-6000 TIANG BELAKANG ALLUMINIUM 1.17 20 25 29 29
• Limit Stock dan Planning Steel dan kayu (data pada lampiran 12)
Tabel 4.2 Perhitungan limit stock dan planning steel dan kayu
NO KODE NAMA BARANG RATA LT LT+SS LS P
1 1PS616000 PLAT STRIP 0.61 2 5 3 15
2 1SBI16 BETON IJZER 0.13 2 5 1 3
3 1SKCNP125 KANAL CNP 125 0.39 2 5 2 10
4 1SKCNP150 KANAL CNP 150 3.04 2 5 15 76
5 1SKCNP60 KANAL CNP 60 0.61 2 5 3 15
6 1SKUNP100 KANAL UNP 100 5.39 2 5 27 135
7 1SKUNP120 KANAL UNP 120 11.04 2 5 55 276
8 1SKUNP150 KANAL UNP 150 1.78 2 5 9 45
9 1SKUNP200 KANAL UNP 200 0.87 2 5 4 22
10 1SKUNP50 KANAL UNP 50 2.96 2 5 15 74
Tabel 4.2 Perhitungan limit stock dan planning steel dan kayu (sambungan)
11 1SKUNP65 KANAL UNP 65 5.09 2 5 25 127
55
12 1SKUNP80 KANAL UNP 80 10.09 2 5 50 252
13 1SPLB2.3 PLAT BORDES 6.59 4 7 46 165
14 1SPLB2.8 PLAT BORDES 0.87 4 7 6 22
15 1SPLB3.8 PLAT BORDES 0.17 4 7 1 4
16 1SPLP1 PLAT POLOS ( PUTIH ) 0.74 3 6 4 18
17 1SPLP1.2 PLAT POLOS ( PUTIH ) 0.87 3 6 5 22
18 1SPLP1.4 PLAT POLOS 7.52 3 6 45 188
19 1SPLP1.6 PLAT POLOS 2.96 3 6 18 74
20 1SPLP1175P PLAT POLOS PUTIH 0.65 3 6 4 16
21 1SPLP1260P PLAT POLOS PUTIH 1.83 3 6 11 46
22 1SPLP2 PLAT POLOS 6.39 3 6 38 160
23 1SPLP2.3 PLAT POLOS BESI 7.48 3 6 45 187
24 1SPLP2.6 PLAT POLOS 15.87 3 6 95 397
25 1SPLP2.8 PLAT POLOS 6.83 3 6 41 171
26 1SPLP2138 PLAT POLOS 1.96 3 6 12 49
27 1SPLP2145 PLAT POLOS 3.22 3 6 19 80
28 1SPLP2155 PLAT POLOS 2.22 3 6 13 55
29 1SPLP2165 PLAT POLOS 3.61 3 6 22 90
30 1SPLP2177 PLAT POLOS 0.91 3 6 5 23
31 1SPLP3.2 PLAT POLOS 12.78 3 6 77 320
32 1SPLP3.8 PLAT POLOS 5.43 3 6 33 136
33 1SPLP4.2 PLAT POLOS 0.26 3 6 2 7
34 1SPLP4.5 PLAT POLOS 0.43 3 6 3 11
35 1SPLP42248 PLAT POLOS 0.78 3 6 5 20
36 1SPLP5.8 PLAT POLOS 0.43 3 6 3 11
37 1SPLS634 PLAT STRIP 5.83 3 6 35 146
38 1SPLS82 PLAT STRIP 2.48 3 6 15 62
39 1SPLS91 PLAT STRIP 1.04 3 6 6 26
40 1SPPA½ PIPA AIR (SPINDO) 0.13 3 6 1 3
41 1SPPA1 PIPA AIR (SPINDO) 2.17 3 6 13 54
42 1SPPA2½ PIPA AIR (SPINDO) 0.09 3 6 1 2
43 1SPPA3 PIPA AIR (SPINDO) 0.17 3 6 1 4
44 1SPPA34 PIPA AIR (SPINDO) 0.43 3 6 3 11
45 1SPPG½ PIPA GAS MEDIUM 0.43 3 6 3 11
46 1SPPG1 PIPA GAS MEDIUM 4.00 3 6 24 100
47 1SPPG1¼ PIPA GAS MEDIUM 0.52 3 6 3 13
Tabel 4.2 Perhitungan limit stock dan planning steel dan kayu (sambungan)
48 1SPPG2½ PIPA GAS MEDIUM 0.35 3 6 2 9
49 1SPPG34 PIPA GAS MEDIUM 17.30 3 6 104 433
56
50 1SPPG4 PIPA GAS MEDIUM 0.35 3 6 2 9
51 1SPPH12 PIPA HYDRAULIC 0.57 3 6 3 14
52 1SPPH14 PIPA HYDRAULIC 0.22 3 6 1 5
53 1SPPH16 PIPA HYDRAULIC 0.09 3 6 1 2
54 1SPPW401½ PIPA WELDED SCH.40 0.35 3 6 2 9
55 1SPPW402½ PIPA WELDED SCH.40 0.17 3 6 1 4
56 1SPPW4034 PIPA WELDED SCH.40 0.09 3 6 1 2
57 1SSK30303 BESI SIKU 0.39 3 6 2 10
58 1SSK40404 BESI SIKU 1.00 3 6 6 25
59 1SSK50505 BESI SIKU 1.83 3 6 11 46
• Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4
57
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4
NO KODE NAMA T PROFIL PJ JUMLAH SAT RATA LT LT+SS LS P
13AS3490 ASSENTAL 0.0ö 3/4" 90 34.00BH 1.88889 9 12 23 47
23AS3860 BESI ASENTAL SABUK TANGKI 0.0ö 3/8" 60 42.00BH 2.33333 9 12 28 58
33AS5870 BESI ASENTAL 0.0ö 5/8" 70 82.00BH 4.55556 9 12 55 114
43ASTT½50 AS ENGSEL TEMPAT TERPAL 0.0ö ½" 50 40.00BH 1.73913 9 12 21 43
53B1030 BAUT ( KUNING ) 0.0ö 10 MM ( P.1.25 ) 30 94.00PC 5.22222 4 7 37 131
63B1230K BAUT (TANPA MUR) 0.0ö 12 MM P.1.75 30 172.00BH 9.55556 4 7 67 239
73B615 BAUT 0.0ö 6,0 MM 15 42.00BH 2.33333 4 7 16 58
83BB10120 BAUT BAJA ( TANPA MUR ) 0.0ö 10 MM X P.1.50 120 90.00BH 5 7 10 50 125
93BB1050 BAUT BAJA 0.0ö 10 MM ( P.1.50 ) 50 112.00BH 6.22222 3 6 37 156
103BE6201 BEARING 0.06201 0 1000.00BH 43.4783 1 4 174 1087
113BM1030 BAUT ( TANPA MUR ) 0.0ö 10 MM X P.1.25 30 53.00BH 2.30435 3 6 14 58
123BM1035 BAUT MUR 0.0ö 10 X 35 X 1.25 0 36.00BH 2 3 6 12 50
133BM1050 BAUT MUR 0.0ö 10 X 50 X 1.25 0 50.00BH 2.77778 3 6 17 69
143BM1230 BAUT MUR 0.0ö 12 MM 30 626.00BH 34.7778 3 6 209 869
153BM1230K BAUT MUR P.175 DRAAD KASAR 0.0ö 12 X 30 MM 0 50.00BH 2.77778 3 6 17 69
163BM1235 BAUT MUR 0.0ö 12 MM 35 64.00BH 3.55556 3 6 21 89
173BM1240 BAUT MUR P.125 0.0ö 12 MM 40 294.00BH 16.3333 3 6 98 408
183BM1240175 BAUT MUR 0.0ö 12 MM P.175 40 500.00BH 21.7391 3 6 130 543
193BM1250 BAUT MUR P.125 0.0ö 12 MM 50 70.00BH 3.88889 3 6 23 97
203BM381 BAUT MUR UNC 0.0ö 3/8" : L= 1" 0 896.00BH. 49.7778 3 6 299 1244
213BM381½ BAUT MUR UNC 0.0ö 3/8" ; L= 1½" 0 356.00BH 19.7778 3 6 119 494
223BM382 BAUT MUR UNC 0.0ö 3/8" ; L= 2" 0 68.00BH 2.95652 3 6 18 74
233BM382½ BAUT MUR UNC 0.0ö 3/8" ; L= 2½" 0 32.00BH 1.3913 3 6 8 35
243BM383 BAUT MUR UNC 0.0ö 3/8" ; L= 3" 0 162.00BH 7.04348 3 6 42 176
253BM383½ BAUT MUR UNC 0.0ö 3/8" ; L= 3½" 0 414.00BH 23 3 6 138 575
263BM384 BAUT MUR UNC 0.0ö 3/8" ; L= 4" 0 130.00BH 7.22222 3 6 43 181
58
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
273BM385 BAUT MUR UNC 0.0ö 3/8” ; L= 5” 0 378.00BH 16.4348 3 6 99 411
283BM386 BAUT MUR UNC 0.0ö 3/8” ; L= 6” 0 130.00BH 7.22222 3 6 43 181
293BM5161 BAUT MUR UNC 0.0ö 5/16” ; L= 1” 0 8143.00BH 452.389 3 6 2714 11310
303BM5161½ BAUT MUR UNC 0.0ö 5/16” ; L= 1½” 0 463.00BH 25.7222 3 6 154 643
313BM5162 BAUT MUR UNC 0.0ö 5/16” ; L= 2” 0 60.00BH 3.33333 3 6 20 83
323BM5162½ BAUT MUR UNC 0.0ö 5/16” ; L= 2½” 0 44.00BH 1.91304 3 6 11 48
333BM51634 BAUT MUR 0.0ö 5/16” ; L= ¾” 0 71.00BH 3.94444 3 6 24 99
343BM535 BAUT MUR JP 0.0ö 5 MM 35 44.00BH 2.44444 3 6 15 61
353BM615 BAUT MUR 0.0ö 6 MM 15 1099.00BH 61.0556 3 6 366 1526
363BM7162 BAUT MUR UNC 0.0ö 7/16” ; L=2” 0 684.00BH 38 3 6 228 950
373BM815 BAUT MUR 0.0ö 8 MM 15 3053.00BH 169.611 3 6 1018 4240
383BM830 BAUT MUR 0.0ö 8 MM (V7) 30 310.00BH 17.2222 3 6 103 431
393BM830 BAUT MUR 0.0ö 8 MM (V7) 30 410.00BH 17.8261 3 6 107 446
403BM835V7 BAUT MUR V7 0.0ö 8 MM 35 128.00BH 7.11111 3 6 43 178
413BM840 BAUT MUR 0.0ö 8 MM 40 52.00BH 2.88889 3 6 17 72
423BM9162 BAUT MUR 0.0ö 9/16” ; L= 2” (UNF) 0 104.00BH 4.52174 3 6 27 113
433BMB½1 BAUT MUR BAJA 0.0ö ½” ; L = 1” 0 41.00BH 2.27778 3 6 14 57
443BMB½1½ BAUT MUR BAJA 0.0ö ½” ; L= 1½” (UNF) 0 33.00BH 1.83333 3 6 11 46
453BMB10120 BAUT MUR – BAJA 0.0ö 10 MM (P.1.50) 120 111.00BH 4.82609 3 6 29 121
463BMB1030 BAUT MUR BAJA 0.0ö 10 MM (P.1.50) 30 66.00BH 3.66667 3 6 22 92
473BMB581½ BAUT MUR BAJA 0.0ö 5/8” : L=1½ (UNF) 0 28.00BH 1.55556 3 6 9 39
483BMB582 BAUT MUR BAJA 0.0ö 5/8” ; L= 2” (UNF) 0 124.00BH 6.88889 3 6 41 172
493BMB582½H BAUT MUR BAJA 0.0ö 5/8” X 2½” (UNF) 0 70.00BH 3.88889 3 6 23 97
503BMB583 BAUT MUR BAJA 0.0ö 5/8” ; L= 3” (UNF) 0 102.00BH 4.43478 3 6 27 111
513BMB9161½ BAUT MUR BAJA 0.0ö 9/16” ; L=1½” (UNF) 0 198.00BH 11 3 6 66 275
523BMB916134 BAUT MUR BAJA 0.0ö 9/16” ; L= 1 ¾” 0 116.00BH 5.04348 3 6 30 126
533BMB9162 BAUT MUR BAJA 0.0ö 9/16” ; L= 2” (UNF) 0 256.00BH 14.2222 3 6 85 356
59
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
543BMB9162½ BAUT MUR BAJA 0.0ö 9/16” ; L=2½” (UNF) 0 48.00BH 2.08696 3 6 13 52
553BMJF620 BAUT MUR JF 0.0ö 6 MM 20 1348.00BH 74.8889 3 6 449 1872
563BMJF635 BAUT MUR JF 0.0ö 6 MM 35 400.00BH 22.2222 3 6 133 556
573BMJFB583 BAUT MUR JF BAJA 0.0ö 5/8 X 3” 0 44.00BH 1.91304 3 6 11 48
583BMJP520 BAUT MUR JP 0.0ö 5 MM 20 3823.00BH 212.389 3 6 1274 5310
593BMJP535 BAUT MUR JP 0.0ö 5 MM 35 242.00BH 13.4444 3 6 81 336
603BMP516134 BAUT MUR PAYUNG 0.0ö 5/16” ; L= 1 ¾” 0 140.00BH 7.77778 3 6 47 194
613BMP5162 BAUT MUR PAYUNG 0.0ö 5/16” ; L=2” 0 190.00BH. 10.5556 3 6 63 264
623BMP51634 BAUT MUR PAYUNG 0.0ö 5/16” X ¾” 0 534.00BH 29.6667 3 6 178 742
633BMPP5161 BAUT MUR PAYUNG (PUTIH) 0.0ö 5/16” ; L= 1” 0 15136.00BH 840.889 3 6 5045 21022
643BMPP51634 BAUT MUR PAYUNG (PUTIH) 0.0ö 5/16” X ¾” 0 8972.00BH 498.444 3 6 2991 12461
653BMT1044H BAUT MANIFULL 0.0ö 10 MM X 44 MM P.1.25XP.1.25 0 24.00BH 1.04348 3 6 6 26
663BMT1045H BAUT MUR (MANIFULL) 0.0ö 10 MM – U/.PTO TOYOTA RINO 45 178.00BH 9.88889 3 6 59 247
673BMT1045K BAUT MUR (MANIFULL) 0.0ö 10 MM – U/.PTO COLT DIESEL 45 279.00BH 15.5 3 6 93 388
683BMT1050K BAUT MUR TANAM 0.0ö 10 MM ( DRAT 1.25 X 1.50 ) 50 176.00BH 9.77778 3 6 59 244
693BMT1060K BAUT MUR – MANIFULL (FM) 0.0ö 10 MM ( P.1.50 X P1.25 ) 60 48.00BH 2.66667 3 6 16 67
703BRC1001 BRACKET DUDUKAN HOIST 10.0LEBAR= 100 MM 185 32.00LBR. 1.77778 5 8 14 44
713BRC850170 BRACKET KUPINGAN GRENDEL 8.0LEBAR= 50 MM 170 52.00BH 2.88889 5 8 23 72
723BRC865170 BRACKET KUPINGAN GRENDEL 8.0LEBAR= 65 MM 170 101.00BH 5.61111 5 8 45 140
733BRCCA BRACKET SPRING CASE ASSY 2.6LEBAR= 70 MM 70 56.00BH. 3.11111 5 8 25 78
743BRCEP803 BRC.ENGSEL PINTU BAK SAMPAH 8.0LEBAR = 80 MM 130 45.00BH 1.95652 5 8 16 49
753BRCEP804 BRC.ENGSEL PINTU BAK SAMPAH 8.0LEBAR = 120 MM 130 42.00BH 1.82609 5 8 15 46
763BRCGP1001 BRACKET GRENDEL PINTU DK 10.0LEBAR= 80 MM 90 46.00BH 2.55556 5 8 20 64
773BRCGP1002 BRACKET GRENDEL PINTU DK 10.0LEBAR= 20 MM 80 46.00BH 2.55556 5 8 20 64
783BRCGP1004 BRACKET GRENDEL PINTU DB 10.0LEBAR= 40/20 MM 95 31.00BH 1.72222 5 8 14 43
793BRCP6.01 BRACKET PILLAR DB 6.0155.170 MM 60 128.00BH 7.11111 5 8 57 178
803BRCP801 BRACKET PINTU LAAD BAK BESAR 8.0LEBAR= 65 MM 170 48.00BH 2.66667 5 8 21 67
60
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
813BTL1080 BANTOLAN TALI DK/DB 0.0ö 10 MM (30.50) 80 1029.00BH . 57.1667 12 15 858 1429
823BTL12120 BANTOLAN TALI LAAD BAK 0.0ö 12 MM 120 490.00BH 21.3043 12 15 320 533
833BUSHEH01 BUSHING ENGSEL HYWING (01) 0.0PIPA SEAMLES SCH-80 ö ½” 35 28.00BH 1.55556 15 18 28 39
843BUSHEPDB BUSHING ENGSEL PINTU DB 0.0OD= 38 MM ; ID= 20 MM 35 34.00BH 1.88889 15 18 34 47
853BUSHPBS01 BUSHING PENGUNCI BAK SAMPAH 0.0ID = 13 MM ; OD = 25 MM 40 52.00BH 2.26087 15 18 41 57
863BUSTT2114 BUSHING ENGSEL TEMPAT TERPAL 0.0OD= 21 MM ; ID= ½” 35 40.00BH 1.73913 15 18 31 43
873CHOSC140 CYLINDER HOIST SC 140 0.0STD. HYVA 0 84.00BH 3.65217 15 18 66 91
883CLR COLAR 0.0LC-2R-16G 0 138.00BH 7.66667 20 27 207 192
893DCLARH2 DUMP CONTROL LEVER 2 HANDEL 0.0STD. AR 4 & AR 8 0 56.00BH 3.11111 16 19 59 78
903DNG34 DOUBEL NIPLE (GAS) 0.0ö ¾” 0 57.00BH 3.16667 2 5 16 79
913DOP12V DOP 12 VOLT ENGKEL KECIL 0.0STD. 8 WATT 0 658.00BH 36.5556 2 5 183 914
923DOP12V72A DOP KECIL ( FLOSSER ) 0.012 V/4 WATT ( A 72A ) 0 36.00BH 2 2 5 10 50
933DOP24V DOP LAMPU 24 VOLT ENGKEL KECIL 0.0STD. 10 WATT 0 324.00BH 18 2 5 90 450
943DSAAR4E DRIVE SHAFT ASSY 0.0STD. AR 4 ( SMALL ) 0 59.00SET 3.27778 54 61 200 82
953ELDG34 ELBOW DRAAD (GAS) 0.0ö ¾” 0 65.00BH 3.61111 1 4 14 90
963ELSGP1 ELBOW SGP (KNEE LAS BOK) 0.0ö 1” 0 166.00BH 7.21739 1 4 29 180
973ELSGP34 ELBOW SGP (KNEE LAS BOK) 0.0ö ¾” 0 29.00BH 1.61111 1 4 6 40
983ENGB1 ENGSEL BUBUT 0.0ö 1” 0 479.00BH 20.8261 0 3 62 521
993ENGB1¼ ENGSEL BUBUT 0.0ö 1¼” 0 100.00BH 5.55556 0 3 17 139
1003ENGB34 ENGSEL BUBUT 0.0ö ¾” (BAHAN PIPA ö ½” SCH80) 130 58.00BH 3.22222 3 6 19 81
1013ENGP601 ENGSEL PINTU BELAKANG ATAS 6.0LEBAR= 75 MM 150 164.00BH 9.11111 10 13 118 228
1023ENGP602 ENGSEL PINTU BELAKANG DALAM 6.0LEBAR= 100 MM 120 82.00BH 4.55556 10 13 59 114
1033ENGP603 ENGSEL PINTU BELAKANG LUAR 6.0LEBAR= 120 MM 150 82.00BH 4.55556 10 13 59 114
1043ENGPADB ENGSEL PINTU BELAKANG ATAS DB. 8.0LEBAR= 95 MM 200 68.00BH 3.77778 10 13 49 94
1053ENGPB ENGSEL PINTU BOX 0.0STD. AR 0 1152.00BH 64 10 13 832 1600
1063ENGPBDB ENGSEL PINTU BELAKANG BAWAH DB 8.0LEBAR= 170 MM 320 68.00BH 3.77778 10 13 49 94
1073ENGPBV ENGSEL PINTU BOX VERTIKAL 0.0STANDARD AR 0 56.00BH 2.43478 10 13 32 61
61
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
1083FLOGPG55 FLANGE OVAL GEAR PUMP 0.0STD.GPG-55 ( KP-551 B ) 0 55.00BH 3.05556 9 12 37 76
1093GPGPG55 GEAR PUMP 0.0GPG 55 0 56.00BH 3.11111 38 45 140 78
1103GRLBSTDL GRENDEL LK / LB (KIRI) 0.0STD. AR 0 110.00BH 4.78261 8 11 53 120
1113GRLBSTDR GRENDEL LK / LB (KANAN) 0.0STD. AR 0 110.00BH 4.78261 8 11 53 120
1123GRLPDK GRENDEL PINTU DK 0.0BETON IJZER, ö 5/8” 300 46.00BH 2.55556 8 11 28 64
1133GRPSDK GRENDEL PINTU SAMPING DK 0.0BESI BETON ö 5/8” 350 101.00BH 5.61111 8 11 62 140
1143GRS GRENDEL SELOT 0.0STANDARD AR U/SAMPAH 0 28.00BH 1.55556 31 34 53 39
1153HC32 HOSE CLIP 0.0ö STD. KAWAT (32 MM) 0 122.00BH 6.77778 0 3 20 169
1163HC38 HOSE CLIP 0.0ö STD. KAWAT (38 MM) 0 52.00BH 2.88889 0 3 9 72
1173HCPSS65 HOSE CLIP STAINLEES STEEL 0.0ö 65 MM 0 158.00BH 8.77778 0 3 26 219
1183HDCS-T HANDEL PINTU 0.0STD. CONTAINER SAMPAH/TANGKI 200 43.00BH 2.38889 2 5 12 60
1193HDPB HANDEL PINTU BOX 0.0STANDARD 0 368.00BH 20.4444 22 25 511 511
1203HFL3434 HOSE FITTING “L” 0.0¾” X ¾” 0 55.00BH 3.05556 22 25 76 76
1213HFP1½ HOSE FITTING POLOS 0.0ö 1½” 0 55.00BH 3.05556 3 6 18 76
1223HOHVSC140 HOIST HYVA 0.0SC 140 0 75.00BH 3.26087 25 32 104 82
1233HOPDH140 HOIST PDH 140 0.0STANDARD 0 53.00SET 2.30435 25 32 74 58
1243JDK JENDELA BAK DUMP TRUK KECIL 0.0STD.AR, 330 X 430 (SUDAH JADI) 0 32.00BH 1.77778 14 17 30 44
1253K343¼16 KAWEL 0.0ö ¾” ; W=3¼” ; L=16” 0 40.00BH 1.73913 2 5 9 43
1263K343¼18 KAWEL 0.0ö ¾” ; W=3¼” ; L=18” 0 26.00BH 1.13043 2 5 6 28
1273K343¼20 KAWEL 0.0ö ¾” ; W= 3¼” ; L= 20” 0 40.00BH 1.73913 2 5 9 43
1283K34391616 KAWEL 0.0ö ¾” ; W= 3 9/16” ; L= 16” 0 52.00BH 2.26087 2 5 11 57
1293K34391620 KAWEL 0.0ö ¾” ; W= 3 9/16” ; L= 20” 0 106.00BH 4.6087 2 5 23 115
1303K34391622 KAWEL 0.0ö ¾” ; W=3 9/16” ; L=22” 0 70.00BH 3.88889 2 5 19 97
1313K58291612 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 2 9/16” ; L= 12” 0 42.00BH 2.33333 2 5 12 58
1323K58291614 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 2 9/16” ; L= 14” 0 106.00BH 5.88889 2 5 29 147
1333K58291615 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 2 9/16” ; L= 15” 0 74.00BH 4.11111 2 5 21 103
1343K58291616 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 2 9/16” ; L= 16” 0 47.00BH 2.61111 2 5 13 65
62
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
1353K58291617 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 2 9/16” ; L= 17” 0 96.00BH 5.33333 2 5 27 133
1363K58313210 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 3 1/32” ; L= 10” 0 46.00BH 2.55556 2 5 13 64
1373K58313212 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 3 1/32” ; L= 12” 0 80.00BH 4.44444 2 5 22 111
1383K58313213 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 3 1/32” ; L= 13” 0 58.00BH 2.52174 2 5 13 63
1393K58313214 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 3 1/32” ; L= 14” 0 261.00BH 14.5 2 5 73 363
1403K58313215 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 3 1/32” ; L= 15” 0 68.00BH 3.77778 2 5 19 94
1413K58313216 KAWEL 0.0ö 5/8” ; W= 3 1/32” ; L= 16” 0 334.00BH 18.5556 2 5 93 464
1423KBL1RRT KABEL LAMPU 0.0ö 1,0 MM RRT(DALAM SATUAN MTR) 0 4312.50MTR. 239.583 2 5 1198 5990
1433KBL35 KABEL MASSA 0.0ö 35 MM (DALAM SATUAN METER) 0 47.50MTR 2.63889 0 3 8 66
1443KBLNYAF25 KABEL NYAF SERABUT 0.0ö 25 MM (DLM.SATUAN METER) 0 49.50MTR 2.75 1 4 11 69
1453KBLS835 KABEL SCOON 0.0UK.8 – 35 0 71.00BH 3.94444 1 4 16 99
1463KBLT200 KABEL TIE 0.0STANDARD 200 310.00BH 17.2222 0 3 52 431
1473KKKHB KLATOK HANDEL BOX 0.0STD. AR 0 373.00BH 20.7222 4 7 145 518
1483KLBR¼1½ KLEM RUBBER (‘U’ BOLT) 0.0ö ¼” X 1½” 0 97.00BH 5.38889 0 3 16 135
1493KLMPB KLEM PIPA BOX 0.0STD. AR 0 1277.00BH 70.9444 10 13 922 1774
1503KLMPPSB6 KLEM PIPA SPACK BOR 6.050.35.R53DALAM.50.35 0 48.00BH 2.66667 8 11 29 67
1513KLMPTGAR KLEM PINTU TEMPAT GEMBOK BOX 0.0STD. AR 0 420.00BH 23.3333 8 11 257 583
1523KOPAABA01 KOP ATAP BA (ATAS) 0.0BAHAN ALLUMINIUM 0 927.00BH 40.3043 7 10 403 1008
1533KOPABBA01 KOP ATAP BA (BAWAH) 0.0BAHAN ALLUMINIUM 0 889.00BH 38.6522 7 10 387 966
1543KRBLU KARET BLUDRU 0.0STD. (DLM.SATUAN METER) 0 50.00MTR 2.77778 8 11 31 69
1553KRTBA KARET PINTU BA 0.0532K (DALAM SATUAN METER) 0 1381.05MTR 76.725 8 11 844 1918
1563KRTBP KARET BODY PLUG 0.0STD. AR 0 15698.00BH 872.111 12 15 13082 21803
1573KRTBS KARET PINTU BS 0.0NO. 0540 (DALAM SAT.METER) 0 204.60MTR 11.3667 8 11 125 284
1583KRTBV KARET PINTU BOX VERTIKAL 0.00540B 0 46.70MTR 2.03043 9 12 24 51
1593KRTC1080 KARET CONVEYOR 10.0L= 80 MM (DALAM SATUAN METER) 0 115.80MTR. 5.03478 9 12 60 126
1603KRTLB KARET LIS BODY 0.0STD. DALAM SATUAN METER 0 107.19MTR 5.955 0 3 18 149
1613KRTLL KARET LIS LAMPU 0.0STD. DALAM SATUAN METER 0 202.90MTR 11.2722 0 3 34 282
63
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
1623KRTPANG KARET PANGKON 10.0UK.50 MM ( STD.AR ) 0 958.00BTG 53.2222 0 3 160 1331
1633KRTSAR KARET STOPER 0.0STD. AR 0 658.00BH 28.6087 52 59 1688 715
1643KUPGSTD KUPINGAN GRENDEL LAAD BAK 0.0STANDARD 0 220.00BH 9.56522 8 11 105 239
1653LAMBK.1 LAMPU BOX KUNING 0.0STANDARD 0 348.00BH 19.3333 2 5 97 483
1663LAMBM LAMPU BOX MERAH 0.0STD. AR 0 348.00BH 19.3333 2 5 97 483
1673LAMBP/B LAMPU PLAVON BOX PUTIH/BENING 0.0STANDARD 0 213.00BH 11.8333 2 5 59 296
1683LAMSKUFO LAMPU SIGNAL KUNING 0.0‘UFO’ STANDARD 0 48.00BH 2.66667 2 5 13 67
1693LARB LABEL/STICKER AR BULAT 0.0STD. AR BULAT 0 402.00BH 22.3333 17 20 447 558
1703LARK LABEL/STICKER AR KECIL 0.0STD. AR KECIL 0 461.00BH 25.6111 8 11 282 640
1713M516 MUR UNC 0.0ö 5/16” 0 176.00BH 9.77778 5 8 78 244
1723M716 MUR UNC 0.0ö 7/16” 0 564.00BH 31.3333 3 6 188 783
1733NPG38 NIPLE GREASE 0.0ö 3/8” UNF 0 155.00BH 6.73913 2 5 34 168
1743OR3.30 O’RING 0.03 X 30 0 48.00BH 2.66667 1 4 11 67
1753PANGGPJ01 PANGKON GEAR PUMP 4.5MITSB.TYPE GPG 55 / KP 551 B 0 56.00BH 3.11111 11 14 44 78
1763PANGKRH01 PANGKON KLEM RUBBER HOSE 2.0UK.75 X 55.25 0 75.00BH 4.16667 5 8 33 104
1773PANGKT01 PANGKON KAWEL TANGKI LUAR 6.080.85.80 / 20.85.20 65 84.00BH 3.65217 6 9 33 91
1783PANGTAR48 PANGKON TANGKI OLI 0.0STD. AR-4 & AR-8 0 164.00BH 9.11111 6 9 82 228
1793PCKC135 PENGUAT CHASSIS / KAWEL 0.0U/.COLT DIESEL 135 160.00BH 8.88889 11 14 124 222
1803PCKCR170 PENGUAT CHASSIS / KAWEL 0.0U/.COLT DIESEL – TOYOTA RINO 170 285.00BH 15.8333 11 14 222 396
1813PCKF254 PENGUAT CHASIS/KAWEL FUSO 0.0STD. AR U/FUSO 254 28.00BH 1.55556 11 14 22 39
1823PCKH245 PENGUAT CHASSIS/KAWEL 0.0HINO ENGKEL – STD.AR 245 32.00BH 1.77778 11 14 25 44
1833PCKI160 PENGUAT CHASSIS / KAWEL 0.0U/.ISUZU NHR – NKR 160 154.00BH 8.55556 11 14 120 214
1843PCKIC142 PENGUAT CHASSIS/KAWEL 0.0STD. AR U/IZUSU & COLT DIESEL 142 78.00BH 3.3913 11 14 47 85
1853PCKIC172 PENGUAT CHASSIS/KAWEL 0.0STD. AR U/IZUSU & COLT DIESEL 172 48.00BH 2.08696 11 14 29 52
1863PCKR120 PENGUAT CHASSIS/KAWEL 0.0U/.TOYOTA RINO 120 228.00BH 12.6667 11 14 177 317
1873PCKR165 PENGUAT CHASSIS/KAWEL 0.0STD.AR U/.TOYOTA RINO 165 86.00BH 3.73913 11 14 52 93
1883PKL½1½ PAKU KELING 0.0ö ½” X L= 1½” 0 36.00BH 2 0 3 6 50
64
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
1893PKL381 PAKU KELING 0.0ö 3/8” ; L= 1” 0 183.00BH 10.1667 0 3 31 254
1903PKLBABS4R PERISAI KOLONG BA/BS 4 RODA 0.0TINGGI= 450 MM 1500 48.00BH 2.66667 0 3 8 67
1913PKLBABS6R PERISAI KOLONG BA – BS 6 RODA 0.0TINGGI= 460 MM 2150 42.00BH 2.33333 0 3 7 58
1923PKLG12 PAKU KELING C 50 LR 0.0GRIP 12 0 78.00BH 4.33333 45 52 225 108
1933PKLG4 PAKU KELING C 50 LR 0.0GRIP 4 0 30.00BH 1.66667 45 52 87 42
1943PKLG8 PAKU KELING C 50 LR 0.0GRIP 8 0 39.00BH 2.16667 45 52 113 54
1953PKLLK4R PERISAI KOLONG LAAD BAK 4 RODA 0.0TINGGI= 450 MM 1410 30.00BH 1.66667 45 52 87 42
1963PLAMDD/IP PENGAMAN LAMPU 0.0STD U/.D.DELTA/ISUZU PANTHER 0 30.00BH 1.30435 12 15 20 33
1973PLAMDZ PENGAMAN LAMPU DAIHATSU ZEBRA 0.0STANDARD 0 42.00BH 2.33333 8 11 26 58
1983PLAML300 PENGAMAN LAMPU 0.0U/. COLT L-300 0 80.00BH 4.44444 6 9 40 111
1993PLAMTR PENGAMAN LAMPU 0.0STD AR. U/. TOYOTA RINO 0 126.00BH 7 20 23 161 175
2003PLTKARM02 PLAT KAWEL ARMROLL 6.060.80.60 / 20.80.20 60 56.00BH 2.43478 6 9 22 61
2013PLTKCD PLAT KAWEL COLT DIESEL 4.517.52.17. 145 456.00BH 25.3333 7 10 253 633
2023PLTKCDI01 PLAT KAWEL COLT DIESEL/ISUZU 15.0LEBAR = 50 MM ( STD.BA ) 145 282.00BH 15.6667 13 16 251 392
2033PLTKDB01 PLAT KAWEL DB. 20.0LEBAR = 50 MM (STD.HINO/FUSO) 173 90.00BH 5 20 23 115 125
2043PLTKH PLAT KAWEL HINO/FUSO 6.020.60.20 150 180.00BH 7.82609 3 6 47 196
2053PLTKTR PLAT KAWEL TOYOTA RINO 4.517.52.17 145 192.00BH 10.6667 7 10 107 267
2063PLTKTR01 PLAT KAWEL TOYOTA RINO 15.0LEBAR = 50 MM ( STD.BA ) 145 159.00BH 8.83333 17 20 177 221
2073PMFAR4 PENAHAN MAIN FRAME 0.0UNP 80 STANDARD 0 116.00BH 6.44444 8 11 71 161
2083PMFAR8 PENAHAN MAIN FRAME AR-8 0.0UNP 120 STANDARD 430 34.00BH 1.88889 12 15 28 47
2093PNGPBCL PENGAIT PINTU BOX – KIRI 0.0BAHAN COR 0 326.00BH 18.1111 20 23 417 453
2103PNGPBCR PENGAIT PINTU BOX – KANAN 0.0BAHAN COR 0 326.00BH 18.1111 20 23 417 453
2113PR45 PAKU RIVET 450 0.0STANDARD 0 7599.00BH 422.167 0 3 1267 10554
2123PR610 PAKU RIVET 675 0.0STANDARD 0 14183.00BH 787.944 9 12 9455 19699
2133PR635 PAKU RIVET 6-35 0.0STANDARD 0 36205.00BH. 2011.39 5 8 16091 50285
2143PR65 PAKU RIVET 649 0.0STANDARD 0 78241.00BH 4346.72 7 10 43467 108668
2153PSBV/LB PENGAMAN SAMPING BV/LB 0.0UNP 65 P=230 & UNP 80 P=290 0 80.00BH 3.47826 12 15 52 87
65
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
2163PSDK PENGAMAN SAMPING DK/SUB FRAME 3.825.120.25 280 65.00BH 3.61111 4 7 25 90
2173PSPST350 PENGAMAN SAMPING (PLAT STRIP). 8.0LEBAR= 50 MM 350 196.00BH 10.8889 11 14 152 272
2183PSPST400 PENGAMAN SAMPING (PLAT STRIP). 8.0LEBAR= 50 MM 400 200.00BH 11.1111 9 12 133 278
2193PTOCD PTO COLT DIESEL 0.0STD. AR 0 36.00BH 2 10 13 26 50
2203RCAR401L SUB FRAME BRACKET – L (KIRI) 0.0STD. AR 4 0 59.00BH 3.27778 19 22 72 82
2213RCAR401R SUB FRAME BRACKET – R (KANAN) 0.0STD. AR 4 0 59.00BH 3.27778 19 22 72 82
2223RCAR402 BODY SHAFT 0.0STD. AR 4 0 59.00BH 3.27778 19 22 72 82
2233RCAR403 RING BODY SHAFT 5.0ID= 35 MM ; OD= 43 MM 0 118.00BH 6.55556 19 22 144 164
2243RCAR404 SPLIT PIN BODY SHAFT 0.0STD. AR ( ö 8 MM ) 75 59.00BH 3.27778 19 22 72 82
2253RCAR405 BODY BRACKET 0.0STD. AR 4 0 126.00BH 7 19 22 154 175
2263RCAR406 LOWER HINGE 0.0STD. AR 4 0 108.00BH 6 19 22 132 150
2273RCAR407 CLAW ASSY L-R 0.0STD. AR 4 0 108.00BH 6 19 22 132 150
2283RCAR408 SPRING CASE ASSY 0.0STD. AR 4 0 108.00BH 6 19 22 132 150
2293RCAR409 SIKU PENARIK PIR 0.0STANDARD AR 4 0 54.00BH 3 19 22 66 75
2303RCAR410 SPRING RETURN ( PIR TARIK ) 0.0STD. AR 4 0 108.00BH 6 19 22 132 150
2313RCAR412L ROLLER L (KIRI) 0.0STD. AR 4 0 54.00BH 3 19 22 66 75
2323RCAR412R ROLLER R (KANAN) 0.0STD. AR 4 0 54.00BH 3 19 22 66 75
2333RCAR413 GUIDE ROLLER L-R 0.0STD. AR 4 0 106.00BH 5.88889 19 22 130 147
2343RCAR414L BODY LOCK – L (KIRI) 0.0STD. AR 4 0 59.00BH 3.27778 19 22 72 82
2353RCAR414R BODY LOCK – R (KANAN) 0.0STD. AR 4 0 59.00BH 3.27778 19 22 72 82
2363RCAR415L GUIDE BODY LOCK – L (KIRI) 0.0STD. AR 4 0 58.00BH 3.22222 19 22 71 81
2373RCAR415R GUIDE BODY LOCK – R (KANAN) 0.0STD. AR 4 0 58.00BH 3.22222 19 22 71 81
2383RCAR416 SIKU LOBANG OVAL 0.0STD. AR 4 100 106.00BH 5.88889 19 22 130 147
2393RCAR802 BODY SHAFT 0.0STD. AR 8 0 34.00bh 1.88889 19 22 42 47
2403RCAR803 BODY BRACKET 0.0STD. AR 8 0 68.00BH 3.77778 19 22 83 94
2413RCAR814 GUIDE BODY LOCK L-R 0.0STD. AR 8 0 34.00BH 1.88889 19 22 42 47
2423RHHP34900 RUBBER HOSE HIGH PRESSURE 0.0ö ¾”+ADP.SPRINGGUARD TNPSOCK 900 56.00BH 3.11111 10 13 40 78
66
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
2433RP½ RING PIR 0.0ö ½” 0 1077.00BH. 59.8333 3 6 359 1496
2443RP34 RING PIR 0.0ö ¾” 0 590.00GROS 25.6522 0 3 77 641
2453RP38 RING PIR 0.0ö 3/8” 0 3561.00BH 197.833 3 6 1187 4946
2463RP516 RING PIR 0.0ö 5/16” 0 33669.00BH 1870.5 3 6 11223 46763
2473RP58 RING PIR 0.0ö 5/8” 0 2334.00GROS 129.667 0 3 389 3242
2483RP716 RING PIR 0.0ö 7/16” 0 856.00BH 47.5556 0 3 143 1189
2493RP916 RING PIR 0.0ö 9/16” RRT 0 597.00BH 33.1667 3 6 199 829
2503RPB RING PIPA BOX 0.0STD. AR 0 1377.00BH 76.5 10 13 995 1913
2513RPGPBCL RUMAH PENGAIT PINTU BOX –KIRI 0.0BAHAN COR 0 325.00BH 18.0556 20 23 415 451
2523RPGPBCR RUMAH PENGAIT PINTU BOX –KANAN 0.0BAHAN COR 0 325.00BH 18.0556 20 23 415 451
2533RPL12 RING PLAT 0.0ö 12 MM 0 14597.00BH 810.944 3 6 4866 20274
2543RPL34 RING PLAT 0.0ö ¾” 0 200.00BH 11.1111 3 6 67 278
2553RPL38 RING PLAT 0.0ö 3/8” ( WP-10 ) 0 1107.00BH 61.5 3 6 369 1538
2563RPL516 RING PLAT 0.0ö 5/16” 0 775.00BH 43.0556 3 6 258 1076
2573RPL58 RING PLAT 4.0ö 5/8” 0 697.00BH 38.7222 3 6 232 968
2583RPL716 RING PLAT 0.0ö 7/16” 0 276.00BH 15.3333 3 6 92 383
2593RPL8 RING PLAT 0.0ö 8 MM 0 29296.00BH 1627.56 3 6 9765 40689
2603RPLM58 RING PLAT MIRING 0.0ö 5/8” 0 144.00BH 8 3 6 48 200
2613R-S RODA SLIDING (KOMPLIT AS) 0.0STD. AR 0 696.00BH 30.2609 12 15 454 757
2623SCC82350 STOPER CABLE CONTROL 8.0LEBAR= 2” 350 58.00BH 3.22222 6 9 29 81
2633SKJK812 SAKLAR 0.0JK-812 0 170.00BH 9.44444 0 3 28 236
2643SKR834 TAPING SCREW ( SEKRUP JF ) 0.0ö 8 X ¾” 0 296.00BH 16.4444 0 3 49 411
2653SKRJF81 SKRUP 0.0JF 8 X 1” 0 30.00BH 1.66667 3 6 10 42
2663SLA38HD SELANG ANGIN – HEAVY DUTY 0.0ö 3/8” X 5/8” DLM SATUAN MTR 0 31.50MTR 1.75 3 6 11 44
2673SLAG1½ SELANG OLI ‘ALFA GOMA’ 0.0ö 1½” (DALAM SATUAN METER) 0 209.00MTR 11.6111 2 5 58 290
2683SLAHYVA SELANG ANGIN HYVA 0.0KOMPLIT AIR CONECTOR 0 35.001SET 1.94444 3 6 12 49
2693SLMP1 SELANG OLIE MULTI PURPOSE 0.0ö 1” (DALAM SATUAN METER) 0 46.95MTR 2.60833 0 3 8 65
67
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
2703SLMP34 SELANG OLI MULTI PURPOSE 0.0ö ¾” (DALAM SATUAN METER) 0 84.00MTR 4.66667 3 6 28 117
2713SP325 SPLIT PIN 0.0ö 3 MM 25 124.00 6.88889 0 3 21 172
2723SP325 SPLIT PIN 0.0ö 3 MM 25 124.00 5.3913 2 5 27 135
2733SPPBA48 SIKU PENGUAT PINTU BA 5.050.50 MM 30 1372.00BH. 76.2222 18 21 1601 1906
2743SRD01-100 SLIDE ROLLING DOOR (02) 0.0SEC. 4626/5102 CA 1000 76.00BH 4.22222 7 10 42 106
2753SRD01-112 SLIDE ROLLING DOOR (01) 0.0SEC. 4626/5102 CA 1120 38.00BH 2.11111 7 10 21 53
2763SRD01-185 SLIDE ROLLING DOOR (01) 0.0SEC. 4626 / 5102 CA 1850 45.00 1.95652 7 10 20 49
2773ST SABUK TANGKI 1.6STD. AR 4 ( AR 8 ) 0 158.00BH 8.77778 7 10 88 219
2783TGP61230 TIMB.GEAR PUMP GPG 55/KP 55 6.0LEBAR= 1" 230 56.00BH 3.11111 8 11 34 78
2793TGP6150 TIMBANGAN GEAR PUMP 6.0LEBAR= 1" 50 116.00BH 6.44444 9 12 77 161
2803TKBP TERMINAL KABEL - BULAT 0.0PEREMPUAN 0 36.00BH. 2 3 6 50
2813TO2AR4 TANGKI OLIE 2 LUBANG 0.0STANDARD AR 4 ( KAP.30 LTR ) 0 71.00BH 3.94444 34 37 146 99
2823TPLC TEMPAT & PENGAMAN LAMPU 0.0STANDARD COLT DIESEL LK/DK 0 96.00BH 5.33333 12 15 80 133
2833TPLC01 TEMPAT & PENGAMAN LAMPU 0.0STANDARD COLT DIESEL BA/BS 0 76.00BH 4.22222 16 19 80 106
2843TPLF/H TEMPAT & PENGAMAN LAMPU 0.0STANDARD FUSO / HINO 0 42.00BH 2.33333 15 18 42 58
2853TPLIELF02 TEMPAT & PENGAMAN LAMPU ISUZU 0.0STD. U/.BOX ALLUMINIUM. 0 28.00BH 1.21739 7 10 12 30
2863TPTOCDPS TIMBANGAN PTO COLT DIESEL 0.0PLAT STRIP 0 37.00BH 2.05556 3 6 12 51
2873TPTOCDS TIMBANGAN PTO COLT DIESEL 0.0BESI SIKU 0 37.00BH 2.05556 4 7 14 51
2883VST10170 VIRKAN STOPER CYLINDER BRACKET 0.010 X 10 MM (U/.HOIST HYVA). 170 118.00BH 5.13043 6 9 46 128
2893VST1250 VIRKAN STOPER CYLINDER BRACKET 0.012 X 12 MM ( STD.AR-4 ) 50 184.00BH 10.2222 5 8 82 256
2903WC3000 WIRE CONTROL 0.0LOKAL 3000 63.00BH . 3.5 31 38 133 88
2913WC4000 WIRE CONTROL 0.0LOKAL 4000 58.00BH 3.22222 31 38 122 81
2924BGP16 BATU GURINDA POTONG 0.0ö 16" 0 41.00BH 1.78261 3 6 11 45
2934BGS4 BATU GURINDA SLEP 0.0ö 4" 0 117.00BH 5.08696 3 6 31 127
2944BGS5 BATU GURINDA SLEP 0.0ö 5" 0 192.00BH 10.6667 3 6 64 267
2954CBB*03 CAT BEE BRAND - OPLOSAN 0.0UNGU HYUNDAI 0 29.00 1.61111 1 4 6 40
2964CBB1394 CAT BEE BRAND 1000 B 1394 0.0RED PTM 0 174.50KG 9.69444 8 11 107 242
68
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
2974CBB1413 CAT BEE BRAND 1000 B 1413 0.0AR YELLOW 0 206.00KG 8.95652 8 11 99 224
2984CBB1447 CAT BEE BRAND 1000 – B1447 0.0AR ORANGE 0 31.00KG 1.72222 9 12 21 43
2994CBB569 CAT BEE BRAND 1000 – 569 0.0HINO GREEN 0 72.00KG 4 6 9 36 100
3004CCP02AR CAT CEMERLANG ETC-2000-02-AR 0.0ENAMEL YELLOW AR 0 260.00KG 14.4444 3 6 87 361
3014CDALEFG CAT DASAR AUTOLUX SB EPOXY 0.0FILLER GREY + HARDENER (SET) 0 63.25KLG 3.51389 5 8 28 88
3024CDG0035 CAT DANAGLOSS 245-0035 0.0CHROME ORANGE 0 34.50KG 1.91667 5 8 15 48
3034CDPP01 CAT DASAR POLIBEST 0.0PRIMER RED (DLM.SATUAN KG) 0 507.00KG 28.1667 5 8 225 704
3044CDPP02 CAT DASAR POLYBEST 0.0SURFACER PRIMER GREY 0776 0 253.20KG 14.0667 5 8 113 352
3054CNP315 CAT NIPPE 315 0.0SILVER 0 77.50KG 4.30556 4 7 30 108
3064CNP470 CAT NIPPE 470 0.0SUPER WHITE 0 43.00KG 2.38889 3 6 14 60
3074CP9001 CAT POLIBEST 0.0BLACK 9001 0 143.25KG 7.95833 5 8 64 199
3084CPF9002 CAT POLIBEST 0.0BLACK FLAT 9002 0 411.00KG 22.8333 5 8 183 571
3094DAL66 DEMPUL AUTOLUX 66 + PASTA 0.0STANDARD NIPPON PAINT (1,4 KG) 0 81.00KLG 4.5 7 10 45 113
3104GASCO2 CO2 0.025 KG 0 76.00BTL. 4.22222 3 6 25 106
3114GASO2 O2 (OXYGEN) 0.0STANDARD 0 125.00BTL. 6.94444 3 6 42 174
3124ISK ISOLASI KABEL 0.0STANDARD 0 82.00ROL 4.55556 3 6 27 114
3134ISKT ISOLASI KERTAS 0.018 MM DAIMARU 0 176.00ROL 9.77778 4 7 68 244
3144KG01 KERTAS GOSOK 0.0NO. 01 0 375.50LBR 16.3261 4 7 114 408
3154KG02 KERTAS GOSOK 0.0NO. 02 0 1040.50LBR 57.8056 4 7 405 1445
3164KG03 KERTAS GOSOK 0.0NO. 03 0 567.00LBR 31.5 4 7 221 788
3174KG360 KERTAS GOSOK 0.0NO. 360 0 148.00LBR. 8.22222 3 6 49 206
3184KLCO208 KAWAT LAS CO2 0.0ö 0,8 MM 0 826.00KG 45.8889 1 4 184 1147
3194KLRB2632 KAWAT LAS RB 26 0.0ö 3,2 MM 0 6900.00KG 300 1 4 1200 7500
3204KLRB2640 KAWAT LAS RB 26 0.0ö 4,0 MM 0 6624.00KG 368 1 4 1472 9200
3214KLRD36032 KAWAT LAS RD 360 0.0NIKO STELL ö 3,2 MM 0 40.00BH 2.22222 1 4 9 56
3224KLRD46032 KAWAT LAS RD 460 0.0ö 3,2 MM 0 13042.00KG 724.556 1 4 2898 18114
3234KLRD46040 KAWAT LAS RD 460 0.0ö 4,0 MM 0 7640.00KG 424.444 1 4 1698 10611
69
Tabel 4.3 Perhitungan Limit Stock dan Planning kode 3 dan 4 (sambungan)
3244KLSS32.01 KAWAT LAS STAINLES STEEL 0.0ö 3,2 MM /S-308-16N HYUNDAI 0 1010.00KG 43.913 1 4 176 1098
3254KM KAIN MAJUN 0.0STANDARD 0 2304.00LBR 128 2 5 640 3200
3264KORANB KORAN BEKAS 0.0TANDARD 0 333.00LBR 18.5 0 3 56 463
3274MOMS10W OLI HOIST 'MEDITRANS S10W' 0.0DLM.SATUAN LITER 0 150.00DRUM 6.52174 2 5 33 163
3284MOPPAW46 OLI PENZOIL PENNZBELL AW-46 0.0STANDARD 0 1300.00DRUM 72.2222 2 5 361 1806
3294MP MINYAK PREMIUM 0.0(BENSIN) 0 198.00LTR 11 0 3 33 275
3304MSL SOLAR 0.0DALAM SATUAN LITER 0 60.25LTR. 3.34722 0 3 10 84
3314MT MINYAK TANAH 0.0DALAM SATUAN LITER 0 25.00LTR. 1.08696 1 4 4 27
3324MT35 MATA BOR 0.0ö 3.5 MM 0 34.00BH 1.47826 0 3 4 37
3334MT5 MATA BOR 1.0ö 5 MM 0 141.00BH 7.83333 1 4 31 196
3344MT8 MATA BOR 0.0ö 8 MM 0 34.00BH 1.88889 0 3 6 47
3354MTAB THINNER A BIASA 0.0DALAM SATUAN LITER 0 3377.75LTR. 187.653 2 5 938 4691
3364MTAS THINNER A SPESIAL 0.0DALAM SATUAN LITER 0 922.00LTR. 51.2222 2 5 256 1281
3374MTHG THINNER SPESIAL HIGH GLOSS 0.0DALAM SATUAN LITER 0 140.50LTR 7.80556 1 4 31 195
3384SNS SEAL SHINETSU ( WHITE ) 0.0DALAM SATUAN TUBE 0 243.00TUBE 13.5 4 7 95 338
3394ST SEAL TAPE 0.0STANDARD 0 245.00ROL 13.6111 4 7 95 340
70
Analisa dan sumbang saran tentang ketidak cocokan antara fisik barang,
kartu stock dan data di komputer (gudang umum, barang kode 3 dan 4).
Saran – saran untuk job description 3 ini berhubungan dengan job
description 4 khususnya mengenai saran untuk sistem gudang umum.
Dampak negatif yang terjadi karena tidak cocoknya fisik barang, kartu stock
dan komputer:
stock terjadi
• Produktifitas pekerja rendah
• Effisiensi perusahaan rendah
1. Bagian purchasing yang memesan barang dan mencetak Laporan
Penerimaan Barang (LPB) sehingga stock komputer bertambah.
2. Penanggung jawab gudang alluminium yang mencetak Laporan
Penerimaan Barang (LPB) sehingga stock komputer bertambah.
3. Penanggung jawab alluminium yang melakukan mutasi stock keluar
sehingga stock komputer untuk barang-barang alluminium khususnya
kode 9 dan 1A berkurang.
71
input pemasukan alluminium potongan sehingga stock komputer untuk
barang-barang alluminium khususnya kode 1A bertambah.
5. Orang gudang alluminium, gudang umum, dan gudang steel dan kayu
yang mengambil komponen di rak dan mengurangi kartu stock.
6. Warehouse Administration atau penanggung jawab gudang alluminium
dan gudang plat dan kayu yang melakukan mutasi stock keluar
sehingga stock di komputer berkurang.
7. Sistem komputerisasi
• Fisik di gudang (khusunya gudang umum), kartu stock, dan komputer
tidak menunjukkan jumlah yang sama.
• Adanya nilai minus pada stock komputer tetapi pada kenyataannya stock
digudang masih ada khususnya pada gudang umum yaitu barang-barang
kode 3 dan 4.
• Nilai minus yang ada akan mempengaruhi stock pada saat ada pembelian.
Barang yang datang akan langsung dikurangi dengan nilai minus.
Analisa:
memberikan material sehingga pada saat material akan dipakai ternyata
material tersebut tidak cocok. Saat material tidak cocok, orang produksi
akan menukar dengan yang lain. Tetapi material yang dikembalikan
tersebut, dalam mutasi stock keluar yang dilakukan oleh administrasi
gudang tetap dilakukan sehingga stock di komputer berkurang. Padahal
72
pada kenyataannya, barang tersebut tidak diambil karena salah dan sudah
ditukar dengan barang ukuran lain.
• Pengambilan cat menggunakan alat. Lama-lama terdapat endapan di
bagian bawah alat tersebut. Jika pada material transfer tercetak 3 liter
maka dilakukan 3 kali pengambilan karena kapasitas alat hanya 1 liter.
Tetapi karena endapan yang terdapat pada bagian bawah alat tersebut
maka yang diberikan bukan 3 liter. Mungkin saja 2.8 liter. Sehingga stock
cat yang masih ada di gudang berlebih.
• Pengambilan barang-barang yang tercetak pada material transfer untuk
orang produksi, kadang-kadang diberikan yang ukuran yang lain. Tetapi
mutasi stock keluar yang dilakukan oleh administrasi gudang adalah
material yang tercetak pada material transfer.
• Barang yang tercetak pada material transfer tidak diambil semuanya
karena di lapangan produksi masih ada, tetapi mutasi stock keluar barang
tersebut tetap dioperasikan sehingga stock di komputer terus dikurangi.
• Kadang dalam pengambilan material transfer, barang sudah diambil
semua tetapi ternyata tidak terpakai untuk produksi. Barang tersebut
ditumpuk dilapangan produksi. Pada saat tertentu atau ada pemeriksaan
barang tersebut segera dikembalikan ke gudang umum.
• Material transfer yang tercetak masih belum seluruhnya benar. Masih
terdapat beberapa barang yang tidak tercantum dan beberapa barang yang
sudah tidak dipakai lagi. Karena material transfer tidak cocok dengan
73
barang yang diambil, ini juga mengakibatkan stock di komputer tidak sama
dengan fisik gudang.
• Barang yang sudah datang di gudang masih belum dibuatkan Laporan
Penerimaan Barang (LPB) adalah salah satu penyebab stock di komputer
tidak sama dengan fisik. Bahkan sampai mencapai angka minus.
• Mutasi stock keluar yang dilakukan tidak diinput langsung saat barang
dikeluarkan, melainkan diinput pada saat keesokan harinya. Maksudnya
adalah bahwa saat barang diambil di gudang input di komputer tidak
langsung berkurang tetapi menunggu beberapa saat kemudian. Hal ini juga
menyebabkan stock yang ada di komputer tidak sama dengan fisik.
• Kartu stock manual yang ada di gudang dalam keadaan kacau. Terkadang
kartu stock barang yang bersangkutan tidak ada di tempatnya sehingga
orang yang mengambil tidak menuliskan pengambilannya.
Saran:
• Kesalahan pada material transfer adalah salah satu bentuk human error.
Oleh karena itu perlu dilakukan revisi terhadap material transfer dan
meningkatkan ketelitian dalam pembuatan material transfer.
• Untuk pengambilan cat / barang-barang yang bisa mengering / mengendap
hendaknya dilakukan tindakan untuk mencegah wadah pengambilan tidak
terdapat endapan. Hal yang bisa dilakukan adalah misalnya saja dengan
membersihkan wadah dari endapan atau mengganti wadah setiap periode
tertentu.
74
• Pengambilan barang yang salah merupakan salah satu bentuk human
error. Barang yang terdapat pada gudang umum terdiri dari banyak jenis
dan banyak ukuran. Sehingga sangat membingungkan. Jika memang tidak
memungkinkan untuk menghafal semua barang di gudang hendaknya
dilakukan pembagian dalam gudang. Tidak semua orang gudang
bertanggung jawab terhadap pengambilan semua jenis barang yang ada
digudang. Mereka hanya bertanggung jawab mengingat dan
mengambilkan barang yang menjadi tanggung jawabnya. Pembagian
tanggung jawab ini akan menjadi terstruktur jika dibagi menurut group
tertentu. Hal ini juga mempercepat seorang personel gudang yang baru
untuk beradaptasi terhadap lingkungan perusahaan atau gudang. Agar
pengetahuan personel gudang tidak terbatas pada barang – barang tertentu
/ group – group tertentu, setiap periode tertentu dapat dilakukan rolling /
perputaran tempat. Dengan dilakukannya rolling / perputaran tempat,
selain mengatasi rasa bosan juga agar pengetahuan terhadap barang –
barang di gudang umum lebih luas.
• Faktor kesalahan manusia adalah faktor yang tidak bisa dihindari. Dalam
hal ini adalah kesalahan dalam pembuatan material transfer dan juga
kesalahan dalam pengambilan barang di gudang. Untuk mencegah agar
kesalahan manusia tidak menjadi kesalahan yang fatal, dalam sebuah
proses diperlukan bantuan mesin / komputer. Oleh karena itu perlu
dirancang sebuah sistem komputerisasi yang baik agar kesalahan manuasia
tidak menjadi faktor yang fatal. Perlu juga adanya sebuah policy
75
Misalnya saja dengan pemberian bonus kepada semua personil jika bagian
gudang bisa menjaga stock yang ada. Tentu saja perlu adanya stock
opname secara berkala untuk satu jenis barang secara acak.
• Saran untuk sistem yang sesuai dengan keadaan PT. Antika Raya:
ü Sebelumnya untuk material-material yang tidak diambil, digudang
diberi tanda sehingga administrasi gudang mengetahui yang mana
yang diambil dan mana yang tidak
ü Sistem komputerisasi yang ada sekarang muncul berdasarkan group
dan langsung diproses. Sebaiknya sistem komputerisasi tersebut
diubah. Untuk barang - barang yang tidak diambil, kita bisa memberi
mark pada setiap itemnya dan item – item tersebut saat diproses tidak
ikut berkurang.
• Jika memang masih ada barang yang diambil di gudang umum dan
menumpuk dilapangan. Sebaiknya pada saat pengembalian dibuatkan
sebuah dokumen sehingga administrasi gudang dapat menginput sisa
lapangan sehingga saat barang di gudang masuk, pada komputer juga
terdapat penambahan stock.
merupakan bentuk human error. Kemungkinan yang terjadi adalah bahwa
bagian yang bersangkutan memiliki pekerjaan yang menumpuk sehingga
pembuatan Laporan Penerimaan Barang (LPB) menjadi terhambat. Hal ini
dapat ditanggulangi dengan melimpahkan tugas pembuatan Laporan
76
memungkinkan dan bersangkutan untuk membantu dalam pembuatan
Laporan Penerimaan Barang (LPB) adalah bagian gudang. Jika bagian
gudang tidak mampu untuk menjalankan tugas tersebut, tugas tersebut
dapat dilimpahkan kepada seseorang yang memang mempunyai tugas
untuk membuat Laporan Penerimaan Barang (LPB) termasuk juga
Laporan Penerimaan Barang (LPB) alluminium.
• Susunan material yang kacau dan kartu stock yang kacau dapat
menyebabkan salahnya pengambilan material dan salahnya penulisan kartu
stock. Oleh karena itu, penyusunan material dan kartu stock yang baik
pada rak nya perlu dipertahankan.
• Saat ini masih terjadi permintaan dan penukaran barang terjadi tanpa
persetujuan lebih dulu dari bagian Production Planning and Inventory
Control (PPIC). Hal ini perlu ditegaskan dengan jelas bahwa perbuatan
seperti itu merugikan dan mengacaukan perusahaan. Perlu diberi sanksi
yang jelas untuk personil gudang yang bersangkutan.
• Bon / bukti permintaan barang diluar material transfer baik dengan alasan
apapun alangkah baiknya jika juga diketahui dan disetujui oleh bagian
engineering. Karena yang bersangkutan dalam penyusunan material
transfer adalah bagian engineering. Jika dalam pengkajian didapatkan
bahwa material transfer yang selama ini ada kurang tepat dalam
menghitung, maka dapat dilakukan revisi oleh bagian engineering itu
77
• Contoh tampilan peletakan material di gudang umum:
Group
D
Group
C
Group
B
Group
A
Setiap bagian memiliki personil sendiri- sendiri. Bisa 1 orang atau lebih
dan personil memiliki tanggung jawab terhadap groupnya sendiri-sendiri.
Tanggung jawab yang dimiliki antara lain:
Ø Bertanggung jawab menerima dan menyimpan material transfer
Ø Bertanggung jawab menerima barang
Ø Bertanggung jawab meletakan / mengatur material pada rak
Ø Bertanggung jawab menjaga kerapian material di rak
Ø Bertanggung jawab mengisi kartu bar code
Ø Bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan
Ø Memberi laporan stock untuk material yang hampir habis / yang telah
mencapai limit stock
REALISASI BUKTI PENGELUARAN BARANG
3BM383 BAUT MUR UNC 4
3GRLBSTDL GRENDEL LK / LB (KIRI) 1
3GRLBSTDR GRENDEL LK / LB (KANAN) 1
3ENGB1 ENGSEL BUBUT 3
3ELSGP½ ELBOW SGP (KNEE LAS BOK) 2
ü 3KUPGSTD KUPINGAN GRENDEL LAAD BAK 2
Gambar 4.1 Tampilan realisasi pengeluaran barang
Saat dilakukan proses, pengeluaran barang yang tidak di mark saja yang
mengalami proses. Sedangkan yang terkena mark tidak mengalami proses
/ batal.
• Mutasi stock keluar yang tidak bisa dipantau secara on line dapat diatasi
dengan pemakaian bar code. Dengan pemakaian bar code, pada saat
barang diambil kita langsung menginput pengeluaran barang pada saat itu
juga. Dan juga dapat termasuk pada proses realisasi barang. Pekerjaan
administrasi gudang untuk memasukkan dan merealisasi material transfer
diganti dengan proses kertas bar code. Pada saat bar code diproses secara
otomatis telah terjadi proses realisasi barang.
• Dengan sistem bar code kartu stock di gudang tidak diperlukan lagi.
Melainkan setiap rak terdapat kertas bar code yang sekali pakai buang.
79
gudang, diproses dan kemudian dibuang.
• Saat kita menggunakan bar code, acuan yang dipakai adalah tampilan
realisasi pengeluaran barang. Jika bar code yang diambil salah / tidak
sesuai dengan realisasi bukti pengeluaran barang maka bar code yang
salah tersebut tidak mau diproses / input. Hal ini untuk menghindari jika
barang / bar code yang diambil salah.
• Hanya ada satu komputer untuk memproses kertas – kertas bar code
tersebut.
• Untuk lebih jelasnya, job description 3 ini juga berhubungan dengan job
description 4 mengenai sistem penerimaan dan pengeluaran barang.
4.4 JOB DESCRIPTION 4
pengendalian (pemesanan dan penerimaan)
Sistem pengontrolan saat ini:
1. Senior Inventory Control yang memeriksa setiap Work Order (WO)
yang datang dan mempersiapkan kebutuhan material yang diperlukan.
2. Junior Inventory Control yang turun ke gudang untuk melihat stock-
stock di gudang terutama untuk material yang sering dipakai.
3. Orang gudang yang mengurangi stock saat material diambil.
80
4. Orang gudang plat dan kayu yang mengontrol plat dan kayu setiap hari
dan melaporkannya kepada Senior Inventory Control.
5. Orang gudang alluminium yang mengontrol alluminium setiap hari dan
melaporkannya kepada kepala gudang.
material yang jarang dipakai / khusus.
81
82
Penjelasan sistem kontrol perputaran kode dan keluar masuk stock gudang
alluminium:
1. Gudang alluminium melakukan pengontrolan terhadap stock alluminium.
2. Kode yang berhubungan dengan gudang alluminium adalah kode 9 dan 1.
3. Pengontrolan stock alluminium untuk kode 9, jika menurut perkiraan
penanggung jawab gudang alluminium perlu dilakukan order maka
penanggung jawab gudang alluminium secara manual akan membuat
laporan mengenai stock alluminium kode 9 dan menandai yang perlu
dipesan.
4. Laporan tersebut kemudian akan dicopy sehingga rangkap tiga, satu
lembar untuk dipegang sendiri oleh bagian gudang alluminium, satu
lembar untuk kepala Production Planning and Inventory Control (PPIC),
dan satu lembar lagi diberikan kepada kepala gudang.
5. Kepala gudang akan memberikan konfirmasi kepada bagian inventory
control untuk dibuatkan Order Pengadaan Barang (OPB) yang
bersangkutan dengan barang-barang kode 9 yang sudah ditandai untuk
dipesan oleh penanggung jawab gudang alluminium.
6. Bagian inventory control akan membuatkan Order Pengadaan Barang
(OPB) barang-barang kode 9 sesuai dengan konfirmasi yang diberikan
oleh kepala gudang.
7. Order Pengadaan Barang (OPB) kode 9 yang telah dibuat terdiri dari
rangkap empat. 2 rangkap diberikan untuk bagian pembelian, 2 rangkap
untuk bagian inventory control.
83
8. Dari Order Pengadaan Barang (OPB) kode 9 yang telah diterima oleh
bagian pembelian, bagian pembelian akan membuat dan mencetak
Purchase Order (PO) sebanyak rangkap 3. 1 rangkap diberikan pada
supplier dan 1 rangkap untuk bagian pembelian sendiri. 1 rangkap untuk
gudang alluminium.
9. Bagian pembelian dalam melakukan order akan menelpon supplier dan
Purchase Order (PO) di berikan kepada supplier.
10. Supplier akan mengirimkan barang kode 9 yang dipesan beserta surat jalan
dan diterima oleh bagian gudang alluminium.
11. Barang kode 9 diterima oleh gudang alluminium tetapi sebelumnya
melalui proses pengecekan oleh bagian Quality Control (QC).
12. Surat jalan barang kode 9 diterima oleh bagian gudang alluminium dan
dicocokkan dengan Purchase Order (PO) yang bersangkutan kemudian
dibuatkan Laporan Penerimaan Barang (LPB) kode 9.
13. Saat Laporan Penerimaan Barang (LPB) kode 9 dicetak oleh komputer
maka secara otomatis stock kode 9 di komputer akan bertambah.
14. Barang kode 9 juga mempunyai kode 1A.
15. Penanggung jawab gudang alluminium akan membuat order potong jika
akan memotong alluminium kode 9 tersebut. Pemotongan dilakukan untuk
mempersiapkan kebutuhan produksi dimasa yang akan datang. Pada saat
alluminium kode 9 tersebut diambil untuk dipotong, penanggung jawab
gudang alluminium akan melakukan mutasi stock keluar kode 9 sehingga
stock komputer kode 9 akan berkurang.
84
16. Potongan alluminium kode 9 tersebut seterusnya akan menjadi kode 1A.
17. Penanggung jawab gudang alluminium akan mengkonfirmasikan kepada
bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC) bahwa dia telah
melakukan pemotongan. Kemudian bagian Production Planning and
Inventory Control (PPIC) akan melakukan mutasi stock masuk sehingga
stock komputer kode 1A akan bertambah.
18. Untuk permintaan produksi bagian Production Planning and Inventory
Control (PPIC) akan mengeluarkan material transfer kode 1A.
19. Material transfer kode 1A tersebut diberikan kepada orang produksi untuk
mengambil alluminium kode 1A di gudang alluminium.
20. Orang gudang alluminium akan mengambilkan alluminium kode 1A
sesuai dengan yang tertulis pada material transfer dan memberikannya
kepada orang produksi.
21. Dari jumlah alluminium kode 1A yang tercetak pada material transfer,
penanggung jawab gudang alluminium melakukan mutasi stock keluar
sehingga stock komputer untuk alluminium kode 1A berkurang.
86
Penjelasan sistem kontrol perputaran kode dan keluar masuk stock gudang plat
dan kayu:
1. Gudang plat dan kayu melakukan pengontrolan terhadap stock plat dan
kayu.
2. Kode yang berhubungan dengan gudang plat dan kayu adalah kode 1 dan 2
(kayu coak).
3. Penanggung jawab gudang plat setiap hari akan membuat laporan stock
kode 1 dan 2 (kayu coak) dan memberikan laporan stock kode 1 dan 2
(kayu coak) tersebut kepada bagian inventory control.
4. Senior inventory control akan memantau laporan stock kode 1 dan 2 setiap
hari dan menentukan yang mana saja yang perlu diorderkan. Kemudian
senior inventory control akan membuat Order Pengadaan Barang (OPB)
untuk barang kode 1.
5. Order Pengadaan Barang (OPB) kode 1 yang telah dibuat terdiri dari
empat rangkap. 2 rangkap diberikan untuk bagian pembelian, 1 rangkap
untuk bagian inventory control sendiri, dan satu rangkap lagi diberikan
kepada gudang plat.
6. Dari Order Pengadaan Barang (OPB) kode 1 yang telah diterima oleh
bagian pembelian, bagian pembelian akan membuat dan mencetak
Purchase Order (PO) rangkap 3.