Post on 06-Apr-2018
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengujian validitas kuesioner penelitian dilakukan terhadap
13 orang perawat di ruang ICU RS Paru dr.Ario Wirawan Salatiga.
Pengujian validiitas kuesioner motivasi diri dan kinerja perawat
menggunakan program SPSS 16.0 for window.
Berdasarkan uji validitas kuesioner motivasi diri dan kinerja
perawat terhadap 13 orang perawat didapatkan hasil validasi
bahwa koefisien korelasi item total ≥ 0,25. Hasil ini menunjukkan
kuesioner penelitian tersebut valid dan layak untuk disebarkan
kepada responden penelitian yang sebenarnya.
Setelah melakukan uji validitas, peneliti juga melakukan uji
reliabilitas kuesioner penelitian dengan menggunakan metode
Alpha-Cronbach. Berdasarkan pengujian reliabilitas terhadap
kuesioner penelitian motivasi diri, diperoleh hasil 0,827 dan
koefisien Alpha-Cronbach bernilai positif yaitu r alpha lebih besar
dari r tabel (0,827 > 0,661). Kuesioner kinerja perawat diperoleh
hasil 0,963 dan koefisien Alpha Cronbach bernilai positif yaitu r
Alpha lebih besar r tabel (0,963 > 0,661). Nilai r Alpha yang lebih
besar dari nilai r tabel menunjukkan kedua kuesioner tersebut
reliabel.
42
1.2 Karakteristika Perawat di Ruang HCU RS Citarum
Semarang
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh perawat
yang bekerja di ruang HCU (High Care Unit) RS Panti Wilasa
Citarum Semarang yang termasuk dalam kriteria inklusi yang telah
ditentukan oleh peneliti. Jumlah seluruh responden penelitian yaitu
14 orang perawat. Responden yang diteliti memiliki karakteristika
tertentu dalam hal umur, tingkat pendidikan, dan lama kerja (Tabel
4.1).
Tabel 4.1 Karakteristika Perawat di Ruang HCU Berdasarkan Umur,
Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja
Karakteristik Responden Jumlah (n:14)
Persentase (%)
Umur Kurang dari 20 Tahun 20-30 Tahun Lebih dari 30 Tahun
0 9 5
0,00
64,29 35,71
Tingkat Pendidikan DIII Keperawatan DIV Keperawatan S1 Keperawatan S1 dan Ners
9 1 3 1
64,30 7,14
21,42 7,14
Masa Kerja Kurang dari 2 tahun Lebih dari 2 tahun
7 7
50,00 50,00
Sumber data: bagian keperawatan RS Panti Wilasa Citarum Semarang
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden
penelitian berada pada rentang usia 20-30 tahun, dengan tingkat
pendidikan terbanyak adalah DIII keperawatan. Dari masa kerja
menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja kurang dari dua
43
tahun dan responden yang masa kerja lebih dari 2 tahun memiliki
persentase yang sama yaitu 50%.
1.3 Motivasi Diri Perawat berdasarkan Tingkat
Pendidikan, Usia, dan Masa Kerja yang Berbeda
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa 64% atau 9
dari 14 orang responden memiliki motivasi diri yang sedang, 36%
atau 5 orang responden memiliki motivasi diri yang tinggi.
Tabel 4.2 berikut ini menunjukkan bahwa 50% atau 7 dari 14
orang responden dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan
memiliki motivasi diri yang sedang. Masa kerja kurang dari dua
tahun, sebanyak 3 orang responden atau 21,42% memiliki motivasi
diri sedang sedangkan 4 orang responden lainnya masuk dalam
kategori motivasi diri yang tinggi, sedangkan masa kerja lebih dari
dua tahun memiliki persentase yang hampir sama yaitu sebanyak 4
orang responden atau 28,6% masuk dalam kategori motivasi diri
sedang sedangkan 3 orang responden atau 21,42% memiliki
motivasi diri yang tinggi.
Menurut usia didapatkan bahwa responden dengan usia 20-
30 tahun atau sebanyak 42,9% memiliki motivasi diri sedang. Hasil
dari tabel dibawah ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan DIII
44
Keperawatan dan usia 20-30 tahun adalah dua faktor yang
menentukan nilai motivasi diri responden yang sedang.
Tabel 4.2 Motivasi Diri Perawat berdasarkan Tingkat Pendidikan,
Usia, dan Masa Kerja
Karakteristik Responden Kategori Motivasi Diri Sedang Tinggi
Tingkat Pendidikan DIII Keperawatan DIV Keperawatan S1 Keperawatan S1 dan Ners
7 - 2 -
2 1 1 1
Usia Kurang dari 20 tahun 20-30 tahun Lebih dari 30 tahun
- 6 3
- 3 2
Masa Kerja Kurang dari 2 tahun Lebih dari 2 tahun
3 4
4 3
1.4 Kinerja Perawat berdasarkan Tingkat Pendidikan, Usia, dan
Masa Kerja yang Berbeda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika dilihat dari tingkat
pendidikan, usia, dan masa kerja didapatkan hasil yaitu 93% atau
13 dari 14 orang responden memiliki kinerja yang tinggi, sedangkan
responden yang memiliki kinerja yang sedang yaitu 7% atau 1
orang responden
45
Tabel 4.3 Kinerja Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Usia,
dan Masa Kerja
Karakteristik Responden Kategori Kinerja Perawat Sedang Tinggi
Tingkat Pendidikan DIII Keperawatan D IV Keperawatan S1 Keperawatan S1 dan Ners
1 - - -
8 1 3 1
Usia Kurang dari 20 Tahun 20-30 Tahun Lebih dari 30 Tahun
- 1 -
- 8 5
Masa Kerja Kurang dari 2 Tahun Lebih dari 2 Tahun
1 -
6 7
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 57% atau 8 dari 14
responden yang memiliki tingkat pendidikan DIII Keperawatan, usia
20-30 tahun memiliki kinerja yang tinggi. Masa kerja lebih dari dua
tahun memiliki kinerja yang tinggi yaitu 50% atau 7 dari 14 orang
responden. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan DIII
Keperawatan dan usia 20-30 tahun adalah dua faktor yang
menentukan kinerja yang tinggi.
1.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai motivasi diri
dan kinerja perawat, diperoleh ada dua faktor yang menentukan
tinggi rendahnya motivasi diri dan kinerja perawat. Dua faktor
tersebut yaitu tingkat pendidikan dan usia. Oleh karena itu dibawah
ini akan dijelaskan mengenai bagaimana kedua faktor tersebut
46
mempengaruhi motivasi diri dan kinerja perawat serta bagaimana
keterkaitan antara motivasi diri dan kinerja perawat.
Motivasi diri
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa tingkat
pendidikan dan usia merupakan dua faktor yang mempengaruhi
sehingga motivasi perawat HCU berada dalam kategori sedang.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perawat HCU dengan tingkat
pendidikan DIII Keperawatan memiliki motivasi diri yang sedang.
Tingkat pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas
kerja seorang karyawan. Syadan (dalam Sayuti, 2006)
mengemukakan seorang karyawan yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi maka motivasi untuk meningkatkan kualitas
hidup akan semakin tinggi, dan sebaliknya seorang dengan tingkat
pendidikan yang rendah akan merasa tidak percaya diri dengan
lingkungan kerjanya yang didominasi oleh karyawan dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi darinya.
Usia juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi sehingga motivasi perawat HCU berada dalam
kategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat
HCU dengan usia 20-30 tahun memiliki motivasi diri yang sedang.
Usia 20-30 tahun adalah usia dimana seseorang mulai untuk
menyesuaikan diri terhadap pekerjaan yang ia tekuni.
47
Hurlock (dalam Suryani 2002) mengatakan usia 20-30
tahun merupakan usia produktif dimana pada usia ini seseorang
akan berusaha untuk tetap mempertahankan kestabilan pekerjaan
yang mereka tekuni. Motivasi bekerja yang tinggi sangat diperlukan
untuk mendukung keinginan mereka. Mereka akan berusaha untuk
memenuhi segala keinginan mereka dan berusaha mencapai tujuan
hidup yang mereka inginkan. Motivasi untuk mencapai sesuatu
merupakan target mereka dalam bekerja. Namun, dari hasil
penelitian diketahui bahwa motivasi perawat yang berada pada usia
20-30 tahun memiliki motivasi diri yang sedang. Hasil ini tidak
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dikarenakan mereka sudah
merasa puas terhadap hasil kerja yang mereka dapatkan. Bagi
mereka mempunyai pekerjaan yang aman lebih berarti daripada
meniti karier ke jenjang yang lebih tinggi.
Sayuti (2006) mengemukakan seseorang yang telah
memiliki pekerjaan yang aman akan merasa bahwa harapan dan
cita-cita yang diinginkan telah diraih sehingga rasa puas atas hasil
kerjanya merupakan kriteria yang paling penting bagi mereka.
Untuk itulah usia 20-30 tahun yang telah memiliki pekerjaan yang
aman akan cenderung mempertahankan apa yang telah mereka
capai dibandingkan dengan mencoba sesuatu yang baru yang
dapat meningkatkan kualitas kerja mereka.
48
Satu faktor yang mempengaruhi motivasi perawat berada
dalam kategori sedang adalah kelelahan dan kebosanan dengan
pekerjaan yang mereka kerjakan. Syadan (dalam Sayuti, 2006)
mengatakan faktor kelelahan dan kebosanan mempengaruhi gairah
dan semangat kerja yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi
motivasi kerjanya. Kelelahan dan kebosanan membuat mereka
tidak dapat mengembangkan kreativitas mereka dalam bekerja
terkhususnya melaksanakan tugas untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Hal ini dikarenakan mereka sudah
diperhadapkan dengan prosedur kerja yang ada, sehingga mereka
hanya mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.
Pengalaman kerja yang mereka miliki juga menjadi satu alasan
yang mendukung sehingga mereka memiliki motivasi yang sedang.
Lamanya mereka bekerja membuat mereka merasa nyaman
terhadap apa yang mereka tekuni sehingga motivasi untuk
mencapai sesuatu yang lebih tinggi tidak dipikirkan.
Selain faktor kelelahan dan kebosanan, gaji yang kurang
memadai pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi perawat berada dalam kategori sedang. Mereka merasa
bahwa hasil kerja yang mereka berikan tidak dihargai sebagaimana
mestinya sehingga motivasi mereka untuk meningkatkan kinerja
mereka menjadi kurang. Penghargaan terhadap hasil kerja yang
mereka berikan dianggap tidak sebanding dengan kinerja mereka
49
yang mengakibatkan mereka tidak mau untuk berusaha
meningkatkan perfoma kerja mereka. Raymond (2001) mengatakan
bahwa upah yang rendah tidak akan membangkitkan motivasi
pekerja dan pengalaman mengindikasikan bahwa motivasi
meningkat ketika upah naik.
Kinerja perawat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 57% atau 8
dari 14 perawat yang memiliki tingkat pendidikan DIII Keperawatan
dan usia 20-30 tahun memiliki kinerja yang tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan usia merupakan faktor-
faktor yang mendukung sehingga kinerja perawat HCU berada
dalam kategori tinggi.
Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi tidak
selamanya memiliki kinerja yang tinggi pula. Ada karyawan yang
memiliki motivasi yang tinggi tetapi memiliki kinerja ynag buruk
ataupun sebaliknya ada karyawan yang memiliki motivasi yang
sedang tetapi memiliki kinerja yang tinggi. Banyak faktor yang
mempengaruhi sehingga hal ini dapat terjadi. Dari hasil penelitian
ditemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga
motivasi yang sedang atau bahkan rendah memiliki kinerja yang
baik dalam pekerjaannya diantaranya tingkat pendidikan dan usia.
50
Tingkat pendidikan yang rendah tidak menjadi suatu acuan
seseorang untuk dapat menghasilkan penampilan kerja yang baik.
Penampilan kerja yang baik berasal dari dalam diri karyawan itu
sendiri untuk menghasilkan kualitas kerja yang baik. Dengan tingkat
pendidikan mereka yang hanya DIII Keperawatan membuat mereka
untuk tidak mau kalah atau tertinggal dengan rekan kerja yang
memiliki tingkat pendidikan diatas DIII Keperawatan. Hal inilah yang
membuat mereka untuk terus berupaya untuk dapat menampilkan
kinerja yang setinggi-tingginya sehingga mereka tidak kalah
bersaing dengan perawat S1 dan S1 Ners.
Hurlock (dalam Suryani 2002) mengatakan bahwa usia
merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas kerja seseorang.
Orang dewasa usia 20-30 tahun memiliki perfoma kerja yang tinggi.
Hal ini dikarenakan rata-rata pengalaman kerja yang mereka miliki.
Kepuasan kerja yang mereka peroleh sudah menjadi suatu
kebanggaan bagi diri mereka sendiri untuk tetap mempertahankan
kinerja mereka. Usia 20-30 tahun adalah usia dimana seseorang
berusaha untuk tetap mempertahankan kinerjanya sesuai dengan
permintaan dari instansi atau tempat ia bekerja. Lamanya
seseorang bekerja juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang sekalipun ia tidak memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi. Banyaknya pengalaman karyawan terhadap
suatu pekerjaan yang ditekuni dapat mempengaruhi motivasi dan
51
kinerja dari karyawan itu sendiri. Semakin banyak pengalaman
yang mereka peroleh saat bekerja maka semakin tinggi pula kinerja
mereka dalam bekerja. Penyesuaian mereka terhadap pekerjaan
yang mereka tekuni akan membantu mereka untuk lebih memahami
dan menguasai bidang kerja yang mereka lakukan sehingga hasil
kerja yang didapatkan sesuai dengan yang diharapakan oleh
instansi.
Keterkaitan Motivasi Diri Dengan Kinerja Perawat
Motivasi diri merupakan suatu dorongan yang dapat
membuat seseorang untuk berusaha memenuhi dan mencapai
kebutuhan atau tujuan hidupnya. Manfaat motivasi yang utama
adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja
meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja
dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat
diselesaikan dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai
standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan,
serta orang akan senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu yang
dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat
seseorang senang melakukannya. Seseorang akan merasa
dihargai atau diakui. Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-
betul berharga baginya yang termotivasi, sehingga ia akan bekerja
keras.
52
Sitorus (2006) mengatakan motivasi yang tinggi sangat di
perlukan pula oleh perawat sebagai pemberi pelayanan
keperawatan khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien. Seorang perawat yang memiliki kinerja kerja yang
baik adalah seorang perawat yang memiliki motivasi diri yang tinggi
untuk mengembangkan dirinya. Motivasi dianggap sebagai salah
satu faktor yang paling dominan dan berpengaruh terhadap kinerja
seorang perawat.
Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa
keterkaitan antara motivasi diri dengan kinerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yaitu kinerja
perawat yang tinggi sekurang-kurangnya didukung oleh motivasi diri
yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya motivasi
seseorang yang tinggi akan berdampak pada kinerja yang tinggi
pula. Ada juga seseorang yang memiliki motivasi yang sedang
tetapi dalam bekerja ia memiliki kinerja yang tinggi. Banyak faktor
yang mempengaruhi diantaranya usia, tingkat pendidikan, masa
kerja atau pengalaman kerja, gaji yang mendukung, lingkungan
kerja, dan fasilitas kerja yang dimiliki seseorang. Sekalipun motivasi
yang dimilikinya sedang namun banyaknya pengalaman yang
dimilikinya akan membuat dirinya nyaman dalam bekerja sehingga
hasil kerja yang didapatkan dan diharapkan dapat dicapai.