PERAN SINGLE PARENT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN …repository.iainbengkulu.ac.id/2739/1/FILE KASET...
Transcript of PERAN SINGLE PARENT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN …repository.iainbengkulu.ac.id/2739/1/FILE KASET...
PERAN SINGLE PARENT DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN DASAR ANAK (STUDI DI KELURAHAN
BETUNGAN KECAMATAN SELEBAR
KOTA BENGKULU)
SKRIPSI
DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntuk
MemperolehGelarSarjana Sosial (S.Sos)
Dalam Bimbingan Konseling Islam
OLEH
ARI PUTRA ELIZON
NIM. 1416323230
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BENGKULU
2018/2019
MOTTO :
Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen
untuk menyelesaikannya.
Berangkat dengan penuh keyakinan
Berjalan dengan penuh keikhlasan
Istiqomah dalam menghadapi cobaan
Jadilah seperti karang dilautan yang kuat dihantam ombak dan
kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,
karena hidup hanyalah sekali. Ingat pada Allah apapun dan dimanapun
kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.
Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya difikirkan.
Sebuah cita-cita adalah beban, jika itu hanya jadi angan-angan.
Karya ini kupersembahkan untuk :
Ayahnda(Sahin) dan Ibunnda (Emi Mawarni) yang selalu memberikan
harapan dan motivasi kepadaku, terima kasih tak terhingga ku ucapkan
kepada kedua orang tua ku dan kalian adalah motivator dalam hidupku.
Wah (Heri Santi), kakak-kakakku Iwin Saputra, Depan Tri Antonidan
dance putra yang selalu mendo’akan dan memberi arahan yang baik
dalam hidupku, terima kasih tak terhingga ku persembahkan untuk kalian
semua.
Ponakan tersayang Loren Salisti, M. Alfaris dan Dava
Makcik Susilawati dan Darseni, Ayuk sepupuku Lidya Anggraini, ST yang
selalu menambah dan memberikan motivasi serta dukungan, ada disaat
suka dan dukaku, terima kasih tak terhingga ku ucapkan kepada mereka
yang sudah membantu dalam penyelesaian studiku dan memberikan do’a
kepadaku selama ini..
Saudara-saudaraku yang telah memberikansemangat dan do’a kepadaku,
terima kasih tak terhingga ku ucapkan untuk kalian semua.
Teman-teman seperjuangan dan diluar sana yang tidak bisa kusebutkan
satu persatu terima kasih untuk do’a dan bantuannya.
Almamater IAIN Bengkulu
ABSTRAK
Peran Single Parents Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak (Studi Di
Kelurahan Betungan Kecamatan Selebar Kota Bengkulu)
Oleh Ari Putra Elizon
NIM 1416323230
Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui cara Single Parents
dalam mengembangkan mental anak di kelurahan Betungan Kecamatan Selebar
Kota Bengkulu. 2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan mental anak di kelurahan Betungan
Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Untuk mengungkapkan persoalan tersebut
secara mendalam dan menyeluruh, peneliti menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran single parent dalam
membentuk perkembangan mental anak di Kelurahan Betungan Kecamatan
Selebar Kota Bengkuluadalah sebagai berikut: dengan adanya orangtua tunggal
yang berperan terhadap perkembangan mental anak, maka anak sudah terbiasa dan
menerima keadaan keluarga karena memang sudah tanpa ayah sejak usia 5 bulan
dan ketika anak memasuki masa kanak-kanak, anak sudah terbiasa dan sudah
menerima keadaan orang tuanya yang tidak lengkap. Terdapat anak dari single
parent yang tidak menerima keadaan dalam keluarga karena anak ingin seperti
teman-temannya ang memiliki orang tua tunggal.Terkadang terdapat anak yang
protes dengan keadaan keluarga seperti ini.Sosok ayah dimata anak-anak adalah
orang yang dirindukan oleh anaknya karena jarang bertemu bahkan ada yang
belum pernah melihat ayahnya dari lahir. Adapun cara seorang single
parentmenjelaskan kepada anak yang menanyakan tentang ayah. Terdapat anak
yang memang merasa kehilangan sosok ayah sebagai sumber penuntun sehingga
dia lebih murung dan sulit untuk bercampur kepada orang lain. Semua informan
yang diteliti oleh peneliti belum ada yang menikah lagi walaupun single parent
tersebut ada yang ditinggal oleh suaminya ketika meninggal.
Kata Kunci : Single Parents, Perkembangan, Mental Anak
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunianyasehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran
Single Parents Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak (Studi Di Kelurahan
Betungan Kecamatan Selebar Kota Bengkulu)”.Shalawat dan salam untuk Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah berjuang untuk meyampaikan ajaran Islam
sehingga umat Islam mendapatkan petunjuk kejalan yang lurus baik dunia
maupun akhirat.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna
untuk memperoleh gelar sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Bimbingan
Konseling Islam pada Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis
mengucapkan terima kasih teriring doa semoga menjadi amal ibadah dan
mendapatkan balasan dari Allah SWT, kepada:
1. Prof. Dr.H. Sirajuddin M, M.Ag, MH, selaku Rektor IAIN Bengkulu yang
telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu dikampus hijau tercinta.
2. Dr. Suhirman, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu
3. Dr. Rahmat Ramdhani, M.Sos.I Ketua Jurusan dakwah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Bengkulu yang telah memotivasi dan membagikan ilmunya.
4. Dra. Rindom Harahap, M.Ag sebagai dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pengarahan, semangat dengan penuh
kesabaran.
5. Sugeng Sejati, S.Psi, MM selaku pembimbing II, yang telah meluangkan
waktu dan memberikan pengarahan, semangat dengan penuh kesabaran.
6. Dosen Fakultas Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah IAIN Bengkulu yang
telah mengajar dan membimbing serta memberikan berbagai ilmunya dengan
penuh keikhlasan.
7. Staf dan karyawan Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah IAIN Bengkulu
yang telah memberikan pelayanan dengan baik dalam hal administrasi.
8. Semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kelemahan
dan kekurangan dari berbagai sisi.Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan
mengaharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaa
penulis kedepan.
Bengkulu Februari M
Rabi’ul awal 1440 H
Ari Putra Elizon
NIM. 1416323230
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ..................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Batasan Masalah ............................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
E. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 6
F. Kajian Penelitian Terdahulu .......................................................... 6
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 9
BAB II :KERANGKA TEORI
A. Pengertian Single parent ............................................................... 11
B. Peran dan Fungsi Single parent ..................................................... 11
C. Pengembangan Pisikologi Anak Yang Bermasalah ...................... 19
D. Keluarga ........................................................................................ 21
E. Anak .............................................................................................. 28
BAB III : METODEPENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 35
C. Teknik Penentuan Informan .......................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 40
BAB IV :HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian ......................................................... 40
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 43
C. Pembahasan ................................................................................... 47
BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................... 52
B. Saran .............................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena single parent beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di
berbagai negara. Pada tahun 2003, di Australia terdapat 14% keluarga dari
keseluruhan jumlah keluarga masuk dalam kategori single parent, sedangkan
di Inggris pada tahun 2005 terdapat 1,9 juta single parent dan 91% dari angka
tersebut adalah wanita sebagai single parent. Begitu pun di Indonesia, seperti
yang diungkapkan oleh Dirjen Bimas Islam Depag, setiap tahun ada dua juta
perkawinan akan tetapi data single parent bertambah menjadi dua kali lipat,
yaitu setiap 100 orang yang menikah 10 di antaranya bercerai dan memilih
menjadi single parent1.
Berbicara tentang single parent atau orang tua tunggal dapat dikaitkan
pada pengertian seseorang yang mandiri.Orang tua tunggal yang mandiri
adalah mampu secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran,
dukungan, dan tanggung jawab dari pasangannya.Hidup sebagai single parent
pada dasarnya tidak pernah diharapkan oleh siapapun.Keluarga yang utuh
dengan figur seorang ayah yang menjadi pelindung atau seorang ibu yang
memberikan sentuhan kelembutan kasih diakui senantiasa menjadi
impian.Terlebih untuk wanita yang menikah, tentunya tidak pernah berharap
menjadi seorang wanita single parent.Tapi pada kenyataannya tidak semua
1
Feldman, Papalia Olds. Human Development (Perkembangan Manusia) edisi 10 buku.
Terjemahan.(Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009), h. 32
1
orang dapat memiliki keluarga yang benar-benar utuh.Kondisi ideal itu tidak
selamanya dapat dipertahankan atau diwujudkan karena berbagai sebab.
Salah satu penyebab wanita menjadi single parent adalah
perceraian.Yang mana salah satu penyebab perceraian karena adanya KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Sekitar tahun 2016 KDRT meningkat
6,25% dibanding tahun 2017dengan keterangan dominasi suami terhadap istri
dan faktor ekonomi. Selain itu, KDRT terhadap anak juga sering terjadi
karena ada beberapa situasi yang menyulitkan orang tua dalam menghadapi
anak, sehingga tanpa disadari perkataan dan perilaku orang tua terkadang atau
sering dapat membahayakan atau melukai anak seperti penyiksaan fisik,
penyiksaan emosi, pelecehan.Berikut kutipan KDRT yang terjadi di dalam
rumah tangga.
Seorang Doktor Psikologi Pasca Sarjana Kajian Wanitaberpendapat
bahwa peran ganda itu pertama-tama harus bisa disadari oleh perempuan yaitu
sebagai beban atau tantangan.Kalau dianggap sebagai suatu tantangan berarti
kondisi itu menuntut dia untuk bisa membagi waktu seperti bertanggung
jawab dalam pemenuhan kebutuhan psikologis dan kebutuhan fisik anak,
terutama bagi wanita single parentyang harus bekerja di luar rumah untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut terkadang menjadi konflik bagi dirinya
sendiri.Dalam hal ini optimisme seorang wanita single parentdiperlukan
sebagai kekuatan dalam mengasuh anak dan bertanggung jawab secara penuh
untuk memenuhi hak-hak anaknya.2 Sebagaimana dalam firman allah:
فهو حسبه ل على الل ومن يتوك
Artinya: Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath-Thalaq(: 3)
Berbicara tentang optimisme, perbandingan antara seorang wanita
single parent yang optimis denganwanita single parent yang pesimis akan
terlihat ketika ia memandang keberhasilan dan kegagalannya. Wanita single
parent yang optimis akan menganggap bahwa pada saat ia memperoleh hak
asuh anak maka ia akan menganggap bahwa hal itu merupakan hal baik yang
ia terima dengan segala konsekuensinya. Meski ia akan repot sendirian
mengurus anak, akan tetapi rasa suka cita terus mengalir dalam dirinya, karena
ia berpikir dapat terus bersama-sama dengan anak tercintanya. Lain hal nya
dengan wanita single parent yang memandang bahwa keberhasilannya
mendapatkan hak asuh anak terfokus pada hanya kesenangan sesaat.Ia senang
dengan perolehan hak asuh, akan tetapi ia terfokus dengan banyak
kekhawatiran karena harus bertanggung jawab sepenuhnya dalam mengasuh
anak sendirian, pada akhirnya ia menjadi pesimis.
Banyaknya permasalahan dan kesulitan yang dialami wanita single
parent sebagai orang tua tunggal dalam mengasuh anak sendirian menuntut
2
Siwanto. 2007. Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.
Yogyakarta : Andi
wanita single parent untuk dapat bersikap optimis. Beban hidup yang harus ia
tanggung seperti harus bekerja untuk menafkahi anaknya dan sekaligus tetap
perhatian dengan memberikan kasih sayang kepada anaknya menjadi sebuah
dilema yang harus wanita single parent jalani. Tidak hanya itu, mengingat
sorotan negatif atau cap tidak baik dari masyarakat tentang statusnya sebagai
seorang janda karena cerai, yang mana idealnya wanita single parent
mendapatkan dukungan dari lingkungan justru malah mendapat beban
psikologis yang membuat wanita single parent semakin terpuruk.
Wanita single parent yang memiliki optimis dalam memandang
hidupnya, tentu secara terus menerus akan memandang berbagai kejadian
baik dan buruk dengan pemikiran yang positif. Sebaliknya dengan wanita
single parent pesimis, respon keluhan terus mempengaruhinya dalam
menghadapi berbagai kejadian, terutama dalam hal ini adalah tuntutan
pemenuhan tanggung jawab kepada anaknya.
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di kelurahan
betungan, terdapat 6 orang wanita single parent dengan latar belakang sebab
menjadi single parent yang berbeda.Wawancara yang dilakukan oleh peneliti
kepada dua orang single parent yaitu Deti dan Nova tanggal 16 Februari
2018 bahwa beban yang ditanggung wanita single parentdalam pemenuhan
kebutuhan psikis dan fisik akan menimbulkan situasi yang sulit dan konflik
tersendiri baginya dalam menjalankan peran gandanya. Di satu sisi ia
harusbekerja untuk mencari uang dan menafkahi anaknya, membiayai
pendidikan sampai biaya antisipasi kesehatan anaknya di sisi lain ia pun
harus mengatur waktunya agar hubungan dengan anak tetap terjalin baik dan
harmonis. Pemberian kasih sayang, perhatian, rasa aman dan nyaman tentu
menjadi hal penting pula agar anak tetap dapat tumbuh dengan baik sesuai
perkembangannya. Untuk menyikapi situasi dan kondisi sulit, ada wanita
single parent yang bersikap optimis dan menganggap bahwa kemudahan dan
kesulitan dapat diatasi olehnya, akan tetapi ada pula wanita single parent
yang menyikapi kejadian demi kejadian dengan respon yang pesimis, baik
kejadian suka maupun duka.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas mengenai
berbagai problema yang dihadapi wanita single parent,maka peneliti tertarik
mengambil penelitian dengan judul “Peran Single Parents Dalam
Membentuk Perkembangan Mental Anak Di Kelurahan Betungan Kecamatan
Selebar Kota Bengkulu”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana caraSingle Parents dalam mengembangkan mental anak di
kelurahan Betungan Kecamatan Selebar Kota Bengkulu?
2. Faktor-faktor apa saja yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
mental anak di kelurahan Betungan Kecamatan Selebar Kota Bengkulu?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian hanya pada wanita
singleparentsyang berumur 20-40 tahun diKelurahan Betungan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. UntukmengetahuicaraSingle Parents dalam mengembangkan mental anak
di kelurahan Betungan Kecamatan Selebar Kota Bengkulu.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan mental anak di kelurahan Betungan Kecamatan
Selebar Kota Bengkulu.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Sebagai bahan masukan bagi wanita single parents agar selalu
semangat dalam menjalani segala cobaan yang diberikan dan dapat
menjaga psikologisnya agar tetap stabil.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan ilmiah dan diharapkan
akanmenjadi bahan sajian dan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait,
tambahan referensi dan kontribusi dalam bidang ilmu psikologis.
2. Kegunaan Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi kita semua dalam upaya meningkatkan
komunikasi yang lebih baik dan efektif untuk sekarang dan masa akan
datang.
b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut dimasa yang akan
datang.
F. Penelitian Terdahulu
1. Yusnita Marlia Suryani dengan judul Penyesuaian Diri Ibu Sebagai Kepala
Keluarga (Studi Kasus Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali,
KabupatenBoyolali).3Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana
bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyesuaian diri ibu dalam
perubahan peran dan fungsi menjadi kepala keluarga. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyesuaian diri ibu dalam
perubahan peran dan fungsi menjadi kepala keluarga.Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan studi kasus tunggal
terpancang.Sumber data didapat dari informandan peristiwa, dokumen dan
arsip, serta studi pustaka.Teknik cuplikan menggunakanpurposive.
Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi.Untuk mencari validitas data menggunakan trianggulasi data
dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis
interaktif.Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan (1) Terjadinya
perubahan fungsi dan peran kepala keluarga merupakan tanggung jawab
ibu sebagai orangtua tunggalsetelah ketiadaan suami akibat perceraian/
kematian. Membutuhkan waktu dan proses dalam penerimaan akan
ketiadaan suami namun dengan adanya dorongan yang berasal dari anak-
anak dan orang-orang sekitar ibu mampu bangkit dan menjalani hidupnya
tanpa adanya suami.(2) Terdapat faktor pendorong dan penghambat ibu
berhasil menyesuaikan diri sebagai kepala keluarga. Faktor pendorong: (a)
3Yusnita Marlia Suryani, Penyesuaian Diri Ibu Sebagai Kepala Keluarga (Studi Kasus
Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali), (Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010)
Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang mendukung ibu
untukdapat bangkit dan bertahan dengan situasi yang baru tanpa adanya
suami, b) Mampu berpikir positif, (c) Memiliki kreativitas, (d) Kemauan
untuk berusaha menyesuaikan diri, (e) Berserah diri kepada Tuhan. Faktor
penghambat: (a) Ibu yang memiliki ketergantungan yang tinggi kepada
suami (b) Tingkat kepercayaan diri yang kurang, (c) Usia yang sudah tidak
non produktif. (3) Para ibu sebagai kaum perempuan yang kadang
dipandang sebelah mata karena perempuan itu identik dengan lemah,
lembut, emosional, irasional namun dilihat dari kehidupan sosial dan
ekonomi, ibu dapat bertanggung jawab menjadi tulang punggung keluarga
dan mengurusi seluruh urusan rumah tangga. Ibu tetap memilih hidup
sebagai orangtua tunggal untuk mengutamakan kesejahteraan hidup,tanpa
memiliki keinginan untuk menikah lagi.(4) Dalam fungsi edukasi terhadap
anak dan fungsi sosial dalam masyarakat, ibu tetap dapat melaksanakan
dengan sebaik mungkin. Ibu senantiasa menanamkan nilai moral, sosial
dan agama sehingga anak-anak dapat berkembang dengan baik walaupun
tanpa figur seorang ayah, serta tetap menjaga hubungan yang baik dengan
masyarakat.
Persamaan penelitian adalah sama-sama meneliti tentangsingle
parents.Perbedaan penelitian adalah penelitian terdahulu meneliti tentang
Penyesuaian Diri Ibu Sebagai Kepala Keluarga sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti membahas psikologisnya.
2. Disamping itu adapula jurnal hasil penelitian Najwa Maulida tentang
“Hubungan Antara Kepribadian Anak dalam Asuhan Keluarga Single
Parent dan Keluarga yang Utuh (Studi dua Keluarga di Majangan Jawa
Timur)”. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian bahwa terdapat
hubungan yang cukup signifikan mengenai kepribadian anak yang diasuh
oleh seorang single parent dengan orangtua yang masih utuh. Ini
dibuktikan dengan adanya perbedaan yang cukup mendasar dimana anak
yang diasuh seorang single parent cenderung mempunyai kepribadian
yang mandiri dan kuat dibandingkan dengan anak yang diasuh oleh
keluarga yang utuh yang cenderung lebih manja. Kurang lengkapnya
kehadiran orangtua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kepribadian anak.4
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini selanjutnya akan disusun secara sistematis penulisan
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan : Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Sistematka
Penulisan.
Bab II KajianTeori : Berisi tentangpsikologis,single parent, pengertian
keluarga, tipe-tipe keluarga, perna keluarga terhadap perkembangan mental
anak, pengertian anak.
4Najwa Maulida, Hubungan Antara Kepribadian Anak Dalam Asuhan Single Parent dan
Keluarga yang Utuh (Studi terhadap dua Keluarga di Dusun Majangan Jawa Timur), Anima,
Jurnal PsikologiIndonesia, vol.9, 2003
Bab III Metode Penelitian : Dalam bab ini berisi tentang Jenis
Penelitian, Teknik Penentuan Informan, Lokasi Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan : Berisi penguraikan tentang
hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V Penutup :Berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan
penyajian secara singkat apa yang diperoleh dari pembahasan serta menjawab
rumusan masalah dan saran merupakan anjuran yang diberikan penulis kepada
pihak yang berkepentingan terhadap hasil penilitian dan berperan bagi penulis
selanjutnya.
Daftar Pustaka, yakni referensi-referensi yang peneliti gunakan selama
proses penelitian berlangsung. Lampiran-lampiran, berisi tentang dokumen
atau data yang didapat selama penelitian dilaksanakan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Psikologis
Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang terus berkembang dan
dipelajari adalah psikologi. Psikologi berasal dari kata Yunani yaitu
“psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya adalah ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologi, psikologi adalah ilmu yang
membahas segala sesuatu tentang jiwa, baik gejalanya, proses terjadinya,
maupun latar belakang kejadian tersebut.
Psikologi memiliki berbagai macam cabang ilmu pengetahuan dan
salah satunya adalah psikologi perkembangan. Psikologi perkembangan
adalah ilmu yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor
yang membentuk perilaku sejak lahir sampai lanjut usia.Pada setiap
proses perkembangan terdapat perpaduan antara dorongan
mempertahankan diri dan dorongan mengembangkan diri. 5
Di samping dorongan mempertahankan diri, terdapat pula
dorongan untuk mengembangkan diri guna mendapatkan kemajuan baru,
jadi ada realisasi-diri menuju pada progres. Hal ini mutlak perlu untuk
mencapai keadaban dan mencipta kebudayaan dalam usia dewasa.
Dorongan mempertahankan diri berpadu dengan dorongan
5
Wade, C., dan Travis, C. Psikologi Edisi Sembilan Jilid 2. Alih Bahasa : Padang
Mursakin dan Dinastuti. (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2007), h. 12
11
mengembangkan diri itu artinya apa yang sudah dicapai seseorang berkat
perkembangan dirinya, akan dipertahankan dan dijadikan miliknya. Lalu
dijadikan modal dasar bagi pengembangan selanjutnya.
Dorongan kegiatan psikologi sosial terletak pada kebutuhan
manusia untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dihadapinya
dalam menjalin hubungan dengan manusia lain. Dalam buku Psikologi
Perkembangan, dikutip pernyataan Santrock tentang psikologi
perkembangan moral, yaitu adapun yang dimaksud dengan
perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak
memilki moral (immoral).Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral
yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya
berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman
sebaya), anak belajar memahami perilaku yang baik, yang boleh
dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan.6
2. Single Parent
Definisi keluarga pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orang tua bagi anak-
anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai salah satu
orangtuanya sudah meninggal atau bercerai, yang biasa disebut orangtua
6Hurlock, Elizabeth B. PsikologiPerkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang.
Kehidupan. (Jakarta : Erlangga,2011), h. 12
tunggal yaitu keluarga yang hanya terdiri dari seorang ibu ataupun
seorang ayah dimana mereka secara sendirian membesarkan anak-
anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan
hidup bersama dengan anak - anaknya dalam satu rumah. Keadaan ini
menimbulkan apa yang disebut dengan keluarga dengan orang tua tunggal
(single parent). Orang tua tunggal (single parent) adalah orang tua yang
telah menjanda ataupun menduda dengan mengasumsikan tanggung
jawab untuk memelihara anak-anak tanpa bantuan pasangannya setelah
kematian, perceraian dengan pasangannya ataupun kelahiran anak di luar
nikah.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa orang tua
(single parent) adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan
anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab
pasangannya.Single parent adalah: “Parent with out partner who continue
to raise their children”. Macam bentuk single parent Orang tua tunggal
yang disebut dengan single parent adalah orang tua tunggal (ayah atau
ibu saja). Ada banyak penyebab yang mengakibatkan peran orangtua
yang lengkap dalam sebuah rumah tangga menjadi tidak sempurna.Hal ini
bisa disebabkan banyak faktor.7
a. Problematika Orang tua Tunggal
Beberapa permasalahan yang sering timbul di dalam keluarga
dengan orang tunggal baik wanita maupun pria yakni merasa
7
Ayu, D. Kartika. Resiliensi Pada Single Mother Pasca Perceraian. (Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma. 2012), h. 32
kesepian, perasaan terjebak dengan tanggung jawab mengasuh anak
dan mencari sumber pendapatan, kekurangan waktu untuk mengurus
diri dan kehidupan seksualnya, kelelahan menanggung tanggung
jawab untuk mendukung dan membesarkan anak sendirian, mengatasi
hilangnya hubungan dengan partner special, memiliki jam kerja yang
lebih panjang, lebih banyak masalah ekonomi yang muncul,
menghadapi perubahan hidup yang lebih menekan, lebih rentan
terkena depresi, kurangnya dukungan sosial dalam melakukan
perannya sebagai orang tua, dan memiliki fisik yang rentan terhadap
penyakit.
Sedangkan masalah khusus yang timbul pada keluarga dengan
orang tua tunggal wanita adalah kesulitan mendapatkan pendapatan
yang cukup, kesulitan mendapat pekerjaan yang layak, kesulitan
membayar biaya untuk anak, kesulitan menutupi kebutuhan
lainnya.Sementara pada keluarga dengan orang tua tunggal pria
masalah khusus yang timbul hanya dalam hal memberikan
perlindungan dan perhatian pada anak.8
Pada kasus keluarga dengan orang tua tunggal yang terjadi
karena perceraian, baik bagi wanita maupun pria proses setelah
terjadinya perceraian seperti orang yang baru mulai belajar berjalan
dengan satu kaki, setelah kaki yang lainnya dipotong. Perceraian adalah
proses amputasi pernikahan. Tidak peduli seberapa pentingnya
8
Febriyani, S, Dinamika Komunikasi Keluarga Single Mother. (Jurusan Ilmu Manajemen
Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi. Padjajaran:Universitas Padjadjaran, 2012
perceraian tersebut, perceraian tetap saja menyakitkan.
c) Kematangan Wanita sebagai Single Parent
Seperti yang telah disebutkan pada sebelumnya bahwa keluarga
yang berstatus single parent disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa
faktor yang ada itu mempengaruhi kematangan wanita sebagai seorang
single parent.Kematangan dalam segi fisik dan terutama psikologis
menjadi faktor yang utama yang dibutuhkan untuk keberhasilan wanita
sebagai single parent dalam membesarkan anaknya.Wanita sebagai
single parent yang sangat riskan dalam membesarkan anaknya adalah
disebabkan oleh kehamilan sebelum menikah, karena sebagian besar
kehamilan sebelum menikah terjadi pada remaja.9
Remaja belum memiliki kematangan yang cukup untuk menjadi
single parent.Pada kasus ini dibutuhkan dukungan yang lebih besar dari
keluarganya untuk menyiapkannya menjadi seorang single parent. Pada
kasus lain yang menyebabkan wanita menjadi single parent (perpisahan
atau perceraian, kematian suami atau istri, dan adopsi), dirasa tidak
terlalu bermasalah pada kematangan wanita tersebut (terutama alasan
adopsi karena ada keinginan internal dari wanita untuk memiliki dan
membesarkan anak, artinya ia telah benar-benar siap dengan segala
konsekuensi sebagai single parent) karena pada kondisi itu wanita
dinggap telah dewasa dan telah mampu menghadapi segala perubahan
yang terjadi, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa tetap
9
R ika, M. D. dan Risdayati. Peran Perempuan Single Parent Dalam Menjalankan
Fungsi Keluarga. Indonesia: Pekanbaru, 2013), h. 12
membutuhkan jangka waktu tertentu untuk beradaptasi dengan kondisi
yang baru.
Kematangan wanita yang berstatus sebagai single parent
merupakan hal yang utama dibutuhkan dalam mebesarkan serta
mendidik anak-anaknya.Hal tersebut dikarenakan, kematangan pada
wanita sebagai single parent dapat mempengaruhi caranya dalam
memanajemen diri dan keluarganya, terutama dalam membentuk anak
yang berkualitas.
d) Manajemen Keluarga pada Keluarga Berstatus Single Parent
Orang tua sebagai single parent harus menjalankan peran ganda
untuk keberlangsungan hidup keluarganya.Sebagai single parent, wanita
harus mampu mengkombinasikan dengan baik antara pekerjaan
domestik dan publik.Dalam hal ini, kematangan fisik dan psikologis
merupakan faktor yang sangat vital dibutuhkan untuk melakukan
manajemen keluarga.10
Wanita yang berstatus single parent dimana ia harus mencari
uang untuk menafkahi keluarganya dan juga harus memenuhi kebutuhan
kasih sayang keluarganya harus melakukan perencanaan yang matang
dalam pengorganisasian kegiatanya menjalankan peran ganda. Dalam
melakukan perencanaan tersebut, ia harus mengkomunikasikan rencana
yang telah ia buat pada keluarga terdekatnya (orang tua, paman atau
bibi), terutama yang akan dimintai bantuan nantinya.
10
Alvita, N.O. Wanita Sebagai Single Parent Dalam Membentuk Anak Yang
Berkualitas. http://okvina.wordpress.com/html
Setelah dilakukan perencanaan, maka ia harus melaksanakan
rencana yang telah ia buat. Apabila diperlukan, maka ia bisa juga
meminta bantuan pada keluarga terdekatnya untuk membantu kegiatan
keluarganya selama ia diluar rumah untuk mencari nafkah, tentunya ia
harus mengkomunikasikan hal ini sebelumnya dengan orang yang
bersangkutan.
Hal terakhir yang harus dilakukan dalam memanajemen
keluarga yang berstatus single parent adalah dengan mengevaluasi
semua kegiatan yang telah berlangsung di keluarga. Evaluasi diperlukan
untuk meninjau apakah kegiatan keluarga yang telah berlangsung,
terutama yang dihandle oleh anggota keluarga yang lain sesuai dengan
harapannya atau tidak. Disamping itu, evaluasi juga dibutuhkan
membenahi perencanaan keluarga selanjutnya.11
e) Manajemen Wanita sebagai Single Parent dalam Membentuk Anak
yang Berkualitas
Membentuk anak yang berkualitas merupakan tugas dari semua
orang tua, begitu pula dengan single parent. Akan tetapi, ada beberapa
hal khusus yang harus dilakukan oleh single parent agar anaknya
berkembang sama seperti anak-anak pada keluarga lengkap. Hal
tersebut antara lain sebagai berikut: Pengganti Figur Orang Tua yang
Hilang.
Wanita sebagai single parent harus mampu menjadi ibu bagi
11Ayu, D. Kartika. Resiliensi Pada Single Mother Pasca Perceraian. (Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma. 2012), h. 40
ana-anaknya sekaligus memenuhi kebutuhan anaknya akan figure
seorang ayah. Menjalankan dua peran tersebut bukanlah hal yang
mudah.
f) Masalah dan dampak yang di hadapi single parent
Masalah yang di hadapi pada single parent :
1) Ancaman kesehatan
Akibat peran ganda yang harus di jalani,wanita akan mengalami
gangguan kesehatan seperti kelelahan, kurang gizi, sehingga
mengakibatkan angka kesakitan meningkat. Hal ini di akibatkan karena
kondisi fisik yang sering dipergunakan untuk melakukan suatu aktifitas
secaras berkelanjutan.12
2) Emosi labil
Wanita merasa tidak senang atau tidak puas dengan keadaan diri
sendiri dan lingkunganya. Rasa tidak puas ini mengakibatkan emosi
wanita tersebut menjadi labil dimana wanita akan mengalami perasaan
cemas, tidak berdaya, depresi dan mudah tersinggung .
3) Peran ganda
Dimana wanita tersebut harus berperan baik sebagai ibu dan
pendidik bagi anak-anaknya sebagai kepala keluarga, sebagai pengatur
atau pengelola rumah tangga dan sebagai pencari nafkah dalam
mengatasi masalah keluarga.
Dampak yang dihadapi
12
Febriyani, S, Dinamika Komunikasi Keluarga Single Mother. (Jurusan Ilmu Manajemen
Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi. Padjajaran:Universitas Padjadjaran, 2012
a) Bagi orang tua
Pada wanita tanpa anak:
Kesulitan ketika dalam keadaan sakit dan kesepian menjelang hari
tua.
Pada wanita dengan anak:
Tidak merasa kesepian dimana anaknya dijadikan sebagai sahabat
atau temanya, kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga dan tuntutan waktu yang banyak untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan anaknya .
b) Bagi anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi terganggu karna :
1) Anak tidak menerima keadaan dalam keluarga
2) Rasa kehilangan sosok ayah sebagai sumber penuntun
3) Adanya rasa takut mengenal bapak tiri yang jahat apabila orang
tuannya menikah lagi
4) Kurang kasih sayang karena orang tua sibuk dengan pekerjaannya
untuk mencukupi kebutuhan keluarga.13
g) Dampak single parent pada ibu tunggal
Wanita sebagai ibu rumah tangga ,berikut beberapa persoalan
wanita disekitar domestik: pelecehan pekerjaan rumah tangga,
pekerjaan rumah tangga 100% dibebankan pada wanita, dan wanita
sebagai kepala rumah tangga.
13Alvita, N.O. Wanita Sebagai Single Parent Dalam Membentuk Anak Yang Berkualitas.
http://okvina.wordpress.com/html
h) Ciri-ciri dari Sikap mandiri menurut Spencer dan Kass yang dikutip
oleh ayumi antara lain sebagai berikut:
1)Mampu mengambil inisiatif
2)Mampu mengatasi masalah
3)Penuh ketekunan
4)Memperoleh kepuasan dari usahanya
5)Berusaha menjalankan sesuatu tanpa bantuan orang lain
3. Kepala Keluarga
a. Pengertian Keluarga.
Adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan .Keluarga
adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan.14
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatanperkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga.
14J. Goode, William, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 114
Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
keluarga adalah :15
1) Unit terkecil dari masyarakat.
2) Terdiri atas dua orang atau lebih.
3) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
4) Hidup dalam satu rumah tangga.
5) Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
6) Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
7) Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
8) Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
b. Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
1) Tipe Keluarga Tradisional
a) Keluarga Inti (Nuclear Family) , adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
b) Keluarga Besar (Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
c) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
15Rahmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandatama, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat
Modern, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 12
d) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah)16
2) Tipe Keluarga Non Tradisional
a) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama. 17
d) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melelui pernikahan.
e) Gay And Lesbian Family
16Sujana, Djuju. Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 321
17Rahmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandatama, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat
Modern, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 221
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suamiistri (marital partners).
f) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.
g) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
i) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.18
j) Homeless Family
18J. Goode, William, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 126
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.
c. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan. 19
2) Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
19Rahmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandatama, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat
Modern, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 116
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
3) Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spriritual.
d. Tahap Perkembangan Keluarga
Terdapat 8 tahap perkembangan keluarga , yaitu:20
1) Keluarga Baru (Berganning Family) Pasangan baru menikah yang
belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini
antara lain adalah :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan.
b) Menetapkan tujuan bersama.
c) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
d) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
e) Persiapan menjadi orang tua.
f) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
2) Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46
20Suroto. Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua Dalam Keluarga Dan Lingkungan
Sosial Mahasiswa Terhadap. Pembentukan Karakter Sebagai Warga Negara Yang Baik. (Jakarta:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2013)
orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah
dalam hal :21
a) Suami merasa diabaikan.
b) Peningkatan perselisihan dan argument.
c) Interupsi dalam jadwal kontinu.
d) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya / dana Child Bearing.
h. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin. 22
4. Anak
a. Pengertian Anak
21Dagun, M. S. Psikologi Keluarga. (Jakarta : Rineka Cipta. 2012), h. 336
22Dagun, M. S. Psikologi Keluarga. (Jakarta : Rineka Cipta. 2012), h. 336
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan
bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan
termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang berarti segala
kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah
dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia
18 tahun. 23
b. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum
digolongkan menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi,
pangan atau gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang
layak, sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi.Kebutuhan
emosi atau kasih saying (Asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan,
hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu
dengan anak merupakansyarat yang mutlak untuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial.
Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah), stimulasi mental merupakan
cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada
anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental
psikososial diantaranya kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.
23Idad Suhada, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 121.
c. Tingkat perkembangan anak
Karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan :
1) Usia bayi (0-1 tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan
pikirannya dengan kata-kata.Oleh karena itu, komunikasi dengan
bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non
verbal.Pada saat lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman
lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya dengan
menangis.Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon
terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi
dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan,
dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah lembut.Ada
beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi
pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian
orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya.
Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena bayi
akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan
ibunya.Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik
dengan ibunya.24
2) Usia pra sekolah (2-5 tahun)
24Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter (Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada,
2013), h. 125-127.
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3
tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai
perasaan takut oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu
tentang apa yang akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat
akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang akan
ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana
akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang
thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya
untuknya. Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih.Hal
ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200
kata.Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang
sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
dikenalnya.Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional
seperti boneka.Berbicara dengan orangtua bila anak malu-
malu.Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara
tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak
untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah
dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya25
.
3) Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang
dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu,
25
Riyadi.Risiko Masalah Perkembangan dan Mental Emosional Anak yang Diasuh di
Panti Asuhan Dibandingkan dengan Diasuh Orangtua Kandung. Jurnal MKB, Volume 46 No. 2,
Juni 2014
apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia
ini harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan
berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan
orang dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar
3000 kata dikuasi dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.
4) Usia remaja (13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir
masa anak-anak menuju masa dewasa.Dengan demikian, pola
pikir dan tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak
menuju orang dewasa.Anak harus diberi kesempatan untuk belajar
memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas
atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya
atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai keberadaan
identitas diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam
berkomunikasi.Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi
wajah bahagia.
d. Tugas Perkembangan Anak
Tugas perkembangan adalah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai
individu pada tiap tahap perkembangannya.Tugas perkembangan bayi
0-2 adalah berjalan, berbicara, makan makanan padat, kestabilan
jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat
kesempatan bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru,
mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai
kenyataan sosial dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional,
belajar membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati
juga proses sosialisasi. Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah
belajar menguasai keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap
yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul dengan teman
sebaya, memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin,
mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari, mengembangkan keterampilan yang fundamental,
mengembangkan pembentukan kata hati, moral dan sekala nilai,
mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok sosial dan
lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah
menerima keadaan isiknya dan menerima peranannya sebagai
perempuan dan laki-laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan
teman sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat
refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, serta mengembangkan nilai-
nilai hidup26
.
26Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter, (Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada,
2013), h. 125-127.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis pendekatan yang digunakan oleh peneliti
adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yang menghasilkan
data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek dan pelaku yang
diamati.Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu27
.Peneliti
kualitatif percayabahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan
hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan
situasi sosial mereka28
.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-
strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel.Penelitian kualitatif ditujukan
untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang
partisipan.Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut
adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah
dimana peneliti merupakan instrumen kunci.Bersifat mendeskripsikan
kejadian atau peristiwa yang bersifat factual.
1. Dilakukan dengan survey, dalam arti penelitian ini mencakup seluruh
metode kecuali yang bersifat histories dan ekperimental.
2. Mencari informasi factual yang dilakukan secara mendetail.
27
Sukmadinata,Metode Penelitian Pendidikan, (Badung :Alfabeta, 2005),h.67 28
SudarwanDanim,Menjadi Peneliti kualitatif,(Bandung : Pustaka Setia, 2002), h.90
34
3. Mengidentifikasi masalah-masalah untuk mendapatkan justifikasi keadaan
dan praktek-praktek yang sedang berlangsung.
4. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang
tertentu dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian kualitatif itu berakar padalatar alamiah sebagai keutuhan
mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode
kualitatif, maengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran
penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih
mementingkan proses dari pada hasil, membatasi study dengan focus,
memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan
penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya bersifat sementara,
dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, peneliti dan subjek
penelitian.
Penelitian kualitatif sebagaimana dinyatakan oleh dua pengertian ini
membuka peluang lebih besar terjadinya hubungan langsung antara peneliti
dan responden.Penelitian ini berusaha mengungkapkan fenomena yang tengah
terjadi di tengah wanita single parent.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan mengambil lokasi penelitian
Di Kelurahan Betungan Bengkulu. Lokasi penelitian ini di pilih berdasarkan
permasalah yang ada mengenai single parent.Waktu Penelitian pada bulan
Agutus 2018.
C. Teknik Penentuan Informan
Sumber informasi/informan adalah wanita singleparent yang berumur
20-40 tahun di kelurahan Betungan Bengkulu.Untuk mendapatkan data yang
akurat dan dijamin kualitasnya maka sebelum menentukan subyek/informan
penelitian akan dilakukan overview dengan memberikan informasi dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait permasalahan yang akan diteliti.
Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling yaitu
pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu:
1. Single parent yang bersedia dijadikan informan
2. Single parent berusia < 40 tahun
Dari kriteria di atas maka didapat keseluruhan informan yaitu 10 orang.
Tabel 3.1 Datan Informan
No Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Jumlah anak
1 Intan 29 Petani SMA 2
2 Nurma 35 Pedagang SMA 3
3 Sinta 36 Pedagang SMP 1
4 Anggi 37 Petani SMA 2
5 Ina 40 Buruh SD 2
6 Yeni 38 Pedagang SMA 1
7 Umi 36 Pedagang SMA 2
8 Gia 33 Buruh SMA 3
9 Damayanti 34 Petani SMA 3
10 Dwi 31 Petani SMA 1
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data lapangan yang dibutuhkan, penulis
menggunakan teknik-teknik sebagai berikut.Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan dua aspek yaitu:
1. Data Primer
Data ini diperoleh melalui penelitian lapangan yang langsung
menemui para informan dan dilakukan dengan dua cara yakni:
a. Observasi yakni, suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan jalan mengamati secara langsung obyek penelitian yaitu single
parent di Kelurahan Betungan Kecamatan Selebar disertai dengan
pencatatan yang diperlukan.
b. Wawancara mendalam yakni, dengan menggunakan pedoman
pertanyaan terhadap subyek penelitian dan informan yang dianggap
dapat memberikan penjelasan.
Adapun indikator wawancara penelitian dengan menggunakan teori
Alvita 29
:
Tabel 3.2 Indikator Penelitian
Indikator Pertanyaan Informan
1. Anak tidak
menerima
a. Apakah anak anda
menerima keadaan
keluarga anda yang seperti
ini?
b. Mengapa anak tidak
menerima keadaan dalam
single parent
29
Alvita N.O. Wanita Sebagai Single Parent Dalam Membentuk Anak Yang Berkualitas.
http://okvina.wordpress.com/html
keluarga ?
c. Apakah anak anda pernah
protes dengan keadaan
keluarga anda?
d. Bagaimana anda
menanggapinya?
2. Rasa
kehilangan
sosok ayah
sebagai sumber
panutan
a. Bagaimana sosok ayah
dimata anak-anak?
b. Bagaimana anda
menjelaskan kepada anak
yang menanyakan tentang
ayah?
c. Apakah anak merasa
kehilangan sosok ayah?
d. Bagaimana rasa
kehilangan sosok ayah
sebagai sumber penuntun?
single parent
3. Adanya rasa
takut mengenal
bapak tiri yang
jahat apabila
orang tuanya
menikah lagi
a. Apakah anak anda
memiliki bapak tiri?
b. Bagaimana reaksi anak
dengan bapak adanya
bapak tiri?
c. Mengapa adanya rasa
takut mengenal bapak tiri
yang jahat apabila orang
tuannya menikah lagi ?
single parent
4. Kurang kasih
sayang karena
orang tua sibuk
dengan
pekerjannya
untuk
mencukupi
kebutuhan
keluarga
a. Apakah anda sibuk
bekerja sehari-hari?
b. Bagaimana anda
memberikan kasih saya
kepada anak dengan peran
ganda anda sebagai
seorang ibu sekaligus
ayah?
single parent
c. Bagaimana anda
memenuhi kebutuhan
keluarga?
d. Bagaimana cara anda
menyeimbangkan antara
pekerjaan agar kasih
saying kepada anak tetap
terjaga ?
2. Data sekunder
Pengumpulan data jenis ini dilakukan dengan menelusuri bahan
bacaan berupa buku, Internet dan berbagai hasil penelitian terkait, serta
dokumen yang tersedia padakantorkelurahan yang relevan dengan
permasalahan.
3. Dokumentasi
Molleong mengatakan bahwa dokumentasi adalah setiap bahasan
tertulis atau film. Pengumpulan data dilakukan dengan cara merekam
kegiatan subjek pada saat komunikasi berlangsung, melakukan
pengumpulan, pencatatan serta dengan menganalisis data-data tertulis
berupa arsip mengenai data yang diteliti yang peneliti dapatkan dari salah
satu tokoh masyarakat. Alasan penggunaan teknik ini adalah karena dapat
digunakan sebagai bukti fisik dalam penelitian.
Dalam hal ini peneliti mencatat semua data yang didapat dari
informan, yakni salah satu tokoh masyarakat.Data berupa dokumen desa
yang berupa jumlah penduduk, dan juga budaya adat istiadat masyarakat,
serta rekaman dan foto yang didapat dari lokasi penelitian.
E. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan model analisis interaksi, di
mana komponen reduksi data dan sajian data dilakukan bersamaan proses
pengumpulan data. Tiga tahap dalam menganalisa data, yaitu:30
1. Data Reduction ( Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah di
reduksi akan memberikan gambar yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya
bila diperlukan. Reduksi data juga dapat dibantu dengan menggunakan
peralatan elektronik.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data.Dalam penelitian kualitatif data yang dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan
sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apa
30
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2013),h.247
bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
yang kredibel.
BAB IV
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
1. Kependudukan
a. Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan penghuni seluruh wilayah, yang bisa saja
terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Demikian juga
penduduk di kelurahan Betungan, penduduk dikelurahan ini terdiri
dari beberapa suku, baik suku pendatang dari luar Bengkulu. Menurut
data Statistik kelurahan Betungan tahun 2018, bahwa penduduk
Betungan berjumlah 25.337 jiwa dan 4. 865 Kepala Keluarga. Untuk
lebih jelasnya sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kelurahan Betungan (RT 10, 11 dan 12)
Laki-laki Perempuan Jumlah
207 130 337
Sumber Data : Monografi, 2018
b. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
Masyarakat kelurahan Betungan sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani, peternak, nelayan, disamping itu juga
sebagai pegawai negeri, Polri/TNI, swasta dan pedagang. Hal ini
disebabkan kelurahan Betungan terletak ditengah ibu Kota
Bengkulu, yang merupakan tempat merapatnya kapal-kapal.
48
Betungan juga mempunyai potensi alam yang sangat
menguntungkan serta masih luasnya area pertanian. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari table berikut :
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kelurahan Betungan Berdasarkan Mata Pencaharian
No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
1 PNS 1.130
2 TNI/Polri 475
3 Nelayan 41
4 Pedagang 650
5 Swasta 500
6 Peternak 341
7 Petani 525
8 Lain-lain 1.598
Sumber Data : Monografi, 2018
3. Jumlah Penduduk Menurut Usia
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Kelurahan Betungan Berdasarkan Usia
Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
0 s/d 4 Tahun
5 s/d 9 Tahun
10 s/d 14 Tahun
15 s/d 19 Tahun
20 s/d 24 Tahun
25 s/d 29 Tahun
30 s/d 34 Tahun
35 s/d 39 Tahun
40 s/d 44 Tahun
45 s/d 49 Tahun
50 s/d 54 Tahun
55 s/d 59 Tahun
60 s/d 64 Tahun
65 s/d 69 Tahun
70 s/d 74 Tahun
505
1.220
1.160
830
750
850
2.647
678
896
1.083
1.082
670
50
25
10
643
1. 490
1. 272
858
715
642
2.847
562
958
1.092
985
697
30
23
9
1.148
2.710
2.432
1.688
1.465
1.492
5.494
1.240
1.854
2.175
2.067
1.367
80
48
19
Jumlah 12.483 12.823 25. 280
Sumber Data : Monografi, 2018
4. Agama
Sebagian besar penduduk kelurahan Betungan menganut agama
Islam dan sebagian lagi menganut agama Kristen Protestan, Katolik,
Hindu, dan Budha. Oleh Karena itu dalam kehidupan sehari-hari pada
masyarakat kelurahan Betungan seperti dalam acara pernikahan, kematian,
dan adat istiadat banyak yang diselenggarakan dalam tradisi-tradisi dan
upaya yang bernafaskan agama, terutama agama Islam yang merupakan
mayoritas agama masyarakat Betungan. Dalam kehidupan beragama
kebebasan dalam melaksanakan perintah agama masing-masing terlihat di
junjung tinggi, antara pemeluk agama yang satu dengan agama yang lain
bebas beribadah melaksanakan perintah Tuhannya tanpa ada permusuhan
dan saling mengganggu satu sama yang lainnya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat tabel berikut ini :
Tabel 4.4
Data Komposisi Agama yang Dianut pada Kelurahan Betungan
No Jenis agama Jumlah
1 Islam 24.422
2 Katholik 465
3 Protestan 340
4 Budha 70
5 Hindu 25
Sumber Data : Monografi, 2018
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa manyoritas agama
masyarakat kelurahan Betungan adalah agama Islam dengan jumlah
penduduk yang menganut agama Islam 24.422 jiwa.
5. Sarana dan Prasarana Kelurahan Betungan
Pada kelurahan Betungan Kecamatan Selebar Kota Bengkulu
memiliki sarana dan prasarana yang sudah memadai untuk semua
kegiatan masyarakat, sehingga baik dari segi fasilitas pendidikan,
kesehatan, musholah, masjid sudah sangat memadai, berikut adalah sara
dan prasarana yang ada pada wilayah kelurahan Betungan Kecamatan
Selebar Kota Bengkulu adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Data Sarana Dan Prasarana Kelurahan Betungan
NO Jenis sarana dan prasarana Jumlah
1 PAUD 19
2 Sekolah Dasar (SD) 4
3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3
4 Sekolah Menengah Atas (SMA) 2
5 Perguruan Tinggi 2
6 Masjid 27
7 Musholah 7
8 Lembaga Kesehatan 2
Sumber Data : Monografi, 2018
B. Hasil Penelitian
1. Kebutuhan Fisik-Biologis (ASUH):
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
melakukan wawancara kepada informan.
a. Kebutuhan Makanan
Hasil wawancara dengan Ibu Intan:
“Aku ngasih anak aku makan yang cukup karno aku nyari duit untuk
mencukupi kebutuhan anak amba, aku ndak anak aku samo cak anak
yang lain”31
“Disini saya memberikan anak saya kebutuhan makanan yang cukup
karena saya bekerja mancari uang untuk memenuhi kebutuhan anak
saya. Saya maunya anak saya sama dengan orang lain yang memiliki
ayah”
Sedangkan Ibu Nurma mengatakan:
“Anak aku idak pernah kurang makan, klonyo ndak belanjo pasti aku
kasih walaupun bapaknyo idak ado ngasih duit dikit pun”32
“Tidak pernah anak saya kekurangan makanan. Kalau dia mau jajan
selalu saya berikan walaupun ayahnya tidak memberikan uang
sepeserpun”
Hasil wawancara dengan Ibu Sinta sebagai berikut
“aku ndak yang terbaik untuk anak aku, apo lagi masalah makan, aku
ndak jadi yang terbaik dan idak mengecewakan”33
31 wawancara selasa19 September 2018 jam 08.00
32
wawancara dengan Ibu Nurma pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul 08.30
“Saya selalu menginginkan yang terbaik untuk anak saya. Apalagi
malasah makanan. Saya ingin yang terbaik dan tidak ingin
mengecewakan”
Ibu Anggi menjelaskan bahwa
“aku ndak yang terbaik untuk anak aku, aku ndak jadi yang terbaik
dan idak mengecewakan anak-anak aku”34
“Saya selalu menginginkan yang terbaik untuk anak saya. Saya ingin
yang terbaik dan tidak ingin mengecewakan anak-anak saya”
Hasil wawancara dengan Ibu Ina
“Aku ngasih anak aku makan yang cukup karno aku nyari duit untuk
mencukupi kebutuhan anak”35
“Disini saya memberikan anak saya kebutuhan makanan yang cukup
karena saya bekerja mancari uang untuk memenuhi kebutuhan anak
saya.
Kemudian Ibu Yeni menjelaskan sebagai berikut
“Anak aku idak pernah kurang makan, klonyo ndak belanjo pasti aku
kasih walaupun bapaknyo idak ado ngasih duit dikit pun”36
33 wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.15
34 wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.45
35wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
17.00
36 wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
17.00
“Tidak pernah anak saya kekurangan makanan. Kalau dia mau jajan
selalu saya berikan walaupun ayahnya tidak memberikan uang
sepeserpun”
Ibu Umi menjelaskan bahwa
“aku ndak yang terbaik untuk anak aku dan idak mengecewakan anak-
anak aku”37
“Saya selalu menginginkan yang terbaik untuk anak saya dan tidak
ingin mengecewakan anak-anak saya”
Hasil wawancara dengan Ibu Gia sebagai berikut
“aku ndak yang terbaik untuk anak aku dan idak mengecewakan anak-
anak aku. Apo lagi masalah makan, aku idak nian ndak anak aku
kurang makan”38
“Saya selalu menginginkan yang terbaik untuk anak saya dan tidak
ingin mengecewakan anak-anak saya, apalagi masalah makan, saya
tidak ingin anak-anak saya kurang makan ”
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan bahwa mereka
memberikan kebutuhan makanan yang cukup kepada anak. Pertanyaan
selanjutnya adalah
b. Imunisasi
Hasil wawancara dengan Ibu Intan pada hari selasa tanggal 19
September 2018 pada pukul 08.00 adalah sebagai berikut:
37 wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.00
38 wawancara dengan Ibu Gia pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.30
“aku selalu ngasih imunisasi lengkap dengan anak aku”39
Artinya:
“saya selalu memberikan imunisasi yang lengkap dengan anak-anak
saya”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Nurma pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 08.30 adalah sebagai berikut
“anak aku selalu ikut imunisasi dan idak pernah tinggalnyo
imunisasi”40
Artinya:
“Anak-anak saya selalu ikut imunisasi dan tidak pernah ketinggal”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Dwi pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.55 adalah sebagai berikut
“walaupun ditinggal samo bapaknyo aku selalu usahakan biar
imunisasi anak aku lengkap galo”41
Artinya:
“walaupun ditinggal ayahnya saya selalu berusaha agar imunisasi anak
saya lengkap dan terpenuhi”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.15 adalah sebagai berikut
39 wawancara dengan Ibu Intan pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
08.00
40 wawancara dengan Ibu Nurma pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada
pukul 08.30
41 wawancara dengan Ibu Dwi pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.55
“walaupun yang ngurus anak aku cumin aku dewek idak ado
bapaknyo, anak-anak aku selalu diberi imunisasi sampai lengkap”
Artinya:
“walaupun yang mengurus anak saya cuman saya sendiri, anak-anak
saya selalu diberikan imunisasi yang lengkap”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.45 adalah sebagai beriku
“anak aku imunisasinyo lengkap galo walaupun bapaknyo idak ado,
karnokan imunisasi tu kan penting jadi aku selalu ngasih imunisasi
lengkap untuk anak aku”42
Artinya:
“anak saya imunisasinya sampai lengkap walaupun ayahnya tidak ada”
Imunisasi itukan penting jadi saya selalu memberikan imusasi yang
lengkap untuk anak saya”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.00 adalah sebagai berikut
“eamng dari kecik anak aku selalu diberi imunisasi lengkapwalaupun
ditinggal kek bapaknyo, aku idak pernah ketinggal informasi”43
Artinya:
42 wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.45
43 wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.00
“Sejak bayi selalu diberikan imunisasi sampai lengkap. Walaupun
anak saya sudah ditinggal ayahnya dari bayi tetapi anak saya tidak
pernah ketinggalan informasi”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Damayanti pada hari
Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.00 adalah sebagai berikut
“sejak bayi selalu diberi imunisasi lengkap galo, walaupun bapaknyo
idak ado, karno aku selalu ber usaha memberikan yang terbaik untuk
anak-anak aku”44
Artinya:
“Sejak bayi selalu diberikan imunisasi sampai lengkap. Walaupun saya
sendiri dan ayahnya sudah tidak ada. Karena saya selalu berusaha
memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka didapatkan hasil bahwa
informan memberikan imunisasi yang lengkap.
c. Makanan yang bersih, minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat
bermain dan transportasi
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Intan pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 08.00 adalah sebagai berikut:
“aku selalu usaha untuk yang terbaik untuk anak aku, termasuk ngasih
makan yang bersih, minum, pakaian, rumah, temapt bermain. Kalo
angkutan idak karno aku jalan kaki”45
44 wawancara dengan Ibu Damayanti pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada
pukul 09.00
45 wawancara dengan Ibu Intan pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
08.00
Artinya:
“Saya memang berusaha memberikan yang terbaik untuk anak saya
karena saya termasuk makanan yang bersih makanan, minuman,
udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain tetapi kalau angkutan
tidak karena anak saya sekolah berjalan kaki”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Nurma pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 08.30 adalah sebagai beriku
“anak aku samo kek anak yang lain, selalu aku kasih yang terbaik
termasuk makanan yang bersih makanan, minuman,
udara, pakaian, rumah, dan sekolah”46
Artinya:
“anak saya sama dengan yang lain selalu saya beri yang terbaik
termasuk makanan yang bersih makanan, minuman,
udara, pakaian, rumah, dan sekolah”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.15 adalah sebagai berikut
“anak aku selalu terpenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan sekolah
maupun dirumah”47
Artinya:
“anak saya selalu terpenuhi baik itu kebutuhan sekolah maupun
dirumah”
46 wawancara dengan Ibu Nurma pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada
pukul 08.30
47 wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.15
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.45 adalah sebagai berikut
“aku selalu nyiapi makanan yang bersih untuk anak aku setiap
berangkat kesekolah, banyak yang sayang dengan anak aku walaupun
ayahnyo idak ado”
Artinya:
“Saya selalu menyiapkan makanan yang bersih untuk anak saya setiap
berangkat ke sekolah, banayk yang sayang sama anak saya walaupun
ayahnya tidak ada”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 17.00 adalah sebagai berikut
“aku raso samo dengan anak yang lain, aku menuhi kebutuhan anak
aku dengan kerja keras”48
Artinya:
“Saya rasa tidak ketinggalan dengan anak yang lainnya. Saya
memenuhi kebutuhan anak saya dengan bekerja keras”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Gia pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.30 adalah sebagai berikut
“aku selalu ngasih yang terbaik untuk anak aku baik tu makanan,
pakaian, dan sekolah”49
Artinya:
48 wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
17.00
49 wawancara dengan Ibu Gia pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.30
“saya selalu memberikan yang terbaik untuk anak saya baik itu
makanan, pakaian, dan sekolah”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.00 adalah sebagai berikut
“aku selalu usaha anak aku dapat yang terbaik termasuk makan,
minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah dan lain-lain”50
“saya selalu usahakan anak saya mendapatkan yang terbaik termasuk
makanan yang bersih makanan, minuman, udara, pakaian, rumah,
sekolah dan lain-lain”
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan bahwa single
parent telah memberikan kebutuhan seperti makanan yang bersih makanan,
minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan transportasi.
2. Kebutuhan Kasih Sayang dan Emosi (ASIH):
a. Kasih Sayang
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Nurma pada hari
selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul 08.30 adalah sebagai
berikut
50 wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.00
“klao aku la usaha ngasih yang etrbaik untuk anak aku, tapi masih jugo
kadangtu nyo protes ngpo ayahnyo idak ado dan memang nyo ndak
ado ayahnyo walaupun kasih sayang yang aku kasih la cukup”51
Artinya:
“kalau saya sudah berusaha untuk memberikan kasih sayang kepada
anak saya tetapi kadang dia juga protes kenapa tidak ada ayahnya dan
memang dia ingin seorang ayah disampingnya walaupun saya sudah
memberikan kasih sayang yang cukup”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.15 adalah sebagai berikut
“aku la usaha ngasih yang terbaik untuk anak akutapi nyo masih ndak
anyahnyo walaupun aku la ngasih kasih sayang yang cukup”52
Artinya:
“saya sudah berusaha untuk memberikan kasih sayang kepada anak
saya dan memang dia ingin seorang ayah disampingnya walaupun saya
sudah memberikan kasih sayang yang cukup”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.45 adalah sebagai berikut
“aku la usaha untuk memberikan kasih sayang denagn anak aku dan
banayak kok yang sayang dengan anak aku walaupun ayahnyo idak
ado”53
51 wawancara dengan Ibu Nurma pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada
pukul 08.30
52 wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.15
Artinya:
“saya sudah berusaha untuk memberikan kasih sayang kepada anak
saya dan banyak yang sayang dengan anak saya meskipunya ayahnya
tidak ada”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 17.00 adalah sebagai berikut
“anak aku idak pernah kekurangan kasih sayang walaupun ayahnyo
idak ado”54
Artinya:
“anak saya tidak pernah kekurangan kasih sayang meskipun ayanya
tidak ada”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Gia pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.30 adalah sebagai berikut
“anak aku idk pernah protes ngapo idak ado ayahnyo dan aku selalu
berusaha memberikan yang terbaik untuk anak aku”55
Artinya:
“anak saya tidak pernah perotes kenapa ayahnya tidak ada, dan saya
memang selalu berusaha memberikan yng terbaik untuk anak-anak
saya”
53 wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.45
54 wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
17.00
55 wawancara dengan Ibu Gia pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.30
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.00 adalah sebagai berikut
“banyak kok keluarga aku di sini. Neneknyo ado, datuknyo ado,
pamannyo jugo ado dn masih banayak yang sayang dengan anak aku
walaupun idak ado bapaknyo”
Artinya:
“Selain saya masih banyak keluarga anak saya ini. Ada neneknya ada
kakeknya ada paman dan juga masih banyak orang-orang yang sayang
sama dia walaupun ayahnya tidak dapat memberikan kasih sayang
kepada anak saya”
Hasil wawancara kepada informan bahwa single parent telah
memberikan kasih sayang yang cukup kepada anak dan masih banyak
keluarga yang menyayangi anak tersebut selain ibunya.
b. Motivasi
Pertanyaan selanjutnya adalah Apakah ibu selalu memberikan
perhatian dan motivasi yang cukup kepada anak ibu. Adapun jawaban dari
informan adalah sebagai berikut:
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Intan pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 08.00 adalah sebagai berikut:
“mbo ingin membutikan kek orang lain kalo anak aku bisa suksses
walaupun idak tinggal dngan ayahnyo, dan bisa hidup layak cak nak
lainnyo. Aku selalu bilang kek anak aku biarnyo rajin belajar unyuk
beal hidupnyo nanti”56
Artinya:
“saya ingin membuktikan kepada orang-orang bahwa seorang anak
yang ditinggal ayahnya dari kecil bisa sukses dan bisa hidup layan
seperti anak yang lain. Saya selalu bilang sama anak saya agar dia rajin
belajar untuk bekal hidupnya nanti”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Nurma pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 08.30 adalah sebagai berikut
“aku ndak membuktika kek orang kalo anak anak yang ditinggal kek
ayahnyo tu bisa sukses dan bisa hidup layak cak anak lainyo”57
Artinya:
“saya ingin membuktikan kepada orang-orang bahwa seorang anak
yang ditinggal ayahnya dari kecil bisa sukses dan bisa hidup layan
seperti anak yang lain”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.15 adalah sebagai berikut
“Aku selalu ngasih motivasi dan perhatian kek anak aku biar tobo tu
idak minder dan samo dengan anak yang tinggal kek orang bapak
samo ibunyo”58
56 wawancara dengan Ibu Intan pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
08.00
57 wawancara dengan Ibu Nurma pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada
pukul 08.30
58 wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.15
Artinya:
“saya selalu memberikan motivasi dan peratian kepada anak saya agar
mereka tidak merasa minder dan sama dengan anak-anak yang tinggal
bersama ayah dan ibunya”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.45 adalah sebagai berikut
“aku selalu ngasih motivasi kek anak aku biar mereka giat belajar dan
menjadi anak yang suskses klak”59
Artinya:
“Saya selalu memberikan motivasi kepadaa anak saya agar mereka giat
belajar dan menjadi anak yang sukses nantinya”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 17.00 adalah sebagai berikut
“amabo selalu nasih motivai denagn anak aku biar nyo sukses”60
Artinya:
“saya selalu memberikan motivasi kepada anak saya, biar mereka
sukses karena kesuksesan itu mereka sendiri yang menentukan
misalnya dengan giat belajar”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Gia pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.30 adalah sebagai berikut
59 wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.45
60 wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
17.00
“aku selalu memotivasi anak-anak aku bair tobo tu idak malas-malasan
biar menjadi anak yang sukses nantinya”61
Artinya:
“saya selalu memotivasi anak-anak saya agar mereka tidak malas-
malasan dan mereka menjadi anak yang seukses nantinya”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.00 adalah sebagai berikut
“aku selalu ngingati anak aku biar giat belajar dan jadi orang sukses
klak”62
Artinya:
“saya selalu mengingatkan anak saya untuk terus belajar dengan giat
sehingga menjadi orang yang sukses nantinya”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Yeni pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 10.15 adalah sebagai berikut
“kalo anak aku lagi malas, aku selalu ingingati nyo biar rajain belajar
dan jadi orang suksses klak”63
Artinya:
“kalau anak saya sedang malas belajar, saya ingatkan untuk terus
belajar dengan giat sehingga menjadi orang yang sukses nantinya”
61 wawancara dengan Ibu Gia pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.30
62 wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.00
63 wawancara dengan Ibu Yeni pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
10.15
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan bahwa ibu sering
memberikan motivasi kepada anak agar nantinya menjadi orang yang sukses.
3. Kebutuhan Stimulasi (ASAH):
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.15 adalah sebagai berikut
“aku selalu nagajari anak aku biar mandiri dalam hal apapun”64
Artinya:
“saya selalu mengajarkan kemandirian kepada anak saya agar mereka
mandiri nantinya dalam hal apapun”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 09.45 adalah sebagai berikut
“aku selalu ngajari anak aku kerja sama dengan orang lain misalnyo
amabo ajak untuk ngebatu aku nyuci piring”65
Artinya:
“saya selalu mengejarkan kerja sama dengan anak-anak, misalnya saya
ajak untuk membentu saya dalam mencuci piring”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa
tanggal 19 September 2018 pada pukul 17.00 adalah sebagai berikut
“aku selalu mengajarkan kemandirian dengan anak aku biar nyo biaso
hidup mandiri dan idak selalu bergantung kek orang lain”66
64 wawancara dengan Ibu Sinta pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.15
65 wawancara dengan Ibu Anggi pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
09.45
66 wawancara dengan Ibu Ina pada hari selasa tanggal 19 September 2018 pada pukul
17.00
Artinya:
“saya selalu mengajarkan kemandirian dan kerja sama dengan anak-
anak saya agar mereka terbiasa hidup mandiri dan tidak bergantung
dengan orang lain”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Gia pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.30 adalah sebagai berikut
“kalo ke sekolah aku suruh pai dewek dan jugo nagajri nyo untuk
bertanggung jawab atas kesalah yang mereka buat”
Artinya:
“kalau ke sekolah saya suru pergi sendiri biar dia mandiri, dan juga
mengejarkan mereka untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang
mereka buat”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.00 adalah sebagai berikut
“aaku selalu nasehati anak aku untuk madiri dalam segalonyo,
misalnyo nyuci baju sendiri walaupun hanya sesekali”67
Artinya:
“saya selalu menasehati anak bisa mandiri dalam segala hal, misalnya
mencuci baju mereka sendiri, walaupun hanya sekali-kali”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Damayanti pada hari
Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.00 adalah sebagai berikut
67 wawancara dengan Ibu Umi pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.00
“kemandirian itu kan penting biarnyo idak merepotkan orang lain
dalam segalo hal, jadi aku selalu ngajarinyo mandiri dalam segalo
hal”68
Artinya:
“kemandirian itu kan penting agar mereka tidak selalu merepotkan
orang lain dalam segala hal, jadi saya selalu mengajari mereka untuk
mandiri dalam segal hal”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Dwi pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 09.55 adalah sebagai berikut
“aku selalu ngajari anak aku mandiri dan bekerja samo kek orang lain
misalnyo aku ajak nolong aku nyapu halaman, maupun nyci piring”69
Artinya:
“saya selalu mengajari anak saya untuk mandiri dan bekerja sama
misalnya saya ajak untuk membantu syaa menyapu halaman, maupun
mencuci piring”
Adapun jawaban dari wawancara dengan Ibu Yeni pada hari Rabu
tanggal 20 September 2018 pada pukul 10.15 adalah sebagai berikut
“kalo kesekolah aku suruh biarnyo mandiri. Kadng aku jugo suruh
nyuci piring”70
Artinya:
68 wawancara dengan Ibu Damayanti pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada
pukul 09.00
69 wawancara dengan Ibu Dwi pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
09.55
70 wawancara dengan Ibu Yeni pada hari Rabu tanggal 20 September 2018 pada pukul
10.15
“kalau ke sekolah saya suru pergi sendiri biar dia mandiri. Kadang
juga saya suruh mencuci pring supaya dia mandiri”
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan bahwa selalu diajarkan
C. Pembahasan
Dalam menjalani hidup, manusia harus melewati tahapan-tahapan dalam
menyelesaikan tugas perkembangan mental. Tugas-tugas perkembangan itu
memiliki tingkat perbedaan dan kesulitan sesuai dengan usia manusia tersebut.
Untuk tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir yang harus dikuasai
oleh anak yaitu keterampilan mengenai menolong dirinya sendiri seperti
memakai pakaian, mandi, membereskan mainannya sendiri dan juga kegiatan-
kegiatan lain yang merupakan lanjutan dari tugas perkembangan pada masa
kanak-kanak awal. Dari ibu single parent memiliki anak yang masih berada
pada tahap kanak-kanak akhir, dimana anak tersebut telah melewati tahap
kemandirian dengan telah melakukan mandi, pulang dan pergi ke sekolah
sendiri, membereskan mainan sendiri meskipun makan masih sering kali
meminta untuk disuapi.
Sementara itu lebih jelasnya mengenai tugas perkembangan pada masa
kanak-kanak akhir adalah : mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan
untuk permainan-permainan yang umum. Membangun sikap yang sehat
mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. Belajar
menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. Mulai mengembangkan
peran sosial pria atau wanita yang tepat. Mengembangkan keterampilan-
keterampilan dasar. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan
untuk kehidupan sehari-hari mengembangkan sikap terhadap kelompok-
kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti pada informan, peneliti melihat bahwa anak seringkali
bermain dengan anak-anak seusianya yang berada disekitar lingkungan
rumahnya. Meskipun permainan yang dilakukan terkadang tidak terlalu
menggunakan permainan fisik karena lebih sering bermain dengan smartphone
namun anak telah melewati tugas perkembangan mengenai belajar
menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
Kemudian pada tugas perkembangan anak di usia remaja, kemandirian
yang harus diterapkan pada anak yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi
dari anak yang masih dalam tahap perkembangan kanak-kanak akhir.
Kemandirian yang harus diterapkan pada anak di usia remaja meliputi
kemandirian dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dan terhadap kebersihan
diri sendiri. Dari tiga ibu single parent yang memiliki anak pada usia remaja
hanya 1 orang yang telah melewati masa tugas perkembangan mengenai
kemandirian pada kebersihan diri sendiri. Sementara dua anak dari ibu single
parent yang lain belum mencapai tahap mandiri pada tugas perkembangan
yang berhubungan kebersihan diri sendiri.
Salah satu penyebab dari tidak tercapainya tugas kemandirian itu karena
sikap dari ibu single parent tersebut terlalu memaksakan pada anak apa yang
harus dilakukannya sehingga anak takut untuk mengambil inisiatif melakukan
sesuatu sehingga anak kemudian terbiasa melakukan hal yang hanya
diperintahkan oleh orangtuanya saja, sehingga kemandirian itu belum bisa
anak dapatkan karena masih tergantung pada perintah orangtua. Sementara itu
tugas-tugas perkembangan yang lainnya mencapai hubungan baru dan lebih
matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Mencapai peran sosial
pria dan wanita.
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung jawab.
Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa
lainnya. Mempersiapkan karir ekonomi. Mempersiapkan perkawinan dan
keluarga. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berprilaku mengembangkan ideologi. Dari beberapa tugas kemandirian
tersebut telah melewati tahapan mengenai tugas perkembangan
mempersiapkan karir ekonomi.
Kemudian selain mengajarkan anak mengenai kemandirian, orangtua juga
mengajarkan anak mengenai hal-hal yang berhubungan dengan moral, agar
anak tetap berprilaku lurus dan tidak melanggar dari norma-norma yang ada di
masyarakat. Lebih khusus mengenai moral agar anak tetap berprilaku sesuai
dengan nilai-nilai yang ada didalam Pancasila sebagai pedoman hidup dan
sebagai dasar dari menjalani hidup sebagai manusia Indonesia. Terlebih pada
ibu single parent yang menerapkan pola asuh demokrasi, anak diajarkan
mengenai bagaimana bermusyawarah, tidak memaksakan kehendak dan selalu
mendahulukan kepentingan bersama dahulu sebelum kepentingan individu.
Dengan bekal sikap yang telah diberikan tersebut, maka anak diharapkan
dapat bersosialisasi dan bermasyarakat dengan baik.
Sumadi Surya Brata menegaskan teori konvergensi yaitu bahwa dalam
perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan
memainkan peranan penting, bakat kemungkinan telah ada pada masing-
masing individu; akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan
lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. Berdasarkan teori ini,
maka sesuai dengan hasil penelitian bahwa single parent berperan dalam
perkembangan mental anak. Jadi Menurut aliran ini, hereditas tidak akan
berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor
lingkungan. Sebaliknya, rangsangan lingkungan tidak akan membina
perkembangan tingkah laku baik tanpa didasari oleh faktor hereditas.
Penentuan kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja yang integral (potensi
bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan). Aliran konvergensi adalah
aliran yang menggabungkan dua aliran di atas (Nativisme dan Empirisme),
Konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan
dalam proses perkembangan tingkah laku.
Sejak anak di dalam rahim, ibu perlu memberikan nutrisi seimbang
melalui konsumsi Makanan yang bergizi, Air Susu Ibu (ASI): nutrisi yang
paling lengkap dan seimbang bagi bayi (terutama pada 6 bulan pertama atau
ASI Eksklusif). Imunisasi sangat perlu diberikan kepada anak karena anak
perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi, kebersihan yang diberikan kepada anak
meliputi kebersihan makanan, minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah,
tempat bermain dan transportasi, Bermain, aktivitas fisik, tidur: anak perlu
bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur karena hal ini bermanfaat untuk:
merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, merangsang pertumbuhan otot dan tulang
dan merangsang perkembangan Anak perlu diperiksa secara teratur. Tujuan
pemantauan yang teratur untuk: mendeteksi secara dini dan menanggulangi
bila ada penyakit dan gangguan tumbuh-kembang, mencegah penyakit,
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan erat, mesra, dan selaras
antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun
psikologi. Berperannya dan kehadiran ibu/pengganti ibu sedini dan
selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan
demgan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan
menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih sayang
ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negative pada
tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun social emosi, yang disebut
“Sindrom Deprivasi Maternal”. Kasih saying dari orang tua akan menciptakan
ikatan yang eratdan kepercayaan dasar. Pada tahun-tahun
pertama kehidupannya (usia dini) bahkan sejak anak masih di dalam
kandungan, anak mutlak memerlukan ikatan yang menciptakan rasa
aman dan nyaman. Untuk itu upayakan agar: anak merasa dilindungi,
memperhatikan minat, keinginan, dan pendapatnya, memberi contoh, tidak
memaksa, membantu, mendorong/memotivasi menghargai pendapat anak,
mendidik dengan penuh kegembiraan melalui kegiatan bermain, melakukan
koreksi dengan kegembiraan dan kasih sayang (bukan ancaman/hukuman).
Untuk memperoleh perkembangan yang optimal, anak perlu
‘diasah’ melalui kegiatan stimulasi dini untuk mengembangkan sedini
mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif,
kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual. Dasar perlunya
stimulasi dini: milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan dan
belum ada hubungan antar sel otak (sinaps), orang tua perlu merangsang
hubungan antar sel-sel otak, bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-
hubungan baru (sinaps), semakin sering di rangsang akan makin kuat
hubungan antar sel-sel otak, semakin banyak variasi maka hubungan antar se-
sel otak semakin kompleks/luas, merangsang otak kiri dan kanan secara
seimbang untuk mengembangkan multiple, inteligen dan kecerdasan yang
lebih luas dan tinggi, stimulasi mental secara dini akan mengembangkan
mental-psikososial anak seperti: kecerdasan, budi luhur, moral, agama dan
etika, kepribadian, ketrampilan berbahasa, kemandirian, kreativitas,
produktifitas.
Orang tua perlu menganut pola asuh demokratik, mengembangkan
kecerdasan emosional, kemandirian, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan
dan moral-spiritual anak. Selain distimulasi, anak juga perlu mendapatkan
kegiatan yaitu deteksi dini (skrining) adanya kelainan/penyimpangan tumbuh
kembang, intervensi dini dan rujukan dini bila diperlukan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Single parent berperan dalam memberikan kebutuhan makanan yang
cukup kepada anak. Pertanyaan selanjutnya adalah Apakah anak ibu diberikan
imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Single parent telah memberikan kebutuhan seperti
makanan yang bersih makanan, minuman, udara, pakaian, rumah,
sekolah, tempat bermain dan transportasi. Single parent telah memberikan
kasih sayang yang cukup kepada anak dan masih banyak keluarga yang
menyayangi anak tersebut selain ibunya. Single parent sering memberikan
motivasi kepada anak agar nantinya menjadi orang yang sukses.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang akan penulis
sarankan yaitu :
1. Bagi Ibu sebagai orang tua tunggal (single parent) hendaknya selalu
berfikir positif dan senantiasa tetap bersemangat dalam mengarahkan dan
mendidik anak-anak, mencari nafkah untuk keluarga dan memenuhi
kebutuhan keluarga.
2. Bagi anak-anak yang diasuh dari keluarga single parent hendaknya bangga
dengan keadaan ibunya yang berperan sebagai orang tua tunggal karena
dapat mengurus rumah tangga serta mengasuh anak-anak dengan seorang
78
diri. Rajinlah membantu orang tua, menjalin hubungan yang baik dalam
kehidupan keluarga maupun kehidupan sosial serta berbaktilah dengan
penuh keikhlasan agak kedepannya menjadi anak yang berguna bagi
keluarga, agama, nusa dan bangsa.
3. Bagi Masyarakat hendaknya tidak memandang sebelah mata seorang ibu
yang memiliki status single parent, dengan menghormati dan menghargai
hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sehingga kehidupan
bermasyarakat tetap dapat berjalan harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Didik Hermawan. 2007. Panduan Tuntas Masa Pubertas. Solo : Smart Media
Depag RI . 2009. Al-Qur’an dan Teremahan
Gunarsa. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia
Liliweri, A.2006.Komunikasi antar Budaya.Yogyakarta: Kanisius
Mulyana, d. 2008.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. Remaja
Rosdakarya
Moelong, 2008.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Rakhmat. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya
Supratikny. 2008. Komunikasi Antar Pribadi “tinjauan Psikologis”. Yogyakarta:
Penerbit. Kanisius
Syamsu Yusuf. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung:
Remaja Rosdakaryaya
Sukmadinata, 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Badung : Alfabeta
Sudarwan Danim. 2002.Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung: Pustaka Setia
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.Jakarta :
EGC
OKUMENTASI PENELITIAN
WAWANCARA KEPADA IBU NM
WAWANCARA KEPADA IBU AG
WAWANCARA KEPADA IBU IN
WAWANCARA KEPADA IBU UM