Post on 12-Apr-2018
HADIS-HADIS TAWASSUL
(Studi Terhadap Pemikiran Sayyid Muhammad ibn Alwi> Al-Maliki> dalam Kitab
Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Disusun oleh:
Hasyim Asy’ari
09532015
JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
v
MOTTO
معك اهلل تري اهلل مع كن“Jadikan Dirimu Bersama Allah,
Maka Allah Akan Bersama
Kamu”
Abuya Sayyid Muhammad
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
Allah SWT dan kekasihku Muhammad saw
Abah Zaini Muhammad dan umiku tercinta Maimunah, dengan cinta dan kasih
sayang, pengorbanan mereka yang telah mendidikku dengan baik,
mengenalkanku kepada Allah dan mengajarkanku cinta kepada Rasu>lullah.
Untuk kakaku tercinta Zulfatul Afifah beserta Amin Margo Santoso yang selalu
memotivasi, mendukung dan memberi nasihat. Untuk kakaku Khotibul umam
dan Ifah .S yang selalu mendo’akan aku. Untuk kakaku Hartatik beserta M.Rofiq
yang selalu menjadi tempat curhat dan meminta nasihat.
Untuk keluarga besar K.H. Fad}hil A>rif Alm, Bu Nyai Ratna .M, Gus Hadi,
Ning.uul, Ning.icha.
Serta Guru-guruku, rekan pembimbing dipon-pes Krapyak Ali Maksum
khususnya : K.H. Ashari Abdullah Tamrin, K.H. Hilmi Hasbullah, K.H. Afif
Hasbullah, Gus Zaki Hasbullah, Gus Ilzam Yahya.
Untuk Guruku K.H. Sirojan Muniro Abdul Rahman dan teman-teman Pon-Pes
Nurul Haramain ( Muslih, Heri, Rahim, Fatul, Alwi, Ahmad, Aufa, kifli, uqi dan
semuanya )
Serta untuk seseorang yang aku cintai dan sayangi yang telah menemaniku,
menjadi semangatku dalam suka dan duka sejak 7 tahun lalu, calon istriku
tercinta Nur Izzah
Serta sobat-sobatku tercinta yang telah menemaniku di setiap suka dan duka,
Khususnya Ali S.M bin Juaji.
Almamamterku :
Pon-Pes Bina>’ul Muha >jiri>n, Pon-pes Krapyak, Pon-Pes Nu>rul Hara>main
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No:
158/1987 dan 0543b/U/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba>‘ B Be
Ta' T Te
S|a s\ es (dengan titik di atas)
Jim J Je
Ha>’ h} ha (dengan titik di bawah)
Kha>' Kh ka dan ha
Dal D De
Z||al z\ ze (dengan titik di atas)
Ra>‘ R Er
Zai Z Zet
Si>n S Es
Syi>n Sy es dan ye
S}ad s} es (dengan titik di bawah)
Da>d} d} d (dengan titik di bawah)
Ta>' t} te (dengan titik di bawah)
Za>' z} zet (dengan titik di
bawah)
‘Ain …‘… koma terbalik (di atas)
Gayn G Ge
viii
Fa>‘ F Ef
Qa>f Q Qi
Ka>f K Ka
La>m L 'el
Mi>m M 'em
Nu>n N 'en
Waw W We
Ha>’ H Ha
Hamzah …’…
apostrof (tetapi tidak
dilambangkan apabila ter-
letak di awal kata)
Ya>' Y Ye
II. Konsonan rangkap karena tasydi>d ditulis rangkap:
ditulis muta‘aqqidi>n
ditulis ‘iddah
III. Ta>’ marbu>t}ah di akhir kata
1. Bila dimatikan, ditulis h:
Ditulis hibah
ditulis jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya,
kecuali dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:
ditulis ni’matullah
ditulis zaka>tul-fit}ri
IV. Vokal pendek
(fathah) ditulis a contoh ditulis d}araba
(kasrah) ditulis i contoh ditulis fahima
ix
(dammah) ditulis u contoh ditulis kutiba
V. Vokal panjang:
1. Fathah+alif ditulis a> (garis di atas)
ditulis ja>hiliyyah
2. Fathah+alif maqs}u>r, ditulis a> (garis di atas)
ditulis yas‘a>
3. Kasrah+ya>’ mati, ditulis i> (garis di atas)
ditulis maji>d
4. Dammah+wau mati, ditulis u> (garis di atas)
ditulis furu>d
VI. Vokal rangkap:
1. Fathah+ya>’ mati, ditulis ai
ditulis bainakum
2. Fathah+wau mati, ditulis au
ditulis qaul
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrof
ditulis a’antum
ditulis u‘iddat
ditulis la’in syakartum
VIII. Kata sandang Alif+La>m
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
ditulis al-Qur’a>n
ditulis al-qiya>s
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah
ditulis al-syams
x
ditulis al-sama>’
IX. Huruf besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut
penulisannya
ditulis z\awi> al-furu>d}
ditulis ahl al-sunnah
xi
ABSTRAK
Hadis-hadis tentang tawassul, oleh kelompok baru (Wahhabiyyah)
dinyatakan sebagai bentuk bid’ah, musyrik dan sampai mengkafirkan pelakunya.
Mereka beralasan pelaku tawassul sebagai orang yang mengotori nilai ketauhidan
dan keluar dari ajaran Islam. Pelaku tawassul sama dengan penyembah berhala
pada masa kafir Quraisy. Wahhabiyyah yang besar dan tumbuh di Saudi Arabiah
tidak serta merta membuat seluruh penduduknya memiliki paham yang sama.
Adalah Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki, seorang ulama’ ahli hadis yang
mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan tawassul yang dituangkan
dalam kitab Mafa>him Yajibu an Tus}ah{h}ah{{{. Sebagai seorang yang hidup dan
tinggal di lingkungan Wahhabi, ia mencoba menganalisa serta mencari titik
perdebatan terhadap pihak yang menerima dan menolak tawassul sebagai salah
satu cara taqarrub ilallah. Sehingga perlu dilihat lebih lanjut bagaimana konsep
tawassul Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki dalam kitab Mafa>him Yajibu an
Tus}ah{h}ah yang dipahami serta tawaran konsepnya dan juga pemahaman hadis-
hadis tawassul Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki dalam kitab Mafa>him
Yajibu an Tus}ah{h}ah. Counter attack yang dilakukan oleh Sayyid Muahammad
untuk meluruskan faham-faham melenceng perlu ditelaah lebih jauh lagi.
Kajian ini menggunakan metode analisis taksonomi sebagai alat untuk
mengulas bagaimana konsep serta pemahaman hadis-hadis tawassul yang
ditawarkan oleh Sayyid Muhammad ‘Alwi> al-Maliki>. Analisa taksonomi adalah
sebuah analisa yang ditujukan dengan domain yang jelas, yakni pada hadis-hadis
tentang tawassul. Melalui pendekatan deskriptif-analitis, hasil ulasan ini akan
disajikan dengan penjelasan yang ringkas. Pemaparan hasil analisa ini juga
disusun secara sistematis.
Dari kajian ini, terungkap empat konsep Sayyid Muhammad dalam
meluruskan pemahaman tawassul yang salah dari kalangan Wahhabiyyah.
Pertama, tawassul adalah salah satu metode berdo’a dan salah satu sarana
menghadap kepada Allah SWT. Sedangkan obyek adalah sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua, orang yang ber-tawassul harus
mencintai mediator tersebut dan meyakini bahwa Allah SWT mencintainya.
Ketiga, orang yang ber-tawassul tidak boleh meyakini bahwa objek tawassul
dapat memberi manfaat atau menolak bahaya dengan sendirinya. Keempat,
tawassul bukanlah sesuatu yang diharuskan atau ketetapan dalam agama.
Sedangkan hadis yang digunakan merupakan hadis yang dikuti ulama-ulama
Wahhabiyyah, hal ini dilakukan Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki sebagai
peringatan bahwa wahhabiyyah sebenarnya melenceng dari ulama mereka.
xii
KATA PENGANTAR
من سي ر أنفسنا نعذ باهلل من شر نستغفره، نستعينو مالنا، إن الحمد للو نحمده أ ئا
من يضل حده ال شريك لو من ييد اهلل فال مضل لو ل فال ىادي لو. أشيد أن ال إلو إال اهلل
لنا محمد صل رس لى نبينا سلم لو. الليم صل رس بده ليو أشيد أن محمدا ى ا هلل
لى آلو م الدين، أما بعد؛سلم من تبعيم بإحسان إلى ي أصحابو
Berkat rahmat dan pertolongan Allah swt. peneliti akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul: ‚HADIS-HADIS TAWASSUL (Studi
Terhadap Pemikiran Sayyid Muhammad ibn Alwi> Al-Maliki> dalam Kitab
Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah)‛. Meskipun demikian, semaksimal usaha manusia
tentunya tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Oleh karenanya, saran dan kritik membangun dari
berbagai pihak senantiasa peneliti harapkan.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Syaifan Nur, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan
Pemikiran Islam
3. Prof. Dr. Suryadi, M.Ag. dan Dr. Ahmad Baidhowi, M.Si. selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis periode 2009-2013
xiii
4. Dr. Phil Sahiron Syamsudin dan Afdawaiza, M.Ag, selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), yang dulunya bernama
Tafsir Hadis. Semoga kepemimpinan bapak dapat membawa angin perubahan
di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
5. Dr. Mahfudz Masduki, M. Ag. selaku Pembimbing Akademik yang berkenan
meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk mendengarkan keluh-
kesah penulis selama masa perkuliahan.
6. Prof. Dr. Suryadi, M.Ag . selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia
dengan penuh ketelitian dan ketelatenan membaca skripsi penulis, dan
dengan penuh kesabaran menegur dan memperbaiki berbagai kesalahan dan
kealpaan.
7. Kementerian Agama RI, khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melanjutkan studi di bangku perkuliahan dengan beasiswa, serta seluruh
pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga yang telah membina dan mengawasi
penulis selama ini.
8. Abah Zaini Muhammad dan Umi Maimunah yang tidak pernah berhenti
untuk bangkit dalam membimbing jiwa dan raga penulis dengan ketulusan
doa dan pengorbanan beliau kepada penulis.
9. Kakakku, Zulfatul Afifah, Amin M.S, Khotibul Umam, Hartatik dan adinda
Putra, meskipun dari tempat yang jauh terima kasih selalu memotivasi
penulis untuk selalu melakukan yang terbaik demi orang tua yang tercinta.
xiv
10. Calon Istriku Nur Izzah Motivasimu, perhatianmu, Perjuanganmu dalam
membantu penulis selama ini tidak akan penulis lupakan. Tanpamu skripsi ini
tidak akan pernah ada.
11. Keluarga besar Pondok Pesantren Bina>ul Muha>jiri>n, Ali Maksum, Nurul
H}aramain. Terima kasih telah mengajarkan penulis ilmu-ilmu yang insya
Allah barakah.
12. Keluarga NINERS (Yuyun, Bejo, Nikmah, Ika, Nunung, Mony, Ita, Faick,
Lala, Lek Nis, Yaya, Azmil, Mila, Izzahku, Atul, Iin, Lila, Kusminah, Yafik,
Aswar, David, Azzam, Iyash, Amy, Ipin, Lubab, Said, Asep, Faza, Mughzi,
Trisna, Alul, Anis, Atho’, Zuhdi, Rizky, Ali, Huleim, Adib, Tantan, Azhar,
Ihya’, Najib, Aji, Sukri, Munir Snape, Syauqi, Didik, Khalil, Ucup, ,
Maghfur). Terimakasih atas kebersamaannya dan persaudaraannya.
13. Teman-teman mahasantri CSS MORA, khususnya CSS MORA UIN Sunan
Kalijaga, terima kasih atas motivasi dan kebersamaannya bersama penulis..
14. Semua pihak yang tanpa disadari telah membantu penulis, tangan, mata ,
kaki, semua anggota tubuh yang dengan rajin kerja sama garap skripsiku,
kalian memang jozz, Jaza>kumulla>h ah}san al-jaza>’. Akhir kata, semoga karya
ini dapat bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 8 Oktober 2013
Penulis
Hasyim Asy’ari
NIM. 09532015
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN……………………………………………… ii
HALAMAN NOTA DINAS…………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iv
HALAMAN MOTTO…………………………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI………………………………………... vii
ABSTRAK……………………………………………………………….. xi
KATA PENGANTAR........................................................................... xii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………… 6
D. Telaah Pustaka…………………………………………………………. 7
E. Metode Penelitian……………………………………………………… 9
F. Sistematika Penulisan.……………………………………………….. 12
BAB II: BIOGRAFI SAYYID MUHAMMAD BIN ‘ALWI DAN
GAMBARAN UMUM TENTANG KITAB MAFA>HI>>>>>>>M YAJI>B ‘AN
TUS}AH{H}AH}
A. Biografi Sayyid Muhammad bin ‘Alwi al-Maliki>…………………….. 13
1. Latar Belakang Kehidupan………………………………………… 13
2. Latar Belakang Pendidikan……………………………………….. 14
3. Karya-Karya Sayyid Muhammad…………………………………. 17
B. Gambaran Umum Tentang Kitab Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah ……... 20
1. Metode dan Latar Belakang Penulisan Kita.…………………. 20
2. Sistematika Penulisan Kitab………………………………………. 24
BAB III: GAMBARAN UMUM TENTANG TAWASSUL
xvi
A. Konsep Tawassul Secara Umum………………………………………. 25
1. Pengertian………………………………………………….............. 25
2. Pembagian Tawassul………………………………………………. 32
a. Tawassul dengan amal ibadah (Amal Keimanan, ketaatan dan
kecintaan kepada Allah dan Nabi Muhammad saw)…………
33
b. Doa dan syafa’at Nabi Muhammad saw……………………… 35
c. Tawassul melalui bersumpah kepada Allah dan dzat, nama
orang-orang yang sudah meninggal, (para nabi, wali-wali
Allah dan orang-orang saleh yang telah meninggal)………….
39
B. Pro Kontra Tentang Tawassul…………………………………………. 43
1. Pemahaman pihak yang menerima tawassul………………………. 44
2. Pemahaman pihak yang menolak tawasssul………………………. 49
3. Titik Perdebatan……………………………………………………. 53
BAB IV: KONSEP DAN PEMAHAMAN HADIS-HADIS
TAWASSUL
A. Konsep Tawassul Sayyid Muhammad…………………………………. 55
B. Hadis-Hadis Tawassul dan pemahaman Sayyid Muhammad dalam
Kitab Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ah{h{ah……………………………………
71
1. Hadis Nabi Adam As ber-tawassul dengan Nabi Muhammad…….. 74
2. Hadis bertawassul kepada Nabi Muhammad saw, ketika Nabi
Muhammad saw Masih Hidup atau Setelah Meninggal…………..
87
C. Analisa Pemahaman Sayyid Muhammad tentang Hadis
Tawassul………………………………………………………………...
90
1. Kritik Periwayatan yang Kontradiktif terhadap al-Qur’an al-
Karim……………………………………………………………….
93
2. Kritik Periwayatan yang Kontradiktif terhadap al-Hadis dan Sirah
al-Nabawiyah
94
3. Kritik periwayatan yang Kontradiktif terhadap Akal, Indera atau
Sejarah……………………………………………………………...
96
xvii
4. Kritik Periwayatan yang Tidak Serupa dengan Ucapan Nabi……. 97
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 99
B. Saran…………………………………………………………………… 102
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 103
CURRICULUM VITAE………………………………………………… 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian terhadap sunnah Nabi saw merupakan kajian yang tidak pernah
akan ada selesainya, hal yang sama juga terdapat dalam kajian terhadap al-
Qur’an, karena keduanya merupakan sumber pokok Islam yang selalu
membutuhkan pemahaman yang sesuai dengan konteks di mana Islam
diterapkan. Al-Qur’an1 dan hadis
2 adalah sebuah dokumen untuk umat
manusia3 yang diturunkan sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi seluruh
umat manusia.4 Al-Qur’an merupakan nu>r Tuhan, petunjuk samawi dan
1Kata ‚al-Qur’ân‛ menurut bahasa bererti bacaan atau yang dibaca. Kata ‚al-Qur’ân‛
adalah masdar dengan arti isim maf’ûl, yaitu maqru yang berarti ‚yang dibaca‛. Sedangkan
menurut istilah ahli agama al-Qur’ân ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. yang ditulis dalam mushhaf. Lihat, Hasbi Ash Shiddieqî, Sejarah dan Pengantar
Ilmu al-Qur’ân/Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 1-2. Lebih jelasnya yang disebut
dengan al-Qur’ân ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. tertulis dalam
mushhaf berbahasa Arab, yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, dan membacanya
bernilai ibadah, dimulai dengan surat al-Fâtihah} dan diakhiri dengan surat an-Nas.
2 Rasyīd Ridhā mengatakan bahwa Nabi adalah penjelas al-Qur’an baik melalui ucapan
maupun perbuatannya. Penjelasan tersebut dapat berupa pengkhususan, pembatasan (taqyid),
maupun perincian (tafsil). Namun demikian, menurut Ridha Nabi tidak dapat menggugurkan
hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an atau merusak cerita-cerita di dalamnya. Oleh
karena itu, sunnah tidak dapat menghapus (naskh) al-Qur’an. Sumber pokok ajaran dalam Islam
adalah al-Qur’an dan sunnah amaliyah yang disepakati dan ditetapkan Nabi menempati posisi
yang kedua, kemudian hadis-hadis ahad yang mempunyai riwayat yang banyak dan petunjuk-
petunjuk menjadi sumber ajaran yang ketiga. Lebih lanjut baca: Mahmud Abu Rayah, Adhwa ala
al-Sunah al-Muhammadiyah,(Kairo: Dar al-Ma’arif, tt), hlm. 14-15.
3Fazlur Rahman, Major Themes of The Qur’ân (Chicago: Bibliotheca Islamika, 1989),
hlm. 1.
4Lihat Q.S. al-Baqarah [2]: 2 dan 185.
2
syariat umum yang abadi. Ia memuat apa saja yang dibutuhkan oleh manusia,
baik dalam urusan agama ataupun dunia mereka.5
Namun seringkali yang terjadi sebaliknya, di sana-sini banyak sekali
dijumpai orang yang salah memahami al-Qur’an dan hadis, hingga pada
ujungnya yang terjadi adalah truth claim dan menyalahkan pihak lain yang
tidak sepaham dengannya.6 Pemahaman yang salah terhadap hadis Nabi
sangatlah disayangkan terutama di zaman-zaman sekarang di mana mulai
marak lagi golongan yang mengajak untuk kembali kepada slogan ‛al-ruju>’
ila> al-kita>b wa al-sunnah‛ di mana sudah barang tentu konsekuensi dari
slogan tersebut adalah seseorang harus benar-benar memahami terhadap
kandungan al-Qur’a>n dan juga hadis Nabi saw. Di antara sekian permasalahan
yang serius dipermasalahkan sejak zaman dulu hingga sekarang adalah
persoalan tawassul. Persoalan ini bukanlah persoalan yang baru, namun
begitu persoalan ini muncul kembali di zaman-zaman sekarang sehingga
sangat layak untuk dikaji lebih lanjut.
Tawassul adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan
ketaatan kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, mengikuti petunjuk Rasul-Nya
dan mengamalkan seluruh amalan yang dicintai dan diridhai-Nya, lebih
jelasnya adalah melakukan suatu ibadah dengan maksud mendapatkan
keridhaan Allah dan surga-Nya. Di samping itu tawassul bisa juga dilakukan
5Muhammad Ali al-Shabûnî, al-Tibyân fî ’Ulûm al- Qur’ân (Bairut: Dar al-Kutb, 2003),
hlm. 65.
6 Abdul Hayyei Kattâni, ‚al-Qur’ân dan Tafsir‛, dalam Jurnal al-Insan, Vol. 1, No. 1,
Januari, 2005, hlm. 92.
3
melalui perantaraan hamba-hamba Allah yang shalih baik yang masih hidup
ataupun yang sudah meninggal dunia. Tentu saja ini merupakan bentuk
ibadah kepada Allah yang sering kali dilakukan dalam kehidupan, namun
perlu diketahui bahwa tidak sedikit pula orang yang terjerumus kedalam
tawassul yang itu sama sekali tidak disyari’atkan di dalam agama Islam.
Beberapa kesalahan dalam tawassul itulah yang seyogyanya digaris
bawahi oleh orang yang menyalahkan orang-orang yang ber-tawassul, bukan
semua bentuk ’amaliah tawassul karena pada dasarnya tawassul adalah
amalan yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya:
53 ‚Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.‛ (QS. al-Ma>’idah: 35)
Di samping itu juga terdapat hadis Nabi yang menjelaskan persoalan
tersebut, yaitu:
‚dari ‘Uthma>n ibn H{unaif r.a., ia berkata bahwa pernah ada seseorang yang tuna netra yang mendatangi Nabi saw dan ia berkata: berdoalah kepada Alla>h agar memberikan kesembuhan kepadaku! Nabi saw bersabda: jika kamu menginginkan, maka aku akan mendoakan, dan jika kamu menginginkan,
4
maka bersabarlah! Seseorang tersebut berkata: berdoalah kepada-Nya. Nabi saw bersabda untuk memerintahkannya supaya berwudhu, maka ia mengambil air wudhu dengan baik dan mendirikan s{ala>t dua rakaat. Setelah itu ia berdoa seperti ini : ‚Ya Alla>h sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku mengahdap-Mu dengan perantara Nabi-Mu Muh{ammad, Nabi yang penuh dengan rahmat, sesungguhnya aku menghadap-Mu kepada Tuihanku dalam kebutuhanku ini agar Engkau kabulkan untukku. Ya Alla>h turunkanlah Shafa’atmu kepadanya (Muh{ammad) ke dalam diriku.‛ 7
Di antara sekian ulama yang memiliki perhatian khusus dalam
memahami hadis-hadis tentang tawassul adalah Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi
al-Ma>liki . Beliau adalah orang yang memilih madzhab moderat di mana ia
tidak senang dengan kelakuan sebagian orang yang menyalahkan amaliah
tawassul secara mutlak tanpa alasan apapun dan beliau juga tidak sepaham
dengan orang yang bertawassul tanpa dasar yang memungkinkan dirinya
untuk jatuh dalam kemusyrikan.
Sayyid Muhammad al-Ma>liki dikenal sebagai guru, pengajar dan
pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu
menerima h}iwar dengan h}ikmah dan mau’iz}ah h}asanah. Beliau ingin
mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang
berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama,
terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. Beliau
adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih
terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin ’Alwi al-
Ma>liki>. Beliau selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan
7 Al-Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki al-H{asani>, Mafa>him Yajibu an Tus{ah{h{ah{...,
hlm. 137-139.
5
menghormati orang yang tidak sealiran dengannya atau tidak searah dengan
thariqahnya.
Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang
tidak bersependapat baik dengan pemikirannya atau dengan aliranya. Semua
yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah
dan menyelesaikan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang
jitu bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan
berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada
pertikaian para ulamanya dan ini memang yang diinginkan musuh Islam.
Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik
di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil Haram. Semua ini beliau terima
dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang
orang yang tidak bersependapat dan sealiran dengannya, semasih mereka
memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Qur’a>n dan Sunah8.
Adapun dipilihnya kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{9 sebagai pokok
kajian pemikiran Sayyid Muhammad tentang hadis-hadis tawassul adalah
karena di dalam buku ini terdapat pemikiran hadis Sayyid Muhammad
tentang tawassul yang dibahas secara rinci dan mendalam. Selain dari itu,
kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah adalah kitab yang disajikan secara
akademis logis dimana Sayyid Muh{ammad menanggapi argumen-argumen
8 “Selayang pandang Abuya Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Maliki‛, Multaqo Hai’ah As
Shofwah. 9 Lihat: Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Maliki, Mafahim yajib an Tushahhah, (Makkah:
Maktabat Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Maliki, 1425 H).
6
seputar hadis-hadis tawassul dengan akademis bukan dengan emosi dan
kemarahan.
Berangkat dari beberapa permasalahan di ataslah penulis tertarik untuk
mengkaji secara lebih lanjut penelitian hadis-hadis tentang tawassul dari
pemikiran Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m
Yajib an Tus{ah{h{ah.
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih spesifik, maka penulis sengaja membatasi pada
satu kitab karya Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki yaitu Mafa>hi>m
Yajib ’an Tus}ah}h}ah} dengan mengambil fokus pemahaman hadis-hadis
tentang tawassul. Dari sinilah kemudian muncul rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep tawassul menurut Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-
Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah ?
2. Bagaimana pemahaman hadis-hadis tawassul menurut Sayyid Muh{ammad
ibn ‘Alwi> al-Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui konsep tawassul menurut Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-
Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah ?
2) Mengetahui pemahaman hadis-hadis tawassul menurut Sayyid
Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an
Tus{ah{h{ah ?
7
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan khazanah keilmuan keislaman, terutam tentang masalah hadis
tawassul dalam pandangan Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki dalam
kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah serta dapat menambah pengetahuan
penulis dan pembaca tentang tawassul. Selain itu, untuk menambah
kepustakaan dan memperkaya khazanah kepustakaan Islam.
2. Secara tidak langsung, penelitian ini memiliki arti penting bagi
masyarakat Indonesia dalam melihat permasalahan agama, khususnya
bagaimana memahami tawassul yang benar dan bagaimana
menerapkannya dalam elemen kehidupan manusia. Oleh karena itu, kajian
ini diharapkan dapat memberikan wacana baru dan masukan bagi umat
Islam mengenai konsep tawassul.
D. Telaah Pustaka
Setelah dilakukan penelusuran, penulis menemukan beberapa karya
yang membahas tentang tawassul, dan diantaranya adalah : Karya
Muhammad Nashiruddin al-Albani dan Ali bin Nafi al-‘Ulyani yang berjudul
Tawassul dan Tabarruk, menjelaskan bahwa tawassul dan tabarruk
merupakan ibadah yang dipraktekkan sejak zaman sahabat hingga kini.
Namun pada masa kini banyak dijumpai praktek-praktek tawassul dan
tabarruk yang tidak berdasarkan kepada sunnah, bahkan membahayakan
aqidah. Maka tujuan dari buku tersebut adalah mengarahkan umat muslim
8
agar terhindar dari praktek-praktek yang tidak berdasar dan menuju kepada
apa yang telah didasarkan kepada sunnah.10
Skripsi yang berjudul ‚Pemikiran Ibnu Taimiyyah tentang Tawassul‛
karya Muhammad Zaid Abdullah. Di dalam skripsinya, ia menjelaskan
tentang logika dan cara berpikir Ibnu Taimiyyah dalam memahami teks kitab
suci (al-Qur’an dan al-Hadis) serta bagaimana respon terhadap kenyataan dan
realitas umat tentang maraknya praktek tawassul waktu itu.11
Skripsi yang berjudul ‚Tipologi Konsep Tawassul Menurut Hamka
(Kajian Deskriptif Analitis Kitab Tafsir al-Azhar)‛ karya Fajar Irmawan
membahas tentang konsep tawassul pada kitab tafsir al-Azhar. Menurutnya,
konsep tawassul yang ditafsirkan oleh Hamka merupakan pengaruh dari
pemikiran Ibnu Taimiyyah. Pengaruh ini dapat dilihat dari larangan beliau
pada sebagian orang yang pergi ke makam Nabi atau wali untuk bertawassul,
meminta doa dari orang yang sudah meninggal.12
Skripsi yang berjudul ‚Studi Komparatif Pendapat Ibnu Taimiyyah dan
al-Syaukani tentang Tawassul‛ karya Zainal Abidin. Dalam skripsinya ia
menjelaskan konsep dan beberapa masalah yang terkait dengan tawassul dan
ia mengkomparasikan antara dua tokoh yang fenomenal, yaitu Ibnu
Taimiyyah dan al-Syaukani.13
10
Muhammad Nashiruddin al-Albani dan Ali bin Nafi al-‘Ulyani, Tawassul dan Tabarruk, terj. Ainur Rafiq dan Abdul Rasyad Shiddiq (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), hlm. 58.
11 Muhammad Zaid Abdullah, ‚Pemikiran Ibnu Taimiyyah tentang Tawassul‛, skripsi
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001.
12
Fajar Irmawan, ‚Tipologi Konsep Tawassul Menurut Hamka (Kajian Deskriptif Analitis
Kitab Tafsir al-Azhar)‛, skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
9
Dalam skripsi karya Arofah Ahmad, ia mencoba mengkomparasikan
antara dua ormas besar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan NU dalam
menanggapi masalah tawassul yang notabenenya selalu mempunyai
pandangan yang berbeda antara keduanya. Dalam karyanya yang berjudul
‚Hukum Tawassul Menurut Muhammadiyah dan NU‛, tersebut ia
mengungkapkan dalil-dalil dan alasan-alasan dari masing-masing ormas
tersebut di dalam menjelaskan masalah tawassul.14
Dari beberapa penelitian di atas, nampaknya belum ditemukan kajian
yang serupa dengan tema penelitian yang sedang penulis lakukan. Dengan
demikian, maka penelitian ini merupakan penelitian yang penting untuk
dilakukan, sebagai wacana baru dan membangkitkan semangat ibadah umat
muslim.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian library
research (studi kepustakaan), karena obyek penelitian ini adalah literatur,
yaitu mengusahakan sintesis atas hadis-hadis tawassul dalam Kitab Mafa>hi>m
Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki. Penelitian
ini bersifat analisis-deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data yang telah
ada, kemudian menjelaskan dan menganalisa mengenai masalah tawassul.
1. Sumber Data
13
Zainal Abidin, ‚Studi Komparatif Pendapat Ibnu Taimiyyah dan al-Syaukani tentang
Tawassul‛, skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. 14
Arofah Ahmad, ‚Hukum Tawassul Menurut Muhammadiyah dan NU‛, skripsi Fakultas
Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
10
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yang dimaksud
adalah kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah karya Imam Sayyid
Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki . Sedangkan sumber data sekunder adalah
data-data yang dapat diperoleh dari buku-buku maupun media atau sumber
lain yang tersedia yang besangkutan dengan tema penelitian ini. Sumber
data sekunder ini diperlukan sebagai data pendukung dalam melakukan
analisis seputar tema yang akan dibahas.
2. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini bertumpu pada hadis-hadis
tawassul dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid
Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki , di sisi lain upaya untuk memperkuat
argumentasi juga akan dilakukan dengan mengikutsertakan pemikiran-
pemikiran lain yang relevan, yang mungkin akan didapatkan melalui
wawancara atau melalui buku-buku, sejumlah artikel maupun bentuk-
bentuk karya yang lain. Model analisis seperti ini biasa disebut dengan
analisis taksonomi,15
yakni analisis yang memusatkan perhatian terhadap
domain tertentu dari pemikiran tokoh (dalam hal ini, domain yang
dimaksud ialah hadis-hadis tawassul dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an
Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki . Analisis
taksonomi ini berbeda dengan analisis domain yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran secara menyeluruh perihal pemikiran seorang
15
Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh, Metode Penelitian Mengenai Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm.64-67.
11
tokoh. Pandangan matan hadis Sayyid Muhammad dikaji dengan analisis
kritik matan al-Idlibi, dengan analisis ini akan didapatkan pandangan yang
obyektif.
3. Pendekatan
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
deskriptif-analitis, dimana konsep-konsep akan ditelisik, diurai dan
dijelaskan secara filosofis dan sistematis dalam rangka menggapai
pemahaman hadis-hadis tawassul dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{
karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki .
Pendekatan deskriptif dalam penelitian ini penting digunakan dalam
rangka menjabarkan pemahaman hadis-hadis tawassul dalam kitab
Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-
Ma>liki , secara gamblang dan apa adanya. Dengan demikian, dari deskripsi
yang dilakukan itu akan didapatkan pengetahuan berupa gambaran-
gambaran yang mudah-mudahan cukup jelas mengenai nilai-nilai
ketauhidan. Namun penulis sadar bahwa itu saja tidak cukup. Analisa yang
kritis terhadap data-data yang telah dideskripsikan mengenai tawassul
perlu dilakukan dalam rangka menafsirkan dan memahami maksud yang
‚sesungguhnya‛ (atau sekurang-kurangnya mendekati yang
‚sesungguhnya‛ itu) dari pemikiran mereka mengenai hal tersebut. Untuk
itulah pendekatan analitis juga akan diterapkan, sebab kiranya dengan cara
demikian penulis akan dapat melakukan kajian dalam tema ini secara
memadai dan mendalam.
12
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar kajian ini memuat tiga bagian utama, yaitu memuat
pendahuluan, isi dan penutup. Bagian pendahuluan terletak pada bab I yang
berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika
Pembahasan.
Sedangkan untuk isi dipaparkan ke dalam dua bab, yaitu tediri dari bab
II dan bab III. Bab II yaitu Tinjauan Umum Tentang Imam Sayyid
Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki dan kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{. Di
dalam bab ini dipaparkan menjadi dua bagian yaitu: Pertama, menjelaskan
tentang Riwayat Hidup Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki yang
meliputi: Biografi Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki , Latar
belakang pendidikan, Karya-Karyanya, Situasi Dan Kondisi Sosial Budaya
Politik Dan Ekonomi; Kedua, Mengenai kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{
yang meliputi: Latar belakang penulisan kitab, Metode penulisan,
pemahaman hadis, Motifasi Penulisan dan penilaian para ulama terhadap
Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki .
Memasuki pada bab III menjelaskan mengenai konsep tawassul secara
umum dan perdebatan tawassul dari golongan yang pro dan kontra, serta titik
permasalahan yang diperdebatkan. Adapun pada bab IV akan dijelaskan
tentang analisis dan kritik. Kemudian masuk pada bagian akhir tepatnya pada
bab V yaitu penutup yang memuat tentang kesimpulan dan saran-saran.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemaparan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam menjelaskan tawassul Sayyid Muhammad sepakat dengan
pembagian tawassul ulama’ terdahulu, akan tetapi pemikiran Sayyid
Muhammad bin Alwi> Al-Maliki> al-Hasani> dalam masalah tawassul dengan
selain amal orang yang ber-tawassul dapat menjadi suatu pencerahan,
karena Sayyid Muhammad dapat memberikan konsep yang membedakan
antara tawassul yang dianjurkan (masyru>’) dan yang dilarang (mamnu>).
Empat syarat yang diwajibkan oleh Sayyid Muhammad adalah :
a. Tawassul adalah salah satu metode berdo’a dan salah satu sarana dalam
menghadap kepada Allah SWT. Sedangkan, objek yang dijadikan
tawassul berperan sebagai mediator dan sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah.
b. Orang yang ber-tawassul tidak akan ber-tawassul dengan mediator
tersebut, kecuali karena ia mencintai mediator tersebut dan meyakini
bahwa Allah SWT mencintainya.
c. Orang yang ber-tawassul tidak boleh meyakini bahwa objek tawassul
dapat memberi manfaat atau menolak bahaya dengan sendirinya, tanpa
seizin-Nya, niscaya ia telah musyrik.
d. Tawassul bukanlah sesuatu yang diharuskan atau ketetapan dalam
agama.Terkabulnya doa seseorang yang ber-tawassul tidak ditentukan
100
oleh adanya tawassul, bahkan tawassul ini mutlak berdoa kepada Allah
SWT.
Empat pilar inilah yang digunakan Sayyid Muhammad untuk
membenarkan pemahaman yang keliru, di dalam menghukumi orang-
orang yang ber-tawassul dengan selain amal. Di dalam menyanggah
tuduhan kaum Wahhabi terhadap kekafiran, kemusyrikan kaum Ahlu al-
Sunnah yang ber-tawassul, Sayyid Muhammad mampu memberikan
bukti-bukti yang berasal dari ulama’ mereka sendiri, seperti Imam Ahmad
bin Hanbal, Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Sayyid
Muhammad memberikan penjelasan yang sangat logis dalam menyikapi
tawassul dengan selain amal. Sistematika berargumen beliau sangat
tersistematis dalam memberikan penjelasan bahwa hakikatnya yang
dikatakan sebagai tawassul dengan selain amal adalah tawassul dengan
amal, semua itu adalah formalitas semata.
Sayyid Muhammad mengutip fatwa Ibnu Taimiyyah mengenai
kebolehan tawassul dengan iman, ketakwaan dan rasa cinta. Kemudian
Sayyid Muhammad menjelaskan bahwa orang yang ber-tawassul dengan
orang salih yang telah meninggal, berarti dia mencintai orang tersebut,
karena dia meyakini bahwa Allah SWT mencintai kesalihahanya,
ketakwaanya dan dia mempunyai derajat yang mulia di hadapan Allah
SWT. Dengan kecintaan itulah, orang tersebut dapat ber-tawassul dengan
amal. Karena kecintaan, rasa hormat, itu merupakan amal, jadi
101
hakikatnya tawassul dengan selain amal adalah tawassul dengan amal,
karena itu merupakan formalitas semata.
2. Hadis –hadis yang terdapat dalam tawassul kebanyakan dinukil dari kitab
selain kitab sembilan, hal ini disebabkan Sayyid Muhammad dalam
mengutip hadis menggunakan hadis yang telah dijadikan oleh Ibnu
Taimiyyah sebagai dalil dalam ber-tawassul. Seperti hadis tentang tawassul
nabi Adam as kepada nabi Muahmmad saw. Namun sayyid Muhammad
juga menguatkan pendapatnya menggunakan hadis yang bersumber dari
sah}i>h}ain, maupun kitab yang masyhu>r yang lain. Dalam menganalisa
kualitas hadis Sayyid Muhammad mengutip pendapat dari ulama’-ulama’
hadis, terutama hadis –hadis yang status kualitasnya diperdebatkan.
Walaupun status hadis yang dikutip bukan dari kitab yang tidak
masyhu>r, namun hal itu tidak mengurangi bobot pemikiran Sayyid
Muhammad, karena dalam hal ini Sayyid Muhammad hanya memaparkan
hadis yang digunakan oleh Ibnu Taimiyyah (orang yang diklaim sebagai
ulama’ besar Wahhabiyyah) untuk dijadikan bumerang bagi kelompok
Wahhabiyyah. Sementara kutipan hadis Sayyid Muhammad yang
digunakan untuk menguatkan bersumbber dari kitab yang masyhu>r.
Analisa yang digunakan untuk melihat pemikiran Sayyid Muhammad
dalam mengkaji matan adalah analisa Sala>h al-Di>n bin Ahmad al-Idlibi>
didalam kitab Manhaj Naqd al-Matn. Dari hasil analisa matan tersebut
tidak ditemukan pemikiran Sayyid Muhammad yang menyimpang dari
kaidah Ilm al-hadis. Sayyid Muhammad mendasarkan pendapat beliau
102
berdasarkan al-Quran dan hadis-hadis yang sesuai dengan tema kajiannya,
bahkan Sayyid Muhammad mampu memberikan penjelasan yang mampu
diterima akal, tidak bertentangan dengan logika berfikir yang sangat
mendasar.
B. Saran-saran
Didalam melihat perbedaan jangan mudah menghukumi seseorang
dengan bid’ah, musyrik dan kafir. Lihatlah dengan seluruh sudut pandang
agar timbul kebijaksanaan, dan ketenangan dalam berfikir. Pernah suatu
ketika dalam keadaan perang berkecamuk seorang sahabat sudah mendapati
seorang kafir quraisy dipedangnya, lalu orang kafir tersebut dalam keadaan
terdesak mengucapkan syahadat, namun sahabat tersebut tetap membunuhnya
karena dia menghukumi syahadat orang kafir tersebut tipu muslihat agar
selamat dari pedangnya. Setelah cerita ini sampai kepada Rasul Saw, Rasul
memerintahkan sahabat tadi untuk membedah hatinya agar tahu isi hatinya
(bentuk sindiran Rasul saw agar berhati-hati dalam menilai urusan hati
seseorang, karena hal itu adalah iman yang sungguh menjadi urusan seorang
hamba dan Tuhannya).
Kekeliruan yang terjadi disekitar dimasyarakat hendaknya diluruskan
dengan cara yang lurus pula, dengan hikmah dan nasihat yang baik. Sudah
menjadi kewajiban sesama muslim untuk saling menasihati dalam kebenaran
dan kesabaran. Tidak ada paksaan dalam Islam, Islam menolak pemaksaan
berfikir, Islam mengajarkan cara yang santun yaitu dengan mengedepankan
musyawarah, tabayun dan bertukar fikiran.
103
DAFTAR PUSTAKA
al-Alu>si> al-Bagda>di>, Mah{mu>d.Ru>h{ al-Ma’a>ni>.Beirut: Da>r al-Fikr.1983
al-As{fahani, Al-Ragi>b.Mu’jam Mufrada>t Alfa>z{ al-Qur’a>n.Beirut: Da>r al-Fikr.tt
al-Bukhara>ri.S{ah{i>h{ al-Bukha>ri> dalam CD. ROM mausu>’ah h{adi>th al-shari>f
_______.al-Qawa>’id al-Asa>siyyah fi> ‘Ilm Mus{t{alah{ al-H{adi>th.Jakarta: Dinamika
Berrkah Utama.tt
Hamka.Tafsir al-Azhar.Jakarta: Pustaka Panjimas.1984
Ibnu Manz{ur.Lisa>n al-‘Arab.Beirut: Da>r al-S{adr.tt
Ibnu Taimiyah.Tawassul dan Wasi>lah.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2006
Ibnu Kathi>r.Tafsi>r Ibnu Kathi>r.CD. ROM al-Maktabah al-Sha>milah
Kattâni Abdul Hayyei, ‚al-Qur’ân dan Tafsir‛, dalam Jurnal al-Insan, Vol. 1, No.
1, Januari, 2005
al-Maliki, Sayyid Muhammad ibn Alawi. Mafahim yajib an Tushahhah. Makkah:
Maktabat Sayyid Muhammad ibn Alawi al-Maliki.1425 H.
al-Manu>fi al-H{usaini, Al-Sayyi>d Mah{mu>d Abu> al-Faid.Himpunan Auliya’ dan
Ulama Tasawuf, terj. Abu Bakar Basymeleh.Surabaya: Bina Ilmu.1996
_______.Manhaj al-Salaf fi> Fahm al-Nus{u>s{ bayna al-Nadhariyyah wa al-
Tat{bi>q.Makkah: Maktabat Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki.1419 H
Maimun, Arief Furchan dan Agus. Studi Tokoh, Metode Penelitian Mengenai
Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Madjid, Nurcholis.‚Tasawuf dan Pesantren‛, dalam Abdurrahman Wahid,
Pesantren dan Pembaharuan, (ed.) M. Dawam Raharjo.Jakarta: LP3S.1995
104
Munawwir, A. W.Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.Surabaya:
Pustaka Progresif. 1997
Rahman, Fazlur. Major Themes of The Qur’ân. Chicago: Bibliotheca Islamika.
1989.
Rayah, Mahmud Abu. Adhwa Ala al-Sunah al-Muhammadiyah. Kairo: Dar al-
Ma’arif. tt.
al-Shabûnî, Muhammad Ali. al-Tibyân fî ’Ulûm al- Qur’ân. Bairut: Dar al-Kutb.
2003.
al-Sijista>ni> al-Azdi>, Abu> Dawu>d Sulaima>n ibn al-Ash’as.Sunan Abi>
Dawu>d.Beirut: Da>r al-Fikr.tt
Ash Shiddieqî, Hasbi . Sejarah dan PengantarIlmu al-Qur’ân/Tafsir. Jakarta:
Bulan Bintang. 1994.
Shihab, M. Quraish.Tafsir al-Misbah.Jakarta: Lentera Hati.2002
Subh{a>ni>, Ja’far.Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali Termasuk
Ajaran Islam; Kritik atas Faham Wahabi, terj. Zahir.Bandung: Pustaka
Hidayah.1995
al-Tirmi>z{i>, Sunan al-Tirmi>z{i> dalam CD.ROM mausu>’ah h{adi>th al-shari>f
al-Zarkasyi Badr al-Din Muhammad Ibn Abdullah, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’ân,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1988)
al-Zarqânî ‘Abd al-‘Azhîm, Manâhil al-‘Irfân fî ‘ulûm al-Qurân (Mesir: Musthafa
al-Bâbî al-Halabî, t. th.)
105
CURRICULUM VITAE
Nama : Hasyim Asy’ari
NIM : 09532015
Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
TTL : Lamongan 19 November 1989
Email : hasyim4224@rocketmail.com
Orang Tua : Ayah : Zaini Muhammad
: Ibu : Maimunan
Alamat Asal : JL.Rawa Pelita, Desa Rawa Mulia, Babulu, Penajam Paser
Utara, Balikpapan Kalimantan Timur
Alamat di Yogya : Jl. KH Ali Maksum No.21c RT.01 Krapyak Kulon Sewon
Bantul Yogyakarta
Pendidikan Formal : SDN 019 Babulu Kal-Tim : 1996-2002
: MTs Bina’ul Muhajirin Babulu : 2002-2005
: MA Ali Maksum Yogyakarta : 2006-2009
: S1 UIN Sunan Kalijaga : 2009-2013
Pengalaman Organisasi : - OSIS Mts Bina’ul Muhajirin
- IPNU MA Ali Maksum
- MPK Ali Maksum
- PSNT Ali Maksum
- IPSNU PN Mts Bina’ul Muhajirin