Post on 28-Jun-2015
GLOBAL WARMING : PETERNAKAN SEBUAH FAKTA
Yanuarius Benny Kristiawan
Global Warming: Sebuah Fakta
Global Warming (Pemanasan global) adalah permasalahan yang sedang kita
hadapi di dunia saat ini. Dampaknya memberikan efek yang negatif pada bumi, dengan
mulai mencairnya es di Kutub Utara, punahnya species hewan dan tumbuhan, juga
berakibat pada memburuknya kesehatan manusia. Pemanasan Global dipahami sebagai
kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (gelombang panas/
inframerah) yang dipancarkan bumi oleh Gas Rumah Kaca (GRK). Gas-gas ini secara
alami terdapat di udara (atmosfir). Gejala sangat kentara dari Pemanasan Global adalah
Ekstrimnya perubahan cuaca yang terjadi di sekitar kita.
Berdasarkan data terbaru dari satelit, dikutip dari artikel bulan Desember 2007,
ahli cuaca Badan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) Jay Zwally meramalkan bahwa
hampir semua es dapat lenyap dari Lautan Arktik di akhir Musim Panas 2012.
Es di Lautan Arktik pada September 2007: 23% di bawah rekor terendah sebelumnya
(dari data satelit NASA) 50% di bawah level tahun 1950 (dari data kapal laut).
Lenyapnya permukaan es Greenland sekarang 400% lebih besar daripada 15 thn yang
lalu. Temperatur permukaan di Lautan Arktik adalah yang tertinggi dalam 77 tahun
terakhir.
Seperti telah diketahui bahwa penyumbang efek Gas Rumah Kaca adalah (terutama) gas-
gas sebagai berikut:
• Gas karbondioksida (CO2). Dihasilkan dari : penggunaan bahan bakar fosil
(minyak, bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan industri, transportasi, rumah
tangga, pembakaran hutan, dll.
• Gas Metan (CH4). Dihasilkan dari proses pembusukan bahan organik seperti yg
banyak terjadi di peternakan sapi, dll
• Gas Chlorofluorocarbon (CFC). Dihasilkan dari sistem kerja kulkas dan AC
model lama.
Dalam skema berikut
digambarkan dampak
pemanasan bumi yang
antara lain meliputi
mencairnya es di kutub
utara dan selatan, naiknya
air laut, bencana seperti
tsunami, gempa bumi dan
gunung meletus:
Adapun solusi yang
ditawarkan seperti skema
berikut yang antara lain
berupa: Berhenti makan daging dan beralih menjadi vegan atau setidaknya vegetarian.
Matikan listrik. Jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan
standby. Ganti lampu ke jenis lampu hemat listrik. Gunakan shower untuk mandi
daripada bak mandi. Gunakan kendaraan umum atau Pool Car jika bepergian. Hemat
penggunaan kertas. Menggunakan tas kain sebagai pengganti kantong plastik. Jika
terpaksa memakai AC, tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk
secukupnya. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda. Jemur pakaian di bawah sinar
matahari. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin pengering
yang banyak mengeluarkan emisi karbon. Gunakan produk-produk yang ramah
lingkungan, efisien dan hemat energi.
Gambar 2 Dampak Global Warming
Berdasarkan diagram di atas sebagian besar permasalahan keberlanjutan yang
terkait dengan efek Gas Rumah Kaca terkait dengan gaya hidup (lifestyle). Salah satu
lifetyle yang menonjol berdampak pada pemanasan bumi adalah pola makan daging.
Peternakan dimana daging dihasilkan menjadi penting untuk
dibicarakan.
Peternakan sebagai fakta: tahun 2006 Organisasi
Pangan dan Pertanian PBB (FAO) telah memperkirakan
bahwa peternakan hewan untuk daging dan susu
bertanggung jawab atas 18% pemanasan global. Lebih besar
dari gabungan semua transportasi di dunia. Bagi ilmuwan
selayaknya semakin jelas bahwa industri peternakan
memainkan peran yang lebih signifikan. Rajendra Pachauri
– Ketua IPCC – PBB, mengatakan bahwa estimasi 18%
Gambar 3 Solusi Global Warming
Gambar 4 Laporan FAO-UN (2006)
adalah terlalu rendah dan dalam kenyataannya jauh lebih tinggi. DR. T Colin Campbell
dari Cornell University, USA bahkan menyebut angka lebih dari 50% sumbangan industri
peternakan terhadap efek rumah kaca. Gas Rumah Kaca (Green House Gasses)
dipancarkan hampir setiap langkah proses produksi daging, termasuk tiga gas utama
penyebab efek rumah kaca yaitu Karbon Dioksida ( CO2), Nitrous Oksida (N2O) dan
Metana (CH4). Namun apa yang tidak diperhitungkan adalah fakta bahwa alih-alih angka
23 kali yang digunakan dalam kebanyakan laporan termasuk pada lapran PBB. Prof.
Barray Brook (Direktur Riset Perubahan Cuaca di Universitas Adelaide, Australia)
menyatakan bahwa, Metana sesungguhnya 72 – 100 kali lebih berpotensi daripada CO2
selama periode 20 tahun. Noam Mohr (Fisikawan, New York University Polytechnic
Institute, USA) menyatakan pula bahwa metana memerangkap hanya dalam 12 tahun, 25
kali panas yang dihasilkan karbon dioksida untuk periode satu abad. Jika dilihat dalam
skala waktu lebih pendek dan ditanyakan“ Berapa banyak pemanasan selama 20 tahun ke
depan yang disebabkan oleh oleh karbon dioksida versus jumlah metana ini?” Maka
Metana menyebabkan 72 kali pemanasan yang dihasilkan Karbon Dioksida untuk kurun
waktu 20 tahun. Maka dapat dilihat bahwa pada 37% dari emisi Metana global,
peternakan adalah sumber tunggal Metana yang disebabkan oleh manusia.
Di bagian lain DR. Kirk Smith, (Profesor, UC Berkeley, USA) yang juga anggota
IPPCC – PBB menyatakan bahwa kita harus berurusan dengan CO2 pada akhirnya, tetapi
jika ingin membuat dampak pada iklim dalam 20 tahun mendatang, harus dilakukan
dengan gas rumah kaca yang berumur pendek, terutama adalah Metana. Peternakan
bahkan memiliki andil lebih besar jika faktor lainnya dimasukkan. Noam Mohr
menyatakan bahwa Aerosol atau partikel yang dilepaskan bersama dengan CO2 dari dari
pembakaran bahan bakar fosil yang meskipun beraspek membahayakan bagi kesehatan,
sesungguhnya memiliki efek pendinginan. Kita saat ini memiliki krisis lingkungan yang
kritis yang terjadi dengan efek-efek yang yang kita lihat di seluruh dunia dan jika kita
ingin mengatasi pemanasan global yang dirasakan sekarang hasil terbaik jika kita
menangani gas lain selain CO2 yaitu Metana dan sumber nomor satunya adalah
peternakan. Kita tidak dapat menggantungkan hanya pada Green Technology saja untuk
mengatasi dampak Gas Rumah Kaca.
BERDASARKAN LITERATUR DAN DATA:
• www.suprememastertv.com/sos
• Henning Steinfield, dkk., “Livestock’s Long Shadow – Environmenal Issues and Option”, Food and Agriculture Organization of the United Nations: 2006.
• Dean Heerwagen, “Passive and Active Environmental Controls”, McGraw‐Hill Professional, 2003, h.36.
• Alex Kirby, “CCCC Kick the Habit – a UN Guide to Climate Neutrality”, United Nations Environment Programme, 2008, h.103.