Post on 31-Oct-2014
Gaya mengajar guru bisa macam-macam. Dari yang senangnya memberi tugas siswa
yang banyak, sampai guru yang senangnya bercerita ngalor ngidul selama jam
pelajaran. Kesemua gaya mengajar yang saya sebutkan ujungnya cuma satu, apakah
siswanya nyaman atau tidak berada di kelasnya. Nyaman bisa berarti banyak hal, dari
nyaman karena akrab sampai nyaman karena bisa bertanya apapun karena siswa yakin
ia punya guru yang berpikiran terbuka karena bersedia jadi mitra sejajar dalam mencari
pengetahuan.
Ada beberapa kepribadian guru yang bisa menjadi jalan bagi siswa untuk bisa nyaman
berada dikelas anda.
1. Guru yang bisa jadi pendengar yang aktif. Seorang guru yang menjadi pendengar
yang aktif sadar bahwa semua siswa seberapapun pendiamnya ia senang didengar dan
senang jika diminta berbicara. Jika anda mengajar SMP atau SMA, seorang siswa yang
terhalang aspirasinya dikelas biasa menyuarakan unek-uneknya lewat situs jejaring
sosial. Apalagi jika mereka yakin bahwa anda tidak mungkin membaca hal yang mereka
tuliskan. Hal ini berarti sudah menjadi naluri bagi siswa kita sekarang ini untuk didengar
dan ‘bersuara’.
2. Guru yang memberikan pilihan. Tempatkan diri anda sebagai siswa, pasti anda akan
suka saat dibebaskan untuk memilih. Bicara soal pilihan, buat siswa dibebaskan untuk
memilih hal yang menurut kita sebagai guru adalah sebuah hal yang sederhana namun
merupakan ‘kemewahan’ bagi siswa. Dibolehkan untuk memilih teman dalam kerja
kelompok, memilih tempat duduk, dibolehkan untuk memilih pekerjaan apa yang ingin
mereka lakukan terlebih dahulu dan sederet pilihan lain yang simpel tapi membuat
mereka senang karena boleh memilih. Saran saya utamakan tujuan akhir, yaitu selesai
pekerjaan dan tujuan pembelajaran yang kita rancang, soal cara silahkan anda pikirkan
yang terbaik dan yang penting nyaman bagi kedua belah pihak, anda dan siswa anda
dikelas.
3. Guru yang pandai menyelipkan motivasi. Sengaja saya menggunakan kata
‘menyelipkan’. Siswa sekarang kurang suka dimotivasi dengan cara yang biasa. Buat
mereka kata motivasi hampir mirip dengan kata nasehat. Nah, dinasehati adalah
sebuah situasi dimana ada pihak yang salah dan diberitahu mengenai kesalahannya.
Padahal memotivasi beda dengan dinasihati. Memotivasi dimulai dengan prasangka
baik bahwa orang yang dimotivasi punya kemauan untuk berubah. Saat kita sebagai
guru memotivasi siswa, mulailah dengan sapaan hangat dan konsentrasilah terhadap
apa yang dikatakannya. Dengan demikian motivasi kita berbeda dan unik untuk setiap
siswa kita. Hasilnya siswa akan merasa bahwa keberadaan mereka spesial di mata kita
sebagai guru.
4. Guru yang menegakkan dead line sambil menghargai usaha siswa. Deadline yang
saya maksud adalah masa akhir pengumpulan tugas. Sering guru mengukur
ketegasannya dengan ketat dalam soal batas waktu pengumpulan tugas. Padahal
bukan soal batas waktu yang paling penting, karena jika ini yang jadi tujuan utama,
siswa cenderung mengumpulkan tugas dengan apa adanya demi mengejar dead line.
Sebagai guru usahakan membangun dialog mengenai jalannya pengerjaan tugas,
siswa akan senang menceritakan prosesnya, sambil mendengarkan kita pun jadi bisa
mengerti jika ada siswa yang meminta negoisasi mengenai batas pengumpulan tugas,
asal waktunya masih mungkin dan demi hasil yang lebih bagus kenapa tidak?
Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari
pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani
housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang
menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar?”
Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari
untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar?
Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau
hasil usaha sendiri?
Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui,
tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-
data yang setepat mungkin.
Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui
sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si
ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama
suami. Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa
buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan
Stephen suka matematika. Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?” Dia
menjawab, “Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih
otaknya, semoga ia menjadi jenius.” Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut
terus perkembangannya. Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu
mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.
Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia
suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan
utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan
berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik
untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang
dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini
adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban
untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.
Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen
menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan
yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),”
ungkapnya. Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak
ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak
bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam. Uniknya,
mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat
jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu.
Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu
kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk. Akibatnya lemah
dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.
Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan
sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah
mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka. Menurut ilmuwan di
Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada
otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa
generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA
Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat
memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam,
diikuti dengan menelan pil minyak ikan (cod oil lever). Dalam pengamatan Stephen,
anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew,
Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah
suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat
meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar. Ini menurut saintis
Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. Tak heran banyak pakar musik dari
kaum Yahudi.
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis
perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen,
“Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan
6 tahun kebelakang!! !” katanya. Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh
anak Yahudi.
Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang
diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari. Menurut teman Yahudi-nya
Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak
bagian dari persiapan untuk membela negara.
Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid
digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski
proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan
serius. Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan
dibawa ke jenjang lebih tinggi.
Satu lagi yg diberi keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat
mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun
diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus
memperaktekkanya. Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap
kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!
Anda terperanjat? Itulah kenyataannya. Kesimpulan, pada teori Stephen adalah,
melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan.. Tentunya bukan
perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi
mungkin?
Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina.
Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi
militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada
pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang kita ketahui, setelah
lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari
1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang
tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka.
Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik
sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran. Anak-anak yang sudah
hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. “Jika dalam usia
semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan
jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.
Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang
diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi
dengan al-Qur’an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka. Namun kondisi
itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena
ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.
Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini
cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana
perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus
dibanding dengan negara tetangganya. Ambil contoh tetangga kita yang terdekat
adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain
menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.
Benarkah merokok dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok bukan dari
penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui
beberapa bukti menyokong teori ini. “Lihat saja Indonesia,” katanya seperti dalam
tulisan itu. Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun
bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa
harga rokok? Cuma US$ .70 cts !!! “Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan
orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi?
Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri?
Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Apakah ini bukan
akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?”
source : kaskus.us
Kemampuan untuk meningkatkan konsentrasi atau memusatkan perhatian pada tujuan-
tujuan spesifik akan meningkatkan kemampuan mental kita dan pada gilirannya
meningkatkan kualitas hidup kita.
Dalam kehidupan sehari-hari kita terus-menerus dibombardir dengan respon indra kita;
penglihatan, suara, bau, dan perasaan. Otak kita harus memutuskan apa yang penting
bagi kita yang perlu disimpan, dan apa yang tidak yang harus dibuang.
Jika kita tidak fokus, rentang perhatian kita tersebar di banyak hal yang berbeda dan ini
akan tercermin dalam otak kita. Kegiatan di otak juga akan terurai di seluruh otak dan
tidak ada jejak abadi yang akan dibuat.
Ketika kita berkonsentrasi pada tugas atau objek tertentu, otak akan secara otomatis
meminimalkan atau mematikan kegiatan yang tidak terkait dengan tugas dan
mengaktifkan wilayah otak yang berhubungan dengan objek dari perhatian kita.
Kemampuan untuk mengubah jejak/pengalaman indra baru merupakan dasar bagi
semua pembelajaran; itu tidak berarti hanya belajar akademik tapi apa pun yang kita
lakukan dalam hidup kita. Dari belajar berjalan, naik sepeda, ataupun belajar
matematika yang lebih kompleks – begitu kita belajar kita tidak akan pernah lupa.
Orang paling sukses di segala lapisan kehidupan; ilmuwan, atlet, aktor, guru,
pengusaha atau orang lain yang sukses selalu punya satu kesamaan, mereka tahu apa
yang mereka inginkan dan mereka memiliki satu pikiran fokus untuk mencapai tujuan
mereka. Dengan berfokus pada tujuan, semua energi dan usaha terkonsentrasi pada
tugas-tugas yang menggerakkan untuk lebih dekat ke arah tujuan.
Kemampuan untuk fokus akan membantu kami tahu apa yang perlu kita lakukan tetapi
yang lebih penting kita juga akan tahu apa yang tidak boleh dilakukan. Retikuler
mengaktifkan sistem dalam otak akan mengingatkan perhatian kita untuk hal-hal
penting di sekitar kita yang akan membantu kita bergerak menuju apa yang kita
inginkan. (sistem retikuler adalah suatu sistem yang beradadi batang otak anda, yang
membantu anda mengarahkan diri anda ke sesuatu yang anda inginkan asal anda
menginginkannya secara spesifik)
Bagaimana cara meningkatkan konsentrasi:
1. Memiliki tujuan spesifik yang ingin anda capai. Jika merupakan tujuan keuangan,
rumuskan tepatnya berapa jumlah yang ingin anda memiliki, bangun keuangan secepat
anda membangun kemampuan anda untuk menghasilkan uang. Tetapkan batas waktu
kapan anda ingin mencapainya.
2. Mempunyai alasan mengapa anda harus mencapai itu. Ini adalah bagian yang paling
penting yang harus anda sertakan, semakin kuat alasan semakin besar kemungkinan
akan mencapainya.
3. Keyakinan bahwa anda akan mencapainya dan tetap fokus pada keyakinan tersebut.
Anda harus benar-benar yakin bahwa anda akan mencapainya. Menjadikannya sebuah
keharusan.
4. Membuat Rencana – Bagaimana cara sampai ke tujuan anda? Buat semua daftar
tugas yang harus anda ambil untuk bergerak lebih dekat ke tujuan anda. Daftar juga
hal-hal yang tidak perlu anda lakukan, hal-hal yang akan mengalihkan perhatian dari
pencapaian tujuan anda. Hal-hal seperti terlalu banyak menonton TV, atau nongkrong
dengan teman-teman. Lebih terarah dalam menyikapi rencana.
5. Aksi – Pecah rencana ke bulanan, mingguan dan rencana tindakan harian. Sisihkan
waktu tertentu dan mengambil tindakan setiap hari setidaknya waktu tersebut akan
membawa anda lebih dekat ke tujuan Anda.
6. Review – Review ini setidaknya setiap bulan, lebih lama dari itu berarti anda akan
menyimpang terlalu jauh dari tujuan anda. Membuat penyesuaian yang diperlukan
dalam rencana atau tindakan, tetapi tetap pada tujuan.
7. Menikmati proses – Menetapkan tujuan dan bekerja ke arah itu akan lebih
memuaskan jika anda menikmati proses dalam melakukannya.
Hidup di jaman serba cepat dan dinamis seperti sekarang ini menuntut kita untuk
bekerja lebih keras terutama otak. Pada saat informasi penting datang secara tiba -
tiba, kita menangkapnya tetapi terkadang beberapa saat kemudian langsung lupa.
Maka dari itu, saya punya beberapa tips untuk membantu meningkatkan daya ingatan
anda.
1. Lakukan teknik relaksasi secara teratur
Salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan ingatan Anda yaitu dengan secara
sadar berusaha mengendurkan ketegangan seluruh otot tubuh sebelum mempelajari
sesuatu yang baru. Menurut para peneliti dari Fakultas Kedokteran Univ Stanford,
relaksasi otot dapat mengurangi kecemasan yang sering dirasakan seseorang saat
berusaha mencoba mempelajari hal baru.
2. Pertahankan pola kesehatan yang bagus
Gangguan kesehatan termasuk kondisi minor sekalipun, seperti flu atau hipertensi,
dapat menggangu ingatan anda. Sebuah penelitian menemukan bahwa dalam periode
25 tahun, pria menderita hipertensi kehilangan kemampuan kognitif hingga dua kali lipat
dibandingkan dengan pria bertekanan darah normal. Di sisi lain, penelitian di
Universitas California Selatan mengemukakan bahwa pada usia 70-an tidak akan
mudah mengalami penurunan kemampuan kognitif jika mereka tetap aktif secara fisik.
3. Tantang diri Anda !
Otak memproduksi senyawa kimia neurotransmitter yang membawa pesan antar sel
yang terlibat dalam ingatan dan penentuan strategi. Ketersediaan neuritransmiter
tersebut termasuk senyawa kimia pembentuk ingatan asetikolin meningkat apabila otak
sering digunakan untuk menyelesaikan tantangan yang menuntut penyelesaian
masalah. Penelitian menunjukan bahwa tikus yang hidup dalam lingkungan menantang
mempunyai dendritik yang lebih kompleks daripada tikus yang hidup di lingkungan
biasa.
4. Kembangkan ketajaman indera
Sebagian besar jenius bidang ingatan mempunyai persepsi indrawi yang sensasional
atau sensitif. Praktikan ketrampilan pengamatan anda dan belajarlah lebih
memperhatikan dengan menggunakan seluruh indera Anda. Kurangnya konsentrasi
sering menjadi akibat buruknya ingatan. Jika ingin mengingat sesuatu, berhentilah
sejenak, perhatikan dan catat (secara internal maupun eksternal) apa yang ingin Anda
ingat.
5. Lakukan olahraga teratur
Selain meningkatkan kekuatan fisik, olahraga teratur juga membantu fungsi ingatan
anda dengan menjamin suplai oksigen darah ke otak. Olahraga juga menstimulasi
pelepasan endorfin-neurotransmiter yang terkait dengan rasa senang sehingga
meningkatkan keceriaan, yang menjadi pemicu penting pembelajaran ingatan. Selain itu
penelitian juga menunjukan bahwa olahraga juga meningkatkan produksi Brain-Derived
Neurotrophic Factor (BDNF). Satu dari delapan faktor pertumbuhan manusia yang
diperkirakan mampu meningkatkan kemampuan belajar dan perlindungan sel dari
penyakit, seperti Alzheimer, parkinson, dan penyakit lou gehrig's.
6. Hindari obat penenang dan zat yang menimbulkan kantuk
Segala zat yang membius otak termasuk alcohol, benzodiazepin (biasa untuk terapi
ganguan kecemasan) dan obat penenang lainmenghambat fungsi optimal daya ingat
anda. Jika ingin santai, makanlah makanan berkarbohidrat tinggi yang merangsang
produksi tritofan dan bertindak sebagai penenang alami.
7. Kembangkan sikap mental positif
Ganti sikap negatif atau kritik terhadap diri sendiri, seperti "Aku sudah terlalu tua
untuk mengingatnya", menjadi sikap positif seperti "Ah, ini gampang, santai saja pasti
aku bisa ingat kok". Periksalah keragu raguan dan hambatan mental anda. Sebagian
besar perasaan tersebut biasannya muncul saat anda masih sangat muda dengan
alasan yang tidak jelas.
8 Makan secukupnya, kurangi lemak dan minum banyak air
Pilihlah makanan yang rendah lemak dan kalori. Makanan yang rendah lemak dan
tinggi protein adalah ayam (tanpa kulit), ikan, kerang, daging sapi muda, dan daging
sapi tanpa lemak. Sumber protein nabati rendah lemak mencakup kacang polong kering
dan kacang - kacangan lain, produksi susu rendah lemak, termasuk keju dan susu
skim, serta makanan berbahan kedelai. Yang tak kalah penting adalah minum banyak
air (ini yang selalu saya lakukan karena mudah dan paling efektif) dapat membantu
pencernaan dan pernafasan, meningkatkan kapasitas pembawaan oksigen dalam
darah, serta mempertahankan kesehatan sel.
DEMIKIANLAH tips untuk meningkatkan daya ingat dari saya, semoga berguna dan
membantu. 8 Tips sederhana ini sudah terbukti, dan Silahkan Anda coba.
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau
diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan
seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan
bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa
mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat
memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara
efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam
kelas.
5. Bisa berkomunikasi yang Baik dengan Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat
mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam
hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia
memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua
siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah
dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran
mereka memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik
memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka
ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi
para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang
kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka
gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak
atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti
ketika siswanya sudah beranjak dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat
menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.
Disarikan dari situs Apple for the teacher
Bagaimana cara menjadi guru kreatif? wah ini baru pertanyaan yang seru. Dikarenakan
sejak blog ini dibuat tidak ada satu artikel pun yang mengarah langsung kesana. Hal
yang saya lakukan adalah banyak-banyak menulis artikel tentang metode pembelajaran
tanpa memberi cap pembelajaran kreatif.
Tetapi membaca pertanyaan pak Agus Suyono di atas seperti menyadarkan saya
bahwa menjadi guru kreatif bukannya sekedar membuat anak senang dan enjoy oleh
permainan (games) yang seru, segar dan lucu selama pembelajaran berlangsung. Tapi
juga selayaknya guru mencari metode pembelajaran yang bermakna dan membuat
anak bisa semakin mengerti apa yang guru ajarkan dikelas
Dalam artikel ini akan saya tuliskan, kondisi apa saja yang membuat guru bisa menjadi
kreatif bahkan tanpa harus menggunakan metode pembelajaran yang terbaru. Sumber
saya dapatkan dari www.edutopia.com
Guru menciptakan susasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan
intelektual
Terkadang siswa punya banyak pertanyaan dibenaknya, tetapi ada semacam perasaan
malu dan takut, dikira bodoh jika melontarkan pertanyaan. Sebagai guru, kerja keras
kita salah satunya adalam menciptakan kelas yang memberik keamanan secara
emosional bagi siswa. Memang agar menjadi siswa yang percaya diri mereka perlu
mengambil resiko, tetapi di lingkungan yang tidak mendukung kenyamanan secara
emosional, siswa akan berpikir 1000 kali untuk mau bertanya dan berpendapat.
Anda juga bisa membuat peraturan kelas yang isinya antara lain ‘Tidak boleh
merendahkan atau meremehkan pendapat orang lain’ Jangan lupa anda juga memberi
contoh dahulu kepada siswa untuk mengucapkan terima kasih dan menhargai untuk
setiap pertanyaan, atau pendapat dari siswa anda. Jika ini terjadi dikelas anda dijamin
kelas akan berubah menjadi kelas yang setiap individu didalamnya salaing mendukung
dan mudah untuk berkolaborasi dalam berpengetahuan.
Tidak hanya sampai disitu saja, kelas yang membuat guru menjadi guru kreatif
semestinya juga aman secara intelektual. Siswa bisa mandiri dan mengerti dimana
letak alat tulis, dikarenakan semua hal dikelas sudah disiapkan dengan rapih dan
terorganisir. Siswa tahu apa yang harus dikerjakan dikarenakan intruksi penugasan
yang jelas oleh guru. Tidak hanya jelas tetapi juga menantang dengan demikian siswa
bisa mengekpresikan kemampuannya dalam mengerjakan tugas yang guru berikan.
Guru mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan (engagement) siswa
dalam tugas yang ia berikan.
Saya jadi ingat sebuah pertanyaan yang bersifat reflektif mengenai cara kita mengajar
dan membelajarkan siswa. Pertanyaan nya begini “Jika saya adalah murid saya
sekarang, seberapa senang saya diajar oleh guru seperti saya? “
Seorang guru yang ahli mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dalam
pembelajaran di kelas yang diajarnya dalam presentasi keterlibatan yang penuh alias
100 persen. Artinya, misalkan seorang guru mengajar selama 40 menit, maka selama
40 menit itu pulalah, siswa belajar dengan aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran.
Tentu tidak dalam semalam semua guru bisa 100 persen menciptakan kelas yang aktif.
Namun membutuhkan latihan dan latihan. Tetapi jalan kesana akan lebih cepat apabila
kita mau jujur bertanya pada diri sendiri “Seberapa besar siswa aktif atau terlibat penuh
dalam pembelajaran yang saya lakukan?”.
5 menit terakhir yang menentukan
Jadikan 5 menit terakhir pembelajaran anda untuk merangkum, berbagi atau berefleksi
mengenai hal yang siswa sudah lakukan selama pembelajaran.
Bagilah menjadi dua pertanyaan besar, misalnya bagian mana yang paling berat
dilakukan dan susah dimengerti. Pertanyaan selanjutnya, pengetahuan baru apa yang
kamu dapatkan hari ini? Dengan demikian membuat siswa berdialog dengan dirinya
sendiri mengenai proses belajar yang telah dilakukannya.
Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan
betul.
Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah pertanyaannya hanya satu tetapi
mempunyai jawaban yang banyak. Bandingkan dengan jenis pertanyaan yang hanya
mempunyai satu jawaban. Hal yang terjadi siswa akan berlomba menjawab dengan
benar dengan segala cara. Termasuk mencontek misalnya.
Sebagai guru budayakan pola perdebatan atau percakapan akademis di kelas kita.
Saat mendengarkan rekan mereka berbicara dan berargumen, mereka akan belajar
memilih dan membandingkan pendekatan atau cara yang orang lain lakukan untuk
menjawab sebuah masalah yang guru berikan.
Sebagai guru saat memberikan soal berikanlah siswa beberapa peluang
kemungkinandalam menjawab sebuah soal. Misalnya soal yang bapak berikan ini
punya tiga alternative, bisa kah kamu menemukan ketiga-tiganya?
Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam memandang sebuah pengetahuan.
Saat membelajarkan siswa, dikarenakan keterbatasan kita, terkedang kita sudah
membuat mereka menebak atau mengarang-ngarang sebuah jawaban demi
mendapatkan hasil yang benar. Hal ini siswa lakukan secara sadar atau tidak sadar.
Untuk itu mari kita letakkan gambar dibawah ini disamping soal yang kita berikan
kepada siswa di kertas soal.
Dengan demikian sebagai guru kita menjadi tahu saat siswa menjawab soal dengan
salah tapi dengan keyakinan (for sure) atau menjawab soal dengan benar tapi dengan
tidak yakin (confused). Menarik bukan ?
Biarkan siswa memberi tanda silang (X)
pada tempat dimana dia merasa cocok.
Ditengah banyaknya guru-guru profesional yang telah mendapatkan tunjangan
sertifikasi guru, ada baiknya saya ikut mengingatkan beberapa kebiasaan yang
harusnya kita hindari bersama sebagai guru profesional...
Saat guru mengajar, ada dua kemungkinan yg akan terjadi pada seorang guru, ia lupa
waktu atau ia sering mengecek waktu kenapa belum juga berakhir.
Kalau yang pertama terjadi pada anda, selamat anda layak disebut sebagai guru
profesional. Tapi jangan senang dulu lupa waktu bisa juga berarti anda belum cermat
dalam membagi waktu.
Lupa waktu juga bisa berarti anda asyik dan senang serta larut dalam kesenangan
mengajar. Anda merasa interaksi dengan siswa sangat intens, siswa senang belajar
dengan anda dan sebaliknya.
Jika anda masih menjadi guru yang senangnya melirik jam, sambil mempertanyakan
kenapa jam bergerak lama sekali, mungkin ini jawabannya.
1. anda masih menomorsatukan peran anda di kelas. Anda masih merasa andalah
sumber ilmu, andalah yang bertanggung jawab terhadap pembelajaran, dll. Padahal
mengapa tidak kita bagi tanggung jawab bersama siswa.
2. Anda masih merasa buku teks sebagai sumber satu-satunya inspirasi dalam
mengajar. Buku teks penting, sayapun senang padanya karena ia banyak membantu
saat kita kekurangan ide. Tapi apakah sekali-kali anda tidak ingin meramu pelajaran
anda sendiri. Sumber inspirasi bisa dapat dari mana saja, dari koran sampai tv dari
tetangga sampai siswa kita sendiri, semua bisa dijadikan inspirasi.
3. Anda memaksa siswa dikelas, untuk bisa mengingat informasi yang anda sampaikan.
Hanya karena saat anda sekolah dulu merasa paling jago menghafal, anda didik siswa
anda dengan cara yang sama. Cara ini sangat rawan stress, baik bagi anda sebagai
guru, apalagi siswa.
4. Anda berharap dan senang dengan jawaban yang ‘benar’. Siapa guru yang tidak
senang saat siswa menjawab benar, tapi percayalah butuh proses untuk sampai
kesana. Prosesnya antara lain dengan anda mengarahkan diskusi siswa, menunjukkan
fakta-fakta berupa gambar atau data yang membuat siswa paham, dan masih banyak
lagi cara dalam menciptakan situasi siswa paham dan senang untuk unjuk pendapat
dalam diskusi yang berujung pada ‘kebenaran’ yang disepakati bersama.
5. Anda tidak merencanakan pembelajaran. Lupakan sejenak Rencana Perencanaan
Pembelajaran yang benar menurut pelatihan yang anda hadiri. Lupakan sejenak
pakem-pakem, yang anda perlukan adalah menulis hal yang ingin anda lakukan dengan
siswa anda dikelas. Cukup itu saja dulu, anda tidak akan menjadi guru profesional jika
tunggu ilmu anda cukup untuk menulis sebuah RPP yang ‘benar’.
6. Anda berkonsentrasi membuat siswa menguasai ‘fakta’ dalam pembelajaran. Fakta
yang saya maksud adalah tanggal, bulan, tempat, nama tokoh. Siswa akan merasakan
hal-hal yang dipaksa mereka untuk kuasai malah tidak ada hubungannya dengan
kehidupan mereka sekarang. Berikan penugasan yang menantang, buat mereka
berpikir bahwa belajar adalah mengambil pelajaran dari hal yang sudah lewat untuk
dipakai dimasa depan.
Institusi sekolah erat kaitannya dengan disiplin. Bahkan di jaman tahun 80 an sekolah-
sekolah yang dianggap baik terkenal karena peraturan yang ketat dan disiplin yang
tinggi. “Sekolah itu bagus karena disiplin nya kuat sekali, buktinya tiap ada anak yang
melanggar peraturan dihukum dengan hukuman yang berat.” Komentar para orang tua
siswa di jaman itu. Demikian lah di jaman itu sekolah yang pandai menghukum siswa
nya dengan hukuman berat malah diburu para calon orang tua siswa.
Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan disiplin di sekolah dengan
menghukum siswa. Padahal kedua-dua nya tidak saling berhubungan. Karena terbukti
penegakan disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin yang
semu yang lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadar an akan perbaikan
perilaku.
Sebenarnya ada jalan tengah diantara disiplin dan menghukum . Jalan tengah itu
disebut konsekuensi. Sebuah konsekuensi berarti menempatkan siswa sebagai subyek.
Seorang siswa yang dijadikan subyek berarti diberikan tanggung jawab seluas-luas nya
dengan konsekuensi sebagai batasan.
Siswa terlambat masuk sekolah ? solusinya dia terkena konsekensi pulang lebih telat
dari yang lainnya, atau waktu istirahat dan bermain dipotong . Jangan sampai disitu
saja, bicarakan hal ini dengan orang tua siswa, karena mungkin masalah timbul bukan
karena si anak tapi karena masalah orang tua.
Dalam mengatasi masalah terlambat masuk sekolah ini saya punya contoh menarik.
Tidak jauh dari tempat tinggal saya ada sebuah sekolah menengah atas yang memilih
mengunci pintu gerbangnya setiap jam 7 pagi tepat. Anda bisa bayangkan mereka yang
terlambat akan kesulitan untuk masuk karena pintu gerbang sudah terkunci. Setiap hari
akan ada sekitar 10 orang siswa yang tertahan diluar menjadi tontonan warga sekitar
yang lewat di depan sekolah tersebut. Padahal mereka yang terlambat belum tentu
malas, bisa saja karena alasan cuaca atau hal-hal lain yang tidk bisa dihindari.
Alasan pihak sekolah mungkin bisa diterima, tindakan mengunci gerbang diambil atas
nama penegakkan disiplin dan membuat siswa menjadi sadar akan pentingnya datang
tepat waktu ke sekolah. Tapi sadarkah pihak sekolah bahwa mengunci siswa di luar
bisa mempermalukan harga diri sisw? Bagaimana bila tetangga atau orang-orang yang
mengenali mereka lewat saat mereka terkunci di luar.
Padahal saat sekolah mau menerapkan konsekuensi atas siswa yang terlambat,
banyak tindakan yang bisa dilakukan, dari memotong jam istirahat sampai meminta
mereka masuk sekolah di hari Sabtu atau Minggu saat teman -temannya libur. Dengan
demikian harga diri siswa terjaga dan siswa menjadi makin bertanggung jawab atas
segala tindakan yang dilakukannya. Siswa juga menjadi sadar bahwa konsekuensi
bertujuan untuk penyadaran dengan mengambil atau mengurangi hak istimewa
mereka .
Mari kita mengenali apa itu hukuman dan konsekuensi
Hukuman
1. Menjadikan siswa sebagai pihak yang tidak punya hak tawar menawar dan tidak
berdaya. Guru menjadi pihak yang sangat berkuasa. Ingat “Power tends to corrupt”
2. Jenisnya tergantung guru, apabila hati guru sedang senang maka siswa
terlambat pun tidak akan dikunci diluar.
3. Bisa dijatuhkan berlipat-lipat derajatnya terutama bagi siswa yang sering
melanggar peraturan.
4. Guru cenderung memberi cap buruk bagi anak yang sering melanggar.
5. Sifatnya selalu berupa ancaman
6. Tidak boleh ada pihak yang tidak setuju, semua pihak harus setuju. Jadi sifatnya
memaksa.
Konsekuensi
1. Dijatuhkan saat ada perbuatan yang terjadi dan berdasarkan pada aturan yang
telah disepakati.
2. Sesuai dengan perilaku pelanggaran yang siswa lakukan.
3. Menghindari memberi cap pada anak, dengan memberi cap jelek akan
melahirkan stigma pada diri anak bahwa ia adalah pribadi yang berperilaku buruk untuk
selama-lamanya.
4. Membuat siswa bertanggung jawab pada pilihannya. Anda bisa mengatakan
“Kevin kamu memilih untuk ribut pada saat bu guru sedang menerangkan maka
silahkan duduk di luar selama 5 menit”. Dengan demikian anda menempatkan harga diri
anak pada peringkat pertama. Bandingkan dengan perkataan ini “Kevin, dasar kamu
anak tidak tahu peraturan,…. tukang ribut! Sana keluar….!
Gaya mengajar guru bisa macam-macam. Dari yang senangnya memberi tugas siswa
yang banyak, sampai guru yang senangnya bercerita ngalor ngidul selama jam
pelajaran. Kesemua gaya mengajar yang saya sebutkan ujungnya cuma satu, apakah
siswanya nyaman atau tidak berada di kelasnya. Nyaman bisa berarti banyak hal, dari
nyaman karena akrab sampai nyaman karena bisa bertanya apapun karena siswa yakin
ia punya guru yang berpikiran terbuka karena bersedia jadi mitra sejajar dalam mencari
pengetahuan.
Ada beberapa kepribadian guru yang bisa menjadi jalan bagi siswa untuk bisa nyaman
berada dikelas anda.
1. Guru yang bisa jadi pendengar yang aktif. Seorang guru yang menjadi pendengar
yang aktif sadar bahwa semua siswa seberapapun pendiamnya ia senang didengar dan
senang jika diminta berbicara. Jika anda mengajar SMP atau SMA, seorang siswa yang
terhalang aspirasinya dikelas biasa menyuarakan unek-uneknya lewat situs jejaring
sosial. Apalagi jika mereka yakin bahwa anda tidak mungkin membaca hal yang mereka
tuliskan. Hal ini berarti sudah menjadi naluri bagi siswa kita sekarang ini untuk didengar
dan ‘bersuara’.
2. Guru yang memberikan pilihan. Tempatkan diri anda sebagai siswa, pasti anda akan
suka saat dibebaskan untuk memilih. Bicara soal pilihan, buat siswa dibebaskan untuk
memilih hal yang menurut kita sebagai guru adalah sebuah hal yang sederhana namun
merupakan ‘kemewahan’ bagi siswa. Dibolehkan untuk memilih teman dalam kerja
kelompok, memilih tempat duduk, dibolehkan untuk memilih pekerjaan apa yang ingin
mereka lakukan terlebih dahulu dan sederet pilihan lain yang simpel tapi membuat
mereka senang karena boleh memilih. Saran saya utamakan tujuan akhir, yaitu selesai
pekerjaan dan tujuan pembelajaran yang kita rancang, soal cara silahkan anda pikirkan
yang terbaik dan yang penting nyaman bagi kedua belah pihak, anda dan siswa anda
dikelas.
3. Guru yang pandai menyelipkan motivasi. Sengaja saya menggunakan kata
‘menyelipkan’. Siswa sekarang kurang suka dimotivasi dengan cara yang biasa. Buat
mereka kata motivasi hampir mirip dengan kata nasehat. Nah, dinasehati adalah
sebuah situasi dimana ada pihak yang salah dan diberitahu mengenai kesalahannya.
Padahal memotivasi beda dengan dinasihati. Memotivasi dimulai dengan prasangka
baik bahwa orang yang dimotivasi punya kemauan untuk berubah. Saat kita sebagai
guru memotivasi siswa, mulailah dengan sapaan hangat dan konsentrasilah terhadap
apa yang dikatakannya. Dengan demikian motivasi kita berbeda dan unik untuk setiap
siswa kita. Hasilnya siswa akan merasa bahwa keberadaan mereka spesial di mata kita
sebagai guru.
4. Guru yang menegakkan dead line sambil menghargai usaha siswa. Deadline yang
saya maksud adalah masa akhir pengumpulan tugas. Sering guru mengukur
ketegasannya dengan ketat dalam soal batas waktu pengumpulan tugas. Padahal
bukan soal batas waktu yang paling penting, karena jika ini yang jadi tujuan utama,
siswa cenderung mengumpulkan tugas dengan apa adanya demi mengejar dead line.
Sebagai guru usahakan membangun dialog mengenai jalannya pengerjaan tugas,
siswa akan senang menceritakan prosesnya, sambil mendengarkan kita pun jadi bisa
mengerti jika ada siswa yang meminta negoisasi mengenai batas pengumpulan tugas,
asal waktunya masih mungkin dan demi hasil yang lebih bagus kenapa tidak?
Menjadi guru saat ini membutuhkan kemampuan beradaptasi dan kemauan untuk
berubah.. Di pertengahan tahun ini marilah memperbaharui niat serta strategi dalam
bekerja agar selalu bisa menyajikan yang terbaik untuk siswa demi kemajuan bangsa
indonesia di era yang akan datang.
Berikut 7 kebiasaan yang harus ditanamkan pada diri seorang guru :
1. Konsistensi
Saya setuju hal ini menjadi yang pertama. Saat berada di dalam kelas, integritas kita
selalu menjadi taruhan. Tanpa konsistensi dalam menegakkan peraturan dan apa yang
sduah menjadi kesepakatan di kelas, waktu 45 menit saat kita mengajar, akan banyak
dihabiskan dengan upaya untuk mendiamkan siswa.
Ketika siswa tidak melihat adanya konsistensi maka mereka tidak hanya akan
menunjukkan sikap yang mencari perhatian, tidak hanya dari guru tetapi juga
menunjukkan perilaku yang tidak baik terhadap teman-temannya bahkan saat guru
sedang berada di depan kelas.
Sebenarnya tidaklah sulit untuk melakukan hal ini dikarenakan setiap sekolah biasa nya
telah memiliki kebijakan dalam hal ini. Tugas kita sebagai guru hanyalah menegakkan
aturan yang telah ada tanpa melibatkan emosi.
Melihat segala sesuatu dari cara pandang siswa juga menjadi hal yang harus terus kita
lakukan agar nuansa konsistensi yang kita upayakan benar-benar pas saat diterapkan
pada siswa.
2. Perlakukan siswa sebagai individual.
Dalam mengajar, sebuah hubungan antar guru dengan siswa memang haruslah terjalin
dengan baik. Carilah sebanyak-banyak nya informasi mengenai murid anda. Ketika
siswa merasa dekat maka sebagai guru kita sudah berhasil menyingkirkan batas pribadi
antara dua pribadi yang berbeda yaitu guru dan murid. Siswa akan menghormati kita
dari hatinya bukan karena keharusan.
Banyak sekolah sudah mulai mempersyaratkan jumlah tertentu untuk siswa bisa berada
di dalam satu kelas (misalnya 24 orang). Hal ini menjadikan niatan guru untuk lebih
mengenal siswa akan lebih mudah dilakukan. Apabila kelas anda mempunyai jumlah
murid yang lebih banyak, anda bisa memulai dengan banyak bercerita mengenai diri
anda pribadi, pengalaman serta keluarga anda (tentunya dalam porsi yang bisa diterima
oleh usia murid) agar siswa yang ada dikelas merasa mengenal anda sebagai guru
dengan baik.
3. Jadikan lingkungan fisik kelas anda sedapat mungkin bernuansa belajar.
Saat melakukan pengaturan tempat duduk siswa, upayakan membuat siswa bisa
belajar dan bekerjasama dengan teman nya (peer learning). Aturlah tempat duduk
siswa dalam kelompok agar terjadi gerak dan interaksi serta meningkat ketrampilannya
dalam pemecahan masalah. Dengan lingkungan yang demikian siswa merasa asyik
dan bertambah terus keingin tahuannya dalam melakukan kegiatan belajar. Siswa juga
terlatih kemandiriannya, konsentrasinya dan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri.
4. Lakukan lah penilaian terhadap siswa, sesering mungkin tapi dengan alasan
yang kuat
Saat menilai siswa gunakan lah cara yang berbeda-beda. Carilah informasi sebanyak-
banyak nya mengenai hasil kerja siswa (portfolio, melihat pekerjaan siswa saat dalam
proses, observasi, tanya jawab).
Siswa selalu merasa ingin tahu mengenai pencapaian yang sudah dilakukan. Dengan
menggunakan prinsip menilai siswa dengan baik, akan membantu perkembangan anak
untuk melakukan hal yang terbaik saat belajar.
Adapun prinsip yang baik dalam menilai siswa adalah;
Mempunyai kriteria yang jelas dan diketahui oleh siswa sebelum dan saat tugas
dikerjakan termasuk keterampilan apa dan pengetahuan apa yang harus
dikuasai siswa di akhir pelajaran.
Saat menilai siswa, jangan selalu minta siswa menghafal hasil pengetahuan
belajarnya, namun gunakan proses penilaian sebagai cara untuk siswa agar bisa
belajar dengan lebih baik lagi
Sertakan selalu kolom refleksi siswa dan evaluasi diri sendiri dalam setiap
penilaian tugas.
Fokuslah pada kualitas hasil pekerjaan atau penampilan siswa serta aspek
kekuatan siswa
Berikan umpan balik kepada siswa dalam setiap kesempatan.
Jadikanlah kebutuhan siswa, modalitas belajar, gaya belajar siswa sebagai
landasan saat menilai dan saat membuat penugasan bagi siswa.
Perbanyaklah bukti mengenai hasil kerja siswa yang dapat digunakan untuk
memperlihatkan proses belajar siswa kepada seluruh elemen sekolah (siswa,
orang tua, guru, yayasan dan lain-lain)
Usahakan untuk menilai hal yang pantas dan berharga untuk diketahui oleh
siswa (sebagai contoh; mana yang lebih penting mengetahui tanggal hari lahir
koperasi di Indonesia dibanding mengetahui manfaat koperasi bagi kehidupan
masyarakat di Indonesia)
5. Dapatkan umpan balik dari cara anda mengajar dan bekerja
Banyak sekolah yang sudah mempunyai cara dan istrumen untuk menilai guru baik
kinerja maupun cara mengajar guru-gurunya. Bagaimana jika mulai untuk;
Mendapatkan umpan balik dari siswa (walaupun terkadang siswa bersikap sopan
dan tidak terbuka dalam menilai)
Gunakan perangkat TIK (video camera) untuk melihat diri anda sendiri saat
sedang mengajar. (perhatikan juga bahasa tubuh anda saat sedang mengajar)
ingat prinsip komunikasi 60% adalah bahasa tubuh anda, 20% nada suara saat
anda berbicara dan hanya 10 % isi dari apa yang anda utarakan.
6. Libatkan diri anda dalam setiap ajang berbagi pengetahuan formal maupun
informal .
Bagi anda yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, Sampoerna Foundation Teacher
Institute melalui TPSN (teacher principal sharing network) adalah wadah yang tepat
bagi anda untuk berbagi pengetahuan dengan rekan satu profesi, orang tua serta
pemerhati pendidikan.
Anda juga bisa mulai mengefektifkan gugus atau MGMP sebagai komunitas belajar.
Masih ingat film the A-Team, guru dimasa sekarang bisa di ibaratkan sebagai pribadi
yang bisa bekerja sama dan punya kemampuan yang unik.
Apabila anda membaca artikel ini sekarang berarti anda sudah mulai mau berbagi dan
mencari sumber pengetahuan. Buat lah blog dan mari berpartisipasi demi kemajuan
pendidikan di Indonesia.
7. Membuka diri terhadap kebutuhan siswa
Mulai lah dari kecerdasan majemuk, sebuah teori milik Howard Gardner. Teori ini
sangat bermanfaat untuk menyadari betapa semua siswa cerdas. Gunakan strategi
belajar kelompok serta strategi lain demi membuka seluruh potensi terbaik siswa .
Seorang guru/instruktur/dosen harus memiliki kemampuan yang baik dalam
menyampaikan materi yang diajarkannya, bila tidak… maka yang terjadi adalah
siswa/mahasiswa akan kurang faham, tidak menyukai mata pelajaran tersebut atau
bahkan anda sendiri sebagai pengajar tidak disukai. Tidak pelit nilai mungkin hal yang
bijak sebagai seorang pengajar dan tentunya anda akan menjadi pengajar favorit
dikelas, tetapi hal ini tidak mendidik dan merugikan siswa yang anda didik. Berikut ini
ada beberapa tips yang biasa saya lakukan bila menyampaikan materi dikelas :
Sebelum Menyampaikan Materi :
1. Pelajarilah kembali materi yang akan disampaikan dan buatlah rangkuman atau
point-point penting pada materi tersebut, karena mungkin anda banyak mengajar
mata pelajaran lainnya maka terkadang sudah agak lupa dengan materi ini
sehingga perlu dipelajari lagi agar lebih siap.
2. Buatlah diktat atau rangkuman yang dapat di fotocopy atau disalin oleh siswa,
sehingga kita tidak perlu merujuk banyak buku kepada siswa. Hal ini juga
memudahkan siswa sehingga ia tidak perlu banyak membeli buku. Apabila mata
pelajarannya eksak/hitungan, buatlah rangkuman rumus kepada siswa.
3. Siapkan soal-soal latihan sebanyak-banyaknya dan dibagi menjadi kategori
ringan, sedang, dan susah. Rangkum semua soal tersebut dalam satu buku atau
file dan buat memo disetiap soal tersebut… memo ini dibuat agar anda tahu
kapan anda pernah memberikannya kepada siswa dan pada kelas berapa,
sehingga soal yang sudah diberikan tidak disampaikan lagi pada pertemuan
berikutnya.
4. Milikilah absen siswa anda, dan buatlah tabel nilai dan presentase kemajuan
siswa. Hal ini berguna agar anda dapat mengetahui apakah materi anda telah
diserap dengan baik oleh siswa dan siswa mana yang perlu anda bimbing lebih
ekstra agar nilainya tidak jatuh.
Saat di Kelas :
1. Buatlah suasana yang menarik dan tidak membosankan, untuk itu anda harus
banyak latihan agar cara berbicara, sikap, dan metode ajar anda dapat diterima
dengan baik oleh siswa. Menjadi guru yang garang dan terlalu disiplin terkadang
akan membentuk siswa yang keras juga, untuk itu buatlah siswa takut karena
hormat kepada anda dan bukan takut karena hukuman anda. Pernah ada siswa
yang sangat nakal, namun ia justru malu dan takut dengan salah satu guru yang
sangat dihormatinya. Berikan perhatian anda dengan penuh kasih sayang, bukan
mencari kesalahan mereka..
2. Buatlah quiz di awal dan akhir penyampaian materi, bila waktu tidak
memungkinkan lakukan hanya di akhir materi bukan diawalnya… hal ini dapat
menjadi indikator apakah materi yang telah disampaikan sudah diterima dengan
baik oleh siswa. Saya banyak mengalami quiz dilakukan hanya di awal materi,
hal ini hanya membuang waktu dan tidak efisien karena secara logika tentunya
siswa belum mengetahui materi yang akan disampaikan. Kalo soal quiznya
materi hari kemaren itu namanya ulangan… jadi perlu bedakan antara quiz
dengan ulangan yach…
3. Sampaikan materi dengan menyampaikan point-point pentingnya saja, jangan
terlalu banyak bertele-tele atau terlalu banyak bercerita yang bukan dalam ruang
lingkup materi anda. Untuk materi eksak, perbanyaklah contoh soal… sampaikan
perlahan dan buat agar siswa juga sama2 ikut berfikir.
4. Lakukan sistem ajar yang lebih interaktif berupa tanya jawab, pancinglah siswa
agar banyak bertanya. Selain itu ada juga perlunya anda bersenda gurau disela-
sela penyampaian materi agar tidak terlalu tegang.
5. Pekerjaan Rumah (PR) dapat anda berikan setiap akhir penyampaian materi,
namun bila ternyata itu tidak efektif misalnya banyak yang tidak mengerjakan
atau ternyata banyak yang saling mencontek pekerjaan teman2nya sebaiknya
metode PR nya anda ubah misal dengan beda soal tiap siswa atau cara lainnya.
6. Anda perlu melakukan evaluasi terhadap cara anda mengajar, ini bisa dilakukan
dengan memberikan questioner pada siswa terhadap cara mengajar anda.
7. Anda juga dapat melakukan quiz interaktif, yaitu dengan membaca soal satu
persatu dan mahasiswa langsung menjawab.. anda berikan waktu yang terbatas
untuk menjawab soal tersebut. Misal bacakan soal no. 1 kemudian langsung
dijawab oleh siswa, setelah itu bacakan soal no.2 kemudian siswa menjawab,
demikian seterusnya… metode ini membuat siswa berfikir cepat dan tidak dapat
mencontek.
Selamat mengabdi, didiklah anak kita untuk kemajuan bangsa dimasa yang akan
datang… Semoga Bermanfaat.
Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa
mengajar di mana saja adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya
melupakan kelelahan. Selain itu guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui
kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya mengalami kemajuan, perlu
mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga
ia dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar. Sepuluh jenis prinsip dasar
dalam cara mengajar yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh
para pengajar guna meningkatkan cara mengajar mereka. Menguasai Isi Pengajaran
Hukum yang pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton Gregory
berbunyi: “Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.” Jika guru sendiri mengetahui
dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan
wibawanya, sehingga murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik
terhadap pelajaran. Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran Pengajaran yang
jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari pokok pelajaran itu.
Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan
dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan pada saat
memilih dan menuliskan sasaran pengajaran: 1. Inti dari sasaran harus disebutkan
dengan jelas. 2. Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep murid.
3. Sasaran harus meliputi hasil belajar. 4. Hasil sasaran yang dapat dicapai.
Contoh: Contoh-contoh di atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang
berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan ketrampilan. Utamakan Susunan yang
Sistematis Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut,
tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun,
tidak sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran
harus disusun dengan teratur dan sistematis. Banyak Gunakan Contoh
KehidupanPada saat mengajar, seringlah menggunakan contoh atau perumpamaan
kehidupan sehari-hari atau yang pernah dialami misalnya dalam perdagangan, rental,
nilai uts / uas, dan lain sebagainyaContoh kehidupan adalah jembatan antara
kebenaran ilmu dan dunia nyata Cakap Menggunakan Bentuk Cerita Bentuk cerita
tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba dengan
menambahkan gerakan-gerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling
lazim adalah menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.
Menggunakan Panca Indera Murid Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk
audio visual berarti menggunakan panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual
bukan saja cocok untuk Sekolah Minggu anak-anak, juga untuk Sekolah Minggu
pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun
di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu
berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian.
Para ahli pernah mengadakan catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya
mereka mendapatkan persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh
murid: bagi murid yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat
mengingat 28%, sedangkan bagi murid yang menggunakan indera pendengaran
ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%. Melibatkan Murid dalam
Pelajaran Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka, juga
motivasi dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang
mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi
tingkah laku yang mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya
sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan
menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid bergerak sebentar.
Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada peluang lagi untuk
mengacau atau membuat ulah. Menguasai Kejiwaan Murid Guru yang ingin
memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu harus memahami
perkembangan jiwa murid pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui dengan jelas
kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah
syarat utama untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat
penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif. Gunakanlah Cara Mengajar yang
Hidup Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika terus digunakan
dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat
murid merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang
bervariasi dan fleksibel, untuk menambah kesegaran. Menjadikan Diri Sendiri
Sebagai Teladan Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat
melaksanakan. Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri banyak cacat
cela. Cara mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan
hidup untuk menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling
berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan antara teori dan
praktek. Jikalau guru dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada kehidupan
pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa untuk mengajar.
INTUISI muncul dari Pikiran Bawah Sadar, yang selalu aktif mengolah informasi dan
menyajikan sinyal-sinyal tertentu bagi Anda. Pada saat-saat kritis, ia akan menjadi
suara yang paling berwibawa, dan menentukan arah kehidupan Anda selanjutnya.
Setiap orang pasti pernah mengalami satu atau lebih, peristiwa yang mengguncangkan
dan mengubah hidupnya. Entah itu berupa bencaran alam, kecelakaan, kehilangan
pekerjaan, kesulitan finansial, krisis rumah tangga, perceraian, kematian pasangan
hidup atau salah satu anggota keluarga, sakit parah berkepanjangan, dan atau
berbagai krisis kehidupan lainnya. Ada yang berhasil bangkit dari krisis, dan menempuh
hidup baru, tetapi tidak kurang pula yang menjadi terpuruk. Sebuah TITIK BALIK
kehidupan bisa membuat seseorang menjadi benar-benar berbeda.
Dalam menghadapi krisis, seringkali kita merasa tidak berdaya. Kita merasa seakan
tidak lagi memiliki kendali atas hidup kita. Padahal sesungguhnya kita harus berusaha
untuk tidak menjadi korban atau bersikap reaktif maupun antisipatif terhadap perubahan
itu. Kita HARUS MENJADI SUBYEK dari perubahan tersebut, dan MEMILIKI KENDALI
PENUH atas apapun yang terjadi dalam kehidupan kita.
PERUBAHAN bukan sekedar perlu disikapi dan diantisipasi. Jika kita mau menengok
pada KEKUATAN dalam diri kita, justru kita akan menemukan kenyataan, bahwa kita
sanggup menciptakan perubahan dan mengelolanya. Kita memiliki POWER untuk
menciptakan REALITAS BARU yang lebih baik bagi kehidupan kita. Kita dapat
sepenuhnya MEMEGANG KENDALI atas perubahan.
Untuk menciptakan realitas baru tersebut, kita memerlukan PENGENDALIAN PIKIRAN
BAWAH SADAR. Jika kita kehilangan pekerjaan, kita dapat menciptakan suatu bidang
baru yang lebih menantang, lebih memberi arti, dan tentunya lebih memberikan jaminan
kebebasan finansial yang kita impikan. Jika kita atau keluarga kita ada yang sakit
parah, kita bisa menciptakan suasana atau kehidupan yang jauh lebih bermakna
daripada sebelumnya, dan kita bisa mengenadlikan sakit itu. Kitalah yang sepenuhnya
BERTANGGUNG JAWAB atas setiap peristiwa atau keadaan yang terjadi dalam
kehidupan kita.
Dengan teknik relaksasi, visualisasi, dan afirmasi, kita dapat memulai suatu proses
menanamkan tujuan atau realitas yang kita inginkan ke dalam pikiran bawah sadar kita.
Proses ini akan memengaruhi alam bawah sadar kita mengenai REALITAS BARU yang
kita inginkan, setelah kita mengalami musibah atau krisis. Proses inilah yang disebut
dengan Pemrograman Kembali Pikiran Bawah Sadar (Subconcious
Reprogramming).
Agar proses pemrograman bawah sadar dapat lebih efektif, diperlukan semacam
emosi, atau perasaan yang MENYENANGKAN. Kita menambahkan emosi atau
suasana hati ketika tujuan yang kita harapkan tercapai. Jika visualisasi menciptakan
adegan atau gambaran seperti dalam film, maka menambahkan emosi itu seperti
menambahkan soundtrack.
Jadi, selain kata afirmasi, kemudian gambaran visual, kita perlu menambahkan
perasaan atau emosi yang menyertai gambaran tersebut. Selalu tambahkan perasaan
atau emosi pada saat kita menciptakan gambaran visual tentang pencapaian tujuan,
seakan-akan kita TELAH MENCAPAINYA.
Proses pemrograman bawah sadar untuk menciptakan realitas baru dalam kehidupan
kita, harus dilakukan terus-menerus, sedikitnya 3 kali sehari, dan 20 menit setiap
kalinya, sampai realitas yang kita harapkan itu MEWUJUD menjadi KENYATAAN.
Hanya KEYAKINAN, yang tetap membuat kita disiplin, dan tidak berhenti, ketika
keraguan dan keengganan mulai mengacaukan pikiran kita. Tetaplah berharap dengan
penuh keyakinan.
Berikut ini contoh proses atau tata cara untuk memrogram kembali pikiran bawah sadar
kita. Misalnya Anda sedang mengalami krisis atau musibah dalam hidup Anda, yaitu
kehilangan pekerjaan. Anda tidak berdaya dan secara fisik sulit untuk mengatasi atau
mengubah keadaan yang Anda hadapi itu. Sebelum Anda mulai melakukan tahap
proses pemrograman kembali bawah sadar, Anda perlu MENENTUKAN terlebih dulu,
REALITAS seperti apa yang Anda harapkan, secara jelas.
Misalnya, Anda menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan potensi dan minat yang
Anda miliki dengan penghasilan tinggi. Anda harus mengetahui secara persis, jenis
pekerjaan dan perusahaan tempat bekerja yang Anda inginkan. Lakukanlah proses ini
terus-menerus sampai apa yang Anda harapkan atau gambarkan secara mental dapat
terjadi dalam dimensi nyata. Selanjutnya, carilah tempat nyaman untuk melakukan
proses ini. Pilihlah tempat sunyi atau tidak banyak gangguan, seperti di dalam kamar,
ruang kerja, atau bahwak di dalam kamar kecil. Anda harus berada dalam keadaan
sangat rileks. Jika perlu, lakukan exercise ringan untuk melemaskan atau meregangkan
otot-otot tubuh Anda.
Cobalah Anda lakukan tahapan proses seperti di bawah ini:
Duduk nyaman dan rileks. Pejamkan mata. Kalau perlu, nyalakan musik santai
yang membuat kita rileks, dan semua beban pikiran kita terlepas.
Tarik nafas panjang dan dalam. Rasakan udara segar memasuki seluruh tubuh
melalui lubang hidung. Secara perlahan, Anda memasuki kondisi gelombang
otak Alpha, masuk ke dalam tempat kedamaian Anda. Nikmati keadaan ini
beberapa menit.
Ucapkan dalam hati, afirmasi yang sudah Anda buat secara pribadi, sebagai
gambaran positif denga waktu saat ini. Ucapkanlah, “Saya bekerja di perusahaan
X sebagai …… dengan penghasilan Rp…… setiap bulan.”
Visualisasikan keadaan atau tujuan yang Anda harapkan tersebut dalam layar
mental Anda. Bayangkan Anda sedang memimpin rapat. Bayangkanlah bahwa
hal itu benar-benar terjadi. Bayangkan bahwa Anda telah mencapai tujuan yang
Anda inginkan, saat ini juga Anda telah meraihnya. Gambarkan dengan jelas,
sehingga Anda benar-benar dapat melihat diri Anda sendiri di dalam pikiran
Anda.
Sambil membayangkannya, tambahkan SUASANA HATI atau perasaan positif
yang Anda miliki ketika tujuan itu tercapai. Gunakan JANGKAR EMOSI Anda
untuk membangun perasaan atau emosi tersebut. Ambil nafas panjang dan
dalam, nikmati perasaan itu, nikmati gambaran visualisasi dan perasaan hati
yang menyertai suasana tersebut.
Setelah itu hitunglah secara perlahan dari 5, 4, 3, 2, 1 … sambil menarik nafas
panjang dan dalam, untuk setiap hitungan.
Bukalah mata Anda. Jika proses itu terjadi kurang dari 20 menit, ulangi proses
tersebut sebanyak beberapa kali, sampai mencapai sekitar 20 menit setiap
prosesnya.
Sebaiknya Anda jangan terlalu cepat berharap sudah ada tanda-tanda perubahan,
setelah Anda melakukan proses di atas hanya beberapa kali. Seperti halnya benih yang
kita tanam, memerlukan waktu untuk bertunas dan tumbuh menjadi pohon besar dan
rindang. Demikian pula benih yang kita tanamkan ke dalam pikiran bawah sadar kita,
memerlukan proses dan waktu yang cukup untuk tumbuh mewujud menjadi realitas
baru, sesuai yang kita harapkan. Lakukan saja terus dengan keyakian dan
pengharapan secara ikhlas. Kita ibarat menanam pohon yang tidak mungkin tumbuh
besar hanya dalam semalam.
Teknik-teknik berikut digunakan oleh ahli negosiator. Perhatikan ketika mereka
bernegosiasi. Ketika mereka muncul, Anda segera tahu bahwa sedang bernegosiasi
dengan seorang ahli. Seiring waktu, Anda akan menemukan mereka menjadi bagian
dari gaya negosiasi Anda.
+ Bila Anda sudah mendapatkan sebagian besar dari apa yang Anda inginkan, namun
tetap dalam batas-batas negosiasi, berhenti negosiasi.
Anda akan hampir selalu mendapatkan sekitar 80 persen dari apa yang Anda inginkan;
dan berusaha untuk mendapatkan 20 persen lain sering mengancam 80 persen yang
telah Anda dapatkan.
+ Jangan pernah berdebat.
Ingat, Anda adalah seorang negosiator dan berdebat hanya membiarkan orang lain
tahu bahwa Anda bukan negosiator first-class. Membantah jika harus, tetapi mengerti
bahwa berdebat tidak pernah menjadi penyelesaian yang tepat dalam bernegosiasi.
+ Jika Anda dapat menghindarinya, jangan pernah biarkan negosiasi mengkerucut
membahas satu masalah.
Hindari membiarkan negosiasi untuk mengurangi kondisi masalah menjadi satu
masalah. Jika perlu, memperkenalkan kembali suatu kondisi yang tampaknya telah
diselesaikan. Mengapa? Jika hanya ada satu masalah, maka dengan cepat menjadi
sederhana yaitu keputusanya ya atau tidak. Dalam kasus ini, tidak ada ruang lagi untuk
bernegosiasi, dan sebuah kotak telah dibuat. Salah satu dari kita harus memutuskan ya
atau tidak. Ini menjadi posisi ‘ambil atau tinggalkan’. Jika hal-hal sampai ke titik ini, kita
tidak lagi bernegosiasi. Cukup kembangkan terus isu-isu untuk memastikan bahwa
selalu ada negosiasi.
+ Ingatlah bahwa orang tidak menginginkan hal yang sama.
Kita tahu bahwa seseorang yang sedang menjalankan permainan pada Anda, jika dia
bicara, “Bagaimanapun, kita menginginkan hal yang sama.” Ini hampir tidak pernah
benar. Anda ingin mengaktualisasikan minat Anda dan mereka ingin
mengaktualisasikan keinginan mereka. Kita mungkin memiliki beberapa kepentingan
bersama atau umum, tetapi kita juga akan memiliki beberapa perbedaan. Sebagai
negosiator terampil, Anda akan mengenali dan mengakui kepentingan kita bersama dan
kepentingan mereka yang kita pegang sebagai individu.
+ Memahami dan menyebutkan kebutuhan, masalah, dan minat.
Dalam memahami masalah jangan kondisikan mereka seperti faktanya. Katakanlah
sebaliknya, misalnya “Saya mengerti, anda punya masalah (kebutuhan) yang saya
mengerti dengan cara … anda akan lebih ….” Selalu mencari akal bahwa masalah,
kebutuhan, dan minat saya penting bagi Anda dan dianggap serius oleh Anda dan
sebaliknya.
+ Selalu menjaga fokus pada tugas Anda – pada negosiasi.
Jangan pernah melakukan pergeseran fokus masalah ke pribadi anda. Bahkan ketika
Anda berbicara dengan persepsi Anda tentang masalah, kebutuhan, dan kepentingan,
melakukannya dengan cara-cara yang berkaitan dengan negosiasi – bawa kondisi
diluar masalah pribadi anda.
+ Fokus pada-tugas dengan fleksibilitas.
Gunakan sentuhan dengan membiarkan percakapan melayang, bersosialisasi,
berbicara tentang hal-hal lain, atau untuk sebentar menjauh dari tugas, ‘mengikuti arus.
Selalu rupawan, ramah, dan tertarik. Pada saat yang sama, walaupun, mencari peluang
untuk kembali ke tugas gunakan kesederhanaan, bijaksanaan, dan tanpa menjadi kuat
atau ambisius.
+Melangkahkan kaki.
Jangan pernah masuk ke posisi di mana Anda tidak mau berjalan, dan mengakhiri
negosiasi. Jangan pernah memberi kesan tetap diam ditempat dan memegang
kekuasaan penuh atas apa yang menjadi masalah. Minimal, mungkin Anda akan
mampu untuk memberi lebih banyak daripada yang Anda benar-benar ingin memberi.
Bahkan, jika benar-benar yakin dengan berjalan, Anda mungkin sebenarnya telah
menaikkan tawaran sebagi seorang negosiator.
+ Tidak Keluar Jalur
Ingat bahwa 80 persen adalah Keberlangsungan proses negosiasi dan 20 persen
adalah akhir dari proses. Selalu simpan sedikit pertimbangan Anda untuk saat-saat
terakhir dari proses negosiasi. Jangan lari keluar dari ruangan negosiasi sampai Anda
tiba di akhir proses negosiasi. Dengan lari proses negosiasi akhir akan membentuk
image sedikit sombong dan merasa seolah-olah sebagai negosiator yang unggul. Ini
mungkin akan menyebabkan Anda diremehkan ketika lain kali bernegosiasi kembali.
Buat image sebaik mungkin saaat akhir negosiasi.
+ Jangan menjadi tidak sabar.
Orang yang sedang bernegosiasi secara bertahap akan sedikit frustrasi dan akan ingin
mengakhiri proses. Ia mungkin akan tidak sabar dengan hanya 20 persen dari
kemajuan yang dibuat selama pertama 80 persen dari waktu yang tersedia. Di sini,
kuncinya adalah untuk bersantai, bersabar, dan hanya menunggu orang lain. Ada
kemungkinan yang kuat bahwa dia akan membuat tawaran tambahan, meningkatkan
pertimbangan, atau melakukan sesuatu yang lain keuntunga bersama. Hanya dengan
menjadi lebih sabar dan menunggu, Anda sudah mendapatkan lebih dari apa yang
Anda inginkan.
Menjadi seorang guru adalah karunia yang sangat mulia terlebih lagi bila dilakukan
dengan keikhlasan, dan hati yang tulus akan dapat menjadikan seorang guru
merlimpah pahala dan amal kebaikan. tentu saja guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam membangun masyarakat di negeri ini, negeri yang kaya raya dengan
berjuta-juta guru didalamnya, wajar saja perhatian pemerintah terhadap nasib seorang
guru kian lama kian terkikisa terutama terhadap kesejahteraan guru honorer..
Meskipun begitu, menjadi guru adalah pilihan terbaik, dikarenakan setiap manusia
dituntut untuk mencari ilmu dan juga mengamalkannya. nah, pada tulisan kali ini, kita
akan mencoba lebih menghayati apa saja sih yang dilakukan seorang guru mulai dari
bangun tidur sampai tidur lagi, dan juga apa saja peranan dan kewajibannya didalam
proses pendidikan.
PENGERTIAN
Peran adalah tingkah laku yang dipentaskan individu berkenaan dengan kedudukan
atau statusnya. Peranan merupakan aspek dinamis dari status. Jika seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah
menjalankan peranannya.
Pengertian keberhasilan pada konteks tulisan ini diukur dengan angka yang diperoleh
siswa pada setiap mata pelajaran yang tercantum di raport siswa, atau sekurang-
kurangnya angka yang diperoleh siswa dari evaluasi/ulangan dan ujian. Kurang dari
angka 6 (enam) tidak berhasil, antara 6 – 7,9 mendapat predikat penilaian cukup, dan 8
(delapan) ke atas baik atau berhasil. Angka 6 (enam) pada umumnya diletakkan
sebagai ”batas” atau ukuran berhasil dan tidak berhasil.
Gagal dipahami sebagai tidak berhasilnya siswa mencapai angka/nilai minimal yang
menggambarkan pencapaian kompetensi tertentu sebagai standar untuk naik kelas
atau lulus. (polldaddy poll=1743372)
Siswa adalah peserta didik/subyek didik pada sekolah formal pada jenjang tertentu,
misalnya SD, SMP, SMU dll.
Secara gampangnya tulisan ini hendak mendeskripsikan seberapa besar peran seorang
guru dalam ikut andil mempengaruhi siswa mencapai keberhasilannya. Berhasil dan
gagal (terbatas) diukur dari nilai angka siswa pada rapor, yang menentukan naik/lulus
tidaknya siswa itu. Besaran peran guru dimaksud dicoba untuk dikwantifikasi
(diangkakan secara numerik statistik) meski sangat sulit mencapai tingkat generalisasi
konklusi yang presisi bulat utuh dan dapat dianggap mewakili peran guru.
Dalam peng-angkaan untuk mencapai besaran prosentase peran guru, diandaikan
bahwa setiap guru telah menjalankan semua peranannya. Semua komponen yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan siswa, seperti
orangtua siswa/rumah tangga, mastarakat lingkungan, juga menjalankan perannya
dengan baik. Alokasi waktu yang menjadi domain masing-masing dikwantifikasi.
PERANAN GURU
Dalam bukunya BURUNG BERKICAU Anthony de Mello menulis pengandaian sebagai
berikut:
Seorang murid mengeluh kepada Gurunya
’Bapak menuturkan banyak cerita,
Tetapi tidak pernah
Menerangkan maknanya kepada kami’
Jawab sang Guru:
’Bagaimana pendapatmu, Nak,
Andaikan seorang menawarkan
Buah kepadamu, namun
Mengunyahkannya dahulu
Bagimu?’
Dari perumpamaan de Mello dipahami bahwa peran seorang guru bukanlah penentu
dan ada batas-batasnya. Batas itu dibahasakan sebagai peran menawarkan buah
(baca=menyampaikan, menerangkan/menjelaskan materi ajar yang tentunya dengan
berbagai methode dan media), namun tetaplah murid yang ”mengunyahnya” (subyek
belajar). Pada teori belajar modern yang memberikan banyak peran pada siswa
sebagai subyek belajar secara lebih luas, maka guru memposisikan dirinya sebagai
fasilitator. Guru memfasilitasi kebutuhan belajar muridnya.
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu
1. Pendidik (nurturer),
2. Model,
3. Pengajar dan pembimbing,
4. Pelajar (learner),
5. Komunikator terhadap masyarakat setempat,
6. Pekerja administrasi, serta
7. Kesetiaan terhadap lembaga.
Guru killer adakah ?
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan
tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan
pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak
agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam
keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak.
Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap
aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma
yang ada.
Peran guru sebagai model atau menjadi contoh bagi anak. Setiap anak
mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu
tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai
dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai
nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik
harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar.
Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar
fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar
yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat,
hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak.
Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang
sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan
untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (learner). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang
dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak
hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas
profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan
dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan
kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi
maupun pertemuan insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan
pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran.
Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara
baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat
hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik.
SIAPA YANG BERHASIL dan SIAPA YANG GAGAL ?
Ada banyak ukuran/kriteria berhasil dalam masyarakat. Berhasil dari ukuran materi atau
kekayaan, ukuran pangkat dan jabatan, sampai ukuran yang sangat subyektif yang
bersifat rohani. (misalnya sering kita dengar pernyataan percuma kaya raya kalau tidak
bahagia hidupnya). Apa yang dicari manusia dalam hidupnya? Kan kebahagiaan (lahir-
bathin)!! …. lalu apa ukuran kebahagiaan lahir-bathin itu? Setiap insan tentulah punya
ukuran yang bersifat subyektif. Pada tulisan ini berhasil dan gagal diinterpretasikan
dengan diukur dari nilai angka siswa pada rapor, yang menentukan naik/lulus tidaknya
siswa itu.
Salah satu peran guru adalah sebagai pengajar dan pembimbing. Pada peran
mengajar, guru berkewajiban (berperan) memberikan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman berkenaan dengan kompetensi-kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa pada materi ajar sesuai dengan kurikulum. Waktu yang dialokasikan untuk guru
menjalankan peran ini sudah ditentukan oleh kurikulum. Misalkan waktu untuk belajar
IPS di SD-YPJ-KK kelas V (lima) per minggu adalah 4 jam pelajaran (@ 40 menit),
demikian pula mata pelajaran yang lainnya.
Pada kegiatan belajar mengajar di kelas, guru juga menjalankan perannya sebagai
‘pembimbing’. Pembimbing berasal dari kata bimbing yang berarti pimpin, asuh, tuntun.
Membimbing sama dengan menuntun, sebagaimana Ibu menuntun anaknya yang baru
belajar berjalan. Sang Ibu dapat membawa anak itu kemana saja dikehendakinya.
Namun ketika sang anak sudah berjalan sendiri, peran Ibu menjadi mengawasi dan
menjaga agar si anak tidak berjalan ke arah yang dapat mencelakakan, tetapi ke jalan
yang seharusnya. Demikian pula guru adalah pembimbing yang menunjukkan jalan
dalam proses belajar mengajar, dengan pengetahuan dan pengalamannya.
Membimbing merupakan upaya guru membantu siswanya dalam mencapai tujuan
belajarnya.
Guru adalah panggilan
Dapatkah kita katakan bahwa apabila guru sudah secara penuh menjalankan perannya
mengajar dan membimbing, dan karenanya seorang siswa berhasil mencapai prestasi
gemilang lalu keberhasilan itu dialamatkan bahwa guru tersebut berhasil? Bagaimana
mengukurnya? Adakah keberhasilan siswa itu didorong oleh faktor-faktor dari luar
campur tangan guru? Misalkan faktor intern siswa dari sikap dan perilakunya yang rajin
belajar, tekun dan minat serta talenta? Atau faktor ekstern misalkan ikut les/privat,
belajar kelompok, kepedulian dan pendampingan orangtua yang sabar dan kontinue?
Atau sebaliknya, apabila guru sudah menjalankan perannya secara penuh mengajar
dan membimbing (sebagaimana dialami siswa yang berhasil di atas), dapatkah pula kita
menjustifikasi jika seorang siswa gagal, tidak naik kelas atau tidak lulus lalu kesalahan
kita alamatkan pada guru? Benarkah bahwa kegagalan siswa adalah karena gurunya?
Bagaimana mengukur bahwa yang gagal adalah guru? Bukankah kelasnya sama,
gurunya sama, bukunya sama, materi ajarnya sama, soal dan alat evaluasinya sama,
yang diajarkan sama, perlakuan yang diperankan guru sama? Singkatnya guru
menjalankan peran kepada siswa-siswinya secara adil dan sama. Lalu mengapa ada
siswa gagal diantara teman-temannya yang berhasil? Adakah faktor kegagalan yang
ada pada siswa itu sendiri?, misalkan faktor intern kepribadian, sikap dan tingkah laku
siswa malas, sering tidak masuk sekolah atau bolos, tidak mengerjakan tugas maupun
pekerjaan yang diberikan guru (PR) dll?
Siswa yang sering tidak masuk sekolah karena sakit, ijin, bolos atau alasan lainnya
pastilah ketinggalan banyak materi pelajaran. Satu hari saja siswa tidak masuk sekolah
maka pukul rata siswa itu ketinggalan 3-4 bidang studi materi ajar. Andai minggu
berikutnya diadakan uji kompetensi atas materi ajar dimana ketika itu siswa tidak masuk
sekolah, akankah siswa dimaksud dapat mengerjakannya?, apalagi jika di rumah tidak
belajar atau menanyakan pada teman sekelasnya, dan pada ke empat bidang studi itu
diadakan ujian. Bayangkan jika siswa sering tidak masuk sekolah, tidak mengerjakan
tugas dan PR-nya yang diberikan guru, padahal semua assesment (evaluasi) dalam
bentuk tugas, PR, latihan, ujian dimasukkan integral ke dalam rapor.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah bersifat klasikal. Waktu yang dialokasikan untuk
guru dalam mengajar dan membimbing terbatas, dan tidak dapat optimal melayani
klasikal manakala dalam waktu bersamaan memperhatikan individu khusus untuk
seorang siswa yang terlambat pelajarannya karena tidak masuk sekolah. Jika pun
keadaan semacam itu dijalankan, pasti terjadi ketimpangan/tidak ideal atau terganggu.
Dalam usaha mengejar ketertinggalan yang dialami siswa karena ketidakhadiran,
biasanya guru memberikan tugas atau memberikan remidial pembelajaran jika guru
punya waktu di luar tugas mengajarnya. Namun kita semua memahami bahwa di luar
waktu tugasnya seorang guru memiliki privasi. Bergantung pada kesediaan guru
meluangkan waktunya. Sebagai orangtua, tidaklah mungkin menuntut guru memberikan
waktu khusus untuk melayani mengejar ketertinggalan anaknya pada jam tugas
mengajar.
BESARAN PERAN GURU
Untuk memahami seberapa besar peran yang menjadi tanggungjawab guru dalam andil
atas berhasil dan gagalnya seorang siswa, kita tetap memakaikan batasan-batasan
yang telah dituliskan di atas. Guru hanyalah satu dari banyak komponen yang ikut andil
memainkan peran mempengaruhi keberhasilan.Terdapat banyak komponen yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, diantaranya Komponen fisik seperti
tempat dan fasilitas belajar, ketersediaan buku, seragam/alat, kesehatan si anak/siswa,
asupan gizi makanan, gangguan saat belajar dari TV atau media lainnya; komponen
sosial seperti lingkungan keluarga, masyarakat, teman sebaya yang menjadi ’model’
bagi terbentuknya tingkah laku dan sifat anak ; komponen waktu yang digunakan siswa
dalam belajar; dan komponen psikis berupa perlakuan lingkungan sosialnya terutama
orangtua terhadap kejiwaan anak/siswa.
Apabila tinjauan peran guru kita ukur dari waktu yang dialokasikan untuk mengajar dan
membimbing siswa pada bidang studinya, maka besaran peran guru tidak terlalu
signifikan dalam menentukan keberhasilan dan gagalnya siswa. Idealnya jika alokasi
belajar IPS di sekolah 4 jam (@ 40 menit) per minggu, maka siswa belajar IPS secara
mandiri 4 jam, ditambah latihan soal-soal minimal 2 jam, dalam keadaan ada, ataupun
tidak ada tugas/PR. Ketika siswa belajar secara mandiri di rumah, maka peran orangtua
menjadi dominan. Seberapa besar perhatian orangtua, pendampingan orangtua dan
bimbingan yang diberikan orangtua dalam belajar mandiri di rumah, memiliki pengaruh
yang besar. Kalau kita perbandingkan dimana keberadaan anak dalam sehari, maka
waktu yang menjadi tanggung jawab guru/sekolah lebih pendek dari waktu yang
digunakan siswa diluar tanggungjawab sekolah/guru. Perhatikan ilustrasi di bawah:
WAKTU YANG DIGUNAKAN SISWA SD-YPJ-KK KELAS V (FIVE DAY SCHOOL)
07.00 WITA – 14.05 WITA Sekolah
14.05 WITA – 21.00 WITA Di Rumah (bersama orangtua)
21.00 WITA – 06.00 WITA Tidur / istirahat
06.00 WITA – 07.00 WITA Persiapan dan pergi sekolah
Catatan : Hari Sabtu dan Minggu libur
Hari besar (libur nasional) ikut libur
Liburan semester (2kali) rata-rata 45 – 50 hari dalam setahun.
Alokasi kegiatan siswa yang menjadi tanggungjawab guru/sekolah adalah antara 6,5 –
7 jam. X 5 hari sekolah = 35 jam ( 40 jam pelajaran @ 40 menit). Jadi rata-rata belajar
per minggu adalah 35 jam : 7 hari = 5 jam (@ 60 menit). Dari alokasi waktu dalam
sehari, maka guru/sekolah hanya mengambil tanggungjawab sebesar 5 jam : 24
jam/hari X 100% = 28,33%. Lebih dari 71% waktu siswa dalam sehari berada di bawah
tanggungjawab orangtua. Dari besaran peran guru 28,33% itu, masih dibagi-bagi lagi ke
dalam setidaknya 10 mata pelajaran! Makin tambah kecil waktu guru memerankan
perannya mengajar bidang studi yang diampu. Dan ingat, kita masih belum menghitung
hari libur serta liburan semester pada catatan di atas.
Acapkali masyarakat, pers/media “melempar” bahwa sekolah harus bertanggungjawab
atas kegagalan siswa. Guru harus bertanggungjawab atas kegagalan siswanya.
Semantara apabila siswa memperoleh prestasi semua pihak mengklaim bahwa
keberhasilan siswa itu adalah karena peran dan campur tangan mereka. Terlepas
persoalan besar kecilnya peran kita, baik guru, orangtua, masyarakat, pemerintah dan
siswa itu sendiri sebagai subyek belajar, apabila salah satu komponen dalam belajar
tidak menjalankan perannya dengan baik, maka kemungkinan berhasil menjadi
mengecil. Karenanya, sekecil apapun tugas dan peranan guru harus diperankan
dengan baik dan profesional. Demikian komponen lainnya. Bagi penulis, subyek belajar
(siswa) itu sendiri yang paling menentukan berhasil tidaknya dia dalam belajar. Bukan
semua hal di luar siswa. Peran guru terbatas pada mentransfer dan memfasilitasi dalam
proses belajar mengajar. Siswa yang merupakan subyek belajar! bukan guru! Bagaikan
seorang anak yang akan makan, Seorang ibu menyiapkan hidangan makanannya (nasi,
sayur dan lauk-pauknya = materi ajar/knowledge), menyiapkan piring, sendok, gelas
dan garpu = alat/perangkat ajar misalkan worksheet, tts, buku, dll. Pada ahirnya yang
menentukan adalah akankah anak makan? Bagaimana anak makan? Jika si anak
makan, apa yang dia makan? berapa banyak dan seberapa cepat dia makan, akan
mempengaruhi pertumbuhannya = akan mempengaruhi ilmu pengetahuan yang
diperolehnya.
Siapa sich yang tidak ingin menjadi guru profesional, apa lagi yang memiliki nilai
tambah dalam segala hal. oke, setelah kemarin memposting tentang Kiat menjadi guru
profesional pada kesempatan kali ini saya ingin memberikan ringkasannya saja yaitu
inti dari postingan sebelumnya.
Berikut adalah beberapa hal yang harus dimiliki oleh guru profesional :
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau
diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan
seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan
bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa
mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat
memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara
efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam
kelas.
5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat
mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam
hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia
memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua
siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah
dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran
mereka memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik
memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka
ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi
para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang
kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka
gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak
atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti
ketika siswanya sudah beranjak dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat
menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.
Tambahan...
Kiat menjadi guru yang menyenangkan :
3 S (Senyum, Sapa, dan Salam ). Bersikap cerialah selalu.
Ingat nama siswa. Kenali mereka secara pribadi.
Beri kejutan siswa Anda sekali-sekali dengan hal-hal yang kreatif. Berceritalah
sesekali.
Hargai dan hormati siswa sebagai mana Anda hendak dihargai (pendapat, sikap
pribadi, pilihan, asal-usul, kebiasaan, dll)
Seringlah memuji siswa jika melakukan hal yang baik. Cari kesempatan untuk
memuji mereka.
Bantu kesulitan mereka (belajar, komunikasi, ekonomi, sosial, dll)
Jadilah guru yang humoris. Berguraulah dengan siswa Anda.
Ketahui hal-hal yang disukai/tidak disukai, hobi dan minat mereka. Gunakan
humor dalam berkomunikasi dengan siswa.
Beri teka-teki sesekali.
Selalu pikirkan hal-hal untuk kebaikan siswa. Bersikaplah proaktif dan positif.
Dengarkan siswa Anda sebagai seorang individu
Salam sukses untuk pendidik indonesia...
Setiap orang adalah individu yang unik. Setiap orang juga bertanggung jawab atas
dirinya sendiri untuk menemukan misi hidupnya masing-masing. Agar kita bisa
berkontribusi maksimal, tentunya akan sangat baik bila kita bekerja di bidang yang
paling sesuai dengan keunikan kita. Ibaratnya bisa menjadi ikan dalam air, atau burung
di udara.
Mengenali bakat merupakan hal yang gampang-gampang susah. Kenalkah Anda
dengan JK Rowling? Itu loh, penulis Harry Potter yang buku terakhirnya terjual 8.9 juta
hanya dalam waktu semalam di Amerika dan Inggris saja. Semula dia kerja sebagai
pelayan toko. Hidupnya susah karena pendapatan yang pas-pasan. Tak disangka dia
ternyata berbakat mendongeng. Setiap malam dia mendongeng kepada anaknya, yang
kemudian oleh anaknya diceritakan kembali kepada teman-temannya. Tak disangka,
dari sanalah muncul motivasi menulis buku fiksi Harry Potter yang ternyata sukses luar
biasa di pasaran.
Bagaimana kita bisa mengenali bakat kita sendiri?
Berikut ini empat hal yang bisa dijadikan dugaan awal terhadap apa bakat kita, yaitu :
reaksi spontan, tanda masa kecil, cepat belajar, dan kepuasan.
Reaksi spontan
Langkah pertama mengenali bakat adalah memperhatikan reaksi spontan kita terhadap
situasi yang muncul. MIsalnya Anda sedang berjalan-jalan di keramaian. Tiba-tiba ada
teriakan keras, “Copeet…!” Apa reaksi Anda? Lari mengejar copet? Menghibur korban?
Berdiri mematung menganalisa situasi? Bertanya-tanya ke beberapa orang, membuat
konfirmasi atas kejadian sebenarnya? Semua itu adalah pilihan yang mungkin diambil.
Manakah pilihan spontan Anda? Kalau Anda langsung bertindak, berarti Anda orang
yang praktis dan desisif (membuat keputusan cepat). Pada satu situasi yang mendesak
bakat mental seperti ini sangat berguna, karena Anda segera bertindak. Pada situasi
yang lain, bakat ini justru merugikan, misalnya karena tidak melakukan konfirmasi maka
bisa terjebak pada kesalahan penilaian. Bukankah bisa saja yang teriak “copeet..” itu
ternyata adalah temannya si copet yang mengalihkan perhatian? Bisa saja ada orang
lain yang kemudian menjadi salah sasaran Anda gebukin padahal dialah korban copet
yang sesungguhnya.
Yang penting adalah, mengenali reaksi spontan kita. Apakah kita orang praktis?
Apakah kita orang analitis? Apakah kita orang yang waspada (sehingga melakukan
konfirmasi lebih dahulu)?
Contoh lain, misalnya Anda diajak datang ke sebuah pesta. Apakah Anda akan
langsung berbaur dan mengobrol dengan orang lain, bahkan dengan orang yang baru
Anda kenal? Ataukah Anda mengambil segelas minuman, lalu berdiri di pojok
mengamati orang-orang lain? Atau Anda sibuk dengan ponsel Anda sendiri kirim-kirim
SMS ke orang lain dan tidak peduli dengan pesta? Hal ini menunjukkan apakah pribadi
Anda introvert (cenderung ke dalam) atau extrovert (cenderung ke luar).
Semua reaksi spontan Anda menunjukkan bakat mental yang sering disebut
kepribadian.
Tanda masa kecil
Tanda masa kecil (yearnings) menunjukkan apa bakat natural Anda. Von Neumann,
lahir di Hungaria tahun 1903, adalah perumus dasar-dasar komputer. Pada usia 6 tahun
telah mampu menghitung pembagian 8 angka hanya di kepala. Pada usia 8 tahun dia
sudah belajar kalkulus. Dia juga punya ingatan fotografik, cukup membaca sekilas buku
telepon, dia bisa mengingatnya kembali dengan persis. Von Neumann menjadi peletak
dasar-dasar komputer. Dia juga arsitek yang merancang bom atom Fat man, yang
dijatuhkan di Nagasaki oleh tentara sekutu.
Anna Mary Robertson Moses lahir di pertanian dekat New York. Sejak kecil dia senang
mencampur warna, dan membuat sketsa indah dari berbagai buah-buahan. Namun
kehidupan pertanian membuatnya tak lagi melukis hingga 40 tahun lamanya. Pada usia
78 tahun barulah dia memiliki waktunya untuk melukis. Selama 23 tahun kemudian
hingga saat kematiannya, Moses melukis ribuan karya, dan kemudian terkenal sebagai
artis lukis Grandma Moses.
Apa ciri bakat kita saat masa kecil? Pada bidang apa karya Anda masa kecil diakui oleh
lingkungan?
Cepat belajar
Cepat belajar (rapid learning/ fast learning) merupakan tanda bahwa Anda berbakat
pada bidang tersebut. Terkadang kita sendiri tidak tahu, sampai suatu ketika mendapat
kesempatan mempelajari hal baru, dan… blam! rasanya begitu mudah menguasainya.
Henri Matisse tidak pernah menyentuh kuas hingga usia 21 tahun. Pekerjaan sehari-
hari adalah klerk seorang pengacara. Sampai suatu ketika dia sakit flu berat, sehingga
harus istirahat di tempat tidur. Ibunya berusaha mencarikan kegiatan pengisi waktu.
Saat itulah ibunya memberikan seperangkat kuas dan cat. Empat tahun berikutnya dia
diterima sebagai mahasiswa berbakat di sekolah seni Paris.
JK Rowling, penulis Harry Potter, juga tidak menyadari punya bakat mendongeng
hingga teman-teman anaknya menyatakan begitu menariknya kisah Harry Potter. Kini
dia wanita kedua terkaya di Inggris, kalah hanya oleh Ratu Elizabeth.
Jim Clark, seorang dosen yang jenius namun hidupnya kacau balau hingga 2 kali
perkawinannya hancur. Lulus SMA dia melamar sebagai tentara Navy. Prestasinya
sebagai kelasi begitu buruk sehingga sering dibilang bodoh oleh para atasannya.
Sampai suatu ketika salah seorang instrukturnya bilang sebaiknya dia kuliah saja,
karena tampaknya dia punya bakat matematika. Dan benar, dia meraih PhD di
Computer Science! Setelah itu dia menjadi dosen. namun kebiasaan buruknya yang
sering mengabaikan keluarga membuatnya bercerai. Tahun 1978 dia juga dipecat dari
New York Institute of technology karena membangkang. Tak dijelaskan bagaimana, dia
bergabung ke Stanford University. Pada usia 38 tahun, Clark yang menderita depresi
berat, tiba-tiba menemukan pencerahan. Ternyata kehidupan kacaunya itu dikarenakan
dia terlalu kreatif sehingga selalu mencari hal baru. Clark terlalu banyak ide. Sejak itu
dia mendirikan perusahaan bernilai milyaran dolar, mulai dari Silicon Graphic Inc. (SGI),
Netscape (pembuat browser internet), hingga Healtheon (perusahaan medical di
internet) yang semuanya sukses besar jual saham dalam IPO. Bakat Jim Clark adalah
ide dan visinya.
Tentunya Anda juga ingat dengan Kolonel Sanders. Dia memulai bisnis ayam goreng di
usia 66 tahun. Ternyata bisnis restoran adalah hal yang menarik dan mudah dia
pelajari.
Kalau ada bidang yang Anda begitu cepat menguasainya, mungkin di situlah bakat
Anda.
Kepuasan
Ciri-ciri kita berada di jalur yang benar adalah kalau kita merasa puas dengan apa yang
kita lakukan. Orang-orang yang sukses di berbagai bidang menunjukkan kepuasan
terhadap pekerjaan mereka, baik pekerjaan itu menghasilkan banyak uang maupun
tidak. Kalau Anda senang melihat orang lain tumbuh karena bimbingan kita, maka Anda
berbakat menajdi pembina/pendidik. Kalau Anda puas dengan menciptakan hal baru,
yang unik dan beda, mungkin Anda berbakat menjadi kreator. Kalau Anda puas bisa
traveling ke berbagai penjuru dunia, mungkin Anda berbakat menjadi explorer, seperti
Marco Polo dan Ibnu Batutah.
Seringkali yang membuat puas bukanlah sesuatu yang tampak secara fisik. Anda
mungkin dosen, yang kadang suka kadang tidak dengan pekerjaan Anda. Setelah
diteliti lebih lanjut, ternyata Anda malas mengajar, tapi selalu tertarik dengan berita-
berita riset terbaru. Jadi sebenarnya bakat Anda ada di riset, jadi bisa berada dimana
saja, misalnya bergabung dengan grup riset di perusahaan besar. Seingat saya,
Bondan Winarno adalah seorang pegawai maskapai penerbangan (atau di sekitar itu)
yang melakukan banyak perjalanan ke luar negeri. Namun dia lebih dikenal sebagai
kolumnis di majalah, yang menceritakan banyak pengalamannya saat pergi ke berbagai
negara. Ternyata hobi dia yang lain adalah makanan (kuliner), bukan sebagai pembuat
tapi sebagai penikmat makanan. Sekarang dia mengasuh rubrik kuliner di salah satu
stasiun TV. Mungkin dia memang berbakat menjadi seorang explorer.
Apa saja yang membuat Anda puas?
Apapun kondisi dan pekerjaan Anda sekarang, tidak ada salahnya untuk terus mencari
bakat terbaik kita. Kadang memang kita sendiri, entah kenapa, tidak peka dengan
panggilan bakat kita. Tugas kita menemukannya, sampai kapanpun itu akan ditemukan.
Seperti kata bijak dari timur, ” Setiap diri kita ini mempunyai misi, tugas kita adalah
menemukan dan menjalaninya.”
Disarikan dari buku Now, Discover Your Strengths karya Marcus Buckingham.
Semua kita pasti ingin menjadi guru yang profesional, yang ditambah lagi dengan
kreatifitas yang tinggi agar dapat menjadi guru teladan dan plus plus bagi setiap siswa
kita.. nah berikut kisah guru yang patut kita contoh berdasarkan kutipan dari siswa yang
pengalaman siswa yang bersangkutan.
Guru Supel Plus Ramah
Pak Ngadmin adalah guru di Sekolahku, sebuah sekolah SD di kota Bandung, sepintas
ia sama sekali tidak menarik. Pakaian yang dikenakannya terkesan sederhana alias tak
bermerk tapi rapi dan bersih. Sepatunya, kadang disemir kadang tidak. Rambutnya
selalu tercukur rapi. Tubuhnya sedikit pendek tapi langsing. Dan wajahnya, ehm…tidak
tampan tapi juga nggak jelek. Biasa aja. Jadi wajar kalau pertama ketemu tak ada
kesan yang membekas. Jadi pendapat bahwa kesan pertama cukup menentukan,
belakangan baru ku tahu ternyata tidak kena untuk sosok Pak Ngadmin.
Saat kutahu bahwa wali kelasku di kelas lima adalah Pak Ngadmin, jujur saja aku
merasa sedikit kecewa. Wah, orangnya nggak asyik! Pikirku. Tapi, yaa…apa boleh
buat. Dengan lesu aku duduki bangku di sudut kelas seraya merebahkan daguku di
atas meja. Beberapa temanku terlihat asyik bercanda, yang lain tertawa-tawa senang
karena sebagian besar mereka berada dalam kelas yang sama saat kelas empat.
Sementara aku, bukannya aku tak kenal mereka, tapi sahabat-sahabatku tidak lagi
sekelas denganku. Mereka terpencar di kelas yang lain.
“Halo anak-anak, selamat pagi semuanya,” suara yang ringan dan ramah tiba-tiba
menyeruak di tengah kebisingan kelas. Sesaat aku tersentak, kuangkat kepalaku lalu
kurebahkan lagi. Pak Ngadmin melangkah ke depan kelas dengan tegap dan pasti.
Senyum tulus tampak menghias wajahnya. Berdasarkan tulisan di kertas yang ia
pegang, Pak Ngadmin mulai memanggil nama murid-muridnya satu persatu dan
menanyakan nama panggilan masing-masing. Ketika giliran namaku dipanggil, aku
mengangkat tanganku dan hanya mengangkat daguku beberapa sentimeter dari meja.
Dahi Pak Ngadmin tampak berkerut memandangiku.
“Kamu sakit?” tanyanya ramah. Ia melangkah tenang ke arahku. Tangannya yang
bekulit sawo matang meraba dahi dan leherku.
“Nggak panas kok. Kenapa, nak, kok lesu? Ayo, coba duduknya tegak dan perlihatkan
senyummu,” ajaknya lembut. Kuikuti saran Pak Ngadmin walaupun rasanya sulit
mengukir senyum dengan bibir yang kaku.
“Nah….gitu dong! Kalau senyum kamu kelihatan lebih cakep, lho.” Pak Ngadmin
berkomentar sambil mengusap rambutku. Kulihat beberapa temanku tertawa geli
mendengar ucapan Pak Ngadmin. Tanpa kuduga, sikap Pak Ngadmin tadi menghapus
sedikit rasa kecewaku. Semangat mulai mewarnai hatiku di tengah gumpalan asap
kelabu yang memenuhi perasaanku. Hehe…baru sekarang ada yang bilang aku cakep.
Kukejap-kejapkan mataku membuang kantuk.
Guru Tegas Plus Berwibawa
Hari pertama sekolah itu, aku hanya mencatat jadwal pelajaran dan mendengarkan
beberapa peraturan yang diberikan Pak Ngadmin. Rasanya, semua peraturan yang
disampaikan cukup klise dengan kelas-kelas sebelumnya. Ah, bosan! Keluhku.
Semangatku pagi itu sepertinya hampir terbang. Tapi…belum lagi daguku menyentuh
meja, tiba-tiba Pak Ngadmin memanggilku.
“Komar…” Suaranya cukup keras tapi tetap tenang. Aku tersentak. Sorot matanya
tajam menatapku. Tak ada kemarahan tapi sanggup membuatku ciut.
“Pergilah ke toilet dan basuh mukamu, agar kamu lebih segar dan tidak lesu,”
perintahnya datar. Tak ada kekesalan atau kemarahan yang tersirat baik dalam suara
maupun wajahnya, tapi nada suaranya tampak sungguh-sungguh dan mengandung
magnet yang membuatku merasa tak benyali untuk menentangnya. Instingku
mengatakan bahwa Pak Ngadmin adalah guru yang tidak bisa dipermainkan murid,
seperti guru-guru lainnya. Tanpa berpikir dua kali, aku segera melakukan perintahnya
dan cepat-cepat aku kembali ke kelas tanpa pedulikan wajahku yang masih basah.
“Sudah? Nah, kelihatan lebih segar sekarang,” pujinya sambil tersenyum. Sekarang aku
merasa semakin tertarik mendengarkan penjelasan dari setiap peraturan yang akan
beliau terapkan. Rasa lesuku menguap pergi, entah kemana. Setelah kusimak, ternyata
ada banyak perbedaan dengan peraturan yang kuterima di kelas-kelas sebelumnya.
Aku jadi penasaran…
“Anak-anak…,” seru Pak Ngadmin lantang. Semua mata memandang kearahnya tanpa
terkecuali. ” Di kelas empat ini, Bapak meminta kalian untuk tidak memegang alat tulis
apapun jika Bapak sedang menerangkan. Semuanya harus belajar untuk menyimak
dan mendengarkan setiap pelajaran yang Bapak jelaskan di depan. Apa kalian
mengerti..?”suaranya begitu keras dan jelas. Sejenak Pak Ngadmin memandang setiap
anak yang duduk mematung dengan wajah tegang.
“Mengerti…atau tidaaakk…..!” Anak-anak tersentak. Volume suara Pak Ngadmin
terdengar lebih keras tapi tak ada nada marah di dalamnya. Dan seperti sebuah paduan
suara, semua murid menjawab serempak,” Mengertiiiii……..!”
Pak Ngadmin memperlihatkan rangkaian giginya yang rapih dan bersih. Dia tertawa
lepas sejenak.
“Haha…anak-anak, kalian tidak usah tegang begitu. Jangan takut. Selama ini Bapak
masih makan nasi kok, bukan makan orang…” canda Pak Ngadmin dengan ekspresi
yang lucu.
Wajah-wajah kecil yang ketakutan tadi kini tampak tenang dan kembali ceria. Semua
tertawa menimpali gurauan Pak Ngadmin.
“Ya…Bapak paling tidak suka kalau sedang menerangkan suatu pelajaran di kelas, lalu
ada yang asyik menulis, menggambar atau bermain. Anak seperti itu, seringkali tidak
dapat menyimak dengan baik. Tapi, bukan berarti kalian tidak boleh bicara. Kalian
boleh bicara…asal berkaitan dengan topik pelajaran yang sedang kita bahas. Bahkan
Bapak paling senang jika kalian mau bertanya. Jangan malu! Kalau kalian bertanya, itu
artinya kalian menyimak. Jangan takut untuk bertanya kalau ada pelajaran yang belum
dimengerti. Paham..?” Semua mengangguk.
Kesan pertama mulai sedikit tebentuk di hatiku. Kata-katanya jelas dan tegas. Suaranya
lantang. Matanya menatap langsung ke mata murid-muridnya. Tidak tampak ragu.
Senyumnya tampak tulus, tidak dipaksakan. Pak Ngadmin bisa menguasai kelas dan
mengendalikannya!
Sekalipun dikenal sebagai guru yang sabar dan suka bergurau, bukan berarti Pak
Ngadmin tidak bisa marah. Beliau bisa marah bahkan berteriak dengan suara sangat
keras. Dan biasanya, kalau sudah begitu, tak ada satupun murid yang berani
menentang. Tetapi kemarahannya sangat cepat reda, tak sampai berlarut-larut. Diakhir
pelajaran, beliau selalu menjelaskan alasan dari kemarahannya, sehingga kami tahu
kesalahan yang telah kami lakukan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
Satu hal yang kupelajari dari Pak Ngadmin adalah beliau hanya berteriak keras bila ada
muridnya yang tidak dapat menguasai emosi dan menangis sambil berteriak-teriak
sehingga cukup sulit dikendalikan. Seperti temanku Icang. Icang adalah temanku yang
sangat mudah terpancing emosinya. Hal sepele saja bisa membuatnya mengamuk,
menangis meraung-raung dengan duduk di lantai, bahkan melemparkan benda apapun
yang ada di dekatnya, termasuk kursi di kelas.
Aku dan teman-temanku hanya memandangi Icang dari jauh dengan perasaan bingung
bercampur takut. Tak lama, kulihat Pak Ngadmin datang tergesa diikuti beberapa
temanku yang mengadukan hal Icang. Awalnya, Pak Ngadmin mencoba menegur dan
bertanya pada Icang tanpa nada tinggi. Tetapi ketika dilihatnya Icang tak mau
mendengar bahkan semakin menjadi dan bermaksud memukul Budi dengan tasnya,
tiba-tiba Pak Ngadmin bersuara menggelegar memanggil nama Icang. Tangis Icang
langsung berhenti. Matanya menatap terkejut ke arah asal suara. Begitu juga aku dan
teman-temanku. Hening. Sepi. Pak Ngadmin menatap tajam dan lekat ke arah Icang.
Tangisnya yang tadi keras kini berganti dengan isakan kecil. Kurasa tak ada satupun
yang mengira, bahwa Pak Ngadmin bisa marah seperti itu.
Perlahan Pak Ngadmin mendekat ke arah Icang, lalu menuntunnya dengan lembut
keluar dari kerumunan. Dengan tenang, Pak Ngadmin menyuruh semua murid duduk di
tempatnya masing-masing dan memberi tugas untuk dikerjakan. Sementara itu, Pak
Ngadmin mengajak Icang keluar dari kelas untuk berbicara dengannya. Kurang lebih
satu jam kemudian, Icang bersama Pak Ngadmin masuk kembali ke dalam kelas. Entah
apa yang dibicarakan, tapi kini Icang tampak lebih tenang.
Semua mata tertuju pada Icang. Kami ingin tahu, apa yang terjadi. Mengapa Icang bisa
tenang seperti itu? Seringkali, dengan kebiasaan buruk Icang tadi, tak ada yang bisa
membuatnya berhenti menangis meraung-raung, apalagi membuatnya tenang. Bahkan
bisa dipastikan, Icang akan menolak untuk masuk kembali ke kelas serta memilih duduk
di teras kelas atau meja piket guru sampai bel tanda pulang berbunyi. Tapi yang kali ini,
kok aneh….?
Pikiran buruk mulai melintas di benakku. Apa yang dilakukan Pak Ngadmin terhadap
Icang? Apakah beliau memukulnya, sehingga Icang tidak berani melanjutkan
tangisnya? Hii…, seram! Segera aku menulis di bagian belakang buku tulisku dengan
tulisan besar-besar:
Kesan kedua: jangan bangunkan harimau tidur!…..
Saat bel tanda istirahat kedua berbunyi, segera aku melesat mendekati Icang. Icang
tertawa melihatku yang hampir terpeleset.
“Cang, kamu nggak apa-apa? Tadi kamu diapain sama Pak Ngadmin?” tanyaku tak
sabar. Rupanya teman-teman yang lain berpikiran sama denganku. Dalam sekejap saja
mereka sudah mengerumuni kami.
“Diapain..? Nggak kok, nggak diapa-apain…,” sahut Icang bingung.
“Nggak dicubit, dipukul atau…diancam, gitu?” tanya Adi menimpali. Icang menggeleng.
Semua saling menatap tak percaya.
“Tenang…aku baik-baik aja. Tadi aku cuma ngobrol sama Pak Ngadmin.” Icang
menjelaskan dengan tenang seraya mencoba menyeruak keluar dari lingkaran kami.
“Haaa……..?” Tanpa sadar, hanya satu suara itu yang keluar dari mulutku dan teman-
teman. Kulihat Icang mendekati Budi, yang hampir jadi sasaran tasnya. Semua
tegang…
“Maaf-in aku ya, Bud..,” ujar Icang tenang seraya mengulurkan tangannya menjabat
tangan Budi.
“Haaa…….?!” Semua makin heran dan bingung. Serempak mata kami terarah kepada
Pak Ngadmin, yang sejak tadi berdiri mengawasi di depan kelas. Beliau menatap Icang
dengan lembut seraya mengacungkan jempolnya. Aku penasaran, rumus apa yang
dipakai Pak Ngadmin untuk merubah perilaku Icang?
Selama di kelas lima aku menghitung, perilaku Icang mengamuk terjadi hanya dua kali.
Padahal di kelas-kelas sebelumnya, Icang selalu mengamuk hampir tiap bulan. Kini,
Icang tidak lagi mengalami masalah dalam bersosialisasi. Hari-harinya diisi dengan
ceria dan tawa. Icang yang kulihat sekarang sangat berbeda dengan Icang yang dulu.
Segera aku menulis lagi di halaman berikutnya tulisanku yang dulu:
Harimau tidur, perlu sekali-kali dibangunkan……:)
Guru Kreatif Plus Inovatif
Seminggu pertama belajar dalam asuhan Pak Ngadmin, mampu membuatku merasa
lebih bersemangat untuk bekajar. Pak Ngadmin selalu berhasil membawa suasana
ceria di dalam kelas, apapun pelajarannya. Terkadang, di tengah-tengah pelajaran
beliau menyisipkan cerita yang menarik bahkan terkadang lucu, namun sarat dengan
pesan moral.
Pagi ini, usai upacara rutin hari Senin, Pak Ngadmin masuk sambil membawa gulungan
karton berwarna orange. Tak lama kemudian, beliau menempelkannya di dinding dekat
mejanya. Semua siswa mengamati. Tak ada gambar apapun pada karton itu, kecuali
tulisan besar yang berbunyi: “POJOK HUKUMAN’. Semua murid meringis. Kami tahu
sekarang, minggu lalu Pak Ngadmin sudah menjelaskan tentang salah satu peraturan
mengenai pojok hukuman.
Selesai menempel karton tadi, segera Pak Ngadmin memberi perintah untuk
mengeluarkan buku pelajaran yang akan dibahas. Semua terlihat tertib dan tenang
merogoh buku di dalam tas masing-masing. Tiba-tiba, tampak Sanip melangkah
dengan ragu ke arah Pak Ngadmin. Tangannya yang saling meremas menunjukkan
kecemasan. Sanip terlihat menggumankan sesuatu.
“Ya. Suaramu kurang keras, nak. Ada apa?” sahut Pak Ngadmin. Semua mata tertuju
ke arah Sanip. Sekarang suaranya terdengar lebih keras tapi sedikit bergetar. Pak
Ngadmin tersenyum seraya menanyakan alasan Sanip tidak membawa buku pelajaran.
“Lain kali jangan ketinggalan, ya,” ujar Pak Ngadmin tenang. Murid-murid tertawa geli
ketika melihat Pak Ngadmin menggambar sebuah wajah murung berbentuk lingkaran,
dan pada dahinya ditulis SANIP, kemudian membubuhkan sebuah jerawat pada wajah
itu. Semakin sering seorang murid ketinggalan buku pelajaran atau lupa mengerjakan
tugas, maka semakin banyak pula jerawat pada gambar wajah dengan nama siswa
tersebut. Sudah barang tentu, hal ini memberikan efek jera para siswa. Tak seorangpun
mau dikenali sebagai pemalas atau pelupa melalui gambar di pojok hukuman. Apa
jadinya, bila orang tua mereka mengetahui melalui pojok hukuman itu, bahwa ternyata
anaknya banyak melalaikan tugas. Wah, bisa BAHAYA!
Hal yang menarik, Pak Ngadmin bukan hanya menyediakan sebuah karton bertulis
POJOK HUKUMAN, tapi di bagian dinding yang lain ada sebuah karton yang berisi
tulisan nama-nama siswa dengan ruang kosong yang cukup untuk membubuhkan
puluhan cap ukuran kecil di dalamnya. Karton itu berjudul “PRESTASIKU”. Setiap siswa
yang mendapat nilai 8 - 10 akan mendapat hadiah cap pada ruang kosong yang berisi
namanya. Setiap nilai mempunyai bentuk cap yang berbeda. Aku selalu mengincar cap
‘Bintang’ yang menjadi kesukaanku, begitu pula halnya dengan teman-temanku. Karena
semakin banyak bintang pada namaku, hal itu
menunjukkan prestasi yang kubuat. Betapa bangganya orang tuaku bila melihat cap
bintang bertaburan di ruang namaku.
Tak berhenti sampai di situ. Setiap bulan, Pak Ngadmin selalu memberikan sertifikat
yang dirancangnya sendiri, sebagai penghargaan atas prestasi murid-muridnya dalam
setiap masa pelajaran aktif 30 hari. Program sertifikat ini bernama KID’S THIS MONTH.
Sedangkan untuk siswa yang menyenangkan dalam bergaul dan suka menolong, akan
mendapat sertifikat THE FAVOURITE KID’S. Juga untuk siswa yang menunjukkan
peningkatan pesat dalam kemajuan belajarnya meskipun nilainya tidak sepuluh, akan
mendapat sertifikat Spesial. Semua siswa berlomba mendapatkan sertifikat ini, apalagi
foto mereka akan terpampang di kelas sampai pemberian sertifikat berikutnya.
Aku dan semua teman-temanku di kelas tahu bahwa Adam adalah satu-satunya murid
di kelas kami yang sangat membenci pelajaran matematika. Bahkan saking bencinya
dia pada pelajaran ini, di setiap buku dan dinding di kamarnya, ada tanda tulisannya
yang berbunyi; ADAM BENCI MATEMATIKA!!
Pak Ngadmin hanya mengangkat alisnya dengan wajah berhias senyum seraya
menatap Adam yang tertunduk kaku, ketika beliau tahu kebencian itu. Dipanggilmya
Adam mendekat. Kulihat Pak Ngadmin bicara berbisik pada temanku itu, sambil
sesekali diiringi anggukkan kepala Adam. Entah apa yang disampaikan guruku, tapi
kulihat wajahnya begitu tenang. Tak lama kemuadian, Adam kembali duduk di
bangkunya. Dia tidak terlihat sedih tapi justru seperti baru terlepas dari beban yang
begitu berat.
Aku penasaran. Apa sebenarnya yang dikatakan Pak Ngadmin padanya?. Saat istirahat
segera kudekati Adam.
“Dam, Pak Ngadmin bilang apa, sih..?” tanyaku penasaran. Kutarik Adam ke sudut
kelas. Adam hanya tersenyum menggeleng. Aku desak dia. Akhirnya temanku itu
menyerah.
“Pak Ngadmin bilang, beliau juga dulu seperti aku, benci matematika. Menurut beliau,
tidak apa-apa aku benci matematika. Itu hal biasa.” Aku bingung….lalu katanya lagi,
“Dam, Bapak tahu sebenarnya kamu anak yang cerdas. Hasil test IQ-mu menunjukkan
itu…Apa kamu mau dikalahkan oleh rangkaian huruf dari M-A-T-E-M-A-T-I-K-A..?”
“Terus……terus…?” desakku lagi. Aku semakin penasaran.
“Pak Ngadmin bilang, justru kalau aku benci matematika, aku harus bisa
menaklukkannya dengan mendapat nilai terbaik. Kalau nilaiku jelek, berarti aku
membiarkan diriku dikalahkan oleh si matematika ini tanpa perlawanan.” Aku makin
bengong….
Bel tanda usai istirahat menghentikan segala kegiatan di luar kelas, tapi aku masih tidak
mengerti maksud kata-kata Pak Ngadmin pada Adam.
“Anak-anak, Bapak ingin memperkenalkan kalian pada seorang ahli matematika yang
sangat hebat. Beliau memang tidak ada disini. Tapi Bapak akan ceritakan siapa orang
yang Bapak maksud. Tokoh ini bernama Ni Ing Han. Dia seorang warga Negara
Indonesia. Apa kehebatannya? Ni Ing Han, awalnya adalah seorang pria yang tidak
mempunyai kekurangan fisik. Tapi suatu pagi, dia mengalami kebutaan. Dari hasil
pemeriksaan, dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa dia mengalami kebutaan
secara permanen. Tentu saja ini merupakan pukulan yang berat untuk seorang Ni Ing
Han. Tapi dia tidak membiarkan dirinya terpuruk terlalu lama. Singkat cerita, dalam
kebutaan yang dialaminya itu, Ni Ing Han kini menjadi seorang guru matematika yang
sangat handal. Bahkan, menurut kabar burung, dia bisa membuat murid yang semula
sangat kurang dalam matematika menjadi murid yang pandai mengerjakan soal
matematika. Artinya, inti dari cerita ini adalah apapun tantangan yang kalian hadapi,
percayalah Tuhan sudah menyediakan jalan keluarnya. Tinggal kita yang harus mau
berusaha dan tidak putus asa.” Aku tertegun. Ingin rasanya aku bertemu tokoh itu.
Hari-hari selanjutnya, kulihat Adam selalu menggunakan waktu istirahat pertamanya
untuk menanyakan soal matematika pada Pak Ngadmin. Perlahan, dia mulai dapat
menjawab dengan tepat setiap soal matematika yang diberikan Pak Ngadmin. Dia juga
tidak lagi malu untuk mengangkat jarinya, bila ada pelajaran yang belum ia mengerti.
Aku dan teman-temanku terpana tak percaya, ketika kami tahu nilai matematika Adam
saat ulangan tengah semester adalah delapan setengah. Secara spontan kami semua
berteriak dan bertepuk tangan. Adam tampak tersipu tapi rasa bahagia di wajahnya tak
dapat ia sembunyikan. Sementara, Pak Ngadmin juga tak ketinggalan ikut bertepuk
tangan sambil mengangguk-angguk dengan senyum khasnya. Kutatap Adam dengan
kagum. Yang kutahu, selama ini nilai matematika yang diperolehnya berkisar pada
angka lima ke bawah.
Adam terlihat begitu senang, ketika di akhir bulan, dia juga mendapat Sertifikat
Istimewa, atas upaya dan keberhasilannya meraih nilai baik dalam matematika.
Sekarang, dia selalu bersemangat mengerjakan soal-soal matematika.
Guru Hati Plus Surat
Aku merasa begitu terharu dan terperanjat ketika usai pelajaran terakhir, Pak Ngadmin
memanggil murid-muridnya satu persatu serta memberikan sepucuk surat bertuliskan
nama masing-masing muridnya. Semua menerimanya dengan penuh antusias, tak
terkecuali aku. Tanpa menunggu aba-aba, setiap siswa yang telah mendapatkan surat
segera membacanya, meskipun Pak Ngadmin meminta kami untuk membaca di rumah
saja. Tapi rasa gembira membuat kami tak sabar untuk segera mengetahui isi surat itu.
Ternyata surat itu berisi tulisan tangan Pak Ngadmin, dan bukan ketikkan atau hasil
print out. Setiap surat berisi rangkaian kata-kata yang berbeda, disesuaikan dengan
karakter setiap siswa. Tiga puluh empat pucuk surat untuk tiga puluh empat siswa
dengan tulisan yang rapi dengan kata-kata “tepat sasaran”, yang dibutuhkan siswa
sebagai penggugah semangat untuk belajar. Kutatap Pak Ngadmin dengan rasa yang
sulit kuungkapkan, namun tekadku terasa begitu besar untuk membuat beliau bangga
padaku. Yang lebih menyenangkan, kami menerima surat setiap kali akan menghadapi
ulangan tengah semester atau ulangan semester.
Isi surat itu begitu menyentuh dan mengena di hatiku. Aku menyadari kelalaian yang
sering kulakukan, dan aku berjanji untuk memperbaikinya. Tak ada satupun siswa yang
terluput dari perhatian Pak Ngadmin. Ia selalu mengetahui saat kami gelisah, sedih, tak
nyaman, tak konsentrasi atau bahkan saat kami mulai merasa sakit. Apapun persoalan
yang kami hadapi, baik di kelas maupun di rumah, bila itu mempengaruhi kemajuan
belajar kami, beliau tak segan berusaha membantu. Menurut Pak Ngadmin, sorot mata
seseorang menggambarkan keadaan orang tersebut pada saat itu.
Kutempel surat ‘cinta’ Pak Ngadmin di lemari kulkas. Kalau aku mau belajar, kuambil
surat itu dan kuletakkan di atas meja belajarku di tempat yang mudah terbaca olehku.
Ajaib! Sepertinya rasa kantuk enggan mendatangiku saat aku sedang belajar, karena
aku ingin Pak Ngadmin merasa bangga padaku. Surat itu membuatku merasa bahwa
aku adalah salah satu muridnya yang sangat berarti untuk beliau. Itu sebabnya, aku tak
ingin mengecewakan guruku yang satu ini.
Surat dari Pak Ngadmin tak akan kubuang. Aku akan terus menyimpannya sampai
kapanpun. Disaat semangatku merosot, surat itu mampu membangun keinginanku
untuk kembali giat.
Guru Inspiratif Plus Imaginatif
Suatu hari, saat pelajaran Bahasa Indonesia, Pak Ngadmin menyuruhku membacakan
sebuah cerita dalam lembar kerja siswa. Pak Ngadmin tersenyum-senyum mendengar
aku membaca. Lalu beliau mencoba mengulang membaca cerita tadi sesuai dengan
ekspresi yang digambarkan penulis pada isi cerita tersebut.
Pak Ngadmin menunjukkan contoh-contoh ekspresi sedih, menangis, atau ekspresi
gembira, marah, lesu, dan sebagainya. Intinya, ekspresi-ekspresi itu selalu muncul
sesuai dengan isi karakter setiap tokoh dalam cerita. Beliau membuatku menyadari,
bahwa ternyata membaca cerita bukanlah hal yang mudah, bila aku harus
membacakan cerita itu untuk orang lain. Pak Ngadmin juga mengajarkan kami untuk
membaca dengan intonasi yang benar, bukan seperti anak TK, sebagaimana yang
selalu kami lakukan selama ini. Untuk itu, agar lebih jelas Pak Ngadmin menugaskan
kami untuk mengamati setiap reporter berita di televise, bagaimana sikap dan
intonasinya, kemudian kami harus mempraktekkannya di dalam kelas. Ah! Lagi-lagi
bukan tugas yang mudah tapi menantang dan menyenangkan.
Pada kesempatan lain Pak Ngadmin mengajarkan kami untuk berpidato dengan baik
dan benar lalu mempraktekkannya di kelas. Juga beliau mengajarkan kami untuk
menjadi MC dalam suatu acara, tentu saja di dalam kelas. Kini Bahasa Indonesia bukan
lagi pelajaran yang membosankan, tetapi menjadi salah satu pelajaran yang selalu kami
tunggu.
Suatu hari dalam pelajaran IPS, Pak Ngadmin memberi kami tantangan baru. Kami
harus mengumpulkan materi mengenai masalah-masalah social dan bekerja dalam
kelompok belajar IPS. Masalah social yang akan di bahas adalah: Kemiskinan,
Pengangguran, Anak Jalanan, Narkoba, dan Korupsi. Khusus untuk masalah yang
terakhir ini, adalah permintaan para murid, meskipun awalnya Pak Ngadmin agak
keberatan namun akhirnya beliau setuju. Kami mendapat waktu cukup lama sekitar dua
minggu untuk mengumpulkan bahan-bahan sesuai dengan masalah social yang
menjadi tugas kelompok belajar kami. Kebetulan, kelompok kami mendapat bagian
membahas masalah social tentang Narkoba.
Sementara mengumpulkan bahan-bahan materi yang diperlukan, di dalam kelas kami
belajar untuk menjadi moderator dan penyaji/pemrasaran. Adapun nilai yang akan
diberikan mencakup nilai untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu untuk segi
penyampaian makalah dan etika berbicara. Nilai ini untuk perorangan, begitu pula untuk
nilai IPS dalam penguasaan materi. Sedangkan nilai kelompok adalah kekompakkan
dan ketepatan waktu penyerahan tugas.
Lebih seru lagi, di akhir semester menjelang kenaikan kelas, kami mendapat tugas
untuk mewawancarai beberapa orang disekitar kami, misalnya: tukang bakso, guru
private, dan lain-lain. Terlebih dahulu kami belajar tentang etika dalam wawancara
termasuk cara kami bersikap, juga mengenai pertanyaan-pertanyaan yang boleh dan
tidak boleh kami ajukan, serta membuat sebuah out line karena hasil wawancara ini
harus kami susun dalam sebuah laporan seperti makalah, lengkap dengan lampiran
foto-foto hasil wawancara kami.
Agar kami lebih memahami pelaksanaan tugas ini, Pak Ngadmin mencoba simulasi
bermain peran. Wah, kegiatan bermain peran ini, benar-benar seru dan menyenangkan!
Bermain peran ini banyak membantu kami saat harus terjun ke lapangan. Semula aku
ragu akan kemampuanku, tapi lagi-lagi Pak Ngadmin mengingatkan: TAK ADA KATA
TIDAK BISA SEBELUM KITA BERUSAHA SUNGGUH-SUNGGUH. Ya, kata-kata ini
selalu disampaikan Pak Ngadmin berulang kali. Beliau tidak suka bila ada muridnya
yang mudah menyerah.
Guru Moving in Class Plus Gaul
Suatu hari Pak Ngadmin mengamati salah seorang muridnya yang hanya bermain
sendiri. Ia tidak penah terlihat berkomunikasi, bercanda atau bermain dengan teman-
teman di kelasnya. Akhirnya Pak Ngadmin membentuk kelompok belajar yang selalu
berganti-ganti kelompoknya sesuai dengan mata pelajaran yang beliau ajarkan.
Misalnya, untuk pelajaran Matematika, aku mendapat tempat di kelompok dua,
pelajaran IPA di kelompok empat, pelajaran IPS di kelompok satu, pelajaran Bahasa
Indonesia di kelompok lima, dan pelajaran PKN di kelompok tiga. Teman kelompokku
juga berbeda dalam setiap mata pelajaran itu. Jadi kalau jam pelajaran pertama aku
belajar matematika, maka aku berada di kelompok dua. Saat pelajaran berikutnya IPS,
maka aku pindah ke kelompok satu. Begitu seterusnya.
Aku bertanya kepada Pak Ngadmin, alasan beliau untuk selalu meminta kami
berpindah saat pergantian mata pelajaran pokok. Ternyata kegiatan berpindah ini
meliputi banyak hal. Pertama, membuat siswa tidak mengantuk dan jenuh. Kedua,
meng-olahragakan mata dan leher, kecuali siswa yang berkacamata, semua mendapat
pengalaman duduk di barisan belakang. Ketiga, melatih siswa untuk teliti terhadap
barang-barang miliknya. Keempat, cara ini sangat menolong siswa penyendiri dalam
bergaul dan berkomunikasi, karena ia tidak perlu merasa malu dan terasing. Dalam
kelompok belajar ini semua harus saling mendukung secara positif sehingga bila ada
siswa yang mendapat nilai buruk, tidak ada ejekan atau sikap menertawakan. Bahkan
Pak Ngadmin pernah menjelaskan bahwa sesekali perlu mendapat nilai buruk, agar kita
jedi lebih tangguh dan tidak meremehkan siapapun. Dampak lain yang kurasakan dari
kegiatan berpindah ini adalah aku jadi lebih lincah, enerjik dan bersemangat, karena
harus bersaing memperebutkan posisi tempat duduk yang “strategis”.
Terkadang, Pak Ngadmin membuat sebuah game yang jadi salah satu kegiatan
kesukaanku. Game ini berupa kuis antar kelompok. Jadi kami harus cepat bergerak
untuk masuk dalam kelompok kami, karena jika terlambat maka kami tidak dapat masuk
kelompok manapun. Misalnya, aku sedang berada dalam kelompok IPA, usai
pertanyaan tentang IPA Pak Ngadmin menyampaikan bahwa berikutnya adalah
pertanyaan untuk pelajaran matematika. Maka kami harus cepat bergerak mencari
kelompok matematika kami. Bila setelah hitungan ketiga ada yang belum masuk
kelompoknya, maka ia harus masuk area eliminasi sementara, dan setelah berganti
kelompok, anak yang tereliminasi nasi kembali bergabung.
Game ini sangat menyenangkan. Dalam sebuah game pelajaran Bahasa Indonesia
misalnya, salah satu kegiatannya adalah menulis sebuah surat. Setiap anak dalam satu
kelompok diminta membuat surat estafet. Artinya, tiap anak menuliskan satu kalimat
yang kemudian dilanjutkan oleh teman dibelakangnya. Hasilnya sangat bervariasi.
Kelompok yang
satu isi suratnya tidak saling berkaitan, sementara surat yang lain berisi tulisan yang
tidak dapat dimengerti karena tulisan yang tidak dapat dibaca, dan sebagainya. Tentu
saja kelompok yang mendapat score tertinggi adalah kelompok yang isi suratnya saling
berkaitan dan rapih. Tapi inti dari permainan ini bukanlah pada isi surat yang dihasilkan
oleh kelompok, melainkan kekompakkan dan kesediaan untuk saling mendukung dan
memaafkan.
Pernah aku memberanikan diri bertanya kepada Pak Ngadmin,” Mengapa game
semacam ini diterapkan Pak, bukankah kelas jadi gaduh..?” Seperti biasa, Pak
Ngadmin tersenyum dan dengan tenang balik bertanya,” Kamu suka…? Nah…mana
yang kamu suka, kelas yang hidup, bersemangat tapi gaduh atau kelas yang mati,
membosankan tapi sepi..?” Tidak diragukan lagi, aku pasti memilih yang pertama!
Ternyata ide Pak Ngadmin tidak sia-sia. Temanku, Icang, yang semula penyendiri dan
pemurung kini lebih ceria dan punya banyak teman. Dan aku, yang semula sangat takut
untuk bertanya termasuk beberapa temanku, sekarang tidak lagi ragu atau takut untuk
menanyakan pelajaran yang belum kami mengerti. Memang Pak Ngadmin sangat
senang bila ada muridnya yang bertanya. Juga untuk pelajaran matematika, beliau tidak
pernah keberatan untuk menjelaskan berulang-ulang bila ada muridnya yang belum
mengerti, sekalipun itu hanya satu orang. Biasanya beliau akan menjelaskan lagi
secara perorangan saat jam istirahat, seperti yang selalu dilakukannya pada Adam,
temanku itu.
Guru Etika Plus Moral
Sekalipun dikenal sebagai guru yang dekat dengan murid-muridnya, Pak Ngadmin
sangat perhatian terhadap sikap atau perilaku murid-muridnya yang tidak sesuai
dengan tata cara bersopan santun. Pak Ngadmin selalu menegur bila ada muridnya
yang berdoa sambil tangannya mempermainkan alat tulis atau apapun.
“Apapun agama kalian, berdoalah dengan sikap yang sopan dan baik, jangan sambil
mengganggu teman, bermain pensil, atau tindakan lain yang tidak perlu. Mengapa?
Karena saat kalian berdoa, artinya kalian sedang berkomunikasi dengan Tuhan Sang
Pencipta.” Kulirik Malik yang tertunduk ketika Pak Ngadmin menatap ke arahnya.
Sebelum kami mulai belajar, kami bertadarus terlebih dahulu. Pak Ngadmin yang
semula berdiri mengawasi di depan kelas, berjalan mendekati Malik dan meletakkan
tangannya pada punggung Malik. Malik yang sejak tadi mengganggu Susi dengan
pensilnyapun terpaksa menghentikan tingkahnya lalu ikut bertadarus.
“Kalau kalian berbicara dengan orang lain yang lebih tua saja kalian harus selalu
menjaga sopan santun, apalagi saat kalian berbicara dengan Allah. Mengerti?” tanya
Pak Ngadmin lagi. Kembali pandangannya tertuju kepada Malik. Malik mengangguk.
“Anak-anak, apa perlunya bersikap sopan ?”
“Biar nggak dimarahi orang lain,” sahut seorang temanku. Pak Ngadmin tertawa.
“Ya, biar tidak dimarahi orang lain. Ada lagi yang berpendapat lain?” Setelah menunggu
sejenak, Pak Ngadmin melanjutkan,
“Anak-anakku, kalau kalian bersikap tidak sopan, siapa yang harus menanggung
malu?”
“Diri sendiri,” ujarku mantap.
“Ya, pasti dirimu sendiri, kalau kamu merasa…, tapi ada orang lain yang harus
menanggung malu karena tindakan kalian. Siapa….?” Tak ada jawaban.
” Orang tuamu! Kalau kalian melakukan tindakan yang tidak sopan, maka orang akan
bertanya, siapa sih orang tuanya…kok anaknya tidak sopan? Nah itu artinya secara
tidak langsung kalian mempermalukan orang tua kalian. Paham?” Semua
mengangguk.
“Jadi anak-anak, sekalipun teknologi semakin maju, sopan santun tetap harus dijaga,
jangan diabaikan. Berbicaralah dengan tutur yang sopan dan kata-kata yang benar.
Jaga sikapmu agar tetap rendah hati. Misalnya, kamu berniat membantu seseorang.
Tapi orang yang akan kamu bantu justru marah dan menolak uluran tanganmu,
mengapa? Mungkin kita berbicara dengan kata-kata yang merendahkan orang itu, atau
kita menunjukkan sikap yang sombong saat menawarkan bantuan, sehingga orang itu
menjadi tersinggung dan menolak tawaran bantuan kita, sekalipun kita ingin
menolongnya dengan tulus.”
Hampir setiap hari, Pak Ngadmin selalu menyelipkan tata cara bersopan santun, mulai
dari cara kita makan yang baik, berbicara dengan yang lebih tua, cara bertamu, dan
sebagainya. Hal lain, setiap kami selesai berdoa usai pelajaran, sebelum pulang beliau
selalu mengulang pesan yang sama: jangan berani melawan orang tua, jangan sakiti
orang lain kalau kamu tidak mau disakiti tetapi perlakukan orang lain dengan baik
sebagaimana kamu ingin diperlakukan, jangan bilang tidak bisa sebelum kamu
berusaha dengan sungguh-sungguh.
Pada awalnya, aku tak mengerti pesan Pak Ngadmin yang selalu mengatakan “jangan
sakiti orang lain kalau kamu tidak mau disakiti, tetapi perlakukanlah orang lain dengan
baik sebagaimana kamu ingin diperlakukan”, sampai suatu saat setelah usai jam
istirahat pertama, kulihat Asni, temanku menangis di bangkunya. Tubuhnya yang
gemuk tampak berguncang mengikuti isakan tangisnya.
“Ada apa, As..?” tanya Pak Ngadmin tenang seraya memasuki ruang kelas.
Langkahnya berhenti di bangku tempat duduk Asni. Anak-anak perempuan saling
berebut untuk mengadukan keadaan yang telah terjadi. Pak Ngadmin menggeleng dan
memberi tanda agar semua duduk. Tanpa diperintah dua kali, semua langsung menuju
kursinya masing-masing dan duduk tenang. Tetapi beberapa anak perempuan terlihat
tidak sabar, kembali beradu suara agar didengar.
“Bisakah kalian diam…?!” hardik Pak Ngadmin lebih keras. Sekarang tak ada satupun
yang berani bersuara, kecuali Asni. Isakan tangisnya belum berhenti.
“Bapak ingin satu orang saja yang menceritakan apa yang terjadi… Rina?” pandangan
mata guruku tertuju pada temanku yang duduk di sebelah Asni. Rina tampak terkejut.
Dengan suara pelan Rina mengatakan bahwa ia sedang berada di luar kelas saat itu.
Tiba-tiba, Ferdi mengangkat tangannya.
” Maaf, Pak. Boleh saya jelaskan?” Pak Ngadmin mengangguk. Dengan lancar Ferdi
menceritakan, bahwa tadi Malik mengejek Asni dengan sebutan Karung, karena
tubuhnya yang gemuk.
“Benar itu, Malik…?” tanya Pak Ngadmin yang menatap tajam kearah Malik. Malik
tampak gugup dan mengangguk cemas.
“Mengapa?”
“Karena tadi Asni memukul punggung saya, Pak. Keras sekali,” sahut Malik parau.
“Mengapa kamu memukul Malik, As….?” tanya Pak Ngadmin.
“Tadi dia menginjak kaki saya, Pak…,” sahut Asni sedikit terbata. Isaknya kini mulai
reda.
“Saya tidak sengaja, Pak!” Malik berusaha membela diri. Pak Ngadmin mengangguk-
anggukkan kepalanya. Nampaknya beliau mulai mengerti duduk permasalahannya.
“Baik, anak-anakku. Setiap hari menjelang pulang, Bapak selalu berpesan Jangan sakiti
orang lain kalau kamu tidak mau disakiti, perlakukanlah orang lain dengan baik
sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Masih ingat?” Semua mengangguk.
“Apa artinya?” Sorot mata Pak Ngadmin berkeliling memandang kami satu persatu.
“Malik, maukah kamu dipukul temanmu?” Malik menggeleng.
“Manakah yang kamu pilih Asni, dipukul atau diejek?” Tanya Pak Ngadmin lagi.
“Tidak mau dua-duanya, Pak.”
“Kalau begitu, apa yang kamu mau? Dipukul atau disayang?” Beberapa temanku
menahan senyum mendengar ucapan Pak Ngadmin.
“Disayang…”
“Nah, kalau kalian tidak ingin dipukul ya jangan memukul, kalau kalian tidak ingin diejek
ya jangan mengejek, kalau kalian tidak suka disakiti…ya jangan menyakiti. Jadi kalau
kalian ingin disayang, ya sayangilah orang lain, kalau ingin orang lain berbuat baik pada
kalian ya kalianpun harus berbuat baik dulu pada orang lain. Itu arti pesan yang selalu
Bapak sampaikan…! Mengerti?” Semua mengangguk tanda mengerti.
“Jadi kepada siapa kalian harus berbuat baik?”
“Teman,” celetuk Icang. Pak Ngadmin tersenyum mendengar jawaban spontan itu.
“Ya, pada semua teman kita harus berbuat baik. Tapi bukan hanya teman saja,
melainkan pada siapa saja, misalnya orang tua, adik, kakak, pembantu, supir,…ya
pokoknya dengan siapa saja. Mengerti…?” Temanku saling berpandangan. Masak sih
pembantu? Bisik temanku pelan. Aku hanya mengangkat bahu.
“Komar,” panggil Pak Ngadmin tiba-tiba. Aku mendekat, dan Pak Ngadmin
membisikkan perintah agar aku mengambil kain pel yang dibasahi, di dapur sekolah.
“Coba Komar, kamu berdiri di dekat pintu. Lalu beberapa anak Bapak minta keluar dulu
dari kelas….Nah, sekarang, Komar, coba kamu pel lantai di dekat pintu.” Aku
melakukan perintah Pak Ngadmin dengan tanda tanya penuh di benakku. Saat aku
sedang mengepel, Pak Ngadmin memanggil dua orang temanku untuk masuk.
Gerakanku terhenti sementara temanku lewat. Lantai basah yang diinjak sepatu
temanku kini kotor lagi. Sekali lagi aku bersihkan lantai itu. Kembali Pak Ngadmin
memanggil seorang temanku. Aku berhenti. Lantai itu kotor lagi. Kubersihkan
lagi….terus begitu berulang-ulang. Akhirnya emosiku memuncak. Dengan rasa marah
dan kesal, aku melempar kain pel itu ke lantai, lalu berjongkok menutupi wajahku. Pak
Ngadmin berjalan mendekat ke arahku. Diraihnya bahuku lalu dituntunnya aku ke
tempat dudukku.
“Bagaimana perasaanmu, Komar?” suaranya tenang. Dadaku terasa sesak. Kutatap
guruku dengan kesal.
“Marah! Terhina! Saya kan capek, Pak…,” keluhku penuh emosi. Pak Ngadmin
tersenyum mengangguk.
“Anak-anak, pernahkah kalian lakukan perbuatan tadi?” Aku tersentak. Pertanyaan Pak
Ngadmin mengubah rasa marah dan kesalku tadi menjadi malu. Kulihat beberapa
temanku menunduk.
“Anak-anak, perlakukanlah orang lain dengan baik sebagaimana kamu ingin
diperlakukan.” Pesan itu terasa meresap begitu dalam di hatiku. Tidak lagi hanya lewat
di telingaku, karena kini aku mengerti makna yang begitu dalam dari pesan itu.
Guru Kaset Plus Solusi
Aku tahu ini terdengar sedikit aneh, tapi begitulah adanya. Seperti kemarin ketika kami
sedang tenang belajar di kelas, tiba-tiba Pak Ngadmin memanggil nama temanku.
“Alvin, mana kacamatamu. Mengapa kamu tidak memakai kacamatamu..?” tanya Pak
Ngadmin tenang.
” Ada, Pak. Tapi tadi rusak, karena bautnya lepas.” Alvin merogoh kacamatanya dari
tas.
“Boleh Bapak lihat? Pasti sulit buatmu untuk membaca tanpa kacamata….,” Alvin
mengangguk. Dia berjalan ke arah Pak Ngadmin lalu menyerahkan kacamata miliknya.
“Kenapa kamu diam saja?” Sejenak Pak Ngadmin mengamati kacamata itu lalu
menyuruh Alvin untuk kembali duduk. Tak lama kemudian Pak Ngadmin beranjak
keluar dengan membawa kacamata Alvin. Setelah beberapa saat, guruku datang
mendekati Alvin dan menyerahkan kacamata yang sudah diperbaikinya.
“Coba kamu pakai,” suara Pak Ngadmin nyaris tak terdengar. Alvin segera memakai
kacamatanya.
“Bagaimana…enak tidak dipakainya?” tanya Pak Ngadmin lembut. Alvin menoleh ke
kanan dan kiri beberapa kali.
“Enak Pak. Terima kasih, Pak,” ujar Alvin senang. Pak Ngadmin mengangguk dan
menepuk punggungnya. Sejenak semua mata tertuju pada Alvin, lalu kembali
menyelesaikan soal-soal latihan yang sedang dikerjakan.
Untuk kelasku yang walinya Pak Ngadmin, tindakan yang dilakukan Pak Ngadmin tadi
bukanlah sesuatu yang baru. Banyak hal selain mengajar beliau lakukan, mulai dari
memperbaiki retsluiting tas sekolah, mengakali sepatu temanku yang rusak agar bisa
tetap dipakai selama belajar satu hari itu, termasuk mencabut gigi muridnya yang sudah
sangat goyang tapi temanku begitu ketakutan untuk ke dokter.
Entah bagaimana caranya, Pak Ngadmin juga selalu bisa memberikan rasa nyaman
pada muridnya yang sedang galau atau ketakutan. Pak Ngadmin juga dapat membaca
keadaan muridnya yang mengalami stress karena suatu hal. Karenanya, menjadi
kebiasaanku dan teman-temanku untuk selalu bercerita kepadanya tentang berbagai
hal yang kami alami. Kini aku tidak lagi heran bila kulihat kakak-kakak kelas yang ingin
bertemu Pak Ngadmin untuk sekedar bercerita.
Pak Ngadmin adalah guru yang sangat menyukai musik. Musik apapun beliau suka
terutama musik jazz. Bahkan saat di kelaspun, kegemarannya akan musik tidak
ditinggalkan. Bila kami ulangan, mengerjakan soal-soal latihan atau mengarang yang
menjadi tugas pelajaran Bahasa Indonesia, Pak Ngadmin selalu membawa kaset dan
memperdengarkan alunan musik-musik instrumental yang lembut di dalam kelas.
Tapi untuk mendidik temanku Ferdi, Pak Ngadmin punya cara lain lagi. Karakter Ferdi
hampir seperti Icang. Temanku yang satu ini jauh lebih sulit dalam bersosialisasi.
Temannya sehari-hari hanyalah buku dan ilmu pengetahuan. Sulit baginya untuk
berinteraksi dengan siapapun, dia begitu mudah marah. Tak pernah ada senyum di
bibirnya. Untuk teman-temanku, Ferdi adalah anak yang aneh, karena dia lebih suka
mengamati semut yang berjalan beriringan, pipa-pipa air yang saling bersambungan,
kabel-kabel listrik yang rumit, atau antenna-antena televisi. Hampir semua orang
menganggapnya aneh. Hanya Pak Ngadmin yang tidak. Pak Ngadmin sering
mengajaknya berbicara berdua. Hanya pada saat seperti inilah aku bisa melihat Ferdi
sesekali tersenyum.
“Fer, kamu bisa main catur?” tanya Pak Ngadmin tiba-tiba di tengah pelajaran kami,
suatu hari.
“Nggak, Pak. Nggak penting,” sahut Ferdi lugas. Hanya sekilas ia menatap Pak
Ngadmin untuk kemudian terpaku lagi pada buku dihadapannya.
“O ya..? Kata siapa nggak penting. Bagaimana kalau kamu buktikan kata-katamu…..
berani?” tantang Pak Ngadmin dengan wajah yang ramah. Sejenak Ferdi menatap Pak
Ngadmin, lalu mengangguk dan meneruskan lagi membaca buku di tangannya.
Mendadak murid yang lain saling berebut agar diijinkan membawa juga papan catur
dan ikut bermain. Kelas jadi begitu gaduh. Akhirnya Pak Ngadmin mengijinkan dengan
satu syarat hanya bermain catur saat istirahat atau setelah tugas yang diberikan selesai
dikerjakan.
Keesokkan harinya, banyak teman-temanku yang membawa papan catur. Kebanyakan
anak laki-laki, begitu juga Ferdi. Tapi Ferdi tak mengijinkan siapapun menyentuh papan
catur miliknya.
Ferdi adalah anak yang sangat pandai. Tugas apapun yang diberikan selalu
dikerjakanya dalam waktu yang sangat cepat dengan hasil yang sangat memuaskan.
Seperti hari ini, soal-soal matematika yang diberikan Pak Ngadmin cukup sulit dengan
jumlah dua puluh soal. Tapi bagi Ferdi, soal-soal itu dapat diselesaikannya hanya
dalam waktu kurang dari setengah jam
Pak Ngadmin memanggil Ferdi untuk membawa papan caturnya ke tempat beliau
duduk.
“Boleh Bapak pegang papan catur milikmu?” Pak Ngadmin bertanya dengan hati-hati.
Sementara papan catur itu masih dalam pelukan temanku yang aneh. Ragu-ragu Ferdi
mengangguk.
“Tapi hati-hati, ya Pak. Nanti rusak…,” ujarnya lirih. Pak Ngadmin tersenyum lalu
mengangguk.
“Kamu tahu nama-nama dari biji catur ini?”
“Punya nama…?” Ferdi balik bertanya dengan wajah bingung.
“Yap. Mau kenalan? Nah, perkenalkan…ini pion, tempatnya di sini.” Pak Ngadmin
mengambil sebuah pion lalu meletakkan di tempat semestinya.
“Kamu lihat, biji catur ini ada dua warna. Ada kubu warna putih dan kubu warna hitam.
Kedua kubu ini akan selalu berperang untuk menjadi pemenang. Jumlah anggota tiap
kubu sama, masing-masing namanya juga sama, yang membedakan adalah warnanya.
Biasanya yang mendapat kesempatan untuk bergerak lebih dulu adalah putih. Nah,
sekarang kita lihat tiap biji catur ini ya. Tadi kamu sudah berkenalan dengan satu pion
putih. Masih ada pion-pion……,” Pak Ngadmin menjelaskan secara detil mulai dari biji
catur, jumlahnya, tempat masing-masing biji catur, dan langkah setiap biji catur itu.
Untunglah aku duduk di barisan terdepan dekat meja guruku, sehingga aku bisa
mendengarkan juga penjelasan Pak Ngadmin.
Ferdi tampak begitu sungguh-sungguh memperhatikan setiap penjelasan yang
diberikan Pak Ngadmin. Ia terlihat begitu antusias. Tak sulit baginya untuk mengingat
setiap penjelasan yang diberikan Pak Ngadmin. Aku memandang temanku yang jenius
ini dengan takjub. Tanpa menunggu lama, Ferdi sudah mulai terlibat permainan catur
bersama Pak Ngadmin. Melihat hal itu, murid yang lain makin bersemangat untuk
menyelesaikan soal-soal matematika tadi, begitu juga aku. Alhasil, hanya dalam waktu
satu jam pelajaran, banyak yang sudah selesai dengan tugasnya. Aku melihat
sekeliling, masih ada bebeapa temanku terutama yang tidak suka permainan catur,
masih berkutat dengan soal-soal tadi, tetapi yang lain tampak mulai menggelar
caturnya.Seru sekali! Sejak itu, kelas kami mempunyai ‘pelajaran tambahan’ di waktu
luang, yaitu CATUR!
Aku masih belum mengerti, mengapa Pak Ngadmin memberi ide agar Ferdi belajar
catur. Sampai keesokkan harinya, Ferdi yang begitu antusias bermain catur mengeluh
dan mengadu kepada Pak Ngadmin bahwa tak satupun dari kami teman sekelasnya
yang bersedia
bermain catur dengannya. Wajahnya tampak sangat gusar. Siapapun yang mendekat,
hendak ia pukul dengan kayu di tangannya. Jam istirahat jadi saat yang sangat
menegangkan. Suasana mulai reda ketika Pak Ngadmin datang. Kami semua
bersembunyi di balik punggung beliau.
“Perlukah kayu itu, nak…?” tanya Pak Ngadmin lembut dan tegas. Sesaat Ferdi
memandang kayu di tangannya, kemudian ia buang ke lantai dengan lesu. Pak
Ngadmin mengajak temanku yang tertunduk sedih itu duduk di salah satu bangku
sementara beliau menarik sebuah bangku lain dan duduk di depannya. Dengan sabar
beliau mendengarkan semua curahan kekesalan Ferdi.
“Kamu tahu mengapa Bapak suruh kamu belajar catur?” Pak Ngadmin bertanya sambil
menatap Ferdi dalam-dalam. Temanku itu menggeleng. Kami semua menatap beliau
penuh rasa ingin tahu.
“Untuk bermain catur, kamu harus punya sparing. Memang kamu bisa bermain sendiri
dan memegang dua kubu itu, tapi itu hanya untuk latihan. Permainan catur yang
sebenarnya adalah bila kamu punya lawan. Semakin pandai lawanmu, maka permainan
caturmupun semakin terasah. Artinya, kamu perlu orang lain. Masalahnya sekarang,
tidak ada temanmu yang bersedia menjadi lawanmu. Benar?” Ferdi mengangguk
mengiyakan.
“Mengapa?”
“Seharusnya Bapak tanya mereka, bukan saya!” sahut Ferdi marah seraya menuding
kami semua.
“Sudahkah kamu bertanya dulu pada dirimu sendiri?” Ferdi terperangah mendengar
ucapan Pak Ngadmin, dan segera membuang pandangannya ke papan tulis. Napasnya
mulai sedikit tersengal, tanda bahwa emosinya meninggi.
“Ferdi….Bapak pasti akan bertanya juga pada temanmu nanti, dan supaya adil Bapak
juga harus bertanya padamu. Bagaimana?” ujar Pak Ngadmin dengan sabar. Beberapa
saat Ferdi terdiam. Berangsur-angsur napasnya mulai teratur.
“Mereka semua selalu menertawakan saya kalau saya bercerita tentang apa saja.
Sepertinya saya ini orang yang aneh. Saya jadi malas berteman dengan mereka. Lebih
baik say a membaca buku.” Nada suaranya terdengar sedih dan Pak Ngadmin
menatapnya dengan iba. Pak Ngadmin memeluk bahu Ferdi yang tertunduk lesu.
“Anak-anak, tidak ada orang yang suka ditertawakan, diasingkan, dan dianggap aneh.
Kalau kalian hendak berbuat seperti itu pada orang lain, cobalah bertanya dulu pada
dirimu sendiri, bagaimana jika kamu yang diperlakukan begitu. Kalau kalian tidak mau
ditertawakan,
diasingkan atau dianggap aneh, ya jangan menempatkan orang lain pada posisi itu.”
Ujar Pak Ngadmin menjelaskan. Semua terdiam. Kemudian pandangan guruku itu
beralih pada Ferdi yang bediri di sampingnya.
“Kamu tahu mengapa biji catur itu terdiri dari pion, raja, mentri, kuda, gajah, dan
benteng? Kalau kamu bermain catur dengan pion saja, atau kuda saja…atau raja saja
sendiri..menurutmu, bisakah kamu menang?” Ferdi menggeleng.
“Nah, catur ini mengingatkan bahwa kita tidak bisa hidup sendiri. Kita juga perlu orang
lain untuk bisa berkembang menjadi lebih baik. Mengapa? Karena dari pandangan,
kritik atau saran orang lain terhadap kita, juga dari contoh-contoh kehidupan sehari-hari
yang kita lihat, kita akan mengerti dan belajar untuk lebih baik. Kecerdasanmu tidak ada
artinya kalau kamu mengisolir diri dan tidak peduli akan sekitarmu. Terimalah setiap
kritik dan saran dengan lapang dada bukan dengan prasangka. Cobalah…dan kamu
akan merasakan perbedaannya.” Pak Ngadmin mengakhiri nasihatnya sambil
tersenyum. Ferdi menatap Pak Ngadmin penuh rasa haru. Ia mengangguk sambil
berucap lirih,” terima kasih, Pak.”
Atas nasihat guruku tadi, sejak saat itu tidak ada lagi diantara kami yang keberatan
bermain catur dengan Ferdi. Dan berangsur-angsur, kulihat kini menjadi pribadi yang
sangat berbeda. Dia lebih terbuka, senang tertawa dan bercanda, serta tidak lagi
mudah tersinggung.
Guru Motivator Plus Optimis
Suatu hari, sebagaimana biasa Pak Ngadmin memasang alat infokus pada laptop yang
dibawanya. Wah, ada film lagi, nih! pikirku. Tapi hari itu tidak ada pelajaran IPA atau
IPS. Yang ada hari ini adalah pelajaran matematika dan bahasa Indonesia serta
pelajaran dari guru bidang studi.
Semua murid duduk tenang sambil bertanya-tanya, kejutan apa lagi yang akan
diberikan guru kami. Selesai memasang alat-alat itu, sejenak Pak Ngadmin menatap
kami satu persatu. Hal itu biasa beliau lakukan bila hendak mengawali pelajaran.
Menurut beliau, ia ingin memastikan bahwa murid-muridnya siap mengikuti pelajaran
dengan baik, tidak ada yang lesu atau mengantuk.
“Nah, anak-anak, Bapak tahu sekarang ini seharusnya kita belajar matematika tiga jam.
Tapi Bapak lihat kalian sudah cukup menguasai materinya, jadi dengan persetujuan
kalian Bapak mau menggunakan waktu dua jam untuk film yang sudah Bapak siapkan
ini. Untuk apa? Nanti kalian akan tahu maksud Bapak setelah kalian menyaksikan film
ini. Bagaimana? tanya Pak Ngadmin seraya menatap keliling.
“Setuju Pak…!” semua menjawab serempak.
“Tiga jam juga nggak apa-apa, Pak,” celetuk Udin. Pak Ngadmin tersenyum
menanggapi celoteh Udin.
“Baik. Bapak akan putar film ini, coba kalian simak baik-baik. Nanti Bapak akan
menanyakan tanggapan kalian setelah menyaksikannya.” Penuh rasa ingin tahu,
semua menyaksikan film itu dengan tenang.
Film itu berisi tentang seorang anak laki-laki di Amerika, yang mengalami Cerebral
Parsy atau kelainan pada otak, sehingga ia tidak dapat bertumbuh secara normal. Ia
tidak dapat berdiri sehingga harus selalu duduk di kursi roda. Begitupun kedua
tangannya tak dapat ia gunakan sebagaimana mestinya, sehingga untuk membersihkan
air liurnya yang selalu menetespun cukup sulit baginya. Untuk berkomunikasi, ia
menggunakan computer yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
digunakannya dengan mudah.
Film kedua yang disajikan Pak Ngadmin, adalah film seorang gadis bernama Hee Ah
Lee, gadis dengan tinggi tidak lebih dari 103 cm, tidak memiliki jari dan juga tidak
memiliki kaki. Jari yang ia miliki di kanan dan kiri hanyalah dua buah. Tapi gadis ini
sangat mahir bermain piano dengan jenis-jenis lagu yang cukup sulit karena
memerlukan ketrampilan jari. Durasi film ini kurang lebih sama dengan film pertama,
sekitar sepuluh menit.
Selesai memutar film, kembali Pak Ngadmin mengamati kami satu persatu.
“Bagaimana tanggapan kalian?” Hampir semua menjawab sama yaitu kasihan. Ada
juga yang menjawab tidak tega.
“Ya…, ada punya tanggapan lain?” tanya Pak Ngadmin. Semua diam.
“Mengapa harus kasihan?” Semua terperangah dan merasa heran atas ucapan beliau.
“Apakah dalam film tadi kalian melihat wajah yang minta dikasihani? Tidak, bukan…?
Bagaimana wajah dua tokoh dalam film tadi?” Semua masih diam, tidak mengerti. Pak
Ngadmin tersenyum.
“Anak-anak, wajah kedua tokoh dalam film tadi memperlihatkan wajah yang begitu
penuh semangat, penuh rasa percaya diri dan tidak pernah murung juga tidak
mengeluh. Betul….?” Semua mengangguk. Ya, yang diceritakan dalam film tadi
bukanlah tentang kesedihan.
“Nah, mengapa kita tidak perlu kasihan?” Tak satupun menjawab.
“Baik. Untuk menjelaskan mengapa kita tidak perlu mengasihani orang dengan
keadaan fisik seperti tokoh tadi, Bapak akan ceritakan lagi tentang seorang pemuda
Jepang yang hebat, bernama Hirotada Ototake.” Pak Ngadmin selalu berhasil membuat
semua murid terpikat bila bercerita. Sama seperti saat ini, ketika beliau menceritakan
kisah kehidupan pemuda Jepang tadi. Tak ada satupun suara nakal yang terlontar atau
tingkah-tingkah kecil yang mengganggu.
Inti ceritanya, Oto, demikian nama panggilan pemuda Jepang itu, adalah seorang pria
yang terlahir tanpa kedua lengan dan dua kaki. Tangan dan kaki yang dimilikinya, tak
lebih dari segumpal daging seukuran kentang besar. Tapi luar biasanya, Oto dapat
mengerjakan kegiatan apapun sebagaimana yang biasa dilakukan orang-orang yang
tidak mengalami cacat fisik. Oto dapat bermain basket, memanjat tali, berenang, lomba
lari bahkan berkelahi. Oto bersekolah di sekolah biasa, bukan sekolah khusus anak
cacat, tapi tidak ada satupun kegiatan di sekolah itu yang ‘dikecualikan’ bagi Oto. Ia
tetap mengikuti seluruh kegiatan belajar juga ekstrakurikuler yang ada. Seorang
gurunya, tetap mendidik Oto dengan keras dan disiplin sama seperti terhadap murid
yang lain. Tapi justru sikap inilah yang kemudian sangat membantu Oto menjadi pribadi
yang percaya diri, mandiri dan selalu optimis.
“Anak-anakku…masih ingat seorang ahli matematika bernama Ni Ing Han? Ada
kesamaan yang bisa kita lihat dengan ketiga tokoh tadi. Apa…ada yang bisa ..?” tanya
Pak Ngadmin.
“Cacat fisik,” sahutku ragu. Pak Ngadmin tersenyum.
“Ya, mereka memang mengalami cacat fisik. Tapi bukan itu yang Bapak maksud. Ada
yang bisa…?”
“Kesamaan yang bisa kita lihat dari keempat tokoh tadi, pertama mereka mendapat
kasih sayang dan perhatian yang tulus dari orang yang terdekat. Ini penting. Itu
sebabnya Bapak selalu berpesan perlakukan orang lain dengan baik sebagaimana
kamu ingin diperlakukan. Kedua, mereka tidak diperlakukan secara istimewa dan tidak
dimanja sekalipun mereka tidak sempurna fisiknya. Bukannya tidak ada rasa kasihan.
Rasa kasihan pasti ada, tapi cukup disimpan dalam hati. Mengapa? Karena rasa
kasihan itu justru akan menghambat keempat tokoh tadi untuk maju. Bayangkan,
bagaimana kalau selalu dikasihani? Rasa kasihan akan membuat mereka selalu
mendapat perkecualian, boleh tidak mengerjakan tugas, selalu mendapat tugas yang
ringan, harus selalu dilayani, bahkan mungkin hanya boleh bermain di dalam rumah,
dan masih banyak contoh rasa kasihan yang lain. Akibatnya apa? Mereka akan menjadi
pribadi yang selalu bergantung pada orang lain, egois, malas, tidak tangguh, kurang
percaya diri dan …selalu bermasalah dalam bersosialisasi dengan orang lain…” Aku
termangu merenungkan setiap kata yang disampaikan guruku.
“Itu sebabnya Bapak berpendapat, kita tidak perlu menunjukkan rasa kasihan. Simpan
rasa kasihan itu dalam hati, dan tunjukkan dukungan serta perhatian yang tulus agar
orang-orang yang tidak sempurna fisiknya itu tidak merasa lemah tetapi merasa bahwa
dia sangat berarti bagi sekelilingnya dan dapat memberi yang terbaik bagi siapapun.
Dukungan dan sikap yang baik akan menumbuhkan rasa percaya diri serta rasa optimis
yang tinggi pada orang yang menerimanya.”
Aku terpekur. Kata-kata Pak Ngadmin begitu sederhana tapi sangat dalam artinya. Aku
berharap Pak Ngadmin akan memutar lagi film-film lain yang sejenis. Sekarang aku
tidak lagi merasa malas berangkat sekolah karena setiap hari selalu ada hal baru yang
menyenangkan terjadi, atau kalaupun tak ada peristiwa baru, cerita-cerita berisi
nasehat selalu disampaikan Pak Ngadmin dengan menarik. Itulah Pak Ngadmin, guru
yang selalu membuatku ingin belajar dan melakukan yang terbaik.
Sekarang, setiap kali aku mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasku, aku tidak
lagi menangis atau menyerah. Empat tokoh yang diceritakan Pak Ngadmin
menyadarkanku, kalau mereka yang mengalami kekurangsempurnaan fisik saja bisa
dan berani menghadapi tantangan, masakan aku yang diberi anugerah fisik sempurna
ini mudah menyerah dan takut menghadapi tantangan. Di samping itu, pesan Pak
Ngadmin agar tidak berkata tidak bisa belum berusaha, membuatku terpacu untuk
berusaha dan terus berusaha tanpa mudah menyerah.