Post on 05-Apr-2018
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
1/12
GANGGUAN BERBICARA DAN BAHASA
Definisi
Menurut Busari JO et al tahun 2004 ada beberapa definisi untuk
menggambarkan keterlambatan perkembangan bahasa dan berbicara padaanak-anak, tergantung screening dan metode diagnostik yang digunakan oleh
pemeriksa. Namun demikian, definisi apapun harus mencakup salah satu dari
dua pernyataan sebagai berikut bahwa dimana keterlambatan bicara dan
bahasa adalah :
Keterlambatan dalam berbicara dan / atau perkembangan bahasa
dibandingkan dengan kontrol sesuai dalam hal usia, jenis kelamin, latar
belakang budaya, dan kecerdasan, atau
Perbedaan antara kemampuan potensial seorang anak untuk berbicara
dan pelaksanaan yang sebenarnya terlihat.
Keterlambatan bicara sendiri adalah keterlambatan persisten dan defisit
dalam pengembangan keterampilan berbicara dan kualitas suara. Gangguan
bicara termasuk di dalamnya adalah masalah dalam mengahasilkan suara
dalam berbicara, gangguan dalam aliran atau irama bicara, masalah dengan
nada suara, volume, atau interligibilitasnya yang kurang baik.
Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini
sering kali tumpang tindih.Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah
artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam
menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan
dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat
disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya
pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan
area lain yang mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan
fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk
yang sederhana seperti bunyi suara yang tidak normal (sengau, serak)
sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa,
atau ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicaradan makan.
Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu
huruf sampai beberapa huruf, sering terjadi penghilangan atau penggantian
bunyi huruf tersebut sehingga menimbulkan kesan cara bicaranya seperti
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
2/12
anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau
kualitas suara.
Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau
kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga
pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia
didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan
memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain
(contohnya kejang).
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau
irama bicara.Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu
bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti
lidah, bibir dan laring.Terdapat kecendrungan adanya riwayat gagap dalam
keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tuaagar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan
kepribadian anak.
Epidemiologi
Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah. Hampir
sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan
keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-
16 tahun.
Pada anak-anak usia 5 tahun, 19% diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan
bahasa (6,4% keterlambatan berbicara, 4,6% keterlambatan bicara dan
bahasa, dan 6% keterlambatan bahasa). Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5
tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan
bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6%
anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala
neurologi, sedangkan pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu
sekitar 15%. Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang
lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi
daripada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah ke atas.
Studi Cochrane terakhir telah melaporkan data keterlambatan bicara, bahasa
dan gabungan keduanya pada anak usia prasekolah dan usia sekolah.
Prevalensi keterlambatan perkembangan bahasa dan bicara pada anak usia 2
sampai 4,5 tahun adalah 5-8%, prevalensi keterlambatan bahasa adalah 2,3-
19%.Sebagian besar studi melaporkan prevalensi dari 40% sampai 60%.
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
3/12
Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum
pernah diteliti secara luas. Kendalanya dalam menentukan kriteria
keterlambatan perkembangan berbahasa. Data di Departemen Rehabilitasi
Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak terdapat
10,13% anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa. Penelitian
Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat menemukan
prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214 anak yang berusia
bawah tiga tahun.
Etiologi dan Patogenesis
Penyebab kelainan berbicara dan bahasa bisa bermacam-macam yang
melibatkan berbagai factor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain
kondisi lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf,emosi psikologis, dan
lain sebagainya.
Gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat disebabkan oleh kelainan
berikut:
1. Lingkungan social dan emosional anak.
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan
perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan
menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak, termasuk
lingkungan keluarga. Misalnya, gagap dapat disebabkan oleh
kekhawatiran dan perhatian orangtua yang berlebihan pada saat anakmulai belajar bicara,tekanan emosi pada usia yang sangat muda sekali,
dan dapat juga sebagai suatu respon terhadap konflik dan rasa takut.
Sebaliknya, gagap juga dapat menimbulkan problem emosional pada
anak.
2. Sistem masukan/input.
Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan, dan defisit taktil-
kinestetik dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
Dalam perkembangan bicara, pendengaran merupakan alat yang sangatpenting. Anak seharusnya sudah dapat mengenali bunyi-bunyian
sebelum belajar bicara. Anak dengan otitis media kronis dengan
penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan
kemampuan menerima atau mengungkapkan bahasa. Gangguan bahasa
juga terdapat pada tuli karena kelainan genetic dan metabolic (tuli
primer),tuli neurosensorial (infeksi intrauterin:TORCH), tuli konduksi
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
4/12
seperti akibat malformasi telinga luar,tuli sentral (sama sekali tidak
dapat mendengar),tuli persepsi / afasia sensorik (terjadi kegagalan
integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian yang
menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada skizofrenia, autisme infantil,
keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya.
Anak dengan gangguan penglihatan yang berat, akan terganggu pola
bahasanya. Pada anak dengan defisit taktil-kinestetik akan terjadi
gangguan artikulasi, misalnya pada anak dengan anomaly alat bicara
perifer, seperti pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk
rahang, bisa didapati gangguan bicara berupa disartria.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa.
Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman,
interpretasi, formulasi, dan perencanaan bahasa, juga aktivitas dankemampuan intelektual dari anak. Dalam hal ini, terdapat defisit
kemampuan otak untuk memproses informasi yang komplek secara
cepat.
Kerusakan area Wernicke pada hemisfer dominant girus temporalis
superior seseorang akan menyebabkan hilangnya seluruh fungsi
intelektual yang disebut dengan afasia wernicke. Penderita mampu
mengerti kata-kata yang dituliskan atau didengar, namun tak mampu
menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan.
Apabila lesi pada area wernicke ini meluas dan menyebar kebelakang
(regiogirusangular), ke inferior (area bawah lobustemporalis), dan
kesuperior (tepi superior fisura sylvian), maka penderita tampak seperti
benar-benar terbelakang total untuk mengerti bahasa dan
berkomunikasi, disebut dengan afasiaglobal. Bila lesi tidak begitu parah,
maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun
tidak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan
bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya.
Kerusakan pada area bicara broca yang terletak di regioprefrontal danfasial premotorik korteks menyebabkan penderita mampu menentukan
apa yang ingin dikatakannya dan mampu bervokalisasi namun tak
mampu mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain
suara ribut. Kelainan ini disebut afasiamotorik, kira-kira 95%
kelainannya di hemisfer kiri.
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
5/12
Regio fasial dan laryngeal korteks motorik berfungsi mengaktifkan
gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pitasuara, dan sebagainya, yang
bertanggung jawab, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari
urutan suara. Kerusakan pada region-region ini menyebabkan ketidak
mampuan untuk berbicara dengan jelas gangguan komunikasi biasanya
merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya pada sindrom Down.
Pada anak dengan retardasi mental, terdapat disfungsi otak akibat
adanya ketidak normalan yang luas dari struktur otak, neurotransmitter
atau mielinisasi, sehingga perkembangan mentalnya terhenti atau tidak
lengkap, sehingga berpengaruh pada semua kemampuan kognitif,
bahasa, motorik dan sosial.
4. Sistem produksi.
Sistem produksi suara meliputi laring, faring, hidung, struktur mulut dan
mekanisme neuron muscular yang berpengaruh terhadap pengaturannafas untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi
bicara melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
6/12
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
7/12
Diagnosis Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak
Anamnesis
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan
bahasa anak. Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :
o Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya
berkedip, terkejut, atau menggerakkan bagian tubuh.
o Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif),
misalnya saat berbicara padanya.
o Kapan bayi mulai mengeluarkan suara aaaggh orientasi terhadap
suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari
ke arah suara.
o Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikke bum mengikuti
perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambilkoran.
o Berapa banyak bagian tubuh yang dapat di tunjukkan oleh anak,
seperti mata, hidung, kuping, dan sebagainya.
Selain itu harus diperhatikan juga tanda bahaya adanya gangguan bahasa
dan bicara yaitu bila pada usia:
4-6Bulan
o Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orangtuanya;
o Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
8-10 bulan
o Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik
perhatian.
o Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
o 9-10 bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau
menangis.
12-15 bulan
o 12 bulan, belum menunjukkan mimik.
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
8/12
o 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti ma-ma,
da-da.
o 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila
membutuhkan sesuatu.
o 15 bulan, belum mampu memahami arti tidak boleh atau daag.
o 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.
o 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata.
18-24 bulan
o 18 bulan, belum dapat mengucapkan 6-10 kata.
o 18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik
perhatian.
o 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.
o 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.
o 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti
sikat gigi dan telepon.
o 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata
oranglain.
o 24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila
ditanya.
30-36 bulan
o 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.
o 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan
pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh oranglain selain
anggota keluarga.
3-4 tahun
o 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah
verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya.
o 3-5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti.
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
9/12
o 4 tahun, masih gagap dan tidak di mengerti secara lengkap.
Pemeriksaan Penunjang
1. BERA ( Brainstem Evoked Response Audiometry ) merupakan cara
pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang di hasilkan saraf VIII,
pusat-pusat neural dan traktus didalam batang otak) sebagai respon
terhadap stimulus auditorik.
2. Pemeriksaan audiometric Pemeriksaan audiometric diindikasikan untuk
anak-anak yang sangat kecil dan untuk anak-anak yang ketajamanpendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran dengan
audiometri:
a. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang
dilakukan dengan melihat respon dari anak jika di beri stimulus
bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber
bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan di lakukan diruangan
yang tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang
berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap respon yang
diperlihatkan anak.
b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang
dilakukan sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan
suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat
dimulai pada usia 3-4 tahun bila anak cukup kooperatif.
c. Audiometri bicara pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun
dalam silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance
wordLBT ( PBList ). Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang
didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah
anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini
adalah untuk menilai kemampuan anak dalam pembicaraan sehari-
hari dan untuk menilai pemberian alat Bantu dengar (hearingaid).
d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
10/12
3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga
didapatkan gambaran area otak yang abnormal.
4. Timpa nometri digunakan untuk mengukur kelenturan membranat
impani dan sistem osikular.
Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal
yaitu skala Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ
performance, dan IQ gabungan:
o Skala intelegensi Wechsler untuk anak-anak III : penyelesaian
susunan gambar.
Tes ini terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang umum, seperti
gambar pemandangan.Salah satu bagian yang penting dihilangkan
dan anak di minta untuk mengidentifikasi. Respon di nilai sebagai
benar atau salah.
o Skala intelegensi Wechsler untuk anak-anak III : mendesain balok
Anak diberikan pola bangunan dua dimensi dan kemudian di minta
untuk membuat replikanya menggunakan kubus dua warna. Respon
dinilai sebagai benar atau salah.
Penatalaksanaan
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
11/12
Beberapa cara menstimulasi anak diantaranya:
1. Berbicara
Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap
kesempatan seperti waktu memandikan bayi, mengenakan
pakaiannya, memberi makan dan lain-lain. Anak tidak pernah terlalu
mudah untuk diajak bicara.
8/2/2019 Gangguan Berbicara Dan Bahasa
12/12
2. Mengenali berbagai suara
Ajak anak mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio,
televisi. Juga buatlah suara dari kerincingan, mainan, kemudian
perhatikan bagaimana reaksi anak terhadap suara yang berlainan.
3. Menunjuk dan menyebutkan nama gambar-gambar
Ajak-anak melihat gambar-gambar, kemudian gambar ditunjuk dan
namanya disebutkan, usahakan anak mengulang ikata-kata, lakukan
setiap hari. Bila anak sudah bisa menyebutkan nama gambar,
kemudian dilatih untuk bercerita tentang gambar tersebut
4. Mengerjakan perintah sederhana
Mulai memberikan perintah kepada anak misal letakkan gelas
dimeja. Kalau perlu tunjukkan
Kepada anak cara mengerjakan perintah tadi, gunakan kata-kata
yang sederhana.
Prognosis
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya.
Sebagian besar anak memberikan respon baik terhadap tatalaksana yang
diberikan. Untuk gangguan yang berhubungan kelainan organic sepertipada tulikonduksi, perbaikan masalah medisnya dapat menghasilkan
perkembangan bahasa normal pada anak. Anak dengan retardasi mental
memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan anak yang inteligensinya
baik. Demikian juga dengan anak yang memiliki gangguan perkembangan
multipel, membutuhkan penanganan ekstra agar tidak meninggalkan
kelainan sisa. Lingkungan yang berisiko tinggi dan usia terdeteksinya
gejala turut memperburuk prognosis.