Post on 17-Feb-2018
0
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI LINGKUNGAN II KELURAHAN
TANJUNG GUSTA MEDAN TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Ahli Madya Kebidanan
Diajukan Oleh :
SAMSURYANTI HARAHAP NIM : 10330206043
PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-III) FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN
Juli, 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah tinggi atau disebut dengan hipertensi merupakan
kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140
mmHg dan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi karena
menurunnya elastisitas arteri pada proses menua (Wahyunita dan Fitrah,
2010).
World Health Organization (WHO), memperkirakan sekitar 30%
penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi (underdiagnosed
condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala yang pasti bagi
penderita hipertensi. Kalaupun ada gejala seperti sakit kepala, tengkuk
nyeri, dan lain-lain, itu tidak pasti menunjukkan penderitanya terkena
hipertensi. Padahal hipertensi jelas merusak organ tubuh, seperti jantung
(70% ppenderita hipertensi akan mengalami kerusakan jantung), ginjal,
otak, mata, serta organ tubuh lainnya (Susilo dan Wulandari, 2011).
Menurut laporan data demografi penduduk Internasional yang
dikeluarkan oleh Bureau Of The Cencus USA (1993), dilaporkan
Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lansia
sebesar 414%, suatu angka paling tinggi diseluruh dunia dibandingkan
jumlah lansia dinegara-negara lain seperti di negara Kenya sebesar
347%, Brasil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman
2
66%, Swedia 33%. Beberapa hasil penelitian epidemiologi didapatkan
bahwa dengan meningkatnya umur, tekanan darah meninggi. Hipertensi
menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan dan menjadi
lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh
penyakit jantung dan serebrovaskuler. Dari hasil survey hipertensi yang
telah diadakan di Indonesia bahwa prevalensi hipertensi pada orang
Indonesia dewasa berkisar 5-10% dan angka ini akan menjadi lebih dari
20% pada kelompok umur diatas 50 tahun (Sudiarto, dkk, 2007).
Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa
dan hampir 7,1 juta kematian setiap tahunnya akibat hipertensi atau
sekitar 13% dari lansia di Indonesia pada tahun 2002 didapatkan
prevalensi hipertensi sebesar 57,4%. Proporsi ini lebih besar dari
penelitian sebelumya tahun 2001 yaitu 50%. Penelitian terhadap
hipertensi di beberapa negara Eropa dan Amerika tahun 1990, didapat
bahwa hipertensi di negara Jerman sebanyak 29,9%, Swedia 21,0%,
Inggris 40,3%, Spanyol 18,7%, Italia 28,1%, Kanada 47,3% dan Amerika
Serikat sebanyak 54,5% (Gusmira, 2012).
Pada umur 45 tahun wanita dianggap keluar dari masa reproduksi
dan pada masa lampau wanita berumur 45 tahun sudah pada akhir masa
kehidupannya. Karena itu pada waktu lampau masa klimakterium dan
berbagai gangguannya tidak berdampak pada kualitas hidup kaum wanita.
Keadaan ini berangsur berubah, pada tahun 1995 diperkirakan harapan
hidup wanita Indonesia menjadi 66,7 tahun, artinya ia masih akan hidup
3
20 tahun lebih setelah keluar dari dari masa reproduksi dengan paparan
pola penyakit yang khas pada klimakterium dan senium seperti
osteoporosis, kanker alat reproduksi, penyakit kardiovaskular, infeksi
saluran kemih dan sebagainya (Wiknjosastro, 2008).
Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti di
Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013 pada bulan
Februari 2013 terdapat 4 dari 7 wanita lansia kurang mengetahui tentang
hipertensi, padahal hipertensi sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan kerusakan jantung, ginjal,otak,mata serta organ tubuh
lainnya. Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Wanita Lansia Tentang
Hipertensi Di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun
2013”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perumusan
masalah diatas adalah kurangnya infomasi dan rasa ingin tahu dan
kepedulian wanita lansia tentang hipertensi. Maka dari itu, Peneliti ingin
mengetahui “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Wanita Lansia Tentang
Hipertensi Di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun
2013”.
4
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengetahuan wanita Lansia tentang Hipertensi
di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakan penelitian ini, maka diharapkan dapat
memberikan mamfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman melakukan penelitian
dibidang kebidanan di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Medan
Tahun 2013.
2. Bagi responden
Sebagai bahan masukan kepada masyarakat khususnya bagi wanita
lansia tentang hipertensi.
3. Bagi institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bacaan dan menambah pembendaharaan perpustakaan yang telah
ada.
4. Bagi tempat penelitian
Sebagai sumber informasi dan masukan dalam meningkatkan
pengetahuan tentang hipertensi kepada responden.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Defenisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia yakni, indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan
dominan yang sangat penting dalam membentuk seseorang (overt
behavior) (Notoadmodjo, 2007).
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan
bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Menurut
Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil
pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan proses dari usaha
manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2012).
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan
pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia (Mubarak, 2011).
6
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang mencakup dalam
domain kognitif dari 6 tingkat yaitu:
Pertama tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh
karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari.
Kedua memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
Ketiga aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian.
Keempat analisis (analysis), adalah kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
7
tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
Kelima sintesis (synthesis), sintesis menunjukkan pada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
Keenam evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
3. Jenis-jenis pengetahuan
Menurut Burhanuddin Salam yang dikutip oleh Bakhtiar (2012),
jenis-jenis pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu :
Pertama pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam
filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan
dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia
8
menerima secara baik. Semua orang menyebutkannya sesuatu itu merah
karena itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan
sebagainya. Dengan common sense, semua orang sampai pada
keyakinan secara umum tentang suatu, dimana mereka akan berpendapat
sama semuanya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari.
Kedua, pengetahuan ilmu adalah sebagai terjemahan dari science.
Dalam pengertian sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif, ilmu pada
prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistemasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksprimen,
klasifikasi. Ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif. Ilmu
merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsistensi
mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh
jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia.
Ketiga pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang diperoleh
dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan
filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian
tentang sesuatu yang bersifat reflektatif dan krisis, sehingga ilmu yang
tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya
diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat
9
mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan
mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara
berhubungan dengan tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan
vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga
disebut dengan hubungan horizontal.
4. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2010), ada beberapa macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Cara tradisional
Cara tradisional atau kuno, yang dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non
ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pada periode ini
antara lain terdiri dari empat cara yaitu :
Pertama cara coba salah (trial and error), coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain. Metode ini telah digunakan orang dalam waktu
yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Metode ini telah
banyak jasanya, terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan
teori-teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.
10
Kedua cara kekuasaan atau otoritas, pengetahuan tersebut
diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang yang
mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintahan,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama,
maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme
yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip inilah, orang lain
menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya,
baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
Ketiga berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan
tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk
memecahkan masalah yang lain yang sama, orang dapat pula
menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan cara
tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari
yang lain sehingga berhasil memecahkannya.
Keempat melalui jalan pikiran. Dari jalan pikir manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dalam
11
memperoleh pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya
baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya
merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya
sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan
kesimpulan melalui pertanyaan-pertanyaan khusus kepada yang umum
dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan
dari pertanyaan umum kepada yang khusus.
b. Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian
(research methodology) yang mengembangkan metode induktif dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau
kemasyarakatan.kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan
dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum
(Notoatmodjo, 2010).
5. Hakikat pengetahuan
Menurut Bakhtiar (2012), mengetahui sesuatu adalah menyusun
pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran
tentang fakta yang ada diluar akal. Ada dua teori untuk mengetahui
hakikat pengetahuan itu, yaitu :
12
Pertama, realisme teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap
alam. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang
sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat).
Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari hasil
yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang
terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa
pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.
Kedua, idealisme. Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan
adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses
psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi
seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan
gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu
yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut.
Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat
kebenaran, yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut
pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui.
6. Sumber-sumber pengetahuan
Menurut Bakhtiar (2012), ada beberapa alat yang merupakan
sumber pengetahuan :
Empirisme, Kata ini berasal dari kata yunani empeirikos, artinya
pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan
13
melalui pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman
duniawi.
Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
menangkap objek.
Intuisi, Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi
pemahaman yang tertinggi. Kemungkinan ini mirip dengan insting, tetapi
berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan
kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Intuisi adalah suatu
pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang
nisbi.
Wahyu, adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada
manusia lewat perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh
pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa
memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi
atas kehendak Tuhan semesta.
7. Cara mengukur pengetahuan
Pengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui
14
atau diukur dapat diselesaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Arikunto (2006) yang dikutip Machfoedz (2010), skala
pengukuran untuk mengukur tingkat pengetahuan dikategorikan dengan
tiga kategori yaitu :
a. Baik, bila responden mampu menjawab dengan benar 16-20 (76%-
100%) dari seluruh pertanyaan.
b. Cukup, bila responden mampu menjawab dengan benar 12-15 (56%-
75%) dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang, bila responden mampu menjawab dengan benar <12 (<56%)
dari seluruh pertanyaan.
B. Lansia
1. Pengertian lansia
Menurut badan kesehatan dunia (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Penggolongan lansia menurut
WHO dikelompokkan menjadi empat yakni : usia pertengahan (middle
age) 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) 60-70 tahun, lanjut usia tua (old) 75-
90 tahun, usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Notoatmodjo, 2007).
Usia lanjut disebut jika telah berumur 60 tahun keatas. Diantara
usia lanjut yang berumur ke atas di kelompokkan menjadi young old (60-
69 tahun), old (70-79 tahun), dan old-old (80 tahun keatas) (Pinem, 2009).
15
Menurut UU No.13 tahun 1998 yang dikatakan lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (Wahyunita dan Fitrah,
2010).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan :
Menurut Bandiyah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
ketuaan meliputi : hereditas atau keturunan/genetik, nutrisi atau makanan,
status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, stres.
3. Ciri-ciri yang dijumpai di usia lanjut :
Ciri-ciri yang dijumpai di usia lanjut menurut Wahyunita dan Fitrah
(2010), meliputi :
Secara fisik : penglihatan dan pendengaran menurun, kulit tampak
mengendur, aktivitas tubuh menurun, penumpukan lemak di bagian perut
dan panggul.
Secara psikologis : merasa kurang percaya diri, sering merasa
kesepian, merasa sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak berguna, tipe
optimis, dependen (ketergantungan), tipe marah/frustasi (kecewa akibat
kegagalan dalam melakukan sesuatu), putus asa (benci pada diri sendiri).
Merujuk kembali pada hasil ASEAN Teaching Seminar on
Pshychogeriatric Problems yang dikutip dari Yaumil Agoes Achir dari
Fakultas Psikologi UI, persolan dan keluhan pada lanjut usia meliputi :
16
Pertama orgono-biologik, misalnya : dementia, gangguan fungsi
afektif, sulit tidur, diabetes mellitus, hipertensi dan lain-lain.
Kedua psiko-edukatif, seperti merasa kesepian, kehilangan, ditolak
dan tidak disenangi, hubungan yang tegang dengan sanak keluarga,
apatis dan lain-lain.
Ketiga sosio-ekonomi dan budaya, misalnya : kesulitan keuangan,
kesulitan mendapatkan pekerjaan, tidak mempunyai rumah tempat
menetap, dan lain sebagainya.
C. Hipertensi
1. Pengertian hipertensi
Hipertensi merupakan bila tekanan darahnya jauh melebihi batas
normal, batas normal tersebut 120/80 mmHg yang berarti tekanan sistolik
120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg (Susilo dan Wulandari, 2011).
Hipertensi merupakan jika tekanan darah diantara 140/90 dan
160/90 mmHg (Beavers, 2008).
Hipertensi pada lansia didefenisikan dengan tekanan sistolik 140
mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg (Fatimah, 2010).
2. Etiologi hipertensi
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya hipertensi secara umum. Salah satu saja
mengenai tubuh maka dengan mudah menderita hipertensi :
17
Pertama, toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya
dibuang karena bersifat racun. Sisa-sisa pembuangan di dalam saluran
darah akan menghambat kelancaran peredaran darah. Hal tersebut
mengakibatkan jantung terpaksa bekerja lebih keras untuk membantu
perjalanan darah melalui saluran yang tersumbat. Hal tersebut
mengakibatkan pembesaran jantung dan selanjutnya mengakibatkan
penyakit jantung. Sementara itu tekanan yang dilakukan terhadap saluran
darah akan mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Kedua faktor genetik, individu dengan orang tua hipertensi
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Baiknya mulai sekarang memeriksa riwayat kesehatan
keluarga sehingga dapat melakukan antisipasi dan pencegahan.
Ketiga umur, kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat
seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di
atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usia. Bukan berarti takut dengan
bertambahnya umur karena proses menua adalah hal yang alami dan
tidak bisa hindari. Oleh karena itu jagalah dan rawatlah baik-baik
kesehatan. Sebenarnya perawatan terhadap kesehatan sangatlah mudah
dan murah asal tekun dan mau berusaha untuk disiplin.
18
Keempat jenis kelamin, setiap jenis kelamin memiliki struktur
organ dan hormon yang berbeda, laki-laki mempunyai resiko yang lebih
besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada
perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka
sudah berumur diatas umur 50 tahun, sangatlah penting untuk menjaga
kesehatan sejak dini. Terutama mereka yang memiliki sejarah keluarga
terkena penyakit.
Kelima ethis, setiap ethis memiliki kekhasan masing-masing yang
menjadi ciri khas dan pembeda satu dengan lainnya. Hipertensi lebih
banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.
Belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi pada orang kulit hitam
ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap
vasopresin yang lebih besar.
Keenam stres, stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf
simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas
sosial, ekonomi dan karakteristik personal. Stres tidak hanya memicu
timbulnya hipertensi, tetapi juga banyak penyakit fisik berat lainnya yang
disebabkan oleh stres. Hidup sehat dan menggunakan pola pikir sehat
merupakan salah satu cara untuk mengendalikan stres.
Ketujuh kegemukan (obesitas), kegemukan juga merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit
berat, salah satunya hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan
19
adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring
umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan
umur, yang sangat mempengaruhi tekanan darah adalah kegemukan
pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian
perut atau kegemukan terpusat (obesitas sentral).
Kedelapan merokok, penelitian terbaru menyatakan bahwa
merokok menjadi salah satu faktor resiko hipertensi yang dapat
dimodifikasi. Merokok merupakan faktor resiko yang potensial untuk
ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya
dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
Sembilan narkoba, mengkonsumsi narkoba jelas tidak sehat.
Komponen-komponen zat adiktif dalam narkoba juga akan memicu
peningkatan tekanan darah. Sangatlah penting untuk menjalani pola hidup
sehat agar terhindar dari hipertensi.
Sepuluh alkohol, penggunaan alkohol secara berlebihan juga
akan memicu tekanan darah seseorang. Selain tidak bagus bagi tekanan
darah, alkohol juga membuat kecanduan yang akan sangat menyulitkan
untuk lepas. Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah
baik, tidak hanya bagi hipertensi tetapi juga untuk kesehatan secara
keseluruhan.
Sebelas kafein, kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan
darah dalam jangka panjang, pada orang-orang tertentu juga
20
menimbulkan efek yang tidak baik seperti tidak bisa tidur, jantung
berdebar-debar, sesak nafas dan lain-lain. Kalau ragu-ragu banyaknya
kafein yang boleh dikonsumsi secara aman sesuai dengan kondisi tubuh
maka datanglah ke dokter dan mintalah nasihat yang bijak.
Dua belas kurang olahraga, dengan adanya kesibukan yang luar
biasa, manusia pun merasa tidak punya waktu lagi untuk berolahraga.
Akibatnya, kurang gerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah yang memicu
kolesterol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus menguat
sehingga memunculkan hipertensi.
Tiga belas kolesterol tinggi, kandungan lemak yang berlebihan
dalam darah menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh
darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya
tekanan darah akan meningkat. Sudah sangat layak harus mengendalikan
kolesterol sedini mungkin.
3. Gejala hipertensi
Gejala hipertensi menurut Susilo dan Wulandari (2011), Pada
sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala yang
khusus. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi padahal
sesungguhnya bukan hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung (mimisan), migren atau sakit kepala
21
sebelah, wajah kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk dan
kelelahan.
Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata
jantung dan ginjal.
Kadang-kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan
penanganan segera. Apabila tidak ditangani keadaannya akan semakin
parah dan dapat memicu kematian.
4. Patofisiologis
Menurut Beavers (2008), pembuluh darah mirip dengan tabung
karet yang mengalirkan darah terus-menerus, arteri yang mengalirkan
darah keluar dari jantung harus menahan tekanan yang tinggi ketika darah
dipompakan keluar. Jika tekanan darah lebih tinggi dari biasanya selama
bertahun-tahun seperti pada hipertensi yang tidak diobati, pembuluh darah
tersebut menjadi rusak, lapisan pada arteri menjadi kasar dan tebal, pada
akhirnya terjadi penyempitan sehingga menjadi kurang lentur dari
sebelumnya. Jika arteri menjadi terlalu sempit darah tidak dapat
22
melaluinya dengan benar, dan bagian yang bergantung pada arteri
tersebut untuk mendapatkan darah mengalami kekurangan darah dan
oksigen yang dibutuhkan. Ketika arteri menyempit terjadi peningkatan
kecenderungan darah membeku (thrombosis), yang dapat menyebabkan
penyumbatan total pada arteri sehingga bagian tubuh yang dilayaninya
menjadi mati.
5. Komplikasi hipertensi
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), komplikasi hipertensi antara
lain :
Pertama hipertensi merusak ginjal, hipertensi adalah salah satu
penyebab penyakit ginjal kronis. Hipertensi membuat ginjal harus bekerja
lebih keras, akibatnya sel-sel pada ginjal akan lebih cepat rusak.
Kedua hipertensi merusak kinerja otak, kinerja otak juga bisa
terganggu dari adanya hipertensi yang disebabkan oleh adanya
pembentukan lepuh kecil pada pembuluh darah di otak (neurisma) yang
selanjutnya akan menyebabkan terjadinya stroke dan gagal jantung
karena terjadinya penyempitan dan pengerasan pembuluh-pembuluh
darah yang ada di jantung.
Ketiga hipertensi merusak kinerja jantung, tekanan darah tinggi dan
tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara rutin maka hal
ini dapat membawa si penderita ke dalam kasus-kasus serius dan bahkan
menyebabkan kematian.
23
Keempat hipertensi menyebabkan kerusakan mata, karena adanya
gangguan tekanan darah akan menyebabkan perubahan-perubahan
dalam retina pada belakang mata. Pemeriksaan mata pada pasien
hipertensi berat dapat mengungkapkan kerusakan, penyempitan
pembuluh-pembuluh darah kecil, kebocoran darah kecil pada retina, dan
menyebabkan terjadinya pembengkakan saraf mata. Dari jumlah
kerusakan, dokter dapat mengukur keparahan dari hipertensi. Setelah itu
akan dilakukan tindakan-tindakan lanjutan untuk menangani hipertensi
tersebut.
Kelima hipertensi menyebabkan resistensi pembuluh darah, orang
yang terkena hipertensi akut biasanya mengalami suatu kekakuan yang
meningkat atau resistensi pada pembuluh-pembuluh darah sekeliling
diseluruh jaringan-jaringan tubuhnya. Peningkatan beban kerja ini dapat
menjurus pada kelainan-kelainan jantung yang umumnya pertama kali
terlihat sebagai pembesaran otot jantung.
Keenam hipertensi menyebabkan stroke, hipertensi yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan stroke yang dapat menjurus pada
kerusakan otak dan saraf. Stoke umumnya disebabkan oleh kebocoran
darah atau suatu gumpalan darah dari pembuluh-pembuluh darah yang
mensuplai darah ke otak. Dan pencegahan yang paling baik untuk
komplikasi-komplikasi hipertensi adalah kontrol tekanan darah.
24
6. Pencegahan hipertensi
Hipertensi tidak akan muncul begitu saja. Naiknya tekanan darah,
biasanya merupakan akumulasi dari sikap hidup yang tidak sehat dan
sudah berlangsung dalam waktu yang lama. Sebenarnya untuk
melakukan pencegahan hipertensi dalam berbagai penyakit secara umum
yaitu adanya pola makan sehat dan pola hidup sehat.
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), pencegahan hipertensi
antara lain :
a. Pola makan sehat
Pola makan sehat adalah makan-makanan yang mengandung
kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan keperluan. Oleh karena itu,
pola makan sehat masing-masing orang sebenarnya tidak sama. Untuk
mengetahui pola makan sehat dan berapa kadar kalori maupun nutrisi
yang diperlukan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi
yang dipercaya.
Ada beberapa patokan pola makan sehat, yaitu sebagai berikut :
Pertama, kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari. Jika
sudah menderita tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari makanan
yang mengandung garam. Pergunakan garam sesedikit mungkin atau
lebih baik hindari sama sekali.
Kedua, konsumsi makanan yang mengandung kalium bahan
tersebut dapat diperoleh dari : pisang, wortel, bayam, tomat, ikan salmon.
Magnesium kandungan magnesium bisa didapat dari makanan coklat,
25
kedelai, gandum dan kerang laut. Kalsium bahan tersebut dapat diperoleh
dari makanan nabati seperti : kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau,
dan dari hewani seperti ikan dan susu.
Ketiga kurangi minum-minuman beralkohol, untuk laki-laki yang
menderita hipertensi, jumlah alkohol yang diizinkan maksimal 30 ml
alkohol per hari dan untuk perempuan 15 ml per hari.
Keempat, makan sayur dan buah-buahan yang berserat tinggi
seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon dan jeruk.
Kelima kendalikan kadar kolesterol, kurangi makanan yang
mengandung lemak jenuh, tingginya kolesterol dalam tubuh akan
menyebabkan terjadinya plak-plak yang menyumbat aliran darah,
sehingga tekanan darah makin tinggi.
Keenam kendalikan diabetes bila menderita diabetes, konsumsilah
makanan yang sehat. Jangan menggunakan obat-obatan pengendali
diabetes yang memicu komplikasi penyakit lainnya, kalau menggunakan
obat tertentu haruslah dengan pengawasan dokter.
Ketujuh tidur yang cukup setiap hari, antara 6-8 jam setiap hari,
kondisi tubuh yang kurang istirahat akan menyebabkan tekanan darah
naik dan memicu terjadinya hipertensi.
Delapan, kurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan
perbanyak aktivitas fisik untuk mengurangi berat badan.
Sembilan konsumsi minyak ikan, karena peningkatan konsumsi
minyak ikan yang mengandung asam lemak (omega-3) dapat menurunkan
26
tekanan darah secara signifikan terutama bagi mereka yang menderita
diabetes.
Sepuluh suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit
tekanan darah tetapi kalsium juga cukup membantu mengendalikan
tekanan darah.
b. Pola hidup sehat
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), untuk mengendalikan dan
mencegah hipetensi, selain pola makan sehat dilakukan bersamaan pola
hidup sehat. Ini sangat penting karena pola pola hidup sehat akan
membuat sehat secara keseluruhan, termasuk terhindar dari penyakit
hipertensi. Adapun cara pola hidup sehat adalah sebagai berikut :
Pertama, melakukan olahraga secara teratur bisa menurunkan
tekanan darah tinggi, seperti : berjalan kaki, bersepeda, lari santai dan
berenang lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali
seminggu.
Kedua, jalankan terapi anti stress agar mengurangi stress dan
mampu mengendalikan emosi secara stabil.
Ketiga, berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi
hipertensi. Rokok mengandung banyak nikotin. Selain buruk bagi tekanan
darah, nikotin juga sangat buruk bagi kesehatan secara umum. Oleh
karena itu, berhenti merokok sebenarnya adalah jalan cepat dan praktis
untuk menghindarkan diri dari berbagai penyakit. Kalau masih kesulitan
untuk berhenti dari merokok, konsultasikan dengan dokter.
27
Keempat, mendekatkan diri pada Tuhan sehingga tiap ada persolan
besar tidak langsung emosi tinggi.
Kelima, mengendalikan pola kesehatan secara keseluruhan,
termasuk mengendalikan kadar kolesterol, diabetes, berat badan dan
pemicu-pemicu penyakit lainnya.
Pola hidup sehat dan makan sehat ini tetap dapat bisa dibuat
dengan menyenangan, sesuai dengan keinginan dan selera masing-
masing.
7. Pengobatan hipertensi
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), apabila seseorang sudah
dinyatakan terkena hipertensi maka akan diberikan pengobatan.
Hipertensi secara pasti tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan
pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal adalah
mengubah pola hidup penderita hipertensi dengan cara-cara berikut ini :
Pertama, penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat
badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
Kedua, mengubah pola makan pada penderita diabetes,
kegemukan (obesitas), atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi
pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
28
Ketiga, olahraga aerobik yang tidak terlalu berat, penderita
hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darah terkendali.
Keempat, berhenti merokok ini wajib dilakukan. Kelima,
menghentikan pemakaian alkohol dan narkoba. Keenam, hidup dengan
pola yang sehat. Ketujuh, istirahat dan tidur yang cukup. Delapan,
mengelola stres dengan baik.
Kalau pengobatan dengan pengubahan pola hidup tersebut tidak
mampu mengatasi hipertensi, dapat memilih pengobatan yang paling
sesuai atau yang paling disenangi, pengobatan bisa dengan pengobatan
tradisional dan pengobatan modern:
a. Pengobatan tradisional
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), berikut ini adalah bahan-
bahan alami yang sudah terbiasa dan terbukti ampuh untuk mengobati
hipertensi :
Pertama mengkudu (morinda citrifolia l.), cara mengkonsumsinya
bermacam-macam ada yang suka membuat sebagai jus dengan
campuran es dan gula secukupnya, mengemasnya dalam bentuk jamu
mengkudu, kalau mau praktis sekarang ini juga banyak jus-jus mengkudu
kemasan yang tersedia bebas di pasaran.
Kedua daun salam (syzigium polyanthum), sebagian besar orang
menggunakannya dengan cara direbus dengan air, setelah mendidih
29
diangin-anginkan. Dalam keadaan hangat, daun salam diangkat, air
rebusan daun salam diminum secara rutin sehari tiga kali.
Ketiga rumput laut (laminan japonica), cara mengkonsumsinya
dapat digunakan sebagai es rumput laut, campuran pudding, maupun di
jus. Porsinya dikonsultasikan dengan dokter atau ahli gizi sehingga
pengobatan terhadap hipertensi dapat efektif.
Keempat mentimun (cucumis sativus), cara mengkonsumsi dapat
dipilih sesuai kesenangan. Bisa dikonsumsi secara langsung, dijus,
digunakan untuk campuran lalapan, disayur, direbus lebih dulu dan lain-
lain. Porsinya dikonsultasikan dengan dokter atau ahli gizi sehingga
pengobatan terhadap hipertensi dapat efektif.
Kelima temu hitam (curcuma aeruginoa roxb), temu hitam memiliki
khasiat untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencairkan gumpalan
darah sehingga menurunkan tekanan darah.
Keenam bawang putih (allium sativum l.), cara mengkonsumsinya
bisa langsung dikunyah bagi yang suka, bisa dicampurkan dalam
makanan mentah dan bisa dicampurkan dalam makanan tertentu.
Konsultasikan dengan dokter agar kadarnya pas dan sesuai dengan
kondisi hipertensi.
Tujuh jantung pisang, dapat digunakan untuk mencegah stroke dan
perdarahan diotak, jantung dan pembuluh darah, konsumsilah
secukupnya sehingga dapat membantu mengatasi hipertensi yang sedang
derita.
30
b. Pengobatan modern
Menurut Susilo dan Wulandari (2011), ada beberapa jenis obat-
obatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi hipertensi, tetapi
penggunaan dan pemakaian haruslah dengan resep dan pengawasan
dokter, mengingat adanya efek samping dan indikasi-indikasi tertentu
yang hanya dimengerti oleh dokter :
Pertama diuretik tiazide, diuretika merupakan obat pertama untuk
mengobati hipertensi, diuretika membantu ginjal membuang garam dan
air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
Kedua penghambat adrenergik, beta-blocker yang efektif diberikan
kepada penderita hipertensi usia muda, penderita yang pernah mengalami
serangan jantung, penderita dengan denyut jantung yang cepat, angina
pektoeris (nyeri dada) dan yang mengalami sakit kepala migren.
Ketiga angiotensin converting enzyme inhibitor (ace-inhibitor), obat
ini efektif diberikan pada orang kulit putih, hipertensi usia muda, penderita
gagal jantung, penderita dengan protein dalam air kemihnya yang
disebabkan oleh penyakit ginjal menahun, pria yang menderita impotensi.
Keempat angiotensin-II-blocker, obat jenis ini menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan
ace-inhibitor.
31
Kelima antagonisme kalsium, obat ini sangat efektif diberikan
kepada orang-orang kulit hitam, penderita lanjut usia, penderita angina
pectoris (nyeri dada), denyut jantung yang cepat dan sakit kepala migren.
Keenam vasolidator, obat ini langsung menyebabkan melebarnya
pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai
tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.
Ketujuh, obat-obat hipertensi lainnya ini adalah jenis obat-obat
tertentu yang digunakan dalam kondisi khusus. Misalnya saja hipertensi
maligma yang memerlukan obat penurun tekanan darah dengan segera.
Sebagian besar obat yang segera bisa menurunkan tekanan darah
diberikan secara intravena atau melalui pembuluh darah. Obat tersebut
antara lain : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin dan labetalol. Nifedipine
merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa
diberikan per-oral (ditelan).
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep peneliti tentang gambaran pengetahuan wanita
lansia tentang hipertensi di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta
Medan Tahun 2013.
Variabel Tunggal
Pengetahuan Wanita Lansia Tentang Hipertensi
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan bersifat deskriptif untuk mengetahui
gambaran pengetahuan wanita lansia tentang hipertensi di Lingkungan II
Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Lingkungan II Kelurahan Tanjung
Gusta Tahun 2013. Alasan penulis memilih Lingkungan II Kelurahan
Tanjung Gusta sebagai lokasi penelitian dikarenakan Lingkungan II
kelurahan Tanjung Gusta mempunyai sampel yang cukup.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13-20 juni 2013 di Lingkungan
II Kelurahan Tanjung Gusta.
33
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita
lansia di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013
yang berumur 60-70 tahun sebanyak 61 orang.
2. Sampel
a. Besar sampel
Menurut Setiadi (2007), sampel adalah sebagian dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili dari seluruh populasi. Sampel
yang diperoleh peneliti sebanyak 38 responden dengan menggunakan
rumus (Setiadi, 2007), yaitu : n = ேଵାே(ௗమ)
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan
n = ଵଵାଵ(,ଵమ)
n = ଵଵାଵ(,ଵ)
n = ଵଵା,ଵ
n = ଵଵ,ଵ
n = 38 orang
34
b. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan metode non random sampling dengan accidental sampling,
artinya semua wanita lansia yang kebetulan ditemukan (kebetulan ada)
pada saat penelitian dilakukan sampai jumlah sampel yang dibutuhkan
terpenuhi. Dalam penelitian ini sampel diperoleh dengan cara interview
(door to door), yang dijadikan responden adalah wanita lansia yang
berumur 60-70 tahun.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
adalah data yang diambil langsung dari responden dengan cara
membagikan kuesioner kepada responden, data sekunder adalah data
yang diambil secara tidak langsung, yaitu data yang diambil dari data yang
sudah ada di tempat penelitian dengan menggunakan rekam medik.
35
E. Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu
Pengetahuan Wanita Lansia Tentang Hipertensi. Untuk lebih jelasnya
dapat di lihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 3. 1. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Parameter Alat ukur Skala Skor
Pengetahuan wanita lansia tentang hipertensi
Pengetahuan adalah hasil tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
a. Defenisi hipertensi
b. Etiologi hipertensi
c. Gejala hipertensi
d. Komplikasi hipertensi
e. Tindakan pencegahan terhadap hipertensi
Kuesioner Ordinal 1. Baik, bila responden mampu menjawab soal dengan benar 16-20 (76-100%). (Kode 1) dari seluruh pertanyaan
2. Cukup, bila responden mampu menjawab soal dengan benar 12-15 (56-75%). (Kode 2) dari seluruh pertanyaan
3. Kurang, bila responden mampu menjawab soal dengan benar <12 (<56%). (Kode 3) dari seluruh pertanyaan
36
F. Aspek Pengukuran
Sebelum menentukan ketegori baik, cukup, dan kurang terlebih
dahulu menentukan kriteria tolak ukur yang dijadikan penentuan score
pada setiap jawaban, misalnya nilai 1 untuk jawaban “benar” dan nilai 0
untuk jawaban “salah”.
Menurut Arikunto yang dikutip oleh Machfoedz (2010), skala
pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan :
1. Baik, bila menjawab pertanyaan dengan benar 16-20 soal (76%-
100%).
2. Cukup, bila menjawab pertanyaan dengan benar 12-15 soal (56%-
75%).
3. Kurang, bila menjawab pertanyaan dengan benar <12 (<56%).
G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2010), data yang dikumpulkan diolah melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing (pemeriksaan data), pada awalnya peneliti
memperkenalkan diri, peneliti meminta persetujuan kepada calon
responden untuk menjadi responden. Sebelum membagikan
kuesioner, peneliti memberikan beberapa penjelasan cara
pengisian kuesioner yang telah dipersiapkan dalam bentuk
kuesioner. Peneliti membagikan kuesionernya dan setelah
37
responden selesai menjawab kuesionernya, peneliti melakukan
pemerikasaan ulang di tempat penelitian apakah ada pertanyaan
yang terlewatkan dan peneliti kembali menanyakan pertanyaan
tersebut.
b. Coding (pengkodean data), setelah dilakukan pengeditan,
kemudian dilakukan pengkodean. Data yang diedit kemudian
diubah dalam bentuk angka yaitu dengan cara memberikan kode
1 bila jawaban benar dan kode 0 bila jawaban salah. Pengetahuan
wanita lansia di kategorikan baik jika renponden dapat menjawab
benar 16-20 (76-100%) pertanyaan diberi kode 1, dikategorikan
cukup jika responden menjawab benar 12-15 (56-75%)
pertanyaan dan diberi kode 2, dikategorikan kurang jika
responden menjawab benar <12 (<56%) pertanyaan dan diberi
kode 3.
c. Tabulasi (pemasukan data), data selanjutnya dikelompokkan
secara teliti, dihitung dan dijumlahkan kemudian dimasukkan ke
dalam tabel-tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa data
Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif dengan
melihat presentase yang terkumpul analisa data dilanjutkan dengan
membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan pustaka yang
ada (Hidayat, 2009).
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan wanita Lansia
Tentang Hipertensi di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Medan
Tahun 2013 telah dilakukan pengambilan data dengan cara pengisian
kuesioner kepada 38 responden dimana setelah dilakukan pengumpulan
dan pengolahan, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Wanita Lansia Tentang Hipertensi di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi (f) Persentasi (%)
1. Baik 10 26,3%
2. Cukup 17 44,7%
3. Kurang 11 29%
Total 38 100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 38 orang
responden mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 17 orang (44,7%)
dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 10 orang (26,3%).
39
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian mengenai gambaran pengetahuan wanita lansia tentang
pencegahan hipertensi di lingkungan II kelurahan tanjung gusta Medan
Tahun 2013 memiliki pembahasan sebagai berikut: Pengetahuan Wanita
Lansia Tentang Hipertensi di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta
Medan Tahun 2013.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Pengetahuan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang.
Hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan baik
sejumlah 10 orang. Menurut Bakhtiar (2012), bahwa pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus
filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadaran
sendiri untuk mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) yang
didalam dirinya sendiri supaya mudah untuk mengetahui dan menyusun
yang diketahui pada dirinya sendiri. Menurut asumsi peneliti wanita
40
berpengetahuan baik karena wanita lansia memperoleh pengetahuan baru
serta mendapatkan pengalaman tentang hipertensi , hal ini sesuai dengan
Machfoedz (2010), bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari
pengalaman-pengalaman seseorang sehingga wanita lansia tersebut
memperoleh nilai baik.
Hasil penelitian dapat diketahui responden yang mempunyai pengetahuan
cukup berjumlah 17 orang. Menurut asumsi penelitian dikarenakan
sedikitnya rasa peduli wanita lansia tentang hipertensi dan dalam
menjawab pertanyaan wanita lansia sekedar mengerti tentang hipertensi,
hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa pengetahuan
merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan
“what”, misalnya apa itu, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.
Sehingga wanita lansia tersebut memperoleh pengetahuan cukup.
Hasil penelitian dapat dapat diketahui responden yang berpengetahuan
kurang berjumlah 11 orang. Menurut asumsi penelitian wanita lansia sama
sekali tidak tahu serta ketidak pedulian wanita lansia tentang hipertensi,
bahkan tidak ada keinginan untuk mendapat dari berbagai sumber
informasi tentang hipertensi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mubarak
(2012), bahwa pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah sesuai
dengan proses pengalaman manusia yang dialami, sumber informasi baru
didapatkan merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya.
Sehingga wanita lansia tersebut memperoleh pengetahuan kurang.
41
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap gambaran pengetahuan
wanita lansia tentang hipertensi di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta
Medan Tahun 2013 mempunyai pengetahuan cukup.
B. Saran
1. Bagi Responden
Disarankan kepada semua wanita lansia untuk lebih peduli dalam
menjaga kesehatan diri dan keluarga. Meningkatkan pengetahuan
kesehatan dengan cara mencari informasi yang lebih akurat khususnya
mengenai hipertensi dari media cetak dan tenaga kesehatan.
2. Bagi Tempat Penelitian
Kepada tempat penelitian diharapkan untuk semakin meningkatkan
pengetahuan wanita lansia tentang hipertensi dan melakukan promosi
kesehatan dengan cara memberikan penyuluhan dan pendekatan kepada
semua wanita lansia di wilayah Tanjung Gusta Medan
3. Bagi Peneliti
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan
aspek yang lebih luas dan metode yang lebih lengkap untuk
menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Bandiyah, S., 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik, Numed, Yogyakarta.
Bakhtiar, A., 2012. Filsafat Ilmu, Rajawali Pers, Jakarta.
Beavers, G.D., 2008. Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah, Dian Rakyat, Jakarta.
Fatimah., 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia, Trans Info Media, Jakarta.
Gusmira, S., (2012), Evaluasi Penggunaan Anti Hipertensi Konvensional Dan Kombinasi Konvensional-Bahan Alam Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Wilayah Depok, Makara, Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Desember 2012:77-83. Diakses 19 Juli 2013
Hidayat, A.A., 2009. Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisis Data,
Salemba Medika, Jakarta. Mubarak, W.I., 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Salemba
Medika, Jakarta. Machfoedz, I., 2010. Metodologi Penelitian, Fitramaya, Yogyakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni,
Rineka Cipta, Jakarta.
., 2010. Metodologi Penelitian kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Wiknjosastro, H., 2008. Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Pinem, Saroha., 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Trans Info Media, Jakarta.
Setiadi., 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
43
Sudiarto., Wijayanti, R., Sumedi, T., (2007), Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Binaan Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara, Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007. Diakses pada tanggal 17 Juli 2013
Susilo, Y., Wulandari, A., 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi, C.V Andi
Offset, Yogyakarta. Wahyunita, V.D., Fitrah., 2010. Memahami Kesehatan Pada Lansia, Trans
Info Media, Jakarta.