Post on 18-Oct-2015
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Pendahuluan
Konjungtivitis adalah penyakit mata yang paling umum didunia. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. (Vaugan,2010) Penyebab konjungtivitis bermacam-macam, salah satunya yang paling umum yaitu karena infeksi bakteri. Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa sekret mukopurulen dan purulen, kemosis konjungtiva, edema klopak, kadang-kadang disertai keratitis dan blefaritis. Penyebab konjungtivitis bakeri ini pun beragam, dan salah satunya disebabkan oleh infeksi bakteri gonokokokus. (Ilyas,2013)
Konjungtivitis gonore merupakan radang konjugtiva hiperakut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. (Vaughan,2010) Gonokokus merupakan kuman yang sangat patogen, virulen, dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Di klinik kita akan melihat penyakit ini dalam bentuk oftalmia neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10 hari) dan konjungtivitis gonore adultorum. Terutama mengenai golongan muda dan bayi yang ditularkan ibunya. (Ilyas,2013)
Pada kasus ini, organisme penyebabnya dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan gram atau giemsa. Pemeriksaan ini kan menampilkan banyak neutrophil polimorfonuklear. Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakitnya purulen, bermembran, atau berpseudomembran. (Vaughan,2010). Pengobatan yang dapat diberikan berupa antibiotika sistemik yang sesuai. Pengobatan dihentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative. (Ilyas,2013)1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis mengenai kasus trauma pada mata serta mengetahui secara terperinci langkah-langkah diagnosis dan terapi pasien tersebut. Sehingga penulis dapat mengetahui langkah awal penanganan pada kasus konjungtivitis pada mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Konjungtivis gonore disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae. Gonokokus merupakan kuman yang sangat patogen, virulen, dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat (Illyas 2013). N. gonorrhoea merupakan bakteri diplokokus gram negatif berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8m, panjang 1,6m, dan bersifat tahan asam. Infeksi umumnya menghasilkan nanah yang akut yang mangarah ke invasi jaringan, yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis (Tapsal 2001).
2.2 Struktur Konjungtiva
2.2.1 Anatomi konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. ( Voughan 2010 )
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian yaitu ( Voughan 2010 ):
1.Konjungtiva palpebralis atau konjungtiva tarsalis yang melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat pada tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.
2.Konjungtiva bulbaris yang melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul Tenon dan struktur di bawahnya.
3.Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Duktus-duktus kelenjar lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior.
2.2.2 Histologi konjungtiva
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh prekornea. (Voughan, 2010)
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profunda). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan kenapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata. Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma konjungtiva. Sebagian besar kelenjar terletak di tepi atas tarsus atas. ( Voughan, 2010 )
2.2.3 Vaskularisasi, aliran limfe, dan persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak. (Voughan, 2010 )
Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profunda dan bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. (Voughan, 2010)
2.3 Patofisiologi
Konjungtivitis gonore adalah penyakit menular seksual yang dapat ditularkan secara langsung dari transmisi genital-mata, kontak genital-tangan-mata, atau tansmisi ibu-neonatus selama persalinan.. Iritasi pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan.
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium (Ilyas, 2013 ; Wijana,1993) :
1. Infiltratif
2. Supuratif atau purulenta
3. Konvalesen (penyembuhan)
1.Stadium Infiltratif.
Berlangsung 34 hari, ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol. Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda-tanda infeksi umum. 2.Stadium supuratif atau purulenta
Berlangsug 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang. Blefarospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak. Oleh karena itu harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.
3.Stadium Konvalesen (penyembuhan)
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik. Sekret jauh berkurang. (Ilyas,2013 ; wijana,1993).
2.4 Gambaran Klinis
Konjungtivitis yang disebabkan oleh N.gonorrhea ditandai oleh eksudat purulen yang banyak. Biasanya keluhan konjungtivitis adalah iritasi dan kemerahan kedua mata, kelopak mata menempel sehingga mengakibatkan sulit dibuka di pagi hari, keluar kotoran pus kekuningan, kadang-kadang kelopak mata bengkak. Tanda klinis yang ditemukan seperti inflamasi konjungtiva bilateral, injeksi konjungtiva, sekret purulen, dan edema palpebra. Konjungtivitis gonore dapat terjadi pada neonatus dengan tanda khas munculnya sekret konjungtiva purulen pada kedua mata 3 5 hari setelah persalinan per vaginam. Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat perlu segera diperiksa secara laboratorium dan segera diobati. Jika ditunda, mungkin terjadi kerusakan kornea atau gangguan penglihatan, atau kongjungtiva dapat menjadi gerbang masuk N Gonorrhoeae dan N Meningitidis, yang menimbulkan sepsis atau meningitis. (Voughan, 2010)
2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa konjungtivitis gonore didasarakan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tepat. Pada pasien dengan konjungtivis gonore memiliki keluhan berupa mata merah, keluar kotoran pus kekuningan yang terjadi dalam 1 atau 2 hari, kelopak mata bengkak, dan menempel susah dibuka saat pagi hari, gatal dan terasa seperti ada sensasi benda asing pada mata.
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan tanda sesuai manifestasi klinis konjungtivitis gonore dapat berupa edema palpebra, palpebra saling melekat saat baru bangun, hiperemi konjungtiva sering pada ke dua mata dan secret purulen adanya papil pada kelopak mata.
Dari pemeriksaan penunjang dilakukan swab pada konjungtiva kemudian dilakukan pengecatan gram untuk menemukan organisme penyebab konjungtivitis. Dapat ditemukan adanya diplokokus extra maupun intrasesular apabila etiologinya Neisseria gonorrhoe. Bila pada anak didapatkan gonokokus (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokokus, maka harus segera diobati.
2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk keluhan mata merah karena konjungtivitis antara lain uveitis akut, glaukoma akut dan keratitis/trauma kornea. Untuk penyebabnya dapat dibedakan antara konjungtivitis bakteri dengan konjungtivitis yang disebabkan selain bakteri yaitu virus, konjungtivitis alergi, dan konjungtivitis chlamidia.
Tabel 2. Diagnosis Banding Mata Merah
PerbedaanKonjungtivitis Uveitis AkutGlaukoma AkutKeratiotis / Truma Okuli
Insiden Sangat Umum UmumTidak umumUmum
SekretSedang- banyakTidak adaTidak adaSerous/ nanah
VisusNormalAgak kaburSangat kabutBiasanya kabur
Rasa SakitTidak adaSedangSangat sakitSedang- berat
Injeksi konjungtivaDifuse konjungtivaPerikornealPerikorneaPerikornea
KorneaJernihAda bercak KPBerawan/ keruhBercak/ keruh
Ukuran pupil NormalMiosisMidriasisNorma/kecill
Reflek pupil pada cahayaNormalKurangTidak adaNormal
Tekanan bola mataNormalNormalTinggiNormal
Tes FouresinNormalNegatipNegatipPositip pada lesi
SmearAda kuman penyebabTidak ada kumanTidak ada kumanPositif pada infeksi/ ulkus
Terapi dasar mata antibiotikaAtropine , SteroidCarpin 2 %Antibotika
Tabel 3. Diagnosis Banding Konjungtivitis Berdasarkan Tanda KlinisTanda Klinis Bakteri (Gonore)Viral Alergi Chlamydial
Injeksi KonjungtivaJelas Sedang Ringan sampai sedang Sedang
Kemosis ++ ++
Perdarahan Subkojungtiva - -
Sekret Purulen,
mukopurulen Berair Ropy/berair Mukopurulen
Papil - ++
Folikel - + - ++
Pseudomembran - -
Pannus - - - (kecuali vernal) +
Preauricular lymp node + ++ -
2.7 Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan larutan borosi dan memberikan salep kloramfenikol. Managemen pengobatan konjungtivitis gonore dengan membersihkan sekret dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan garam fisiologik setiap jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap jam. Penicillin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin G 10.000-20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit kemudian salep diberikan setiap 5 menit sampai 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam sampai 3 hari (Ilyas, 2013). Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus yakni pemberian ceftriakson 1g IM (tapsal 2001). Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.2.8 Prognosis
Konjungtivitis bakteri gonore bila tidak dapat diobati dapat berakibat perforasi kornea dan mengakibatkan endoftalmitis dan panoftalmis sehingga terjadi kebutaan total. (Ilyas, 2013)
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Penderita
Nama
: AP
Umur
: 12 hari
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: -
Pekerjaan
: -
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
3.2 Anamnesa
Dilakukan hetero anamnesis terhadap ibu pasien. Dari hasil anamnesis di dapat keluhan utama yaitu kedua mata merah sejak usia 5 hari disertai dengan kotoran
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUP Sanglah diantar oleh ibu pasien. Melalui hetero anamnesis didapat keluhan mata merah dan keluar sekret sejak 5 hari yang lalu sebelum ke Poliklinik Mata RSUP Sanglah.Mata merah didahului oleh keluarnya banyak kotoran dari mata. Kotoran dikatakan keluar secara terus menerus tetapi lebih banyak pada pagi hari saat baru bangun dari tidur, sehingga pasien sulit untuk membuka mata.
Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan
Pada saat lahir kondisi tubuh pasien berwarna kuning dan pasien pernah melakukan fototerapi, mata pasien ditutup menggunakan kasa. Pada kunjungan sebelumnya pasien telah mendapat terapi polygran 4x1 ods dan gentamycin eye oinment 3x1 ods
Riwayat Sosial
Ibu dari pasien bekerja sebagai pegawai hotel dan ayah bekerja sebagai pegawai properti
3.3 Pemeriksaan Fisik
3.3.1 Pemeriksaan fisik umum
Kesadaran
: baik
Tekanan darah
: -
Nadi
: -
Temperatur aksila: -
3.3.2 Pemeriksaan Fisik Khusus (Lokal pada Mata)
Okuli Dekstra (OD)Okuli Sinistra (OS)
Visus
Refraksi/Pin HoleFollowing Light (+)
Tidak dilakukanFollowing Light (+)
Tidak dilakukan
Supra cilia
Madarosis
Sikatriks Tidak ada
Tidak adaTidak ada
Tidak ada
Palpebra superior
Edema
Hiperemi
Enteropion
Ekteropion
BenjolanTidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak adaTidak Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Palpebra inferior
Edema
Hiperemi
Enteropion
Ekteropion
BenjolanTidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak adaTidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pungtum lakrimalis
Pungsi
BenjolanTidak dilakukan
Tidak adaTidak dilakukan
Tidak ada
Konjungtiva palpebra superiorSekret mata
Hiperemi
FolikelPapil
Sikatriks
Benjolan
Lain-lain Ada (Mukopurulen)
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak adaAda (Mukopurulen)
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Konjungtiva palpebra inferiorSekret mata
Hipermi
FolikelPapil
Sikatriks
Benjolan
Lain-lainAda (Mukopurulen)
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada (Mukopurulen)
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Konjungtiva bulbi
Kemosis
Hiperemi
1. Konjungtiva
2. Silier
Perdarahan di bawah konjungtiva
Pterigium
PingueculaeTidak ada
Ada (CVI)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak adaTidak ada
Ada (CVI)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sklera
Warna
PigmentasiPutih
Tidak adaPutih
Tidak ada
Limbus
Arkus senilisTidak adaTidak ada
Kornea
Odem
Infiltrat
Ulkus
Sikatriks
Keratik presifitatTidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak adaTidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kamera okuli anterior
Kejernihan
KedalamanJernih
Dalam Jernih
Dalam
Iris
Warna
Koloboma
Sinekia anterior
Sinekia posteriorCoklat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak adaCoklat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pupil
Bentuk
Regularitas
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya konsensuilBulat
Reguler
Ada
Ada Bulat
Reguler
Ada
Ada
Lensa
Kejernihan
Dislokasi/subluksasiJernih
Tidak adaJernih
Tidak ada
3.4 Resume
Pasien laki-laki, 12 hari dikeluhkan kedua mata merah dan mengeluarkan kotoran pada kedua mata, lebih banyak pada pagi hari sejak 5 hari sebelum ke Poli Mata di antar ibunya. Kelopak kedua mata menempel dan sulit dibuka terutama di pagi hari saat bangun tidur. Pemeriksaan fisik umum ditemukan dalam batas normal.
Pemeriksaan lokal :OD
Pemeriksaan
OS
Following Light (+)
Visus
Following Light (+)
Normal
Palpebra
Normal
Sekret (+) CVI (+)
Konjungtiva
Sekret (+) CVI (+)
Jernih
Kornea
Jernih
Normal
Bilik Mata Depan
Normal
Bulat, reguler,
Iris
Bulat reguler,
Refleks (+)
Pupil
Refleks (+)
Jernih
Lensa
Jernih
Jernih
Vitreus
Jernih
Refleks (+)
Funduskopi
Refleks (+)
3.5 Diagnosis Banding
ODS Konjungtivitis ClamidiaODS Konjungtivitis Meningitidis
3.6 Diagnosis Kerja
ODS Follow up Konjungtivitis Suspect Gonorrhea
3.7 Usulan Pemeriksaan
Pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan gram dan giemsa.3.8 Terapi
- Polygran eye drop 5 x 1 ODS
-Gentamicin Eye oinment 3 x ODS
-Kontrol 3 Hari
- OS Eye toilet3.9 Prognosis
Prognosis dubius et bonam jika diagnosis dan penanganan dilakukan secara cepat dan tepat.BAB IV
DISKUSI
Dalam proses penggalian data mengenai keluhan pasien, dilakukuan heteroanamnesis terhadap ibu pasien. Pada anamesis ini dapat ditemukan bahwa keluhan utama pasien yaitu terdapat kotoran di kedua mata yang lengket, yang awalnya ditemukan pada pagi hari ketika bangun tidur, dan ditemukan pula mata yang merah di kedua mata ketika dilakukan pemeriksaan. Usia pasien ketika mengalami gangguan ini yaitu 5 hari. Pasien dilaporkan lahir cukup bulan, menangis spontan, berat badan cukup, dan menerima asi eksklusif. Namun ketika ditanyakan lebih lanjut lagi pada ibu pasien, dikatakan bahwa ketika awal kelahiran pasien mengalami gejala kuning diseluruh tubuh, sehingga dirawat di rumah sakit untuk dilakukan foto terapi. Foto terapi ini dilakukan dengan menutup kedua mata pasien menggunakan kasa, namun tidak diketahui proses penggantian kasa tersebut. Dikatakan oleh ibu pasien, tidak lama setelah proses foto terapi tersebut pasien ditemukan mengalami keluhan kotoran mata yang lengket tersebut. Belum dipastikan apakah ini merupakan salah satu penyebab. Untuk riwayat keluarga, terutama penyakit yang dialami orang tua sebelumnya, ibu pasien menjelaskan pernah mengalami keputihan. Ini berhubungan erat dengan teori bahwa penyakit ini kemungkinan besar ditularkan oleh ibu lewat jalan lahir.
Mengenai gejala klinis yang ditunjukkan, gejala klinis yang ditunjukkan pasien yaitu secret purulent kedua mata yang lengket ketika bangun tidur. Untuk keluhan lain yang sesuai teori, tidak ditemukan adanya pembengkakan konjungtiva. Untuk pemeriksaan yang dapat dilakukan, secret pasien diambil dan diperiksa menggunakan pulasan atau pewarnaan gram guna ditemukan jenis bakteri yang spesifik sehingga penggunaan antibiotik relevan dapat segera diberikan.
Untuk pengobatan atau terapi yang diberikan kepada pasien sebelum hasil laboratorium selesai, dapat dimulai pemberian antibiotik spektrum luas. Pada pasien diberikan polygran 5 x 1 hari dan gentamisin 3 x 1 hari 2.5mg/kg BB. Penanganan lain yang dilakuan terhadap pasien yaitu dilakukan pebersihan terhadap kotoran matanya, dan pasien disarankan untuk konsul 3 hari kemudian.
Untuk prognosis penyakit, umumnya jika dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang segera, prognosisnya umumnya baik. Namun jika ditunda, bisa muncul penyulit sperti kerusakan kornea atau kehilangan mata, atau konjuntiva dapat menjadi gerbang masuknya N gonorrheae atau N meningitides, yang mendahului sepsis atau meningitis. (Vaughan, 2010). Pada pasien ini sendiri, saat ini telah dikonfirmasi oleh ibu pasien bahwa keadaan mata pasien telah lebih membaik, sekret yang dihasilkan mulai berkurang.
BAB V
SIMPULAN
Konjungtivitis gonore adalah suatu proses inflamasi pada konjungtiva yang disebabkan oleh infeksi bakteri N. Gonorrhea. Konjungtivitis gonore terjadi akibat pertumbuhan dan infiltrasi bakteri pada permukaan epitelial konjungtiva.
Konjungtivitis gonore adalah penyakit menular seksual yang dapat ditularkan secara langsung dari transmisi genital-mata, kontak genital-tangan-mata, atau tansmisi ibu-neonatus selama persalinan.
Biasanya keluhan konjungtivitis adalah iritasi dan kemerahan kedua mata, kelopak mata menempel sehingga mengakibatkan sulit dibuka di pagi hari, keluar kotoran pus kekuningan, kadang-kadang kelopak mata bengkak. Tanda klinis yang ditemukan seperti inflamasi konjungtiva bilateral, injeksi konjungtiva, sekret purulen, dan edema palpebra. Konjungtivitis gonore dapat terjadi pada neonatus dengan tanda khas munculnya sekret konjungtiva purulen pada kedua mata 3 5 hari setelah persalinan per vaginam.
Penanganan konjungtivitis gonore adalah dengan membersihkan sekret (eye toilet), pemberian antibiotika topikal dan antibiotika sistemik
Konjungtivitis bakteri gonore bila tidak dapat diobati dapat berakibat perforasi kornea dan mengakibatkan endoftalmitis dan panoftalmis sehingga terjadi kebutaan total.
DAFTAR PUSTAKAIlyas SH, editor. In: Ilmu penyakit mata : mata merah dengan pengihatan normal. 4rd ed. Jakarta, Balai Penerbit FKUI; 2005.Katzung, Bertram G et al. Basic and Clinical Pharmacology. 10th edition. McGraw Hill. San Fransisco, 2006.Tapsall J. Antimicrobial resistance in Neisseria gonorrhoeae. Dalam :WHO/CDS/CSR/DRS/2001.3;2001.Voughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 17. Widya Medika, Jakarta : 2010. Wijana,N. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993.11