Post on 07-Aug-2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan dalam pencarian senyawa bioaktif.
Diantara sekian banyak spesies tumbuhan yang memiliki potensi
bioaktifikasi, hanya sebagian kecil yang diteliti secara fitokimia.
Tahun terakhir ini penggunaan bahan alam sebagai obat
tradisional mengalami peningkatan yang sangat menggembirakan, hal
ini terbukti dengan makin banyaknya obat tradisional yang beredar
dipasaran, untuk itu perlu langkah yang tepat dalam usaha
pengembangannya dengan cara mengembangkan dan menggalakkan
penelitian obat tradisional, sehingga penggunaannya dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan bukan berdasarkan pada
pengalaman saja.
Penggunaan tanaman sudah diketahui efeknya dan khasiatnya
tetapi belum diketahui komponen senyawa kimianya. Jika kita
menyadari bahwa tumbuh-tumbuhan dapat mengandung beribu-ribu
kandungan kimia, maka dari itu diperlukan metode pemisahan,
pemurnian, identifikasi kandungan yang terdapat dalam tumbuhan
yang sifatnya berbedaan dalam jumlah yang banyak itu.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
mengetahui dan memahami teknik pemisahan kandungan
senyawa dalam tanaman dengan menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kolom vakum
(KKV).
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kolom
vakum (KKV)
2. Untuk memisahkan kandungan kimia dalam daun Murbei
dengan menggunakan kromatografi kolom vakum (KKV)
3. Untuk mengidentifikasi kandungan kimia hasil fraksionasi
dengan menggunakan metode Kromatograpi Lapis Tipis
(KLT).
I.3 Prinsip Percobaan
A. Prinsip Kromatografi Kolom Vakum
Prinsip kerja dari kromatografi kolom vakum adalah
adsorpsi dan partisi, pemisahannya didasarkan pada senyawa –
senyawa yang akan dipisahkan terdistribusi di antara fasa
diam dan fasa gerak dalam perbandingan yang berbeda-
beda. Dimana mekanisme adsorpsinya yaitu mengadsorbsi ion-ion
dan molekul-molekul senyawa pada fase diam dan pemisahannya
berdasarkan kelarutan senyawa dengan eluen yang digunakan.
B. Prinsip Identifikasi KLT
Teknik pemisahan komponen kimia secara cepat
berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi dimana komponen kimia
bergerak terelusi mengikuti naiknya cairan pengembang, oleh
karena perbedaan kemampuan perikatan zat aktif oleh adsorben
dan kelarutan zat dalam pelarut (eluen) sehingga gerakan
komponen kimia mempunyai perbedaan kecepatan yang berbeda-
beda menyebabkan terjadinya pemisahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Teori umum
Bahan alam yang merupakan sumber bahan baku obat,
khususnya obat tradisional aalah bahan alam yang diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Penggunaan bagian-bagian
tanaman secara utuh kurang praktis dibanding dengan zat aktifnya
telah di sari. Untuk menyari zat aktif tersebut, diperlukan beberapa
metodo ekstraksi yang disesuaikan dengan sifat-sifat zat aktif dan
tekstur dari bahan alam sehingga dikenal beberapa cara ekstraksi (1).
A. Penguapan ekstrak
1. Pengertian
Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan
konsistensi ekstrak yang lebih pekat. Tujuan dilakukannya
penguapan adalah untuk menghilangkan cairan penyari yang
digunakan, agar tidak mengganggu pada proses ekstraksi cair-cair
(corong pisah) atau padat cair (Anonim, 2009).
2. Metode penguapan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu
penguapan sederhana menggunakan pemanasan, penguapan
pada tekanan yang diturunkan, penguapan dengan aliran gas,
beku kering vakum desikator dan oven (Anonim, 2009).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penguapan, antara lain:
(Anonim, 2009).
a. Periksa lebih dulu oil level pada pompa vakum
b. Bilas labu sampel dengan eter dan ditambahkan larutan
penyari pada penampungan
c. Proses penguapan dilakukan sampai diperoleh ekstrak kental
yang ditandai gelembung udara yang pecah-pecah pada
permukaan ekstrak dalam labu alas bulat.
4. Pembagian ekstrak
Menurut farmakope Indonesia III dikenal tiga macam
ekstrak,yaitu:(Anonim, 2009).
Ekstrak cair : adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian
bahan alam masih mengandung larutan penyari.
Ekstrakkental : adalah ekstrak yang telah mengalami proses
penguapan, dan tidak mengandung cairan
penyarilagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada
suhu kamar.
Ekstrak kering : adalah ekstrak yang telah mengalami proses
penguapan dan tidak mengandung pelarut lagi
dan mempunyai konsistensi padat (berwujud
kering).
B. Partisi ekstrak
1. Partisi cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut
didalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau
dengankata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam
pelarut organik dan pelarut air (Anonim, 2009). Ekstraksi cair-cair
biasa juga disebut sebagai metode corongpisah. Jika suatu cairan
ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah dilarutkan dalam cairan
lain yang tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan
terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari campuran akan
memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut
fase) dan setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan
konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu yang diperlukan untuk
tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh
pencampuran keduanya dalam corong pisah (Ditjen POM, 1986).
Pelarut yang mudah menguap tidak dicampur dengan fase
airyang panas (atau bahkan hangat). Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan tekanan uap sangat besar yang dihasilkan sehingga
tutup corong pisah terbang dan isinya tersemprot keluar. Hal ini
dapat jugaterjadi dengan cairan dingin jika terjadi reaksi
eksotermis misal pencampuran asam dan basa, pengenceran
asam-asam kuat (DitjenPOM, 1986). Waktu yang diperlukan untuk
tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh
percampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (Ditjen
POM, 1986). Yang sangat penting diperhatikan dalam hal ini
adalah pelarut yang mudah menguap tidak bercampur dengan
fase air yang panas (atau bahkan hangat). Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan uap sangat besar yang
dihasilkan sehingga tutup corong pisah terbang dan isinya
tersemprot keluar. Hal ini dapat juga terjadi dengan cairan dingin
jika terjadi reaksi eksotermis, misalnya pencampuran asam dan
basa, pengenceran asam - asam kuat. (Fachruddin, 2001).
Beberapa fase organik mudah emulsi dengan fase air,khususnya
jika terdapat partikel kecil atau yang terbentuk oleh pengendapan
(Fachruddin, 2001).
2. Partisi padat-cair
Partisi padat-cair (lactithing) adalah proses pemisahan untuk
memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam
padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Anonim,
2009). Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah
dilarutkan dalam cairan lain yang tidak bercampur dengan yang
utama akan terbentuk 2 lapisan. Satu komponen dari campuran
akan memilki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya
disebut fase) dan setelah beberapa waktu mencapai
kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan (Anonim, 2009).
Beberapa fase organik mudah membentuk emulsi dengan fase air,
khususnya jika terdapat partikel kecil atau terbentuk oleh
pengendapan. Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu
fasepada suhu tertentu tergantung pada kemiripan kepolarannya
dengan fase cair, menggunakan prinsip "like dissolve like".
Molekul bermuatan yang memiliki afinitas tinggi terhadap cairan
dengan sejumlah besarion bermuatan berlawanan dan juga dalam
kasus ini menarik yang berlawanan misalnya senyawa asam akan
lebih larut dalam fase airyang basa daripada yang netral atau
asam. Ratio konsentrasi senyawa dalam kedua fase disebut
koefesien partisi (K). Senyawa yang berbeda akan mempunyai
koefesien partisi yang berbeda, sehingga jika satu senyawa
sangat polar, koefesien partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi
daripada senyawa nonpolar (Ditjen POM, 1986).
C. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatogradi lapis tipis adalah suatu metode analisis yang
digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara
cepat dan sederhana. Prinsipnya didasarkan atas paritsi dan
adsorpsi. Zat penyerap merupakan fase stasioner, berupa bubuk
halus dibuat serbarata dan tipis diatas lempeng kaca (Hembing,
1994).
Fase diam yang umum digunakan adalah silica gel, baik
yang normal fase maupun reversed fase. Pada KLT komponen
bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda mengkuti naiknya
eluen, karena adaya serap adsorben pada komponen-komponen
tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan berbeda
dan hal inilah yangmerupakan atau menyebabkan terjadinya
pemisahan. Perbandingan kecepatan permukaan dari pelarut
dengan jarak yang ditempuh oleh senyawa terlarut merupakan
dasar untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang terdapat
dalam ekstrak atau campuran senyawa tersebut (Hembing, 1994).
II.2 Uraian sampel
II.2.1 Klasifikasi parang romang
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophita
Subdivisi : Magnolipsida
Class : Dicotiledoneae
Ordo : Urticales
Suku : Urticaceae
Marga : Behmeria
Species : Beohmeria virgata
II.2.2 Kunci Determinasi
168a...131a...127a...
II.2.3 Morfologi tanaman
Parang romang termasuk suku kamboja-kambojaan
tersebar di seluruh nusantara. Dijawa pule tumbuh di hutan jati,
hutan campuran, hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari
dataran rendah sampai 900 meter dari permukaan laut. Pule
kadang ditanam dipekarangan dekat pagar atau ditanam
sebagai tanaman hias.
Tanaman berbentuk pohon tinggi 20 – 25 m, batang
lurus, diameternya sampai mencapai 60 cm, berkayu,
percabangan menggarfu, kulit batang rapuh, rasanya sangat
pahit, bergetah putih, daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9
helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 – 15 mm, bentuknya
lonjong samapi langset atau lonjong sampai bulat, permukaan
atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata,pertulangan
menyirip panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warnanya hijau.
Perbungaan majemuk tersusun dan malai yang bergagang
panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau
terang sampai putih kekuningan, berambut halus rapat, 2
bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50 cm,
menggantung, biji kecil panjangnya 1,2 – 2 cm, berambut pada
bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya, perbanyakan
dengan biji atau stek batang dan bercabang.
II.2.4 Kegunaan
Akar : Borok
Daun : Disetri, bisul dan karminativ
II.2.5 Cara penggunaan
Akar : 10 mg akar parang romang dihaluskan terlebih
dahulu kemudian di tempelkan pada luka borok.
Duan : 15 lembar daun parang romang di cuci bersih
kemudian direbus selama 15 menit dan disaring
setelah di seduh.
II.2.6 Kandungan kimia
Parang romang mengandung curcumin, cloroplas
keton, flandren, brusina.
II.3 Uraian Bahan
1. Etil asetat
Nama resmi : Etil asetat
RM / BM : C4H8O2 / 18,02
Rumus struktur :
Pemerian : cairan tidak berwarna, mudah menguap,
sangat mudah terbakar.
Kelarutan : larut dalam 15 bagian air, dapat
bercampur dengan etanol (95%)P dan
dengan eter P.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai eluen
2. N-heksana
Nama resmi : Hexaminum
Nama lain : Heksamina
RM / BM : C6H12O4 / 140,09
Rumus struktur :
Pemerian : hablur mengkilap, tidak berwarna atau
serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
membakar dan manis kemudian agak
pahit, jika di panaskan dalam suhu ±
260omenyumblim.
Kelarutan : larut dalam 15 bagian air, dalam 12,5 ml
etanol (95%)P dan dalam lebih kurang 10
bagian kloroformP.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah yang tertutup baik
Kegunaan : sebagai eluen
3. Silica Gel
Nama resmi : silica gel
Rumus bangun : SiO2xH2O
Rumus struktur :
Pemerian : hablur mengkilap, tidak berwarna atau
serbuk hablur putih, tidak berbau.
Kelarutan : larut dalam air
Penyimpanan : disimpan dalam wadah yang tertutup baik
Kegunaan : sebagai absorben
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
Alat yang di gunakan terdiri dari batang pengaduk,
batang penotol, botol vial, chamber, gelas kimia, lampu UV 254
nm dan 366 nm, lempeng silica gel, gelas kaca, mistar, pipet
tetes, pompa vakum, Erlenmeyer, gelas ukur, kompor listrik,
mangkuk.
III.1.2 Bahan yang digunakan
Aluminium foil, ekstrak parang romang (Boehmeria
virgata), etil asetat, H2SO4 10%, kapas, lempeng KLT, kertas
saring, methanol, N-heksana, tissue, silica.
III. 2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikombinasikan pelarut n-heksan, etil asetat, diantaranyayaitu
a. Hexan 50 ml sebagai pelarut
b. Hexan 30: etil 1
c. Hexan 40 : etil 2
d. Hexan 30 : etil 2
e. Hexan 50 : etil 5
f. Hexan 30 :etil 3
g. Hexan 50: etil 10
h. Hexan 30: etil10
i. Hexan 30:etil 30
j. Hexan 10: etil 50
k. Hexan 5: etil 50
l. Etil 50 ml
m. Etil 20: metanol 20
n. Etil 20: metanol 20
o. Metanol 50 + 20 ml
3. Ditimbang 2 gram ekstrak kering parang romang (Boehmeria
virgata)
4. Ditimbang 20 gram silica ge
5. Dilarutkan ekstrak dengan hexan
6. Digerus ekstrak dengan sedikit demi silica gel hingga terbentuk
serbuk.
7. Sisa silica gel kemudiaan dimasukkan kedalam kolom sambil
menjalankan pompa vakum
8. Dimasukkan hexan untuk memampatkan kolom yang akan
digunakan.
9. Dimasukkan campuran ekstrak parang romang dan silica gel
kedalam kolom, ratakan sedikit lalu di tutup dengan kertas
saring.
10. Dimasukkan satu-persatu kombinasi pelarut kedalam kolom
sambil menjalankan pompa vakum
11. Hasil fraksi di tampung dalam cawan porselin kemudian di
uapkan
12. Ditotolkan larutan ekstrak pada lempeng 10 x 10 cm
13. Dimasukkan lempeng kedalam chamber yang telah di jenuhkan
dengan kombinasi pelarut hexan : etil (5:1)
14. Dikeluarkan lempeng kemudian diamati noda yang terlihat
dengan cahaya tampak, sinar UV 254 dan 366 dan
penyemprotan asam sulfat 10 %.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stenis, Van, C,G,G,C, (1986)., “ Flora Unruk Sekolah Di Indonesia”.
2. Anonim, 2009, ―Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 1‖,
UMI, Makassar.
3. Ditjen POM, 1986."Sediaan Galenik", Departemen Kesehatan
RepublikIndonesia, Jakarta
4. Hembing, 1994, "Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia", Jilid
Keempat,Penerbit Kartini,
5. Fachruddin, Tobo. 2001, "Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia
I",Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.