Post on 26-May-2019
Judul Skripsi: Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan
(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011)
Nama : Rian Winata
NPM : 0741031074
Pembimbimbing 1 : Yuliansyah, M.S.A., Phd., Akt
Pembimbing II : Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt
Telpon: 085279930071
Email : Winata.Rian@Yahoo.Com
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pengakuan terhadap kemampuan intellectual capital dalam
menciptakan dan mempertahankan keuntungan kompetitif meningkat secara
signifikan (Tayles et al., 2007). Intellectual capital diakui dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan dapat dilakukan melalui proses inovasi dan knowledge-
intensive services. Salah satu contoh kemampuan Microsft Inc. Dalam
meningkatkan company’s value. Sebagian besar berasal intangibleintellectual
asset (Edvinsson dan Sullivan, 1996).
Penelitian tentang praktik intellectual capital disclosure dalam kontek perusahaan
publik di Indonesia menarik dilakukan karena :Pertama, sejak tahun 2003
pemerintah terus membuat inovasi kebijakan dalam rangka mendorong
tercapainya target investasi. Dalam hal ini Depperindag, BPPT, dan Depkeu
berkerja sama dalam mengkaji pemberian insentif pajak bagi industri/investor
yang melakukan proses penelitian dan pengembangan (R&D) di Indonesia.Biaya
yang dikeluarkan suatu industri untuk melakukan R&D akan diganti dengan
pemotongan beban PPh Badan Perusahaan tersebut.
Pemberian insentif bagi industri dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha agar
giat melakukan kegiatan inovasi dan R&D sehingga menarik investor luar negeri
masuk Indonesia. Kedua, berdasarkan survai global yang dilakukan oleh Taylor
3
and Associates pada tahun 1998 yang dikutip Williams (2001) ternyata isu-isu
tentang pengungkapan modal intelektual merupakan salah satu dari 10 jenis
informasi yang dibutuhkan pemakai. Oleh karena itu perlu diteliti apakah
perusahaan publik di BEJ tanggap terhadap permintaan informasi yang berkenaan
dengan modal intelektual. Ketiga, banyak pengungkapan wajib yang disyaratkan
oleh profesi akuntansi (accounting professions) terkait dengan physical capital.
Dengan diakuinya modal intelektual sebagai faktor yang sangat penting (privotal
factors) bagi perusahaan, pengungkapan wajib yang terkait dengan physical
capital menjadi kurang mencukupi kebutuhan pemakai sehingga menimbulkan
kesenjangan informasi. Oleh karena itu, penyusun standar (standard setter) perlu
menyusun pedoman bagi pengungkapan informasi modal intelektual untuk
melindungi kepentingan pemakai ( Purnomo 2003).
Lingkungan operasi baru saat ini tidak dapat dihadapi hanya dengan cara-cara
konvensional dan hanya dengan menghandalkan kekayaan (assets) yang besar.
Kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan tidak lagi ditentukan oleh
kemampuan perusahaan untuk menjual produk yang dapat dihasilkan (technology
push) tetapi ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan
menyediakan produk/jasa yang dapat dijual atau customer pool (Mulyadi, 2001:
231). Hal tersebut sesuai dengan resource-based view of the firm (Wernerfelt,
1984; Belkoui, 2002) yang menyatakan bahwa sumberdaya perusahaan
merupakan pemicu di balik keunggulan kinerja perusahaan.
Sumberdaya tersebut tidak hanya berupa aset fisik dan dana tetapi juga aset tidak
berwujud seperti intellectual capital. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut
4
untuk tidak hanya menguasai hard capitaltetapi lebih dari itu juga menguasai soft
capital (intellectual capital) dan melakukan penyesuaian terhadap tuntutan
lingkungan melalui perubahan fundamental secara terus-menerus. Di Indonesia
ulum ( 2008 ) meneliti kinerja modal intelektualsektor perbankan di indonesia.
Penelitian Ulum (2008) ini hanya meneliti peringkat bank berdasarkanBPI
(Business PerformanceIndicator), tanpa mengkaitkannya dengan kinerja
keuangan maupunkinerja pasar perusahaan. VAICdapat juga dianggap sebagai
BPI.Yusup (2009) melakukan penelitian dengan metode Tobin’s Q dengan
hasilmodal intelektual berpengaruhterhadap nilai market performanceperusahaan-
perusahaan yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian Ulum (2007). Yang
menghubungkan intellectual capital dengan kinerja perusahaan, dalam penelitian
ini saya menambahkan Cost to Asset ( CTA).Cost to Asset (CTA) sangat
berkaitan dengan konsep manajemen biaya, knowladge business atau bisnis yang
berbasis pengetahuan dalam pengembangan usahanya, Cost to Asset ( CTA)
merupakan efesiensi biaya yang diperlukan dalam suatu perusahaan. Daripada
menggunakan convetional based yang masih miskin kandungan teknologi dalam
membangun bisnis perusahaan, efesiensi dalam menjalankan kegiatan perusahaan.
Berdasarkanpadalatarbelakangdiatas,
makapenulistertarikuntukmelakukanpenelitiandenganjudul“ Pengaruh Modal
Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Perbankan di Bursa Efek Indonesia)”
5
1.1.1 Permasalahan
1.1.2 PerumusanMasalahdanBatasanMasalah
Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh modal intelektual terhadap profitabilitas
perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh modal intelektual terhadap produktivitas
perusahaan?
3. Bagaimana pengaruh modal intelektual terhadap efesiensi biaya
perusahaan?
1.1.3 BatasanMasalah
Untuk mempersempit ruang lingkup :
1. Rasio modal intelektual yang diproksikanke VAIC, rasio profitabilitas
pada ROA, rasio produktivitas perusahaan pada ATO, rasio efesiensi biaya
perusahaan pada CTA.
2. Objek pengamatan perusahaan perbankan 2009-2011
3. Data yang digunakan laporan keuanggan perusahaan perbankan tahun
2009-2011
6
1.1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.1.5 TujuanPenelitian
Adapun tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh modal intelektual terhadap
profitabilitas (ROA).
2. Untuk menguji secaraempiris pengaruh modal intelektual terhadap
produktivitas (ATO).
3. Untuk menguji secara empiris pengaruh modal intelektualterhadap
efesiensibiaya (CTA
1.1. 6mManfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis, sebagai sumber informasi dan referensi mengenai
relevansi pengungkapan modal intelektualdalam laporan keuangan karena
belum ada standarisasi mengenai penyajian dan pengungkapan modal
intelektualdalam laporan tahunan.
2. Manfaat praktis, sebagai sumber informasi agar perusahaan lebih
memperhatikan dan mengembangkan modal intelektual yang dimiliki,
karena modal intelektualmerupakan nilai tambah dan keunggulan
kompetitif perusahaan
.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Modal Intelektual
Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti
mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu: Human Capital (HC),
Structural Capital (SC), dan Customer Capital (CC), Menurut Bontis et al.
(2000), secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu
organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi
dari genetic inheritance; education; experience, and attitude tentang kehidupan
dan bisnis. Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi
seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi.
IC umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai
pasarperusahaan(bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut
atau dari financial pitalnya. Hal ini berdasarkan suatu observasi bahwa sejak akhir
1980 an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang
berdasar pengetahuan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam
laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh akuntan.
Edvinsson(dalamRoslender dan Fincham, 2004:2) mengidentifikasikan IC
sebagai nilai yang tersembunyi (hidden value) dari bisnis. Terminologi IC
”tersembunyi” disini digunakan untuk dua hal yang berhubungan. Pertama, IC
khususnya asset intellectual atau aset pengetahuan adalah tidakterlihat secara
8
umum seperti layaknya aset tradisional dan kedua aset semacam itu biasanya tidak
terlihat pula pada laporan keuangan (Edvinsson, 1997).
Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals,
strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar
daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan
yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu
organisasi mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al, 2000). Value
Added Intellectual Coefficient (VAIC™) Metode VAIC™, dikembangkan
oleh Pulic (1998), didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation
efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible
assets) yang dimiliki perusahaan. Pulic (1998) mengusulkan Koefisien Nilai
Tambah Intelektual / Value AddedIntellectual Coefficient (VAIC) untuk
menyediakan informasi tentang efisiensi penciptaan nilaidari aset berwujud dan
tidak berwujud dalam perusahaan.
VAIC (Value Added Intellectual Coefficient)digunakan karenadianggap sebagai
indikator yangcocok untuk mengukur IC(Intellectual Capital)di
risetempiris.Beberapa alasan utamayang mendukung penggunaanVAIC (Value
Added Intellectual Coefficient)diantaranya yaituyang pertama, VAIC (ValueAdded
Intellectual Coefficient)menyediakan dasar ukuran yangstandar dan konsisten,
angka angkakeuangan yang standaryang umumnya tersedia darilaporan keuangan
perusahaan(Pulic dan Bornemann, 1999),sehingga memungkinkan lebihefektif
melakukan analisis komparatif internasional menggunakan ukuran sampelyang
besar di berbagai sektor industri. Kedua, semua data yang digunakan dalam
9
perhitungan VAIC (Value Added IntellectualCoefficient)didasarkan padainformasi
yang telah diauditsehingga perhitungan dapat dianggap obyektif dan dapat
diverifikasi (Pulic, 1998, 2000).
VAIC (Value AddedIntellectualCoefficient)adalah sebuah prosedur analitis yang
dirancang untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain yang terkait untuk secara efektifmemonitor dan mengevaluasi
efisiensi nilai tambah atau ValueAdded (VA) dengan total sumber daya
perusahaan dan masing masing komponen sumber daya utama. Nilai tambah
adalah perbedaan antara pendapatan (OUT) dan beban (IN).
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value
Added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan
bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value
creation) (Pulic, 1998). VA dihitung sebagai selisih antara outputdan input (Pulic,
1999).Tanfetgal.(2007),menyatakan bahwaoutput(OUT)merepresentasikan
revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasarsedangkan
input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.
Menurut Tan et al. (2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban
karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya
dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan
labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam
komponen IN (Pulic, 1999).
Karena ituaspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja
sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity) (Tan et al,2007).m
10
Perhatian perusahaan terhadap pengelolaan modal intelektual beberapa tahun
terakhir ini semakin meningkat. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa
IntellectualCapital(modal intelektual) merupakan landasan bagi perusahaan
tersebut untuk berkembang dan mempunyai keunggulan dibandingkan perusahaan
lain. Intellectual capital dapat dipandang sebagai pengetahuan,dalam
pembentukan kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk
menciptakan kekayaan (Stewart, 1997).
Intellectual Capital mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan
kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan
keunggulan kompetitif berkelanjutan. Definisi dari masing-masing komponen
modal intelektual yaitu:
a. Human Capital (HC) adalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki
karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk
dapat berhubungan baik dengan pelanggan.Termasuk dalam human capital
yaitu pendidikan, pengalaman, keterampilan, kreatifitas dan attitude.
b. Structural Capital (SC) adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar.Termasuk dalam
structuralcapital yaitu sistem teknologi, sistem operasional perusahaan,
paten, merek dagang dan kursus pelatihan.
c. Customer Capital (CC) adalah orang-orang yang berhubungan dengan
perusahaan,yang menerima pelayanan dari perusahaan tersebut.Menurut
Sawarjuwono dan Agustine. (2003) elemen customercapital merupakan
komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara
11
nyatacustomercapital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan
pihak di luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan
pelanggan, bagaimana loyalitas pelanggan terhadap perusahaan.
Customercapital juga dapat diartikan kemampuan perusahaan untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar sehingga menghasilkan
hubungan baik dengan pihak luar.
2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan (Financial Performance )
Kinerja keuangan merupakan bagian penting dari perusahaan yang harus diukur
dan dievalusi. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, para pengambil keputusan akan
mengambil langkah yang dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerja.Kinerja perusahaan yang diukur melalui kinerja manajemen. Kinerja
manajemen dapat dilihat dari tingkat profitabilitasnya yang terdapat dalam laporan
keuangan.Kinerja perusahaan yang diukur melalui kinerja teknis. Kinerja teknis
dapat dilihat dari tingkat produktivitasnya yang terdapat dalam
marketingteknologi (termasuk R&D) dan Manajemen.
Kinerja perusahaan yang diukur melalui manajemen keuangan. Manajemen
keuangan dapat dilihat dari efektivitasnya yang terdapat dalam aset yang dimiliki
perusahan, baik aktiva tetap berwujud (Fixed Asset), dan aktiva tetap tidak
berwujud (Intangible Assets).
12
2.1.2.1 Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain,
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mencapai laba.
Menurut G.Sugiyarso dan F. Winami (2005:118) profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total
aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang
akan dicari adalah laba perusahaan. Di dalam penelitian ini untuk pengukuran
profitabilitas digunakan variabel ROA, yaitu karna rasio ini mengambarkan
perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.Semakin besar rasio ini semakin
baik.Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Produktivitas dikemukan dengan menunjukkan rasio output terhadap input. Input
dapat mencakup biaya produksi dan peralatan. Sedangkan outputbisa terdiri dari
penjualan, pendapatan,market sharedan kerusakan.
2.1.2.2 Produktivitas
Produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi merupakan komponen
dari usaha produktivitas. Ada yang melihat pada performansi dengan memberikan
pada nilai efesiensi. Efesiensi diukur sebagai sebagai rasio outputdan input.
Dengan kata lain, pengukuran efesiensi mengkehendaki outcome, dan penentuan
jumlah sumber daya yang dipakai dalam menghasilkan outcome tersebut. Dengan
demikian, pengertian produktivitas dapat didefenisikan sebagai rasio antara
efektivitas pencapaian tujuan pada tingkat kualitas tertentu (output) dan efesiensi
penggunaan sumber daya (input). Produktivitas merupakan suatu kombinasi dari
13
efektivitas dan efesiensi.Sehingga produktivitas dapat diukur (Gaspersz, 1998).Di
dalam penelitian ini pengukuran produktivitas digunakan variabel ATO, yaitu
efesiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.Rasio yang rendah menunjukkan
bahwa perusahaan tidak beroperasi pada volume memadai bagi kapasitas
investasinya (produktivitas).
2.1.2.3 Efisiensi
Efesiensi terdapat berbagai konsep efesiensi yang dikemukan oleh para peneliti
meskipun pada akhirnya dapat di cari titik temu dalam penelitiannya. Berger dan
mester (1997), mengemukakan tiga konsep efesiensi ekonomis (economic
efficiency) yang dianggapnya paling penting, yaitu : (1) cost efficiency, (2)
standart profit efficiency, (3) alternavite profit efficiency. Cost efficieny mengukur
tingkat kedekatan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh suatu bank dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan oleh bank terbaik (best practice bank) untuk
menghasilkan jumlah output yang sama. Semakin dekat bank tersebut kepada
bank terbaik yang menjadi bank acuan maka akan semakin tinggi tingkat
efesiensinya. Sebaliknya, semakin jauh bank tersebut dari bank terbaik kan
semakin rendah tingkat efesiensinya. Berbeda dengan cost efficency, pendekatan
standart profit efficiencymenggunakan variabel laba (profit) sebagai penganti
variabel biaya (cost). Standart profit bank kepada tingkat maksimum profit yang
mungkin dihasilkan pada tingkat tertentu harga-harga input dan
output.Pendekatan ketiga, alternative profit efficiency, merupakan pengembangan
terbaru yang cukup menarik dalam analisa efisensi.
14
Pendekatan ini bisa membantu bila beberapa asumsi yang mendasari pendekatan
cost efficiency dan standart profit efficiency tidak terpenuhi. Konsep efisensi ini
mengukur seberapa dekat suatu bank kepada perolehan profit maksimum dengan
tingkat output tertentu, bukan tingkat harga dari output.Di dalam penelitian ini
pengukuran efisensi digunakan variabel CTA, yaitu menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mendayagunakan modal kerja untuk menciptakan
penjulan.Rasio ini memprensentasikan seberapa banyak modal kerja berputar
dalam satu tahun.Rasio yang rendah menunjukkan turunnya penjualan dan
naiknya modal kerja. Pengukuran kinerja perusahaan sangat diperlukan dalam
relasi dengan kepuasan konsumen proses internal dan aktivitas yang berhubungan
dengan perbaikan dan inovasi dalam organisasi yang membawa pada futeru
financial return (Anastan,2004).
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan elemen keuangan maupun non keuangan,
elemen keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset
(ROA), Asset Turnover (ATO), Growth in Revenue (GR) dan Market to Book
Value (MTBV) sedangkan pengukuran elemen non keuangan dengan
menggunakan balance scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan danNorton
(Hartono, 2001). Pengukuran kinerja perusahaan denganelemen keuangan akan
dijelaskan berikut ini :
2.1.3 Rasio Profitabilitas (ROA)
Rasio profitabilitas yang mengacu kepada total pendapatan, termasuk pendapatan
bunga bersih dan non pendapatan bunga, dibagi dari total aset. Indikator ROA
yang dipilih sebagai proxy untuk pengukuran profitabilitas.Merefleksikan
15
keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset (Chen et
al, 2005). Semakin tinggi nilai ROA, semakin efisien perusahaan dalam
menggunakan asetnya, baik aset fisik maupun aset non-fisik (intellectual capital)
akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
2.1.4 Rasio Produktivitas (ATO)
Rasio produktivitas menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan
yangHdinilai.IndikatorATOyang dipilih sebagai proxy produktivitas.
Mereflekasikandana yang tertanam pada aktiva berputar dalam satu periode
tertentu atau kemampuan modal yang ditanamkan dalam seluruh aktiva untuk
menghasilkan pendapatan. Heriyanto (1999) mengatakan produktivitas
merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumberdaya diatur dan dimanfaatkan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.Secara produktivitas dapat dinyatakan
sebagai rasio antara keluaran terhadap sumberdaya yang dipakai.Bila dalam rasio
tersebut masukan yang dipakai untuk menghasilkan keluaran dihitung seluruhnya,
disebut sebagai produktivitas total (total productivity), tetapi bila yang dihitung
sebagai masukan hanya faktor tertentu saja maka disebut sebagai poduktivitas
parsial (partial productivity).Merupakan rasio dari total pendapatan terhadap total
aset (Firrer dan William, 2003). Rasio ini mengukur efisiensi penggunaan total
aset yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Semakin besar nilai ATO, semakin
perusahaan memiliki margin keuntungan yang rendah, sedangkan semakin kecil
nilai ATO perusahaan memiliki margin keuntungan yang tinggi.
16
2.1.5 Rasio Efesiensi Biaya(CTA)
Rasio efisiensi biaya diartikan sebagai rasio antara biaya minimum dimana
perusahaan dapat menghasilkan sejumlah output tertentu, dengan biaya
sebenarnya yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan tersebut (Ansari,
2006).Indikator CTA yang dipilih sebagai proxy efesiensi biaya. Mereflekasikan
realisasi biaya operasional sesuai dengan programanggaran, atau merujuk
padabiaya operasional lebih dari total aset. Analisis efisiensi didasarkan pada
kemampuan menghasilkan output yangmaksimal dengan input yang ada atau
menggunakan tingkat input yang minimumuntuk menghasilkan output tertentu
menurut Hadad (2003).Rasio ini mengukur aset lancar dibandingkan dengan
penjualannya. Semakin tinggi ATO maka akan semakin efisien penggunaan aktiva
lancar dalam menghasilkan penjualan.
Hal ini berarti perusahaan yang tidak bangkrut memilki efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang bangkrut.Jika perusahaan adalah
perusahaan perbankan maka biaya operasionalnya, dibagi menjadi tiga. Menurut
(Kuncoro dan Suhardjono,2002) fungsi utama bank dalam pembangunan
ekonomi yaitu: (1). Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan; (2)
Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit dan (3) Melancarkan
transaksi perdagangan dan peredaran uang.
Dalam bidang perekonomian dan dunia bisnis peran perbankan telah menjadi satu
mata rantai yang bersimbiosis dengan pelaku industri bisnis yang lainnya, karena
secara umum kegiatan perbankan meliputi: (a) menghimpun dana dari masyarakat
(Funding), (b) menyalurkan dana ke masyarakat/industri (Lending), (c) memberi
jasa-jasa perbankan lainnya ke masyarakat/industri (Service).Biaya operasional
17
adalah biaya yang berhubungan atau mempengaruhi langsung pada aktivitas
perusahaan, secara umum tujuan dari aktivitas perusahaan adalah untuk
memperoleh laba, unsur terbesar dari laba adalah pendapatan operasional, dengan
kata lain biaya operasional merupakan sumber ekonomi dalam upaya
mempertahankan dan menghasilkan pendapatan operasional.
Pengendalian biaya operasional juga bukan tanpa resiko, salah satu resiko biaya
operasional kemungkinan berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan
keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional perusahaan, dan
kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang
ditawarkan. Untuk meminimalkan risiko diatas maka perusahaan perlu
bertindakrasional dalam arti lebih memperhatikan efisiensi. Masalah efisiensi
dirasakansemakin penting pada saat ini dan dimasa yang akan datang karena
adanyapermasalahan yang mungkin timbul sebagai akibat kompetisi usaha
yangbertambah ketat, dan meningkatnya mutu kehidupan yang berakibat
padameningkatnya standar kepuasan konsumen.
Dalam pemaparan diatas terlihat HC ( Human Capital) salah satu bagian dari komponen modal
intelektual yang menjadi salah satu sumber daya terpenting di perusahaan dalam meningkatkan
kemampuan untuk mencapai tujuan dan menghasilkan efisiensi, sehingga dapat meningkatkan
daya saing (De Pablos, 2003).Karyawan yang dikenal sebagai modal manusia
berperan penting dalam menciptakan nilai melalui peningkatan efisiensi yaitu
dengan menerapkan metode produksi baru yang mengarah pada penurunan biaya
produksi suatu produk yang akhirnya perusahaan dapat menetapkan harga yang
lebih rendah karena itu perusahaan lebih efisien dari pesaingnya yang akhirnya
18
perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif di dalam pasar dan
memungkinkan perusahaan memaksimalkan keuntungan. Untuk memaksimalkan
keuntungan modal manusia perlu dipadukan dengan modal fisik.Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Goh, (2005) bahwa kedua modal tersebut diperlukan
dalam produksi, karena kemampuan modal fisik dan modal intelektual adalah
penting untuk menciptakan nilai perusahaan.
Ditambahkan oleh Bannany (2008) pentingnya modal fisik karena memungkinkan kontribusi
modal manusia dalam menciptakan nilai tambah. Dengan demikian modal manusia tidak
dapatbertindak tanpa modal fisik maka modal fisik tidak dapat diabaikan dalam menentukan
indeks kinerja modal intelektual (Value Added Intellectual Capital-VAIC).
2.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti Bontis (1998) dari kanada melakukan penelitian dengan metode
menggunakanKuesioner dan PLS dengan hasil HCberhubungan dengan SC dan
CC; CCberhubungan dengan SC; CC dan SCberhubungan dengan
kinerjaindustri.Peneliti Bontis et al.(2000) dari Malaysia melakukan
penelitiandengan metode menggunakankuesioner dan PLS dengan hasil
HCberhubungan dengan SC dan CC; CCberhubungan dengan SC;
SCberhubungan dengan kinerja industri. Peneliti Chen et al. (2005)dari Taiwan
melakukan penelitian dengan metode menggunakan VAIC, korelasi dan regresi
dengan hasil ICberpengaruh terhadap nilai pasardan kinerja perusahaan;
R&Dberpengaruh terhadap kinerjaperusahaan.
Peneliti Firer dan Williams(2003) dari Afrika Selatan melakukanpenelitian
dengan metode menggunakanVAIC dan regresi linier denganhasil VAIC
19
berhubungan dengankinerja perusahaan (ROA, ATO, MB).Peneliti Riahi-
Belkaoui (2003)dari USA melakukan penelitiandengan metode
menggunakanLaporan tahunan dan regresi denganhasil IC atau Intellectual
Capital(diproksikan dengan RVATA) secarasignifikan berhubungan
dengankinerja perusahaan multinasional di USA.
Peneliti Tan et al. (2007) dari Singapore melakukan penelitiandengan metode
menggunakan VAIC,dan PLS dengan hasil IC berpengaruhpositif terhadap kinerja
perusahaan, baik masa kini maupun masamendatang; rata-rata pertumbuhanIC
(Intellectual Capital) berhubunganpositif dengan kinerja perusahaan dimasa
mendatang; kontribusi IC(Intellectual Capital) terhadapkinerja perusahaan
berbedaberdasarkan jenis industrinya.Peneliti Ulum (2008) menelitikinerja modal
intelektual sektorperbankan di Indonesia selama tigatahun yaitu pada tahun 2004,
2005,2006. Penelitian Ulum ini hanya meneliti peringkat bank berdasarkanBPI
(Business PerformanceIndicator), tanpa mengkaitkannya dengan kinerja
keuangan maupunkinerja pasar perusahaan. VAICdapat juga dianggap sebagai
BPI.Yusup (2009) dariJakarta Universitas Guna Darma melakukan penelitian
dengan metode Tobin’s Q dengan hasilmodal intelektual berpengaruhterhadap
nilai market performanceperusahaan-perusahaan yangterdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011.
Perusahaan perbankan dipilih karena merupakan sektor jasa dimana layanan
terhadap pelanggan bergantung pada kecerdasan modal manusia dan sektor
perbankan juga sektor bisnis yang bersifat “intellectually intensive”
(Kamath,2007).
Penentuan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Menurut Indriantoro dan Supomo
(2002) purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel tidak acak yang
informasi dan kriterianya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Sampel
penelitian yang dipilih didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan sektor perbankan yang telah go publik dan terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2011.
2. Didasarkan padainformasi laporan keuangan perbankan yang telah
diauditsehingga perhitungan dapat dianggap obyektif dan dapat
diverifikasi dan konsisten mempublikasikan selama periode penelitian
2009 sampai 2011.
3. Perusahaan memiliki total aset dan nilai buku ekuitas yang positif selama
periode penelitian.
21
4. Menampilkan angka angka keuangan dalam standar rupiah di laporan
keuangannya.
5. Bank-bank yang dijadikan sampel masuk daftar empat belas bank besar
per 31 Desember 2011 yang pengklasifikasiannya berdasarkan total aset
karena itulah data terakhir yang bisa didapat dan nilainya diyakini
mendekati realita pasar.
3.2 Sampel Perusahaan
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam laporan
keuangan sektor perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak
tahun 2009-2011 yang berjumlah 14 yang bisa dilihat pada tabel 1.
Tabel 1Sampel Penelitian
NO KODE NAMA PERUSAHAAN1 BBKP Bank Bukopin Tbk2 BBCA Bank Central Asia Tbk3 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk4 BDMN Bank Danamon Tbk5 BAEK Bank Ekonomi RaharjaTbk6 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk7 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk8 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk9 MEGA Bank Mega Tbk10 PNBN Bank Panin Tbk11 BNLI Bank Permata Tbk12 BBRI Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk13 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk14 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
Sumber: data laporan keuangan IDX3.3 Sumber Data Penelitian
22
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain) berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data\dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002). Adapun sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan (financial report)
periode 2009-2011. Data ini diperoleh dari Situs Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id).
2. Data publikasi laporan keuangan perusahan sampel. Data ini diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2011 yang didapat
dari kantor IDX Bandar Lampung.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah modalintelektual, yang dimaksud
modal intelektual, adalah merupakan sumber daya berupa pengetahuan seperti
pelanggan, kompetensi karyawan dan teknologi dimana perusahaan dapat
mengunakanya dalam proses penciptaan nilai (Ulum, 2009). Kinerja intellectual
capital yang diukur dengan value added yang diciptakan oleh physical capital,
human capital dan structural capital. VAIC™ merupakan gabungan dari ketiga
indikator value added yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
BAB IV
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum.Statistik deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan prilaku data
sampel tersebut. Statistik deskriptif data penelitian ini ditunjukkan pada tabel 2
sebagai berikut:
Tabel 2Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Nama Variabel VAIC N 42
Minimun -60.45 Maximun 6.43 Mean 2.3495 Std. Deviation 10.4332
ROA N 42 Minimun 0.6 Maximun 3.34 Mean 1.7762 Std. Deviation 0.70962
ATO N 42 Minimun 0.02 Maximun 0.45 Mean 0.0564 Std. Deviation 0.06499
CTA N 42 Minimun 0.01 Maximun 0.1 Mean 0.044 Std. Deviation 0.02317
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata VAIC
adalah sebesar 2.3495. Nilai VAIC terendah adalah yaitu -60.45
24
yaitu milik Bank International Indonesia Tbktahun 2009.
Sedangkan VAIC tertinggi adalah 6.43 milik Bank Panin Tbk
tahun 2010.Standar deviasi VAIC adalah 10.43320.
Nilai rata-rata ROA adalah sebesar 1.7762. NilaiROA terendah
adalah yaitu 0,6 yaitu milik Bank Permata Tbk tahun 2009.
Sedangkan ROA tertinggi adalah 3.34 milikBank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk tahun 2011. Standar deviasi ROA adalah
70962.
Nilai rata-rata ATO adalah sebesar 0546. NilaiATO terendah
adalah yaitu 0.02 yaitu milik Bank Ekonomi Raharja Tbk tahun
2010.Sedangkan ATO tertinggi adalah 0.45 milikBank Permata
Tbktahun 2011. Standar deviasi ATO adalah 06499.
Nilai rata-rata CTA adalah sebesar 0440. Nilai CTA terendah
adalah yaitu 0.01 yaitu milik Bank International Indonesia
Tbktahun 2010.Sedangkan CTA tertinggi adalah 0.10 milikBank
Mega Tbk tahun 2010. Standar deviasi CTA adalah 02317.
4.1.1 Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengkaji apakah data yang digunakan dalam
model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya telah
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapatdiuji
dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan Asymp.Sig (2-tailed).
25
dapat dilihat pada baris Asymp.Sig ( 2-tailed) dari masing-masing variabel yang
ada pada tabel 3 antara lain :
1. Nilai masing-masing variabel yang telah memenuhi standar yang
ditetapkan dapat dilihat pada baris Asymp.Sig (2-tailed). Dari baris
tersebut nilai VAIC sebesar 0,060. Nilai dari variabel tersebut lebih
besar 0,05 artinya variabel VAIC telah terdistribusi normal.
2. Nilai masing-masing variabel yang telah memenuhi standar yang
ditetapkan dapat dilihat pada baris Asymp.Sig (2-tailed). Dari baris
tersebut nilai ROA sebesar 0,820.Nilai dari variabel tersebut lebih
besar dari 0,05 artinya variabel ROA telah terdistribusi normal.
3. Nilai masing-masing variabel yang telah memenuhi standar yang
ditetapkan dapat dilihat pada baris Asymp.Sig (2-tailed). Dari baris
tersebut nilai ATO sebesar 0,734. Nilai dari variabel tersebut lebih
besar dari 0,05 artinya variabel ATO telah terdistribusi normal.
4. Nilai masing-masing variabel yang telah memenuhi standar yang
ditetapkan dapat dilihat pada baris Asymp.Sig (2-tailed). Dari baris
tersebut nilai CTA sebesar 0,135. Nilai dari variabel tersebut lebih
besar dari 0,05 artinya variabel CTA telah terdistribusi normal.
Tabel 3Hasil Pengujian Normalitas Data
VAIC™ ROA ATO CTAN 42 42 42 42
Asymp.Sig.(2-tailed .060 .734 .135 .820a.Test distribution is Normal.b. Calcuted from data.
26
Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa dari 42 sampel yang dimasukkan,
semua sampel bisa digunakan untuk melakukan uji normalitas nilai K-S untuk
variabel VAIC adalah 1,325 dengan p=0,060. Sedangkan variabel ROA memiliki
nilai K-S 631 dengan p=0,820. Sedangkan ATO memiliki nilai K-S 686 dengan
p=0,734. Sedangkan variabel CTA memiliki nilai K-S 1,161 dengan p=0.136.
Dapat diketahui
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh modal intelektual terhadap
kinerja keunganan yang diwakali oleh variable profitabilitas, produktivitas, dan
efesiensi.Penelitian ini mengambil periode pengamatan selamat iga tahun yaitu
dari tahun 2009 sampai dengan 2011, dimana jumlahs ampel yang digunakan
yaitu 42 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hasil
analisis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hipotesis pertama (Ha1) adalah Value Added Intellectual Capital (VAIC™) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Berdasarkan hasil
pengujian diperoleh angka ngkat signifikansi 0,304 (p>0,05), makaReturn on
Asset (ROA) tidak signifikan berpengaruh terhadapValue Added Intellectual
Capital (VAIC™) yang berarti Ha1tidakterdukung
Hipotesis pertama (Ha2) adalah Value Added Intellectual Capital (VAIC™) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas (ATO). Berdasarkan hasil
pengujian diperoleh angka tingkat signifikansi 0,882 (p>0,05), maka Asset
Turnover (ATO) tidak signifikan berpengaruh terhadapValue Added Intellectual
Capital (VAIC™) yang berarti Ha2 tidak terdukung
Hipotesis pertama (Ha2) adalah Value Added Intellectual Capital (VAIC™) tidak
berpengaruh secaras ignifikan terhadap efesiensi (CTA). Berdasarkan hasil
28
pengujian diperoleha ngkatingkat signifikansi 0,528 (p>0,05), maka Cost to Asset
(ATO) tidak signifikan berpengaruh erhadapValue Added Intellectual Capital
(VAIC™) yang berarti Ha3 tidak terdukung
5.2 Keterbatasan
Keterbatasandalampenelitianinidiantaranyayaitu:
Batasan masalah memiliki kreteria empat belas perusahaan perbankan yang
memiliki total asset terbesarhanya, hal ini memperkecil jumlah sampel yang
didapat.
Hasil penelitian tidak bias melihat kecenderungan yang terjadi dalam jangka
panjang dan elum mewakili dari emuaka tegorip erusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
29
DAFTAR PUSTAKA
Alex Kane, Alan J. Marcus, 2004, Investment, International Edition, New York : Mc Graw Hill Irwin.
Anastan. 2004.”Intelectual Capital dan Kinerja Perusahaan-Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia. Jakarta. Universitas Trisakti.
Ang. (1997). A Reporting Perspective on Intellectual Capital.
Ansari. 2006. Mobilizing Invisible Assets. Boston: Harvard University Press.
Bambang. R. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPEE UGM, Yogyakarta.
Berger. And Master, 1997, “A Study of Determinants of Intellectual Capital
Bontis, N. 1998. “Intellectual capital: an exploratory study that develops measures an models”. Management Decision, Vol. 36 No. 2, p. 63..
Bontis, N. (2000). Assesing Knowledge Assets: A Review of The Models Usedto Measure Intellectual Capital, http : // www. Business. .Queensu .Ca/
kbe.
Bontis, N. (2001). “Intellectual Capital and Business Performance Industries”. Journal of Intellectual Capital. Vol 1, No. 1: 85-100in Malaysian.
Chen et al. (2005). Association between independent non-executive directors, family control and financial disclosures in Hong Kong. Journal of Accounting and Public Policy, 19(4), pp. 285-310.
De Pablos, P. (2003), “Intellectual capital reporting in Spain: a comparative view”,
Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 No. 1, pp. 61-81
Edvinson, L. dan Sullivan, P. (1996). “Developing Model for Managing Intelectual Capital”. European Management Journal, 14 (4), 356-364.
Edvinsson, L. (1997). Developing Intellectual Capital at Skandia. Long Range Planning, 30(3), 366-373.
Edvinsson, L. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company.Sydney.
El-Bannany, M. (2008). “A Study of Determinants of Intellectual Capital Performance in Banks: The UK Case”. Journal of Intellectual Capital. Vol.9, No. 3: 487-498.
30
Firer, S., and S.M. Williams. 2003. “Intellectual capital and traditionalmeasures of corporate performance”. Journal of Intellectual Capital.Vol. 4 No. 3. pp. 348360.
Firrer et al. 2003. Does value added beat earnings? Empirical evidence from South Africa. www.wits.ac.za.
Gasperz, J. et al. 1998. “The voluntary reporting of intellectual capital”. Journal of
Intellectual Capital Vol. 7 No. 2. pp. 254-271
Goh, P.(2005), “Intellectual capital performance of commercial banks in Malaysia,” Journal of Intellectual Capital, Vol.6, No.3, pp.385-396. Han, Tzu, Shian, Carol,yeh.
Ghozali, I. 2006. Structural Equation Medeling; Metode Alternatif dengan PLS. Badan Penerbit Undip. Semarang.
G. Sugiarso dan Wenami, f (2005). Produktivitas Tenaga Kerja dari Perspektif Sosial; Kasus Aneka Industri di Indonesia. Universitas Bung Hatta. Jakarta.
Hadad. 2003. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Erlangga : Jakarta.
Hartono, Budi. (2001). Intellectual Capital: Sebuah Tantangan, Akuntansi Masa Depan, Media Akuntansi, No.21/ Oktober, hal. 65-72
Heriyanto , (1999). Sulitya mengkuantifikasi Modal Intelektual, Media Akuntansi no. 14 / th VII / Oktober 45-46
Kamath, G.B. (2007). The intellectual capital performance of Indian banking sector. Journal of Intellectual Capital, 8(1), 96-123.
Keenan, J dan Aggestam, M. (2001). Corporate Governance and IntellectualCapital: Some Conceptualisation. Corporate Governance, 9, 259-275.
Kuncoro, M. dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE
Mulyadi. (2001), "Kinerja modal intelektual dari sektor perbankan Jepang",Jurnal Modal Intelektual, Vol. 5 No 1, hal 92-115.
Parulian 2009. “Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) dan ModalIntelektual (Intellectual Capital) Untuk Pemberdayaan UKM”. available online at: www.ilmukomputer.com (accessed April 2007).