Post on 24-Jan-2021
FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR
DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE
PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT
DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA
TAHUN 2018
TESIS
Oleh:
MARLIANI
1303195024
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR
DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE
PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT
DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA
TAHUN 2018
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Mayarakat (M.K.M)
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi
Institut Kesehatan Helvetia Medan
Oleh :
MARLIANI
1303195024
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
Telah diuji pada tanggal : 13 Desember 2018
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. dr. Sarma Lumban Raja, Sp.OG (K)
Anggota : 1. Willhelmina Wahara, S.S.T, M.Kes
2. Dr. Ns. Asyiah Simanjorang, S.Kep, M.Kes
3. Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A
i
ii
iii
ABSTRAK
FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR
DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE
PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT
DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA TAHUN 2018
MARLIANI
1303195024
Kanker serviks merupakan penyakit yang mengancam jiwa, menyebabkan
gangguan kesehatan pada wanita usia subur, kualitas hidup rendah, merasa tidak
berdaya dan berguna dalam kehidupannya serta kematian. Kunjungan Wanita Usia Subur (WUS) untuk melakukan pemeriksaan IVA dari bulan Agustus sampai Desember 2017 rata-rata sebanyak 71 orang (21%) dan ditemukan 10 orang terdiagnosa menderita
kanker serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi minat wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di
Puskesmas Tanjung Morawa tahun 2018.
Jenis penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi adalah wanita usia subur yang berusia 20-45 tahun dengan jumlah
sampel 102 orang. Data dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi-
square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat
kemaknaan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran teman memiliki pengaruh
paling kuat terhadap minat wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks
(p=0,000) dengan nilai Exp (B) = 6,770 nilai prevalensi rate 2,857 dan
Confidance interval (CI) antara 1,464-5,577 hal itu berarti bahwa peran teman
yang tinggi memengaruhi 6,770 kali lebih besar minat wanita usia subur dalam
deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan inspeksi visual asam
asetat di Puskesmas Tanjung Morawa tahun 2018.
Kesimpulan ada pengaruh pengetahuan, sikap, akses informasi, peran
suami dan peran teman terhadap minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks dengan metode IVA. Disarankan Puskesmas Tanjung Morawa
memberikan promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarkat
terutama WUS dan menghadirkan WUS yang sudah melakukan deteksi dini
kanker leher rahim atau penderita kanker leher rahim sebagai penyuluh untuk
meningkatkan minat WUS.
Kata Kunci : Deteksi Dini Kanker Serviks, Metode IVA, Wanita Usia Subur
Daftar Pustaka : 30 buku (1982-2013), 7 jurnal, 7 artikel
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan limpahan KaruniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Faktor yang
memengaruhi minat wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan
metode pemeriksaan inspeksi visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa
tahun 2018.”
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan
Reproduksi Institut Kesehatan Helvetia Medan. Dalam menyusun tesis ini,
peneliti mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
2. Dr. Ahmad Rifai, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
3. Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Helvetia Medan.
4. Prof. Dr. dr. Sarma Lumban Raja, Sp.OG (K) selaku Dosen Pembimbing I
dan Willhelmina Wahara, S.S.T, M.Keb selaku Pembimbing II yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk
membimbing penulis.
v
5. Dr. Ns. Asyiah Simanjorang, S.Kep, M.Kes dan Dr. dr. Juliandi Harahap, MA,
selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan
demi kesempurnaan tesisi ini.
6. Kepala Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa dan seluruh
pegawai yang telah membantu peneliti selama proses pengambilan data
penelitian.
7. Teristimewa buat kedua orangtuaku yang tercinta serta suami dan anak-
anakku tersayang yang telah memberikan dorongan dan motivasi serta doanya
selama peneliti mengikuti pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehata Helvetia Medan.
8. Seluruh staf pengajar Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberi
bekal pengetahuan kepada peneliti dan saran atau masukan yang berguna
dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendorong baik secara langsung
ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan tesis ini.
Peneliti menyadari bahwa di dalam penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu jika terdapat kritik dan saran, peneliti akan senantiasa
menerimanya. Peneliti berharap agar tesis ini dapat bermanfaat bagi semua.
Medan, 13 Desember 2018
Peneliti
Marliani
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Marliani, dilahirkan di Desa Karang Anyar, pada tanggal
02 Maret 1980, anak kedua dari pasangan Bapak Pardiman dan Ibu Muliani.
Pendidikan Formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SDN 105368
Desa Karang Anyar Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang pada tahun
1986-1992, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di MTs SKB 3 Menteri
Perbaungan pada tahun 1992-1995, Sekolah Menengah Atas di SMU Swasta Setia
Budi Perbaungan pada tahun 1995-1998, dan melanjutkan pendidikan di Akademi
Keperawatan Sembiring Delitua Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang
pada tahun 1998-2001 kemudian melanjutkan pendidikan ke Akademi Kebidanan
Senior Medan pada tahun 2005-2008 dan mengikuti pendidikan D IV Kebidanan
Pendidik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia Medan Pada tahun 2009-
2011.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan
Reproduksi di Institut Kesehatan Helvetia Medan sejak tahun 2013-2018.
vii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACT .............................................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v DAFTAR ISI ............................................................................................ vi DAFTAR TABEL.................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian .................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian .................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 12
2.1 Peneliti Terdahulu .................................................... 12 2.2 Teori Minat .............................................................. 13
2.2.1 Pengertian Minat .......................................... 13 2.2.2 Proses Terjadinya Minat............................... 15 2.2.3 Unsur Minat.................................................. 15 2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat ...... 17
2.3 Kanker Serviks ......................................................... 23 2.3.1 Pengertian Kanker Serviks ........................... 23 2.3.2 Etiologi ......................................................... 24 2.3.3 Patogenesis ................................................... 26 2.3.4 Gejala Kanker Serviks ................................. 28 2.3.5 Faktor Risiko Menyebabkan Kanker Serviks 30 2.3.6 Wanita dan Problem Kewanitaan ................. 32 2.3.7 Stadium Perkembangan Kanker Serviks ...... 33 2.3.8 Pengobatan ................................................... 34 2.3.9 Efek Samping Pengobatan ........................... 36
2.4 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks ...................... 37 2.5 Metode Deteksi Dini dengan IVA ........................... 39
2.5.1 Patofisiologi Acetowhite Epithelium ............ 39 2.5.2 Keunggulan Metode IVA ............................. 41 2.5.3 Jadwal Pemeriksaan IVA ............................. 41 2.5.4 Syarat Mengikuti IVA test ........................... 41 2.5.5 Cara Melakukan Pemeriksaan IVA .............. 41 2.5.6 Kategori Pemeriksaan IVA .......................... 42
2.6 Wanita Usia Subur (WUS) ....................................... 44 2.7 Kerangka Teori ....................................................... 44 2.8 Kerangka Konsep ..................................................... 45
viii
2.9 Hipotesis................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN .............................................. 48
3.1 Jenis Penelitian ........................................................ 48 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................. 48
3.2.1 Lokasi Penelitian ......................................... 48 3.2.2 Waktu Penelitian ......................................... 48
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................... 49 3.3.1 Populasi Penelitian ....................................... 49 3.3.2 Sampel Penelitian ......................................... 49
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................... 50 3.4.1 Jenis Data ..................................................... 50 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ........................... 51 3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ....................... 51
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......... 52 3.5.1 Variabel Penelitian ....................................... 52 3.5.2 Definisi Operasional ..................................... 52
3.6 Metode Pengukuran ................................................. 56 3.7 Metode Pengolahan Data .......................................... 55 3.8 Analisis Data ............................................................ 57
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................... 59
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................... 59 4.2 Analisis Univariat ................................................... 61
4.2.1 Data Karakteristik ....................................... 61 4.2.2 Variabel Penelitian ...................................... 62
4.3 Analisis Bivariat ....................................................... 81 4.3.1 Hubungan faktor pendidikan dengan minat.. 81 4.3.2 Hubungan faktor pengetahuan dengan minat 82 4.3.3 Hubungan faktor sikap dengan minat……… 82 4.3.4 Hubungan akses informasi dengan minat..... 83 4.3.5 Hubungan peran suami dengan minat.. ........ 84 4.3.6 Hubungan dukungan teman dengan minat.. . 85
4.4 Analisis Multivariat.................................................. 86
BAB V PEMBAHASAN ............................................................. 89
5.1 Pengaruh faktor pendidikan terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas
Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 89
5.2 Pengaruh faktor pengetahuan terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas
Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 91
5.3 Pengaruh faktor sikap terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas Tanjung
Morawa tahun 2018 ................................................. 93
ix
5.4 Pengaruh faktor akses informasi terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas
Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 96
5.5 Pengaruh faktor peran suami terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas
Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 98
5.6 Pengaruh faktor peran teman terhadap minat WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di Puskesmas
Tanjung Morawa tahun 2018 .................................. 101
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................... 106
6.1 Kesimpulan ............................................................. 106 6.2 Saran ...................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 109
x
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Pengukuran Variabel Penelitian ...................................................... 56
4.1 Distribusi frekuensi karekteristik WUS di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun
2018 ................................................................................................. 62
4.2 Distribusi frekuensi kategori pendidikan WUS di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun
2018 ................................................................................................. 63
4.3 Distribusi frekuensi pengetahuan WUS tentang deteksi dini
kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa
Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ....................................... 64
4.4 Distribusi frekuensi kategori pengetahuan WUS tentang deteksi
dini kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa
Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ....................................... 65
4.5 Distribusi frekuensi pernyataan sikap WUS terhadap pemeriksaan
deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun
2018 ................................................................................................. 67
4.6 Distribusi frekuensi kategori sikap WUS terhadap pemeriksaan
deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun
2018 ................................................................................................. 69
4.7 Distribusi frekuensi jawaban WUS tentang akses informasi
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
tahun 2018 ....................................................................................... 70
4.8 Distribusi frekuensi pengkategorian WUS tentang akses informasi
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
tahun 2018 ....................................................................................... 71
4.9 Distribusi frekuensi jawaban WUS tentang peran suami dalam
meningkatkan minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ......................... 73
4.10 Distribusi frekuensi pengkategorian peran suami dalam
meningkatkan minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ......................... 75
4.11 Distribusi frekuensi jawaban WUS tentang peran teman dalam
meningkatkan minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ......................... 76
xi
4.12 Distribusi frekuensi pengkategorian peran teman dalam
meningkatkan minat WUS melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2018 ......................... 79
4.13 Distribusi frekuensi jawaban minat WUS melakukan pemeriksaan
deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa tahun
2018 ................................................................................................. 80
4.14 Hubungan faktor pendidikan dengan minat WUS melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
tahun 2018 ....................................................................................... 81
4.15 Hubungan faktor pengetahuan dengan minat WUS melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
tahun 2018 ....................................................................................... 82
4.16 Hubungan faktor sikap dengan minat WUS melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
tahun 2018 ....................................................................................... 83
4.17 Hubungan faktor akses informasi dengan minat WUS melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
tahun 2018 ....................................................................................... 84
4.18 Hubungan faktor peran suami dengan minat WUS melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
tahun 2018 ....................................................................................... 85
4.19 Hubungan faktor dukungan teman dengan minat WUS melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
tahun 2018 ....................................................................................... 85
4.20 Variabel kandidat model regresi logistic berganda ......................... 87
4.21 Pengaruh faktor pengetahuan, sikap, akses informasi, peran suami
dan dukungan teman terhadap minat WUS melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
tahun 2018 ....................................................................................... 87
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Kanker Serviks ................................................................................ 24
2.2 Human Papiloma Virus ................................................................... 26
2.3 Stadium Kanker Serviks .................................................................. 34
2.4 Hasil Pemeriksaan IVA ................................................................... 44
2.5 Landasan Teori ................................................................................ 45
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1. Kuesioner ...................................................................................... 112
2. Mater Data .................................................................................... 122
3. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 136
4. Surat Ijin Penelitian....................................................................... 138
5. Surta Balasan Penelitian .............................................................. 139
6. Surat Permohonan Uji Validitas .................................................. 140
7. Surat Balasan Uji Validitas .......................................................... 141
8. Surat Persetujuan Perbaikan ........................................................ 142
9. Lembar Bimbingan Pembimbing I................................................ 143
10. Lembar Bimbingan Pembimbing II .............................................. 145
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit yang mengancam jiwa, diagnosis terhadap
kanker menjadi pengalaman yang sangat menegangkan bagi wanita sehingga
diagnosis kanker sering disertai dengan ketidaknyamanan dan kesiagaan terhadap
kematian yang akhirnya menimbulkan gangguan kesehatan dan sosial lainnya.
Pasien kanker mengalami kualitas hidup rendah dengan memperlihatkan perasaan
sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas akan kehidupannya,
merasa lebih buruk jika dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah
terhadap tubuhnya dan merasa tidak berdaya dan tidak berguna (1).
American Cancer Society telah mengidentifikasi empat faktor yang dapat
memengaruhi kualitas hidup penderita kanker dan keluarganya, yaitu faktor sosial,
psikologis, fisik dan spiritual. Masalah psikologis utama yang dialami oleh
penderita kanker stadium lanjut adalah distress psikologis berkaitan dengan
diagnosis kanker atau masalah fisik dan sosial yang dialami sebagai akibat dari
kanker dan terapinya. Pada penatalaksanaan medis yang dijalani akan
menimbulkan efek perubahan pada fisik seperti kehilangan salah satu bagian dari
tubuh. Salah satu kanker yang diderita wanita adalah kanker serviks (2).
Kanker serviks atau sering disebut sebagai kanker leher rahim adalah
pertumbuhan dan perkembangan sel secara abnormal yang dapat mengakibatkan
kelainan fungsi organ terutama kelainan fungsi organ reproduksi khususnya pada
organ serviks yang disebabkan infeksi oleh satu atau lebih virus disebabkan
1
2
infeksi oleh satu atau lebih virus Human Papiloma Virus (HPV). Kanker serviks
umumnya mengenai wanita usia masih produktif, sehingga dampaknya pada
keluarga sangat berarti. Peran wanita dari sudut ekonomis dan sosial sangat
penting bagi anak-anak dan keluarganya. Meninggalnya seorang ibu pada usia
produktif akan berdampak kepada anak-anak mereka sehingga meningkatkan
risiko kesakitan dan kematian anaknya (3).
Kanker serviks di dunia sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang
didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 530.000 jiwa
kasus baru pada tahun tahun 2012 (7,9% dari seluruh kanker diderita wanita)
dengan angka kematian sebanyak 270.000 jiwa pada tahun 2015 terjadi di negara
berkembang (4). Kematian akibat kanker serviks terjadi di berbagai negara antara
lain: 53.300 jiwa kematian di Afrika, 31.700 jiwa kematian di Amerika Latin, dan
159.800 jiwa kematian di Asia. Negara India merupakan negara penyumbang
nomor dua kematian akibat kanker serviks yaitu sebesar 26% (72.800) (5).
Tingginya jumlah penderita kanker serviks di Indonesia harus diimbangi
dengan tingginya jumlah pelaksana program skrining, terdiri dari dokter umum
dan bidan). Jumlah tenaga provider deteksi dini kanker serviks adalah 1.682
provider dan diperkirakan jumlah kanker serviks tahun 2013 sebanyak98.692
kasus (5). Menurut Yayasan Peduli Kanker Serviks Indonesia tahun 2017,
menjelaskan bahwa prevalensi penyakit kanker serviks berkisar 1,4 per 1.000
orang penduduk (6).
Jumlah penderita kanker serviks di Provinsi Sumatera Utara pada tahun
2010 sebanyak 681 kasus, dengan prevalensi 0,063 per 100.000 penduduk. Angka
3
tersebut lebih tinggi dari angka prevalensi secara nasional (0,043 per 100.000
penduduk), hal tersebut menunjukkan penyakit kanker serviks merupakan masalah
kesehatan yang perlu mendapat perhatian (7). Upaya pemerintah untuk
mengurangi angka kejadian kanker serviks dengan memberikan program
pelayanan kesehatan deteksi dini kanker serviks melalui skrining bagi Wanita
Usia Subur (WUS) di puskesmas yang telah berkembang di 207 kabupaten pada
32 provinsi se Indonesia yang dilaksanakan oleh 717 dari 9500 Puskesmas.
Jumlah diskrining sebanyak 644.951 orang perempuan atau 1,75 % dari target
perempuan usia 30-50 tahun, 28.850 orang (4,47 %) IVA positif, curiga kanker
serviks 840 (1,3 per 1000), benjolan pada payudara 1.682 yaitu2,6 per 1.000 (3).
Data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dilaporkan hasil
pemeriksaan kanker leher rahim dengan metode IVA bahwa dari 281.229 orang
perempuan berusia 30-50 tahun yang diperiksa ditemukan sebanyak 6.306 (2%)
mengalami perubahan warna pada leher rahim (IVA positif). Pada tahun 2015
dilaporkan dari 13 puskesmas yang melakukan pemeriksaan IVA, dengan jumlah
wanita yang diperiksa sebanyak 1.7781 orang terdapat 2 orang (0,01%)
mengalami perubahan warna pada leher rahim setelah dilakukan pemeriksan IVA
(IVA Positif) (8).
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu
faktor sosiodemografis yang meliputi: usia, status sosial ekonomi, dan faktor
aktifitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seks,
pasangan seks yang berganti-ganti, paritas, kurang menjaga kebersihan genital,
merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma kronis pada serviks, serta penggunaan
4
kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun. Pasien kanker serviks
dapat diobati melalui pembedahan, terapi penyinaran (radioterapi), kemoterapi,
terapi biologis, dan terapi gen (9).
Kanker serviks sebenarnya dapat dicegah lebih dini dengan melakukan
deteksi dini menggunakan skrining. Dewasa ini telah dikenal beberapa metode
skrining seperti tes papsmear, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), kolposkopi
dan thin prep diharapkan menurunkan angka morbiditas kanker serviks pada
wanita. Namun yang sesuai dengan kondisi di negara berkembang termasuk
Indonesia adalah dengan menggunakan metode IVA, karena tekniknya yang
sederhana, murah, praktis, mudah dan kemampuan untuk memberikan hasil yang
segera dan tidak memerlukan alat tes laboratorium dan teknisi lab khusus untuk
pembacaan hasil tes (10).
Metode IVA mempunyai kelebihan dibandingkan dengan skrining
menggunakan tes papsmer sehingga cara ini dinilai lebih praktis dan lebih tepat
diterapkan. Menurut Wahyuningsih bahwa kelebihan metode IVA adalah relatif
lebih mudah karena dapat dilaksanakan oleh dokter umum, bidan atau perawat
yang telah terlatih. Jumlah profesi bidan di Indonesia yangpotensial dapat dilatih
agar dapat melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Metode papsmear masih
sulit dilaksanakan karena kurangnya sumber daya manusia khususnya spesialis
patologi anatomik dan skinner sitologi sebagai pemeriksa sitologi, karena
keterbatasan tersebut, maka deteksi dini kanker servik dengan papsmear lebih
difokuskan di rumah sakit (11).
5
WUS mempunyai kesadaran kurang dalam melakukan deteksi dini kanker
serviks disebabkan rendahnya minat untuk mengetahui kondisi dan kesehatan
reproduksi tentang kanker serviks sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam
pengobatan dan setelah diagnosa penyakit kanker sudah memasuki stadium lanjut.
Menurut Patroni minat merupakan suatu keadaan atau dorongan yang dapat
memengaruhi WUS untuk melakukan pemeriksaan kanker serviks. Seseorang
yang termotivasi melakukan pemeriksaan kanker serviks akan menyadari
pentingnya menjaga kesehatan reproduksi nya, yang selanjutnya merasa tertarik
dan akan menimbang baik buruknya yang selanjutnya akan melakukan
pemeriksaan kanker serviks dan mendukung pemeriksaan tersebut (12).
WUS kurang berminat melakukan deteksi kanker serviks dapat disebabkan
oleh banyak faktor. Hurlock menjelaskan bahwa kondisi yang memengaruhi minat
diantaranya adalah status ekonomi, pendidikan, situasional (orang dan
lingkungan) dan keadaan psikis seseorang (13). Sukmadinata menambahkan minat
dapat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang sesuatu, pengalaman yang diperoleh
selama hidup dan informasi yang didapat yang berguna dan lebih berarti dalam
pengambil suatu keputusan seperti pelayanan kesehatan (14). Penelitian yang
dilakukan Rahma (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
minat WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA di Desa Pangebatan Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas yaitu pendidikan, pengetahuan, dan dukungan
keluarga. Faktor dukungan keluarga adalah faktor yang paling dominan diantara
variabel lain yang memengaruhi minat (15).
6
Begitu besarnya manfaat deteksi dini kanker serviks menggunakan metode
IVA, namun minat WUS masih rendah disebabkan oleh banyak faktor. Green
dalam Notoadmodjo menjelaskan bahwa perilaku merupakan faktor kedua
terbesar setelah faktor lingkungan yang memengaruhi perilaku kesehatan individu
kelompok atau masyarakat. Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:
faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Oleh karena itu
upaya untuk mengubah minat ibu dalam deteksi dini kanker serviks tidak mudah
untuk dilakukan. Perubahan perilaku yang tidak didasari oleh pengertian dan
kesadaran yang tinggi tidak akan bertahan lama (16).
Wanita merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah keluarga
ataupun masyarakat. Karena itu kesehatan wanita terutama kesehatan
reproduksinya menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan (sakit) dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistim reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Wanita menderita
kanker serviks tentunya keharmonisan rumah tangga terganggu karena istri tidak
dapat lagi melayani suami, komunikasi (interaksi), dan gangguan aktivitas sehari-
hari seperti pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan kantor (17).
Berdasarkan data Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
memiliki cakupan wilayah kerja terdiri dari 16 desa dengan jumlah WUS
sebanyak 21.214 orang. Data kunjungan WUS untuk pemeriksaan IVA pada bulan
Agustus 2017 sebanyak 73 orang (0,34 %), September 68 orang (0,32 %),
Oktober 72 orang (0,34 %), Nopember 79 orang (0,38 %) dan bulan Desember
7
sebanyak 65 orang (0,31 %) dan ditemukan 10 orang terdiagnosa menderita
kanker serviks.
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang terhadap 10 orang WUS usia 20-50 tahun yang
berkunjung ke puskesmas didapatkan 2 orang mengatakan tidak tahu apa itu IVA
(Inspeksi Visual Asam asetat), 3 orang tidak tahu tentang adanya pemeriksaan
IVA atau kurangnya informasi, 5 orang tidak berminat untuk melakukan
pemeriksaan IVA. Hasil wawancara menunjukkan bahwa rendahnya minat WUS
untuk deteksi dini kanker serviks disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai
cara pencegahan, pengobatan kanker serviks, manfaat deteksi dini, ada anggapan
wanita tentang biaya pemeriksaan kanker serviks yang mahal.
Masalah lain penyebab kurangnya minat WUS melakukan deteksi dini
kanker serviks adalah adanya keengganan WUS untuk diperiksa karena rasa malu
disebabkan budaya dan norma agama yang melarang memperlihatkan daerah
kewanitaan kepada orang lain. WUS beranggapan bahwa pemeriksaan IVA
merepotkan, WUS ragu akan pentingnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks,
kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan tersebut, takut terhadap
kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada
pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria dan kurangnya dorongan
keluarga terutama suami mengangap suatu pemeriksaan yang tabu. Selama ini
informasi yang diperoleh lebih banyak dari media elektronik (internet) dan teman
atau keluarga sehingga timbul rasa ketidakpastian tentang deteksi dini kanker
serviks metode IVA.
8
Faktor lainnya yaitu rendahnya motivasi tenaga kesehatan memberikan
informasi terhadap WUS melalui penyuluhan sehingga WUS masih banyak yang
belum melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks apalagi dengan jumlah
WUS yang begitu banyak. Sumber informasi yang mudah diperoleh kurang
memadai, karena sarana untuk mencari informasi tentang deteksi dini yang kurang
misalnya kurangnya peran serta tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah
terutama bagi WUS yang berisiko menderita kanker serviks seperti jumlah anak
diatas 3 orang dan riwayat kesehatan keluarga pernah menderita kanker serviks,
serta tidak adanya fasilitas pemeriksaan kanker serviks di Bidan Praktek Swasta
(BPS) di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa untuk menjaring para WUS
dalam upaya meningkatkan cakupan deteksi dini kanker serviks.
Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Faktor yang memengaruhi minat Wanita Usia Subur dalam Deteksi Dini
Kanker Serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi visual asam asetat di
Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian, yaitu apakah faktor yang memengaruhi minat wanita usia subur dalam
deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi visual asam
asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018?
9
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, akses
informasi, dukungan suami, dan dukungan teman terhadap minat wanita usia
subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi
visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan terhadap minat wanita usia
subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi
visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan terhadap minat wanita usia
subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi
visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor sikap terhadap minat wanita usia subur
dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi visual
asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor akses informasi terhadap minat wanita usia
subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi
visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.
5. Untuk mengetahui pengaruh faktor Peran suami terhadap minat wanita usia
subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi
visual asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.
10
6. Untuk mengetahui pengaruh faktor dukungan teman minat wanita usia subur
dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode pemeriksaan Inspeksi visual
asam asetat di Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan
praktis
1) Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya bidang kesehatan
reproduksi wanita dan sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut.
2) Secara Praktis
Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini bagi beberapa pihak
antara lain:
a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai masukan untuk
menyusun kebijakan tentang deteksi dini kanker serviks sehingga
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks.
b. Bagi Puskesmas Tunjung Morawa
Sebagai masukan untuk meningkatkan kegiatan promotif, preventif,
deteksi dini dan tindak lanjut dalam rangka melaksanakan program
Nasional gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker leher rahim.
11
c. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang pencegahan
dan deteksi dini kanker leher rahim, sehingga masyarakat khususnya
kaum wanita terhindari dari penyakit kanker serviks.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Apriani (2013) dengan judul Hubungan pengetahuan
tentang kanker serviks dengan minat metode IVA dan Papsmear pada ibu-ibu
perkumpulan RT di Dukuh Gamping Kidul Ambar Ketawang Gamping diperoleh
hasil bahwa tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dalam kategori cukup
yaitu sebanyak 29 responde (69%), minat terhadap metode IVA dan
papsmear adalah dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 40 responden (95,2%),
serta besarnya nilai korelasi antara pengetahuan tentang kanker serviks
dengan minat metode IVA dan papsmear sebesar 0,541 menunjukan hubungan
antara variabel pengetahuan kanker serviks dengan minat metode IVA dan
papsmear adalah positif (18).
Penelitian oleh Yuliwati (2012) dengan judul Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim metode
IVA di Wilayah Puskesmas Prembun Kabupaten Kebumen mengatakan bahwa
ada pengaruh keterpaparan informasi (nilai p: 0,000 dan OR: 2,040) dan
keterjangkauan jarak (nilai p: 0,003 dan OR: 1.786) dalam melakukan deteksi dini
kanker serviks di Wilayah Puskesmas Prembun Kabupaten Kebumen. Wanita usia
subur yang terpapar informasi dengan baik berpeluang 2,040 lebih besar untuk
melakukan pemeriksaan IVA test. Sedangkan wanita usia subur yang
keterjangkauan jarak dekat dengan tempat pelayanan kesehatan mempunyai
12
13
peluang 1,786 kali lebih besar untuk berperilaku baik dalam pemeriksaan IVA test
(19).
Penelitian oleh Lestari (2016) dengan judul faktor-faktor yang
memengaruhi kesediaan WUS dalam melakukan deteksi dini kanker serviks di
Puskesmas Manahan Surakarta menyatakan bahwa ada hubungan bermakna
antara pengetahuan (p=0,025), akses informasi (p=0,042), dukungan suami
(p=0,010) dan dukungan kader (0,009) dengan kesediaan WUS dalam melakukan
deteksi dini kanker serviks (20).
Penelitian oleh Sepa (2014) dengan judul pengaruh penyuluhan kanker
serviks terhadap minat pemeriksaan pap smear pada ibu usia 20-60 tahun di
Dusun Ngangkrik Triharjo Sleman tahun 2015 diperoleh hasil bahwa minat ibu
melakukan pemeriksaan pap smear sesuai yang diharapkan, yaitu responden
mengalami peningkatan minat yang lebih baik, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan tentang kanker serviks dengan metode
Buzz group mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat ibu untuk
melakukan pemeriksaan pap smear (21).
2.2 Telaah teori
2.2.1. Pengertian Minat
Minat merupakan momen dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah
secara intensif kepada satu obyek yang dianggap penting. Pada minat ini selalu
terdapat elemen-elemen afektif (perasaan, emosional) yang kuat. Minat juga
berkaitan erat sekali dengan kepribadian kita. Minat juga menampilkan sikap dari
pribadi, yang muncul langsung. Jadi minat ini terdapat unsur pengenalan
14
(kognitif), emosi-emosi atau unsur afektif, dan kemauan atau unsur volutif/konatif
untuk mencapai suatu obyek (22).
Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan
yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa
senang. Lebih lanjut Slameto mengemukakan bahwa suatu minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih
menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam satu aktivitas (23).
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka
melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini
kemudian mendatangkan kepuasan, namun bila kepuasan berkurang minatpun
berkurang. Sebaliknya kesenangan merupakan minat yang sementara Minat lebih
tetap (persistence) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam
kehidupan seseorang (13).
Berdasarkan beberapa pengertian minat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang menimbulkan
rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu memengaruhi tindakan orang
tersebut. Minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri
individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat
pada suatu yang diminatinya.
15
2.2.2. Proses Terjadinya Minat
Proses terjadinya suatu minat terdiri dari: 1) Motif (alasan, dasar,
pendorong), 2) Perjuangan motif, sebelum mengambil pada batin terdapat
beberapa motif yang bersifat luhur dan disini harus dipilih, dan 3) Keputusan,
inilah yang sangat penting berisi pemilihan antara motif yang ada, meninggalkan
kemungkinan yang lain sebab tidak mungkin seseorang mempunyai macam
keinginan pada waktu yang sama (24).
Minat dapat timbul karena daya tarik luar dan juga datang dari hati
sanubari. Seseorang yang berminat terhadap suatu kegiatan tidak akan dapat
dihalangi oleh orang lain, dan dia akan berusaha untuk mengerjakannya dengan
seoptimal mungkin. Minat seseorang terhadap suatu objek akan tampak dari cara
seseorang bertindak, memperhatikan dan melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan objek tersebut (25).
2.2.3. Unsur Minat
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang dikatakan berminat
terhadap sesuatu bila individu tersebut memiliki beberapa unsur, antara lain:
1. Perhatian
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya
dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Seseorang
akan mengarahkan perhatiannya kepada hal-hal yang diinginkannya, hal-hal
yang sesuai minat dan kebutuhannya.
2. Kesenangan
Kesenangan itu sesungguhnya merupakan hasil atau akibat samping dari
pemenuhan dorongan atau pencapaian tujuan kita.
16
3. Kemauan
Kemauan merupakan tenaga penggerak yang berasal dari dalam
diri sehingga kita akan termotivasi (26).
Unsur minat menurut Slameto antara lain 1) Faktor kebutuhan dari dalam;
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan
kejiwaan, 2) Faktor motif sosial; timbulnya minat dalam diri seseorang dapat
didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan,
penghargaan, dari lingkungan dimana seseorang berada, dan 3) Faktor emosional;
Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian
terhadap suatu kegiatan atau objek tertentu.(23)
Menurut penelitian Sepa
menyatakan bahwa pengukuran minat WUS dalam melakukan deteksi dini kanker
serviks dapat menggunakan indikator keinginan, kebutuhan, kemauan,
ketertarikan, dan biaya (21).
Aspek minat menurut Mappiare adalah suatu perangkat mental yang
terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut,
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
1. Rasa suka atau senang, yaitu kesukaan atau kesenangan seseorang
terhadap suatu objek yang dipilih
2. Rasa tertarik, yaitu kecenderungan untuk mencari objek atau aktivitas
yang disenangi tanpa ada orang yang menyuruh
3. Sumber motivasi, yaitu suatu dorongan dalam diri seseorang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan
17
4. Prasangka, yaitu sangkaan atau prediksi yang mengarahkan individu
kepada suatu pilihan dari suatu objek
5. Pendirian, yaitu keteguhan hati terhadap suatu objek yang telah dipilih
6. Harapan, merupakan keinginan yang timbul terhadap suatu pilihan dari suatu
objek (27).
2.2.4. Faktor-faktor yang memengaruhi minat
Menurut Hurlock bahwa ada beberapa kondisi yang memengaruhi minat
seseorang diantaranya:
1. Status ekonomi
Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka
untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan.
Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung
jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk
mempersempit minat mereka.
2. Pendidikan
Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang
maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Jika
ada seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari
pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya. Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan memengaruhi
pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga berpengaruh pada kondisi
kesehatan mereka.
18
3. Situasional (orang dan lingkungan)
Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya
kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurangnya penghargaan dari
orang lain.
4. Keadaan psikis
Keadaan psikis yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap minat adalah
kecemasan. Kecemasan merupakan suatu respons terhadap stress, seperti:
putusnya suatu hubungan yang penting atau bencana yang mengancam jiwa.
Kecemasan juga bisa merupakan suatu reaksi terhadap dorongan seksual atau
dorongan agresif yang tertekan, yang bisa mengancam pertahanan psikis yang
secara normal mengendalikan dorongan tersebut. Pada keadaan ini, kecemasan
menunjukkan adanya pertentangan psikis. Kecemasan bisa timbul secara
mendadak atau secara bertahap selama beberapa menit, jam atau hari.
Kecemasan bisa berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa tahun.
Beratnya juga bervariasi, mulai dari rasa cemas yang hampir tidak tampak
sampai letupan kepanikan (13).
Menurut Sukmadinata bahwa faktor-faktor yang memengaruhi minat
seseorang yaitu:
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,
pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.
19
2. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
3. Informasi
Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data
dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya
yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan
untuk pengambilan keputusan. Informasi merupakan data yang telah
diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses
pengambilan keputusan (14).
Menurut Crow and Crow yang dikutip Dimyati yang menyebutkan bahwa
ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu :
1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa
kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari
motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan
lingkungan dimana mereka berada.
3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam
menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu (28).
20
Faktor yang memengaruhi minat WUS memeriksa kanker serviks
menggunakan metode IVA yaitu :
1. Pendidikan
Pendidikan yang tinggi cenderung akan mencari pengetahuan yang lebih
luas. Pendidikan berkaitan dengan penguasaan pengetahuan, semakin tinggi
tingkat pengetahuan maka akan semakin baik respons yang terbentuk terhadap
suatu hal yang positif (13). Penelitian Priscilla et al. (2012) menyatakan bahwa
tingkat pendidikan juga memiliki hubungan yang bermakna dengan penerimaan
skrining kanker serviks berdasarkan penelitian. Tingkat pendidikan yang tinggi
tentunya memiliki pola pikir dan wawasan yang lebih mudah menerima adopsi
kesehatan yang dapat bermanfaat bagi dirinya (29).
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui WUS tentang kanker
serviks. Pengetahuan tentang kanker serviks dapat meningkatkan minat WUS
terhadap metode IVA karena dengan pengetahuan baik maka wanita akan lebih
peduli terhadap kesehatan dirinya sehingga akan mau untuk melakukan deteksi
dini menggunakan metode IVA dengan alasan ketertarikan dan kebutuhan akan
kesehatan (18).
Menurut penelitian Norviatin (2014) bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan tentang kanker dengan minat ibu terhadap SADARI dengan nilai p
0,040
21
baik sebanyak 16 orang (26,7%) disebabkan ibu memperoleh akses informasi dari
tenaga kesehatan, keluarga/saudara dan teman (30).
3. Sikap
Sikap merupakan unsur kepribadian yaitu kesiapan atau kesediaan untuk
melakukan suatu tindakan dalam melakukan deteksi dini kanker serviks
menggunakan metode IVA. Sikap berpengaruh pada pembentukan minat
karena adanya kecenderungan dalam subjek untuk menerima atau menolak
suatu objek yang berharga baik atau tidak. Menurut penelitian Sholihah (2015)
mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap pencegahan
kanker serviks dengan minat deteksi dini menggunakan inspeksi visual asam
asetat pada wanita usia subur di RW IV Desa Cangkol Mojolaban Sukoharjo
(31).
4. Akses informasi
Seseorang yang mendapatkan dan mendalami informasi tentang kesehatan
mulailah timbul minat pada objek tersebut, dan akan akan muncul rasa
ketertarikan. Selanjutnya orang tersebut akan selalu mengikuti perkembangan
informasi tentang kesehatan tersebut. Pengalaman atau informasi yang telah
didapat menjadi domain dalam pembentukan minat. Menurut penelitian Yuliwati
(2012), ada pengaruh keterpaparan informasi (p:0,000 dan OR:2,040) dan
keterjangkauan jarak (p: 0,003 dan OR: 1.786) dalam melakukan deteksi dini
kanker serviks di Wilayah Puskesmas Prembun Kabupaten Kebumen. Wanita usia
subur yang terpapar informasi dengan baik berpeluang 2,040 lebih besar untuk
melakukan pemeriksaan IVA test. Sedangkan wanita usia subur yang
22
keterjangkauan jarak dekat dengan tempat pelayanan kesehatan mempunyai
peluang 1,786 kali lebih besar untuk berperilaku baik dalam pemeriksaan IVA test
(19).
5. Dukungan suami
Keluarga terutama suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan
atau kegagalan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota keluarga.
karena suami mempunyai tanggung jawab memberikan informasi, motif dan dana
untuk memenuhi tanggung jawabnya. Menurut penelitian Wahyuni (2013),
adanya pengaruh faktor dukungan suami (p:0,000 dan OR:3,050) terhadap
perilaku deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal
Jawa Tengah. Faktor usia, pendidikan, ekonomi, dan keterjangkauan
menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap perilaku deteksi dini yang dilakukan
oleh WUS (32).
Faktor eksternal yang mempengaruhi minat adalah lingkungan sosial,
misalnya faktor dukungan keluarga terutama suami. Faktor dukungan keluarga
sangat berpengaruh dalam pembentukan minat karena keluarga adalah orang
yang lebih dekat dengan individu, sehingga dapat timbul motif dan mampu
mendorong individu untuk melakukan pemeriksaan IVA. Jika dukungan keluarga
kurang semakin rendah juga minatnya, jika dukungan keluarga cukup minatnya
sedang, dan sebaliknya semakin baik dukungan keluarga seseorang semakin
tinggi juga minat melakukan pemeriksaan IVA (15).
23
6. Dukungan teman
Lingkungan sosial yang memengaruhi minat seseorang untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan misalnya adalah peran teman sebaya sebagai sumber
informasi bagi WUS. Dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang
memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan
hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara. Dukungan itu sendiri tidak selalu
bersifat ekstrinsik ataupun materil, tetapi dapat juga bersifat instrinsik seperti
pujian, penghargaan dalam bentuk kata-kata, ataupun sikap dan perilaku yang
menunjukkan dukungan dari pelaku perubahan terhadap apa yang dilakukan oleh
masyarakat. Seperti menyediakan waktu bagi wanita usia subur bila mereka ingin
berbicara dengannya guna membahas permasalahan yang mereka hadapi (33).
Menurut penelitian Wahyuni (2013), adanya pengaruh dukungan teman
sebaya terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Ngampel
Kabupaten Kendal Jawa Tengah dengan nilai p
24
Kanker adalah salah satu jenis penyakit dimana sekelompok sel tumbuh
tidak terkendali membelah melebihi normal, menyusup kedalam jaringan
sekitarnya dan merusak jaringan tersebut, dan kadang menyebar (metastasis)
keberbagai bagian tubuh melalui cairan limfe dan darah. Berdasarkan hal tersebut
maka kanker dibedakan menjadi dua kelompok yaitu benigna (tidak menyebar),
dan maligna (menyebar/metastasis). Hampir semua kanker menimbulkan
pembengkakan (tumor) kecuali leukemia yang tidak ada pembengkakan.Ilmu
yang mempelajari mengenai kanker dinamakan “oncology” (35).
Gambar 2.1 Kanker Serviks
2.3.2 Etiologi
Hampir seluruh kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi Human
Papilloma Virus (HPV)/virus papilloma pada manusia. Virus ini relatif kecil
sehingga hanya dapat dilihat dengan alat miksoskop electron. Ada beberapa tipe
25
HPV yang menyebabkan kanker leher rahim yaitu tipe 16 dan 18 (yang sering
dijumpai di Indonesia (34).
HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktifitas seksual dan
beberapa sumber transmisi tidak tergantung dari adanya penetrasi, tetapi juga
melalui sentuhan kulit di wilayah genital tersebut (skin to skin genital contact).
Dengan demikian setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko untuk
terkena kanker serviks (36).
Perjalanan penyakit kanker serviks dimulai dari lokasi terjadinya
karsinoma serviks biasanya pada atau dekat dengan pertemuan epitel kolumner di
endoserviks dengan epitel skuamous di ektoserviks atau yang juga dikenal dengan
squamocolumnar junction. Terjadinya karsinoma serviks yang invasif berlangsung
dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dari lesi pre-invasif, yang
ditandai dengan adanya abnormalitas dari sel yang biasa disebut dengan displasia.
Displasia ditandai dengan adanya anisositosis (sel dengan ukuran yang berbeda-
beda), poikilositosis (bentuk sel yang berbeda-beda), hiperkromatik sel, dan
adanya gambaran sel yang sedang bermitosis dalam jumlah yang tidak biasa (37).
Displasia ringan bila ditemukan hanya sedikit sel-sel abnormal, sedangkan
jika abnormalitas tersebut mencapai setengah ketebalan sel, dinamakan displasia
sedang. Displasia berat terjadi bila abnormalitas sel pada seluruh ketebalan sel,
namun belum menembus membrana basalis. Perubahan pada displasia ringan
sampai sedang ini masih bersifat reversibel dan sering disebut dengan Cervical
Intraepithelial Neoplasia (CIN) derajat 1-2. Displasia berat (CIN 3) dapat
berlanjut menjadi karsinoma in situ. Perubahan dari displasia ke karsinoma in situ
26
sampai karsinoma invasif berjalan lambat (10 sampai 15 tahun). Gejala pada CIN
umumnya asimptomatik, seringkali terdeteksi saat pemeriksaan kolposkopi.
Sedangkan pada tahap invasif, gejala yang dirasakan lebih nyata seperti
perdarahan intermenstrual dan post koitus, discharge vagina purulen yang
berlebihan berwarna kekuning-kuningan terutama bila lesi nekrotik, berbau dan
dapat bercampur dengan darah, sistisis berulang, dan gejala akan lebih parah pada
stadium lanjut di mana penderita akan mengalami cachexia, obstruksi
gastrointestinal dan sistem renal (37).
Gambar 2.2 Human Papiloma Virus
2.3.3. Patogenesis
Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) persisten dapat berkembang
menjadi Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS), seorang wanita yang aktif
melakukan hubungan seksual dapat terinfeksi HPV resiko tinggi, 80% diantaranya
berkembang menjadi transien dan tidak akan berkembang menjadi NIS dan HPV
akan menghilang dalam waktu 6-8 bulan. Sedangkan 20 % wanita yang terinfeksi
virus tidak akan menghilang kemudian berkembang menjadi infeksi yang
27
persisten. Dalam tubuh NIS akan bertahan dan berkembang menjadi NIS 3 yang
pada akhirnya menjadi invasive (38).
Pemeriksaan Sitologi dapat mendeteksi Neoplasia Intraepitel Serviks
(NIS) atau Cervical Intraepithelia Neoplasia (CIN) sebelum tampak kelainan
makroskopis. Tindakan lanjut yang dilakukan pada wanita menunjukkan bahwa
kelainan epitel prakanker mungkin mendahului terbentuknya kanker nyata selama
bertahun-tahun dan mungkin sampai 20 tahun (39).
Berdasarkan gambaran histologik kelainan prakanker serviks dapat
diperingkatkan sebagai berikut : 1) CIN I: diplasia ringan, 2) CIN II: diplasia
sedang, dan 3) CIN III: diplasia berat dan karsinoma insitu. Human Papiloma
Virus berperan sangat penting dalam terjadinya kanker serviks dan stadium
pendahulunya (diplasia). Ada 70 jenis tipe visur HPV, terutama tipe HPV6,
HPV11, HPV16, dan HPV18 sering dijumpai pada kelainan epitel vulva, vagina
dan serviks. Virus yang sering dijumpai pada kondiloma dan derajat rendah
dysplasia adalah HPV6 dan HPV11, virus ini sering disebut dengan tipe non-
onkogen. Virus yang bersifat onkogen adalah HPV16 dan HPV18 dijumpai pada
derajat lebih tinggi dysplasia dan kanker serviks (39).
Dilihat dari perjalanan kanker, hampir 90% kasus berasal dari epitel
permukaan (epitel skuamosa) yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari
sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim,
dari epitel tersebut dapat terlihat bakal kanker yaitu prakanker. Skrining atau
penapisan yang dilakukan dapat menegakkan diagnosa kanker mulai dari keadaan
yang sifatnya ringan sampai karsinoma in situ. Dalam perkembangannya
28
membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 10-20 tahun sampai terjadinya
perubahan dari satu tingkat ke tingkat lainnya. Namun bila sudah menjadi kanker
stadium awal dapat menyebar ke daerah sekitar mulut Rahim (40).
2.3.4 Gejala Kanker Serviks
Perjalanan dari infeksi HPV sampai pada prakanker dan menjadi sel
kanker membutuhkan waktu yang cukup lama hingga 10 sampai 20 tahun agar
infeksi benar-benar menjadi kanker serviks. Pada stadium awal penyerangan
kanker serviks tidak menimbulkan gejala sehingga sangat susah menentukan
apakah wanita tersebut terkena kanker serviks atau tidak. Pemeriksaan perlu
dilakukan untuk memastikan infeksi tersebut. Namun, hal ini yang sangat jarang
ditemukan. Wanita enggan memeriksakan dirinya apabila tidak merasakan gejala
apapun, sementara sel kanker serviks diam-diam mulai berkembang dan akan
diketahui setelah menimbulkan tanda (41).
Gejala atau ciri-cirinya akan terlihat apabila kanker serviks telah
berkembang dan memengaruhi organ-organ disekitarnya. Kondisi ini disebut
dengan stadium lanjut. Gejala yang dapat ditunjukkan oleh kanker serviks adalah :
1) Keputihan yang tidak normal
Keputihan tidak semuanya berbahaya, keputihan ada yang non-patologis
(bukan penyakit) dan keputihan yang tidak normal disebut juga keputihan
patologis. Keputihan yang normal terjadi setelah atau saat menjelang
menstruasi, selain itu keputihan normal juga bisa disebabkan oleh rangsangan
seksual, wanita tengah hamil ataupun karena stress.
29
Keputihan yang bersifat tidak normal disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri,
parasit jenis protozoa, ataupun karena penyebab lain seperti gonorhoe dan
infeksi virus berbahaya seperti HPV. Keputihan normal lendirnya akan
bening dan berbau, sementara keputihan karena penyakit biasanya akan
berwarna putih seperti susu dan yang paling berbahaya akan sampai berubah
warna menjadi biru dan berbau.
2) Perdarahan dari vagina
Pada keadaan infeksi yang lebih parah, gejala kanker serviks tidak hanya
menimbulkan keputihan, namun juga dapat terjadi perdarahan dari vagina.
Perdarahan ini bukan menstruasi, namun darah yang keluar sewaktu-waktu
yang tidak sesuai. Perdarahan ini sering terjadi hampir 70%-80% pasien
mengeluhkan timbulnya gejala perdarahan.
Perdarahan ini bisa terjadi pada saat berhubungan badan atau pada saat
melakukan pemeriksaan ginekologi. Pada saat seseorang terlalu memaksa
untuk buang air besar perdarahan ini juga bisa terjadi. Darah yang keluar
adalah darah segar bercampur dengan sekresi vagina (keputihan). Selain
perdarahan tersebut, pendarahan lain yang bisa menjadi gejala kanker serviks
adalah pendarahan setelah menopause.
3) Sakit pada organ reproduksi
Sakit pada daerah sekitar vagina akan sering dirasakan wanita yang terkena
kanker serviks. Rasa sakit juga dirasakan di bagian perut bagian bawah, paha,
dan persendian panggul setiap menstruasi, buang air besar dan berhubungan
badan. Sakit yang dirasakan akan meningkat terlebih pada saat infeksi meluas
30
mengarah kebelakang sepanjang ligament uterosakral atau menyebar
sepanjang ligamen luas di bagian bawah, membentuk peradangan kronis
jaringan ikat parametrium, pada saat ligamen utama uterus menebal, rasa
sakit akan lebih berat (41).
2.3.5 Faktor Risiko Menyebabkan Kanker Serviks
Banyak faktor yang memengaruhi penyebab terjadinya kanker serviks
antara lain:
1. Merokok
Banyak wanita yang memiliki kebiasaan merokok tidak mengetahui bahwa hal
itu dapat menyebabkan berkembangnya kanker serviks, baik perokok pasif
dan perokok aktif. Wanita yang menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh
perokok lain dapat terkena kanker serviks walaupun ia sama sekali tidak
merokok. Wanita sebagai Perokok pasif lebih rentan membentuk abnormalitas
jaringan serviks. Perokok aktif sejak lama dihubungkan dengan meningkatnya
resiko.
2. Hubungan seksual pertama dilakukan sebelum umur 16 tahun
Faktor resiko utama terjadinya kanker serviks adalah hubungan seks pada usia
muda atau pernikahan pada usia muda. Semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar risiko terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks
pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada
yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
31
3. Berganti-ganti pasangan, penggunaan DES (dietilstilbesterol pada wanita
hamil untuk mencegah keguguran), gangguan sistem kekebalan, pemakaian pil
KB yang sudah lama, inpeksi herpes genitalis atau infeksi clamedia menahun,
kekurangan vitamin C,E dan asupan asam folat.
4. Banyak anak
Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak
persalinan yang terlalu pendek. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan,
maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ
reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan
timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya
penyakit kanker serviks.
5. Menggunakan pembalut yang mengandung dioksin
Dioksin merupakan bahan pencemar lingkungan, dioksin digunakan untuk
memutihkan pembalut hasil daur ulang barang bekas, misalnya rayon, kardus.
Rayon terbuat dari selulosa yang berasal dari pulp kayu. Untuk mendapatkan
bahan baku rayon untuk tampon dan pembalut dilakukan pemutihan pulp kayu
dan pemurnian yang menggunakan dioksin. Menggunakan pembalut yang
mengandung dioksin dapat menyebabkan kanker serviks.
6. Faktor umur
Umur adalah faktor alamiah penyebab penderita kanker serviks. Kanker
serviks dialami wanita umur diatas 40 tahun. Hasil penelitian tahun 2012
menunjukkan, puncak usia penderita kanker serviks di Indonesia adalah 45-54
tahun. Semakin tinggi usia seorang wanita maka resiko terkena kanker serviks
32
makin tinggi. Untuk menyikapi hal ini kita harus memperbaiki pola hidup
yang kurang baik karena hal ini sangat berpengaruh besar terjadinya kanker
serviks dan mulai mengantisipasi kemungkinan terburuk.
7. Membasuh alat genital dengan air yang tidak bersih
Setiap wanita harus menjaga kebersihan organ intimnya. Salah satu cara yang
bisa dilakukan adalah dengan membasuh kemaluan dengan air bersih, karena
jika menggunakan air kotor sangat memungkinkan terjadinya keputihan yang
berujung timbulnya kanker serviks.
8. Membasuh kemaluan dengan air kotor berarti memasukkan kuman atau
bakteri kedalam kemaluan, karena dalam air kotor terdapat banyak sekali
penyakit, kuman dan bakteri yang bisa merusak organ intim wanita (42).
2.3.6 Wanita dan problem kewanitaan
Gejala kanker serviks stadium dini dan lanjut sering menunjukkan gejala
atau tanda-tanda yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali.
1) Penyakit kanker dan kondisi tekanan mental atau stress memiliki hubungan
yang erat. Pada umumnya sel kanker akan tumbuh pada lingkungan yang
kurang kandungan oksigen (anaerobik).
2) Data yayasan kanker Indonesia, bahwa penyakit kanker leher rahim
mengakibatkan korban meninggal dunia 200 ribu wanita per tahun.
3) Indonesia berada pada urutan pertama untuk kasus penderita kanker leher
rahim.
33
4) Menurut penelitian sebanyak 107 bakteri per m2 ditemukan diatas pembalut
wanita berkualitas rendah yang menjadi sarang pertumbuhan bakteri
merugikan walaupun hanya digunakan selama 2 jam.
5) Penyebab utama penyakit kewanitaan, 10 % imunitas tubuh lemah, 30 %
kurang hygienis, 50 % lingkungan tidak bersih serta pembalut yang kurang
sehat.
6) 83 % wanita dewasa terjangkit infeksi vagina (62% disebabkan oleh pembalut
yang kurang berkualitas).
7) Jika seorang wanita telah terinfeksi sejak berumur 20 tahun, maka 6 tahun
dalam hidupnya dihabiskan untuk pengobatan (43).
2.3.7 Stadium perkembangan kanker serviks
Pengelompokan stadium kanker serviks sebagai berikut:
1. Stadium 0 : kanker servik stadium ini biasanya disebut karsinoma in situ. Sel
abnormal hanya ditemukan di dalam lapisan serviks.
2. Stadium 1 : kanker serviks hanya ditemukan pada leher rahim
3. Stadium 2 : kanker yang telah menyebar diluar leher rahim, tetapi Tidak
menyebar ke dinding servik atau sepertiga bagian bawah vagina.
4. Stadium 3 : kanker yang telah menyebar hingga sepertiga bagian Bawah
vagina. Mungkin telah menyebar ke dinding panggul dan atau telah
menyebabkan ginjal tidak berfungsi
5. Stadium 4 : kanker telah menyebar ke kandung kemih, rectum, atau Bagian
tubuh lain seperti paru-paru, tulang, dan hati (43).
34
Gambar 2.3 Stadium Kanker Serviks
2.3.8 Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan pada lesi prekanker dan kanker serviks.
1. Pengobatan lesi prekanker
a. Pengobatan lesi prekanker tergantung pada beberapa faktor yaitu 1)
Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tinggi), 1) Rencana penderita
untuk hamil lagi dan 3) Usia dan keadaan umum penderita
a. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada
pemeriksaan biopsy
b. Pengobatan pada lesi prekanker dapat berupa: 1) Kriosurgeri (pembekuan),
2) Kauterisasi (pembakaran, disebut juga diatermi), 3) Pembedahan laser
untuk menghancurkan sel-sel abnormal tanpa melukai jaringan sehat
35
disekitarnya, 4) LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau
konisasi, 5) Setelah menjalani pengobatan, penderita akan merasakan
kram atau nyeri, perdarahan ataupun keluarnya cairan encer dari vagina,
6) Histerektomi (pengangkatan rahim) terutama jika sel-sel abnormal
ditemukan di dalam lubang serviks dan penderita tidak berencana punya
anak lagi.
2. Pengobatan untuk kanker serviks
Pemilihan pengobatan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor, stadium
penyakit, usia dan keadaan umun penderita.
Pembedahan
a. Pada pada karsinoma insitu seluruh kanker dapat diangkat dengan
bantuan pisau bedah
b. Dengan pengobatan diatass pendereita masij memponyau akam.
c. Untuk mencegah kanker datang kembali dianjurkan nelakukan
pemeriksaan setiap 3 bulan
d. Jika penderita tidak ingin memiliki anak, dianjurkan melakukan
histerektomi
e. Pada kanker invasivfe, dilakukann histerektomi Dan pengangkatan
struktur di sekitarnya serta kelenjar getah bening.
f. Pada wanita muda ovarium yang normal dan masih berfungsi tidak
diangkat
Terapi penyinaran
36
a. Radio terapi sangat cocok untuk kanker invasive yang masih terbatas
pada daerah panggul.
b. Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel
kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
c. Efek samping terapi penyinaran adalah: iritasi rectum dan vagina,
kerusakan kandung kemih dan rectum, ovarium berhenti berfungsi.
d. Kemoterapi dilakukan bila kanker telah menyebar keluar panggul yang
menggunakan obat-obatan pembunuh sel kanker.
e. Obat anti kanker dapat diberikan melalui suntikan intravena atau melalui
mulut. Obat yang digunakan antara lain cisplatin, cetuximab, 5-
fluorouracil, docetaxel, methotrexate, pacilitaxel, carboplatin,
bleomycin, imiquimod.
f. Kemoterapi diberikan dalam satu siklus, artinya satu periode pengobatan
diselingi dengan periode pemulihan.
g. Terapi biologis digunakan apabila kanker telah menyebar keseluruh
bagian tubuh dengan menggunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit, obat yang biasa digunakan
adalah interferon (42).
2.3.9 Efek Samping Pengobatan
Pengobatan seringkali menimbulkan efek samping yang tidak
menyenangkan, tergantung dari jenis dan luas pengobatan, reaksi penderita juga
dapat berbeda-beda, penderita akan merasa kram atau nyeri, perdarahan atau
keluar cairan encer dari vagina, sulit buang air kecil, aktifitas terbatas termasuk
37
hubungan seksual sampai 4-8 minggu setelah pembedahan, penderita tidak akan
mengalami menstruasi lagi setelah histerektomi, kelelahan yang luar biasa setelah
melakukan radioterapi, rambut menjadi rontok, diare dan sering berkemih (42).
Efek samping kemoterapi tergantung jenis dan dosis obat yang digunakan,
penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar dan mengalami
perdarahan serta kekurangan tenaga, rambut rontok, nafsu makan berkurang,
mual, muntah, atau luka terbuka dimulut. Terapi biologis dapat menyebabkan
gejala menyerupai flu, yaitu menggigil, demam, nyeri otot, lemas, nafsu makan
berkurang, mual, muntah dan diare, kadang timbul ruam, selain itu penderita juga
bisa mudah memar dan mengalami perdarahan (42).
2.4 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks
Ada beberapa metode penemuan dini kanker serviks, diantaranya adalah
Pap Smear, Thin Prep, Kolposkopi, dan Tes Schiller
1. Pap Smear Test
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik
atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim.
Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat melihat
apakah ada infeksi, radang atau sel yang abnormal (44).
Pap smear tes memiliki kelebihan yaitu mudah dilaksanakan di semua
tempat, rumah sakit dan puskesmas, murah dan terjangkau. Namun tes ini juga
memiliki kekurangan yaitu sampel yang diambil tidak dari seluruh bagian serviks
sehingga bisa saja ada bagian yang tidak terdeteksi. Selain itu juga kemungkinan
38
tidak memperlihatkan kondisi sel yang sebenarnya dan mempunyai akurasi antara
80-90 % (45).
2. Thin Prep (Liquid Base Cytology)
Metode thin prep adalah metode berbasis cairan, hasilnya lebih akurat
dibandingkan dengan Papsmear. Metode thin prep memeriksa secara keseluruhan
bagian leher rahim. Sampel yang diambil dimasukkan kedalam botol berisi cairan
kemudian dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan lanjut. Disana sampel
dijadikan slide dan diberi pewarna khusus agar lebih jelas. Membran khusus
digunakan untuk membuat preparat dengan irisan tipis yang akan memperlihatkan
infeksi atau jaringan yang tidak normal (46).
3. Kolposkopi
Metode kolposkopi dilakukan bila semua hasil tes pada metode
sebelumnya menunjukkan adanya infeksi ataupun kejanggalan, prosedurnya akan
dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk
mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi
atau jaringan yang tidak normal pada serviks. Jika ada yang tidak normal, biopsi
pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh dilakukan untuk pengobatan
kanker serviks (43).
Kolposkop merupakan sebuah alat diagnostik dari jarak hingga 30 cm.
untuk melihat abnormalitas serviks, kolposkop menggunakan sinar kuat dan
mikroskop binokuler. Sebagai alat yang bisa mengidentifikasi adanya sel-sel
kanker pada permukaan serviks, mikroskop pada kolposkop bisa dibesarkan 5-40
kali (45).
39
4. Tes Schiller
Tes ini dilakukan dengan cara mengolesi serviks dengan larutan yodium,
sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan yang abnormal
warnya menjadi putih atau kuning (44).
2.5 Metode Deteksi Dini dengan IVA
IVA merupakan metode baru untuk mendeteksi dini kanker serviks dengan
mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat (cuka) 3-5 % dengan
aplikator kapas lesi prakanker, lalu hasilnya dapat diamati dengan mata telanjang
selama 20-30 detik. Bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna
menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa (41).
Terdapat 2 metode inspeksi visual, yaitu inspeksi Visual dengan asam
asetat (IVA) dan inspeksi visual dengan iodium Lugol (IVIL). Pada pemeriksaan
ini asam asetat atau logol dipulaskan pada serviks, dibiarkan selama 1 menit lalu
dinilai dengan mata telanjang (tanpa pembesaran). Pada IVA, jaringan serviks
abnormal akan tampak plak putih yang dinamakan lesi acetowhite. Pada IVIL, lesi
tampak kuning, epitel skuamosa berwarna coklat kehitam-hitaman dan epitel
kolumner berwarna merah muda (47).
2.5.1 Patofisiologi Acetowhite Epithelium
Terbentuknya warna putih (Acetowhite Epithelium=AWE) setelah
pemberian asam asetat terjadi akibat pengaruh asam asetat pada epitel abnormal,
cairan akan tertarik keluar sel sehingga terjadi peningkatan osmolaritas
ekstraseluler. Membran akan kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Akibatnya
40
apabila permukaan epitel mendapat sinar, maka sinar tersebut tidak akan
diteruskan ke stroma melainkan akan dipantulkan ke luar sehingga permukaan
epitel abnormal terlihat berwarna putih, sedangkan gambaran servik normal
adalah merah homogeny (47).
Daerah metaplasia juga akan menampakkan warna putih, tetapi cepat
menghilang dan lama timbulnya berbeda dengan lesi prakanker yang lebih cepat
timbul warna putih dan lama menghilang. Jika lesi makin jelas dan makin putih,
maka makin tinggi derajat kelainan histologiknya. Pemeriksaan IVA dengan baku
emas tes pap menunjukan sensitivitas 100 % dan spesifisitas 98,77 % serta nilai
kappa 0,5195 (good agreement) (47).
2.5.2 Keunggulan Metode IVA
Beberapa keuntungan antara metode IVA dengan papsmear adalah sebagai
berikut:
1. Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih (alat pengambil sampel
jaringan, preparat, regen, mikroskop, dan lainnya)
2. Teknisi lab tidak diperlukan untuk pembacaan hasil test
3. Hasil langsung diketahui, tidak memakan waktu bermingu-minggu
4. Sensivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinggi
dibandingkan pap smear.
5. Biaya murah bahkan gratis bila dilakukan di Puskesmas
6. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga selain dokter ginekologi,
bidan juga dapat melakukan pemeriksaan (47).
41
2.5.3 Jadwal Pemeriksaan IVA
Program skrining dapat dilakukan berdasarkan WHO sebagai berikut:
a. Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun
b. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
c. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
d. Ideal dan optimal skrining dilakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25 -60
tahun
e. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup
memiliki dampak yang cukup signifikan.
f. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1
tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun (34).
2.5.4 Syarat mengikuti IVA test
Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adapun syarat-syarat untuk
mengikuti IVA test antara lain: 1) Sudah pernah melakukan hubungan seksual, 2)
Tidak sedang datang bulan/haid, 3) Tidak sedang hamil dan 4) 24 jam sebelumnya
tidak melakukan hubungan seksual (45).
2.5.5 Cara Melakukan Pemeriksaan IVA
Untuk melaksanakan pemeriksaan dibutuhkan tempat dan alat sebagai
berikut ;
1. Ruangan tertutup, karena posisi pasien diatur litotomi (posisi terlentang
dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen)
42
2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi
litotomi
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks, speculum vagina, asam asetat
(3-5 %), swab-lidi berkapas, sarung tangan dan tempat sampah (45).
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan beberapa langkah yaitu : persiapan
pasien, alat dan pelaksanaan. Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan (informat consent). Privasi dan kenyamanan
sangat penting dalam pemeriksaan ini
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan atau tidak dengan
bantuan pencahayaan yang cukup
4. Speculum dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, kemudian dibuka
untuk melihat leher rahim
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kasa steril untuk
menyerapnya
6. Masukkan lidi woten yang telah dicelupkan dengan asetat 3-5 % kedalam
vagina sampai menyentuh porsio, oles lidi woten keseluruh permukaan
porsio. Tunggu hasilnya kurang lebih 1 menit, bila leher rahim berubah
menjadi keputih-putihan kemungkinan positif terdapat kanker (45).
43
2.5.6 Kategori Pemeriksaan IVA
Menurut Bertiani bahwa terdapat beberapa kategori yang dapat
dipergunakan setelah pemeriksaan IVA adalah:
1) IVA negatif
Artinya tidak ada tanda atau gejala kanker mulut rahim atau serviks normal
berbentuk licin, merah muda, bentuk porsio normal.
2) IVA radang
Artinya serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya seperti
polip serviks.
3) IVA positif
Yaitu ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang
menjadi sasaran temuan screening kanker serviks dengan metode IVA karena
temuan ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker (Displasia
ringan, sedang, berat, atau kanker serviks in situ)
4) IVA kanker serviks
Pertumbuhan seperti bunga kol, dan pertumbuhan mudah berdarah. Ini pun
masih memberikan harapan hidup bagi penderitanya jika masih pada stadium
invasive dini (Stadium IB-IIA) (48).
44
Gambar 2.4 Hasil Pemeriksaan IVA
2.6 Wanita Usia Subur (WUS)
Wanita usia subur adalah wanita yang keadaan reproduksinya berfungsi
dengan baik antara umur 20-45 tahun. WUS yang sudah pernah menikah atau
memiliki pasangan yang memungkinkan dirinya untuk terjadi kehamilan. Pada
wanita usia subur yang sudah menikah ini, puncak kesuburan ada pada rentang
usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil.
Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%. Wanita memasuki usia 40
tahun, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40% (49).
45
2.7 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini mengacu dan memodifikasi teori dan
pendapat para ahli berkaitan dengan aspek timbulnya minat dan faktor-faktor yang
memengaruhi terjadinya minat WUS memeriksa kanker serviks menggunakan
metode IVA seperti diilustrasikan pada gambar berikut ini.
Gambar 2.5 Landasan Teori
Hurlock (2011)
1. Status ekonomi
2. Pendidikan
3. Situasional
4. Keadaan psikis
Minat
WUS
Sukmadinata (2010)
1. Pengetahuan
2. Pengalaman
3. Informasi
Dimyati (2010)
1. Faktor dorongan
2. Faktor motif
sosial
3. Faktor
emosional
Kanker Serviks
Faktor
Memengaruhi
Minat
Aspek
timbul/dorongan
Minat Murdoko (2008)
1. Perhatian
2. Kesenangan
3. Kemauan
Slameto (2010)
1. Kebutuhan dari
dalam
2. Motif sosial
3. Emosiona
Mappiare (1982)
1. Kesenangan
2. Ketertarrikan
3. Motivasi
4. Prasangka
5. Pendirian
6. Harapan
Pemeriksaan
Kanker Serviks
Metode IVA
46
2.8 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, pemeriksaan IVA terkait Minat mengacu pada teori
Green (1980). Adapun bagan kerangka konsep penelitian yaitu:
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari faktor pendidikan,
pengetahuan, sikap, akses informasi, dukungan suami dan dukungan teman
variabel terikat adalah minat WUS memeriksa kankar serviks metode IVA.
2.9 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang