Post on 12-Mar-2019
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATANWAKTU
PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi
Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Sella Rachmawati
NIM: 1111082000088
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2
2015 M / 1436 H
3
4
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Sella Rachmawati
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 April 1994
3. Alamat : Jl. Nurul Huda RT. 001/009 No. 50,
Kelurahan Jatipulo, Kecamatan
Palmerah, Jakarta Barat 11430
4. Telepon : 08978375787
5. Email : sella_rachmawati@outlook.com /
rcsella99@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Jatipulo 01 Pagi Tahun 1999-2005
2. SMP Negeri 111 Jakarta Barat Tahun 2005-2008
3. SMA Negeri 4 Jakarta Tahun 2008-2011
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2015
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pengurus Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
Kepala Divisi Administrasi periode 2014
2. Pengurus Pojok Bursa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai Sekretaris periode 2014
3. Pengurus Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
Pengawas Bidang Administrasi Umum periode 2015
vii
ABSTRACT
Factors Affecting Financial Reporting Timeliness of Local Government in Indonesia
This study aims to examine the factors that affect the timeliness of financial reporting of local government in Indonesia. These factors are divided into two major lines: factors relating to local government and politics, also the content of financial statements and managerial competence factor. Factors associated with local government and politics proxied by local independence, regional location and the election of regional heads back. Factors associated with the content of financial statements and managerial competence proxied by position and financial performance areas, audit opinion and audit findings.
Samples of this study used the whole autonomous region which issued local government financial reports and audited by the Audit Board of the Republic of Indonesia as much as 524 of the total 542 local governments. They were obtained from the Audit Board of the Republic of Indonesia. Testing the hypothesis in this study used binary logistic regression.
Results of this research reveals that local government and political factors that proxied by self-reliance, the regional location statistically affect the timeliness of financial reporting area in fiscal year 2013. Based on the results of logistic regression (logistic regression) showed that the factor content of the financial statements and managerial competence of government area proxied by the audit opinion and auditor's findings are statistically affect the timeliness of financial reporting area in fiscal year 2013.
Keywords: Timeliness, independence, regional location, the election of return, financial position, financial performance, opinions, findings, local government financial reports.
viii
ABSTRAK
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor- faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua garis besar yaitu faktor yang berkaitan dengan pemerintah daerah dan politik, serta faktor kandungan laporan keuangan dan kompetensi manajerial. Faktor yang berkaitan dengan pemerintah daerah dan politik diproksikan dengan kemandirian daerah, lokasi daerah dan keterpilihan kembali kepala daerah. Faktor yang terkait dengan kompetensi manajerial diproksikan dengan posisi dan performa keuangan daerah, opini audit serta temuan audit.
Sampel penelitian ini menggunakan seluruh daerah otonom yang mengeluarkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan diaudit oleh BPK sebanyak 524 pemerintah daerah dari total 542 pemerintah daerah. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPK. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik biner.
Hasil penelitian ini meunjukkan bahwa bahwa faktor daerah dan politik yang diproksikan oleh kemandirian, lokasi daerah secara statistik berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah pada tahun anggaran 2013. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa faktor kandungan laporan keuangan dan kompetensi manajerial pemerintah daerah yang diproksikan oleh opini audit serta temuan auditor secara statistik berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah pada tahun anggaran 2013.
Kata kunci: ketepatanwaktu, kemandirian, lokasi daerah, keterpilihan kembali,
posisi keuangan, performa keuangan, opini, temuan, LKPD.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia”
dengan baik. Tak lupa Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan
kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penulisan, cara penguraian, maupun pada pembahasan
secara ilmiah. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dan kekurangan yang
dimiliki oleh penulis. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih
atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Kedua orangtua penulis, Bapak Siswanto dan Ibu Dedeh, yang selalu
mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa yang tertuju
untukku.
2. Kakak (Wahyu dan Indah) serta adikku (Fajar dan Agung) yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri SE., MSi., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak. CA., selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
selaku Dosen Pembimbing II serta Dosen Pembimbing Akademik yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan
x
bimbingan baik dalam penulisan skripsi ini maupun dalam 4 tahun terakhir.
Terima kasih atas ilmu dan arahan yang telah Bapak berikan selama ini.
6. Bapak Dr. Rini, Ak., CA selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas saran yang diberikan selama
proses penulisan skripsi.
7. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang telah membantu penulis
dalam memperoleh data penelitian.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
9. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan dalam tim DEMILULUS
2015 atas segala dukungan dan motivasinya untuk menyelesaikan tugas akhir
ditahun 2015 ini.
10. Keluarga besar Akukece (Akuntansi C UIN 2011) terima kasih atas kenangan
dalam 4 tahun masa perkuliahan. See You On Top, Guys.
11. Keluarga besar Kopma UIN Syahid Jakarta yang telah memberikan
pengalaman dari sisi lain dunia perkuliahan. Semoga ilmu dan pengalaman
yang telah didapat tak lekang oleh waktu.
12. Seluruh teman-temanku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011,
terima kasih atas doa, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis
selama ini.
13. Berbagai pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Agustus 2015
Sella Rachmawati
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................ i
Lembar Pengesahan Skripsi ...................................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .............................................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .......................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ........................................................... v
Daftar Riwayat Hidup .............................................................................................. vi
Abstract ..................................................................................................................... vii
Abstrak ..................................................................................................................... viii
Kata Pengantar ......................................................................................................... ix
Daftar Isi .................................................................................................................... xi
Daftar Tabel ............................................................................................................. xiii
Daftar Gambar ........................................................................................................ xiv
Daftar Grafik ............................................................................................................ xv
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 11
1. Tujuan Penelitian............................................................................... p11
2. Manfaat Penelitian............................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 13
A. Landasan Teori ........................................................................................... 13
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ....................................................... 13
2. Teori Lokasi ........................................................................................ 15
3. Teori Kurva Belajar ............................................................................. 17
4. Teori Kepatuhan .................................................................................. 18
5. Keuangan Daerah ................................................................................ 19
6. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah............................................... 23
xii
7. Ketepatan Waktu ................................................................................. 25
8. Audit Sektor Publik ............................................................................. 26
B. Keterkaitan Antar Variabel ......................................................................... 29
C. Penelitian Sebelumnya ............................................................................... 36
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 44
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 44
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 45
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 45
1. Definisi Regresi Logistik .................................................................... 46
2. Tahapan Regresi Logistik.................................................................... 46
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .......................................................... 51
1. Variabel Terikat................................................................................... 51
2. Variabel Bebas .................................................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 56
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 56
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .............................................................. 58
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 70
A. Kesimpulan ................................................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................................... 72
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 73
Lampiran ................................................................................................................... 78
xiii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman 1.1 Hasil Pemeriksaan pada Pemerintah Daerah dan BUMD ......................... 4
2.1 Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 37
3.1 Operasionalisasi Variabel ......................................................................... 55
4.1 Jumlah Pemerintah Daerah Otonom (Provinsi, Kabupaten/Kota) ............ 57
4.2 Statistik Deskriptif ..................................................................................... 58
4.3 Menilai Keseluruhan Model ...................................................................... 60
4.4 Koefisien Determinasi ............................................................................... 61
4.5 Kelayakan Model Regresi ......................................................................... 61
4.6 Matriks Klasifikasi .................................................................................... 62
4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ........................................................ 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman 2.1 Skema Kerangka Penelitian ........................................................................ 43
xv
DAFTAR GRAFIK
No Keterangan Halaman 1.1 Waktu Penyelesaian Pemeriksaan LKPD ................................................. 7
1.2 Perkembangan Opini LKPD Tahun 2009 s.d. Tahun 2013 ...................... 29
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman 1. Surat Penelitian ......................................................................................... 79
2. Data Sampel .............................................................................................. 83
3. Hasil Output SPSS .................................................................................... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyatakan bahwa laporan keuangan
merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Laporan keuangan merupakan salah satu sarana komunikasi bisnis antara
manajemen dan pengguna eksternal mengenai posisi keuangan, perubahan posisi
keuangan, dan arus kas perusahaan (Suharli, 2009:4). Hal ini mengindikasikan
bahwa laporan keuangan menyimpan segala informasi yang dapat digunakan oleh
para pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan. Scott (2012:76)
memaparkan bahwa informasi sebagai bukti yang mempunyai potensi untuk
mempengaruhi keputusan individual. Informasi harus memiliki tujuh karakteristik
utama yaitu : relevan, andal, lengkap, tepat waktu, dapat dipahami, dapat
diverifikasi dan dapat diakses (Romney dan Steinbart, 2009:28)
Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) laporan keuangan pada
sektor pemerintah berperan dalam menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan
2
selama satu periode. Laporan keuangan digunakan untuk melaksanakan kegiatan
operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan
efisiensi suatu entitas pelaporan, serta membantu menentukan ketaatannya pada
perundang-undangan.
Tujuan pelaporan keuangan pemerintah yang tercantum dalam SAP
menjelaskan bahwa seharusnya laporan keuangan menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya keuangan;
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman;
3
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat bila informasi
yang dikandungnya disediakan tepat waktu bagi para pembuat keputusan sebelum
informasi tersebut kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi pengambilan
keputusan (Hanafi dan Halim, 2005:35). SAP memaparkan bahwa laporan
keuangan dikatakan relevan apabila infomasi yang termuat didalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta
menegaskan atau mengoreksi hasil mereka di masa lalu. Hal ini berarti bahwa
bahwa informasi yang relevan harus memenuhi kriteria :
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna
dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap
4
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi
yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Seperti hal pelaporan keuangan pada perusahaan publik, pelaporan
keuangan pemerintah juga harus dipublikasikan secara tepat waktu. Penyampaian
dikatakan tepat waktu adalah ketika pelaporan tersebut disampaikan atau
dipublikasikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan para pengambil
keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan (Romney dan Steinbart,
2009:28).
Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan pada Pemerintah Daerah dan BUMD
Sumber : IHPS BPK 2014 Semester II
5
Tabel diatas menunjukkan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah daerah dan BUMD pada tahun anggaran 2013. IHPS 2014 semester II
menyebutkan bahwa BPK berhasil mengungkapkan 5.746 temuan yang
didalamnya terdapat 7.329 permasalahan senilai Rp. 4,52 triliun. Permasalahan
tersebut meliputi 1.810 kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan 5.519
permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan senilai Rp.
4,52 triliun. Temuan tersebut ditemukan setelah BPK melakukan pemeriksaan
terhadap 479 objek pemeriksaan di pemerintah dan BUMD yang meliputi 69
objek pemeriksaan keuangan, 181 objek pemeriksaan kinerja dan 229 objek
pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT).
Hasil temuan pada tabel hanya untuk pemeriksaan yang dilakukan pada
semester II tahun pemeriksaan. Hal ini berarti potensi kerugian-kerugian tersebut
diakibatkan oleh laporan-laporan pemerintah daerah dan BUMD yang terlambat
menyerahkan laporan keuangaannya. Potensi-potensi tersebut dapat diketahui
ataupun diminimalisir jika pemeriksaan dijalankan tepat waktu.
Untuk memenuhi ketepatan waktu laporan keuangan, manajer dan auditor
diharapkan meminimalisasi audit delay (Johnson, 1998). Audit delay merujuk
pada rentang waktu antara tanggal akhir tahun finansial entitas sampai dengan
tanggal laporan audit (Subekti & Widyanti, 2004).
Dalam sektor pemerintahan, ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan
diatur dalam peraturan perundang-undangan Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
6
Negara serta Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Selain peraturan perundang-undangan, ketepatan waktu penyerahan laporan
keuangan pemerintah daerah (LKPD) diatur juga dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan (IHPS) yang dikeluarkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) tahun 2011 sampai
dengan 2014 (Semester I), masih terdapat beberapa LKPD yang terlambat
disampaikan kepada BPK sehingga menyebabkan mundurnya masa penyelesaian
pemeriksaan LKPD.
Carslaw dan Kaplan (1991) menjelaskan bahwa audit delay dapat
dipengaruhi oleh dua hal yaitu kapan audit dimulai dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan audit tersebut. Kapan dimulainya audit
tergantung kapan laporan keuangan diserahkan kepada auditor. Sehingga lamanya
waktu perusahaan menyampaikan laporan keuangan kepada auditor dapat
mempengaruhi lamanya audit delay.
Penyelesaian pemeriksaan LKPD tertunda akibat dari pemerintah daerah
yang terlambat melaporkan LKPD ke BPK. Merujuk pada Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan (IHPS) pada tahun 2011 sebanyak 158 LKPD (Provinsi,
Kabupaten/Kota) yang diselesaikan pemeriksaan oleh BPK pada semester II. Pada
tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi 94 LKPD dan pada tahun 2013
7
ada sekitar 108 LKPD yang diselesaikan pemeriksaannya pada semester II. Pada
2014 terdapat 68 jumlah LKPD yang diperiksa BPK pada semester II.
Grafik 1.1 Waktu Penyelesaian Pemeriksaan LKPD
Sumber : IHPS BPK, data diolah
Berdasarkan pada peraturan yang telah disebutkan sebelumnya
menerangkan bahwa paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir,
kepala daerah wajib menyampaikan LKPD kepada BPK untuk dilakukan
pemeriksaan dan selambat-lambatnya dua bulan setelah laporan tersebut diterima
dari pemerintah daerah, BPK wajib menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) atas LKPD tersebut kepada DPRD sehingga waktu maksimum untuk
menghasilkan LKPD audited adalah lima bulan sejak tahun anggaran berakhir.
Sehingga LKPD yang diselesaikan oleh BPK terselesaikan pada Semester II (Juni
s.d Desember) berarti LKPD tersebut telah mengalami keterlambatan (Lase dan
Sutaryo:2014).
8
Seperti yang dilansir dalam finansialbisnis.com bahwa pada tahun anggaran
2012 terdapat 5 daerah yang terkena penundaan penyaluran Dana Alokasi Umum
(DAU) akibat terlambat melaporkan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (LPP APBD) Tahun Anggaran 2012.
Kementerian keuangan akan menunda penyaluran DAU sebesar 25% dari DAU
daerah tersebut.
Menurut catatan Kementerian Keuangan, sebelumnya terdapat 28 daerah
yang terkena sanksi penundaan penyaluran DAU sebesar 25% karena alasan yang
sama, tetapi pada akhir 2013 sebanyak 23 daerah telah menyampaikan LPP APBD
sehingga sanksi dicabut. Pemberian sanksi ini merupakan salah satu cara untuk
mendorong pemerintah agar mempercepat penyelesaian pertanggungjawaban
penggunaan anggaran sehingga tata kelola keuangan daerah dapat diwujudkan
secara transparan dan akuntabilitas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 56 tahun 2005 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah menyebutkan bahwa daerah harus
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan Daerah kepada
Pemerintah. Informasi yang disampaikan mencakup:
a. APBD dan realisasi APBD
b. Neraca daerah
c. Laporan arus kas
d. Catatan atas laporan keuangan
e. Dana dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan
f. Laporan Keuangan Perusahaan Daerah
9
g. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah
Informasi keuangan daerah disampaikan kepada Menteri Keuangan dan
Menteri Dalam Negeri paling lambat 31 Agustus tahun berjalan. Dalam hal
Pemerintah Daerah tidak menyampaikan Informasi Keuangan Daerah, maka akan
diterbitkan peringatan tertulis oleh Menteri Keuangan. Jika Pemerintah Daerah
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkannya peringatan tertulis
tidak menyampaikan informasi maka Menteri Keuangan menetapkan sanksi
berupa penundaan penyaluran Dana Perimbangan setelah berkoordinasi dengan
Menteri Dalam Negeri. Penjelasan ini sesuai dengan PP Nomor 65 tahun 2010
tentang Perubahan atas PP Nomor 56 tahun 2005.
Hingga saat ini, terutama di Indonesia mayoritas pembahasan seputar
ketepatan waktu pelaporan keuangan (timeliness) sebagian besar dilaksanakan
pada sektor perusahaan go public. Pembahasan topic timeliness ataupun audit
delay untuk laporan pemerintah lokal mayoritas berasal dari peneliti luar negeri
seperti Corey S. Cagle, Dale L. Flesher dan Annette B. Pridgen (2014) yang
meneliti audit report timeliness of united states local governments: an
investigation of entities exceeding reporting deadlines di Mississipi Amerika
Serikat mengungkapkan bahwa temuan audit dan opini audit sebelumnya
berpengaruh pada keterlambatan audit. Selanjutnya jarak antara kantor auditor dan
klien juga mengambil peran dalam hal yang menyebabkan timeliness.
Lase dan Sutaryo (2014) meneliti tentang pengaruh karakteristik auditor
terhadap audit delay laporan keuangan daerah di Indonesia, penelitian ini
menyimpulkan bahwa kecakapan profesional auditor dan latar belakang
10
pendidikan auditor mempengaruhi audit delay laporan keuangan pemerintah
daerah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa interaksi antara kecakapan
profesional auditor dan penugasan berulang auditor dan interaksi antara
kecakapan profesional auditor dengan latar belakang pendidikan auditor
mempengaruhi audit delay. Penelitian ini selanjutnya menunjukkan bahwa
kecakapan profesional auditor adalah karakteristik paling penting yang diperlukan
untuk meminimalkan audit delay.
Cohen dan Leventis (2012) yang menyebutkan bahwa audit delay pada
pemerintah kota di Yunani dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor politik
(kekuatan oposisi dan keterpilihan kembali kepala daerah) keberadaan tim
akuntan internal, jumlah temuan audit, ukuran pemerintah daerah, dan populasi
penduduk.
Payne dan Jensen (2002) melakukan penelitian terhadap audit delay di
pemerintah daerah di Amerika bagian tenggara untuk tahun fiskal 1992 dan
menemukan bahwa insentif manajemen berpengaruh terhadap ketepatwaktuan
pelaporan, keberadaan sistem pelaporan berkualitas tinggi, keterikatan hutang,
pengalaman dan reputasi auditor cenderung mengurangi audit delay.
Berdasarkan atas pemaparan diatas serta minimnya penelitian yang meneliti
ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan pada sektor pemerintahan di
Indonesia membuat penulis tertarik untuk menelitinya. Penelitian ini merupakan
pengembangan dari penelitian Corey S. Cagle dkk (2014), Sandra Cohen dan
Sergio Laventis (2013).
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan permasalahan dalam
penelitian adalah:
1. Apakah faktor kemandirian daerah berpengaruh terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia?
2. Apakah faktor lokasi daerah berpengaruh terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan di Indonesia?
3. Apakah faktor keterpilihan kembali kepala daerah berpengaruh terhadap
ketepatanwaktu pelaporan keuangan di Indonesia?
4. Apakah faktor posisi keuangan daerah berpengaruh terhadap
ketepatanwaktu pelaporan keuangan di Indonesia?
5. Apakah faktor performa keuangan daerah berpengaruh terhadap
ketepatanwaktu pelaporan keuangan di Indonesia?
6. Apakah faktor opini daerah berpengaruh terhadap ketepatanwaktu pelaporan
keuangan di Indonesia?
7. Apakah faktor jumlah temuan daerah berpengaruh terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh bukti empiris terkait dengan :
a. Pengaruh faktor kemandirian daerah terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia
12
b. Pengaruh faktor lokasi daerah terhadap ketepatanwaktu pelaporan
keuangan pemerintah daerah di Indonesia
c. Pengaruh faktor keterpilihan kembali kepala daerah terhadap
ketepatanwaktu pelaporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia
d. Pengaruh faktor posisi keuangan daerah terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia
e. Pengaruh faktor performa keuangan daerah terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia
f. Pengaruh faktor opini daerah terhadap ketepatanwaktu pelaporan
keuangan pemerintah daerah di Indonesia
g. Pengaruh faktor jumlah temuan daerah terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi ilmu pengetahuan dan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi berupa bukti empiris mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan LKPD
b. Untuk pemerintah daerah, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pihak
pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat
melaporkan LKPD secara tepat waktu
c. Untuk auditor, penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan ketepatan waktu
pelaporan LKPD
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Asimetri informasi merupakan kesenjangan informasi yang tercipta
karena adanya perbedaan kepentingan antara principal dan agen. Prinsipal
adalah pemilik atau pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi,
sedangkan agen adalah pihak yang menjalankan kegiatan dan mengambil
keputusan. Hubungan keagenan yang melibatkan kedua pihak (prinsipal dan
agen) didefinisikan oleh Jensen dan Meckling (1976) sebagai hubungan
kontrak dimana satu orang atau lebih (pemilik/prinsipal) melibatkan orang
lain (agen) untuk melakukan layanan tertentu demi kepentingan prinsipal
yang melibatkan pendelegasian beberapa kewenangan pengambilan
keputusan.
Adanya asimetri informasi ini menimbulkan dua permasalahan yang
disebabkan oleh kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan
pengendalian terhadap tindakan-tindakan agen. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan permasalahan tersebut adalah:
1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak
kerja.
14
2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar
benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi
sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang
dapat terjadi dalam hubungan keagenan (Eisenhardt, 1989). Pertama adalah
masalah keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan-keinginan atau
tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan dan (b) merupakan suatu
hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang
apa yang benar-benar dilakukan oleh agen. Permasalahannya adalah bahwa
prinsipal tidak dapat memverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu
secara tepat. Kedua adalah masalah pembagian resiko yang timbul pada saat
prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko. Dengan
demikian, prinsipal dan agen mungkin memiliki preferensi tindakan yang
berbeda dikarenakan adanya perbedaan preferensi resiko.
Manajemen sebagai agen mempunyai tanggung jawab dalam
operasional perusahaan sehari-hari dalam hal pengambilan keputusan
berdasarkan informasi yang diperoleh manajemen. Dengan demikian, agen
lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik.
Menurut Lane (2003a) dalam Syukriy Abdullah (2006) teori keagenan
dapat diterapkan dalam organisasi publik. Ia menyatakan bahwa negara
demokrasi modern didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal-agen
(Lane,2000:12-13). Hal senada dikemukakan oleh Moe (1984) yang
15
menjelaskan konsep ekonomika organisasi sektor publik dengan
menggunakan teori keagenan. Bergman & Lane (1990) menyatakan bahwa
hubungan prinsipal agen merupakan suatu pendekatan yang sangat penting
untuk menganalisis komitmen-komitmen kebijakan publik. Pembuatan dan
penerapan kebijakan publik berkaitan dengan masalah-masalah kontraktual,
yakni informasi yang tidak simetris (asymmetric information), moral hazard,
dan adverse selection (Abdullah:2006).
Menurut Moe (1984), di pemerintahan terdapat suatu keterkaitan
dalam kesepakatan-kesepakatan principal-agent yang dapat ditelusuri
melalui proses anggaran: pemilih-legislatur, legislatur-pemerintah, menteri
keuangan-pengguna anggaran, perdana menteri-birokrat, dan pejabat-
pemberi pelayanan. Hal yang sama dikemukakan juga oleh Gilardi (2001)
dan Strom (2000), yang melihat hubungan keagenan sebagai hubungan
pendelegasian (chains of delegation), yakni pendelegasian dari masyarakat
kepada wakilnya di parlemen, dari parlemen kepada pemerintah, dari
pemerintah sebagai satu kesatuan kepada seorang menteri, dan dari
pemerintah kepada birokrasi.
2. Teori Lokasi
Teori tempat pusat disebutkan oleh Wlater Christaller (1933) dan
August Losch (1936), beliau mengembangkan satu teori yang dapat
dipergunakan sebagai kerangka analisis untuk membahas hal tersebut. Teori
pusat merupakan suatu permukiman yang menyediakan barang dan jasa-jasa
bagi penduduk lokal dan daerah belakangnya. Pada teori tempat pusat juga
16
menjelaskan tentang hubungan keterkaitan antara sosial-ekonomi dan fisik
yang saling mempengaruhi.
Sebuah kota atau pusat merupakan inti dari berbagai kegiatan
pelayanan, sedangkan wilayah di luar kota atau pusat tersebut adalah daerah
yang harus dilayaninya, atau daerah belakangnya (hinterland). Sebuah
pusat yang kecil akan memberikan penawaran pelayanan yang lebih terbatas
jika dibandingkan dengan pusat yang lebih besar. Jarak wilayah yang
dilayani relatif lebih dekat dengan luasan yang kecil (Knox, 1994). Guna
mengetahui kekuatan dan keterbatasan hubungan ekonomi dan fisik suatu
kota atau pusat dengan wilayah sekelilingnya, seorang ahli geografi, Walter
Christaller, melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan di
Jerman bagian selatan, di daerah perdesaan (Hartshorn, 1980). Dan teori
tersebut dinyatakan sebagai teori tempat pusat (Central Place Theory) oleh
Christaller.
Menurut Christaller, tidak semua kota dapat menjadi pusat
pelayanan. Dan pusat pelayanan harus mampu menyediakan barang dan
jasa bagi penduduk di daerah dan kawasan sekitarnya. Christaller
menyatakan bahwa dua buah pusat permukiman yang memiliki jumlah
penduduk sama tidak selalu menjadi pusat pelayanan yang sama
penting. Istilah kepusatan (centrality) digunakan untuk menggambarkan
bahwa besarnya jumlah penduduk dan pentingnya peran sebagai tempat
terpusat (central place).
17
Pada teori Christaller menyebutkan sistem keruangan yang optimum
berbentuk heksagonal dengan pusat kegiatan terdapat di tengah pola. Namun
Christaller juga menyebutkan bahwa dalam struktur keruangan kota terdapat
hirarki, dimana tempat dengan hirarki yang teratas mampu memenuhi
kebutuhan tempat di hirarki bawahnya. Semakin tinggi jumlah hirarki kota
maka jumlah kota semakin tinggi, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan penjelasan mengenai teori lokasi industri dan teori pusat
pertumbuhan dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki peranan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana penempatan lokasi industri yang
tepat dapat memberikan banyak jalan, diantaranya industri yang didirikan
dilokasi yang tepat, mampu menyerap tenaga kerja yang ada disekitar lokasi
industri khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Selain itu daerah
yang menjadi lokasi industri secara otomatis akan mengalami kenaikan
pendapatan daerah. Sehingga memungkinkan perekonomian didaerah lokasi
industri mengalami peningkatan.
3. Teori Kurva Belajar
T.P. Wright memperkenalkan teori kurva belajar (learning curve
theory) pada saat meneliti perusahaan pesawat terbang. Wright menyatakan
bahwa setiap kali kuantitas output kumulatif menjadi dua kali lipat, maka
rata-rata waktu kumulatif per unit berkurang sebesar persentase tertentu
(Barber, 2011). Ketika suatu proses atas produk baru dimulai, kinerja
seorang pekerja tidak pada tingkat terbaiknya dan fenomena pembelajaran
18
atau proses dimana seorang memperoleh keahlian, pengetahuan dan
kemampuan pun dimulai.
Pekerja akan membutuhkan waktu yang lebih lama pada saat pertama
kali bekerja daripada pekerjaan yang dilakukan kedua atau ketiga kalinya.
Dengan pengulangan tersebut maka waktu yang dibutuhkan akan lebih
singkat dan akan menuju ke arah perbaikan. Fenomena inilah yang disebut
dengan kurva pembelajaran (learning curve).
4. Teori Kepatuhan
Menurut Tyler (dalam Fachrurozi, 2014) terdapat dua perspektif
dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan kepada hukum, yang disebut
instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu
secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif
normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan
berlawanan dengan kepentingan pribadi. Seorang individu cenderung
mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-
norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal
(normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena
hukum tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen
normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimaty)
berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut
memiliki hak untuk mendikte perilaku.
19
Dalam hal ini, pemerintah sebagai pihak yang mengelola dan
menjalankan amanah rakyat memiliki keharusan untuk melaporkan
pertanggung jawabannya atas keuangan dan operasional daerah tersebut
selama satu tahun buku. Hal ini berarti pemerintah mempunyai keterikatan
untuk patuh pada peraturan perundang-undangan Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara serta Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
5. Keuangan Daerah
Ketergantungan keuangan daerah pada bantuan pemerintah pusat
(ratio grants to total operating revenue) seiring dengan cita-cita demokrasi
nasional dan proses percepatan pembangunan maka muncul suatu yang
dinamakan dengan otonomi daerah. Ini berarti bahwa suatu daerah memiliki
sifat yang otonom. Menurut Encyclopedia of Social Science, otonomi
adalah “the legal self suffiency of social body and its actual
independence.” Lebih jauh, berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Jadi, otonomi dapat diartikan sebagai hak
untuk mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah.
Otonomi diberikan sebagai upaya percepatan pembangunan dan
peningkatan pelayanan sesuai tuntutan dan prakarsa masyarakat di daerah
20
bersangkutan. Otonomi mengandung nilai-nilai kepercayaan yang dapat
mengakomodasi kepentingan masyarakat daerah, sehingga akan meredam
potensi terjadinya disintegrasi bangsa.
Dalam menjalankan pemerintahannya, terutama hubungan antara
pemerintah pusat dan daerah, Indonesia menganut asas desentralisasi, yang
di samping itu terdapat pula asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Desentralisasi berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, hal ini berarti
semua urusan, tugas, dan wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan
sepenuhnya kepada daerah.
Dengan terselenggaranya otonomi seluas-luasnya maka diperlukan
suatu pengaturan secara adil dan selaras mengenai hubungan keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan antar pemerintah
daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui
penyediaan sumber-sumber pendanaan perlu diatur perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang merupakan subsistem
keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas atau sejalan dengan
pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintahan daerah menganut
prinsip money follow function, yang bermakna bahwa pendanaan mengikuti
21
fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-
masing tingkat pemerintahan.
Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas
pendapatan daerah dan pembiayaan. Sumber pendapatan daerah dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Pendapatan asli daerah, yang bertujuan memberikan kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi
daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan
desentralisasi;
2. Dana perimbangan, yang bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal
antara pemerintah dan pemerintahan daerah dan antarpemerintah
daerah;
3. Pendapatan lain-lain yang memberi peluang kepada daerah untuk
memperoleh pendapatan selain yang berasal pendapatan asli daerah,
dana perimbangan dan pinjaman daerah.
Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari
APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Menurut sejumlah literatur, dana
perimbangan memiliki makna yang sama dengan pendapatan transfer. Salah
satu bentuk pendapatan transfer adalah bantuan (grants).
Bantuan (grants) menjadi sumber pendapatan yang utama bagi
pemerintah daerah di banyak negara (Bird, 2000; Humes IV, 1991; Wilson
dan Game, 1994; Shah, 1994). Istilah lain dari grants yang juga seringkali
22
dipergunakan adalah subsidies atau subventions. Terdapat tiga alasan utama
dari penggunaan jenis bantuan ini (Humes IV, 1991: 239) yakni: menambah
sumber pendapatan daerah, memenuhi kebutuhan yang berlebihan
pendapatan yang terbatas dari area tertentu, dan meningkatkan program
tertentu serta menyelipkan kontrol terhadapnya.
Realita menunjukkan yang terjadi selama ini adalah masih terdapatnya
kesenjangan fiskal vertikal dan kesenjangan fiskal horizontal bagi sejumlah
daerah di Indonesia. Kesenjangan fiskal vertikal timbul karena adanya
keterbatasan sumber dan kewenangan penerimaan daerah, baik dalam
bentuk pajak maupun bukan pajak, serta adanya kebutuhan pengeluaran
daerah yang jauh lebih besar. Sedangkan, kesenjangan fiskal horizontal
terjadi karena perbedaan kapasitas antardaerah untuk menghasilkan
pendapatan sendiri yang tergantung dari distribusi luas dan besarnya
kewenangan atas objek dan basis pajak serta kewenangan sumber-sumber
nonpajak. Kesenjangan ini dapat pula terjadi karena adanya perbedaan biaya
dan tekanan permintaan atas pelaksanaan fungsi-fungsi yang menjadi
tanggung jawab daerah bersangkutan.
Hal tersebut tentu berimplikasi pada terjadinya peningkatan
kesenjangan pertumbuhan ekonomi antardaerah, kurangnya kemandirian
daerah, dan munculnya ketidakpuasan masyarakat di daerah. Oleh karena
itu, pemerintah pusat memberikan dana perimbangan dalam rangka
menciptakan keadilan dalam pembagian sumber daya bagi kepentingan
nasional dan bagi kepentingan daerah. Melalui dana alokasi, pemerintah
23
bertujuan untuk menciptakan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah yang berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan potensi daerah,
sehingga daerah dapat membelanjakan dana tersebut untuk kebutuhan-
kebutuhan daerahnya. Dalam dana alokasi ini tidak terdapat batasan
mengenai bagaimana dana tersebut dibelanjakan, sehingga daerah dapat
dengan leluasa memanfaatkan dana tersebut untuk kebutuhan yang
diinginkan. Namun, masalah yang muncul adalah kemampuan daerah dalam
mengelola dana alokasi. Apabila daerah kurang mampu mengelola dana
tersebut, maka tidak menutup kemungkinan yang terjadi adalah semakin
meningkatnya ketergantungan daerah pada dana perimbangan ini.
6. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) menyatakan bahwa laporan
keuangan pada sektor pemerintah berperan dalam menyediakan informasi
yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode. Laporan
keuangan digunakan untuk melaksanakan kegiatan operasional
pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan
efisiensi suatu entitas pelaporan, serta membantu menentukan ketaatannya
pada perundang-undangan.
Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola
anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan
menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
24
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan
keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:
a. Pemerintah pusat;
b. Pemerintah daerah;
c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan
pemerintah pusat;
d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan
satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat
pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap
aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban
dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya.
Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan
pemerintah, namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat;
b. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman; dan
d. Pemerintah.
Laporan keuangan pokok terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
25
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
7. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah rentang waktu
mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada publik
sejak tanggal tutup buku perusahaan (31 Desember) sampai tanggal
penyerahan ke Bapepam-LK (Rachmawati, 2008:5). Laporan keuangan
yang tepat waktu akan lebih berguna dari pada yang tidak tepat waktu.
Setelah informasi yang relevan tersedia lebih cepat, mampu meningkatkan
kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan, dan kurangnya ketepatan
waktu dapat mengurangi informasi dari kegunaannya (Kieso et.al, 2011:47).
Terdapat tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu
dalam penelitiannya (Dyer dan Mc Hugh, 1975:4):
a. Preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
b. Auditor’s report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
c. Total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
26
Ketepatan waktu penyerahan laporan keuangan pemerintah daerah
(LKPD) diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan UU
No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. Berdasarkan kedua peraturan tersebut, paling lambat tiga
bulan setelah tahun anggaran berakhir, kepala daerah wajib menyampaikan
LKPD kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan dan selambat-lambatnya
dua bulan setelah laporan tersebut diterima dari pemerintah daerah, BPK
wajib menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas LKPD
tersebut kepada DPRD sehingga waktu maksimum untuk menghasilkan
LKPD audited adalah lima bulan sejak tahun anggaran berakhir.
Ketepatanwaktu laporan keuangan tergantung pada jangka waktu
audit karena laporan keuangan tidak dapat diterbitkan sebelum audit selesai
dilaksanakan (Johnson,1998). Oleh karena itu, auditor diharapkan untuk
melakukan jasa assurance tanpa penundaan (delay), dalam batasan yang
diperbolehkan oleh kode profesional dan etika (Carcello et al, 1992;
DeAngelo, 1981).
8. Audit Sektor Publik
Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan (Arens, 2008). Undang-
undang No 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara menjelaskan yang dimaksud dengan
27
pemeriksaan (audit) adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan professional
berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan Negara.
Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat
pengelola keuangan daerah sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya,
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban. Sedangkan tanggung jawab keuangan negara adalah
kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan Negara
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Audit atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Untuk menunjang
tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang- Undang di bidang
Keuangan Negara yaitu: Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Seperti halnya pada auditor swasta, BPK RI juga bekerja berdasarkan
standar audit Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). SPKN
ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 yang berlaku sejak
28
7 Maret 2007. Pengertian standar auditing adalah suatu ukuran pelaksanaan
tindakan yang merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan
audit. Standar auditing mengandung pula pengertian sebagai suatu ukuran
baku atas mutu jasa auditing.
Audit yang dilaksanakan oleh BPK terdiri atas audit keuangan, audit
kinerja, dan audit dengan tujuan tertentu. Pemeriksaan atas LKPD bertujuan
untuk memberikan pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam LKPD berdasarkan pada kriteria:
a. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP)
b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures)
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
d. Efektivitas sistem pengendalian intern
Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa,
yakni opini Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion), opini Wajar
Dengan Pengecualian (qualified opinion), opini Tidak Wajar (adversed
opinion), dan pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer of
opinion). Selanjutnya BPK RI memberikan opini atas kewajaran laporan
keuangan tersebut.
29
Grafik 2.1 Perkembangan Opini LKPD Tahun 2009 s.d. Tahun 2013
Sumber : IHPS BPK (2014)
Opini yang diberikan atas suatu LKPD merupakan cermin bagi
kualitas akuntabilitas keuangan atas pelaksanaan APBD. Adanya kenaikan
persentase opini wajar tanpa pengecualian (WTP) secara umum
menggambarkan adanya perbaikan akuntabilitas keuangan oleh pemerintah
daerah dalam menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip
yang berlaku (BPK:2014).
B. Keterkaitan Antar Variabel
Pada penelitian ini, faktor-faktor ketepatan waktu pelaporan LKPD dibagi
menjadi dua kelompok model. Kelompok model ini terdiri dari: (1) pemerintahan
daerah dan politik - faktor yang berkaitan, (2) kandungan laporan keuangan dan
kompetensi manajerial.
30
a. Pemerintah Daerah dan Politik
a. Kemandirian daerah terhadap bantuan pemerintah
Ketergantungan keuangan daerah pada bantuan pemerintah
pusat (ratio grants to total operating revenue) seiring dengan cita-cita
demokrasi nasional dan proses percepatan pembangunan maka
muncul suatu yang dinamakan dengan otonomi daerah. Ini berarti
bahwa suatu daerah itu memiliki sifat yang otonom. Dana
perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari
APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Menurut sejumlah literatur, dana perimbangan memiliki makna
yang sama dengan pendapatan transfer. Salah satu bentuk pendapatan
transfer adalah bantuan (grants). Bantuan (grants) menjadi sumber
pendapatan yang utama bagi pemerintah daerah di banyak negara
(Bird, 2000; Humes IV, 1991; Wilson dan Game, 1994; Shah, 1994).
Terdapat tiga alasan utama dari penggunaan jenis bantuan ini (Humes
IV, 1991: 239) yakni: menambah sumber pendapatan daerah,
memenuhi kebutuhan yang berlebihan pendapatan yang terbatas dari
area tertentu, dan meningkatkan program tertentu serta menyelipkan
kontrol terhadapnya.
Pemerintah masih sangat mengandalkan pada dana berimbang
yang diberikan oleh pemerintah pusat. Hal ini sesuai dengan yang
telah dikabarkan oleh BPK bahwa 90% pemerintah daerah baik
31
provinsi ataupun kabupaten/kota masih bergantung pada dana
perimbangan ini. Pemerintah daerah mengalokasikan dana
perimbangan ini untuk tujuan operasional dan investasi. Cohen dan
Laventis (2012) mengungkapkan bahwa pemerintah daerah dengan
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan pemerintah pusat
akan semakin tunduk untuk mematuhi peraturan pemerintah pusat
termasuk untuk melaporkan keuangan daerah secara tepat waku. Hal
ini dikarenakan terdapat sanksi akan keterlambatan pelaporan
keuangan daerah kepada pemerintah pusat yaitu berupa penundaan
pencairan dana tahun anggaran berikutnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin tingginya tingkat ketergantungan daerah dengan dana
perimbangan yang diberikan pemerintah maka pemerintah daerah
akan lebih tepat waktu dalam melaporkan LKPD.
H1: Ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap dana perimbangan
berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan.
b. Lokasi daerah
Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar didunia. Negara
yang terdiri dari ratusan ribu pulau yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi pemerintah
dalam rangka pemerataan pembangunan nasional. Belum meratanya
pembangunan ini disebabkan karena letak geografis daerah-daerah di
Indonesia, hal ini menyebabkan sulitnya akses bagi pemerintah
32
ataupun investor untuk melakukan eksplorasi kekayaan daerah
tersebut. Selain itu, belum meratanya pembangunan ditandai dengan
belum terpenuhinya kebutuhan yang seharusnya dinikmati rakyat
Indonesia.
Menurut Nurhadi (2007), minimnya pembangunan pada suatu
daerah akan berdampak pada rendahnya aksesibilitas daerah tersebut.
Ketika suatu daerah memiliki aksesibilitas yang rendah sebagai
akibatnya daerah tersebut akan sulit untuk memperoleh faktor
produksi, akses transportasi dan telekomunikasi, serta fasilitas
pendidikan berupa universitas-universitas yang mempunyai reputasi
salah satunya dalam menghasilkan tenaga akuntan yang cakap dalam
pengelolaan keuangan. Pemerataan pembangunan daerah yang belum
sempurna tersebut juga tentu menjadi salah satu faktor terhambatnya
pelaporan keuangan daerah terutama dari daerah-daerah terpencil
dimana mereka kesulitan mengakses informasi ataupun karena faktor
minimnya sumber daya manusia yang ada.
H2: Jarak lokasi pemerintah daerah dengan pemerintah pusat
berpengaruh negative terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan daerah
c. Keterpilihan kembali kepala daerah (incumbent)
Kepala daerah bertahan (incumbent) yang terpilih kembali
diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan
dengan kepala daerah yang baru terpilih. Menurut Cohen dan Leventis
33
(2013), kepala pemerintah daerah yang telah berpengalaman
memimpin suatu daerah selama lebih dari empat tahun, maka dia akan
cukup akrab dengan standar dan prosedur akuntansi serta langkah-
langkah persiapan yang diperlukan untuk memfasilitasi prosedur audit.
Dengan pengalaman dan pengetahuan tersebut, kepala daerah bertahan
diharapkan dapat membuat kebijakan yang mengarah pada perbaikan
dalam prosedur akuntansi. Sedangkan jika terpilihnya pemimpin
daerah yang baru, ia cenderung akan menginvestigasi masalah
keuangan daerah dalam rangka mengungkapkan isu-isu tersembunyi
dalam laporan keuangan, dan akan merekrut auditor untuk
menyelesaikannya. Antisipasi ini dikhawatirkan akan memperpanjang
masa persiapan pelaporan keuangan daerah.
H3: keterpilihan kembali kepala daerah berpengaruh negatif terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah.
2. Kandungan Laporan Keuangan dan Kompetensi Manajerial
a. Posisi dan Performa Keuangan
Dwyer & Wilson (1989) mengembangkan hipotesis bahwa
ketepatan waktu pelaporan adalah perangkat yang digunakan oleh
pemerintah kota untuk memberikan sinyal bagi kompetensi keuangan
yang dilakukan oleh manajemen. Hal tersebut disampaikan oleh
pemerintah dan pejabat terpilih untuk memberikan sinyal kompetensi
dan pelayanan kepada masyarakat, investor, dan pengguna lainnya
(McLelland & Giroux : 2000). Salah satu keadaan yang memberikan
34
keuntungan bagi manajemen dalam memberikan sinyal kompetensi
adalah ketika terdapat pesan baik yang harus disampaikan. Salah satu
bagian dari kabar baik adalah performa keuangan yang meningkat.
Givoy & Palmon (1982) menjelaskan bahwa keterlambatan pelaporan
keuangan sering menjadi pelopor atau pendahulu dari kabar buruk
yang akan diterima.
Pridgen & Wilder dalam Cagle dkk (2014) mengukur posisi
serta performa keuangan dengan menghitung rasio berupa :
1) Total asset : total revenue, perbandingan antara total aset dan
total pendapatan digunakan untuk mengukur posisi keuangan
2) Change in net assets : total net assets, perbandingan dari
perubahan aset bersih dan total aset bersih digunakan untuk
mengukur performa keuangan pemerintah daerah.
Rasio-rasio keuangan ini menghasilkan ukuran kebaikan
ataupun keburukan dari konten laporan keuangan tersebut. Hal ini
mengindikasikan konten laporan yang baik (kabar baik) akan
dilaporkan secara tepat waktu. Hal ini disebabkan oleh dua alasan.
Pertama, manajemen memberikan sinyal positif secepatnya ataupun
secara tepat waktu, jika pelaporan mengalami keterlambatan makan
dapat diindikasikan bahwa hal tersebut mengandung sinyal yang
buruk. Selain itu, ketepatan waktu pelaporan keuangan juga
mengindikasikan kompetensi manajerial yang baik. Staff manajerial
35
yang kompeten di perkirakan mempunyai pengendalian internal yang
baik dan memiliki catatan dan fungsi yang lebih baik.
H4: Posisi laporan keuangan yang baik berhubungan positif dengan
ketepatan waktu pelaporan keuangan.
H5: Performa laporan keuangan yang baik berhubungan positif
dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan.
b. Temuan
Temuan audit diterbitkan ketika auditee gagal dalam
menerapkan hukum dan regulasi serta ketika auditor menemukan
masalah dengan internal controll. Temuan ini merupakan
permasalahan-permasalahan yang ditemukan oleh auditor di lapangan.
Temuan ini akan meningkatkan risiko pengendalian, prosedur audit
serta waktu pelaksanaan audit sehingga berpengaruh terhadap lamanya
penyelesaian laporan audit (Cagle dkk, 2014:82).
Komunikasi antara auditee dan auditor menjadi lebih intens
ketika terdapat permasalahan akuntansi yang bersiat material (Cohen
dan Leventis, 2013). Hal ini berarti semakin banyaknya temuan audit
akan menambah waktu diskusi antara tim audit pemerintah (BPK)
dengan pihak penanggung jawab audit pemerintah daerah sebelum
temuan tersebut dilaporkan dalam laporan hasil audit.
H6: Temuan audit berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan
36
c. Opini
Beberapa penelitian sebelumnya seperti Dwyer & Wilson (1989),
McLelland & Giroux (2000) menemukan tidak ada hubungan
signifikan antara tipe opini audit dan ketepatan waktu laporan audit.
Payne & Jenson (2002) menemukan bahwa opini wajar tanpa
pengecualian mempunyai hubungan signifikan dalam memangkas
waktu audit. Laitinen (1989) menemukan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
dengan ketepatan waktu pada perusahaan komersial. Menurut
McLelland & Giroux, opini wajar dengan pengecualian (qualified
opinion) merupakan sebuah pertanda buruk bagi pengguna laporan
keuangan. Opini yang diberikan BPK berupa opini selain wajar tanpa
pengecualian (WTP) seperti wajar dengan pengecualian (WDP), tidak
wajar ataupun tidak mengemukakan pendapat dapat dianggap sebuah
catatan buruk kinerja keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan.
H7: Opini WTP laporan keuangan daerah berpengaruh positif
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah
C. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini
dapat dilihat di dalam tabel 2.1 pada halaman selanjutnya.
37
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No. Nama Judul Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 1 Corey S. Cagle,
Dale L Flesher, Annette B Pridgen (2014)
Audit Report Timeliness Of United States Local Governments: An Investigation Of Entities Exceeding Reporting Deadlines
Variabel yang sama : Ketepatanwaktu pelaporan audit, Posisi Keuangan, Performa Keuangan, Opini Keuangan, Temuan Audit
Variabel yang berbeda : akuntabilitas, pembiayaan, jarak kantor auditor dan klien, keahlian auditor. Sampel yang digunakan pemerintah daerah di Mississipi, Amerika Serikat. Analisis menggunakan Ordinary Least Square (OLS)
Jumlah temuan audit dan penerbitan opini selain WTP memperpanjang waktu penerbitan laporan keuangan
Berlanjut ke halaman berikutnya
38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama Judul Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 2 Yediel Lase dan
Sutaryo (2014) Pengaruh Karakteristik Auditor terhadap Audit Delay Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Variabel yang sama: Ketepatanwaktu pelaporan keuangan daerah
Variabel yang berbeda: karakteristik auditor (latar belakang pendidikan, penugasan berulang, kecakapan profesional auditor) Sampel yang digunakan 127 pemerintah daerah di Indonesia Analisis menggunakan model regresi dengan uji univariat dan multivariate
Interaksi antara kecakapan profesional auditor dan penugasan berulang auditor dan interaksi antara kecakapan profesional auditor dengan latar belakang pendidikan auditor mempengaruhi audit delay
Berlanjut ke halaman berikutnya
39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama Judul Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 3 Sandra Cohen dan
Sergio Laventis (2013)
Effects of Municipal, auditing and political factors on audit delay
Variabel yang sama : Kemanidrian daerah, Lokasi daerah, Keterpilihan kembali kepala daerah
Variabel yang berbeda: Pengalaman penggunaan akuntansi berbasis akrual, kekuatan oposisi, eksternal akuntan, tim akuntan internal Populasi yang digunakan pemerintah daerah di Yunani Analisis menggunakan Multiple Regression Model
Kekuatan oposisi, ukuran pemerintah daerah, re-election, populasi, keberadaan tim akuntansi internal, remarks berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan
Berlanjut ke halaman berikutnya
40
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama Judul Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 4 Andrew J.
McLelland dan Gary Giroux (2000)
An Empirical Analysis of Auditor Report Timing by Large Municipalities
Variabel yang sama: Opini daerah, Temuan audit
Variabel yang berbeda: Ukuran dan kompleksitas klien, karakteristik audit, kendala peraturan
Pengungkapan dalam laporan audit dan keberadaan auditor independen berhubungan negative dengan audit delay. Adanya hubungan positif yang signifikan antara audit delay dengan populasi dan keberadaan lembaga audit tambahan
Berlanjut ke halaman berikutnya
41
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama Judul Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan 5 Dwyer, P. D., &
Wilson, E. R. (1989)
An empirical investigation of factors affecting the timeliness of reporting by municipalities
Variabel yang sama: Posisi Keuangan, Performa Keuangan, Ketepatanwaktu
Variabel yang berbeda: insentif pemerintah, kendala peraturan, Sampel yang digunakan 142 pemerintah daerah di Amerika
Ketepatan waktu pelaporan keuangan berhubungan pada kandungan laporan keuangan, kompetensi manajerial pemerintah daerah, penggunaan auditor independen.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
42
D. Kerangka Pemikiran
Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011 : 60) mengemukakan bahwa
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang
penting jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman
yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang
paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk
proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam
penelitian ini adalah kemandirian daerah, jarak lokasi daerah dengan pemerintah
pusat, keterpilihan kembali kepala daerah, posisi keuangan dan performa
keuangan daerah, temuan audit, opini audit. Berdasarkan uraian di atas gambaran
menyeluruh penelitian ini yang mengangkat penelitian mengenai pengaruh yang
terjadi pada ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah disajikan dalam gambar
2.1.
43
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan LKPD
Adanya keterlambatan pelaporan keuangan daerah di Indonesia
Kemandirian daerah (X1)
Posisi Keuangan (X4)
Jarak lokasi daerah dengan Pusat (X2)
Ketepatan waktu pelaporan keuangan (Y)
Temuan Audit (X6)
Opini Audit (X7)
Keterpilihan kembali kepala daerah (X3)
Performa Keuangan (X5)
Hipotesis
Analisis dan Pembahasan
Pengujian Menggunakan Regresi Logistik
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen yaitu ketepatan pelaporan keuangan daerah. Variabel
independen dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu (1) faktor
pemerintah daerah dan politik yang diukur melalui tingkat kemandirian daerah,
jarak lokasi pemerintah daerah dan pemerintah pusat, serta keterpilihan kembali
kepala daerah tahun sebelumnya. (2) faktor kompetensi manajerial yang diukur
melalui posisi dan performa keuangan daerah, temuan audit, opini audit. Populasi
dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) sampai
dengan 2013 yaitu sejumlah 548 pemerintah daerah.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah
Provinsi, Kabupaten/Kota tahun 2013. Sampel yang diambil adalah seluruh
pemerintah daerah (provinsi, kabupaten & kota) yang menyerahkan LKPD
audited tahun anggaran 2013 baik yang mengalami keterlambatan ataupun tepat
waktu. Pemilihan tersebut dikaitkan dengan kebutuhan sampel yang cukup besar
45
pada penelitian ini. Satu tahun anggaran dipilih karena untuk memfokuskan
faktor-faktor ketepatan waktu pelaporan keuangan pada tahun anggaran 2013.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder berupa data catatan atau yang telah ada yang merupakan hasil rekap
laporan keuangan dan dibuat oleh instansi terkait. Data yang digunakan bersumber
dari :
1. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan (IHPS) BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Tahun Anggaran 2013.
2. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Tahun Anggaran 2013.
3. Daftar daerah otonom di Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
4. Daftar kepala daerah di Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dalam bentuk angka. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik
dengan bantuan software SPSS 22 yang selanjutnya dianalisis menggunakan
Regresi Logistik.
46
Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah
karena variabel dependen bersifat dummy. Sedangkan pendekatan keilmuan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan ilmu statistik dengan uji statistik
non parametrik. Statistik non parametrik adalah statistik yang dapat digunakan
dengan mengabaikan segala asumsi yang melandasi metode statistik parametrik,
terutama yang berkaitan dengan distribusi normal (Gibbons & Chakraborti: 2003).
1. Definisi Regresi Logistik
Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya
terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner). Walaupun formulanya
dapat saja lebih dari dua kelompok. Regresi logistik adalah regresi yang
digunakan untuk mencari persamaan regresi jika variabel dependennya
merupakan variabel yang berbentuk skala. Regresi logistik binari digunakan
untuk menemukan persamaan regresi dimana variabel dependennya bertipe
kategorial dua pilihan seperti: ya atau tidak, atau lebih dari dua pilihan
seperti: tidak setuju, setuju, sangat setuju.
2. Tahapan Regresi Logistik
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik
(logistic regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis
penelitian, adapun penjelasannya diuraikan dalam paragraf dibawah ini
(Ghozali, 2013):
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu
data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard
47
deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari
sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata
dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai
minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan
dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
b. Pengujian Hipotesis Penelitian
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood
Estimation (MLE).
Ho = b1 = b2 = b3 = ... = bi = 0
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ... ≠ bi ≠ 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan
(dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan
menggunakan ɑ = 5%. Nilai ɑ dinyatakan sebagai besarnya tingkat
kesalahan yang dapat ditolerir. Umumnya, untuk ilmu sosial, termasuk
ekonomi dan keuangan, besarnya a adalah 5%. Kaidah pengambilan
keputusan adalah:
a. Jika nilai probabilitas (sig.) < a = 5% maka hipotesis alternatif
didukung.
b. Jika nilai probabilitas (sig.) > a = 5% maka hipotesis alternatif
tidak didukung.
48
1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data.
Beberapa test statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk
menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit
dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood.
Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang
dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan
alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-
2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain
model yang dihipotesiskan fit dengan data.
2) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi
likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit
diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari
koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0
(nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan
Snell’s R dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil
49
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3) Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan
model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang
berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya
sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat
ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
4) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan terjadinya ketepatan waktu pelaporan
keuangan pemerintah daerah.
50
5) Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh kemandirian
daerah, lokasi daerah, keterpilihan kembali kepala daerah, posisi dan
performa keuangan daerah, temuan audit, serta opini auditor yang
diterbitkan oleh BPK terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah
di Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
TIMELINESS = a + ß1 GRANTS + ß2 LOCATE + ß3 INCUMBNT +
ß4 POSITION + ß5 PERFORM + ß6 FINDINGS + ß7 OPINION
+ є
dimana:
TIMELINESS = Ketepatan waktu pelaporan keuangan pemerintah
daerah
a = konstanta
ß1,2 = koefisien variabel
GRANTS = kemandirian daerah
LOCATE = lokasi pemerintah daerah
INCUMBNT = keterpilihan kembali kepala daerah pada tahun
selanjutnya
POSITION = posisi keuangan daerah
PERFORM = performa keuangan daerah
51
FINDINGS = banyaknya temuan audit
OPINION = opini yang diberikan oleh BPK atas LKPD
є = error
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasional variable penelitian adalah sebuah konsep yang memiliki
penjabaran dari variable yang ditetapkan dalam suatu penelitian dan
dimaksudkan untuk memastikan agar variable yang diteliti secara jelas dapat
ditetapkan indikatornya (Rukmini,2008).
Analisis data pada penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang
terdiri dari variabel terikat (dependent variable) variabel bebas (independent
variabel). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Timeliness atau
ketepatan waktu pelapora keuangan daerah. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah tingkat kemandirian daerah, jarak lokasi pemerintah daerah
dangan pemerintah pusat, keterpilihan kembali kepala daerah periode
sebelumnya, posisi keuangan, performa keuangan, temuan audit, opini audit.
1. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang terikat
dan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Melalui analisis
terhadap variabel terikat adalah mungkin untuk menemukan jawaban atas
suatu masalah (Sekaran, 2006). Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Berdasarkan peraturan paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran
52
berakhir, kepala daerah wajib menyampaikan LKPD kepada BPK untuk
dilakukan pemeriksaan dan selambat-lambatnya dua bulan setelah laporan
tersebut diterima dari pemerintah daerah, BPK wajib menyampaikan
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas LKPD tersebut kepada DPRD
sehingga waktu maksimum untuk menghasilkan LKPD audited adalah lima
bulan sejak tahun anggaran berakhir. Ketepatan waktu diukur dengan
metode dummy dengan acuan jumlah hari antara tanggal tutup buku LKPD
dengan tanggal penerbitan LHP atas LKPD tersebut (Lase dan Sutaryo
:2014), dengan kategorinya adalah bagi pemerintah daerah yang tidak tepat
waktu (terlambat) masuk kategori 1 dan pemerintah daerah yang tepat waktu
masuk kategori 0.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel
terikat secara positif atau negatif (Sekaran, 2006). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah tingkat kemandirian daerah, jarak lokasi pemerintah
daerah dan pemerintah pusat, keterpilihan kembali pemerintah daerah
periode sebelumnya, posisi keuangan pemerintah daerah, performa
keuangan pemerintah daerah, temuan audit, dan opini audit.
a. Tingkat kemandirian pemerintah daerah
Tingkat kemandirian pemerintah daerah diukur dengan melihat
perbandingan antara jumlah realisasi pendapatan transfer dari
pemerintah pusat dengan total realisasi pendapatan daerah. Data ini
53
didapatkan dari laporan realisasi pendapatan daerah yang
dipublikasikan oleh pemerintah daerah.
b. Jarak lokasi pemerintah daerah dengan pemerintah pusat
Jarak lokasi ini didasarkan dengan pola pemerataan ekonomi
dan pembangunan di Indonesia, dimana pembangunan dan
perekonomian Indonesia saat ini berpusat di wilayah Indonesia bagian
barat. Data untuk variable ini diukur menggunakan dummy, angka 1
diberikan untuk pemerintah daerah yang berlokasi di wilayah
Indonesia bagian barat dan 0 jika di wilayah selain Indonesia bagian
barat.
c. Keterpilihan kembali kepala daerah periode sebelumnya
Keterpilihan kembali kepala daerah periode sebelumnya dilihat
menggunakan data kepala daerah yang terdapat dalam daftar kepala
daerah di Indonesia yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri.
Data untuk variable ini diukur menggunakan dummy, angka 1
diberikan untuk daerah yang dipimpin oleh kepala daerah minimal dua
tahun berturut-turut atau tahun sebelum dan pada saat penelitian
dipimpin oleh kepala daerah yang sama dan 0 diberikan kepada daerah
yang memiliki perubahan kepemimpinan satu tahun sebelum
penelitian dan pada tahun penelitian.
54
d. Posisi keuangan daerah
Posisi keuangan daerah diperoleh dari total aset dibandingkan
dengan total pendapatan daerah. Data ini diambil dari laporan
keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit.
e. Performa keuangan daerah
Performa keuangan daerah tahun berjalan diukur dengan
perubahan aset bersih periode berjalan dengan periode sebelumnya
dengan total asset dalam periode berjalan. Data untuk variable ini
diambil dari laporan keuangan pemerintah daerah yang telah di audit.
f. Temuan audit
Temuan audit diukur dengan menggunakan jumlah temuan yang
diungkapkan BPK melalui Ikhstisar Hasil Pemeriksaan (IHPS) yang
diterbitkan per semester setiap tahunnya.
g. Opini audit
Opini audit pemerintah daerah diperoleh dari IHPS BPK. Data
untuk variable ini diukur menggunakan dummy, angka 1 diberikan
kepada daerah yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (WTP)
ataupun WTP dengan paragraph penjelas dan angka 0 diberikan
kepada daerah yang menerima opini selain WTP dan WTP dengan
paragraf penjelas.
55
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variable Indikator Skala
Variabel Dependen
TIMELINESS 1 jika LKPD dilaporkan tepat waktu sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan sebelumnya ; 0 jika lainnya
Dummy
Variabel Independen :
Faktor pemerintah daerah dan politik yang terkait
GRANT (+) Jumlah realisasi pendapatan transfer dari pemerintah pusat : total realisasi pendapatan daerah
Rasio
LOCATE (-) 1 jika lokasi pemerintahan daerah berada di wilayah Indonesia bagian barat ; 0 jika lainnya
Dummy
INCUMBT (-) 1 jika kepala daerah menjabat selama 2 tahun atau lebih ; 0 jika kurang dari 2 tahun Dummy
Kandungan Laporan keuangan dan Kompetensi manajerial
POSITION (+) Total Aset : Total Pendapatan Rasio
PERFORM (-) Perubahan aset bersih : Total Aset Rasio
FINDINGS (-) Total temuan yang dikeluarkan auditor Rasio
OPINION (+) 1 jika entitas menerima opini WTP atau WTP-DPP ; 0 jika lainnya Dummy
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1) Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah seluruh Indonesia
baik itu Provinsi, Kabupaten ataupun Kota tahun anggaran 2013. Seluruh
pemerintah daerah dipilih agar penelitian ini dapat mencakup semua tatanan
pemerintah yang mengeluarkan laporann keuangan daerah dan dilakukan
pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Penelitian ini berfokus
pada faktor – faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
daerah yang mencakup faktor daerah serta kompetensi manajerial. Faktor daerah
dilihat dari kemandirian daerah, lokasi daerah, dan keterpilihan kembali kepala
daerah. Kompetensi manajerial dilihat dari posisi dan performa keuangan daerah,
temuan audit serta opini yang diterbitkan BPK terhadap laporan keuangan
pemerintah daerah.
Penggunaan data pada tahun anggaran 2013 adalah karena laporan keuangan
daerah terbaru yang telah diperiksa oleh BPK adalah tahun anggaran 2013. Alasan
penggunaan data hanya satu tahun anggaran adalah karena penelitian ini akan
difokuskan pada tahun anggaran tersebut dengan melibatkan sampel data yang
cukup mempresentasikan seluruh populasi pemerintah daerah.
57
Total jumlah seluruh daerah otonom mengacu pada data yang dikeluarkan
Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik
Indonesia. Selanjutnya sampel yang dipilih mengacu pada pemerintah daerah
yang mengeluarkan laporan keuangan didasarkan pada Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) yang diterbitkan oleh BPK.
Tabel 4.1 Jumlah Pemerintah Daerah Otonom (Provinsi, Kabupaten/Kota) di
Indonesia
Provinsi Kabupaten Kota Total
Ditjen Otda Kemendagri 34 415 93 542
IHPS BPK 33 399 92 524 Perbedaan 1 16 1 18
Sumber : Data diolah
Jumlah pemerintah daerah berdasarkan data yang dikeluarkan Direktorat
Jenderal Otonomi Daerah sebanyak 415 kabupaten, 93 kota dan 34 provinsi atau
setara dengan total 542 daerah. Sedangkan laporan keuangan audit daerah tahun
anggaran 2013 berdasarkan IHPS BPK menyebutkan jumlah kabupaten sebanyak
399, kota sebanyak 92 dan provinsi sebanyak 33. Sehingga total daerah yang
mengumpulkan laporan keuangan daerah tahun anggaran 2013 sebanyak 524
daerah. Timbulnya perbedaan ini dikarenakan hanya 524 daerah yang telah
menyusun LKPD Tahun 2013.
Jumlah sampel yang digunakan adalah 524 laporan keuangan daerah yang
telah diudit oleh BPK. Sampel ini hampir memenuhi jumlah populasi dari
pemerintah daerah karena pada penelitian ini akan difokuskan pada satu tahun
58
anggaran, sehingga membutuhkan sampel yang tepat untuk mempresentasikan
jumlah kesuluruhan pemerintah daerah.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (kemandirian daerah,
lokasi daerah, keterpilihan kembali kepala daerah, performa keuangan daerah,
posisi keuangan daerah, temuan audit serta opini audit) terhadap variabel
dependen yaitu ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah.
1) Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 525 data yang
berasal dari tahun anggaran 2013.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Grants 524 ,28 266,82 21,5358 27,24456 Position 524 ,01 76,56 2,8679 4,89986 Perform 524 -1,47 1,00 ,1354 ,18371 Findings 524 ,0 48,0 2,277 6,4868 Valid N (listwise)
524
Sumber : Output SPSS
Tabel 4.2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Berdasarkan Tabel diatas, hasil analisis dengan menggunakan
59
statistik deskriptif terhadap kemandirian daerah (GRANTS) menunjukkan
nilai minimum 0,28 nilai maksimum sebesar 266,82 dengan rata- rata sebesar
21,5358 dan standar deviasi sebesar 27,24456.
Analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran posisi
keuangan daerah (POSITION) menghasilkan nilai minimum sebesar 0,01
nilai maksimum sebesar 76,56 dengan rata-rata sebesar 2,8679 dan standar
deviasi sebesar 4,89986.
Selanjutnya ukuran performa keuangan (PERFORM) juga dianalisis
dengan menggunakan statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum sebesar
-1,47 nilai maksimum sebesar 1,00 dengan rata-rata sebesar 0,1354 dan
standar deviasi 0,18371. Hasil analisis dengan menggunakan statistik
deskriptif terhadap temuan audit (FINDINGS) menunjukkan nilai minimum
sebesar 0, nilai maksimum sebesar 48 dengan rata-rata sebesar 2,28 dan
standar deviasi 6,487.
2) Hasil Uji Statistik Regresi Logistik
Karena variabel dependen bersifat dummy (pelaporan tepat waktu dan tidak
tepat waktu), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan
uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi
logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2013):
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2 Log
Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number=1). Nilai -2LL awal adalah
60
sebesar 668,900. Setelah dimasukkan ketujuh variabel independen, maka
nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi 520,689. Penurunan
Likelihood (-2LL) sebesar 114,211 ini menunjukkan model regresi yang
lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Tabel 4.3
Menilai Keseluruhan Model
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Const
ant GRANTS LOCATE
INCUM
BNT
POSI
TION
PER
FORM
FINDI
NGS
OPINI
ON
Step
1
1 532,473 ,335 -,012 ,680 ,270 -,026 -,223 -,074 ,786
2 521,140 ,381 -,018 ,843 ,373 -,030 -,390 -,098 1,160
3 520,690 ,413 -,020 ,859 ,392 -,030 -,440 -,103 1,252
4 520,689 ,417 -,020 ,859 ,393 -,030 -,442 -,103 1,256
5 520,689 ,417 -,020 ,859 ,393 -,030 -,442 -,103 1,256
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 668,900
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Sumber : Output SPSS
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square
adalah sebesar 0,342 yang berarti variabilitas variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 34,2%
sedangkan sisanya sebesar 65,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di
luar model penelitian.
61
Tabel 4.4 Koefisien Determinasi
Sumber: output SPSS
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chi-
square sebesar 11,591 dengan signifikansi (p) sebesar 0,170. Berdasarkan
hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model
dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya.
Tabel 4.5 Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 11,591 8 ,170
Sumber: output SPSS
d. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 520,689a ,246 ,342
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than ,001.
62
Tabel 4.6 Matriks Klasifikasi
Sumber: output SPSS
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah adalah sebesar 91,1%. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan,
terdapat sebanyak 477 pemerintah daerah yang diprediksi akan melakukan
pelaporan keuangan secara tepat waktu dari total 524 pemerintah daerah di
Indonesia. Kekuatan prediksi model pemerintah daerah yang melaporkan
keuangan daerah tidak tepat waktu adalah sebesar 48,3% yang berarti
bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 253
pemerintah daerah yang diprediksi tidak tepat waktu dalam melaporkan
keuangan daerah dari total 524 pemerintah daerah di Indonesia.
e. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel dibawah ini:
Classification Tablea
Observed
Predicted TIMELINESS Percentage
Correct 0 1 Step 1 TIMELINE
SS 0 85 91 48,3 1 31 317 91,1
Overall Percentage 76,7 a. The cut value is ,500
63
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Sumber: output SPSS
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut
ini:
Timeliness = 0,417 – 0,20 GRANTS + 0,859 LOCATE + 0,393
INCUMBNT - 0,30 POSITION – 0,442 PERFORM – 1,03
FINDINGS +1,256 OPINION
Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression)
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil
disajikan dalam tiga bagian. Bagian pertama membahas pengaruh
kemandirian daerah terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah
(H1). Kedua membahas tentang pengaruh lokasi pemerintah daerah
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah.(H2). Ketiga
membahas pengaruh keterpilihan kembali kepala daerah pada tahun
Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a GRANTS -,020 ,006 10,220 1 ,001 ,980
LOCATE ,859 ,235 13,324 1 ,000 2,361
INCUMBNT
,393 ,237 2,759 1 ,097 1,482
POSITION -,030 ,024 1,621 1 ,203 ,970
PERFORM -,442 ,707 ,391 1 ,532 ,643
FINDINGS -,103 ,021 24,850 1 ,000 ,902
OPINION 1,256 ,284 19,618 1 ,000 3,511
Constant ,417 ,320 1,694 1 ,193 1,517
a. Variable(s) entered on step 1: GRANTS, LOCATE, INCUMBNT, POSITION, PERFORM, FINDINGS, OPINION.
64
selanjutnya terhadap ketepatan waktu pelaporan daerah (H3). Keempat
membahas pengaruh posisi keuangan daerah terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan (H4). Kelima membahas pengaruh performa keuangan
daerah terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah (H5).
Keenam membahas banyaknya temuan audit yang ditemukan auditor BPK
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah (H6). Ketujuh
membahas pengaruh opini yang diberikan oleh BPK terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan daerah (H7). Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh kemandirian daerah terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan daerah
Variabel GRANTS menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar
0,20 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,001 lebih kecil dari a =
5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari a = 5% maka
hipotesis ke-1 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan
bahwa kemandirian daerah berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan daerah.
Pemerintah sebagai pihak yang mengelola dan menjalankan
amanah rakyat memiliki keharusan untuk melaporkan pertanggung
jawabannya atas keuangan dan operasional daerah tersebut selama
satu tahun buku. Hal ini berarti pemerintah mempunyai keterikatan
untuk patuh pada peraturan perundang-undangan Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun
65
2004 tentang Perbendaharaan Negara serta Undang-undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara.
Pemerintah daerah yang tingkat ketergantungan yang tinggi
terhadap bantuan pemerintah pusat akan semakin tunduk untuk
mematuhi peraturan pemerintah pusat termasuk peraturan terkait
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal tersebut
dimotivasi adanya sanksi kepada pemerintah daerah berupa
penundaan pemberian bantuan apabila pemerintah daerah terlambat
menyampaikan laporan keuangan kepada pemerintah pusat. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Cohen dan Laventis (2013).
2. Pengaruh lokasi pemerintah daerah terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan daerah
Variabel LOCATE menunjukkan koefisien regresi positif sebesar
0,839 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,000 lebih kecil dari a =
5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari a = 5% maka
hipotesis ke-2 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan
bahwa lokasi pemerintah daerah berpengaruh terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan daerah.
Pemerintah daerah yang mempunyai jarak lebih dekat dengan
pemerintah pusat cenderung menjadi pusat dari ekonomi Negara dan
mengalami pembangunan serta memiliki sumber daya manusia yang
66
memadai dan berkompeten untuk melakukan proses akuntansi
sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang tepat waktu
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh Cohen dan Laventis (2013).
3. Pengaruh keterpilihan kembali kepala daerah terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan daerah.
Variabel INCUMBNT menunjukkan koefisien regresi positif
sebesar 0,356 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,130 lebih besar
dari a = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari a = 5%
maka hipotesis ke-3 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak
berhasil membuktikan bahwa keterpilihan kembali kepala daerah
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah.
Kepala pemerintah daerah yang telah memimpin lebih dari satu
periode maka dia akan cukup akrab dengan standard dan prosedur
akuntansi serta langkah-langkah persiapan yang diperlukan untuk
memfasilitasi prosedur audit. Kepala daerah yang terpilih kembali
diharapkan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak
dibandingkan dengan kepala daerah yang baru terpilih. Dengan
pengetahuan dan pengalaman tersebut, kepala daerah diharapkan dapat
membuat kebijakan yang mengarah pada perbaikan dalam prosedur
akuntansi yang nantinya akan mempercepat proses penyelesaian
penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan akan terbit
67
tepat waktu. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Cohen dan Laventis (2013).
4. Pengaruh posisi keuangan daerah terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan daerah
Variabel POSITION menunjukkan koefisien regresi negatif
sebesar 0,030 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,206 lebih besar
dari a = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari a = 5%
maka hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak
berhasil membuktikan bahwa posisi keuangan daerah berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah. Hasil penelitian
ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Cagle & Fisher (2014) yang tidak menemukan bukti kuat bahwa posisi
keuangan daerah mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.
5. Pengaruh performa keuangan daerah terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan daerah.
Variabel PERFORM menunjukkan koefisien regresi negatif
sebesar 0,458 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,517 lebih besar
dari a = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari a = 5%
maka hipotesis ke-3 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak
berhasil membuktikan bahwa performa keuangan daerah berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah. Hasil penelitian
ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Cagle & Fisher (2014) yang tidak menemukan bukti kuat bahwa
68
performa keuangan daerah mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan
keuangan.
6. Pengaruh opini audit terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan daerah.
Variabel OPINION menunjukkan koefisien regresi positif sebesar
1,248 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,000 lebih kecil dari a =
5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari a = 5% maka
hipotesis ke- berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan
bahwa opini yang diterima oleh pemerintah daerah berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh McLelland dan Giroux (2000) bahwa opini
unqualified (Wajar Tanpa Pengecualian) merupakan sebuah kabar
bagus yang harus dikabarkan secepat mungkin. Payne dan Jensen
(2002) mengindikasikan bahwa opini selain WTP mengindikasikan
adanya tambahan prosedur yang dibutuhkan selama pelaksanaan audit
yang akan meningkatkan audit delay yang berarti menyebabkan
pelaporan keuangan tidak tepat waktu.
7. Pengaruh temuan audit terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan daerah
Variabel FINDINGS menunjukkan koefisien regresi negatif
sebesar -0,104 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,000 lebih kecil
dari a = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari a = 5%
69
maka hipotesis ke-4 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa opini yang diterima oleh pemerintah daerah
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah.
Menurut Cohen dan Laventis (2013), komunikasi antara auditan
dengan auditor akan lebih intens ketika terdapat permasalahan
akuntansi yang bersifat material. Banyaknya temuan audit akan
menambah waktu diskusi temuan baik di intern tim auditor maupun
antara auditor dan klien. Cagle et al. (2014) menyatakan bahwa
banyaknya temuan audit sebagai salah satu ukuran dari kabar yang
akan dilaporkan secara tepat waktu. Temuan audit mengindikasikan
tentang kompetensi manajerial. Semakin besar temuan audit yang
menunjukkan lemahnya kompetensi manajerial maka akan memakan
waktu yang banyak dalam pelaporan keuangan.
Whittered (1980) menemukan bahwa waktu akan meningkat jika
kualifikasi semakin besar. Hal ini dikarenakan auditor akan melakukan
prosedur audit tambahan ketika mereka menemukan dugaan
ketidakwajaran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh Cohen dan Laventis (2013) Cagle et
al.(2014).
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan
waktu pada pelaporan keuangan pemeriintah daerah di Indonesia. Faktor-faktor
tersebut meliputi faktor pemerintah daerah dan politik serta faktor kompetensi
manajerial pemerintah daerah. Faktor pemerintah daerah dan politik diproksikan
dengan kemandirian daerah, lokasi daerah dan keterpilihan kembali kepala daerah.
Faktor yang terkait dengan kompetensi manajerial diproksikan dengan posisi dan
performa keuangan daerah, opini audit serta temuan audit yang dilakukan oleh
BPK. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan
program Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 22. Data sampel
perusahaan sebanyak 524 pemerintah daerah yang telah mempunyai laporan
keuangan yang telah di audit oleh BPK mencakup pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota pada tahun anggaran 2013.
Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa faktor kemandirian daerah berpengaruh terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan daerah di Indonesia dengan nilai signifikansi sebesar
0,001
71
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa faktor lokasi daerah berpengaruh terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan daerah di Indonesia dengan nilai signifikansi sebesar
0,000.
3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa faktor keterpilihan kembali kepala daerah tidak berpengaruh
terhadap ketepatanwaktu pelaporan keuangan daerah di Indonesia dengan
nilai signifikansi sebesar 0,097.
4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa faktor posisi keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap
ketepatanwaktu pelaporan keuangan daerah di Indonesia dengan nilai
signifikansi sebesar 0,203.
5. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa faktor posisi keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap
ketepatanwaktu pelaporan keuangan daerah di Indonesia dengan nilai
signifikansi sebesar 0,532.
6. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa faktor opini audit daerah berpengaruh terhadap ketepatanwaktu
pelaporan keuangan daerah di Indonesia dengan nilai signifikansi sebesar
0,000.
7. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa faktor jumlah temuan audit daerah berpengaruh terhadap
72
ketepatanwaktu pelaporan keuangan daerah di Indonesia dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000.
B. Saran
Penelitian terkait dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah dimasa
yang akan datang diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih
berkualitas dengan mempertimbangkan saran dibawah ini:
1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan penggunaan variabel
kontrol seperti ukuran pemerintah yang diproksikan melalui banyaknya
kabupaten/kota dalam suatu provinsi untuk mengukur besarnya ukuran
pemerintah provinsi. Begitu pula untuk mengukur ukuran pemerintah
ditingkat kabupaten/kota menggunakan banyaknya kecamatan/desa di
daerah tersebut. Hal ini karena keberagaman ukuran daerah di Indonesia.
2. Pengukuran terhadap variabel ketepatan waktu pada penelitian selanjutnya
diukur dengan menghitung lamanya waktu audit delay laporan keuangan
daerah dengan laporan auditor. Sehingga dapat diketahui berapa rata-rata
waktu yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk menyampaikan
LKPD.
3. Penggunaan variabel dari sudut pandang auditor eksternal dalam penelitian
selanjutnya sehingga dapat diketahui pula faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan daerah.
4. Memperluas tahun penelitian sehingga dapat digambarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi ketepatan waktu secara umum untuk jangka panjang.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmat, Idris dan Maryani, E.1997. Geografi Ekonomi. Institut Kerguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.
Adi, P. H. (2006). Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah, belanja pembangunan dan pendapatan asli daerah. Dalam Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
Almilia, Luciana Spica dan Vieka Devi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Manajemen.
Antara Jatim.2014. Ketergantungan Pemda atas dana Perimbagan Sangat Tinggi. http://www.antarajatim.com/lihat/berita/134898/ketergantungan-pemda- atas- dana-perimbangan-sangat-tinggi. diakses tanggal 20 Maret 2015.
Belkaoui, Ahmed Riahi.2007.Accounting Theory 5th Edition, Jakarta: Salemba Empat.
Badan Pemeriksa Keuangan .2014.Ihtisar Hasil Pemeriksaan Semester I
_______________________.2014.Ihtisar Hasil Pemeriksaan Semester II
_______________________.2007. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
Cagle, C. S., Flesher, D. L., & Pridgen, A. B. 2014. Audit Report Timeliness Of United States Local Governments: An Investigation Of Entities Exceeding Reporting Deadlines. Working Paper
Cagle, C., Pridgen, A., 2012. Audit Quality in County Governments: Evidence from Audit Findings. Working Paper. Carslaw, C., Mason, R., Mills, J., 2007. Audit Timeliness of School District Audits.Journal of Public Budgeting, Accounting & Financial Management19 Cohen, S., & Leventis, S. 2013. Effects of municipal, auditing and political factors on audit delay. In Accounting Forum Vol. 37. Elsevier.
74
Dinas Pendapatan provinsi Jawa Barat.2014. Melepas Ketergantungan Dana Pusat.http://dispenda.jabarprov.go.id/2014/08/07/melepas-ketergantungan- dana-pusat/. diakses tanggal 20 Maret 2015
Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dwyer, P. D., & Wilson, E. R. 1989. An empirical investigation of factors affecting the timeliness of reporting by municipalities. Journal of Accounting and Public Policy.
Dyer, J. C. And McHugh, A. J. 1975. The Timeliness of The Australian Annual Report”. Journal of Accounting Research 13.
Evans, J., Patton, J., 1987. Signaling and Monitoring in Public Sector Accounting. Journal of Accounting Research 25 (Supplement), 130-158. Finansial Bisnis.2013.Telat Laporkan LPP APBD 5 Daerah Kena Sanksi dari Kemenkeu.http://finansial.bisnis.com/read/20131230/9/194798/tel at laporkan-lpp-apbd-5-daerah-kena-sanksi-dari-kemenkeu. Tanggal akses 4 Agustus 2015
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenegoro.
Halim, A., & Abdullah, S. 2006. Hubungan Dan Masalah Keagenan Di Pemerintah Daerah.
Hamid Abdul. 2012.Buku Panduan Penulisan Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta: UIN.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintah Daerah.
Johnson, L. E., 1998. Further evidence on the determinants of local government audit delay. Journal of Public Budgeting, Accounting and Financial Management..
Johnson, L., Davies, S., Freeman, R., 2002. The Effect of Seasonal Variations in Auditor Workload on Local Government Audit Fees and Audit Delay. Journal of Accounting and Public Policy.
75
Jensen, M. C. dan Meckling, W. H. 1976. Theory of Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics.3.
Kemendagri.2013.17 Daerah Kena Sanksi DAU. http://www.kemendagri.go.id/news/2013/03/22/17-daerah-kena-sanksi- DAU. Tanggal akses 4 Agustus 2015
Lane, Jan-Erik. 2003b. Relevance of the principal-agent framework to public policy and implementation. University of Geneva and National University of Singapore. Working paper. Lase, Yediel dan Sutaryo. 2014.Pengaruh Karakteristik Auditor terhadap Audit Delay Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”. Simposium Nasional Akuntansi XVII
Kuncoro, H. 2007.Fenomena Flypaper Effect pada kinerja keuangan pemerintah daerah kota dan Kabupaten di Indonesia.Simposium Nasional AkuntansiX.
Maarif, M.S, Tanjung, H. 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif Untuk Manajemen. Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta
Masli, L. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Jakarta: STIE STAN IM.
McLelland, A., Giroux, G., 2000. An Empirical Analysis of Auditor Report Timing by Large Municipalities. Journal of Accounting and Public Policy19.
Mead, D.2011. GASB Research Brief: The Timeliness of Financial Reporting by State and Local Governments Compared with the Needs of Users. Norwalk, CT:Governmental Accounting Standards Board. Moe, T. M. 1984. The new economics of organization. American Journal of Political Science 28.
Mohamad, Marziana, Wan Mohammad Taufik, Mohmad Sakarnor Deris. 2012. Audit Delay in Local Authorities: An Exploratory Study in Kedah, Perak and Kelantan. International Conference on Economics, Business Innovation vol 32. Singapore : IACSIT Press
Muluk, Khairul. 2009. Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Surabaya: ITS Press.
76
Nuryadin, D., Sodik, J., & Iskandar, D. 2000. Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi: Peran Karakteristik Regional Di Indonesia.
Payne, J., Jensen, K., 2002. An Examination of Municipal Audit Delay. Journal of Accounting and Public Policy 21.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Sistem Informasi Keuangan Daerah
Pramusinto, Agus (ed). 2009. Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan, dan Pelayanan Publik. Yogyakarta: GAVA MEDIA.
Romney, Marshall B dan Paul Jhon Steinbart. 2009.Accounting Information Systems: International Edition, 11th Edition, USA: PearsonPrentice Hall.
Respati, Novita Weningtyas. 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan. Jurnal Maksi No 4.
Scott William. R. 2012. Financial Accounting Theory 6th Edition, Canada: Prentice Hall Canada Inc.
Suharli, Michell. 2009. Pelaporan Keuangan, Sesuai Dengan Prinsip Akuntansi. Jakarta: Grasindo.
Sekaran, Uma. 2007. Research Methods For Business.Jakarta: Salemba Empat.
Solo Data Service. 2008. Melepas Ketergantungan Dana Pusat.http://dispenda.jabarprov.go.id/2014/08/07/melepas-ketergantungan- dana-pusat/.diakses 20 Maret 2015
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.
77
Wahyuningsih, Menik. 2012. Pola dan Faktor Penentu Nilai Lahan Perkotaan di Kota Surakarta dalam eprintsundip. http://eprints.undip.ac.id/4088/1/Naskah_TA.pdf. Diakses 3 Juni 2015.
Yani, Ahmad. 2009. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
78
LAMPIRAN
79
LAMPIRAN SURAT PENELITIAN
80
81
82
83
LAMPIRAN 1
DATA SAMPEL
84
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 1 Prov. Aceh 1 7,04 1 1 1,89 0,06 0 0 2 Kab. Aceh Barat 0 14,12 1 1 4,68 -0,05 0 0 3 Kab. Aceh Barat Daya 1 15,48 1 1 2,05 0,11 0 0 4 Kab Aceh Besar 1 11,19 1 1 2,76 0,42 0 1 5 Kab Aceh Jaya 1 22,07 1 1 2,77 0,20 0 0 6 Kab. Aceh Selatan 0 19,44 1 0 2,03 0,08 0 0 7 Kab. Aceh Singkil 0 24,80 1 1 2,19 0,23 8 0 8 Kab. Aceh Tamiang 1 14,73 1 1 2,10 0,11 0 0 9 Kab. Aceh Tengah 1 8,46 1 1 2,85 0,09 0 0
10 Kab. Aceh Tenggara 1 23,09 1 1 3,31 0,08 0 0 11 Kab. Aceh Timur 0 19,92 1 1 2,69 0,10 0 0 12 Kab. Aceh Utara 0 13,80 1 1 3,19 0,14 0 0 13 Kab. Bener Meriah 1 24,67 1 1 2,49 0,11 0 0 14 Kab. Bireuen 0 10,10 1 1 1,97 0,09 0 0 15 Kab. Gayo Lues 1 24,04 1 1 2,29 0,24 0 0 16 Kab. Nagan Raya 0 15,84 1 1 2,13 0,13 0 1 17 Kab. Pidie 0 12,21 1 1 1,80 0,06 0 0 18 Kab. Pidie Jaya 0 34,21 1 0 1,34 0,18 0 0 19 Kab. Simeulue 0 30,47 1 1 2,63 0,12 14 0
85
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 20 Kota Banda Aceh 1 5,73 1 1 4,88 0,23 0 1 21 Kota Langsa 1 8,78 1 1 2,09 0,13 0 1 22 Kota Lhokseumawe 1 16,77 1 1 1,65 0,13 0 0 23 Kota Sabang 1 13,87 1 1 0,49 0,07 0 1 24 Kota Subulussalam 0 39,36 1 0 2,11 0,13 0 1 25 Prov. Sumatera Utara 1 0,79 1 0 1,97 0,10 0 0 26 Kab. Asahan 1 21,12 1 1 2,27 0,39 0 0 27 Kab. Batubara 1 24,14 1 0 1,50 0,19 0 0 28 Kab. Dairi 0 22,66 1 0 2,42 0,10 0 0 29 Kab. Deli Serdang 1 5,35 1 0 2,03 0,05 0 0 30 Kab. Humbang Hasundutan 1 33,01 1 1 2,18 0,18 0 1 31 Kab. Karo 1 17,18 1 1 2,34 0,11 0 0 32 Kab. Labuhanbatu 0 14,39 1 1 2,26 0,10 0 0 33 Kab. Labuhanbatu Selatan 1 20,62 1 1 2,34 0,28 0 0 34 Kab. Labuhanbatu Utara 1 23,07 1 1 2,06 0,25 0 0 35 Kab. Langkat 1 21,67 1 0 1,94 0,15 0 0 36 Kab. Mandailing Natal 1 17,27 1 1 2,49 0,09 0 0 37 Kab. Nias 1 9,36 1 1 3,68 0,34 0 0 38 Kab. Nias Barat 0 43,65 1 1 1,60 0,30 9 0
86
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 39 Kab. Nias Selatan 0 18,53 1 1 1,94 0,13 21 0 40 Kab. Nias Utara 0 43,27 1 1 14,03 0,95 14 0 41 Kab. Padang Lawas 0 20,54 1 0 1,43 0,22 18 0 42 Kab. Padang Lawas Utara 0 30,53 1 0 1,84 0,18 12 0 43 Kab. Pakpak Bharat 1 40,20 1 1 2,75 0,17 0 0 44 Kab. Samosir 0 16,72 1 1 58,81 0,12 0 0 45 Kab. Serdang Bedagai 1 17,16 1 1 1,31 0,23 0 0 46 Kab. Simalungun 1 13,50 1 1 1,30 0,09 0 0 47 Kab. Tapanuli Selatan 1 10,70 1 1 2,21 0,14 0 0 48 Kab. Tapanuli Tengah 0 29,98 1 1 1,67 0,20 0 0 49 Kab. Tapanuli Utara 0 20,07 1 0 1,83 0,14 0 0 50 Kab. Toba Samosir 0 29,11 1 1 76,56 0,10 14 0 51 Kota Binjai 1 12,45 1 1 3,38 0,30 0 0 52 Kota Gunung Sitoli 0 42,38 1 1 1,31 0,30 17 0 53 Kota Medan 1 1,71 1 1 7,57 0,03 0 1 54 Kota Padangsidimpuan 1 16,07 1 0 1,22 0,08 0 0 55 Kota Pematangsiantar 1 10,65 1 1 3,22 0,05 0 0 56 Kota Sibolga 1 14,36 1 1 3,00 0,09 0 0 57 Kota Tanjungbalai 0 14,20 1 1 2,97 0,16 0 0
87
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 58 Kota Tebing Tinggi 1 9,07 1 1 1,01 -0,86 0 0 59 Prov. Sumatera Barat 1 1,30 1 1 2,79 0,08 0 1 60 Kab. Agam 1 18,99 1 1 2,78 0,12 0 0 61 Kab. Dharmasraya 1 16,82 1 1 2,22 0,14 0 0 62 Kab. Kep. Mentawai 1 17,55 1 1 2,38 0,13 0 0 63 Kab. Lima Puluh Kota 1 25,85 1 1 1,95 0,11 0 0 64 Ka. Padang Pariaman 1 21,21 1 1 0,89 -1,47 0 1 65 Kab. Pasaman 1 13,90 1 1 2,99 0,06 0 1 66 Kab. Pasaman Barat 1 19,16 1 1 2,60 0,13 0 0 67 Kab. Pesisir Selatan 1 20,52 1 1 1,39 0,05 0 1 68 Kab. Sijunjung 1 16,30 1 1 2,57 0,11 0 0 69 Kab. Solok 1 26,22 1 1 1,85 0,11 0 0 70 Kab. Solok Selatan 1 22,01 1 1 2,58 0,41 0 0 71 Kab. Tanah Datar 1 12,97 1 1 1,07 0,29 0 0 72 Kota Bukittinggi 1 8,56 1 1 3,49 0,04 0 1 73 Kota Padang 1 6,15 1 0 3,05 0,26 0 0 74 Kota Padang Panjang 1 9,02 1 0 2,02 0,08 0 1 75 Kota Pariaman 1 21,82 1 0 2,27 0,14 0 0 76 Kota Payakumbuh 1 9,00 1 1 2,02 0,01 0 0
88
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 77 Kota Sawahlunto 1 10,48 1 0 2,15 0,10 0 0 78 Kota Solok 1 16,98 1 1 3,11 0,12 0 0 79 Prov. Riau 1 1,56 1 1 3,76 0,08 0 1 80 Kab. Bengkalis 1 15,99 1 1 3,63 -0,13 33 1 81 Kab. Indragiri Hilir 0 18,20 1 0 2,81 0,08 17 0 82 Kab. Indragiri Hulu 0 18,33 1 1 3,34 0,44 24 0 83 Kab. Kampar 1 13,37 1 1 2,72 0,12 0 0 84 Kab. Kepulauan Meranti 1 24,19 1 1 2,89 0,68 0 1 85 Kab. Kuantan Singingi 1 24,92 1 1 2,85 0,08 0 0 86 Kab. Pelalawan 1 17,68 1 1 2,79 0,06 0 1 87 Kab. Rokan Hilir 0 22,50 1 1 4,02 0,10 16 0 88 Kab. Rokan Hulu 1 21,62 1 1 2,44 0,12 0 1 89 Kab. Siak 1 5,52 1 1 4,65 0,05 0 1 90 Kota Dumai 1 5,91 1 1 3,14 0,09 0 0 91 Kota Pekanbaru 0 4,35 1 1 3,30 0,12 0 0 92 Prov. Jambi 1 1,74 1 1 2,58 0,12 0 1 93 Kab. Batang Hari 1 0,74 1 0 2,11 0,17 0 1 94 Kab. Bungo 1 10,68 1 1 2,07 0,10 0 0 95 Kab. Kerinci 1 20,65 1 0 2,10 0,05 0 0
89
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 96 Kab. Merangin 1 19,35 1 0 2,17 0,24 0 0 97 Kab. Muaro Jambi 1 18,53 1 1 2,09 -0,03 0 1 98 Kab. Sarolangun 1 25,29 1 1 2,88 0,11 0 0 99 Kab. Tanjung Jabung Barat 1 19,00 1 1 3,06 0,05 0 0
100 Kab. Tanjung Jabung Timur 1 29,48 1 1 2,84 0,13 0 1 101 Kab. Tebo 1 22,10 1 1 3,16 0,12 0 0 102 Kota Jambi 1 6,74 1 0 2,43 0,12 0 0 103 Kota Sungai Penuh 1 21,44 1 1 1,63 0,54 0 0 104 Prov. Sumatera Selatan 0 1,69 1 0 3,06 0,05 0 0 105 Kab. Banyuasin 1 18,07 1 0 2,09 0,17 0 1 106 Kab. Empat Lawang 1 26,41 1 0 1,79 0,25 0 0 107 Kab. Lahat 0 13,99 1 0 2,11 0,11 0 0 108 Kab. Muara Enim 1 13,34 1 0 2,52 0,16 0 1 109 Kab. Musi Banyuasin 1 25,99 1 1 2,99 0,14 0 1 110 Kab. Musi Rawas 1 18,76 1 1 2,95 0,13 0 0 111 Kab. Ogan Ilir 0 42,11 1 1 2,21 0,23 0 0 112 Kab. Ogan Komering Ilir 1 17,71 1 0 2,43 0,15 0 1 113 Kab. Ogan Komering Ulu 1 17,48 1 1 3,70 0,10 0 0 114 Kab. Ogan Komering Ulu Selatan 1 33,13 1 1 2,90 0,15 0 0
90
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 115 Kab. Ogan Komering Ulu Timur 1 19,67 1 1 1,71 0,14 0 1 116 Kota Lubuklinggau 1 16,22 1 0 2,34 0,15 0 1 117 Kota Pagar alam 0 19,65 1 0 2,86 0,13 0 0 118 Kota Palembang 0 3,35 1 0 2,46 0,21 0 1 119 Kota Prabumulih 1 13,11 1 0 2,79 0,14 0 1 120 Prov. Bengkulu 1 2,23 1 1 1,72 0,05 0 1 121 Kab. Bengkulu Selatan 1 22,74 1 1 1,93 0,09 0 0 122 Kab. Bengkulu Tengah 1 53,08 1 1 1,77 0,14 0 1 123 Kab. Bengkulu Utara 1 21,90 1 1 2,98 0,06 0 1 124 Kab. Kaur 1 43,47 1 1 2,14 0,11 0 1 125 Kab. Kepahiang 1 24,29 1 1 3,14 -0,05 0 0 126 Kab. Lebong 1 35,12 1 1 3,28 0,11 0 1 127 Kab. Mukomuko 1 1,03 1 1 2,38 0,12 0 1 128 Kab. Rejang Lebong 1 16,07 1 1 2,34 0,11 0 0 129 Kab. Seluma 0 32,30 1 0 2,46 0,14 0 0 130 Kota Bengkulu 1 13,08 1 0 2,36 0,08 0 0 131 Prov. Lampung 0 0,78 1 1 1,79 0,10 0 0 132 Kab. Lampung Barat 1 23,12 1 1 2,62 0,13 0 1 133 Kab. Lampung Selatan 1 10,68 1 1 1,99 0,12 0 0
91
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 134 Kab. Lampung Tengah 1 18,73 1 1 1,79 0,15 0 0 135 Kab. Lampung Timur 1 32,76 1 1 1,63 0,05 0 0 136 Kab. Lampung Utara 1 22,90 1 0 2,30 0,11 0 0 137 Kab. Mesuji 0 36,04 1 2 1,38 0,26 0 0 138 Kab. Pesawaran 0 29,42 1 1 1,22 0,22 0 0 139 Kab. Pringsewu 0 20,91 1 1 1,51 0,19 0 0 140 Kab. Tanggamus 1 33,53 1 0 20,11 0,91 0 0 141 Kab. Tulang Bawang 1 17,85 1 1 4,04 0,07 0 0 142 Kab. Tulang Bawang Barat 1 50,86 1 0 1,26 0,31 0 1 143 Kab. Way Kanan 1 30,35 1 1 2,93 0,11 0 1 144 Kota Bandar Lampung 1 3,52 1 1 1,87 0,10 0 1 145 Kota Metro 1 7,45 1 1 3,35 0,06 0 1 146 Prov. Kepulauan Bangka Belitung 0 2,08 1 0 2,60 0,19 0 0 147 Kab. Bangka 1 11,82 1 0 2,34 0,09 0 1 148 Kab. Bangka Barat 0 11,80 1 1 2,82 0,10 0 1 149 Kab. Bangka Selatan 0 266,82 1 1 2,80 0,11 0 0 150 Kab. Bangka Tengah 1 11,70 1 1 2,32 0,09 0 1 151 Kab. Belitung 1 5,84 1 0 2,89 0,10 0 0 152 Kab. Belitung Timur 1 8,66 1 1 2,48 0,11 0 0
92
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 153 Kota Pangkalpinang 0 6,19 1 0 2,93 0,11 0 0 154 Prov. Kepulauan Riau 1 2,13 1 1 1,57 0,09 0 1 155 Kab. Bintan 1 5,42 1 1 3,01 0,09 0 1 156 Kab. Karimun 1 2,60 1 1 2,10 0,09 0 1 157 Kab. Kepulauan Anambas 1 28,54 1 1 1,46 0,35 0 0 158 Kab. Lingga 1 22,59 1 1 2,10 0,08 0 0 159 Kab. Natuna 1 29,77 1 1 2,56 0,01 0 1 160 Kota Batam 1 1,73 1 1 2,03 0,17 0 1 161 Kota Tanjungpinang 1 7,24 1 0 1,80 0,15 0 0 162 Prov. DKI Jakarta 0 0,43 1 1 10,27 0,05 0 0 163 Prov. Jawa Barat 1 0,55 1 0 1,33 0,12 0 1 164 Kab. Bandung 0 5,37 1 1 2,24 0,11 0 0 165 Kab. Bandung Barat 1 7,30 1 0 1,49 0,27 0 0 166 Kab. Bekasi 1 1,79 1 0 2,47 0,21 0 0 167 Kab. Bogor 1 2,40 1 0 3,28 0,10 0 0 168 Kab. Ciamis 1 16,35 1 0 2,03 0,01 0 1 169 Kab. Cianjur 1 7,18 1 1 1,94 0,21 0 0 170 Kab. Cirebon 1 7,63 1 0 1,38 0,05 0 0 171 Kab. Garut 1 9,94 1 0 1,30 0,25 0 0
93
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 172 Kab. Indramayu 1 10,21 1 1 1,95 0,05 0 0 173 Kab. Karawang 1 3,01 1 1 0,01 -0,66 0 0 174 Kab. Kuningan 1 12,57 1 0 2,10 0,27 0 0 175 Kab. Majalengka 1 10,32 1 0 2,06 0,19 0 1 176 Kab. Purwakarta 1 6,58 1 0 1,32 0,15 0 0 177 Kab. Subang 1 11,64 1 0 2,13 0,09 0 0 178 Kab. Sukabumi 1 7,31 1 1 1,76 0,08 0 0 179 Kab. Sumedang 1 7,87 1 0 1,51 0,12 0 0 180 Kab. Tasikmalaya 0 5,68 1 1 2,46 0,27 0 0 181 Kota Bandung 1 1,95 1 0 5,32 0,06 0 0 182 Kota Banjar 1 7,79 1 0 2,48 0,14 0 1 183 Kota Bekasi 1 1,79 1 0 2,47 0,21 0 0 184 Kota Bogor 1 2,33 1 0 3,45 0,18 0 0 185 Kota Cimahi 1 3,99 1 1 20,23 0,91 0 1 186 Kota Cirebon 1 3,75 1 0 2,79 0,08 0 0 187 Kota Depok 1 2,27 1 1 3,63 0,13 0 1 188 Kota Sukabumi 1 3,67 1 0 1,84 0,10 0 0 189 Kota Tasikmalaya 0 5,57 1 1 2,46 0,27 0 0 190 Prov. Jawa Tengah 1 0,62 1 0 1,33 0,07 0 1
94
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 191 Kab. Banjarnegara 1 11,25 1 1 2,32 -0,42 0 1 192 Kab. Banyumas 1 5,46 1 0 2,81 0,08 0 1 193 Kab. Batang 1 6,32 1 1 2,32 0,07 0 0 194 Kab. Blora 1 11,97 1 1 1,78 0,21 0 0 195 Kab. Boyolali 1 7,89 1 1 1,76 0,13 0 1 196 Kab. Brebes 1 11,75 1 1 1,49 0,18 0 0 197 Kab. Cilacap 1 6,62 1 1 1,75 -0,66 0 0 198 Kab. Demak 1 9,12 1 1 1,90 0,18 0 0 199 Kab. Grobogan 1 9,52 1 1 1,52 0,12 0 0 200 Kab. Jepara 1 9,36 1 1 3,14 0,03 0 1 201 Kab. Karanganyar 1 7,34 1 0 1,84 0,11 0 0 202 Kab. Kebumen 1 11,37 1 1 2,01 0,06 0 0 203 Kab. Kendal 1 8,60 1 1 2,18 0,03 0 0 204 Kab. Klaten 1 13,70 1 1 3,62 0,06 0 0 205 Kab. Kudus 1 8,11 1 0 2,47 0,24 0 1 206 Kab. Magelang 1 7,10 1 0 1,85 0,11 0 0 207 Kab. Pati 1 8,47 1 1 1,19 0,16 0 0 208 Kab. Pekalongan 1 7,33 1 1 2,01 0,20 0 0 209 Kab. Pemalang 1 9,60 1 1 1,82 0,09 0 0
95
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 210 Kab. Purbalingga 1 8,61 1 1 1,79 0,10 0 0 211 Kab. Purworejo 1 91,05 1 1 1,71 0,12 0 1 212 Kab. Rembang 1 7,27 1 1 1,48 0,15 0 0 213 Kab. Semarang 1 5,28 1 1 1,60 0,10 0 1 214 Kab. Sragen 1 8,77 1 1 1,61 0,10 0 0 215 Kab. Sukoharjo 1 5,76 1 1 1,38 0,15 0 0 216 Kab. Tegal 1 8,66 1 0 1,61 0,10 0 0 217 Kab. Temanggung 1 9,04 1 0 2,61 0,07 0 1 218 Kab. Wonogiri 1 12,05 1 1 1,97 0,70 0 0 219 Kab. Wonosobo 1 8,71 1 1 2,16 0,11 0 0 220 Kota Magelang 1 4,89 1 1 3,35 0,05 0 0 221 Kota Pekalongan 1 4,76 1 1 3,32 0,12 0 0 222 Kota Salatiga 1 1,23 1 1 2,68 0,91 0 0 223 Kota Semarang 1 1,93 1 1 2,66 0,11 0 1 224 Kota Surakarta 1 3,57 1 1 5,12 0,03 0 1 225 Kota Tegal 1 3,02 1 0 2,77 0,10 0 0 226 Prov.D.I. Yogyakarta 1 1,12 1 1 2,44 0,08 0 1 227 Kab. Bantul 1 5,63 1 1 2,11 0,10 0 1 228 Kab. Gunungn Kidul 1 13,45 1 1 1,47 0,11 0 0
96
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 229 Kab. Kulon Progo 1 9,23 1 1 1,48 0,14 0 1 230 Kab. Sleman 1 3,21 1 1 1,98 0,16 0 1 231 Kota Yogyakarta 1 2,39 1 1 3,27 0,15 0 1 232 Prov. Jawa Timur 1 0,50 1 1 2,13 0,06 0 1 233 Kab. Bangkalan 1 12,91 1 0 1,70 0,06 0 1 234 Kab. Banyuwangi 1 9,29 1 1 1,36 0,02 0 1 235 Kab. Blitar 1 12,42 1 1 1,79 0,10 0 0 236 Kab. Bojonegoro 1 8,27 1 0 2,07 0,05 0 0 237 Kab. Bondowoso 1 14,00 1 0 1,75 0,07 0 0 238 Kab. Gresik 1 2,63 1 1 2,98 0,31 0 0 239 Kab. Jember 1 3,36 1 1 2,16 0,15 0 0 240 Kab. Jombang 1 7,36 1 0 2,59 0,08 0 1 241 Kab. Kediri 1 7,62 1 1 1,84 0,25 0 0 242 Kab. Lamongan 1 9,08 1 1 2,17 0,09 0 0 243 Kab. Lumajang 1 10,44 1 0 1,76 0,13 0 0 244 Kab. Madiun 1 12,83 1 1 4,44 0,05 0 1 245 Kab. Magetan 1 12,95 1 0 2,16 0,12 0 0 246 Kab. Malang 1 8,38 1 1 2,35 0,13 0 0 247 Kab. Mojokerto 1 5,75 1 1 2,39 0,15 0 0
97
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 248 Kab. Nganjuk 1 9,18 1 0 1,23 -0,42 0 1 249 Kab. Ngawi 1 15,06 1 1 1,57 0,10 0 1 250 Kab. Pacitan 1 15,30 1 1 1,46 -0,06 0 1 251 Kab. Pamekasan 0 12,10 1 0 2,07 0,21 0 0 252 Kab. Pasuruan 1 5,46 1 0 1,66 0,12 0 1 253 Kab. Ponorogo 1 9,75 1 1 1,87 0,05 0 1 254 Kab. Probolinggo 1 11,52 1 0 1,85 0,11 0 1 255 Kab. Sampang 0 15,12 1 0 3,34 0,09 0 0 256 Kab. Sidoarjo 1 2,11 1 1 3,23 0,12 0 1 257 Kab. Situbondo 1 13,00 1 1 1,86 0,13 0 0 258 Kab. Sumenep 1 14,15 1 1 2,00 0,11 0 0 259 Kab. Trenggalek 1 14,19 1 1 1,60 0,14 0 0 260 Kab. Tuban 1 5,66 1 1 2,44 0,09 0 0 261 Kab. Tulungagung 1 8,82 1 0 1,20 0,11 0 1 262 Kota Batu 1 8,70 1 1 2,04 0,13 0 0 263 Kota Blitar 1 7,41 1 1 3,10 -0,22 0 1 264 Kota Kediri 1 5,75 1 0 2,83 0,09 0 0 265 Kota Madiun 1 7,43 1 1 4,82 0,27 0 0 266 Kota Malang 1 3,66 1 0 3,44 0,09 0 1
98
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 267 Kota Mojokerto 1 6,56 1 0 2,59 0,06 0 0 268 Kota Pasuruan 1 7,72 1 1 2,40 0,08 0 0 269 Kota Probolinggo 1 7,62 1 0 2,36 0,07 0 1 270 Kota Surabaya 1 0,88 1 1 7,15 0,06 0 1 271 Prov. Banten 1 0,51 1 1 2,05 0,16 0 0 272 Kab. Lebak 1 9,91 1 0 3,37 0,08 0 0 273 Kab. Pandeglang 1 18,13 1 1 1,58 0,20 0 0 274 Kab. Serang 1 3,13 1 1 2,16 0,14 0 1 275 Kab. Tangerang 1 1,67 1 0 2,45 0,18 0 1 276 Kota Cilegon 1 2,74 1 1 2,59 0,12 0 1 277 Kota Serang 1 12,09 1 0 1,83 0,45 0 0 278 Kota Tangerang 1 2,13 1 0 2,46 0,12 0 1 279 Kota Tangerang Selatan 1 1,69 1 1 2,13 0,18 0 0 280 Prov. Bali 1 0,61 1 0 1,48 0,11 0 1 281 Kab. Badung 1 0,28 1 1 2,32 0,21 0 0 282 Kab. Bangli 1 11,39 1 1 1,02 0,05 0 0 283 Kab. Buleleng 1 7,67 1 1 0,99 -0,03 0 0 284 Kab. Gianyar 1 2,90 1 0 1,20 0,11 0 0 285 Kab. Jembrana 1 9,86 1 1 2,08 0,14 0 0
99
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 286 Kab. Karangasem 1 5,16 1 1 1,15 0,18 0 0 287 Kab. Klungkung 1 9,54 1 0 1,04 0,09 0 0 288 Kab. Tabanan 1 3,88 1 1 1,98 0,10 0 0 289 Kota Denpasar 1 1,35 1 1 2,14 0,13 0 1 290 Prov. Nusa Tenggara Barat 1 1,77 1 0 4,69 0,54 0 1 291 Kab. Bima 0 16,48 1 1 2,06 0,11 0 0 292 Kab. Dompu 1 23,05 1 1 0,16 0,10 0 0 293 Kab. Lombok Barat 0 7,76 1 1 1,29 0,11 0 0 294 Kab. Lombok Tengah 1 9,00 1 1 2,00 0,14 0 1 295 Kab. Lombok Timur 1 13,67 1 0 1,73 0,12 0 0 296 Kab. Lombok Utara 0 8,96 1 1 1,63 0,39 0 0 297 Kab. Sumbawa 1 13,05 1 1 2,38 0,07 0 1 298 Kab. Sumbawa Barat 0 15,90 1 1 3,06 0,21 0 0 299 Kota Bima 1 33,24 1 0 1,89 -0,01 0 0 300 Kota Mataram 1 5,11 1 1 3,01 0,08 0 0 301 Prov. Nusa Tenggara Timur 0 3,55 1 0 2,39 0,07 0 0 302 Kab. Alor 0 19,31 1 0 1,74 0,12 13 0 303 Kab. Belu 0 12,17 1 0 1,71 0,12 12 0 304 Kab. Ende 0 15,31 1 0 33,88 0,09 0 0
100
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 305 Kab. Flores timur 0 20,48 1 1 2,11 0,08 0 0 306 Kab. Kupang 0 16,68 1 0 2,36 0,10 20 0 307 Kab. Lembata 0 19,81 1 1 1,81 0,12 12 0 308 Kab. Manggarai 0 13,17 1 1 2,37 0,15 18 0 309 Kab. Manggarai Barat 0 13,41 1 1 3,05 0,09 0 0 310 Kab. Manggarai Timur 0 27,02 1 0 1,51 0,21 14 0 311 Kab. Nagekeo 0 26,87 1 0 1,89 0,21 12 0 312 Kab. Ngada 0 15,14 1 1 2,65 0,10 0 0 313 Kab. Rote Ndao 0 26,84 1 1 2,43 0,10 0 0 314 Kab. Sabu Raijua 0 24,96 1 1 1,52 0,27 0 0 315 Kab. Sikka 0 11,39 1 0 1,94 0,09 0 0 316 Kab. Sumba Barat 0 16,77 1 1 2,76 0,12 0 0 317 Kab. Sumba Barat Daya 0 28,71 1 1 2,09 0,13 13 0 318 Kab. Sumba Tengah 0 24,43 1 0 2,71 0,11 28 0 319 Kab. Sumba Timur 0 16,31 1 1 2,74 0,09 0 0 320 Kab. Timor Tengah Selatan 0 0,96 1 0 1,75 0,10 18 0 321 Kab. Timor Tengah Utara 0 32,82 1 1 2,69 0,08 0 0 322 Kota Kupang 0 9,08 1 1 2,37 0,07 0 0 323 Prov. Kalimantan Barat 0 1,42 1 0 1,49 0,20 14 1
101
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 324 Kab. Bengkayang 1 27,64 1 1 2,54 0,13 0 0 325 Kab. Kapuas Hulu 1 32,98 1 1 2,64 0,11 0 0 326 Kab. Kayong Utara 0 41,87 1 0 1,89 0,19 0 0 327 Kab. Ketapang 1 9,62 1 1 3,10 0,09 0 0 328 Kab. Kubu Raya 1 12,54 1 1 1,58 0,35 0 0 329 Kab. Landak 1 21,86 1 1 2,88 0,13 0 1 330 Kab. Melawi 0 31,84 1 1 2,26 0,14 0 0 331 Kab. Pontianak 1 14,97 1 1 1,88 0,00 0 0 332 Kab. Sambas 1 21,25 1 1 2,02 0,13 0 0 333 Kab. Sanggau 1 15,10 1 1 1,42 -1,43 0 0 334 Kab. Sekadau 1 15,18 1 1 2,53 0,15 0 1 335 Kab Sintang 1 15,01 1 1 0,14 -0,17 0 1 336 Kota Pontianak 1 3,65 1 0 2,96 0,12 0 1 337 Kota Singkawang 0 11,59 1 1 2,44 0,12 0 0 338 Prov. Kalimantan Tengah 0 1,55 0 1 3,34 0,09 0 0 339 Kab. Barito selatan 0 27,09 0 1 2,08 0,13 0 0 340 Kab. Barito Timur 0 38,72 0 0 1,59 0,11 0 0 341 Kab. Barito Utara 0 21,47 0 0 3,04 0,18 0 0 342 Kab. Gunung Mas 0 25,65 0 1 2,91 0,11 0 0
102
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 343 Kab. Kapuas 0 23,29 0 0 2,50 0,15 0 0 344 Kab. Katingan 0 19,31 0 0 3,89 0,04 0 1 345 Kab. Kotawaringin Barat 0 8,84 0 1 3,28 0,21 13 0 346 Kab. Kotawaringin Timur 0 7,88 0 1 2,53 0,27 9 0 347 Kab. Lamandau 0 28,37 0 0 3,02 0,17 0 1 348 Kab. Murung Raya 0 32,96 0 0 3,14 0,13 0 0 349 Kab. Pulang Pisau 0 34,94 0 0 3,51 0,10 0 0 350 Kab. Seruyan 0 37,89 0 0 3,40 0,14 15 0 351 Kab. Sukamara 0 28,55 0 0 3,53 0,13 0 1 352 Kota Palangka Raya 0 12,92 0 0 2,09 0,12 18 0 353 Prov. Kalimantan Selatan 0 0,72 0 1 2,36 0,04 0 1 354 Kab. Balanga 0 21,33 0 1 2,61 0,06 0 1 355 Kab. Banjar Baru 0 5,41 0 1 2,47 0,13 0 1 356 kab. Barito Kuala 0 24,38 0 1 2,34 0,19 0 0 357 Kab. Hulu Sungai Selatan 1 14,50 0 0 2,72 0,20 0 1 358 Kab. Hulu Sungai Tengah 0 15,55 0 1 2,73 0,16 0 1 359 Kab. Hulu Sungai Utara 0 15,60 0 1 2,20 0,14 0 0 360 Kab. Kotabaru 0 10,26 0 1 2,49 0,14 0 0 361 Kab. Tabalong 0 23,68 0 1 2,51 0,18 0 0
103
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 362 Kab. Tanah Bumbu 0 10,12 0 1 2,94 0,30 0 1 363 Kab. Tanah Laut 0 9,88 0 0 2,34 0,18 0 1 364 Kab. Tapin 0 20,65 0 0 2,50 0,11 0 0 365 Kota Banjarbaru 0 8,33 0 1 2,78 0,16 0 0 366 Kota Banjarmasin 0 6,67 0 1 2,67 0,24 0 1 367 Prov. Kalimantan Timur 0 0,91 0 0 2,38 0,08 14 0 368 Kab. Berau 1 9,21 0 1 3,41 -0,09 0 0 369 Kab. Bulungan 1 14,96 0 1 3,54 0,09 0 0 370 Kab. Kutai Barat 0 22,07 0 1 2,98 0,21 11 0 371 Kab. Kutai Kartanegara 1 14,30 0 1 3,54 0,13 33 1 372 Kab. Kutai Timur 0 35,56 0 1 2,70 0,19 22 0 373 Kab. Paser 1 16,93 0 1 3,05 0,13 0 1 374 Kab. Penajam Paser Utara 1 20,67 0 0 3,02 0,11 0 0 375 Kota Balikpapan 1 4,15 0 1 2,86 0,14 0 1 376 Kota Bontang 1 9,51 0 1 3,47 0,11 0 0 377 Kota Samarinda 1 4,78 0 1 4,08 0,15 0 0 378 Kota Tarakan 1 131,41 0 1 4,83 0,08 0 1 379 Kab. Malinau 1 16,46 0 1 3,25 0,10 0 0 380 Kab. Nunukan 1 14,37 0 1 3,93 0,14 0 0
104
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 381 Kab. Tana Tidung 0 27,07 0 1 2,83 0,20 9 0 382 Prov. Sulawesi Utara 0 1,61 0 1 1,68 0,14 48 0 383 Kab. Bolaang Mongondow 0 28,25 0 1 1,66 0,20 0 0 384 Kab. Bolaang Mongondow Selatan 1 45,39 0 1 1,76 0,23 0 0 385 Kab. Bolaang Mongondow Timur 1 38,89 0 1 1,82 0,25 0 1 386 Kab. Bolaang Mongondow Utara 1 37,43 0 0 2,12 0,12 0 0 387 Kab. Kepulauan Sangihe 1 18,24 0 1 1,97 0,10 0 0 388 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 0 29,80 0 0 2,21 0,15 0 0 389 Kab. Kepulauan Talaud 0 44,94 0 1 2,01 0,16 0 0 390 Kab. Minahasa 0 24,16 0 0 1,55 0,13 28 0 391 Kab. Minahasa Selatan 0 35,98 0 1 1,57 0,12 25 0 392 Kab. Minahasa Tenggara 0 50,89 0 0 1,56 0,18 0 0 393 Kab. Minahasa Utara 1 13,90 0 1 1,79 0,12 0 1 394 Kota Bitung 1 10,81 0 1 1,83 0,16 0 1 395 Kota Kotamobagu 0 28,87 0 0 2,40 0,43 27 0 396 Kota Manado 0 4,58 0 1 1,94 0,14 0 1 397 Kota Tomohon 1 32,08 0 1 2,32 0,05 0 0 398 Prov. Sulawesi Tengah 1 2,20 0 1 2,26 0,07 0 1 399 Kab. Banggai 1 13,59 0 1 1,77 0,12 0 1
105
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 400 Kab. Banggai Kepulauan 1 41,81 0 1 2,73 0,13 0 0 401 Kab. Buol 1 17,56 0 1 2,25 -0,02 0 1 402 Kab. Donggala 1 17,85 0 1 2,09 0,13 0 0 403 Kab. Morowali 1 21,80 0 0 2,09 0,12 0 0 404 Kab. Parigi Moutong 1 23,66 0 0 1,97 0,10 0 0 405 Kab. Poso 1 23,43 0 1 2,00 -0,04 0 0 406 Kab. Sigi 1 47,13 0 1 1,59 0,14 0 1 407 Kab. Tojo Una-Una 1 19,55 0 1 2,55 0,11 0 0 408 Kab. Tolitoli 1 27,15 0 1 3,80 0,19 0 0 409 Kota Palu 1 5,97 0 1 1,75 0,15 0 1 410 Prov. Sulawesi Selatan 1 0,90 0 0 2,33 0,01 0 0 411 Kab. Bantaeng 1 20,86 0 0 2,60 0,10 0 1 412 Kab. Barru 1 14,47 0 1 3,30 0,07 0 0 413 Kab. Bone 1 14,76 0 0 1,81 0,08 0 1 414 kab. Bulukumba 1 21,59 0 1 1,19 0,09 0 0 415 Kab. Enrekang 1 28,41 0 0 2,23 0,10 0 1 416 Kab. Gowa 1 8,57 0 1 2,07 0,09 0 0 417 Kab. Jeneponto 0 41,45 0 0 2,18 0,09 0 0 418 Kab. Kep. Selayar 1 25,71 0 1 3,04 0,09 0 0
106
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 419 Kab. Luwu 0 21,60 0 1 1,84 0,01 0 0 420 Kab. Luwu Timur 1 5,55 0 1 2,82 0,12 0 1 421 Kab. Luwu Utara 1 18,39 0 1 2,13 0,07 0 1 422 Kab. Maros 1 9,84 0 1 2,01 0,14 0 1 423 Kab. Pangkajene dan Kepulauan 1 7,78 0 1 1,23 0,14 0 1 424 Kab. Pinrang 1 15,08 0 1 22,64 0,90 0 0 425 Kab. Sidenreng Reppang 1 18,10 0 0 3,06 -0,08 0 0 426 Kab. Sinjai 0 26,46 0 0 3,21 0,06 0 0 427 Kab. Soppeng 0 17,64 0 1 1,98 0,05 0 0 428 Kab. Takalar 0 16,57 0 1 2,12 0,07 0 0 429 Kab. Tana Toraja 0 15,59 0 1 2,23 0,09 0 0 430 Kab. Toraja Utara 0 30,03 0 1 1,35 0,21 0 0 431 Kab. Wajo 0 13,16 0 1 1,24 0,15 0 0 432 Kota Makassar 1 2,81 0 0 4,15 0,04 0 0 433 Kota Palopo 1 10,48 0 0 2,16 0,13 0 1 434 Kota Pare-pare 1 7,38 0 0 3,02 0,07 0 1 435 Prov. Sulawesi tenggara 1 2,82 0 0 3,46 0,41 0 1 436 kab. Bombana 1 21,77 0 1 1,50 0,25 0 0 437 kab. Buton 1 33,43 0 1 2,48 0,12 0 0
107
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 438 kab. Buton utara 1 43,92 0 1 2,33 0,21 0 0 439 kab. Kolaka 1 17,90 0 0 2,76 0,08 0 0 440 kab. Kolaka utara 1 24,35 0 1 2,41 0,16 0 0 441 kab. Konawe 1 33,89 0 0 2,28 0,07 0 0 442 kab. Konawe selatan 1 29,80 0 1 1,98 0,17 0 0 443 kab. Konawe utara 1 23,46 0 1 2,00 0,16 0 0 444 kab. Muna 1 35,50 0 1 1,53 0,17 0 0 445 kab. Wakatobi 1 24,99 0 1 2,62 0,13 0 1 446 Kota Baubau 1 17,06 0 1 1,93 0,16 0 1 447 Kota kendari 1 8,62 0 1 3,93 0,62 0 1 448 Prov. Gorontalo 1 3,90 0 1 0,17 0,14 0 1 449 Kab. Boalemo 1 19,27 0 1 2,20 0,15 0 1 450 Kab. Bone Bolango 1 24,74 0 1 1,79 0,14 0 0 451 Kab. Gorontalo 1 12,30 0 1 2,39 0,08 0 1 452 Kab. Gorontalo Utara 1 36,42 0 0 2,13 0,12 0 0 453 Kab. Pohuwato 1 14,09 0 1 2,26 0,12 0 0 454 Kota Gorontalo 0 5,91 0 1 2,20 -0,05 0 0 455 Prov. Sulawesi Barat 0 5,97 0 1 1,07 -0,04 29 0 456 Kab. Majene 1 26,07 0 1 2,09 0,08 0 1
108
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 457 Kab. Mamasa 0 57,83 0 0 1,59 0,19 0 0 458 Kab. Mamuju 0 23,76 0 1 1,97 0,20 0 0 459 Kab. Mamuju Utara 0 30,15 0 1 1,82 0,11 0 0 460 Kab. Polewali Mandar 1 24,52 0 1 1,34 0,17 0 0 461 Prov. Maluku 1 4,08 0 1 3,03 0,01 32 0 462 Kab. Buru 1 43,39 0 1 2,19 1,00 22 0 463 Kab. Buru Selatan 0 158,74 0 1 1,53 0,22 18 0 464 Kab. Kepulauan Aru 0 52,50 0 1 1,84 0,20 0 0 465 Kab. Maluku Barat Daya 0 46,17 0 1 1,28 0,33 0 0 466 Kab. Maluku Tengah 1 40,63 0 1 2,07 0,12 0 0 467 Kab. Maluku Tenggara 1 19,65 0 0 2,00 -0,13 35 0 468 Kab. Maluku Tenggara Barat 0 25,48 0 1 1,98 0,12 27 0 469 Kab. Seram Bagian Barat 0 122,95 0 1 1,90 0,61 16 0 470 Kab. Seram Bagian Timur 0 48,03 0 1 2,81 0,10 0 0 471 Kota Ambon 1 11,80 0 1 1,57 0,11 0 0 472 Kota TuaL 1 33,25 0 1 36,34 0,18 0 0 473 Prov. Maluku Utara 0 6,56 0 1 1,82 0,22 0 0 474 Kab. Halmahera Barat 1 46,01 0 1 1,60 0,14 0 0 475 Kab. Halmahera Selatan 1 20,48 0 1 1,63 0,09 0 0
109
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 476 Kab. Halmahera Tengah 1 16,68 0 1 2,50 0,49 0 0 477 Kab. Halmahera Timur 0 5,41 0 1 2,58 0,17 0 0 478 Kab. Halmahera Utara 1 4,92 0 1 1,90 0,14 0 0 479 Kab. Kepulauan Sula 0 28,25 0 1 2,52 0,12 0 0 480 Kab. Pulau Morotai 1 71,51 0 1 1,24 0,38 0 0 481 Kota Ternate 1 14,94 0 1 2,24 0,09 0 0 482 Kota Tidore Kepulauan 1 34,52 0 1 1,85 0,16 0 1 483 Prov. Papua 0 11,74 0 0 2,02 0,01 0 0 484 Kab. Asmat 1 30,32 0 1 1,80 0,08 16 0 485 Kab. Biak Numfor 0 42,68 0 1 2,36 0,09 16 0 486 Kab. Boven Digoel 0 37,79 0 1 2,42 0,16 11 0 487 Kab. Deiyai 0 131,73 0 0 1,42 0,71 21 0 488 Kab. Dogiyai 0 106,56 0 1 1,46 0,24 0 0 489 Kab. Intan Jaya 0 114,04 0 1 1,61 0,33 0 0 490 Kab. Jayapura 1 19,55 0 1 2,51 0,07 13 0 491 Kab. Jayawijaya 1 28,48 0 0 2,22 0,15 0 0 492 Kab. Keerom 0 61,18 0 1 3,27 0,05 20 0 493 Kab. Kepulauan Yapen 1 30,88 0 1 2,29 0,14 12 0 494 Kab. Lanny Jaya 0 133,71 0 1 1,31 0,32 14 0
110
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 495 Kab. Mamberamo Raya 0 185,03 0 1 2,48 0,22 0 0 496 Kab. Mamberamo Tengah 0 63,88 0 0 18,76 0,93 0 0 497 Kab. Mappi 1 50,41 0 1 2,49 0,10 0 0 498 Kab. Merauke 1 15,58 0 1 4,70 0,08 0 0 499 Kab. Mimika 0 9,30 0 1 2,45 0,11 25 0 500 Kab. Nabire 0 42,97 0 1 2,52 0,02 0 0 501 Kab. Nduga 0 185,62 0 1 1,52 0,24 0 0 502 Kab. Paniai 0 92,00 0 0 3,15 0,05 10 0 503 Kab. Pegunungan Bintang 0 73,69 0 1 2,23 0,13 0 0 504 Kab. Puncak 0 49,90 0 0 1,41 0,15 10 0 505 Kab. Puncak Jaya 1 150,78 0 1 1,51 0,11 13 0 506 Kab. Sarmi 0 121,29 0 1 1,63 0,13 13 0 507 Kab. Supiori 0 54,29 0 1 3,00 0,12 16 0 508 Kab. Tolikara 0 81,05 0 1 2,00 0,17 0 0 509 Kab. Waropen 0 108,04 0 1 2,65 0,09 0 0 510 Kab. Yahukimo 0 42,01 0 1 1,85 0,00 0 1 511 Kab. Yalimo 0 221,13 0 1 1,62 0,24 17 0 512 Kota Jayapura 0 7,77 0 1 2,09 0,14 12 0 513 Prov. Papua Barat 0 22,86 0 1 1,48 0,42 0 1
111
Tabel 1 : Tabulasi Variabel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatanwaktu Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Timeliness Grants Locate Incumbnt
Position
Perform Findings Opini 514 Kab. Fakfak 0 35,62 0 1 2,45 0,15 16 0 515 Kab. Kaimana 0 42,72 0 1 2,53 0,14 0 0 516 Kab. Manokwari 0 50,68 0 1 2,38 0,10 9 0 517 Kab. Maybrat 0 53,70 0 1 1,34 0,33 18 0 518 Kab. Raja Ampat 0 34,75 0 1 2,27 0,12 11 1 519 Kab. Sorong 0 18,90 0 1 2,22 0,17 19 0 520 Kab. Sorong Selatan 0 40,11 0 1 2,83 0,16 11 1 521 Kab. Tambrauw 0 116,39 0 1 1,69 0,33 13 0 522 Kab. Teluk Bintuni 0 46,74 0 1 2,07 0,30 15 0 523 Kab. Teluk Wondama 0 70,61 0 1 2,58 0,14 0 0 524 Kota Sorong 0 12,56 0 1 2,45 0,12 0 0
Keterangan :
Variabel Kode Dummy
1 0
Timeliness Tepat Waktu Tidak Tepat Waktu
Locate Wilayah Indonesia Barat Wilayah Indonesia Tengah & Timur
Incumbnt
Kepala daerah lama Kepala daerah baru
Opini WTP - WTP DPP Selain WTP - WTP DPP
112
LAMPIRAN 1
HASIL OUPUT SPSS
113
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Grants 524 ,28 266,82 21,5358 27,24456 Position 524 ,01 76,56 2,8679 4,89986 Perform 524 -1,47 1,00 ,1354 ,18371 Findings 524 ,0 48,0 2,277 6,4868 Valid N (listwise)
524
Logistic Regression
Case Processing Summary Unweighted Casesa N Percent Selected Cases Included in
Analysis 524 100,0
Missing Cases 0 ,0 Total 524 100,0
Unselected Cases 0 ,0 Total 524 100,0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value
Internal Value
0 0 1 1
114
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant Step 0 1 668,975 ,656
2 668,900 ,682 3 668,900 ,682
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 668,900 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted TIMELINESS Percentage
Correct 0 1 Step 0 TIMELINE
SS 0 0 176 ,0 1 0 348 100,0
Overall Percentage 66,4 a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant ,682 ,092 54,321 1 ,000 1,977
115
Variables not in the Equation Score df Sig. Step 0 Variables GRANTS 50,719 1 ,000
LOCATE 46,163 1 ,000 INCUMBNT
,548 1 ,459
POSITION 3,197 1 ,074 PERFORM
6,873 1 ,009
FINDINGS
69,310 1 ,000
OPINION 38,651 1 ,000 Overall Statistics 135,597 7 ,000
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients Const
ant GRAN
TS LOCA
TE INCUMBNT
POSITION
PERFORM
FINDINGS
OPINION
Step 1
1 532,473 ,335 -,012 ,680 ,270 -,026 -,223 -,074 ,786 2 521,140 ,381 -,018 ,843 ,373 -,030 -,390 -,098 1,160 3 520,690 ,413 -,020 ,859 ,392 -,030 -,440 -,103 1,252 4 520,689 ,417 -,020 ,859 ,393 -,030 -,442 -,103 1,256 5 520,689 ,417 -,020 ,859 ,393 -,030 -,442 -,103 1,256
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 668,900 d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
116
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig. Step 1 Step 148,211 7 ,000
Block 148,211 7 ,000 Model 148,211 7 ,000
Model Summary
Step -2 Log
likelihood Cox & Snell
R Square Nagelkerke R Square
1 520,689a ,246 ,342 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 11,591 8 ,170
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
TIMELINESS = 0 TIMELINESS = 1
Total Observed Expected Observed Expected Step 1 1 43 46,084 9 5,916 52
2 37 32,650 15 19,350 52 3 23 24,073 29 27,927 52 4 23 17,479 29 34,521 52 5 8 13,924 44 38,076 52 6 14 12,371 38 39,629 52 7 13 10,923 39 41,077 52 8 9 9,339 43 42,661 52 9 4 5,477 48 46,523 52 10 2 3,680 54 52,320 56
117
Classification Tablea
Observed
Predicted TIMELINESS Percentage
Correct 0 1 Step 1 TIMELINE
SS 0 85 91 48,3 1 31 317 91,1
Overall Percentage 76,7 a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a GRANTS -,020 ,006 10,220 1 ,001 ,980
LOCATE ,859 ,235 13,324 1 ,000 2,361 INCUMBNT
,393 ,237 2,759 1 ,097 1,482
POSITION -,030 ,024 1,621 1 ,203 ,970 PERFORM -,442 ,707 ,391 1 ,532 ,643 FINDINGS -,103 ,021 24,850 1 ,000 ,902 OPINION 1,256 ,284 19,618 1 ,000 3,511 Constant ,417 ,320 1,694 1 ,193 1,517
a. Variable(s) entered on step 1: GRANTS, LOCATE, INCUMBNT, POSITION, PERFORM, FINDINGS, OPINION.
118
Correlation Matrix
Constant
GRANTS
LOCATE
INCUMBNT
POSITION
PERFORM
FINDINGS
OPINION
Step 1 Constant 1,000 -,476 -,622 -,520 -,156 -,222 -,098 -,250 GRANTS -,476 1,000 ,320 -,079 ,011 -,115 -,074 ,066 LOCATE -,622 ,320 1,000 ,087 -,018 -,016 ,030 ,082 INCUMBNT
-,520 -,079 ,087 1,000 -,009 -,001 ,012 ,024
POSITION -,156 ,011 -,018 -,009 1,000 -,170 ,003 ,021 PERFORM -,222 -,115 -,016 -,001 -,170 1,000 -,030 ,021 FINDINGS -,098 -,074 ,030 ,012 ,003 -,030 1,000 ,039 OPINION -,250 ,066 ,082 ,024 ,021 ,021 ,039 1,000
119