Post on 12-Mar-2019
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PREFERENSI
SAYUR PADA SISWA-SISWI KELAS 4 DAN 5 MADRASAH IBTIDAIYAH
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.)
OLEH :
ARINA MUTHIA NURSANI
NIM : 1112101000040
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
iii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Juni 2017
Penguji I
Ratri Ciptaningtyas, MHS
NIP. 19840404 200912 2 007
Penguji II
Febrianti, S.P., M.Si
NIP. 19710221 200501 2 004
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2017
v
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Juni 2017
ARINA MUTHIA NURSANI, NIM: 1112101000040
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
xix + 125 halaman, 22 tabel, 2 bagan, 8 lampiran
ABSTRAK
Preferensi sayur diartikan sebagai derajat suka atau tidak suka terhadap
sayur. Preferensi memiliki pengaruh yang penting dalam pemilihan makanan yang
akan dikonsumsi oleh anak-anak dan pemilihan makanan favorit mereka di
kemudian hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
karaktersitik individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur), karakteristik makanan
(penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu) dan
karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan
ketersediaan sayur di sekolah) serta mengetahui hubungan antara karakteristik
individu (jenis kelamin dan pengetahuan sayur) dan karakteristik lingkungan
(kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di
sekolah) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi berjumlah 457 anak dengan sampel minimum sebanyak 177
anak. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik simple random sampling.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan metode self-
administred questionnaire. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan semi
kuantitatif FFQ. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat
(menggunakan uji chi-square dengan α = 0,05).
Hasil penelitian ini adalah rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan
bumbu merupakan hal yang penting dalam preferensi sayur. Tidak ada hubungan
antara jenis kelamin (p = 0,708) dan pengetahuan sayur (p = 0,403) dengan
preferensi sayur. Sedangkan pada variabel kesukaan orang tua (p = 0,000),
ketersediaan sayur di rumah (p = 0,004) dan ketersediaan sayur di sekolah (p =
0,010) berhubungan dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
Oleh karena itu, disarankan untuk orang tua selalu menyediakan dan
membiasakan anak makan sayur setiap hari, baik ketika di rumah maupun di
sekolah, dengan memperhatikan juga suasana dan cara pemberiannya. Orang tua
juga perlu memberikan contoh yang baik untuk makan sayur dan menyukai sayur.
Selain itu, pihak sekolah perlu memperhatikan ketersediaan sayur di sekolah
dengan menyediakan sayur di kantin sekolah atau dengan mengadakan catering
sehat secara kolektif, bekerjasama dengan orang tua.
Kata Kunci : Preferensi Sayur, Preferensi Ibu, Ketersediaan, Anak Kelas 4 dan 5
Daftar Bacaan : 60 (1986-2016)
vi
ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH
DEPARTEMENT OF NUTRITION
Undergraduated Thesis, June 2017
ARINA MUTHIA NURSANI, NIM: 1112101000040
Factors Associated with Vegetable Preferences among 4th
and 5 th
Grader
Students of Madrasah Pembangunan UIN Jakarta 2017
xix + 125 pages, 22 tables, 2 charts, 8 appendixs
ABSTRACT
Vegetable preferences are defined as degree of like or dislike against
vegetables. Preferences have an important influence in the selection of foods that
will be consumed by children and the selection of their favorite foods in the future.
The purpose of this study was to determine description of individual characteristics
(sex and vegetable knowledge), food characteristics (assessment of taste, color,
texture, cooking process, shape and spices) and environmental characteristics
(parental preferences, availability of vegetables at home and availability of
vegetables at school) and determine relationship between individual characteristics
(sex and vegetable knowledge) and environmental characteristics (parental
preferences, availability of vegetables at home and availability of vegetables at
school) with vegetable preferences among 4th
and 5th
grader students of Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta 2017.
This study was analytical study with cross-sectional design. Population of
this study was 457 students with 177 minimum samples which taken by simple
random sampling. This study was obtained by primary data with self administred
questionnaire method. The instument used is questionnaire and semi-Quantitative
FFQ. Data analysis was performed with univariate and bivariate (using chi-square
test with α = 0,05).
The results of this study showed that taste, color, texture, cooking process,
shape and seasoning are important in vegetable preferences. There have no
association between sex (p = 0,708), vegetables knowledge (p = 0,403) with
vegetable preferences. Whereas in paternal preference (p = 0,000), availibility
vegetables at home (p = 0,004) and availibility of vegetables at school (p = 0,010)
have association with vegetable preferences among 4th
and 5th
grader students of
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta 2017.
Therefore, parents was advised to always provide and familiarize children to
eat vegetables everyday both at home and school with due regard the atmosphere
and the way of giving. Parents also need to provide good examples to eat and love
vegetables. In addition, school needs to pay attention to the availibility of
vegetables at school by providing vegetables at school‟s canteen which organize a
healthy catering collectively, coorperated with parents.
Key words : Vegetable Preferences, Mother Preferences, Availability, 4th
and 5th
grader
References : 60 (1986-2016)
vii
Nama : Arina Muthia Nursani
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 1 September 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Domisili : Jln. Pisangan Barat Raya No.154 RT.3 RW.5
Kel.Cireundeu, Kec.Ciputat Timur, Kota Tangerng
Selatan
Alamat Asal (KTP) : Jln. Aster 1 No.4 RT 01/13 Perum Batujajar Indah
Kec.Batujajar–Kab.Bandung
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Nomor Handphone : 089602699194
E-Mail : muthiaarina@gmail.com
2000-2001 : SD Negeri 6 Batujajar
2001-2006 : SD Islam Assalafiyyah
2006-2009 : SMP Plus Al-Aqsha
2009-2012 : SMA Negeri 9 Bandung
2012-Sekarang: Gizi-Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2016 : Kursus Bahasa Inggris, Bahasa Jerman dan Bahasa Mandarin di
International Language Center (ILC) Jakarta.
viii
Desember 2016 s.d Januari 2017: Menjadi enumerator Pusat Kajian Gizi dan
Kesehatan (PKGK) UI pada penelitian
“Status Gizi dan Status Kesehatan Lansia di
Cipayung Depok”.
September s.d Oktober 2016 : Menjadi enumerator pada penelitian thesis
“Hubungan antara Kejadian Stunting dengan
Status Perkembangan Anak Usia 2 – 5 tahun”.
Mei s.d Juni 2016 : Menjadi enumerator pada penelitian thesis
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian Bahan Makanan Tambahan pada
Pedagang Bakso di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2016”.
Februari s.d Maret 2016 : Magang di Puskesmas Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan.
Januari s.d Maret 2015 : Magang di Puskesmas Pondok Ranji, Kota
Tangerang Selatan.
2017 : Menjadi peserta Seminar dan Workshop YPHI “Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP) and Halal Food Management in
Indonesia”.
2015 : Menjadi “student observer” pada Public Health Conference 2015 oleh
Tomorrow People Organization di Bangkok, Thailand.
2014 : Menjadi peserta Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat “Upaya
Menghadapi Tantangan Kesehatan Masyarakat Indonesia post MDGs:
Healthy People – Healthy Environment”.
2014 : Menjadi peserta Seminar Kewirausahaan Entrepreneur Festival 2014
“Tantangan, Peluang, dan Strategi Menjadi Wirausahawan”.
2014 : Menjadi peserta kegiatan Sosialisasi Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika yang diselenggarakan oleh Majelis
Permusyawaratan Republik Indonesia.
ix
2014 : Menjadi peserta Indonesian Public Health Student Summit (IPPHSS)
“Transformasi MDGs – Post 2015: Tinjauan Komprehensif dari Pemuda
untuk Bangsa”.
2013 : Menjadi peserta dalam acara Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia
2013: Go Ahead to Attack Cigarette “Peran Mahasiswa Kesehatan dalam
Dukungannya terhadap Aksesi FCTC untuk Indonesia Sehat”.
2012 : Menjadi peserta Talkshow Nasional Peringatan Hari AIDS se-Dunia 2012
“Say hi to AIDS!”.
2014 – Sekarang : Menjadi anggota Student Unity of Nutrition (SUN), Gizi-
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014 – 2016 : Menjadi wakil bendahara Student Unity of Nutrition (SUN),
Gizi-Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2014 – 2015 : Menjadi anggota “Rumah Angklung”, yaitu komunitas pecinta
Angklung untuk belajar dan melestarikan Angklung sebagai
budaya asli orang Indonesia.
2010 – 2012 : Menjadi anggota Neuners Deutsch Club (NDC), yaitu komunitas
dan organisasi pelajar untuk belajar Bahasa Jerman.
2007 – 2008 : Menjadi wakil ketua divisi koperasi pada Organisasi Pelajar
Pondok Modern Al-Aqsha (OPPMA).
2006 – 2009 : Menjadi anggota kepramukaan AKABRA-P di SMP Plus Al-
Aqsha.
2006 – 2009 : Menjadi anggota marching band ALFANADA Al-Aqsha.
2006 – 2007 : Menjadi anggota Al-Aqsha Mathematic Fans Club (AMFC),
yaitu komunitas dan organisasi pelajar untuk belajar matematika
dan mempersiapkan olimpiade.
2006 – 2007 : Menjadi anggota Al-Aqsha English Club (AEC), yaitu
komunitas dan organisasi pelajar untuk belajar Bahasa Inggris.
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
limpahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.K.M.) pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari bahwa penelitian ini telah mendapatkan banyak dukungan dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan secara ikhlas dan sepenuh hati kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa meridhoi penulis untuk menyelesaikan skripsi
dalam keadaan sehat dan penuh kelancaran.
2. Orang tua dan keluarga tercinta, khususnya Papah Dedi Ruhiyat dan
Mamah I. Malia Gettie, serta saudaraku tersayang A‟Abdul Aziz
Ramdhani beserta istri dan De‟Azkia Nurul Azmi yang telah memberikan
doa terbaiknya setiap saat serta memberi dukungan baik berupa dukungan
moril maupun materiil sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Catur Rosidati, S.K.M., M.K.M. selaku pembimbing I dan Ibu
Mukhlidah Hanun Siregar, S.K.M., M.K.M. selaku pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dengan ikhlas dan sabar dari
proses penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Fajar Ariyanti, S.K.M., M.Kes., Ph.D. selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas jasa dan ilmu yang diberikan selama perkuliahan
secara tulus dan ikhlas. Semoga Allah SWT membalas seluruh jasanya.
xi
7. Bapak Drs. H. Sugiono, selaku Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta, beserta seluruh staff pengajar yang telah
memberikan izin serta memberi bantuan kepada penulis saat melakukan
penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.
8. Sahabat TELEPONG (Erika Hidayanti, Farras Putri Arianti, Nova Elyanti,
Paramita Maulidah, Annisa Dwi Lestari, Atthina Ayu Mustika) yang telah
memberikan dukungan dan keceriaan sejak awal perkuliahan hingga
selesainya studi ini.
9. Anjasmara Agra Nugroho yang telah memberi dukungan dan secara tidak
langsung mengajarkan arti kesabaran, perjuangan serta rasa syukur kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat Program Studi Kesehatan Masyarakat khususnya
Peminatan Gizi yang telah bersama-sama berjuang menuntut ilmu,
memberi dukungan serta doa kepada peneliti, terutama Arince, Silmi,
Qory, Astrid, Aprilita, Astuti, Tyas, Cesil, Andini, yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu proses pengambilan data serta berdiskusi
mengenai penelitian ini.
11. Sahabat-sahabat sejak SMP (Indi Auliyawati, Aghniya Sa‟diyyah, Putikah
Attoridiyah, Gisni Luthfiatul Zachra) yang masih saja setia memberikan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, secara tidak
langsung juga membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan
dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap, semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membacanya.
Jakarta, Juni 2017
Penulis
xii
1 DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
.................................................................................. vii Daftar Riwayat Hidup
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 6
1.4 Tujuan ............................................................................................................. 7
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 7
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8
1.5.1 Bagi Pihak Sekolah ................................................................................. 8
1.5.2 Bagi Peneliti Lain .................................................................................... 8
1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .......................................... 8
1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
2.1 Sayur ............................................................................................................. 10
2.2 Preferensi Sayur ........................................................................................... 12
xiii
2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Sayur ........................ 14
2.4 Anak Usia Sekolah ....................................................................................... 25
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................. 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................ 28
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................... 28
3.2 Definisi Operasional ...................................................................................... 30
3.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 35
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 36
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 36
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 36
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 36
4.5 Pengumpulan Data ........................................................................................ 39
4.6 Uji Validitas dan Realibilitas ........................................................................ 42
4.7 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 43
4.7 Manajemen Data ............................................................................................ 47
4.7 Analisis Data ................................................................................................. 49
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 51
5.1 Analisis Univariat .......................................................................................... 51
5.1.1 Gambaran Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ................................................. 51
5.1.2 Gambaran Karakteristik Individu pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ................................. 52
5.1.3 Gambaran Karakteristik Makanan pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ................................. 53
5.1.4 Gambaran Karakteristik Lingkungan pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ................................. 59
xiv
5.2 Analisis Bivariat ............................................................................................ 61
5.2.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-
Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 61
5.2.2 Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta .................................................................................................. 63
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 66
6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 66
6.2 Gambaran Preferensi Sayur .......................................................................... 66
6.3 Proporsi Karakteristik Makanan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .................. 70
6.4.1 Proporsi Penilaian Rasa dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .......... 70
6.4.2 Proporsi Penilaian Warna dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .......... 73
6.4.3 Proporsi Penilaian Tekstur dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .......... 75
6.4.4 Proporsi Penilaian Proses Memasak dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta .................................................................................................. 77
6.4.5 Proporsi Penilaian Bentuk dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .......... 78
6.4.6 Proporsi Penilaian Bumbu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .......... 80
6.4 Hubungan Karakteristik Individu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .................. 81
6.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .......... 81
xv
6.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .......... 83
6.5 Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-
Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ........ 86
6.5.1 Hubungan Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada Siswa-
Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 86
6.5.2 Hubungan Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta .................................................................................................. 88
6.5.3 Hubungan Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur
pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta .......................................................................................... 90
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 92
7.1 Simpulan ....................................................................................................... 92
7.2 Saran ............................................................................................................. 93
7.2.1 Bagi Orang Tua ..................................................................................... 93
7.2.2 Bagi Pihak Sekolah ............................................................................... 93
7.2.3 Bagi Peneliti Lain .................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95
LAMPIRAN ...................................................................................................... 102
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................................ 30
Tabel 4.1 Jumlah Sampel pada Perhitungan Variabel Independen .......................... 37
Tabel 4.2 Pembagian Sampel .................................................................................. 39
Tabel 4.3 Pengumpulan Data .................................................................................. 40
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 .............. 51
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 .............. 52
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan
5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ........... 53
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Makanan (Penilaian terhadap Rasa,
Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan Bumbu) pada Siswa-
Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta .
Tahun 2017 ............................................................................................ 54
Tabel 5.5 Rasa yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 .............................. 55
Tabel 5.6 Warna yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 .............................. 56
Tabel 5.7 Tekstur yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 .............................. 56
Tabel 5.8 Proses Memasak yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ............. 57
Tabel 5.9 Bentuk yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 .............................. 58
Tabel 5.10 Bumbu yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 .............................. 58
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Kesukaan Orang Tua pada Siswa-Siswi Kelas 4
dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
................................................................................................................ 59
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sayur di Rumah pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun
xvii
2017 ........................................................................................................ 60
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sayur di Sekolah pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun
2017 ........................................................................................................ 60
Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur
pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta Tahun 2017 ..................................................................... 61
Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Sayur dengan Preferensi
Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 ............................................. 62
Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi
Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017................................................ 53
Tabel 5.17 Analisis Hubungan antara Ketersediaan Sayur di Rumah dengan
Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 .............................. 64
Tabel 5.18 Analisis Hubungan antara Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan
Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 .............................. 65
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ...................................................................................... 27
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 29
xix
2 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan ................................................... 103
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ................................................................. 104
Lampiran 3 Formulir Semi Quantitative FFQ untuk Studi Pendahuluan ... 105
Lampiran 4 Data Hasil Studi Pendahuluan ................................................. 106
Lampiran 5 Lembar Persetujuan.................................................................. 107
Lampiran 6 Kuesioner Preferensi Sayur untuk Anak .................................. 108
Lampiran 7 Kuesioner Preferensi Sayur untuk Ibu ..................................... 113
Lampiran 8 Output Analisis Data Software Komputer ............................... 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Food preferences atau preferensi pangan didefinisikan sebagai derajat
suka atau tidak suka terhadap suatu pangan (Pilgrim, 1957 dalam Sijtsema et
al., 2002). Preferensi pangan memiliki pengaruh yang penting dalam
pemilihan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak-anak dan juga dalam
memilih makanan favorit mereka (Fildes et al., 2015). Fetzer et al. (1985)
dalam Park (2015) melaporkan bahwa preferensi makanan merupakan salah
satu faktor utama yang mempengaruhi asupan nutrisi penting. Oleh karena
itu, preferensi pangan pada anak akan menentukan formasi kebiasaan asupan
zat gizi (Park, 2015). Karena pada akhirnya akan membentuk suatu pola
makan anak (Birch and Fisher, 1997).
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Kuantitas dan kualitas makanan dan minuman
yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan
masyarakat. Diperkirakan sebesar 80% anak-anak di dunia ini tidak menyukai
sayur-mayur, sedangkan sayur-mayur merupakan penyumbang utama untuk
nutrisi dan diet seimbang pada anak-anak dan dewasa (Maryam, 2012 dalam
Asy‟ariyah, Arief, & Krisnana, 2015). Sebuah penelitian oleh The Gateshead
Millenium Baby Study di Inggris menyebutkan 20% orangtua melaporkan
anaknya mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi yaitu anak
hanya mau makan makanan tertentu (Wright et al., 2007).
Riskesdas 2013 menyatakan bahwa proporsi kurang makan buah dan
sayur (kurang dari 5 porsi per hari dalam seminggu) penduduk Indonesia usia
diatas 10 tahun sebesar 93,5%. Selain itu, rata-rata konsumsi buah dan sayur
(jumlah porsi per hari dalam seminggu) penduduk Indonesia usia diatas 10
tahun masing-masing 0,5 dan 1,2 porsi (Riskesdas, 2013). World Health
Organization (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan
2
buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 g perorang perhari, yang terdiri
dari 250 gram sayur (setara dengan 2 1/2 porsi atau 2 1/2 gelas sayur setelah
dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah (setara dengan 3 buah pisang
ambon ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Bagi orang
Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram
perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 gram
perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa (Kemenkes, 2014).
Provinsi Banten memiliki proporsi kurang makan buah dan sayur usia
diatas 10 tahun yang lebih tinggi dari angka nasional yaitu sebesar 96,4%.
Serta rata-rata konsumsi buah dan sayur (jumlah porsi per hari dalam
seminggu) penduduk Provinsi Banten usia diatas 10 tahun masing-masing 0,5
dan 1,2 porsi (Riskesdas, 2013). Jika dibedakan berdasarkan karakteristiknya,
anak kelompok usia 10 sampai 14 tahun rata-rata makan buah/sayur hanya 1-
2 porsi per hari dalam seminggu, yaitu sebesar 86,4%. Bahkan 1,9% yang
lainnya tidak konsumsi buah/sayur (Irianti and dkk, 2013). Porsi makan buah
dan/atau sayur di Provinsi Banten masih jauh dari angka yang dikategorikan
cukup yaitu 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu (Irianti et al.,
2013)
Kurangnya konsumsi buah dan sayur tersebut bisa dikarenakan oleh
adanya preferensi terhadap suatu pangan pada seseorang. Sesuai dengan
pernyataan pada teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002),
asupan pangan dipengaruhi oleh faktor preferensi pangan. Ada tiga faktor
utama yang mempengaruhi pemilihan dan kesukaan terhadap suatu pangan
yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan
sayur, kemampuan dan keterampilan memasak, serta sikap untuk sehat dan
makanannya), karakteristik pangan (rasa, penampilan, tekstur, harga, tipe
makanan, metode memasak, bentuk, bumbu dan kombinasi makanan), dan
karakteristik lingkungan (lingkungan sosial dan ekonomi serta keluarga).
Selain itu, kesukaan orang tua juga mempengaruhi preferensi pada anak-anak
(Skinner et al., 1998). Beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa
karakteristik individu yang berhubungan dengan preferensi pangan adalah
3
usia (Birch, 1998), jenis kelamin (Kpodo, Mensah and Dzah, 2015), dan
pengetahuan (Tiyas, 2009). Karakteristik pangan seperti ukuran, rasa, rupa,
aroma, dan tekstur juga terbukti berhubungan dengan preferensi pangan
dalam penelitian Proverawati, Prawirohartono, Endy P Kuntjoro (2008) dan
Sucihatiningsih, Sutrasmawati, Fajarini, (2009). Karakteristik lingkungan
yang mendukung preferensi konsumsi pangan yaitu sosial ekonomi terutama
pendapatan (Tiyas, 2009). Selain itu, ketersediaan dan akses yang mudah
terhadap sayuran juga memiliki hubungan positif dengan penerimaan dan
konsumsi sayuran pada anak. Makanan yang sering tersedia di lingkungan
mereka dan mudah diakses akan membuat anak menyukai dan sering
mengkonsumsi makanan tersebut (Widiyastuti, 2015)
Pada anak usia sekolah, sumber pangan yang paling sering dihindari
adalah golongan pangan buah dan sayur, utamanya sayur. Dari segi bahasa,
sayur adalah sesuatu yang berasal dari tumbuhan yang dapat dimasak menjadi
sayur (masakan berkuah) ataupun yang dapat dimasak langsung yang biasa
kita sebut dengan lalapan. Pada penelitian Dewi (2013) membuktikan bahwa
komsumsi sayur pada anak lebih sedikit daripada konsumsi buah setiap
harinya. Rata-rata dalam satu hari, anak mengkonsumsi satu porsi buah
(45,2%) dan satu porsi sayuran (32,3%). Sebesar 9,7% anak tidak makan
buah dan 38,7% anak tidak makan sayuran. Padahal buah dan sayur
merupakan makanan rendah kalori, kaya serat, vitamin, dan mineral yang
sangat baik untuk menjaga kesehatan. Rendahnya konsumsi buah dan sayuran
pada anak dapat meningkatkan risiko obesitas.
Berdasarkan penelitian Lakkakula et al. (2008), diketahui preferensi
anak untuk sayuran berhubungan positif dengan konsumsi sayur. Anak-anak
yang memiliki preferensi rendah untuk sayuran memiliki risiko 5,5 kali (P <
0,01) untuk mengalami kelebihan berat badan atau kegemukan bila
dibandingkan dengan mereka dengan preferensi yang tinggi (Lakkakula et al.,
2008). Dengan konsumsi sayuran dapat membantu menerapkan pola makan
sehat untuk mengontrol dan mengatur berat badan, membantu menjaga sistem
metabolisme tubuh untuk keseimbangan kadar gula, kolesterol dan
4
memperlancar pencernaan. Dalam jangka panjang sedikit konsumsi sayuran
dapat menyebabkan penyakit kronis misalnya hipertensi, kanker, jantung
koroner, diabetes, hipertensi dan obesitas (Kpodo, Mensah and Dzah, 2015).
Berdasarkan hasil rapid assessment yang telah dilakukan pada anak
sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada bulan
Oktober-November 2014 didapatkan bahwa sebesar 33,8% responden dari
jumlah sampel 205 siswa tidak menyukai sayur. Bahkan responden memiliki
kesukaan makanan yang cenderung tinggi risiko obesitas karena tinggi
protein dan karbohidrat namun rendah serat (Septiani et al., 2014). Selain itu,
penelitian kualitatif di tempat yang sama dengan tahun yang berbeda
dilakukan pada siswa-siswi kelas 3 dan 4 oleh Khoirina, dkk. (2015)
menggambarkan bahwa siswa-siswi obesitas menyukai makanan manis dan
asin yang memiliki bentuk, kombinasi, dan penampilan yang menarik serta
rapi dengan tekstur lembut, mereka juga kurang menyukai sayuran. Sebanyak
5 dari 18 responden (27,8% responden) yang obesitas tidak menyukai sayur
dikarenakan rasanya pahit. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa
ketika informan utama disajikan makanan berupa salad, mereka
mengekspresikan apa yang mereka lihat dengan ekspresi menggelengkan
kepala serta menjauhkan badan yang menandakan bahwa mereka tidak suka.
Selain itu, ketika disajikan makanan berupa burger, informan utama memilih
mengeluarkan sayuran dari burger karena tidak menyukai sayuran (Khoirina,
dkk., 2015).
Jenis masakan sayur dapat menentukan prefrerensi seseorang terhadap
sayur tertentu, karena pada umumnya masyarakat Indonesia makan sayur-
mayur dalam bentuk masakan, tidak memakannya langsung ataupun hanya
satu jenis sayuran dalam bentuk mentah. Penelitian Sophia & Madanijah
(2014) menunjukkan urutan sepuluh sayur yang paling sering dikonsumsi
siswa-siswi di kabupaten dan kota dari 25 sayur yang diujikan. Sayur yang
paling sering dikonsumsi subjek di kabupaten adalah wortel, yaitu rata-rata
dikonsumsi sekitar 6 kali/minggu. Sepuluh urutan sayur yang paling disukai
di kabupaten yaitu wortel, kangkung, tomat, kacang panjang, ketimun,
5
bayam, tauge, daun singkong, nangka muda, dan buncis. Bayam merupakan
sayur yang paling sering dikonsumsi di kota, yaitu rata-rata dikonsumsi
sekitar 5 kali/minggu. Sepuluh urutan sayur yang paling disukai di kota yaitu
bayam, wortel, kangkung, tauge, kacang panjang, ketimun, buncis, jagung
muda, brokoli, dan tomat.
Pilihan makanan yang dibentuk sejak dini akan tetap berlaku untuk
mempengaruhi preferensi makanannya saat dewasa. Dengan kata lain,
preferensi pangan anak merupakan titik kritis atau faktor yang menentukan
preferensi pangan saat dewasa (Mallan et al., 2015). Penelitian Nicklaus et al.
(2004) menujukkan adanya konsistensi preferensi terhadap makanan saat
anak-anak, remaja dan dewasa awal, salah satunya adalah preferensi sayur.
Oleh karena itu, penelitian mengenai preferensi makanan anak-anak dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya penting untuk dilakukan sehingga dapat
menjadi bahan acuan atau rekomendasi dalam perencanaan pendidikan gizi
yang efektif dan program intervensi gizi dalam upaya memperbaiki atau
mengembangkan pola konsumsi yang bergizi seimbang.
Hidayat (2004) dalam (Tiyas, 2009) menyatakan bahwa siswa kelas 4
dan 5 berada pada tahapan perkembangan masa formal operasional. Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam
teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Pada tahap tersebut siswa telah
mencapai kemampuan untuk berpikir sistematis terhadap hal-hal yang abstrak
dan hipotesis, selain itu anak sudah bisa mengambil kesimpulan dari suatu
pertanyaan. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas 4
dan kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Pemilihan siswa
kelas 4 dan 5 SD disengaja dengan pertimbangan siswa telah mampu
menerima arahan dalam pengisian kuesioner.
Berdasarkan informasi dan uraian yang telah dijelaskan mengenai pola
konsumsi dan preferensi tersebut, peneliti berkeinginan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi sayur pada anak sekolah
dasar di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta dengan
6
melaksanakan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, diketahui bahwa masalah
preferensi pangan pada anak sangat mempengaruhi pemilihan makanan
kesukaan dan akan terbawa hingga dewasa. Jika preferensi pangan pada anak
tidak baik maka akan mempengaruhi asupan gizi anak tersebut, sehingga
berdampak pada kesehatannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
rapid assessment yang telah dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta tahun 2014 diketahui bahwa sebesar 33,8% responden dari
jumlah sampel 205 siswa tidak menyukai sayur. Penelitian selanjutnya pada
tahun 2015 menggambarkan bahwa faktor kesukaan makanan atau food
preferences pada anak mempengaruhi asupan makanan dan berdampak pada
status gizi di sekolah tersebut.
Informasi mengenai preferensi sayur pada anak diharapkan dapat
menjadi bahan acuan atau rekomendasi dalam perencanaan pendidikan gizi
yang efektif dan program intervensi gizi dalam upaya memperbaiki atau
mengembangkan pola konsumsi pangan yang bergizi seimbang. Selain itu
juga anak bisa menyukai pangan sayur. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
berkeinginan untuk melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang
berhubungan dengan preferensi sayur pada siswa-siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berikut pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut:
1. Bagaimana gambaran preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017?
2. Bagaimana gambaran karakteristik individu (jenis kelamin dan
pengetahuan sayur) pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017?
7
3. Bagaimana gambaran karakteristik makanan (penilaian terhadap rasa,
warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu) pada siswa-siswi
kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun
2017?
4. Bagaimana gambaran karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua,
ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) pada
siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017?
5. Adakah hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin dan
pengetahuan sayur) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4
dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017?
6. Adakah hubungan antara karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua,
ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) dengan
preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi
sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4
dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
2. Diketahuinya gambaran karakteristik individu (jenis kelamin dan
pengetahuan sayur) pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
3. Diketahuinya gambaran karakteristik makanan (penilaian terhadap
rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu) pada
siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017.
8
4. Diketahuinya gambaran karakteristik lingkungan (kesukaan orang
tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah)
pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta tahun 2017.
5. Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin
dan pengetahuan sayur) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi
kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
tahun 2017.
6. Diketahuinya hubungan antara karakteristik lingkungan (kesukaan
orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di
sekolah) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pihak Sekolah
1. Data hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam program
penyuluhan dan sosialisasi mengenai pola konsumsi sayur serta
preferensi sayur pada anak usia sekolah.
2. Data hasil penelitian dapat dijadikan sumber untuk memberikan
informasi dan edukasi sebagai upaya promotif dan preventif sekolah
mengatasi masalah gizi pada anak.
3. Data hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar inovasi
mengolah makanan yang bergizi sesuai dengan preferensi anak-anak
di kantin sekolah.
1.5.2 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk
melakukan penelitian selanjutnya mengenai preferensi sayur pada anak
di sekolah dasar.
1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi
mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
9
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai preferensi sayur
pada anak.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Peminatan Gizi, Program Studi
Kesehatan Masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi sayur pada siswa-siswi
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Januari hingga Mei 2017 dengan desain penelitian cross
sectional study. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan
melalui penyebaran kuesioner kepada responden. Penelitian ini dianalisis
secara statistik dengan menggunakan uji chi square.
10
3 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sayur
Ditinjau dari segi bahasa, sayur mempunyai dua arti menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, yaitu daun-daunan (seperti sawi), tumbuh-tumbuhan
(taoge), polong atau biji-bijian (kapri, buncis) dan sebagainya yang dapat
dimasak. Atau, dapat diartikan sebagai masakan yang berkuah. Berdasarkan
definisi tersebut, sayuran mempunyai batasan segala sesuatu yang berasal dari
tumbuhan yang dapat dimasak menjadi sayur (masakan) ataupun yang dapat
dimakan langsung yang biasa kita sebut dengan lalapan. Menurut Santoso dan
Ranti (2004) dalam Maryam (2011), tumbuhan sebagai asal bahan makanan
sayur-mayur terdapat dalam berbagai jenis dan jumlahnya banyak di
Indonesia. Sayur-mayur dapat berupa bagian dari tumbuhan seperti batang,
daun, bunga, umbi maupun buah muda. Berikut beberapa jenis sayuran
beserta contohnya (Tarwotjo, 2007).
a. Jenis sayuran buah, mislanya terong, labu siam, tomat, pare, labu air, dan
pare welut.
b. Jenis sayuran bunga, misalnya kembang kol, bunga pisang (jantung
pisang), bunga papaya, bunga sedap malam, bunga turi, dan brokoli.
c. Jenis sayuran kacang muda, misalnya kacang panjang, buncis, kapri, kara,
dan kecipir. Disebut kacang muda karena dipetik dan digunakan saat
masih muda. Jika dibiarkan sampai tua dan kering, maka bijinya yang
digunakan. Biji yang tua tersebut termasuk kacang-kacangan yang
mengandung zat protein nabati.
d. Jenis sayuran tunas, misalnya taoge dan rebung. Taoge dibuat dari
kacang-kacangan yang ditumbuhkan. Macam taoge yang sering
digunakan untuk hidangan sayuran diantaranya yaitu taoge kacang hijau,
taoge kacang kedele, dan taoge dari biji wijen. Ada tiga macam taoge
yang berbeda ukurannya, yaitu halus, sedang, dan besar.
e. Jenis sayuran akar atau umbi, misalnya wortel, lobak, radis, bit, dan
kentang. Kentang berfungsi ganda, yaitu sebagai makanan pokok
11
dimakan dalam jumlah banyak dan sebagai sayuran yang digunakan
untuk campuran suatu masakan.
Ada berbagai macam warna dalam sayuran. Sayuran yang berwarna
hijau mengandung klorofil. Berikut beberapa warna beserta contoh
sayurannya (Tarwotjo, 2007).
a. Warna hijau tua atau muda, misalnya sayuran daun, jenis sayuran kacang
muda, dan beberapa sayuran buah, seperti pare ayam (yang pahit) dan
pare welut (yang panjang seperti belut).
b. Warna kuning/oranye, misalnya wortel dan waluh kuning.
c. Warna merah, misalnya bit, kol merah, dan tomat.
d. Warna ungu, misalnya terong, kol ungu, dan radis.
e. Warna putih, misalnya lobak, kol putih, kembang kol, dan taoge.
Sayur-mayur merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun, zat-zat
gizi ini dapat rusak atau berkurang jika mengalami pemanasan. Menurut
Almatsier (2010), kehilangan vitamin dalam pemasakan dapat dicegah
dengan cara: (1) menggunakan suhu tidak terlalu tinggi; waktu memasak
tidak terlalu lama; (3) menggunakan air pemasak sesedikit mungkin; (4)
memotong dengan pisau tajam menjadi potongan yang tidak terlalu halus; (5)
panci ditutup; (6) tidak menggunakan alkali dalam pemasakan; (7) sisa air
perebus digunakan untuk masakan lain. Vitamin larut lemak tidak banyak
hilang pada proses pemasakan. Kehilangan terjadi karena proses oksidasi dan
proses ketengikan (Almatsier, 2010). Sayuran dapat dimasak dengan cara
direbus, ditumis, digoreng, dibakar, dikukus dan dipepes (Tarwotjo, 2007).
a. Direbus
Sayur yang dimasak dengan cara memasukkan sayuran kedalam air
yang dimasak/panas dan panci sebaiknya dalam keadaan tertutup.
b. Ditumis
Sayuran yang dimasak dengan sedikit minyak, biasanya bumbunya
dahulu yang ditumis, kemudian sayuran dimasukkan setelah bumbu
matang. Dengan menumis bumbunya, akan terjadi perpaduan aroma dari
bumbu-bumbu yang ditumis sehingga keluar aroma yang khas untuk
masakan itu.
12
c. Digoreng
Sayuran yang dimasak dengan cara digoreng. Misalnya rempeyek
bayam, yaitu daun bayam yang lebar dicampur dengan tepung dan
bumbunya, kemudian digoreng. Masih banyak lagi sayuran lainnya yang
dapat diolah dengan digoreng.
d. Dibakar
Sayur yang diolah dengan cara dibakar. Misalnya jenis masakan
skotel sayuran yang dimasaknya dengan cara dipanggang atau dibakar
dalam oven.
e. Dikukus dan Dipepes
Sayuran direbus atau dikukus, biasanya untuk membuat lalapan yang
matang. Namun, umumnya sayuran yang dikukus, warnanya kurang
menarik. Sebaiknya memasak sayuran tidak terlalu lunak karena dapat
mengubah bentuk dan warna. Rasa sayuran atau masakan menjadi kurang
baik sehingga nilai gizi berkurang.
Bentuk yang menarik merupakan salah satu hal yang dapat menarik
perhatian anak-anak. Berikut beberapa contoh bentuk potongan sayuran yang
digunakan dalam masakan sayur-mayur (Tarwotjo, 2007):
a) Bentuk panjang: halus, kecil, sedang.
b) Bentuk bulat: seperti kelereng kecil, sedang.
c) Bentuk dadu: kecil, sedang, agak besar.
d) Bentuk halus: dicincang, digiling, diblender.
e) Bentuk bulat panjang kedua sisi agak runcing.
2.2 Preferensi Sayur
Food preferences atau preferensi pangan didefinisikan sebagai derajat
suka atau tidak suka terhadap suatu pangan (Pilgrim, 1957 dalam Sijtsema et
al., 2002). Maka preferensi sayur dapat diartikan sebagai derajat suka atau
tidak suka terhadap sayur. Preferensi sering digunakan untuk merujuk pada
penilaian afektif (keinginan atau tidak menyukai) sejumlah jenis pangan.
Sama halnya dengan definisi Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al.,
(2002), bahwa preferensi pangan adalah fenomena yang terletak dalam
13
domain afektif dan dapat terwujud secara independen dari konsumsi. Telah
terbukti bahwa preferensi makanan merupakan salah satu prediktor tunggal
terkuat dari pemilihan makanan dan penerimaan makanan (Meiselman, 1986
dalam Sijtsema et al., 2002). Kebiasaan, preferensi, dan perilaku makan yang
dimiliki sejak balita dan usia prasekolah mempengaruhi kebiasaan makan di
kemudian hari dan status kesehatan selanjutnya (Brown, 2011).
Preferensi makanan dan pola asupan anak-anak dibentuk melalui
pengalaman dini terhadap makanan dan praktik pemberian makan anak oleh
orang tua adalah pembentuk utama dari pengalaman awal makan anak (Birch,
1998). Begitu juga dengan preferensi terhadap sayur. Pengukuran terhadap
preferensi sayur dilakukan dengan menggunakan skala hedonik, dimana
responden ditanya untuk dapat mengindikasikan seberapa besar dia menyukai
sayur berdasarkan kriteria. Skala hedonik adalah cara untuk mengukur derajat
suka maupun tidak suka seseorang. Skala pengukuran dapat dibedakan
menjadi beberapa macam kategori. Diantaranya, 3 kategori yaitu suka, biasa
dan tidak suka (Sophia dan Madanijah, 2014) atau sangat suka, sedikit suka,
tidak suka (Chu et al., 2013) atau tidak pernah merasakan, suka dan makan,
tidak suka dan tidak makan (Skinner et al., 1998), 4 kategori yaitu tidak
menyukai ini, saya suka ini, saya sangat suka ini, dan saya tidak mengetahui
ini (Lakkakula et al., 2008), 5 kategori yaitu tidak pernah merasakan, suka
dan makan, tidak suka tapi makan, suka tapi tidak makan, tidak suka dan
tidak makan (Skinner et al., 1998), 6 kategori yaitu tidak pernah disediakan,
disediakan tapi tidak dirasakan, suka dan makan, tidak suka tapi makan, suka
tapi tidak makan, tidak suka dan tidak makan (Skinner et al., 1998) atau
sangat tidak suka, sedikit tidak suka, biasa, sedikit suka, sangat suka dan tidak
mencoba (Wardle et al., 2001). Bahkan ada yang menggunakan 9 kategori,
yaitu dislike extremely, dislike very much, dislike moderately, dislike slightly,
neither like nor dislike, like slightly, like moderately, like very much, like
extremely (Weaver, 1998) dan (Drewnowski dan Hann, 1999). Skala tersebut
ada yang langsung digunakan untuk mengkategorikan derajat kesukaan
terhadap suatu pangan dan ada juga yang menggunakan score terlebih dahulu,
kemudian score tersebut dikategorikan lagi berdasarkan nilai mean/median.
14
Misalnya pada penelitian (Weaver, 1998), dari 9 kategori skala hedonik yang
digunakan, nilai mean ≥ 5,6 dikategorikan menjadi suka, mean 4,5-5,5
dikategorikan biasa dan mean ≤ 4,4 dikategorikan tidak suka. Score itu
diberikan setelah responden menyatakan derajat suka atau tidak sukanya.
Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya terhadap makanan,
yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur
1982 dalam Tiyas, 2009).
Penggunaan skala hedonik tersebut digunakan sesuai kebutuhan dalam
masing-masing penelitian. Namun yang sering digunakan adalah
menggunakan 4 kategori, seperti halnya yang digunakan oleh Lakkakula et al.
(2008) dan USDA‟s Food Stamp Program (edisi 2010-2011). Pada
Compendium of Survey USDA tersebut tercantum bahwa ada banyak cara
untuk mengukur prefrensi. Pada dasarnya ada 4 kategori diantaranya yaitu
“saya tidak mengetahui apa ini”, “saya tidak suka”, “saya sedikit suka/biasa
saja”, dan “saya sangat suka”. Namun kategori “saya tidak mengetahui apa
ini” atau ketika responden tidak mengetahui sayur yang akan diujikan maka
sayur tersebut tidak dapat dianalisis, maka kategori tersebut dihapus menjadi
3 kategori saja atau dirubah (USDA, 2011).
2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Sayur
Berdasarkan teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al.
(2002), faktor yang mempengaruhi preferensi terhadap suatu jenis pangan
dibagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan karakteristik individu, karakteristik
makanan dan karakteristik lingkungan.
1. Karakteristik Individu
a. Usia
Usia mempunyai peran penting dalam menentukan pemilihan
makanan. Preferensi dan pola asupan makanan dibentuk melalui
pengalaman dini terhadap makanan dan praktik pemberian makan
oleh orang tua serta pengalaman makan awal pada masa anak-anak
(Birch, 1998). Berdasarkan penelitian Kpodo et al. (2015) yang
bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara konsumsi sayuran
15
dan usia menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam frekuensi
konsumsi sayuran (p-value <0,05).
Menurut Fildes et al. (2015), preferensi pangan memiliki
pengaruh yang penting dalam memilih makanan yang akan
dikonsumsi oleh anak-anak dan juga dalam memilih makanan favorit
mereka. Pilihan makanan yang dibentuk sejak dini akan tetap
berlaku untuk mempengaruhi preferensi makanannya saat dewasa.
Dengan kata lain, preferensi pangan anak merupakan titik kritis atau
faktor yang menentukan preferensi pangan saat dewasa (Mallan et
al., 2015). Penelitian Nicklaus et al. (2004) menujukkan adanya
konsistensi preferensi terhadap makanan saat anak-anak, remaja dan
dewasa awal, salah satunya adalah preferensi sayur.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan seseorang berdasarkan ciri
biologis dengan kategori laki-laki dan perempuan (Tiyas, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kpodo et al. (2015)
diketahui bahwa terdapat perbedaan preferensi terhadap sayur antara
anak laki-laki dan perempuan. Ditemukan bahwa preferensi
perempuan untuk okra (p-value = 0,000), mentimun (p-value =
0,014), paprika hijau (p-value = 0,002) dan selada (p-value = 0,001)
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Selain itu, penelitian Proverawati
& Prawirohartono, Endy P Kuntjoro (2008) membuktikan terdapat
perbedaan yang bermakna antara sampel laki-laki dan perempuan
dalam hal preferensi terhadap jenis makanan sus isi sayuran (p-value
= 0,014).
Penelitian yang dilakukan pada anak SD di London Barat oleh
Cooke & Wardle (2005) membuktikan bahwa anak perempuan lebih
menyukai buah (p-value < 0,05) dan sayuran (p-value = 0,001)
daripada anak laki-laki. Anak laki-laki menyukai makanan berlemak
dan bergula (p-value < 0,005), daging (p-value < 0,001), produk
daging olahan (p-value < 0,001) dan telur (p-value < 0,05) lebih dari
perempuan. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
16
Drewnowski, Kurth, Holden-Wiltse, & Saari (1992), didapatkan
hasil bahwa preferensi makanan lemak lebih didominasi laki-laki,
sedangkan preferensi makanan karbohidrat lebih didominasi wanita.
Selain itu, preferensi makanan sumber protein menjadi makanan
favorit antara perempuan dan laki-laki.
c. Pengetahuan Sayur
Khomsan (2000) dalam Tiyas (2009) menyatakan bahwa
pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan
konsumsi pangan keluarga. Tingkat pengetahuan sayur seseorang
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan
yang pada akhirnya berpengaruh kepada keadaan gizi individu yang
bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang
diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Khomsan (2000)
dalam Tiyas (2009) menambahkan, individu yang berpengetahuan
gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengetahuan pangan.
Salah satu penyebab rendahnya konsumsi dan preferensi sayur
pada anak karena kurangnya pengetahuan dan sikap mengabaikan
pentingnya makan sayur. Berdasarkan penelitian Quasy
Experimental yang dilakukan oleh Asy‟ariyah et al. (2015)
menunjukkan bahwa hampir seluruh responden pada kelompok
perlakuan memiliki pengetahuan yang rendah tentang pengetahuan
konsumsi sayur pada saat pretest dilakukan (75%). Sama halnya
dengan kelompok perlakuan, tingkat pengetahuan konsumsi sayur
kelompok kontrol saat pretest sebagian besar memiliki pengetahuan
rendah tentang konsumsi sayur (68,75%).
Pengukuran pengetahuan sayur dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda
(multiple choice). Instrumen ini merupakan bentuk pertanyaan
ataupun memilih pertanyaan yang dianggap benar. Tingkat
pengetahuan dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu baik, sedang dan
kurang (Khomsan 2000).
17
d. Pendidikan
Pranadji (1995) dalam (Tiyas, 2009) menyatakan bahwa
pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsi
pada diri anak-anak sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai dan
kepercayaan terhadap makanan yang diperoleh melalui pendidikan
di sekolah maupun dirumah. Pengetahuan gizi diperoleh melalui
pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah jenis
pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah sesuai dengan
kurikulum yang ditetapkan dan terdapat kronologis yang ketat untuk
tingkatan umur populasi sasarannya. Pendidikan informal adalah
jenis pendidikan yang berlangsung seumur hidup yang mempelajari
aspek kehidupan (Pranadji 1988 dalam Tiyas, 2009).
e. Pendapatan
Preferensi konsumsi pangan dipengaruhi oleh tingkat sosial
ekonomi (Variyam & Blayblock 1998 dalam Tiyas, 2009). Faktor
pendapatan keluarga mempunyai peranan besar dalam masalah gizi
dan kebiasaan makan keluarga. Ketersediaan pangan suatu keluarga
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga tersebut.
Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan
orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi
baik dan beragam. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang
menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi.
Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli sehingga
keluarga mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan
akhirnya berdampak positif terhadap status gizi.
Menurut Suhardjo (1986) dalam (Tiyas, 2009), pada umumnya
jika pendapatan meningkat maka jumlah dan jenis pangan akan
membaik. Pendapatan berhubungan dengan tingkat kesejahteraan
keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan
kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang
diperlukan oleh tubuh. Dengan demikian, kondisi ini menyebabkan
keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan
18
keterbatasan uang itu menyebabkan tidak banyaknya pemilihan
dalam hal makanan (Madihah 2002 dalam Ulfah, 2008).
f. Sikap untuk Sehat
Anak-anak yang duduk di Sekolah Dasar merupakan kelompok
yang perlu mendapat perhatian lebih dalam hal pembinaan dan
pengembangan mengenai cara-cara berpengetahuan, bersikap, dan
bertindak dalam pemilihan makanan, baik selama mereka berada di
sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat yang lebih
luas. Menurut Khomsan (2000) dalam Tiyas (2009), sikap dan
perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya berpengaruh
kepada keadaan gizi individu bersangkutan, dapat dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan gizi seseorang. Oleh karena itu, sikap sangat
erat kaitannya dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang
mengenai gizi.
g. Keterampilan memasak
Keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan dalam
bidang tata cara memasak yang didalamnya terdapat kegiatan dari
mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses pengolahan
sampai bahan makanan tersebut siap untuk dimakan (Suswanti,
2013). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan jenis
makanan yang dikonsumsi, tetapi keterampilan untuk menyiapkan
makanan yang tepat sangat berperan penting dalam pemilihan
makanan. Hal ini didukung dengan penelitian Mac, Iomaire dan
Lydon (2011) yang menyatakan bahwa mayoritas responden
penelitian setuju bahwa memiliki keterampilan memasak
berkontribusi untuk memiliki pola makan yang sehat. Hanya 8%
tidak setuju dengan pernyataan ini, dengan dua dari mereka sangat
tidak setuju.
Tidak jarang anak-anak yang tidak suka sayur dan juga tidak
mau mencoba makanan yang asing baginya. Jika anak-anak
disediakan sayur dengan cara biasa, akan sering terjadi penolakan.
Cara pemberian sayur dengan metode hidden vegetable bisa
19
dijadikan salah satu cara untuk mengatasi susah makan sayur bagi
anak-anak. Hidden vegetable adalah metode penambahan puree
(bubur) sayuran ke dalam makanan, yang merupakan strategi untuk
meningkatkan penerimaan sayuran yang terlepas dari kesukaan anak
pada jenis sayuran tertentu. Puree sayuran merupakan hasil
penghancuran sayuran dengan cara menumbuk, menggiling, atau
memotong sayuran sampai teksturnya halus seperti bubur (Dahl,
2014). Penambahan puree sayuran ke dalam berbagai macam
makanan manis dan gurih memiliki kesempatan lebih besar untuk
meningkatkan penerimaan sayuran daripada penyajian sayuran
dalam bentuk cincang atau utuh (Blatt, Roe and Rolls, 2011). Cara
tersebut sudah terbukti dapat meningkatkan preferensi sayur setelah
dialakukan ekperimen secara berkala kepada anak-anak (Widiyastuti,
2015).
2. Karakteristik Sayur
Suatu makanan dianggap memenuhi selera atau tidak, bisa
tergantung dari sifat fisiknya. Reaksi indera rasa terhadap makanan
sangat berbeda dari orang ke orang (Suhardjo, 1986). Suatu faktor
penting dalam pemilihan pangan antara lain meliputi bau, tekstur dan
suhu. Penampilan yang meliputi warna dan bentuk juga mempengaruhi
sikap terhadap pangan. Bentuk dan tekstur makanan untuk anak-anak dan
dewasa berbeda. Makanan yang disiapkan untuk anak-anak perlu dirubah
agar memperoleh kesan yang menyenangkan pada waktu mengunyah dan
memakannya (Suhardjo, 1986).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa karateristik makanan
sangat berpengaruh dalam preferensi. Preferensi makanan anak-anak
sering dipandu oleh rasa. Menurut Wade (2008), pada dasarnya dalam
pemahaman tradisional, para peneliti telah membagi rasa menjadi empat
macam rasa dasar, yaitu asin, asam, pahit dan manis, yang masing-
masing dihasilkan oleh senyawa kimia yang berbeda. Saat ini, banyak
peneliti telah memasukkan rasa kelima, yaitu gurih/umami (dari Bahasa
Jepang untuk “sedap”), yang merupakan rasa dari monosodium glutamate
20
(MSG), yang ditemukan pada banyak makanan yang kaya protein,
termasuk daging, ikan, kerang dan rumput laut. Rasa-rasa dasar tersebut
merupakan bagian dari proses evolusi yang diturunkan. Rasa pahit dan
asam membantu kita untuk mengidentifikasi makanan yang beracun atau
basi, rasa manis membantu kita mengenali makanan yang menyehatkan
atau kaya akan kalori, rasa asin diperlukan untuk setiap fungsi tubuh, dan
rasa gurih dapat membantu kita untuk mengidentifikasi makanan-
makanan yang kaya akan protein (Wade, 2008). Oleh karena itu,
berdasarkan teori tersebut perlu juga memperhatikan dan
mempertimbangkan rasa dalam preferensi terhadap makanan, terutama
sayur. Pada umumnya rasa sayur adalah pahit sedangkan berdasarkan
teori tersebut rasa pahit mengidentifikasi adanya racun atau basi pada
makanan.
Rasa tertentu seperti manis dan gurih akan mendorong anak untuk
menyukai salah satu jenis makanan (Proverawati, Prawirohartono dan
Kuntjoro, 2008). Penelitian Lakkakula (2011) menunjukkan bahwa anak-
anak lebih memilih buah dibandingkan dengan sayuran karena preferensi
pada anak-anak lebih cenderung pada rasa manis. Anak-anak tidak
menyukai sayur karena rasanya yang pahit (Khoirina, dkk., 2015).
Penelitian Sucihatiningsih, dkk. (2009), menunjukkan bahwa semua
responden dianggap sepakat mengenai atribut rasa, aroma dan tekstur
pada produk olahan pangan sebagai faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih produk olahan pangan. Selain itu, penelitian Suswanti (2013)
telah membuktikan bahwa warna adalah faktor penting dalam pemilihan
makanan (p-value = 0,033).
Kombinasi dan variasi dari rupa, rasa, warna dan bentuk
(konsistensi) makanan akan mempengaruhi nafsu makan anak. Cara
menghidangkan atau menghias suatu hidangan, macam alat yang dipakai
dan temperatur hidangan tersebut akan berpengaruh pula pada nafsu
makan anak. Anak akan kehilangan selera bila ia mendapat hidangan sop
yang sudah dingin, dalam tempat makan yang kurang menarik atau dalam
piring yang tidak disukai (Suhardjo, 1989). Agar-agar yang disajikan
21
dalam suhu ruang dan menggunakan plastik disukai oleh anak-anak
karena rasanya yang manis dan frekuensi makan makanan yang tergolong
sering di rumah. Hal ini sesuai dengan penelitian Worthington-Roberts
dan Williams dalam Proverawati, Prawirohartono, Endy P Kuntjoro
(2008) yang menyatakan bahwa anak-anak lebih menyukai makanan
yang bersuhu ruangan, tidak panas maupun dingin.
Ukuran makanan juga berpengaruh terhadap preferensi anak
terhadap makanan yang disukai. Menurut Patrick dan Nicklas dalam
Proverawati, Prawirohartono, Endy P Kuntjoro (2008), makin besar
ukuran makanan, makin tinggi tingkat kesukaan anak terhadap makanan
tersebut. Ada beberapa alasan anak tidak menyukai jenis makanan
tertentu, seperti makanan yang lembek atau tidak dikenal. Kadang-
kadang anak menolak makanan yang telah rusak, tetapi tidak menolak
makanan yang bermerek. Hal tersebut sejalan dengan penelitian kualitatif
yang dilakukan oleh Khoirina, dkk. (2015) yang menggambarkan bahwa
responden menyukai makanan manis dan asin yang memiliki bentuk,
kombinasi, dan penampilan yang menarik serta rapi dengan tekstur
lembut, namun tidak memperhatikan faktor harga. Mereka juga kurang
menyukai sayuran.
3. Karakteristik Lingkungan
a. Kesukaan Orang Tua
Orang tua adalah lingkungan sosial utama pada anak-anak dan
memberi pengaruh yang kuat pada perkembangan preferensi
makanan anak-anak (Skinner et al., 1998). Banyak penelitian yang
menguji hubungan antara preferensi orang tua dan anak-anak.
Karena preferensi anak-anak akan mirip dengan orang tuanya. Anak-
anak banyak terpapar oleh makanan yang disukai oleh orang tuanya
dan kemudian mereka akan menyukainya juga. Disamping itu, orang
tua akan menjadi panutan utama dalam preferensi (Bolles, 2014).
Sebuah penelitian meta-analisis dari lima studi mengungkapkan
adanya hubungan signifikan dalam preferensi makanan orangtua
dengan anak tapi korelasinya lemah (r = 0,17) (Borah-giddens and
22
Falciglia, 1993). Sedangkan hasil penelitian Skinner et al. (1998b)
menunjukkan kesesuaian yang kuat (82,1-83,3%) dari preferensi
makanan antara anak dan anggota keluarga lainnya. Kesamaan
antara makanan yang tidak pernah ditawarkan untuk anak dan tidak
disukai ibu signifikan pada p-value = 0,005. Tetapi untuk ayah tidak
signifikan. Rata-rata, anak-anak telah ditawarkan 77,8% dari 196
makanan dan menyukai 81,1% dari makanan yang ditawarkan
kepada mereka.
b. Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan pendapatan serta
pendidikannya, karena tingginya pendapatan keluarga disebabkan
tingginya tingkat pekerjaan dan pendidikan orangtua. Pendapatan
yang tinggi umumnya akan diikuti oleh peningkatan kuantitas dan
kualitas makanan yang dikonsumsi. Profesi dan pekerjaan seseorang
akan mempengaruhi pendapatan yang diterima (Sumarwan, 2004
dalam Widyawati, 2009). Berg (1986) dalam Widyawati (2009)
menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan, semakin besar pula
persentase pertambahan pembelanjaan termasuk untuk buah-buahan,
sayur, dan jenis pangan lain.
Berdasarkan uji hubungan yang dilakukan pada penelitian
Widyawati (2009) dengan menggunakan uji chi square menunjukkan
bahwa terdapat hubungan (p < 0.05) antara pekerjaan dengan
preferensi terhadap jagung, sedangkan untuk singkong, ubi jalar,
serta talas tidak memiliki hubungan (p > 0.05) dengan pekerjaan. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin banyak ibu yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga semakin banyak yang menyukai jagung.
c. Musim
Menurut teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al.
(2002) dan Suhardjo (1989) menyatakan bahwa musim merupakan
salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi preferensi
pangan. Pemilihan pangan akan dipengaruhi oleh ketersedian pangan
yang dihasilkan pada musim saat itu. Efek musim pada pilihan
23
pangan tidak terlalu jelas dimengerti saat ini. Bahkan jika teknologi
digunakan sepanjang tahun untuk mengakses pangan musiman,
orang akan memiliki perbedaan pengubahan bentuk pada pangan
yang sama, dan respon psikologis tetap dapat berefek langsung pada
pangan. Adanya gejolak senantiasa mempengaruhi program
pengembangan pangan dan pertanian akibat perubahan musim, dan
perubahan keadaan perekonomian domestik atau internasional
(seperti krisis ekonomi saat sekarang). Dalam keadaan sekarang ini,
di mana makanan pokok menggantungkan beras, sementara bahan
pangan impor didominasi terigu, maka Indonesia senantiasa dalam
bahaya ketahanan pangan (food insecurity).
d. Ketersediaan
Anak-anak tidak siap menerima makanan baru atau takut
terhadap makanan yang baru, biasa disebut dengan neophobia. Hal
tersebut normal pada anak-anak. Biasanya, neophobia dikurangi
dengan konsumsi berulang makanan baru (Birch and Fisher, 1995).
Ketersediaan dan akses yang mudah terhadap sayuran dimungkinkan
memiliki hubungan positif dengan penerimaan dan konsumsi
sayuran pada anak. Makanan yang sering tersedia di lingkungan
mereka dan mudah diakses akan membuat anak menyukai dan sering
mengkonsumsi makanan tersebut (Widiyastuti, 2015).
Penelitian ekperimental untuk meningkatkan kesukaan anak-
anak terhadap sayur yang dilakukan oleh Lakkakula (2011) dengan
memberikan/menyediakan sayur secara bertahap menunjukkan
bahwa pada akhir 8 minggu intervensi, siswa kelas lima (p-value =
0,00) dan kelas ketiga (p-value = 0,00) menyukai paprika lebih baik
dari sebelumnya dan kelas satu menyukai wortel lebih baik dari
sebelumnya (p-value = 0,04).
Penelitian eksperimetal lainnya dilakukan oleh Widiyastuti
(2015) dengan menggunakan teknik hidden vegetable menunjukkan
ada perbedaan penerimaan sawi hijau (p-value = 0,000), wortel
(0,011), dan brokoli (0,020) pada kelompok kontrol dan perlakuan.
24
Hidden vegetable adalah metode penambahan puree (bubur) sayuran
ke dalam makanan, yang merupakan strategi untuk meningkatkan
penerimaan sayuran yang terlepas dari kesukaan anak pada jenis
sayuran tertentu. Pada penelitian ini subjek dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada
kelompok kontrol diberi hidangan berupa sayuran rebus, sedangkan
pada kelompok perlakuan diberi hidangan berupa penambahan puree
sayuran.
e. Ukuran Rumah Tangga dan Tingkatan Keluarga
Ukuran rumah tangga diartikan sebagai banyaknya anggota
dalam keluarga inti suatu rumah. Ukuran rumah tangga dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu keluarga besar, keluarga sedang, dan
keluarga kecil. Dikatakan keluarga besar jika anggota keluarga lebih
dari 7 orang, keluarga sedang jika 5 sampai 7 orang dan keluarga
kecil jika kurang atau sama dengan 4 orang (Hurlock, 1980 dalam
Tiyas, 2009). Menurut Mewa Ariani (2004) besar keluarga akan
mempengaruhi pendapatan per kapita dan pengeluaran untuk
konsumsi pangan. Namun hasil uji spearman pada penelitian Tiyas
(2009) menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p > 0,05) antara
besar keluarga dengan preferensi terhadap sayur daun hijau, kacang
panjang, buncis, dan wortel.
Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak
yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pangan
yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya
mencukupi sebagian dari anggota keluarga itu. Oleh sebab itu,
pilihan pangan pun menjadi terbatas dengan semakin besarnya
ukuran keluarga (Tiyas, 2009). Pada suatu budaya, terdapat
perbedaan kebiasaan makan dalam keluarga, yaitu kebiasaan
mendahulukan atau mengistimewakan orang tua di dalam
kehidupannya, sehingga anak-anak dan kaum wanita biasanya
mendapat prioritas terakhir dalam hal makanannya dan kemudian
25
sebagai sisanya diberikan kepada pembantu rumah tangga (Suhardjo,
1989). Sehingga kondisi ini akan menjadi pola dan mempengaruhi
preferensi pangannya. Seseorang makan suatu pangan bisa karena
memang suka dan bisa juga karena tidak ada pilihan lagi.
2.4 Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak berusia 6-12 tahun. Di Indonesia, anak
tersebut adalah anak usia sekolah dasar. Tahapan perkembangan anak
menurut teori perkembangan Piaget dibagi menjadi 4 tahapan sebagai berikut
(Piaget, 2004):
1. Tahap sensori motor (usia 0 – 2 tahun)
2. Tahap pra operasional (usia 2 – 7 tahun)
3. Tahap operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun)
4. Tahap formal operasional (lebih dari usia 11 tahun)
Pada umumnya, anak kelas 4 dan 5 SD berada pada usia 9 – 11 tahun.
Berdasarkan tahapan tersebut, maka anak usia 7 – 11 tahun berada pada
tahapan perkembangan kongkrit. Pada tahap ini, anak dapat melakukan
operasi dan penalaran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang
penalaran dapat diaplikasikan pada contoh kasus atau konkrit. Dengan kata
lain anak dapat bernalar secara logis tentang kejadian yang konkrit dan
mengklasifikasi obyek ke dalam kelompok yang berbeda (Santrock, 2003).
Anak usia 7 – 11 tahun berada pada tahap sekolah dasar. Pada usia
tersebut, anak berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif
serta lebih mudah dididik dibandingkan dengan anak usia sebelum atau
sesudahnya. Oleh sebab itu, sangat tepat jika pada siswa sekolah dasar
ditanamkan dasar-dasar pengetahuan gizi dan kebutuhan makanan yang baik.
Anak-anak sekolah dasar merupakan kelompok yang perlu mendapat
perhatian lebih dalam hal pembinaan dan pengembangan mengenai cara-cara
berpengetahuan, bersikap, dan bertindak dalam pemilihan makanan, baik
selama mereka berada di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan
masyarakat yang lebih luas karena mereka memerlukan zat gizi yang baik
secara kualitas maupun kuantitas.
26
Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut (Supartini, 2004):
a. Anak dapat mengatur pola makannya sendiri.
b. Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di
lingkungan luar rumah, selain itu adanya reklame atau iklan makanan
tertentu di televisi yang dapat mempengaruhi pola makan atau
keinginannya untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya.
c. Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur-angsur hilang.
d. Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginannya yang lebih
besar pada aktivitas bermain daripada makan.
2.5 Kerangka Teori
Preferensi pangan didefinisikan sebagai derajat suka atau tidak suka
terhadap suatu jenis pangan (Pilgrim, 1957 dalam Sijtsema et al., 2002). Pada
penelitian ini preferensi pangan yang dimaksud adalah preferensi pangan
jenis sayur. Berdasarkan teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et
al., (2002), terdapat tiga aspek yang mempengaruhi preferensi pangan yaitu
karakteristik individu, makanan dan lingkungannya. Faktor preferensi
tersebut dapat mempengaruhi asupan atau konsumsi suatu pangan. Berikut
kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini.
27
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002)
dan (Skinner et al., 1998).
Keterangan
= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti
Preferensi
Pangan
Karakteristik Makanan
- Rasa
- Warna
- Penampilan
- Tekstur
- Harga
- Cara Pengolahan
- Bentuk
- Bumbu
- Kombinasi Makanan
Karakteristik Individu
- Usia
- Jenis kelamin
- Pengetahuan Sayur
- Keterampilan memasak
- Pendidikan
- Pendapatan
- Sikap untuk Sehat
Karakteristik
Lingkungan
- Kesukaan Orang Tua
- Ketersediaan
- Pekerjaan Orang Tua
- Musim
- Ukuran Rumah Tangga
dan Tingkatan Keluarga
Konsumsi
Pangan
28
4 BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka pada BAB II, dapat diketahui bahwa
terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan preferensi pangan pada
anak-anak. Teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002),
menyatakan bahwa terdapat tiga aspek yang mempengaruhi preferensi pangan
yaitu berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, pengetahuan
sayur, keterampilan memasak, pendidikan, pendapatan dan sikap untuk
sehat), karakteristik makanan (penilaian terhadap rasa, warna, penampilan,
tekstur, harga, proses memasak, bentuk, bumbu, kombinasi makanan) dan
karakteristik lingkungannya (kesukaan orang tua, ketersediaan, pekerjaan
orang tua, musim, ukuran rumah tangga dan tingkatan keluarga).
Penelitian ini menggunakan teori Randall dan Sanjur (1981) dalam
Sijtsema et al. (2002) dan Skinner et al. (1998). Peneliti tidak meneliti semua
variabel yang ada pada kerangka teori. Faktor karakteristik individu yang
diteliti yaitu jenis kelamin dan pengetahuan sayur. Usia tidak diteliti karena
sudah dapat dipastikan usia responden homogen. Keterampilan memasak
tidak diteliti karena pada anak usia sekolah dasar belum memiliki
keterampilan memasak yang berarti. Pendidikan tidak diteliti karena
pendidikan responden penelitian ini homogen yaitu kelas 4 dan 5 sekolah
dasar. Pendapatan tidak diteliti karena seluruh responden belum mempunyai
pendapatan pribadi, melainkan berasal dari orang tua masing-masing. Sikap
tidak diteliti karena berdasarkan teorinya, vareiabel ini sangat erat kaitannya
dengan pengetahuan. Selain hasil penelitian sudah diasumsikan bahwa sikap
yang baik selalu dihasilkan dari pengetahuan yang baik dan menghasilkan
perilaku yang baik pula, juga sikap anak-anak terhadap preferensi sayur rata-
rata sama dan sangat dipengaruhi oleh faktor lain diluar individu. Faktor
karakteristik makanan yang diteliti hanya penilaian terhadap rasa, warna,
tekstur, proses memasak bentuk dan bumbu. Penilaian terhadap penampilan
tidak diteliti karena sudah dipastikan jawaban responden homogen.
29
Penampilan menarik adalah makanan yang disukai anak-anak. Dengan kata
lain, penampilan adalah faktor yang penting dalam preferensi pada anak-anak.
Harga tidak diteliti karena sudah terbukti pada penelitian sebelumnya bahwa
anak-anak tidak dipengaruhi harga dalam pemilihan makanan. Selain itu,
faktor karakteristik lingkungan yang diteliti adalah kesukaan orang tua dan
ketersediaan. Ketersedian yang diteliti adalah ketersediaan sayur di rumah
dan di sekolah. Pekerjaan orang tua tidak diteliti karena variabel ini tidak
berhubungan secara langsung terhadap preferensi sayur, melainkan
keterkatiannya terhadap penghasilan yang dapat mempengaruhi ketersediaan
sayur. Musim tidak diteliti karena penelitian ini dilakukan kepada responden
dengan waktu dan tempat yang sama, sehingga musim pada lokasi penelitian
homogen. Ukuran rumah tangga dan tingkatan keluarga tidak diteliti karena
hubungannya dengan pendapatan dan pengeluaran untuk konsumsi pangan
serta budaya yang membentuk kebiasaan.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Preferensi Sayur
Pada Siswa-Siswi
MI Pembangunan
UIN Jakarta
Karakteristik Makanan
- Penialaian Rasa
- Penialaian Warna
- Penilaian Tekstur
- Penilain Proses
Memasak
- Penilaian Bentuk
- Penilaian Bumbu
Karakteristik Individu
- Jenis kelamin
- Pengetahuan Sayur
Karakteristik
Lingkungan
- Kesukaan Orang Tua
- Ketersediaan Sayur di
Rumah
- Ketersediaan Sayur di
Sekolah
30
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Dependen
1. Preferensi
sayur
Penilaian
responden
terhadap
sayur yang
diukur
menggunakan
skala.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Sangat tidak
suka, jika score
kesukaan anak
terhadap sayur
antara 0 sampai
28.
1. Tidak suka,
jika score
kesukaan anak
terhadap sayur
antara 29
sampai 56.
2. Suka, jika
score kesukaan
anak terhadap
sayur antara 57
sampai 84.
3. Sangat suka,
jika score
kesukaan anak
terhadap sayur
antara 85
sampai 112.
Ordinal
Variabel Independen
2. Jenis
Kelamin
Perbedaan
responden
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Laki-laki.
1. Perempuan.
Nominal
31
berdasarkan
ciri biologis
dengan
kategori.
3. Pengetahu-
an Sayur
Tingkat
pemahaman
responden
terhadap
sayur yang
dilihat dari
kemampuan
menjawab
pertanyaan
dengan benar.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Kurang <
median dari
score
pengetahuan
sayur.
1. Baik ≥ median
dari score
pengetahuan
sayur.
Median = 17
Ordinal
4. Penilaian
Rasa
Penilaian
responden
terhadap rasa
dalam
menyukai/me
milih sayur.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Penting ≥
median dari
score penilaian
rasa.
1. Tidak penting
< median dari
score penilaian
rasa.
Median = 3
(Suswanti, 2013)
Ordinal
5. Penilaian
Warna
Penilaian
responden
terhadap
warna dalam
menyukai/me
milih sayur.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Penting ≥
median dari
score penilaian
warna.
1. Tidak penting
< median dari
score penilaian
warna.
Ordinal
32
Median = 2
(Suswanti, 2013)
6. Penilaian
Tekstur
Penilaian
responden
terhadap
tekstur dalam
menyukai/me
milih sayur.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Penting ≥
median dari
score penilaian
tekstur.
1. Tidak penting
< median dari
score penilaian
tekstur.
Median = 3
(Suswanti, 2013)
Ordinal
7. Penilaian
Proses
Memasak
Penilaian
responden
terhadap
proses
memasak
dalam
menyukai/me
milih sayur.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Penting ≥
median dari
score penilaian
proses
memasak.
1. Tidak penting
< median dari
score penilaian
proses
memasak.
Median = 3
(Suswanti, 2013)
Ordinal
8. Penilaian
Bentuk
Penilaian
responden
terhadap
bentuk dalam
menyukai/me
milih sayur.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Penting ≥
median dari
score penilaian
bentuk.
1. Tidak penting
< median dari
score penilaian
bentuk.
Ordinal
33
Median = 2
(Suswanti, 2013)
9. Penilaian
Bumbu
Penilaian
responden
terhadap
bumbu dalam
menyukai/me
milih sayur.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Penting ≥
median dari
score penilaian
bumbu.
1. Tidak penting
< median dari
score penilaian
bumbu.
Median = 3
(Suswanti, 2013)
Ordinal
10. Kesukaan
orang tua
Penilaian ibu
terhadap
sayur yang
diukur
menggunakan
skala.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Sangat tidak
suka, jika
score kesukaan
anak terhadap
sayur antara 0
sampai 28.
1. Tidak suka,
jika score
kesukaan anak
terhadap sayur
antara 29
sampai 56.
2. Suka, jika
score kesukaan
anak terhadap
sayur antara 57
sampai 84.
3. Sangat suka,
jika score
kesukaan anak
Ordinal
34
terhadap sayur
antara 85
sampai 112.
11. Ketersedia
an sayur di
rumah
Frekuensi
sayur yang
disediakan di
rumah dalam
satu minggu
terakhir.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Tidak tersedia,
jika tidak ada
sayur di rumah
dalam satu
minggu
terakhir.
1. Kadang-kadang
tersedia, jika
ada sayur di
rumah minimal
satu kali dalam
satu minggu
terakhir.
2. Selalu tersedia,
jika ada sayur
di rumah setiap
hari.
(California
Departement of
Public Health,
2011)
Ordinal
12 Ketersedia
an sayur di
sekolah
Frekuensi
sayur yang
disediakan di
sekolah dalam
satu minggu
terakhir.
Penyebaran
Kuesioner
Kuesioner 0. Tidak tersedia,
jika tidak ada
sayur di
sekolah dalam
satu minggu
terakhir.
1. Kadang-kadang
tersedia, jika
Ordinal
35
ada sayur di
sekolah
minimal satu
kali dalam satu
minggu
terakhir.
2. Selalu tersedia,
jika ada sayur
di sekolah
setiap hari.
(California
Departement of
Public Health,
2011)
3.3 Hipotesis Penelitian
1. Adanya hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin dan pengetahuan
sayur) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
2. Adanya hubungan antara karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua,
ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah) dengan
preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
36
5 BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional yang dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen pada sampel dari suatu populasi, yang sesuai dengan
tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi sayur
pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
tahun 2017. Variabel independen pada penelitian ini yaitu jenis kelamin,
pengetahuan sayur, penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian
proses memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu, kesukaan orang tua,
ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah. Sedangkan yang
menjadi variabel dependen adalah preferensi sayur pada siswa-siswi Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Pengumpulan data dan
informasi antara variabel dependen dan variabel independen dilakukan dalam
waktu yang sama.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2017.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada tahun 2017 yaitu
sebanyak 457 anak.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang akan diteliti.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan kelas 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Pemilihan siswa kelas 4 dan 5 dilakukan
dengan pertimbangan siswa telah mampu menerima arahan dalam pengisian
kuesioner.
37
Sampel minimum penelitian ini berjumlah 177 anak. Jumlah ini ditentukan
berdasarkan jumlah tertinggi pada tabel 4.1. Penentuan sampel dengan
menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi sebagai berikut:
Sampel =
√ ̅( ̅) √ ( ) ( )
( )
Keterangan:
n = Jumlah sampel
= Derajat kepercayaan 95% (1,96) dengan α = 5%
= Kekuatan uji = 80% (0,842)
P = P1 + P2/2
P1 = Proporsi responden yang mengatakan penilaian tekstur tidak penting
pada preferensi negatif pada penelitian sebelumnya
P2 = Proporsi responden yang mengatakan penilaian tekstur penting pada
preferensi negatif pada penelitian sebelumnya
Tabel 4.1 Jumlah Sampel pada Perhitungan Variabel Independen
Variabel P1 P2 N
(Jumlah
Sampel)
Jenis Kelamin 0,556
(Suswanti, 2013)
0,364
(Suswanti, 2013)
105
Pengetahuan 0,129
(Tiyas, 2009)
0,333
(Tiyas, 2009)
66
Penilaian Rasa 0,167
(Suswanti, 2013)
0,400
(Suswanti, 2013)
58
Penilaian
Tekstur
0,544
(Suswanti, 2013)
0,371
(Suswanti, 2013)
129
Penilaian
Warna
0,586
(Suswanti, 2013)
0,355
(Suswanti, 2013)
73
38
Berdasarkan hasil dari perhitungan sampel dengan menggunakan rumus
tersebut, jumlah yang akan diambil adalah sebanyak 129 anak. Dari hasil
tersebut, kemudian dilakukan perhitungan selanjutnya untuk mengetahui
sampel minimum dengan rumus:
=
= 176,712 ~ 177 orang
Keterangan:
n‟ = Jumlah sampel minimum
n = Hasil perhitungan sampel dengan rumus uji hipotesis dua proporsi
p = Proporsi anak yang tidak menyukai sayur pada penelitian sebelumnya
(Chok, 2005).
Besar sampel minimum yang digunakan pada penelitian ini menjadi 177
siswa. Namun, untuk menghindari adanya drop out atau missing data dari
jawaban responden maka peneliti menambahkan cadangan 10% yaitu 18
responden, menjadi 195 siswa. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas 4 dan 5 yang bersedia menjadi responden dan hadir saat penelitian
berlangsung. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa yang
mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung, dan tidak hadir atau sakit
pada saat penelitian berlangsung.
3. Metode Pengambilan Sampel
Proses pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak
(probability sampling) dengan menggunakan teknik simple random sampling
yang diambil secara proporsional. Cara ini dilakukan dengan mengambil
sampel dari masing-masing kelompok kelas 4 dan 5 yang ada di Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Populasi pada kelas 4 dan 5
dipilih secara acak menggunakan website https://www.randomizer.org/ sesuai
dengan jumlah sampel yang diinginkan, kemudian angka yang keluar dari
kocokan tersebut menjadi responden yang diambil berdasarkan daftar absensi
kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun
pembelajaran 2016/2017. Adapun rumus yang digunakan dalam menentukan
jumlah sampel setiap kelas adalah:
39
ni =
x n
Keterangan:
ni = jumlah anggota sampel tiap kelas
Ni = jumlah anggota populasi tiap kelas
N = jumlah anggota populasi seluruh kelas
n = jumlah anggota sampel seluruh kelas
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta mempunyai siswa kelas 4
sebanyak 221 siswa dan siswa kelas 5 sebanyak 236 siswa. Berikut adalah tabel
yang menunjukkan jumlah sampel yang diambil sesuai proporsi kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 2017.
Tabel 2.4 Pembagian Sampel
Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel
4 221 221/457 x 195 = 94
5 236 236/457 x 195 = 101
TOTAL 457 195
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.2 didapatkan bahwa total
sampel berjumlah 195 siswa, yaitu kelas 4 sebanyak 94 siswa dan kelas 6
sebanyak 101. Jumlah tersebut diambil secara proporsial. Dari masing-masing
kelas telah diambil sampel penelitian sesuai dengan jumlah yang ditetapkan.
4.5 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer.
Data primer didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner yang mencakup
pertanyaan mengenai variabel independen dan variabel dependen kepada
responden yang terpilih dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Pada pengumpulan data primer ini, peneliti dibantu oleh 6 orang enumerator
(mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat). Metode yang digunakan untuk
memperoleh data primer dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner dengan
metode self-administred questionnaire, yaitu teknik pengumpulan data dengan
menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.
40
Data primer pada penelitian ini terdiri dari variabel preferensi sayur, jenis
kelamin, pengetahuan sayur, penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur,
penilaian proses memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu, kesukaan orang
tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah.
Proses pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan dan
menyebarkan kuesioner kepada siswa-siswi yang menjadi responden perkelas.
Kemudian setelah masing-masing memegang kuesioner, anak diberi arahan cara
pengisian kuesioner secara bertahap. Pertama, diberi arahan cara mengisi data
karakteristik individu lalu diisi secara bersamaan. Ketika semua anak sudah
mengisi data karakteristik individu, kemudian dilanjutkan ke pertanyaan
berikutnya mengenai data pengetahuan sayur, lalu diisi secara bersamaan.
Begitupun pada pertanyaan mengenai ketersediaan, preferensi sayur dan faktor
makanan (penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian proses
memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu). Setelah semua anak selesai
menjawab seluruh pertanyaan, kuesioner dikumpulkan. Setelah terkumpul semua
kuesioner responden, siswa-siswi dibagikan kuesioner yang harus diisi oleh ibu
dari responden, lalu diberi arahan mengenai cara mengisi kuesioner ibu tersebut
dan mewajibkan kuesioner tersebut dikembalikan/dikumpulkan pada keesokan
harinya. Kemudian untuk memastikan bahwa data kuesioner orang tua yang
dititipkan tersebut diisi oleh ibu dari responden, dapat dilihat dari tanda tangan ibu
pada lembar persetujuan. Selain itu juga, peneliti melakukan konfirmasi dengan
cara menghubungi 10% ibu dari responden melalui handphone dengan cara
mengirim pesan lewat sms ataupun whatsapp berdasarkan data yang didapatkan
dari kuesioner yang telah diisi.
Pengumpulan data dilakukan selama 5 hari yaitu dari hari Senin, 20 Maret
sampai Jum‟at, 24 maret 2017 dengan rincian yang tertera pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Pemgumpulan Data
No. Hari, Tanggal, Tahun Kegiatan
1 Senin, 20 Maret 2017 - Penyebaran kuesioner kepada responden
di 4 kelas yaitu kelas 4B, 4H, 4G dan 5F
yang dibantu oleh 3 orang enumerator.
41
- Penyebaran kuesioner untuk ibu
responden tersebut dengan cara
menitipkan ke anaknya.
2 Selasa, 21 Maret 2017 - Penyebaran kuesioner kepada responden
di 3 kelas yaitu kelas 5G, 4D dan 5D
yang dibantu oleh 3 orang enumerator.
- Penyebaran kuesioner untuk ibu
responden tersebut dengan cara
menitipkan ke anaknya.
- Pengambilan kuesioner untuk ibu
responden yang sudah dibagikan pada
hari Senin, yaitu kelas 4B, 4H, 4G dan
5F.
3 Rabu, 22 Maret 2017 - Pengambilan kuesioner untuk ibu
responden khusus kelas 4 yang sudah
dibagikan pada hari Selasa, yaitu kelas
4D dan kelas 4 lainnya yang belum
mengumpulkan di hari sebelumnya.
4 Kamis, 23 Maret 2017 - Pengambilan kuesioner untuk ibu
responden pada kelas 5 yang sudah
dibagikan pada hari Selasa, yaitu kelas
5D dan 5G serta kelas 4 dan 5 lainnya
yang belum mengumpulkan di hari
sebelumnya.
5 Jum‟at, 24 Maret 2017 - Pengambilan kuesioner untuk ibu
responden pada seluruh kelas 4 dan kelas
5 yang belum terkumpul pada hari
Selasa, Rabu dan Kamis.
6 Rabu, 17 Mei 2017 - Menghubungi ibu responden untuk
konfirmasi bahwa ibu tersebut telah
mengisi kuesioner yang sudah diberikan.
42
4.6 Uji Validitas dan Realibilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang yang terdapat di
lapangan tempat penelitian dan data yang dilaporkan oleh peneliti (Lapau,
2013). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui pertanyaan atau pernyataan
dalam kuesioner valid atau tidak valid yang akan mempengaruhi pertanyaan
atau pernyataan tersebut dapat digunakan atau tidak. Uji validitas dilakukan
dengan test content atau yang disebut dengan validitas isi. Validitas isi
memiliki tujuan untuk mengetahui bahwa setiap item pada instrumen yang
digunakan sudah cukup mewakili konsep yang diinginkan. Validitas isi dimulai
dengan menentukan konsep yang akan digunakan dalam penelitian, menilai
apakah item sudah tepat untuk mengukur konsep penelitian yang didukung
dengan teori, penilaian setiap item dapat dilakukan dengan rating untuk
mengetahui relevansi setiap item, memperhatikan apakah setiap item sudah
tepat untuk mengukur konsep penelitian.
Pengujian validitas pada skala likert dilakukan dengan melakukan
perhitungan dengan rumus korelasi Person Product Moment kemudian
membandingkan antara nilai korelasi atau r hitung dari variabel penelitian
dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel berarti variabel valid. Namun, jika r
hitung < r tabel berarti variabel tidak valid. Item kuesioner yang tidak valid
dapat ditanggulangi dengan melakukan modifikasi item untuk memperjelas
makna pada item kuesioner atau menghilangkan item jika tidak penting. Uji
validitas dilakukan di SD Islam Ruhama dengan responden sebanyak 30 orang
siswa.
Perhitungan uji validitas menggunakan tingkat signifikan (α) = 5% dengan
30 orang responden, maka nilai koefisien korelasi (r tabel) sebesar 0,361.
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap siswa siswi kelas 4 dan 5 SD Islam
Ruhama, terkait kuesioner preferensi sayur didapatkan hasil uji validitas
berdasarkan perhitungan pada rumus r hitung yaitu lebih dari 0,361 pada setiap
item pertanyaan, sehingga kuesioner dinyatakan valid.
43
2. Uji Realibilitas
Uji realibilitas dilakukan setelah item yang ada dalam kuesioner sudah
valid. Uji reabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat terlihat konsisten bila dilakukan berulang kali dalam suatu
instrumen, dengan kata lain reabilitas menyangkut ketepatan alat ukur (Lapau,
2013). Uji reabilitas menggunakan rumus statistik cronbach alpha keseluruhan
dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil (nilai alpha). Apabila
r alpha > r tabel maka kuesioner tersebut dinyatakan reliable.
Perhitungan uji reabilitas menggunakan tingkat signifikan (α) = 5% dengan
30 orang responden, maka nilai koefisien korelasi (r tabel) sebesar 0,361.
Berdasarkan hasil uji reabilitas terhadap siswa siswi kelas 4 dan 5 SD Islam
Ruhama, terkait kuesioner preferensi sayur didapatkan nilai cronbach’s alpha
pada tabel reability statistik untuk variabel pengetahuan sebesar 0,641, variabel
preferensi sayur sebesar 0,757 dan 0,677 pada variabel faktor makanan.
Artinya secara keseluruhan indikator pada kuesioner responden sudah reliabel
karena nilai reabilitasnya lebih dari r table (0,361).
4.7 Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu
kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan semi terbuka tentang
karakteristik individu yaitu jenis kelamin dan pengetahuan sayur; karakteristik
makanan yaitu penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk
dan bumbu; karakteristik lingkungan responden yaitu kesukaan orang tua,
ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah.
1. Pengembangan Instrumen untuk Variabel Preferensi Sayur
a. Tahap I
Pada tahap pertama, peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap
32 macam masakan kepada 30 responden untuk mengetahui masakan yang
tersering dan terbanyak dikonsumsi oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5
Madrasah Pembanguan UIN Jakarta. Masakan tersebut diujikan dengan
menggunakan metode semi-kuantitatif Food Frequency Questionnaire
(lampiran 3) pada bulan Februari 2017.
44
b. Tahap II
Dari 32 masakan sayur yang diujikan, dipilih dua belas urutan
masakan yang paling sering dan paling banyak dikonsumsi yaitu
diantaranya sayur sop, sayur bayam, sambal goreng kentang, tumis taoge,
sayur asem, gado-gado, ketoprak, tumis brokoli, soto Betawi, tumis
kangkung, capcay dan krim sup jagung (lampiran 4). Bersadarkan data
tersebut, maka sayur-sayur yang ada di dalam masakan tersebut
merupakan sayur yang diujikan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 28
jenis sayur (lampiran 6).
c. Tahap III
Sayur-sayur yang diujikan tersebut dilihat preferensinya berdasarkan
kuesioner preferensi sayur yang ada pada „Compendium of Surveys for
Fruit and Vegetable Consumption and Physical Activity’ yang dikeluarkan
oleh US Departement of Agriculture Food Stamp Program (USDA, 2011).
Kuesioner tersebut dapat mendukung penelitian ini karena sudah
tervalidasi untuk mengukur preferensi buah dan sayur pada anak usia
sekolah dasar kelas 3 sampai dengan kelas 5. Selain itu, daftar sayur yang
ada pada kuesioner tersebut dapat dimodifikasi berdasarkan sayur yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
Preferensi sayur dinilai berdasarkan tingkat kesukaan responden
terhadap sayur yang dipilih menggunakan bentuk skala likert. Penilaian
dilakukan dengan memberi nilai 4 pada jawaban “selalu dihabiskan”, 3
pada jawaban “kadang dimakan kadang tidak”, 2 pada jawaban “mau
makan kalau terpaksa” dan 1 pada jawaban “sama sekali tidak mau
makan”. Kemudian diinterpretasikan dalam bentuk skor kesukaan
terhadap sayur dari masing-masing responden. Kemudian dikategorikan
berdasarkan nilai variabel tersebut. Sehingga kategori pada variabel ini
terdiri dari preferensi sayur “sangat tidak suka”, “tidak suka”, “suka” dan
“sangat suka”. Syaratnya jika skor antara 0 sampai dengan 28 maka
dikatakan responden sangat tidak suka sayur, jika skor antara 29 sampai
dengan 56 maka dikatakan responden tidak suka sayur, jika skor antara 57
sampai dengan 84 maka dikatakan responden suka sayur dan jika skor
45
antara 85 sampai dengan 112 maka dikatakan responden sangat suka
sayur.
2. Jenis Kelamin
Variabel jenis kelamin diketahui berdasarkan pertanyaan tertutup yang
dijawab oleh responden. Responden hanya boleh mengisi satu jawaban yaitu
laki-laki atau perempuan.
3. Pengetahuan Sayur
Pertanyaan pada variabel pengetahuan sayur terdiri dari 10 pertanyaan
yang terdiri dari pertanyaan mengenai pengetahuan dasar sayur-mayur.
Semua pertanyaan bersifat tertutup dengan model pilihan multiple choice.
Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai 2 pada jawaban yang benar dan
1 untuk jawaban yang salah. Kemudian diinterpretasikan dalam bentuk skor
pengetahuan sayur dari masing-masing responden. Lalu dikategorikan
berdasarkan nilai median variabel tersebut. Sehingga kategori pada variabel
ini terdiri dari pengetahuan sayur “baik” dan “kurang”. Syaratnya jika skor <
median maka dikatakan responden memiliki pengetahuan sayur yang kurang
dan jika skor ≥ median maka dikatakan responden memiliki pengetahuan
sayur yang baik (Khomsan 2000).
4. Faktor Makanan
Faktor makanan ini dibagi menjadi 6 variabel yang terpisah, yang
terdiri dari penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian proses
memasak, penilaian bentuk dan penilaian bumbu. Pertanyaan untuk masing-
masing variabel tersebut disajikan dalam bentuk skala likert yang terdiri dari
jawaban “sangat tidak penting” dengan skor 1, “tidak penting” dengan skor 2,
“penting” dengan skor 3, dan “sangat penting” dengan skor 4. Selanjutnya
diinterpretasikan dalam bentuk skor untuk kemudian dikategorikan menjadi
“tidak penting” apabila < dari median dan “penting” apabila ≥ dari median
(Suswanti, 2013).
5. Kesukaan Orang Tua
Sama halnya dengan mengukur kesukaan sayur pada anak, variabel
kesukaan orang tua dinilai berdasarkan tingkat kesukaan ibu terhadap sayur
yang dipilih berdasarkan bentuk skala likert. Penilaian dilakukan dengan
46
memberi nilai 4 pada jawaban “selalu dihabiskan”, 3 pada jawaban “kadang
dimakan kadang tidak”, 2 pada jawaban “mau makan kalau terpaksa” dan 1
pada jawaban “sama sekali tidak mau makan”. Kemudian diinterpretasikan
dalam bentuk skor kesukaan terhadap sayur dari masing-masing responden.
Sehingga kategori pada variabel ini terdiri dari preferensi sayur “sangat tidak
suka”, “tidak suka”, “suka” dan “sangat suka”. Syaratnya jika skor antara 0
sampai dengan 28 maka dikatakan responden sangat tidak suka sayur, jika
skor antara 29 sampai dengan 56 maka dikatakan responden tidak suka sayur,
jika skor antara 57 sampai dengan 84 maka dikatakan responden suka sayur
dan jika skor antara 85 sampai dengan 112 maka dikatakan responden sangat
suka sayur.
Pemilihan sayur dan sumber yang digunakan pada variabel ini sama
dengan pada variabel preferensi sayur pada anak, yaitu hasil dari studi
pendahuluan dan pengembangan instrumen kuesioner preferensi sayur yang
ada pada „Compendium of Surveys for Fruit and Vegetable Consumption and
Physical Activity’ yang dikeluarkan oleh US Departement of Agriculture
Food Stamp Program. Kuesioner tersebut tetap dapat mendukung penelitian
ini karena selain tervalidasi untuk mengukur preferensi buah dan sayur pada
anak usia sekolah dasar kelas 3 sampai dengan kelas 5, namun bisa juga
digunakan untuk dewasa. Selain itu, daftar sayur yang ada pada kuesioner
tersebut dapat dimodifikasi berdasarkan sayur yang dibutuhkan dalam
penelitian ini (USDA, 2011).
6. Ketersediaan
Variabel ketersediaan yang diteliti ada dua, yaitu ketersediaan sayur di
rumah dan ketersediaan sayur di sekolah. Pertanyaan pada variabel
ketersedian ini bersifat tertutup dan responden hanya boleh mengisi satu
jawaban saja yaitu “tidak pernah” jika tidak tersedia sayur dalam satu minggu
terakhir, “kadang-kadang” jika tersedia minimal satu hari dalam seminggu
terakhir atau “selalu” jika setiap hari tersedia sayur. Kemudian jawaban
responden akan dikategorikan menjadi “tidak tersedia”, “kadang-kadang
tersedia” dan “selalu tersedia” (USDA, 2011).
47
4.7 Manajemen Data
Semua data yang telah dikumpulkan, akan diolah melalui beberapa tahap
atau rangkaian manajemen data sebagai berikut.
1. Data coding
Data yang telah diperoleh, diberi kode berupa angka untuk memudahkan
saat memasukkan data. Pemeriksaan kelengkapan jawaban responden
dilakukan di akhir tahap pengumpulan kuesioner pada saat pengambilan data.
d. Variabel dependen, preferensi sayur diberikan kode dengan empat kategori
yaitu dengan kode “0” untuk “sangat tidak suka” yaitu apabila skor
kesukaan anak terhadap sayur antara 0 sampai 28, kode “1” untuk “tidak
suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 29 sampai 56, kode
“3” untuk “suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 57
sampai 84 dan kode “4” untuk “sangat suka” apabila skor kesukaan anak
terhadap sayur antara 85 sampai 112.
e. Variabel independen jenis kelamin dikategorikan menjadi dua kategori
yaitu dengan kode “0” untuk laki-laki dan kode “1” untuk “perempuan”.
f. Variabel independen pengetahuan sayur dikategorikan menjadi dua
kategori yaitu dengan kode “0” untuk “kurang” yaitu apabila skor
pengetahuan sayur < median dan kode “1” untuk “baik” apabila skor
pengetahuan sayur ≥ median.
g. Variabel independen penilaian rasa dikategorikan menjadi dua kategori
yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian rasa ≥
median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian rasa <
median.
h. Variabel independen penilaian warna dikategorikan menjadi dua kategori
yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian warna
≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian warna
< median.
i. Variabel independen penilaian tekstur dikategorikan menjadi dua kategori
yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian tekstur
≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian tekstur
< median.
48
j. Variabel independen penilaian proses memasak dikategorikan menjadi dua
kategori yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor
penilaian proses memasak ≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting”
apabila skor penilaian proses memasak < median.
k. Variabel independen penilaian bentuk dikategorikan menjadi dua kategori
yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian bentuk
≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian bentuk
< median.
l. Variabel independen penilaian bumbu dikategorikan menjadi dua kategori
yaitu dengan kode “0” untuk “penting” yaitu apabila skor penilaian bumbu
≥ median dan kode “1” untuk “tidak penting” apabila skor penilaian bumbu
< median.
m. Variabel independen kesukaan orang tua diberikan kode dengan dua
kategori yaitu dengan kode “0” untuk “sangat tidak suka” yaitu apabila
skor kesukaan anak terhadap sayur antara 0 sampai 28, kode “1” untuk
“tidak suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur antara 29 sampai
56, kode “3” untuk “suka” apabila skor kesukaan anak terhadap sayur
antara 57 sampai 84 dan kode “4” untuk “sangat suka” apabila skor
kesukaan anak terhadap sayur antara 85 sampai 112.
n. Variabel independen ketersediaan sayur di rumah dikategorikan menjadi
tiga kategori yaitu dengan kode “0” untuk “tidak tersedia” yaitu apabila
tidak tersedia sayur dalam satu minggu terakhir, kode “1” untuk “kadang-
kadang tersedia” yaitu apabila tersedia sayur minimal satu kali dalam satu
minggu terakhir, dan kode “2” untuk “selalu tersedia” yaitu apabila setiap
hari.
o. Variabel independen ketersediaan sayur di sekolah dikategorikan menjadi
tiga kategori yaitu dengan kode “0” untuk “tidak tersedia” yaitu apabila
tidak tersedia sayur dalam satu minggu terakhir, kode “1” untuk “kadang-
kadang tersedia” yaitu apabila tersedia sayur minimal satu kali dalam satu
minggu terakhir, dan kode “2” untuk “selalu tersedia” yaitu apabila setiap
hari.
49
2. Data Editing
Data yang dikumpulkan untuk penelitian melalui kuesioner perlu
diperiksa kembali. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan data tersebut tidak
ada yang meragukan atau salah sehingga data dapat diolah lebih lanjut. Untuk
itu, peneliti melakukan pemeriksaan kuesioner secara fisik dengan memeriksa
kelengkapan jawaban responden dan memastikan coding telah diisi serta
memastikan setiap lembar kuesioner utuh.
3. Data entry
Pada data tahap ini, data-data dimasukkan dalam program perangkat
lunak komputer. Selanjutnya diolah menggunakan aplikasi program data
statistik dan dianalisis.
4. Data cleaning
Data cleaning dilakukan untuk memastikan tidak ada data yang hilang.
Hal ini dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan
sehingga data tersebut tidak ada yang salah dan selanjutnya data siap untuk
dianalisis.
4.7 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat
dan analisis bivariat. Data dianalisis dengan menggunakan software computer.
Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel.
1) Analisis Univariat
Analisis univariat untuk menggambarkan variabel yang akan diteliti.
Adapun tujuan analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen
dan independen yaitu variabel preferensi sayur, jenis kelamin, pengetahuan
sayur, penilaian rasa, penilaian warna, penilaian tekstur, penilaian proses
memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu, kesukaan orang tua, ketersediaan
sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah dalam bentuk proporsi.
50
2) Analisis Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara masing-masing
variabel independen yang terdiri dari jenis kelamin, pengetahuan sayur,
kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di
sekolah dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Hubungan variabel dependen dengan
variabel independen diuji dengan uji chi-square.
Nilai p-value yang digunakan untuk menguji kemaknaan yaitu
menggunakan tingkat kemaknaan 5% dan derajat kepercayaan 95%. Sehingga
jika p-value ≤ 0,05 maka menunjukkan adanya hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen dan jika p-value > 0,05 maka menunjukkan
tidak ada hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.
51
6 BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi
dari variabel dependen yaitu variabel preferensi sayur dan variabel independen
yaitu jenis kelamin, pengetahuan sayur, penilaian rasa, penilaian warna, penilaian
tekstur, penilaian proses memasak, penilaian bentuk, penilaian bumbu, kesukaan
orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di sekolah dalam
bentuk proporsi.
Sayur yang dipilih untuk diteliti dalam penelitian ini diambil berdasarkan
hasil survei yang telah dilakukan pada studi pendahuluan terhadap 12 masakan
sayur yang sering dikonsumsi oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017. Sehingga sayur yang diteliti adalah
wortel, kentang, buncis, kol, bayam, jagung, taoge, labu, daun melinjo, buah
melinjo, kacang panjang, kacang tanah, kangkung, timun, brokoli dan putren
(jagung muda).
5.1.1 Gambaran Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden dan analisis yang
telah dilakukan, diperoleh hasil preferensi sayur pada siswa-siswi Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 seperti yang tertera pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas
4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Preferensi Sayur
pada Anak
Frekuensi (n) Persen (%)
Sangat Tidak Suka
Tidak Suka
0
23
0
11,9
Suka
Sangat Suka
74
96
38,3
49,7
52
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 193 siswa-siswi kelas 4 dan
5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, sebagian besar responden sangat
suka sayur yaitu sebanyak 96 anak dengan persentase 49,7%, dengan
demikian lebih banyak yang suka sayur daripada yang tidak suka sayur.
5.1.2 Gambaran Karakteristik Individu pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
preferensi pada anak. Variabel yang termasuk ke dalam kareakteristik
individu diantaranya yaitu jenis kelamin dan pengetahuan sayur pada anak
tersebut. Berikut gambaran karakteristik individu (jenis kelamin dan
pengetahuan sayur) berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan analisis
data yang telah dilakukan.
A. Gambaran Jenis Kelamin pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Adapun distribusi frekuensi jenis kelamin yang diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner kepada setiap responden. Gambaran distribusi
frekuensi jenis kelamin pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 disajikan dalam bentuk tabel 5.2
berikut ini.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun 2017
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)
Laki-laki 97 50,3
Perempuan 96 49,7
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 193 responden pada
siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun
2017, jenis kelamin laki-laki sebanyak 97 anak dengan persentase 50,3%
dan selebihnya perempuan.
53
B. Gambaran Pengetahuan Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Data pengetahuan sayur diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner
yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai sayur kepada setiap
responden. Gambaran distribusi frekuensi pengetahuan sayur pada
siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun
2017 disajikan dalam bentuk tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun 2017
Pengetahuan Sayur Frekuensi (n) Persen (%)
Kurang
Baik
83
110
43
57
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 193 responden pada
siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017,
sebagian besar responden memiliki pengetahuan sayur baik yaitu
sebanyak 110 anak dengan persentase 57%.
5.1.3 Gambaran Karakteristik Makanan pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden dan analisis
yang telah dilakukan, diperoleh hasil karakteristik makanan (penilaian
terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu) pada
siswa-siswi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 adalah sebagai
berikut:
A. Penilaian Karakteristik Makanan (Penilaian terhadap Rasa,
Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan Bumbu) pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2017
Berikut adalah penilaian karakteristik makanan yang terdiri dari
penilaian terhadap penting atau tidaknya masing-masing karakteristik
makanan (rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu)
54
terhadap preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah
pembangunan UIN jakarta tahun 2017, tertera pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Makanan (Penilaian
terhadap Rasa, Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan
Bumbu) pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Penilaian Rasa Frekuensi (n) Persen (%)
Penting 182 94,3
Tidak Penting 11 5,7
Penilaian Warna
Penting
Tidak Penting
166
27
86
14
Penilaian Tekstur
Penting
Tidak Penting
146
47
75,6
24,4
Penilaian Proses
Memasak
Penting
Tidak Penting
176
17
91,2
8,8
Penilaian Bentuk
Penting
Tidak Penting
168
25
87
13
Penilaian Bumbu
Penting
Tidak Penting
166
27
86
14
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 193 responden pada
siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun
2017, sebanyak 182 (94,3%) anak menyatakan penting untuk
mempertimbangkan rasa dalam memilih sayur; sebanyak 166 (86%)
anak menyatakan penting mempertimbangkan warna dalam memilih
sayur; sebanyak 146 (75,6%) anak menyatakan penting untuk
mempertimbangkan tekstur dalam memilih sayur; sebanyak 176
(91,2%) anak menyatakan penting untuk mempertimbangkan proses
memasak dalam memilih sayur; sebanyak 168 (87%) anak menyatakan
penting untuk mempertimbangkan bentuk dalam memilih sayur;
sebanyak 166 (86%) anak menyatakan penting untuk
mempertimbangkan bumbu dalam memilih sayur, selebihnya
menyatakan tidak penting.
55
B. Karakteristik Makanan (Penilaian terhadap Rasa, Warna,
Tekstur, Proses Memasak, Bentuk dan Bumbu) yang Paling
Disukai pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden dan
analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil karakteristik makanan
(penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan
bumbu) yang disukai oleh siswa-siswi Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1) Rasa yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Berikut adalah rasa yang paling disukai oleh siswa-siswi
kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017,
tertera pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Rasa yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Rasa yang Paling
Disukai
Frekuensi (n) Persen (%)
Manis
Asin
Lain-lain
Asam
Semua Rasa
Pahit
118
43
17
9
6
0
61,1
22,3
8,8
4,7
3,1
0
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 193 responden
pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai rasa manis yaitu
sebanyak 118 anak atau 61,1%.
2) Warna yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Berikut adalah warna yang paling disukai oleh siswa-siswi
kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017,
tertera pada tabel 5.6.
56
Tabel 5.6 Warna yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan
5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun
2017
Warna yang Paling
Disukai
Frekuensi (n) Persen (%)
Hijau
Oranye
Merah
Putih
Semua Warna
Kuning
Lain-lain
Ungu
58
31
28
24
20
17
12
3
30,1
16,1
14,5
12,4
10,4
8,8
6,2
1,6
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 193 responden
pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai warna hijau yaitu
sebanyak 58 anak atau 30,1%.
3) Tekstur yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Berikut adalah tekstur yang paling disukai oleh siswa-siswi
kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017,
tertera pada tabel 5.7.
Tabel 5.7 Tekstur yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan
5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun
2017
Tekstur yang Paling
Disukai
Frekuensi (n) Persen (%)
Halus/Lembut
Renyah
Empuk/Lembek
Semua Tekstur
Berair/Basah
Lain-lain
Kenyal
Kasar
Kering
103
43
17
10
8
4
4
2
2
53,4
22,3
8,8
5,2
4,1
2,1
2,1
1
1
57
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 193 responden
pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai tekstur halus/lembut
yaitu sebanyak 103 anak atau 53,4%.
4) Proses Memasak yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan
5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun
2017
Berikut adalah proses memasak yang paling disukai oleh
siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta
tahun 2017, tertera pada tabel 5.8.
Tabel 5.8 Proses Memasak yang Paling Disukai Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun 2017
Proses Memasak yang
Paling Disukai
Frekuensi (n) Persen (%)
Digoreng
Direbus
Ditumis
Dibakar/Diapanggang
Semua Proses Memasak
Lain-lain
Dikukus
Dipepes
72
52
27
23
12
4
2
1
37,3
26,9
14
11,9
6,2
2,1
1
0,5
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 193 responden
pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai proses memasak
digoreng yaitu sebanyak 72 anak atau 37,3%.
5) Bentuk yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Berikut adalah bentuk yang paling disukai oleh siswa-siswi
kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017,
tertera pada tabel 5.9.
58
Tabel 5.9 Bentuk yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan
5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun
2017
Bentuk yang Paling
Disukai
Frekuensi (n) Persen (%)
Potongan Panjang
Cincang Halus
Lingkaran
Bulat Kecil
Semua Bentuk
Lain-lain
Iris Tipis Pendek
Bulat Besar
Iris Tipis Panjang
Lonjong
39
30
25
24
22
18
15
10
8
2
20,2
15,5
13
12,4
11,4
9,3
7,8
5,2
4,1
1
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 193 responden
pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai bentuk potongan
panjang yaitu sebanyak 39 anak atau 20,2%.
6) Bumbu yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Berikut adalah bumbu yang paling disukai oleh siswa-siswi
kelas 4 dan 5 Madrasah pembangunan UIN jakarta tahun 2017,
tertera pada tabel 5.10.
Tabel 5.10 Bumbu yang Paling Disukai Siswa-Siswi Kelas 4 dan
5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun
2017
Bumbu yang Paling
Disukai
Frekuensi (n) Persen (%)
Cabe Merah
Bawang Merah
Lada Hitam
Semua Bumbu
Cabe Rawit
Bawang Putih
Merica
Lain-lain
37
29
24
17
17
17
12
11
19,9
15
12,4
8,8
8,8
8,8
6,2
5,7
59
Kayu Manis
Bawang Bombay
Daun Mint
Cabe Hijau
Balado
9
9
8
2
1
4,7
4,7
4,1
1
0,5
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari 193 responden
pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017, sebagian besar menyukai bumbu cabe merah
yaitu sebanyak 37 anak atau 19,2%.
5.1.4 Gambaran Karakteristik Lingkungan pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Karakteristik lingkungan merupakan faktor pendukung yang dapat
mempengaruhi preferensi pada anak. Variabel yang termasuk ke dalam
karakteristik lingkungan diantaranya yaitu kesukaan orang tua dalam hal ini
preferensi sayur pada ibu dan ketersediaan sayur di rumah serta di sekolah.
Berikut gambaran karakteristik lingkungan (kesukaan orang tua dan
ketersediaan) berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan analisis data yang
telah dilakukan.
B. Gambaran Kesukaan Orang Tua pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Variabel kesukaan orang tua diukur menggunakan kuesioner
dengan melihat tingkat kesukaan ibu terhadap sayur. Gambaran
distribusi frekuensi kesukaan orang tua pada siswa-siswi kelas 4 dan 5
di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 disajikan dalam
bentuk tabel 5.11 berikut ini.
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Kesukaan Orang Tua pada Siswa-
Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2017
Preferensi Sayur Ibu Frekuensi (n) Persen (%)
Sangat Tidak Suka
Tidak Suka
0
13
0
6,7
Suka
Sangat Suka
47
133
24,4
68,9
60
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 193 responden,
sebagian besar ibu responden sangat menyukai sayur yaitu sebanyak 133
ibu, dengan persentase 68,9%.
C. Gambaran Ketersediaan Sayur di Rumah pada Siswa-Siswi Kelas
4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Gambaran distribusi frekuensi ketersediaan sayur di rumah pada
siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun
2017 disajikan dalam bentuk tabel 5.12 berikut ini.
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sayur di Rumah pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2017
Ketersediaan Sayur di Rumah Frekuensi (n) Persen (%)
Tidak Tersedia
Kadang-Kadang Tersedia
8
89
4,1
46,1
Selalu Tersedia 96 49,7
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari 193 responden,
sebagian besar responden dikategorikan selalu tersedia sayur di rumah
yaitu sebanyak 96 anak dengan persentase 49,7%.
D. Gambaran Ketersediaan Sayur di Sekolah pada Siswa-Siswi Kelas
4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Adapun gambaran distribusi frekuensi ketersediaan sayur di
sekolah pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017 disajikan dalam bentuk tabel 5.13 berikut ini.
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sayur di Sekolah
pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta Tahun 2017
Ketersediaan Sayur di Sekolah Frekuensi (n) Persen (%)
Tidak Tersedia
Kadang-Kadang Tersedia
75
71
38,9
36,8
Selalu Tersedia 47 24,4
61
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa dari 193 responden,
sebagian besar responden dikategorikan tidak tersedia sayur di sekolah
yaitu sebanyak 75 anak dengan persentase 38,9%.
5.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen yang dilakukan dengan menggunakan uji
chi square. Dikatakan berhubungan secara signifikan jika didapatkan nilai p ≤
0,05 dan dikatakan tidak berhubungan secara signifikan jika diperoleh nilai p >
0,05. Adapun hasil analisis bivariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
5.2.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta
Berikut adalah hasil analisis bivariat faktor karakteristik individu yang
terdiri dari variabel jenis kelamin dan pengetahuan sayur dengan preferensi
sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta tahun 2017.
A. Hubungan Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa-
Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta
Hasil analisis bivariat antara variabel jenis kelamin dengan
preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.14
berikut ini.
Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan
Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Jenis
Kelamin
Preferensi Sayur Anak Total
p-
value Tidak
Suka
Suka Sangat
Suka
n (%) n (%) n (%) n (%)
Laki-laki 11
(11,3%)
40
(41,2%)
46
(47,4%)
97
(100%)
0,708
Perempuan 12 34 50 96
62
(12,5%) (35,4%) (52,1%) (100%)
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa responden laki-laki yang
sangat suka sayur sebanyak 46 dari 97 anak (47,7%). Sedangkan
responden perempuan yang sangat suka sayur sebanyak 50 dari 96 anak
(52,1%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar
0,708 (p-value > 0,05), artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin dengan preferensi sayur pada
siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017.
B. Hubungan Pengetahuan Sayur dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta
Hasil analisis bivariat antara variabel pengetahuan sayur dengan
preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.15
berikut ini.
Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Sayur dengan
Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Pengetahuan
Sayur
Preferensi Sayur Anak Total
p-
value Tidak
Suka
Suka Sangat
Suka
n (%) n (%) n (%) n (%)
Kurang
8
(9,6%)
36
(43,4%)
39
(47,0%)
83
(100%)
0,403
Baik 15
(13,6%)
38
(34,5)
57
51,8
110
(100%)
Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa responden yang
pengetahuan sayurnya dikategorikan kurang dan sangat suka sayur
sebanyak 39 dari 83 anak (47,0%) sedangkan responden yang
pengetahuan sayurnya dikategorikan baik dan sangat suka sayur
sebanyak 57 dari 110 anak (51,8%). Dari hasil uji statistik diperoleh
nilai probabilitasnya sebesar 0,403 (p-value > 0,05), artinya pada alpha
5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan sayur
63
dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
5.2.2 Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta
Berikut adalah hasil analisis bivariat faktor karakteristik lingkungan
yang terdiri dari variabel kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah
dan ketersediaan sayur di sekolah dengan preferensi sayur pada siswa-siswi
kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
A. Hubungan Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta
Hasil analisis bivariat antara variabel kesukaan orang tua yang
dilihat dari preferensi sayur ibu dengan preferensi sayur pada siswa-
siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini.
Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Kesukaan Orang Tua dengan
Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Preferensi
Sayur Ibu
Preferensi Sayur
Anak
Total
p-
value
Suka Sangat
Suka
n (%) n (%) n (%)
Tidak Suka 12
(92,3%)
1
(7,7%)
13
(100%)
0,000
Suka 38
(80,9%)
9
(19,1%)
47
(100%)
Sangat Suka 47
(35,3%)
86
(64,7%)
133
(100%)
Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa responden yang ibunya
dikategorikan sangat suka sayur dan anaknya sangat suka sayur juga
sebanyak 86 dari 113 anak (64,7%). Sedangkan responden yang ibunya
dikategorikan suka sayur dan anaknya sangat suka sayur sebanyak 9
64
dari 47 anak (19,1%) dan responden yang ibunya dikategorikan tidak
suka sayur dan anaknya sangat suka sayur sebanyak 1 dari 13 anak
(7,7%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar
0,000 (p-value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang
bermakna antara variabel kesukaan orang tua dengan preferensi sayur
pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017.
B. Hubungan Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur
pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta
Hasil analisis bivariat antara variabel ketersediaan sayur di rumah
dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel 5.17 berikut ini.
Tabel 5.17 Analisis Hubungan antara Ketersediaan Sayur di Rumah
dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Ketersediaan
Sayur di Rumah
Preferensi Sayur
Anak
Total
p-
value
Tidak
Suka
Suka
n (%) n (%) n (%)
Tidak Tersedia 2
(25%)
6
(75%)
8
(100%)
0,004
Kadang Tersedia 17
(19,1%)
72
(80,9%)
89
(100%)
Selalu Tersedia 4
(4,2%)
92
(95,8%)
96
(100%)
Berdasarkan tabel 5.17 diketahui bahwa responden yang
dikategorikan tidak tersedia sayur di rumah dan suka sayur sebanyak 6
dari 8 anak (75,0%). Sedangkan responden yang dikategorikan kadang-
kadang tersedia sayur di rumah dan suka sayur sebanyak 72 dari 89
anak (80,9%) dan responden yang dikategorikan selalu tersedia sayur di
rumah dan suka sayur sebanyak 92 dari 96 anak (95,8 %). Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,004 (p-value ≤ 0,05),
65
artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara
variabel ketersediaan sayur di rumah dengan preferensi sayur pada
siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017.
C. Hubungan Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur
pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta
Hasil analisis bivariat antara variabel ketersediaan sayur di sekolah
dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel 5.18 berikut ini.
Tabel 5.18 Analisis Hubungan antara Ketersediaan Sayur di
Sekolah dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Ketersediaan
Sayur di
Sekolah
Preferensi Sayur Anak Total
p-
value Tidak
Suka
Suka Sangat
Suka
n (%) n (%) n (%) n (%)
Tidak
Tersedia
14
(18,7%)
35
(46,7%)
26
(34,7%)
75
(100%)
0,010
Kadang
Tersedia
4
(5,6%)
24
(33,8%)
43
(60,6%)
71
(100%)
Selalu
Tersedia
5
(10,6%)
15
(31,9%)
27
(57,4%)
47
(100%)
Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa responden yang
dikategorikan tidak tersedia sayur di sekolah dan sangat suka sayur
sebanyak 26 dari 75 anak (34,7%). Sedangkan responden yang
dikategorikan kadang-kadang tersedia sayur di sekolah dan sangat suka
sayur sebanyak 43 dari 71 anak (60,6%) dan responden yang
dikategorikan selalu tersedia sayur di sekolah dan sangat suka sayur
sebanyak 27 dari 47 anak (57,4%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai
probabilitasnya sebesar 0,010 (p-value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5%
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel ketersediaan sayur di
sekolah dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
66
7 BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki kelemahan yang menjadi keterbatasan peneliti.
Keterbatasan dalam penelitian ini diharapkan dapat dilakukan perbaikan pada
penelitian selanjutnya. Keterbatasan pada penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat
melakukan wawancara terstruktur secara langsung kepada responden secara satu-
persatu, melainkan hanya penyebaran kuesioner yang diisi langsung oleh
responden dan dibawa pulang untuk diisi oleh ibu dari responden. Sehingga hasil
penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran dan pemahaman responden dalam
mengisi kuesioner serta kemungkinan terjadi bias untuk kuesioner ibu responden
karena cara pengisian kuesioner hanya berdasarkan membaca petunjuk pengisian
kuesioner yang tertera pada lembar pertanyaan bukan dari penjelasan langsung.
Selain itu, pada pengukuran variabel karakteristik makanan yang terdiri dari
penilaian terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu,
peneliti tidak menanyakan bahwa responden menyukai sayur-sayur yang
tercantum untuk diujikan berdasarkan masing-masing karakteristik makanan
secara satu persatu, melainkan secara kesuluruhan sayur.
6.2 Gambaran Preferensi Sayur
Food preferences atau preferensi pangan didefinisikan sebagai derajat suka
atau tidak suka terhadap suatu pangan (Pilgrim, 1957 dalam Sijtsema et al., 2002).
Maka preferensi sayur dapat diartikan sebagai derajat suka atau tidak suka
terhadap sayur. Preferensi sering digunakan untuk merujuk pada penilaian afektif
(keinginan atau tidak menyukai) sejumlah jenis pangan. Sama halnya dengan
definisi Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al. (2002), bahwa preferensi
pangan adalah fenomena yang terletak dalam domain afektif dan dapat terwujud
secara independen dari konsumsi. Telah terbukti bahwa preferensi makanan
merupakan salah satu prediktor tunggal terkuat dari pemilihan makanan dan
penerimaan makanan (Meiselman, 1986 dalam Sijtsema et al., 2002). Kebiasaan,
preferensi dan perilaku makan yang dimiliki sejak balita dan usia prasekolah
67
mempengaruhi kebiasaan makan di kemudian hari beserta status kesehatan
selanjutnya (Brown, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 diperoleh bahwa sebagian besar responden
sangat menyukai sayur, yaitu sebesar 49,7% (Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi
Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017). Namun tetap ada responden yang masih
tidak menyukai sayur yaitu sebesar 11,9%. Preferensi sayur yang dijelaskan dalam
penelitian ini akan dimungkinkan berbeda dengan yang dikatakan preferensi sayur
pada penelitian lainnya, karena cara ukurnya pun berbeda. Pada penelitian ini
melihat sayur berdasarkan sejumlah sayur-sayur yang diujikan dari hasil studi
pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya pada sejumlah 30 responden kelas
4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
Dalam hal mengukur preferensi sayur pada penelitian ini mengujikan 16
sayur berdasarkan 12 masakan yang paling sering dikonsumsi. Alasan mengujikan
sayur-sayur tersebut berdasarkan masakan yang sering dikonsumsi karena pada
umumnya masyarakat Indonesia makan sayur-mayur dalam bentuk masakan, tidak
memakannya langsung ataupun hanya satu jenis sayuran dalam bentuk mentah.
Terlebih bagi anak-anak, jenis masakan pada sayur tertentu akan mempengaruhi
preferensinya. Satu jenis sayur yang sama akan terjadi tingkat kesukaan yang
berbeda karena dipengaruhi oleh masakannya. Nama-nama sayur yang diujikan
pada penelitian ini yaitu brokoli, bayam, timun, putren (jagung muda), kentang,
buncis, wortel, kacang panjang, kacang tanah, kol, labu, taoge, kangkung, jagung,
buah melinjo dan daun melinjo. Sayur-mayur tersebut dapat mewakili berbagai
jenis sayuran, yaitu jenis sayuran buah seperti timun dan labu; jenis sayuran bunga
seperti brokoli; jenis sayuran kacang-kacangan seperti kacang panjang, buncis dan
kacang tanah; jenis sayuran daun seperti bayam, kangkung, kol dan daun melinjo;
jenis sayuran akar atau umbi seperti kentang dan wortel; jenis sayuran tunas
seperti taoge.
Pada penelitian ini, kentang termasuk kepada jenis sayuran, karena
berdasarkan teori yang digunakan menyatakan bahwa kentang memiliki dua
68
fungsi, yaitu sebagai sumber karbohidrat dan sebagai sayuran. Namun walaupun
kentang termasuk kepada jenis sayuran, tetapi ada fungsi atau kandungan yang
berbeda antara kentang dengan jenis sayuran lainnya. Misalnya pada klorofil.
Pigmen ini akan menghasilkan warna hijau pada tumbuhan. Klorofil digunakan
sebagai alat untuk melakukan anabolisme pada tumbuhan. Warna hijau ini
menentukan kesegaran pada tumbuhan (kecuali beberapa tumbuhan seperti
wortel). Akan tetapi berbeda pada kentang. Pada awal panen, kentang tidak
berwarna hijau. Namun, setelah terkena cahaya matahari, klorofil akan terbentuk
dan kentang menjadi berwarna hijau. Warna hijau pada kentang sangatlah beracun
(Solonin). Racun ini memiliki rasa pahit dan sulit dihilangkan. Selain itu, ada
perbedaan kandungan karbohidrat pada kentang dengan sayuran lain. Sayuran
cenderung rendah karbohidrat, namun kentang memiliki karbohidrat yang cukup
tinggi dibandingkan sayuran lainnya.
Penelitian ini menunjukkan urutan sayur pada masakan yang paling disukai
dan paling banyak dihabiskan oleh responden saat memakannya yaitu krim sup
jagung (76,7%), jagung pada sayur bayam (70,5%), jagung pada sayur asem
(69,4%), bayam pada sayur bayam (67,4%), kentang pada soto Betawi (67,4%),
wortel pada capcay (66,8%), jagung pada gado-gado (66,3%) dan tumis kangkung
(60,6%). Sedangkan urutan sayur pada masakan yang paling tidak disukai dan
sama sekali tidak mau memakannya yaitu, daun melinjo pada sayur asem (57%),
buah melinjo pada sayur asem (56,5%), labu pada sayur asem (39,9%), tumis
taoge (35,2%) dan kacang tanah pada sayur asem (34,2%). Dapat disimpulkan
bahwa nama sayur yang paling disukai responden penelitian ini adalah jagung,
bayam, kentang, wortel dan kangkung. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui
juga bahwa jagung disukai oleh responden dengan berbagai jenis olahan
masakannya.
Hampir sama dengan penelitian Sophia dan Madanijah (2014) sebelumnya
di Kota Bogor bahwa bayam, wortel, kangkung dan jagung masuk ke dalam
sepuluh sayur yang paling disukai oleh anak-anak sekolah dasar di Kota Bogor.
Hanya sedikit berbeda bahwa kentang tidak termasuk ke dalamnya, tapi bisa
dikarenakan oleh kentang tidak diteliti dalam penelitian tersebut. Disamping hal
69
tersebut, lebih dari setengah responden tidak menyukai daun melinjo (57%) dan
buah melinjo (56,5%), walaupun kedua jenis sayur ini selalu ada pada masakan
yang sering dikonsumsi, yaitu sayur asem, tapi kebanyakan dari responden tidak
mau menghabiskan atau menyisihkan daun melinjo dan buah melinjo. Hanya ada
13% responden yang selalu menghabiskan daun melinjo dan 15,5% selalu
menghabiskan buah melinjo pada masakan sayur asem. Selebihnya, kadang
dihabiskan kadang tidak (20,2% dan 19,2%), mau makan kalau terpaksa (9,8%
dan 8,8%), atau bakhan tidak mau makan sama sekali (57% dan 56,5%).
Namun jika dilihat pada urutan pertama yang paling disukai adalah krim sup
jagung, berdasarkan wawancara pada saat penelitian, diketahui bahwa krim sup
jagung yang dikonsumsi ada yang membuat atau mengolah sendiri, ada juga yang
konsumsi krim sup jagung instant yang tersedia di pasaran. Sehingga
dimungkinkan jagung yang dikonsumsi pada krim sup jagung tersebut tidak segar
dan perlu diperhatikan jumlah konsumsinya karena dikhawatirkan adanya
kandungan natrium yang berlebihan pada krim sup jagung yang instant.
Dari data hasil penelitian dapat diketahui bahwa preferensi sayur yang
dikategorikan suka sayur lebih banyak daripada yang tidak suka sayur. Namun
dari angka tersebut juga dapat dilihat masih ada responden tidak menyukai sayur
(11,9%) bahkan berdasarkan hasil analisis juga masih ada responden yang sama
sekali tidak mau makan beberapa jenis sayuran dan hanya mau makan sayuran
tertentu yang familiar. Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan preferensi sayur pada anak usia dini i. Karena preferensi makanan
anak-anak dibentuk melalui pengalaman terhadap makanan sejak dini, dan praktik
pemberian makan anak oleh orang tua adalah pembentuk utama dari pengalaman
awal makan anak (Birch, 1998). Begitu juga dengan preferensi terhadap sayur.
Penelitian Nicklaus et al. (2004) menujukkan adanya konsistensi preferensi
terhadap makanan saat anak-anak, remaja dan dewasa awal, salah satunya adalah
preferensi sayur.
Upaya meningkatkan preferensi sayur pada anak harus dilakukan dari
berbagai faktor, sesuai dengan teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et
al. (2002), bahwa faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap suatu
70
jenis pangan dibagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan karakteristik individu seperti
jenis kelamin dan pengetahuan; karakteristik makanan seperti rasa, warna, tekstur,
cara memasak, bentuk dan bumbu sayur itu sendiri; dan karakteristik lingkungan
dari anak tersebut seperti ketersediaan sayur di lingkungannya dan preferensi
sayur orang tuanya.
6.3 Proporsi Karakteristik Makanan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Karakteristik makanan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi preferensi, beberapa penelitian sudah banyak yang
membuktikannya. Suatu makanan dianggap memenuhi selera atau tidak, bisa
tergantung dari sifat fisiknya, karena reaksi indera rasa terhadap makanan sangat
berbeda dari orang ke orang (Suhardjo, 1986). Kombinasi dan variasi dari rupa,
rasa, warna dan bentuk (konsistensi) makanan akan mempengaruhi nafsu makan
anak-anak. Cara menghidangkan atau menghias suatu hidangan, macam alat yang
dipakai dan temperatur hidangan tersebut akan berpengaruh pula pada nafsu
makan anak-anak. Oleh karena itu, seluruh komponen dari karakteristik makanan
pasti menjadi faktor yang penting dalam pemilihan makanan pada anak-anak,
termasuk juga dalam preferensi sayur.
Pada penelitian ini karakteristik makanan yang diteliti adalah mengenai
penilaian responden terhadap rasa, warna, tekstur, proses memasak, bentuk dan
bumbu. Jika dilihat secara keseluruhan penilaian terhadap karakteristik makanan
tersebut, sebesar 60,6% responden menyatakan penting untuk memperhatikan
karakteristik makanan dalam menyukai sayur, selebihnya sebanyak 39,4%
menyatakan tidak penting. Selanjutnya akan dibahas keterkaitan antara penilaian
terhadap masing-masing karakteristik makanan yang terdiri dari rasa, warna,
tekstur, proses memasak, bentuk dan bumbu dengan preferensi sayur secara rinci.
6.4.1 Proporsi Penilaian Rasa dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Pada sebagian orang mungkin lebih memilih makanan berdasarkan
respon yang kuat terhadap stimulus eksternal seperti penglihatan atau cita
rasa daripada sinyal internal yang berupa rasa lapar (Gibney, et al., 2009
71
dalam Suswanti, 2013). Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan
utama bagi seseorang untuk suka dan tidak suka terhadap makanan. Atribut
sensori seperti (rasa, warna, tekstur dan bentuk) dapat berkontribusi dengan
preferensi makanan individu. Namun kepekaan terhadap atribut sensoris
berkaitan dengan fungsi fisiologis organ tubuh. Fungsi fisiologis ini
berkaitan pula dengan usia, umumnya penurunan fungsi fisiologis akan
mempengaruhi pemilihan makanan terutama pada usia lanjut
Preferensi makanan anak-anak sering dipandu oleh rasa. Rasa tertentu
seperti manis dan gurih akan mendorong anak untuk menyukai salah satu
jenis makanan (Proverawati, Prawirohartono dan Kuntjoro, 2008). Penelitian
Lakkakula (2011) menunjukkan bahwa anak-anak lebih memilih buah
dibandingkan dengan sayuran karena preferensi pada anak-anak lebih
cenderung pada rasa manis. Anak-anak tidak menyukai sayur karena rasanya
yang pahit (Khoirina, dkk., 2015). Penelitian Sucihatiningsih, dkk. (2009),
menunjukkan bahwa semua responden dianggap sepakat mengenai atribut
rasa, aroma dan tekstur pada produk olahan pangan sebagai faktor yang
dipertimbangkan dalam memilih produk olahan pangan.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini bahwa hampir seluruh
responden, yaitu sebanyak 94,3%, menyatakan bahwa penting untuk
mempertimbangkan rasa dalam memilih dan menyukai sayur. Sedangkan
5,7% yang lainnya menyatakan tidak penting. Perbedaan jenis kelamin dalam
indera telah dilaporkan di beberapa penelitian Tilgner dan Barylko-Pilielna
(1959) dalam Weaver (1998) bahwa wanita memiliki sensitivitas yang lebih
tinggi dibandingkan laki-laki untuk manis dan asin tapi kurang selera untuk
asam dan tidak ada perbedaan antara jenis kelamin untuk kepahitan. Gilbert
dan Wysocki, 1987 dalam Weaver (1998) menyatakan bahwa dalam sebuah
survei di seluruh dunia oleh National Geographic Society, ditemukan bahwa
perempuan merasakan aroma lebih akut daripada laki-laki.
Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan bahwa perempuan lebih
banyak yang menyatakan penting untuk mempertimbangkan rasa, yaitu
sebanyak 93 orang atau 96,9%, sedangkan laki-laki yang menyatakan penting
72
dalam mempertimbangkan rasa dalam menyukai sayur sebanyak 89 orang
atau 91,8%. Selebihnya menyatakan tidak penting. Namun jika dilihat
hubungan antara jenis kelamin dengan penilaian rasa, tidak terdapat
hubungan antara keduanya (p-value = 0,221). Hal ini kemungkinan
dikarenakan rata-rata respoden menyatakan penting dalam
mempertimbangkan rasa (94,3%), dibandingkan yang menyatakan tidak
penting (5,7%). Sehingga bisa dikatakan homogen dan dapat mempengaruhi
hasil analisis.
Jika dilihat berdasarkan rasa yang paling disukai dari seluruh
responden, paling banyak respoden yang menyukai rasa manis. Sebanyak
118 atau 61,1% responden menyukai rasa manis, selebihnya secara berturut-
turut 43 responden (22,3%) menyukai rasa asin, 9 responden (4,7%)
menyukai rasa asam, 6 (3,1%) responden menyukai semua rasa dan 17
responden (8,8%) menyukai rasa lain-lain, yaitu rasa pedas, gurih, dan
hambar yang termasuk ke dalamnya. Tidak ada yang menyukai rasa pahit.
Selanjutnya setelah dilakukan analisis terhadap sayuran yang paling disukai
responden, didapatkan hasil bahwa urutan sayur yang paling disukai dan
paling banyak dihabiskan saat memakannya adalah jagung, baik jagung pada
krism sup (76,7%), jagung pada sayur bayam (70,5%), dan jagung pada sayur
asem (69,4%). Hal tersebut memang sesuai bahwa sayur yang paling disukai
adalah jagung, karena rasa jagung adalah manis. Terlebih jika dilihat dari
jenis masakannya, ketiganya adalah jagung yang direbus karena rasa jagung
yang direbus lebih manis daripada jagung yang diolah dengan cara lain.
Misalnya jagung yang dibakar cenderung akan terasa pahit. Sesuai dengan
penelitian Khoirina et al. (2015) bahwa anak-anak tidak menyukai sayur
karena rasanya yang pahit. Oleh karena itu, hampir seluruh responden
mempertimbangkan bumbu yang mempengaruhi rasa dalam memasak sayur,
bahkan sangat jarang ada anak yang mau makan sayur secara langsung tanpa
dimasak atau tidak dibumbui.
Responden masih memiliki fungsi fisiologis (yang dapat
mempengaruhi indera pengecap) masih baik, maka lebih baik jika rasa tetap
73
diperhatikan karena biasanya pada usia anak-anak, perbedaan perhatian
terhadap rasa lebih disebabkan karena perbedaan selera, misalnya lebih
menyukai rasa manis, asin, maupun gurih. Biasanya rasa berkaitan dengan
bumbu makanan. Seseorang yang lebih menyukai rasa asin atau manis
cenderung menambahkan bumbu seperti garam atau gula pada makanannya
atau seseorang yang lebih menyukai rasa gurih cenderung menambahkan
bumbu seperti penyedap pada makanannya. Hal ini tetap harus diperhatikan
karena dengan penambahan bumbu yang berlebihan untuk menciptakan rasa
yang sesuai selera, misalnya sebagai contoh pada penelitian ini diperoleh
hasil bahwa rasa yang paling disukai adalah manis dan asin, maka perlu
diperhatikan takarannya karena penambahan gula yang berlebihan dapat
menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya penyakit diabetes atau
penambahan garam yang berlebihan juga menjadi salah satu faktor
pendorong terjadinya hipertensi saat usia lanjut.
6.4.2 Proporsi Penilaian Warna dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Warna juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan
makanan. Kombinasi dan variasi dari rupa, rasa, warna dan bentuk
(konsistensi) makanan akan mempengaruhi nafsu makan anak. Cara
menghidangkan atau menghias suatu hidangan akan berpengaruh pula pada
nafsu makan anak. Anak akan kehilangan selera bila ia mendapat hidangan
sop yang sudah dingin atau pucat, dalam tempat makan yang kurang menarik
atau dalam piring yang tidak disukai (Suhardjo, 1989).
Hasil analisis statistik menunjukkan responden yang menyatakan
bahwa warna penting untuk mempertimbangkan sayur yang disukai lebih
banyak daripada yang menyatakan tidak penting. Sebanyak 166 responden
atau 86% responden menyatakan penting dan sebanyak 27 responden atau
14% lainnya menyatakan tidak penting.
Hasil penelitian (Suswanti, 2013) menyatakan bahwa ada hubungan
antara jenis kelamin dengan pemilihan makanan dan bila dilihat
kecenderungannnya wanita memberikan perhatian yang lebih besar kepada
74
warna makanan. Hal tersebut dapat terlihat bahwa wanita lebih banyak
menganggap variabel warna penting dalam pemilihan makanan dibandingkan
laki-laki. Namun pada penelitian ini laki-laki dan perempuan yang
menyatakan bahwa warna penting untuk memilih dan menyukai sayur
jumlahnya sama, dua-duanya memiliki persentase 50%. Berbeda dengan hasil
analisis penilaian warna, dilakukan juga analisis untuk kemudian dilihat
hubungan antara warna-warna yang diujikan (merah, kuning, hijau, putih,
ungu, dll) dengan jenis kelamin, hasilnya terdapat hubungan yang bermakna
(p-value = 0,043). Adanya hubungan tersebut dikarenakan terdapat banyak
variasi antara laki-laki dan perempuan dalam menyukai warna sayur.
Hasil analisis menunjukkan urutan warna dari yang paling disukai,
yaitu sebanyak 58 responden (30,1%) menyukai warna hijau, 31 responden
(16,1%) menyukai warna oranye, 28 responden (14,5%) menyukai warna
merah, 24 responden (12,4%) menyukai warna putih, 20 responden (10,4%)
menyukai semua warna, 17 responden (8,8%) menyukai warna kuning, dan 3
responden (1,6%) menyukai warna ungu. Sisanya 12 responden (6,2%)
menyatakan bahwa mereka menyukai warna lain-lain seperti cokelat, warna
segar, pink, biru dan bening. Warna yang paling disukai oleh responden
adalah warna hijau, karena memang pada umumnya warna sayur yang
kebanyakan dikonsumsi adalah warna hijau. Begitupun jika dilihat
berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, urutan pertama warna
yang paling disukai adalah sama-sama warna hijau. Sebanyak 33 responden
(56,9%) laki-laki menyukai sayur warna hijau dan sebanyak 25 responden
(43,1%) perempuan menyukai sayur warna hijau. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian ini bahwa sayur bayam adalah termasuk salah satu masakan
yang tersering dan terbanyak dikonsumsi.
Setelah melihat hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemilihan
sayur pada anak-anak dapat dipengaruhi oleh warna sayur itu sendiri. Karena
baik anak laki-laki ataupun perempuan menyatakan warna-warna tertentu
adalah hal yang penting dalam memilih sayur. Dengan begitu, diharapkan
75
agar preferensi sayur pada anak-anak bisa meningkat dengan cara dirangsang
atau disediakan sayur dengan warna yang menarik dan bervariasi.
6.4.3 Proporsi Penilaian Tekstur dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Tidak hanya rasa dan warna yang mempengaruhi preferensi sayur pada
anak-anak, tekstur merupakan salah satu hal yang diperhatikan oleh anak-
anak untuk memilih dan menyukai makanan. Tekstur/Konsistensi makanan
juga merupakan komponen yang turut menentukan cita rasa makanan, karena
sensitivitas panca indera rasa dipengaruhi oleh konsistensi makanan. Tekstur
meliputi rasa garing, keempukan dan kekerasan makanan yang akan
dirasakan oleh indera pengecap. Makanan yang berkonsistensi padat atau
kenyal akan memberikan rangsangan lambat terhadap panca indera. Tekstur
makanan untuk anak-anak dan dewasa berbeda. Makanan yang disiapkan
untuk anak-anak perlu dirubah agar memperoleh kesan yang menyenangkan
pada waktu mengunyah dan memakannya (Suhardjo, 1986).
Hasil analisis statistik menunjukkan responden yang menyatakan
variabel tekstur merupakan hal yang penting dalam memilih/menyukai sayur
lebih banyak yaitu 146 (75,6%) responden dibandingkan dengan responden
yang menganggap variabel tekstur tidak penting yaitu sebanyak 47 (24,4%).
Berdasarkan hasil penelitian Khoirina et al. (2015) ditemukan bahwa anak-
anak menyukai makanan yang memiliki tekstur lembut. Hal tersebut sejalan
dengan hasil yang ditemukan pada penelitian ini bahwa tekstur yang paling
disukai oleh anak-anak adalah lembut/halus. Jika dilihat dari persentasenya,
tekstur yang paling disukai responden secara berturut-turut yaitu
lembut/halus sebanyak 103 (53,4%) responden, renyah sebanyak 43 (22,3%)
responden, empuk/lembek sebanyak 17 (8,8%) responden, menyukai semua
tekstur sebanyak 10 (5,2%) responden, berair/basah sebanyak 8 (4,1%)
responden, kenyal sebanyak 4 (2,1%) responden, kering dan kasar masing-
masing sebanyak 2 (1%) responden, dan selebihnya menyukai tekstur
lainnya, seperti encer, berminyak dan keras sebanyak 4 (2,1%) responden.
76
Bila dilihat hubungannya responden yang menganggap tekstur
merupakan variabel yang penting dalam pemilihan sayur dan responden
tersebut menyukai sayur lebih tinggi yaitu sebanyak 75 (51,4%) responden
dibandingkan dengan responden yang menganggap tekstur merupakan
variabel yang tidak penting dalam pemilihan sayur yaitu hanya 23 (48,9%)
responden. Kemudian hal tersebut juga yang dimungkinkan menjadi adanya
keterkaitan antara tekstur dengan jenis masakan sayur yang sering
dikonsumsi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tekstur yang paling disukai
adalah halus/lembut dan hasil analasis juga ditemukan bahwa paling banyak
disukai dan selalu dihabiskan ketika memakannya adalah krim sup jagung
dengan persentase 76,7%.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi hubungan variabel penilaian
tekstur adalah faktor usia, karena variabel usia lebih berpengaruh terhadap
tekstur makanan. Hal ini akan berbeda jika variabel usia bersifat heterogen,
terutama jika usia remaja dan lansia diikutsertakan pada penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian Suswanti (2013) diketahui bahwa kesukaan
remaja terhadap makanan adalah menyukai makanan yang memiliki tekstur
garing/renyah karena pada umumnya fungsi fisiologis pada rongga mulut
usia remaja masih sempurna. Sedangkan pada usia lansia mulai banyak gigi
yang tanggal serta terjadi kerusakan gusi karena proses degenerasi. Hal
tersebut sangat mempengaruhi proses pengunyahan. Lansia akan kesulitan
untuk mengkonsumsi makanan yang berkonsistensi keras akibatnya lansia
akan lebih memperhatikan pemilihan makanannya (Fatmah, 2010).
Variabel usia pada penelitian ini bersifat homogen dalam arti responden
secara keseluruhan memiliki usia yang hampir sama dimana masih tergolong
usia anak-anak rentang usia sepuluh sampai duabelas tahun. Walaupun
sebagian besar responden lebih banyak menganggap variabel tekstur penting
dalam pemilihan sayur, namun tekstur tidak berhubungan terhadap preferensi
sayur mereka (p-value = 0,902), kemungkinan disebabkan karena skala
“penting” dalam hal tekstur pada fase anak-anak adalah lebih kepada
kesukaan mereka terhadap makanan yang memiliki tekstur lembut, karena
77
pada umumnya fungsi fisiologis pada rongga mulut usia anak-anak lebih
familiar dengan makanan yang lembut/halus.
Jika dihubungkan dengan proses pengolahannya, sayur yang memiliki
tekstur lembut atau halus adalah sayur yang dimasak dengan cara direbus
atau melalui proses memasak yang lama. Sehingga hal tersebut perlu
diperhatikan agar sayur yang disediakan untuk anak-anak sesuai dengan
tekstur yang diharapkan namun tidak mengurangi/merusak zat gizi yang
terkandung di dalamnya. Karena sayur yang dimasak terlalu lama akan
mengurangi zat gizi yang ada pada sayur tersebut.
6.4.4 Proporsi Penilaian Proses Memasak dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta
Proses memasak merupakan faktor yang sangat menentukan preferensi
sayur pada anak-anak. Jenis masakan sayur dapat menentukan preferensi
seseorang terhadap sayur tertentu, karena pada umumnya masyarakat
Indonesia makan sayur-mayur dalam bentuk masakan, tidak memakannya
langsung ataupun hanya satu jenis sayuran dalam bentuk mentah.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang menyatakan
bahwa proses memasak adalah variabel yang penting dalam
pemilihan/menyukai sayur jauh lebih banyak yaitu 176 (91,2%)
dibandingkan dengan responden yang menyatakan tidak penting yaitu hanya
17 (8,8%).
Jika dilihat berdasarkan proses yang paling disukai dari responden,
masakan yang digoreng adalah masakan yang paling disukai. Sebanyak 72
(37,3%) responden menyukai masakan yang digoreng, sebanyak 52 (26,9%)
responden menyukai masakan direbus, 27 (14%) responden menyukai
masakan ditumis, 23 (11,9%) responden menyukai masakan
dibakar/dipanggang dan selebihnya menyebar pada proses memasak dikukus,
dipepes dan diulek. Ada juga yang menyukai semua jenis proses memasak
yaitu sebanyak 12 (6,2%) responden.
78
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa ada 91 (51,7%) responden
yang menyatakan bahwa proses memasak adalah variabel yang penting untuk
mempertimbangkan sayur dan responden tersebut menyukai sayur,
sedangkan yang menyatakan tidak penting hanya ada 7 (41,2%) responden.
Jika dilihat berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa masakan yang paling
disukai adalah masakan yang direbus, seperti krim sup jagung, sayur bayam
dan sayur asem. Namun karena responden lebih banyak yang menyukai
proses memasak digoreng daripada direbus, memang betul bahwa saat dilihat
pada wortel yang selalu dihabiskan oleh responden adalah wortel yang
dimasak dengan cara ditumis yaitu pada masakan capcay (66,8%) daripada
yang direbus atau pada masakan sayur sop (62,7%). Proses memasak ditumis
hampir mirip dengan proses memasak digoreng sehingga dapat
mempengaruhi angka tersebut.
Melihat kondisi tersebut, perlu ada kreasi dalam penyajian sayur-mayur
kepada responden dalam hal proses memasak. Karena kebanyakan responden
lebih menyukai proses masakan yang digoreng, sayur-mayur yang
dihidangkan kepada anak-anak dikreasikan dalam bentuk gorengan dengan
tidak mengurangi rasa atau kandungannya, misalnya ditumis atau dibuat
nugget. Jika dihubungkan dengan teori hidden vegetable, peneliti sudah
mengobservasi bahwa sudah banyak produk hidden vegetable yang tersedia
di pasaran, seperti contohnya siomay isi sayuran yang sudah dibekukan.
Siomay tersebut bisa diolah dengan cara digoreng maupun direbus. Selain itu
juga sudah ada inovasi sayuran yang dibuat nugget. Disamping itu, karena
proses memasak yang paling disukai adalah digoreng, maka perlu
diperhatikan juga dampak kesehatan yang akan ditimbulkan jika terlalu
banyak ataupun terlalu sering konsumsi masakan yang digoreng. Sehingga
perlu dipantau batas asupan yang masih aman untuk dikonsumsi.
6.4.5 Proporsi Penilaian Bentuk dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Sama halnya dengan variabel penilaian karakteristik makanan lainnya,
pada penelitian ini responden yang menyatakan bahwa bentuk adalah hal
79
yang penting dalam preferensi lebih banyak yaitu sebanyak 168 (87%)
responden dibandingkan dengan responden yang menyatakan bentuk adalah
variabel yang tidak penting yaitu hanya 25 (13%) responden. Jika dilihat
berdasarkan hubungannya dengan preferensi sayur, responden yang
menyatakan penting dan responden tersebut suka sayur sebesar 48,8%
sedangkan responden yang menyatakan tidak penting dan responden tersebut
suka sayur sebesar 64%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa rata-rata
responden menyukai sayur dengan tidak mementingkan bentuknya. Karena
bentuk dasar sayur sangat beragam. Namun jika dibentuk secara menarik saat
proses memasaknya, maka akan lebih baik lagi untuk meningkatkan
preferensi sayur pada anak-anak tersebut.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa bentuk potongan sayur yang
paling disukai anak-anak adalah potongan panjang. Jika diurutkan
berdasarkan tiga bentuk yang paling disukai responden adalah potongan
panjang sebanyak 39 (20,2%), cincang halus sebanyak 30 (15,5%) responden
dan lingkaran sebanyak 25 (13%) responden. Selebihnya tersebar pada
bentuk-bentuk yang disukai lainnya seperti bulat kecil, bulat besar, iris tipis
pendek, iris tipis panjang, lonjong, dll. Ada juga yang menyukai seluruh
bentuk yang ada yaitu sebanyak 22 (11,4%) responden.
Sayur-mayur memiliki bentuk yang sangat beragam dan tidak
beraturan. Biasanya disajikan tidak dengan mengkhususkan bentuk-bentuk
tertentu untuk menarik perhatian, tergantung dari orang yang memasaknya.
Menurut Suhardjo (1986), bentuk makanan untuk anak-anak dan dewasa
berbeda. Makanan yang disiapkan untuk anak-anak perlu dirubah agar
memperoleh kesan yang menyenangkan pada waktu memakannya. Rata-rata
anak menginginkan bentuk yang menarik, seperti misalnya dibentuk menjadi
sebuah karakter dan sebagainya. Oleh karena itu, penyajian sayur yang
menarik dapat menjadi cara untuk meningkatkan preferensi sayur pada anak-
anak.
80
6.4.6 Proporsi Penilaian Bumbu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Bumbu merupakan hal yang penting juga terhadap preferensi sayur
pada anak-anak. Bumbu sangat berkaitan dengan rasa karena bumbu dapat
menghasilkan rasa pada makanan. Jumlah responden yang mengangap
variabel bumbu merupakan hal yang penting terhadap preferensi sayur lebih
banyak yaitu sebanyak 166 (86%) repsonden dibandingkan dengan yang
menganggap tidak penting sebanyak 27 (14%) responden. Bila dilihat
hubungannnya responden yang menganggap bumbu merupakan variabel
penting dan responden tersebut menyukai sayur yaitu sebanyak 88 (53%)
dibandingkan yang menganggap bumbu merupakan variabel yang tidak
penting dalam preferensi sayur yaitu sebanyak 10 (37%). Biasanya bumbu
lebih dikaitkan dengan selera terhadap rasa. Orang yang menyukai rasa
asin/manis cenderung menambahkan garam/gula kedalam makanannya.
Sementara respon seseorang terhadap rasa tertentu tergantung pada
perbedaan genetik misalnya beberapa orang merupakan orang yang dapat
merasakan perbedaan kecil dalam rasa. Kesukaan terhadap rasa tertentu juga
dipengaruhi oleh budaya dan proses belajar dari pengalaman masa lalunya
ataupun pengaruh orang-orang terdekat (Wade, 2008).
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa bumbu yang paling disukai
anak-anak adalah cabe merah. Jika diurutkan berdasarkan tiga bumbu yang
paling disukai responden adalah cabe merah sebanyak 37 (19,2%), bawang
merah sebanyak 29 (15%) responden dan lada hitam sebanyak 24 (12,4%)
responden. Selebihnya tersebar pada bumbu-bumbu yang disukai lainnya
seperti cabe rawit, bawang putih, merica, kayu manis, bawang bombay, daun
mint, cabe hijau, balado, garam, penyedap, jahe, dll. Ada juga yang
menyukai seluruh bumbu yang ada yaitu sebanyak 11 (5,7%) responden.
Penelitian ini lebih difokuskan pada sayur, pada umumnya rasa dasar
dari sayur adalah hambar dan pahit, kemudian selanjutnya tergantung dari
bumbu yang diberikan pada masakan sayur tersebut. Seperti pada teori
dasarnya bahwa setiap jenis masakan sudah ditentukan jenis bumbu yang
81
digunakan dan banyaknya masing-masing jenis bumbu itu. Perbedaanya
hanya pada selera rasa dari masing-masing individu. Selera pada anak-anak
biasanya dipengaruhi oleh lingkungannya, misalnya faktor orang tua dan
ketersediaannya. Walaupun akibat dari penggunaan bumbu yang berlebihan
pada masakan tidak dapat dirasakan secara langsung, namun alangkah
baiknya jika hal ini tetap harus diperhatikan karena dengan penambahan
bumbu yang berlebihan untuk menciptakan rasa yang sesuai selera dapat
meningkatkan penyakit degeneratif seperti hipertensi maupun diabetes saat
usia lanjut. Bahkan jika dilihat dari hasil penelitian ini banyak responden
yang menyukai cabe merah, maka perlu diperhatikan juga agar tidak
dikonsumsi secera berlebihan, karena dikhawatirkan akan berdampak pada
lambung ataupun usus anak-anak tersebut. Selain itu, selera anak-anak masih
bisa dibentuk sejak dini dan akan mempengaruhi seleranya saat dewasa,
sehingga lebih baik jika anak dibiasakan mengkonsumsi makanan dengan
bumbu yang sesuai atau tidak berlebihan.
6.4 Hubungan Karakteristik Individu dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
6.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Jenis kelamin adalah perbedaan seseorang berdasarkan ciri biologis
dengan kategori laki-laki dan perempuan (Tiyas, 2009). Jenis kelamin
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi pemilihan makanan
(Sanjur, 2003 dalam Suswanti, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proporsi responden laki-laki yang mengikuti penelitian ini lebih banyak yaitu
sebesar 50,3% dibandingkan perempuan yaitu sebesar 49,7%. Sementara bila
dilihat dari preferensi sayurnya, perempuan cenderung lebih banyak yang
menyukai sayur yaitu dengan persentase 52,1% untuk kategori sangat suka
sayur dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 47,4% untuk kategori sangat
suka sayur. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dengan preferensi sayur (p-value = 0,708).
82
Bila dilihat kecenderungannya perempuan lebih banyak yang menyukai
sayur daripada laki-laki, hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kpodo et al. (2015) bahwa terdapat perbedaan preferensi
terhadap sayur antara anak laki-laki dan perempuan. Selain itu, penelitian
yang dilakukan pada anak SD di London Barat oleh Cooke & Wardle (2005)
membuktikan bahwa anak perempuan lebih menyukai buah (p-value < 0,05)
dan sayuran (p-value = 0,001) daripada anak laki-laki. Namun bila dilihat
dari hasil analisis statistik bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan preferensi sayur (p-value = 0,614), hal tersebut tidak sejalan dengan
penelitian Proverawati & Prawirohartono, Endy P Kuntjoro (2008) yang
membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara sampel laki-
laki dan perempuan dalam hal preferensi terhadap jenis makanan sus isi
sayuran (p-value = 0,014).
Hal tersebut dapat dimungkinkan karena perempuan lebih
memperhatikan penampilan fisik daripada laki-laki. Kepedulian terhadap
penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya
obsesif seperti mengontrol berat badan (Papalia, 2008 dalam Andea, 2010).
Menurut Vink dkk. (2010) dalam Nugraheni (2016) anak perempuan yang
telah melewati masa menarche (rentang usia 10 sampai 16 tahun) akan
mengalami perbedaan masa lemak pada tahun ke 3-4 setelah menarche.
Peningkatan lemak pada tubuh perempuan ini berkaitan dengan perubahan
hormonal. Sesuai dengan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh
Nugraheni (2016) pada anak-anak sekolah dasar yang sudah mengalami
menarche, partisipan merasa bahwa telah mengalami perubahan pada
tubuhnya. Mayoritas partisipan mengungkapkan bahwa merasa pinggulnya
menjadi lebih besar, payudara membesar, mulai muncul rambut di ketiak dan
kemaluan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Andea (2010) bahwa
terdapat hubungan negatif antara body image dengan perilaku diet dengan
nilai r = -0,554, p-value (two tailed) < 0,01. Artinya semakin positif body
image maka intensitas perilaku diet yang dilakukan akan semakin rendah,
dan sebaliknya, semakin negatif body image maka intensitas perilaku diet
yang dilakukan akan semakin tinggi. Selain itu, diperoleh bahwa terdapat
83
perbedaan gambaran tubuh yang signifikan (p-value = 0,006 < α = 0,05)
antara remaja perempuan dan remaja laki-laki.
Hasil penelitian tersebut dapat menggambarkan bahwa perempuan lebih
waspada terhadap perubahan tubuh agar dapat mempertahankan citra
tubuhnya, sehingga perempuan lebih canderung memilih-milih makanan dan
menyukai sayur daripada laki-laki. Oleh karena itu, sangat diharapkan anak
laki-laki lebih memperhatikan pemilihan makanan dan meningkatkan
preferensi sayurnya. Begitupun kepada anak perempuan yang belum
menyukai sayur. Karena dengan kurangnya asupan sayur sebagai sumber
serat, dikhawatirkan akan mengalami masalah yang ditimbulkan akibat
konsumsi yang tidak seimbang, seperti obesitas, konstipasi dan masalah
lainnya.
6.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Tingkat pengetahuan sayur seseorang berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam pemilihan makanan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Khomsan (2000)
dalam (Tiyas, 2009) menambahkan, individu yang memiliki pengetahuan gizi
baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya
dalam pemilihan maupun pengetahuan pangan.
Namun hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan
antara pengetahuan dengan preferensi sayur (p-value = 0,403 atau > 0,05).
Dari 23 responden yang tidak suka sayur, 15 responden diantaranya sudah
memiliki pengetahuan sayur yang baik. Sementara 8 responden lainnya
memiliki pengetahuan sayur yang masih kurang. Jika dilihat berdasarkan
jawaban responden mengenai pertanyaan jenis, manfaat, kandungan, dampak
kekurangan dan menu seimbang terkait sayur, sudah lebih dari setengah
responden menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan benar dan
pengetahuan terkait pertayaan tersebut sudah baik. Dengan persentase secara
berturut-turut 65,3%, 77,2%, 60,6%, 72,5% dan 51,3%.
84
Hal tersebut dapat memudahkan proses penanganan masalah preferensi
sayur yang masih rendah pada responden itu sendiri. Karena pada dasarnya
pengetahuan mengenai sayur sudah diketahui, hanya tinggal penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari agar mau konsumsi atau menyukai sayur.
Sebagaimana pernyataan bahwa salah satu penyebab rendahnya konsumsi
dan preferensi sayur pada anak karena kurangnya pengetahuan dan sikap
mengabaikan pentingnya makan sayur.
Namun terdapat perbedaan pengetahuan sayur pada anak laki-laki dan
perempuan. Karena hasil uji statistik menunjukkan bahwa responden laki-
laki yang dikategorikan memiliki pengetahuan sayur “kurang” lebih tinggi
yaitu sebanyak 46 (47,4%) dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 37
(38,5%). Dilihat dari jumlah responden yang mampu menjawab benar semua
pertanyaan, persentasenya lebih tinggi perempuan daripada laki-laki. Laki-
laki hanya ada 33,3% yang mampu menjawab semua pertanyaan dengan
benar, sedangkan perempuan ada 66,7% yang mampu menjawab semua
pertanyaan dengan benar. Hal tersebut dimungkinkan karena anak
perempuan lebih banyak ingin tahu dan lebih peduli terhadap makanan
dibandingkan laki-laki, disamping kesungguhan dalam menjawab pertanyaan
pada kuesioner. Begitupun jika dibedakan berdasarkan jenis pertanyaannya,
persentase responden yang dikategorikan “kurang” dalam pengetahuan
mengenai jenis, kandungan, manfaat, dampak dan menu seimbang terkait
sayur lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Persentase anak
laki-laki yang dikategorikan kurang pada masing-masing kategori pertanyaan
tersebut secara berturut-turut 53,7%, 52,6%, 52,3%, 58,5% dab 52,1%.
Sehingga dengan kurangnya pengetahuan tersebut, anak laki-laki kurang
memperhatikan makanan yang dimakannya.
Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan preferensi sayur
kemungkinan disebabkan karena pengaruh faktor lain yang lebih besar dari
pada pengaruh pengetahuan. Seperti yang diungkapkan Notoatmodjo (2003)
dalam Suswanti (2013) bahwa perilaku yang tampak pada seseorang
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, faktor eksternal disini
85
dimungkinkan pengaruh orang lain. Masyarakat yang ada pada lingkungan
semua berpartisipasi untuk menjalin hubungan sosial yang bervariasi antar
individu. Hubungan ini melibatkan keluarga, teman sebaya, rekan kerja, dan
orang-orang di berbagai lingkungan yang kita miliki.
Berdasarkan hasil uji analisis crosstab ditemukan bahwa ada perbedaan
signifikan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan anak (p-value = 0,030).
Sebanyak 66 (57,9%) anak memiliki ibu dengan kategori pendidikan terakhir
tinggi dan pengetahuan anak tersebut baik, selebihnya sebanyak 48 (42,1%)
anak memiliki pengetahuan kurang. Pendidikan ibu dan pengetahuan anak
diharapkan bisa menjadi pendorong agar pemilihan makanannya ke arah
yang baik dan preferensi sayurnya meningkat. Sesuai dengan penjelasan
Notoatmodjo (2003) dalam Suswanti (2013) bahwa perilaku merupakan hasil
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dan eksternal
keduanya saling mempengaruhi, dimana respon yang dihasilkan dari kedua
faktor tersebut berbeda pada setiap individu. Dalam hal ini pengetahuan
merupakan salah satu dari variabel faktor internal. Perilaku yang ditampakan
akibat pengaruh pengetahuan akan berbeda-beda karena dipengaruhi pula
oleh faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan, misalnya pendidikan ibu,
sehingga perilaku yang tampak pada seseorang berbeda-beda tergantung dari
faktor yang dominan dari kedua faktor tersebut.
Responden dalam penelitian ini secara keseluruhan memiliki
pengetahuan mengenai sayur yang baik dan diharapkan memiliki preferensi
sayur yang baik pula. Oleh karena itu, akan lebih baik jika memang
pengetahuan yang dimiliki dan perilaku yang baik tersebut dipertahankan
agar menjadi suatu kebiasaan yang baik dalam memilih makanan serta
meningkatkan preferensinya terhadap sayur.
86
6.5 Hubungan Karakteristik Lingkungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-
Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
6.5.1 Hubungan Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada Siswa-
Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Orang tua adalah lingkungan sosial utama pada anak-anak dan memberi
pengaruh yang kuat pada perkembangan preferensi makanan anak-anak
(Skinner et al., 1998). Banyak penelitian yang menguji hubungan antara
preferensi orang tua dan anak-anak. Karena preferensi anak-anak akan mirip
dengan orang tuanya. Anak-anak banyak terpapar oleh makanan yang disukai
oleh orang tuanya dan kemudian mereka akan menyukainya juga. Disamping
itu, orang tua akan menjadi panutan utama dalam preferensi (Bolles, 2014).
Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu, karena pada
umumnya praktik pemberian makanan pada anak-anak lebih sering dilakukan
oleh ibu dibandingkan ayah. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Skinner
et al. (1998b) menunjukkan kesesuaian yang kuat (82,1-83,3%) dari
preferensi makanan antara anak dan anggota keluarga lainnya. Kesamaan
antara makanan yang tidak pernah ditawarkan untuk anak dan tidak disukai
ibu signifikan pada p-value = 0,005, tetapi untuk ayah tidak signifikan.
Berdasarkan penelitian ini, diketahui lebih banyak ibu yang sangat
menyukai sayur yaitu sebanyak 133 (68,9%) ibu dan suka sayur yaitu
sebanyak 47 (24,4%) dibandingkan dengan ibu yang tidak menyukai sayur
yaitu sebanyak 13 (6,7%) ibu. Jika dihubungkan dengan preferensi sayur
pada anak, persentase ibu yang sangat suka sayur dan anaknya sangat suka
sayur juga lebih banyak yaitu 64,7% dibandingkan dengan ibu yang suka
sayur (19,1%) atau sangat tidak suka sayur (7,7%) tetapi anaknya sangat suka
sayur. Berdasarkan angka tersebut dapat diambil kesimpulan memang
preferensi ibu dapat mempengaruhi preferensi anak juga.
Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan adanya hubungan antara
preferensi ibu dengan preferensi anak terhadap sayur (p-value = 0,000). Hal
tersebut sejalan dengan sebuah penelitian meta-analisis dari lima studi
mengungkapkan adanya hubungan signifikan dalam preferensi makanan
87
orangtua dengan anak tapi korelasinya lemah (OR = 0,17) (Borah-giddens
dan Falciglia, 1993). Hubungan preferensi tersebut tidak berlangsung secara
otomatis bahwa dengan ibu menyukai sayur, maka anak akan menyukai
sayur dengan begitu saja. Namun terjadi dengan adanya interaksi ibu dan
anak. Kebiasaan dan perilaku makan orang tua dapat direfleksikan kepada
anaknya (Wardle et al., 2003).
Ibu yang memilih-milih makanan mempengaruhi perilaku pilih-pilih
makanan anak-anak mereka. Seorang anak mungkin akan kurang bersedia
untuk mencoba makanan baru yang ibunya belum pernah merasakannya.
Anak-anak akan kurang menerima makanan asing jika mereka mengamati
perilaku orang tua mereka juga memilih-milih makan. Perilaku ibu akan terus
mempengaruhi perilaku pilih-pilih makanan anak (Carruth dan Skinner,
2000). Daniel dan Jacob (2012) dalam Carruth dan Skinner (2000)
menyatakan anak-anak dengan riwayat keluarga pilih-pilih makanan secara
signifikan lebih cenderung menjadi picky eater.
Preferensi ibu terhadap sayur dapat mempengaruhi ketersediaannya.
Jika ibu tidak menyukai salah satu jenis sayur, maka akan ada kemungkinan
besar bahwa ibu tersebut tidak menyediakan sayur yang tidak disukainya
tersebut. Diasumsikan ketika ibu menyukai sayur tertentu, maka ibu tersebut
akan membeli dan menyediakannya sesuai dengan sayur yang ia sukai.
Bahkan proses memasaknya pun akan sesuai dengan kesukaan ibu. Sehingga
akan terbentuk preferensi pada anak sesuai dengan preferensi ibu.
Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini memang ditemukan bahwa ibu
yang menyukai sayur dan tersedia/menyediakan sayur di rumah lebih tinggi
yaitu sebanyak 55 (54,5%) responden, dibandingkan dengan ibu yang tidak
suka sayur. Oleh karena itu, perlu diperhatikan juga preferensi ibu terhadap
sayur karena akan mempengaruhi preferensi sayur pada anak.
88
6.5.2 Hubungan Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta
Anak-anak tidak siap menerima makanan baru atau takut
terhadap makanan yang baru, biasa disebut dengan neophobia. Hal tersebut
normal pada anak-anak. Biasanya, neophobia dikurangi dengan konsumsi
berulang makanan baru (Birch dan Fisher, 1995). Ketersediaan dan akses
yang mudah terhadap sayuran memiliki hubungan positif dengan penerimaan
dan konsumsi sayuran pada anak. Makanan yang sering tersedia di
lingkungan mereka dan mudah diakses akan membuat anak menyukai dan
sering mengkonsumsi makanan tersebut (Widiyastuti, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa responden
menyatakan tersedia sayur di rumah dalam waktu satu minggu terakhir yaitu
sebanyak 96 (49,7%) respoden, responden yang menyatakan kadang-kadang
tersedia sayur di rumah sebanyak 89 (46,1%), sedangkan responden yang
menyatakan tidak tersedia sayur di rumah sebanyak 8 (4,1%) responden.
Sayur yang paling banyak disediakan kepada respoden di rumah dalam satu
minggu terakhir adalah bayam. Jika diurutkan berdasarkan tiga urutan sayur
yang paling banyak disediakan di rumah adalah bayam sebanyak 64 (33,2%),
kangkung sebanyak 37 (19,2%) dan wortel sebanyak 30 (15,5%). Selebihnya
tersebar pada sayur sop, sayur asem, kentang, kol, brokoli, buncis, sawi,
sayur lodeh, taoge, timun, capcay dan jagung. Ada juga yang menyatakan
tersedia semua jenis sayur yaitu 3 (1,6%) responden. Disamping itu, ada juga
yang menyatakan tidak tersedia sayur dalam satu minggu terakhir yaitu
sebanyak 11 (5,7%) responden.
Sebagian besar anak yang menyatakan selalu tersedia sayur dirumah
dan suka sayur sebanyak 92 (95,8%) responden, yang menyatakan kadang-
kadang tersedia sayur dan suka sayur sebanyak 72 (80,9%) responden, dan
yang menyakatan tidak tersedia sayur dan suka sayur hanya 2 (75%)
responden. Berdasarkan persentase tersebut dapat terlihat bahwa ketersediaan
sayur di rumah dapat mempengaruhi persentase kesukaan/preferensi sayur
89
pada anak-anak. Begitupun jika dilihat berdasarkan hasil analisis uji bivariat
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel
ketersediaan sayur di rumah dengan preferensi sayur pada anak dengan nilai
p-value = 0,004.
Hubungan tersebut sejalan dengan penelitian ekperimental untuk
meningkatkan kesukaan anak-anak terhadap sayur yang dilakukan oleh
Lakkakula (2011) dengan memberikan/menyediakan sayur secara bertahap
menunjukkan bahwa pada akhir 8 minggu intervensi, siswa kelas lima (p-
value = 0,00) dan kelas ketiga (p-value = 0,00) menyukai paprika lebih baik
dari sebelumnya dan kelas satu menyukai wortel lebih baik dari sebelumnya
(p-value = 0,04). Dengan kata lain, dengan tersedianya sayur dan diberikan
secara konsisten, akan meningkatkan preferensi anak-anak terhadap sayur.
Penelitian eksperimetal lainnya dilakukan oleh Widiyastuti (2015)
dengan menggunakan teknik hidden vegetable menunjukkan ada perbedaan
penerimaan sawi hijau (p-value = 0,000), wortel (p-value = 0,011), dan
brokoli (p-value = 0,020) pada kelompok kontrol dan perlakuan. Hidden
vegetable adalah metode penambahan puree (bubur) sayuran ke dalam
makanan, yang merupakan strategi untuk meningkatkan penerimaan sayuran
yang terlepas dari kesukaan anak pada jenis sayuran tertentu. Pada penelitian
tersebut subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol diberi hidangan berupa sayuran
rebus, sedangkan pada kelompok perlakuan diberi hidangan berupa
penambahan puree sayuran.
Oleh karena itu, upaya meningkatkan preferensi anak terhadap sayur
dapat dilakukan dengan cara selalu menyediakan sayur di rumah dan
membiasakan anak untuk konsumsi atau mencoba sayur dengan berbagai
macam jenisnya. Disamping itu, cara hidden vegetable tersebut bisa juga
menjadi alternatif jika anak tidak suka sayur dan tidak mau mencoba sayur
yang disediakan dengan cara biasa.
90
6.5.3 Hubungan Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur
pada Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta
Selain ketersediaan sayur di rumah, perlu juga adanya ketersediaan
sayur di sekolah. Karena sekolah adalah lingkungan sehari-hari anak-anak
kedua setelah rumah. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa lebih
banyak responden menyatakan tidak tersedia sayur di sekolah daripada yang
tersedia. Responden yang menyatakan tidak tersedia sayur di sekolah dalam
waktu satu minggu terakhir yaitu sebanyak 75 (38,9%), respoden, responden
yang menyatakan kadang-kadang tersedia sayur di sekolah sebanyak 71
(36,8%), sedangkan responden yang menyatakan tersedia sayur di sekolah
sebanyak 47 (24,4%) responden. Sama halnya dengan ketersediaan sayur di
rumah, sayur yang paling banyak disediakan kepada respoden di sekolah
dalam satu minggu terakhir adalah bayam. Jika diurutkan berdasarkan tiga
urutan sayur yang paling banyak disediakan di rumah adalah bayam
sebanyak 33 (17,1%), wortel sebanyak 12 (6,2%) dan sayur sop sebanyak 11
(5,7%). Selebihnya tersebar pada kangkung, sayur asem, kentang, kol,
brokoli, buncis, sawi, sayur lodeh, taoge, timun, capcay dan jagung. Ada juga
yang menyatakan tersedia semua jenis sayur yaitu 3 (1,6%) responden.
Disamping itu, jumlah yang menyatakan tersedia sayur di sekolah lebih
sedikit daripada yang menyatakan tersedia sayur di rumah, yaitu sebanyak 85
(44%) responden menyatakan tidak tersedia sayur di sekolah dalam satu
minggu terakhir.
Sebagian besar anak yang menyatakan selalu dan kadang-kadang
tersedia tersedia sayur di sekolah kemudian anak tersebut sangat suka sayur
yaitu masing-masing sebanyak 27 (57,4%%) dan 43 (60,6%) responden,
sedangkan yang menyakatan tidak tersedia sayur dan sangat suka sayur
sebanyak 26 (34,7%) responden. Jika dilihat berdasarkan hasil uji analisis
bivariat, variabel ketersediaan sayur di sekolah juga merupakan variabel yang
berhubungan dengan preferensi sayur pada anak (p-value = 0,010), sama
halnya dengan ketersedian sayur di rumah. Sesuai dengan hasil penelitian
91
Lakkakula (2011) bahwa dengan tersedianya sayur dapat meningkatkan
preferensi sayur pada anak-anak.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sayur
di sekolah merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Walaupun
anak tidak berada di rumah, namun sayur masih bisa dikonsumsi oleh anak,
baik dengan cara membeli di kantin sekolah atau dengan dibekali oleh orang
tua dari rumah. Selain itu juga bisa diatasi dengan adanya kerjasama antara
pihak sekolah dan orang tua untuk menyelenggarakan catering secara
kolektif. Sehingga ketersediaan sayur di sekolah ini bukan hanya
tanggungjawab orang tua saja, melainkan pihak sekolah pun harus
memperhatikan ketersediaan sayur di sekolah agar kebutuhan sayur anak
masih tetap terjaga. Menimbang waktu sekolah anak yang cukup padat dan
lama. Sehingga anak cukup lama menghabiskan waktunya di sekolah. Jika
hal tersebut tidak diperhatikan, dikhawatirkan kebutuhan gizi anak kurang
mencukupi kebutuhan minimal yang dianjurkan.
92
8 BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang preferensi sayur pada
siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017, dapat
ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2017 sangat menyukai sayur dengan persentase 49,7%.
2. Berdasarkan karakteristik individu responden, sebagian besar siswa-siswi
kelas 4 dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 laki-laki
dengan persentase 50,3% dan memiliki pengetahuan sayur yang baik dengan
persentase 57%.
3. Berdasarkan karakteristik makanan, sebagian besar siswa-siswi kelas 4 dan 5
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 menyatakan bahwa rasa
(94,3%), warna (86%), tekstur (75,6%), proses memasak (91,2%), bentuk
(87%) dan bumbu (86%) adalah faktor yang penting dalam menyukai sayur.
4. Berdasarkan karakteristik lingkungannya, sebagian besar siswa-siswi kelas 4
dan 5 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017 memiliki ibu yang
sangat menyukai sayur (68,9%), tersedia sayur di rumah (95,9%) dan tersedia
sayur di sekolah (61,1%).
5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel karakteristik individu
(jenis kelamin dan pengetahuan sayur) dengan preferensi sayur pada siswa-
siswi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017 dengan p-value
berturut-turut 0, 708 dan 0,403.
6. Ada hubungan yang signifikan antara variabel karakteristik lingkungan
(kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan ketersediaan sayur di
sekolah) dengan preferensi sayur pada siswa-siswi Madrasah Pembangunan
UIN Jakarta Tahun 2017 dengan p-value berturut-turut 0,000; 0,004 dan
0,010.
93
7.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
7.2.1 Bagi Orang Tua
1. Tetap mempertahankan preferensi sayur anak yang sudah baik dan
membantu meningkatkan preferensi sayur anak, terutama yang masih
belum menyukai sayur, dengan selalu menyediakan dan membiasakan
anak makan sayur setiap hari. Cara hidden vegetable bisa menjadi
alternatif jika anak tidak suka sayur dan tidak mau mencoba sayur yang
disediakan dengan cara biasa.
2. Sebaiknya orang tua memberikan contoh yang baik dalam praktik
makan sayur dan makan makanan yang sehat serta kaya akan gizi
lainnya.
3. Sebaiknya orang tua memperhatikan cara pemberian makan terhadap
anak-anak beserta dengan situasiya. Sikap yang hangat, ramah,
menciptakan suasana yang nyaman, tenang, mengungkapkan kasih
sayang dengan senyuman dan pelukan, dapat menimbulkan nafsu makan
pada anak.
4. Orang tua perlu memperhatikan ketersediaan sayur bagi anak di sekolah,
dapat dilakukan dengan membekali anak sayur dari rumah.
7.2.2 Bagi Pihak Sekolah
1. Pihak sekolah perlu memperhatikan ketersediaan sayur bagi siswa-
siswinya di sekolah, bisa dilakukan dengan cara menyediakan sayur di
kantin. Selain itu juga bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara
pihak sekolah dan orang tua untuk menyelenggarakan catering secara
kolektif.
2. Membantu meningkatkan preferensi sayur siswa-siswinya dengan cara
memberikan edukasi mengenai pentingnya makan sayur.
7.2.3 Bagi Peneliti Lain
1. Variabel kesukaan orang tua, ketersediaan sayur di rumah dan
ketersediaan sayur di sekolah berhubungan dengan preferensi sayur
94
anak-anak, sehingga penelitian lebih lanjut terhadap variabel-variabel
tersebut sangat dianjurkan.
2. Melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan analisis yang lebih
mendalam lagi seperti analisis multivariat.
3. Melakukan penelitian kembali tentang preferensi sayur pada anak-anak,
dengan menambah variabel-variabel baru yang belum ada pada
penelitian ini.
95
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2010) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Andea, R. (2010) Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Diet pada Remaja.
Universitas Sumatera Utara.
Ariani, M. (2004) Analisis Perkembangan Konsumsi. Bogor.
Asy‟ariyah, N. Z., Arief, Y. S. and Krisnana, I. (2015) „Storytelling Sebagai Upaya
Meningkatkan Konsumsi Sayur‟, Jurnal Pediomaternal, 3(1).
Birch, L. L. (1998) „Symposium : The Effects of Childhood Diet on Adult Health and
Disease Psychological Influences on the Childhood Diet 1‟, The Journal of
Nutrition, pp. 407–410.
Birch, L. L. and Fisher, J. a (1995) „Appetite and eating behavior in children.‟,
Pediatric clinics of North America. Elsevier Masson SAS, 42(4), pp. 931–53.
doi: 10.1016/S0031-3955(16)40023-4.
Birch, L. L. and Fisher, J. O. (1997) „Development of Eating Behaviors Among
Children and Adolescents‟, Pediatrics, 101(3 (Pt 2)), pp. 539–549.
Blatt, A. D., Roe, L. S. and Rolls, B. J. (2011) „Hidden vegetables : an effective
strategy to reduce energy intake and increase vegetable intake in adults 1 – 3‟,
American Journal of Clinical Nutrition, (C). doi: 10.3945/ajcn.110.009332.
Bolles, R. C. (2014) The Hedonics of Taste. New York: Psychology Press.
Borah-giddens, J. and Falciglia, G. A. (1993) „A Meta-Analysis of the Relationship in
Food Preferences between Parents and Children‟, Journal of Nutrition
Education. Society for Nutrition Education and Behavior, 25(3), pp. 102–107.
doi: 10.1016/S0022-3182(12)80565-6.
Brown, J. E. (2011) Nutrition Through the Life Cycle. Fourth. Belmont: Cengange
Learning.
96
Carruth, B. R. and Skinner, J. D. (2000) „Revisiting the Picky Eater Phenomenon:
Neophobic Behaviors of Young Children‟, Journal of the American College of
Nutrition, 19(6), pp. 771–780. doi: 10.1080/07315724.2000.10718077.
Chok, A. L. I. (2005) Children’s Health, Dietary Preferences, Snack Food Intake, Salt
Intake and Obesity. New South Wales.
Chu, Y. L., Farmer, A., Fung, C., Kuhle, S. and Veugelers, P. (2013) „Fruit and
vegetable preferences and intake: Among children in Alberta‟, Canadian
Journal of Dietetic Practice and Research, 74(1), pp. 21–27. doi:
10.3148/74.1.2013.21.
Cooke, L. J. and Wardle, J. (2005) „Age and gender differences in children‟s food
preferences.‟, The British journal of nutrition, 93(5), pp. 741–746. doi:
10.1079/bjn20051389.
Dahl, W. J. (2014) Puréed Foods for Swallowing Problems 1 What is an ideal puréed
food. Available at: http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/FS/FS16800.pdf.
Dewi, Y. (2013) „Studi Deskriptif: Persepsi dan Perilaku Makan Buah dan Sayur pada
Anak Obesitas dan Orang Tua‟, Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya, 2(1).
Drewnowski, A. and Hann, C. (1999) „Food preferences and reported frequencies of
food consumption as predictors of current diet in young women 1 – 3‟, The
American Jornal of Clinical Nutrition, 70, pp. 28–36.
Drewnowski, A., Kurth, C., Holden-Wiltse, J. and Saari, J. (1992) „Food preferences
in human obesity: Carbohydrates versus fats‟, Appetite, 18(3), pp. 207–221. doi:
10.1016/0195-6663(92)90198-F.
Fatmah (2010) Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.
Fildes, A., Mallan, K. M., Cooke, L., Jaarsveld, C. H. M. Van, Llewellyn, C. H.,
Fisher, A. and Daniels, L. (2015) „The relationship between appetite and food
preferences in British and Australian children‟, International Journal of
97
Behavioral Nutrition and Physical Activity. International Journal of Behavioral
Nutrition and Physical Activity, pp. 1–10. doi: 10.1186/s12966-015-0275-4.
Irianti, S. and dkk (2013) Riset Kesehatan Dasar Dalam Angka : Provinsi Banten
2013 (Buku 2). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. doi: 10.13140/RG.2.1.2396.1448.
Irianti, S., Yunianto, A., Herman, M. J. and Putri, D. S. K. (2013) Pokok-Pokok Hasil
Riset Kesehatan Dasar Provinsi Banten 2013 (Buku 1). 1st edn, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemeterian Kesehatan RI. 1st edn.
Edited by A. Suwandono, A. Musadad, and S. Herman. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemeterian Kesehatan RI. doi:
10.13140/RG.2.1.1052.6562.
„Kamus Besar Bahasa Indonesia‟ (no date). Available at: http://kbbi.web.id/sayur.
Kemenkes (2014) „Pedoman Gizi Seimbang‟, p. 99.
Khoirina, A., Gandaasri, A. S., Septiani, A., Akin, A., Savitri, A., Magdalena, C.,
Devi, Q. S., Mursalina, Utami, T. W. and Larasaty, Y. F. (2015) Gambaran
Food Preferences pada Siswa-Siswi Obesitas di Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015.
Kpodo, F. M., Mensah, C. and Dzah, C. S. (2015) „Fruit and Vegetable Consumption
Patterns and Preferences of Students in a Ghanaian Polytechnic.‟, World Journal
of Nutrition and Health., 3(3), pp. 53–59. doi: 10.12691/jnh-3-3-2.
Lakkakula, A. P. (2011) Building Children’S Liking and Preferences for Fruits and
Vegetables Through School-Based Interventions. Faculty of the Louisiana State
University and Agricultural and Mechanical College.
Lakkakula, A. P., Zanovec, M., Silverman, L., Murphy, E. and Tuuri, G. (2008) „Black
Children with High Preferences for Fruits and Vegetables Are at Less Risk of
Being at Risk of Overweight or Overweight‟, Journal of the American Dietetic
Association, 108(11), pp. 1912–1915. doi: 10.1016/j.jada.2008.08.019.
98
Lapau, B. (2013) Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Mac, M., Iomaire, C. and Lydon, J. (2011) The Current State of Cooking in Ireland :
The Relationship between Cooking Skills and Food Choice The Current State of
Cooking in Ireland : The, School of Culinary Arts and Food Technology. Dublin.
Available at: http://arrow.dit.ie/tfschafart Recommended.
Mallan, K. M., Fildes, A., Magarey, A. M. and Daniels, L. A. (2015) „The
Relationship between Number of Fruits, Vegetables, and Noncore Foods Tried
at Age 14 Months and Food Preferences, Dietary Intake Patterns, Fussy Eating
Behavior, and Weight Status at Age 3.7 Years‟, Journal of the Academy of
Nutrition and Dietetics. Elsevier Inc, pp. 11–15. doi:
10.1016/j.jand.2015.06.006.
Maryam, A. (2011) Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Sekolah Dasar Tentang Manfaat
Konsumsi Sayur-Mayur di Sekolah Dasar Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
Universitas Sumatera Utara.
Nicklaus, S., Boggio, V., Chabanet, C. and Issanchou, S. (2004) „A prospective study
of food preferences in childhood‟, Food Quality and Preference, 15(7–8
SPEC.ISS.), pp. 805–818. doi: 10.1016/j.foodqual.2004.02.010.
Nugraheni, C. S. (2016) Pengalaman Menarche Anak Sekolah Dasar Negeri
Ngrukeman Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Available at: file:///F:/body image-
menarche/NASKAH PUBLIKASI CHRIS SHANDI NUGRAHENI.pdf.
Park, E. (2015) „Eating Habits and Food Preferences of Elementary School Students in
Urban and Suburban Areas of Daejeon‟, Clinical Nutrition Research, 4, pp. 190–
200.
Piaget (2004) „Developmental Psychology‟, Thinking. doi:
10.1001/jama.1959.03010060123035.
Proverawati, A., Prawirohartono, E. P. and Kuntjoro, T. (2008) „Jenis kelamin anak ,
99
pendidikan ibu , dan motivasi dari guru serta hubungannya dengan preferensi
makanan sekolah pada anak prasekolah di TK Universitas Muhammadiyah
Purwokerto‟, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 5(2), pp. 78–83.
Riskesdas (2013) „Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013‟, Laporan Nasional
2013, p. 1. doi: 10.3406/arch.1977.1322.
Santrock, J. W. (2003) Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Septiani, A., Khoirina, A., Savitri, A., Wahyuni, R. and Utami, T. W. (2014) faktor-
faktor yang berhubungan dengan obesitas pada siswa dan siswi Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan Jakarta tahun 2014. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sijtsema, S., Linnemann, A., Gaasbeek, T. van, Dagevos, H. and Jongen, W. (2002)
„Variables Influencing Food Perception Reviewed for Consumer-Oriented
Product Development‟, Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 42(6),
pp. 565–581. doi: 10.1080/20024091054256.
Skinner, J., Ruth Carruth, B., Moran, J., Houck, K., Schmidhammer, J., Reed, A.,
Coletta, F., Cotter, R. and Ott, D. (1998) „Toddlers‟ Food Preferences:
Concordance with Family Members‟ Preferences‟, Journal of Nutrition
Education, 30(1), pp. 17–22. doi: 10.1016/S0022-3182(98)70270-5.
Sophia, A. and Madanijah, S. (2014) „Pola Asuh Makan Ibu Serta Preferensi Dan
Konsumsi Sayur Dan Buah Anak Usia Sekolah Di Bogor‟, Jurnal Gizi Pangan,
9(November), pp. 151–158.
Sucihatiningsih, Sutrasmawati, E. and Fajarini, I. (2009) „Analisis Persepsi dan
Preferensi Ibu Rumah Tangga Terhadap Produk Pangan Olahan Berbasis
Tepung Ubi Jalar dalam Meningkatkan Keanekaragaman Pangan‟, JEJAK, 2, pp.
80–90.
Suhardjo (1986) Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.
Suhardjo (1989) Sosio Budaya Gizi. Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB.
100
Supartini, Y. (2004) Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta.
Suswanti, I. (2013) „Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan
Cepat Saji pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012‟. doi: 10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Tarwotjo, S. (2007) Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Grasindo. Available at:
https://books.google.co.id/books?id=_pqpNXwUVQgC&pg=PA118&dq=jenis+
sayur-
mayur&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjwlJuxzuXRAhVGuo8KHcxoCe4Q6AEI
RzAI#v=onepage&q=jenis sayur-mayur&f=false.
Tiyas, Y. T. C. (2009) Preferensi pangan anak sekolah dasar di kota bogor. Intitut
Pertanian Bogor.
Ulfah, M. I. (2008) Perilaku hidup bersih dan sehat, pengetahuan gizi dan pola asuh
kaitannya dengan diare anak balita, di desa cikarawang bogor ima maryana
ulfah. Institut Pertanian Bogor.
USDA (2011) Compendium of Surveys for Fruit and Vegetable Consumption and
Physical Activity. 2010th–2011th edn. California.
Wade, C. (2008) Psikologi. ke-9. Jakarta: Erlangga. Available at:
https://books.google.co.id/books?id=UgRK0UM3d00C&printsec=frontcover&d
q=Wade,+carole+dan+Carol+Tavris.+2008.+Psikologi+(edisi+pertama).+Erlang
ga:+Jakarta&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjcnIf9gIPUAhWHrI8KHUgECt0Q6
AEIKzAB#v=onepage&q=rasa&f=false.
Wardle, J., Herrera, M.-L., Cooke, L. and Gibson, E. L. (2003) „Modifying children‟s
food preferences: the effects of exposure and reward on acceptance of an
unfamiliar vegetable.‟, European journal of clinical nutrition, 57, pp. 341–8.
doi: 10.1038/sj.ejcn.1601541.
Wardle, J., Sanderson, S., Leigh Gibson, E. and Rapoport, L. (2001) „Factor-analytic
structure of food preferences in four-year-old children in the UK.‟, Appetite,
37(3), pp. 217–23. doi: 10.1006/appe.2001.0423.
101
Weaver, M. R. (1998) Food preferences of men and women determined by
questionnaire and feeding. Faculty of Texas Tech University.
Widiyastuti, L. (2015) Intervensi Hidden Vegetable Terhadap Penerimaan Sayuran
Pada Anak Prasekolah Di TK PGRI 21 Karangasem Kota Semarang, Fk Undip.
Widyawati, I. K. (2009) Analisis Preferensi Pangan Masyarakat dan Daya Dukung
Gizi Menuju Pencapaian Diversifikasi Pangan Kabupaten Bogor. Institut
Pertanian Bogor.
Wright, C. M., Parkinson, K. N., Shipton, D. and Drewett, R. F. (2007) „How do
toddler eating problems relate to their eating behavior, food preferences, and
growth?‟, Pediatrics, 120(4), pp. e1069-75. doi: 10.1542/peds.2006-2961.
102
LAMPIRAN
103
9 Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan
104
10 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
105
11 Lampiran 3 Formulir Semi Quantitative FFQ untuk Studi Pendahuluan
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
No. HP :
Formulir Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire
Nama Masakan Jumlah
(Porsi/
URT)
Frekuensi Konsumsi Tidak
Pernah
Ket.
(Diisi
Peneliti) x/hari x/minggu x/bulan
Sayur Sop
Sayur Lodeh
Sayur Bayam
Sayur Asem
Sayur Oyong
Gulai Daun
Singkong
Sayur Daun Pepaya
Sayur Daun Katuk
Tumis Jagung Muda
(Putren)
Capcay
Tumis Kangkung
Tumis Kacang
Panjang
Tumis Labu
Tumis Jamur
Tumis Buncis
Tumis Taoge
Tumis Brokoli
Terong Balado
Terong Tumis Kecap
Tumis Pare
Lumpia Basah
Tumis Genjer
Gado-Gado
Ketoprak
Sambal Goreng
Kentang
Tumis Sawi Putih
Tumis Sawi Hijau
Soto Bandung
Soto Betawi
Soto Lamongan
Krim Sup Jagung
Lainnya…
106
12 Lampiran 4 Data Hasil Studi Pendahuluan
A. Sepuluh masakan tersering dikonsumsi:
1. Sayur sop
2. Sayur bayam
3. Sambal goreng kentang
4. Tumis taoge
5. Sayur asem
6. Gado-gado
7. Ketoprak
8. Tumis brokoli
9. Soto Betawi
10. Tumis kangkung
B. Sepuluh masakan tebanyak dikonsumsi:
1. Gado-gado
2. Ketoprak
3. Sayur sop
4. Sayur bayam
5. Soto Betawi
6. Sayur asem
7. Krimsup jagung
8. Tumis brokoli
9. Tumis kangkung
10. Capcay
C. Masakan yang termasuk ke dalam sepuluh masakan tersering dan sepuluh masakan
terbanyak yang dikonsumsi
1. Sayur sop
2. Sayur bayam
3. Sambal goreng kentang
4. Tumis taoge
5. Sayur asem
6. Gado-gado
7. Ketoprak
8. Tumis brokoli
9. Soto Betawi
10. Tumis kangkung
11. Soto Betawi
12. Capcay
13. Krim sup jagung
107
13 Lampiran 5 Lembar Persetujuan
Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4 Dan 5
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017.
Oleh: Arina Muthia Nursani
Saya adalah mahasiswi Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian
ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir mata kuliah
Skripsi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan preferensi sayur pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2017.
Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk memberikan jawaban atau
tanggapan sesuai dengan pendapat Anda sendiri. Saya menjamin kerahasiaan pendapat
dan identitas responden. Informasi yang Anda berikan hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu kesehatan masyarakat dan tidak akan dipergunakan untuk
maksud-maksud lain. Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga
Anda bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika Anda
bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silakan Anda menandatangani
formulir ini.
Hari/Tanggal : ……………,……………… ...
Pengumpul Data : ………………………………
No. responden : ………………………………
Tanda Tangan :
(………………………………………………...)
108
14 Lampiran 6 Kuesioner Preferensi Sayur untuk Anak
DAFTAR PERTANYAAN TENTANG KUESIONER PREFERENSI SAYUR
No. Responden […..]
Isilah titik-titikdantandaipilihandibawahinidengan(√)atau(O)!
Item Pertanyaan Petunjuk Pengisian: Isilah titik-titik dibawah ini dan lingkari (O) atau beri
tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai!
A. Karakteristik Individu
A1. Nama Lengkap : ..................................................
A2. Kelas : ..................................................
A3. Tempat/Tanggal Lahir : ..................................................
A4. Usia : ................. tahun
A5. Jenis Kelamin : 0. Laki-laki
1. Perempuan
A6. No. HP (Jika ada) : …………………………… Petunjuk Pengisian: Beri tanda silang (x) atau lingkari (o) pada jawaban
yang menurut Anda benar!
B. Pengetahuan Sayur
B1. Sayur banyak mengandung...
a. Vitamin dan Mineral
b. Protein
c. Karbohidrat dan Lemak
B2. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
kehidupan. Makanan yang termasuk ke dalam zat pengatur tubuh
adalah…
a. Tahu, tempe, ikan, dan daging
b. Nasi, jagung, roti, dan singkong
c. Bayam, kangkung, sawi, dan kacang
B3. Nasi adalah sebagai sumber…
a. Lemak dan Protein
b. Vitamin dan Mineral
c. Karbohidrat dan Glukosa
B4. Penyakit yang timbul akibat kekurangan vitamin C adalah…
a. Sariawan dan Anemia (kurang darah)
b. Gatal-gatal dan Penyakit Mata
c. Beri-beri dan Sakit Kepala
B5. Contoh menu makanan: sayur, buah, ikan dan susu. Agar menu makanan
tersebut lengkap perlu ditambahkan makanan yang mengandung…
a. Protein
b. Mineral
c. Karbohidrat
B6. Asupan sayuran yang mengandung serat dapat memberi manfaat kepada
109
kesehatan organ apa?
a. Usus
b. Mata
c. Jantung
B7. Sayur kangkung banyak mengandung :
a. Serat dan Zat Besi (Fe)
b. Protein dan Karbohidrat
c. Lemak dan Mineral
B8. Contoh sayuran yang banyak mengandung zat besi (Fe) adalah?
a. Sawi, Daun Bayam, Kentang
b. Kangkung, Daging Sapi dan Ati
c. Jagung dan Singkong
B9. Kandungan zat gizi karbohidrat banyak terdapat dalam sayuran jenis apa?
a. Sayuran padi dan umbi (seperti gandum)
b. Sayuran berdaun hijau (seperti bayam)
c. Sayuran polong atau bijian (seperti buncis)
B10. Sayur seperti wortel banyak mengandung vitamin apa?
a. Vitamin B dan D
b. Vitamin A dan C
c. Vitamin E Petunjuk Pengisian: Isilah titik-titik dibawah ini dan beri tanda silang (x)
atau lingkari (o) pada jawaban yang menurut Anda benar!
C. Ketersediaan
C1. Apakah di rumah tersedia sayur? (dalam satu minggu terakhir)
1. Tidak pernah (lanjut ke C3)
2. Kadang-kadang (jika minimal satu kali dalam seminggu)
3. Selalu (jika setiap hari)
4. Tidak tahu
C2. Kapan tersedia sayur di rumah? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Sarapan
2. Makan siang
3. Makan malam
4. Selingan
C3. Sayur apa yang sering tersedia di rumah? Sebutkan!
...................................................................
C4. Apakah di sekolah tersedia sayur? (dalam satu minggu terakhir)
1. Tidak pernah (lanjut ke C6)
2. Kadang-kadang (jika minimal satu kali dalam seminggu)
3. Selalu (jika setiap hari)
4. Tidak tahu
C5. Kapan tersedia sayur di sekolah? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Sarapan
2. Makan siang
3. Makan malam
4. Selingan
C6. Sayur apa yang sering tersedia di sekolah? Sebutkan!
...................................................................
110
D. Preferensi Sayur Anak
Seberapa suka Anda terhadap sayur-sayur dibawah ini?
Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda.
Nama Sayur
(4)
Selalu
Dihabis
kan
(3)
Kadang
Dimakan
Kadang
Tidak
(2)
Mau
Makan
Kalau
Terpaksa
(1)
Sama
Sekali
Tidak Mau
Makan
Ruang
Entry (Diisi
oleh
peneliti)
Sayur Sop
Wortel
Kentang
Buncis
Kol
Sayur Bayam
Bayam
Jagung
Sambal Goreng
Kentang
Kentang
Tumis Taoge
Taoge
Sayur Asem
Labu
Daun melinjo
Melinjo
Kacang panjang
Kacang tanah
Jagung
Gado-gado
Taoge
Jagung
Kangkung
Kacang panjang
Timun
Ketoprak
Taoge
Tumis Brokoli
Brokoli
Soto Betawi
Kol
Kentang
Tumis Kangkung
Kangkung
Capcay
Buncis
111
Seberapa suka Anda terhadap sayur-sayur dibawah ini?
Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda.
Nama Sayur
(4)
Selalu
Dihabis
kan
(3)
Kadang
Dimakan
Kadang
Tidak
(2)
Mau
Makan
Kalau
Terpaksa
(1)
Sama
Sekali
Tidak Mau
Makan
Ruang
Entry (Diisi
oleh
peneliti)
Wortel
Putren (Jagung
Muda)
Krim Sup Jagung
Jagung
E. Faktor Makanan
Berikut adalah beberapa kriteria yang terkait dalam penerimaan atau
pemilihan sayur. Kamu diminta untuk menimbang sejauh mana pentingnya
masing-masing kriteria tersebut ketika memilih sayur.
Petujuk pengisian : Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban
Anda pada masing-masing kriteria saat memilih sayur. Kemudian sebutkan
masing-masing kriteria makanan (Rasa, Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk
dan Bumbu) yang paling Anda sukai.
No. Kriteria
Makanan
Kategori Jenis
yang
Paling
Disukai
(boleh
lebih
dari 1
jenis)
Ruang
Entry
(Diisi
oleh
peneliti)
(1)
Sangat
Tidak
Penting
(2)
Tidak
Penting
(3)
Penting
(4)
Sangat
Penting
E1 Rasa
E2 Warna
E3 Tekstur
E4 Proses
Memasak
E5 Bentuk
E6 Bumbu
112
Keterangan:
Berikut adalah contoh-contoh kriteria makanan:
1. Rasa: Manis, Asin, Asam, Pahit, dll.
2. Warna: Merah, Kuning, Oranye, Hijau, Putih, Ungu, dll.
3. Tekstur: Halus, Kasar, Keras, Renyah, Rapuh, Empuk, Kenyal, Encer, Kental,
Lengket, Kering, Lembab, Basah, Berair, Berlemak, Berminyak, dll.
4. Proses Memasak: Direbus, Ditumis, Digoreng, Dibakar, Dikukus, Dipepes, dll.
5. Bentuk: Potongan Panjang, Cincang Halus, Segi Lima, Lingkaran, Setengah
Lingkaran, Bulat Kecil, Bulat Besar, Iris Tipis Panjang, Iris Tipis Pendek, dll.
6. Bumbu: Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Cabe Merah, Cabe
Hijau, Cabe Rawit, Kemangi, Lada Hitam, Merica, Kapulaga, Serai, Cengkeh,
Jahe, Kunyit, Daun Mint, Kayu Manis, dll.
113
15 Lampiran 7 Kuesioner Preferensi Sayur untuk Ibu
No. Responden […..]
Isilah titik-titikdantandaipilihandibawahinidengan(√)atau(O)!
Item Pertanyaan
Ruang
Entry (Diisi oleh
Pengumpul
Data) Petunjuk Pengisian: Isilah titik-titik dibawah ini dan lingkari (O) atau beri
tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai!
F. Karakteristik Individu
F1. Nama Lengkap : ..................................................
F2. No.Telp/Handpohone : ..................................................
F3. Tempat/Tanggal Lahir : ..................................................
F4. Usia : ................. tahun
F5. Pekerjaan : ..................................................
F6. Pendidikan Terakhir : ..................
1. Tamat SD
2. Tamat SMP
3. Tamat SMA/SMK/SMEA
4. Tamat Perguruan Tinggi
F7. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah yang dihuni
saat ini ....... orang
F6 [ ]
Petunjuk Pengisian: Isilah titik-titik dibawah ini dan lingkari (O) atau beri
tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai!
G. Ketersediaan
G1. Apakah di rumah tersedia sayur? (dalam satu minggu
terakhir)
1. Tidak pernah (lanjut ke C3)
2. Kadang-kadang (jika minimal 1 kali dalam seminggu)
3. Selalu (jika setiap hari)
4. Tidak tahu
G2. Kapan tersedia sayur di rumah? (jawaban boleh lebih dari
satu)
1. Sarapan
2. Makan siang
3. Makan malam
4. Selingan
G3. Sayur apa yang sering tersedia di rumah? Sebutkan!
...................................................................
G4. Apakah di sekolah tersedia sayur? (dalam satu minggu
terakhir)
1. Tidak pernah (lanjut ke C6)
2. Kadang-kadang (jika minimal 1 kali dalam seminggu)
G1 [ ]
G2 [ ]
G3 [ ]
G4 [ ]
114
3. Selalu (jika setiap hari)
4. Tidak tahu
G5. Kapan tersedia sayur di sekolah? (jawaban boleh lebih dari
satu)
1. Sarapan
2. Makan siang
3. Makan malam
4. Selingan
G6. Sayur apa yang sering tersedia di sekolah? Sebutkan!
...................................................................
G5 [ ]
G6 [ ]
H. Preferensi Sayur Ibu
Seberapa suka Anda terhadap sayur-sayur dibawah ini?
Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda.
Nama Sayur
(4)
Selalu
Dihabis
kan
(3)
Kadang
Dimakan
Kadang
Tidak
(2)
Mau
Makan
Kalau
Terpaksa
(1)
Sama
Sekali
Tidak Mau
Makan
Ruang
Entry (Diisi
oleh
peneliti)
Sayur Sop
Wortel
Kentang
Buncis
Kol
Sayur Bayam
Bayam
Jagung
Sambal Goreng
Kentang
Kentang
Tumis Taoge
Taoge
Sayur Asem
Labu
Daun melinjo
Melinjo
Kacang panjang
Kacang tanah
Jagung
Gado-gado
Taoge
Jagung
Kangkung
Kacang panjang
Timun
115
Seberapa suka Anda terhadap sayur-sayur dibawah ini?
Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban Anda.
Nama Sayur
(4)
Selalu
Dihabis
kan
(3)
Kadang
Dimakan
Kadang
Tidak
(2)
Mau
Makan
Kalau
Terpaksa
(1)
Sama
Sekali
Tidak Mau
Makan
Ruang
Entry (Diisi
oleh
peneliti)
Ketoprak
Taoge
Tumis Brokoli
Brokoli
Soto Betawi
Kol
Kentang
Tumis Kangkung
Kangkung
Capcay
Buncis
Wortel
Putren (Jagung
Muda)
Krim Sup Jagung
Jagung
I. Faktor Makanan
Berikut adalah beberapa kriteria yang terkait dalam penerimaan atau
pemilihan sayur. Anda diminta untuk menimbang sejauh mana pentingnya
masing-masing kriteria tersebut ketika memilih sayur.
Petujuk pengisian : Pilihlah/Checklist (√) kolom yang sesuai dengan jawaban
Anda pada masing-masing kriteria saat memilih sayur. Kemudian sebutkan
masing-masing kriteria makanan (Rasa, Warna, Tekstur, Proses Memasak, Bentuk
dan Bumbu) yang paling Anda sukai.
116
No. Kriteria
Makanan
Kategori Jenis yang
Paling
Disukai
(boleh lebih
dari 1 jenis)
(1)
Sangat
Tidak
Penting
(2)
Tidak
Penting
(3)
Penting
(4)
Sangat
Penting
I1 Rasa
I2 Warna
I3 Tekstur
I4 Proses
Memasak
I5 Bentuk
I6 Bumbu
Keterangan:
Berikut adalah contoh-contoh kriteria makanan:
1. Rasa: Manis, Asin, Asam, Pahit, dll.
2. Warna: Merah, Kuning, Oranye, Hijau, Putih, Ungu, dll.
3. Tekstur: Halus, Kasar, Keras, Renyah, Rapuh, Empuk, Kenyal, Encer, Kental,
Lengket, Kering, Lembab, Basah, Berair, Berlemak, Berminyak, dll.
4. Proses Memasak: Direbus, Ditumis, Digoreng, Dibakar, Dikukus, Dipepes, dll.
5. Bentuk: Potongan Panjang, Cincang Halus, Segi Lima, Lingkaran, Setengah
Lingkaran, Bulat Kecil, Bulat Besar, Iris Tipis Panjang, Iris Tipis Pendek, dll.
6. Bumbu: Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Cabe Merah, Cabe
Hijau, Cabe Rawit, Kemangi, Lada Hitam, Merica, Kapulaga, Serai, Cengkeh,
Jahe, Kunyit, Daun Mint, Kayu Manis, dll.
117
16 Lampiran 8 Output Analisis Data Software Komputer
1. Gamabaran Preferensi Sayur Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta
Statistics
Preferensi_Anak_4kat
N Valid 193
Missing 0
Mean 3,3782
Median 3,0000
Std. Deviation ,68991
Preferensi_Anak_4kat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
tidak suka 23 11,9 11,9 11,9
suka 74 38,3 38,3 50,3
sangat suka 96 49,7 49,7 100,0
Total 193 100,0 100,0
2. Gambaran Jenis Kelamin Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2017
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 97 50.3 50.3 50.3
perempuan 96 49.7 49.7 100.0
Total 193 100.0 100.0
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 193
Missing 0
Mean .50
Median .00
Mode 0
Std. Deviation .501
118
3. Gambaran Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2017
Statistics
Kat_Pengetahuan_median
N Valid 193
Missing 0
Mean .5699
Median 1.0000
Kat_Pengetahuan_median
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kurang 83 43.0 43.0 43.0
baik 110 57.0 57.0 100.0
Total 193 100.0 100.0
4. Gambaran Penilaian Rasa Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2017
Statistics
kat_rasa
N Valid 193
Missing 0
Mean .0570
Median .0000
Mode .00
Std. Deviation .23244
kat_rasa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid penting 182 94.3 94.3 94.3
tidak penting 11 5.7 5.7 100.0
Total 193 100.0 100.0
5. Gambaran Penilaian Warna Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan
UIN Jakarta Tahun 2017
Statistics
kat_warna
N Valid 193
Missing 0
Mean .1399
Median .0000
Mode .00
Std. Deviation .34778
119
kat_warna
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid penting 166 86.0 86.0 86.0
tidak penting 27 14.0 14.0 100.0
Total 193 100.0 100.0
6. Gambaran Penilaian Tekstur Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan
UIN Jakarta Tahun 2017
Statistics
kat_tekstur
N Valid 193
Missing 0
Mean .2435
Median .0000
Mode .00
Std. Deviation .43032
kat_tekstur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid penting 146 75.6 75.6 75.6
tidak penting 47 24.4 24.4 100.0
Total 193 100.0 100.0
7. Gambaran Penilaian Proses Memasak Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Statistics
kat_prosesmasak
N Valid 193
Missing 0
Mean .0881
Median .0000
Mode .00
Std. Deviation .28415
kat_prosesmasak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid penting 176 91.2 91.2 91.2
tidak penting 17 8.8 8.8 100.0
Total 193 100.0 100.0
120
8. Gambaran Penilaian Bentuk Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan
UIN Jakarta Tahun 2017
Statistics
kat_bentuk
N Valid 193
Missing 0
Mean .1295
Median .0000
Mode .00
Std. Deviation .33666
kat_bentuk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid penting 168 87.0 87.0 87.0
tidak penting 25 13.0 13.0 100.0
Total 193 100.0 100.0
9. Gambaran Penilaian Bumbu Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan
UIN Jakarta Tahun 2017
Statistics
kat_bumbu
N Valid 193
Missing 0
Mean .1399
Median .0000
Mode .00
Std. Deviation .34778
kat_bumbu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid penting 166 86.0 86.0 86.0
tidak penting 27 14.0 14.0 100.0
Total 193 100.0 100.0
121
10. Gambaran Kesukaan Orang Tua Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Statistics
Preferensi_Ibu_4kat
N Valid 193
Missing 0
Mean 3,6218
Median 4,0000
Std. Deviation ,60977
Preferensi_Ibu_4kat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
tidak suka 13 6,7 6,7 6,7
suka 47 24,4 24,4 31,1
sangat suka 133 68,9 68,9 100,0
Total 193 100,0 100,0
11. Gambaran Ketersediaan di Rumah Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Statistics
Ketersediaan3k_rumah_anak
N Valid 193
Missing 0
Mean 1.4560
Median 1.0000
Std. Deviation .57679
Ketersediaan3k_rumah_anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak tersedia 8 4.1 4.1 4.1
kadang tersedia 89 46.1 46.1 50.3
selalu tersedia 96 49.7 49.7 100.0
Total 193 100.0 100.0
122
12. Gambaran Ketersediaan di Sekolah Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Statistics
Ketersedian3k_sekolah_anak
N Valid 193
Missing 0
Mean .8549
Median 1.0000
Std. Deviation .78375
Ketersedian3k_sekolah_anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak tersedia 75 38.9 38.9 38.9
kadang tersedia 71 36.8 36.8 75.6
selalu tersedia 47 24.4 24.4 100.0
Total 193 100.0 100.0
13. Hubungan Jenis Kelamin dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4
dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Crosstab
ScorePreferensi_4kat Total
tidak suka suka sangat suka
Jenis Kelamin
laki-laki
Count 11 40 46 97
% within Jenis
Kelamin
11,3% 41,2% 47,4% 100,0%
perempuan
Count 12 34 50 96
% within Jenis
Kelamin
12,5% 35,4% 52,1% 100,0%
Total
Count 23 74 96 193
% within Jenis
Kelamin
11,9% 38,3% 49,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square ,691a 2 ,708
Likelihood Ratio ,692 2 ,707
Linear-by-Linear Association ,124 1 ,724
N of Valid Cases 193
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 11,44.
123
14. Hubungan Pengetahuan dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi Kelas 4
dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Crosstab
ScorePreferensi_4kat Total
tidak suka suka sangat suka
Kat_Pengetahu
an_median
kurang
Count 8 36 39 83
% within
Kat_Pengetahua
n_median
9,6% 43,4% 47,0% 100,0%
baik
Count 15 38 57 110
% within
Kat_Pengetahua
n_median
13,6% 34,5% 51,8% 100,0%
Total
Count 23 74 96 193
% within
Kat_Pengetahua
n_median
11,9% 38,3% 49,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1,818a 2 ,403
Likelihood Ratio 1,824 2 ,402
Linear-by-Linear Association ,007 1 ,934
N of Valid Cases 193
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,89.
15. Hubungan Kesukaan Orang Tua dengan Preferensi Sayur pada Siswa-Siswi
Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Preferensi_Ibu_4kat * Preferensi_Anak_3kat Crosstabulation
Preferensi_Anak_3kat
Total suka sangat suka
Preferensi_Ibu_4kat tidak suka Count 12 1 13
% within Preferensi_Ibu_4kat 92.3% 7.7% 100.0%
suka Count 38 9 47
% within Preferensi_Ibu_4kat 80.9% 19.1% 100.0%
sangat suka Count 47 86 133
% within Preferensi_Ibu_4kat 35.3% 64.7% 100.0%
Total Count 97 96 193
% within Preferensi_Ibu_4kat 50.3% 49.7% 100.0%
124
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 38.633a 2 .000
Likelihood Ratio 41.820 2 .000
Linear-by-Linear Association 35.711 1 .000
N of Valid Cases 193
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 6.47.
16. Hubungan Ketersediaan Sayur di Rumah dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
17. Ketersediaan3k_rumah_anak * Preferensi_Anak_2kat Crosstabulation
Preferensi_Anak_2kat
Total tidak suka suka
Ketersediaan3k
_rumah_anak
tidak tersedia Count 2 6 8
% within
Ketersediaan3k_rumah_anak 25.0% 75.0% 100.0%
kadang tersedia Count 17 72 89
% within
Ketersediaan3k_rumah_anak 19.1% 80.9% 100.0%
tersedia Count 4 92 96
% within
Ketersediaan3k_rumah_anak 4.2% 95.8% 100.0%
Total Count 23 170 193
% within
Ketersediaan3k_rumah_anak 11.9% 88.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 11.174a 2 .004
Likelihood Ratio 11.933 2 .003
Linear-by-Linear Association 10.687 1 .001
N of Valid Cases 193
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .95.
125
18. Hubungan Ketersediaan Sayur di Sekolah dengan Preferensi Sayur pada
Siswa-Siswi Kelas 4 dan 5 MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2017
Crosstab
ScorePreferensi_4kat Total
tidak suka suka sangat suka
Ketersediaan
3k_sekolah_a
nak
tidak
tersedia
Count 14 35 26 75
% within
Ketersediaan3k
_sekolah_anak
18,7% 46,7% 34,7% 100,0%
tersedia
Count 4 24 43 71
% within
Ketersediaan3k
_sekolah_anak
5,6% 33,8% 60,6% 100,0%
tersedia
Count 5 15 27 47
% within
Ketersediaan3k
_sekolah_anak
10,6% 31,9% 57,4% 100,0%
Total
Count 23 74 96 193
% within
Ketersediaan3k
_sekolah_anak
11,9% 38,3% 49,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 13,186a 4 ,010
Likelihood Ratio 13,572 4 ,009
Linear-by-Linear Association 7,553 1 ,006
N of Valid Cases 193
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5,60.