Post on 18-Dec-2020
FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN PENDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD MAJENE
KABUPATEN MAJENE
DETERMINAN FACTORS OF THE POST PARTUM HEMORAGE IN MAJENE HOSPITALS
DARMIN DINA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN PENDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD MAJENE
KABUPATEN MAJENE
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Disusun dan diajukan oleh
DARMIN DINA
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Darmin Dina
Nomor Pokok : P1807211523
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang s.aya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, April 2013
Yang menyatakan,
Darmin Dina
v
PRAKATA
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan banyak anugerah, sehingga penyusunan
tesis ini dengan judul “Faktor Determinan Kejadian Perdarahan
Postpartum di Rumah Sakit Umum Majene Kabupaten Majene”, dapat
terselesaikan.
Dalam penyusunan tesis ini banyak tantangan yang dialami, tetapi
berkat bantuan, bimbingan, arahan maupun masukan serta kerjasama
dari berbagai pihak maka hal tersebut dapat teratasi. Karena itu
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Idrus Paturusi selaku Rektor Universitas Hasanuddin,
Prof. Dr. Ir. Mursalim selaku Direktur Program Pasca Sarjana,
Dr. dr. Noer Bahry Noor, M.Sc selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
2. Prof. Dr. dr. Buraerah H. Abd. Hakim, M.Sc, selaku Ketua Konsentrasi
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga.
3. Dr.dr.Arifin Seweng.,MPH, selaku Ketua Komisi Penasehat yang tidak
pernah lelah meluangkan waktu dan pikiran disela-sela kesibukan
untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga tesis ini dapat
diselesaikan.
4. Dr. Mappeaty Nyorong,Drs.,MPH sebagai anggota Komisi Penasehat
yang dengan tekun dan sabar memberikan bimbingan petunjuk dalam
menyelesaikan penyusunan tesis ini.
5. Dr. Masni, Apt,MSPH., Dr. dr.H.M. Tahir Abdullah,M.Sc., MSPH dan
dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D sebagai tim penguji.
vi
6. H. Muh.Zikir sewai,selaku ketua Yayasan Hikmat Makassar yang telah
banyak memberikan bantuan moril kepada penulis untuk melanjutkan
studi Program Magister.
7. Jajaran Pengelola Program Pascasarjana dan dosen-dosen Pasca
Sarjana Kesehatan Masyarakat konsentrasi Kesehatan Reproduksi
dan Keluarga Universitas Hasanuddin Makassar, atas bantuannya
selama perkuliahan.
8. Suami tercinta (Sertu Santoso), ananda tersayang (Yusri Prasetio
Prihatmojo), kedua Orang tua (Ibunda Hj. Basmawati, Ayahanda
H.Makkadina),serta saudara-saudara dan Keluarga Besar, yang
dengan penuh kesabaran, memberikan semangat dan dorongan serta
doa untuk keberhasilan penulis.
9. Teman-teman seangkatan Program Pasca Sarjana Konsentrasi
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga yang telah memberikan bantuan
maupun masukan selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu mohon saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan tesis ini.Besar harapan penulis agartesis ini bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.
Makassar, April 2013
Darmin Dina
vii
viii
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................. i
LEMBAR PENGAJUAN ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN…..................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................. iv
PRA KATA ............................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xiv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................. xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perdarahan Postpartum............. 9
B. Tinjauan Umum Tentang Proses Adaptasi Psikologis Ibu
Masa Nifas ........................................................................ 19
C. Tinjauan Umum Faktor Risiko perdarahan Postpartum ........ 27
D. Kerangka Teori Penelitian…………………………............. 42
x
E. Kerangka Konsep .............................................................. 43
F. Hipotesis Penelitian……………........................................... 44
G. Defenisi Operasional dan Kreteria Objektif ....................... 44
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................... 49
B. Lokasi dan waktu Penelitian .............................................. 51
C. Populasi dan sampel .......................................................... 51
D. Definisi Operasional .......................................................... 52
E. Kontrol Kualitas ................................................................. 53
F. Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................ 56
G. Analisis Data ..................................................................... 61
H. Pengujian Hipotesis .......................................................... 61
I. Penyajian Data ................................................................. 62
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................. 66
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................ 82
C. Keterbatasan Penelitian ……............................................. 94
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 98
B. Saran ................................................................................. 99
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
nomor halaman
1 Tabel Observasi …………………............................ 14
2 Diagnosis Perdarahan Post Partum....................... 15
3 Sintesis besar resiko umur terhadap kejadian
PerdarahanPost Partum…........................... 29
4 Sintesis besar resiko paritas terhadap kejadian PerdarahanPost Partum…………................ 32
5 Sintesis besar resiko anemia terhadap kejadian PerdarahanPost Partum.............................. 36
6 Sintesis besar resiko riwayat persalinan terhadap KejadianPerdarahanPost Partum................. 37
7 Sintesis besar resiko partus lama terhadap kejadian
PerdarahanPost Partum............................... 39
8 Nilai korelasi Hasil Uji Coba Kuesioner di RSUD Majene tahun 2013...................................... 59
9 Distribusi Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan kelompok umur di RSUD Majene tahun 2013....................................... 67
10 Distribusi Kejadian Perdarahan Post Partum
Berdasarkan tingkat pendidikan di RSUD Majene tahun 2013....................................... 68
11 Resiko Kejadian Perdarahan Post Partum
Berdasarkan umur ibu di RSUD Majene tahun 2013....................................... 70
12 Resiko Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan paritas ibu di RSUD
Majene tahun 2013....................................... 71
13 Resiko Kejadian Perdarahan Post Partum
xii
Berdasarkan Riwayat persalinan di RSUD Majene tahun 2013...................................... 73
14 Resiko Kejadian Perdarahan Post Partum
Berdasarkan Partus lama di RSUD Majene tahun 2013....................................... 74
15 Resiko Kejadian Perdarahan Post Partum
Berdasarkan Anemia di RSUD Majene tahun 2013....................................... 75
16 Resiko Kejadian Perdarahan Post Partum
Berdasarkan Penyakit Ibu di RSUD Majene tahun 2013....................................... 77
17 Rangkuman hasil analisis faktor resiko dengan
Kejadian perdarahan post partumdi RSUD
Majene tahun 2013....................................... 78
18 Hasil analisis regresi logistik bergandaResiko Perdarahan Post Partum di RSUD
Majene tahun 2013....................................... 80
19 Perbandingan hasil analisis bivariat dan multifariat 81
xiii
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
1 Model Kerangka Teori ............................................ 43
2 Model Kerangka Konsep Penelitian ....................... 48
3 Model Desain Penelitian ......................................... 55
4 Alur Penelitian ........................................................ 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
1 Lembar Permohonan menjadi Responden 104
2 Kuesioner Penelitian .............................................. 105
3 Master Tabel hasil penelitian................................... 110
4 Distribusi Data Umum Responden.......................... 121
5 Analisis tabulasi silang ........................................... 126
6 Matching variabel paritas ........................................ 133
7 Analisis linier berganda logistik ................................ 134
8 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS ........................ 137
9 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan
Masyarakat UNHAS .......................................... 138
10 Rekomendasi Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Majene………............. 139
11 Rekomendasi Penelitian dari RSUD Majene…….. 140
12 Surat Keterangan telah selesai melakukan Penelitian dari RSUD Majene............................................ 141
xv
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Arti dan keterangan
PPP : Perdarahan Post Partum
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
BBLN : Bayi Berat Lahir Normal
BTA : Basil Tahan Asam
CO : Carbon Monoksida
ELBW : Extremelly Low Birth Weight
EPDs : Edinburgh Postnatal Depression Scale
Hb : Hemoglobin
IUGR : Intra Uterine Growth Retardation
KJDR : Kematian Janin Dalam Rahim
OR : Odds Ratio
O2 : Oksigen
PMS : Penyakit Menular Seksual
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDM : Sumber Daya Manusia
URT : Urusan Rumah Tangga
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan post partum merupakan salah satu masalah penting
karena berhubungan dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan
kematian. Walaupun angka kematian maternal telah menurun dari tahun
ke tahun dengan adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan,
persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah, namun
perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian ibu.
Kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan menurut penyebab
mediknya sebagai obstetrik “langsung” dan “tidak langsung”. Menurut
laporan WHO (2008) bahwa kematian ibu di dunia disebabkan oleh
perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%,
aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8% dan
penyebab lain 7%.
Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian
ibu disebabkan oleh pendarahan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah; proporsinya
berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%. Walaupun seorang
perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca
2
persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat
(anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan (Profil Kesehatan Indonesia, 2008).
Indonesia, sebagai negara berkembang dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi, masih menghadapi masalah tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,
menunjukkan AKB sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar
228 per 100 ribu kelahiran hidup. Meskipun AKI dan AKB telah mengalami
penurunan, tetapi AKI dan AKB tetap menjadi masalah kesehatan yang
penting untuk diperhatikan. Hal tersebut karena di samping penurunan
yang belum mencapai taget, juga karena AKI dan AKB merupakan
indikator status kesehatan ibu dan anak. Target penurunan AKI di
Indonesia pada tahun 2010 adalah 150 per 100 ribu kelahiran hidup
(Depkes. RI, 2008).
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap
tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai
meninggal. Di US tahun 2005 sampai 2008, prevalensi perdarahan
postpartum meningkat 28%. Perdarahan postpartum meningkatkan
kemungkinan kematian di rumah sakit dan menyebabkan 19% dari
kematian ibu di rumah sakit (Polly.et.al. 2009)
Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan
terutama adalah perdarahan (28%). Sebab lain, yaitu eklamsi (24%),
3
infeksi (11%), partus lama (5%), dan abortus (5%) (Kompas, 2010).
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2005 jumlah ibu
meninggal karena perdarahan mencapai 38,24% (111,2 per 100 ribu
kelahiran hidup), gestosis 26,47% (76,97 per 100 ribu kelahiran hidup),
akibat penyakit bawaan 19,41 (56,44 per 100 ribu kelahiran hidup), dan
infeksi 5,88% (17,09 per 100 ribu kelahiran hidup) (Depkes. RI, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukaan shane di RSUD
Dr.Pirngadi medan tahun 2007-2009 dapat diketahui bahwa penyebab
utama perdarahan post partum adalah retensio placenta yaitu sebesar
53,7% diikuti laserasi jalan lahir sebesar 29,3%, atonía uteri 14,6 % dan
inversio uteri sebesar 2,4%.Begitu pula penelitian yang dilakukan ajenifuji
(2010) di Obufeni Awolowo University teaching hospital nigeria, yang
menemukan bahwa penyabab utama perdarahan post partum primer
adalah retensio placenta (71,05%). Di ikuti atoia uteri (15,79%), laserasi
jalan lahir (11,84%), sedangkan menurut mochtar (1995) bahwa atonía
uteri merupakan penyebab utama perdarahan post partu primer dengan
proporsi 50% - 60 %.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hal yang perlu ditempuh
dalam penurunan angka kematian akibat perdarahan dibutuhkan
pelaksanaan manajemen aktif kala III yang baik, selain itu mengurangi
faktor resiko dari penyebab perdarahan seperti atonía uteri dan ruptur
uteri.
4
Pada tahun 2004 angka kematian ibu di Sulawesi Barat mencapai
110/100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI yaitu perdarahan 60 orang
(64,11%), preeklampsia-eklampsia 13 orang (15,38%), infeksi 7 orang
(3,85%) dan lain-lain 30 orang (16,66%). Sedangkan pada tahun 2008
meningkat berkisar (119/100.000) ibu meninggal disebabkan oleh
perdarahan 73 orang (61,3%) infeksi 4 orang (3%) preeklampsia 21 orang
(17,6%) dan lain-lain 21 orang (17,6%). Pada tahun 2009 turun menjadi
59 kasus perdarahan yang menyebabkan AKI, dan pada tahun 2010
meningkat kembali menjadi 63 kasus .
Di berbagai negara berkembang, masih banyak keluarga
khususnya yang tinggal di pedesaan beranggapan bahwa lebih baik
memiliki keluarga besar daripada keluarga kecil. Hal ini mengakibatkan
banyak wanita yang terpaksa menikah serta melahirkan pada usia muda
dan tidak berhenti melahirkan sampai usia 40 tahun. Padahal salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan postpartum adalah
paritas. Paritas yang tinggi atau multipara akan menjadi salah satu faktor
pencetus atonia uteri, yang apabila tidak ditangani dengan baik akan
mengakibatkan perdarahan postpartum (Shehadeh A. 2011).
Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil juga
menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang
merupakan faktor utama kematian ibu. Anemia merupakan salah satu
faktor risiko yang dapat memperburuk keadaan ibu apabila disertai
perdarahan saat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
5
(Mardliyanti, dalam Fika tahun 2009). Prevalensi anemia pada wanita
hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya banyak
penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil lebih
besar dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada
trimester III berkisar 50-79%. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III
atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Anemia dapat berperan sebagai faktor pokok yang menyebabkan
seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal karena salah
satu dari lima penyebab utama kematian ibu hamil (kematian maternal),
yaitu perdarahan, sepsis, eklampsia, aborsi, dan partus macet (obstructed
labor). Sehingga anemia dapat bertanggung jawab pada 17-46% kasus
kematian maternal. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menderita
anemia selama kehamilan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
perdarahan postpartum. Ibu dengan anemi selama hamil mempunyai
risiko 4,27 kali untuk mengalami perdarahan pasca persalinan
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami anemia (Al – Ramahi M,
et.al, 2010).
Pada akhir – akhir ini terdapat kecenderungan wanita yang hamil
atau melahirkan pertama kali pada usia 35 tahun atau lebih.
Peningkatan ini kemungkinan oleh karena semakin berkembangnya
bidang pendidikan dan lapangan kerja bagi kaum wanita sehingga lebih
banyak wanita yang terlambat berkeluarga. Kehamilan pada usia yang
6
terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan risiko tinggi
dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
ibu maupun janin. Pada penelitian Awad Shehadeh di Queen Alia and
Prince Hashem Hospital pada primigravida berusia 35 tahun didapatkan
angka kejadian komplikasi keluaran maternal dan perinatal yang
meningkat bila dibandingkan dengan primigravida usia 20-25 tahun yaitu
pada kejadian perdarahan postpartum, persalinan dengan bedah
caesar, kelahiran prematur, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), kelahiran
mati (Shehadeh A. 2011).
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
Rumah Sakit Umum Daerah Majene yang peneliti kunjungi prevalensi
kejadian perdarahan postpartum cukup tinggi. Dari paparan di atas, maka
peneliti bermaksud ingin melakukan penelitian terkait dengan faktor
determinan yang mempengaruhi kejadian pendarahan postpartum di
RSUD Majene Kab. Majene.
B. Rumusan Masalah
Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam melebihi 500 ml
setelah bersalin. Anemia, paritas, dan usia ibu merupakan faktor risiko yang
dapat memperburuk keadaan ibu apabila disertai perdarahan saat kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan. Menurut WHO tahun 2008, 25% kematian ibu
di dunia disebabkan karena perdarahan. Berbagai latar belakang penyebab
dirumuskan dalam research question sebagai berikut seberapa besar risiko usia,
7
paritas, riwayat persalinan, partus lama dan anemia dengan kejadian
pendarahan postpartum di RSUD Majene Kabupaten Majene ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian pendarahan
postpartum di RSUD Majene Kab Majene.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis besar risiko usia terhadap kejadian pendarahan
postpartum.
b. Menganalisis besar risiko paritas terhadap kejadian pendarahan
postpartum.
c. Menganalisis besar risiko riwayat persalinan terhadap kejadian
pendarahan postpartum.
d. Menganalisis besar risiko partus lama terhadap kejadian
pendarahan postpartum.
e. Menganalisis besar risiko anemia terhadap kejadian pendarahan
postpartum.
f. Menganalisis faktor resiko yang paling dominan terhadap kejadian
perdarahan post partum.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Sebagai informasi atau masukan bagi pihak rumah sakit untuk
perencanaan pelayanan kesehatan yang baik bagi ibu hamil dan
bersalin.
2. Manfaat Praktisi
Dengan mengetahui faktor-faktor yang berperan pada perdarahan
postpartum khususnya anemia maka upaya deteksi dini dari faktor
risiko tersebut melalui pelayanan antenatal dapat lebih terarah,
terpadu dan tepat guna.
3. Manfaat Untuk Peneliti
Bagi peneliti sendiri memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman penelitian. Sehingga hasil ini dapat dijadikan sebagai
dasar penelitian selanjutnya
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perdarahan Postpartum
1. Pengertian
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya
perdarahan post partum dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage)
yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah anak lahir.
b) Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15
post partum. Menurut Wiknjosastro perdarahan, terutama
perdarahan post partum masih merupakan salah satu dari sebab
utama kematian ibu dalam persalinan. Karena itu ada tiga hal yang
harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan dari post partum, yaitu :
(1) Penghentian darah
(2) Jaga jangan sampai timbul syok
(3) Penggantian darah yang hilang
10
2. Etiologi
Etiologi perdarahan post partum terdiri dari :
a) Atonia Uteri
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah :
(1) Umur ; umur yang terlalu tua atau muda
(2) Paritas ; sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
(3) Partus lama dan partus terlantar
(4) Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemeli,
hidramnion, atau janin besar.
(5) Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair
pada solusio plasenta.
(6) Faktor sosial ekonomi, yaitu malnutrisi
b) Retensio plasenta
Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1
jam setelah bayi lahir. Sebab-sebabnya adalah :
(1) His kurang kuat(sebab penting)
(2) Plasenta sukar terlepas
c) Sisa plasenta
Sisa plasenta atau selaput ketuban yang menghalangi
kontraksi uterus, sehingga masih ada pembuluh darah yang
terbuka, ruptur uteri.
11
d) Laserasi jalan lahir
Robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera
ditangani
e) Inversio uteri
Tiga faktor yang menyebabkan terjadinya inversio uteri :
(1) Tonus otot rahim yang lemah
(2) Tekanan atau tarikan pada fundus
(3) Canalis cervicalis yang longgar
3. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada diuterus melebar
untuk meningkatkan sirkulasi. atonia dan subinvolusi uteri
menyebabakan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah
yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terus
menerus. Trauma jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi
perineum, dan ruptur uteri juga menyebabkan perdarahan karena
terbukanya pembuluh darah.
4. Tanda dan gejala
Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (>500ml), nadi lemah, pucat, lochia berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih dan dapat terjadi shok hipovolemik,
tekanan darah rendah dan mual. selain itu juga, dijumpai gejala nyeri
yang hebat. Tanda-tanda klinis :
12
a) Perdarahan post partum primer
Hipotensi dan takikardia yang menyertai perdarahan setelah
anak lahir telah terjadi hipovolemia berat dan penderita sudah
dalam keadaan shok. Akan tetapi, pada keadaan tekanan darah
dan nadi yang normal tidak dengan sendirinya menandakan
penderita tidak dalam keadaan shok. Perkiraan jumlah darah
dengan cara melihat darah yang keluar, walaupun ditampung
dalam nier bakken pun tidak menyatakan kebenaran. Karena pada
keadaan yang demikian kehilangan darah yang sesungguhnya dari
sirkulasi dengan pengukuran yang tepat bisa jadi telah dua kali lipat
dari yang disaksikan secara visual. Oleh karena itu, dalam
mengahadapi kasus perdarahan setelah anak lahir tidak boleh
terpaku pada normalitas tanda-tanda vital, yaitu tekanan darah dan
nadi.
b) Perdarahan post partum sekunder
Perdarahan umumnya terjadi dalam minggu ke-2 atau ke-3
masa nifas. biasanya tidak banyak, kadang-kadang lebih banyak
dari darah haid dan berwarna merah tua serta berbau kalau sudah
ada infeksi. Melalui jalan lahir kadang-kadang keluar bekuan darah
atau jaringan-jaringan sisa plasenta atau selaput ketuban nekrotik.
Sering disertai subinvolusio uteri atau kenaikan suhu badan. pada
pemeriksaan dalam uterus masih lebih besar dari pada sepatutnya
13
dan teraba lembut, kadang-kadang terasa nyeri kalau sudah ada
infeksi.
Gejala klinis yang umum terjadi adalah kehilangan darah
dalam jumlah yang banyak (>500ml), nadi lemah, pucat, lochia
berwarna marah, haus pusing, gelisah, letih dan dapat terjadi shok
hipovolemi, tekanan darah rendah dan mual. Selain itu juga,
dijumpai gejala nyeri yang hebat. Gejala klinis berdasarkan
penyebab :
(1) Atonia uteri
Gejala utama yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi,
perdarahan segera setelah anak lahir. Gejala yang kadang-
kadang timbul : shok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
atau lemah, gelisah dan mual)
(2) Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30
menit, perdarahan segera kontraksi uterus baik. Gejala yang
kadang-kadang timbul : tali pusat putus, inversio uteri akibat
tarikan, perdarahan lanjutan.
(3) Sisa plasenta
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput
tidak lengkap, perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang
ada : uterus berkontraksi dengan baik,tetapi tinggi fundus tidak
berkurang
14
(4) Laserasi jalan lahir
Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar
mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik
(Leveno, Kenneth J. 2009).
5. Diagnosis Perdarahan Post Partum
Penilaian klinik untuk menentukan derajat syok dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 1. Tabel Observasi
Volume
kehilangan darah
Tekanan
Darah
(Sistolik)
Gejala dan Tanda Derajat Syok
500 - 1.000 mL
(10-15%)
Normal Palpitasi,
takikardia,pusing
Terkompensasi
1000 – 1500 mL
(15-25%)
Penurunan
ringan (80 –
100 mm Hg)
Lemah,
takikardia,
berkeringat
Ringan
1.500 - 2.000 mL
(25-35%)
Penurunan
sedang (70-
80 mm Hg)
Gelisah,pucat,
oliguria
Sedang
2000-3000 mL
(35-50%)
Penurunan
tajam (50-70
mm Hg)
Pingsan,
hipoksia, anuria
Berat
Sumber : Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2011
Diagnosis perdarahan postpartum dapat digolongkan berdasarkan
tabel berikut ini (Saifuddin, 2002) :
15
Tabel 2. Diagnosis Perdarahan Post Partum
Gejala dan tanda yang selalu
ada
Gejala dan tanda yang
kadang-kadang ada
Diagnosis
Kemungkinan
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b. Perdarahan segera setelah anak lahir (Perdarahan Pascapersalina Primer)
a. Syok Atonia Uteri
a. Perdarahan segera b. Darah segar yang
mengalir segera setelah bayi lahir
c. Uterus kontraksi baik d. Plasenta Lengkap
a. Pucat b. Lemah c. Menggigil
Robekan Jalan Lahir
a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit
b. Perdarahan segera c. Uterus Kontraksi baik
a. Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
b. Inversio uteri akibat tarikan
c. Perdarahan lanjutan
Retensio Plasenta
a. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
b. Perdarahan segera
a. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
Tertinggalnya
sebagian plasenta
a. Uterus tidak teraba b. Lumen vagina terisi massa c. Tampak tali pusat (jika
plasenta belum lahir) d. Perdarahan segera e. Nyeri sedikit atau berat
a. Syok neurogenik b. Pucat dan Limbung
Inversio Uteri
a. Sub-involusi uterus b. Nyeri tekan perut bawah c. Perdarahan > 24 jam
setelah persalinan. Perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi)
a. Anemia b. Demam
Perdarahan
terlambat,
Endometrisis atau
sisa plasenta
(terinfeksi atau tidak)
a. Perdarahan segera b. Nyeri perut berat (kurangi
dengan rupture)
a. Syok b. Nyeri tekan perut c. Denyut nadi ibu
cepat
Robekan dinding
uterus (Ruptura
Uteri)
16
6. Manajemen Perdarahan Postpartum
Tujuan utama pertolongan pada pasien dengan perdarahan post
partum adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan
secepat mungkin.
Terapi pada pasien dengan perdarahan postpartum mempunyai 2 bagian
pokok :
a. Resusitasi dan manajemen yang baik terhadap perdarahan
Pasien dengan hemorraghe post partum memerlukan penggantian
cairan dan pemeliharaan volume sirkulasi darah ke organ – organ
penting. Pantau terus perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital
pasien. Pastikan dua kateler intravena ukuran besar (16) untuk
memudahkan pemberian cairan dan darah secara bersamaan apabila
diperlukan resusitasi cairan cepat.
b.Sisa plasenta
Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah
kompresi bimanual ataupun massase dihentikan, bersamaan
Pemberian cairan : berikan normal saline atau ringer lactate
c.Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red cell
d.Evaluasi pemberian cairan dengan memantau produksi urine (dikatakan
perfusi cairan ke ginjal adekuat bila produksi urin dalam 1jam 30 cc
atau lebih).
Manajemen penyebab hemorraghe postpartum
Tentukan penyebab hemorraghe postpartum :
17
a. Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan
di fundus uteri dan lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan
darah di uterus dan vagina. Apabila terus teraba lembek dan tidak
berkontraksi dengan baik perlu dilakukan massase yang lebih keras
dan pemberian oxytocin. Pengosongan kandung kemih bisa
mempermudah kontraksi uterus dan memudahkan tindakan
selanjutnya. Lakukan kompres bimanual apabila perdarahan masih
berlanjut, letakkan satu tangan di belakang fundus uteri dan tangan
yang satunya dimasukkan lewat jalan lahir dan ditekankan pada fornix
anterior. Pemberian uterotonica jenis lain dianjurkan apabila setelah
pemberian oxytocin dan kompresi bimanual gagal menghentikan
perdarahan, pilihan berikutnya adalah ergotamine.
b. Sisa plasenta
Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah
kompresi bimanual ataupun massase dihentikan, bersamaan
pemberian uterotonica lakukan eksplorasi. Beberapa ahli
menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini sulit dilakukan
tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan
hentikan pemberian uterotonica selama dilakukan eksplorasi. Setelah
eksplorasi lakukan massase dan kompresi bimanual ulang tanpa
menghentikan pemberian uterotonica. Pemberian antibiotic spectrum
luas setelah tindakan ekslorasi dan manual removal.
18
Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus tidak baik
bisa dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi. Pemasangan
tamponade uterrovaginal juga cukup berguna untuk menghentikan
perdarahan selama persiapan operasi
b. Trauma jalan lahir
Perlukaan jalan lahir sebagai penyebab pedarahan apabila uterus
sudah berkontraksi dengan baik tapi perdarahan terus berlanjut. Lakukan
eksplorasi jalan lahir untuk mencari perlukaan jalan lahir dengan
penerangan yang cukup. Lakukan reparasi penjahitan setelah diketahui
sumber perdarahan, pastikan penjahitan dimulai diatas puncak luka dan
berakhir dibawah dasar luka. Lakukan evaluasi perdarahan setelah
penjahitan selesai.Hematom jalan lahir bagian bawah biasanya terjadi
apabila terjadi laserasi pembuluh darah dibawah mukosa,
penetalaksanaannya bisa dilakukan incise dan drainase. Apabila
hematom sangat besar curigai sumber hematom karena pecahnya arteri,
cari dan lakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan.
c. Gangguan pembekuan darah
Manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa
plasenta dan perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik
kecurigaan penyebab perdarahan adalah gangguan pembekuan darah.
Lanjutkan dengan pemberian produk darah pengganti
(trombosit,fibrinogen).
19
B. Tinjauan Umum Tentang Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa
Nifas
Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia
hamil. Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyta
sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering lekas
marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan
manifestasi dari emosi yang labil.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan,
ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
1. Fase taking In
Fase taking In yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
Pada fse ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri.Ketidak
nyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri
pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat
untuk mencegahgangguan psikologi yang mungkin dialami, seperti
mudah tersinggung, menangis. Pada faseini petugas kesehatan harus
menggunakan pendekatan empatik agar ibu dapat melewati fase ini
dengan baik. Ibu hanya ingin didengarkan dan diperhatikan.
20
Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu yang
cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu,kehadiran
suami atau keluarga sangat diperlukan pada fase ini. Petugas
kesehatan dapat menganjurkan suami dan keluarga untuk
memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk
mendengarkan semua hal yang disampaikan agar ibu dapat melewati
fase ini dengan lancar.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu sangat
mempengaruhi kelancaran proses persalinan, ibu yang meras cemas
harus diberi dukungan sepenuhnya sehingga ibu tidak merasa sendiri.
Adapun gangguan psikologis yang mungkin dirasakan adalah :
a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan
tentang bayinya missal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis
rambut dan lain-lain.
b) Ketidak nyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami
ibu missal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali
pada keadeaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.
c) Rasa bersalah karena belum bias menyusui bayinya
d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat
bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan
merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya
tanggung jawab ibu semata.
21
2. Fase Taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
keyidak mampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu mempunyai perasaan sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu.Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehtan pada fase
ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai
penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas.
Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui
yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan
pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat,
kebersihan diri dan lain-lain.
3. Fase Letting Go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab diri
dengan akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari
setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjag untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu
akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan
kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat
22
berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri
dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan
ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan
urusan rumah tangga sehingga ibu jangan terlalu terbaebani. Ibu
memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik
yang bagus untuk dapat merawat bayinya. (Suherni, 2009).
4. Post partum Blues
a) Definisi Postpartum blues
Adalah suatu tingkat keadaan depresi bersifat sementara
yang dialami oleh kebanyakan ibu yang baru melahirkan karena
perubahan tingkat hormon, tanggung jawab baru akibat perluasan
keluarga dan pengasuhan terhadap bayi. Keadaan ini biasanya
muncul antara hari ke-tiga hingga ke-sepuluh pasca persalinan,
seringkali setelah pasien keluar dari rumah sakit. Apabila gejala ini
berlanjut lebih dari dua minggu, maka dapat menjadi tanda
terjadinya gangguan depresi yang lebih berat, ataupun psikosis
postpartum dan tidak boleh diabaikan (Sitti Saleha, 2009).
b) Gejala-gejala post partum blues
Ciri-ciri postpartum blues menurut Young dan Ehrhard
diantaranya adalah Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang
bergantian dan sulit diprediksi seperti menangis, kelelahan, mudah
tersinggung, kadang-kadang mengalami kebingungan ringan atau
mudah lupa, Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi
23
yang baru dilahirkannya, ketidaknyamanan karena kelahiran anak,
dan perasaan asing terhadap lingkungan tempat bersalin, Merasa
kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena
suasana hati yang terus berubah-ubah, Kehilangan kontrol
terhadap kehidupannya karena ketergantungan bayi yang baru
dilahirkannya.
Kennerley dan Gath menggambarkan suatu instrumen yang
reliabel dan valid yang mengukur tujuh gejala postpartum blues,
yaitu perubahan suasana hati yang tidak pasti, merasa “tidak
mampu”, kecemasan, perasaan emosional yang berlebihan,
mengalami kesedihan, kelelahan, dan kebingungan atau fikiran
yang kacau (Sitti Saleha, 2009).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Postpartum Blues :
1. Faktor Biologis
Yang termasuk faktor biologis adalah hormonal dimana
terjadinya perubahan kadar sejumlah hormon dalam tubuh ibu
pasca persalinan secara tiba-tiba dalam jumlah yang besar,
yaitu progesteron, estrogen, kelenjar tiroid, endorfin, estradiol,
cortisol, dan prolaktin yang menimbulkan reaksi afektif
tertentu. Kemudian factor kelelahan fisik, yaitu kelelahan fisik
akibat proses persalinan yang baru dilaluinya, dehidrasi,
kehilangan banyak darah, atau faktor fisik lain yang dapat
menurunkan stamina ibu.
24
2. Faktor Psikologis
Yang termasuk faktor psikologis adalah : wanita yang
menilai dirinya lebih maskulin. Wanita perfeksionis dengan
pengharapan yang tidak realistis dan selalu berusaha
menyenangkan orang lain, Ibu dengan harga diri yang rendah,
wanita yang mudah mengalami kecemasan, ketakutan akan
tugas dan terjadinya depresi selama kehamilan.
3. Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhinya adalah Kehamilan
yang tidak diinginkan, Perasaan bingung antara penerimaan
dan penolakan terhadap peran baru sebagai ibu. Kesibukan
mengurus bayi dan perasaan ibu yang merasa tidak mampu
atau khawatir akan tanggung jawab barunya sebagai ibu,
Perasaan kecewa dengan keadaan fisik dirinya juga bayinya.
4. Keadaan sosial ekonomi
Wanita yang harus kembali bekerja setelah melahirkan,
Keadaan sosial ekonomi yang tidak mendukung.
5. Dukungan Sosial
Ketegangan dalam hubungan pernikahan dan keluarga,
Penyesuaian sosial yang buruk, kurangnya dukungan dari
suami dan orang-orang sekitar, wanita yang tidak bersuami.
25
5. Depresi Postpartum
Depresi postpartum adalah munculnya gangguan mood dan
kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh
prosesmental yang muncul setelah melahirkan (pasca slin). Pada
periode mulai hari ke-4 sampai kurang lebih 3-4 minggu disertai gejala
mimpi buruk, tidak dapat tidur, cemas, meningkatnya sensitivitas, dan
perubahan mood seperti sedih, kurang nafsu makan, mudah marah,
kelelahan, sulit berkonsentrsi, perasaan tidak berharga, menyalahkan
diri, dan tidak mempunyai harapan untuk masa depan. (Soep, 2009)
a. Diagnosis Depresi post partum
Menurut Soep (2009), bahwa gejala depresi postpartum yang
dialami 60% wanita hampir sama dengan gejala depresi pada
umumnya. Tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang
umum. Depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik
antara lain :
1) Mimpi buruk, akibat mimpi-mimpi buruk yang menakutkan
sehingga sering terbangun dan tidak dapat tidur lagi.
2) Insomnia, biasa timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang
mendasari seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi
lain yang terjadi dalam hidup manusia.
3) Phobia, rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau
keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh ibu,
walaupun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya.
26
4) Kecemasan, rasa tidak aman dan khawatir yang timbul karena
dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.
5) Meningkatnya sensitivitas, periode pasca kelahiran meliputi
banyak sekali penyesuain diri dan pembiasaan diri. Bayi harus
diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan, ibu harus belajar
bagaimana cara merawat bayi.
6) Perubahan mood, depresi postpartum muncul dengan gejala
sebagai berikut: sedih, murung, perasaan tidak berharga, mudah
marah, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit
berkonsentrasi, kurang napsu makan, gangguan tidur, dan tidak
mempunyai harapan untuk masa depan.
Secara global diperkirakan 20% wanita setelah melahirkan
mengalami depresi postpartum dengan gejala-gejala hampir sama
dengan gejala depresi psikosis. Gejala tersebut dengan ciri khas:
Perasaan yang negatif pada bayi yang dilahirkannya, Kesulitan
untuk tidur, Sering menangis, Makan terlalu banyak atau sedikit,
Rasa tidak berharga dan rasa bersalah, Menjauhkan diri dari teman
atau keluarga, Kehilangan harapan dan pesimistik, Sakit Kepala,
nyeri dada, jantung berdebar-debar, dan napas cepat, Sulit untuk
berkonsentrasi dan tidak dapat membuat keputusan,
merencanakan dan percobaan bunuh diri (Varney Helen, 2007)
27
b. Penatalaksanaan depresi post partum
Banyak perempuan tidak mau bercerita bahwa mereka
menderita depresi post partum, karena merasa malu, takut dan
merasa bersalh karena merasa depresi disaat seharusnya bahagia,
dan takut dikatakan tidak layak untuk menjadi ibu.
Ada beberapa yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi
tersebut antara lain: Banyak istirahat sebisanya, tidurlah selama
bayi tidur, Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan
semuanya sendiri, kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti
saat merasa lelah, Mintalah bantuan untuk mengerjakan
pekerjaanrumah tangga dan pemberian makan pada malam hari,
mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui saat
malam hari sehingga ibu dapat menyusui ditempat tidur tanpa
harus banyak bergerak, Bicarakan dengan suami, keluarga, teman,
mengenai perasaan yang dimiliki, Jangan sendirian dalam jangka
waktu lama, pergilah keluar rumah untuk merubah suasana hati,
Bicaralah dengan ibunda agar dapat saling bertukar pengalaman,
Ikuti Support untuk perempuan dengan depresi melalui edukasi,
Jangan membuat perubahan hidup yang sangat drastis selama
kehamilan dan sebagainya (Varney Helen, 2007).
28
C. Tinjauan Umum Tentang Faktor Risiko perdarahan Post Partum
a. Umur
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan post
Partum yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini
dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia
diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami
penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama
perdarahan akan lebih besar (Goldman JC, et al. 2011).
Seorang wanita jika ingin memiliki kesehatan reproduksi yang
prima seharusnya menghindari “4 terlalu” dimana dua diantaranya
adalah menyangkut dengan usia ibu. T yang pertama yaitu terlalu
muda artinya hamil pada usia kurang dari 20 tahun. Adapun risiko
yang mungkin terjadi jika hamil di bawah 20 tahun antara lain
keguguran, preeklampsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria),
eklampsia (keracunan kehamilan), timbulnya kesulitan persalinan
karena sistem reproduksi belum sempurna, bayi lahir sebelum
waktunya, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), fistula vesikovaginal
(merembesnya air seni ke vagina), fistula retrovaginal (keluarnya gas
dan tinja dari vagina) dan kanker leher rahim. T yang kedua adalah
terlalu tua artinya hamil di atas usia 35 tahun. Risiko yang mungkin
29
terjadi jika hamil pada usia terlalu tua ini antara lain adalah terjadinya
keguguran, preeklampsia, eklampsia, timbulnya kesulitan pada
persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan (Gordon
D, et.al. 2008).
30
Tabel 3.Sintesis besar resiko umur terhadap perdarahan post partum.
Peneliti/
Penulis
Karakteristik Studi Hasil
Temuan Subjek Instrumen Metode/
Desain
Gordon
Diet.at.2008
210 Kuesioner Perposite
Sampling
Umur < 20 tahun
memiliki resiko
2.013 kali
mengalami
perdarahan post
partum karena
atonia uteri.
Indrawati 120 wawancara Perposite
Sampling
Umur < 20 tahun
memiliki resiko
2,74 kali lebih
besar mengalami
perdarahan post
partum
dibandingkan
dengan wanita
yang memiliki
umur resiko
rendah.
Anna Widi
prianita
82 wawancara Perposite
Sampling
Umur tidak
signifikan
mempengaruhi
perdarahan post
partum primer.
Dimana umur >
35 tahun bukan
merupakan
factor resiko
perdarahan post
partum primer
(OR= 0,64; 95%,
Ci
Sumber: Data Sekunder, diolah dari berbagai sumber, 2012.
31
b. Pendidikan
Menurut Depkes RI (2004), pendidikan yang dijalani seseorang
memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil
keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima
perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang
berpendidikan lebih rendah. Pendidikan adalah upaya persuasi atau
pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan
tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-
masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh
pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan
kesadarannya melalui proses pembelajaran (Notoatmodjo, 2005).
c. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu
sebelum kehamilan atau persalinan saat ini. Paritas dikategorikan
menjadi 4 kelompok (Mochtar,R, 2005) :
(1)Nulipara adalah ibu dengan paritas 0
(2)Primipara adalah ibu dengan paritas 1
(3)Multipara adalah ibu dengan paritas 2-5
(4)Grand Multipara adalah ibu dengan paritas > 5
Paritas merupakan faktor risiko yang memengaruhi perdarahan
post partum primer. Pada paritas yang rendah (paritas 1) dapat
32
menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan
sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang
terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan semakin
sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari
3) maka uterus semakin lemah sehingga besar risiko komplikasi
kehamilan. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari
sudut perdarahan post partum yang dapat mengakibatkan kematian
maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai
angka kejadian perdarahan post partum lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas dapat
ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan risiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan (Manuaba, 2009).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Polly.et.al. (2009)
menunjukkan bahwa wanita primipara dan multipara memiliki
kehilangan darah sama besarnya pada pendarahan post partum,
wanita multipara mengalami kehilangan darah terbesar dibandingkan
dengan wanita nulipara. Paritas mempunyai pengaruh terhadap
kejadian perdarahan postpartum karena pada setiap kehamilan dan
persalinan terjadi perubahan serabut otot pada uterus yang dapat
menurunkan kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit
untuk melakukan penekanan pembuluh-pembuluh darah yang
33
membuka setelah lepasnya plasenta. Risiko terjadinya akan
meningkat setelah persalinan ketiga atau lebih yang mengakibatkan
terjadinya perdarahan post partum (Saifuddin, 2002).
Tabel 4 Sintesis besar resiko paritas terhadap perdarahan post partum
Peneliti/
Penulis
Karakteristik Studi Hasil
Temuan Subjek Instrumen Metode/
Desain
Anna Widi
Pranita
82 Kuesioner Perposive
Sampling
Paritas tidak signifikan
mempengaruhi perdarahan
primer. Meskipun tidak
bermakna secara statistic,
resiko perdarahan post
partum primer dua kali lebih
besar pada ibu yang memiliki
paritas > 3 dibanding ibu yang
memiliki parias < 3. (OR
=1,53;95% ,< 1. 0,62;3, 77).
Indrawati 120 wawancara Perposife
Samplig
Paritas ≤ 1 dan paritas > 4
memiliki angka kematian
maternal lebih tinggi paritas ≤
1 dan usia muda beresiko
karena ibu belum siap secara
medis maupun secaramental,
sedangkan paritas di atas 4
secara fisik ibu mengalami
kemunduran untuk menjalani
kehamilan.
Badriyah 210 wawancara Perposife
Samplig
Hasil uji statistic regresi
logistic menunjukan nilai R
Square 0,000 (0%), berarti
persentase variabel paritas
tidak dapatt memperjelas
sebagai predikaator terhadap
variabel perdarahan post
partum.
Sumber: Data Sekunder, diolah dari berbagai sumber, 2012
34
d. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran ialah jarak waktu periode antara dua kelahiran
hidup yang berurutan dari seorang wanita. Kehamilan dan persalinan
menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau ia
belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak
sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga
bahaya kematian menghadang.
Menurut Moir dan Meyerscough (1972) yang dikutip Nafarin
(2010) menyebutkan jarak antar kelahiran sebagai faktor predisposisi
perdarahan post partum karena persalinan yang berturut-turut dalam
jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi uterus
menjadi kurang baik sehingga dapat mengakibatkan terlepasnya
sebagian plasenta, robekan pada sinus maternalis. Selama kehamilan
berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali
seperti kondisi sebelumnya. Bila jarak antar kelahiran dengan anak
sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena
ada kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
e. Anemia
WHO menentukan batas anemia pada wanita hamil adalah <11
gr%. Pada Kehamilan terjadi peningkatan volume plasma sebanyak
50% sedangkan butir darah merah hanya meningkat 18% sehingga
mengakibatkan penurunan hemotokrit 6% yang seimbang dengan 2
35
gr%HB. Perubahan ini terjadi pada trimester kedua dan ketiga dari
suatu kehamilan (Goldman JC, et al. 2011).
Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani
hingga akhir kehamilan maka akan berpengaruh pada saat post
partum. Pada ibu dengan anemia, saat post partum akan mengalami
atonia uteri. Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang.
Hal ini mempengaruhi jumlah kadar haemoglobin dalam darah yg
menyebabkan jumlah oksigen yang diikat juga sedikit. Jumlah
oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang
mengakibatkan perdarahan banyak (Prawirohardjo, dalam Wuryanti,
A, 2010).
Goldman JC, et al. (2011) menemukan bahwa ibu yang
memiliki Hb< 11 gr% berisiko 1,78 kali lebih besar mengalami
perdarahan post partum dibandingkan dengan ibu yang memiliki Hb>
11 gr%.Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal
ini mempengaruhi jumlah haemoglobin dalam darah. Berkurangnya
jumlah haemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam
darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen
ke organ-organ vital.
Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai
dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar hemoglobin
normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang
36
akan berakibat fatal pada yang anemia. Perdarahan dapat terjadi
dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat
tidak dikenali sampai terjadi syok (Saifuddin, 2002).
Anemia pada kehamilan dapat menimbulkan gangguan his
(inersio uteri), kekuatan mengejan sehingga ibu menjadi lemah dan
dapat memperlambat persalinan (partus lama). Selain itu anemia pada
kehamilan juga dapat mengakibatkan atonia uteri dan menyebabkan
perdarahan post partum (Mochtar, 2005).
Anemia dapat menyebabkan perdarahan post partum
dikarenakan pada kondisi ibu dengan anemia dapat menyebabkan
kala III berlangsung lama/ memanjang sehingga terjadi atonia uteri
sebagai salah satu penyebab perdarahan post partum primer.
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama
saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi
berakibat negatif seperti: 1) Gangguan dan hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb
dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/
ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan
efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan
(Manuaba, 2009).
Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga
akhir kehamilan maka akan berpengaruh pada saat postpartum. Pada
ibu dengan anemia, saat postpartum akan mengalami atonia uteri. Hal
37
ini disebabkan karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang. Jumlah
oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang
mengakibatkan perdarahan banyak.
Tabel 5. Sintesis besar resiko anemia terhadap perdarahan post partum.
Peneliti/
Penulis
Karakteristik Studi Hasil
Temuan Subjek Instrumen Metode/
Desain
Annawidi
Pranita
82 Kuesioner Purposive
sampling
Ibu yang anemia memiliki
resiko 8 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak
anemia.
Ayu
Waryanti
40 Kuesioner explanator
y research
Ibu yang anemia memiliki
resiko 2,4 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak
anemia.
Sumber: Data Sekunder, diolah dari berbagai sumber, 2012
f. Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan di masa lampau sangat berhubungan
dengan hasil kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayat
persalinan yang lalu buruk petugas harus waspada terhadap
terjadinya komplikasi dalam persalinan yang akan berlangsung.
Riwayat persalinan buruk ini dapat berupa abortus, kematian janin,
eklampsi dan preeklampsi, sectio caesarea, persalinan sulit atau lama,
janin besar, infeksi dan pernah mengalami perdarahan ante partum
dan post partum
38
Tabel 6. Sintesis besar resiko riwayat persalinan terhadap perdarahan post partum.
Peneliti/
Penulis
Karakteristik Studi Hasil
Temuan Subjek Instrumen Metode/
Desain
Annawidi
Pranita
82 Kuesioner Purposive
sampling
Ibu yang memiliki riwayat
persalinan buruk sebelumnya
memiliki resiko 3 x mengalami
perdarahan post partum dari
pada ibu yang tidak memiliki
riwayat persalinan buruk.
Sulastri 120 wawancara Purposive
sampling
Hasil uji regresi logistic
menunjukan R square 0,006
berarti hanya 6 % persalinan
buruk sebagai predicator
terhadap perdarahan post
partum.
Sumber: Data Sekunder, diolah dari berbagai sumber, 2012.
g. Kehamilan Ganda
Menurut Taufan Nugroho (2010) dijelaskan bahwa kehamilan
ganda dapat menyebabkan uterus terlalu meregang, dengan
overdistensi tersebut dapat menyebabkan uterus atonik atau
perdarahan yang berasal dari letak plasenta akibat ketidakmampuan
uterus berkontraksi dengan baik. Faktor resiko ini dapat dikenali saat
antenatal dan dapat dirujuk pada waktu yang tepat.
h. Besar Bayi
Menurut Menurut Taufan Nugroho (2010), uterus ibu nifas pada
persalinan dengan bayi, besar akan membesar melebihi kehamilan
39
biasa yang sehingga uterus terlalu meregang yang mengakibatkan
perdarahan yang berasal dari letak plasenta akibat ketidak mampuan
uterus berkontraksi dengan baik, kontraksi ini sangat diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan. Bila kontraksi lemah maka perdarahan
post partum akan melebihi 500 ml bila tidak segera diatasi bisa terjadi
shok dan akan terjadi kematian.
i. Partus lama
Partus lama terbanyak disebabkan oleh kontraksi uterus yang
tidak adekuat, selain faktor kontraksi juga dapat disebabkan oleh
faktor janin dan faktor panggul ibu. Jenis kelainan kontraksi adalah
Inersia uteri dimana kontraksi rahim lebih singkat dan jarang sehingga
tidak menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks,serta
penurunan bagian terendah janin, selain inertia uteri kelainan
kontraksi yang lain adalah incoordinate uterine action yaitu tonus otot
uterus meningkat diluar kontraksi, tidak ada koordinasi antara
kontraksi bagian atas,tengah dan bawah menyebabkan kontraksi tidak
efisien dalam mengadakan pembukaan. Tonus otot yang terus naik
menyebabkan rasa nyeri yang lebih, bila ketuban sudah lama pecah
menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi
penyempitan cavum uteri disebut dengan lingkaran kontraksi yang
biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan segmen
bawah uterus. (Patel, R.R. Murphy, D.J, 2008).
40
Partus lama dapat menyebabkan kelelahan uterus dimana
tonus otot rahim pada saat setelah plasenta lahir uterus tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga terjadi perdarahan pada post
partum primer.
Tabel 7. Sintesis besar resiko partus lama terhadap perdarahan post partum primer.
Peneliti/
Penulis
Karakteristik Studi
Hasil
Temuan Subjek Instrumen Metode/
Desain
Sulastri 120 Kuesioner Purposive
sampling
Hasil uji regresi logistic
menunjukan R square
0,123 (12,3%), berarti
12,3% sehingga lama
persalinan dapat
disimpulkan sebagai
predicator terhadap
perdarahan post partum.
Fransisca
S.K
210 Kuesioner Purposive
sampling
Partus lama menunjukan
nilai R Square yang dapat
memperjelas sebagai
predicator terhadap
perdarahan post partum,
dan diperkuat dengan
hasil nilai probabilitas
lebih kecil dari nilai
signifikansi.
Sumber: Data Sekunder, diolah dari berbagai sumber, 2012.
j. Pelayanan Antenatal
Ante Natal Care (Pelayanan Antenatal) adalah merupakan cara
penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil
normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil
sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
41
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan
asuhan antenatal (Prawirohardjo. S, 2002).
Pada pemeriksaan antenatal, pelayanan standar minimal yang
didapat dan yang termasuk dalam 7 T antara lain
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah,
3. Ukur tinggi fundus uteri,
4. Pemberian imunisasi,
5. Pemberian tablet besi,
6. Test terhadap penyakit menular seksual,
7. Temu wicara dalam rangka pesiapan rujukan
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
profesional untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC)
sesuai standar yang ditetapkan (Depkes RI, 2004).
Kunjungan ibu hamil Kl :
Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama
kali pada masa kehamilan.
Kunjungan ulang :
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung.
Kunjungan K4
42
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat
atau lebih untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC)
sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat:
1. Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2. Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
3. Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah
minggu ke 36)
4. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.
43
D. Kerangka Teori Penelitian
Perdarahan post partum salah satu jenis komplikasi obstetric,
penyebab langsung terjadinya kematian ibu dan untuk menguraikan
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perdarahan post partum
digunakan suatu model teoritis dalam bentuk kerangka sebagai beikut :
Determinan kontekstual Determinan antara Determinan Proksi (distant determinants) (intermediate determinants) (Outcomes)
Gambar 1. Kerangka Teori Analisis Determinan Kematian dan Kesakitan Ibu Sumber : Framework for Analysing the Determinants of Maternal Mortality, Mc carthy dan Maine, 1992
Status Wanita dalam Keluarga dan Masyarakat
Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Keberdayaan Wanita
Status Keluarga
Dalam Masyarakat
Penghasilan,
kepemilikan,
Pendidikan, dan
Pekerjaan Anggota
Rumah Tangga
Status Masyarakat
Kesejahteraan,
Sumber daya (dokter,
klinik)
Status Kesehatan
Gizi (Anemia, TB, BB),
Infeksi dan Parasit,
Penyakit Kronik, Riwayat
Komplikasi
Status Reproduksi
Umur, Paritas, Status
Perkawinan
Akses ke Pelayanan Kesehatan Lokasi Pelayanan Kesehatan (KB, Pelayanan Antenatal, Pelayanan Obstetri), Jangkauan Pelayanan, Kualitas Pelayanan
Perilaku Sehat
Penggunaan KB,
pemeriksaan Antenatal,
tempat Persalinan, Jenis
Penolong Persalinan
Kehamilan
Komplikasi
Perdarahan,
Infeksi
Eklampsia
Partua Macet
Ruptura Uterus
Kematian Kecacatan
44
E. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini tidak semua faktor-faktor risiko yang
berpengaruh terhadap kejadian pendarahan post partum diteliti karena
adanya beberapa keterbatasan. Perdarahan post partum merupakan
ancaman tingkat kematian yang tinggi bagi kaum ibu. Oleh karena itu
diperlukan upaya dan usaha menyeluruh untuk melakukan tindakan
preventif, salah satunya dengan melakukaan pencegahan terhadap umur,
paritas dan anemia kehamilan yang merupakan penyebab terjadinya
perdarahan.
1. Variabel Dependen : Perdarahan Post Partum
Perdarhan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya
perdarahan post partum dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage)
yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam
2. Variabel Independen
a.Umur Ibu
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan post Partum
yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada
45
usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun
fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan
dibandingkan fungsi reproduksi normal
b.Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu
sebelum kehamilan atau persalinan saat ini. Paritas dikategorikan
menjadi 4 kelompok (Mochtar,R, 2005) :
(1)Nulipara adalah ibu dengan paritas 0
(2)Primipara adalah ibu dengan paritas 1
(3)Multipara adalah ibu dengan paritas 2-5
(4)Grand Multipara adalah ibu dengan paritas > 5
Paritas merupakan faktor risiko yang memengaruhi perdarahan post
partum primer. Pada paritas yang rendah (paritas 1) dapat
menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan
sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang
terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
c. Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan buruk ini dapat berupa abortus, kematian
janin, eklampsi dan preeklampsi, sectio caesarea, persalinan sulit atau
lama, janin besar, infeksi dan pernah mengalami perdarahan ante
partum dan post partum. Jika hal tersebut terjadi pada ibu maka
46
petugas harus waspada pada kehamilan pada saat ini karena hal itu
bisa kembali terjadi pada ibu.
d.Partus Lama
Partus lama dapat menyebabkan kelelahan uterus dimana tonus otot
rahim pada saat setelah plasenta lahir uterus tidak dapat berkontraksi
dengan baik sehingga terjadi perdarahan pada post partum primer.
Partus lama terbanyak disebabkan oleh kontraksi uterus yang tidak
adekuat, selain faktor kontraksi juga dapat disebabkan oleh faktor janin
dan faktor panggul ibu. Jenis kelainan kontraksi adalah Inersia uteri
dimana kontraksi rahim lebih singkat dan jarang sehingga tidak
menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks,serta penurunan
bagian terendah janin, selain inertia uteri kelainan kontraksi yang lain
adalah incoordinate uterine action yaitu tonus otot uterus meningkat
diluar kontraksi, tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian
atas,tengah dan bawah menyebabkan kontraksi tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan.
e.Anemia
Anemia pada kehamilan dapat menimbulkan gangguan his (inersio
uteri), kekuatan mengejan sehingga ibu menjadi lemah dan dapat
memperlambat persalinan (partus lama). Selain itu anemia pada
kehamilan juga dapat mengakibatkan atonia uteri dan menyebabkan
perdarahan post partum (Mochtar, 2005).
47
Anemia dapat menyebabkan perdarahan post partum
dikarenakan pada kondisi ibu dengan anemia dapat menyebabkan
kala III berlangsung lama/ memanjang sehingga terjadi atonia uteri
sebagai salah satu penyebab perdarahan post partum primer.
3. Variabel Antara : Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan dimana otot-otot uterus tidak berkontraksi
setelah bayi lahir, hal ini merupakan ancaman bagi ibu, jika terjadi
atonia uteri, otot-otot uterus yang seharusnya berkontraksi untuk
menutup pembeluh darah yang terbuka dapat mengakibatkan
pembeluh darah tetap melebar sehingga terjadi perarahan post partum.
4. Variabel Perancu : Penyakit Ibu.
Penyakit ibu berupa kelainan pembekuan darah merupakan salah satu
pencetus terjadinya perdarahan post partum, Laserasi pada proses
persalinan adalah hal yang dapat terjadi pada proses persalinan,
laserasi yang mengakibatkan perdarahan aktif di tambah dengan
penyakit pembekuan darah akan membawa ibu pada kasusu
perdarahan post partum.
Manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa
plasenta dan perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik
kecurigaan penyebab perdarahan adalah gangguan pembekuan darah.
Lanjutkan dengan pemberian produk darah pengganti
(trombosit,fibrinogen).
48
Variabel yang akan diteliti seperti pada kerangka konsep pada gambar 2.
Variabel Independent Variabel Dependent
Variabel Antara
Variabel Perancu
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesis Penelitian
a) Umur < 20 atau > 35 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk
mengalami perdarahan post partum dibandingkan umur 20-35 tahun.
b) Paritas < 1 atau > 3 mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami
perdarahan post partum dibanding dengan paritas 2-3 tahun.
c) Riwayat persalinan buruk seperti abortus dan preeklampsi memiliki
resiko lebih besar terjadi perdarahan post partum dibandingkan dengan
riwayat persalinan normal.
- Penyakit Ibu
Perdarahan
Post partum
Umur Ibu
Paritas
Riwayat
Persalinan
Partus Lama
Anemia
Atonia uteri
49
d) Partus lama mempunyai resiko lebih besar terjadi perdarahan post
partum dibandingkan dengan persalinan yang berlangsung normal.
e) Kadar Hb di bawah 11 Grm% mempunyai resiko lebih besar terjadi
perdarahan post partum dibandingkan dengan ibu yang memiliki kadar
HB di atas 11 Gr%.
G. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Pendarahan Postpartum
Yang dimaksud perdarahan post partum pada penelitian ini ialah
perdarahan lebih dari 500 ml dihitung setelah dua jam lahirnya
plasenta,berdasarkan catatan yang tercantum dalam kartu status.
a) Kriteria obyektif :
Kasus : Apabila dalam status ditemukan informasi
bahwa perdarahan pada masa nifas lebih
dari 500 ml.
Kontrol : Apabila dalam status ditemukan informasi
bahwa perdarahan pada masa nifas kurang
dari 500 ml.
b) Skala Ukur : Nominal
c) Cara Pengukuran :dilakukan berdasarkan wawancara
menggunakan kuesioner atau dokumen
yang tertulis dalam status.
50
2. Umur
Yang dimaksud umur pada penelitian ini ialah umur ibu pada saat
melahirkan yang diperoleh dari wawancara dengan kuesioner, catatan
medis.
a) Kriteria obyektif :
Risiko Tinggi apabila ibu berumur < 20 atau > 35 Tahun
Risiko Rendah apabila ibu berumur 20-35 Tahun
b) Skala Ukur : Nominal
c) Cara Pengukuran :dilakukan berdasarkan wawancara
menggunakan kuesioner atau dokumen
yang tertulis dalam status.
3. Paritas
Yang dimaksud paritas pada penelitian ini ialah jumlah persalinan
hidup atau mati yang pernah dialami ibu. Data diperoleh dari
wawancara dengan kuesioner dan catatan medis Ibu hamil berisiko
pada paritas ≤ 1 (belum pernah/ baru melahirkan pertama kali) atau
paritas lebih dari empat.
a) Kriteria obyektif :
Risiko Tinggi apabila jumlah anak yang dilahirkan ≤ 2 orang atau > 3
orang
Risiko Rendah apabila jumlah anak yang dilahirkan 2-3 orang
b) Skala Ukur : Nominal
51
c) Cara Pengukuran :dilakukan berdasarkan wawancara
menggunakan kuesioner atau dokumen
yang tertulis dalam status
4. Riwayat Persalinan
Yang dimaksud riwayat persalinan pada penelitian ini ialah riwayat
persalinan tidak normal yang dialami penderita dalam persalinan
terdahulu.
a) Kreteria Objektif
Resiko Tinggi : Bila pada persalinan terdahulu
mengalami salah satu diantara
abortus, kematian janin, eklampsi dan
preeklampsi, sectio caesarea, janin
besar, infeksi dan pernah mengalami
perdarahan
Resiko Rendah : Bila tidak mempunyai riwayat
persalinan jelek atau normal
b) Skala Ukur : Nominal
b) Cara Pengukuran : Dilakukan berdasarkan wawancara
menggunakan kuesioner atau
dokumen yang tertulis dalam status.
52
5. Partus Lama
Yang dimaksud partus lama pada penelitiian ini ialah apabila
didalam status ibu pasca persalinan ditemukan adanya informasi
tentang lamanya persalinan .
a) Kriteria Obyektif :
Resiko Tinggi : Apabila didalam informasi tersebut
lamanya persalinan sama atau lebih
dari 18 jam
Resiko rendah : Apabila didalam informasi tersebut
lamanya persalinan kurang dari 18 jam
b) Skala Ukur : Nominal
c) Cara Pengukuran : Dilakukan berdasarkan wawancara
menggunakan kuesioner atau dokumen
yang tertulis dalam status.
6. Anemia
Yang dimaksud dengan anemia pada penelitian ini ialah apabila
pada pemeriksaan status ibu masa nifas ditemukan adanya informasi
tentang kadar haemoglobin darah yang dialami oleh ibu masa nifas.
a) Kriteria Obyektif :
Resiko Tinggi : Apabila kadar Hb < 11 gram %
Resiko Rendah : Apabila kadar Hb ≥ 11 gram %
b) Skala Ukur : Nominal
53
c) Cara Pengukuran :dilakukan berdasarkan wawancara
menggunakan kuesioner atau dokumen
yang tertulis dalam status.
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat observasional analitik
dengan desain case control study, yaitu salah satu bentuk rancangan
penelitian yang mengikuti proses perjalanan penyakit ke arah belakang
berdasarkan waktu (retrospektif). Penelitian kasus kontrol bersifat
observasional, berarti intervensi tidak dilakukan oleh peneliti, tetapi
dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan dan peneliti hanya
mengadakan pengamatan secara pasif terhadap proses perjalanan
penyakit secara alamiah (Budiarto, 2004).
Peneliti melakukan pengukuran pada variabel terikat (dependent)
terlebih dahulu yaitu memilih kasus yang mengalami pendarahan post
partum dan kontrol yang tidak mengalami pendarahan post partum.
Peneliti kemudian melakukan observasi dan wawancara untuk
mengetahui paparan yang dialami subyek pada waktu lalu (retrospektif).
Adapun rancangan penelitian yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:
55
Ada tidaknya faktor risiko Penelitian dimulai disini
Gambar 3. Diagram Rancangan Penelitian Case Control Study
Faktor risiko (+)
1. Ibu berumur < 20 atau > 35
tahun
2. Paritas <1 dan >4 orang
3. Riwayat persalinan buruk
4. Partus lama (≥ 18 jam)
5. Anemia ( < 11 gr%)
Faktor risiko (-)
1. Ibu berumur 20 – 35 tahun
2. Paritas 2-3 orang
3. Riwayat persalinan baik
4. Partus Normal
5. Anemia (≥ 11gr%)
Faktor risiko (+)
1. Ibu berumur < 20 atau > 35
tahun
2. Paritas <1 dan >4 orang
3. Riwayat persalinan buruk
4. Partus lama (≥ 18 jam)
5. Anemia ( < 11 gr%)
Factor risiko (-)
1. Ibu berumur 20 – 35 tahun
2. Paritas 2-3 orang
3. Riwayat persalinan baik
4. Partus Normal
5. Anemia (≥ 11gr%)
Retrospektif
Kasus (Efek +) Pendarahan Postpartum
Retrospektif Kontrol (efek -)
Pendarahan Postpartum
Matching
Penolong
persalinan
56
B. Alur Penelitian
Alur penelitian adalah gambaran tentang proses penelitian secara
sistematis tentang tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian dari
proses menemukan masalah sampai pada penyusunan laporan yang
digambarkan secara skematis pada bagan berikut :
Gambar 4 . Alur Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data
Penyusunan Laporan
Teori Hasil Peneltian Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kerangka Konsep
Hipotesis Peneltian
Pengumpulan Data Kasus Kontrol
Faktor Risiko(+) Faktor Risiko(-) Faktor Risiko(+) Faktor Risiko(-)
57
C. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai
dengan bulan Maret 2013 di RSUD Majene Kabupaten Majene Propinsi
Sulawesi Barat, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan
penyusunan laporan. Alasan penelitian dilakukan di RSUD Majene
Kabupaten Majene Propinsi Sulawesi Barat, karena ibu yang melahirkan
di Rumah sakit ini banyak mengalami pendarahan post partum.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan
di RSUD Majene Kabupaten Majene yang tercatat dalam rekam medis
tahun 2012.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang
melahirkan di RSUD Majene Kabupaten Majene yang tercatat dalam
rekam medis.tahun 2012.
a. Kasus : Anggota populasi yang mengalami perdarahan post
partum.
b. Kontrol : Anggota populasi yang tidak mengalami perdarahan
post partum.
Adapun kreteria inklusi dari sampel kontrol adalah sebagai berikut :
1) Ibu yang melahirkan dengan persalinan normal atau partus spontan.
58
2) Pasien tercatat dalam rekam medic RSUD Majene .(Terjadi di tempat
dan periode waktu yang sama.)
E. Perhitungan Besar Sampel
Besar sampel diambil dengan rumus studi kasus kontrol untuk
pengujian hipotesis terhadap Odds Ratio (Lameshow, 1990) :
Keterangan :
n = Besar sampel minimum pada kasus dan kontrol
Zα = Nilai baku normal berdasarkan α yang ditentukan 1,96
Zβ = Nilai baku normal berdasarkan β yang ditentukan 1,28
P1 = Proporsi efek pada kelompok dengan faktor risiko
P2 = Proporsi efek pada kelompok tanpa faktor risiko
P = (P1+P2)/2
OR = Odds Ratio yang dianggap bermakna secara klinis
Penentuan besar sampel berdasarkan variabel kejadian
pendarahan post partum dengan OR = 2 dan P1 = 0,5 diambil dari
penelitian terdahulu (Anna Widi, 2011), sehingga didapat P2 :
59
(OR) P2
P1 = (OR) P2 + (1–P2)
Keterangan :
n = Perkiraan besar sampel
P2 = Perkiraan DMG pada kelompok kontrol
P1 = Perkiraan DMG pada kelompok kasus
OR = Odds Ratio
Zα = Tingkat kemaknaan, untuk α = 0,05, maka nilai Z adalah
1,960 (tabel)
Zß = Tingkat kekuatan dari test, untuk ß = 0,05 (Power of the
test = 0,84)
Jadi : (OR) P2
P1 = (OR) P2 + (1–P2) 2 P2
0,5 = 2 P2 + (1–P2) 2 P2 = P2 + 0,5 – 0,5 P2
2,5 P2 = 0,5 P2 = 0,2
0,5+0,2
P= 2
= 0, 35
60
{ Zα √ [ 2P2 (1–P2 ) ] + Zß √ [ P1 (1–P1 ) + P2 (1–P2 ) ] }
²
n = (P1 – P2)
² { 1,96 √ [ 2(0,35) (0,65) ] + 1,28 √ 0,25+ 0,16 }²
= (P1 – P2)
² (1,322 + 0,82)2
= 0, 09
4, 58
= = 50,97 51 0,09
Dengan demikian besaran sampel yang didapatkan sebanyak 51
orang. Besar sampel pada kelompok kasus sama dengan kelompok
kontrol, menggunakan 1 : 1 yaitu 51 kasus dan 51 kontrol. Sampel
diambil dengan menggunakan teknik Consecutive Sampling yaitu
pengambilan sampel yang sesuai kriteria sampai kurun waktu tertentu.
Dengan kreteria inklusi dan kreteria eksklusi sebagai berikut:
Kriteria Inklusi :
1) Ibu yang melahirkan secara pervaginam dan mengalami perdarahan
di RSUD Majene
2) Bersedia menjadi responden secara sukarela dengan
menandatangani inform consent.
Kriteria Eksklusi :
1) Ibu yang mengalami perdarahan tetapi dengan seksio secarea
2) Tidak bersedia menjadi respond
61
E. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas adalah upaya yang dilakukan oleh peneliti pada
semua tahapan proses pengukuran untuk mencapai hasil yang valid
(sahi), dan handal (reliable), dengan harapan diperolehnya hasil
pengukuran yang dianggap mendekati karakteristik populasi penelitian,
sehingga dapat diambil kesimpulan yang baik dan tepat untuk menjawab
tujuan penelitian.
Selain dari pada itu bahwa pada setiap pelaksanaan penelitan,
senantiasa diperhadapkan pada kesalahan pengukuran yang terdiri dari
kesalahan alpha (α) atau “sampling error” dan kesalahan betha (β) atau
“sistematic error”. Dengan demikian maka tujuan pelaksanaan kontrol
kualitas pada penelitian ini ialah untuk melakukan meminimalisasi atau
memperkecil, bahkan kalau memungkinkan menghilangkan sama sekali
kesalahan-kesalahan ynag timbul oleh karena kedua jenis kesalahan
tersebut. Adapun langkah-langkah pelaksanaan kontrol kualitas pada
penilaian ini adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan alpha (Sampling error)
Jenis kesalahan ini terdiri kesalahan yang terjadi pada jumlah
sampel (ukuran sampel) yang dianggap mewakili populasinya, dan cara
penarikan sampel dari populasinya (sampling technics).
62
a) Jumlah sampel
Pada penelitian jumlah sampel dihitung dengan menggunakan
rumus perhitungan sampel yang diperkenalkan oleh Stanley
Lemeshow, et al. (1997), dan dari hasil perhitungan diperoleh sampel
sebesar 102 responden.
b) Teknik sampel
Pada penelitian ini teknik penarikan sampel dilakukan secara
consecutive sampling, sesuai dengan kriteria sampel yang telah
ditetapkan dalam kurun waktu tertentu. Untuk sampel peneliti menarik
sampel dengan cara mendaftar semua ibu melahirkan di RSUD Majene
sejumlah 102 orang. Selanjutnya dari jumlah tersebut dilakukan
penilaian berdasarkan ketentuan sampel yang telah ditetapkan.
2. Kesalahan betha (sistematic error).
Jenis kesalahan ini juga terdiri dari : kesalahan yang terjadi
pengukur (peneliti), kesalah yang terjadi pada alat ukur yang digunakan
(instrumen), serta kesalahan yang terjadi pada obyek yang diukur
(responden). Ketiga jenis sumber kesalahan tersebut diuraikan sebagai
berikut :
a) Kesalahan Pengukur
Kesalahan pengukur pada umumnya dinilai melalui dua penilaian
yakni : kesamaan dan stabilitas, namun pada penelitian ini hanya
dilakukan penilaian terhadap statibilitas, yang dimaksudkan untuk
menilai konsistensi hasil satu pengukuran ke pengukuran lainnya yang
63
dilakukan oleh peneliti sendiri. Pelaksanaan penilaian dilakukan dua
kali pengamatan dengan waktu yang berbeda, subyek pengukuran
yang sama dan instrumen yang sama. Penilaian awal berlaku sebagai
variabel (X) sedangkan penilaian kedua berlaku sebagai variabel (Y).
Pelaksanaannya dilakukan di RSUD Majene. Jumlah responden yang
diwawancarai sebesar 10% dari jumlah sampel yang diamati sebanyak
12 orang.
b) Intrument Penelitian
(1) Uji coba kuesioner di lapangan. Uji coba kuesioner dilakukan
pada responden lain di luar wilayah penelitian namun memiliki ciri
yang sama dengan tempat penelitian. Adapun tujuannya antara lain:
(a). Uji coba petugas lapangan (pendamping peneliti) dalam kegiatan
pengumpulan data.
(b). Identifikasi waktu pelaksanaan wawancara observasi dan
pengisian kuesioner, identifikasi item-item yang masih harus
ditambah dan dikurangi di dalam kuesioner.
(2) Hasil uji coba kuesioner
Dilakukan analisis korelasi antara faktor risiko dengan kejadian
keterlambatan konsepsi, yang dimaksudkan untuk menilai
validitasnya. Validitas merujuk kepada sejauh mana alat ukur
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, untuk maksud
tersebut akan diperkenalkan beberapa metode sesuai dengan
skala pengukuran variabel yang digunakan. Validitas
64
mempersoalkan akurasi peneliti dalam hal mengamati, mengukur,
mewawancarai, mencatat, mengolah dan menginterpretasikan,
informasi yang bersumber dari subyek penelitian yang dikenal
sebagai “validitas Instrumen”.
Untuk penilaian validitas yang dilakukan dengan uji korelasi
dengan rumus moment product dari Pearson sebagai berikut :
Hasil uji kuesioner disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 8. Nilai Korelasi Hasil Uji Coba Kuesioner di RSUD Majene
No Variable Eksogen Nilai Korelasi ( r ) Signif (p)
1 Umur 1,000 0,000
2 Paritas 0,816 0,004
3 Riwayat persalinan 1,000 0,000
4 Partus Lama 0,667 0,035
5 Anemia 1,000 0,000
Sumber : Data Primer
Sedangkan untuk uji reliabilitas dilakukan uji “kappa Kohen”
dangan Rumus :
Penilaian tingkat kesepakatan
K= Kappa Kohen
K > 0,75 Konsistensi sangat baik
65
0,4 ≥ 0,75 Konsistensi baik
0,0 < 0,4 Konsistensi lemah
Selanjutnya untuk menilai konsistensi jawaban responden
terhadap pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner, dilakukan uji
“Reliabilitas” dengan menggunakan uji Kappa Kohen. Dengan uji
reliabilitas atau keandalan dapat diliha sejauh mana suatu alat ukur
bebas dari kesalahan random, dan memberikan hasil yang konsisten
sepanjang pelaksanaan pengukuran. Uji ini dilakukan melalui tabel
2x2 dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 9. Nilai Uji Kesepakatan (Reliabilitas) Hasil Uji Coba Kuesioner di RSUD Majene
No Variable Eksogen Kappa Signif (p)
1 Umur 1,000 0,012
2 Paritas 0,800 0,053
3 Riwayat persalinan 1,000 0,012
4 Partus Lama 0,615 0,147
5 Anemia 1,000 0,012
Sumber : Data Primer
c) Kesalahan pada obyek yang diukur ( responden)
Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan tersebut dilakukan
sebagai berikut :
(1) Terlebih dahulu minta persetujuan dengan responden secara
sukarela untuk diikutkan kedalam penelitian yang dibuktikan
dengan penandatangan inform consent.
66
(2) Meminta keluangan waktu dari responden untuk diwawancarai
secara bebas tanpa tekanan atau intimidasi.
(3) Memberikan jaminan kerahasiaan terhadap hasil wawancara yang
diberikan oleh responden.
F. Pengumpulan Data
1. Data Primer, diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi
dengan mengunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya sesuai
dengan tujuan penelitian.
2. Data Sekunder, Data sekunder diperoleh dari data instansi terkait
dengan tujuan penelitian.
G. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunkan program SPSS
Adapun langkah pengolahan data sebagai berikut:
1) Editing
Penyuntingan data dimulai di lapangan dan setelah data
terkumpul, maka kuesioner diperiksa kelengkapannya sesuai dengan
kriteria sampel dan apabila terdapat kuesioner yang tidak lengkap,
maka kuesioner tersebut akan dilengkapi kembali.
67
2) Koding
Apabila semua data telah terkumpul dan selesai diedit di
lapangan, kemudian akan dilakukan pengkodean data berdasarkan
buku kode yang telah disusun sebelumnya dan telah dipindahkan ke
format aplikasi program SPSS di komputer.
3) Entry Data
Data selanjutnya diinput ke dalam lembar kerja SPSS untuk
masing-masing variabel. Urutan input data berdasarkan nomor
responden dalam kuesioner.
4) Cleaning Data
Cleaning data dilakukan pada semua lembar kerja untuk
membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses input
data. Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada semua
variabel. Adapun data missing dibersihkan dengan menginput data
yang benar.
2. Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis lebih lanjut akan disajikan
dalam bentuk tabel yakni dalam bentuk tabel sederhana/ tabel frekuensi
(one-way tabulation) untuk analisis univariat dan crosstabulation (two-
way tabulation) untuk analisis bivariat yang disertai narasi atau
penjelasan mengenai hubungan antar variabel dependen dan
independen.
68
H. Analisis Data
Analisa data dilakukan untuk mempermudah interpretasi dan
menguji hipotesis penelitian tersebut sebagai berikut :
1. Analisis univariat
Analisis univariat mendapatkan gambaran umum masalah
penelitian dengan cara mendeskripsikan setiap variabel yang
digunakan dengan cara melihat gambaran distribusi frekuensi serta
persentase tunggal yang terkait dengan tujuan penelitian.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat melihat risiko variabel dependen dan variabel
independen. Mengingat rancangan penelitian ini adalah studi case
control, maka analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan
perhitungan Odds Ratio yang dilakukan dengan menggunakan tabulasi
silang antar variabel. Diketahuinya nilai OR, dimungkinkan untuk
memprediksi hubungan dari fakta yang diteliti terhadap kejadian
perdarahan post partum.
Hipotesis diuji dengan uji kemaknaan =0,05. Uji statistik yang
digunakan adalah Odds Ratio untuk menentukan besar faktor risiko
variabel independen dengan rumus sebagai berikut :
69
Tabel 10. Analisis Data Penelitian Kasus Kontrol
Faktor Risiko Kelompok sampel
Jumlah Kasus Kontrol
Risiko Tinggi A C a + b
Risiko Rendah C D c + d
Jumlah a + c b + d a + b + c + d
Sumber : Lemeshow, 1997
Odds Ratio (OR) = db
ca
/
/ =
bxc
axd
Ket : a = jumlah kasus dengan risiko positif (+)
b = jumlah kontrol dengan risiko positif (+)
c = jumlah kasus dengan risiko negatif (-)
d = jumlah kontrol dengan risiko negatif (-)
Interpretasi OR :
a. OR < 1 berarti variabel penelitian merupakan faktor protektif
kejadian pendarahan post partum di RSUD Majene
b. OR = 1 berarti variabel independen bukan merupakan faktor
risiko kejadian pendarahan post partum di RSUD Majene
c. OR = > 1 berarti variabel independen merupakan faktor risiko
kejadian pendarahan post partum di RSUD Majene
Uji kemaknaan nilai OR, dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
1. Penentuan nilai Confidence Interval (CI) = 95%
2. Penentuan Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL).
70
LL = OR (ε-F) UL = OR (εF)
Dimana, F = (1/a + 1/b + 1/c + 1/d) x 1,96
ε = log. natural (2,72)
3. Interpretasi kebermaknaan :
a. Jika nilai LL dan UL berada di bawah nilai 1 (satu) atau berada
di atas nilai 1 (satu), maka nilai OR yang diperoleh mempunyai
pengaruh kebermaknaan.
b. Jika nilai LL dan UL mencakup nilai 1 (satu), maka nilai OR
yang diperoleh tidak mempunyai pengaruh kebermaknaan.
3. Analisis Multivariat (Analisis regresi berganda logistik)
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan dan
besarnya hubungan variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikat. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda logistik. Variabel yang akan dianalisis multivariat adalah
variabel yang mempunyai nilai p <0,25 dalam analisis bivariat (Bhisma
Murti, 1995). Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui:
a) Variabel independen mana yang lebih besar pengaruhnya terhadap
variabel dependen
b) Apakah variabel independen berhubungan dengan variabel
dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak.
c) Bagaimana dengan bentuk hubungan beberapa variabel
independen dengan variabel dependen.
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Majene Kabupaten Majene
Propinsi Sulawesi Barat selama 2 bulan lebih mulai bulan Februari sampai
dengan bulan April 2013. Subjek penelitian pada kelompok kasus dalam
penelitian ini adalah ibu yang mengalami perdarahan post partum RSUD
Majene. Sesuai dengan perhitungan besar sampel minimal, jumlah sampel
kasus perdarahan post partum terdiri dari 51 kasus sedangkan sampel
kontrol adalah ibu yang tidak mengalami perdarahan post partum dengan
jumlah sampel yaitu 51 kontrol. Sampel kontrol diambil dari rumah sakit
yang sama dan waktu yang bersamaan dengan terjadinya kasus
perdarahan post partum.Jadi jumlah sampel seluruhnya adalah 102 orang.
Data primer pada kasus perdarahan post partum dikumpulkan
dengan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner pada ibu
yang mengalami perdarahan post partum. Data primer pada kontrol
dikumpulkan dengan melakukan wawancara pada ibu yang tidak
mengalami perdarahan post partum dan memenuhi syarat sebagai kontrol
penelitian.
Data sekunder diambil dari status rekam medik ibu/catatan
persalinan ibu, buku partus, dan data pada KMS ibu hamil.
72
1. Hasil Analisis Deskriptif Karakteristik Umum Responden
Pada tahap ini dilakukan analisis univariat untuk karakteristik
umum responden yang mencakup umur ibu, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan variabel yang terlibat dalam penelitian ini, dengan tujuan
untuk mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel-
variabel yang diteliti, mencakup umur, paritas, riwayat persalinan,
partus lama, dan anemia.
a) Umur
Umur adalah lama hidup seorang responden yang dihitung
berdasarkan ulang tahun terakhir. Umur merupakan salah satu sifat
karakteristik tentang orang dalam studi epidemiologi dan menjadi
variabel yang cukup penting karena sejumlah penyakit yang
ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh
umur. Ditribusi responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat
pada tabel 11:
Tabel 11. Distribusi Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan Kelompok Umur Di RSUD Majene Tahun 2013
Kelompok
Umur (Tahun)
Kelompok Sampel
n % Kasus Kontrol
n % N %
15-19 15 29,4 5 9,8 20 19,6
20-24 9 17,6 20 39,2 29 28,4
25-29 11 21,6 14 27,5 25 24,5
30-34 6 11,8 7 13,7 13 12,7
≥ 35 10 7,5 5 9,8 15 14,7
Jumlah 51 100 51 100 102 100
Sumber : Data primer, 2013
73
Tabel 11. menunjukkan bahwa perbandingan secara
proporsional karakteristik ibu berdasarkan kelompok umur lebih
banyak ditemukan pada kelompok kontrol umur 20-24 tahun (39,2%)
dibandingkan kelompok kasus pada umur 20-24 tahun (17,6%).
b) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal
terakhir yang ditamatkan oleh responden. Tingkat pendidikan pada
penelitian ini dibagi dalam 5 kategori yaitu SD, SMP/ sederajat, SMA/
sederajat, dan perguruan tinggi. Distribusi responden berdasarkan
tingkat pendidikan di RSUD Mamuju dapat dilihat pada tabel 12
berikut ini.
Tabel 12. Distribusi Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di RSUD Majene Tahun 2013
Tingkat
Pendidikan
Kelompok Sampel
n % Kasus Kontrol
n % N %
Tidak Sekolah 5 9,8 1 2,0 6 5,9
SD 15 29,4 7 13,7 22 21,5
SMP/sederajat 12 23,5 8 15,7 20 19,6
SMA/sederajat 12 23.5 28 54,9 40 39,2
Diploma/ S1 7 13,7 7 13,7 14 13,7
Jumlah 51 100 51 100 102 100
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 12 menunjukkan bahwa perbandingan secara proporsional
kejadian perdarahan post partum lebih banyak ditemukan pada
74
kelompok kontrol dengan tingkat pendidikan SMA (54,9%)
dibandingkan pada kelompok kasus dengan pendidikan SMA
(23,5%).
c) Pekerjaan
Pekerjaan adalah pekerjaan yang dijalani oleh responden,
dimana dibagi dalam beberapa kategori yaitu PNS, pegawai swasta,
petani, pedagang dan IRT. Distribusi responden berdasarkan
pekejaan dapat dilihat pada tabel 13 :
Tabel 13. Distribusi Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan pekerjaan Di RSUD Majene Tahun 2013
Pekerjaan
Kelompok Sampel
n % Kasus Kontrol
n % N %
IRT 17 33,2 28 54,9 45 44,1
Pedagang 15 29,4 9 17,6 24 23,5
Petani 5 9,8 1 2,0 6 5,9
Pegawai Swasta 7 13,7 7 13,7 14 13,7
PNS 7 13,7 6 11,8 13 12,7
Jumlah 51 100 51 100 102 100
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 13 menunjukkan bahwa perbandingan secara proporsional
kejadian perdarahan post partum lebih banyak ditemukan kelompok
kontrol pada ibu yang bekerja sebagai IRT (54,9%) dibandingkan
kelompok kasus pada IRT (33,2%).
75
2. Hasil Analisis Faktor Risiko Perdarahan Post Partum
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dan besar
resiko antara faktor resiko dengan perdarahan post partum.
a) Analisis faktor umur terhadap Kejadian Perdarahan Post Partum.
Variabel umur ibu dalam penelitian ini dibagi atas dua kategori
yaitu umur berisiko tinggi dan berisiko rendah. Umur ibu yang
berisiko tinggi untuk terjadinya perdarahan post partum adalah umur
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Distribusi responden
berdasarkan umur ibudapat dilihat pada tabel 14 :
Tabel 14. Risiko Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan Umur Ibu Di RSUD Majene Tahun 2013
Umur Ibu
Kelompok Sampel
n % OR
95% CI p
Kasus Kontrol
N % n %
Risiko Tinggi 22 43,1 10 19,6 32 31,4
3,1 1,3 –7,5
Risiko Rendah 29 56,9 41 80,4 70 68,6 0,019
Jumlah 51 100 51 100 102 100
Sumber : Data primer, 2013
Table 14 menunjukan bahwa,dari 51 kasus umur yang berisiko
tinggi (< 20 tahun atau > 35 Tahun) lebih banyak terjadi pada
kelompok kasus 22 orang (43,1%) , disbanding dengan kelompok
kontrol sebanyak 10 orang ( 19,6%).Hal ini menunjukan bahwa
persentase yang mengalami perdarahan post partum yang beresiko
tinggi lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami perdarahan
post partum pada kelompok umur yang sama ( Resti).
76
Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan bahwa umur merupakan
faktor resiko kejadian perdarahan post partum (OR ; 3,1), yang artinya
ibu yang berumur < 20 tahun atau > 35 tahun mempunyai resiko 3,1 kali
lebih besar untuk terjadi perdarahan post partum dibandingkan ibu yang
berumur 20 – 35 tahun.
b) Analisis Faktor paritas terhadap kejadian perdarahan post partum.
Paritas dalam penelitian ini adalah jumlah persalinan hidup atau
mati yang pernah dialami ibu. Paritas dibagi atas dua kategori yaitu
risiko tinggi bila jumlah anak yang dilahirkan ≤ 1 orang atau > 3
orang dan risiko rendah apabila jumlah anak yang dilahirkan 2-3
orang. Risiko kejadian perdarahan post partum berdasarkan paritas
dapat dilihat pada tabel 15 :
Tabel 15. Risiko Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan Paritas Di RSUD Majene Tahun 2013
Paritas ibu
Kelompok Sampel
n % OR
95% CI p
Kasus Kontrol
n % n %
Risiko Tinggi 14 27,5 3 5,9 17 16,7
6,1 1,6–22,6
Risiko Rendah 37 72,5 48 94,1 85 83,3 0,008
Jumlah 51 100 51 100 102 100
Sumber : Data primer, 2013
Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa dari 51 kasus
terdapat 14 orang (27,5%) termasuk dalam paritas resiko tinggi (< 1
tatau > 3),sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 3 orang (
77
5,9%) yang termasuk paritas resiko tinggi .Hal ini menunjukan bahwa
persentase yang mengalami perdarahan post partum yang beresiko
tinggi lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami perdarahan
post partum pada kelompok paritas yang sama ( Resti).
Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan bahwa paritas
merupakan faktor resiko, dimana besar resikonya adalah 6,1 yang
artinya ibu yang memiliki paritas <1 atau > 3 mempunyai resiko 6,1
kali lebih besar untuk mengalami perdarahan post partum
dibandingkan ibu yang memiliki paritas 2-3.
c) Analisis Faktor Riwayat persalinan terhadap kejadian perdarahan
post partum.
Riwayat persalinan pada penelitian ini ialah riwayat persalinan
tidak normal yang dialami penderita dalam persalinan terdahulu (bila
pada persalinan terdahulu mengalami salah satu diantara abortus,
kematian janin, eklampsi dan preeklampsi, sectio caesarea, janin
besar, infeksi dan pernah mengalami perdarahan). Risiko kejadian
perdarahan post partum berdasarkan riwayat persalinan terdahulu
dapat dilihat pada tabel 16.
78
Tabel 16. Risiko Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan Riwayat Persalinan Di RSUD Majene Tahun 2013
Riwayat Persalinan
Kelompok Sampel
n % OR
95% CI P
Kasus Kontrol
n % n %
Risiko Tinggi 30 58,8 16 31,4 46 45,1 3,1
Risiko Rendah
21
41,2
35
68,6
56
54,9
1,4 - 7,04 0,01
Jumlah 51 100 51 100 102 100
Sumber : Data primer, 2013
Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat dari 51 kasus terdapat 30
orang (58,8%) termasuk dalam riwayat buruk,sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat 16 orang ( 31,4%) yang termasuk riwayat
buruk .Hal ini menunjukan bahwa persentase yang mengalami
perdarahan post partum yang memiliki riwayat buruk lebih tinggi
dibandingkan yang tidak mengalami perdarahan post partum pada
kelompok yang sama (Riwayat persalinan).
Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan bahwa riwayat
persalinan merupakan faktor resiko, dimana besar resikonya adalah
3,1 yang artinya ibu yang memiliki riwayat persalinan buruk
mempunyai resiko 3,1 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan
post partum dibandingkan ibu yang tidak ada riwayat persalinan
buruk.
d) Analisis Faktor Partus lama terhadap kejadian perdarahan post
partum.
79
Partus lama dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori yaitu
partus lama jika responden mengalami persalinan ≥ 18 jam dan
partus normal apabila persalinan ≤ 18 jam. Risiko kejadian
perdarahan postpartum berdasarkan partus lama dapat dilihat pada
tabel 17 berikut ini.
Tabel 17. Risiko Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan Partus Lama Di RSUD Majene Tahun 2013
Partus lama
Kelompok Sampel
n % OR
95% CI p
Kasus Kontrol
n % N %
Risiko Tinggi 25 49,0 11 21,6 36 35,3 3,5
Risiko Rendah 26 51,0 40 78,4 66 64,7 1,5 - 8,3
0,007
Jumlah 51 100 51 100 102 100
Sumber : Data primer, 2013
Berdasarkan tabel 17 dapat dilihat dari 51 kasus terdapat 25
orang (49,0%) termasuk dalam partus lama,sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat 11 orang ( 21,6%) yang termasuk partus
lama. Hal ini menunjukan bahwa persentase yang mengalami
perdarahan post partum pada partus lama lebih tinggi dibandingkan
yang tidak mengalami perdarahan post partum pada kelompok yang
sama (Partus lama).
Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan bahwa partus lama
merupakan faktor resiko, dimana besar resikonya adalah 3,5 yang
artinya ibu yang mengalami partus lama mempunyai resiko 3,5 kali
80
lebih besar untuk mengalami perdarahan post partum dibandingkan
ibu yang tidak mengalami partus lama.
e) Analisis Faktor Anemia terhadap kejadian perdarahan post partum.
Anemia dalam penelitian ini adalah apabila kadar haemoglobin
darah kurang dari 11 gram% yang tercantum dalam kartu status
pasien dengan diagnosa dokter. Risiko kejadian perdarahan
postpartum berdasarkan anemia dapat dilihat pada tabel 18 berikut.
Tabel 18. Risiko Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan Anemia Di RSUD Majene Tahun 2013
Anemia
Kelompok Sampel
n % OR
95% CI P
Kasus Kontrol
n % N %
Risiko Tinggi 24 47,1 12 23,5 36 35,3 2,9
Risiko Rendah 27 52,9 39 76,5 66 64,7 1,2 – 6,8
0,023
Jumlah 51 100 51 100 102 100
Sumber : Data primer, 2013
Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat dari 51 kasus terdapat 24
orang (47,1%) termasuk dalam anemia,sedangkan pada kelompok
kontrol terdapat 12 orang ( 23,5%) yang termasuk Anemia. Hal ini
menunjukan bahwa persentase yang mengalami perdarahan post
partum pada anemia lebih tinggi dibandingkan yang tidak
mengalami perdarahan post partum pada kelompok yang sama
(Anemia).
Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan bahwa anemia
merupakan faktor risiko, di mana besar risikonya adalah 2,9 yang
81
artinya ibu yang anemia mempunyai resiko 2,9 kali lebih besar untuk
mengalami perdarahan post partum dibandingkan ibu yang tidak
anemia.
3. Analisis Hubungan Variabel Perancu Dengan Kejadian Perdarahan
Post Partum
a. Hubungan Penyakit Ibu Dengan Perdarahan Post Partum
Penyakit ibu dalam penelitian ini adalahpenyakit yang menyertai
ibu pada masa kehamilan. Risiko kejadian perdarahan post partum
berdasarkan penyakit ibu dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Risiko Kejadian Perdarahan Post Partum Berdasarkan Penyakit Ibu Di RSUD Majene Tahun 2013
Riwayat Penyakit
Kelompok Sampel
n % OR
95% CI p
Kasus Kontrol
n % n %
Risiko Tinggi 25 49,0 11 21,6 36 35,3 3,5
Risiko Rendah 26 51,0 40 78,4 66 64,7 1,5 – 8,2
0,007
Jumlah 51 100 51 100 102 100
Sumber : Data primer, 2013
Tabel 19 menunjukkan bahwa dari 51 kasus terdapat 25 orang
(49,0%) memiliki riwayat penyakit,sedangkan pada kelompok kontrol
terdapat 11 orang ( 21,6%) yang memiliki riwayat penyakit. Hal ini
menunjukan bahwa persentase yang mengalami perdarahan post
partum pada ibu yang memilki riwayat penyakit lebih tinggi
dibandingkan yang tidak mengalami perdarahan post partum pada
kelompok yang sama (Riwayat Penyakit).
82
Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan bahwa Riwayat
penyakit merupakan faktor resiko, dimana besar resikonya adalah
3,5 yang artinya ibu yang memiliki riwayat penyakit mempunyai
resiko 3.5 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan post partum
dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat penyakit.
4. Penentuan Variabel Independen Yang Akan Diikutkan Dalam Uji
Regresi Logistik Berganda
Variabel yang diduga merupakan faktor penyebab kejadian
pendarahan post partum akan dijadikan calon uji multivariat. Variabel
yang akan diikutkan adalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,05.
Ketentuan nilai p < 0,05 adalah memberi peluang variabel independen
yang mungkin secara bersamaan memberikan pengaruh yang
bermakna terhadap variabel dependen. Dari hasil uji bivariat tentang
hubungan variabel independen dengan variabel dependen atau variabel
yang secara subtantif diduga ada hubungan yang erat dengan nilai p
dari semua variabel bebas, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 20.
83
Tabel 20. Rangkuman hasil analisis factor resiko dengan kejadian
perdarahan post partum.
Faktor Risiko (p) OR 95% CI
Umur Ibu 0,019 3,1 1,2 – 7,5
Paritas 0,008 6,1 1,6 –22.6
Riwayat Persalinan 0,010 3,1 1,4 – 7,0
Partus lama 0,007 3,5 1,5 – 8,3
Anemia
Riwayat Penyakit
0,023
0,007
2,9 1,2 - 6,7
3,9 1,5 – 8,3
Sumber : Data primer, 2013
Berdasarkan tabel 20 menunjukkan bahwa dari 5 variabel yang
diteliti semua variabel memenuhi syarat untuk diikutkan dalam analisis
multivariat dengan nilai p < 0,05 sehingga variabel tersebut dapat
dimasukkan dalam analisis multivariat dengan uji regresi logistik
berganda secara statistic dengan memggunakan metode backward
stepwise (wald).
5. Hasil Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi berganda logistik karena variabel terikat merupakan
variabel dikotomi dengan tujuan untuk melihat besar risiko masing-
masing variabel bebas dengan variabel terikat.
84
Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui besarnya OR murni
dari variabel bebas, setelah memperhitungkan variabel lain. Keluaran
dari analisis ini adalah nilai Odds Ratio murni yang sudah dikontrol
dengan menghilangkan pengaruh variabel yang diduga sebagai
perancu dan memperhitungkan adanya interaksi antara variabel lain
dengan variabel bebas utama.
Variabel yang dilakukan saat uji memiliki p < 0,05 pada uji Wald
dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan dalam model
multivariat. Dari hasil analisis menjelaskan bahwa seluruh kasus
ternyata seluruhnya teramati, artinya tidak terdapat satu pun data yang
tidak teramati. Hasil analisis regresi berganda logistik dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 21. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Risiko Pendarahan Post partum Di RSUD Majene Tahun 2013
Faktor Resiko Wald OR 95% CI
P B.Bawah B.Atas
Umur Ibu 5.439 3.4 1.2 9.4 0.020
Paritas 8.942 9.3 2.1 40.0 0.003
Riwayat Persalinan 7.195 3.7 1.4 9.8 0.007
Partus lama 5.343 3.2 1.1 8.7 0.021
R 2 = 0.394 Sumber : Data primer, 2013
Tabel 21 menunjukkan bahwa variabel paritas ibu merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian pendarahan post
partum dengan nilai Wald sebesar 8,942 dan signifikansi sebesar
0,003. Dengan demikian, paritas merupakan faktor risiko kejadian
85
pendarahan postpartum di RSUD Majene Tahun 2013.Peranan ke
empat variabel ini terhadap terjadinya perdarahan post partum = 39.4%,
berarti peranan faktor lain di luar faktor umur, paritas, riwayat persalinan
dan partus lama adalah 60.6 %. Jika ibu menghindari hamil pada umur
di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun, paritas > 3, Riwayat
persalinan buruk dan partus lama, maka bisa mencegah kejadian
perdarahan post partum sebanyak 39.4%.
Tabel 22. Perbandingan Hasil Analisis bivariat dan Multivariat
Faktor Resiko Bivariat
(p)
Multivariat
OR (p) OR
Umur Ibu 0,019 3,1 0.020 3.4
Paritas 0,003 6,1 0.003 9.3
Riwayat Persalinan 0,010 3,1 0.007 3.7
Partus lama 0,007 3,5 0.021 3.2
Anemia
Riwayat Penyakit
0.023
0.023
2,9 0.092 2.3
3,9 0.710 1.7
Sumber : Data Primer, 2013
Hasil perbandingan antara analisis bivariat dan multivariate di
dapatkan adanya peningkatan besar resiko pada tiga variabel
berdasarkan hasil analisis multivariate yaitu : Umur, Paritas dan riwayat
persalinan. Perubahan paling besar terjadi pada paritas dari 6.1 menjadi
9.3. Sedangkan partus lama justru terjadi penurunan besar resiko yaitu
dari 3.5 menjadi 3.2, sedangkan anemia berubah menjadi tidak signifikan,
86
demikian juga variabel perancu ( Riwayat penyakit) juga menjadi tidak
signifikan.
Hasil perbandingan tersebut menunjukan bahwa, semakin banyak
faktor resiko,semakin meningkat resiko terjadinya perdarahan post
partum, khususnya yang menyangkut faktor umur, paritas dan riwayat
persalinan.
87
B. Pembahasan
Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam melebihi
500 ml setelah bersalin. Anemia, paritas, dan usia ibu merupakan faktor
risiko yang dapat memperburuk keadaan ibu apabila disertai perdarahan
saat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Menurut WHO tahun
2008, 25% kematian ibu di dunia disebabkan karena perdarahan.
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar risiko
dari keterlambatan yang diduga erat kaitannya dengan kejadian
pendarahan postpartum. Untuk tujuan tersebut maka pada analisis data
digunakan nilai OR (Odds Ratio) yang sejalan dengan jenis rancangan
penelitian yang digunakan yaitu case control (Retrospektif). Adapun
pembahasan untuk masing-masing variabel independen berdasarkan hasil
analisis data yang telah dilakukan selengkapnya sebagai berikut.
a) Umur Ibu
Umur paling aman bagi seorang wanita untuk hamil dan
melahirkan adalah umur antara 20 – 35 tahun, karena mereka berada
dalam masa reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu yang hamil
dan melahirkan pada umur < 20 tahun dan umur > 35 tahun akan
meningkat secara bermakna, karena mereka terpapar pada komplikasi
baik medis maupun obstetrik yang dapat membahayakan jiwa ibu ,
sehingga mengapa umur berpengaruh sebagai penyebab perdarahan
post partum. (Manuaba. 2009).
88
Perdarahan post partum yang mengakibatkan kematian maternal
pada wanita hamil yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5
kali lebih tinggi daripada perdarahan pascapersalinan yang terjadi pada
usia 20-29 tahun. Perdarahan pascapersalinan meningkat kembali
setelah usia 30-35 tahun (M agann, et.al. 2007).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sher Zaman,
Bushra, et. al. (2007) bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ibu yang
berumur di bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko
mengalami perdarahan post partum 3,3 kali lebih besar dibandingkan
ibu yang berumur 20 sampai 29 tahun. Selain itu penelitian Najah
(2004) menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% umur ibu di
bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun bermakna sebagai faktor risiko
yang memengaruhi perdarahan postpartum.
Seorang wanita jika ingin memiliki kesehatan reproduksi yang
prima seyogyanya harus menghindari “4 terlalu” dimana dua
diantaranya adalah menyangkut dengan usia ibu. T yang pertama
yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
Adapun risiko yang mungkin terjadi jika hamil di bawah 20 tahun
antara lain keguguran, preeklampsia (tekanan darah tinggi, oedema,
proteinuria), eklampsia (keracunan kehamilan), timbulnya kesulitan
persalinan karena sistem reproduksi belum sempurna, bayi lahir
sebelum waktunya, Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada usia
terlalu tua ini antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklampsia,
89
eklampsia, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR
dan cacat bawaan (Gordon D, et.al. 2008).
b) Paritas
Pada ibu dengan paritas tinggi akan mempengaruhi keadaan
uterus ibu, karena semakin sering ibu melahirkan maka fungsi
reproduksi mengalami penurunan, otot uterus terlalu regang dan kurang
dapat berkontraksi dengan normal sehingga kemungkinan terjadi
perdarahan postpartum primer lebih besar.
Penelitian Gordon (2008) menyimpulkan wanita primipara dari
semua pengalaman umur lebih berisiko terjadi komplikasi kehamilan
dan persalinan. Wanita nulipara (belum pernah melahirkan bayi hidup)
mempunyai peningkatan risiko sebesar 5,6 kali (95% CI 4,5-6,6) untuk
persalinan dengan ekstraksi vakum dibandingkan dengan wanita
multipara, dan juga peningkatan risiko sebesar 2,2 kali (95% CI: 1,4-
3,5) untuk terjadinya robekan perineum.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pardosi, M. (2009)
menyimpulkan bahwa paritas juga berhubungan secara bermakna
dengan kejadian pendarahan postpartum. Ibu hamil dengan paritas 1
atau lebih dari 5 memiliki risiko untuk terjadi pendarahan postpartum
3,86 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang dengan paritas 2
sampai 5.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Polly.et.al. (2009)
menunjukkan bahwa wanita primipara dan multipara memiliki
90
kehilangan darah sama besarnya pada pendarahan post partum,
wanita multipara mengalami kehilangan darah terbesar dibandingkan
dengan wanita nulipara. Paritas mempunyai pengaruh terhadap
kejadian perdarahan postpartum karena pada setiap kehamilan dan
persalinan terjadi perubahan serabut otot pada uterus yang dapat
menurunkan kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit
untuk melakukan penekanan pembuluh-pembuluh darah yang
membuka setelah lepasnya plasenta. Risiko terjadinya akan
meningkat setelah persalinan ketiga atau lebih yang mengakibatkan
terjadinya perdarahan post partum (Saifuddin, 2002).
Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas pertama dan paritas lebih dari empat,
meningkatkan risiko terjadinya kematian maternal. Angka kematian
biasanya meningkat mulai pada persalinan keempat, dan akan
meningkat secara dramatis pada persalinan kelima dan setiap anak
berikutnya. Ibu yang baru pertama kali hamil dan melahirkan akan
berisiko karena ibu belum siap secara medis maupun secara mental,
sedangkan paritas lebih dari empat, ibu mengalami kemunduran dari
segi fisik untuk menjalani kehamilannya. Adapun perbedaan dari
penelitian sebelumnya, jumlah sampel yang memiliki paritas >3 lebih
banyak dibandingkan dengan paritas < 1 sehingga hasilnya 6,1 kali
lebih beresiko terjadinya perdarahan post partum.
91
c) Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan di masa lampau sangat berhubungan dengan
hasil kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayat persalinan yang
lalu buruk petugas harus waspada terhadap terjadinya komplikasi
dalam persalinan yang akan berlangsung. Riwayat persalinan buruk
ini dapat berupa abortus, kematian janin, eklampsi dan preeklampsi,
sectio caesarea, persalinan sulit atau lama, janin besar, infeksi dan
pernah mengalami perdarahan antepartum dan postpartum
(Xavier Codaccioni, 2008).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Senewe, et.al. (2004) yang
menyatakan bahwa ibu yang memiliki riwayat persalinan buruk berisiko
2,4 kali mengalami perdarahan postpartum.
Menurut penelitian Imane Khireddine.et.al. (2013) bahwa riwayat
perdarahan pada persalinan yang terdahulu bermakna sebagai faktor
risiko yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer. Ibu yang
mengalami riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu berisiko
2,7 kali mengalami perdarahan postpartum primer dibanding ibu yang
tidak mengalami riwayat perdarahan (OR= 2,76; 95% CI 1,25;6,12).
d) Partus lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung ≥ 18 jam
merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan postpartum.
Tanda-tanda partus lama adalah apabila pembukaan serviks 1-3 cm
92
melebihi 8 jam, pembukaan serviks dan turunnya bagian terendah
janin tidak maju.
Secara teori fase persalinan dalam kala I dan kala II
sehubungan dengan proses membukanya serviks ialah fase laten
yaitu mulai pembukaan 0 sampai dengan 3 cm dalam waktu 8 jam.
Fase laten disebut memanjang jika berlangsung selama lebih dari 20
jam pada primipara atau 14 jam pada multipara. Kontraksi yang tidak
mengalami kemajuan akan tetap sama sepanjang waktu. Dirumuskan
prapersalinan sebagai suatu periode kontraksi teratur yang tidak
mengalami kemajuan tanpa bertambahnya pembukaan serviks yang
dapat berlanjut ataupun tidak berlanjut memasuki fase laten tanpa
intervensi. Didefinisikan fase laten sebagai periode yang dimulai
dengan kontraksi yang mengalami kemajuan yang diiringi dengan
penipisan dan pembukaan serviks serta berakhir pembukaan 3-4 cm.
Kadangkala dalam kontraksi perlu beberapa jam atau hari,
sebelum serviks wanita membuka sekitar 3 atau 4 cm, umumnya lama
prapersalinan atau fase laten pada kala I pada keadaan serviks saat
mulainya kontraksi. Prapersalinan dan fase laten persalinan yang
memanjang mengindikasi suatu komplikasi yang menakutkan dan
melelahkan bagi ibu.
Pada fase aktif, persalinan aktif memanjang mengacu pada laju
pembukaan yang tidak adequat setelah persalinan aktif didiagnosis.
Diagnosis laju pembukaan tidak bervariasi kurang dari 1 cm setiap jam
93
selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan.
Kurang dari 1,2 cm per jam pada primipara dan kurang dari 1,5 cm
pada multipara lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 cm sampai
lengkap (Winkjosastro. 2005).
Karakteristik persalinan aktif memanjang yaitu kontraksi
melemah sehingga menjadi kurang kuat, lebih singkat dan lebih jarang;
kualitas kontraksi tetap lama seperti semula tidak mengalami kemajuan
ataupun melemah; pada pemeriksaan vagina serviks tidak mengalami
perubahan. Lambatnya kemajuan persalinan disebabkan oleh
kombinasi penyebab yang berkaitan dengan be rbagai faktor.
Beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa partus lama
masih merupakan suatu masalah di Indonesia baik di daerah
pedesaan maupun perkotaan karena masih terdapat 60% persalinan
ditolong oleh dukun tidak terlatih. Insiden partus lama menurut
penelitian 2,8%-4,9%. Karena partus lama masih banyak terjadi dan
keadaan ini menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian ibu
dan anak masih tinggi dan harus diupayakan mencegah terjadinya
partus lama tersebut.
Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga,
dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan post partum yang
dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi,
cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi.Angka
kematian ibu di dunia berdasarkan data WHO tahun 2003 didapatkan
94
bahwa dalam setiap menit seorang perempuan meninggal karena
komplikasi yang terkait dengan proses kehamilan dan persalinannya.
Partus lama rata-rata di dunia menyebabkan kematian ibu sebesar 8 %
dan di Indonesia sebesar 9 %.
Hasil penelitian Ujah IAO, et.al. (2009) secara case control
menemukan bahwa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
perdarahan post partum adalah persalinan >18 jam dengan OR 3,26
(1,17-10,2).
e) Anemia
Anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan
meninggikan frekuensi komplikasi kehamilan serta persalinan. Anemia
juga menyebabkan peningkatan risiko perdarahan pasca persalinan.
Rasa cepat lelah pada penderita anemia disebabkan metabolisme
energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena kekurangan
oksigen. Selama hamil diperlukan lebih banyak zat besi untuk
menghasilkan sel darah merah karena ibu harus memenuhi
kebutuhan janin dan dirinya sendiri dan saat bersalin ibu
membutuhkan hemoglobin untuk memberikan energi agar otot-otot
uterus dapat berkontraksi dengan baik.
Pemeriksaan darah sebaiknya dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III untuk mengetahui
kadar hemoglobin ibu selama hamil. Bila kadar hemoglobin rendah
dapat dicegah dengan pemberian makanan kaya zat besi. Kegiatan
95
pencegahan dan penanggulangan masalah anemia sangat penting
untuk dilakukan yaitu berupa pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet
selama masa kehamilan untuk mencegah perdarahan postpartum
primer yang dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin (Depkes RI,
2002).
Anemia pasca persalinan dimana suatu keadaan seseorang ibu
sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 5 minggu dalam kondisi
pucat, lemah dan kurang bertenaga.Angka kematian ibu masih cukup
tinggi sampai saat ini. Penyebab kematian tertinggi adalah perdarahan,
keracunan kehamilan dan infeksi. Salah satu dari beberapa faktor tidak
langsung penyebab kematian ibu adalah anemia.
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian
perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih
sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir
kehilangan darah (Jansen, A J.et.al. 2009).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Bodnar, et.al. (2011) di
United States yang menyatakan bahwa anemia bermakna sebagai
faktor risiko yang mempengaruhi perdarahan postpartum. Ibu yang
mengalami anemia berisiko 3 kali mengalami perdarahan postpartum
96
dibanding ibu yang tidak mengalami anemia (OR= 2,76; 95%CI
1,25;6,12).
Maryunani Anik (2009) menyebutkan bahwa dampak anemia
pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga
terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus
imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus
lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi
rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI
rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi,
BBLR, kematian peri natal, dan lain-lain).
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-
80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan
prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari 50%.
Pemerintah telah berusaha melakukan tindakan pencegahan dengan
memberikan tablet tambah darah (tablet Fe) pada ibu hamil yang
dibagikan pada waktu mereka memeriksakan kehamilan, akan tetapi
prevalensi anemia pada kehamilan masih juga tinggi. Pemeriksaan
kadar hemoglobin yang dianjurkan dilakukan pada trimester pertama
dan ketiga kehamilan sering kali hanya dapat dilaksanakan pada
trimester ketiga saja karena kebanyakan ibu hamil baru memeriksakan
kehamilannya pada trimester kedua kehamilan. Dengan demikian
upaya penanganan anemia pada kehamilan menjadi terlambat dengan
akibat berbagai komplikasi yang mungkin terjadi karena anemia.
97
Penelitian yang sama dilakukan oleh Fromer, Debra et.al. 2009
menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kadar Hb <10 g/dl mempunyai
risiko 2.25 kali lebih tinggi untuk mengalami infeksi pada masa nifas
dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar Hb di atas 10 g/dl. Saat
post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta,
perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan
gangguan involusio uteri.Namun dalam penelitian ini setelah di
multivariatkan anemia berubah menjadi tidak signifikan, hal ini di
sebabkan oleh beberapa faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
perdarahan post partum
B. Keterbatasan Penelitian
1. Proses pengumpulan data yang dilakukan secara sekunder ternyata
masih banyak status atau medical record pasien yang tidak terisi
lengkap.
2. Data mengenai sampel yang diteliti diperoleh dengan
mengandalkan data sekunder dimana catatan medik yang ada kurang
akurat menggambarkan pajanan faktor risiko terhadap pasien
sehingga menimbulkan bias informasi.
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUD Majene
Kabupaten majene tahun 2013 dengan menggunakan waktu selama dua
bulan, maka peneliti dapat menyimpulkan :
1. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun memiliki risiko untuk mengalami
perdarahan post partum 3,1 kali lebih besar daripada ibu yang berumur
20 – 35 tahun.
2. Paritas ≤ 1 dan paritas > 3 memiliki risiko 6,1 kali lebih besar untuk
mengalami perdarahan post partum dibandingkan dengan paritas 2 – 3.
3. Riwayat persalinan tidak normal memiliki risiko untuk mengalami
perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar bila dibandingkan dengan
ibu yang riwayat persalinan baik
4. Partus lama (persalinan ≥ 18 jam) memiliki risiko untuk mengalami
perdarahan post partum 3,5 kali lebih besar daripada ibu dengan partus
normal (≤ 18 jam )
5. Ibu dengan anemia memiliki risiko untuk mengalami perdarahan
postpartum 2,9 kali lebih besar daripada ibu dengan tidak anemia (≤18
jam) namun tidak signifikan karena nilai P = 0.092.
99
6. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel paritas merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian perdarahan
postpartum dengan nilai Wald sebesar 8.942.
B. Saran
1. Diharapkan kepada ibu untuk menghindari hamil terlalu muda atau
terlalu tua.
2. Ibu yang memiliki riwayat persalinan buruk agar selalu waspada
dengan sering memeriksakan kehamilannya karena riwayat
persalinan merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan post
partum,
3. Meningkatkan upaya pelayanan obstetrik yang memadai,
sehingga siap menjadi rumah sakit rujukan melayani pasien-
pasien persalinan dengan komplikasi yang memerlukan tindakan
segera.
4. Diharapkan pada ibu yang akan melahirkan mengatur tenaga
untuk mengedan, agar ibu tidak kelelahan selain itu ibu juga harus
mempehatikan menu seimbang agar tidak mengalami anemia
pada saat persalinan.
5. Karena paritas merupakan faktor yang paling dominan diharapkan
kepada pemerintah agar lebih menggalakkan program KB dengan
memeberikan cukup dana untuk program KB,sehingga
pengetahuan masyarakat mengenai program KB dapat
bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Al – Ramahi M, et.al. 2010. Outcome of adolescent pregnancy at a university hospital in Jordan. Arch Gynecol Obstet. 2006; 273: 207-210.
Beck Stacy, et.al, 2009. The Worldwide Incidence of Preterm Birth: A
Systematic review of Maternal Mortality and Morbidity. Buletin of
World Health Organization.
Bobak, M. Irene et. al, 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4.
Ahli Bahasa : Maria A. Wijayarini. Jakarta : EGC
Bodnar, et.al. 2011. High prevalence of postpartum anemia among low-income women in the United States. Am J Obstet Gynecol
Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta. EGC Chapman,V. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta:
EGCs
Codaccioni, Xavier . 2008. Risk factors for post-partum complications occurring after preeclampsia and HELLP syndrome. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology Volume 125, Issue 1 , Pages 59-65.
Dahlan, M. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola.
Dever GEA, 1984. Epidemilogi in Health Service Management. Rockville,
Maryland: An Aspen Publication
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2009. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan.
Depkes, RI. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 2002. Depkes RI 2004. Kajian Kematian Ibu Dan Anak Di Indonesia. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta; Depkes RI. Depkes RI. 2008, Profil Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Elemen, 2002. Obstetri dan Ginekologi. Bandung : Universitas Padjajaran.
Framework for Analysing the Determinants of Maternal Mortality, Mc carthy dan Maine, 1992
Gibson, 1987. Organisasi Perilaku: Struktur Proses. Jakarta: Bina Rupa
Aksara
Goldman JC, et al. 2011. Impact of maternal age on obstetric outcome. The American College of Obstetricians and Ginecologyst. 105 (5): 983-989.
Gordon D, et.al. 2008. Advanced Maternal Age As A Risk Factor For
Cesarean Delivery. Obstet Gynecol. 2008 Apr;77(4):493-497 Hacker, N. F. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.
Hill. K dan Choi Y, 2006. Obstetri William, Edisi 21. Ahli Bahasa: dr. Andri
Hartono, et.al. Jakarta : EGC
Imane Khireddine.et.al. 2013. Induction of Labor and Risk of Postpartum Hemorrhage in Low Risk Parturients. Epidemiological Research Unit on Perinatal Health and Women’s and Children’s Health
Jansen, A J. et.al. 2009. Postpartum Hemorrhage and ransfusion of Blood
and Blood Components. Obstetrical & Gynecological Survey. Volume 60 - Issue 10 - pp 663-671
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams. EGC: Jakarta. M agann, Everett F, et.al. 2007. Postpartum Hemorrhage after vaginal
birth. An analysis of Risk Factors Southern M ed ; 98:419-2 2. Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Maryunani Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas, TIM: Jakarta.
Mochtar, Rustam. 2005. Synopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Ed.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Murti, Bhisma. 1995. Prinsip dan Metode Riset. Gadjah Mada University
Press. Nafarin, M. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu Hamil
Risiko Tinggi Bersalin di Rumah. Tesis. FETP IKM, UGM : Yogyakarta
Notoatmojdo S.2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nulia Medika.
Pardosi, M. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Perdarahan Pasca Persalinan dan Upaya Penurunannya di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Medan Tahun 2009. Tesis. Medan: FKM USU
Patel, R.R. Murphy, D.J. 2008. Forcep Delivery In Modern Obstetric
Practice. British Medical Journal 2008, Vol 328, P:1302-1305 Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. 2006. Pedoman
Penulisan Tesis dan Disertasi. Makassar Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo Polly.et.al. 2009. Incidence of postpartum hemorrhage. US J Med,
Vol.346, No.26, Juni 27, 2009.
Saifuddin Abdul Bari. 2000. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP:. Jakarta.
------------------------------.2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP. Jakarta.
Satrawinata, S. 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: EGC.
Saleha Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Medika Salemba: Makassar.
Scott, J. R. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri & ginekologi. Jakarta:
Widya Medika.
Senewe, et.al .2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Komplikasi Persalinan Tiga Tahun Terakhir Di Indonesia (Analisis Lanjutan SKRT-Surkesnas 2001). Buletin Penelitian Kesehatan Vol 43 No.2
Shehadeh A. 2011. Elderly primigravida and pregnancy outcome. J Res
Med Sci. 2011 ; 9(2): 8-11.
Sher Zaman, Bushra, et. al. 2007. Risk factors for primary postpartum hemorrhage. Professional Med J; 14(3): 378-381
Sibagariang, E.E. 2010. Metode Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma
Kesehatan. Jakarta: KDT
Simkin, P. 2007. Kehamilan, Melahirkan & Bayi: Panduan Lengkap.
Jakarta: Arcan
Stanley Lemeshow,et.al. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Terjemahan oleh Dibyo Pramono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Suherni, Widyasih H, Rahmawati A. 2009. Perawatan Masa Nifas.
Fitramaya: Yogyakarta. Suririnah. 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Ujah IAO, et.al. 2009. Maternal mortality among adolescent women in Jos, North-Central, Nigeria. J Obstet Gynaecol;25:3–6.
Varney Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC: Jakarta.
WHO, 2006. District Hospitals : Guidelines for Development. WHO,
Regional office for the western pacific.
Widi, Anna. 2011. Pengaruh Faktor Usia Ibu Terhadap Keluaran Maternal Dan Perinatal Pada Persalinan Primigravida di RS dr. Kariadi Semarang Periode Tahun 2010. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Winkjosastro. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
William, R. F. 2001. Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Petunjuk pengisian : 1. Isi jawaban responden pada kolom-kolom yang tersedia dengan kode-kode yang sesuai 2. Isi garis titik – titik sesuai jawaban responden
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden
2. Nama Ibu
4. Umur Ibu ...........Tahun
5. Paritas ............................. kali/ baru pertama kali melahirkan
6. Metode Persalinan ..............................
7.
Pendidikan terakhir
1 = Tidak sekolah ; 2 = tidak tamat SD
3 = Tamat SD ; 4 = SLTP ; 5 = SMU ;
6 = Akademik/PT
8. Pekerjaan
1. IRT
2. Pedagang
3. Petani
4. Pegawai Swasta
5. PNS
Lainnya, Sebutkan.............................
B. UMUR
1. Usia ibu saat ini………….tahun
2. Umur ibu pada saat melahirkan………….tahun
C. PARITAS
1. Berapa kali ibu pernah melahirkan, termasuk kelahiran yang terakhir?
............................. kali/ baru pertama kali melahirkan
2.
Apakah ibu pernah mengalami keguguran ?
1. Ya, saat kehamilan ke .....................................
2. Tidak
3.
Berapa jarak antara kehamilan terakhir dengan kehamilan sebelumnya?
……………………………bulan / tahun.
Tanggal/ bulan/ tahun persalinan terakhir…….………../………../……….
Tanggal/ bulan/ tahun persalinan sebelumnya.………../………../………..
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN PENDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD MAJENE KAB. MAJENE
STATUS RESPONDEN : KASUS / KONTROL* (coret salah satu)
Nomor Kuesioner : Tanggal Wawancara :
D. RIWAYAT PERSALINAN
1.
Pada saat pemeriksaan, apakah ibu diberitahu tanda-tanda bahaya (komplikasi) dalam
kehamilan?
1. Ya
2. Tidak
2.
Pada saat pemeriksaan, apakah ibu diberitahu kemana harus pergi untuk mendapatkan
pertolongan jika mengalami bahaya (komplikasi) kehamilan?
1. Ya
2. Tidak
3.
Pada saat ibu bersalin, siapa yang pertama kali melakukan pertolongan persalinan :
1. Petugas kesehatan (dokter / bidan *) *lingkari salah satu
2. Dukun bayi
3. Lainnya,……………………………………………………
4.
Apakah ibu telah mengalami mengalami salah satu diantara abortus, kematian janin,
eklampsi dan preeklampsi, sectio caesarea, janin besar, infeksi dan pernah mengalami
perdarahan pada kehamilan sebelumnya ?
1. Ya
2. Tidak
E. PARTUS LAMA
1. Lama waktu yang dibutuhkan ibu mulai dari pengeluaran lendir sampai dengan pembukaan
lengkap …….jam
2.
Apakah ibu mendapatkan kesulitan pergi ke tempat pelayanan kesehatan, dalam hal
angkutan transpor atau sarana jalan:
1. Ya
2. Tidak
3 Lama waktu yang dibutuhkan mulai dari pembukaan lengkap sampai dengan lahirnya
bayi…….jam
4 Waktu yang dibutuhkan untuk mengeluaran plasenta terhitung mulai dari lahirnya bayi,
berlangsung ……….jam
F. ANEMIA
1. Kadar Hb saat masuk rumah bersalin
Anemia……………………………………..%
2.
Apakah selama kehamilan ibu mengkonsumsi tablet besi ?
1. Ya
2.Tidak
3.
Apakah konjungtifa ibu pucat?
1. Ya
2. Tidak
”Terimakasih atas partisipasinya”
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : .............................................................................
Alamat : .............................................................................
Setelah mendengar / membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan oleh
Darmin Dina, baik mengenai tujuan, manfaat apa yang akan diperoleh pada
penelitian “Faktor Determinan Kejadian Pendarahan Postpartum Di RSUD
Majene Kab. Majene”, serta risiko yang mungkin terjadi, maka dengan ini saya
menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini secara sukarela tanpa
paksaan.
Makassar, ............................ (______________________) Subjek penelitian Identitas Peneliti
Nama : Darmin Dina
Prodi : Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Unhas
Konsentrasi : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
1 4 1 1 0 1 1 0 1 0 2 2 1
2 5 1 1 0 0 1 1 0 0 1 2 1
3 4 1 1 0 0 1 0 0 0 1 2 0
4 5 4 1 0 1 1 0 0 1 2 2 0
5 3 1 1 0 1 1 0 1 0 2 2 1
6 3 1 1 0 0 1 1 0 1 1 2 0
7 3 1 5 0 0 1 0 0 0 1 2 0
8 1 3 4 0 1 1 1 1 1 1 2 1
9 2 1 3 0 1 0 1 1 0 2 3 1
10 1 3 5 0 0 0 1 0 0 1 3 0
11 1 2 3 0 1 1 1 1 1 2 2 1
12 2 1 3 0 1 1 0 1 0 2 2 1
13 3 2 5 0 0 1 0 1 1 2 2 1
14 2 5 2 0 1 1 0 1 0 2 2 1
15 4 2 2 0 1 0 1 1 1 2 1 1
16 3 2 5 0 0 1 0 1 0 1 2 1
17 5 4 2 0 1 1 0 1 1 1 2 1
18 4 2 1 0 0 1 0 1 0 1 2 1
19 1 3 3 0 1 1 0 1 1 1 2 1
20 1 2 3 0 1 1 0 1 0 2 2 0
TRANSPOR
MASTER TABEL PENELITIAN
Lampiran 2 :
RIWAYATPARITAS ANEMIANo DIDIK KERJA KLP UMUR
JENIS
DATA PARTUS
FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD MAJENE KABUPATEN MAJENE
JUMLAH
ANAKPENYAKIT
UMUR
JENIS VARIABEL
21 4 2 3 0 1 0 0 1 1 2 1 1
22 3 1 2 0 1 1 1 0 1 1 2 0
23 3 1 1 0 0 1 0 0 0 1 2 0
24 3 3 2 0 1 0 1 0 1 1 1 0
25 4 1 2 0 1 1 0 0 1 1 2 0
26 5 2 2 0 1 1 0 0 0 1 2 0
27 5 2 2 0 1 1 0 0 1 1 2 0
28 4 2 4 0 1 0 0 0 0 1 3 0
29 4 2 5 0 0 1 0 0 1 2 2 0
30 5 4 3 0 1 0 0 0 1 2 1 0
31 5 4 4 0 0 1 1 0 1 1 2 0
32 3 1 1 0 1 1 0 0 0 1 2 0
33 6 5 5 0 0 1 1 0 0 1 2 0
34 5 4 3 0 1 0 1 1 1 2 1 1
35 6 5 3 0 1 1 1 0 0 1 2 0
36 5 1 1 0 0 1 0 1 1 2 2 1
37 3 3 1 0 0 1 1 1 1 1 2 1
38 4 2 4 0 1 1 0 0 0 1 2 0
39 5 1 4 0 1 1 1 0 0 1 2 0
40 6 5 4 0 1 0 0 0 0 2 3 0
41 2 1 3 0 1 0 0 1 1 2 1 1
42 6 4 3 0 1 1 0 1 1 2 2 1
43 6 5 5 0 0 1 0 1 0 1 2 1
44 4 1 5 0 0 0 1 1 1 2 3 1
45 6 5 5 0 0 1 0 1 0 1 2 1
46 3 2 1 0 0 0 0 1 0 2 1 1
47 4 1 1 0 0 1 1 0 1 1 2 0
48 5 4 5 0 0 0 1 1 1 1 3 1
49 4 2 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0
50 5 2 1 0 0 1 1 0 1 2 2 0
51 6 5 2 0 1 1 1 1 1 2 2 1
52 5 2 2 1 1 1 1 0 0 2 2 0
53 4 1 3 1 1 1 0 1 1 2 2 1
54 3 1 3 1 1 1 1 1 0 2 2 1
55 5 1 3 1 1 1 0 1 1 2 2 1
56 5 4 1 1 0 1 1 1 1 2 2 1
57 5 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
58 5 1 2 1 1 1 0 1 1 1 2 1
59 5 1 2 1 1 1 0 1 1 1 2 1
60 5 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1
61 5 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
62 5 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
63 6 4 2 1 1 1 1 1 0 1 2 1
64 6 4 2 1 1 0 1 1 0 2 1 1
65 5 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
66 5 1 2 1 1 1 0 1 1 2 2 1
67 5 1 5 1 0 0 1 1 1 2 1 1
68 2 2 3 1 1 1 0 1 1 2 2 1
69 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1
70 2 3 4 1 1 1 1 1 1 2 2 1
71 6 5 4 1 1 1 0 1 1 2 2 1
72 5 1 4 1 1 0 0 1 1 1 3 1
73 5 1 4 1 1 1 1 0 0 1 2 0
74 5 4 1 1 0 1 1 1 1 2 2 1
75 4 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
76 4 1 5 1 0 1 1 1 1 2 2 1
77 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1
78 4 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1
79 5 1 1 1 0 1 0 1 1 2 2 1
80 5 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
81 5 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1
82 6 5 3 1 1 1 1 1 0 2 2 1
83 5 5 4 1 1 1 1 1 1 2 2 1
84 6 5 5 1 0 1 0 1 1 1 2 1
85 5 5 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
86 6 4 3 1 1 1 0 0 1 1 2 0
87 5 1 4 1 1 1 1 1 1 2 2 1
88 4 1 5 1 0 1 1 0 1 1 2 0
89 5 2 2 1 1 1 0 0 0 1 2 0
90 1 1 3 1 1 1 0 0 0 1 2 0
91 2 1 3 1 1 1 1 0 1 1 2 0
92 3 1 1 1 0 1 0 1 0 1 2 1
93 3 1 2 1 1 1 1 1 0 1 2 1
94 4 2 1 1 0 1 1 0 1 1 2 0
95 5 4 2 1 1 1 1 1 0 1 2 1
96 5 1 3 1 1 1 0 0 1 1 2 0
97 5 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1
98 5 1 4 1 1 1 1 1 1 2 2 1
99 4 1 5 1 0 1 1 1 1 1 2 1
100 5 1 2 1 1 1 0 0 1 1 2 0
101 6 5 2 1 1 1 1 0 0 1 2 0
102 5 4 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
Keterangan :
Jenis Data : 1. Kontrol, 0. Kasus,
Umur Ibu : 1. 15-19, 2. 20-24, 3.25-29, 4. 30-34, 5. >=35
Pendidikan : 1. Tidak Sekolah, 2. Tidak tamat SD 3. SD 4. SMP, 5. SMA, 6. Akademi/ PT
Pekerjaan : 1. IRT, 2. Pedagang , 3.Petani, 4. Pegawai Swasta, 5. PNS
Umur : 0. Risiko Tinggi, 1. Risiko Rendah
Paritas : 0. Risiko Tinggi, 1. Risiko Rendah
Riwayat persalinan : 0. Riwayat Buruk, 1. Tidak Ada Riwayat Buruk
Partus lama : 0. Partus lama , 1. Partus Normal
Anemia : 0. Anemia, 1. Tidak Anemia
Transpor : 1. Ya, 2. Tidak
Jumlah anak : 1. <1 , 2. 2-3, 3. >3
Penyakit : 0. Risiko Tinggi, 1. Risiko Rendah
Lampiran : Hasil Uji Coba Kuesioner ( Korelasi pearson)
Correlations
Correlations
SKORING UMUR
SKORING PARITAS
SKORING RIWAYAT
SKORING PARTUS
SKORING ANEMIA
SKORING PPT
SKORING UMUR Pearson Correlation 1 .816** 1.000
** .667
* 1.000
** 1.000
**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .035 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10
SKORING PARITAS
Pearson Correlation .816** 1 .816
** .816
** .816
** .816
**
Sig. (2-tailed) .004 .004 .004 .004 .004
N 10 10 10 10 10 10
SKORING RIWAYAT
Pearson Correlation 1.000** .816
** 1 .667
* 1.000
** 1.000
**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .035 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10
SKORING PARTUS
Pearson Correlation .667* .816
** .667
* 1 .667
* .667
*
Sig. (2-tailed) .035 .004 .035 .035 .035
N 10 10 10 10 10 10
SKORING ANEMIA
Pearson Correlation 1.000** .816
** 1.000
** .667
* 1 1.000
**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10
SKORING PPT Pearson Correlation 1.000** .816
** 1.000
** .667
* 1.000
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .035 .000
N 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran : Hasil Uji Coba Kuesioner (Reliabilitas)
UMUR IBU * PENDARAHAN POST PARTUM
Crosstab
PPT
Total kasus Kontrol
UMUR IBU RISIKO TINGGI Count 4 0 4
% within PPT 100.0% .0% 40.0%
RISIKO RENDAH Count 0 6 6
% within PPT .0% 100.0% 60.0%
Total Count 4 6 10
% within PPT 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.000a 1 .002
Continuity Correctionb 6.267 1 .012
Likelihood Ratio 13.460 1 .000
Fisher's Exact Test .005 .005
Linear-by-Linear Association 9.000 1 .003
N of Valid Casesb 10
a. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std. Error
a Approx. T
b Approx. Sig.
Measure of Agreement Kappa 1.000 .000 3.162 .002
N of Valid Cases 10
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
PARITAS IBU * UMUR IBU * PENDARAHAN POST PARTUM
Crosstab
PPT
Total kasus Kontrol
PARITAS IBU RISIKO TINGGI Count 4 1 5
% within PPT 100.0% 16.7% 50.0%
RISIKO RENDAH Count 0 5 5
% within PPT .0% 83.3% 50.0%
Total Count 4 6 10
% within PPT 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.667a 1 .010
Continuity Correctionb 3.750 1 .053
Likelihood Ratio 8.456 1 .004
Fisher's Exact Test .048 .024
Linear-by-Linear Association 6.000 1 .014
N of Valid Casesb 10
a. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std. Error
a Approx. T
b Approx. Sig.
Measure of Agreement Kappa .800 .186 2.582 .010
N of Valid Cases 10
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
RIWAYAT PERSALINAN * PENDARAHAN POST PARTUM
Crosstab
PPT
Total kasus Kontrol
RIWAYAT PERSALINAN RIWAYAT BURUK Count 4 0 4
% within PPT 100.0% .0% 40.0%
TIDAK ADA RIWAYAT BURUK
Count 0 6 6
% within PPT .0% 100.0% 60.0%
Total Count 4 6 10
% within PPT 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.000a 1 .002
Continuity Correctionb 6.267 1 .012
Likelihood Ratio 13.460 1 .000
Fisher's Exact Test .005 .005
Linear-by-Linear Association 9.000 1 .003
N of Valid Casesb 10
a. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std. Error
a Approx. T
b Approx. Sig.
Measure of Agreement Kappa 1.000 .000 3.162 .002
N of Valid Cases 10
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
KEJADIAN PARTUS * PENDARAHAN POST PARTUM
Crosstab
PPT
Total kasus Kontrol
KEJADIAN PARTUS PARTUS LAMA Count 4 2 6
% within PPT 100.0% 33.3% 60.0%
PARTUS NORMAL Count 0 4 4
% within PPT .0% 66.7% 40.0%
Total Count 4 6 10
% within PPT 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.444a 1 .035
Continuity Correctionb 2.101 1 .147
Likelihood Ratio 5.822 1 .016
Fisher's Exact Test .076 .071
Linear-by-Linear Association 4.000 1 .046
N of Valid Casesb 10
a. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std. Error
a Approx. T
b Approx. Sig.
Measure of Agreement Kappa .615 .225 2.108 .035
N of Valid Cases 10
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
ANEMIA * PENDARAHAN POST PARTUM
Crosstab
PPT
Total kasus Kontrol
ANEMIA 0 Count 4 0 4
% within PPT 100.0% .0% 40.0%
ANEMIA Count 0 6 6
% within PPT .0% 100.0% 60.0%
Total Count 4 6 10
% within PPT 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.000a 1 .002
Continuity Correctionb 6.267 1 .012
Likelihood Ratio 13.460 1 .000
Fisher's Exact Test .005 .005
Linear-by-Linear Association 9.000 1 .003
N of Valid Casesb 10
a. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std. Error
a Approx. T
b Approx. Sig.
Measure of Agreement Kappa 1.000 .000 3.162 .002
N of Valid Cases 10
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.