Post on 25-Jul-2020
EVALUASI PROGRAM BANTUAN POMPONG DINAS KELAUTAN
PERTANIAN PERIKANAN KEHUTANAN DAN ENERGI (KP2KE)
TANJUNGPINANG DI KELURAHAN DOMPAK TAHUN 2015
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
SARDIAH
NIM : 090565201056
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
1
EVALUASI PROGRAM BANTUAN POMPONG DINAS KELAUTAN
PERTANIAN PERIKANAN KEHUTANAN DAN ENERGI (KP2KE)
TANJUNGPINANG DI KELURAHAN DOMPAK TAHUN 2015
SARDIAH
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas
Maritim Raja Ali Haji
A B S T R A K
Pemerintahan Kota Tanjungpinang sebagai salah satu wilayah pemerintah
Kota yang ada di Propinsi Kepulauan Riau yang wilayahnya di kelilingi oleh lautan,
sebagian masyarakatnya juga bermata pencaharian sebagai nelayan. Upaya yang
dilaksanakan Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam meningkatkan masyarakat di
daerahnya adalah meningkatkan ekonomi masyarakat pesisisir yang memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan melalui Dinas Kelautan Pertanian Perikanan Kehutanan
dan Energi. Program yang diberikan bantuan Pompong fiber berkapasitas mesin 1
GT (Gross Tonnage).
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui Pencapaian dan Dampak Program
Bantuan Pompong Dinas Kelautan Pertanian Perikanan Kehutanan Dan Energi
Tanjungpinang. Dalam penelitian ini informan adalah 2 orang pegawai Dinas
Kelautan Pertanian Perikanan Kehutanan Dan Energi, seksi budidaya dan
penangkapan ikan, dan 5 masyarakat nelayan di Kota Tanjungpinang yaitu Ketua
Kelompok Nelayan.. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
analisa data kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Program
Bantuan Pompong Dinas Kelautan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Energi
(KP2KE) Tanjungpinang Di Kelurahan Dompak Tahun 2015 sudah tercapai dengan
baik dan sudah mendatangkan dampak baik bagi masyarakat. Walaupun Program
bantuan pompong tidak langsung mengurangi angka kemiskinan secara signifikan
namun adanya program ini sudah mampu membantu kehidupan nelayan di Kelurahan
Dompak. Salah satu program pemerintah pusat terkait dengan pemberdayaan
nelayan, yakni program bantuan pompong yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan usaha dan kesejahteraan, masyarakat
Kata Kunci : Nelayan, Program Bantuan Pompong
2
A B S T R A C T
The Government of the city of Tanjung Pinang as one area of City Government
that is in the Riau Islands Province whose territory surrounded by the ocean, most of
its people as well as the livelihood of fishermen-eyed. Efforts are being implemented
to improve Tanjungpinang city government people in his area are improving the
economic community pesisisir who have livelihoods as fishermen through the
Department of Marine Fisheries Forestry Agriculture and energy. The program
provided assistance Pompong fiber capacity machine 1 GT (Gross Tonnage).
The goal in this research is to know the achievements and impact of the
assistance Program the Marine Fishery Farming Service Pompong Forestry and
energy Tanjungpinang. In this study the informant was employees of Department of
Agriculture Forestry Fisheries And Marine energy, aquaculture and fisheries
section, and five fishing communities in the town of Tanjung Pinang namely Group
Chairman Fishermen.. The analysis of the data used in this study is the analysis of
qualitative data.
Based on the results of the study it can be concluded that the aid programs of
Marine Fishery Farming Service Pompong forestry and energy (KP2KE) Dompak
Village In Tanjungpinang 2015 already reached well and already have a substantial
impact both for the community. Although Program assistance pompong indirectly
reduce poverty significantly but the existence of this program has been able to help
the lives of fishermen in Kelurahan of Dompak. One of the Government programs
related to the empowerment of fishing, namely pompong assistance programs aimed
at improving the ability of business and well-being, community
Keywords: Fisherman, Pompong Assistance Program
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum pembangunan ekonomi
daerah adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan seluruh
komponen masyarakat mengelola
sumber daya yang ada dan membentuk
suatu pola kemitraan untuk
menciptakan suatu lapangan pekerjaan
baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi dalam daerah
tersebut. Tentu saja makna
pembangunan daerah tersebut amat
tergantung pada masalah fundamental
yang di hadapi oleh daerah itu.
Bagaimana daerah mengatasi masalah
fundamental yang dihadapi ditentukan
oleh strategi pembangunan yang
dipilih. Dalam konteks inilah
pentingnya merumuskan visi dan misi,
dan kemudian memilih strategi yang
tepat.
Peningkatan ekonomi rakyat
merupakan salah satu aspek yang harus
menjadi prioritas utama dalam
pembangunan dewasa ini, yang mana
perekonomian rakyat merupakan
indikator keberhasilan pembangunan
serta menjadi sasaran penting yang
akan menentukan keberhasilan
pembangunan di bidang lainnya.
Perekonomian rakyat yang kuat dan
tangguh dengan sendirinya tentu akan
menjadi salah satu penunjang
perekonomian daerah dan bahkan
perekonomian nasional.
Diantara upaya yang telah dan
sedang giatnya dilakukan pemerintah
dalam rangka meningkatkan
perekonomian rakyat adalah
pengelolaan sektor perikanan. Hal ini
mengingat bahwa sektor perikanan
selain dapat berfungsi sebagai mata
pencaharian masyarakat dan
mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat juga dapat memanfaatkan
sumberdaya alam kelautan, yang mana
perairan adalah bagian terbesar
wilayah di nusantara. Dengan
demikian, diantara lapisan masyarakat
yang perlu mendapat perhatian
khususnya pemerintah daerah dalam
program masyarakat nelayan adalah
kelompok masyarakat pesisir dengan
meningkatkan perekonomiannya.
Masyarakat yang tinggal pesisir pantai
di wilayah nusantara merupakan salah
satu kelompok masyarakat terbesar
mengingat bahwa wilayah Indonesia
yang terdiri dari banyak pulau, yang
mana pada umumnya memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penduduk yang berprofesi sebagai
nelayan pada umumnya memiliki
ketergantungan ekonomi yang sangat
besar terhadap sumber daya pesisir
laut. Hasil tangkapan harian sangat
mempengaruhi pernerimaan
pendapatan nelayan. Peningkatan hasil
tangkap dan budidaya ikan sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
laut, kemampuan sumber daya manusia
nelayan, ketersediaan sarana/peralatan
dan modal
Kemudian dalam jurnal Martha
Wasak (2012) dijelaskan bahwa rumah
tangga nelayan yang pekerjaannya
semata-mata tergantung pada usaha
menangkap ikan memperoleh
pendapatan yang hanya mampu
memenuhi kebutuhan hidup mereka
sehari-hari, dan jika ada uang yang
tersisa, itu biasanya digunakan untuk
biaya sekolah anak, membeli pakaian,
dan memperbaiki tempat tinggalnya.
Temuan studi pada berbagai komunitas
4
nelayan di luar negeri menunjukkan
bahwa organisasi sosial ekonomi
maupun lembaga terkait lainnya yang
ada di desa pesisir memegang peranan
penting dalam perbaikan taraf hidup
masyarakat pesisir. Dengan kata lain
bahwa organisasi sosial ekonomi bisa
menjadi penunjang dalam upaya
peningkatan taraf hidup masyarakat
pesisir. Tanpa organisasi sosial
ekonomi, nelayan akan bekerja dan
hidup sendirian tanpa ada yang
memperjuangkan dan melindungi
kepentingan mereka.
Pemerintahan Kota Tanjungpinang
sebagai salah satu wilayah pemerintah
Kota yang ada di Propinsi Kepulauan
Riau yang wilayahnya di kelilingi oleh
lautan, sebagian masyarakatnya juga
bermata pencaharian sebagai nelayan.
Sektor Perikanan memberikan
sumbangsih terbesar, yaitu sebesar
31,91 persen. (BPS Kota
Tanjungpinang, Hasil Sensus Pertanian.
2013)
Upaya yang dilaksanakan
Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam
meningkatkan masyarakat di
daerahnya adalah meningkatkan
ekonomi masyarakat pesisisir yang
memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan melalui Dinas Kelautan
Pertanian Perikanan Kehutanan dan
Energi (selanjutnya disingkat KP2KE).
Program yang diberikan bantuan
Pompong fiber berkapasitas mesin 1
GT (Gross Tonnage) yang diberikan
KP2KE Kota Tanjungpinang. Dengan
diberikannya batuan tersebut,
diharapkan puluhan penerima bantuan
ini bisa meningkatkan pendapatannya.
Sehingga tingkat perekonomian atau
kesejahtraan Rumah Tangga Sasaran
(RTS) juga meningkat.
Salah satu program KP2KE adalah
Program taskin Nelayan, program ini
sendiri merupakan bantuan yang
dikucurkan oleh Pemerintah untuk
dapat mengentaskan kemiskinan dan
pada gilirannya akan dapat
membangkitkan semangat ekonomi
kerakyatan.
Bantuan yang disediakan
pemerintah untuk nelayan beragam.
Diantaranya ada item yang bersumber
dari dana Pemerintah Kota
Tanjungpinang dan satu item berasal
dari pusat. Untuk bantuan dari pusat
berupa Keramba Jaring Apung (KJA)
dengan jenis ramah lingkungan sekitar
10 petak. Kemudian program yang
telah dilaksanakan oleh dinas KP2KE
yang menjadi rencana strategis
pemerintah Kota Tanjungpinang
khususnya dinas KP2KE di bidang
kelautan perikanan yaitu program
pengembangan perikanan tangkap yaitu
sebagai berikut: Kegiatan pengadaan
sarana dan prasarana (TASKIN),
bentuk bantuannya berupa kawat bubu,
sondong, lampu sorot, mesin ketinting,
jala, jaring apollo, jarring poli etilen.
Kegiatan pendampingan Program
Usaha Mina Pedesaan perikanan
tangkap, dan kegiatan pengadaan
armada tangkap, bentuk bantuannya
pompong ketinting fiber glass dan fiber
box.
Sebagian nelayan di Kota
Tanjungpinang masih menggunakan
cara tradisional dengan menggunakan
armada penangkapan yang sangat
sederhana, sehingga hasil tangkapanya
hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Kemudian
apabila dilihat dari tingkat kemampuan
nelayan, maka pada umumnya nelayan
di Kota Tanjungpinang masih kurang
5
dalam pengetahuan dan penguasaan
profesinya sebagai nelayan. Pekerjaan
nelayan merupakan profesi turun
temurun, tingkat pendidikan masih
rendah, akses informasi dan inovasi
terbatas, modal kerja terbatas, kurangnya
sarana dan prasarana merupakan
hambatan dalam peningkatan ekonomi
rumah tangga nelayan. Maka untuk
meningkatkan kemampuan nelayan,
intervensi atau campur tangan
pemerintah mutlak diperlukan, karena
tanpa bantuan pihak pemerintah daerah
maka kehidupan nelayan di Kota
Tanjungpinang akan tetap tertinggal.
Berikut jumlah nelayan yang ada di Kota
Tanjungpinang :
Tabel I.1
Jumlah nelayan
No Kelurahan Jumlah
1 Kelurahan
Penyengat
42 orang
2 Kelurahan
Kampung Bugis
266 orang
3 Kelurahan
Senggarang
292 orang
4 Kelurahan Dompak 369 orang
5 Kelurahan Sei Jang 201 orang
6 Kelurahan Tanjung
Unggat
131 orang
7 Kelurahan
Kampung Baru
16 orang
8 Kelurahan
Tanjungpinang
Barat
37 orang
9 Kelurahan Kemboja 54 orang
10 Kelurahan Melayu
Kota Piring
24 orang
11 Kelurahan Batu IX 5 orang
12 Kelurahan
Kampung Bulang
29 orang
Jumlah 1466
orang
Sumber : Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota Tanjungpinang, 2016
Salah satu daerah yang mayoritas
masyarakatnya adalah nelayan adalah
Dompak. Dompak adalah sebuah
kawasan pemukiman penduduk di Kota
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
(Kepri). Mata pencaharian penduduk di
sini cukup beraneka ragam. Banyak
keluarga yang menggantungkan
hidupnya dengan laut misalnya menjadi
nelayan, penarik boat bahkan bekerja di
kapal-kapal barang / pesiar. (Laporan
Tahunan Kantor Kelurahan Dompak,
2015).
Penelitian ini berfokus pada tahun
2015 karena tahun 2015 program ini
dijalankan dan diberikan kepada rumah
tangga sasaran Namun fenomena yang
terjadi adalah khusus program bantuan
pompong masih dirasakan kurang
merata, karena masih ada nelayan yang
belum mendapatkan bantuan dan masih
menggunakan sampan tradisional dalam
melaut, kemudian permasalahan juga
terjadi pada calon penerima bantuan
yang sudah mengajukan proposal
permohonan ke Dinas KP2KE
Tanjungpinang, realisasi bantuan tidak
sesuai dengan proposal yang masuk,
namun sebagian nelayan yang
proposalnya di tolak tidak di
publikasikan mengapa tidak
mendapatkan bantuan tersebut sehingga
program ini dirasakan belum tepat
sasaran. Kriteria dan Persyaratan
Bantuan :
1. Bekerja/bermata pencaharian
sebagai nelayan
2. Sehat jasmani dan rohani
3. Berdomisili dilokasi penerima
6
bantuan yang dipertegas dengan
Kartu Tanda penduduk dan
Kartu Keluarga (KK),
4. Belum pernah menerima
bantuan serupa sebelumnya.
5. Bersedia menandatangani Surat
Perjanjian/Surat Pernyataan
Sanggup Mengelola Usaha.
6. Pendapatan daya beli
masyarakat nelayan belum
dapat memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari; serta
Tergabung dalam Kelompok
Nelayan
7. Kegiatan yang dilakukan tidak
bertentangan dengan perundang
undangan yang berlaku
Kemudian ada beberapa Persyaratan
Penerima Bantuan adalah:
1. Membuat serta mengajukan
proposal
2. Terdaftar sebagai anggota
kelompok nelayan penerima
bantuan,
3. Photo kopi KTP suami/istri dan
Kartu Keluarga yang dilegalisir
rangkap 3 (tiga)
4. Pas photo calon penerima
bantuan ukuran 3x4 sebanyak 3
(tiga) lembar dan;
5. Wajib memiliki
Tabungan/Rekening Bank pada
Bank yang ditunjuk
selanjutnya;
Namun permasalahannya adalah
banyak nelayan yang tidak paham
tentang syarat dan prosedur dalam
program bantuan ini, sehingga banyak
nelayan yang proposalnya akhirnya di
tolak karena tidak memenuhi
persyaratan. Untuk mengetahui maka
penulis bermaksud meneliti lebih lanjut
dalam bentuk penulisan Skripsi dengan
memilih judul penelitian: “Evaluasi
Program Bantuan Pompong Dinas
Kelautan Pertanian Perikanan
Kehutanan Dan Energi (KP2KE)
Tanjungpinang Di Kelurahan
Dompak”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka dari itu yang menjadi
permasalahan di dalam penelitian ini
dirumuskan sebagi berikut : Bagaimana
Program Bantuan Pompong Dinas
Kelautan Pertanian Perikanan
Kehutanan Dan Energi (KP2KE)
Tanjungpinang Di Kelurahan Dompak
Tahun 2015?.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
Pelaksanaan penelitian ini bertujuan :
Untuk mengevaluasi Program Bantuan
Pompong Dinas Kelautan Pertanian
Perikanan Kehutanan Dan Energi
(KP2KE) Tanjungpinang Di Kelurahan
Dompak Tahun 2015
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat :
1) Sebagai bahan masukan
berupa pemikiran kepada
pihak yang terkait
khususnya mengenai
kebijakan pemerintah
daerah dalam
pemberdayaan ekonomi
rakyat.
2) Sebagai Penerapan dan
Pengembangan Ilmu
pengetahuan yang
berkaitan dengan ilmu
pemerintahan yang telah
penulis peroleh selama
masa perkuliahan.
3) Sebagai sumber informasi
maupun referensi bagi para
7
peneliti yang ingin
melakukan penelitian
selanjutnya
D. Konsep Operasional
Menurut Agustino (2006:188) Kinerja
Konsep Operasional merupakan unsur
penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu
variabel, dengan kata lain konsep
operasional adalah semacam petunjuk
pelaksanaan bagaimana caranya
mengukur suatu variabel. Adapun
fungsi dari konsep operasional adalah
sebagai alat untuk mengidentifikasi
fenomena atau gejala-gejala yang
diamati dengan jelas, logika, atau
penalaran yang digunakan oleh peneliti
untuk menerangkan fenomena yang
diteliti atau dikaji. Menurut Agustino
(2014:188) kebijakan yang dinilai
dalam evaluasi kebijakan melingkupi :
a. Seberapa jauh kebutuhan, nilai
dan kesempatan telah dapat
dicapai melalui tindakan
kebijakan / program. Dalam hal
ini ingin dilihat seberapa jauh
tujuan-tujuan tertentu telah
dicapai dari program bantuan
pompong tersebut
b. Tindakan yang ditempuh oleh
Implementing Agencies sudah
benar-benar efektif, responsive,
akuntabel dan adil ini. Dalam
bagian ini evaluasi kebijakan
harus juga memperhatikan
persoalan-persoalan hak azasi
manusia ketika kebijakan
dilaksanakan. Hal ini perlu
dilakukan evaluator kebijakan
karena jangan sampai tujuan dan
sasaran dalam kebijakan
terlaksana, tetapi ketika itu
diimplementasikan banyak
melanggar perikehidupan
warga. Tindakan dalam
penelitian ini adalah kegiatan
yang dilakukan oleh dinas
KP2KE agar program ini dapat
tepat sasaran seperti diberikan
pendampingan.
c. Efek dan dampak dari kebijakan
itu sendiri. Dalam bagian ini
evaluator kebijakan harus dapat
memberdayakan output dan
outcome yang dihasilkan dari
suatu implementasi kebijakan.
Efek dan dampak dari bantuan
ini adalah berkurangnya jumlah
nelayan miskin.
E. Metode Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah
penelitian Deskriptif kualitatif, dalam
penelitian deskriptif ini, peneliti hanya
memberikan suatu gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta yang sesuai dengan ruang
lingkup judul penelitian. Menurut
pendapat Sugiyono (2012:11)
menyatakan bahwa “penelitian
deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih tanpa membuat perbandingan,
atau menghubungkan antar variabel”.
Dalam kaitanya dengan
penelitian yang dimaksud dengan
mendapatkan informasi yang seluas-
luasnya adalah untuk mengungkapkan
berbagai fenomena yang berkaitan
dengan masalah penelitian yaitu
bagaimana peran dinas kelautan dan
perikanan dalam memberdayakan
ekonomi masyarakat nelayan Kota
Tanjungpinang.
F. Teknik Analisis Data
Moleong (2006:35) menyatakan analisa
dan kualitatif adalah proses
pengorganisasian, dan penguratan data
kedalam pola dan kategori serta satu
8
uraian dasar, sehingga dapat
dikemukakan tema yang seperti
disarankan oleh data. Adapun langkah –
langkah analisa data yang dilakukan
adalah : (1) menelaah dari semua data
yang tersedia dari berbagai sumber, (2)
reduksi data yang dilakukan dengan
membuat abstraksi, (3) menyusun data
kedalam satuan-satuan, (4)
pengkategorian data sambil membuat
koding, (5) mengadakan pemeriksaaan
keabsahan data, dan (6) penafsiran data
secara deskriptif.
II. LANDASAN TEORI
A. Program
Program Menurut Hasibuan
(2001: 100) adalah “suatu rencana
konkrit, disebut rencana konkrit karena
dalam program sudah tercantum baik
itu sasaran, kebijakan prosedur, waktu
maupun anggarannya, jadi program
juga merupakan usaha-usaha untuk
mengefektifkan rangkaian tindakan
yang harus dilaksanakan menurut
bidang masing-masing”. Program
dirumuskan untuk melaksanakan
strategi. Didalam strategi itu terdapat
tujuan dan misi. Tujuan (goal)
merupakan pernyataan yang open-
ended mengenai apa yang ingin dicapai
oleh suatu organisasi.
Berdasarkan pendapat tersebut,
maka dapat disimpukan bahwa program
adalah suatu rencana kegiatan yang
telah disusun secara sistematis dan
terencana serta harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Biasanya, dalam program yang akan
dilaksanakan tersebut akan tergambar
bagaimana rencana-rencana dan
strategi-strategi atau upaya-upaya yang
akan dilaksanakan sesuai dengan yang
diharapkan. Jadi apa yang ditetapkan
sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Jadi, program dirumuskan guna
melaksanakan strategi, dalam strategi
itu sendiri terdapat tujuan dan misi.
Dalam program dibutuhkan kajian
terlebih dahulu, hal ini dilakukan untuk
menghindari agar program tersebut
tidak bersifat subjektif, artinya program
tersebut bukan merupakan keinginan
semata-mata dari atasan atau
unit/instansi yang lebih tinggi, tetapi
program tersebut merupakan suatu
kebutuhan yang dapat memberi
jawaban atas masalah-masalah yang
dihadapi dalam melaksanakan program
kerja.
Perumusan program dapat
dilakukan dengan menentukan ruang
lingkup permasalahan, penentuan target
sasaran, kriteria evaluasi yang akan
digunakan untuk penilaian pada target
grup. Sedangkan sasaran dan kriteria
evaluasi harus berorientasi pada target
grup serta mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan adanya
dampak yang tidak diinginkan.
B. Kebijakan
Menurut Arikunto (2014:7),
kebijakan merupakan suatu aturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan
kebijakan itu menempel pada lembaga
yang sifatnya formal serta kebijakan itu
dapat diterapkan pada perorangan, yaitu
ketika kita mempunyai rencana untuk
melakukan suatu kegiatan. Setelah
jebijakan yang berupa rencana tersebut
kita laksnakan kita tentu segera ingin
tahu apa yang terjadi, bagaimana
keterlaksanaan rencana tersebut, dan
bagaimana hasilnya.
Bridgeman dan Davis dalam (Suharto
2013:5) Kebijakan publik sedikitnya
9
memiliki tiga dimensi yang saling
bertautan, yakni sebagai tujuan
(objective), sebagai pilihan tindakan
yang legal atau sah secara hukum
(authoritive choice) dan sebagai
hipotesis (hyphotesis). Suharto (2013:3)
“Kebijakan (policy) sebuah instrumen
pemerintah, bukan saja dalam arti
government yang hanya menyangkut
aparatur negara, melainkan pula
governance yang menyentuh
pengelolaan sumber daya publik.
Berdasarkan pengertian di atas
maka dapat diketahui kebijakan
merupakan suatu kumpulan keputusan.
Keputusan tersebut diambil oleh
seorang pelaku atau oleh kelompok
politik yaitu dalam hal ini pemerintah,
yaitu berusaha untuk memilih tujuan
dan cara untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Kebijakan pada intinya
merupakan keputusan-keputusan atau
pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan
pendistribusian sumberdaya alam,
financial dan manusiademi kepentingan
publik, yakni rakyat banyak, penduduk,
masyarakat atau warga negara.
Kebijakan merupakan hasil dari adanya
sinergi, kompromi atau bahkan
kompetisi antara berbagai gagasan,
teori, ideologi, dankepentingan-
kepentingan yang mewakili sistem
politik suatu negara.
Friedrich dalam (Agustino 2014:7)
Kebijakan adalah serangkaian
tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok, atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan - hambatan
(kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-
kemungkinan(kesempatan-kesempatan)
dimana kebijakan diusulkan agar
berguna untuk mengatasinya untuk
mencapai tujuan yang dimaksud. Dalam
penyusunan agenda kebijakan ada tiga
tingkatan yang perludilakukan yakni:
1. Membangun persepsi
dikalangan stakeholder bahwa
sebuah fenomena benar-benar
dianggap masalah .
2. Membuat batasan masalah.
3. Memobilisasi dukungan agar
masalah tersebut masuk dalam
agenda pemerintah.
Pada tahap formulasi dan
legitimasi kebijakan analisis
kebijakanperlu mengumpulkan dan
menganalisis informasi yang
berhubungan dengan masalah yang
bersangkutan, kemudian berusaha
mengembangkan alternatif-alternatif
kebijakan, membangun dukungan dan
melakukan negosiasi, sehingga sampai
sebuah kebijakan. Tahap implementasi
kebijakan pada tahap ini perlu
dukungansumber daya dan penyusunan
organisasi pelaksana kebijakan. Dalam
proses implementasi sering ada
mekanisme insentif dan sanksi agar
implementasi kebijakan dapat berjalan
dengan baik.
Tindakan kebijakan akan
dihasilkan kinerja dan dampak
kebijakan,dan proses selanjutnya ialah
evaluasi terhadap implementasi, kinerja
dan dampak kebijakan. Hasil evaluasi
ini bermanfaat dalam penentuan
kebijakan baru yang akan datang, agar
kebijakan yang akan datang agar lebih
baik dan berhasil. Anderson dalam
(Subarsono 2005:12) menetapkan
proseskebijakan publik sebagai berikut :
1. Formulasi masalah (problem
formulation)
10
2. Formulasi kebijakan
(formulation)
3. Penentuan kebijakan
(Adoption)
4. Implementasi
(Implementation)
5. Evaluasi (Evaluation)
Howlet dan Ramesh (Subarsono
2005: 13) Menyatakan proses kebijakan
publik terdiri lima tahapan sebagi
berikut :
1. Penyusunan agenda (agenda
setting), yakni suatu proses agar
suatumasalah bisa mendapat
perhatian dari pemerintah.
2. Formulasi kebijakan (policy
formulation), yakni proses
perumusan pilihan- pilihan
kebijakan oleh pemerintah.
3. Pembuatan kebijakan (decision
making), yakni proses ketika
pemerintah memilih untuk
melakukan suatu tindakan atau
tidak melakukan suatu tindakan.
4. Implementasi kebijakan
(implementation), yakni proses
untuk melakukan kebijakan
supaya mencapai hasil .
5. Evaluasi kebijakan (policy
evaluation), yakni proses untuk
memonitor dan menilai hasil
atau kinerja kebijakan.
Kebijakan merupakan kaidah,
arahan, panduan atau ketentuan yang di
jadikan pedoman dan acuan, pegangan
atau petunjuk bagi setiap usaha dan
kegiatan aparatur pemerintah. Istilah
kebijakan sering penggunaanya di
pertukarkan dengan istilah, tujuan,
program, keputusan dan Undang-
Undang. Wahab (2002:2), menyatakan
bahwa : “Kebijakan itu bermakna
bahwa, sebagai suatu pedoman untuk
bertindak, pedoman itu bisa sederhana
atau kompleks, bersifat umum atau
khusus, luas atau sempit, bersifat
kualitatif atau kuantitatif, publik atau
private, atau suatu deklarasi mengenai
suatu program atau mengenai aktifitas
tertentu atau suatu rencana yang akan
dilaksanakan atau akan di terapkan.”
Berdasarkan pendapat tersebut,
dapat di jelaskan bahwa kebijakan itu
merupakan pedoman, kerangka kerja
atau acuan yang dilaksanakan, dimana
kebijakan di keluarkan pihak yang
berkepentingan dalam bidang tersebut.
Atau dengan kata lain, kebijakan itu
merupakan pedoman atau petunjuk bagi
organisasi dalam melaksakan suatu
program atau kegiatan yang akan
dilaksanakannya. Ekowati (2005:2),
menjelaskan bahwa : “kebijakan yang
di buat pemerintah, yang kemudian di
tuangkan dalam tindakan-tindakan
nyata, mempunyai tujuan, di antaranya
yaitu: (1) untuk menjamin kepentingan-
kepentingan umum secara maksimal,
(2) di tetapkan berdasarkan aturan dan
prosedur yang berlaku baik dalam
masyarakat dan (3) didorong oleh
keinginan untuk menghindari
pertentangan yang destruktif “.
Dari pendapat tersebut di
ketahui bahwa, kebijakan yang di buat
pemerintah dan dibuatnya dalam
tindakan nyata, mempunyai tujuan
untuk menjamin kepentingan-
kepentingan umum semaksimal
mungkin, doi tetapkan berdasarkan
aturan dan prosedur yang berlaku untuk
menghindari pertentangan destriktif
yang mungkin saja terjadi dalam
lingkungan masyarakat. Wahab
(2002:5-10) mengemukakan bahwa :
“Ciri-ciri yang melekat pada suatu
kebijakan, yaitu: (a) kebijakan
dirumuskan oleh orang yang memiliki
kewenangan dalam sistem politik,
maksudnya orang yang tertera secaara
11
politik mendapatkan kewenangan untuk
membuat kebijakan tersebut. (b)
kebijakan merupakan tindakan yang
mengarah pada tujuan melalui tindakan-
tindakan yang di rencanakan secara
matang, terencana,terukur serta dapat di
pertangungjawabkan.(c) kebijakan itu
hakekatnya terdiri atas tindakan-
tindakan yang berkait dan berpola yang
mengarah pada tujuan-tujuan tertentu
yang dilakukan oleh pejabat
pemerintah, dan (d) kebijakan
bersangkut, dengan apa yang nyata
dilakukan pemerintah dalam bidang-
bidang tertentu, baik bidang ekonomi,
kesehatan dan sosial”.
Dari penjelasan di atas, di
ketahui kebijakan pada dasarnya
mempunyai beberapa ciri, yaitu
kebijakan harus di rumuskan oleh
orang-orang yang memiliki
kewenangan dalam sistem politik suatu
negara, kebijakan itu merupaka suatu
tindakan yang mengarah pada
pencapaian tujuan melalui tindakan-
tindakan yang di rencanakan secara
matang dan terencana, kebijakan harus
memuat cara pencapaianya dan
berkenaan tugas dari pemerintah
tersebut.
Proses pembuatan kebijakan
publik merupakan proses yang
kompleks karena melibatkan banyak
proses maupun variable yang harus
dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli
politik menaruh minat untuk mengkaji
kebijakan public kedalam beberapa
tahap, tahap-tahap kebijakan public
menurut Winarno (2012:81) adalah
sebagai berikut :
a. Tahap penyusunan agenda, para
pejabat yang dipilih dan
diangkat menempatkan masalah
pada agenda public.
Sebelumnya masalah-masalah
ini berkompetisi terlebih dahulu
untuk dapat masuk ke dalam
agenda kebijakan. Pada
akhirnya, beberapa masalah
masuk ke agenda kebijakan para
perumus kebijakan. Pada tahap
ini suatu masalah mungkin tidak
disentuh sama sekali, sementara
masalah lain ditetapkan menjadi
focus pembahasan.
b. Tahap formulasi kebijakan,
masalah yang telah masuk ke
agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para pembuat
kebijakan. Masalah-masalah
tadi didefinisikan untuk
kemudian dicari pemecah
masalah terbaik. Pemecah
masalah tersebut berasalh dari
berbagai alternative atau pilihan
kebijakan yang ada.
c. Tahap adopsi kebijakan, dari
sekian banyak alternative
kebijakan yng ditawarkan oleh
para perumus kebijakan, pada
akhirnya salah satu dari
alternative kebijakan tersebut
diadopsi dengan dukungan dari
mayoritas legislative, konsesus
antara direktur lembaga atau
keputusan peradilan.
d. Tahap implementasi kebijakan,
implementasi kebijakan
merupakan tahapan yang
penting dalam proses kebijakan
publik. Suatu kebijakan harus
diimplementasikan agar
kebijakan tersebut tidak hanya
akan sekedar berupa rencana
bagus yang tersimpan rapi
dalam arsip tetapi suatu
tindakan mencapai tujuan yang
akan memberikan dampak
setelah dilaksanakan.
12
C. Evaluasi
Menurut Arikunto (2010:292),
setiap kegiatan evaluasi biasanya
dimaksudkan untuk mengembangkan
kerangka berpikir dalam rangka
pengambilan keputusan Suatu evaluasi
dalam proses pengembangan
dimaksudkan sebagai perbaikan sistem
dengan tujuan, sebagai berikut :
Pertanggung jawaban kepada
pemerintah dan masyarakat. Penentuan
tindak lanjut hasil pengembangan.
Dari beberapa pendapat para
ahli diatas, evaluasi perlu dilaksanakan
terhadap suatu program atau kegiatan,
dalam hal ini bukan untuk memberikan
keseimbangan nilai benar atau salah,
namun untuk melihat sejauh mana suatu
program atau kegiatan tersebut
diadakan penyempurnaan serta dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Dan
pada intinya tujuan utama evaluasi
tersebut adalah tidak mencari
kesalahan-kesalahan, tetapi bagaimana
untuk memperbaiki hasil temuan-
temuan yang diperoleh / didapatkan
dalam evaluasi tersebut pada suatu
program atau kegiatan lainnya.
Evaluasi bukan merupakan hal
baru dalam kehidupan manusia sebab
hal tersebut senantiasa mengiringi
kehidupan seseorang. Seorang manusia
yang telah mengerjakan suatu hal, pasti
akan menilai apakah yang dilakukannya
tersebut telah sesuai dengan
keinginannya semula. Evaluasi
diperlukan untuk melihat kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan .
Evaluasi kebijakan publik acapkali
hanya dipahami sebagai evaluasi atas
implementasi kebijakan saja.
Sesungguhnya evaluasi kebijakan
publik mempunyai tiga lingkup makna
seperti yang dikemukakan oleh
Nugroho (2003:184), yaitu : evaluasi
perumusan kebijakan, evaluasi
implementasi kebijakan, dan evaluasi
lingkungan kebijakan. Oleh karena
komponen tersebutlah yang
menentukan apakah kebijakan akan
berhasil guna atau tidak.
Evaluasi kebijakan publik
berkenaan tidak hanya dengan
implementasinya, melainkan
berkenanan dengan perumusan,
implementasi dan kebijakan publik.
Untuk dapat melihat keberhasilan suatu
program yang dilaksanakan baik oleh
pemerintah maupun oleh dunia swasta,
evaluasi sangat memegang peranan
yang sangat penting. Suatu evaluasi
sangat berguna dan merupakan fungsi
manajemen yang sangat menentukan
untuk mencapai tujuan dalam suatu
organisasi secara berdaya guna dan
berhasil guna. Evaluasi juga dipakai
untuk melihat dan mengetahui
keberhasilan serta kekurangan suatu
program dalam rangka penyempurnaan
baik dalam tahap rencana maupun
dalam tahap pelaksanaan berikutnya.
Banyak sekali pendapat yang
mengetengahkan makna dan arti
evaluasi, namun yang dimaksud dalam
rencana penelitian ini bukan untuk
mempertentangkan apa itu evaluasi,
akan tetapi lebih jauh evaluasi
dipergunakan untuk menganalisa
sebuah keputusan pemerintah yang di
tujukan kepada publik ternyata harapan
tidak sesuai dengan kenyataan yang
diharapkan.
Evaluasi biasanya ditujukan untuk
menilai sejauh mana keefektifan
kebijakan publik guna
dipertanggungjawabkan kepada
13
konstituennya. Sejauh mana tujuan
dicapai. Evaluasi diperlukan untuk
melihat kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan . Evaluasi kebijakan
publik acapkali hanya dipahami sebagai
evaluasi atas implementasi kebijakan
saja.
Lebih lanjut Sudjana dalam
Dimyati dan Mudjiono (2006:191),
”evaluasi adalah batasan sebagai proses
memberikan atau menentukan nilai
kepada objek tertentu berdasarkan suatu
kriteria tertentu”. Untuk menentukan
nilai sesuatu dengan cara
membandingkan dengan kriteria,
evaluator dapat langsung
membandingkan dengan kriteria namun
dapat pula melakukan pengukuran
terhadap sesuatu yang dievaluasi
kemudian baru membandingkannya
dengan kriteria. Dengan demikian
evaluasi tidak selalu melalui proses
mengukur baru melakukan proses
menilai tetapi dapat pula evaluasi
langsung melalui penilaian saja.
Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan Crawford (2000:13),
mengartikan bahwa “penilaian sebagai
suatu proses untuk mengetahui/menguji
apakah suatu kegiatan, proses kegiatan,
keluaran suatu program telah sesuai
dengan tujuan atau kriteria yang telah
ditentukan”. Dari pengertian-pengertian
tentang evaluasi yang telah
dikemukakan beberapa ahli di atas,
dapat dipahami bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk melihat
sejauh mana keberhasilan sebuah
program. Keberhasilan program itu
sendiri dapat dilihat dari dampak atau
hasil yang dicapai oleh program
tersebut. Karenanya, dalam
keberhasilan ada dua konsep yang
terdapat didalamnya yaitu efektifitas
dan efisiensi. Sudharsono (Lababa,
2005) memaparkan bahwa “efektifitas
merupakan perbandingan antara output
dan inputnya sedangkan efisiensi adalah
taraf pendayagunaan input untuk
menghasilkan output lewat suatu
proses”.
Evaluasi memiliki tujuan-tujuan
alternatif dan tujuan-tujuan tersebut
mempengaruhi evaluasi suatu program
atau kegiatan. Mengenal pandangan-
pandangan yang beraneka ragam dan
mengetahui bahwa tidak semua
evaluator setuju pada pendekatan
tersebut dalam melakukan evaluasi
suatu program/kegiatan adalah penting.
Suchman dalam Arikunto dan Jabar
(2010:1) memandang bahwa, “evaluasi
sebagai sebuah proses menentukan hasil
yang telah dicapai beberapa kegiatan
yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan”. Definisi lain
dikemukakan oleh Stutflebeam dalam
Arikunto dan Jabar (2010:2)
mengatakan bahwa, “evaluasi
merupakan proses penggambaran,
pencarian dan pemberian informasi
yang sangat bermanfaat bagi pengambil
keputusan dalam menentukan variable
dan keputusan”. Evaluasi program
adalah upaya penelitian yang dilakukan
secara sistematis dan objektif dengan
tujuan mengkaji proses dan hasil dari
suatu kegiatan/program/kebijakan yang
telah dilaksanakan. Evaluasi
dilaksanakan untuk menentukan
sejauhmana hasil atau nilai yang telah
dicapai program.
Evaluasi merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam suatu proses
pekerjaan, karena dengan adanya
evaluasi maka hal tersebut akan
mempermudah jalannya suatu proses
14
kerja dalam sebuah organisasi.
Sumaryadi (2005:165) mengatakan
“Penilaian (evaluation) dapat diberikan
pengertian/definisi sebagai suatu
proses/rangkaian kegiatan pengukuran
dan pembanding dari pada hasil-hasil
pekerjaan/produktivitas kerja yang telah
tercapai dengan target yang
direncanakan”. Untuk memudahkan
tentang pengukuran evaluasi kebijakan
Badjuri & Yuwono (2002:140-141)
menyajikan tabel indikator evaluasi
kebijakan sebagai berikut :
1. Input : kegiatan pendeskripsian
masukan dan sumberdaya
program, membandingkan
program yang akan dilakukan
dengan program lain, perkiraan
untung/rugi, dan melihat
alternatif prosedur dan strategi
apa yang perlu disarankan dan
dipertimbangkan
2. Process : yaitu melihat pada
kegagalan-kegagalan selama
implementasi, bertindak untuk
memperbaiki kualitas proses
dari program yang berjalan
3. Outputs : Adalah hasil langsung
dan segera dari suatu program
sedangkan outcome adalah efek
jangka panjang dari
implementasi suatu program.
penilaian terhadap Output-
Output yang dihasilkan oleh
program. Output adalah produk
atau jasa tertentu yang
diharapkan dapat dihasilkan
oleh suatu kegiatan dari input
yang tersedia, untuk mencapai
tujuan proyek atau program.
Contoh Output adalah
perubahan pengetahuan (aras
kognitif), perubahan sikap (aras
afektif), kesediaan berprilaku
(aras konatif) dan perubahan
berprilaku (aras psikomotorik).
Outcomes : Suatu keluaran yang
lansung dapat dimanfaatkan dan
dirasakan dari hasil kebijakan yang
dibuat.
III. GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
A. Kelurahan Dompak
Identifikasi sektor kegiatan
masyarakat bersifat menguatkan
pertimbangan proporsi lahan agraris.
Karena karakteristik lokasi Kelurahan
Dompak yang berada di pinggir laut,
maka kegiatan utama masyarakatnya
adalah nelayan ataupun pengelola
tambak. Kegiatan melaut (mencari
ikan) dijadikan sebagai mata
pencaharian utama mereka. Hal ini
sesuai dengan banyaknya (38,08%)
jumlah lapangan usaha di bidang
pertanian (perikanan) di Kota
Tanjungpinang. Ini artinya bahwa
sebagian besar penduduknya yang
berada di pedesaan (kelurahan) dan atau
dekat dengan pantai sebagai nelayan
Karakteristik atau ciri
keluarga miskin di permukiman nelayan
Kelurahan Dompak Kota
Tanjungpinang akan dilihat dari
berbagai aspek kehidupan sosialnya,
yang diawali dengan data tentang
jumlah keluarga miskin, kemudian
diikuti data tentang lokasi tempat
tinggal penduduk, kondisi lingkungan
permukiman nelayan, pola hidup
keluarga nelayan yang miskin, kondisi
kesehatan serta sandang dan pangan
keluarga miskin tersebut. Berdasarkan
data BKKBN Kota Tanjungpinang,
maka diketahui jumlah keluarga miskin
di permukiman nelayan Kelurahan
Dompak dengan alasan ekonomis,
15
kelompok pra sejahtera, dan sejahtera
satu, adalah sebanyak 147 kepala
keluarga. Penelitian ini mengambil
sampel dari beberapa perkampungan
nelayan, yaitu; Tg. Siambang, Tg.
Duku, Sekatap, Dompak Seberang,
Kampung Seberang, Kampung
Dompak, Kampung Dompak Lama,
Sungai Ungar, Kampung Pagi,
Kampung Kelam pagi.
Permukiman Nelayan di Kelurahan
Dompak juga minim infrastruktur. Hal
ini menyebabkan akses penduduk
dalam penggunaan sarana dan prasarana
umum terbatas. Di Kelurahan Dompak
tidak terdapat prasarana penunjang
permukiman seperti prasarana sanitasi
(MCK), tempat pembuangan sampah
sementara maupun drainase. Adapun
ketidakadaan saluran drainase
disebabkan karena kecenderungan
masyarakat membangun rumahnya di
atas air dan berbentuk rumah panggung
(bahan kayu). Sehingga system
pembuangan langsung ke bawah
(pinggiran laut).
Keadaan ini jelas
mempengaruhi kondisi lingkungan
sekitar tempat tinggal penduduk. Selain
karena tempat tinggal yang mayoritas
non-permanen dan terbatasnya
infrastruktur penunjang, buruknya
kondisi lingkungan di daerah ini juga di
pengaruhi oleh kesadaran masyarakat
akan pemeliharaan lingkungan yang
masih sangat rendah karena masyarakat
di daerah ini sudah merasa nyaman
dengan kondisi seperti ini dan mereka
tidak mempermasalahkanya.
B. Gambaran Umum Dinas
Kelautan Perikanan Pertanian
Kehutanan dan Energi Kota
tanjungpinang
Dinas Kelautan Perikanan
Pertanian Kehutanan dan Energi Kota
tanjungpinang sebagai salah satu
perangkat daerah Pemerintahan Kota
Tanjungpinang yang memilki peran
yang sangat penting dan upaya
meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dengan mengelola sumber
daya alam yang ada di Tanjungpinang,
khususnya pada sumber daya perairan
dan sumber daya lahan. Memberdayaka
masyarakatdan melakukan pengelolaan
sumber daya alam dengan baik agar
dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat khususnya masyarakat
nelayan dan petani agar kesejahteraan
mereka meningkat.
Kota Tanjungpinang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 5
Tahun 2001 tentang pembentukan Kota
Tanjungpinang dengan luas wilayahnya
adalah 239.5 Km2, yang terdiri dari
luas daratan 131.54 km2 dan luas lautan
107.96 km2. Dengan luas wilayah
tersebut terbagi 4 ( empat) kecamatan
dan 18 ( delapan belas ) kelurahan.
Perkembangan dan pertumbuhan
penduduk di Kota Tanjungpinang
cukup pesat, jumlah penduduk Kota
Tanjungpinang saat 253.299 jiwa. Dari
luas wilayah dan jumlah penduduk
yang ada pengelolaan dan
pemberdayaan masyarakat pada bidang
pada bidang kelautan, perikanan,
pertanian dan peternakan masih banyak
peluang untuk pemanfaatan potensi
tersebut secara optimal. Gambaran
umum potensi pemanfaatannya pada
beberapa bidang yang ada di Dinas
Kelautan Perikanan Pertanian
Kehutanan dan Energi, sebagai berikut :
1. Sektor kelautan dan Perikanan
Dari luas wilayah Kota
Tanjungpinang ang luas
16
perairannnya cukup luas dan
memiliki potensi yang baik.
Luas potensi budidaya lautnya
adalah 180 Ha yang termanfaat
baru 5% atau 8.8 Ha. Luas
potensi budidaya air tawarnya
mencapai 170 Ha, termanfaat
baru 5,6 atau 9,5 Ha dan untuk
luas potensi tangkapnya kurang
dari 4 mil laut. Jumlah Rumah
Tangga Perikanan ( RTP ) yang
ada di Kota Tanjungpinang
berdasarkan data pada tahun
2015 adalah 2.144 RTP.
2. Sektor Pertanian dan Peternakan
a. Pertanian
Luas lahan potensial
pertanian yang
merupakan lahan
pertanian bukan sawah
atau lahan kering adalah
7.656 Ha. Sedangkan
luas lahan budidaya
yang termanfaatkan
untuk pengembangan
tanaman perkebunan,
tanaman pangan dan
tanaman seluas 368 Ha.
Petani yang tergabung
dalam kelompok tani
dan kelompok waita tani
daalah 21 ( dua puluh
satu ) kelompok tani dan
6 ( enam ) kelompok
wanita tani.
b. Peternakan
Pemanfaatan lahan
kering selain untuk
pengembangan
komoditas pertanian
tanaman perkebunan,
tanaman pangan dan
tanaman holtikultura
juga untuk pemanfaatan
pengembangan
peternakan. Lahan yang
dimanfaatkan untuk
peternakan sebanyak 200
rumah tangga peternakan
( RTP ). Peternak-
peternak tersebut juga
sudah membentuk
kelompok, kelompok
peternakan yang ada
sebanyak 8 ( delapan )
kelompok.
3. Sektor Kehuatanan
Luas kawasan hutan di Kota
Tanjungpinang berdasarkan SK
Menhut No. 76 Tahun 2015
adalah 1.954,58 Ha yang
merupakan kawasan hutan
lindung Bukit Kucing dan hutan
lindung sungai pulai. Untuk
luasanhutan diluar kawasan
hutan adalah 50 Ha yaitu hutan
Bukit Manuk.
4. Sektor Energi dan Sumber Daya
Mineral
Memanfaatkan energy dengan
mencari treobosan baru
pengguanan energy alternative
untuk pemenuhan kebutuhan
energy. Untuk pemerataan
penggunaan energy listrik bagi
masyarakat dilaksanakan
pemasangan energy listrik untuk
Rumah Tangga Sasaran melalui
program pengentasan
kemiskinan. Sedangkan untuk
sumber daya mineral,
pengelolaan pertambangan saat
ini hanya dilakukan pengawasan
terhadap pasca tambang yang
telah dilakukan sebelumnya.
Selain potensi sumber daya
manusia dan sumber daya alaam yang
ada, perlu diperhatikan adanya peluang
pasar global bahkan pasar international
17
yang terbuka luas. Negara tetangga
seperti Singapura dan Malaysia
merupakan daerah pemasaran yang
potensial, selain itu jarak yang pendek
dan frekuensi transportasi yang lancer
memungkinkan pengembangan sektor-
sektor diatas. Hanya saja perlu
dipikirkan bagaimana mengoptimalkan
usaha kearah tersebut. Untuk itulah
diperluakn sumber daya manusia yang
berkualitas yang dapat mencari
alternative pemecahan / solusi terhadap
berbagai hal terutama
mengoptimalkanisasi minimnya sumber
daya alam kota ini
IV. ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
1. Seberapa jauh kebutuhan, nilai
dan kesempatan telah dapat dicapai
melalui tindakan kebijakan /
program.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat dianalisa
bahwa selama ini bantuan pompong
sudah dilaksanakan di Kelurahan
Dompak, kendala dalam program ini
adalah pendanaan. Program pompong
sudah memberikan dampak baik bagi
nelayan. Latar belakang Pemerintah
menciptakan program pompong adalah
untuk peningkatan produksi
pengelolaan dan peningkatan
pendapatan nelayan. Peningkatan
produksi pengelolaan dan pemasaran
diharapkan mampu menambah nilai jual
produk hasil perikanan. Sehingga akan
mencapai pengentasan kemiskinan
nelayan. Data yang didapatkan adalah
meningkatnya kesejahteraan
masyarakat nelayan di kelurahan
Dompak, hal ini berhubungan dengan
berkembangnya usaha penangkapan
ikan sebelumnya
Peningkatan kualitas sumber
daya manusia nelayan haruslah
dilakukan oleh pemerintah agar
masyarakat nelayan yang mendapatkan
bantuan dari pemerintah tidak hanya
mendapatkan sarana dan prasarana akan
tetapi juga mendapatkan ilmu yang
berguna untuk merawat alat yang sudah
di berikan. Hal ini tentu saja merupakan
salah satu bentuk pemberdayaan
pemerintah kepada masyarakat nelayan
agar dapat bekerja dan memenuhi
kebutuhannya.
2. Tindakan yang ditempuh
Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan maka dapat dianalisa bahwa
dalam program ini sudah ada
bimbingan teknis atau kegiatan lainnya,
pemerintah hanya memberikan bantuan
pompong tanpa membekali masyarakat
cara penggunaan karena menurut
pemerintah nelayan jauh lebih
memahami tentang penggunaan
bantuan ini. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia melalui
bimbingan teknis kepada masyarakat
nelayan merupakan tahap
pemberdayaan yang dilakukan
pemerintah yang bertujuan agar
masyarakat nelayan mendapatkan
pengetahuan dalam melaksanakan
pekerjaan serta mendapatkan pelajaran
bagaimana untuk memelihara peralatan
yang ada sebagai sarana penunjang
pekerjaan.
3. Efek dan dampak
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat dianalisa
bahwa program bantuan pompong tidak
langsung mengurangi angka
kemiskinan secara signifikan namun
adanya program ini sudah mampu
18
membantu kehidupan nelayan di
Kelurahan Dompak. Salah satu program
pemerintah pusat terkait dengan
pemberdayaan nelayan, yakni program
bantuan pompong yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan usaha dan
kesejahteraan, masyarakat.
Pendapatan masyarakat nelayan
bergantung terhadap pemanfaatan
potensi sumberdaya perikanan dan
kelautan (SDKP) yang terdapat di
lautan. Pendapatan masyarakat nelayan
secara langsung maupun tidak akan
sangat mempengaruhi kualitas hidup
nelayan, karena pendapatan dari hasil
usaha penangkapan merupakan sumber
ekonomi utama bagi pengaruh
keluarganya, sehingga besar kecilnya
pendapatan akan sangat berpengaruh
terhadap kehidupannya, khususnya
dalam hal pengelolaan lingkungan
hidup dan pembangunan wilayah pesisir
yang didasarkan pada kearifan lokal
yang telah berakar dalam masyarakat
nelayan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa Program
Bantuan Pompong Dinas Kelautan
Pertanian Perikanan Kehutanan dan
Energi (KP2KE) Tanjungpinang Di
Kelurahan Dompak Tahun 2015
terlaksana dengan baik walaupun
program bantuan pompong tidak
langsung mengurangi angka
kemiskinan secara signifikan namun
adanya program ini sudah mampu
membantu kehidupan nelayan di
Kelurahan Dompak. Salah satu program
pemerintah pusat terkait dengan
pemberdayaan nelayan, yakni program
bantuan pompong yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan usaha dan
kesejahteraan, masyarakat. Berikut
uraian temuan penelitian sebagai
berikut :
Selama ini bantuan pompong sudah
dilaksanakan di Kelurahan Dompak.
Program pompong sudah memberikan
dampak baik bagi nelayan. Latar
belakang Pemerintah menciptakan
program pompong adalah untuk
peningkatan produksi pengelolaan dan
peningkatan pendapatan nelayan.
Peningkatan produksi pengelolaan dan
pemasaran diharapkan mampu
menambah nilai jual produk hasil
perikanan. Sehingga akan mencapai
pengentasan kemiskinan nelayan. Data
yang didapatkan adalah meningkatnya
kesejahteraan masyarakat nelayan di
kelurahan Dompak, hal ini
berhubungan dengan berkembangnya
usaha penangkapan ikan sebelumnya.
Program ini juga disertai dengan
bimbingan teknis atau kegiatan lainnya,
pemerintah hanya memberikan bantuan
pompong tanpa membekali masyarakat
cara penggunaan karena menurut
pemerintah nelayan jauh lebih
memahami tentang penggunaan
bantuan ini. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia melalui
bimbingan teknis kepada masyarakat
nelayan merupakan tahap
pemberdayaan yang dilakukan
pemerintah yang bertujuan agar
masyarakat nelayan mendapatkan
pengetahuan dalam melaksanakan
pekerjaan serta mendapatkan pelajaran
bagaimana untuk memelihara peralatan
yang ada sebagai sarana penunjang
pekerjaan.
B. Saran
Berikut saran yang dapat
disampaikan agar program ini dapat
tepat sasaran:
19
1. Perlu adanya program
pendukung lainnya selain
bantuan pompong agar
masyarakat lebih mandiri
2. Perlu adanya pendampingan dan
pengawasan pada setiap
program yang dijalankan oleh
pihak dinas agar tepat sasaran
3. Perlu adanya pendanaan yang
konsisten agar bantuan ini tetap
berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2006. Kebijakan Publik.
Jakarta: Yayasan Pancur Siwah.
Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar
Kebijakan Publik. Bandung :
CV Alfabetha
Arikunto, Suharsimi dan Cepi S.A.
Jabar. 2010. Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta. Penerbit
Bumi Aksara
Badjuri, Abdulkahar dan Yuwono,
Teguh, 2002, Kebijakan Publik:
Konsep dan Strategi. Jakarta :
Erlangga
Bagong. 2013. Sosiologi Teks
Pengantar Dan Terapan. Jakarta
: Kencana.
Crawford, John., 2003, Evaluation of
Libraries and Information
Services, the association for
information management and
information management
international, Edisi 2, Aslib,
London.
Dimyati & Mudjiono, 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Dunn, William N. 2003. Analisis
Kebijakan Publik.
Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press
Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik
Berbasis Dynamic Analiysis.
Gava Media: Yogyakarta
Ekowati, Mas Roro Lilik, 2005,
Perencanaan, Implementasi dan
Evaluasi Kebijakan atau
Program, Edisi Revisi, PT
Rosdakarya, Bandung.
Hasibuan, Melayu S.P. 2001.
Manajemen Dasar, Pengertian
dan Masalah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Labolo, Muhadam, 2005. Memahami
Ilmu Pemerintahan Suatu
Kajian, teori, Konsep, dan
Pengembangannya. Jakarta:
Rajawali Pers.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003.
Jakarta: balai Pustaka.
Kusnadi, 2006. Filosofi Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir. Bandug:
Humaniora
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi
(Ilmu Pemerintahan Baru I). PT
Rineka Cipta : Jakarta
Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan
Publik Formulasi Implementasi
dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex
Media Komputindo
20
Rasyid, Rias. 2000. Pokok-Pokok
Pemerintahan. PT Raja Grafindo
Persada : Jakarta
Sanderson,Stephen,K.,2010 : Sosiologi
Makro; Sebuah Pendekatan
Terhadap Realitas Sosial (Edisi
Kelima) Jakarta : CV Rajawali
Press (PT. Raja Grafindo
Persada).
Subarsono, AG.2011. Analisis
kebijakan Publik : Konsep.
Teori dan. Aplikasi.Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung :
Alpabeta.
Suharto, Edi. 2013. Kebijakan Sosial,
Makalah Seminar. Bandung
Sumaryadi, I Nyoman. 2005.
Perencanaan pembangunan
daerah otonom dan
pemberdayaan masyarakat.
Jakarta : Citra Utama
Suyanto, Bagong & Karnaji. 2005.
Kemiskinan dan Kesenjangan
Sosial: Ketika Pembangunan tak
berpihak kepada rakyat miskin.
Surabaya: Airlangga University
Press.
Syafiie, Inu Kencana. 2011.
Kepemimpinan Pemerintahan
Indonesia. PT. Refika Aditama :
Bandung
Wahab, Solihin Addul. 2004. Analisis
Kebijaksanaan dari Formulasi
ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik
“Teori dan Proses”. Yogyakarta
: Media Pressindo.
Jurnal
Marta Wasak. 2012. Keadaan sosial-
ekonomi masyarakat nelayan dl
desa kinabuhutan kecamatan
likupang barat. Kabupaten
minahasa utara, sulawesi utara.
Pacific Journal. Januari 2012.
Vol. 1 (7): 1339 -1342
Skripsi :
Ramadhan, Muhammad, 2009.
Hubungan Sosial Tengkulak dan
Petani (Studi Kasus : Hubungan
Patron Client Pada Masyarakat
Petani Di Desa Kampung
Mesjid, Kecamatan Kualuh
Hilir, Kabupaten Labuhan
Batu). Skripsi, Tidak
Diterbitkan. Medan :
Departemen Sosiologi
Universitas Sumatera Utara