instrumen kelautan
Transcript of instrumen kelautan
-
8/15/2019 instrumen kelautan
1/57
1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Instrumentasi Kelautan adalah suatu bidang lmu kelautan yangbehubungan
dengan alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan
pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks dalam
dunia kelautan. Pancaindera manusia memiliki kemampuan daya pisah yang
terbatas. Oleh karena itu, banyak masalah mengenai benda atau organism yang akan
di amati hanya dapat diperiksa dengan menggunakan alat bantu.
Instrumentasi kelautan sebagai alat pengukuran meliputi insturmentasi
Survey / Statistik, Intrumentasi Pengukuran Suhu, Disolve Oxygen (DO), Salinitas,
PH perairan, dll. Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisis dan kendali dalam
instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis tangan),
tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan menggunakan komputer (sirkuit
elektronik). Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa dipisahkan dengan
bidang elektronika dan instrumentasi itu sendiri.
Dalam praktikum instrumentasi kelautan ini membahas tentang alat – alat
yang erat kaitannya dengan kondisi oseanografi dan parameter-parameter
lingkungkan yang ada di laut. Adapun alat-alat tersebut seperti GPS, Refraktometer,
PH dan DO meter, Funnel, spektofotometer, echosounder. Semuanya dibahas
berdasarkan fungsi, teknik dan prosedur penggunaan, cara kalibrasi hingga teknik
menyimpan dan perawatannya.
1.2. TUJUAN
1.2.1.
ROTARY EVAPORATOR
a. Mengetahui mekanisme kerja rotary evaporator
b. Memahami konsep ekstraksi cair – cair dan padat – cair
c. Melakukan proses evaporasi
1.2.2.
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
a. Untuk mengetahui teknik pemisahan senyawa dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis
b.
Untuk mengetahui kandungan apa yang dimiliki oleh spirulina
http://www.ilmukelautan.com/http://www.ilmukelautan.com/http://www.ilmukelautan.com/http://www.ilmukelautan.com/http://www.ilmukelautan.com/http://www.ilmukelautan.com/
-
8/15/2019 instrumen kelautan
2/57
2
1.2.3. SPEKTROFOTOMETRI
a.
Mengetahui mekanisme kerja spektrofotometer
b.
Melakukan pengukuran absorbansi dan transmisi pada berbagai sampel
menggunakan spektrofotometer
1.2.4. SEPARATORY FUNNEL
a. Dapat melakukan ekstraksi cair- cair
1.2.5. REFRAKTOMETER
a. Mengetahui cara mengukur kadar salinitas suatu perairan
1.2.6. DO
a. Mengetahui cara mengukur kadar oksigen terlarut pada suatu perairan
1.2.7.
ECHOSOUNDER
a. Menjelaskan bagian – bagian dari echosounder, cara setting, dan cara kerja
echosounder
1.2.8. TERMOMETER
a. Mengetahui bagian – bagian thermometer
b. Mengetahui mekanisme kerja thermometer
1.2.9. GPS
a.
Mahasiswa dapat menjelaskan bagian – bagian dari GPS, menu – menu
utama, cara setting, cara kerja dan cara penggunaannya.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
3/57
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ROTARY EVAPORATOR
2.1.1
Definisi Alat dan Prinsip Dasar Kerjanya
Vaccuum Rotary Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan
suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia
tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan biasanya ditempatkan
dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan bantuan penangas, dan
diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu pendingin (kondensor)
dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask ) (Senjaya dan Surakusumah,
2012).
Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga tekanan akan
menurun dan pelarut akan menguap dibawah titik didihnya alat ini bekerja seperti
alat destilasi. Dimana alat ini merupakan alat yang biasa digunakan di laboratorium
kimia untuk mengefisienkan dan mempercepat pemisahan pelarut dari suatu
larutan. Pemanasan pada alat ini menggunakan penangas air yang dibantu dengan
rotavapor akan memutar labu yang berisi sampel oleh rotavapor sehingga
pemanasan akan lebih merata. Selain itu, penurunan tekanan diberikan ketika labu
yang berisi sampel diputar menyebabkan penguapan lebih cepat. Dengan adanya
pemutaran labu maka penguapan pun menjadi lebih cepat terjadi. Pompa vakum
digunakan untuk menguapkan larutan agar naik ke kondensor yang selanjutnya
akan diubah kembali ke dalam bentuk cair (Sluiter, 2006).
2.1.2 Gambar Alat dan fungsi setiap bangiannya
Gambar 1. Rotary Evaporator
Sumber : (Sluiter, 2006).
-
8/15/2019 instrumen kelautan
4/57
4
Berikut adalah keterangan fungsi bagian-bagian pada alat Rotary evaporator
menurut Sluiter (2006) :
a.
Tungkai bawah yang berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya labu
sampel dan tungkai yang berfungsi untuk mengatur kemiringan kondensor
dan labu alas bulat.
b. Digunakan untuk memanaskan sampel dengan suhu yang dapat diatur sesuai
kebutuhan.
Gambar 2. Watherbath
Keterangan :
1. Layar penampil suhu
2.
Tombol Up/Down untuk menaik turunkan suhu
3. Tombol untuk mengatur suhu
c. Mesin pendingin berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk
mendinginkan air yang akan dipompakan ke kondensor. Di atas alat ini
terdapat dua selang yang berfungsi sebagai tempat masuk dan keluarnya air
dari mesin pendingin ke kondensor seperti terlihat pada gambar di bawah
ini
d.
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk mendinginkan uap
pelarut yang telah menguap. Kondensor berfungsi untuk mengubah uap
menjadi bentuk cair kembali.
e. Labu alas bulat tempat pelarut yang telah menguap, juga terdapat ujung
rotor yang berfungsi sebagai tempat bergantungnya labu alas bulat tempat
pelarut yang telah.
2
1
3
-
8/15/2019 instrumen kelautan
5/57
5
f. Pompa vakum digunakan untuk mengatur tekanan dalam labu, sehingga
mempermudah penguapan sampel.
2.1.3 Cara Kalibrasi Alat
Kalibrasi diperlukan untuk menjaga agar alat tetap berfungsi dengan baik,
kalibrasi rotav dilakukan dengan menjaga suhu ruangan, merawat water bath
dengan mengganti airnya supaya suhu saat alat di pakai tetap stabil. Penangas air
dirawat dengan cara mengganti air secara berkala, misalnya jika sering digunakan
dua kali dlam seminggu. Selain itu, ada baiknya setiap alat yang memiliki saklar
tersendiri. Penangas air untuk saklar penangas air, pendingin untuk saklar
pendingin, begitu juga seterusnya (Sluiter, 2006).
2.2 Kromatografi Lapis Tipis
2.2.1 Definisi Alat dan Prinsip Dasar Kerjanya (Sesuai Tipe)
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan zat terlarut oleh suatu proses
migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah
satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di
dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
pembedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau
kerapatan muatan ion. Atau secara sederhana kromatografi biasanya juga di artikan
sebagai teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
komponen dalam medium tertentu. Kromatografi di gunakan untuk memisahkan
substansi campuran menjadi komponen-komponen. Seluruh bentuk kromatografi
bekerja berdasarkan prinsip ini (Gandjar, 2008).
Suatu teknik kromatografi yang digunakan untuk memisahkan campuran
yang tidak volatil disebut dengan Kromatografi Lapisan Tipis (KLT). Kromatografilapisan tipis dilakukan pada selembar kaca, plastik, atau aluminium foil yang
dilapisi dengan lapisan tipis bahan adsorben, biasanya silika gel, aluminium oksida,
atau selulosa. Kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk memonitor
pergerakan reaksi, mengidentifikasi senyawa yang terdapat di dalam campuran, dan
menentukan kemurnian bahan. Lapisan tipis adsorben diketahui sebagai fasa
stasioner (atau fasa diam). Contoh penggunaan aplikasi ini antara lain: analisis
seramida dan asam lemak, deteksi pestisida dan insektisida dalam air dan makanan,
-
8/15/2019 instrumen kelautan
6/57
6
analisisi komposisi zat warna serat dalam bidang forensik, penentuan kemurnian
radiokimia dalam bidang radiofarmasi, atau identifikasi tanaman obat dan
konstituennya (Wardani, 2008).
Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan
fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel
yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan
eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan
semakin terbawa oleh fase gerak tersebut (Wardani, 2008).
2.2.2 Gambar KLT dan peralatan penunjangnya
Gambar 3. Kromatografi lapis tipis dan alat penunjangnya
Sumber : (Wardani, 2008).
2.2.3 Cara Pembacaan Hasil KLT
Menurut Wardani (2008), oleh karena bahan kimia yang dipisahkan
kemungkinan tidak berwarna, terdapat beberapa metode untuk memvisualisasikan
noda:
a. Analit yang dapat berfluoresensi seperti kuinina dapat dideteksi
menggunakan lampu UV-A (366 nm).
b.
Terkadang sejumlah kecil fluoresens, biasanya zinc silikat dengan
mangan aktif, ditambahkan pada adsorben yang memungkinkan deteksi
noda menggunakan lampu UV-C (254 nm). Lapisan adsorben akan
berfluoresensi hijau, tetapi noda analit akan tampak hitam.
c. Uap iodium bisa digunakan sebagai pereaksi warna umum.
d. Pelat KLT dicelupkan atau disemprot dengan pereaksi warna khusus:
Kalium permanganat - oksidasi
Bromin
-
8/15/2019 instrumen kelautan
7/57
7
e. Untuk lemak, kromatogram dapat dipindahkan ke membran PVDF
untuk analisis lebih lanjut menggunakan, misalnya, spektrometri massa,
suatu teknik yang dikenal sebagai Far-Eastern blotting.
Jika sudah nampak, nilai Rf, atau faktor retardasi, masing-masing noda
dapat ditentukan dengan membagi jarak tempuh produk terhadap jarak tempuh
eluen dari titik awal. Nilai ini bergantung pada pelarut yang digunakan dan jenis
pelat KLT, bukan merupakan tetapan fisika (Wardani, 2008).
2.3 SPEKTROFOTOMETRI
2.3.1 Definisi Alat dan Prinsip Dasar Kerjanya (Sesuai Tipe)
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara matri dengan cahaya. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visible, UV, dan inframerah, sedangkan materi dapat
berupa atom dan molekkul namun yang lebih berperan adalah electron valensi
(Mukti, 2010).
Dalam melaksanakan metode tersebut diperlukan alat yang bernama
spektrofotometer, adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai funsi panjang gelombang. Spektrofotometer menghasilkan panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Suatu spektrofotometer tersusun
dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi
untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan
absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Buie, 2011).
Spectronic 20 adalah spektrofotometer single-beam yang didesain untukmengoperasikan cahaya tampak dari panjang gelombang 340 nm hingga 950 nm.
Pada spektrofotometer jenis ini terdapat difraction grating monochromator yang
dikombinasikan dengan sebuah sistem untuk mendeteksi, mengamplifikasi, dan
pengukur panjang gelombang yang besarnya antara 340 hingga 950 nm (Buie,
2011).
-
8/15/2019 instrumen kelautan
8/57
8
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11
Gambar 4. Bagian bagian spektrofotometer
Berikut ini merupakan keterangan gambar dan fungsi dari masing – masing
bagian alat menurut Buie (2011) :
1. Pembaca nilai absorbansi : untuk mengetahui nilai absorbansi serta nilai
transmisi dari sampel
2. Indikator mode : untuk mengetahui mode yang sedang digunakan
3. Tombol mode pilihan : untuk mengubah mode sesuai yang diinginkan
4. Tombol untuk menurunkan / decrease
5.
Tombol untuk menaikkan / increase
6. Tombol Print
7. Pembaca nilai panjang gelombang : untuk mengetahui nilai panjang
gelombang
8. Sample holder : sebagai tempat bagi sampel yang akan diukur nilai
transmisi dan absorbansinya
9. Tombol on/off – zero control : untuk menghidupkan dan mematikan alat
serta untuk mengkalibrasi alat
10. 100% transmittance control
11. Pengatur panjang gelombang : tombol yang digunakan untuk mengatur
panjang gelombang yang akan ditembakkan pada sampel
2.3.2 Cara Kalibrasi Alat
Kalibrasi spektofotometer dilakukan untuk meningkatkan akurasi
pembacaan absorbansi, kalibrasi alat ini menggunakan larutan blanko. Setelah
larutan blanko dimasukkan kemudian set T 100 dengan cara diputar ke kanan. Lalu,
-
8/15/2019 instrumen kelautan
9/57
9
atur dengan zero control sehingga pada pembaca nilai absorbansi tertera angka 0.
Pembaca nilai absorbansi harus benar – benar dalam keadaan 0 sehingga
pembacaan alat pada penggunaan selanjutnya dapat lebih akurat (Buie, 2011).
2.3.3
Cara Pembacaan Hasil Spektro
Hasil pengukuran yang didapatkan dengan spektrofotometer dapat berupa
nilai absorbsi serta nilai transmisi. Pada setiap panjang gelombang yang
ditembakkan oleh spektrofotometer menghasilkan nilai transmisi dan absorbansi
yang berbeda – beda. Nilai absorbansi dan transmisi inilah yang kemudian akan
digunakan untuk perhitungan dalam pengukuran suatu objek yang berupa larutan
yang terlebih dahulu nilai absorbansi ataupun transmisi tersebut diolah dengan
perhitungan tertentu sehingga menghasilkan kesimpulan tertentu. Kegunaan dari
hasil spektrofotometer yaitu untuk mengetahui aktivitas antioksidan,
mengidentifikasi pigmen, kandungan logam berat tertentu, dan lain sebagainya
(Buie, 2011).
2.4 SEPARATORY FUNNEL
2.4.1 Definisi Alat dan Prinsip Dasar Kerjanya
Separatory funnel, juga dikenal sebagai corong pemisah, corong pisah. Alat
ini adalah bagian dari peralatan kaca laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi
cair-cair untuk memisahkan (partisi) komponen campuran menjadi dua fase pelarut
bercampur kepadatan yang berbeda. Biasanya, salah satu fase akan berair, dan non-
polar pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform, atau
etil asetat yang lain. Semua pelarut ini membentuk batas yang jelas antara dua
cairan. Dua lapisan yang terbentuk biasanya dikenal sebagai fase organik dan air.
Kebanyakan pelarut organik mengapung di atas fase berair, meskipun pengecualian penting yang paling terhalogenasi pelarut. Pelarut organik yang digunakan untuk
ekstraksi tidak harus bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi atau dengan air. Hal
ini juga harus memiliki titik didih rendah sehingga dapat dengan mudah dihapus
dari produk (Anne, 2011).
Prinsip kerja corong pisah adalah memisahkan zat/senyawa tertentu dalam
sampel berdasarkan kelarutan dalam pelarut tertentu yang memiliki perbedaan fase.
Prosedur kerja dapat dilakukan seperti : Campuran dan dua fase pelarut
-
8/15/2019 instrumen kelautan
10/57
10
dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini
kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan
tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan
tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan
antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan
dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong. Corong isah ini
dipakai untuk fraksinasi, Fraksinasi dilakukan dengan metode partisi cair-cair
menggunakan corong pisah. Metode partisi relatif mudah dilakukan, teknik
pemisahannya menggunakan dua pelarut dengan koefisien partisi yang berbeda di
dalam corong pisah (Otsuka, 2006). Fraksinasi dilakukan dengan gradien kepolaran
bertingkat dimulai dengan pelarut n-heksan, kloroform, dan etil asetat (Saputri,
2014).
2.4.2 Gambar Alat dan fungsi setiap bangiannya
Gambar 5. Separatory funnel
Separatory funnel atau corong pisah biasanya memiliki 2 bentuk umum,
yaitu silindris dan bentuk buah pear. Untuk proses ekstraksi dan pemisahan sendiri
biasa di pakai corong pisah dengan bentuk buah pear. Corong pemisah berbentuk
kerucut yang ditutupi setengah bola. Ia mempunyai penyumbat di atasnya dan
keran di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat
dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun Teflon. Ukuran
corong pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam skala industri, corong
pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.
Adapun bagian bagian dari separatory funnel :
-
8/15/2019 instrumen kelautan
11/57
11
1. Stopper, stopper ini merupakan bagian penutup di atas corong, dapat dibuat dari
kaca (digunakan di atas) atau Teflon. Sangat penting bahwa itu cocok ketat,
sehingga solusi tidak bocor keluar ketika corong pemisah terbalik. Jika sendi kaca
tanah tidak cocok dengan sempurna, jumlah menit grease diterapkan pada bagian
atas sendi untuk mendapatkan segel yang lebih baik. stopper tersebut harus
dipindahkan ketika menguras lapisan bawah. Jika stopper tidak pindahkan atau
dilepaskan akan ada gelembung atau ruang udara,. vakum ini akan mengurangi
tingkat pengeringan dan akhirnya proses pberhenti sama sekali. Setelah beberapa
waktu, vakum akan menghisap udara di (dari batang) dan fase akan bercampur
lagi.
2.
Stopcock plugs, bagian ini terbuat dari kaca atau teflon, bagian ini berfungsi untuk
penyegel, dapat juga ditambahkan sedikit minyak agar tidak susah dalam
membuka plugs ini, namun jangan terlalu berlebihan karena dapat
menyumbatnya.
3. Tabung corong, berfungsi untuk menyimpan cairan yang akan diekstraksi atau
dipisahkan. Bagian ini terbuat dari kaca yang kedap udara karena dalam prosesnya
separatory ini menggunakan tekanan tinggi.
Gambar 6. Bagian separatory funnel
Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan ke
dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup
dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini
kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang
berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase
berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan
ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong (Ibrahim, 2013).
-
8/15/2019 instrumen kelautan
12/57
12
2.4.3 Cara Kalibrasi Alat
Kalibrasi dilakukan agar hasil pengukuran selalu sesuai dengan alat ukur
standar/alat ukur yang sudah ditera. Sebelum menggunakan, lakukan pengecekan
tutup dan kran corong pisah sudah tepat dan tidak bocor. Dalam pengocokkan
corong pisah dilakukan dengan cara memegang bagian atas berikut tutupnya
dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang tangkai corong berikut kerannya
2.5 REFRAKTOMETER
2.5.1 Definisi Alat dan Prinsip Dasar Kerjanya (Sesuai Tipe)
Refraktometer sebenarnya alat ukur mengukur indek bias suatu zat.
Definisi indek bias cahaya suatu zat adalah kecepatan cahaya didalam hampa
dibagi dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Kebanyakan obyek yang
dapat kita lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya kemata kita.
Pada pantulan yang paling umum terjadi, cahaya memantul kesemua arah,
disebut pantulan baur. Untuk keperluan ini cukup kita melukiskan satu sinar
saaja, mustahil ada atau hanya merupakan abstrasi geometrical saja (Sear,1994).
Standar ini berisi antara lain prosedur penentu indeks bias (n) relative
mineral transparan dalam bentuk butiran atau pecahan mineral transparan
berukuran (+/-) 0,6 mm atau berat kira-kira 0,01 gr dalam bentuk medium
rendam yang diketahui indeks biasnya dengan menggunakan mikroskop dan
ilminasi piring (Badan Standarisasi Nasional, 2008). Kecepatan cahaya dalam
sebuah vakum adalah 299.792.458 meter perdetik (m/s) atau 1.079.252.848,8
kilometer perjam (km/h) atau 186.286,4 perdetik (mil/s) (Ihsan, 2010).
-
8/15/2019 instrumen kelautan
13/57
13
2.5.2 Gambar Alat dan fungsi setiap bangiannya
Gambar 7. Bagian refraktometer
Refraktometer tipe hand-held merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk menganalisis kadar garam dan sukrosa pada berbagai larutan.
Refraktometer terdiri atas beberapa bagian, yaitu kaca prisma, penutup kaca prisma,
sekrup pemutar skala, grip pegangan, dan lubang teropong (Atago 2000) (Gambar
1). Satuan skala pembacaan refraktometer yaitu °Brix, yaitu satuan skala yang
digunakan untuk pengukuran kandungan padatan terlarut (Purwono 2002). Skala
°Brix dari refraktometer sama dengan berat gram sukrosa dari 100 g larutan
sukrosa. Jika yang diamati adalah daging buah, skala ini menunjukkan berat gram
sukrosa dari 100 g daging buah.
2.5.3 Cara Kalibrasi Alat
Refraktometer perlu dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
satu hari pengamatan. Jika terjadi perubahan suhu, alat ini perlu dikalibrasi kembali.
Cara mengkalibrasi refraktometer dimulai dengan membuka penutup kaca prisma,
kemudian di atas kaca prima diteteskan satu atau dua tetes akuades. Penutup kaca
prisma lalu ditutup lagi dengan perlahan dan dipastikan akuades memenuhi
permukaan kaca prisma. Refraktometer diarahkan pada cahaya terang, kemudian
dilihat pembacaan skala melalui lubang teropong. Jika skala kabur, lubang teropong
diputar hingga pembacaan skala tampak jelas. Pastikan garis batas biru tepat pada
skala 0°Brix (% maks. sukrosa). Jika garis batas biru tidak tepat pada skala 0°Brix,
sekrup pengatur skala diputar hingga garis batas biru tepat pada skala 0°Brix.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
14/57
14
Setelah kalibrasi selesai, kaca prisma dibersihkan dengan menggunakan kertas tisu
(Ihsan, 2010).
2.5.4 Cara Pembacaan Hasil
Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yaitu
merupakan pronsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air). Kadar bahan
terlarut merupakan total dari semua bahan dalam air, termasuk gula, garam, protein,
asam dsb. Pada dasarnya Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah gram dari cane sugar
yang terdapat dalam larutan 100g cane sugar. Jadi pada saat mengukur larutan gula,
Brix(%) harus benar-benar tepat sesuai dengan konsentrasinya.
Dibawah ini tabel yang menunjukkan korelasi antara Brix(%) dengan
Refractive Index (nD).
http://1.bp.blogspot.com/-p9h-lM9YLZM/UJC94gSISiI/AAAAAAAAAJM/pJvA4TzPbdE/s1600/refractiveindex.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-Pc6E0ahyXyA/UJC93YgWMlI/AAAAAAAAAJI/AoQbMtoEq8w/s1600/images.jpeg
-
8/15/2019 instrumen kelautan
15/57
15
Gambar 8. Pembacaan skala refraktometer
2.6 DO
2.6.1 Definisi Alat dan Prinsip Dasar Kerjanya
DO meter tersusun atas beberapa komponen utama yang disketsakan pada
gambar di bawah ini. Terdapat dua elektrode utama yang masing-masing berfungsi
sebagai katode dan anode. Batang katode terbuat dari logam mulia seperti emas atau
platina. Sedangkan batang anode terbuat dari bahan perak. Kedua elektrode ini
terselimuti cairan elektrolit KCl yang memiliki pH netral. Permukaan elektrode
perak akan membentuk senyawa AgCl yang sifatnya stabil, dan membuat elektrode
ini memiliki beda potensial yang tetap (Kaiho, 2006).
Prinsip kerja DO meter adalah berdasarkan fenomena polarografi yang
terjadi di antara dua elektrode katode dan anode. Tegangan listrik negatif diberikankepada elektrode katode. Adanya tegangan negatif ini akan mengakibatkan reaksi
kimia terjadi secara cepat antara air dengan oksigen terlarut pada permukaan katode
(Kaiho, 2006).
2.6.2 Gambar Alat dan fungsi setiap bagiannya
Gambar 9. DO meter
Sumber : (Kaiho, 2006).
http://4.bp.blogspot.com/-6XPakLMMKu8/UJC95apu8PI/AAAAAAAAAJU/Tt7-3bOdoZQ/s1600/refractiveindex_01.jpg
-
8/15/2019 instrumen kelautan
16/57
16
2.6.3 Cara Kalibrasi Alat
DO meter harus dikalibrasi minimum sebulan sekali atau setelah lama alat
tidak dipakai atau setelah dilakukan penggantian membran. Cara kalibrasi alat ini
adalah dengan menyalakan peralatan dengan menekan ”ON/OFF”, tunggu selama
± 15 menit, lalu buka tutup kepala alat. Terdapat 2 macam Kalibrasi yakni :
Kalibrasi nol : rendam probe pada larutan khusus oksigen nol (HI7040) dan
aduk selama 2 sampai 3 menit, kemudian biarkan selama sekitar dua menit
agar pembacaan stabil, lalu untuk meng-nol-kan pembacaan dengan
memutar tombol kalibrasi yang terletak paling dekat dengan kabel konektor.
Kalibrasi maksimal (100) : cuci bagian alat ukur dengan air bersih untuk
membuang kotoran yang menempel, keringkan alat dan biarkan beberapa
menit sampai angka terbaca stabil, tekan dan tahan tombol ”CAL”,
sesuaikan maksimal pembacaan pada angka ”100” dengan cara memutar
bagian penyesuaian (lokasi terluar dari konektor probe), lalu lepas tombol
”CAL” apabila angka telah mencapai 100. Selama penyesuaian angka,
tombol ”CAL” dalam posisi ditekan.
Karena kalibrasi angka maksimum ini sangat sensitif mengalami perubahan, maka
kegiatan kalibrasi ini disarankan dilakukan setiap seminggu sekali (Kaiho, 2006).
2.7 ECHOSOUNDER
2.7.1 Definisi Alat dan Prinsip Dasar Kerjanya (Sesuai Tipe)
Echosounder ilmiah adalah perangkat yang menggunakan teknologi
SONAR untuk pengukuran bawah air baik dari segi fisik maupun biologis. Pada
echosounder terdapat beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk mendeteksi
suatu objek sesuai dengan kebutuhan. Beberapa aplikasi yang terdapat padaechosounder antara lain batimetri, klasifikasi substrat, studi vegetasi air, ikan, dan
plankton, dan diferensiasi massa air. Dalam pengaplikasiannya, pada echosounder
terdapat suatu bagian instrumen yang dapat menghasilkan beam (pancaran
gelombang suara) yang disebut dengan transduser. Pada aplikasi bathimetri, prinsip
kerja echosounder yaitu dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan
ke dasar air dan dicatat waktunya sampai gelombang kembali dari dasar air
(Parkinson, B.W., 1996).
-
8/15/2019 instrumen kelautan
17/57
17
Single – beam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang
menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan pengiriman sinyal
gelombang suara. Komponen dari single – beam terdiri dari transciever (transducer
atau receiver) terpasang pada lambung kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air
secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever mengirimkan pulsa akustik
dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara)
menyusuri bagian bawah kolomair. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut
dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah
transmiter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa
yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang
diberikan. Transmiter ini menerima secara berulang – ulang dalam kecepatan yang
tinggi sampai pada orde kecepatan milisekon. Range frekuensi single – beam
echosounder relatif mudah untuk digunakan, tetapi hanya menyediakan informasi
kedalam sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal (Urick, 1983).
2.7.2 Gambar Alat dan fungsi setiap bangiannya (gambar alat sesuai
dengan tipe alat yang di praktikumkan
Gambar 10. Echosounder Garmin 585
a. Time Base
Time base berfungsi sebagai penanda pulsa listrik untuk
mengaktifkan pemancaran pulsa yang akan dipancarkan oleh transmitter
melalui transducer. Perintah dari time base akan memberikan waktu yang
diperlukan untuk membentuk pulsa bekerja pada unit transmitter dan
receiver.
b. Transmiter
Transmitter berfungsi menghasilkan pulsa yang akan dipancarkan.
Suatu perintah dari kotak pemicu pulsa pada recorder akan memberitahukan
-
8/15/2019 instrumen kelautan
18/57
18
kapan pembentuk pulsa bekerja. Pulsa dibangkitkan oleh oscillator
kemudian diperkuat oleh power amplifier, sebelum pulsa tersebut
disalurkan ke transducer (Urick, 1983).
2.7.3
Cara Kalibrasi Alat
Cara menetukan koreksi perum gema secara experimental, dalam bata-batas
kedalaman laut tertentu adalah kalibrasi, dengan membandingkan hasil pengukuran
dalamnya laut dengan cara pengukuran yang lebih teliti dengan dalamnya laut yang
diukur dengan perumgema yang dikalibrasikan tersebut.dengan cara perhitungan
tertentu,besarnya koreksi-koreksi tersebut dapat dikoreksi (Robert, 2006).
2.7.4 Cara Pembacaan Hasil
Ketika getaran mengenai objek maka sebagian energinya ada yang
dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan
energinya, akan diterima oleh recorder ,hasil yang diterima berasal dari pengolahan
data yang diperoleh dari penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan
dari pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang
dideteksi (Robert, 2006).
2.8 TERMOMETER
2.8.1
Definisi Alat dan Prinsip Dasar Kerjanya (Sesuai Tipe)
Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur panas atau
suhu. Termometer pada umumnya terbuat dari tabung kaca yang diisi zat cair
termometrik. Zat cair termometrik adalah zat cair yang mudah mengalami
perubahan fisis jika dipanaskan atau didinginkan, misalnya air raksa dan alkohol.
Terdapat berbagai macam termometer yang antara lain, termometer klinis,
termometer dinding, termometer bimetal, dan termometer maksimum-minimum.
Termometer yang paling mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalahtermometer air raksa (Alibert, 2007).
-
8/15/2019 instrumen kelautan
19/57
19
2.8.2 Gambar Alat dan fungsi setiap bangiannya (gambar alat sesuai
dengan tipe alat yang di praktikumkan
Gambar 11. Bagian termometer
Berikut ini merupakan keterangan gambar bagian dari termometer beserta
fungsinya:
1. Reservoir
Reservoir adalah salah satu bagian termometer yang berada di bagian bawah
termometer yang berfungsi sebagai penampung dari zat cair pada
termometer.
2. Zat cair
Zat cair ialah komponen dari termometer yang berfungsi untuk
menunjukkan suhu. Zat cair yang digunakan dalam termometer biasanya
dipilih yang memiliki sifat mudah berubah keadaannya secara fisis karena
proses pemanasan maupun pendinginan.
3. Skala suhu
Skala suhu berguna untuk mengetahui besarnya suhu secara kuantitatif.
4. Pipa kapiler
Pipa kapiler berfungsi sebagai ruang pergerakan zat cair.
2.8.3
Cara Kalibrasi Alat
Kalibrasi alat termometer adalah dengan meletakkan silinder termometer di
air yang sedang mencair dan tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut
berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku air. Dengan cara yang
sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut mendidih seluruhnya saat
-
8/15/2019 instrumen kelautan
20/57
20
dipanaskan. Bagi panjang dari dua poin diatas menjadi seratus bagian yang sama.
Sampai saat ini tiga poin kalibrasi diatas masih digunakan untuk mencari rata-rata
skala Celsius pada Termometer Merkuri. Poin-poin tersebut tidak dapat dijadikan
metoda kalibrasi yang akurat karena titik didih dan titik beku air berbeda-beda
seiring beda tekanan (Alibert, 2007).
Menurut Wise J. A. (1991), Kalibrasi termometer adalah proses membuat
skala pada sebuah termometer. Berikut ini beberapa langkah melakukan kalibrasi
termometer. Pertama, siapkan sebuah termometer air raksa atau termometer alkohol
tanpa skala. Kedua, siapkan es secukupnya. Ketiga, siapkan air secukupnya.
Keempat, siapkan sebuah pemanas air yang bisa digunakan untuk memanaskan air
hingga mendidih. Kelima, masukkan es dan air ke dalam sebuah wadah (air dan es
mempunyai massa yang sama). Setelah itu, masukkan termometer ke dalam wadah
yang berisi air dan es. Pada mulanya termometer bersentuhan dengan udara
sehingga termometer lebih panas dari es. Setelah dimasukkan ke dalam wadah,
panjang kolom air raksa akan berkurang karena campuran air dan es lebih dingin.
Biarkan hingga panjang kolom air raksa tidak berubah (permukaan atas air raksa
tidak bergerak). Ketika panjang kolom air raksa tidak berubah, campuran es batu
dan air telah berada dalam kesetimbangan termal. Tandai posisi kolom air raksa
tersebut (tandai bagian ujung atas kolom air raksa). Ini adalah suhu titik es atau titik
beku air. Keenam, didihkan air menggunakan pemanas listrik atau kompor J.
Masukkan termometer ke dalam wadah yang berisi air yang sedang dipanaskan.
Ketika air semakin panas atau suhu air meningkat, panjang kolom air raksa juga
semakin bertambah (permukaan air raksa bergerak ke atas). Setelah air mendidih,
permukaan atas raksa berhenti bergerak. Tandai ujung kolom air raksa tersebut. Ini
adalah temperatur titik didih air atau titik uap.
2.9 GPS
2.9.1 Definisi Alat dan Prinsip Dasar Kerjanya
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi, dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain
untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai
waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi
-
8/15/2019 instrumen kelautan
21/57
21
banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di
seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang
posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat memberikan
informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol)
sampai dengan puluhan meter. Hingga saat ini GPS merupakan sistem satelit
navigasi yang paling populer dan paling banyak diaplikasikan di dunia, baik di
darat, laut, udara, maupun angkasa. Disamping aplikasi-aplikasi militer, bidang-
bidang aplikasi GPS yang cukup banyak saat ini antara lain meliputi survai
pemetaan, geodinamika, geodesi, geologi, geofisik, transportasi dan navigasi,
pemantauan deformasi, pertanian, kehutanan, dan bahkan juga bidang olahraga dan
rekreasi (Kimata, 2002).
Sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan
penyelarasan (synchronization) sinyal satelit disebut juga dengan Sistem Pemosisi
Global (Global Positioning System). Sistem ini menggunakan 24 satelit yang
mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat
penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah,
dan waktu. Selain satelit terdapat 2 sistem lain yang saling berhubungan, sehingga
jadilah 3 bagian penting dalam sistem GPS. Ketiga bagian tersebut terdiri dari: GPS
Control Segment (Bagian Kontrol), GPS Space Segment (bagian angkasa), dan GPS
User Segment (bagian pengguna). Sistem yang serupa dengan GPS antara lain
GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India. Bagian yang paling penting
dalam sistem navigasi GPS adalah beberapa satelit yang berada di orbit bumi atau
yang sering kita sebut di ruang angkasa. Satelit GPS saat ini berjumlah 24 unit yang
semuanya dapat memancarkan sinyal ke bumi yang lalu dapat ditangkap oleh alat
penerima sinyal tersebut atau GPS Tracker (Kaplan, 2015).2.9.2 Gambar Alat dan fungsi setiap bangiannya
Gambar 12 . GPS (Global Positioning System)
-
8/15/2019 instrumen kelautan
22/57
22
Sumber : (Kaplan, 2015).
Berikut adalah keterangan bagian-bagian pada GPS menurut Kaplan (2015):
a.
Rocker Key (Tombol Rocker), ada juga yang mengatakan Joy Stick, juga
berfungsi sebagai enter. Ada tiga fungsi pada tombol ini, yaitu:
- Berfungsi untuk menggerakan kursor ke kiri kanan atasbawah, yaitu
dengan membuat pilihan berwarna hitam (highlight). Juga untuk
menggerakan panah penunjuk pada halaman peta.
- Untuk mengkonfirmasi pesan yang tampil atau fungsi enter: Tekan
sedetik.
- Tekan dan tahan: akan menampilkan jendela Mark. Sehingga ini
merupakan jalan pintas untuk menggunakan fungsi mark, tanpa harus
bersusah payah mencari halaman Mark untuk menandai suatu titik.
b. Tombol Tenaga: berguna untuk mengaktifkan atau menonaktifkan GPS.
Tekan dan tahan, sehingga GPS aktif atau non aktif. mengaktifkan lampu
pada layar. Bila GPS sedang aktif: tekan sebentar, sehingga pengatur
pencahayaan tampil, gunakan tombol rocker untuk meningkatkan
pencahayaan sesuai yang anda inginkan.
c.
Tombol Zoom In atau Out: Pada halaman peta, tombol ini berguna untuk
memperbesar atau memperkecil peta.
d.
Tombol Halaman. Tombol ini bisa digunakan untuk menampilkan menu
utama, dengan cara: Tekan sedetik, untuk mengaktifkan atau menonaktifkan
kompas: Tekan dan tahan, sampai tampil kotak kombo.
e. Tombol Menu dan juga Find untuk mengaktifkan tombol menu halaman:
Tekan sedetik. Untuk menampilkan menu find: Tekan dan tahan sampai
tampil menu find.f.
USB port: berguna untuk mengunggah dan mengunduh data dari dan ke
GPS.
2.9.3 Cara Kalibrasi Alat
Mengkalibrasi kompas GPS dilakukan setiap kali setelah mengganti baterai
agar tingkat akurasi GPS baik. Untuk mengkalibrasi GPS, anda dapat
melakukannnya dengan cara : Klik tongkat kendali pada icon lapisan buku yang
terletak di sudut kanan atas kemudian akan tampil Menu. Klik Calibration.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
23/57
23
Kemudian klik tombol start, lalu pengguna berputar searah jarum jam, sebanyak
dua kali. Jangan terlalu cepat berputar setelah itu akan terlihat kotak yang
mengindikasikan proses kalibrasi sedang berlangsung (Kaplan, 2015).
2.9.4 Cara Pembacaan Hasil
Koordinat lokasi dari GPS atau letak di bumi dibagi dalam 3 format. Ada
yang sederhana dengan angka sudut, dan 2 lagi mengunakan kombinasi angka sudut
dan menit serta detik. D adalah angka desimal, dan M adalah satuan konversi dalam
waktu (menit dan detik). Angka DD dibatasi dari titik atas dan bawah 90 dan -90
derajat. Sedangkan angka M tidak melewati angka 60 (mewakili angka satuan menit
dan detik)
D adalah angka desimal, dan M adalah satuan konversi dalam waktu (menit
dan detik). Angka DD dibatasi dari titik atas dan bawah 90 dan -90 derajat.
Sedangkan angka M tidak melewati angka 60 (mewakili angka satuan menit dan
detik)
DDD.DDDDD° - Derajat. Digunakan untuk koordinat computer. Paling
sederhana dengan memasukan 2 angka koordinat desimal
+32.30642, -122.61458
DDD° MM.MMM' - Derajat, desimal menit. Paling umum digunakan pada
perangkat elektronik Angka 32 misalnya adalah derajat, dan angka setelah 32
adalah angka dari pembagian 60 dari koordinat desimal. Misalnya :
32°, diartikan 32° dan 60 X 0,30642 = 18,38
32° 18.385' - 122° 36.875'
DDD° MM' SS.S" - Derajat , menit, detik. Koordinat ini paling umum digunakan
untuk GPS dengan akurasi Memiliki angka lebih panjang dari format DDD°MM.MMM' (Kaplan, 2015).
-
8/15/2019 instrumen kelautan
24/57
24
III.
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Laboratorium
hari, tanggal : Jumat, 29 April 2016
Waktu : 08.00 – 10.00
Tempat : Lab. Nutrisi Lantai 2 Kampus Teluk Awur, Jepara
3.1.2 Lapangan
Hari, tanggal : Sabtu, 30 April 2016
Waktu : 08.00 – 11.00
Tempat : Pulau Panjang, Jepara
3.2 ROTARY EVAPORATOR
3.2.1
ALAT BAHAN
No Nama Alat dan
Bahan
Gambar Fungsi
1. Perangkat Rotary
Evaporator
Alat untuk memisahkan
hasil ekstraksi dan
pelarut
2. Erlenmeyer Sebagai wadah hasil
ekstraksi
3. Daun mangrove Bahan yang diekstraksi
-
8/15/2019 instrumen kelautan
25/57
25
4. Ethanol Pelarut bahan aktif dari
suatu zat
5. Air dingin Bahan pendingin
k ondensor
3.2.2
CARA KERJA
1.
Semua kabel dihubungkan ke saklar masing – masing
2. Water pump dinyalakan dengan menekan tombol “On”
3. Vaccum pump dinyalakan dengan menekan tombol “On”
4. Water bath dinyalakan
5. Setelah kurang lebih 5 menit, dilakukan kalibrasi kemudian evaporator
dinyalakan
6.
Pilih kecepatan 50 rpm pada bagian display untuk set 1
7. Turunkan receiving flask secara perlahan hingga menyentuh air pada
water bath
8. Proses evaporasi berjalan ketika terbentuk embun pada bagian
k ondensor
9.
Suhu water bath diatur dengan suhu 50ºC
10.
Tombol “stop” pada display ditekan ketika akan mematikan alat
11.
Receiving flask diangkat menggunakan tuas naik turun
12. Matikan semua fungsi pada bagian display
13. Vaccum pump dan water pump dimatikan dengan menekan tombol
“off ”
14. Kabel pada saklar dicabut
-
8/15/2019 instrumen kelautan
26/57
26
3.3 KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
3.3.1 ALAT BAHAN
No Nama Alat danBahan
Gambar Fungsi
1. Cawan petri Wadah untuk
mencampur sampel
dan pelarut
2. Beaker glass Wadah saat uji KLT
3. Mikropipet Alat untuk mengambil
sampel dan pelarut
dengan volume
tertentu
4. Pipet tetes Alat yang digunakan
untuk mengambil
sampel dalam bentuk
terlarut
5. Spatula Alat untuk pengaduk
sampel
6. Plat KLT Media identifikasi
kromatografi
-
8/15/2019 instrumen kelautan
27/57
27
7. Aseton Pelarut
8. Spirulina Sampel yang diuji
kandungan
senyawanya dengan
KLT
9. Kertas saring Memisahkan pelarut
dengan sampel
10. Larutan solvent Pelarut solvent
3.3.2 CARA KERJA
3.3.2.1 Ekstraksi Pigmen
1. Spirullina ditimbang seberat 1 gram
2. Aseton 80% dimasukkan ke dalam wadah dengan pipet sebanyak 4
mL
3.
Ekstrak disarin dengan kertas saring dan filtratnya dituangkan kedalam cawan petri
3.3.2.2 Pemisahan Pigmen dengan KLT
1. Plat TLC dipotong menggunakan gunting dengan ukuran 4 x 7 cm
2. Spotkan sampel (pada 2 titik) dengan mikropipet pada base line dan
biarkan hingga kering
3. Tuangkan di Chromatography chamber (beaker glass) larutan
solvent/fase gerak
-
8/15/2019 instrumen kelautan
28/57
28
4. Plat TLC dimasukkan pada Chromatography chamber (solvent
tidak boleh menyentuh spot – spot yang ada di permukaan)
5.
Sebelum solvent mencapai permukaan, plat diangkat, tandai
permukaan dengan pensil
6. Solvent dibiarkan mengering dan spot – spot yang ada dipermukaan
ditandai
7. Ulangi cara kerja pada fase gerak yang berbeda
8. Hitung Rf-nya
3.4
SPEKTROFOTOMETRI
3.4.1
ALAT DAN BAHAN
No Nama Alat dan
Bahan
Gambar Fungsi
1. Spektrofotometer
Milton Roy
Spectronic 20D
Alat untuk
mengukur nilai
absorbansi dari
suatu ekstrak
2. Sampel ekstrak Bahan yang diukur
nilai absorbansinya
3. Pelarut Bahan untuk
kalibrasi dan
melarutkan ekstrak
4. Kuvet Wadah sampel
ketika dimasukkan
ke dalam spektro
-
8/15/2019 instrumen kelautan
29/57
29
5. Tissue Bahan untuk
membersihkan
kuvet
3.4.2 CARA KERJA
1. Nyalakan spektro dengan memutar bagian On/Off
2. Kalibrasi dengan larutan blanko (sampel pelarut) dimasukkan ke dalam
kuvet holder
3. Set dengan Zero Control hingga nilai transmisi 0
4. Keluarkan kuvet yang berisi pelarut kemudian ganti dengan kuvet yang
berisi hasil maserasi
5. Atur panjang gelombang menjadi 450 nm kemudian baca nilai
transmisinya
6. Tekan Mode hingga transmisi berubah menjadi absorbansi, kemudian
baca nilai absorbansi yang dihasilkan lalu tekan tombol Mode hingga
menjadi transmisi kembali
7.
Ubah panjang gelombang menjadi 500 nm, 550 nm, 600 nm, 650 nm,
700 nm, dan baca masing – masing nilai transmisi dan absorbansinya.
3.5 SEPARATORY FUNNEL
3.5.1 ALAT BAHAN
No Nama Alat dan
Bahan
Gambar Fungsi
1. Corong pisah /
sparatory funnel
Alat untuk
memisahkan
hasil ekstraksi
dan pelarut
-
8/15/2019 instrumen kelautan
30/57
30
2. Tissue Sebagai
pembersih
3. kamera Alat untuk
dokumentasi
4. Contoh sampel Sebagai
pembanding
hasil
5. Pasteur pipet Alat untuk
mengambil
sekatrak sampel
6. Volumetric glass Wadah bagi
ekstrak sampel
7. Ekstrak sampel Bahan yang
dipisahkan
berdasarkan
kelarutannya
-
8/15/2019 instrumen kelautan
31/57
31
8. Etanol Pelarut dengan
sifat polar
6. N-hexane Pelarut dengan
sifat non polar
3.5.2 CARA KERJA
1. Larutkan pandan laut dengan metanol (polar)
2. Siapkan 100 mL n-hexane, masukkan ke dalam separatory funnel
3. Siapkan 100 mL larutan sampel, masukkan ke dalam separatory
funnel
4.
Kocok secara melingkar ke depan
5.
Setelah 2 – 3 kocokan, buka penutup funnel sehingga tekanan keluar
6. Lakukan sampai tekanan 0
7. Tunggu hingga 10 menit
8. Buka penutup funnel lalu tampung larutan pengikat ke beaker glass
9. Hasil ekstrak akan tetap berada di dalam funnel
3.6
REFRAKTOMETER 3.6.1 ALAT BAHAN
No Nama Alat dan
Bahan
Gambar Fungsi
1. Refraktometer Alat untuk mengetahui
kadar salinitas suatu
larutan
-
8/15/2019 instrumen kelautan
32/57
32
2. Pipet tetes Alat untuk meneteskan
larutan pada
refraktometer
3. Aquadest Bahan untuk
mengkalibrasi
refraktometer
4. Larutan sampel Bahan yang dicari
kadar salinitasnya
5. Tissue Bahan untuk
membersihkan
permukaan
refraktometer
3.6.2
CARA KERJA
1.
Refraktometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara ditetesi aquadest
pada bagian prismanya.
2. Setelah ditetesi dengan aquadest, prisma pada refraktometer dilap
dengan tissue hingga sisa aquadest hilang.
3. Prisma refraktometer ditetesi dengan sampel air yang akan diukur kadar
salinitasnya.
4.
Nilai salinitas sampel air dapat diketahui dengan melihat angka yang
muncul yang dapat dilihat dari eye piece pada refraktometer.
5. Hasil nilai salinitas yang terbaca dari sampel dicatat.
6. Prisma refraktometer dilap dengan tisuue.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
33/57
33
7. Kemudian prisma refraktometer ditetesi kembali dengan aquadest untuk
membersihkan bagian tersebut kemudian lap kembali dengan tissue
hingga kering.
3.7
DO METER
3.7.1 ALAT BAHAN
Tabel 6. Alat dan bahan praktikum
No. Nama alat dan bahan Gambar Fungsi
1 DO meterUntuk mengukur
densitas air
2 Air laut Bahan yang diuji
3.7.2
Cara Kerja
1.
Bersihkan probe terlebih dahulu menggunakan aquades dan keringkan
2.
Masukan probe ke dalam sampel air
3. Amati hasil pembacaan dan catat hasilnya
3.8 ECHOSOUNDER
3.8.1
ALAT BAHAN
Tabel 7. Alat dan bahan praktikum
No. Nama alat dan bahan Gambar Fungsi
1 Echosounder
Alat yang digunakan
untuk mengukur
kedalaman laut.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
34/57
34
2 Alat tulis Untuk mencatat
3.8.2 CARA KERJA
1. Pasang echosounder pada tiang , dihubungkan monitor, aki, dan tiang yang
ber-antena dan ber-tranduser dengan kabel.
2. Dipasang tiang pada samping kapal.
3. Dilakukan kalibrasi alat dengan mengatur jenis perairan, suhu, dan
frekuensi.
4. Diamati kedalaman dengan kecepatan kurang lebih 4 knot.
5. Dicatat hasil yang ingin didapatkan.
3.9
TERMOMETER
3.9.1 ALAT BAHAN
No. Nama Alat dan
BahanGambar Fungsi
1 TermometerAlat untuk mengukur
suhu
2 Air laut
Sampel yang diukur
suhunya
3.9.2 CARA KERJA 1.
Termometer disipkan
2.
Termometer dimasukkan ke dalam perairan dengan memegang tali
diujung termometer.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
35/57
35
3. Tunggu beberapa saat hingga air raksa bergerak, kemudian diamati suhu
air ketika air raksa sudah berhenti bergerak.
4.
Hasil pengamatan dicatat.
3.10
GPS
3.11 GPS
3.11.1 Alat Bahan
Tabel 9. Alat dan bahan praktikum
No. Nama alat dan bahan Gambar Fungsi
1GPS (Global Position
System)
Untuk menentukan
posisi suatu lokasi
2 Alat tulis Mencatat hasil GPS
3.11.2 Cara Kerja
1. Dilakukan kalibrasi tempat yang ingin di marking.
2. Dipilih menu setup calibration GPS diputar searah jarum jam.
3.
Dilkukan marking tempat dengan memilih tombol mark .
-
8/15/2019 instrumen kelautan
36/57
36
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rotary Evaporator
4.1.1 Hasil
Proses Ekstraksi Hasil Ekstraksi Berupa
Pasta Kental
Gambar 13. Proses ekstraksi dan hasilnya
4.1.2
Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dari
campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: tipe persiapan sampel, waktu
ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut. Secara umum, tujuan
ekstraksi adalah :
1. Senyawa kimia sesuai dengan kebutuhan
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin
3. Organisme yang digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya
dibuat dengan cara dididihkan dalam air
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi dalam menguji organisme untuk
mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus
(Rachman, 2009).
http://www.blogpribadi.com/http://www.blogpribadi.com/http://www.blogpribadi.com/http://www.blogpribadi.com/
-
8/15/2019 instrumen kelautan
37/57
37
Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk melakukan ekstraksi,
penguapan pelarut yang efisien dan lembut. Komponen utamanya adalah pipa
vakum, pengontrol, labu evaporasi, kondensator dan labu penampung hasil
kodensasi (Rahayu, 2009). Prinsip rotary evaporator adalah proses pemisahan
ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari
labu, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya
disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum,
uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi
menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu
penampung. Prinsip ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarut di
dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi (Rachman, 2009).
Rotary vaporator ini bekerja seperti desilator, dengan menggunakan
tekanan sehingga dapat melakukan pemisahan zat atau ekstraksi. Beda dari
rotaryvaporator dengan desilator yang utama ada pada perlakuan nya yaitu
ditambah dengan pemutaran sampel ekstrak sehingga proses ekstraksi akan terjadi
lebih cepat. Selain itu ada juga bagian waterbath digunakan untuk pendingin dan
penstabil suhu agar tidak terjadi kegagalan proses karena suhu terlalu tinggi.
Sebelum mengoprasikan alat rotary evaporator , alat pendukung seperti
vacuum pump dan water pump sebaiknya dikondisikan terlebih dahulu, kemudian
alat rotavapor dinyalakan. Setelah itu water bath dipanaskan sesuai dengan suhu
pelarut yang digunakan. Setelah suhu tercapai, labu alas bulat dipasang dengan kuat
pada konektor yang menghubungkan dengan kondensor. Aliran air pendingin dan
pompa vakum dijalankan, kemudian tombol rotasi diputar dengan kecepatan 50 rpm
– 100 rpm, dan tekanan 1004 mBar dengan suhu 50℃. Produk ekstraksi dari
rotavapor ini berupa pasta kental dari ekstrak daun mangrove.
4.2 Kromatografi Lapis Tipis
4.2.1 Hasil
Gambar 14. Hasil KLT
-
8/15/2019 instrumen kelautan
38/57
38
4.2.2 Pembahasan
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta
kepolaran dan ukuran molekul.
Kromatografi lapis tipis yang digunakan pada praktikum ini menggunakan
kertas kromatografi dan sampel berupa serbuk spirulina yang telah diencerkan.
Serbuk spirulina diencerkan karena prinsip dari KLT itu sendiri yang memisahkan
senyawa satu dengan senyawa lainnya dalam bentuk cair. Warna yang dihasilkan
yaitu hijau muda hingga ke hijau tua yang menandakan pada larutan spirulina
tersebut mengandung zat klorofil B. Nilai Rf didapatkan dengan mengurangkan
antara jarak awal dengan jarak tempuh (jarak awal – jarak tempuh) yaitu 5,5 cm –
1 cm (jarak penetesan supaya tidak lengket) = 4,5 cm.
Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua
buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen
campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Semua
kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-
padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase
diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.
Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini adalah sebagai berikut : Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending),
atau dengan cara elusi 2 dimensi.
Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon)
yang dengan metode kertas tidak bisa
-
8/15/2019 instrumen kelautan
39/57
39
Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
Waktu analisis yang singkat (15-60 menit)
Investasi yang kecil untuk perlengkapan (Biaya yang dibutuhkan ringan).
Preparasi sample yang mudah
Kemungkinan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak
mungkin
Kebutuhan ruangan minimum
4.3
Spektrofotometri
4.3.1 Hasil
4.3.1.1 Bagian Alat
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11
Gambar 15. Bagian spektrofotometer
Keterangan bagian – bagian dari spektrofotometer:
1.
Pembaca nilai absorbansi
2. Indikator mode
3. Tombol mode pilihan
4. Tombol untuk menurunkan / decrease
5. Tombol untuk menaikkan / increase
6. Tombol Print
7. Pembaca nilai panjang gelombang
8.
Sample holder
-
8/15/2019 instrumen kelautan
40/57
40
9. Tombol on/off – zero control
10.
100% transmittance control
11.
Pengatur panjang gelombang
4.3.1.2 Pengukuran Spektrofotometer
Tabel Hasil Pengukuran Nilai Absorbansi dan Transmisi Ekstrak Bunga Mangrove
No Panjang Gelombang Transmisi Absorbansi
1. 450 34,8 0,456
2. 500 116,6 -0,067
3. 550 190,4 -0,280
4 600 128,8 -0,110
5. 650 47,8 0,320
6. 700 19,0 0,722
Tabel Hasil Pengukuran Nilai Absorbansi dan Transmisi Ekstrak Daun Mangrove
No Panjang Gelombang Transmisi Absorbansi
1. 450 32,6 0,456
2. 500 144,4 -0,067
3. 550 ∞ -1
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
0 100 200 300 400 500 600 700 800
A b s o r b a n s i
Panjang Gelombang
Grafik Hubungan antara Panjang Gelombang dan
Absorbansi Ekstrak Bunga Mangrove
-
8/15/2019 instrumen kelautan
41/57
41
4 600 147,2 -0,16
5. 650 45,6 0,34
6. 700 19,6 0,708
Gambar 16. Gambar identifikasi pigmen
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
0 100 200 300 400 500 600 700 800
A b s o r b
a n s i
Panjang Gelombang
Grafik Hubungan Panjang Gelombang dengan
Absorbansi Ekstrak Daun Mangrove
-
8/15/2019 instrumen kelautan
42/57
42
4.3.2 Pembahasan
4.3.2.1 Bagian Alat
Spektrofotometer memiliki bagian – bagian yang memilikifungsinya masing masing. Bagian luar dari spektrofotometer antara lain:
pembaca nilai absorbansi, indikator mode, tombol mode pilihan, tombol
increase, tombol decrease, tombol print, pembaca nilai panjang gelombang,
sample holder , tombol on/off, 100% transmittance control, dan pengatur
panjang gelombang.
Pembaca nilai absorbansi berfungsi untuk menampilkan nilai
absorbansi dari sampel yang terdeteksi oleh detektor pada spektrofotometer
ketika posisi mode absorbansi. Selain menampilkan nilai absorbansi, bagian
tersebut menampilkan nilai transmisi ketika dalam mode transmisi dan
menampilkan nilai mode lain pada saat sedang dalam mode lain. Indikator
mode merupakan suatu bagian spektrofotometer yang berfungsi untuk
menapilkan posisi mode spektrofotometer pada saat itu. Tombol mode
pilihan digunakan untuk mengganti mode yang diperlukan nilainya untuk
diketahui pada saat pengukuran menggunakan spektrofotometer. Pembaca
nilai panjang gelombang berfungsi untuk mengetahui panjang gelombang
yang sedang digunakan. Sample holder merupakan wadah bagi sampel yang
akan diuji. Tombol on/off berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan
alat juga digunakan untuk mengkalibrasi alat. Dan pengatur panjang
gelombang
4.3.2.2 Pengukuran Spektrofotometer
Pengukuran dengan spektrofotometer bertujuan untuk mengetahui
nilai transmisi dan absorbansi dari sampel larutan yang pada kali ini
digunakan untuk mengidentifikasi jenis pigmen yang ada pada larutan
tersebut. Sampel larutan yang digunakan adalah sampel ekstrak bunga
mangrove dan sampel ekstrak daun mangrove.
Grafik hubungan antara nilai absorbansi dan panjang gelombang
dari ekstrak bunga mangrove terjadi fluktuasi dari nilai absorbansi yang
dihasilkan dengan panjang gelombang yang berbeda. Pada grafik
menunjukkan dua puncak sehingga apabila diidentifikasi dengan gambar
-
8/15/2019 instrumen kelautan
43/57
43
identifikasi pigmen maka grafik tersebut mirip dengan grafik pigmen
Chlorofill a sehingga pada bunga mangrove mengandung pigmen
Chlorofill.
Hal serupa juga terdapat pada grafik hubungan antara panjang
gelombang serta absorbansi dari ekstrak daun mangrove. Pada grafik
ekstrak daun mangrove terlihat pula adanya fluktuasi nilai absorbansi, juga
terdapat dua puncak dari grafik yang mengindikasikan bahwa pigmen yang
terkandung dalam daun mangrove adalah pigmen Chlorofill a.
4.4
Separatory Funnel
4.4.1
Hasil
4.4.1.1
Bagian Alat
Gambar separatory funnel dan bagiannya
Gambar 17. Bagian separatory funnel
Tabung kaca untuk
penampung larutan
Ekstrak
Pelarut
Stopcock plugs,
untuk kran
penyumbat
Statif untuk
penyangga
-
8/15/2019 instrumen kelautan
44/57
44
4.4.1.2 Hasil ekstrak
Gambar 18 . Ekstrak pandanus
Setelah melalui beberapa proses, separatory funnel akan memisahkan
larutan ekstrak dengan pelarutnya yang di sesuaikan dengan kepolarannya. Dalam
praktikum ini ekstrak yang terpisah adalah ekstrak daun pandan laut, hasil ekstrak
akan tertinggal pada bagian tabung corong pisah, dan dapat dilihat bahwa ekstrak
berwarna kehijauan.
4.4.2
Pembahasan
Ekstraksi pelarut adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses
pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogeny menggunakan
pelarut cair (solven) sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen – komponen dalam campuran
(Winarti, 2008).
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair - cair terutama
digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin
dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya
terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-
cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna
mungkin. Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
-
8/15/2019 instrumen kelautan
45/57
45
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair (liquid extraction,
solvent extraction): solute dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan
solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible, tidak
saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase
solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasadengan
konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan
(pelepasan) solute dari larutan yang ada.
Dalam ekstraksi cair-cair pada praktikum kali ini digunakan alat yang
bernama separatory funnel atau corong pisah, pada corong pisah ini dimasukkan
pelarut dan zat yang akan diekstrak. Pelarut menggunakan n-Hexane karena
pandanus yang akan diekstrak bersifat non polar, hal ini dilakukan untuk mendapat
hasil ekstrak yang lebih banyak. Pada prosesnya kedua zat yang disatukan dalam
corong pisah ini akan di aduk dengan cara menggoyanggakn corong pisah secara
teratur seperti ini :
Gambar 19. Proses homogenisasi
Pengadukan ini ditujukan agar pelarut bercampur secara merata, saat proses
ini terjadi penutup harus dikencangkan dan dibuka beberapa kali, karena saat proses
ini terjadi aka ada tekanan udara yang muncul di dalam tabung funnel, bila tidak di
buka secara berkala bisa terjadi ledakan karena tekanan tinggi. Tabung akan di
kosongkan dari tekanan udara secara perlahan sampai tidak ada bunyi gas yang
keluar.
Pengosongan dilakukan secara perlahan dengan membuka tutup kran dan
mengeluarkan pelarut, pelarut ada di bawah karena sifatnya lebih ringan, jadi yang
-
8/15/2019 instrumen kelautan
46/57
46
tersisa pada funnel adalah hasil ekstrak dari pandanus, hasil ekstrak ini berwarna
hijau terang.
4.5
Refraktometer
4.5.1 Hasil
Gambar 20. Bagian refraktometer
1. Day light plate (kaca)
2.
Day light plate berfungsi untuk melindungi prisma dari goresan
akibat debu, benda asing, atau untuk mencegah agar sampel yang
diteteskan pada prisma tidak menetes atau jatuh.
3.
Prisma (biru)
4. Prisma merupakan bagian yang paling sensitif terhadap goresan.
Prisma berfungsi untuk pembacaan skala dari zat terlarut dan
mengubah cahaya polikromatis (cahaya lampu/matahari)
menjadi monokromatis.
5.
Knop pengatur skala, knop pengagtur skala berfungsi untuk
mengkalibrasi skala menggunakan aquades. Cara kerjanya ialah
knop diputar searah atau berlawanan arah jarum jam hinggan
didapatkan skala paling kecil (0.00 untuk refraktometer salinitas,
1.000 untuk refraktometer urine).
6. Lensa, berfungsi untuk memfokuskan cahay yang monokromatis.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
47/57
47
7. Handle, berfungsi untuk memegang alat refraktometer dan
menjaga suhu agar stabil.
8.
Biomaterial strip Biomaterial strip teerletak pada bagian dalam
alat (tidak terlihat) dan berfungsi untuk mengatur suhu sekitar 18
– 28 OC. Jika saat pengukuran suhunya mencapai kurang dari 18
OC atau melebihi 28 OC maka secara otomatis refraktometer
akan mengatur suhunya agar sesuai dengan range yaitu 18 – 28
OC.
9.
Eye piece merupakan tempat untuk melihat skala yang
ditunjukkan oleh refraktometer.
10.
Skala, skala berguna untuk melihat , konsentrasi, dan massa jenis
suatu larutan..
4.5.2 Pembahasan
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kadar/konsentrasi bahan terlarut dengan memanfaatkan reaksi cahaya. Tujuan
percobaan yaitu mengetahui cara menggunakan alat dan menghitung kadar
salinitas suatu wilayah perairan. Pertama menggunakan refraktometer dengan
mengukur blanko untuk menstabilkan refraktometer ditunjukkan dengan
penunjukkan skala 0 angka 0 menunjukan bahwa salinitas air tersebu tidak ada atau
tawar, selanjutnya dengan meneteskan air laut maka skala akan berubah, hal
tersebut menunjukkan suatu kadar salinitas di wilayah perairan tersebut.
Dari data yang diperoleh salinitas wilayah perairan di tempat melakukan
praktikum adalah salinitas normal air laut yaitu 28 – 30. Salinitas berubah-ubah
akibat bertambah dan berkurangnya molekul-molekul air melalui proses penguapan
dan hujan. Salinitas meningkat bila laju penguapan di satu daerah lebih besardaripada hujan. Sebaliknya, pada daerah dimana hujan lebih besar daripada
penguapan salinitas berkurang. Kondisi ini tergantung pada garis lintang dan
musim. Pola-pola tersebut dapat dilihat pada lintang antara 20° dan 30° di sebelah
utara dan selatan garis khatulistiwa, dimana salinitas lebih tinggi dari perairan di
sekitarnya, karena laju penguapan di wilayah ini jauh lebih besar dibandingkan
jumlah air yang diterima dari hujan. Tempat-tempat ini memiliki garis lintang yang
sama dengan gurun-gurun pasir. Di samping itu, salinitas dipengaruhi pula oleh
-
8/15/2019 instrumen kelautan
48/57
48
kondisi setempat. Aliran keluar yang sangat besar dari sistem sungai yang besar
seperti Amazon, dapat menurunkan salinitas air di laut sekitarnya. Salinitas sungai
yang sedang mengalami banjir akan menurun secara sementara.
4.6
DO Meter
4.6.1 Hasil
Gambar 21. DO Meter
4.6.2 Pembahasan
DO meter berupa peralatan elektronik yang dapat mengkonversi sinyal dari
probe yang diletakkan dalam sampel air. DO meter harus dikalibrasi terlebih dahulu
sebelum digunakan. DO meter dalam kerjanya menggunakan probe oksigen yang
terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO
meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb).
Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang
bersifat semi permeable terhadap oksigen. Aliran reaksi yang terjadi tersebut
tergantung dari aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda
berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut. Cara menggunakan:
secara selektif mengalirkan DO dari air menuju larutan garam.
terbaca oleh DO meter.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
49/57
49
4.7 Echosounder
4.7.1 Hasil
Gambar 22. Hasil pendataan echosounder
4.7.2 Pembahasan
Echosounder merupakan alat dipakai untuk mengetahui kedalaman dan
berbagai benda maupun objek yang berada didalam perairan. Selain itu alat ini juga
dapat menentukan suhu salinitas dan lain sebagainya tergantung spesifikasi dari alat
ini. Echosound dapat menentukan kedalaman karena prinsipnya memakai pantulan
suara seperti ekolokasi yang dimiliki kelelawar, echosound ini akan menembakkan
sinyal dengan frekuensi rendah kemudian dipantulkan oleh objek yang dilaluinya
lalu dihitung waktu kembali sinyal pantulan tersebut kemudian dapat diketahui
kedalaman dan objek apa saja yang ada didalamnya.
Echosounder yang digunakan yaitu dengan frekuensi 200 Hz karena
perairan Teluk Awur Jepara merupakan perairan dangkal. Sehingga diperlukan
waktu yang semakin cepat pula untuk dapat direkam oleh recorder dan ditampilkan
ke monitor. Echosounder ini harus benar benar disetting sebelum melakukan
pendataan, hal ini ditujukan agar akurasi hasil pengambilan data dapat semakintinggi tanpa kesalahan, perawatan echosounder juga harus sering dilakukan dan
dilakukan pengontrolan karena alat ini cukup sensitif dan mudah rusak.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
50/57
50
4.8 Termometer
4.8.1 Hasil
1 2 3 4
Gambar 23. Bagian termometer
Berikut ini merupakan keterangan gambar bagian dari termometer beserta
fungsinya:
1. Reservoir
Reservoir adalah salah satu bagian termometer yang berada di bagian
bawah termometer yang berfungsi sebagai penampung dari zat cair pada
termometer.
2. Zat cair
Zat cair ialah komponen dari termometer yang berfungsi untuk
menunjukkan suhu. Zat cair yang digunakan dalam termometer biasanya
dipilih yang memiliki sifat mudah berubah keadaannya secara fisis karena
proses pemanasan maupun pendinginan.
3. Skala suhu
Skala suhu berguna untuk mengetahui besarnya suhu secara kuantitatif.4. Pipa kapiler
Pipa kapiler berfungsi sebagai ruang pergerakan zat cair.
4.8.2 Pembahasan
Termometer berfungsi untuk menentukan kualitas dari sebuah perairan.
Termometer adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
suhu,dan merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam sebuah
pengukuran kualitas perairan.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
51/57
-
8/15/2019 instrumen kelautan
52/57
52
Hasil koordinat wilayah : S 06”34’39,8”’ E 110”37’50,3’” dalam
membaca koordinar wilayah GPS harus menerima sinyal satelit yang ada di
sekitarnya minimal 4, prinsipnya adalah GPS memancarkan gelombang
mikro yang akan menangkap sinyal tersebut.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
53/57
53
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1
Rotary Evaporator
1. Prinsip kerja rotary evaporator didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya
tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di atas, serta adanya
kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini mengembun dan
akhirnya jatuh ke tabung penerima (receiver flask ). Setelah pelarutnya
diuapkan, maka hasil dari ekstraksi dengan menggunakan alat rotary
evaporator berupa pasta kental ekstrak daun mangrove.
2.
Ekstraksi padat – cair merupakan suatu proses untuk mengambil ekstrak darisampel padat menggunakan bantuan pelarut. Sedangkan ekstraksi cair – cair
merupakan proses dalam memisahkan ekstrak dari pelarut.
3. Proses evaporasi pada alat rotary evaporator berlangsung saat pelarut
diuapkan dengan menggnakan water bath dengan suhu penguapan 50℃,
dengan bantuan rotasi proses penguapan akan menjadi lebih cepat sehingga
pelarut lebih cepat terpisah.
5.1.2 Kromatografi Lapis Tipis
1. Senyawa yang terdapat pada spirulina yaitu berupa klorofil B
2.
Warna yang tampak pada kertas kromatografi yaitu hijau tua hingga ke hijau
muda
5.1.3 Spektrofotometri
1. Mekanisme kerja spektrofotometri memanfaatkan cahaya yang jatuh pada
suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan,
sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang
keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena
memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
2. Pengukuran nilai absorbansi didapatkan hasil dengan larutan blanko panjang
gelombang 450 : 0 sedangkan dengan larutan karetenoid panjang gelombang
adalah 450 : 0.85
-
8/15/2019 instrumen kelautan
54/57
-
8/15/2019 instrumen kelautan
55/57
55
5.2 Saran
1.
Utamakan keselamatan kerja laboratorium
2.
Selalu menjaga kebersihan laboratorium
3.
Menjaga keutuhan alat laboratorium
-
8/15/2019 instrumen kelautan
56/57
56
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, ZA. 2007. Penentuan Posisi Dengan GPS Dan Aplikasinya. Jakarta. Pranya
Paramita.
Buie, John. 2011. Evolution of UV-Vis Spectrophotometers. Lab Manager.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar : Yogyakarta
Ibrahim, S., dan Marham, S., (2013), Teknik Laboratorium Kimia Organik,
Yogyakarta, Graha Ilmu.
Ihsan, Farihul. 2010. TEKNIK ANALISIS KADAR SUKROSA PADA BUAH
PEPAYA. Litkayasa Nonkelas, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
Kimata. 2002. Developtment of GPS Seismograph System by Integrating GPS
Network, Internet Network and Wavelet Analysis. Nagoya university.
Seminar on Earthquake and Hazard
Padìas, Anne B. (2011). Making the Connections2: A How-To Guide for Organic
Chemistry Lab Techniques.Plymouth, Michigan: Hayden-McNeilPublishing, p. 129.
Purwono. 2002. Penggunaan Pengukuran Brix untuk Menduga Rendemen Nyata di
Pabrik Gula Gula Putih Mataram, Lampung. Divisi R & D, Pabrik Gula
Gula Putih Mataram, Lampung.
Sears, F. W. dan Zemansky, M. W., 1994, Fisika untuk Universitas Jilid I. Edisi
Ketujuh. Bandung: Penerbit Binacipta.
Senjaya, Y.A., dan W. Surakusumah. 2007. Potensi ekstrak daun pinus (Pinus
merkusii) sebagai bioherbisida penghambat perkecambahan Echinochloa
colonum dan Amaranthus viridis. Jurnal Perennial. 4(1):1--5.
Sluiter, J. K. 2006. Preface. The Dutch Journal of Ergonomuics. 31 (3-6): 4.
-
8/15/2019 instrumen kelautan
57/57