Post on 29-Mar-2019
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMSPADA PASIEN OPERASI SESAR (CAESAREAN SECTION)
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIHYOGYAKARTA PERIODE 2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar sarjana farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh :
Usnul Alifa
Nim : 068114004
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2011
ii
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMSPADA PASIEN OPERASI SESAR (CAESAREAN SECTION)
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIHYOGYAKARTA PERIODE 2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar sarjana farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh :
Usnul Alifa
Nim : 068114004
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2011
iii
Persetujuan Skripsi
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMSPADA PASIEN OPERASI SESAR (CAESAREAN SECTION)
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIHYOGYAKARTA PERIODE 2008
Oleh :
Usnul Alifa
NIM : 068114004
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Dra. A. M. Wara K., M.Si., Apt. 30 Mei 2011
Pembimbing Pendamping
Drs. Mulyono, Apt. 30 Mei 2011
iv
Pengesahan Skripsi Berjudul
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMSPADA PASIEN OPERASI SESAR (CAESAREAN SECTION)
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIHYOGYAKARTA PERIODE 2008
Oleh :
Usnul Alifa
NIM : 068114004
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaPada tanggal: 14 Juli 2011
MengetahuiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaDekan
Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt.
Panitia Penguji : Tanda Tangan
1. Dra. A. M. Wara K., M.Si., Apt. .....................................
2. Drs. Mulyono, Apt. .....................................
3. dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. .....................................
4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt .....................................
v
Ku Persembahkan Untuk :
Allah SWT
Bapak, Ibu, dan Nenekku tercinta
Adikku tersayang
Keluargaku
Dan Almamaterku
Saat-saat untuk mengetahui seberapa
besar dalamnya cinta, yaitu saat-saat
ketidak bersamaan kita
“Berusahalah Tuk Tidak Jadi Manusia Yang Berhasil, Tapi
Berusahalah Tuk menjadi Manusia Yang Berguna”
(Albert)
Sesungguhnya dibalik
kesukaran terdapat
kemudahan
vi
vii
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya dengan rahmat serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul
“EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN OPERASI
SESAR (CAESAREAN SECTION) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH
SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE 2008”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan
farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan ijin
bagi penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta
2. Bapak dan Ibu di bagian Rekam Medik dan segenap pihak Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas, waktu, dan
membantu kelancaran penulis dalam pengambilan data penelitian ini.
3. Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah
memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian ini.
viii
4. Christine Patramurti, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan
di Fakultas Farmasi.
5. Dra. A. M. Wara K., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang
telah memberikan petunjuk, saran, semangat, dan masukan yang berharga
dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan petunjuk, saran, semangat, dan masukan yang berharga dalam
proses penyusunan skripsi ini.
7. dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.
8. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan
skripsi.
9. Ayahanda H.Mahsunun, Ibunda Hj.Sucik, dan Nenek yang telah
membesarkan dan mendidik penulis, selalu memberikan semangat, kasih
sayang, pengorbanan serta doa yang tulus untuk kesuksesan penulis.
10. My sister Iis Farida yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan
doanya untuk penulis.
11. Jeni, bunga, siska, valen, bima, dan arjun yang selalu menghadirkan
keceriaan di hati penulis.
12. Mbak wied, distha, mbak fie2 yang selalu menghibur, semua bantuan,
semangat, dan bimbingan yang diberikan pada penulis.
ix
13. Yeyen, mbak orpha, erma, neldy, maya, intan, mbak wie, mbak yuni atas
semangat, bantuan, dan doa untuk penulis.
14. Teman-teman FKK 06 dan semua teman-teman lain yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, terima kasih atas kekompakan, pertemanan, dan
dukungannya selama belajar di Farmasi.
15. Teman-teman FKK 07 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima
kasih atas kekompakan dan dukungannya.
16. Teman-teman KKN alternatif angkatan XXXIV kelompok Dukuh Krodan
atas keceriaan dan telah memberikan banyak pelajaran hidup yang tak
ternilai harganya.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 30 Mei 2011
Penulis
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 30 Mei 2011
Penulis,
Usnul Alifa
xi
INTISARI
Operasi sesar adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untukmelahirkan janin dalam rahim. Penelitian ini bertujuan untuk melihat drug relatedproblems yang terjadi pada pasien operasi sesar di instalasi rawat inap RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008. Penelitian ini merupakanpenelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif yang bersifatretrospektif yang pengumpulan datanya dilakukan melalui lembar rekam medik.
Dari hasil penelitian, pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapihterbanyak pada usia 32 tahun (26,09%), dengan usia janin >37 (matur) (60,87%),dan pasien menjalani rawat inap selama 3-5 hari. Semua pasien pulang dengankondisi klinis yang membaik. Golongan obat yang diberikan pada pasien operasisesar adalah golongan antiinfeksi (100%), analgetika (100%), obstetrik danginekologi (100%), obat gizi dan darah (100%), cairan elektrolit (100%), dantranfusi darah (41,67%), serta obat lain (62,5%).
Dari hasil evaluasi drug related problems terdapat 23 kasus DRP, yaitu 12kasus dosis terlalu rendah, 4 kasus dosis terlalu tinggi, 5 kasus membutuhkan obattambahan, 2 kasus pemilihan obat kurang tepat, 7 kasus efek samping yang tidakdiinginkan, dan 2 kasus obat yang tidak dibutuhkan.
Kata kunci : operasi sesar, drug related problems (DRPs)
xii
ABSTRACT
Caesarean section is a surgery through abdomen wall and uterus to givebirth an infant from the womb. This research was aimed to look at drug-relatedproblems that occur in caesarean section patients in the installation of inpatientPanti Rapih Hospital Yogyakarta in the period 2008. This is a non experimentalresearch with descriptive design which have retrospective characteristic.
From the results of the study, patients caesarean section at Panti RapihHospital, the largest at the age of 32 years (26.09%), with fetal age> 37 (mature)(60.87%), and patients hospitalized for 3-5 days. all of the patients are home witha better clinical condition. Group of drugs given to patients caesarean section is aclass of anti-infective (100%), analgetics (100%), obstetrics and gynecology(100%), nutritional medicine and blood (100%), the liquid electrolyte (100%), andblood tranfusions (41, 67%), and other drugs (62.5%).
From the results of evaluation of drug-related problems there were 23cases of DRP, i.e. 12 cases the dose is too low, too high dose of 4 cases, 5 casesrequire additional drugs, 2 cases of inappropriate drug selection, 7 cases ofunwanted side effects, and 2 cases of drug not required.
Keywords : caesarean section, drug related problems (DRPs)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i-ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... vi
PRAKATA ..................................................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ x
INTISARI ....................................................................................................... xi
ABSTRACT ..................................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
1. Perumusan Permasalahan ...................................................... 4
xiv
2. Keaslian Penelitian ................................................................. 5
3. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
B. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1. Tujuan Umum ........................................................................ 6
2. Tujuan Khusus ....................................................................... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Fisiologi Kehamilan .......................................................................... 7
B. Caesarean section .............................................................................. 8
1. Istilah-Istilah dalam Operasi Sesar........................................ 9
2. Indikasi-Indikasi dalam Operasi Sesar.................................. 9
C. Komplikasi-Komplikasi Operasi Sesar dan Terapinya ..................... 16
1. Nyeri ............................................................................................. 16
a) Definisi ........................................................................... 16
b) Penyebab ........................................................................ 17
c) Terapi ............................................................................. 18
d) Penggolongan analgetika ............................................... 19
2. Infeksi ........................................................................................... 21
a). Definisi .......................................................................... 21
b). Penyebab ....................................................................... 22
c). Terapi ............................................................................. 22
d). Penggolongan antibiotika .............................................. 23
3. Anemia ......................................................................................... 26
a). Definisi .......................................................................... 26
xv
b). Penyebab ....................................................................... 26
c). Terapi ............................................................................. 27
d). Penggolongan vitamin ................................................... 28
D. Penggunaan Obat yang Rasional ...................................................... 29
E. Drug Related Problems (DRPs) ........................................................ 29
F. Keterangan Empiris .......................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 32
B. Definisi Operasional ................................................................ 33
C. Subyek Penelitian .................................................................... 34
D. Populasi dan Sampel ............................................................... 35
E. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian .................................. 35
F. Jalan Penelitian ........................................................................ 35
1. Analisis Situasi dan Penentuan Masalah ........................... 35
2. Tahap Penulusuran Data .................................................... 36
3. Tahap Pengambilan Data ................................................... 36
4. Tahap Analisis Data .......................................................... 37
G. Tata Cara Analisis Data ........................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien Operasi Sesar ................................. 40
B. Evaluasi Penggunaan Obat Operasi Sesar....................... 44
1. Kelas Terapi ............................................................. 44
xvi
2. Jenis Obat ................................................................. 45
a) Antiinfeksi .................................................... 45
b) Obstetrik dan Ginekologi ............................. 50
c) Analgetika .................................................... 53
d) Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah .. 55
e) Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah ........... 58
f) Obat Lain ...................................................... 59
C. Drug related problems (DRPs) ....................................... 61
1. Dosis terlalu rendah ................................................. 62
2. Dosis terlalu tinggi ................................................... 62
3. Membutuhkan obat tambahan .................................. 63
4. Pemilihan obat kurang tepat ..................................... 64
5. Efek samping yang tidak diinginkan ........................ 65
6. Obat yang tidak dibutuhkan ..................................... 65
D. Rangkuman Pembahasan ............................................... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................... 69
B. Saran................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
LAMPIRAN .................................................................................................... 74
BIOGRAFI ...................................................................................................... 128
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I Data Farmakokinetika beberapa Sefalosporin .............................. 26
Tabel II Usia Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ........................................ 40
Tabel III Usia Janin Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008................................................... 41
Tabel IV Lama Rawat Inap Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ......................................... 42
Tabel V Kelas Terapi pada Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ........................................ 44
Tabel VI Antibiotika Profilaksis yang Diterima Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ....... 48
Tabel VII Antibiotika Terapi yang Diterima Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008..... 49
Tabel VIII Antibiotika yang Digunakan Sebagai Profilaksis ......................... 50
Tabel IX Obstetrik dan Ginekologi yang Diterima Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008..... 53
Tabel X Analgetika yang Diterima Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008............................... 54
Tabel XI Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Diterima
Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 ...................................................................... 57
xviii
Tabel XII Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien
Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 ................................................................. 60
Tabel XIII Presentase Kasus DRP yang Terjadi pada Pasien
Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 .................................................................. 60
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1A Organ Reproduksi Dalam Pada Wanita ................................... 7
Gambar 1A Anatomi Pada Wanita ............................................................... 7
Gambar 2 Proses Operas Sesar ......................... ....................................... 8
Gambar 3 Ketuban pecah dini .................................................................... 10
Gambar 4 Posisi Janin Normal dan Abnormal dalam Rahim Ibu ............. 13
Gambar 5 Plasenta Previa .......................................................................... 16
Gambar 6 Proporsi Usia Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 .................................... .. 41
Gambar 7 Proporsi Usia Janin Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 .................................... 42
Gambar 8 Perbandingan Lama Rawat Inap Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.. 43
Gambar 9 Kelas Terapi pada Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008......................... . 45
Gambar 10 Antibiotika Profilaksis yang Diterima Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 .. 48
Gambar 11 Antibiotika Terapi yang Diterima Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... 49
Gamabr 12 Analgetika yang Diterima Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 .. 54
xx
Gambar 13 Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Diterima
Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008.............................................. 57
Gambar 14 Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien
Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 .................................................................... 61
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Penelitian ............................................ 74
Lampiran 2 Contoh Logaritma Pengobatan pada Pasien Operasi Sesar
dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini...................................... 75
Lampiran 3 Data Rekam Medik Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 ............................................................. 76
Lampiran 4 Penggolongan Obat Pasien Operasi Sesar
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008 ............................................. 128
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia bersama Pemerintah (Departemen
Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial) menyatakan dalam Surat
Edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (Dirjen Yanmedik) Departemen
Kesehatan RI No 78 tahun 1991 adanya pembatasan angka operasi sesar untuk
rumah sakit pendidikan atau rujukan sebesar 20% dan rumah sakit swasta 15%,
dikarenakan tingginya angka kejadian operasi sesar dati tahun ke tahun di
beberapa rumah sakit di seluruh Indonesia. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal
baik itu operasi sesar atas indikasi medis maupun indikasi non medis (Anonim,
2001).
Pada tahun 1970 di Amerika Serikat, persentase kelahiran dengan operasi
sesar adalah 5,5 %, mengalami puncaknya pada tahun 1988, yaitu 24,7% dan pada
tahun 1993 persentasenya 22,8%. Pada dua dekade ini kematian maternal dan
perinatal menurun (Porreco and Thorp, 1996).
Di Indonesia pada saat ini belum ada angka nasional yang tepat tentang
kematian maternal (masih dalam kandungan) dan perinatal (sudah lahir), baik
untuk suatu daerah, wilayah maupun secara nasional. Secara umum, angka
kematian maternal dari rumah sakit yang ada di Indonesia berkisar antara 51,6
sampai 206.3 per 10.000 persalinan, sedangkan angka kematian perinatal berkisar
antara 77,3 sampai 142,2 per 1000. Tingginya angka kematian maternal dan
1
2
perinatal di Indonesia ditemukan pada rumah sakit yang menerima banyak kasus
patologik dengan penderita sering kali dalam keadaan buruk (Mochtar, 1998).
Angka kelahiran dengan operasi sesar pada rumah sakit pemerintah di
indonesia adalah sekitar 11-15% sedangkan pada rumah sakit swasta dapat
mencapai 30-40%. Tingginya prevalensi ini tentu dipengaruhi banyak faktor
termasuk indikasi medis yang mewajibkan sang ibu menjalani persalinan dengan
operasi sesar ( Anonim, 2008a).
Operasi sesar bertujuan untuk menjamin turunnya tingkat morbiditas dan
mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan untuk
mengeluarkan janin dari dalam rahim pada ibu-ibu yang meninggal. Sekarang,
dengan kemajuan pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan
darah, indikasi dan obat-obatan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin menurun
(Mochtar, 1998).
Keluhan yang secara umum dirasakan oleh pasien pasca operasi sesar
salah satunya adalah timbulnya rasa nyeri di daerah bekas sayatan operasi. Rasa
nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya
gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.
Untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya digunakan suatu analgetika. Analgetika
adalah obat untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran (Anief, 2003).
Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, mikroplasma, dan protozoa ke dalam tubuh manusia. Untuk mencegah dan
3
mengobati terjadinya infeksi maka pasien memerlukan terapi antiinfeksi, yaitu
antibiotika. Antibiotika adalah golongan senyawa, baik alami maupun sintetik,
yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi bakteri (Anonim, 2006).
Prinsip dalam penggunaan antibiotika berdasarkan pada dua pertimbangan utama,
yaitu penyebab infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2000).
Dalam proses operasi sesar, kemungkinan terjadi komplikasi antara lain,
terjadinya infeksi, hal ini disebabkan adanya pembukaan jaringan tubuh sehingga
mempermudah mikroorganisme untuk masuk ketubuh pasien. Keluhan yang
dirasakan oleh pasien pasca bedah salah satunya adalah timbulnya rasa nyeri di
daerah bekas sayatan operasi. Kemungkinan terjadinya anemia yang disebabkan
oleh adanya pendarahan antepartum maupun postpartum yang tidak segera diatasi.
Salah satu indikasi operasi sesar adalah ketuban pecah dini, dan dapat
berisiko tinggi menyebabkan infeksi bakteri, karena dengan cairan ketuban pecah
melewati vagina, maka memberi jalan masuk bakteri kedalam tubuh. Faktor
penyebab dari ketuban pecah dini antara lain, koria amniolitis (radang pada korion
dan amnion), inkonpeten serviks, kelainan letak, dan tekanan intra uterin
mendadak meningkat. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput berisi cairan
ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi (Manuaba,
1999).
4
Beberapa faktor risiko dari ketuban pecah dini antara lain, inkompetensi
serviks (leher rahim), riwayat ketuban pecah dini sebelumya, Kelainan atau
kerusakan selaput ketuban, dan infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
(Manuaba, 1999).
Dengan adanya komplikasi-komplikasi operasi sesar dengan indikasi
ketuban pecah dini yang terjadi, maka obat-obatan yang diberikan memungkinkan
terjadinya drug related problems (DRPs), membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Evaluasi drug related problems (DRPs) pada
pasien operasi sesar (caesarean section) di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode 2008.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a. Seperti apakah karakteristik pasien operasi sesar yang meliputi : usia
pasien, usia janin, lama rawat inap pada pasien operasi sesar di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Tahun 2008?
b. Seperti apakah pola peresepan obat-obat yang terkait dengan golongan
dan jenis obat yang digunakan dalam pengobatan pasien operasi sesar
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Tahun 2008?
c. Apakah obat-obat yang diberikan pada pasien operasi sesar di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode tahun 2008
5
terjadi Drugs Related Problems (DRPs) yang terkait dengan
penggunaan obat?
d. Seperti apakah dampak yang potensial terjadi pada pasien operasi
sesar yang berhubungan dengan penggunaan obat, di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008?
2. Keaslian penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya adalah mengenai
”Gambaran peresepan Obat pada Pasien Pasca caesarean section di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 2002 yang
dilakukan oleh Wikaningtyas (2004).
Sejauh yang penulis ketahui penelitian mengenai “Evaluasi Drug Related
Problems pada Pasien Operasi Sesar (caesarean section) di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 belum pernah
dilakukan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wikaningtyas (2004). Perbedaannya terletak pada periode penelitian, metode
pengambilan data, dan pada penelitian Wikaningtyas tidak dilakukan analisis
drug related problems (DRPs).
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber informasi bagi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta mengenai
Evaluasi drug related problems pada pasien operasi sesar.
6
b. Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai
pendukung proses terapi pada pasien operasi sesar oleh dokter maupun
pelaksanaan praktek farmasi klinik oleh farmasis di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
pengobatan bagi pasien operasi sesar.
B. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi drug related
problems pada pasien operasi sesar (caesarean section) di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.
b. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui :
1. Karakteristik pasien operasi sesar yang meliputi : usia pasien, usia
janin, lama rawat inap pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.
2. Pola peresepan obat-obat yang terkait dengan golongan dan jenis obat
yang digunakan dalam pengobatan pasien operasi sesar di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.
3. Drug related problems (DRPs) yang terkait dengan penggunaan obat-
obat yang terjadi pada pasien operasi sesar di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.
4. Dampak yang potensial terjadi pada pasien operasi sesar yang
berhubungan dengan penggunaan obat di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Fisiologi Kehamilan
Kehamilan adalah masa seorang wanita membawa embrio atau fetus di
dalam tubuhnya (Anonim, 2009c). Kehamilan terjadi karena adanya proses ovulasi
sel telur ke dalam tuba fallopi, jika sel telur tersebut dibuahi oleh sperma, sel telur
akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan berkembang menjadi sebuah
proses kehamilan (Anonim, 2009c).
A B (Anonim, 2011)
Gambar 1. Pada huruf A menunjukkan gambar organ reproduksi dalam padawanita, dan gambar B menunjukkan gambar anatomi pada wanita
Waktu kehamilan terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi
terakhir dan kelahiran dan 38 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk wanita
hamil adalah gravida, seorang wanita hamil yang hamil untuk pertama kalinya
disebut primigravida atau gravida (G1), sedangkan wanita yang belum pernah
hamil dikenal sebagai gravida 0 (G0) (Anonim, 2009c).
7
8
Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur atau cukup bulan,
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan
kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan prematur (Wiknjosastro,
1991).
B. Caesarean Section
Operasi sesar adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk
melahirkan janin dalam rahim. Tujuan dari operasi sesar adalah untuk menjamin
turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat
ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim pada ibu-ibu yang
meninggal (Mochtar, 1998).
Keuntungan dari operasi sesar adalah waktu pembedahan dapat ditentukan
oleh dokter yang akan menolongnya dan persiapan dapat dilakukan dengan baik.
Sedangkan kerugiannya adalah karena persalinan belum mulai, segmen bawah
uterus belum terbentuk dengan baik, sehingga menyulitkan pembedahan dan akan
lebih mudah terjadinya antonia uterus dengan pendarahan karena uterus belum
mulai dengan kontraksinya (Prawirohardjo, 1991).
(Anonim,2011)
Gambar 2. Proses Operasi Sesar
9
a. Istilah-Istilah dalam Operasi Sesar :
1. Operasi sesar primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara operasi sesar,
tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.
2. Operasi sesar sekunder
Bersikap menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan atau
partus percobaan gagal, baru dilakukan operasi sesar.
3. Operasi sesar ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami operasi sesar dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan operasi sesar ulang.
4. Operasi sesar histerektomi
Adalah operasi sesar yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus.
5. Operasi sesar porro
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan tentunya
janin sudah mati, dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan
infeksi rahim yang berat (Mochtar, 1998).
b. Indikasi-Indikasi Operasi Sesar
1. Malposisi dan malpresentasi
Perlunya operasi sesar pada bayi yang dalam posisi normal dapat dilahirkan
per vaginam. Bagian terbesar dari peningkatan insiden operasi sesar dalam
kelompok ini berkaitan dengan presentasi pantat. Disfungsi uterus mencakup kerja
uterus yang tidak terkoordinasi, dan ketidakmampuan dilatasi serviks (Oxorn,
1990).
10
2. Ketuban pecah sebelum waktunya
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah pecahnya selaput berisi
cairan ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi. Cairan
ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau
kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel
trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu seni
janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan
mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk
lingkaran atau siklus yang berulang. Kejadian ketuban pecah dini berkisar 5-10%
dari semua kelahiran, dan ketuban pecah dini preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan.
Ketuban pecah dini merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
(Mochtar, 1998).
(Anonim, 2011)
Gambar 3. Ketuban pecah dini
Adapun tanda-tanda ketuban pecah dini yaitu keluar air ketuban warna keruh,
jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit atau sekaligus banyak. Dapat disertai
demam apabila terjadi infeksi dan janin mudah diraba. Pada pemeriksaan dalam
11
selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. Inspekula tampak air ketuban
mengalir atau selaput ketuban sudah kering dan tidak ada (Mansjoer, Arif, 1999).
Tanda-tanda infeksi yang terjadi :
Demam suhu tubuh diatas 380C, meningkatnya angka leukosit, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, dan denyut jantung janin bertambah cepat
( Mochtar,1998).
Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-
40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini.
Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain
itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada ketuban pecah
dini (Anonim, 2009).
3. Persalinan prematur
Persalinan Prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu. Biasanya persalinan terjadi pada saat usia kehamilan
mencapai 37-42 minggu. Persalinan prematur bisa merupakan suatu proses normal
yang dimulai terlalu dini atau dipicu oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim
atau infeksi cairan ketuban (Anonim, 2009).
Setiap jam seharusnya serviks membuka minimal selebar 1 cm dan kepala
janin seharusnya turun ke dalam rongga panggul minimal sebanyak 1 cm. Jika hal
tersebut tidak terjadi, mungkin janin terlalu besar untuk melewati jalan lahir dan
perlu dilakukan persalinan dengan bantuan forseps atau operasi sesar.
12
Jika jalan lahir cukup lebar tetapi persalinan tidak maju, maka diberikan oksitosin
melalui infus untuk merangsang kontraksi rahim yang lebih kuat.
Jika setelah pemberian oksitosin persalinan tidak juga maju, maka dilakukan
operasi sesar (Anonim, 2009).
4. Kelainan posisi janin
Yang dimaksud dengan posisi janin di dalam rahim adalah arah yang dihadapi
oleh janin, sedangkan letak janin adalah bagian tubuh janin yang terendah.
Kombinasi yang paling sering ditemukan dan paling aman adalah menghadap ke
punggung ibu dengan letak kepala, leher tertekuk ke depan, dagu menempel di
dada dan kedua lengan melipat di dada. Jika janin tidak berada dalam posisi atau
letak tersebut, maka persalinan bisa menjadi sulit dan mungkin persalinan tidak
dapat dilakukan melalui vagina (Anonim, 2009).
(Anonim, 2011)
Gambar 4. Posisi janin normal dan abnormal dalam rahim ibu
13
5. Kembar
Kembar menyebabkan rahim sangat teregang dan rahim yang sangat teregang
cenderung untuk mulai mengalami kontraksi sebelum kehamilan mencapai usia
yang matang. Akibatnya bayi kembar sering dilahirkan secara prematur dan kecil.
Posisi dan letak janin di dalam rahim bisa berlainan, sehingga persalinan bisa
menjadi sulit. Kontraksi rahim setelah lahirnya bayi pertama cenderung
menyebabkan terlepasnya plasenta dari bayi kedua. Akibatnya, bayi kedua
cenderung mengalami masalah selama persalinan dan memiliki risiko mengalami
kelainan dan kematian yang lebih tinggi (Anonim, 2009).
6. Distosia bahu
Distosia Bahu adalah suatu komplikasi yang jarang terjadi, pada letak kepala,
salah satu bahu bayi tersangkut pada tulang kemaluan dan tertahan di dalam jalan
lahir (Anonim, 2009).
7. Prolapsus korda umbilikalis
Prolapsus Korda Umbilikalis adalah suatu keadaan korda umbilikal (tali
pusar) mendahului bayi, yaitu keluar dari jalan lahir. Pada keadaan ini, jika bayi
mulai memasuki jalan lahir, tali pusar akan tertekan sehingga aliran darah ke bayi
terhenti. Prolapsus korda umbilikalis bisa terjadi secara nyata atau tersembunyi.
Pada prolapsus yang nyata, selaput ketuban telah pecah dan tali pusar
menonjol ke dalam vagina sebelum bayi turun ke jalan lahir. Prolapsus yang
nyata biasanya terjadi jika bayi berada dalam letak bokong (tetapi bisa juga terjadi
pada letak kepala), terutama jika selaput telah pecah sebelum waktunya atau jika
janin belum turun ke panggul ibu. Untuk mencegah terjadinya cedera pada janin
14
akibat terhentinya aliran darah ke janin, maka segera dilakukan persalinan,
biasanya melalui operasi sesar. Pada prolapsus tersembunyi, selaput ketuban tetap
utuh dan tali pusar berada di depan janin atau terperangkap di depan bahu janin.
Biasanya keadaan ini diketahui melalui denyut jantung janin yang abnormal.
Prolapsus tersembunyi bisa diatasi dengan cara merubah posisi ibu atau
mengangkat kepala janin untuk menghilangkan tekanan pada tali pusar. Kadang
perlu dilakukan operasi sesar (Anonim, 2009).
8. Emboli cairan ketuban
Emboli cairan ketuban adalah penyumbatan arteri pulmoner (arteri paru-paru)
ibu oleh cairan ketuban. Suatu emboli adalah suatu massa dari bahan asing yang
terdapat di dalam pembuluh darah, emboli bisa terbentuk dari cairan ketuban.
Emboli ini sampai ke paru-paru ibu dan menyumbat arteri, penyumbatan ini
disebut emboli pulmoner. Emboli pulmoner bisa menyebabkan denyut jantung
yang cepat, irama jantung yang tidak teratur, kolaps, syok atau bahkan henti
jantung dan kematian (Anonim, 2009).
9. Pendarahan rahim
Pendarahan hebat dari rahim setelah persalinan merupakan masalah yang
serius. Biasanya selama persalinan ibu kehilangan darah sebanyak 0,5 liter.
Ketika plasenta lepas dari rahim, pembuluh darah rahim terbuka. Kontraksi rahim
membantu menutupnya pembuluh darah ini sampai mereka mengalami pemulihan
lengkap. Jika setelah proses persalinan rahim tidak berkontraksi atau jika
sejumlah kecil plasenta tertinggal di dalam rahim sehingg rahim tidak dapat
15
berkontraksi, maka darah yang hilang akan lebih banyak. Robekan pada vagina
atau serviks juga bisa menyebabkan pendarahan hebat (Anonim, 2009).
10. Plasenta previa
Plasenta merupakan suatu organ yang terbentuk pada dinding sebelah dalam
uterus segera setelah terjadi pembuahan. Plasenta previa adalah plasenta yang
letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir. Zat–zat makanan dan oksigen akan
didistribusikan dari ibu ke janinnya melalui plasenta serta membawa sisa-sisa
metabolisme ke luar dari tubuh janin.
Faktor-faktor risiko terjadinya plasenta previa antara lain :
a) operasi sesar sebelumnya pada wanita-wanita yang pernah menjalani
operasi sesar. Risiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali
atau lebih operasi sesar (pada wanita – wanita yang pernah 4 kali atau
lebih menjalani operasi sesar).
b) Jumlah kehamilan sebelumnya, pada wanita yang telah 5 kali hamil atau
lebih, maka risiko terjadinya plasenta previa.
c) Kehamilan dengan janin lebih dari satu (seperti kembar dua atau kembar
tiga).
d) Merokok, menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang beredar dalam
tubuh janin, sehingga merangsang pertumbuhan plasenta yang besar.
Plasenta yang besar dihubungkan dengan perkembangan plasenta previa.
e) Kokain dan penggunaan obat – obat bius.
f) Riwayat plasenta previa sebelumnya (Anonim, 2000).
16
(Anonim, 2011)
A B
Gambar 5. Plasenta previa
C. Komplikasi-komplikasi operasi sesar dan Terapinya
1. Nyeri
a. Definisi
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Nyeri
sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi, serta sering untuk
mempermudah diagnosis. Dengan adanya nyeri, pasien merasakan hal yang tidak
mengenakkan, kebannyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk bebas
darinya. Nyeri merupakan salah satu keluhan yang sering dirasakan oleh pasien
operasi sesar, nyeri yang timbul terutama pada daerah bekas sayatan operasi
(Mutschler, 1986). Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi
tanda tentang adanya ganguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi
kuman, dan kejang otot (Anief, 2003).
17
b. Penyebab
Nyeri timbul jika ada rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik
melampaui suatu nilai ambang tertentu, yaitu nilai ambang nyeri, yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan senyawa yang disebut
mediator nyeri (Mutschler, 1986).
Mediator nyeri meliputi histamin, seretonin, plasmokinin, contohnya
bradikinin, prostaglandin, dan ion kalium. Zat ini merangsang reseptor nyeri yang
letaknya pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, dan jaringan lain. Dari
tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf sensorik ke susunan saraf pusat,
melalui sumsum tulang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak
besar, rangsangan terasa sebagai nyeri (Anief, 2003).
Kualitas nyeri menurut tempatnya terjadinya dibagi atas :
1) Nyeri somatik
a. Nyeri dalam, apabila rangsang berasal dari otot, persendian, tulang,
dan jaringan ikat. Nyeri dalam dirasakan sebagai tekanan, sukar
dilokalisasi dan kebanyakan menyebar kesekitarnya dan biasanya
sering diikuti oleh reaksi vegetatif seperti tidak bergairah, mual,
berkeringant, dan menurunnya tekanan darah, contohnya yaitu nyeri
sakit kepala.
b. Nyeri permukaan, apabila rangsang bertempat dalam kulit. Nyeri
permukaaan yang terbentuk kira-kira setelah tertusuk dengan jarum
18
pada kulit, mempunyai karakter yang ringan, dapat dilokalisasi dengan
baik dan hilang cepat setelah berakhirnya rangsang.
2) Nyeri dalaman (viseral), sifatnya menekan dan disertai reaksi vegetatif.
Nyeri ini terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos,
aliran darah kurang dan penyakit yang disertai radang (Mutschler, 1986).
c. Terapi
Untuk menghilangkan rasa nyeri pasca operasi sesar, pasien umumnya
diberikan suatu analgetika. Analgetika umumnya mempengaruhi nyeri melalui
kemungkinan-kemungkinan berikut yaitu :
1. Mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dengan cara penghambatan
sintesis prostaglandin dengan analgetika yang bekerja diperifer.
2. Mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan
memakai anestetika infiltrasi
3. Menghambat penerusan rangsang dalam serabut saraf sensorik dengan
anestetika konduksi
4. Meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem
saraf pusat dengan analgetika yang bekerja pada pusat atau obat
narkosis
5. Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka, seperti
trankuilansia, neuroleptika, antidepresiva (Mutschler, 1986).
Efek pusing dan sakit kepala akan dirasakan oleh para ibu sehabis
melakukan operasi sesar yang bangun dari tempat tidur sebelum waktu 24 jam
setelah pembiusan spinal yang dilakukan pada tulang belakangnya. Hal itu terjadi
19
karena dengan bangun dari tempat tidur, cairan di sumsum tulang belakang
menuju ke otak. Jadi setelah pembiusan dianjurkan untuk tidak bangun dulu
selama 24 jam (Anonim, 2009).
Dalam persalinan normal, para ibu tidak akan merasakan gangguan rasa
sakit dan nyeri akibat tindakan medis. Lain halnya dengan persalinan operasi
sesar. Biasanya jaringan yang dipotong saat melahirkan, tidak akan kembali
optimal seperti semula, sehingga kadang-kadang daerah di sekitar jahitan sesar
biasanya akan mati rasa akibat simpul-simpul saraf yang terputus tidak bisa
tersambung secara sempurna. Dan rasa nyeri akibat persalinan operasi sesar jauh
lebih menyiksa dibandingkan persalinan normal. Bahkan setelah luka operasi
sembuh, rasa nyeri tersebut masih sering menyiksa (Anonim, 2009).
d. Penggolongan analgetika
Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja, dan efek samping analgetika
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu :
1. Analgetika yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika atau
kelompok opiat). Kerjanya pada pusat hipoanalgetika, antara lain : menurunkan
rasa nyeri dengan cara stimulasi reseptor opiat sebagai kerja analgetika;
sebaliknya tidak mempengaruhi kualitas indra lain dari dosis terapi;
mempengaruhi aktivitas kejiwaan sebagai kerja sedasi; meniadakan rasa takut
dan rasa bermasalah sebagai kerja trankuilansia; menghambat pusat pernafasan
dan pusat batuk sebagai kerja depresi pernafasan dan kerja antitusif; seringkali
mula-mula menyebabkan mual dan muntah akibat stimulasi pusat muntah
sebagai kerja emetik, selanjutnya menyebabkan inhibisi pusat muntah sebagai
20
kerja antiemetika; menimbulkan miosis sebagai kerja miotika; dan
meningkatkan pembebasan anti diuretik hormon (ADH) sebagai kerja
antidiuretik.
2. Analgetika yang berkhasiat lemah sampai sedang, bekerja terutama pada
perifer dengan sifat antipiretik dan kebanyakan juga mempunyai sifat
antiinflamasi dan antireumatik. Analgetika lemah juga mempunyai sifa-sifat
psikotropik dan sedasi dari hipoanalgetikanya, akan tetapi mempunyai indikasi
pada nyeri ringan sampai sedang (Mutschler, 1986).
Seseorang yang mengkonsumsi analgetika tetap berada dalam keadaan
sadar. Analgetika tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu
meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya
kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian
tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Obat analgetika ini bekerja di pusat
pengatur suhu yang terletak pada batang otak. Selain itu mampu melebarkan
pembuluh darah kulit dan memicu produksi keringat sehingga semakin banyak
panas yang dibuang. Selain bekerja pada susunan saraf pusat, analgetika-
antipiretik dapat mencegah pembentukan prostaglandin, yakni zat yang
menimbulkan rasa nyeri dan peningkatan suhu tubuh (Anonim, 2008). Apabila
kadar obat analgetika dalam tubuh sudah mulai berkurang, maka pasien akan
merasakan nyeri pada bekas sayatan. Rasa itu timbul karena terjadi penglukaan
pada jaringan.
21
2. Infeksi
a. Definisi
Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, mikroplasma dan protozoa ke dalam tubuh manusia. Mikroorganisme
tersebut mempunyai kemampuan untuk menimbulkan penyakit (patogen), tetapi
tidak selalu hal ini akan menyebabkan seseorang menjadi sakit secara klinis
(Anonim, 2006).
Pada pasien operasi sesar infeksi yang sering terjadi adalah infeksi nifas.
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi nifas dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Infeksi nifas ringan, ditandai dengan kenaikan suhu yang beberapa hari
2. Infeksi nifas sedang, ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi dan
disertai dehidrasi
3. Infeksi nifas berat, ditandai dengan peritonitis, dan sepsis. Infeksi nifas
berat biasanya sering dijumpai pada partus terlantar, sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang pecah terlalu lama
(Prawirohardjo, 1991).
Secara umum gejala infeksi, antara lain timbulnya rasa nyeri serta panas pada
tempat infeksi, suhu tubuh sekitar 380C, dan bila luka terinfeksi tertutup oleh
jahitan serta getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 38-400C
dengan kadang-kadang disertai mengigil (Prawirohardjo, 1991).
22
b. Penyebab
Pada kasus operasi sesar kemungkinan terjadinya infeksi sangat besar
yang disebabkan oleh adanya perobekan jaringan sehingga memudahkan
mikroorganisme masuk dalam tubuh.
c. Terapi
Infeksi dapat diterapi dengan menggunakan antiinfeksi. Antiinfeksi yang
sering digunakan dalam operasi sesar adalah antibiotika. Antibiotika yang sering
digunakan dalam operasi sesar yaitu antibiotika profilaksis dan antibiotika terapi.
Antibiotika profilaksis digunakan untuk mencegah terjadinya manifestasi infeksi
yang diduga akan terjadi, sedangkan antibiotika terapi adalah antibiotika yang
digunakan untuk pengobatan infeksi. Tindakan terapi diberikan bila bakteri sudah
masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan infeksi, sehingga dilakukan
pengobatan dengan jalan membunuh atau mencegah perkembangbiakan bakteri,
yaitu dengan menggunakan antibiotika, misalnya penisilin (Manuaba, 1999).
Pemberian antibiotika profilaksis diberikan 30 menit sebelum prosedur
bedah. Antibiotika juga diberikan setelah kelahiran bayi. Dosis tunggal antibiotika
profilaksis sudah cukup dan tidak kurang efektif daripada tiga kali pemberian
dosis atau pemberian hingga 24 jam dalam pencegahan infeksi. Jika prosedur
operasi berlangsung dari 6 jam atau terjadi kehilangan darah 1500ml atau lebih,
diperlukan pemberian dosis kedua untuk menjaga kecukupan kadar antibiotika
selama prosedur (Anonim, 2000).
23
d. Penggolongan antibiotika
Antibiotika adalah obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan atau dapat membunuh mikroorganisme lain yang
merugikan ( anief, 2004).
Antibiotika dapat dilakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme, terutama
dengan penghambatan sintesis materi penting dari bakteri, misalnya dari:
1). Dinding sel (contohnya: kelompok penisilin dan sefalosporin)
2). Membran sel (contohnya: polipeptida dan polyen (nicatin, amfoterisin) dan
imidazol (mikonazol, ketokonazol)).
3). Protein sel (contohnya: kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, dan
makrolida)
4). Asam nukleat seperti DNA dan RNA (contohnya: rifamisin, asam
nalidiksat dan asiklovir).
5). Antagonisme kompetitif (contohnya: sulfonamide, trimetoprim, dan INH
(Anonim, 2008a).
Berdasarkan penggunaannya terapi antibiotika dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
1. Terapi empirik, antibiotika yang dipakai harus mencapai semua kuman
patogen yang diperkirakan menjadi penyebab penyakit. Biasanya dipakai
kombinasi beberapa antibiotika atau satu jenis antibiotika yang
mempunyai spektrum luas.
24
2. Terapi definitif, diberikan bila kuman penyebab penyakit dapat ditentukan.
Dipilih antibiotika yang berspektrum sempit dan daya toksisitas rendah
(Anonim, 2006).
Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dapat dibagi
menjadi :
a). β-laktam
(1) penisilin (β-laktam I). Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium
chrysogenum, dari berbagai macam jenis yang dihasilkan, perbedaannnya
hanya terletak pada gugus samping R saja.
(2) Sefalosporin (β-laktam II). Sefalosporin diperoleh secara semisintesis
dari sefalosporin-C yang dihasilkan jamur Cephalosporium acremonium.
Struktur, khasiat dan dan sifat sefalosporin mirip dengan penisilin.
Sefalosporin dapat dengan mudah melintas plasenta, tetapi kadarnya dalam
darah janin lebih rendah dari pada di ibunya.
b). Aminoglikosida. Antibiotika yang dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan
Micromonospora. Aminoglikosida dapat melintas plasenta dan merusak ginjal
serta menimbulkan ketulian pada bayi, tidak dianjurkan pada kehamilan, tapi
dapat diberikan selama laktasi karena mencapai air susu ibu dalam jumlah
kecil.
c). Tetrasiklin. Senyawa tetrasiklin semula dari Streptomyces aureofaciens
yaitu klortetrasiklin dan sterptomyces rimosus yaitu oksitetrasiklin, tetapi
sekarang telah dibuat secara sintesis seluruhnya.
25
d). Makrolida dan Linkomisin. Kelompok dari eritromisin dengan derivatnya.
Linkomisin secara kimiawi berbeda dengan eritromisin, tetapi mirip sekali
mengenai aktivitasnya, mekanisme kerja, dan pola resistensinya, bahkan
terdapat resistensi silang dan antagonism dengannya.
e). Polipeptida. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B dan polimiksin E,
basitrasin, dan gramisidin. Antibiotika ini dihasilkan oleh jenis bakteri.
Polimiksin hanya aktif terhadap kuman gram-negatif termasuk pseudomonas,
sedangkan basitrasin dan gramisidin termasuk kuman gram-positif.
Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama,
yaitu:
1. Penyebab infeksi, pemberian antibiotika yang paling ideal adalah
berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman.
2. Faktor pasien, diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam
pemberian antibiotika antara lain: fungsi ginjal, hati, riwayat alergi, daya
tahan terhadap infeksi, daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia,
untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui (Anonim, 2000)
26
Tabel I. Data Farmakokinetika beberapa SefalosporinNama generik Cara pemberian Waktu paro
Generasi ISefalotin i.m, i.v 0,5-0,9Sefazolin i.m, i.v 1,8Sefradin Oral, i.m, i.v 0,8
Sefaleksin Oral 1,4Sefadroksil Oral 1,4
Generasi IISefamandol i.m, i.v 0,6-1Sefaroksim i.m, i.v 1,3-1,7Sefaranid i.m, i.v 2,7-3,0
Generasi IIISefotaksim i.m, i.v 1Seftizokrin i.m, i.v 1,4-1,8Seftriakson i.m, i.v 6,0-9,0
Sefmenokrim i.m, i.v 1Seftazidin i.m, i.v 1,8
Sefoperazon i.m, i.v 1,9-2,1Moksalatam i.m, i.v 2,0-2,3Sefsaladin i.m, i.v 1,6-1,9
3. Anemia
a. Definisi
Anemia merupakan kelainan sel darah merah yang paling umum dan
merupakan masalah yang sering dijumpai pada pelayanan klinis. Gejala dan tanda
non-spesifik yang berkaitan mencakup rasa lemah, letih, pucat, palpitasi dan
terkadang angina pektoris atau gagal jantung kongestif (Skoch, Daley, dan
Forsmark, 1996).
b. Penyebab
Kemungkinan terjadinya anemia pada kasus operasi sesar disebabkan oleh
adanya pendarahan antepartum maupun postpartum yang tidak segera diatasi.
Jumlah pendarahan sebanyak 25-30% dari volume darah dalam waktu singkat
dapat menimbulkan keadaan syok dan dapat menyebabkan kematian. Keadaan-
27
keadaan yang mungkin timbul adalah tekanan darah akan menurun, nadi
meningkat, pernafasan cepat dan dangkal, tekanan darah central menurun, dan
produksi urin semakin menurun (Manuaba, 1986). Selain disebabkan karena
pendarahan, anemia pada pasien operasi sesar dapat juga disebabkan kekurangan
gizi selama ibu mengandung.
Pendarahan yang cukup banyak akan menimbulkan perubahan cairan tubuh
dan metabolismenya, sehingga dapat mengganggu sistem tubuh secara
keseluruhan. Kehilangan cairan tubuh disebabkan karena:
1) Dehidrasi, persalinan yang berlangsung lama dan hiperemesis gravidarum
karena kurang makan dan minum. Cairan yang diberikan kombinasi
Ringer laktat, Ringer dextrose atau chloret.
2) Pendarahan karena abortus atau keguguran, trauma persalinan, pendarahan
antepartum, pendarahan postpartum, dan tindakan bedah (Manuaba, 1999)
c. Terapi
Tranfusi darah tidak dapat dipisahkan dari bagian obstetrik dan ginekologi,
karena komplikasi pendarahan dapat menjadi penyebab kematian utama. Untuk
menolong jiwa penderita dapat diberikan cairan pengganti berupa tranfusi darah
untuk mengembalikan volume darah (Manuaba, 1999). Selain dengan tranfusi
darah, anemia karena kekurangan gizi pada ibu hamil dapat diatasi dengan
pemberian vitamin dan beberapa amineral yang penting untuk metabolisme.
Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil
untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor untuk
enzim metabolisme (Ganiswara, Rosmiati, dan Wardhini, 2001).
28
Vitamin yang dibutuhkan untuk mengatasi anemia pada masa kehamilan
adalah vitamin yang mengandung zat besi, asam folat, dan vitamin B12 (Anonim,
2010).
d. Penggolongan vitamin
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah terbatas dan
sisanya dibuang, sehingga untuk mempertahankan saturasi jaringan maka vitamin
larut air perlu sering dikonsumsi.
Penggolongan vitamin berdasarkan kelarutannya, yaitu:
1). Vitamin yang larut air : tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), piridoksin
(vitamin B6), nikotinamida, asam folat, asam pantotenat, asam para-
aminibenzoat, biotin (vitamin H), rutin, sianokobalamin (vitamin B12), asam
askorbat (vitamin C).
2). Vitamin yang larut dalam lemak : vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan
vitamin K (Anief, 2003).
D. Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional, mensyaratkan bahwa pasien menerima
obat-obatan yang sesuai pada kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang
memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri, untuk suatu periode waktu yang
memadai, dan pada harga terendah untuk mereka dan masyarakat (Siregar, 2006).
29
Istilah penggunaan obat yang rasional dalam konteks biomedis mencakup
kriteria berikut :
1. Obat yang benar
2. Indikasi yang tepat
3. Obat yang tepat
4. Dosis pemberian dan durasi pengobatan yang tepat
5. Pasien yang tepat
6. Dispensing yang benar
7. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar, 2006).
E. Drug related problems (DRPs)
Permasalahan dalam farmasi klinis terutama muncul karena pemakaian
obat. Drug related problems (DRPs) atau sering diistilahkan dengan drug therapy
problems (DTP) adalah kejadian atau efek yang tidak diharapkan yang dialami
pasien dalam proses terapi dengan obat dan secara aktual atau potensial
bersamaan dengan o21-28utcome yang diharapkan pada saat mendapat perawatan
akibat dari suatu penyakit (Cipolle, 2004).
Masalah–masalah dalam kajian DRP menurut Cipolle, Stand dan Morley
(1998) antara lain :
1. Memerlukan terapi tambahan (need for additional drug therapy), jika
kondisi baru yang membutuhkan obat , kondisi kronis yang membutuhkan
kelanjutan terapi obat, kondisi yang membutuhkan kombinasi obat, dan
30
kondisi yang mempunyai risiko kejadian efek samping dan memnutuhkan
obat untuk pencegahannya.
2. Terapi tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), jika obat yang diberikan
tidak sesuai dengan indikasi pada saat itu, pemakaian obat kombinasi yang
seharusnya tidak diperlukan, dan meminum obat dengan tujuan untuk
mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat dihindari.
3. Obat salah (wrong drug), jika obat yang diberikan kepada pasien tidak
efektif (kurang sesuai dengan indikasinya), obat tersebut efektif tetapi
tidak ekonomis, pasien mempunyai alergi terhadap obat tersebut, obat
yang diberikan mempunyai kontraindikasi dengan obat lain yang
membutuhkan, dan antibiotikaka yang sudah resisten terhadap infeksi
pasien.
4. Pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang (dosage too low),
jika dosis obat tersebut terlalu rendah untuk memberikan efek, dan interval
dosis tidak cukup.
5. Pasien mendapat dosis obat yang berlebih (dosage too high), jika dosis
obat terlalu tinggi untuk memberikan efek.
6. Munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek samping obta (adverse
drug reaction) dan adanya reaksi obat (drug interaction), jika ada alergi,
ada faktor resiko, ada interaksi dengan obat lain, dan hasil laboraturium
berubah akibat penggunaan obat.
7. Ketidaktaatan pasien mengunakan obat yang diresepkan (uncompliance),
jika pasien tidak menerima regimen obat yang tepat terjadi medicaton
31
error pada saat peresepan, penyerahan obat dan monitoring pasien,
ketidaktaan pasien, pasien tidak membeli obat yang disarankan karena
mahal, pasien tidak menggunakan obat karena ketidaktahuan cara
memakai obat, pasien tidak menngunakan obat karena ketidak percayaan
dengan produk obat yang dianjurkan.
Sebagai farmasis diharapkan dapat mengidentifikasi DRPs, kemudian
membuat solusi terhadap DRPs tersebut, sehingga tercapainya obat yang
diharapkan yaitu : tepat indikasi, efektif, aman, dan ditaati pasien (Cipolle, 2004).
F. Keterangan Empiris
Distribusi kelompok umur pasien, umur janin, profil pengobatan pasien
yang meliputi : kelas terapi obat, golongan obat, dan jenis obat yang digunakan
pasien akan mempengaruhi terjadinya drug related problems pada pasien operasi
sesar di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti rapih Yogyakarta Periode 2008
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Drud Related Problems Pada Pasien Operasi
Sesar (Caesarean section) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode 2008 merupakan penelitian non eksperimental karena tidak
ada perlakuan pada subyek uji. Rancangan penelitiannya ialah deskritif evaluatif,
karena data yang telah diperoleh dari lembar rekam medik kemudian dievaluasi,
dan dideskripsikan dengan memaparkan fenomena apa yang terjadi, yang
ditampilkan datanya dilakukan secara retrospektif karena data yang digunakan
diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, artinya data yang
diambil adalah data mulai dari pasien masuk sampai keluar (Sastroasmoro dan
Ismael, 1995).
B. Definisi Operasional
1. Evaluasi penggunaan obat adalah melihat serta mengevaluasi obat-obatan
yang diberikan pada pasien operasi sesar yang meliputi : golongan dan
jenis obat, dosis obat, serta drug related problems yang terjadi.
2. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput berisi cairan ketuban yang
terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi.
3. Lembar medical record merupakan lembar catatan dokter dan perawat
yang berisi data klinis serta perkembangan kondisi pasien operasi sesar
32
33
(Caesarean section) di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Tahun 2008.
4. Obat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah obat yang diberikan untuk
terapi pasien operasi sesar di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008.
5. Drug Related Problems ( DRPs ) yang dimaksud adalah permasalahan
yang muncul dengan penggunaan obat, yang meliputi : butuh terapi obat
tambahan, salah obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, efek
samping obat, obat tanpa indikasi dan ketidaktaatan pasien.
6. Butuh terapi obat tambahan adalah, jika kondisi baru yang membutuhkan
obat, kondisi kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi obat, kondisi
yang membutuhkan kombinasi obat, dan kondisi yang mempunyai risiko
kejadian efek samping dan membutuhkan obat untuk pencegahannya.
7. Salah obat adalah jika obat yang diberikan kepada pasien tidak efektif,
obat tersebut efektif tetapi tidak ekonomis, pasien mempunyai alergi
terhadap obat tersebut, obat yang diberikan mempunyai kontraindikasi
dengan obat lain yang dibutuhkan.
8. Dosis terlalu rendah adalah jika dosis obat terlalu rendah untuk
memberikan efek, dan interval dosis tidak cukup.
9. Dosis terlalu tinggi adalah jika dosis obat terlalu tinggi untuk memberikan
efek.
10. Efek samping obat adalah jika ada alergi, ada faktor risiko, ada interaksi
dengan obat lain, dan hasil laboratorium berubah akibat penggunaan obat.
34
11. Obat tanpa indikasi adalah jika obat yang diberikan tidak sesuai dengan
indikasi pada saat itu, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak
diperlukan, dan meminum obat dengan tujuan untuk mencegah efek
samping obat lain yang seharusnya dapat dihindarkan.
12. Dosis obat yang dimaksud adalah dosis yang diberikan pada pasien operasi
sesar untuk satu kali pemberian.
13. Waktu pengamatan adalah waktu mulai dari pasien operasi sesar masuk
sampai keluar menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008.
14. Outcome adalah hasil atau dampak terapi dari pengobatan pasien operasi
sesar setelah menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008
15. Ikterus adalah perubahan warna kulit pada mata (yang normal berwarna
putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
16. Kernikterus adalah suatu keadaan dimana ikterus tidak ditanggulangi
dengan baik.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yaitu pasien yang meliputi seluruh pasien rawat inap di
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008, mulai pasien masuk
sampai keluar menjalani rawat inap. Jumlah pasien operasi sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih selama periode tahun 2008 sebanyak 487 pasien. Berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah penulis tegakkan, diperoleh 38 kasus yang kemudian akan
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini untuk dievaluasi penggunaan obatnya.
35
D. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah semua kasus operasi sesar yang tercatat
di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun
2008.
Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah semua kasus operasi sesar yang
memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
Umur antara 30 – 35 tahun
Melakukan operasi sesar
Terdiagnosa mengalami ketuban pecah dini (KPD)
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah data rekam medik yang
tidak lengkap.
E. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah berupa lembar rekam medik
pasien operasi sesar sepanjang tahun 2008 yang berisi data klinis dan peresepan
obat untuk pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Tahun 2008.
F. Jalannya Penelitian
1. Analisis situasi dan penentuan masalah
Dimulai dengan melihat pola pasien operasi sesar yang ada di Rumah
Sakit Panti Rapih sepanjang tahun 2008, yang diperoleh langsung dari lembar
rekam medik dokter setelah pemeriksaan rutin pada pasien. Laporan tersaji dalam
36
bentuk catatan terdistribusi pola pasien operasi sesar tahun 2008, sehingga
diketahui angka kejadian pasien operasi sesar periode tahun 2008.
Penelitian mengenai Evaluasi Drud Related Problems Pada Pasien Operasi
Sesar (Caesarean section) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008 belum pernah dilakukan sebelumnya, maka
masalah tentang Evaluasi Drug Related Problems Pada Pasien Operasi Sesar
(Caesarean section) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 ini dipilih oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian.
2. Tahap penulusuran data
Tahap penelusuran data dilakukan dengan melihat lembar rekam medik
yang berupa catatan yang terkait dengan pasien operasi sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008. Berdasarkan catatan tersebut dapat
dicatat nomor rekam medik, nama, usia pasien, usia janin, diagnosa masuk dan
diagnosa keluar, obat-obat yang diterima pasien serta lama rawat inap yang
dijalani pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Tahun 2008.
3. Tahap pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dibagian penyimpanan sementara lembar
rekam medik pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Data
yang diambil, merupakan data sekunder. Dalam proses ini data diperoleh dengan
mengambil data dari lembar rekam medik yang didasasrkan pada nomor rekam
37
medik pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih. Data yang diambil
meliputi nomor rekam medik ; usia pasien ; usia janin ; diagnosis masuk dan
diagnosis keluar ; obat-obat yang diberikan meliputi golongan, jenis, dosis,
jumlah yang diberikan, dan cara pemberiannya serta lama rawat inap yang dijalani
pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Periode Tahun 2008.
4. Tahap Analisis Data
Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan usia pasien, usia janin,
persentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat inap serta
kondisi pasien saat pulang di Rumah Sakit Panti Rapih Periode Tahun 2008.
Semua ini disampaikan dalam bentuk tabel, kemudian data tersebut akan
diberikan keterangan berupa narasi dan penjelasannya. Tahap terakhir yang
dilakukan adalah membahas dan mengevaluasi mengenai penggunaan obat
berdasarkan DRPs khususnya pada pasien kasus operasi sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih sepanjang tahun 2008.
G. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis hasil dalam penelitian ini dikelompokan menurut usia pasien, usia
janin, persentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat jalan,
serta kondisi pasien saat selesai menjalani rawat jalan dari Rumah Sakit Panti
Rapih Periode Tahun 2008.
Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan visualisasi tabel, yang meliputi :
1. Distribusi usia pasien pada pasien operasi sesar yaitu 30-35 tahun
38
2. Persentase usia pasien, usia janin, lama rawat inap, dan kondisi pasien saat
selesai menjalani rawat inap dihitung dengan cara menghitung jumlah tiap
kasus kemudian dibagi dengan jumlah kasus keseluruhan dikalikan 100%.
3. Persentase golongan dan jenis obat yang digunakan dihitung dengan cara
menjumlahkan berapa kali golongan dan jenis obat yang digunakan pada
setiap kasus, kemudian dibagi jumlah kasus operasi sesar dikalikan 100%.
4. Evaluasi penggunaan obat untuk pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Periode tahun 2008 dengan cara mengidentifikasi DRPs yang terjadi
terkait dengan penggunaan obat:
a. Butuh obat, yaitu jika kondisi baru yang membutuhkan obat, kondisi
kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi obat, kondisi yang
membutuhkan kombinasi obat, dan kondisi yang mempunyai risiko
kejadian efek samping dan membutuhkan obat untuk pencegahannya.
b. Obat yang diberikan salah/tidak sesuai, yaitu pemberian obat yang
tidak sesuai dapat menyebabkan tidak tercapainya manfaat klinik yang
optimal dalam pencegahan maupun pengibatan penyakit.
c. Pasien mendapat dosis obat yang kurang.
d. Munculnya efek samping akibat penggunaaan obat.
e. Pasien mendapat dosis yang berlebih
Identifikasi DRPs dilakukan dengan menggunakan metode SOAP (Subyek,
Obyek, Assessement, Plan) termodifikasi, bagian Plan diganti dengan
Rekomendasi. Standar terapi yang digunakan adalah WHO tahun 2000, dan untuk
39
melihat dosis obat serta bentuk sediaan obat digunakan AHFS Drug Handbook
tahun 2005, Physicians Drug Handbook tahun 2003, Informatorium Obat
Nasional Indonesia (IONI) tahun 2000, MIMS tahun 2009/2010, Informasi
Spesialite Obat (ISO) Indonesia tahun 2008.
40
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik pasien operasi sesar
Karakteristik pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 yang mengalami diagnosa ketuban pecah dini, karena
ketuban pecah dini perlu mendapatkan perawatan unit gawat darurat. Dengan
keluarnya sebagian air ketuban dapat menyebabkan terjadinya aspirasi air ketuban
pada saluran pernafasan bayi. Hal ini dapat berakibat fatal (kematian) pada bayi,
karena dengan adanya air ketuban dalam saluran pernafasan, bayi akan mengalami
kesulitan dalam bernafas. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 38 kasus.
Data yang diperoleh diambil mulai pasien datang sampai pasien pulang.
Pengelompokan pasien operasi sesar berdasarkan usianya dapat dilihat pada tabel
II dan gambar 6.
Tabel II. Usia Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih YogyakartaPeriode Tahun 2008
Umur pasien Jumlah kasus Persentase (%)
30 tahun 3 13,04%
31 tahun 4 17,39%
32 tahun 6 26,09 %
33 tahun 4 17,39%
34 tahun 4 17,39%
35 tahun 2 8,7 %
40
Gambar 6. Proporsi U
Dari hasil penelitian, hanya dilihat dari usia 30 tahun sampai 35 tahun,
karena pada usia tersebu
operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rap
Dari data yang diperoleh, pasien operasi sesar dengan diagnosa ketuban
pecah dini paling banyak pada usia 32 tahun (
Pasien yang menjalani
berbeda-beda, dapat di
Tabel III. Usia Janin
Usia janin
<37 minggu
>37 minggu
17.39%
17.39%
Proporsi Usia Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta Periode Tahun 2008
Dari hasil penelitian, hanya dilihat dari usia 30 tahun sampai 35 tahun,
pada usia tersebut merupakan jumlah usia yang terbanyak yang melakukan
operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Peroide Tahun
Dari data yang diperoleh, pasien operasi sesar dengan diagnosa ketuban
pecah dini paling banyak pada usia 32 tahun (26,09%).
en yang menjalani operasi sesar terjadi dengan usia janin yang
, dapat dilihat pada tabel III dan gambar 7.
Usia Janin Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih YogyakartaPeriode Tahun 2008
Jumlah kasus Persentase (%)
9 39,13
14 60,87
13.04%
17.39%
26.09%
17.39%
17.39%
8.70%
41
di Rumah Sakit Panti Rapih
Dari hasil penelitian, hanya dilihat dari usia 30 tahun sampai 35 tahun,
t merupakan jumlah usia yang terbanyak yang melakukan
Tahun 2008.
Dari data yang diperoleh, pasien operasi sesar dengan diagnosa ketuban
terjadi dengan usia janin yang
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Persentase (%)
39,13%
60,87%
30 tahun
31 tahun
32 tahun
33 tahun
34 tahun
35 tahun
Gambar 7. Proporsi U
Pada usia janin yang disebut
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Biasanya persalinan terjadi pada
saat usia kehamilan mencapai 37
prematur merupakan suatu proses normal yang dimulai terlalu dini atau dipic
oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan ketuban
Dari data yang diperoleh, pada usia janin yang mengalami operasi sesar
dengan diagnosa ketuban pecah dini yaitu paling banyak usia janin yang mencapai
37 minggu (matur) sebesar 60
Lama rawat inap pasien operasi sesar, dapat d
gambar 8.
Tabel IV. Lama Rawat Inap Pasien
Lama rawat inap3 hari4 hari5 hari
60.87
Proporsi Usia Janin Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta Periode Tahun 2008
Pada usia janin yang disebut prematur adalah persalinan yang terjadi
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Biasanya persalinan terjadi pada
saat usia kehamilan mencapai 37-42 minggu yang disebut matur
merupakan suatu proses normal yang dimulai terlalu dini atau dipic
oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan ketuban
Dari data yang diperoleh, pada usia janin yang mengalami operasi sesar
dengan diagnosa ketuban pecah dini yaitu paling banyak usia janin yang mencapai
) sebesar 60,87%.
Lama rawat inap pasien operasi sesar, dapat dilihat pada tabel IV dan
Lama Rawat Inap Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit PantiRapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Lama rawat inap Jumlah kasus Persentase (%)10 411 47,822
39.13
60.87<37 minggu
>37 minggu
42
di Rumah Sakit Panti Rapih
adalah persalinan yang terjadi
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Biasanya persalinan terjadi pada
matur. Persalinan
merupakan suatu proses normal yang dimulai terlalu dini atau dipicu
oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan ketuban.
Dari data yang diperoleh, pada usia janin yang mengalami operasi sesar
dengan diagnosa ketuban pecah dini yaitu paling banyak usia janin yang mencapai
ilihat pada tabel IV dan
di Rumah Sakit Panti
Persentase (%)43,48%47,82%8,70%
<37 minggu
>37 minggu
Gambar 8. Perbandingan LPanti Rapih Yogyakarta Periode
Pasien operasi sesar yang dirawat di Rumah S
2008 umumnya menjalani rawat inap 4 hari (47,82
pulang. Akan tetapi, ada juga yang menjal
sudah diijinkan pulang, ka
yang menjalani rawat inap lebih lama, umumnya karena harus menjalani
perawatan pre-operasi terlebih dahulu.
Dari data yang diperoleh, pasien operasi sesar yang dira
Panti Rapih Periode T
Pasien yang menjalani rawat inap selama 3 hari sudah diijinkan pulang, karena
dalam kondisi klinisnya sudah membaik.
0
10
20
30
40
50
3 hari
43.48
Perbandingan Lama Rawat Inap Pasien Operasi SesarPanti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Pasien operasi sesar yang dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih Periode T
enjalani rawat inap 4 hari (47,82%) sebelum mereka diijinkan
pulang. Akan tetapi, ada juga yang menjalani rawat inap selama 3 hari (43
sudah diijinkan pulang, karena secara klinis kondisinya sudah membaik. Pasien
yang menjalani rawat inap lebih lama, umumnya karena harus menjalani
operasi terlebih dahulu.
Dari data yang diperoleh, pasien operasi sesar yang dirawat di Rumah Sakit
Panti Rapih Periode Tahun 2008 umumnya menjalani rawat inap selama 4 hari.
Pasien yang menjalani rawat inap selama 3 hari sudah diijinkan pulang, karena
dalam kondisi klinisnya sudah membaik.
3 hari 4 hari 5 hari
43.4847.82
8.7
43
Operasi Sesar di Rumah Sakit
akit Panti Rapih Periode Tahun
%) sebelum mereka diijinkan
ani rawat inap selama 3 hari (43,48%)
rena secara klinis kondisinya sudah membaik. Pasien
yang menjalani rawat inap lebih lama, umumnya karena harus menjalani
wat di Rumah Sakit
ahun 2008 umumnya menjalani rawat inap selama 4 hari.
Pasien yang menjalani rawat inap selama 3 hari sudah diijinkan pulang, karena
44
B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Operasi Sesar di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
1. Kelas Terapi
Obat-obat yang diterima oleh pasien operasi sesar selama perawatan sangat
bervariasi, tergantung dari keadaan klinis masing-masing pasien. Akan tetapi,
pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi,
analgetika, Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, cairan elektrolit,
tranfusi darah serta obat lain. Kelas terapi pada pasien operasi sesar di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 diperlihatkan pada tabel V dan
gambar 9.
Tabel V. Kelas Terapi pada Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta Periode Tahun 2008
Kelas terapi Jumlah kasus Persentase (%)
Antiinfeksi 23 100%
Analgetika 23 100%
Obstetrik dan Ginekologi 23 100%
Obat gizi dan darah 23 100%
Cairan elektrolit 23 100%
Tranfusi darah 10 41,67%
Obat lain 15 62,5%
Gambar 9. Kelas Terapi pada Pasien
Pada gambar diatas, obat yang paling banyak digunakan pada pasien operasi
sesar adalah antiinfeksi, analgetika, obstetrik dan
cairan elektrolit.
Berikut akan dibahas satu
sesar berdasarkan kelas terapinya.
2. Jenis Obat
a. Antiinfeksi
Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk tindakan bedah
tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila
terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah
dianjurkan untuk tindakan pro
luasnya sifat resistensi mikroba terhadap
0102030405060708090
100
100
. Kelas Terapi pada Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta Periode Tahun 2008
Pada gambar diatas, obat yang paling banyak digunakan pada pasien operasi
tiinfeksi, analgetika, obstetrik dan ginekologi, obat gizi dan darah,
Berikut akan dibahas satu-persatu obat-obat yang digunakan pasien operasi
berdasarkan kelas terapinya.
Antiinfeksi
Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk tindakan bedah
tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila
terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah
dianjurkan untuk tindakan profilaksis terhadap bahaya infeksi. Dengan semakin
luasnya sifat resistensi mikroba terhadap antibiotika, pengobatan
100 100 100 100
41.67
45
di Rumah Sakit Panti Rapih
Pada gambar diatas, obat yang paling banyak digunakan pada pasien operasi
ginekologi, obat gizi dan darah,
obat yang digunakan pasien operasi
Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk tindakan bedah
tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila
terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah operasi sesar
filaksis terhadap bahaya infeksi. Dengan semakin
pengobatan untuk tindakan
62.5
46
profilaksis digunakan antibiotika berspektrum luas. Akan tetapi, pada kasus
operasi sesar, terutama dengan indikasi ketuban pecah dini, antibiotika untuk
tindakan profilaksis perlu diberikan. Tujuannya yaitu untuk mencegah terjadinya
infeksi yang timbul akibat adanya cairan yang keluar melalui vagina, yang juga
merupakan jalan masuk bagi mikroba, terutama mikroba bersifat patogen. Operasi
sesar seperti ketuban pecah dini, antibiotika profilaksis dirasa sangat diperlukan
untuk mencegah timbulnya infeksi sebelum operasi.
Antibiotika profilaksis yang diterima oleh pasien operasi sesar di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta adalah injeksi ampisilin atau ceftriaxone yang
diberikan 30 menit sampai 1 jam sebelum operasi atau selama menunggu
persiapan ruang operasi. Pemberian antibiotika dilanjutkan kembali setelah
operasi selesai atau setelah bayi lahir, umumnya dengan antibiotika amoksisilin
yang diberikan secara oral selama 3-5 hari.
Pemberian antibiotika profilaksis selama operasi sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta masih ada yang tidak sesuai dengan pedoman terapi
antibiotika untuk profilaksis pada kasus operasi sesar, yaitu antibiotika diberikan
30 menit sebelum operasi dan setelah kelahiran bayi. Antibiotika yang sering
digunakan berdasarkan pedoman (Anonim, 2000) adalah kombinasi ampisilin 2
gram secara intravena (i.v.) setiap 6 jam, gentamisin 5 mg/kg BB secara i.v. dan
metronidazol 500mg secara i.v. setiap 8 jam, sedangkan untuk infeksi yang tidak
terlalu berat dapat diberikan amoksisilin 500mg secara oral. Dari hasil penelitian,
antibiotika yang diberikan pada pasien pasca operasi sesar terdapat 1 kasus dalam
bentuk kombinasi, dan kasus lainnya tidak dalam bentuk kombinasi, hal tersebut
47
disebabkan karena pemberian antibiotika lebih pada tindakan profilaksis,
Antibiotika sebelum operasi diberikan melalui injeksi supaya antibiotika yang
bersangkutan onsetnya lebih cepat dalam darah, sehingga lebih cepat memberikan
efek pencegahan terhadap infeksi sebelum operasi.
Pemberian antibiotika terapi diberikan pada pasien operasi sesar dengan
tujuan untuk pengobatan infeksi yang telah terjadi. Salah satu tanda terjadinya
suatu infeksi oleh bakteri adalah adanya kenaikan suhu tubuh sekitar 380C. dari
hasil penelitian, terdapat satu pasien yang mengalami kenaikan suhu tubuh yaitu
390C. pasien tersebut dicurigai mengalami infeksi.
Pemberian antiinfeksi haruslah hati-hati dan dengan dosis yang tepat,
karena dapat menyebabkan resistensi terhadap obat antiinfeksi itu sendiri.
Antiinfeksi yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada
manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.
Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif
tidak toksik untuk hospes.
Obat antiinfeksi yang diberikan kepada pasien operasi sesar adalah
antibiotika yang diperlihatkan pada tabel VI dan tabel VII. Dari hasil penelitian,
antibiotika golongan penisilin, yaitu amoksisilin (antibiotika terapi) dan
antibiotika Sefalosporin generasi ketiga yaitu ceftriaxone (antibiotika profilaksis)
merupakan antibakterial yang paling banyak digunakan dan merupakan pilihan
pertama untuk terapi pasien pasca operasi sesar.
Amoksisilin dan ampisilin merupakan
kadarnya dalam serum tergantung pada interval pemberian, supaya tidak terjadi
resistensi pada pasien.
jenis lainnya, karena amoksisilin mempunyai absorbsi yang lebih baik
dibandingkan dengan ampisilin.
Ceftriaxone merupakan
Ceftriaxone selektif terhad
mempunyai T1/2 yang panjang.
Tabel VI. AntibiotikaRumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
No
Sub Gol. Golongan
1 Antibiotika Penisilin2 Sefalosporin
3 Kombinasibakteri
Gambar 10. AntibiotikaSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
0102030405060
Amoksisilin dan ampisilin merupakan antibiotika time-
kadarnya dalam serum tergantung pada interval pemberian, supaya tidak terjadi
resistensi pada pasien. Penggunaan amoksisilin lebih banyak digunakan daripada
jenis lainnya, karena amoksisilin mempunyai absorbsi yang lebih baik
dibandingkan dengan ampisilin.
Ceftriaxone merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga.
Ceftriaxone selektif terhadap Enterobacteriaceae dan Pseudomonas
yang panjang.
. Antibiotika Profilaksis yang Diterima Pasien Operasi SesarRumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Golongan Jenis NamaDagang
Jumlahkasus
Penisilin Ampisilin Ampisilin®Sefalosporin Cefriaxone Ceftriaxone®
Kombinasibakteri
Kotrimoksol SanprimaF®
Antibiotika Profilaksis yang Diterima Pasien Operasi SesarSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
41.6754.17
4.16
48
-dependent yang
kadarnya dalam serum tergantung pada interval pemberian, supaya tidak terjadi
Penggunaan amoksisilin lebih banyak digunakan daripada
jenis lainnya, karena amoksisilin mempunyai absorbsi yang lebih baik
golongan sefalosporin generasi ketiga.
Pseudomonas, serta
Operasi Sesar di2008
Jumlahkasus
Persentase (%)
10 43,4812 52,171 4,35
Operasi Sesar di Rumah2008
Dari gambar diatas dapat dilihat, penggunaan
banyak digunakan pada operasi sesar
ampisilin 10 kasus, dan kombinasi ceftriaxone dengan
Tabel VII. AntibiotikaPanti Ra
No
Sub Gol. Golongan
1 Antibiotika Penisilin
2 Kombinasibakteri
Gambar 11. AntibiotikaSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Pada pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
menggunakan antibiotika
16 kasus, karena amoksisilin mempunyai absorbsi yang lebih baik dalam plasma
dan jaringan dan ko
mendapatkan antibiotika
lain ketika tidak memberikan
tidak dituliskan dalam kartu rekam medik.
0
50
100
Dari gambar diatas dapat dilihat, penggunaan antibiotika
banyak digunakan pada operasi sesar adalah ceftriaxone sebanyak 12
ampisilin 10 kasus, dan kombinasi ceftriaxone dengan kotrimoksasol
. Antibiotika Terapi yang Diterima Pasien Operasi SesarPanti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Golongan Jenis NamaDagang
Jumlahkasus
Penisilin Amoksisilin Amoksan®
Kombinasibakteri
Kotrimoksasol Sanprima F®
Antibiotika terapi yang Diterima Pasien Operasi SesarSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Pada pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
antibiotika terapi yang paling banyak adalah amoksis
16 kasus, karena amoksisilin mempunyai absorbsi yang lebih baik dalam plasma
dan jaringan dan kotrimoksasol® 6 kasus. Dan terdapat 1 kasus yang tidak
antibiotika terapi. Pihak dokter mungkin mempertimbangkan hal
lain ketika tidak memberikan antibiotika terapi kepada pasien, yang mungkin
uliskan dalam kartu rekam medik.
Amoksisilin Kotrimoksasol
72.72
27.28
49
profilaksis yang
adalah ceftriaxone sebanyak 12 kasus,
kotrimoksasol 1 kasus.
Operasi Sesar di Rumah Sakit
Jumlahkasus
Persentase (%)
16 72,72
6 27,28
Operasi Sesar di Rumah08
Pada pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
terapi yang paling banyak adalah amoksisilin® sebesar
16 kasus, karena amoksisilin mempunyai absorbsi yang lebih baik dalam plasma
kasus yang tidak
n mempertimbangkan hal
terapi kepada pasien, yang mungkin
50
Tabel VIII. Antibiotika yang digunakan sebagai profilaksis
Nama obat Catatan khusus Carapemberian
Dosisdewasa
Keterangan
PenisilinAmpisilin Tidak aktif
terhadapkuman yangmemproduksibetalaktamase
p.o, i.m, i.v 250-500mgtiap 8jam;
Indikasi :digunakanpada infeksisel kemih dansaluran cerna,bronkhitisakut, infeksisistemik yangkuat.
SefalosporinSeftriakson Sefalosporin
gen. IIIi.m, i.v 1-2g/dosis
1-2x/24jamPeringatan :kurang efektifterhadapkuman grampositif,spektrumterhadapkuman gramnegatif lebihluas, efektifterhadappseudomonasSPP
b. Obat dalam Obstetrik dan Ginekologi
Pasien pasca operasi sesar mempunyai kemungkinan yang sangat besar
untuk mengalami pendarahan pasca bedah. Pendarahan pasca bedah terjadi setelah
bayi lahir, darah yang keluar melebihi 400-500cc. Pendarahan pasca operasi sesar
atau pendarahan postpartum dapat terjadi karena antonia uterus akibat persalinan
pada partus kasep, hidramnion, dan janin besar atau berat janin lebih dari 4.000
gram; trauma jalan lahir akibat rupture uteri, robekan serviks, robekan vagina, dan
emboli air ketuban.
51
Dampak yang paling berbahaya dari pendarahan postpartum adalah
kematian. Akan tetapi, dengan tersedianya fasilitas dan tenaga ahli yang
menunjang serta obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
pendarahan postpartum, maka semua hal tersebut dapat dihindari. Beberapa obat
yang sering digunakan untuk pencegahan pendarahan postpartum adalah oksitosik
dan alkaloid ergot.
Jenis pendarahan postpartum ada dua, yaitu pendarahan primer yang
terjadi dalam 24 jam pertama dan pendarahan sekunder yang terjadi setelah 24
jam. Gejala klinis yang muncul pada pendarahan postpartum yang melebihi 25%
dari volume darah, antara lain dapat menurunkan tingkat kesadaran, frekuensi
nadi dan pernafasan meningkat, tekanan darah menurun, pucat dan anemia, pada
keadaan yang serius dapat disertai gejala syok.
Oksitosik adalah obat yang bekerja dengan cara merangsang pengeluaran
prostaglandin yang banyak dijumpai dalam jaringan tubuh, sehingga terjadi
kontraksi uterus yang berada dalam kehamilan. Kerja dari oksitosik tersebut
digunakan untuk memulai persalinan, baik pada kehamilan muda maupun lanjut
dan mencegah atau menghentikan pendarahan pasca salin. Oksitosik dianggap
memberikan kemudahan dalam persalinan dan memegang peranan penting dalam
refleks ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan.
Oksitosin memberikan hasil yang baik pada pemberian parenteral, karena
jika diberikan injeksi oksitosin tunggal, kadang-kadang tidak berhasil. Hal
tersebut disebabkan oleh penguraian dengan cepat oksitosin oleh oksigenase.
52
Oksitosin dapat diberikan dalam bentuk infus tetes lama secara intravena bersama
dengan 5% glukosa. Keuntungan pemberian oksitosin dengan infus tetes lama
adalah dapat mengatur dengan tepat kegiatan kontraksi.
Dalam pertolongan proses melahirkan lebih disukai menggunakan
methilergometrin. Hal ini disebabkan oleh khasiatnya terhadap uterus lebih cepat
dan lebih kuat, serta tidak menunjukkan efek vasokontriksi dan efek simpatolitik.
Oksitosin untuk tindakan pencegahan pendarahan pasca salin diberikan
secara intravena lambat sebesar 5 unit setelah plasenta keluar. Bila terjadi
pendarahan pasca salin maka oksitosin dapat diberikan secara intravena dengan
dosis 5 unit, diikuti dengan infus 5-20 unit dalam 500 ml glukosa 5% untuk
antonia uterus, sedangkan untuk abortus inkomplit infus diberikan 20-40
miliunit/menit. Dari data yang diperoleh, dosis oksitosin yang diberikan pada
pasien pasca operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2008
yaitu 1 ampul atau 10 UI (International Unit) dan 20 UI yang diberikan bersama
dengan 5% dextrosa dalam bentuk infus intravena.
Methylergometrin adalah derivat dari alkaloid ergot. Methylergometrin
digunakan untuk penanganan terapi pendarahan uterus yang berhubungan dengan
operasi sesar dan pendarahan pada masa nifas.
53
Tabel IX. Obstetrik dan Ginekologi yang Diterima Pasien Operasi Sesar diRumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
No
SubGolongan
GolonganObat
Jenis NamaDagang
Jumlahkasus
Persentase(%)
1 ObatObstetrik
danGinekologi
Oksitosik Oksitosin Oxytocin® 23 100
2 Alkaloidergot
Methylergometrin Methergin® 23 100
Dari hasil penelitian, obat methilergometrin maleat atau methergin® telah
diberikan dengan dosis yang tepat yaitu 3 kali 1 tablet per hari. Dan semua pasien
operasi sesar mendapatkan obat Obstetrik dan Ginekologi.
c. Analgetika
Analgetika pada pasien pasca operasi sesar diberikan dengan tujuan untuk
mengurangi nyeri pasca operasi, karena keluhan utama bagi pasien pasca operasi
sesar adalah nyeri yang timbul setelah operasi. Analgetika yang diberikan pada
pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih adalah antiinflamasi non-steroid,
yaitu asam mefenamat, nonflamin, dan pronalges.
Asam mefenamat yang diberikan umumnya selama 2-4 hari setelah
operasi, tergantung pada lama timbulnya gejala nyeri. Asam mefenamat tidak
boleh diberikan lebih dari 7 hari karena dapat menyebabkan kerusakan hati. Asam
mefenamat sebaiknya diberikan setelah makan, karena dapat menimbulkan
perangsang lambung yang berakibat timbulnya nyeri pada lambung.
Nonflamin merupakan golongan obat antiinflamasi non
berkhasiat untuk peradangan pasca operasi.
Pronalges juga termasuk golongan obat an
Pronalges sebaiknya diberikan setelah makan, karena mempunyai kontraindikasi
tukak peptik yang dapat menimbulkan perangsang lambung yang berakibat
timbulnya nyeri pada lambung, dan asma.
Tabel X. AnalgePanti Rapih Yogyakarta Periode
No
SubGolongan
GolonganObat
1 Analgetika Antiinflamasi nonsteroid2
3
4
Gambar 12. Analgetik
Dari gambar diatas, untuk meringankan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat
pasca operasi sesar pasien
antara lain asam mef
0
10
20
30
40
50
asammefenamat
50
Nonflamin merupakan golongan obat antiinflamasi non
berkhasiat untuk peradangan pasca operasi.
Pronalges juga termasuk golongan obat antiinflamasi non
Pronalges sebaiknya diberikan setelah makan, karena mempunyai kontraindikasi
tukak peptik yang dapat menimbulkan perangsang lambung yang berakibat
timbulnya nyeri pada lambung, dan asma.
. Analgetika yang Diterima Pasien Operasi SesarPanti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
GolonganObat
Jenis Nama Dagang Jumlahkasus
Antiinflamasi nonsteroid
Asammefenamat
Mefinal® 19
Asammefenamat+Ketoprofen
Mefinal®+Pronalges®
1
Asammefenamat+
Tinoridin HCl
Mefinal®+Nonflamin®
2
Ketoprofen Pronalges® 16
ika yang Diterima Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit PantiRapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Dari gambar diatas, untuk meringankan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat
pasca operasi sesar pasien diberikan obat golongan Antiinflamasi non steroi
antara lain asam mefenamat, pronalges, kombinasi asam
asammefenamat
pronalges asammefenamat+nonflamin
asammefenamat+pronalges
5042.5
5 2.5
54
Nonflamin merupakan golongan obat antiinflamasi non-steroid yang
tiinflamasi non-steroid.
Pronalges sebaiknya diberikan setelah makan, karena mempunyai kontraindikasi
tukak peptik yang dapat menimbulkan perangsang lambung yang berakibat
di Rumah Sakit
Jumlahkasus
Persentase(%)
19 50
1 2,64
2 5,26
16 42,10
di Rumah Sakit Panti
Dari gambar diatas, untuk meringankan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat
Antiinflamasi non steroid
enamat, pronalges, kombinasi asam mefenamat dan
55
nonflamin, serta kombinasi asam mefenamat dan pronalges. Dari keempat obat
yang diberikan, yang paling banyak adalah obat asam mefenamat (19 kasus)
sebanyak 50%.
d. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah
Malnutrisi dengan berbagai tingkatan sering terjadi pada pasien pasca
bedah di Rumah Sakit, terutama pada wanita hamil. Hal tersebut disebabkan oleh
volume distribusi pada wanita hamil lebih besar dari wanita yang tidak hamil.
Adanya fetus akan memperluas ruang lingkup sirkulasi darah pada ibu, karena
darah yang berfungsi mengangkut nutrisi, selain diedarkan pada tubuh ibu juga
harus diedarkan pada fetus. Malnutrisi dapat menekan kekebalan, mempermudah
terinfeksi, dan mengganggu proses kesembuhan pasien yang bersangkutan. Oleh
karena itu, pasien perlu mendapat terapi dengan obat yang dapat mempengaruhi
gizi dan darah, sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien.
Penggunaan obat yang mempengaruhi gizi dan darah haruslah sesuai
dengan kebutuhan tubuh, jangan terlalu berlebihan, terutama penggunaan obat
gizi dan darah dari golongan multivitamin. Penggunaan vitamin yang berlebih
dapat menimbulkan gejala keracunan. Sebaliknya, bila kekurangan vitamin, dapat
mengakibatkan gejala defisiensi. Pengobatan dengan sediaan besi oral hanya
dibenarkan bila terdapat defisiensi besi. Tindakan profilaksis hanya dibenarkan
pada wanita hamil yang mempunyai faktor risiko lain untuk terjadinya defisiensi
besi, misalnya pada pasien yang mengalami menoragi.
56
Dari hasil penelitian, seperti yang disajikan pada tabel XI, hampir seluruh
pasien menerima terapi obat yang mempengaruhi gizi. Vitamin C diberikan untuk
terapi pasien pasca operasi sesar karena tubuh akan membutuhkan vitamin C yang
lebih banyak pada pasca bedah, vitamin C sangat penting untuk pembentukan
kolagen dan bahan interseluler lain dalam jaringan, sehingga dapat mempercepat
penyembuhan dan untuk masa laktasi. Kebutuhan akan vitamin C akan meningkat
300%-500% pada penyakit infeksi, pasca bedah atau trauma, kehamilan dan
laktasi.
Vitamin B1 (tiamin) oleh tubuh digunakan untuk metabolisme energi,
terutama karbohidrat, sehingga kebutuhan vitamin B1 umumnya sebanding
dengan asupan kalori. Vitamin B1 digunakan untuk pengobatan pada wanita hamil
yang kurang gizi penderita muntah saat hamil atau pada penyakit infeksi
terkadang membutuhkan vitamin B1 untuk memperbaiki kondisi tubuh pasien.
Vitamin B12 (sianokobalamin) diabsorbsi dengan lambat di usus halus,
pada operasi sesar, terapi suportif dengan vitamain B12 diberikan pada pasien
karena kebutuhannya menjadi meningkat pasca bedah. Pemberian vitamin B12
berguna dalam pembelahan sel, sehingga dapat mempercepat perbaikan sel yang
rusak akibat adanya sayatan pada saat pembedahan. Selain itu, vitamin B12 juga
berguna dalam pembentukan dan perkembangan sel-sel darah.
Tabel XI. Obat yangOperasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Gol. Obat
Mempengaruhidarah
Sangobion®
Hemobion®
Mempengaruhigizi
Vitamin C®Neurobion®Alinamin F®
B com C®
Gambar 13. Obat yang
Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Pada gambar diatas, menunjukkan semua pasien operasi sesar
obat Vitamin C® dan A
0
20
40
60
80
100
8.67
. Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Ddi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
NamaDagang
Kandungan Obat Jumlahkasus
Sangobion® Asam folat, fe-glukonat, mangan
sulfat, sorbitol
2
Hemobion® Asam folat, kalsiumkarbonat, asam
askorbat,cholecalciferol, fe
fumarate
1
Vitamin C® Vitamin C 23Neurobion® Vitamin B1, B6, B12 2Alinamin F® Fursultiamine HCI,
Vitamin B1
23
CDR® Kalsium, Vitamin C,Vitamin D
21
B com C® Vitamin B12, VitaminC
3
Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Diterima Pasien
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Pada gambar diatas, menunjukkan semua pasien operasi sesar
C® dan Alinamin F® sebesar 100%, CDR® 91,30%, B com C®
4.35
100
8.67
10091.3
57
Diterima Pasiendi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Jumlahkasus
Persentase(%)8,67
4,35
1008,67100
91,30
13,04
iterima Pasien
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Pada gambar diatas, menunjukkan semua pasien operasi sesar diberikan
0%, CDR® 91,30%, B com C®
13.04
58
13,04%, Sangobion® dan Neurobion® masing-masing 8,67%, serta Hemobion®
4,35%.
e. Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah
Pada setiap ruangan tubuh terdapat konsentrasi elektrolit yang dominan.
Pada cairan intraseluler yang dominan adalah kalium dan fosfat, sedangkan pada
cairan ekstraseluler adalah natrium dan kalium. Pertukaran ion ini didominasi oleh
pompa natrium, yang mendapat energi dari perubahan adenotrifosfat dengan
katalisator enzim Na-K adenotrifosfatase.
Tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolitnya, dengan mengalami mekanisme homeostasis. Bila tubuh mengalami
dehidrasi atau syok hipovolemi, dapat menyebabkan volume cairan tubuh
menurun, sehingga terjadi stres. Kondisi stres akan merangsang ginjal dan
kelenjar anak ginjal. Ginjal melalui mekanisme renin-angiostensin akan
mempengaruhi tekanan darah. Sedangkan kelanjar anak ginjal, melalui
mekanisme aldosteron akan mempengaruhi reabsorpsi air, termasuk natrium.
Dengan adanya peningkatan reabsorpsi natrium akan berakibat pada naiknya
osmolaritas, yang selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis.
Pemberian cairan elektrolit bertujuan untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang akibat dehidrasi dan pendarahan saat operasi sesar, sehingga dapat
mengembalikan pasien pada kondisi normal. Berkurangnya cairan tubuh akibat
pendarahan yang terjadi pada pasien operasi sesar dapat menyebabkan pasien
mengalami hipotensi. Pemberian cairan elektrolit pada pasien pasca operasi sesar
59
tergantung pada keadaan klinis pasien tersebut. Akan tetapi secara umum, cairan
elektrolit diberikan sebagai terapi suportif, dengan tujuan memenuhi kebutuhan
tubuh akan elektrolit yang sulit didapatkan selama sakit.
Cairan elektrolit yang sering digunakan untuk terapi suportif adalah
Ringer dextrosa dan Ringer laktat yang bersifat semantara, karena cepat
menghilang dari peredaran darah. Infus dekstrosa mempunyai mekanisme
memberikan kalori sebagai sumber energi dan menggantikan cairan yang hilang
selama dehidrasi. Selain terapi dengan cairan elektrolit dan karbohidrat, pasien
juga menerima tranfusi darah untuk mengganti darah yang hilang akibat
pendarahan saat persalinan. Penentuan pemberian tranfusi darah tidak hanya
ditentukan oleh banyaknya darah yang hilang, tetapi juga oleh kecepatan
hilangnya darah dan kondisi fisik pasien. Jumlah pasien yang menerima terapi
tranfusi darah sebanyak 10 kasus.
f. Obat Lain
Pemberian kelompok obat lain, disini mungkin dimaksudkan untuk
menyembuhkan penyakit komplikasi atau gejala yang menyertai penyakit
tersebut. Pemberian terapi obat lain ini akan meningkatkan jumlah obat yang
dikonsumsi pasien akan semakin meningkatkan kemungkinan efek samping obat.
Deksametason merupakan jenis obat kortikosteroid yang berkhasiat
menekan reaksi radang dan reaksi alergi atau sebagai antihistamin. Selain sebagai
anti radang dan anti alergi, dexametason juga digunakan dalam kasus persalinan,
60
terutama pada bayi yang harus dilahirkan prematur, yaitu untuk mempercepat
pematangan paru-paru bayi, sehingga sistem pernafasan bayi menjadi sempurna.
Kalnex termasuk jenis obat antifibrinogen yang berkhasiat mencegah
degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan kerapuhan vascular dan
pemecahan faktor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis dengan berkurangnya
jumlah perdarahan, berkurangnya waktu perdarahan dan lama perdarahan.
Primperan merupakan obat mual dan muntah atau antiemetik yang
digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah pasien yang timbul karena
peningkatan tekanan intrakranial atau adanya gangguan saluran cerna. Plantacid
merupakan jenis obat antasida yang digunakan untuk mengatasi tukak lambung
atau maagh.
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien OperasiSesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
No
Golongan Sub Golongan Jenis Obat Nama Dagang Jumlah
kasus
Persentase (%)
1 Obat yangmempengaruhikoagulasidarah
Hemostatik Asamtraneksamat
Kalnex® 4 26,6
2 RegulatorGIT
Antiemetik MetoklopramidHCl
Primperal® 1 6,6
3 Antasida AL dan Mg Plantacyd® 2 13,44 Hormon
kortikosteroidDexametason Kalmetason® 8 53,4
Gambar 14. Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasiendi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Dari gambar diatas, pasien operasi sesar mendapatkan golongan dan jenis oba
lain antara lain : Deksametason®
6,6%, dan Plantacid® 13,4
Tabel XIII. Persentase Kasus DRP yang TerjadRumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
No Jenis DRP
1 Dosis terlalu rendah
2 Dosis terlalu tinggi
3 Membutuhkan obat tambahan
4 Pemilihan obat kurang tepat
5 Efek samping obat yang tidakdiinginkan
6 Obat yang tidak dibutuhkan
Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasiendi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun
Dari gambar diatas, pasien operasi sesar mendapatkan golongan dan jenis oba
lain antara lain : Deksametason® sebanyak 53,4%, Kalnex® 26,6%, Primperan®
d® 13,4%.
C. Drug Related Problems (DRPs)
sentase Kasus DRP yang Terjadi pada Pasien Operasi SesarRumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Jenis DRP Nomor Kasus JumlahKasus
Dosis terlalu rendah 1, 2, 3, 7, 11, 12,15, 19, 23, 30, 31,
34
Dosis terlalu tinggi 12, 18, 27, 32
Membutuhkan obat tambahan 2, 6, 23, 25, 30
Pemilihan obat kurang tepat 9
Efek samping obat yang tidak 9, 10, 15, 26, 31,36, 38
Obat yang tidak dibutuhkan 10, 22
61
Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien Operasi SesarTahun 2008
Dari gambar diatas, pasien operasi sesar mendapatkan golongan dan jenis obat
3,4%, Kalnex® 26,6%, Primperan®
Operasi Sesar di2008
JumlahKasus
Persentase
(n=38)
12 31,58
4 10,52
5 13,16
1 2,63
7 18,42
2 5,25
62
1. Dosis terlalu rendah
Penggunaan obat dengan interval dan dosis yang tidak konstan dapat
menyebabkan kadar obat dalam jaringan berfluktuasi tidak teratur.
Pada kasus 1, 2, 3, 7, 11, 12, 19, 23, 30, 31, 34, pemberian antibiotika
profilaksis ampisilin pada interval yang panjang, kadar obat dalam jaringan
menjadi rendah, sehingga sehingga potensial menyebabkan resistensi mikroba
terhadap obat yang bersangkutan.
Pada kasus 3, 15, 19, pasien mendapatkan dexametason dengan dosis 2mg
sehari, menurut literatur standar dosis yang dianjurkan 4-10mg sehari.
Dexametason merupakan golongan kortikosteroid yang bekerja untuk pematangan
paru pada janin berusia <37 minggu. Dengan dosis yang rendah maka dapat
memperlambat pematangan paru pada bayi, dan memperlama palaksanaan operasi
sehingga potensi mengalami infeksi sangat besar.
2. Dosis terlalu tinggi
Pada kasus sebanyak 13,16% mengalami DRP dosis terlalu tinggi. Dosis
terlalu tinggi jika terakumulasi dalam darah, dapat menyebabkan tercapainya
kadar toksik minimal (KTM) dalam jendela terapi. Hal ini dapat membahayakan
pasien bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, dosis harus
dikurangi.
Ditemukan pada kasus 12, 18, dan 32, pasien mendapatkan dua jenis obat
AINS yang berbeda yaitu (asam mefenamat dan nonflamin), (asam mefenamat
63
dan pronalges) pada hari yang sama. Permasalahan ini, tidak diperbolehkan
karena dapat saling meningkatkan efek dan efek samping obat.
3. Membutuhkan obat tambahan
Sebanyak 13,16% kasus membutuhkan obat tambahan. Obat yang dimaksud
adalah obat-obat yang diperlukan untuk pengobatan indikasi yang timbul, namun
pasien tidak mendapatkannya selama dirawat di rumah sakit. Obat- obat yang
diperlukan antara lain : antibiotika terapi, obat antianemia, obat antimual, dan obat
antihipertensi.
Pada kasus 2, pasien membutuhkan antibiotika terapi, karena pasien
mengalami demam yang tinggi (390C) pada hari ketiga, meningkatnya leukosit,
dan merasa sakit pada bekas jahitan yang merupakan tanda-tanda infeksi.
Antibiotika terapi yang direkomendasikan adalah ceftriaxone yang diberikan
secara i.v.
Pada kasus 6 dan 30, pasien mengalami anemia, karena pemeriksaan
laboratorium menunjukkan pada hemoglobin, hematokrit dan leukosit pasien
dibawah nilai normal, dan pasien mengeluh pusing dan sakit kepala, sehingga
pasien membutuhkan obat antianemia (zat besi, asam folat, dan vitamin B12).
Pada kasus 23, pasien mengeluh rasa tidak enak pada lambung, merasa mual,
muntah, dan pusing, sehingga pasien membutuhkan obat antimual untuk
mengatasi rasa mual dan muntah yang dialami pasien.
64
Pada kasus 25, pasien mengalami hipertensi, hasil laboratorium menunjukkan
penurunan hemoglobin dan hematokrit, peningkatan leukosit dan SGOT, serta
meningkatnya tekanan darah, sehingga pasien membutuhkan obat antihipertensi
untuk menurunkan tekanan darah.
4. Pemilihan obat kurang tepat
Dari evaluasi yang telah dilakukan, pada kasus 9 pasien mendapatkan
antibiotika profilaksis kombinasi ceftriaxone dan sanprima F (kotrimoksasol),
faktor kehamilan penggunaan kotrimoksasol pada kehamilan ialah C atau D
(kehamilan cukup bulan). Faktor keamanan penggunaan C pada kehamilan berarti
studi pada hewan menunjukkan efek yang tidak diinginkan pada janin dan tidak
ada studi pada hewan uji maupun wanita belum ada. Faktor keamanan
penggunaan D pada kehamilan berarti terdapat risiko pada janin manusia tetapi
keuntungan penggunaan pada wanita hamil dapat diterima meski berisiko (bila
obat diperlukan pada keadaan yang mengancam keselamatan atau sakit yang
serius, obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif. Penggunaan
kotrimoksasol kontraindikasi pada kehamilan dan masa laktasi. Pihak dokter
mungkin mempertimbangkan kondisi pasien yang tidak tertulis dalam rekam
medik yang mendasari penggunaan kotrimoksasol dikombinasikan dengan
ceftriaxone sebagai antibiotika profilaksis.
5. Efek samping yang tidak diinginkan
Pada kasus efek samping obat yang tidak diinginkan merupakan drug related
problem yang bersifat potensial.
65
Pada kasus 9, 10, 15, 26, 31, 36, dan 38 mendapatkan obat yang pada
umumnya menyebabkan efek samping yaitu pada obat antibiotika sanprima F
(kotrimoksasol) berpotensi menimbulkan ikterus terhadap bayi maka seminimal
mungkin bayi kontak dengan antibiotika sanprima F (kotrimoksasol) sehingga
menurunkan kemungkinan terjadi ikterus. Kotrimoksasol tidak dianjurkan pada
bayi baru lahir karena dapat menggeser bilirubin dari ikatannya dengan albumin,
sehingga menyebabkan ikterus. Jika ikterus tidak ditanggulangi dengan baik,
maka mempunyai potensi untuk menimbulkan kernikterus. Dan pada kasus 15
pasien mendapatkan obat primperan yang mempunyai efek samping obat pusing
dan sakit kepala.
Penelitian yang bersifat retrospektif ini, tidak dapat menganalisis secara pasti
apakah efek samping yang terjadi benar-benar akibat dari penggunaan obat-obatan
yang digunakan pasien, karena tidak dapat memantau atau wawancara langsung
pada pasien saat dirawat. Oleh sebab itu, peneliti hanya menganalisis obat-obat
yang berpotensi menimbulkan efek samping yang akan terjadi dan dirasakan
pasien selama dirawat di rumah sakit dan belum muncul sebelumnya.
6. Obat yang tidak dibutuhkan
Antibiotika profilaksis digunakan pada pasien yang akan melakukan operasi
sesar apabila termasuk dalam kategori pasien yang memiliki risiko infeksif tinggi.
Pada kasus 10 dan 22 terjadi kasus perpanjangan penggunaan antibiotika
profilaksis selama 2 hari lebih dari 24 jam, pada kedua kasus dilihat dari hasil
pemeriksaan laboratorium pasca operasi tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
66
infeksi sehingga penggunaan antibiotika sebaiknya dihentikan. Penggunaan
antibiotika profilaksis perlu dihentikan setelah 24 jam setelah operasi. Pemakaian
antibiotika yang berlebihan dapat meningkatkan biaya perawatan selama rawat
inap di rumah sakit, dan mengakibatkan munculnya strain mikroba yang resisten
dan munculnya efek samping obat serta superinfeksi mikroba lain.
67
D. Rangkuman Pembahasan
Pada penelitian ini, terdapat 38 kasus operasi sesar yang dirawat di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Dari 38 kasus pasien operasi sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih, mempunyai karakteristik antara lain usia pasien yaitu 30 tahun
(13,04%), 31 tahun (17,39%), 32 tahun (26,09%), 33 tahun (17,39%), 34 tahun
(17,39%), 35 tahun (8,70%), dan usia pasien <37 (39,13%), >37 (60,87%).
Obat-obatan yang diterima pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta antara lain : Antiinfeksi (100%), Analgetika (100%), Obstetrik dan
Ginekologi (100%), Obat gizi dan darah (100%), Cairan elektrolit (100%), dan
Tranfusi darah (41,67%), serta Obat lain (62,5%).
Dari 38 kasus pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta,
ditemukan 23 kasus yang terjadi DRP dan 15 kasus yang tidak terjadi DRP. Drug
Related Problems yang terjadi antara lain : dosis terlalu rendah (31,58%), dosis
terlalu tinggi (10,52%), membutuhkan obat tambahan (13,16%), pemilihan obat
kurang tepat (2,63%), efek samping yang tidak diinginkan (18,42%), obat yang
tidak dibutuhkan (5,25%).
Kondisi pasien dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu terapi
untuk pasien operasi sesar. Berdasarkan penelitian, dapat dikatakan bahwa setelah
pasien menjalani pembedahan dan perawatan, semua pasien operasi sesar yang di
rawat di Rumah Sakit Panti Rapih pulang dengan kondisi klinis yang membaik
yaitu (100%). Pada umumnya pasien menjalani rawat inap selama 4 hari sebelum
68
mereka diijinkan pulang, akan tetapi ada juga yang menjalani rawat inap pasca
operasi sesar selama 3 hari dan 5 hari.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi drug related problems pada pasien
operasi sesar (Caesarean section) di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Pasien terbanyak pada usia 32 tahun (26,09%), sedangkan usia janin
terbanyak pada usia cukup bulan (matur) yaitu 14 kasus (60,87%), pasien
menjalani rawat inap selama 3-5 hari.
2. Obat obat yang digunakan pada pasien operasi sesar selama menjalani
rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih antara lain : Antiinfeksi (100%),
Analgetika (100%), Obstetrik dan Ginekologi (100%), Obat gizi dan darah
(100%), Cairan elektrolit (100%), dan Tranfusi darah (41,67%), serta Obat
lain (62,5%).
3. Dari 38 kasus, ditemukan 23 kasus DRP dan 15 kasus tidak mengalami
DRP, dengan 6 jenis drug related problems, yaitu :
Dosis terlalu rendah (31,58%), Dosis terlalu tinggi (10,52%),
Membutuhkan obat tambahan (13,16%), Pemilihan obat kurang tepat
(2,63%), Efek samping yang tidak diinginkan (18,42%), Obat yang tidak
dibutuhkan (5,25%).
69
70
4. Tidak ada dampak potensial mengenai efek samping obat yang terjadi
pada pasien operasi sesar, semua pasien pulang dengan kondisi klinis yang
membaik.
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan pada penelitian berikutnya adalah :
1. Untuk penelitian berikutnya, dalam pengambilan data penelitian perlu
dilakukan wawancara/interview langsung dengan pasien untuk
mendapatkan data kelengkapan rekam medik pasien.
71
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium obat Nasional Indonesia, 199-233, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2000, Managing Complications in Pregnancy and Childbirth A guide forMidwives and Doctor, http://www.who.int/reproductive-healh/impac/Antibiotic C35-C36, diakses pada tanggal 2September 2010
Anonim, 2000, Caesarean section, http://wikipedia.org/caesareansection. Diaksespada tanggal 12 Mei 2011
Anonim, 2001, Menimbang Risiko Angka kejadian Operasi Sesar,http://wikipedia.org. diakses pada tanggal 5 Mei 2010
Anonim, 2003, Determinan Non Medis Dalam Permintaan Persalinan Caesareansection,http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=11216&task=view. Diakses padatanggal 17 juli 2010
Anonim, 2004, A to Z Drug Facts, 5th Edition, 1677-1683, Walthers KluvwerHealth, Inc, USA
Anonim, 2006, Antibiotika, Corporate Training & Development New MedicalRepresentative, 8-9, PT. SOHO Industri Pharmasi, Bandung
Anonim, 2007, Organ Reproduksi Wanita,http://id.wikipedia.org/wiki/organreproduksiwanita. diakses padatanggal 12 Mei 2010
Anonim,2008a, Antibiotika, http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika. diakses padatanggal 17 juli 2010
Anonim, 2008b, Mengenal Analgesik,http://www.conectique.com/tips_solution/health/tips/article.php?article_id=3209. Diakses pada tanggal 18 juli 2010
Anonim, 2009a, Komplikasi Persalinan, www.medicastore.org. Diakses padatanggal 8 November 2010
Anonim, 2009b, Persalinan Sesar, file:///I:/84-tentang-persalinan-sesar-caesar.htm. diakses pada tanggal 26 juli 2010
72
Anonim, 2009c, Kehamilan, http://id.wikipedia.org/wiki/kehamilan, diakses padatanggal 2 november 2010
Anonim, 2010, Plasenta Previa, http://id.wikipedia.org/wiki/plasentaprevia.diakses pada tanggal 12 Mei 2010
Anief, Moch, 2003, Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Basuki, G, 1984, Analgesik pada Caesarean Section,http://www.cdk_33_masalah_anastesi.pdf, diakses pada tanggal 26juli 2010
Candra, 2011, Ketuban Pecah Dini,http://id.wikipedia.org/wiki/ketubanpecahdini. diakses padatanggal 12 Meni 2011
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C, 1998, Pharmaceutical CarePractice, McGraw-Hill Companies, Inc., new York
Cipolle, R.J., Strand, L.M., dan Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical CarePractice, 2th Edition, 75-83, 173-175, McGraw-Hill Companies,Inc, USA
Kanji, S. Dan Devlin, J.W., 2005, Pharmacotheraphy: A PathophysiologicApproach, 2224, The McGraw-Hill Inc., United States of America
Manuaba, I.B.G., 1999, Operasi Kebidanan Dan Keluarga Berencana UntukDokter Umum, 228-253, Penerbit ECG, Jakarta
Mutschler, E., 1986, Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Mathilda B. Widianto,Anna Setiabudi Ranti, edisi V, 177-207, 377-378, 380, 594-606,Penerbit ITB, Bandung
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri, edisi II, cetakan I, 117-132, Penerbit ECG,Jakarta
Oxorn, H., 1990, Human Labor & Birth, diterjemahkan oleh Mohamad hakimi,Patologi & Fisiologi Persalinan Edisi I, 634-648, EssenciaMedika, Jakarta
Porreco, RP., and Thorp, JA., 1996, The Cesarean Birth Epidemic : Trends,Causes, And Solution, Am. J. Obstet Gynecol , 175
Prawiroharjo, S. 2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjo
73
Sastroasmoro, S. dan Ismael S., 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis,53-65, 67-77, Penerbit ITB, bandung
Suryawati, S., 1990, Pertimbangan Farmakokinetika dalam PemakaianAntibiotika, yayasan melati Nusantara, Yogyakarta, 75-79
Siregar, C. J. P., 2006, Farmasi Klinik Teori & Penerapan, Cetakan I, 88-95,Penerbit Buku kedokteran ECG, Jakarta
Skoch, W., Daley, C.L., dan Forsmark, C.E., 1996, Penuntun Terapi Medis, EdisiXVIII, 787-792, 795-799, Penerbit Kedokteran ECG, Jakarta
Wikaningtyas, M., 2004, Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Pasca Sesar diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta PeriodeJanuari-Juni 2002, 14, Skripsi Fakultas Farmasi Universitas SanataDharma, Yogyakarta
Wiknjosastro, H., 1991, Ilmu Kebidanan, Edisi III, 125, Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo, Jakarta
74
Lampiran 1. Permohonan Penelitian
75
Lampiran 2. Logaritma Pengobatan pada Pasien Operasi Sesar dengan IndikasiKetuban Pecah Dini :
Ketuban Pecah Dini
Masuk Rumah Sakit :
Pemeriksaan Hematologi, USG, dll Observasi tanda infeksi
Kehamilan
Prematur
Kehamilan
Matur
Monitoring temperatur
suhu tubuh
Kortikosteroid
Antibiotika profilaksis
secara i.v (30 menit
sebelum operasi)
Oksitosin
Analgetika
Vitamin C
Monitoring temperatur
suhu tubuh
Antibiotika profilaksis
secara i.v (30 menit
sebelum operasi)
Oksitosin
Analgetika
Vitamin C
Operasi Sesar
76
Lampiran 3. Data SOAP pada psien operasi sesar di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta periode 2008
Kasus 1
Subyektif :No. RM : 109364Umur : 33 tahunLama tinggal : 01/01/08-04/01/08 (4 hari)Tanggal operasi : 01/01/08 (pukul 10.30)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air ketuban sejak pukul 02.00 (01/01/2008)Diagnosa : G1 P0, hamil 34-35 minggu T/H ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi (ampisilin) diberikan pada pukul 09.30
setiap 8jam melalui i.vObyektifKeadaan umun:TB : 164cmBB : 59kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 01/01/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
11,8 gr/dl9,6 103/µL4,5 103/µL
37,2%278 103µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 01/01/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
5,1 %0,4%71%
13,9%5,5%
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 01/01/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
91,5fl30,1 pg
33,2 g/dl13,6 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 01/01/08SGOTSGPT
20,5 U/L15 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 01/01/08Ureum
Kreatinin45 mg/dl0,9 mg/dl
10-50 mg/dl0,6-1,3 mg/dl
Elektrolit 01/01/08KaliumNatrium
3,8 mEq/L137 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 01/01/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
145 mg/dl80 mg/dl77 mg/dl70 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
77
Obyektif :Tandavital
01/01/08 02/01/08 03/01/08 04/01/08 NilaiNormal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
79x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110/65
80x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggaldexametason 10mg i.v 01/01/08Alinamin F 3x1ampul i.v 01/01/08Vit. C 1000mg i.v 01/01/08Amoksisilin 3x500mg Oral 02-04/01/08Pronalges 2x100mg Oral 01-4/01/08CDR 1x1tablet Oral 02-4/01/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 02-4/01/08Ampisilin 3x1gr i.v 01/01/08oksitosin 10 UI 28tetes/mnt Infus i.v 01/01/08Dextrosa 5% Infus i.v 01-4/01/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksi kurang tepat yaitu tiap 8jam, seharusnyadiberikan dengan interval tiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehinggapotensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan.
Rekomendasi :1. Interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksis diperbaiki menjadi tiap 6jam
Outcome : sembuh ( kontrol poli selama 1 minggu)
78
Kasus 2
Subyektif :No. RM : 581563Umur : 31 tahunLama tinggal : 11/01/08-15/01/08 (5 hari)Tanggal operasi : 11/01/08 (pukul 09.30)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : pasien sudah merasa sakit perut sejak dan keluar air ketuban sejak
Pukul 05.00Diagnosa : G1P0 hamil 41-42 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, diberikan antibiotika ceftriaxone 2g pukul 07.00Obyektif :Keadaan umum :TB : 162cmBB : 63kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 11/01/08 12/01/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
12,1 gr/dl9,7 103/µL4,4 103/µL
37%284 103/µL
12,5gr/dl12,4103/µL↑4,2 103/µL
37%285 103/µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 11/01/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
5,2%0,7%78%18%5,4%
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 11/01/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
92 fl30,3 pg32,6g/dl13,3%
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8%
Hati 11/01/08SGOTSGPT
22,1 U/L20 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 11/01/08Ureum
Kreatinin45 mg/dl1,2 mg/dl
10-50 mg/dl0,6-1,3 mg/dl
Elektrolit 11/01/08KaliumNatrium
3,5 mEq/L138 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 11/01/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
138 mg/dl80 mg/dl79 mg/dl74 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
79
Obyektif :
Tandavital
11/01/08 12/01/08 13/01/08 14/01/08 15/01/08 NilaiNormal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadaran
110/70
84x/mnt370C
20x/mntE4M6V5=15
110/65
84x/mnt38,50C
20x/mntE4M6V5=15
110/65
84x/mnt390C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
84x/mnt38,50C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
84x/mnt38,50C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalDexametason 10mg i.v 11/01/08Alinamin F 3x1ampul i.v 11/01/08Vit C 1000mg i.v 11/01/08Amoksisilin 3x500mg Oral 15/01/08Pronalges 2x100mg Oral 11/01/08CDR 1x1tablet Oral 12-
15/01/08Becom C 1x1tablet Oral 12-
15/01/08As.mefenamat 3x500mg 12-
15/01/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 12-
15/01/08Ceftriaxone 2gr/12jam i.v 11-
12/01/08oksitosin 10 UI 28tetes/mnt Infus i.v 11/01/08Dextrosa 5% + Infus i.v 11-
15/01/08
Pengkajian :Problem medis : pada hari kedua pasien mengalami demam tinggi, diduga pasien mengalami infeksi karena meningkatnya angka leukosit pada pasien. Danpasien mengeluh merasa sakit dibekas jahitan.DRP :
1. Membutuhkan obat tambahan : pasien membutuhkan antibiotika terapi, karena dari pemeriksaan laboratorium leukosit↑ dan gejala yang dialami pasiendemam↑, merasa sakit bekas jahitan (nyeri), pusing yang menunjukan pasien mengalami infeksi.
2. Dosis terlalu rendah : waktu pemberian antibiotika ceftriaxone sebagai antibiotika profilaksis terlalu awal (lebih dari 1jam).Rekomendasi :
1. Memberikan antibiotika terapi untuk mengatasi gejala infeksi pasca operasi2. Memperbaiki waktu pemberian antibiotika ceftriaxone sebagai antibiotika profilaksis paling lama 1,5jam sebelum operasi3. Monitoring gejala-gejala infeksi (misalnya demam tinggi, bekas luka jahitan terbuka, dll)
Outcome : sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
80
Kasus 3
Subyektif :No. RM : 587174Umur : 35 tahunLama tinggal : 26/01/08-29/01/08 (4 hari)Tanggal operasi : 26/01/08 (pukul 16.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : pasien mengeluh timbul kontraksi dan keluar air sejak tanggal
25/01/08, pukul 23.00. kemudian tanggal 26/01/08, pukul07.00 keluar air dan lendir dari vagina
Diagnosa : G1P3, hamil 32-33 minggu, T/H ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi (ampisilin), diberikan pada pukul 09.30
tiap 8jam melalui injeksi i.v, persiapan darahObyektif :Keadaan umum :TB : 158cmBB : 60kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 26/01/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
13,7gr/dl12,1 103/µL↑5,1 103/µL
40,2%290 103/µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 26/01/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
9,2%1,2%80%20%5,9%
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 26/01/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
92 fl30,5 pg35gr/dl12,7%
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8%
Hati 26/01/08SGOTSGPT
24 U/L20 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 26/01/08Ureum
Kreatinin45 mg/dl0,8 mg/dl
10-50 mg/dl0,6-1,3 mg/dl
Elektrolit 26/01/08KaliumNatrium
3,8 mEq/L132 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 26/01/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
132 mg/dl73 mg/dl78 mg/dl74 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
81
Obyektif :
Tandavital
26/01/08 27/01/08 28/01/08 29/01/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
120/70
80x/mnt370C
20x/mntE4M6V5=15
120/70
80x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
120/70
80x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
120/70
80x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalDexametason 2mg i.v 26/01/08Alinamin F 3x1ampul i.v 26/01/08Vit C 1000mg Oral 26/01/08Amoksisilin 3x500mg Oral 27-
29/01/08Pronalges 2x100mg Oral 26/01/08CDR 1x1tablet Oral 27-
29/01/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 27-
29/01/08Asam mefenamat 3x500mg 27/01/08Ampisilin 3x1gr i.v 26/01/08oksitosin 10 UI 28tetes/mnt Infus i.v 26/01/08Dextrosa 5% + Infus i.v 26-
29/01/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antbiotik profilaksis kurang tepat tiap 8jam, seharusnya diberikan denganinterval tiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehingga potensial menyebabkanresistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan
2. Dosis terlalu rendah : pada pemberian dosis dexametason 2mg kurang tepat, karena seharusnya dosis dexametason 4-10mg. dexametasonmerupakan gol. Kortikosteroid yang bekerja untuk pematangan paru pada janin berusia <37minggu. Dengan dosis yang rendah makadapat memperlambat pematangan paru pada bayi, dan memperlama palaksanaan operasi.
Rekomendasi :1. Interval pemberian ampisilin diperbaiki menjadi tiap 6jam2. Mempebaiki dosis dexametason sesuai dosis yang dianjurkan untuk mendapatkan efek yang maksimal
Outcome : sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
82
Kasus 6
Subyektif :No. RM : 423783Umur : 35 tahunLama tinggal : 12/02/08-14/02/08 (3 hari)Tanggal operasi : 12/02/08 (pukul 14.10)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air sejak pukul 07.00Diagnosa : G2P2, hamil 34-35 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi (ceftriaxone) 2gr, 1jam sebelum operasi
diberikan pukul 13.00Obyektif :Keadaan umum :TB : 160cmBB : 70kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 12/02/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
9,9 gr/dl↓3.7 103/ µL↓4,01 103/µL
36%↓184 103/µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 12/02/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,5 %0,2 %
76,6 %15,4 %7,3 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 12/02/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
97,3 fl32,4 pg
33,3 g/dl14,1 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,0 %
Hati 12/02/08SGOTSGPT
15,9 U/L8,5 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 12/02/08Ureum
Kreatinin15 mg/dl
0,44 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 12/02/08KaliumNatrium
4,1 mEq/L138 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 12/02/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
154 mg/dl135 mg/dl50 mg/dl105 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
83
Obyektif :Tandavital
12/02/08 13/02/08 14/02/08 NilaiNormal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/80
75x/mnt360C20x/mntE4M6V5=15
110/80
89x/mnt370C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
88x/mnt36,30C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalDexametason 10mg i.v 12/02/08Vit C 1000mg i.v 12/02/08Alinamin F 3x1ampul i.v 12/02/08Asam mefenamat 3x500mg Oral 13-14/02/08CDR 1x1tablet Oral 13-14/02/08Amoksisilin 3x500mg Oral 14/02/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 14/02/08Ceftriaxone 2g/12jam i.v 12-13/02/08oksitosin 20 UI 28 tetes/mnt Infus i.v 12/02/08Destrosa 5% Infus i.v 14-12/02/08
Pengkajian :
Problem medis : pasien mengalami anemia, karena pemeriksaan laboratorium menunjukkan pada hemoglobin, hematokrit dan leukosit pasien
dibawah nilai normal, dan pasien mengeluh pusing dan sakit kepala.
DRP :
1. Membutuhkan obat tambahan : pasien membutuhkan obat antianemia
Rekomendasi :
1. Monitoring cairan dan elektrolit
2. Memberikan obat antianemia untuk mengatasi anemia (misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12)
Outcome : sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
84
Kasus 7
Subyektif :No. RM : 342203Umur : 32 tahunLama tinggal : 13/02/08-15/02/08 (3 hari)Tanggal operasi : 13/02/08 (pukul 14.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : pasien belum merasa sakit dan kencang-kencang, keluar air sejak
Pukul 08.00Diagnosa : G1P1, hamil 35 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika (ampisilin), diberikan pada pukul 13.30 tiap 8jam
melalui injeksi i.v, persiapan darahObyektif :Keadaan umum :TB : 158cmBB : 66kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 13/02/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
11,6gr/dl10,4 103/ µL3,99 103/ µL
37,0 %352 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 13/02/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
1,3 %0,2 %
70,9 %15,5 %11,1 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 13/02/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
92,7 fl31,6 pg
34,1 g/dl13,7 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 13/02/08SGOTSGPT
30,2 U/L40,7 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 13/02/08Ureum
Kreatinin14 mg/dl
0,57 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 13/02/08KaliumNatrium
3,5 mEq/L137 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 13/02/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
146 mg/dl73 mg/dl66 mg/dl102 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
85
Obyektif :Tandavital
13/02/08 14/02/08 15/02/08 NilaiNormal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
80x/mnt360C20x/mntE4M6V5=15
110/80
84x/mnt36,30C20x/mntE4M6V5=15
110/70
84x/mnt36,40C20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalDexametason 10mg i.v 13/02/08Vit C 1000mg i.v 13/02/08Alinamin F 3x1ampul i.v 13/02/08Ampisilin 3x1gr i.v 13/02/08Pronalges 2x100mg Oral 13/02/08CDR 1x1tablet Oral 15/02/08Amoksisilin 3x500mg Oral 13-15/02/08As.mefenamat 3x500mg Oral 14-15/02/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 14-15/02/08Oksitosin 20 UI 28tetes/mnt Infus i.v 13/02/08Dextrosa 5% Infus i.v 13-15/02/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksi kurang tepat yaitu tiap 8jam, seharusnyadiberikan dengan interval tiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehinggapotensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan
Rekomendasi :1. Interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksis diperbaiki menjadi tiap 6jam
Outcome : sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
86
Kasus 9
Subyektif :No. RM : 083010Umur : 32 tahunLama tinggal : 08/03/08-10/03/08 (3 hari)Tanggal operasi : 08/03/08 (pukul 12.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air ketuban sejak tanggal 08/02/08 pukul 06.00, tidak merasa
sakit dan belum mengeluarkan lendirDiagnosa : G2P1, hamil 38 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g, diberikan secara i.v pukul
11.00Obyektif :Keadaan umum :TB : 160cmBB : 88kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 08/03/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
13,4 gr/dl10,9 103/ µL4,26 103/ µL
39,6 %206 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 08/03/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
1,2 %0,3 %
71,9 %17,7 %8,9 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 08/03/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
93,4 fl31 pg
33,7 g/dl13,7 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 08/03/08SGOTSGPT
25,7 U/L16,0 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 08/03/08Ureum
Kreatinin16 mg/dl
0,55 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 08/03/08KaliumNatrium
4,5 mEq/L139 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 08/03/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
147 mg/dl78 mg/dl54 mg/dl71 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
87
Obyektif :Tandavital
08/03/08 09/03/08 10/03/08 NilaiNormal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
78x/mnt37,20C18x/mntE4M6V5=15
110/60
80x/mnt370C20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt370C20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalCeftriaxone 2g/12jam i.v 08-09/03/08Vit C 1000mg i.v 08/03/08Alinamin F 3x1ampul i.v 08/03/08Sanprima F 3x1tablet Oral 08/03/08Sangobion 2x1tablet Oral 09-10/03/08As.mefenamat 3x500mg Oral 09-10/03/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 09-10/03/08Amoksisilin 3x500mg Oral 10/03/08CDR 1x1tablet Oral 09-10/03/08Oksitosin 28 tetes/mnt Infus i.v 08/03/08Dextrosa 5% Infus i.v 08-10/03/08
Pengkajian :DRP :
1. Pemilihan obat kurang tepat : pasien mendapatkan sanprima F dan ceftriaxone 2g sebagai kombinasi antibiotika profilaksis, penggunaansanprima F (kotrimoksasol) mempunyai kontraindikasi pada kehamilan dan laktasi.
2. Efek samping yang tidak diinginkan : samprima F merupakan antimikroba yang mempunyai efek samping berpotensi menimbulkankernikterus terhadap bayi
Rekomendasi :1. Mengganti antibiotika profilaksis lain misalnya ampisilin, dan bila tidak diperlukan kombinasi antibiotika maka sebaiknya menggunakan
antibiotika tunggal.2. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat sanprima F (kernikterus pada bayi)
Outcome : sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
88
Kasus 10
Subyektif :No. RM : 524057Umur : 32 tahunLama tinggal : 28/04/08-02/05/08 (5 hari)Tanggal operasi : 29/04/08 (pukul 08.40)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air ketuban sejak tanggal 28/04/08 pukul 23.30Diagnosa : G2P1, hamil 40-41 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika ceftriaxone 2g diberikan pada pukul 08.00Obyektif :Keadaan umum :TB : 164cmBB : 68kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 29/04/08 30/04/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
12,0 gr/dl9,1 103/ µL4,4 103/ µL
37,1 %232 103/ µL
12,1 gr/dl9,5 103/ µL
-37,4 %
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 29/04/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
2,9 %0,2 %
67,7 %23,5 %5,7 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 29/04/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
73,7 fl22,3 pg
30,2 g/dl20,7 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 29/04/08SGOTSGPT
17,0 U/L9,3 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 29/04/08Ureum
Kreatinin22 mg/dl
0,61 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 29/04/08KaliumNatrium
3,6 mEq/L142 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 29/04/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
197 mg/dl142 mg/dl73 mg/dl118 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
89
Obyektif :Tandavital
28/04/08 29/04/08 30/04/08 01/05/08 02/05/08 NilaiNormal
TD(mmHg)
Nadi
SuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
88x/mnt
36,30C20x/mnt
E4M6V5=15
110/60
84x/mnt
36,10C20x/mnt
E4M6V5=15
110/70
80x/mnt
36,50C20x/mnt
E4M6V5=15
110/80
88x/mnt
36,50C20x/mnt
E4M6V5=15
120/80
88x/mnt
370C20x/mnt
E4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt
360-370C12-25x/mnt
E4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tglCeftriaxone 2g/12jam i.v 28-29/04/08Ceftriaxone 3x1 Oral 30/04-
1/05/08Vit C 1000mg i.v 29/04/08Alinamin F 3x1ampul i.v 29/04/08Kalnex 500mg/6jam i.v 29-30/04/08Pronalges supp 3x1tube 29/04/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 01-02/05/08As.mefenamat 3x500mg Oral 01-02/05/08CDR 1x1tablet Oral 01-02/05/08sanprima F 3x1 Oral 01-02/05/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 29/04/08Dextrosa 5% Infus i.v 28/04-
02/05/08
Pengkajian :DRP :
1. Efek samping yang tidak diinginkan : samprima F merupakan antimikroba yang mempunyai efek samping berpotensi menimbulkankernikterus terhadap bayi
2. Obat yang tidak dibutuhkan : hasil pemeriksaan laboratorium pasien pasca operasi tidak menunjukkan adanya infeksi pasca operasi, pasienmendapatkan ceftriaxone dan sanprima F pasca operasi meski tidak ada indikasi penggunaan.
Rekomendasi :1. Mengganti samprima F dengan antibiotika lainnya (misalnya amoksisilin)2. Penggunaan antibiotika profilaksis perlu dihentikan 24jam setelah operasi.3. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat sanprima F (kernikterus pada bayi)
Outcome : sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
90
Kasus 11
Subyektif :No. RM : 208986Umur : 34 tahunLama tinggal : 28/04/08-01/05/08 (4 hari)Tanggal operasi : 28/04/08 (pukul 09.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : pasien sudah tampak mengejan terus dan keluar air sejak tanggal
28/04/08 pukul 04.30Diagnosa : G2P1, hamil 40-41 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi (ampisilin), diberikan pada pukul 08.00
tiap 8jam melalui injeksi i.v, siapkan darahObyektif :Keadaan umum :TB : 160cmBB : 63kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 28/04/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
11,0 gr/dl8,4 103/ µL
3,68 103/ µL34,4 %↓
168 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 28/04/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
2,0 %0,3 %
77,2 %17,5 %6,8 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 28/04/08MCVMCH
MCHCRDW_CV
91,8 fl28,3 pg35 g/dl13,5 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 28/04/08SGOTSGPT
20,8 U/L12,5 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 28/04/08Ureum
Kreatinin12,1 mg/dl0,44 mg/dl
10-50 mg/dl0,6-1,3 mg/dl
Elektrolit 28/04/08KaliumNatrium
3,6 mEq/L141 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 28/04/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
176 mg/dl89 mg/dl58 mg/dl83 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
91
Obyektif :Tandavital
28/04/08 29/04/08 30/04/08 01/05/08 NilaiNormal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/75
80x/mnt360C20x/mntE4M6V5=15
110/65
80x/mnt36,50C20x/mntE4M6V5=15
110/80
80x/mnt370C20x/mntE4M6V5=15
120/70
80x/mnt360C20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalAmpisilin 3x1g i.v 28/04/08Vit C 1000mg i.v 28/04/08Alinamin F 3x1ampul i.v 28/04/08Pronalges 2x100mg Oral 29/04/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 29/04-
01/05/08B com C 1x1tablet Oral 29/04-
01/05/08Asam mefenamat 4x500mg Oral 30/04-
01/05/08CDR 1x1tablet Oral 29/04-
01/05/08Amoksisilin 3x500mg Oral 30/04-
01/05/08Neurobion 1x1tablet Oral 29/04-
01/05/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 28/04/08Dextrosa 5% Infus i.v 28-04-
01/05/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksi kurang tepat yaitu tiap 8jam, seharusnya diberikandengan interval tiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehingga potensialmenyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan.
Rekomendasi :1. Interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksis diperbaiki menjadi tiap 6jam
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
92
Kasus 12
Subyektif :No. RM : 310542Umur : 32 tahunLama tinggal : 29/04/08-02/05/08 (4 hari)Tanggal operasi : 29/04/08 (pukul 14.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : tidak merasa sakit perut, keluar air ketuban pukul 09.00Diagnosa : G2P0, hamil 28-29 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, siapkan darah, pre operasi (ampisilin), diberikan pada pukul
13.00 tiap 8jamObyektif :Keadaan umum :TB : 158cmBB : 62kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 29/04/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
12,6gr/dl10,4 103/ µL3,99 103/ µL
37,0 %352 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 29/04/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
1,3 %0,2 %
70,9 %15,5 %12,1 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 29/04/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
92,7 fl31,0 pg
34,1 g/dl13,7 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 29/04/08SGOTSGPT
30,2 U/L45,1 U/L↑
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 29/04/08Ureum
Kreatinin14 mg/dl
0,57 mg/dl↓10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 29/04/08KaliumNatrium
3,5 mEq/L137 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 29/04/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
152 mg/dl72 mg/dl88 mg/dl
154 mg/dl↑
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
93
Obyektif :Tandavital
29/04/08 30/04/08 01/05/08 02/05/08 NilaiNormal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
80x/mnt360C20x/mntE4M6V5=15
110/80
88x/mnt36,20C20x/mntE4M6V5=15
120/70
100x/mnt37,30C20x/mntE4M6V5=15
120/70
88x/mnt37,30C20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalAmpisilin 3x1g i.v 29/04/08Dexametason 10mg i.v 29/04/08Vit C 1000mg i.v 29/04/08Alinamin F 3x1ampul i.v 29/04/08CDR 1x1tablet Oral 30/04-
02/05/08As.mefenamat 3x500mg Oral 30/04-
02/05/08Nonflamin 2x1tablet Oral 30/04-
02/05/08Amoksisilin 3x500mg Oral 01-02/05/08Methylergometrin 1x1tablet Oral 30/04-
01/05/08Pronalges 2x100mg Oral 29/04/08oksitosin 10 UI 28tetes/mnt Infus i.v 29/04/08Dextrosa 5% Infus i.v 29/04-
02/05/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksi kurang tepat yaitu tiap 8jam, seharusnya diberikan dengan intervaltiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehingga potensial menyebabkan resistensi mikroba terhadapobat yang bersangkutan.
2. Dosis terlalu tinggi : pasien diberikan as.mefenamat dan nonflamin pada hari yang sama. kedua obat tersebut merupakan gol. Obat antiinflamasi non-steroid, sehingga antara yang satu dengan yang lain dapat saling meningkatkan efek dan efek samping yang tidak diinginkan.
Rekomendasi :1. Interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksis diperbaiki menjadi tiap 6jam2. Menggunakan jenis OAINS cukup satu saja.3. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat OAINS( mual,tukak lambung, dll)
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
94
Kasus 15
Subyektif :No. RM : 531055Umur : 33 tahunLama tinggal : 29/05/08-31/05/08 (3 hari)Tanggal operasi : 29/05/08 (pukul 17.30)Riwayat penyakit : maaghRiwayat alergi : -Keluhan masuk : Pasien sakit perut timbul sejak pukul 07.00, keluar air ketuban sejak
tanggal 29/05/08 pukul 09.00.Diagnosa : G2P1, hamil 32-33 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g , diberikan padapukul.16.30Obyektif :Keadaan umum :TB : 165cmBB : 62kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 29/05/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
13,2 gr/dl11,1 103/ µL4,54 103/ µL
39,8 %219 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 29/05/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,1 %0,2 %
83,5 %11,4 %4,8 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 29/05/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
87,7 fl29,1 pg
33,2 g/dl11,8 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 29/05/08SGOTSGPT
23,8 U/L10,2 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 29/05/08Ureum
Kreatinin11 mg/dl
0,42 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 29/05/08KaliumNatrium
3,9 mEq/L138 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 29/05/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
----
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
95
Obyektif :
Tandavital
29/05/08 30/05/08 31/05/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
76x/mnt36,30C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
88x/mnt36,60C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt36,40C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara pemberian Diberikan tanggal
Dexametason 2mg i.v 29/05/08Alinamin F 3x1ampul i.v 29/05/08Vit C 1000mg i.v 29/05/08Primperan 1ampul i.v 29/05/08Kalnex 500mg/6jam i.v 29-30/05/08Ceftriaxone 2g/12jam i.v 29-30/05/08Sanprima F 3x1tablet Oral 31/05/08Plantacid syrp 3x10 cc Oral 30-31/05/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 30-31/05/08As.mefenamat 3x500mg Oral 30-31/05/08CDR 1x1tablet Oral 30-31/05/08aksitosin 10 UI 28tetes/mnt Infus i.v 29/05/08Dextrosa 5% Infus i.v 29-31/05/08
Pengkajian :DRP :
1. Efek samping yang tidak dinginkan : samprima F merupakan antimikroba yang mempunyai efek samping berpotensi menimbulkan kernikterusterhadap bayi
2. Efek samping yang tidak diinginkan : primperan mempunyai efek samping berpotensi pusing dan sakit kepala (dikeluhkan oleh pasien selama dirawatdi rumah sakit dan belum terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, namun pusing dan sakit kepala yang dikeluhkan pasien tidak diketahuipenyebabnya)
3. Dosis terlalu rendah : pada pemberian dosis dexametason 2mg kurang tepat, karena seharusnya dosis dexametason 4-10mg. dexametason merupakangol. Kortikosteroid yang bekerja untuk pematangan paru pada janin berusia <37minggu. Dengan dosis yang rendah maka dapat memperlambatpematangan paru pada bayi, dan memperlama palaksanaan operasi.
Rekomendasi :1. Mengganti samprima F dengan antibiotika lainnya (misalnya amoksisilin).2. Monitoring tanda-tanda efek samping obat sanprima F (kernikterus pada bayi).3. Monitoring tanda-tanda efek samping obat primperan (pusing, sakit kepala, dll)4. Memperbaiki dosis dexametason sesuai dosis yang dianjurkan untuk mendapatkan efek yang maksimal
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
96
Kasus 18
Subyektif :No. RM : 239041Umur : 34 tahunLama tinggal : 10/07/08-13/07/08 (3 hari)Tanggal operasi : 10/07/08 (pukul 10.30)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : Pasien sakit perut dan keluar air ketuban sejak pukul 06.00Diagnosa : G1P2, hamil 37-38 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, pre operasi ceftriaxone 2g, diberikan pada pukul 09.00
persiapan darahObyektif :Keadaan umum :TB : 160cmBB : 62kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 10/07/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
15,2 gr/dl12,4 103/ µL5,1 103/ µL
35,2 %288 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µL
Hitung jumlah leukosit 10/07/08EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,5 %0,5 %
69,3 %21,0 %8,7 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 10/07/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
85,4 fl29,5 pg
34,5 g/dl14,4%
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,4-14,8 %
Hati 10/07/08SGOTSGPT
34,8 U/L38,2 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 10/07/08Ureum
Kreatinin12 mg/dl
0,55 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 10/07/08KaliumNatrium
3,9 mEq/L137 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 10/07/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
178 mg/dl142 mg/dl72 mg/dl118 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
97
Obyektif :Tandavital
10/07/08 11/07/08 12/07/08 NilaiNormal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
88x/mnt36,50C
18x/mntE4M6V5=15
110/80
88x/mnt36,50C
18x/mntE4M6V5=15
120/80
84x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan tanggal
Alinamin F 3x1ampul i.v 10/07/08Vit C 1000mg i.v 10/07/08Ceftriaxone 2g/12jam i.v 10-11/07/08Amoksisilin 3x500mg Oral 12/07/08Pronalges 2x100mg Oral 10-12/07/08Asam mefenamat 3x500mg Oral 11-12/07/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 11-12/07/08CDR 1x1tablet Oral 11-12/07/08Becom C 1x1tablet Oral 11-12/07/08Dextrosa 5% Infus i.v 11-12/07/08Oksitosin 10 UI 28tetes/mnt Infus i.v 10/07/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu tinggi : pasien diberikan pronalges dan asam mefenamat pada hari yang sama. kedua obat tersebut merupakan gol. Obatantiinflamasi non-steroid, sehingga antara yang satu dengan yang lain dapat saling meningkatkan efek dan efek samping yang tidakdiinginkan.
Rekomendasi :1. Menggunakan obat OAINS cukup satu saja2. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat OAINS (mual, tukak lambung, dll)
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
98
Kasus 19
Subyektif :No. RM : 231108Umur : 30 tahunLama tinggal : 23/07/08-25/07/08 (3 hari)Tanggal operasi : 23/07/08 (pukul 12.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : pasien sudah mengalami sakit perut, dan pada pukul 07.00 keluar
air ketubanDiagnosa : G1P0, hamil 33-34 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre antibiotika (ampisilin), diberikan pada pukul
11.15 tiap 8jam, siapkan darah.Obyektif :Keadaan umum :TB : 161cmBB : 60kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 23/07/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
11,9 gr/dl8,5 103/ µL3,7 103/ µL
36 %211 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 23/07/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,8 %0,1 %
65,6 %28,9 %4,6 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 23/07/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
97,3 fl32,1 pg↑33,1 g/dl13,2 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6,14,8 %
Hati 23/07/08SGOTSGPT
14,9 U/L9,9 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 23/07/08Ureum
Kreatinin12 mg/dl
0,55 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 23/07/08KaliumNatrium
3,9 mEq/L137 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 23/07/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
180 mg/dl118 mg/dl51 mg/dl113 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
99
Obyektif :
Tandavital
23/07/08 24/07/08 25/07/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
84x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
110/80
80x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
110/80
80x/mnt36,40C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan tanggal
Ampisilin 3x1g i.v 23/07/08Alinamin F 3x1ampul i.v 23/07/08Vit C 1000mg i.v 23/07/08Dexametason 2mg i.v 23/07/08Pronalges 2x100mg Oral 23/07/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 24-25/07/08Sangobion 1x1tablet Oral 24-25/07/08Amoksisilin 3x500mg Oral 24-25/07/08As.mefenamat 3x500mg Oral 24-25/07/08CDR 1x1tablet Oral 24-25/07/08Oksitosin 10 UI 28tetes/mnt Infus i.v 23/07/08Dextrosa 5% Infus i.v 23-25/07/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antbiotik profilaksis kurang tepat tiap 8jam, seharusnya diberikan denganinterval tiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehingga potensia menyebabkanresistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan
2. Dosis terlalu rendah : pada pemberian dosis dexametason 2mg kurang tepat, karena seharusnya dosis dexametason 4-10mg. dexametasonmerupakan gol. Kortikosteroid yang bekerja untuk pematangan paru pada janin berusia <37minggu. Dengan dosis yang rendah makadapat memperlambat pematangan paru pada bayi, dan memperlama palaksanaan operasi.
Rekomendasi :1. Interval pemberian ampisilin diperbaiki menjadi tiap 6jam2. Memperbaiki dosis dexametason sesuai dosis yang dianjurkan untuk mendapatkan efek yang maksimal
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
100
Kasus 22
Subyektif :No. RM : 626198Umur : 30 tahunLama tinggal : 13/08/08-16/08/08 (4 hari)Tanggal operasi : 13/08/08 (pukul 14.30)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : Tidak sakit perut, keluar air ketuban sejak pukul 09.00Diagnosa : G1P0, hamil 38-39 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, persiapan darah, antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g diberikan
secara i.v pada pukul 14.00Obyektif :Keadaan umum :TB : 166cmBB : 60kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 13/08/08 15/08/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
11,9 gr/dl8,5 103/ µL3,7 103/ µL
37,0 %211 103/ µL
9,7 gr/dl11,9 103/ µL
37,2 %
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 13/08/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,8 %0,1 %
65,6 %28,9 %4,6 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 13/08/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
97,3 fl32,2 pg
33,1 g/dl13,2 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8%
Hati 13/08/08SGOTSGPT
14,9 U/L9,9 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 13/08/08Ureum
Kreatinin12 mg/dl
0,55 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 13/08/08KaliumNatrium
3,9 mEq/L137 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 13/08/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
156 mg/dl73 mg/dl83 mg/dl120 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
101
Obyektif :
Tandavital
13/08/08 14/08/08 15/08/08 16/08/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
88x/mnt36,50C
18x/mntE4M6V5=15
110/80
88x/mnt36,50C
18x/mntE4M6V5=15
120/80
84x/mnt360C
18x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt36,40C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalCeftriaxone 2gr/12jam i.v 13-
15/08/08Alinamin F 3x1ampul i.v 13/08/08Vit. C 1000mg i.v 13/08/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 15-
16/08/08As.mefenamat 3x500mg Oral 14-
16/08/08CDR 1x1tablet Oral 15-
16/08/08Oksitosin 10 UI 28tetes/mnt Infus i.v 13/08/08Dextrosa Infus i.v 13-
16/08/08
Pengkajian :DRP :
1. Obat yang tidak dibutuhkan : pada pemeriksaan laboratorium angka leukosit pasca operasi dalam range normal. Penggunaan antibiotikaprofilaksis perlu dihentikan 24 jam setelah operasi, tetapi pasien tetap mendapat ceftriaxone 2g pasca operasi meski tidak ada indikasipenggunaan.
Rekomendasi :1. Menghentikan penggunaan antibiotika profilaksis pasca operasi karena tidak ada indikasi penggunaan yang mendukung, dan diberikan
antibiotika terapi saja pada pasca operasi.2. Monitoring gejala tanda-tanda infeksi (↑leukosit, demam↑, dsb)
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
102
Kasus 23
Subyektif :No. RM : 627235Umur : 31 tahunLama tinggal : 20/08/08-22/08/08 (3 hari)Tanggal operasi : 20/08/08 (pukul 20.30)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : pasien merasa sakit perut, dan mengejan, keluar air ketuban pada
pukul 14.00Diagnosa : G1P1, hamil 39-40 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika (ampisilin), diberikan pada pukul 20.00 secara injeksi
i.v tiap 8jamObyektif :Keadaan umum :TB : 162cmBB :63kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 20/08/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
13,4 gr/dl12,3 103/ µL↑
4,8 103/ µL39,5 %
303 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 20/08/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
1,4 %0,2 %
72,6 %14,0 %8,2 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 20/08/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
86,1 fl29,2 pg
29,2 g/dl14,2 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 20/08/08SGOTSGPT
12,7 U/L13,1 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 20/08/08Ureum
Kreatinin32 mg/dl
0,56 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 20/08/08KaliumNatrium
4,5 mEq/L139 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 20/08/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
192 mg/dl74 mg/dl43 mg/dl95 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
103
Obyektif :
Tandavital
10/06/08 11/06/08 12/06/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/80
80x/mnt360C
18x/mntE4M6V5=15
110/65
84x/mnt36,50C
18x/mntE4M6V5=15
110/65
80x/mnt36,50C
18x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalAmpisilin 3x1g i.v 10/06/08Alinamin F 3x1ampul i.v 10/06/08Vit. C 1000mg i.v 10/06/08Pronages 2x100mg Oral 10/06/08Amoksisilin 3x500mg Oral 11-12/06/08As.mefenamat 3x500mg Oral 11-12/06/08Methylefgometrin 3x1tablet Oral 11-12/06/08CDR 1x1tablet Oral 11-12/06/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 10/06/08Dextrosa 5% Infus i.v 10-12/06/08
Pengkajian :Problem medis : pasien mengeluh rasa tidak enak pada lambung, merasa mual, muntah, dan pusing (dikeluhkan oleh pasien selama dirawat dirumah sakit dan belum terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, namun mual dan pusing yang dikeluhkan pasien tidak diketahui penyebabnya)DRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksi kurang tepat yaitu tiap 8jam, seharusnyadiberikan dengan interval tiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehinggapotensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan.
2. Membutuhkan obat tambahan : pasien membutuhkan obat antimualRekomendasi :
1. Interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksis diperbaiki menjadi tiap 6jam2. Memberikan obat antimual untuk mengatasi keluhan pasien.
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
104
Kasus 25
Subyektif :No. RM : 420031Umur : 32 tahunLama tinggal : 14/09/08-17/09/08 (4 hari)Tanggal operasi : 14/09/08 (pukul 13.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air pervaginam sejak pukul 07.00Diagnosa : G1P2, hamil 39-40 T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi , ceftriaxone 2g, diberikan pada pukul12.15Obyektif :Keadaan umum :TB : 164 cmBB : 61 kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 14/09/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
11,2 gr/dl↓13,00 103/ µL↑
37,9 103/ µL36,2 %↓
258 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 14/09/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
3,0 %0,1 %
71,5 %16,2 %9,1 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 14/09/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
91 fl30,8 pg
34,3 g/dl13,9 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 14/09/08SGOTSGPT
41 U/L↑17,5 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 14/09/08Ureum
Kreatinin12 mg/dl
0,39 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 14/09/08KaliumNatrium
3,8 mEq/L136 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 14/09/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
164 mg/dl115 mg /dl54 mg/dl130 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
105
Obyektif :
Tandavital
14/09/08 15/09/08 16/09/08 17/09/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
130/80
96x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
130/80
92x/mnt370C
20x/mntE4M6V5=15
130/90
88x/mnt36,40C
20x/mntE4M6V5=15
130/90
92x/mnt36,40C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalCeftriaxone 2g/12jam i.v 14-15/09/08
Alinamin F 3x1ampul i.v 14/09/08
Vit. C 1000mg i.v 14/09/08
Kalnex 500mg/6jam i.v 14-15/09/08
Pronalges 2x100mg Oral 14/09/08
As.mefenamat 3x500mg Oral 15-17/09/08
Methylergometrin 3x1tablet Oral 16-17/09/08
CDR 1x1tablet Oral 16-17/09/08
Amoksisilin 3x500mg Oral 17/09/08
Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 14/09/08
Dextrosa 5% Infus i.v 14-17/09/08
Pengkajian :Problem medis : pasien mengalami hipertensi, hasil laboratorium menunjukkan penurunan hemoglobin dan hematokrit, peningkatan leukosit danSGOT, serta meningkatnya tekanan darahDRP :
1. Membutuhkan obat tambahan : pasien membuthkan obat antihipertensiRekomendasi :
1. Monitoring tekanan darah2. Memberikan obat antihipertensi untuk mengatasi hipertensi yang dialami pasien
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
106
Kasus 26
Subyektif :No. RM : 255924Umur : 33 tahunLama tinggal : 15/09/08-17/09/08 (3 hari)Tanggal operasi : 15/09/08 (pukul 15.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : pasien mengeluarkan air ketuban sejak pukul 12.00Diagnosa : G1P0, hamil 40-41 minggu, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g, diberikan pada pukul14.00
secara injeksi i.v. Persiapan darahObyektif :Keadaan umum :TB : 160cmBB: 54kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 15/09/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
12 gr/dl10,7 103/ µL4,13 103/ µL
35,6 %227 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 15/09/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,3 %0,3 %
69,3 %19,9 %10,3 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 15/09/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
86,2 fl29,1 pg
33,7 g/dl14,6 5
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 15/09/08SGOTSGPT
13,5 U/L10,8 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 15/09/08Ureum
Kreatinin10 mg/dl
0,61 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 15/09/08KaliumNatrium
3,3 mEq/L137 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 15/09/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
154 mg/dl73 mg/dl76 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
107
Obyektif :
Tandavital
15/09/08 16/09/08 17/09/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
80x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
79x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110/75
80x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalCeftriaxone 2g/12jam i.v 15-16/09/08Alinamin F 3x1ampul i.v 15/09/08Vit. C 1000mg i.v 15/09/08Pronalges 2x100mg Oral 15/09/08Sanprima F 3x1tablet Oral 17/09/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 16-17/09/08As.mefenamat 3x500mg Oral 16-17/09/08CDR 1x1tablet Oral 16-17/09/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 15/09/08Dextrosa 5% Infus i.v 15-17/09/08
Pengkajian :DRP :
1. efek samping obat yang tidak diinginkan : samprima F merupakan antimikroba yang mempunyai efek samping berpotensi menimbulkankernikterus terhadap bayi
Rekomendasi:1. Mengganti samprima F dengan antibiotika lainnya (misalnya amoksisilin)2. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat sanprima F (kernikterus pada bayi)
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
108
Kasus 27
Subyektif :No. RM : 481979Umur : 34 tahunLama tinggal : 22/09/08-25/09/08 (4 hari)Tanggal operasi : 22/09/08 (pukul 14.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air ketuban sejak pukul 05.30, tidak sakit perutDiagnosa : G1P0, hamil 37-38 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g, diberikan pada pukul
13.30 secara i.vObyektif :Keadaan umum :TB : 164cmBB : 60kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 22/09/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
12,3 gr/dl10,6 103/ µL4,5 103/ µL
36,7 %303 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 22/09/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
1,4 %0,2 %
76,2 %14,0 %8,2 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 22/09/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
86,1 fl29,2 pg
33,9 g/dl14,2 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 22/09/08SGOTSGPT
12,7 U/L13,1 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 22/09/08Ureum
Kreatinin32 mg/dl
0,65 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 22/09/08KaliumNatrium
4,5 mEq/L139 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 22/09/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
132 mg/dl76 mg/dl58 mg/dl81 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
109
Obyektif :
Tandavital
22/09/08 23/09/08 24/09/08 25/09/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
120/70
80x/mnt36,50C
18x/mntE4M6V5=15
110/70
84x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt370C
20/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalCeftriaxone 2g/12jam i.v 22-
23/09/08Alinamin F 3x1ampul i.v 22/09/08Vit. C 1000mg i.v 22/09/08Dexametason 10mg i.v 22/09/08Pronalges 2x100mg Oral 22/09/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 24-
25/09/08As.mefenamat 4x500mg Oral 24-
25/09/08Amoksisilin 3x500mg Oral 25/09/08Hemobion 1x1tablet 24-
25/09/08CDR 1x1tablet Oral 24-
25/09/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 22/09/08Dextrosa 5% infus i.v 22-
25/09/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu tinggi : as.mefenamat diresepkan 4x500mg/hr. Menurut literatur dosis yang dianjurkan 3x500mg. as.mefenamat merupakanobat antiinflamasi non-steroid yang memepunyai efek samping yang dapat menyebabkan ulkus peptikus dan gangguan GI.
Rekomendasi :1. Dosis as.mefenamat sebaiknya perbaiki (perlu peninjauan lebih lanjut)2. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat asam mefenamat (mual, tukak lambung, dsb).
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
110
Kasus 28
Subyektif :No. RM : 422186Umur : 32 tahunLama tinggal : 28/09/08-30/09/08 (3 hari)Tanggal operasi : 28/09/08 (pukul 10.30)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air ketuban sejak pukul 04.00Diagnosa : G1P0, hamil 40-41 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g, diberikan pada pukul
10.00 secara i.vObyektif :Keadaan umum :TB : 162cmBB : 69kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 28/09/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
13,3 gr/dl10,9 103/ µL4,26 103/ µL
37,8 %380 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 28/09/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
1,2 %0,3 %
71,9 %17,5 %8,9 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 28/09/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
93 fl29,1 pg
33,7 g/dl13,7 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 28/09/08SGOTSGPT
25,6 U/L16,0 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 28/09/08Ureum
Kreatinin18 mg/dl
0,55 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 28/09/08KaliumNatrium
4,5 mEq/L139 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 28/09/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
138 mg/dl72 mg/dl57 mg/dl78 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
111
Obyektif :
Tandavital
28/09/08 29/09/08 30/09/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
120/70
80x/mnt360C
18x/mntE4M6V5=15
120/80
84x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
120/70
80x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalCeftriaxone 2g/12jam i.v 28/09/08Alinamin F 3x1ampul i.v 28/09/08Vit. C 1000mg i.v 28/09/08Pronalges 2x100mg Oral 28/09/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 29-30/09/08As.mefenamat 3x500mg Oral 29-30/09/08Amoksisilin 3x500mg Oral 29/09/08CDR 1x1tablet Oral 29-30/09/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 28/09/08Dextrosa 5% infus i.v 28-30/09/08
Pengkajian :DRP :
1. Tidak terjadi Drug Related Problems pada kasus ini.Rekomendasi :
1. Tidak ada rekomendasi pada kasus ini.Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
112
Kasus 29
Subyektif :No. RM : 459979Umur : 35 tahunLama tinggal : 05/10/08-08/10/08 (4 hari)Tanggal operasi : 05/10/08 (pukul 11.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air sejak pukul 05.30Diagnosa : G1P0, hamil 34-35 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g, diberikan pada pukul
10.30 secara i.vObyektif :Keadaan umum :TB : 157cmBB : 64kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 05/10/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
12,2 gr/dl11 103/ µL
4,16 103/ µL37,4 %
185 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 05/10/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
1,1 %0,1 %
74,7 %14,5 %9,4 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 05/10/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
89,9 fl29,3 pg
32,6 g/dl14,9 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 05/10/08SGOTSGPT
20,2 U/L13,6 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 05/10/08Ureum
Kreatinin20 mg/dl
0,50 mg/dl10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 05/10/08KaliumNatrium
4,2 mEq/L138 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 05/10/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
140 mg/dl73 mg/dl60 mg/dl84 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
113
Obyektif :
Tandavital
05/10/08 06/10/08 07/10/08 08/10/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
80x/mnt370C
18x/mntE4M6V5=15
110/80
84x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
120/70
80x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
120/70
80x/mnt36,50C20/mnt
E4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalCeftriaxone 2g/12jam i.v 05/10/08Alinamin F 3x1ampul i.v 05/10/08Vit. C 1000mg i.v 05/10/08Dexametason 10mg i.v 05/10/08Pronalges 2x100mg Oral 05/10/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 07-
08/10/08As.mefenamat 3x500mg Oral 07-
08/10/08Amoksisilin 3x500mg Oral 07/10/08CDR 1x1tablet Oral 07-
08/10/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 05/10/08Dextrosa 5% infus i.v 05-
08/10/08
Pengkajian :DRP :
1. Tidak terjadi Drug Related Problems pada kasus ini.Rekomendasi :
1. Tidak ada rekomendasi pada kasus ini.Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
114
Kasus 30
Subyektif :No. RM : 636505Umur : 33 tahunLama tinggal : 14/11/08-17/11/08 (4 hari)Tanggal operasi : 15/11/08 (pukul 10.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air pervaginam sejak pukul 22.00Diagnosa : G1P0, hamil 29-30 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, persiapan darah, antibiotika pre operasi (ampisilin), diberikan
pada pukul 09.15 secara injeksi i.v tiap 8jam. Siapkan darahObyektif :Keadaan umum :TB : 160cmBB : 58kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 15/11/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
11,2 gr/dl↓9,0 103/ µL↓4,00 103/ µL
36,9 %↓445 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 15/11/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,8 %0,1 %
69,8 %20,2 %9,1 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 15/11/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
94 fl23 pg
34,3 g/dl13,2 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 15/11/08SGOTSGPT
19,3 U/L20,6 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 15/11/08Ureum
Kreatinin13 mg/dl0,7 mg/dl
10-50 mg/dl0,6-1,3 mg/dl
Elektrolit 15/11/08KaliumNatrium
4,2 mEq/L139 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 15/11/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
145 mg/dl74 mg/dl37 mg/dl↓
-
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
115
Obyektif :
Tandavital
14/11/08 15/11/08 16/11/08 17/11/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
80x/mnt36,30C
18x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt36,50C
18x/mntE4M6V5=15
110/70
88x/mn360C
18x/mntE4M6V5=15
110/80
88x/mnt360C
18x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalAmpisilin 3x1g i.v 15/11/08Dexametason 10mg i.v 14/11/08Alinamin F 3x1ampul i.v 15/11/08Vit. C 1000mg i.v 15/11/08Pronalges 2x100mg Oral 14/11/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 16-17/11/08As.mefenamat 3x500mg Oral 16-17/11/08Amoksisilin 3x500mg Oral 16-17/11/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 14/11/08Dextrosa 5% Infus i.v 14-17/11/08
Pengkajian :Problem medis : pasien mengalami anemia, karena hasil laboratorium menunjukkan hemoglobin, hematokrit, dan leukosit dibawah nilai normal,dan pasien merasa pusing dan letihDRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksi kurang tepat yaitu tiap 8jam, seharusnyadiberikan dengan interval tiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehinggapotensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan
2. Membutuhkan obat tambahan : pasien membutuhkan obat antianemiaRekomendasi :
1. Interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksis diperbaiki menjadi tiap 6jam2. Monitoring cairan dan elektrolit3. Memberikan obat antianemia untuk mengatasi anemia (misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12)
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
116
Kasus 31
Subyektif :No. RM : 616769Umur : 31 tahunLama tinggal : 17/11/08-20/11/08 (4 hari)Tanggal operasi : 17/11/08 (pukul 12.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : pasien merasa sakit perut, dan keluar keluar air ketuban sejak pukul
06.00Diagnosa : G1P1, hamil 39-40 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi (ampisilin), diberikan pada pukul 11.15
secara injeksi i.v tiap 8jamObyektif :Keadaan umum :TB : 162cmBB : 50kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 17/11/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
13,8 gr/dl10,4 103/ µL4,4 103/ µL
38,9 %436 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 17/11/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,7 %0,2 %
67,8 %20,6 %9,4 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 17/11/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
92,5 fl30,4 pg
34,2 g/dl12,2 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 17/11/08SGOTSGPT
18,3 U/L20,6 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 17/11/08Ureum
Kreatinin16 mg/dl0,7 mg/dl
10-50 mg/dl0,6-1,3 mg/dl
Elektrolit 17/11/08KaliumNatrium
4,2 mEq/L140 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 17/11/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
135 mg/dl64 mg/dl58 mg/dl115 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
117
Obyektif :
Tandavital
17/11/08 18/11/08 19/11/08 20/11/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
80x/mnt36,40C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
110/65
84x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-8070-90x/mnt
360-370C12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalAmpisilin 3x1g i.v 17/11/08Alinamin F 3x1ampul i.v 17/11/08Vit. C 2x1tablet i.v 17/11/08Pronalges 2x100mg Oral 17/11/08Sanprima F 3x1tablet Oral 18-20/11/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 19-20/11/08As.mefenamat 3x500mg Oral 18-20/11/08CDR 1x1tablet Oral 18-20/11/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 17/11/08Dextrosa 5% Infus i.v 17-20/11/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksi kurang tepat yaitu tiap 8jam, seharusnyadiberikan dengan interval tiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehinggapotensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan.
2. Efek samping yang tidak diinginkan : samprima F merupakan antimikroba yang mempunyai efek samping berpotensi menimbulkankernikterus terhadap bayi
Rekomendasi :1. Interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksis diperbaiki menjadi tiap 6jam2. Mengganti samprima F dengan antibiotika lainnya (misalnya amoksisilin)3. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat sanprima F (kernikterus pada bayi)
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
118
Kasus 32
Subyektif :No. RM : 161241Umur : 31 tahunLama tinggal : 30/11/08-03/12/08 (4 hari)Tanggal operasi : 30/11/08 ( pukul 10.45)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air ketuban sejak pukul 07.00Diagnosa : G1P0, hamil 40-41 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g, diberikan pada pukul10.15Obyektif :Keadaan umum :TB : 157cmBB : 59kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 30/11/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
11,0 gr/dl10,7 103/ µL3,8 103/ µL
37,6197 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 30/11/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,7 %0,2 %
80,8 %13,4 %5,7 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 30/11/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
87,2 fl28,1 pg
33,7 g/dl14,7 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 30/11/08SGOTSGPT
19,3 U/L13,8 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 30/11/08Ureum
Kreatinin13,2 mg/dl0,5 mg/dl↓
10-50 mg/dl0,6-1,3 mg/dl
Elektrolit 30/11/08KaliumNatrium
3,5 mEq/L142 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 30/11/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
148 mg/dl77 mg/dl46 mg/dl119 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
119
Obyektif :
Tandavital
30/11/08 01/12/08 02/12/08 03/12/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
120/70
88x/mnt370C
18x/mntE4M6V5=15
120/60
80x/mnt370C
18x/mntE4M6V5=15
120/70
80x/mnt370C
20x/mntE4M6V5=15
120/70
80x/mnt36,80C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalCeftriaxone 2g/12jam i.v 30/11-
01/12/08Alinamin F 3x1ampul i.v 30/11/08Vit. C 1000mg i.v 30/11/08Kalnex 500mg i.v 30/11/08Pronalges 2x100mg Oral 30/11-
01/12/08CDR 1x1tablet Oral 01-
03/12/08As.mefenamat 3x500mg Oral 03/12/08Nonflamin 3x500mg Oral 03/12/08Amoksisilin 3x500mg Oral 02-
03/12/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 02-
03/12/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 30/11-08Dextrosa 5% Infus i.v 30/11-
03/11/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu tinggi : pasien diberikan as.mefenamat dan nonflamin pada hari yang sama. kedua obat tersebut merupakan gol. Obatantiinflamasi non-steroid, sehingga antara yang satu dengan yang lain dapat saling meningkatkan efek dan efek samping yang tidakdiinginkan.
Rekomendasi :1. Menggunakan jenis OAINS cukup satu saja.2. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat OAINS ( mual,tukak lambung, dsb)
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
120
Kasus 34
Subyektif :No. RM : 474596Umur : 32 tahunLama tinggal : 14/12/08-16/08/08 (3 hari)Tanggal operasi : 14/12/08 (pukul 09.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air pervaginam sejak pukul 03.30Diagnosa : G2P0, hamil 29-30 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, antibiotika pre operasi (ampisiln), diberikan pada pukul 08.10Obyektif :Keadaan umum :TB : 159cmBB : 60kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 14/12/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
11,7 gr/dl9,0 103/ µL
3,87 103/ µL37,6 %
275 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 14/12/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,3 %0,2 %
70,4 %15,6 %13,3 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 14/12/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
94,1 fl30,8 pg
32,2 g/dl13,3 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 14/12/08SGOTSGPT
26,5 U/L18,2 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 14/12/08Ureum
Kreatinin18 mg/dl
0,49 mg/dl↓10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 14/12/08KaliumNatrium
4,5 mEq/L139 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 14/12/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
189 mg/dl70 mg/dl54 mg/dl110 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
121
Obyektif :
Tandavital
14/12/08 15/12/08 16/12/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
120/70
88x/mnt36,40C
20x/mntE4M6V5=15
110/60
100x/mnt36,20C
18x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt36,50C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalAmpisilin 3x1g i.v 14/12/08Alinamin F 3x1ampul i.v 14/12/08Vit. C 1000mg i.v 14/12/08Pronalges 2x100mg Oral 14/12/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 15-
16/12/08Asam mefenamat 3x500mg Oral 15-
16/12/08Amoksisilin 3x500mg Oral 15-
16/12/08CDR 1x1tablet Oral 15-
16/12/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 14/12/08Dextrosa 5% Infus i.v 14-
16/12/08
Pengkajian :DRP :
1. Dosis terlalu rendah : interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksi kurang tepat yaitu tiap 8jam, seharusnyadiberikan dengan interval tiap 6jam. Interval yang tidak tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehinggapotensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat yang bersangkutan.
Rekomendasi :1. Interval pemberian ampisilin sebagai antibiotika profilaksis diperbaiki menjadi tiap 6jam
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
122
Kasus 36
Subyektif :No. RM : 058191Umur : 30 tahunLama tinggal : 24/12/08-27/12/08 (4 hari)Tanggal operasi : 24/12/08 (pukul 15.00)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : pasien merasa sakit perut dan mengejan keras-keras, keluar air
pervaginam sejak pukul 10.00Diagnosa : G3P0, hamil 29-30 minggu T/H, ketuban pecah diniTindakan : SC, diberikan antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g, pada pukul
14.10Obyektif :Keadaan umum :TB : 166cmBB : 50kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 24/12/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
13,8 gr/dl8,5 103/ µL4,4 103/ µL38 103/ µL239 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 24/12/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
1,4 %0,4 %
74,2 %13,8 %10,2 5
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 24/12/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
94 fl30,1 pg
32,5 g/dl16,2 %↓
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 24/12/08SGOTSGPT
19,3 U/L12,1 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 24/12/08Ureum
Kreatinin14 mg/dl
0,5 mg/dl↓10-50 mg/dl
0,6-1,3 mg/dlElektrolit 24/12/08KaliumNatrium
3,9 mEq/L136 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 24/12/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
143 mg/dl69 mg/dl53 mg/dl113 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
123
Obyektif :
Tandavital
24/12/08 25/12/08 26/12/08 27/12/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
120/70
90x/mnt360C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
88x/mnt36,10C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt360C
18x/mntE4M6V5=15
110/60
80x/mnt370C
18x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalDexametason 10mg i.v 24/12/08
Ceftriaxone 2g/12jam i.v 24-25/12/08
Alinamin F 3x1ampul i.v 24/12/08
Vit. C 1000mg i.v 24/12/08
Pronalges 2x100mg Oral 24/12/08
Sanprima F 3x1tablet Oral 26-27/12/08
Methylergometrin 3x1tablet Oral 25-27/12/08
CDR 1x1tablet Oral 25-27/12/08
As.mefenamat 3x500mg Oral 25-27/12/08
Neurobion 1x1tablet Oral 25-27/12/08
Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 24/12/08
Dextrosa 5% Infus i.v 24-27/12/08
Pengkajian :DRP :
1. Efek samping yang tidak diinginkan : samprima F merupakan antimikroba yang mempunyai efek samping berpotensi menimbulkankernikterus terhadap bayi
Rekomendasi :1. Mengganti samprima F dengan antibiotika lainnya (misalnya amoksisilin)2. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat sanprima F (kernikterus pada bayi)
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
124
Kasus 38
Subyektif :No. RM : 435291Umur : 34 tahunLama tinggal : 28/12/08-30/12/08 (3 hari)Tanggal operasi : 28/12/08 (pukul 09.30)Riwayat penyakit : -Riwayat alergi : -Keluhan masuk : keluar air ketuban sejak pukul 06.00Diagnosa : G3P1, hamil 39-40 minggu, ketuban pecah diniTindakan : SC, persiapan darah. Antibiotika pre operasi ceftriaxone 2g, diberikan
pada pukul 09.00 secara i.vObyektif :Keadaan umum :TB : 165cmBB : 61kg
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologi 28/12/08Hemaglobin
LeukositEritrosit
HematokritTrombosit
12,3 gr/dl9,7 103/ µL4,8 103/ µL
37,9 %136 103/ µL
12-16gr/dl4-11 103/ µL
4,2-5,4 103/µL37-43%
150-450 103/µLHitung jumlah leukosit 28/12/08
EosinofilBasofil
NeutrofilLimfositMonosit
0,6 %0,3 %
81,4 %6,3 %
0-9,5%0-2,5%
35-88,7%12-44%0-11,2%
Indeks eritrosit 28/12/08MCVMCH
MCHCRDW-CV
88,1 fl30,1 pg
34,3 g/dl13,2 %
80-96 fl27-31 pg
32-36 g/dl11,6-14,8 %
Hati 28/12/08SGOTSGPT
19,6 U/L12, 7 U/L
0,00-38,00U/L0,00-41,00U/L
Ginjal 28/12/08Ureum
Kreatinin15,2 mg/dl0,7 mg/dl
10-50 mg/dl0,6-1,3 mg/dl
Elektrolit 28/12/08KaliumNatrium
3,9 mEq/L138 mEq/L
3,5-5,0 mEq/L135-145 mEq/L
Lemak darah 28/12/08Kolesterol
LDLHDL
Trigliserida
-73 mg/dl51 mg/dl119 mg/dl
<200 mg/dl<150 mg/dl>40 mg/dl
<150 mg/dl
125
Obyektif :
Tandavital
28/12/08 29/12/08 30/12/08 Nilai
Normal
TD(mmHg)
NadiSuhuRR
Tingkatkesadran
110/70
80x/mnt370C
20x/mntE4M6V5=15
110/70
80x/mnt36,60C
20x/mntE4M6V5=15
110/60
88x/mnt36,80C
20x/mntE4M6V5=15
110-120/70-80
70-90x/mnt360-370C
12-25x/mntE4M6V5=15
Penatalaksanaan :Nama obat Frek. Cara
pemberianDiberikan
tanggalCeftriaxone 2g/12jam i.v 28-29/12/08Alinamin F 3x1ampul i.v 28/12/08Vit. C 1000mg i.v 28/12/08Pronalges 2x100mg Oral 28/12/08Sanprima F 3x1tablet Oral 30/12/08Methylergometrin 3x1tablet Oral 29-30/12/08As.mefenamat 3x500mg Oral 29-30/12/08CDR 1x1tablet Oral 29-30/12/08Oksitosin 28tetes/mnt Infus i.v 28/12/08Dextrosa 5% Infus i.v 28-30/12/08
Pengkajian :DRP :
1. Efek samping yang tidak diinginkan : samprima F merupakan antimikroba yang mempunyai efek samping berpotensi menimbulkankernikterus terhadap bayi
Rekomendasi :1. Mengganti samprima F dengan antibiotika lainnya (misalnya amoksisilin)2. Monitoring gejala tanda-tanda efek samping obat sanprima F (kernikterus pada bayi)
Outcome : Sembuh (kontrol poli selama 1 minggu)
126
Lampiran 4. Penggolongan Obat Pasien Caesarean Section
(Operasi Sesar) diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode 2008
No Sub Golongan Golongan Jenis Nama Dagang1 Antibiotika Penisilin Amoksisilin Amoxsan®2 Ampisilin Ampisilin®
Sefalosporingenerasi ketiga
Ceftriaxone Ceftriaxone®
3 Kombinasibakteri
kotrimoksasol Sanprima F®
No Sub Golongan Golongan Obat Jenis Nama Dagang1 Obat Obstetrik
dan GinekologiOksitosik Oksitosin Oxytocin®
2 Alkaloid ergot Methylergometrin Methergin®
No Sub Golongan Golongan Obat Jenis Nama Dagang1 Analgetika Antiinflamasi
non steroidAsam mefenamat Mefinal®
2 Ketoprofen Pronalges®3 Tinoridin HCl Nonflamin®
No Golongan Sub Golongan Jenis Nama Dagang1 Vitamin Vitamin B Vitamin B1, B6,
B12
Neurobion®
FursultiamineHCI
Alinamin F®
Vitamin C Vitamin C Vitamin C®Vitamin C,Vitamin D
CDR®
Vitamin B12,Vitamin C
B com C®
2 Mempengaruhidarah
Asam folat, fe-glukonat, mangansulfat, sorbitol
Sangobion®
Asam folat,kalsium karbonat,asam askorbat,cholecalciferol, fefumarate
Hemobion®
127
No Golongan Sub Golongan Jenis Nama Dagang1 Larutan
elektrolit dankarbohidrat
Pemberianintravena
Glukosamonohidrat
Dextrosa 5%
2 Tranfusi darah Darah Darah
No Golongan Sub Golongan Jenis Nama Dagang1 Obat yang
mempengaruhikoagulasi
darah
Hemostatik Asamtraneksamat
Kalnex®
2 Regulator GIT Antiemetik MetoklopramidHCl
Primperal®
3 Antasida AL dan Mg Plantacyd®4 Hormon
kortikosteroidDexametason Kalmetason®
128
BIOGRAFI PENULIS
Usnul Alifa merupakan anak pertama dari pasangan
H.Mahsunun dan Hj.Sucik, Lahir di Negara, Bali
pada tanggal 2 Maret 1987. Pendidikan awal
dimulai di Sekolah Dasar Negeri 1 Pergung 1994-
2000. Dilanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Negara pada
tahun 2000-2003.
Kemudian naik ke jenjang Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Pekutatan pada
tahun 2003-2006. Selanjutnya pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan ke
jenjang Perguruan Tinggi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta dan
menyelesaikan masa studi pada tahun 2011.
128