Post on 22-Oct-2021
Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal Pajak: Implementasi,
Kendala, dan Strategi Optimasi
Winnendra Dwi Saputra dan Neni Susilawati
Ilmu Administrasi Fiskal Program Ekstensi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: winnendra@gmail.com; neni.susilawati31@ui.edu
Abstrak
Proses pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi yang panjang
dianggap mulai menimbulkan banyak permasalahan dikarenakan jumlahnya yang sangat besar dan terus
bertambah tanpa diimbangi dengan penambahan jumlah pegawai pada Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak).
Pemanfaatan e-filing merupakan salah satu jawaban terbaik mengatasi masalah ini. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis implementasi pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi melalui e-filing, kendala yang dihadapai,
dan strategi optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak. Konsep penting dalam penelitian ini
adalah implementasi kebijakan, electronic government, dan strategi. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yang berdasarkan tujuannya termasuk penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan
wawancara mendalam. Implementasi kebijakan e-filing melalui website ini sudah baik, namun masih terdapat
beberapa kendala. Sejumlah kendala yang dihadapi adalah pada kurangnya infrastruktur, unsur behavioral dari
Wajib Pajak Orang Pribadi, keterbatasan waktu, sumber daya manusia, cara berkomunikasi, serta kesadaran
sikap para petugas Ditjen Pajak di lapangan. Strategi yang digunakan oleh Ditjen Pajak untuk optimasi
pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak adalah dengan menetapkan target dan membuat peraturan
pendukung.
Electronic Filing via Directorate General of Taxation’s Website: Implementation,
Obstacles, and Optimization Strategy
Abstract
The long administration process of Personal Income Tax Return causes a lot of problems because of its large
amount and continuing growth without adding officers in the Directorate General of Taxation (DGT). e-Filing is
one of the best solutions to overcome this problem. This study aims to analyze implementation of the annual
report of personal income tax through e-filling, obstacles in the policy implementation, and strategies to optimize
the use of e-filing via the Directorate General of Taxation‟s website. The important concepts used are policy
implementation, electronic government, and strategies. This research used qualitative approach with descriptive
study and in-depth interview as data collection technique. The results of this study indicate that the
implementation of e-filing policies via website is good, but there are still some obstacles. Some obstacles faced
are the lack of infrastructure, the behavioral factors of the individual taxpayer, the limited time, human
resources, the way to communicate, and the attitude of the officers in Taxation Office. The strategies used by the
Directorate General of Taxation to optimize the use of e-filing via the Directorate General of Taxation‟s website
are by setting targets and arrange supporting regulations.
Keywords: Implementation Policy; e-Filing; Personal Income Tax.
Pendahuluan
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
Bila ditarik dalam lima tahun ke belakang pada postur penerimaan negara dalam
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), maka sejak tahun 2009 hingga tahun
2013, prosentase penerimaan negara dari sektor pajak terhadap total penerimaan negara selalu
di atas 70% (Nota Keuangan dan Rancangan APBN TA 2014). Namun, apabila diperhatikan
lebih dalam realisasi penerimaan PPh pada Tahun 2013, dapat terlihat fakta bahwa jenis PPh
Pasal 25/29 Badan mendominasi penerimaan PPh, yakni sebesar 37,13% dari total
penerimaan PPh. Sementara kondisi sebaliknya terdapat pada jenis PPh 25/29 Orang Pribadi
yang hanya sekitar 1,05% dari total penerimaan PPh. Melihat fakta tersebut, maka akan terasa
aneh, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang pada tahun 2012 berada pada urutan
keempat terbesar di dunia (“Top Ten Countries With The Highest Population”, 2012). Oleh
karena itu, perlu langkah yang tepat untuk menjaring lebih banyak penerimaan pajak dari
Wajib Pajak Orang Pribadi.
Menyadari hal tersebut, Ditjen Pajak melakukan reformasi perpajakan dimana salah
satunya adalah pada administrasi pajak. Hal ini tentunya seiring pula dengan Misi Ditjen
Pajak yakni, “Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan
Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara
demi kemakmuran rakyat”.
Salah satu bagian dari administrasi pajak yang dilakukan reformasi adalah pada
mekanisme penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh).
Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu mekanisme penyampaian Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) adalah melalui sistem Drop Box sebagaimana diatur
dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2009 yang kemudian diganti
dengan PER-26/PJ/2012 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Tahunan. Melalui sistem Drop Box, total SPT Tahunan PPh yang diterima oleh Ditjen Pajak
didominasi oleh SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi karena memang jumlah Wajib
Pajak Orang Pribadi sangat besar jumlahnya dibanding dengan jenis Wajib Pajak lainnya
(Buku Laporan Tahunan Ditjen Pajak 2011).
Data di lapangan menyebutkan bahwa dalam kurun waktu Tahun 2007 hingga 2011,
jumlah pegawai Ditjen Pajak relatif konstan. Sementara jumlah SPT Tahunan PPh yang
dikelola semakin besar. Sebagai contoh, pada tahun 2010, jumlah SPT Tahunan PPh yang
diterima Ditjen Pajak adalah sebanyak 8.202.309 SPT, yang kemudian meningkat sebanyak
1.130.317 SPT pada tahun 2011, atau menjadi 9.332.626 SPT. Sementara, jumlah pegawai
Ditjen Pajak pada akhir tahun 2010 dan 2011 masing-masing adalah 32.741 dan 31.736 orang,
atau kurang dari 0,5% dari jumlah SPT yang diterima pada masing-masing tahun (Buku
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
Laporan Tahunan Ditjen Pajak 2011). Hal tersebut tentu mengakibatkan bertambahnya beban
kerja dari para pegawai yang lambat laun akan menurunkan kualitas kerja dan produktifitas
organisasi. Apabila kondisi ini terus terjadi, dipastikan bahwa Ditjen Pajak tidak akan mampu
mengoptimalkan penggalian potensi dan memperluas basis subjek pajak sehingga penerimaan
pajak tidak akan bisa mencapai target yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut, maka
kemudian Ditjen Pajak menganggap perlu melakukan terobosan dengan memanfaatkan
teknologi.
Pada negara-negara di kawasan Asia Tenggara, penggunaan internet sendiri juga
sudah cukup berkembang. Negara Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia adalah tiga
negara di kawasan tersebut yang memiliki pengguna internet cukup tinggi. Pada tahun 2012,
prosentase pengguna internet dibanding dengan estimasi jumlah populasi negara-negara
tersebut berturut-turut adalah sebesar 78,01%, 75,00%, dan 60,74%. Untuk Negara Indonesia
sendiri, pada tahun 2012, jumlah pengguna internet berada di kisaran angka 55.000.000 (lima
puluh lima juta), atau 22,12% dari estimasi jumlah populasi di tahun 2012 (Sumber : Internet
World Stats, 2012).
Menjawab dan menyikapi meningkatnya kebutuhan komunitas Wajib Pajak yang
tersebar di seluruh Indonesia akan tingkat pelayanan yang harus semakin baik,
membengkaknya biaya pemrosesan laporan pajak, dan keinginan untuk mengurangi beban
proses administrasi laporan pajak menggunakan kertas maka pada tahun 2012, maka
diluncurkanlah sistem pelayanan perpajakan berbasis internet, yakni e-filing melalui website
Ditjen Pajak (www.pajak.go.id). e-Filing diharapkan menjadi salah satu solusi guna
menangani besarnya SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang akan disampaikan.
Namun, sejak awal berjalannya sistem e-filing ini yang efektif berlaku sejak tanggal 1
Februari 2012 hingga pertengahan Tahun 2013, respon Wajib Pajak masih dianggap minim,
sehingga SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang disampaikan secara manual melalui Drop
Box masih sangat banyak. Pada tahun 2012, jumlah SPT yang disampaikan melalui e-filing
pada website Ditjen Pajak hanya sebanyak 7.507 SPT. Sementara data sampai dengan tanggal
20 Mei 2013, jumlah SPT yang disampaikan melalui e-filing pada website Ditjen Pajak
sebanyak 24.474 SPT (Sumber: Ditjen Pajak).
Oleh karena itu, pada tahun 2014 ini perlu dilakukan beberapa upaya tambahan oleh
Ditjen Pajak guna memaksimalkan penerapan aplikasi ini dalam rangka mengurangi beban
administrasi dan beban biaya (cost of collection) yang besar dalam melakukan penerimaan,
pengolahan, dan pengarsipan SPT di sepanjang tahun. Selain itu, pentingnya inovasi berbasis
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
teknologi ini diharapkan mengarahkan DJP menuju administrasi perpajakan yang lebih
ramping.
Berdasarkan uraian di atas tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis implementasi Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang
menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS secara e-filing melalui website Ditjen
Pajak.
2. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi Ditjen Pajak dan Wajib Pajak dalam
pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak.
3. Menganalisis strategi untuk optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen
Pajak.
Tinjauan Teoritis
Nugroho (2013, 7) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah strategi untuk
mengatur masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk
menuju kepada masyarakat yang dicita-citakan. Tahapan-tahapan pembuatan kebijakan adalah
diawali dengan perumusan masalah, formulasi kebijakan, rekomendasi kebijakan,
implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan (Dunn, 2003, 109).
Pada tahapan implementasi kebijakan, menurut Grindle (Subarsono, 2005, 93)
terdapat dua variabel besar yang dapat mempengaruhinya, yaitu isi kebijakan (content of
policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Masing-masing variabel
tersebut masih dipecah lagi menjadi beberapa item.
Variabel isi kebijakan ini mencakup (1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran
atau target groups termuat dalam isi kebijakan; (2) jenis manfaat yang diterima oleh target
group...; (3) sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan...; (4) apakah
letak sebuah program sudah tepat; (5) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan
implementornya dengan rinci; (6) apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang
memadai.
Kemudian, variabel lingkungan kebijakan mencakup: (1) seberapa besar kekuasaan,
kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi
kebijakan; (2) karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; (3) tingkat kepatuhan
dan responsivitas kelompok sasaran.
Edward III memberikan pandangan lain mengenai implementasi kebijakan. Edwards
III (1984, 9-10) merumuskan empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan proses
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur
organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting
dalam implementasi suatu kebijakan.
Kebijakan pajak adalah kebijakan fiskal dalam arti yang sempit, yaitu kebijakan yang
berhubungan dengan penentuan apa yang akan dijadikan sebagai tax base, siapa-siapa yang
akan dikenakan pajak, apa saja yang akan dikenakan pajak ataupun yang dikecualikan
dikenakan pajak, apa yang akan dijadikan dasar pengenaan pajak, bagaimana menentukan
prosedur pelaksanan kewajiban pajak terutang (Mansury, 1999, 1-2).
Membahas e-filing, maka hal tersebut tidak terlepas dari apa yang disebut sebagai
electronic government (e-government). Jin dan Tae dalam Al-Hakim (2007, 342) memberikan
definisi teknis e-government, yaitu sebagai pendukung layanan yang cepat dan akurat untuk
pekerjaan umum oleh teknologi informasi secara online. Kim dalam Al-Hakim (2007, 347-
349) menyatakan bahwa e-government tercermin dalam tiga pola hubungan, yaitu,
menyangkut hubungan Government to Government (G2G), Government to Business (G2B),
dan Government to Citizen (G2C).
Dalam e-government dikenal pula apa yang disebut Sistem Informasi Manajemen
(SIM). Tujuan dari dibentuknya SIM adalah supaya organisasi memiliki suatu sistem yang
dapat diandalkan dalam mengelola data menjadi informasi yang bermanfaat dalam pembuatan
keputusan manajemen, baik yang menyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-
keputusan strategis (Kumorotomo dan Margono, 2004, 13-14).
e-Filing memiliki kedudukan yang penting dalam administrasi perpajakan. Tujuan dari
administrasi perpajakan menurut Silvani yang dikutip oleh Rosdiana (2011) adalah untuk
mendorong terjadi suatu kepatuhan pajak secara sukarela (voluntary tax compliance).
Kepatuhan pajak sukarela tersebut dapat didorong apabila administrasi perpajakan secara
tegas menunjukkan dapat mendeteksi dan menangkap wajib pajak yang tidak menjalankan
kewajibannya atau Wajib Pajak yang tidak patuh, serta menerapkan sanksi sesuai dengan
aturan yang ada tanpa adanya suatu pengecualian.
Salah satu asas dalam perpajakan yang kita kenal adalah asas ease of administration.
Unsur-unsur yang membentuk asas ease of administration adalah asas certainty, convenience,
efficiency dan simplicity. Asas certainty (kepastian) seperti menurut Adam Smith
mengandung pengertian bahwa semua pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang,
sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum (Soemitro, 2004, 26). Asas
convenience (kemudahan/kenyamanan) menyatakan bahwa saat pembayaran pajak hendaklah
dimungkinkan pada saat yang “menyenangkan”/ memudahkan wajib pajak, misalnya pada
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
saat menerima gaji atau penghasilan lain seperti saat menerima bunga deposito. Asas
efficiency dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi fiskus pemungutan pajak dikatakan efisien
jika biaya pemungutan pajak yang dilakukan oleh kantor pajak (antara lain dalam rangka
pengawasan kewajiban pajak) lebih kecil daripada jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan.
Menurut asas simplicity, Sistem yang sederhana akan memudahkan Wajib Pajak sehingga
akan memberikan dampak positif bagi para Wajib Pajak untuk meningkatkan kesadaran
dalam pembayaran pajak (Rahman, 2010, 25).
Rosdiana dan Tarigan (136-140) mengatakan dalam pemungutan pajak, juga harus
diperhatikan asas efisiensi. Asas efisiensi dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi fiskus dan sisi
wajib pajak. Dari sisi fiskus pemungutan pajak dapat dikatakan efisien jika biaya pemungutan
pajak yang dilakukan oleh kantor pajak lebih kecil daripada jumlah pajak yang berhasil
dikumpulkan. Dari sisi wajib pajak, sistem pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya
yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya bisa seminimal
mungkin. Dengan kata lain pemungutan pajak dikatakan efisien jika cost of compliance-nya
rendah.
Dari sisi fiskus istilah yang lebih tepat digunakan untuk mengukur efisiensi adalah
administrative cost dan enforcement cost. Administrative cost merupakan biaya yang harus
dikeluarkan pemerintah untuk menjalankan sistem administrasi perpajakan. Jadi
administrative cost bukan hanya gaji pegawai pajak tetapi juga biaya operasional lainnya
seperti biaya untuk melakukan penyuluhan/sosialisasi perpajakan dan biaya yang dikeluarkan
dalam menghadapi keberatan dan atau banding wajib pajak. Enforcement cost adalah biaya
yang terkait dengan penegakan hukum dan keadilan.
Menurut Nurmantu (2005, 148-149), kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai
“suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya”. Terdapat dua macam kepatuhan menurut Nurmantu,
yakni: kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan
dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan
dalam undang-undang perpajakan. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak
telah melaporkan SPT PPh Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak
telah memenuhi kepatuhan formal. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan
dimana Wajib Pajak secara substantif / hakekat memenuhi semua ketentuan material
perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat
meliputi juga kepatuhan formal.
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
Penerapan e-filing melalui website baru memasuki tahun ketiga, sehingga masih terus
dibutuhkan sosialisasi perpajakan. Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh
Dirjen Pajak untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya wajib
pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata
cara perpajakan melalui metode-metode yang tepat (Rohmawati, Prasetyono, dan Rimawati,
2013, 4).
Untuk mencapai keberhasilan suatu program, dalam hal ini adalah e-filing melalui
website diperlukan strategi yang tepat. Bryson (2004, 2) mengungkapkan bahwa perencanaan
strategi merupakan proses yang berulang (Strategy Change Cycle). Strategy Change Cycle
merupakan sebuah proses manajemen strategi, bukan hanya proses perencanaan strategi.
Menurut Bryson, langkah-langkah atau tahapan dalam proses manajemen strategi yang
disebut dengan Strategy Change Cycle, yaitu initiate and agree on making a strategic
process; identity organizational mandates; clarify organizational mission and values; asses
the external and internal environments to identity strengths, weaknesses, opportunities, and
threats; identity the strategic issues facing the organization; formulate strategies to manage
the issues; review and adopt the strategies or strategic plan; establish an effective
organizational vision; develop an effective implementation process; dan reassess the
strategies and the strategic planning processes.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena untuk memperoleh
pemahaman atas fenomena yang diteliti. Adapun fenomena permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini adalah strategi optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Direktorat
Jenderal Pajak.
Jika dilihat dari tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk kedalam jenis
penelitian deskriptif (descriptive research). Sedangkan berdasarkan manfaat penelitian,
penelitian yang dilakukan termasuk penelitian murni. Kemudian, jika dilihat dari dimensi
waktu, penelitian ini tergolong dalam penelitian cross-sectional studies, karena penelitian
hanya dilakukan pada satu waktu tertentu.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi lapangan (field
research) dan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan membaca dan mengumpulkan data dari peraturan-peraturan
perpajakan, literatur berupa buku, paper atau makalah, artikel, jurnal, maupun peraturan
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
terkait, majalah atau surat kabar, baik yang berbentuk media (hardcopy) dan juga elektronik.
Sedangkan studi lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui wawancara
mendalam (in depth interview). Wawancara mendalam dilakukan dilakukan terhadap
akademisi, praktisi, Wajib Pajak, dan Direktorat Jenderal Pajak.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan baik pada saat pengumpulan data
berlangsung, maupun setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu secara induktif
dan mencari pola dan model. Miles dan Huberman dalam Emzir (2012, 129-135) menyatakan
ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu reduksi data (data reduction),
model data (data display), dan penarikan/verifikasi kesimpulan (conclusion
drawing/verification).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis implementasi pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang menggunakan
Formulir 1770S atau 1770SS secara e-filing melalui website Ditjen Pajak dilakukan
berdasarkan variabel isi kebijakan (content of policy) dan variabel konteks (context of
implementation). Kedua variabel tersebut kemudian memiliki beberapa penjabaran.
Implementasi e-filing melalui website berdasarkan variabel isi kebijakan (content of
policy) dijabarkan lagi berdasarkan pihak yang kepentingannya dipengaruhi (interest
affected), jenis manfaat yang diperoleh (types of benefits), perubahan yang diharapkan (extent
of change envisionel), kedudukan pengambil keputusan (site of decision making), pelaksana
program (program implementors), dan sumber daya pendukung (resources committed)
Segala kemudahan yang diberikan melalui Drop Box cukup memberikan nilai positif
bagi penyampaian SPT Tahunan oleh Wajib Pajak. Setidaknya, dalam tiga tahun terakhir,
yakni pada Tahun 2011 hingga Tahun 2013, jumlah SPT Tahunan yang disampaikan oleh
Wajib Pajak selalu meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011, total sebanyak 8.177.233 SPT
diterima oleh Ditjen Pajak. Pada tahun berikutnya, terjadi peningkatan sebanyak 1.056.223
SPT, atau total sebanyak 9.233.456 SPT diterima pada Tahun 2012. Kemudian, pada Tahun
2013, jumlah tersbut meningkat lagi menjadi 9.946.294 SPT. Namun, jumlah yang semakin
banyak itu ternyata menambah antrian pada titik-titik penyampaian SPT Tahunan tiap tahun.
Hal ini penulis anggap sebagai hajatan tahunan bagi Ditjen Pajak. Wajib Pajak Orang Pribadi
pengguna Formulir 1770S dan 1770SS manual inilah yang akan dipengaruhi agar beralih
menggunakan e-filing melalui website.
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
Begitu tingginya jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi mengharuskan Ditjen Pajak
membuat e-filing yang dianggap sebagai terobosan terbaik saat itu. Jumlah SPT yang tinggi
dan tidak sebanding dengan jumlah Sumber Daya Manusia yang dimiliki Ditjen Pajak mulai
menimbulkan masalah dalam implementasi Drop Box beberapa tahun terakhir. Dipilihnya
Formulir 1770S dan 1770SS menjadi prioritas Ditjen Pajak dalam pengembangan awal e-
filing melalui website tidak terlepas dari jumlahnya yang paling banyak jika dibandingkan
dengan jenis SPT Tahunan lainnya. Selain itu, kedua formulir ini memiliki bentuk yang
sangat sederhana.
Pada tahun 2014 ini, Ditjen Pajak berharap memperoleh tambahan pengguna e-filing.
Tambahan tersebut oleh Ditjen Pajak diusahakan dari SPT Tahunan milik para Pegawai
Negeri Sipil (PNS), sebab kepada PNS-lah tujuan pemasaran e-filing bisa cukup banyak
dilakukan oleh Ditjen Pajak berdasarkan kajian yang telah dilakukan.
Dijelaskan oleh Suwitri (2008, 86-89) bahwa menurut Grindle, suatu program yang
memberikan manfaat secara kolektif atau terhadap banyak orang akan lebih mudah untuk
memperoleh dukungan dan tingkat kepatuhan yang tinggi dari target groups atau masyarakat
banyak. e-Filing melalui website ini juga dirancang dan disajikan oleh Ditjen Pajak dengan
berbagai bentuk manfaat positif (types of benefits) bagi para Wajib Pajak Orang Pribadi
pengguna Formulir 1770S dan 1770SS.
“Lebih Mudah, Lebih Murah, dan Lebih Cepat”, begitulah jargon yang selama ini
digunakan oleh Ditjen Pajak dalam tiap kesempatannya menyosialisasikan e-filing kepada
Wajib Pajak. Tiga hal itulah yang bisa ditawarkan oleh e-filing.
Bentuk kemudahan pertama adalah bahwa penyampaian SPT dapat dilakukan secara
kapan saja. Kapan saja di sini adalah bahwa Wajib Pajak dapat menyampaikan secara bebas
24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Kemudahan selanjutnya adalah dalam hal pengisian
SPT. SPT yang disampaikan pastilah SPT yang lengkap, sebab aplikasi akan memberikan
warning apabila Wajib Pajak tidak lengkap mengisi kolom isian SPT secara online. Dengan
begitu, maka tidak ada lagi Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan yang mungkin akan
diterima apabila Wajib Pajak tidak lengkap menyampaikan SPT melalui Drop Box.
Hal positif selanjutnya yang ditawarkan oleh e-filing kepada Wajib Pajak adalah
prosesnya yang murah. Pelaporan SPT Tahunan melalui e-filing dapat dilakukan dimanapun
dan kapanpun selama Wajib Pajak memiliki cukup device serta didukung oleh jaringan
internet. Time cost merupakan salah satu bentuk intangible compliance cost. Waktu normal
yang dibutuhkan untuk mengisi SPT melalui e-filing tidaklah lama.
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
Pemanfaatan e-filing jelas menawarkan kecepatan jika dibanding dengan penyampaian
SPT Tahunan pada Drop Box. e-Filing dianggap sebagai jawaban atas antrian panjang yang
sering terjadi pada tanggal-tangal mendekati batas akhir penyampaian SPT Tahunan pada tiap
tahunnya.
Perubahan yang diharapkan dapat dirasakan (extent of change envisionel) oleh Wajib
Pajak adalah pada penurunan compliance cost, dimana dapat berupa direct money cost, seperti
biaya pencetakan dan penggandaan formulir-formulir perpajakan dan biaya transportasi
pengurusan perpajakan. Ruang ini memberikan kesempatan bagi para peneliti lain untuk
menghitung seberapa besar efisiensi dan efektifitas riil yang dapat diraih dari sistem e-filing
jika dibandingkan dengan Drop Box.
Di Ditjen Pajak, perubahan yang diharapkan melalui implementasi e-filing ini adalah
dapat mengurangi administration cost; mempermudah pengelolaan SPT Tahunan Orang
Pribadi dan dapat mengurangi pekerjaan-pekerjaan yang bersifat klerikal; menghemat ruang
penyimpanan dokumen di KPP; tenaga Ditjen Pajak dapat lebih dimanfaatkan untuk menggali
potensi dan mengejar target penerimaan; dan mengurangi antrian penyampaian SPT di KPP.
Kebijakan untuk mengembangkan dan optimasi pemanfaatan e-filing muncul pada
kegiatan Transformasi Kelembagaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan pada
Tahun 2013. Dalam salah satu hasil dari apa yang telah diagendakan didalamnya adalah
pembentukan tim yang mengembangkan pemanfaatn e-filing. Jadi, di dalam kegiatan
Transformasi Kelembagaan dibentuk tim gabungan dari beberapa direktorat untuk membahas
berbagai hal terkait e-filing dalam sebuah forum yang disebut sebagai „Minilab‟. Tim e-filing
dalam Minilab terdiri atas beberapa orang dari perwakilan beberapa direktorat, yakni dari
Direktorat Transformasi Proses Bisnis (TPB), Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi
dan Informasi (TTKI), danDirektorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (P2
Humas).
Kesemua direktorat yang aktif berperan (site of decision making) menentukan
kebijakan ini berada di lingkungan Kantor Pusat Ditjen Pajak. Namun, dari kesemuanya
pembuat kebijakan tersebut, yang kemudian masih turut andil dalam implementasinya adalah
Direktorat P2 Humas dan TTKI. Sementara pelaksana sebenarnya di lapangan atau pihak
yang bersentuhan langsung oleh Wajib Pajak memberikan pelayanan e-filing adalah KPP,
yang secara organisatoris merupakan unit vertikal setingkat Eselon III yang di atasnya
disupervisi oleh Kantor Wilayah (Kanwil) masing-masing dan juga satu kantor pendukung
yaitu Kantor Layanan Infomasi dan Pengaduan (KLIP).
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
Jadi, dalam hal ini terdapat dua jenis hubungan, yakni hubungan horizontal, yakni
hubungan antara unit vertikal yang setingkat atau antar unit eselon yang setingkat. Kemudian
juga terdapat hubungan vertikal, yakni hubungan antara unit vertikal Ditjen Pajak seperti
hubungan dari KPP dengan Kanwil-nya atau langsung ke direktorat terkait di Kantor Pusat.
Secara geografis, jarak antara pengambil keputusan, dalam hal ini berada di Kantor
Pusat memang jauh bagi beberapa KPP mengingat luasnya wilayah geografis Indonesia.
Jauhnya jarak geografis pengambil keputusan dengan pelaksana paling bawah, memang
berpotensi besar menimbulkan keterlambatan pengambilan keputusan yang sesuai. Selain itu,
berpotensi pula terjadinya miskomunikasi dan penyimpangan dari tujuan. Namun perlu
diperhatikan pula bahwa pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan merupakan satu
organisasi yang sama, jadi secara organisatoris seharusnya tidak ada masalah. Kemudian,
untuk mengatasi jarak geografis tadi, Unit Eselon I dalam hal ini adalah Direktur Jenderal
Pajak dalam menetapkan kebijakannya melalui Peraturan Dirjen Pajak diiringi dengan
penetapan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak (Nomor SE-1/PJ/2014) yang berisi petunjuk
pelaksanaan dan Standart Operating Procedur (SOP) yang jelas dan rinci. Penyampaian
semua peraturan tersebutpun sudah dilakukan secara digital dengan menguploadnya pada
laman portal Ditjen Pajak yang langsung dapat diakses oleh semua unit dan juga secara
manual dengan surat dari unit tertinggi sampai unit paling bawah.
Aplikasi e-filing murni 100% dibuat oleh Ditjen Pajak melalui tenaga para Pejabat
Pranata Komputer. Pejabat Pranata Komputer merupakan programmer Ditjen Pajak yang
ditempatkan pada Direktorat TTKI. Hal ini menunjukkan bahwa Ditjen Pajak memiliki
sumber daya manusia yang cukup dapat diandalkan secara kualitas. Berdasarkan data Bulan
Juni 2014, Direktorat TTKI memiliki 37 orang Pejabat Pranata Komputer yang mayoritas
telah berpendidikan sarjana dan memiliki usia yang masih cenderung muda dan produktif,
yakni berusia 31-35 tahun.
Wajib Pajak dapat meminta pelayanan e-filing melalui KPP ataupun KP2KP terdekat.
Khusus yang terkait dengan permohonan memperoleh e-FIN, sebagaimana diatur, Wajib
Pajak dapat mengajukan ke KPP terdekat. Terdapat 331 KPP dan 207 KP2KP yang tersebar
di seluruh Indonesia dengan sumber daya manusia sebanyak 24.364 orang (Sumber: SIKKA-
Ditjen Pajak, 2014). Pada data Tahun 2011 diketahui Pegawai Ditjen Pajak sebanyak 5.311
orang adalah berpendidikan sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
sederajatnya, dan sisanya berpendidikan mulai dari Diploma I hingga Doktor (S-3). Sejak
tahun 2011 tidak ada penerimaan pegawai pada Ditjen Pajak untuk tingkat pendidikan sampai
dengan SMA atau sederajat. Artinya jumlah 5.311 orang tersebut lama kelamaan akan
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
semakin berkurang dengan adanya pegawai yang pensiun, sedangkan yang masuk adalah
pegawai berpendidikan di atas SMA.
Aplikasi yang ada sangat mudah, sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh banyak
orang. Mengingat sebagian besar pegawai di Ditjen Pajak sebagai pelaksana program
(program implementors) memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi untuk dapat
menerima materi tentang pelayanan dan aplikasi e-filing, maka secara kualitas kebijakan ini
dapat dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana penjelasan Suwitri (2008, 86-89) terhadap
model Grindle bahwa kemampuan pelaksana program akan mempengaruhi keberhasilan
implementasi program tersebut.
Dalam implementasi e-filing baik oleh Kantor Pusat, dalam hal ini terutama adalah
TTKI dan di KPP, didapati beberapa sumber daya pendukung (resources committed) yang
dianggap masih kurang dapat dipenuhi oleh Ditjen Pajak. Hal tersebut cukup mempengaruhi
keberhasilan implementasi. Dukungan dari sisi insfrastruktur merupakan hal yang dianggap
kurang oleh TTKI. Seringkali aplikasi tidak dapat berfungsi dikarenakan keterbatasan server
yang digunakan, terlebih saat Bulan Maret disaat banyak sekali Wajib Pajak mengakses
website e-filing. Kemudian, usulan-usulan penyediaan infrastruktur sudah disampaikan
kepada sub direktorat terkait agar di tahun-tahun mendatang hal tersebut tidak terulang lagi.
Analisis implementasi berikutnya terhadap e-filing melalui website adalah berdasarkan
variabel konteks (context of implementation). Dalam analisis ini, variabel konteksdijabarkan
lagi berdasarkan dua faktor, yaitu kekuasaan, minat, dan strategi pihak yang terlibat (power,
interest, and strategies of actors involved), dan karakteristik rejim dan institusi (institution
and regime characteristics).
e-Filing merupakan salah satu dari enam program kerja strategis yang dilakukan oleh
Ditjen Pajak. Maka sangat tepat pada tahun ini didorong kepada Wajib Pajak untuk
menggunakan e-filing. Dan untuk mencapai tujuannya tersebut, Ditjen Pajak juga melakukan
beberapa hal, sebagaimana telah sedikit diurai sebelumnya bahwa Ditjen Pajak pekerjaan
mulai dari penyempurnaan aturan hingga pengembangan aplikasi.
Kantor pajak tahun ini berfokus pada penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) pajak
tahunan secara elektronik atau electronic filling. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jawa Tengah II, Yoyok Satiotomo mengatakan penggunaan Drop Box makin dikurangi.
Bahkan, mulai tahun ini, kantor pajak tidak lagi menempatkan Drop Box di keramaian seperti
tahun sebelumnya. Drop Box hanya ada di kantor pajak (Primartantyo, 2014, 1-4).
Jika kita melihat secara keseluruhan SPT yang disampaikan Wajib Pajak dalam
beberapa tahun terakhir, jumlah SPT Tahunan Orang Pribadi yang diterima oleh Ditjen Pajak
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
pada Tahun 2014 terdapat kecenderungan untuk turun. Setidaknya data sampai dengan 13 Mei
2014, jumlah SPT Tahunan Orang Pribadi yang diterima hanya sebanyak 5.571.730 SPT atau
jauh menurun sebanyak 3.829.756 SPT dari tahun sebelumnya. Jumlah penurunan terbesar
adalah pada jenis SPT Tahunan Formulir 1770SS yang turun sebanyak 3.076.526 SPT
(Sumber: Ditjen Pajak). Hal ini bukan merupakan kabar yang baik bagi Ditjen Pajak
mengingat jumlah SPT Tahunan Orang Pribadi yang diterima sejak Tahun 2011 hingga Tahun
2013 selalu mengalami kenaikan. Namun, justru pada saat Ditjen Pajak mengeluarkan
kebijakan untuk mendorong masyarakat untuk e-filing, jumlah SPT yang diterima mengalami
kecenderungan untuk turun.
Dari sudut pandang yang dipakai oleh Direktorat PKP, mereka menganggap bahwa
seharusnya e-filing ini dapat meningkatkan kepatuhan. Kepatuhan dalam hal ini adalah
kepatuhan formal. Dengan segala kemudahan yang ditawarkan seharusnya dapat
meningkatkan kepatuhan. Namun, kenyataan di lapangan menyebutkan e-filing ini belum
mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak secara
nasional. Jumlah SPT e-filing yang diterima Ditjen Pajak hingga saat ini ditengarai berasal
dari Wajib Pajak yang memang sudah patuh menyampaikan SPT Tahunan dan bukan berasal
dari Wajib Pajak baru atau Wajib Pajak yang belum patuh yang kemudian dengan adanya e-
filing menjadi patuh secara formal.
Jadi, secara tersirat, terdapat dua kepentingan berbeda dalam hal ini dimana di satu sisi
Ditjen Pajak melalui Direktorat PKP mengecar capaian rasio kepatuhan SPT Tahunan, sedang
di sisi lain Direktorat P2 Humas, TPB, dan TTKI berusaha mengejar implementasi inisiatif
kegiatan Transformasi Kelembagaan dan pencapaian target e-filing dimana keduanya
merupakan tanggung jawab Menteri Keuangan. Dalam hal ini, pada akhirnya, secara
kompromis diputuskan bahwa tanggung jawab Menteri Keuangan-lah yang kemudian harus
didahulukan. Kemudian, seperti yang telah diulas sebelumnya bahwa Direktorat PKP tidak
banyak berperan dalam kebijakan e-filing.
Namun, jika menganalisis secara lebih parsial mengenai implementasi kebijakan e-
filing saja, secara program bisa dikatakan berhasil. Peningkatan jumlah pengguna e-filing saat
ini memang luar biasa jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, akan tetapi fenomena
turunnya jumlah SPT Tahunan yang diterima merupakan fenomena yang harus diperhatikan.
Perlu diperhatikan faktor lain yang mungkin menyebabkan hal itu terjadi, seperti penurunan
trust masyarakat kepada pemerintah.
Dalam setiap implementasi suatu kebijakan pasti melekat beberapa kendala yang harus
dihadapi. Kendala yang dihadapi Ditjen Pajak dan Wajib Pajak dalam pemanfaatan e-filing
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
melalui website dikelompokkan ke dalam empat hal, yaitu terkait dengan sumber daya,
komunikasi, kesadaran dan sifat responsif (compliance and responsiveness) para pelaksana
program, serta kegiatan sosialisasi yang dianggap kurang.
Sebagaimana telah diurai sebelumnya mengenai kualitas Sumber Daya Manusia yang
merupakan salah satu yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, Ditjen Pajak
dianggap memiliki kualitas Sumber Daya Manusia yang cukup baik. Namun di sisi lain, bila
melihat kuantitas dari sumber daya manusia, ternyata masih dirasakan kurang. Isu dan
pernyataan-pernyataan dari Dirjen Pajak mengenai jumlah pegawai yang kurang sudah
banyak mengemuka di media. Dalam implementasi e-filing pun masih dirasakan oleh
beberapa petugas khususnya bagi yang bersentuhan langsung dengan Wajib Pajak. Sedangkan
kendala terkait dengan sumber daya pendukung, mulai dari insfrastruktur berupa pengadaan
server dan beberapa perangkat lain yang dianggap kurang oleh Direktorat TTKI, komputer
dan jaringan internet pada KPP, dan dana berhubung e-filing ini adalah merupakan kebijakan
yang cukup mendadak dan bersifat add hock.
Struktur organisasi yang cukup besar di Ditjen Pajak mengharuskan tiap unitnya,
mulai unit teratas hingga unit terbawah menjalin komunikasi satu sama lain dalam rangka
implementasi suatu kebijakan, termasuk implementasi kebijakan optimasi pemanfaatan e-
filing melalui website Ditjen Pajak. Terkait kurangnya insfrastruktur, hal itu disebabkan oleh
lambatnya koordinasi. Hal tersebut kurang dapat dikomunikasikan secara lebih baik.
Faktor penghambat komunikasi seperti usia harus bisa diatasi dalam kaitannya
terhadap kendala hubungan antara Ditjen Pajak kepada Wajib Pajak (implementor dan target
group). Sebagaimana diketahui bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang sudah tidak muda lagi
pasti agak kesulitan jika harus dihadapkan dengan teknologi. Hal itu menjadi kendala
tersendiri karena menjadi senjata Wajib Pajak untuk resisten.
Kendala komunikasi terakhir adalah pada hubungan antara Ditjen Pajak kepada pihak
ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud di sini adalah pada penyedia layanan e-mail, khususnya
layanan e-mail yang gratis yang digunakan oleh sebagian besar Wajib Pajak di Indonesia,
yakni “Yahoo Mail” dan “Google Mail”. Banyak keluhan yang diterima oleh Direktorat TTKI
terkait lamanya e-mail balasan dari aplikasi e-filing baik pada saat registrasi ataupun pada
proses-proses selanjutnya. Hal tersebut disebabkan oleh kebijakan penyedia jasa e-mail
tersebut memperkecil bandwidth apabila mereka menangkapbanyak e-mail dari satu account
tertentu, dalam hal ini Ditjen Pajak.
Beberapa contoh kejadian di lapangan menggambarkan adanya ketidaksesuaian sikap
dan kesadaran para implementor, diantaranya adalah petugas e-FIN yang tidak menginput
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
semua data permohonan Wajib Pajak pada aplikasi e-FIN sehingga data yang direkam tidak
sempurna. Akibatnya, data yang seharusnya dapat dimanfaatkan tidak ada karena belum
terekam dengan baik. Contoh selanjutnya adalah bahwa terdapat pegawai Ditjen Pajak yang
mengharuskan menggunakan e-filing. Hal ini tentu keliru, karena kebijakan e-filing yang
berlaku sekarang adalah kebijakan non-mandatory, jadi merupakan opsi bagi Wajib Pajak dan
bukanlah sebuah keharusan yang harus dilaksanakan. Wajib Pajak masih diperbolehkan
memanfaatkan Drop Box, Pos, kurir atau jasa pengiriman tercatat sebagai cara menyampaikan
SPT miliknya. Hal ini tentunya dapat membingungkan Wajib Pajak.
Kendala terakhir yang dihadapi Ditjen Pajak adalah sosialisasi pajak yang dilakukan
oleh Ditjen Pajak dianggap kurang. Pemahaman yang keliru akan e-filing dapat menghambat
Ditjen Pajak. Selain intensitas sosialisasi yang dianggap kurang, materi sosialisasi juga harus
dibenahi. Materi sosialisasi juga seharusnya dibenahi. Materi yang disiapkan oleh P2 Humas
untuk disampaikan kepada Wajib Pajak hanya terkait tata cara e-filing saja, sedang materi
mengenai penghitungan pajaknya tidak banyak disampaikan. Akibatnya, banyak terjadi Wajib
Pajak salah mengisi SPT Tahunannya melalui e-filing dan menyebabkan SPT Tahunan
mereka menjadi Lebih Bayar. Hal tersebut tentunya menambah beban pekerjaan KPP karena
mereka harus segera melakukan tindak lanjut atas SPT tersebut apakah dilakukan penelitian
dalam rangka pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak atau bahkan
pemeriksaan.
Pada Tahun 2014 ini, Ditjen Pajak melakukan beberapa hal strategis dalam rangka
optimasi pemanfaatan electronic filing melalui website Ditjen Pajak. Strategi optimasi dimulai
melalui negosiasi persetujuan para pihak pengambil keputusan utama dimana pada tahap ini
Ditjen Pajak berupaya merencanakan strategi dan langkah utama yang harus diambil dalam
kebijakan optimasi pemanfaatan e-filing melalui website. Langkah kedua yang dilakukan
adalah dengan mengidentifikasi mandat organisasi. Pada tahap ini Ditjen Pajak
menyampaikan setiap aturan atau perintah dari tingkat pusat disampaikan secara cepat melalui
laman portal Ditjen Pajak pada jaringan intranet serta melakukan sosialisasi yang
diperuntukkan bagi pegawai di seluruh unit Ditjen Pajak.
Langkah ketiga yang dilakukan adalah mengklarifikasi misi organisasi. Tujuan
dibentuknya Ditjen Pajak sejalan dengan visinya adalah sebagai institusi pemerintah
penghimpun pajak negara. Maka dengan e-filing inilah salah satu cara yang digunakan Ditjen
Pajak guna memberikan pelayanan terbaik dengan harapan meningkatnya voluntary tax
compliance dan tercapainya target penerimaan pajak yang ditetapkan.
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
Langkah keempat adalah mengidentifikasi peluang dan tantangan serta
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi. Kekuatan Ditjen Pajak dalam strategi
optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak adalah pada sumber daya manusia
yang cukup secara kualitas. Sebaliknya, kelemahannya adalah pada kurangnya jumlah
pegawai Ditjen Pajak secara kuantitas. Di sisi lain, 55 juta penduduk Indonesia yang telah
menggunakan internet merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Ditjen Pajak dalam
optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak karena e-filing merupakan salah
satu aplikasi berbasis internet.
Langkah kelima adalah mengidentifikasi isu kebijakan strategis yang dihadapi
organisasi. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa salah satu strategis adalah
penyempurnaan sistem administrasi perpajakan, maka kemudian e-filing dipilih sebagai
jawaban terbaik guna meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dan mengurangi beban
administrasi dalam pengelolaan SPT Tahunan Orang Pribadi. Dengan demikian, diharapkan
dapat meningkatkan tingkat voluntary tax compliance yang diikuti dengan peningkatan
penerimaan pajak.
Langkah keenam adalah melakukan review, mengadopsi, serta merumuskan strategi.
Apa yang ditetapkan pada Minilab dalam Transformasi Kelembagaan merupakan rumusan
secara garis besar. Sementara deskripsi langkah-langkah detil dilakukan oleh beberapa
direktorat yang memiliki tugas dan fungsi berkaitan dengan optimasi pemanfaatan e-filing
melalui website Ditjen Pajak.
Langkah ketujuh yaitu mendeskripsikan langkah-langkah. Langkah ini merupakan
yang sangat penting. Pada bagian ini akan disoroti beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh
Ditjen Pajak dalam rangka optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak.
Kebijakan yang dikeluarkan dalam dua arah, baik untuk implementor atau yang bersifat ke
dalam Ditjen Pajak sendiri maupun kepada Wajib Pajak sebagai target group.
Kebijakan bagi implementor (untuk Ditjen Pajak sendiri) dilakukan dengan membuat
dan menetapkan target e-filing serta membuat aturan-aturan yang diterbitkan untuk optimasi
pemanfaatan e-filing. Selain itu, langkah lain juga ditempuh dengan memanfaatkan e-mail dan
SMS blast serta dengan memanfaatkan Kring Pajak 500200 untuk mengingatkan Wajib Pajak
yang telah memiliki e-FIN namun belum melaporkan SPT secara e-filing.
Penetapan target 700.000 e-filing untuk Tahun 2014 dijadikan patokan bagi Ditjen
Pajak sebagai strategi optimasi pemanfaatan e-filing. Dalam Minilab Transformasi
Kelembagaan, Ditjen Pajak mengharapkan pengguna e-filing dari kalangan PNS sebanyak
300.000-400.000 Wajib Pajak. Hal tersebut belum termasuk PNS dari Kementerian Keuangan
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
sebanyak 30.000-40.000 orang yang memang diwajibkan oleh Menteri Keuangan untuk
memanfaatkan e-filing. Selebihnya, yakni sebanyak 250.000-350.000 Wajib Pajak akan
diupayakan dari Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja pada sektor lain. Dirjen Pajak
beserta pada direktur terkait kebijakan e-filing, sejak Bulan Desember 2013 sampai dengan
Bulan Mei 2014 mengeluarkan beberapa kebijakan baik berupa Surat, Surat Edaran, hingga
Instruksi dalam rangka optimasi e-filing.
Untuk kebijakan bagi Wajib Pajak Ditjen Pajak menetapkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-06/PJ/2014. Dalam peraturan ini diatur permohonan memperoleh
e-FIN secara kolektif pada pemberi kerja tertentu, yakni pemberi kerja yang memiliki
Pegawai Tetap dengan jumlah minimal 1.000 orang yang memiliki alamat surat elektronik (e-
mail). Selanjutnya, Ditjen Pajak juga menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-62/PJ/2014. Hal krusial yang dibahas dalam peraturan ini adalah bahwa Wajib Pajak
Orang Pribadi yang menyampaikan SPT Tahunan untuk Tahun Pajak 2013 secara e-filing
melalui website setelah batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi namun tidak melewati tanggal 30 April 2014 dikecualikan dari
pengenaan sanksi administrasi berupa denda atas keterlambatan penyampaian SPT. Namun,
kebijakan itu masih dianggap memiliki kerikil hukum. Jelas pada Undang-Undang KUP Pasal
3 ayat (3) bahwa batas penyampaian SPT bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah paling lama
3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak, yakni 31 Maret.
Langkah kedepalan, atau yang terakhir dilakukan adalah menilai kembali strategi serta
perbaikan dan pengembangan ke depan. Dari semua kendala yang ditemui selama
implementasi, Ditjen Pajak melakukan evaluasi. Dalam hal insfrastruktur, Direktorat TTKI
telah melakukan evaluasi. Sementara, untuk mengatasi kendala lainnya adalah dengan
pembenahan pola sosialisasi dan perbaikan proses bisnis. Pembenahan pola sosialisasi sangat
dibutuhkan guna menghindari benturan antar unit di lapangan dalam melakukan sosialisasi
pada suatu titik yang sama. Dalam hal proses bisnis, maka akan berkaitan dengan peraturan
yang diterbitkan, dimana masih diperlukan perbaikan terhadap peraturan yang masih
berbenturan dengan peraturan lain. Dalam hal ini, Direktorat TPB-lah yang melakukan
perbaikan proses bisnis. Selain peraturan, Direktorat TPB juga menilai kembali tingkat
kemudahan aplikasi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
1. Implementasi kebijakan optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak
sudah terlaksana dengan baik. Implementasi kebijakan e-filing melalui website ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kebijakan itu sendiri, pegawai Ditjen Pajak
yang berkaitan sebagai implementor kebijakan, serta Wajib Pajak sebagai target group
kebijakan.
2. Kendala utama yang ditemui dalam implementasi kebijakan optimasi pemanfaatan e-
filing melalui website Ditjen Pajak adalah pada insfrastruktur dan behavioral dari Wajib
Pajak Orang Pribadi. Sedangkan kendala lain adalah terkait dengan keterbatasan waktu,
sumber daya manusia, cara berkomunikasi, serta kesadaran sikap para petugas Ditjen
Pajak di lapangan.
3. Strategi yang dilakukan oleh Ditjen Pajak dalam optimasi Wajib Pajak agar beralih
menggunakan e-filing melalui website Ditjen Pajak sudah cukup baik. Strategi dilakukan
mulai dari negosiasi persetujuan para pihak pengambil keputusan utama;
mengidentifikasi mandat; mengklarifikasi misi; mengidentifikasi peluang dan tantangan
serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan; mengidentifikasi isu kebijakan strategis
yang dihadapi; review dan mengadopsi serta merumuskan strategi; mendeskripsikan
langkah-langkah; serta menilai kembali strategi serta perbaikan dan pengembangan ke
depan. Dengan menetapkan target e-filing melalui website Ditjen Pajak serta menerbitkan
banyak aturan pendukung baik ditujukan ke unit yang berkaitan dengan implementasi e-
filing maupun yang ditujukan kepada Wajib Pajak cukup mampu meningkatkan SPT e-
filing melalui website Ditjen Pajak.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan penulis berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Sosialisasi memiliki peran yang cukup penting dalam setiap implementasi suatu
kebijakan. Oleh sebab itu, penulis juga berhadap agar Ditjen Pajak membuat rencana
sosialisasi yang lebih terstruktur serta memperbaiki pola kerja sama antar unit di
lapangan. Rencana sosialisasi yang terstruktur mulai dari perencanaan waktu, sasaran
sosialisasi, pelaksana sosialisasi, metode dan alat pendukung yang baik diharap dapat
memberikan hasil yang lebih baik. Komunikasi antar KPP dan Kanwil perlu dibangun
agar tidak terjadi lagi tumpang tindih kegiatan sosialisasi di lapangan. Di sisi lain, untuk
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
mengatasi kendala keterbatasan Sumber Daya Manusia, Ditjen Pajak diharapkan dapat
menjalin kerja sama dengan pihak lain melalui outsourcing atau swakelola.
2. Sebagai kunci keberhasilan dari implementasi kebijakan berbasi teknologi informasi,
Ditjen Pajak kedepan diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala yang bersifat teknis
dengan melakukan pengadaan insfrastruktur pendukung agar kendala tidak berfungsinya
aplikasi karena beban yang terlalu berat dapat dihindari. Selain itu, pengembangan
aplikasi juga terus dilakukan agar tercipta aplikasi yang dianggap lebih user friendly.
Demikian pula pada perbaikan pola komunikasi dengan pihak ketiga yang mempengaruhi
keberlangsugan aplikasi e-filing ini. Di sisi lain, Ditjen Pajak agar membenahi struktur
tim e-filing pada tingkat Kantor Pusat agar pekerjaan ini dapat dilakukan oleh lebih
banyak pihak yang terlibat. Dengan dibangunnya tim yang lebih besar dan kuat, maka
diharapkan kendala komunikasi diantara para implementor dapat dihindari.
3. Diharapkan kepada Ditjen pajak agar sesegera mungkin memikirkan strategi-strategi baru
sebagai persiapan mengejar target pada tahun berikutnya. Hal ini dilakukan supaya tidak
ada lagi banyak waktu terbuang sehingga perbaikan-perbaikan yang bisa dilakukan bisa
lebih optimal.
Daftar Referensi
Buku :
Al-hakim, Latif. (2007). Global E-Government – Theory. Applications. and Benchmarking.
Idea Group Publishing.
Bryson, John M dan Farnum K. Alston. (2004). Creating and Implementing Your Strategic
Plan: A Workbook For Public And Nonprofit Organizations. United States of America: Jessey
Bass.
Creswell, John W. (2013). Research Design (Pendekatan Kualitatif. Kuantitatif. dan Mixed).
Yogyakarta: Pusaka Pelajar.
Edward III, George C (edited). (1984). Public Policy Implementing. Jai Press Inc. London-
England.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.
Grindle, Merilee S. (1980). Politics and Policy Implementation in The Third World. Princnton
University Press. New Jersey.
Kumorotomo, Wahyudi. dan Subando Agus Margono. (2004). Sistem Informasi Manajemen
dalam Organisasi-Organisasi Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mansury, R. (1999). Kebijakan Fiskal. Jakarta: Yayasan Pengembangan dan Penyebaran
Pengetahuan Perpajakan (YP4).
Nurmantu, Safri. (2005). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Kelompok Yayasan Obor Indonesia.
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014
Rahman, Abdul. (2010). Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan Untuk Karyawan.
Pelaku Bisnis dan Perusahaan. Bandung: Penerbit Nuansa.
Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto. (2011). Panduan Lengkap Tata CaraPerpajakan di
Indonesia. Jakarta: Visimedia.
Rosdiana, Haula dan Rasin Tarigan. (2005). Perpajakan : Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT.
Raja Grafindo Persada.
Soemitro, Rachmat dan Kania Sugiharti. (2004). Asas dan Dasar Perpajakan (edisi kedua).
Bandung: PT. Refika Aditama.
Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan Publik Teori. Konsep dan Aplikasi (Cetakan 1).
Pustaka Pelajar.
Suwitri, Sri. Konsep Dasar Kebijakan Publik, Badan penerbit Universitas Diponegoro:
Semarang, 2008.
Laporan lembaga :
Direktorat Jenderal Pajak. (2012). Buku Laporan Tahunan Ditjen Pajak 2011. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pajak.
Jurnal online :
Rohmawati. Lusia. Prasetyono. dan Rimawati. (2013). Prosiding Simposium Nasional
Perpajakan 4: Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura.
Pengaruh Sosialisasi dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Tingkat Kesadaran dan
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan
Usaha dan Pekerjaan Bebas pada KPP Pratama Gresik Utara). unduh tanggal 28 Februari
2014 dari http://asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/7-PENGARUH-
SOSIALISASI-DAN-PENGETAHUAN-PERPAJAKAN-TERHADAP-TINGKAT-
KESADARAN-DAN-KEPATUHAN-WAJIB-PAJAK.pdf.
Publikasi elektronik :
Internet World Stats. (2012). Asia Internet Use. Population Data and Facebook Statistics.
Diunduh tanggal 30 Januari 2014 dari http://www.internetworldstats.com/stats3.htm#asia.
Internet World Stats. (2012). Top Ten Countries With The Highest Population. Diunduh
tanggal 30 Januari 2014 dari http://www.internetworldstats.com/stats8.htm.
Direktorat Jenderal Anggaran. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2013). Nota
Keuangan dan Rancangan APBN TA 2014. Diunduh tanggal 28 Februari 2014 dari
http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/NK%202014.pdf.
Primartantyo, Ukky. (2014). Kantor Pajak Hapus Drop Box SPT. Diunduh tanggal 7 Juni
2014 dari http://www.tempo.co/read/news/2014/03/17/058562992/Kantor-Pajak-Hapus-Drop-
Box-SPT.
Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014