Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

20
Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal Pajak: Implementasi, Kendala, dan Strategi Optimasi Winnendra Dwi Saputra dan Neni Susilawati Ilmu Administrasi Fiskal Program Ekstensi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected]; [email protected] Abstrak Proses pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi yang panjang dianggap mulai menimbulkan banyak permasalahan dikarenakan jumlahnya yang sangat besar dan terus bertambah tanpa diimbangi dengan penambahan jumlah pegawai pada Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak). Pemanfaatan e-filing merupakan salah satu jawaban terbaik mengatasi masalah ini. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implementasi pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi melalui e-filing, kendala yang dihadapai, dan strategi optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak. Konsep penting dalam penelitian ini adalah implementasi kebijakan, electronic government, dan strategi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berdasarkan tujuannya termasuk penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Implementasi kebijakan e-filing melalui website ini sudah baik, namun masih terdapat beberapa kendala. Sejumlah kendala yang dihadapi adalah pada kurangnya infrastruktur, unsur behavioral dari Wajib Pajak Orang Pribadi, keterbatasan waktu, sumber daya manusia, cara berkomunikasi, serta kesadaran sikap para petugas Ditjen Pajak di lapangan. Strategi yang digunakan oleh Ditjen Pajak untuk optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak adalah dengan menetapkan target dan membuat peraturan pendukung. Electronic Filing via Directorate General of Taxation’s Website: Implementation, Obstacles, and Optimization Strategy Abstract The long administration process of Personal Income Tax Return causes a lot of problems because of its large amount and continuing growth without adding officers in the Directorate General of Taxation (DGT). e-Filing is one of the best solutions to overcome this problem. This study aims to analyze implementation of the annual report of personal income tax through e-filling, obstacles in the policy implementation, and strategies to optimize the use of e-filing via the Directorate General of Taxation‟s website. The important concepts used are policy implementation, electronic government, and strategies. This research used qualitative approach with descriptive study and in-depth interview as data collection technique. The results of this study indicate that the implementation of e-filing policies via website is good, but there are still some obstacles. Some obstacles faced are the lack of infrastructure, the behavioral factors of the individual taxpayer, the limited time, human resources, the way to communicate, and the attitude of the officers in Taxation Office. The strategies used by the Directorate General of Taxation to optimize the use of e-filing via the Directorate General of Taxation‟s website are by setting targets and arrange supporting regulations. Keywords: Implementation Policy; e-Filing; Personal Income Tax. Pendahuluan Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Transcript of Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Page 1: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal Pajak: Implementasi,

Kendala, dan Strategi Optimasi

Winnendra Dwi Saputra dan Neni Susilawati

Ilmu Administrasi Fiskal Program Ekstensi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,

Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]; [email protected]

Abstrak

Proses pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi yang panjang

dianggap mulai menimbulkan banyak permasalahan dikarenakan jumlahnya yang sangat besar dan terus

bertambah tanpa diimbangi dengan penambahan jumlah pegawai pada Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak).

Pemanfaatan e-filing merupakan salah satu jawaban terbaik mengatasi masalah ini. Tujuan penelitian ini untuk

menganalisis implementasi pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi melalui e-filing, kendala yang dihadapai,

dan strategi optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak. Konsep penting dalam penelitian ini

adalah implementasi kebijakan, electronic government, dan strategi. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif yang berdasarkan tujuannya termasuk penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan

wawancara mendalam. Implementasi kebijakan e-filing melalui website ini sudah baik, namun masih terdapat

beberapa kendala. Sejumlah kendala yang dihadapi adalah pada kurangnya infrastruktur, unsur behavioral dari

Wajib Pajak Orang Pribadi, keterbatasan waktu, sumber daya manusia, cara berkomunikasi, serta kesadaran

sikap para petugas Ditjen Pajak di lapangan. Strategi yang digunakan oleh Ditjen Pajak untuk optimasi

pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak adalah dengan menetapkan target dan membuat peraturan

pendukung.

Electronic Filing via Directorate General of Taxation’s Website: Implementation,

Obstacles, and Optimization Strategy

Abstract

The long administration process of Personal Income Tax Return causes a lot of problems because of its large

amount and continuing growth without adding officers in the Directorate General of Taxation (DGT). e-Filing is

one of the best solutions to overcome this problem. This study aims to analyze implementation of the annual

report of personal income tax through e-filling, obstacles in the policy implementation, and strategies to optimize

the use of e-filing via the Directorate General of Taxation‟s website. The important concepts used are policy

implementation, electronic government, and strategies. This research used qualitative approach with descriptive

study and in-depth interview as data collection technique. The results of this study indicate that the

implementation of e-filing policies via website is good, but there are still some obstacles. Some obstacles faced

are the lack of infrastructure, the behavioral factors of the individual taxpayer, the limited time, human

resources, the way to communicate, and the attitude of the officers in Taxation Office. The strategies used by the

Directorate General of Taxation to optimize the use of e-filing via the Directorate General of Taxation‟s website

are by setting targets and arrange supporting regulations.

Keywords: Implementation Policy; e-Filing; Personal Income Tax.

Pendahuluan

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 2: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Bila ditarik dalam lima tahun ke belakang pada postur penerimaan negara dalam

Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), maka sejak tahun 2009 hingga tahun

2013, prosentase penerimaan negara dari sektor pajak terhadap total penerimaan negara selalu

di atas 70% (Nota Keuangan dan Rancangan APBN TA 2014). Namun, apabila diperhatikan

lebih dalam realisasi penerimaan PPh pada Tahun 2013, dapat terlihat fakta bahwa jenis PPh

Pasal 25/29 Badan mendominasi penerimaan PPh, yakni sebesar 37,13% dari total

penerimaan PPh. Sementara kondisi sebaliknya terdapat pada jenis PPh 25/29 Orang Pribadi

yang hanya sekitar 1,05% dari total penerimaan PPh. Melihat fakta tersebut, maka akan terasa

aneh, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang pada tahun 2012 berada pada urutan

keempat terbesar di dunia (“Top Ten Countries With The Highest Population”, 2012). Oleh

karena itu, perlu langkah yang tepat untuk menjaring lebih banyak penerimaan pajak dari

Wajib Pajak Orang Pribadi.

Menyadari hal tersebut, Ditjen Pajak melakukan reformasi perpajakan dimana salah

satunya adalah pada administrasi pajak. Hal ini tentunya seiring pula dengan Misi Ditjen

Pajak yakni, “Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan

Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara

demi kemakmuran rakyat”.

Salah satu bagian dari administrasi pajak yang dilakukan reformasi adalah pada

mekanisme penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh).

Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu mekanisme penyampaian Surat Pemberitahuan

(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) adalah melalui sistem Drop Box sebagaimana diatur

dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2009 yang kemudian diganti

dengan PER-26/PJ/2012 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan

Tahunan. Melalui sistem Drop Box, total SPT Tahunan PPh yang diterima oleh Ditjen Pajak

didominasi oleh SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi karena memang jumlah Wajib

Pajak Orang Pribadi sangat besar jumlahnya dibanding dengan jenis Wajib Pajak lainnya

(Buku Laporan Tahunan Ditjen Pajak 2011).

Data di lapangan menyebutkan bahwa dalam kurun waktu Tahun 2007 hingga 2011,

jumlah pegawai Ditjen Pajak relatif konstan. Sementara jumlah SPT Tahunan PPh yang

dikelola semakin besar. Sebagai contoh, pada tahun 2010, jumlah SPT Tahunan PPh yang

diterima Ditjen Pajak adalah sebanyak 8.202.309 SPT, yang kemudian meningkat sebanyak

1.130.317 SPT pada tahun 2011, atau menjadi 9.332.626 SPT. Sementara, jumlah pegawai

Ditjen Pajak pada akhir tahun 2010 dan 2011 masing-masing adalah 32.741 dan 31.736 orang,

atau kurang dari 0,5% dari jumlah SPT yang diterima pada masing-masing tahun (Buku

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 3: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Laporan Tahunan Ditjen Pajak 2011). Hal tersebut tentu mengakibatkan bertambahnya beban

kerja dari para pegawai yang lambat laun akan menurunkan kualitas kerja dan produktifitas

organisasi. Apabila kondisi ini terus terjadi, dipastikan bahwa Ditjen Pajak tidak akan mampu

mengoptimalkan penggalian potensi dan memperluas basis subjek pajak sehingga penerimaan

pajak tidak akan bisa mencapai target yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut, maka

kemudian Ditjen Pajak menganggap perlu melakukan terobosan dengan memanfaatkan

teknologi.

Pada negara-negara di kawasan Asia Tenggara, penggunaan internet sendiri juga

sudah cukup berkembang. Negara Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia adalah tiga

negara di kawasan tersebut yang memiliki pengguna internet cukup tinggi. Pada tahun 2012,

prosentase pengguna internet dibanding dengan estimasi jumlah populasi negara-negara

tersebut berturut-turut adalah sebesar 78,01%, 75,00%, dan 60,74%. Untuk Negara Indonesia

sendiri, pada tahun 2012, jumlah pengguna internet berada di kisaran angka 55.000.000 (lima

puluh lima juta), atau 22,12% dari estimasi jumlah populasi di tahun 2012 (Sumber : Internet

World Stats, 2012).

Menjawab dan menyikapi meningkatnya kebutuhan komunitas Wajib Pajak yang

tersebar di seluruh Indonesia akan tingkat pelayanan yang harus semakin baik,

membengkaknya biaya pemrosesan laporan pajak, dan keinginan untuk mengurangi beban

proses administrasi laporan pajak menggunakan kertas maka pada tahun 2012, maka

diluncurkanlah sistem pelayanan perpajakan berbasis internet, yakni e-filing melalui website

Ditjen Pajak (www.pajak.go.id). e-Filing diharapkan menjadi salah satu solusi guna

menangani besarnya SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang akan disampaikan.

Namun, sejak awal berjalannya sistem e-filing ini yang efektif berlaku sejak tanggal 1

Februari 2012 hingga pertengahan Tahun 2013, respon Wajib Pajak masih dianggap minim,

sehingga SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang disampaikan secara manual melalui Drop

Box masih sangat banyak. Pada tahun 2012, jumlah SPT yang disampaikan melalui e-filing

pada website Ditjen Pajak hanya sebanyak 7.507 SPT. Sementara data sampai dengan tanggal

20 Mei 2013, jumlah SPT yang disampaikan melalui e-filing pada website Ditjen Pajak

sebanyak 24.474 SPT (Sumber: Ditjen Pajak).

Oleh karena itu, pada tahun 2014 ini perlu dilakukan beberapa upaya tambahan oleh

Ditjen Pajak guna memaksimalkan penerapan aplikasi ini dalam rangka mengurangi beban

administrasi dan beban biaya (cost of collection) yang besar dalam melakukan penerimaan,

pengolahan, dan pengarsipan SPT di sepanjang tahun. Selain itu, pentingnya inovasi berbasis

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 4: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

teknologi ini diharapkan mengarahkan DJP menuju administrasi perpajakan yang lebih

ramping.

Berdasarkan uraian di atas tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis implementasi Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang

menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS secara e-filing melalui website Ditjen

Pajak.

2. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi Ditjen Pajak dan Wajib Pajak dalam

pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak.

3. Menganalisis strategi untuk optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen

Pajak.

Tinjauan Teoritis

Nugroho (2013, 7) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah strategi untuk

mengatur masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk

menuju kepada masyarakat yang dicita-citakan. Tahapan-tahapan pembuatan kebijakan adalah

diawali dengan perumusan masalah, formulasi kebijakan, rekomendasi kebijakan,

implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan (Dunn, 2003, 109).

Pada tahapan implementasi kebijakan, menurut Grindle (Subarsono, 2005, 93)

terdapat dua variabel besar yang dapat mempengaruhinya, yaitu isi kebijakan (content of

policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Masing-masing variabel

tersebut masih dipecah lagi menjadi beberapa item.

Variabel isi kebijakan ini mencakup (1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran

atau target groups termuat dalam isi kebijakan; (2) jenis manfaat yang diterima oleh target

group...; (3) sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan...; (4) apakah

letak sebuah program sudah tepat; (5) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan

implementornya dengan rinci; (6) apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang

memadai.

Kemudian, variabel lingkungan kebijakan mencakup: (1) seberapa besar kekuasaan,

kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi

kebijakan; (2) karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; (3) tingkat kepatuhan

dan responsivitas kelompok sasaran.

Edward III memberikan pandangan lain mengenai implementasi kebijakan. Edwards

III (1984, 9-10) merumuskan empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan proses

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 5: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur

organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting

dalam implementasi suatu kebijakan.

Kebijakan pajak adalah kebijakan fiskal dalam arti yang sempit, yaitu kebijakan yang

berhubungan dengan penentuan apa yang akan dijadikan sebagai tax base, siapa-siapa yang

akan dikenakan pajak, apa saja yang akan dikenakan pajak ataupun yang dikecualikan

dikenakan pajak, apa yang akan dijadikan dasar pengenaan pajak, bagaimana menentukan

prosedur pelaksanan kewajiban pajak terutang (Mansury, 1999, 1-2).

Membahas e-filing, maka hal tersebut tidak terlepas dari apa yang disebut sebagai

electronic government (e-government). Jin dan Tae dalam Al-Hakim (2007, 342) memberikan

definisi teknis e-government, yaitu sebagai pendukung layanan yang cepat dan akurat untuk

pekerjaan umum oleh teknologi informasi secara online. Kim dalam Al-Hakim (2007, 347-

349) menyatakan bahwa e-government tercermin dalam tiga pola hubungan, yaitu,

menyangkut hubungan Government to Government (G2G), Government to Business (G2B),

dan Government to Citizen (G2C).

Dalam e-government dikenal pula apa yang disebut Sistem Informasi Manajemen

(SIM). Tujuan dari dibentuknya SIM adalah supaya organisasi memiliki suatu sistem yang

dapat diandalkan dalam mengelola data menjadi informasi yang bermanfaat dalam pembuatan

keputusan manajemen, baik yang menyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-

keputusan strategis (Kumorotomo dan Margono, 2004, 13-14).

e-Filing memiliki kedudukan yang penting dalam administrasi perpajakan. Tujuan dari

administrasi perpajakan menurut Silvani yang dikutip oleh Rosdiana (2011) adalah untuk

mendorong terjadi suatu kepatuhan pajak secara sukarela (voluntary tax compliance).

Kepatuhan pajak sukarela tersebut dapat didorong apabila administrasi perpajakan secara

tegas menunjukkan dapat mendeteksi dan menangkap wajib pajak yang tidak menjalankan

kewajibannya atau Wajib Pajak yang tidak patuh, serta menerapkan sanksi sesuai dengan

aturan yang ada tanpa adanya suatu pengecualian.

Salah satu asas dalam perpajakan yang kita kenal adalah asas ease of administration.

Unsur-unsur yang membentuk asas ease of administration adalah asas certainty, convenience,

efficiency dan simplicity. Asas certainty (kepastian) seperti menurut Adam Smith

mengandung pengertian bahwa semua pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang,

sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum (Soemitro, 2004, 26). Asas

convenience (kemudahan/kenyamanan) menyatakan bahwa saat pembayaran pajak hendaklah

dimungkinkan pada saat yang “menyenangkan”/ memudahkan wajib pajak, misalnya pada

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 6: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

saat menerima gaji atau penghasilan lain seperti saat menerima bunga deposito. Asas

efficiency dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi fiskus pemungutan pajak dikatakan efisien

jika biaya pemungutan pajak yang dilakukan oleh kantor pajak (antara lain dalam rangka

pengawasan kewajiban pajak) lebih kecil daripada jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan.

Menurut asas simplicity, Sistem yang sederhana akan memudahkan Wajib Pajak sehingga

akan memberikan dampak positif bagi para Wajib Pajak untuk meningkatkan kesadaran

dalam pembayaran pajak (Rahman, 2010, 25).

Rosdiana dan Tarigan (136-140) mengatakan dalam pemungutan pajak, juga harus

diperhatikan asas efisiensi. Asas efisiensi dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi fiskus dan sisi

wajib pajak. Dari sisi fiskus pemungutan pajak dapat dikatakan efisien jika biaya pemungutan

pajak yang dilakukan oleh kantor pajak lebih kecil daripada jumlah pajak yang berhasil

dikumpulkan. Dari sisi wajib pajak, sistem pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya

yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya bisa seminimal

mungkin. Dengan kata lain pemungutan pajak dikatakan efisien jika cost of compliance-nya

rendah.

Dari sisi fiskus istilah yang lebih tepat digunakan untuk mengukur efisiensi adalah

administrative cost dan enforcement cost. Administrative cost merupakan biaya yang harus

dikeluarkan pemerintah untuk menjalankan sistem administrasi perpajakan. Jadi

administrative cost bukan hanya gaji pegawai pajak tetapi juga biaya operasional lainnya

seperti biaya untuk melakukan penyuluhan/sosialisasi perpajakan dan biaya yang dikeluarkan

dalam menghadapi keberatan dan atau banding wajib pajak. Enforcement cost adalah biaya

yang terkait dengan penegakan hukum dan keadilan.

Menurut Nurmantu (2005, 148-149), kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai

“suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya”. Terdapat dua macam kepatuhan menurut Nurmantu,

yakni: kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan

dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan

dalam undang-undang perpajakan. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak

telah melaporkan SPT PPh Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak

telah memenuhi kepatuhan formal. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan

dimana Wajib Pajak secara substantif / hakekat memenuhi semua ketentuan material

perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat

meliputi juga kepatuhan formal.

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 7: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Penerapan e-filing melalui website baru memasuki tahun ketiga, sehingga masih terus

dibutuhkan sosialisasi perpajakan. Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh

Dirjen Pajak untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya wajib

pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata

cara perpajakan melalui metode-metode yang tepat (Rohmawati, Prasetyono, dan Rimawati,

2013, 4).

Untuk mencapai keberhasilan suatu program, dalam hal ini adalah e-filing melalui

website diperlukan strategi yang tepat. Bryson (2004, 2) mengungkapkan bahwa perencanaan

strategi merupakan proses yang berulang (Strategy Change Cycle). Strategy Change Cycle

merupakan sebuah proses manajemen strategi, bukan hanya proses perencanaan strategi.

Menurut Bryson, langkah-langkah atau tahapan dalam proses manajemen strategi yang

disebut dengan Strategy Change Cycle, yaitu initiate and agree on making a strategic

process; identity organizational mandates; clarify organizational mission and values; asses

the external and internal environments to identity strengths, weaknesses, opportunities, and

threats; identity the strategic issues facing the organization; formulate strategies to manage

the issues; review and adopt the strategies or strategic plan; establish an effective

organizational vision; develop an effective implementation process; dan reassess the

strategies and the strategic planning processes.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena untuk memperoleh

pemahaman atas fenomena yang diteliti. Adapun fenomena permasalahan yang diangkat

dalam penelitian ini adalah strategi optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Direktorat

Jenderal Pajak.

Jika dilihat dari tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk kedalam jenis

penelitian deskriptif (descriptive research). Sedangkan berdasarkan manfaat penelitian,

penelitian yang dilakukan termasuk penelitian murni. Kemudian, jika dilihat dari dimensi

waktu, penelitian ini tergolong dalam penelitian cross-sectional studies, karena penelitian

hanya dilakukan pada satu waktu tertentu.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi lapangan (field

research) dan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah dengan membaca dan mengumpulkan data dari peraturan-peraturan

perpajakan, literatur berupa buku, paper atau makalah, artikel, jurnal, maupun peraturan

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 8: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

terkait, majalah atau surat kabar, baik yang berbentuk media (hardcopy) dan juga elektronik.

Sedangkan studi lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui wawancara

mendalam (in depth interview). Wawancara mendalam dilakukan dilakukan terhadap

akademisi, praktisi, Wajib Pajak, dan Direktorat Jenderal Pajak.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan baik pada saat pengumpulan data

berlangsung, maupun setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu secara induktif

dan mencari pola dan model. Miles dan Huberman dalam Emzir (2012, 129-135) menyatakan

ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu reduksi data (data reduction),

model data (data display), dan penarikan/verifikasi kesimpulan (conclusion

drawing/verification).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Analisis implementasi pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang menggunakan

Formulir 1770S atau 1770SS secara e-filing melalui website Ditjen Pajak dilakukan

berdasarkan variabel isi kebijakan (content of policy) dan variabel konteks (context of

implementation). Kedua variabel tersebut kemudian memiliki beberapa penjabaran.

Implementasi e-filing melalui website berdasarkan variabel isi kebijakan (content of

policy) dijabarkan lagi berdasarkan pihak yang kepentingannya dipengaruhi (interest

affected), jenis manfaat yang diperoleh (types of benefits), perubahan yang diharapkan (extent

of change envisionel), kedudukan pengambil keputusan (site of decision making), pelaksana

program (program implementors), dan sumber daya pendukung (resources committed)

Segala kemudahan yang diberikan melalui Drop Box cukup memberikan nilai positif

bagi penyampaian SPT Tahunan oleh Wajib Pajak. Setidaknya, dalam tiga tahun terakhir,

yakni pada Tahun 2011 hingga Tahun 2013, jumlah SPT Tahunan yang disampaikan oleh

Wajib Pajak selalu meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011, total sebanyak 8.177.233 SPT

diterima oleh Ditjen Pajak. Pada tahun berikutnya, terjadi peningkatan sebanyak 1.056.223

SPT, atau total sebanyak 9.233.456 SPT diterima pada Tahun 2012. Kemudian, pada Tahun

2013, jumlah tersbut meningkat lagi menjadi 9.946.294 SPT. Namun, jumlah yang semakin

banyak itu ternyata menambah antrian pada titik-titik penyampaian SPT Tahunan tiap tahun.

Hal ini penulis anggap sebagai hajatan tahunan bagi Ditjen Pajak. Wajib Pajak Orang Pribadi

pengguna Formulir 1770S dan 1770SS manual inilah yang akan dipengaruhi agar beralih

menggunakan e-filing melalui website.

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 9: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Begitu tingginya jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi mengharuskan Ditjen Pajak

membuat e-filing yang dianggap sebagai terobosan terbaik saat itu. Jumlah SPT yang tinggi

dan tidak sebanding dengan jumlah Sumber Daya Manusia yang dimiliki Ditjen Pajak mulai

menimbulkan masalah dalam implementasi Drop Box beberapa tahun terakhir. Dipilihnya

Formulir 1770S dan 1770SS menjadi prioritas Ditjen Pajak dalam pengembangan awal e-

filing melalui website tidak terlepas dari jumlahnya yang paling banyak jika dibandingkan

dengan jenis SPT Tahunan lainnya. Selain itu, kedua formulir ini memiliki bentuk yang

sangat sederhana.

Pada tahun 2014 ini, Ditjen Pajak berharap memperoleh tambahan pengguna e-filing.

Tambahan tersebut oleh Ditjen Pajak diusahakan dari SPT Tahunan milik para Pegawai

Negeri Sipil (PNS), sebab kepada PNS-lah tujuan pemasaran e-filing bisa cukup banyak

dilakukan oleh Ditjen Pajak berdasarkan kajian yang telah dilakukan.

Dijelaskan oleh Suwitri (2008, 86-89) bahwa menurut Grindle, suatu program yang

memberikan manfaat secara kolektif atau terhadap banyak orang akan lebih mudah untuk

memperoleh dukungan dan tingkat kepatuhan yang tinggi dari target groups atau masyarakat

banyak. e-Filing melalui website ini juga dirancang dan disajikan oleh Ditjen Pajak dengan

berbagai bentuk manfaat positif (types of benefits) bagi para Wajib Pajak Orang Pribadi

pengguna Formulir 1770S dan 1770SS.

“Lebih Mudah, Lebih Murah, dan Lebih Cepat”, begitulah jargon yang selama ini

digunakan oleh Ditjen Pajak dalam tiap kesempatannya menyosialisasikan e-filing kepada

Wajib Pajak. Tiga hal itulah yang bisa ditawarkan oleh e-filing.

Bentuk kemudahan pertama adalah bahwa penyampaian SPT dapat dilakukan secara

kapan saja. Kapan saja di sini adalah bahwa Wajib Pajak dapat menyampaikan secara bebas

24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Kemudahan selanjutnya adalah dalam hal pengisian

SPT. SPT yang disampaikan pastilah SPT yang lengkap, sebab aplikasi akan memberikan

warning apabila Wajib Pajak tidak lengkap mengisi kolom isian SPT secara online. Dengan

begitu, maka tidak ada lagi Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan yang mungkin akan

diterima apabila Wajib Pajak tidak lengkap menyampaikan SPT melalui Drop Box.

Hal positif selanjutnya yang ditawarkan oleh e-filing kepada Wajib Pajak adalah

prosesnya yang murah. Pelaporan SPT Tahunan melalui e-filing dapat dilakukan dimanapun

dan kapanpun selama Wajib Pajak memiliki cukup device serta didukung oleh jaringan

internet. Time cost merupakan salah satu bentuk intangible compliance cost. Waktu normal

yang dibutuhkan untuk mengisi SPT melalui e-filing tidaklah lama.

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 10: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Pemanfaatan e-filing jelas menawarkan kecepatan jika dibanding dengan penyampaian

SPT Tahunan pada Drop Box. e-Filing dianggap sebagai jawaban atas antrian panjang yang

sering terjadi pada tanggal-tangal mendekati batas akhir penyampaian SPT Tahunan pada tiap

tahunnya.

Perubahan yang diharapkan dapat dirasakan (extent of change envisionel) oleh Wajib

Pajak adalah pada penurunan compliance cost, dimana dapat berupa direct money cost, seperti

biaya pencetakan dan penggandaan formulir-formulir perpajakan dan biaya transportasi

pengurusan perpajakan. Ruang ini memberikan kesempatan bagi para peneliti lain untuk

menghitung seberapa besar efisiensi dan efektifitas riil yang dapat diraih dari sistem e-filing

jika dibandingkan dengan Drop Box.

Di Ditjen Pajak, perubahan yang diharapkan melalui implementasi e-filing ini adalah

dapat mengurangi administration cost; mempermudah pengelolaan SPT Tahunan Orang

Pribadi dan dapat mengurangi pekerjaan-pekerjaan yang bersifat klerikal; menghemat ruang

penyimpanan dokumen di KPP; tenaga Ditjen Pajak dapat lebih dimanfaatkan untuk menggali

potensi dan mengejar target penerimaan; dan mengurangi antrian penyampaian SPT di KPP.

Kebijakan untuk mengembangkan dan optimasi pemanfaatan e-filing muncul pada

kegiatan Transformasi Kelembagaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan pada

Tahun 2013. Dalam salah satu hasil dari apa yang telah diagendakan didalamnya adalah

pembentukan tim yang mengembangkan pemanfaatn e-filing. Jadi, di dalam kegiatan

Transformasi Kelembagaan dibentuk tim gabungan dari beberapa direktorat untuk membahas

berbagai hal terkait e-filing dalam sebuah forum yang disebut sebagai „Minilab‟. Tim e-filing

dalam Minilab terdiri atas beberapa orang dari perwakilan beberapa direktorat, yakni dari

Direktorat Transformasi Proses Bisnis (TPB), Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi

dan Informasi (TTKI), danDirektorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (P2

Humas).

Kesemua direktorat yang aktif berperan (site of decision making) menentukan

kebijakan ini berada di lingkungan Kantor Pusat Ditjen Pajak. Namun, dari kesemuanya

pembuat kebijakan tersebut, yang kemudian masih turut andil dalam implementasinya adalah

Direktorat P2 Humas dan TTKI. Sementara pelaksana sebenarnya di lapangan atau pihak

yang bersentuhan langsung oleh Wajib Pajak memberikan pelayanan e-filing adalah KPP,

yang secara organisatoris merupakan unit vertikal setingkat Eselon III yang di atasnya

disupervisi oleh Kantor Wilayah (Kanwil) masing-masing dan juga satu kantor pendukung

yaitu Kantor Layanan Infomasi dan Pengaduan (KLIP).

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 11: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Jadi, dalam hal ini terdapat dua jenis hubungan, yakni hubungan horizontal, yakni

hubungan antara unit vertikal yang setingkat atau antar unit eselon yang setingkat. Kemudian

juga terdapat hubungan vertikal, yakni hubungan antara unit vertikal Ditjen Pajak seperti

hubungan dari KPP dengan Kanwil-nya atau langsung ke direktorat terkait di Kantor Pusat.

Secara geografis, jarak antara pengambil keputusan, dalam hal ini berada di Kantor

Pusat memang jauh bagi beberapa KPP mengingat luasnya wilayah geografis Indonesia.

Jauhnya jarak geografis pengambil keputusan dengan pelaksana paling bawah, memang

berpotensi besar menimbulkan keterlambatan pengambilan keputusan yang sesuai. Selain itu,

berpotensi pula terjadinya miskomunikasi dan penyimpangan dari tujuan. Namun perlu

diperhatikan pula bahwa pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan merupakan satu

organisasi yang sama, jadi secara organisatoris seharusnya tidak ada masalah. Kemudian,

untuk mengatasi jarak geografis tadi, Unit Eselon I dalam hal ini adalah Direktur Jenderal

Pajak dalam menetapkan kebijakannya melalui Peraturan Dirjen Pajak diiringi dengan

penetapan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak (Nomor SE-1/PJ/2014) yang berisi petunjuk

pelaksanaan dan Standart Operating Procedur (SOP) yang jelas dan rinci. Penyampaian

semua peraturan tersebutpun sudah dilakukan secara digital dengan menguploadnya pada

laman portal Ditjen Pajak yang langsung dapat diakses oleh semua unit dan juga secara

manual dengan surat dari unit tertinggi sampai unit paling bawah.

Aplikasi e-filing murni 100% dibuat oleh Ditjen Pajak melalui tenaga para Pejabat

Pranata Komputer. Pejabat Pranata Komputer merupakan programmer Ditjen Pajak yang

ditempatkan pada Direktorat TTKI. Hal ini menunjukkan bahwa Ditjen Pajak memiliki

sumber daya manusia yang cukup dapat diandalkan secara kualitas. Berdasarkan data Bulan

Juni 2014, Direktorat TTKI memiliki 37 orang Pejabat Pranata Komputer yang mayoritas

telah berpendidikan sarjana dan memiliki usia yang masih cenderung muda dan produktif,

yakni berusia 31-35 tahun.

Wajib Pajak dapat meminta pelayanan e-filing melalui KPP ataupun KP2KP terdekat.

Khusus yang terkait dengan permohonan memperoleh e-FIN, sebagaimana diatur, Wajib

Pajak dapat mengajukan ke KPP terdekat. Terdapat 331 KPP dan 207 KP2KP yang tersebar

di seluruh Indonesia dengan sumber daya manusia sebanyak 24.364 orang (Sumber: SIKKA-

Ditjen Pajak, 2014). Pada data Tahun 2011 diketahui Pegawai Ditjen Pajak sebanyak 5.311

orang adalah berpendidikan sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau

sederajatnya, dan sisanya berpendidikan mulai dari Diploma I hingga Doktor (S-3). Sejak

tahun 2011 tidak ada penerimaan pegawai pada Ditjen Pajak untuk tingkat pendidikan sampai

dengan SMA atau sederajat. Artinya jumlah 5.311 orang tersebut lama kelamaan akan

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 12: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

semakin berkurang dengan adanya pegawai yang pensiun, sedangkan yang masuk adalah

pegawai berpendidikan di atas SMA.

Aplikasi yang ada sangat mudah, sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh banyak

orang. Mengingat sebagian besar pegawai di Ditjen Pajak sebagai pelaksana program

(program implementors) memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi untuk dapat

menerima materi tentang pelayanan dan aplikasi e-filing, maka secara kualitas kebijakan ini

dapat dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana penjelasan Suwitri (2008, 86-89) terhadap

model Grindle bahwa kemampuan pelaksana program akan mempengaruhi keberhasilan

implementasi program tersebut.

Dalam implementasi e-filing baik oleh Kantor Pusat, dalam hal ini terutama adalah

TTKI dan di KPP, didapati beberapa sumber daya pendukung (resources committed) yang

dianggap masih kurang dapat dipenuhi oleh Ditjen Pajak. Hal tersebut cukup mempengaruhi

keberhasilan implementasi. Dukungan dari sisi insfrastruktur merupakan hal yang dianggap

kurang oleh TTKI. Seringkali aplikasi tidak dapat berfungsi dikarenakan keterbatasan server

yang digunakan, terlebih saat Bulan Maret disaat banyak sekali Wajib Pajak mengakses

website e-filing. Kemudian, usulan-usulan penyediaan infrastruktur sudah disampaikan

kepada sub direktorat terkait agar di tahun-tahun mendatang hal tersebut tidak terulang lagi.

Analisis implementasi berikutnya terhadap e-filing melalui website adalah berdasarkan

variabel konteks (context of implementation). Dalam analisis ini, variabel konteksdijabarkan

lagi berdasarkan dua faktor, yaitu kekuasaan, minat, dan strategi pihak yang terlibat (power,

interest, and strategies of actors involved), dan karakteristik rejim dan institusi (institution

and regime characteristics).

e-Filing merupakan salah satu dari enam program kerja strategis yang dilakukan oleh

Ditjen Pajak. Maka sangat tepat pada tahun ini didorong kepada Wajib Pajak untuk

menggunakan e-filing. Dan untuk mencapai tujuannya tersebut, Ditjen Pajak juga melakukan

beberapa hal, sebagaimana telah sedikit diurai sebelumnya bahwa Ditjen Pajak pekerjaan

mulai dari penyempurnaan aturan hingga pengembangan aplikasi.

Kantor pajak tahun ini berfokus pada penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) pajak

tahunan secara elektronik atau electronic filling. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak Jawa Tengah II, Yoyok Satiotomo mengatakan penggunaan Drop Box makin dikurangi.

Bahkan, mulai tahun ini, kantor pajak tidak lagi menempatkan Drop Box di keramaian seperti

tahun sebelumnya. Drop Box hanya ada di kantor pajak (Primartantyo, 2014, 1-4).

Jika kita melihat secara keseluruhan SPT yang disampaikan Wajib Pajak dalam

beberapa tahun terakhir, jumlah SPT Tahunan Orang Pribadi yang diterima oleh Ditjen Pajak

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 13: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

pada Tahun 2014 terdapat kecenderungan untuk turun. Setidaknya data sampai dengan 13 Mei

2014, jumlah SPT Tahunan Orang Pribadi yang diterima hanya sebanyak 5.571.730 SPT atau

jauh menurun sebanyak 3.829.756 SPT dari tahun sebelumnya. Jumlah penurunan terbesar

adalah pada jenis SPT Tahunan Formulir 1770SS yang turun sebanyak 3.076.526 SPT

(Sumber: Ditjen Pajak). Hal ini bukan merupakan kabar yang baik bagi Ditjen Pajak

mengingat jumlah SPT Tahunan Orang Pribadi yang diterima sejak Tahun 2011 hingga Tahun

2013 selalu mengalami kenaikan. Namun, justru pada saat Ditjen Pajak mengeluarkan

kebijakan untuk mendorong masyarakat untuk e-filing, jumlah SPT yang diterima mengalami

kecenderungan untuk turun.

Dari sudut pandang yang dipakai oleh Direktorat PKP, mereka menganggap bahwa

seharusnya e-filing ini dapat meningkatkan kepatuhan. Kepatuhan dalam hal ini adalah

kepatuhan formal. Dengan segala kemudahan yang ditawarkan seharusnya dapat

meningkatkan kepatuhan. Namun, kenyataan di lapangan menyebutkan e-filing ini belum

mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak secara

nasional. Jumlah SPT e-filing yang diterima Ditjen Pajak hingga saat ini ditengarai berasal

dari Wajib Pajak yang memang sudah patuh menyampaikan SPT Tahunan dan bukan berasal

dari Wajib Pajak baru atau Wajib Pajak yang belum patuh yang kemudian dengan adanya e-

filing menjadi patuh secara formal.

Jadi, secara tersirat, terdapat dua kepentingan berbeda dalam hal ini dimana di satu sisi

Ditjen Pajak melalui Direktorat PKP mengecar capaian rasio kepatuhan SPT Tahunan, sedang

di sisi lain Direktorat P2 Humas, TPB, dan TTKI berusaha mengejar implementasi inisiatif

kegiatan Transformasi Kelembagaan dan pencapaian target e-filing dimana keduanya

merupakan tanggung jawab Menteri Keuangan. Dalam hal ini, pada akhirnya, secara

kompromis diputuskan bahwa tanggung jawab Menteri Keuangan-lah yang kemudian harus

didahulukan. Kemudian, seperti yang telah diulas sebelumnya bahwa Direktorat PKP tidak

banyak berperan dalam kebijakan e-filing.

Namun, jika menganalisis secara lebih parsial mengenai implementasi kebijakan e-

filing saja, secara program bisa dikatakan berhasil. Peningkatan jumlah pengguna e-filing saat

ini memang luar biasa jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, akan tetapi fenomena

turunnya jumlah SPT Tahunan yang diterima merupakan fenomena yang harus diperhatikan.

Perlu diperhatikan faktor lain yang mungkin menyebabkan hal itu terjadi, seperti penurunan

trust masyarakat kepada pemerintah.

Dalam setiap implementasi suatu kebijakan pasti melekat beberapa kendala yang harus

dihadapi. Kendala yang dihadapi Ditjen Pajak dan Wajib Pajak dalam pemanfaatan e-filing

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 14: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

melalui website dikelompokkan ke dalam empat hal, yaitu terkait dengan sumber daya,

komunikasi, kesadaran dan sifat responsif (compliance and responsiveness) para pelaksana

program, serta kegiatan sosialisasi yang dianggap kurang.

Sebagaimana telah diurai sebelumnya mengenai kualitas Sumber Daya Manusia yang

merupakan salah satu yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, Ditjen Pajak

dianggap memiliki kualitas Sumber Daya Manusia yang cukup baik. Namun di sisi lain, bila

melihat kuantitas dari sumber daya manusia, ternyata masih dirasakan kurang. Isu dan

pernyataan-pernyataan dari Dirjen Pajak mengenai jumlah pegawai yang kurang sudah

banyak mengemuka di media. Dalam implementasi e-filing pun masih dirasakan oleh

beberapa petugas khususnya bagi yang bersentuhan langsung dengan Wajib Pajak. Sedangkan

kendala terkait dengan sumber daya pendukung, mulai dari insfrastruktur berupa pengadaan

server dan beberapa perangkat lain yang dianggap kurang oleh Direktorat TTKI, komputer

dan jaringan internet pada KPP, dan dana berhubung e-filing ini adalah merupakan kebijakan

yang cukup mendadak dan bersifat add hock.

Struktur organisasi yang cukup besar di Ditjen Pajak mengharuskan tiap unitnya,

mulai unit teratas hingga unit terbawah menjalin komunikasi satu sama lain dalam rangka

implementasi suatu kebijakan, termasuk implementasi kebijakan optimasi pemanfaatan e-

filing melalui website Ditjen Pajak. Terkait kurangnya insfrastruktur, hal itu disebabkan oleh

lambatnya koordinasi. Hal tersebut kurang dapat dikomunikasikan secara lebih baik.

Faktor penghambat komunikasi seperti usia harus bisa diatasi dalam kaitannya

terhadap kendala hubungan antara Ditjen Pajak kepada Wajib Pajak (implementor dan target

group). Sebagaimana diketahui bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang sudah tidak muda lagi

pasti agak kesulitan jika harus dihadapkan dengan teknologi. Hal itu menjadi kendala

tersendiri karena menjadi senjata Wajib Pajak untuk resisten.

Kendala komunikasi terakhir adalah pada hubungan antara Ditjen Pajak kepada pihak

ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud di sini adalah pada penyedia layanan e-mail, khususnya

layanan e-mail yang gratis yang digunakan oleh sebagian besar Wajib Pajak di Indonesia,

yakni “Yahoo Mail” dan “Google Mail”. Banyak keluhan yang diterima oleh Direktorat TTKI

terkait lamanya e-mail balasan dari aplikasi e-filing baik pada saat registrasi ataupun pada

proses-proses selanjutnya. Hal tersebut disebabkan oleh kebijakan penyedia jasa e-mail

tersebut memperkecil bandwidth apabila mereka menangkapbanyak e-mail dari satu account

tertentu, dalam hal ini Ditjen Pajak.

Beberapa contoh kejadian di lapangan menggambarkan adanya ketidaksesuaian sikap

dan kesadaran para implementor, diantaranya adalah petugas e-FIN yang tidak menginput

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 15: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

semua data permohonan Wajib Pajak pada aplikasi e-FIN sehingga data yang direkam tidak

sempurna. Akibatnya, data yang seharusnya dapat dimanfaatkan tidak ada karena belum

terekam dengan baik. Contoh selanjutnya adalah bahwa terdapat pegawai Ditjen Pajak yang

mengharuskan menggunakan e-filing. Hal ini tentu keliru, karena kebijakan e-filing yang

berlaku sekarang adalah kebijakan non-mandatory, jadi merupakan opsi bagi Wajib Pajak dan

bukanlah sebuah keharusan yang harus dilaksanakan. Wajib Pajak masih diperbolehkan

memanfaatkan Drop Box, Pos, kurir atau jasa pengiriman tercatat sebagai cara menyampaikan

SPT miliknya. Hal ini tentunya dapat membingungkan Wajib Pajak.

Kendala terakhir yang dihadapi Ditjen Pajak adalah sosialisasi pajak yang dilakukan

oleh Ditjen Pajak dianggap kurang. Pemahaman yang keliru akan e-filing dapat menghambat

Ditjen Pajak. Selain intensitas sosialisasi yang dianggap kurang, materi sosialisasi juga harus

dibenahi. Materi sosialisasi juga seharusnya dibenahi. Materi yang disiapkan oleh P2 Humas

untuk disampaikan kepada Wajib Pajak hanya terkait tata cara e-filing saja, sedang materi

mengenai penghitungan pajaknya tidak banyak disampaikan. Akibatnya, banyak terjadi Wajib

Pajak salah mengisi SPT Tahunannya melalui e-filing dan menyebabkan SPT Tahunan

mereka menjadi Lebih Bayar. Hal tersebut tentunya menambah beban pekerjaan KPP karena

mereka harus segera melakukan tindak lanjut atas SPT tersebut apakah dilakukan penelitian

dalam rangka pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak atau bahkan

pemeriksaan.

Pada Tahun 2014 ini, Ditjen Pajak melakukan beberapa hal strategis dalam rangka

optimasi pemanfaatan electronic filing melalui website Ditjen Pajak. Strategi optimasi dimulai

melalui negosiasi persetujuan para pihak pengambil keputusan utama dimana pada tahap ini

Ditjen Pajak berupaya merencanakan strategi dan langkah utama yang harus diambil dalam

kebijakan optimasi pemanfaatan e-filing melalui website. Langkah kedua yang dilakukan

adalah dengan mengidentifikasi mandat organisasi. Pada tahap ini Ditjen Pajak

menyampaikan setiap aturan atau perintah dari tingkat pusat disampaikan secara cepat melalui

laman portal Ditjen Pajak pada jaringan intranet serta melakukan sosialisasi yang

diperuntukkan bagi pegawai di seluruh unit Ditjen Pajak.

Langkah ketiga yang dilakukan adalah mengklarifikasi misi organisasi. Tujuan

dibentuknya Ditjen Pajak sejalan dengan visinya adalah sebagai institusi pemerintah

penghimpun pajak negara. Maka dengan e-filing inilah salah satu cara yang digunakan Ditjen

Pajak guna memberikan pelayanan terbaik dengan harapan meningkatnya voluntary tax

compliance dan tercapainya target penerimaan pajak yang ditetapkan.

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 16: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Langkah keempat adalah mengidentifikasi peluang dan tantangan serta

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi. Kekuatan Ditjen Pajak dalam strategi

optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak adalah pada sumber daya manusia

yang cukup secara kualitas. Sebaliknya, kelemahannya adalah pada kurangnya jumlah

pegawai Ditjen Pajak secara kuantitas. Di sisi lain, 55 juta penduduk Indonesia yang telah

menggunakan internet merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Ditjen Pajak dalam

optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak karena e-filing merupakan salah

satu aplikasi berbasis internet.

Langkah kelima adalah mengidentifikasi isu kebijakan strategis yang dihadapi

organisasi. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa salah satu strategis adalah

penyempurnaan sistem administrasi perpajakan, maka kemudian e-filing dipilih sebagai

jawaban terbaik guna meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dan mengurangi beban

administrasi dalam pengelolaan SPT Tahunan Orang Pribadi. Dengan demikian, diharapkan

dapat meningkatkan tingkat voluntary tax compliance yang diikuti dengan peningkatan

penerimaan pajak.

Langkah keenam adalah melakukan review, mengadopsi, serta merumuskan strategi.

Apa yang ditetapkan pada Minilab dalam Transformasi Kelembagaan merupakan rumusan

secara garis besar. Sementara deskripsi langkah-langkah detil dilakukan oleh beberapa

direktorat yang memiliki tugas dan fungsi berkaitan dengan optimasi pemanfaatan e-filing

melalui website Ditjen Pajak.

Langkah ketujuh yaitu mendeskripsikan langkah-langkah. Langkah ini merupakan

yang sangat penting. Pada bagian ini akan disoroti beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh

Ditjen Pajak dalam rangka optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak.

Kebijakan yang dikeluarkan dalam dua arah, baik untuk implementor atau yang bersifat ke

dalam Ditjen Pajak sendiri maupun kepada Wajib Pajak sebagai target group.

Kebijakan bagi implementor (untuk Ditjen Pajak sendiri) dilakukan dengan membuat

dan menetapkan target e-filing serta membuat aturan-aturan yang diterbitkan untuk optimasi

pemanfaatan e-filing. Selain itu, langkah lain juga ditempuh dengan memanfaatkan e-mail dan

SMS blast serta dengan memanfaatkan Kring Pajak 500200 untuk mengingatkan Wajib Pajak

yang telah memiliki e-FIN namun belum melaporkan SPT secara e-filing.

Penetapan target 700.000 e-filing untuk Tahun 2014 dijadikan patokan bagi Ditjen

Pajak sebagai strategi optimasi pemanfaatan e-filing. Dalam Minilab Transformasi

Kelembagaan, Ditjen Pajak mengharapkan pengguna e-filing dari kalangan PNS sebanyak

300.000-400.000 Wajib Pajak. Hal tersebut belum termasuk PNS dari Kementerian Keuangan

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 17: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

sebanyak 30.000-40.000 orang yang memang diwajibkan oleh Menteri Keuangan untuk

memanfaatkan e-filing. Selebihnya, yakni sebanyak 250.000-350.000 Wajib Pajak akan

diupayakan dari Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja pada sektor lain. Dirjen Pajak

beserta pada direktur terkait kebijakan e-filing, sejak Bulan Desember 2013 sampai dengan

Bulan Mei 2014 mengeluarkan beberapa kebijakan baik berupa Surat, Surat Edaran, hingga

Instruksi dalam rangka optimasi e-filing.

Untuk kebijakan bagi Wajib Pajak Ditjen Pajak menetapkan Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor PER-06/PJ/2014. Dalam peraturan ini diatur permohonan memperoleh

e-FIN secara kolektif pada pemberi kerja tertentu, yakni pemberi kerja yang memiliki

Pegawai Tetap dengan jumlah minimal 1.000 orang yang memiliki alamat surat elektronik (e-

mail). Selanjutnya, Ditjen Pajak juga menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

KEP-62/PJ/2014. Hal krusial yang dibahas dalam peraturan ini adalah bahwa Wajib Pajak

Orang Pribadi yang menyampaikan SPT Tahunan untuk Tahun Pajak 2013 secara e-filing

melalui website setelah batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib

Pajak Orang Pribadi namun tidak melewati tanggal 30 April 2014 dikecualikan dari

pengenaan sanksi administrasi berupa denda atas keterlambatan penyampaian SPT. Namun,

kebijakan itu masih dianggap memiliki kerikil hukum. Jelas pada Undang-Undang KUP Pasal

3 ayat (3) bahwa batas penyampaian SPT bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah paling lama

3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak, yakni 31 Maret.

Langkah kedepalan, atau yang terakhir dilakukan adalah menilai kembali strategi serta

perbaikan dan pengembangan ke depan. Dari semua kendala yang ditemui selama

implementasi, Ditjen Pajak melakukan evaluasi. Dalam hal insfrastruktur, Direktorat TTKI

telah melakukan evaluasi. Sementara, untuk mengatasi kendala lainnya adalah dengan

pembenahan pola sosialisasi dan perbaikan proses bisnis. Pembenahan pola sosialisasi sangat

dibutuhkan guna menghindari benturan antar unit di lapangan dalam melakukan sosialisasi

pada suatu titik yang sama. Dalam hal proses bisnis, maka akan berkaitan dengan peraturan

yang diterbitkan, dimana masih diperlukan perbaikan terhadap peraturan yang masih

berbenturan dengan peraturan lain. Dalam hal ini, Direktorat TPB-lah yang melakukan

perbaikan proses bisnis. Selain peraturan, Direktorat TPB juga menilai kembali tingkat

kemudahan aplikasi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut :

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 18: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

1. Implementasi kebijakan optimasi pemanfaatan e-filing melalui website Ditjen Pajak

sudah terlaksana dengan baik. Implementasi kebijakan e-filing melalui website ini

dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kebijakan itu sendiri, pegawai Ditjen Pajak

yang berkaitan sebagai implementor kebijakan, serta Wajib Pajak sebagai target group

kebijakan.

2. Kendala utama yang ditemui dalam implementasi kebijakan optimasi pemanfaatan e-

filing melalui website Ditjen Pajak adalah pada insfrastruktur dan behavioral dari Wajib

Pajak Orang Pribadi. Sedangkan kendala lain adalah terkait dengan keterbatasan waktu,

sumber daya manusia, cara berkomunikasi, serta kesadaran sikap para petugas Ditjen

Pajak di lapangan.

3. Strategi yang dilakukan oleh Ditjen Pajak dalam optimasi Wajib Pajak agar beralih

menggunakan e-filing melalui website Ditjen Pajak sudah cukup baik. Strategi dilakukan

mulai dari negosiasi persetujuan para pihak pengambil keputusan utama;

mengidentifikasi mandat; mengklarifikasi misi; mengidentifikasi peluang dan tantangan

serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan; mengidentifikasi isu kebijakan strategis

yang dihadapi; review dan mengadopsi serta merumuskan strategi; mendeskripsikan

langkah-langkah; serta menilai kembali strategi serta perbaikan dan pengembangan ke

depan. Dengan menetapkan target e-filing melalui website Ditjen Pajak serta menerbitkan

banyak aturan pendukung baik ditujukan ke unit yang berkaitan dengan implementasi e-

filing maupun yang ditujukan kepada Wajib Pajak cukup mampu meningkatkan SPT e-

filing melalui website Ditjen Pajak.

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan penulis berdasarkan hasil penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Sosialisasi memiliki peran yang cukup penting dalam setiap implementasi suatu

kebijakan. Oleh sebab itu, penulis juga berhadap agar Ditjen Pajak membuat rencana

sosialisasi yang lebih terstruktur serta memperbaiki pola kerja sama antar unit di

lapangan. Rencana sosialisasi yang terstruktur mulai dari perencanaan waktu, sasaran

sosialisasi, pelaksana sosialisasi, metode dan alat pendukung yang baik diharap dapat

memberikan hasil yang lebih baik. Komunikasi antar KPP dan Kanwil perlu dibangun

agar tidak terjadi lagi tumpang tindih kegiatan sosialisasi di lapangan. Di sisi lain, untuk

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 19: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

mengatasi kendala keterbatasan Sumber Daya Manusia, Ditjen Pajak diharapkan dapat

menjalin kerja sama dengan pihak lain melalui outsourcing atau swakelola.

2. Sebagai kunci keberhasilan dari implementasi kebijakan berbasi teknologi informasi,

Ditjen Pajak kedepan diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala yang bersifat teknis

dengan melakukan pengadaan insfrastruktur pendukung agar kendala tidak berfungsinya

aplikasi karena beban yang terlalu berat dapat dihindari. Selain itu, pengembangan

aplikasi juga terus dilakukan agar tercipta aplikasi yang dianggap lebih user friendly.

Demikian pula pada perbaikan pola komunikasi dengan pihak ketiga yang mempengaruhi

keberlangsugan aplikasi e-filing ini. Di sisi lain, Ditjen Pajak agar membenahi struktur

tim e-filing pada tingkat Kantor Pusat agar pekerjaan ini dapat dilakukan oleh lebih

banyak pihak yang terlibat. Dengan dibangunnya tim yang lebih besar dan kuat, maka

diharapkan kendala komunikasi diantara para implementor dapat dihindari.

3. Diharapkan kepada Ditjen pajak agar sesegera mungkin memikirkan strategi-strategi baru

sebagai persiapan mengejar target pada tahun berikutnya. Hal ini dilakukan supaya tidak

ada lagi banyak waktu terbuang sehingga perbaikan-perbaikan yang bisa dilakukan bisa

lebih optimal.

Daftar Referensi

Buku :

Al-hakim, Latif. (2007). Global E-Government – Theory. Applications. and Benchmarking.

Idea Group Publishing.

Bryson, John M dan Farnum K. Alston. (2004). Creating and Implementing Your Strategic

Plan: A Workbook For Public And Nonprofit Organizations. United States of America: Jessey

Bass.

Creswell, John W. (2013). Research Design (Pendekatan Kualitatif. Kuantitatif. dan Mixed).

Yogyakarta: Pusaka Pelajar.

Edward III, George C (edited). (1984). Public Policy Implementing. Jai Press Inc. London-

England.

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Grindle, Merilee S. (1980). Politics and Policy Implementation in The Third World. Princnton

University Press. New Jersey.

Kumorotomo, Wahyudi. dan Subando Agus Margono. (2004). Sistem Informasi Manajemen

dalam Organisasi-Organisasi Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mansury, R. (1999). Kebijakan Fiskal. Jakarta: Yayasan Pengembangan dan Penyebaran

Pengetahuan Perpajakan (YP4).

Nurmantu, Safri. (2005). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Kelompok Yayasan Obor Indonesia.

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014

Page 20: Electronic Filing Melalui Website Direktorat Jenderal ...

Rahman, Abdul. (2010). Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan Untuk Karyawan.

Pelaku Bisnis dan Perusahaan. Bandung: Penerbit Nuansa.

Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto. (2011). Panduan Lengkap Tata CaraPerpajakan di

Indonesia. Jakarta: Visimedia.

Rosdiana, Haula dan Rasin Tarigan. (2005). Perpajakan : Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT.

Raja Grafindo Persada.

Soemitro, Rachmat dan Kania Sugiharti. (2004). Asas dan Dasar Perpajakan (edisi kedua).

Bandung: PT. Refika Aditama.

Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan Publik Teori. Konsep dan Aplikasi (Cetakan 1).

Pustaka Pelajar.

Suwitri, Sri. Konsep Dasar Kebijakan Publik, Badan penerbit Universitas Diponegoro:

Semarang, 2008.

Laporan lembaga :

Direktorat Jenderal Pajak. (2012). Buku Laporan Tahunan Ditjen Pajak 2011. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pajak.

Jurnal online :

Rohmawati. Lusia. Prasetyono. dan Rimawati. (2013). Prosiding Simposium Nasional

Perpajakan 4: Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura.

Pengaruh Sosialisasi dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Tingkat Kesadaran dan

Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan

Usaha dan Pekerjaan Bebas pada KPP Pratama Gresik Utara). unduh tanggal 28 Februari

2014 dari http://asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/7-PENGARUH-

SOSIALISASI-DAN-PENGETAHUAN-PERPAJAKAN-TERHADAP-TINGKAT-

KESADARAN-DAN-KEPATUHAN-WAJIB-PAJAK.pdf.

Publikasi elektronik :

Internet World Stats. (2012). Asia Internet Use. Population Data and Facebook Statistics.

Diunduh tanggal 30 Januari 2014 dari http://www.internetworldstats.com/stats3.htm#asia.

Internet World Stats. (2012). Top Ten Countries With The Highest Population. Diunduh

tanggal 30 Januari 2014 dari http://www.internetworldstats.com/stats8.htm.

Direktorat Jenderal Anggaran. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2013). Nota

Keuangan dan Rancangan APBN TA 2014. Diunduh tanggal 28 Februari 2014 dari

http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/NK%202014.pdf.

Primartantyo, Ukky. (2014). Kantor Pajak Hapus Drop Box SPT. Diunduh tanggal 7 Juni

2014 dari http://www.tempo.co/read/news/2014/03/17/058562992/Kantor-Pajak-Hapus-Drop-

Box-SPT.

Electronic filing..., Winnendra Dwi Saputra, FISIP UI, 2014