Post on 05-Dec-2014
description
EFEK BURUK NARKOBA PADA IBU HAMIL DAN JANIN
Kehamilan bukan hanya merupakan sebuah perubahan fisik semata, namun harus
disadari satu individu baru sedang bertumbuh dalam rahim seorang ibu. Penyalahgunaan
obat terlarang terutama golongan narkotika dalam kehamilan berbahaya untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam kandungan. Kesulitan yang acapkali terjadi adalah
kehamilan pada seorang wanita pecandu narkotika tidak terpantau dengan baik. Kehamilan
disembunyikan bahkan tanpa pemeriksaan kehamilan pada bidan maupun dokter
kandungan.
Salah satu contoh, misalnya kehamilan yang terjadi pada kasus akibat hubungan
seks dalam pergaulan bebas sesama pengguna narkoba. Tentu saja situasi ini semakin
memperburuk kondisi kesehatan ibu maupun janin dalam kandungan. Dalam kasus
demikian, dukungan keluarga, masyarakat, tenaga kesehatan dan lembaga sosial sangat
diperlukan untuk mendampingi kasus kehamilan pada pecandu narkoba.
Namun melihat pengaruh pergaulan masa sekarang ini, tidak tertutup pula
kemungkinan kehamilan dengan kasus di mana ibu hamil pecandu narkoba adalah dari
pasangan suami istri. Jika demikian yang terjadi, maka sangat disayangkan bila seorang ibu
hamil mengabaikan keselamatan dan kesehatan bayi dalam kandungannya hanya demi
kenikmatan candu Narkoba. Berbagai penelitian medis kebidanan menunjukkan bahwa
narkoba hanya akan merugikan bagi tubuh kita terutama bagi seorang ibu hamil.
Sebenarnya apa saja dampak buruk Narkoba terhadap ibu hamil dan janin?
Dampak terhadap ibu hamil
Tubuh seorang wanita yang sedang hamil tentu mengalami perubahan hormonal
yang akan mempengaruhi semua sistem pertahanan tubuhnya. Sudah selayaknya bagi ibu
hamil semua kebutuhan baik makanan bergizi, istirahat cukup dan keseimbangan emosional
dijaga.
Akibat konsumsi narkoba ibu hamil menjadi lengah, ia tidak memperhatikan asupan
makanan bergizi bagi bayi, pola istirahat tidur juga terganggu (insomia), kecemasan dan
ketegangan emosi meningkat terlebih bila kehamilan tidak dikehendaki. Terjadi komplikasi
lanjut akibat perubahan hormon dan ketegangan mental ibu hamil, antara lain mual dan
muntah berlebihan, kekuarangan cairan( dehidrasi) bisa mengancam setiap saat. Ibu hamil
pecandu narkoba menjadi kurang bertanggungjawab dalam memperhatikan kebersihan diri
maupun mengupayakan latihan fisik yang sehat sebagai seorang ibu hamil. Ibu hamil
menjadi tidak konsentrasi dan berisiko tinggi mengalami cedera setiap saat.
Ketidaksiapan fisik seorang wanita pecandu narkoba selama menjalani kehamilan
akan semakin melemahkan daya tahan tubuh. Ibu hamil akan mudah mengalami komplikasi
penyakit yang menyertai kehamilan, baik itu Infeksi, anemia selama kehamilan berpotensi
keguguran, melahirkan prematur, perdarahan pascabersalin, gangguan ginjal akibat
konsumsi obat-obatan secara bebas, kenaikan tekanan darah dan risiko tertularnya penyakit
hepatitis B maupun HIV selama kehamilan akibat bergantian memakai jarum suntik sesama
pengguna narkoba. Risiko penularan penyakit seksual dari pasangan sesama pecandu
narkoba semakin meningkat akibat penurunan daya tahan tubuh ibu hamil.
Dampak bagi janin
Obat-obat narkotika dapat menembus plasenta dan gangguan fungsi pada pembuluh
darah plasenta yang mensuplai zat nutrisi maupun oksigen bagi janin. Akibat lanjut bayi
menjadi tidak tumbuh sempurna (cacat bawaan), janin mengalami gangguan pertumbuhan
otak, berisiko lahir dengan berat badan rendah meskipun cukup bulan, lahir prematur, janin
meninggal dalam kandungan, dan terlepasnya plasenta sebelum bayi terlahir.
Dibutuhkan pendampingan
Pada Ibu hamil pecandu narkoba membutuhkan perhatian khusus dan intensif.
Melibatkan anggota keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan. Hendaknya seorang ibu
hamil yang mengalami kecanduan narkoba tetap ditolong dan didampingi agar dapat
memperbaiki status kesehatan dirinya, membangkitkan kembali rasa percaya diri dan
membantu wanita pecandu narkoba menerima kehamilan dengan kesadaran sebagai calon
ibu.
Hal yang pertama dilakukan pada seorang ibu hamil pecandu narkoba adalah
dengan menerima keadaan mereka dan membimbing dalam konseling terpadu baik
psikolog maupun medis kebidanan. Pengawasan kesehatan kehamilan secara teratur
dipantau oleh keluarga, termasuk pemenuhan kebutuhan makanan bergisi dan kecukupan
istirahat tidur dan pendampingan mental spiritual. Proses melepaskan diri dari
ketergantungan obat tentu bukan hal mudah. Risiko mencederai tubuh sangat tinggi. Perlu
pendampingan secara khusus dan kewaspadaan pada kondisi dimana ibu hamil pecandu
narkoba mengalami sakaw atau ketagihan saat putus obat narkoba.
Mengingat dampak buruk narkoba terhadap ibu hamil dan janin begitu besar maka
bagi remaja khususnya remaja putri harus mampu menjaga diri sebagai pencegahan agar
tidak terjerumus dalam pergaulan yang melibatkan penggunaan obat terlarang, minuman
beralkohol maupun merokok. Jagalah kesehatan alat reproduksi dan hindari narkoba.
Bergaul dengan narkoba hanya akan mematikan masa depan, cita-cita, hidup kita dan
kehilangan orang-orang yang kita cintai.
TANDA-TANDA DAN DAMPAK KEMATIAN JANIN DI KANDUNGAN
Ada tanda-tanda yang bisa dikenali dan ada pula dampaknya buat ibu yang
mengalami kematian janin di kandungan. Kehamilan selalu memberi pengharapan agar
anak yang dikandung lahir selamat tanpa kurang suatu apa. Namun adakalanya harapan ini
tak terwujud manakala janin meninggal di kandungan sebelum sempat dilahirkan.
Kematian janin di kandungan dalam dunia kedokteran dikenal dengan Intra Uterin Fetal
Death (IUFD). Yang dimaksud kematian janin adalah kematian yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih.
Umumnya kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah
memasuki 8 bulan.
PENYEBAB KEMATIAN
Penyebab kematian janin di kandungan, terang Nasdaldy, terutama karena Tuhan
tidak menghendaki. "Kan, filosopi yang mengatakan karena ia tak lolos seleksi alam. Jadi,
kalau pun ia hidup, tak akan survive."
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan,
diantaranya:
Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus
positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan; menjadi rhesus positif. "Akibatnya
antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus."
Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat
terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada
janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam
rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada
atau rongga jantung, dan lain-lain. Akibat penimbunan cairan yang berlebihan tersebut,
maka tubuh janin akan membengkak. "Bahkan darahnya pun bisa tercampur air." Biasanya
kalau sudah demikian, janin tak akan tertolong lagi.
Sebenarnya, terang Nasdaldy, hidrops fetalis merupakan manifestasi dari bermacam
penyakit. Bisa karena kelainan darah, rhesus, atau kelainan genetik. "Biasanya bila
kasusnya hidrops fetalis, maka tak ada manfaatnya kehamilan dipertahankan. Karena
memang janinnya pasti mati." Sayangnya, seringkali tidak dilakukan otopsi pada janin yang
mati tersebut, sehingga tidak bisa diketahui penyebab hidrops fetalis. "Padahal dengan
mengetahui penyebabnya bisa untuk tindakan pencegahan pada kehamilan berikutnya."
Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah
anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam
kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak
cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
Gerakan sangat "liar".
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan
satu arah saja. "Nah, karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat
yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka
pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat." Kalau janin sampai
memberontak, yang ditandai gerakan "liar", biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak
terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus segera
dilakukan tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya, apakah
oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin meninggal,
maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. "Sebab, dengan aktivitas berlebihan, maka
gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga janin relatif kekurangan."
Berbagai penyakit pada ibu hamil.
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil
perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
Kelainan kromosom.
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. "Kematian
janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu
dari otopsi bayi." Sebab, ungkap Nasdaldy, jarang sekali dilakukan pemeriksaan kromosom
saat janin masih dalam kandungan. "Selain biayanya mahal, risikonya juga tinggi. Karena
harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar terinfeksi, juga
bisa lahir prematur. Kecuali kalau memang ada keganjilan dalam kehamilan tersebut yang
dicurigai sebagai kelainan kromosom."
Trauma saat hamil.
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasentae atau plasenta terlepas. Trauma
terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau pemukulan.
"Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan
di plasenta atau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada."
Infeksi pada ibu hamil.
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri
maupun virus. "Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak tahan
akan panas tubuh ibunya."
Kelainan bawaan bayi.
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa
mengakibatkan kematian di kandungan.
SEGERA DILAHIRKAN
Selama hamil, kehati-hatian dan kewaspadaan ibu perlu ditingkatkan, mengingat
demi kebaikan janin dan ibu itu sendiri. Apa saja yang harus diwaspadai?
Yang pertama, bila tidak ada gerakan janin. "Pada ibu-ibu yang sudah merasakan gerakan
bayi; pada kehamilan lebih dari 5 bulan, perlu diwaspadai jika dalam sehari ia tak bisa
merasakan gerakan bayinya." Gerakan bayi yang normal minimal 10 kali dalam sehari.
Yang kedua, ibu perlu mewaspadai tanda-tanda "sekarat" pada bayi. "Sebelum bayi tidak
bergerak sama sekali, biasanya juga didahului tanda-tanda 'sekarat'. Timbul gerakan yang
sangat hebat atau malah sebaliknya, gerakannya semakin pelan atau lemah." Pada ibu yang
peka, pasti akan terasa, kok, saat gerakan janinnya lain.
Yang ketiga, bila kehamilan tak kunjung membesar. "Ibu harus curiga bila pertumbuhan
kehamilan tidak sesuai bulannya."
Nah, bila terjadi hal-hal yang sudah diuraikan tadi, terang Nasdaldy, sebaiknya segera
periksa ke dokter. "Walau belum waktunya pemeriksaan ulang, sebaiknya segera periksa.
Sehingga sebelum terjadi kematian, dokter bisa melakukan tindakan pencegahan."
Tindakan yang dilakukan dokter biasanya dengan melahirkan segera atau lahir prematur.
"Di luar bayi bisa di-treatment agar bisa hidup."
Bila sudah diketahui penyebabnya, maka dokter tentu juga akan mengatasi penyebab
tersebut. "Bila ada infeksi pada ibu, maka akan diobati infeksinya. Kalau ibunya diabetes,
maka diobati diabetesnya."
Dengan bantuan optimal, maka gawat janin bisa membaik kembali. "Karena untuk janin
yang sedang 'sekarat', tak selamanya harus dikeluarkan. Karena dikeluarkan pun harus
melihat usia kehamilannya, kan? Kalau ternyata usianya masih muda, tidak mungkin ia
dilahirkan segera. Pada usia kehamilan muda tentunya paru-parunya belum terbentuk
sempurna. Sehingga di luar pun ia tak mungkin bisa bernafas. Jadi, yang dilakukan dokter
adalah mempertahankan dengan mengatasi penyebabnya tersebut."
Jika tak tertolong lagi, terang Nasdaldy, maka janin yang sudah meninggal harus segera
dilahirkan. "Proses kelahiran harus dilakukan secara normal agar tidak terlalu merugikan
ibu." Jadi, bukan melalui operasi. Sebab, operasi tetap saja berisiko buat ibunya. "Anaknya,
kan, sudah meninggal, kenapa harus menanggung risiko untuk anak yang sudah tidak ada?"
Operasi hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal. Misalnya, bayinya
mati dalam posisi melintang, ibu mengalami preeklampsia, dan sebagainya.
Yang jadi berbahaya justru jika janin yang sudah meninggal tidak segera dilahirkan. "Kalau
lebih dari dua minggu bersemayam dalam rahim ibunya, tentu akan mengganggu
pembekuan darah si ibu. Zat pembekuan darah atau fibrinogennya bisa turun." Hal ini akan
berakibat fatal kala ibu melahirkan janin tersebut. "Dalam persalinan, kan, pasti terjadi
perdarahan. Nah, kalau fibrinogennya rendah, maka perdarahannya tidak bisa berhenti.
Jadi, bisa saja ibu tak tertolong karena perdarahan tersebut."
Namun, bukan berarti tak ada obat untuk mencegahnya, lo. Sebelum dilakukan tindakan
persalinan, bila telah diketahui janin sudah meninggal, maka dokter akan mengecek dulu
fibrinogennya. "Kalau fibrinogennya turun, maka harus diberi obat fibrinogen."
Tapi kasus janin meninggal bersemayam lebih dari 2 minggu sangat jarang terjadi. "Karena
sebenarnya alam sudah mengaturnya. Biasanya tubuh si ibu sendiri kalau janinnya mati
akan terjadi penolakan. Timbullah proses persalinan."
Memang, diakui Nasdaldy, cukup banyak ibu yang tak menyadari janinnya sudah
meninggal. "Bahkan sampai janinnya itu membatu atau mengeras." Hal ini terjadi karena
kurang pekanya sang ibu, terlebih lagi karena tak ada reaksi penolakan pada tubuhnya.
"Biasanya terjadi pada ibu yang tak menyadari kalau dirinya hamil, tahu-tahu anaknya
sudah meninggal dalam kandungan, bahkan telah membatu."
Tentu saja mengeluarkan janin yang telah membatu lebih berisiko. "Mengeluarkannya akan
lebih susah sehingga biasanya terjadi komplikasi, misalnya, ada perobekan di dinding
rahim dan jalan lahir."