Post on 27-Aug-2019
DESKRIPSI SIKAP ILMIAH DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN
BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA MATERI ASAM BASA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING
(Skripsi)
Oleh
FAQIH SEGARA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ABSTRAK
DESKRIPSI SIKAP ILMIAH DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN
BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA MATERI ASAM BASA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING
Oleh
FAQIH SEGARA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap ilmiah dan peningkatan kete-
rampilan berpikir tingkat tinggi pada materi asam basa menggunakan model pem-
belajaran problem solving. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan
The Matching only pretest and posttest control group design. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 15 Bandarlampung tahun ajaran
2017/2018. Sampel pada penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPA 3 sebanyak 32
siswa sebagai kelas eksperimen serta XI IPA 2 sebanyak 31 siswa sebagai kelas
kontrol yang ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling. Efektivitas model
pembelajaran problem solving dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi pada materi asam basa digunakan uji t dan sikap ilmiah dengan deskriptif
kualitatif.
Hasil uji perbedaan dua rata-rata menunjukkan rata-rata n-gain keterampilan ber-
pikit tingkat tinggi pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajran
Faqih Segara
problem solving lebih tinggi dibandingkan pembelajran konvensional. Pem-
belajaran yang menggunakan model problem solving pada persentase sikap ilmiah
kategori sedang dan tinggi mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Hal
ini menunjukkan bahwa model pembelajaran problem solving pada materi asam
basa efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi serta dapat
melatih sikap ilmiah siswa.
Kata Kunci: sikap ilmiah, model pembelajaran problem solving, keterampilan
berpikir tingkat tinggi
DESKRIPSI SIKAP ILMIAH DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN
BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA MATERI ASAM BASA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING
Oleh
Faqih Segara
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringkumpul Kabupaten Pringsewu pada tanggal 25 Agustus
1996, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ridwan,
dan Ibu Rofiah.
Penulis memulai pendidikan di TK Umi Bumirejo pada tahun 2002. Pada tahun
2003 melanjutkan pendidikan di SDN 3 Bumiratu pada tahun 2003-2006 dan
menamatkan pendidikan SD di SDN 178/IX Muara Jambi pada 2008. Pada tahun
2009 melanjutkan pendidikan di SMPN 13 Muara Jambi pada tahun 2009 dan
menamatkan pendidikan SMP di SMPN 1 Pagelaran pada tahun 2009-2011. Pada
tahun 2012 melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Pringsewu pada tahun 2012-
2014.
Tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program studi Pendidikan kimia
Jurusan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui SBMPTN. Selama menjadi
mahasiswa, Pada Tahun 2014 penulis pernah terdaftar dalam lembaga internal
kampus yaitu menjadi Eksmud pada Divisi Kaderisasi, tahun 2015 menjadi
anggota bagian Divisi Litbang Himasakta FKIP Unila dan tahun 2016 menjadi
Kepala Divisi Sosial Masyarakat Himasakta FKIP Unila dan mengikuti Program
Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi di SMAN 1 Blambangan Umpu
dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Desa
Lembasung, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan.
MOTTO
Jika kau ingin mengatur orang lain, atur dirimu sendiri dulu
(Abu Bakar)
PERSEMBAHAN
Puji dan Syukur ku panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan telah
memberikan berkat dan anugerahNya kepadaku. Aku persembahkan skripsiku ini
untuk keluargaku tercinta, bapakku Ridwan yang telah mengusahakan
kesuksesanku, mamakku Rofiah yang doanya selalu menyertaiku, adikku Fara
Farista yang semangatnya selalu disekelilingku.
Almamaterku tercinta Program studi Pendidikan Kimia, Jurusan MIPA, FKIP
Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
“Deskripsi Sikap Ilmiah Dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Pada Materi Asam Basa Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving”
sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana di Fakultas FKIP Universitas
Lampung.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si.,selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia atas bimbingan dan motivasi nya untuk menyelesaikan penyusunan
skripsi ini;
4. Ibu Dra. Ila Rosilawati M.Si., Selaku pembimbing I atas bimbingan dan
memberikan motivasi untuk menyelesaikan penyusunan skripsi;
5. Ibu Dra. Nina Kadaritna M.Si.,. Selaku pembimbing II atas bimbingan dan
memberikan motivasi untuk menyelesaikan penyusunan skripsi;
6. Ibu Dr. Chansyanah Diawati, M.Si., Selaku Pembahas atas kehadiran dan
memberikan saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi;
7. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi
Pendidikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;
8. Kepala SMA Negeri 15 Bandarlampung dan Ibu Anita Maryani S.Pd. selaku
guru kimia atas segala bimbingan dan diberikan izin untuk melaksanakan
penelitian di SMA Negeri 15 Bandarlampung.
9. Untuk Keluarga besar Kakek (Alm). Subandi dan Kakek Sutrisno Utomo
sekeluarga yang tak dapat kusebutkan satu persatu atas segala do’a serta telah
memberikan dukungan dan kasih sayang.
10. Untuk Siti Nurjanah, Monica, Hani, Nanda, Afifah, Hanisa, Indah, Adi, Ihsan,
Ade, Danang, Febri, Ferri, Silmi, Agus, Bayu, Nena, Mala, Maria, Anadia,
Tania, Pina, Regina, Desria, Anita, Selly, dan teman–teman pendidikan Kimia
angkatan 2014 yang tak dapat kusebutkan satu persatu terimakasih bantuan,
semangat, perhatian, informasi dan kebersamaannya selama ini.
11. Untuk teman-teman KKN-PPL, warga Lembasung dan Guru SMAN 1
Blambangan Umpu yang telah menerima serta memberi pelajaran hidup.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, Juli 2018
Penulis,
Faqih Segara
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
A. Model Pembelajaran Problem Solving ................................................. 8
B. Keterampilan berpikir tingkat tinggi .................................................... 9
C. Sikap Ilmiah ......................................................................................... 11
D. Analisis konsep ..................................................................................... 14
E. Penelitian yang relevan ......................................................................... 22
F. Kerangka Penelitian .............................................................................. 23
G. Anggapan Dasar ................................................................................... 25
H. Hipotesis Penelitian. ............................................................................. 25
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 26
A. Populasi dan Sampel ............................................................................ 26
xvii
B. Variabel Penelitian ............................................................................... 27
C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................. 27
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 28
E. Prosedur Penelitian ............................................................................. 29
1. Observasi ......................................................................................... 29
2. Penelitian ........................................................................................ 29
a. Tahap persiapan ........................................................................ 29
b. Tahap pelaksanaan penelitian dan pelaporan ............................. 29
F. Analisis Data Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Dan Sikap Ilmiah 31
1. Analisis Data Keterampilan berpikir tingkat tinggi ....................... 31
a. Perhitungan Skor siswa .............................................................. 31
b. Menghitung n-gain setiap siswa ................................................ 31
c. Menghitung rata-rata n-gain kelas .............................................. 32
d. Pengujian Prasyarat .................................................................... 32
1. Uji normalitas data pretes dan n-gain keterampilan
berpikir tingkat tinggi……………………………………….. 32
2. Uji homogenitas pretes dan n-gain keterampilan berpikir
tingkat tinggi………………………………………………… 33
e. Uji Kesamaan dua rata-rata …………………………………….. 33
f. Uji Perbedaaan dua rata-rata 35
2. Analisis Data Sikap Ilmiah Siswa ................................................... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 38
A. Hasil Penelitian ........................................................................................... …. 38
1. Hasil uji kesamaan dua rata-rata ........................................................... …. 38
2. Uji perbedaan dua rata-rata .................................................................... … 40
3. Sikap Ilmiah Siswa ............................................................................ 42
xviii
B. Pembahasan ............................................................................................ 45
1. Efektivitas model pembelajaran problem solving pada materi asam basa untuk
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi . ................................. 45
2. Deskripsi sikap ilmiah .......................................................................... … 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 62
A. Kesimpulan ........................................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64
LAMPIRAN
1. Analisis SKL-KI-KD ..................................................................................... 67
2. Silabus ............................................................................................................. 91
3. RPP .............................................................................................................. 131
4. LKS ............................................................................................................... 174
5. Kisi-Kisi Soal Postes dan Pretes ................................................................... 187
6. Soal Pretes .................................................................................................... 196
7. Soal Postes .................................................................................................... 200
8. Kunci Jawaban Soal Pretes dan Postes ......................................................... 204
9. Rubrik Soal Pretes dan Postes ....................................................................... 208
10. Rubrik Penilaian Sikap Ilmiah ..................................................................... 220
11. Perhitungan Skor Pretes, Postes dan n-gain keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi dan Deskripsi Sikap Ilmiah ............................................................... 223
12. Data sikap Ilmiah .......................................................................................... 242
13. Perhitungan Persentase Sikap Ilmiah ............................................................ 244
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pengelompokan sikap ilmiah menurut pendapat para ahli.......................... 12
2. Indikator pencapaian sikap ilmiah ............................................................. 13
3. Analisis konsep asam basa .......................................................................... 14
4. Desain penelitian ........................................................................................ 26
5. Kategori sikap ilmiah ................................................................................. 35
6. Data normalitas nilai rata-rata pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi kelas
kontrol dan eksperimen. ................................................................................. 38
7. Data homogenitas nilai rata-rata pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi kelas
kontrol dan eksperimen. ................................................................................. 38
8. Data kesamaan dua rata-rata kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas kontrol
dan kelas ekspeimen ..................................................................................... 38
9. Data normalitas n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas eksperimen
dan kontrol. ................................................................................................... 40
10. Data homogenitas n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas kontrol
dan kelas ekspeimen. ..................................................................................... 40
11. Data perbedaan dua rata-rata keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas kontrol
dan kelas ekspeimen. ..................................................................................... 41
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram alir penelitian................................................................................ 30
2. Nilai rata-rata pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas kontrol dan
kelas eksperimen. .......................................................................................... 38
3. Rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas eksperimen dan
kontrol. ......................................................................................................... 41
4. Persentase sikap ingin tahu siswa pada setiap pertemuan .................................. 43
5. Persentase sikap teliti pada kelas ekspetrimen. .................................................... 44
6. Persentase kerja sama siswa pada kelas ekperimen ............................................. 44
7. Persentase sikap tanggung jawab siswa pada kelas eksperimen .......................... 45
8. Rumusan masalah siswa pada LKS 1 ................................................................... 47
9. Rumusan masalah siswa pada LKS 2 .................................................................... 49
10. Rumusan masalah pada LKS 3.............................................................................. 49
11. Informasi yang didapat siswa pada LKS 1 ............................................................ 50
12. Informasi yang didapat siswa pada LKS 2 ............................................................ 51
13. Hipotesis siswa pada LKS 3 .................................................................................. 51
14. Hipotesis siswa pada LKS 1 .................................................................................. 53
15. Hipotesis siswa pada LKS 2 .................................................................................. 53
16. Hipotesis siswa pada LKS 3 .................................................................................. 54
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya manusia dalam mewariskan, mengembangkan serta
membangun budaya dan peradaban di masa depan. Peningkatan mutu pendidikan
guna menjawab tantangan perubahan kehidupan global terus dilakukan oleh pe-
merintah. Tantangan pendidikan yang dihadapi yaitu bagaimana pendidikan
menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan
sehingga mampu bersaing di pasar global (Tim Penyusun, 2013a). Dalam hal ini
pembaharuan pendidikan nasional perlu dilakukan guna mencapai sistem pen-
didikan yang terarah, terencana, dan berkesinambungan. Hal ini dikarenakan
sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan pendidikan, pe-
ningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan dalam meng-
hadapi tantangan perubahan kehidupan baik lokal, nasional dan global (UU No.20
Tahun 2003 tentang SISDIKNAS).
Perubahan kehidupan yang sangat pesat pada bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi menuntut pendidikan menciptakan sumber daya yang mampu berpikir
kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif dalam menyelesaikan
masalah kompleks (Sucipto, 2017). Berdasarkan hal tersebut, pendidikan dituntut
dalam melakukan pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir
2
siswa. Keterampilan berpikir menurut taksonomi bloom yang telah direvisi dibagi
menjadi dua yaitu Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan Lower Order
Thinking Skill (LOTS). LOTS meliputi kemampuan mengingat (C1), kemampuan
memahami (C2) dan menerapkan (C3) sedangkan HOTS meliputi menganalisis
dan mensintesis (C4), mengevaluasi (C5), serta mencipta atau kreativitas (C6)
(Krathworl dan Anderson, 2001). Dalam menjawab tantangan global siswa harus
mampu mengembangkan keterampilan kompetitif yang berfokus pada keterampil-
an berpikir tingkat tinggi (Basuki, 2014). Pembelajaran akan bermakna jika siswa
mampu berpikir tingkat tinggi karena siswa tidak hanya dapat menerapkan penge-
tahuan, tetapi juga mampu menganalisis suatu permasalahan kemudian meng-
evaluasi serta mampu mencipta gagasan baru (Layli, 2013).
Pembelajaran di Indonesia masih belum mengarah pada pengembangan keteram-
pilan berpikir tingkat tinggi siswa. Hal ini ditunjukkan pada hasil Programme for
International Student Assessement (PISA) keterampilan berpikir siswa Indonesia
pada level 5 dan 6 hanya 0,8% sedangkan rata-rata standar PISA 15.3 % . Pada
keterampilan berpikir pada level 2 Indonesia memiliki 42,3% sedangkan standar
rata-rata standard PISA 13% (OECD, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa kete-
rampilan berpikir siswa Indonesia masih didominasi pada keterampilan berpikir
tingkat rendah dan masih sangat kurang dalam meningkatkan keterampilan ber-
pikir tinggkat tinggi.
Tingkat pemahaman, pendalaman dan penguasaan materi siswa Indonesia masih
sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain di wilayah benua Asia. Hal
ini dikarenakan pembelajaran yang didasarkan pada peningatan kecerdasan saja
3
dan kurang meningkatkan pembelajaran yang meningkatkan kreativitas, sehingga
siswa hanya dituntut mengetahui materi dan tidak dituntut dalam memahami, me-
nguasai dan menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam ke-
hidupan. Menurut Dyers J.H dalam Paparan Wamendik (2013) yaitu pembelajar-
an berbasis kecerdasan tidak akan memberikan hasil signifikan dibandingkan
dengan berbasis kreativitas. Pembelajaran yang mengarah pada peningkatan kete-
rampilan berpikir tingkat tinggi dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam
menyampaikan serta mempertahankan pendapat dan berpikir kritis (Barak, 2009).
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajar-
an kimia kelas XI IPA SMA Negeri 15 Bandarlampung, pembelajaran kimia
masih menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini mengakibatkan pembel-
ajaran kurang mengarah pada pembelajaran berbasis peningkatan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa. Pembelajaran konvensional hanya meningkatkan
kecerdasaran siswa dan kurang dalam meningkatkan kreativitas siswa. Berdasar-
kan hal ini, pembelajaran konvensional tidak dapat meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa, sehingga perlu model pembelajaran yang sesuai
untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
Salah satu model yang medapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa yaitu model problem solving (DeWitt, 2016). Model problem solving me-
rupakan pembelajaran yang didasarkan pada melatih siswa dalam menentukan
jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang dimiliki
sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan atas situasi yang ada (Santyasa,
2007). Pembelajaran dengan menggukan problem solving mendorong siswa ber-
4
pikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan, sehingga siswa dilatih dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar
siswa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Priyatmoko
(2013) model pembelajaran problem solving berorientasi higher order thinking
(HOT) memberikan pengaruh 25,79% terhadap hasil belajar siswa, sehingga
pembelajaran problem solving berorientasi HOT berpengaruh positif terhadap
terhadap hasil belajar siswa.
Salah satu kompetensi dasar (KD) dalam kurikulum 2013 yang harus dikuasai
oleh siswa pada mata pelajarn kimia kelas XI IPA semester genap adalah KD 3.10
menjelaskan konsep asam dan basa serta kekuatannya dan kesetimbangan peng-
ionannya dalam larutan dan KD 4.10 yaitu menganalisis trayek perubahan pH
beberapa indikator yang diekstrak dari bahan alam melalui percobaan (Tim
penyusun, 2013b). Model problem solving dapat digunakan untuk mencapai KD
ini. Model pembelajran problem solving memiliki sintak yaitu mengamati, me-
nanya, mencari informasi, mengajukan hipotesis, menguji kebenaran hipotesis dan
menyimpulkan (Djamarah & Zain, 2002). Sintak problem solving menunjang
pembelajaran untuk mencapai KD ini.
Pembelajaran tidak hanya berfokus pada hasil belajar siswa, tetapi pembelajaran
memiliki peranan penting dalam memberikan pengalaman siswa ditinjau dari
dimensi sains sebagai pengetahuan, proses dan produk, penerapan atau aplikasi,
serta pengembangan sikap dan nilai-nilai ilmiah (Noviyanti, 2017). Sintak
problem solving dapat mengembangan sikap. Pada langkah mengamati, menanya
dan mencari informasi, siswa dilatih dalam mengembangkan sikap rasa ingin tahu.
5
Sikap kerjasama, teliti dan kritis dapat dilatih pada langkah mengajukan hipotesis
dan menguji hipotesis. Pada langkah menarik kesimpulan siswa dilatih dalam
sikap jujur dan bertanggung jawab terhadap data yang telah diperoleh. Hal ini
sejalan dengan indikator dalam mengukur sikap ilmiah siswa yaitu rasa ingin tahu,
sikap kritis, kerjasama, jujur, dan teliti (Harlen, 1992).
Sikap ilmiah diartikan sebagai penilian seseorang terhadap suatu objek dengan
berlandaskan pada sains, selain itu sikap merupakan fasilitator sekaligus produk
dari proses pembelajaran kognitif (Mulyasa, 2007). Pembelajaran yang berproses
pada penanaman sikap ilmiah serta menunjang moralitas menjadikan siswa ter-
didik menjadi manusia yang objektif ilmiah baik dalam bertindak maupun dalam
memecahkan masalah, yaitu menjunjung tinggi kebenaran objektif ilmiah baik
dalam bertindak maupun berinteraksi (Sagala, 2013).
Hasil penelitian Purwanti (2015) model pembelajaran problem solving memberi-
kan pengalaman belajar yang lebih baik dalam meningkatan sikap ilmiah siswa
dibandingkan dengan pembelajaran direct instruction. Hasil penelitian Lestari
(2012) siswa dengan sikap ilmiah tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik di-
bandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Berdasarkan pe-
maparan di atas, sehingga perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Deskripsi
Sikap Ilmiah dan Peningkatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Materi
Asam Basa menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving”.’
6
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran problem solving dalam mening-
katkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam basa ?
2. Bagaimana sikap ilmiah siswa pada materi asam basa dengan model
pembelajaran problem solving ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solving dalam
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam
basa.
2. Mendeskripsikan sikap ilmiah siswa pada materi asam basa dengan model
pembelajaran problem solving.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu:
1. Siswa
Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajran yang
dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari secara sistematis.
2. Guru
Model pembelajaran problem solving sebagai model pembelajaran yang
konstruktif, efektif dan efisien dalam pembelajaran untuk melatih siswa
bersikap ilmiah dan meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
7
3. Sekolah
Model pembelajaran problem solving memberikan sumbanagan positif
mengenai salah satu cara dalam mengembangkan mutu pembelajaran kimia di
sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan,
maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran problem solving dikatakan efektif meningkatkan kete-
rampilan berpikir tingkat tinggi siswa apabila secara statistik keterampilan ber-
pikir tingkat tinggi siswa menunjukan perbedaan rata-rata n-gain yang signifi-
kan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Model pembelajaran problem solving menggunakan sintaks Djamarah dan Zain
(2010)
3. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diteliti sesuai dengan taksonomi
Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) meliputi meng-
analisis, mengevalusi, dan mencipta.
4. Sikap ilmiah siswa terdiri atas rasa ingin tahu, sikap kritis, kerjasama, jujur,
dan teliti (Harlen, 1992).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Problem Solving
Pemilihan model pembelajaran oleh guru merupakan hal penting, dengan menen-
tukan metode pembelajaran yang sesuai aka akan menimbulkan pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Model problem solving merupa-
kan model yang mencakup aspek tersebut. Model problem solving adalah suatu
proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecah-
kannya berdasarkan data atau informasi yang akurat, sehingga dapat diambil
kesimpulan yang tepat dan cermat (Hidayati, 2006). Problem solving merupakan
suatu keterampilan yang meliputi keterampilan untuk mencari informasi, meng-
analisis situasi, dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan
alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai
sasaran (Shoimin, 2014).
Menurut Djamarah dan Zain (2010) langkah-langkah model pembelajaran
problem solving yaitu: (1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan; (2) Mencari
data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut;
(3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut; (4) Menguji kebenaran
jawaban sementara tersebut; dan (5) Menarik kesimpulan
9
Adapun kelebihan pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain
(2010) adalah sebagai berikut:
a) Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
b) Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil.
c) Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir
siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa
banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari
pemecahannya
Kekurangan pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2006),
yaitu:
a) Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. Hal ini sangat penting
karena tanpa keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola kelas
pada saat strategi ini digunakan maka tujuan pengajaran tidak akan
tercapai karena siswa menjadi tidak teratur dan melakukan hal-hal yang
tidak diinginkan dalam pembelajaran.
b) Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaran problem
solving untuk suatu topik permasalahan tidak akan maksimal jika
waktunya sedikit, karena bagaimanapun juga akan banyak langkah-
langkah yang harus diterapkan terlebih dahulu dimana masing-masing
langkah membutuhkan kecekatan siswa dalam berpikir untuk
menyelesaikan topik permasalahan yang diberikan dan semua itu
berhubungan dengan kemampuan kognitif dan daya nalar masing-masing
siswa.
c) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima
informasi yang disampaikan guru menjadi belajar dengan banyak berpikir
memecahkan masalah sendiri dan kelompok memerlukan banyak sumber
belajar sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa. Sumber-sumber
belajar ini bisa di dapat dari berbagai media dan buku-buku lain.
B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Keterampilan berpikir dibagi menurut Bloom yang telah direvisi dibagi menjadi
enam yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan mencipta. Ke-
terampilan ini dibagi menjadi dua yaitu keterampilan berpikir tingkat rendah atau
Lower Order Thinking (LOT) dan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau
10
Higher Order Thinking (HOT). Keterampilan berpikir tingkat rendah meliputi
ranah kognitif ingatan, pemahaman dan aplikasi sedangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi meliputi analisis, evaluasi, dan mencipta termasuk keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Anderson dan Krathwohl, 2001). Berpikir tingkat tinggi
adalah keterampilan berpikir yang mengkombinasikan antara berpikir kritis dan
berpikir kreatif (Zaini, 2015).
Menurut Uno (2012), soal HOTS memiliki empat indikator, yaitu:
1. Problem solving atau proses dalam menemukan masalah serta cara memecah-
kan masalah berdasarkan informasi yang nyata, sehingga dapat ditarik ke-
simpulan.
2. Keterampilan pengambilan keputusan, yaitu ketrampilan seseorang dalam
memecahan masalah melalui pengumpulan informasi untuk kemudian me-
milih keputusan terbaik dalam memecahkan masalah.
3. Keterampilan berpikir kritis adalah usaha untuk mencari informasi yang
akurat yang digunakan sebagiamana mestinya pada suatu masalah.
4. Keterampilan berpikir kreatif, artinya menghasilkan banyak ide sehingga
menghasilkan inovasi baru untuk memecahkan masalah.
Menurut Krathwold dan Anderson (2001), ranah kognitif kemampuan berpikir
tingkat tinggi meliputi
(1) menganalisis adalah menguraikan bahan atau konsep ke dalam bagian,
menentukan hubungan antar bagian atau hubungan bagian terhadap struktur
atau tujuan secara keseluruhan,
(2) mengevaluasi adalah membuat penilaian berdasarkan kriteria-kriteria dan
standar-standar melalui pemeriksaan dan kritik, dan
(3) mencipta adalah memasukkan elemen untuk membentuk satu kesatuan
yang koheren atau fungsional atau melakukan reorganisasi elemen menjadi
11
pola atau struktur baru melalui proses membangkitkan, merencanakan atau
menghasilkan.
C. Sikap Ilmiah
Sikap merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan
suatu tindakan. Sikap muncul karena adanya interaksi yang terjadi antara sese-
orang dengan orang lain atau dengan suatu benda. Selain itu sikap dapat muncul
melalui situasi tertentu. Pengertian sikap menurut Slameto (2010: 188) adalah:
Kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan. Dimana
tindakan yang akan dipilih, tergantung pada sikapnya terhadap penilaian akan
untung atau rugi, baik atau buruk, memuaskan atau tidak, dari suatu tindakan
yang dilakukannya.
Sikap dapat dibentuk melaulai interaksi antara manusia dengan alam sekitarnya.
Pembelajaran merupakan salah satu proses pembentukan sikap. Hal ini meng-
akibatkan pembelajaran memiliki peranan penting dalam membangun sikap se-
seorang. Sikap ilmiah merupakan suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap
siswa. Saregar (2013) menjelaskan, sikap ilmiah adalah suatu kecenderungan se-
seorang untuk berperilaku dan mengambil tindakan pemikiran ilmiah yang sesuai
dengan metode ilmiah. Sikap ilmiah penting dalam menunjang keberhasilan
siswa. Menurut Wahyudi (2011) sikap ilmiah mahasiswa mempengaruhi prestasi
belajar mahasiswa baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Mahasiswa dengan sikap ilmiah yang tinggi memiliki prestasi belajar yang baik
dari pada mahasiswa dengan sikap ilmiah rendah.
Pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun jika dikaji
lebih jauh hampir tidak ada perbedaan. Variasi muncul hanya dalam penempatan
12
dan penamaan sikap ilmiah yang ditonjolkan. Misalnya pengelompokkan oleh
Harlen (1992), secara ringkas disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Pengelompokan sikap ilmiah menurut pendapat para ahli.:
Harlen
Curiosity(sikap ingin tahu)
Respect for evidence(sikap respek terhadap data)
Critial reflection(sikap refleksikritis)
Perseverance(sikap ketekunan)
Cretivity and inventiveness(sikap kreatif dan penemuan)
Co-operation with others(sikap bekerjasama dengan orang lain)
Willingness to tolerate uncertainty(sikap keinginan menerima
ketidakpastian)
Sensitivity to environment(sikap sensitive terhadap lingkungan)
Pengukuran sikap ilmiah siswa, didasarkan pada pengelompokan sikap sebagai
dimensi, kemudian dikembangkan menjadi indikator-indikator sikap untuk setiap
dimensi sehingga memudahkan untuk menyusun butir instrument sikap ilmiah
siswa. Berdasarkan keterangan dari para ahli, maka dimensi sikap ilmiah yang
diukur dalam penelitian ini yaitu rasa ingin tahu yang tinggi, sikap jujur, sikap
kritis, sikap kerjasama, dan teliti. Dimensi dan indikator pencapaiannya
ditunjukkan pada Tabel 2.
13
Tabel 2. Indikator pencapaian sikap ilmiah
No Sikap Ilmiah Siswa Indikator
1. 1 Sikap Ingin Tahu a. siswa melakukan praktikum dan diskusi
secara aktif teribat
b. sikap berani siswa dalam bertanya
2. 2 Sikap Kerjasama
a. partisipasi siswa dalam melakukan
praktikum dan diskusi
b. sikap siswa dalam bekerja sama dengan
teman sekelompok
c. sikap siswa dalam mengkaji informasi
dan menerapkan dalam melakukan
percobaan dan diskusi
3. 3 Sikap kritis
a. siswa mendiskusikan hasil percobaan
dan jawaban pertanyaan yang ada dalam
LKS.
b. siswa mengisi LKS.
c. siswa mempresentasikan hasil percobaan
yang telah dilakukan di depan kelas.
4. 4 Sikap Jujur
a. siswa tidak memanipulasi data.
b. mencatat data yang sebenarnya sesuai
dengan hasil LKS kelompoknya
c. tidak mencontek hasil LKS kelompok
lain
5. 5 Ketelitian
a) siswa dapat menggunakan alat dengan
baik/siswa mengamati gambar dengan
benar.
b) siswa melakukan langkah-langkah
percobaan dengan benar/ siswa dapat
menjawab LKS dengan benar.
(Dimyati dan Mudjiono, 2004)
14
D. Analisi Konsep Asam Basa
Tabel 3. Analisi konsep asam basa
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Larutan Larutan adalahh
campuran
homogen dua zat
atau lebih dan
masing-masing
zat tidak dapat
dibedakan lagi
secara fisik.
Berdasarkan
sifatnya larutan
dapat dibagi
menjadi larutan
asam, larutan
basa, dan netral.
Konsep
konkrit
Asam
Basa
Netral
Jenis zat Campuran Koloid
Suspensi
Asam
Basa
Netral
Larutan
HCl
Larutan
NaOH
Larutan
NaCl
Air susu
Asam Asam adalah
suatu zat yang
Konsep
abstrak
Kekuatn
asam
Konsentrasi
ion H+
Larutan Larutan basa
Larutan
Kekuatan
asam
Larutan
HCl
Larutan
NaCl
15
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
bila diarutkan
dalam air dapat
melepaskan ion
H+ (menurut
teori Arrhenius),
dimana konsen-
trasi ion H+
men-
unjukan kekuat-
an asam suatu
larutan yang
dinyataka dengan
derajat keasaman
(pH), asam
merupakan spesi
yang mendonor-
kan proton me-
nurut teori
Bronsted-Lowry,
dan menerima
pasangan elek-
tron menurut
dengan
contoh
konkret
Derajat
keasaman
(pH)
netral
Larutan
elektrolit
Derajat
keasaman
(pH)
Larutan
CH3CO
OH
16
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
teori Lewis.
Basa Basa adalah zat
yang melepaskan
ion –OH menun-
jukan kekuatan
basa yang dinya-
takan dengan
derajat pOH
yang berkaitan
dengan pKw atau
spesi yang mene-
rima proton me-
nurut Bronsted-
Lowry dan mele-
paskan pasangan
elektron menurut
Lewis.
Konsep
abstrak
dengan
contoh
konkret
pOH
pKw
Indikator
asam-
basa
Konsentrasi
ion -OH
Larutan Larutan
asam
Larutan
netral
Larutan
elektrolit
Basa kuat
Basa lemah
Larutan
NaOH
Larutan
NH4OH
Larutan
C6H12O6
Kekuatan
asam
Kemampuan
spesi asam atau
basa untuk
Konsep
abstrak
Asam
kuat
Asam
lemah
Konsentrasi
ion H+
Konsentrasi
ion -OH
Larutan asam
Larutan basa
Konsep pH,
pOH dan
pKw
Tetapan
kesetimban
gan air
(Kw)
Asam
kuat =
H2SO4
Basa
Asam
kuat =
CH3CO
OH
17
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
basa menghasilkan
ion H+ atau ion
–
OH dalam air
yang bergantung
pada derajat ke-
asaman (pH),
derajat ionisasi,
besarnya tetapan
ionisasi asam
maupun tetapan
ionisasi basa,
dapat dibagi
menjadi asam
kuat, asam lem-
ah, basa kuat dan
basa lemah.
Basa kuat
Basa
lemah
Derajat
keasaman
Derajat
ionisasi
Ka
Kb
Derajat
ionisasi
Tetapan
ionisasi
asam (Ka)
Tetapan
ionisasi
basa (Kb)
kuat =
NaOH Basa
kuat =
NH4OH
pH Derajat keasam-
an suatu larutan
yang bergantung
pada konsentrasi
Konsep
abstrak
contoh
konkrit
Derajat
keasaman
(pH)
Konsentrasi
ion H+
Nilai pH
Asam basa
Arrhenius
pOH
pKw
- pH
CH3CO
OH
0,1M =
3
pH
CH3CO
OH
0,1M =
1
18
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
ion H=.
pOH Parameter untuk
menyatakan
konsentrasi ion –
OH. pOH
berkaitan dengan
pH dan tetapan
kesetimbangan
air (Kw).
Konsep
abstrak
contoh
konkrit
pH
Kw
Konsentrasi
ion -OH
Nilai pOH
Asam basa
Arrhenius
pH
pKw
- pOH
NaOH
1 M
0,01 =
2
pOH
NaOH 1
M 0,01
= 3
Tetapan
kesetimb
angan air
Tetapan kesetim-
bangan untuk
kesetimbangan
air.
Konsep
abstrak
kesetimba
ngan air
konsentrasi
ion H+
konsentrasi
ion -OH
kesetimbangan
larutan
Ka
Kb
pKw Kw
pada
suhu
25°C =
1x10-14
Ka asam
asetat
1x10-5
pKw Besaran yang
menyatakan
hubungan pH
dan pOH larutan.
Konsep
abstrak
pKw pH
pOH
Tetapan
kesetimbangan
air (Kw)
pH
pOH
- pKw =
14
pH
CH3CO
OH 0,1
M = 3
Asam Asam yang dapat
terionisasi
Konsep Ionisasi
sempurna
Jenis
larutan
Kekuatan asam
basa
Asam lemah
Basa kuat
- HCl CH3CO
OH
19
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
kuat sempurna dalam
larutannya.
abstrak asam Basa lemah
Asam
lemah
Asam yang
dalam larutannya
terionisasi
sebagian,
konsentrasi ion
H+
hanya dapat
ditentukan jika
tetapan ionisasi
asam (Ka) juga
diketahui.
Konsep
abstrak
Ka Jenis
larutan
asam
Kekuatan asam
basa
Asam lemah
Basa kuat
Basa lemah
- CH3CO
OH
HCL
Basa
kuat
Basa yang dapat
terionisasi
sempurna dalam
larutannya.
Konsep
abstrak
Ionisasi
sempurna
Jenis
larutan
asam
Kekuatan asam
basa
Asam lemah
Asam kuat
Basa lemah
- NaOH NH4OH
Basa
lemah
Basa yang dalam
larutannya
terionisasi
Konsep
abstrak
Kb Jenis
larutan
asam
Kekuatan asam
basa
Asam kuat
Asam lemah
Basa kuat
- NH4OH NaOH
20
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
sebagian,
konsentrasi ion -OH hanya dapat
ditentukan jika
tetapan ionisasi
basa (Kb) juga
diketahui.
Derajat
ionisasi
Istilah yang
digunakan untuk
menyatakan
perbandingan
antara jumlah zat
yang mengion
dengan jumlah
zat mula-mula.
Konsep
abstrak
Ionisasi
larutan
Jumlah zat
yang
mengion
Jumlah zat
mula-mula
Larutan
elektrolit
Kekuatan asam
Tetapan
ionisasi
asam (Ka)
Tetapan
ionisasi basa
(Kb)
- Derajat
ionisasi
larutan
HCl
mendek
ati 1
Derajat
ionisasi
CH3CO
OH
mendeka
ti 1
Tetapan
ionisasi
asam
(Ka)
Tetapan
kesetimbangan
untuk ionisasi
asam lemah.
Konsep
abstrak
Ionisasi
asam
lemah
Nilai
tetapan
kesetimban
gan asam
lemah
Larutan
elektrolit
Kekuatan asam
Tetapan
ionisasi basa
(Kb)
Derajat
ionisasi
- Ka
asam
asetat
1,8x10-5
Kb
larutan
amonisa
1,8x10-5
21
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non
Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Tetapan
ionisasi
basa (kb)
Tetapan
kesetimbangan
untuk ionisasi
basa lemah.
Konsep
abstrak
Ionisasi
basa
lemah
Nilai tetapa
kesetimban
gan basa
lemah
Larutan
elektrolit
Kekuatan asam
Tetapan
ionisasi
asam (Ka)
Derajat
ionisasi
- Kb
amonia
1,8x10-5
Ka
asam
asetat
1,8 x
10-5
22
E. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan berkaitan dengan judul
yaitu:
1. DeWitt (2016) mengenai Strategi pembelajaran guru di Malaysia lebih
banyak menggunakan strategi instruksional yang tidak mengembangkan
Higher Order Thinking skill, Sedangan jika menggunakan strategi problem
solving memungkinkan guru lebih mudah dalam mengembangkan Higher
Order Thinking skill.
2. Barak (2009) mengenai siswa yang memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi memiliki kemampuan dalam mengajukan pertanyaan yang kompleks,
mengajukan gagasan, mempertahankan pendapat dan menunjukkan berpikir
kritis.
3. Sucipto (2017) mengenai model pembelajaran problem solving dan model
problem based learning merupakan model pembelajaran yang didasarkan
pada masalah yang merangsang peserta didik berpikir secara kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
4. Purwanti dan Manurung (2015) menunjukkan hasil penelitian terdapat
perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran Problem
Solving dan model pembelajaran Direct Instruction serta terdapat interaksi
antara model pembelajaran Problem Solving dengan sikap ilmiah siswa dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa
23
F. Kerangka pemikiran
Pendidikan nasional menghadapi tantangan perubahan kehidupan baik internal
(peningkatan sumber daya manusia) maupun eksternal (permasalahan global).
Tantangan yang sedang dihadapi pendidikan nasional pada saat ini yaitu meng-
hasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing pada pasar global. Per-
tumbuhan usia produktif masyarakat Indonesia yang terus meningkat merupakan
potensi sekaligus tantangan dalam mengembangkan potensi yang ada.
Menghadapi tantangan tersebut, pendidikan harus mempersiapkan sumber daya
manusia yang mampu berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif
dalam menyelesaikan permasalahan kompleks. Mempersiapkan sumber daya
manusia yang mampu menyelesaikan permasalahn kompleks perlu dilakukan
pembelajaran yang mengacu pada pelatihan keterampilan berpikir. Keterampilan
berpikir dibagi menjadi dua yaitu keterampilan berpikir tingkat rendah dan kete-
rampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi diperlukan
dalam menjawab permasalahan kompleks yang dihadapi sehingga perlu dilakukan
pembelajaran yang mengarah pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran di Indoensia yang ada saat ini belum mengacu pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Hasil PISA menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia
memiliki keterampilan berpikir tingkat rendah. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan, SMAN 15 Bandarlampung khususnya pembelajaran kimia masih
menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional sangat
kurang dalam melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Pembelajar-
an konvensional hanya menuntut siswa pada materi yang disampaikan guru dan
24
tidak mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam memperoleh suatu
materi.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa yaitu model pembelajran problem solving. Model pembel-
ajaran problem solving merupakan pembelajaran yang melatih siswa dalam
menentukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan
yang dimiliki sebelumnya dalam menjawab permasalahan kompleks.
Salah satu kompetensi dasar (KD) Salah satu kompetensi dasar (KD) dalam
kurikulum 2013 yang harus dikuasai oleh siswa pada mata pelajarn kimia kelas XI
IPA semester genap adalah KD 3.10 menjelaskan konsep asam dan basa serta ke-
kuatannya dan kesetimbangan pengionannya dalam larutan dan KD 4.10 yaitu
menganalisis trayek perubahan pH beberapa indikator yang diekstrak dari bahan
alam melalui percobaan. Sintak problem solving menunjang pembelajaran untuk
mencapai KD ini.
Pembelajaran yang baik tidak hanya berfokus pada hasil belajar siswa, tetapi pem-
belajaran memiliki peranan penting dalam memberikan pengalaman siswa. Model
pembelajaran problem solving juga berpengaruh pada sikap ilmiah siswa. Sintak
model pembelajaran problem solving menuntun siswa bersikap ilmiah pada
keadaan yang ada. Sikap ilmiah juga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa,
siswa yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi mendapatkan hasil belajar yang
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
25
G. Anggapan Dasar
Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perbedaan rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap
ilmiah siswa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam pem-
belajaran.
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap ilmiah siswa dan peningkatan
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada materi pokok asam-basa kelas XI
IPA semester genap SMAN 15 Bandarlampung tahun ajaran 2017/2018
diabaikan.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran problem solving
pada materi asam-basa efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuasi eksperimen dengan desain The
Matching only pretest and posttest control group design (Frankel, dkk. 2012).
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. Desain penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Postest
Kelas Kontrol M O1 C O2
Kelas Eksperimen M O1 X O2
Keterangan:
M = Matching, perlakuan berupa pencocokan pada masing–masing kelas
O1 = Pretes yang diberikan sebelum pembelajaran
C = Perlakuan berupa pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional
X = Perlakuan berupa pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem
solving
O2 = Postes yang diberikan sesudah pembelajaran
Menentukan sampel yang terdiri dari kelas kontrol dan eksperimen. Kedua sam-
pel dilakukan matching secara statistik kemudian diberikan soal pretes. Pada
kelas kontrol diberikan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional.
Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran problem solving.
Kedua sampel diberikan postes setelah pembelajaran
27
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah siswa XI SMA Negeri 15 Bandarlampung tahun
pelajaran 2017/2018 sebanyak 114 siswa yang tersebar dalam empat kelas yaitu
XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4. Berdasarkan kelas yang ada, di-
ambil dua kelas sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
pengetahuan sebelumnya tentang populasi dan tujuan khusus dari penelitian,
investigator menggunakan pertimbangan personal untuk menyeleksi suatu sampel
(Frankel, dkk., 2012).
Penggunaan teknik purposive sampling didasarkan pada hasil ujian harian pada
materi kesetimbangan kimia, didapatkan kelas XI IPA 3 dan XI IPA 2 sebagai
sample penelitian. Kemudian dilakukan pengundian untuk menentukan kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen di-
lakukan pembelajaran dengan model problem solving dan kelas XI IPA 2 sebagai
kelas kontrol dilakukan pembelajaran konvensional.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel terikat.
Variabel bebas penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu
pembelajaran model problem solving untuk kelas eksperimen dan model
konvensional untuk.kelas kontrol. Variabel kontrol dalam penelitian adalah
materi asam basa dan guru yang mengajarkan. Variabel terikat dalam penelitian
adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi serta sikap ilmiah siswa.
28
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan ada tiga yaitu soal pretes dan postes, LKS
yang digunakan, serta lembar observasi sikap ilmiah
1. soal berupa pretes dan postes yang terdiri dari 6 soal uraian untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam basa serta dengan
menggunakan rubrik dengan skor 0-4 disertai kriteria jawaban. Soal ini telah
dilakukan uji validitas isi. Adapun Pengujian validitas dilakukan dengan
menelaah kisi-kisi soal, terutama kesesuaian indikator, tujuan pembelajaran
dan butir-butir pertanyaannya.
2. LKS yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu LKS
berbasis problem solving dan LKS konvensional. LKS berbasis problem
solving berisi fenomena yang berkaitan dengan maeri asam basa kemudian
berisi langkah-langkah yaitu merumuskan masalah, mencari informasi,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data disertai dengan langkah-langkah
dalam melakukan percobaan, menganalisis data disertai dengan pertanyaan
yang membantu siswa dalam menganalisis dan menarik kesimpulan dimana
setiap langkah disertai kolom jawaban siswa. Sedangkan LKS konvnesional
hanya berisi rangkuman materi dan latihan soal yang tidak melatih
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kedua LKS ini telah dilakukan validasi
isi dengan menelaah kesesuaian indikator, tujuan pembelajaran, tahap-tahapan
model.
3. lembar observasi sikap ilmiah.
Lembar observasi sikap ilmiah yang dinilai meliputi empat aspek yaitu sikap
ingin tahu; sikap ketelitian,cermat dan hati-hati; sikap kerja sama; serta sikap
29
tanggung jawab. Pada setiap aspek dinilai dengan menggunakan rubrik dengan
berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Lembar observasi ini dilakukan validasi isi dengan menelaah
kriteria pada setiap kategori.
Ketiga instrumen tersebut dilakukan pengujian validitas isi pada penelitian ini
dilakukan dengan cara judgement. Pengujian dilakukan oleh dosen pembimbing.
E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Observasi
Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah SMA Negeri 15 Bandarlampung.
Kemudian menemui guru mata pelajaran kimia untuk melakukan penelitian pen-
dahuluan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi pendukung penelitian.
Informasi ini berupa kurikulum yang digunakan, karakteristik siswa, metode pem-
belajaran, jadwal, hasil ujian harian siswa pada materi sebelumnya serta sarana
prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung
pelaksanaan penelitian. Berdasarkan pada data yang diperoleh, kemudian me-
nentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen
2. Penelitian
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
a. Tahap pesiapan
Peneliti menyusun instrument penelitian yang meliputi instrumen penelitian me-
liputi RPP, LKS berbasis problem solving dan konvensional, soal keterampilan
berpikir tingkat tinggi, lembar observasi sikap ilmiah.
30
b. Tahap pelaksanaan penelitian dan pelaporan
Pada tahap ini peneliti memberikan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi awal
(pretes), kemudian hasil pretes kedua kelas tersebut dicocokkan agar dapat
membuktikan bahwa kedua kelas tersebut memiliki karakteristik yang hampir
sama. Setelah itu memberikan perlakuan terhadap kedua kelas penelitian, dengan
kelas eksperimen diberikan LKS berbasis problem solving sedangkan kelas
kontrol diberikan LKS konvensional pada materi asam basa. Pada proses
pembelajaran melakukan penilaian terhadap sikap ilmiah siswa selama proses
pembelajaran di kedua kelas sampel, sehingga akan diperoleh data sikap ilmiah.
Proses pembelajaran dilaksanakan 4 kali pertemuan dengan menggunakan 6 LKS.
Setelah pembelajaran berakhir, diberikan soal postes sehingga diperoleh hasil
akhir keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Data yang telah diperoleh
dianalasis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Berikut merupakan diagram alir
penelitian.
31
s
keterangan
= Hasil
= Proses penelitian
Gamabar 1. Diagram alir penelitian
F. Analisis Data Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Sikap ilmiah
Siswa
1. Analisis data keterampilan berpikir tingkat tinggi
Tujuan analisis data keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah untuk mem-
berikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang
1. Melakukan observasi
lapangan
2. Menyusun instrumen
penelitian
3. Melakukan validasi
instrumen
Persiapan
Hasil
1. Memperoleh
data mengenai
siswa, metode
yang digunakan
guru dan sarana
dan prasarana
sekolah
2. Instrumen
penelitian (RPP,
LKS, soal
HOTS, lembar
observasi sikap
ilmiah siswa)
Pretes Hasil awal
keterampil
an berpikir
tingkat
tinggi
Kelas ekserimen Kelas kontrol
Matching
nilai secara
statistik
terhadap
dua sampel
Penilaian sikap ilmiah siswa Hasil penilaian sikap ilmiah
Postes
Analisis data
Perlakuan
Hasil Akhir
Kesimpulan
Kelas ekserimen
(menggunakan
Model problem
solving)
Kelas kontrol
(menggunakan
Model
konvensional)
32
berkaitan dengan rumusan masalah, tujuan dan hipotesis mengenai keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
a. Perhitungan skor siswa
Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi
dirumuskan sebagai berikut:
Skor siswa =
....................(1)
b. Menghitung n-gain setiap siswa
Cara untuk menghitung efektivitas model pembelajaran problem solving dalam
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dilakukan analisis nilai n-gain
siswa dari kedua kelas.
Menurut Hake (1998) rumus n-gain adalah sebagai berikut:
<g> =
…….......................(2)
Keterangan
<g> = n-gain
<Si> = nilai pretest
<Sf > = nilai postest
Dengan kriteria n-gain sebagai berikut:
1) n-gain kategori tinggi, jika ( <g> ) >0,7
2) n-gain kategori sedang, jika 0,7 > ( <g> ) >0,3
3) n-gain kategori rendah, jika ( <g> ) < 0,3
c. Menghitung rata-rata n-gain setiap kelas
Setelah didapatkan n-gain dari setiap siswa, kemudian dihitung rata-rata n-gain
tiap kelas sampel yang dirumuskan sebagai berikut:
Rata-rata n-gain kelas =
(3)
33
d. Pengujian prasyarat
Uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas yang diperoleh
dari data pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa
1. Uji normalitas data pretes dan n-gain keterampilan berpikir tingkat
tinggi
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, yang selanjutnya untuk menen-
tukan statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk uji normalitas
dapat digunakan uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005).
Hipotesis untuk uji normalitas:
H0 : kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Dengan rumus untuk uji normalitas sebagai berikut:
∑
Keterangan:
ᵡ2 = uji chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
Data berdistribusi normal jika < atau
Dengan taraf nyata 5%. Dalam hal lainnya H0 ditolak (Sudjana,2005).
2. Uji homogenitas pretes dan n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi
Uji homogenitas bertujuan untuk memperoleh informasi bahwa sampel penelitian
berasal dari populasi yang memiliki varians homogen atau tidak, yang selanjutnya
34
untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis.
Menurut Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan
uji F.
Hipotesis untuk uji homogenitas:
H0 = =
: kedua sampel penelitian memiliki varians yang homogen
H0 =
: kedua sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen
Uji homogenitas kedua varians kelas sampel menggunakan rumus:
F =
atau F =
.................. (5)
S = x
……..........................................................(6)
Keterangan:
S = simpangan baku
X = n-gain siswa
x = rata-rata n-gain
N = jumlah siswa
Dengan kriteria uji adalah terima H0 jika FHitung < FTabel pada taraf signifikan 5%
Dalam hal lainnya tolah H0.
e. Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal
siswa dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas eksperimen sama
secara signifikan dengan kemampuan awal siswa dalam keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa di kelas kontrol.
35
Rumusan hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata adalah:
H0 : = : Rata-rata pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa di
kelas eksperimen sama dengan rata-rata pretes keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa di kelas kontrol pada materi
asam basa.
H0 :
: Rata-rata pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi di kelas
eksperimen tidak sama dengan rata-rata pretes keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa di kelas kontrol pada materi
asam basa.
Berdasarkan uji prasyarat, data pretes yang diperoleh berdistribusi normal dan
homogen, maka uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji parametrik yaitu uji-t
(Sudjana, 2005).
Rumus uji kesamaan dua rata-rata adalah:
Thitung = x
x
√
dengan =
................. (7)
Keterangan:
thitung = Kesamaan dua rata-rata
X 1 = Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan model
pembelajaran problem solving.
X 2 = Rata-rata nilai postes keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
pada materi asam basa pada kelas yang diterapkan model
pembelajaran problem solving.
Sg = Simpangan baku gabungan.
n1 = Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran
problem solving.
n2 = Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
S1 = Simpangan baku siswa yang diterapkan model pembelajaran
problem solving.
36
S2 = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
Dengan kriteria terima H0 jika thitung<ttabel dengan derajat kebebasan (k) = n1 – n2-2
dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan
peluang (1- ⁄ ) (Sudjana, 2005).
f. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui efektivitas model pem-
belajaran problem solving dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa pada materi asam basa.
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H1: µ1x ≤ µ2x : Rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas
eksperimen lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-gain ke-
terampilan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas kontrol.
H1: µ1x > µ2x : Rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas
eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata n-gain keterampilan ber-
pikir tingkat tinggi siswa di kelas kontrol.
Keterangan:
µ1 = rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam
basa pada kelas eksperimen
µ2 = rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam
basa pada kelas kontrol
x = kemampuan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
Berdasarkan uji prasyarat, n-gain yang diperoleh berdistribusi normal dan
homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji parametrik yaitu
uji-t (Sudjana, 2005).
37
√
dengan
Keterangan:
= Perbedaan dua rata-rata
= Rata-rata n-gain kelas eksperimen
= Rata-rata n-gain kelas kontrol
= Varian kedua kelas
= Varian kelas eksperimen
= Varian kelas kontrol
= Jumlah sampel kelas eksperimen
= Jumlah sampel kelas kontrol
Kriteria uji: Terima H0 jika < dengan taraf signifikan 5% dan dk =
. Dalam hal lainnya H0 ditolak. (Sudjana, 2005).
2. Analisis data sikap ilmiah siswa
Data sikap ilmiah diperoleh dari hasil observasi yang memuat indikator-indikator
untuk setiap aspek yang diteliti. Rubrik penilaian dengan menggunakan skala
dengan rentang skor 3 sampai 1. Setiap skor menunjukkan kategori sikap seperti
pada Tabel 5.
Tabel 5. Kategori sikap ilmiah
Skor Kategori
3 Tinggi
2 Sedang
1 Rendah
(Nava, 2016)
Data sikap yang diperoleh dilakukan pehitungan dengan menggunakan perhitung-
an persentase pada setiap kategori sikap di setiap aspek sikap ilmiah. Menghitung
38
persentase setiap kategori sikap di setiap aspek sikap ilmiah untuk setiap pertemu-
an menggunakan rumus sebagai berikut :
x 100%
Keterangan
X = persentase setiap kategori sikap di setiap aspek sikap ilmiah.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian mengenai deskripsi
sikap ilmiah dan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan
menggunakan model pembelajaran problem solving pada materi asam basa, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Model pembelajaran problem solving pada materi asam basa efektif dalam
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Persentase sikap ilmiah pada kategori sedang dan tinggi mengalami
peningkatan pada setiap pertemuan.
3. Model pembelajaran problem solving pada materi asam basa dapat melatih
sikap ilmiah siswa.
B. Saran
berdasarkan penelitian yang dilakukan disarankan bahwa :
1. Model pembelajaran problem solving sebaiknya diterapkan dalam
pembelajaran kimia, terutama pada materi asam basa karena terbukti efektif
dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
63
2. Bagi calon peneliti yang tertarik dalam melakukan penelitian hendaknya
memperhatikan waktu pelaksanaan karena model pembelajaran problem
solving memiliki tahapan-tahapan yang membutuhkan banyak waktu,
sehingga pembelajaran lebih maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W dan Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning,
Teaching,and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives.Allyn dan Bacon. Addison Wesley Longman. New York.
Barak, M., & Dori, Y. J. (2009). Enhancing Higher Order Thinking Skills Among
Inservice Science Teachers Via Embedded Assessment. J. Science Teacher
Education, 20:459–474.
Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
DeWitt, D, N., Siraj, S. & ., N. Alias. 2015. Problem Solving Strategies of
Malaysian Secondary School Teachers. Kuala Lumpur : Department of
Curriculum and Intsructional Technology Faculty of Education, University
of Malaya
Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Djamarah, S.B. dan Aswan Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Jakarta.
Elliot, S.N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L., & Travers, J. F. (2000). Educational
Psychology: Effective Teaching, Effective Learning (Third Edition). United
States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Frankel, J. R. 199. Analycing Change/Gain Score. American Educational
Research Association’s Division Measurement and Research Methodology.
Diakses dari http://Lists.Asu.Edu/Egi-Bin pada tanggal 26 Desember 2017
jam, 10.00 WIB.
Handayani, R dan S. Priatmoko. 2013. Pengaruh Pembelajaran Problem Solving
Berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) terhadap Hasil Belajar
Kimia Siswa Kelas X. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 1052-1062.
65
Harlen, W., 1992. Teaching of Science. London: David Fulton Publisher.
Hidayati. 2006. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Jakarta: DirektoratJenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Khofifatin dan Bertha, Y. 2013. Ketuntasan Belajar Siswa dalam Berpikir Tingkat
Tinggi pada Materi Pokok Larutan Asam Basa Kelas XI SMA Negeri 1
Gedangan Sidoarjo dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri.
UNESA Journal of Chemical Education, 51-56.
Lailly, Rochmah N, dan A.W. Wisudawati. 2015. Analisis Tipe Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Dalam Soal UN Kimia SMA Rayon B Tahun
2012/2013. Kaunia Vol XI, 27-39.
Lestari, I.D. 2017. Pengaruh Literasi Sains Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa
pada Konsep Ekosistem. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP
UNTIRTA, 103-106.
Freedman, M.P., 1997. Relationship among Laboratory Instruction, Attitude
toward Science, and Achievement in Science Knowledge. Journal Of
Research In Science Teaching, 34 : 343–357
Nava, P., 2016. Instrumen Penilian Sikap Ilmiah berbasis Peer Assessment pada
Praktikum Kesetimbangan Kimia. Skripsi. Bandung ; Universitas
Pendidikan Indonesia.
Noviyanti, E. 2017. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Literasi Sains di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional, 43-54.
OECD. 2013. PISA 2012 Result: What Students Know and can Do-Student
Performance in Mathemathics, Reading and Science (Volume I). PISA:
OECD Publishing.
Purwanti, S. dan Manurung, S.2015.Analisis Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Solving dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Relajar Fisika. Medan.
Jurnal Pendidikan Fisika.
Sadiman, A.S; Rahardjo, R; Haryono, Anung; dan Rahardjito. 2010.
MediaPendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
66
Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Santyasa, I. W.2007.Model-model Pembelajaran Inovatif. Universitas Pendidikan
Ganesha. Bandung
Shoimin, A. 2014. Model Pembelajaran Inofatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.PT Rineka
Cipta. Jakarta
Sucipto. 2017. Pengembangan Keterampilan Berpikirtingkat Tinggi dengan
menggunakan Strategi Metakognitif Model Pembelajaran Problem Based
Learning. Jurnal Pendidikan, 63-71.
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Keenam. PT.Trasito. Bandung
Tim Penyusun. 2013a. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65
Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kemendikbud.
. 2013b. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
24 Tahun 2016 Tentang KI dan KD SMA/MA. Jakarta: Kemendikbud.
Uno, Hamzah. 2012. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyudi. 2011. Pembelajaran Fisika Menggunakan Pendekatan Keterampilan
Proses dengan Metode Inkuiri dan Eksperimen ditinjau dari Sikap
Ilmiahdan Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Listrik. Tesis PPS UNS:
tidak diterbitkan.
Yohanes, R.S. 2010. Teori Vygotsky dan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Matematika. Widya Warta No. 02 Tahun XXXIV, 127-135
Zaini, M. 2015. Hasil Belajar Dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
SMA Pada Pembelajaran Biologi Menggunakan Model pembelajaran
Berdasarkan Masalah. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol 20 No 207. (online).
Tersedia di http://eprints.unlam.ac.id. Diakses pada 08 April 2018.