UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN LOMPAT JAUH GAYA …digilib.unila.ac.id/58573/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN LOMPAT JAUH GAYA …digilib.unila.ac.id/58573/3/SKRIPSI TANPA BAB...
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN LOMPAT JAUH
GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT MODIFIKASI
KELAS V SD NEGERI 6 BANDUNG BARU
(Skripsi)
OLEH
SEPTIANING CAHYA TIAS ASIH
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN LOMPAT JAUH
GAYA JONGKOK MELALUI ALAT MODIFIKASI
KELAS V SD NEGERI 6 BANDUNG BARU
Oleh
SEPTIANING CAHYA TIAS ASIH
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas keterampilan
lompat jauh melalui media pembelajaran pada siswa SD Negeri 6
Bandung Baru. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sebanyak tiga siklus subjek
penelitian berjumlah 24 siswa. Teknik pengumpulan data melalui tes
keterampilan lompat jauh gaya jongkok. Dari hasil analisis yang
diperoleh terdapat peningkatan kondisi dari observasi awal ke siklus I,
siklus II, dan siklus III. Dari penilaian seluruh aspek pembelajaran
diperoleh prosentase ketuntasan hasil belajar lompat jauh pada kondisi
awal (4%), Siklus I (21%), Siklus II (50%), dan Siklus 3 (87%), sehingga
peningkatan kondisi awal ke Siklus III sebesar (83%). Kesimpulan
adalah dengan menggunakan media akan lebih efektif, maka
keterampilan lompat jauh gaya jongkok pada kelas V SD Negeri 6
Bandung Baru meningkat.
Kata Kunci: lompat jongkok, bola, gawang kayu, dan hulahop.
ABSTRACT
EFFORTS TO INCREASE SKILLS BY LONG STYLE
USING MODIFICATION TOOLS FOR CLASS V SD
STATE 6 BANDUNG BARU
By
SEPTIANING CAHYA TIAS ASIH
The purpose of this study was to determine the effectiveness of long
jump skills through learning media in students of SDN 6 Bandung Baru.
The method used in the implementation of this study was PTK (Class
Action Research) with three cycles of 24 students as research subjects.
The technique of collecting data is a squat style long jump skill test.
From the results of the analysis obtained there is an increase in
conditions from initial observations to cycle I, cycle II, and cycle III.
From the assessment of all aspects of learning obtained the percentage of
completeness of long jump learning outcomes in the initial conditions
(4%), Cycle I (21%), Cycle II (50%), and Cycle 3 (87%), so that the
initial conditions to Cycle III were (83%). The conclusion is that using
media will be more effective, the squat style long jump skills in the fifth
graders of Bandung Baru Elementary School increased.
Keywords: squat jumps, balls, wooden goals, and hulahop.
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN LOMPAT JAUH
GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT MODIFIKASI
KELAS V SD NEGERI 6 BANDUNG BARU
Oleh
SEPTIANING CAHYA TIAS ASIH
1513051050
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan
Jurusan Ilmu Pendidikan
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Septianing Cahya Tias Asih lahir di Bandung Baru, Desa
Kutawaringin, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu,
Provinsi Lampung pada tanggal 25 September 1997, putri
kelima (bungsu) dari pasangan Ayah Cecep, S.Pd., dan
Supriyati.
Pendidikan yang ditempuh adalah, Sekolah Dasar (SD)
Negeri 5 Bandung Baru selesai pada tahun 2009, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sukoharjo selesai pada tahun 2012, dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Adiluwih selesai pada tahun 2015.
Tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Unversitas
Lampung melalui jalur SBMPTN. Selama penulis menempuh pendidikan
sehingga menjadi mahasiswa sering mengikuti beberapa kejuaraan seperti:
1. Juara 1 Kejuraan O2SN Lompat Jauh Kabupaten Pringsewu Tahun 2014.
2. Juara 2 Kejuaraan O2SN Sprint 100 meter Kabupaten Pringsewu Tahun 2014.
3. Juara 2 Kejuaraan O2SN Lompat Jauh Provinsi Lampung Tahun 2014.
4. Juara 2 Kejuaraan PORPROV (Pekan Olahraga Provinsi) Lari Gawang 100
meter Provinsi Lampung Tahun 2014.
5. Juara 3 Kejuaraan Balam Open Lompat jauh Provinsi Lampung Tahun 2015.
Pada Tahun 2018, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata dan PPL Sekolah
Pertama SMP Negeri 1 Metro Kibang, Kecamatan Metro Kibang, Kabupaten
Lampung Timur, Provinsi Lampung Demikian riwayat hidup penulis semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca.
MOTTO
“Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai kembali ”
(Septianing Cahya Tias Asih)
PERSEMBAHAN
Bismillahhirohmanirohim
Ku persembahkan karya sederhana ini kepada:
Ayahku Cecep dan Ibuku Supriyati yang kuat dan tegar yang telah memberikan
kasih sayang yang tak pernah putus dan dukungan serta doa dalam setiap
sujudnya demi keberhasilanku. Terimakasih atas semua pengorbanan dan jerih
payah dalam tiap kucuran keringat yang telah kalian berikan kepadaku.
Doa dan restumu adalah jalan bagiku untuk menuju keberhasilanku kelak.
Almamater Tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
Judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Melalui Alat Modifikasi Kelas V SD NEGERI 6 Bandung Baru” adalah dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Lampung.
Serta tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd., pembimbing I yang telah dengan sabar
membimbing saya, memberikan masukan, motivasi, semangat dan do’a
selama menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd., pembimbing II yang senantiasa selalu
memberikan saran serta masukan kepada saya selama penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd., sebagai pembahas yang senantiasa
memberikan masukan kepada saya sehingga menjadikan skripsi ini menjadi
lebih baik.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan saat menyelesaikan perkuliahan.
9. Bapak Cecep, S.Pd., selaku Guru Penjaskes di SD Negeri 6 Bandung Baru yang
telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian ini.
10. Kakak kandung Primadona Lalan Budiyana, Donny Muda Priyangan, Cici
Kurniawati, dan Melawati Cindrakasih yang telah memberikan doa, motivasi,
cinta, dan kasih sayangnya untuk adikmu ini.
11. Teman Teman seperjuangan di Penjaskesrek 2015 khususnya Dian, Duli, Ratna,
Ute, dan Tyas. Teman-teman KKN-PPL Nadia, Devi, dan Dayu, Sahabat serta
saudaraku Syefirani Salsabila dan Meilinda yang selalu menjadi pendengar
terbaik, dan satu lagi Terimakasih Untukmu Kurniawan Effendi yang telah
memberikan semangat, motivasi, bantuan kepada saya untuk meyelesaikan tugas
akhir ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 30 Juli 2019
Penulis
Septianing Cahya Tias Asih
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8
E Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8
f. Penjelasan Judul ................................................................................................ 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani ........................................................................................... 11
B. Teori Belajar Motorik ........................................................................................ 13
1. Tahap Bergerak ............................................................................................ 14
2. Keterampilan Gerak bisa di Klarifikasikan
Berdasarkan Beberapa sudut ....................................................................... 17
C. Atletik ................................................................................................................. 20
1. Sejarah Atletik ............................................................................................. 21
2. Nomor Olahraga Atletik .............................................................................. 22
3. Pengertian Lompat jauh .............................................................................. 24
4. Ukuran Lapangan Lompat Jauh ................................................................... 25
5. Tehnik Dasar Lompat Jauh .......................................................................... 27
D. Pengertian Modifikasi ...................................................................................... 31
E. Prinsip Pengembangan Modifikasi .................................................................. 32
F. Tujuan Modifikasi ............................................................................................ 32
1. Tujuan Perluasan ......................................................................................... 32
2. Tujuan Penghalusan ..................................................................................... 33
3. Tujuan Penerapan ......................................................................................... 33
G. Sarana Pembelajaran ........................................................................................ 33
H. Alat Media ......................................................................................................... 35
I. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 38
J. Hipotesis ...................................................................................................... 39
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian......................................................................................... 40
B. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................. 41
C. Lokasi Penelitian........................................................................................... 42
D. Waktu Penelitian ........................................................................................... 42
E. Sumber Data ................................................................................................. 42
F. Kehadiran Peneliti .................................................................................. 43
G. Tahap Penelitian ........................................................................................... 43
H. Instrumen Penelitian .................................................................................... 51
i. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 54
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................... .... 56
B. Pembahasan................................................................................................... 67
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 68
B. Saran ............................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70
LAMPIRAN ....................................................................................................... 73
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Format Lembar Penilaian Keterampilan Gerak Dasar
Lompat Jauh Gaya Jongkok. ............................................................................. 51
2. Rekapitulasi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pembelajaran Lompat Jauh ............................................................................... 56
3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Keterampilan
lompat jauh Pada Tes Awal ............................................................................. 58
4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Keterampilan
Lompat jauh Pada Siklus I ................................................................................ 60
5. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Keterampilan
Lompat Jauh Pada Siklus II .............................................................................. 62
6. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Keterampilan
Lompat Jauh Pada Siklus III ............................................................................. 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Klasifikasi Gerak ........................................................................................... 14
2. Gerak Stimulus ............................................................................................... 19
3. Gerak Stimulus Reflek ................................................................................... 20
4. Gerak Stimulus Sadar .................................................................................... 20
5. Teknik Awalan Lompat Jauh Didaptasi ......................................................... 28
6. Teknik Tolakan dalam Lompat Jauh Diadaptasi............................................ 29
7. Gaya Melayang Di Udara Dalam Lompat Jauh Diadaptasi ........................... 30
8. Teknik Mendarat Lompat Jauh Diadaptasi .................................................... 31
9. Alur Kerangka ................................................................................................ 38
10. Prosedur Penelitian PTK ................................................................................ 44
11. Diagram Hasil Penelitian Tes Awal Siklus III ............................................... 57
12. Diagram Tes Awal ......................................................................................... 58
13. Diagram Hasil Tes Penelitian Siklus I ........................................................... 61
14. Diagram Hasil Tes Penelitian Siklus II .......................................................... 63
15. Diagram Hasil Tes Penelitian Siklus III ........................................................ 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian ....................................................................................... 74
2. Surat Balasan Izin Penelitian.......................................................................... 75
3. Langkah-Langkah Perhitungan Hasil Penelitian ........................................... 76
4. Hasil Tes Awal Keterampilan Lompat Jauh Gaya Jongkok .......................... 78
5. Hasil Tes Siklus I Keterampilan Lompat Jauh Gaya Jongkok ...................... 80
6. Hasil Tes Siklus II Keterampilan Lompat Jauh Gaya Jongkok ..................... 82
7. Hasil Tes Siklus III Keterampilan Lompat Jauh Gaya Jongkok ................... 84
8. Pengukuran Tes Awal-Siklus I Lompat Jauh Gaya Jongkok ........................ 86
9. Pengukuran Siklus I-Siklus II Lompat Jauh Gaya Jongkok .......................... 87
10. Pengukuran Siklus II- Siklus III Lompat Jauh Gaya Jongkok ...................... 88
11. Format Lembar Penilaian Keterampilan ....................................................... 89
12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................................................. 92
13. Daftar Kegiatan ............................................................................................104
14. Kartu Bimbingan ..........................................................................................105
15. Foto Penelitian ...............................................................................................113
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan termasuk mata
pelajaran kelompok B di dalam struktur kurikulum 2013, yaitu kelompok
mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi
dengan konten kearifan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah,
pola penerapannya dapat dengan integrasi dengan kompetensi dasar yang
sudah termuat di dalam kurikulum SD/MI, atau dapat menambahkan
kompetensi dasar tersendiri. Dalam stuktur kurikulum mata pelajaran PJOK
alokasi waktu 3 jam pelajaran setiap minggu, dimana alokasi waktu jam
pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah minimal yang dapat ditambah
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Struktur Kurikulum 2013 ini, mata
pelajaran PJOK memiliki konten memberi sumbangan mengembangkan
kompetensi gerak dan gaya hidup sehat, dan memberi warna pada pendidikan
karakter bangsa. Pembelajaran PJOK dengan kearifan lokal akan memberi
apresiasi terhadap multikultural yaitu mengenal permainan dan olahraga
tradisional yang berakar dari budaya suku bangsa Indonesia dan dapat
memberi sumbangan pada pembentukan karakter.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada penjelasan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 UU dituliskan, bahwa bahan
2
kajian pendidikan jasmani, dan olahraga dimaksudkan untuk membentuk
karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa
sportivitas. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan ditekankan untuk
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental, emosional,
sportivitas, spiritual, dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang
bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik
dan psikis yang seimbang. Selain tujuan utama tersebut dimungkinkan adanya
tujuan pengiring, tetapi porsinya tidak dominan.
Pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani untuk menghasilkan
peningkatan secara menyeluruh terhadap kualitas fisik, mental, dan emosional
peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik
sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak lagi menganggap individu sebagai
pemilik jiwa dan raga yang terpisah, sehingga di antaranya dianggap dapat
saling mempengaruhi. Pendidikan jasmani merupakan bidang kajian yang
luas yang sangat menarik dengan titik berat pada peningkatan pergerakan
manusia (human movement). Pendidikan jasmani menggunakan aktivitas
jasmani sebagai wahana untuk mengembangkan setiap individu secara
menyeluruh, mengembangkan pikiran, tubuh, dan jiwa menjadi satu kesatuan
hingga secara konotatif dapat disampaikan bahwa “suara pikiran adalah suara
tubuh”.
Sementara itu, Marilyn M. Buck dan kawan-kawan (2007: 15) menerjemahkan
pendidikan jasmani sebagai kajian, praktik, dan apresiasi atas seni dan ilmu
3
gerak manusia (human movement). Pendidikan jasmani merupakan bagian
dari proses pendidikan secara keseluruhan. Gerak merupakan sifat alamiah
dan merupakan ciri dasar eksistensi manusia sebagai mahluk hidup.
Pendidikan jasmani bukan merupakan bidang kajian yang tertutup. Perubahan
yang terjadi di masyarakat, perubahan teknologi, pemeliharaan kesehatan, dan
pendidikan secara umum membawa dampak bagi kualitas program
pendidikan jasmani.
Hakikatnya pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan diberikan di sekolah
untuk membentuk “insan yang berpendidikan secara jasmani (physically
educated person)”. National Standards for Physical Education (NASPE)
sebagaimana yang dikutip oleh Michel W. Metzler (2000: 14)
menggambarkan sosok ini dengan syarat dapat memenuhi standar: (1)
mendemonstrasikan kemampuan keterampilan motorik dan pola gerak yang
diperlukan untuk menampilkan berbagai aktivitas fisik, (2) mendemonstrasi-
kan pemahaman akan konsep gerak, prinsip-prinsip, strategi, dan taktik
sebagaimana yang mereka terapkan dalam pembelajaran dan kinerja berbagai
aktivitas fisik, (3) berpartisipasi secara regular dalam aktivitas fisik, (4)
mencapai dan memelihara peningkatan kesehatan dan derajat kebugaran, (5)
menunjukkan tanggung jawab personal dan sosial berupa respek terhadap diri
sendiri dan orang lain dalam suasana aktivitas fisik, dan (6) menghargai
aktivitas fisik untuk kesehatan, kesenangan, tantangan, ekspresi diri, dan atau
interaksi sosial.
4
Berangkat dari pandangan yuridis dan akademis tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan
bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan
berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara
sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Mengingat
tantangan yang berat bagi seorang guru pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan untuk menjalankan profesinya dalam Implementasi Kurikulum
2013.
Maka Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir,
sebagai berikut: (a) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki
pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi
yang sama, (b) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat
lingkungan alam, sumber/media lainnya), (c) pola pembelajaran terisolasi
menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari
siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet), (d) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran peserta didik aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains), (e) pola belajar sendiri menjadi belajar
kelompok (berbasis tim), (f) pola pembelajaran alat tunggal menjadi
5
pembelajaran berbasis alat multimedia, (g) pola pembelajaran berbasis massal
menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan
potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik, (h) pola pembelajaran ilmu
pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu
pengetahuan jamak (multidisciplines), (i) pola pembelajaran pasif menjadi
pembelajaran kritis.
Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya
yang paling menentukan adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas
menggunakan alat atau media dan memilih strategi atau metode
pembelajaran. Berdasarkan rencana yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan dan kemampuan professional guru, maka besar kemungkinan
akan terwujud situasi belajar atau sistem lingkungan ditentukan oleh
faktor yang berkaitan dengan fasilitas yang dapat disediakan oleh sekolah,
jumlah murid dalam kelas dan ukuran ruang kelas. Karena itu dalam
pengelolaan kelas hendaknya guru mengenal fasilitas dan keadaan kelas.
Anak usia Sekolah Dasar tahap berfikirnya adalah tahap operasional
kongkrit. Dalam periode ini berlangsung dari usia 7-11 tahun. Anak masih
bergantung pada rupa benda namun dia telah mampu mempelajari kaidah
mengenai konservasi dan dapat menggunakan logika sederhana dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang selalu muncul setiap kali ia
berhadapan dengan bendanyata.
Atletik adalah olahraga yang dalam setiap gerakannya menggunakan aktivitas
fisik atau jasmani, dimana dalam melakukannya seluruh anggota tubuh akan
6
ikut bergerak, baik itu kaki, tangan atau anggota tubuh yang lain. Dalam
cabang olahraga atletik terdapat beberapa nomor seperti nomor lari, lompat,
lempar dan berjalan. Nomor untuk lompat terdiri dari lompat jangkit, lompat
tinggi, lompat tinggi galah dan lompat jauh.
Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat sejauh-jauhnya yang
didahului dengan lari awalan kemudian diteruskan dengan menolak pada
papan tumpuan, melayang di udara, dan akhirnya mendarat pada bak pasir
(IAAF 2000: 78). Gerakan-gerakan tersebut merupakan suatu rangkaian
gerakan yang berkelanjutan atau tidak terputus-putus. Adapun beberapa
macam gaya yang umum dipergunakan, yaitu : gaya menggantung atau
disebut juga gaya lenting (Schnepper), gaya jalan di udaran (Walking in the
air) dan gaya jongkok (Sit down in the air). Perbedaan yang mencolok di
semua gaya terdapat pada fase melayang di udara (Hovering in the air). Hal
tersebut yang membedakan satu gaya (style) dengan gaya lainnya, mengenai
awalan tumpuan / tolakan dan cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya
tersebut pada prinsipnya sama. Untuk mendapatkan hasil lompat jauh yang
baik ada beberapa aspek yang harus dikembangkan melalui latihan, aspek-
aspek seperti: kemampuan biomotor yang meliputi daya ledak otot tungkai,
komposisi tubuh dan kelincahan.
Lompat jauh merupakan keterampilan melompat sejauh-jauhnya dengan
memindahkan seluruh tubuh dari titik tertentu ketitik lainnya. Sedangkan
teknik lompat jauh gaya jongkok merupakan spesifikasi dari lompat jauh.
Selain kemampuan jauhnya lompatan dalam lompat jauh perlu
7
diperhatikan juga tentang teknik dan gaya dalam lompat jauh, seperti
lompat jauh gaya jongkok. Berdasarkan pengamatan sementara dan
informasi yang peneliti dapatkan dari guru bidang studi pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan di SD Negeri 6 Bandung Baru Kecamatan
Adiluwih Kabupaten Pringsewu, bahwa permasalahan yang timbul dalam
mencapai tujuan pendidikan jasmani adalah masih ditemukannya sarana
dan prasarana olahraga yang tidak lengkap. Selain itu masih rendahnya
tingkat pengetahuan siswa tentang teknik-teknik lompat jauh. Di SD
Negeri 6 Bandung Baru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis berniat mengangkat
permasalahan berkenaan dengan penguasaan keterampilan lompat jauh
Gaya jongkok dengan menggunakan alat media yang di modifikasi, di SD
Negeri 6 Bandung Baru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka identifikasi masalah ialah :
1. Siswa belum menguasai materi lompat jauh gaya jongkok.
2. Kurangnya keterampilan siswa melakukan teknik lompat jauh gaya
jongkok.
3. Proses pembelajaran lompat jauh kurang menggunakan modifikasi.
C. Rumusan Masalah
Berdsarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
8
1. Apakah media hula hop (simpai) dapat meningkatkan keterampilan
langkah awalan lari pada lompat jauh gaya jongkok siswa di SD Negeri 6
Bandung Baru?
2. Apakah media gawang kayu dapat meningkatkan kaki tolakan pada lompat
jauh gaya jongkok siswa di SD Negeri 6 Bandung Baru ?
3. Apakah media bola dapat meningkatkan keterampilan mendarat pada
lompat jauh gaya jongkok siswa di SD Negeri 6 Bandung Baru ?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui apakah media hula hop (simpai) dapat meningkatkan
keterampilan langkah awalan lari pada lompat jauh gaya jongkok siswa SD
Negeri 6 Bandung Baru.
2. Untuk mengetahui apakah media gawang kayu dapat meningkatkan tolakan
pada lompat jauh gaya jongkok siswa SD Negeri 6 Bandung Baru.
3. Untuk mengetahui apakah media bola dapat meningkatkan keterampilan
mendarat lompat jauh gaya jongkok siswa di SD Negeri 6 Bandung Baru.
E. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain:
1. Bagi Penulis
Peneliti dapat mengetahui alat modifikasi media baru berupa alat
modifikasi yang dapat meningkatkan keterampilan lompat jauh gaya
jongkok.
9
2. Bagi Siswa
Siswa dapat memperoleh pembelajaran penjas yang lebih menarik
sehingga siswa diharapkan mampu menguasai teknik lompat jauh gaya
jongkok.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan referensi bagi pembina sekolah mengenai penerapan modifikasi
alat keterampilan lompat jauh gaya jongkok.
4. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya pengkajian
dalam pengembangan ilmu keolahragaan, khususnya untuk lompat jauh
dalam tes hasil keterampilan jompat jauh. Selain itu juga memberikan
sumbangan pemikiran untuk kemajuan program studi pendidikan jasmani
kesehatan dan rekreasi.
F. Penjelasan Judul
1. Pengertian ‘Upaya’ menurut Poerwardarminta (1991: 574) adalah usaha
untuk menyampaikan maksud, akal dan ikhtiar. Upaya merupakan segala
sesuatu yang bersifat mengusahakan terhadap sesuatu hal supaya dapat
lebih berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan maksud, tujuan dan
fungsi seta manfaat suatu hal tersebut dilaksanakan.
2. Pengertian ‘meningkatkan’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005: 878) adalah mengembangkan, memperkuat, dan meningkatkan
suatu produk.
3. Pengertian ‘Keterampilan’ menurut Gordon (1991: 35) adalah kemampuan
seseorang dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat.
10
Pendapat tentang keterampilan ini lebih mengarah pada aktivitas yang
bersifat psikomotorik.
4. Pengertian ’menggunakan’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:
851) adalah memakai alat mengambil manfaatnya.
5. Pengertian ‘Alat’ menurut Sudjana (2009: 17) adalah suatu alat yang dapat
diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses
belajar mengajar siswa lebih efektif dan efesien.
6 Pengertian ‘Modifikasi’menurut Yoyo Bahagia, Ucup Yusup, Adang
Suherman 2000 :41) adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi
pembelajaran dengan cara menurunkannya dalam bentuk aktivitas belajar
yang potensial untuk memperlancar siswa dalaam prosess belajar. Cara ini
dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari
yang tadinya belum bisa menjadi bisa, dari tingkat yang lebih rendah menjadi
memiliki tingkat yang lebih tinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani menurut Mahendra (2008: 15) adalah proses pendidikan
melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani mempunyai kedudukan
yang sama dengan mata pelajaran yang lainnya, dan dikategorikan sebagai
mata pelajaran yang wajib diikuti oleh semua siswa. Pendidikan jasmani
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan individu secara organik, neomuskuler, perseptual, kognitif, dan
emosional, dalam rangka sistem pendidikan nasional (Depdiknas, 2004: 1).
Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasamani, pengetahuan, perilaku hidup yang aktif
dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara
terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif
bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktivitas jasmani
bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa
sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004:2).
12
Johan dan Supandi (1991: 30) menyatakan bahwa: “Pendidikan jasmani
merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan aspek-aspek fisik, mental, emosional, dan sosial
melalui aktivitas jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya”.
Sedangkan Supandi (1991: 2) memandang “pendidikan jasmani sebagai suatu
proses interaksi sistematik yang berlangsung antara anak didik dan
lingkungannya yang dikelola melalui pengembangan jasmani secara efektif
dan efisien menuju pembentukan manusia seutuhnya Harsono (2001: 5)
berpendapat bahwa: “Pendidikan jasmani adalah suatu pendidikan yang
mempergunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, atau suatu pendidikan melalui aktifitas-aktifias jasmani/ physical
activities.
Pendidikan jasmani ialah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi
aktivitas yang terpendam dalam diri manusia yang berupa sikap tindak dan
kara untuk diberi bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan kepribadian sesuai
dengan cita – cita Kemanusiaan. Seperti hal nya pengertian olahraga,
pengertian pendidikan jasmani (penjas) pun mengalami perkembangan. Jadi
menurut pengertian sekarang ini pendidikan jasmani adalah serangkaian
kegiatan jasmani yang terencana guna meningkatkan kemampuan dan
keterampilan jasmani, dan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan mental mantap guna terbentuk nya kecerdasan, watak dan sikap
yang dewasa dalam diri seseorang. Olahraga dan pendidikan jasmani tidak
dapat dipisahkan, kedua nya mempunyai hubungan yang sangat erat dan
saling mempengaruhi. Pendidikan jasmani bukanlah sekedar
13
mengembangkan segi- segi kejasmanian, memelihara kesehatan jasmani agar
terhindar dari hal- hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain,
melainkan melalui kegiatan- kegiatan jasmani hendak ditanamkan norma-
norma pegangan hidup yang psiti dalam diri seserang agar kelak ia dapat
berdiri sendiri sebagai pribadi yang mapan secara menyeluruh, baik fisik,
mental, spiritual, emosional dan social. Untuk itu “jiwa sportivitas “ yang
sangat perlu dalam kehidupan sehari –hari, perlu dipupuk melalui
olahraga.(Kosasih, 1993: 2).
Berdasarkan penjelasan dan pandangan para pakar diatas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas
jasmani yang kondusif dimana siswa dibantu untuk mewujudkan dirinya
sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal
dalam mencapai taraf kedewasaan tertentu.
B. Teori Belajar Motorik
Menurut Schmidt dalam (Rusli Lutan, 2010: 102) belajar motorik adalah
seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang
mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku gerak. Dalam
proses belajar gerak ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk
mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan
belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap sebelumnya
adalah prasyarat untuk tahap berikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak
ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar pendidikan jasmani, maka
guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan,
14
khususnya untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani yang ideal. Adapun
tahapan belajar gerak adalah sebagai berikut :
1. Tahap Bergerak
a. Tahap Kognitif
Tahap kognitif tahap awal dalam belajar gerak keterampilan. Disini
anak berusaha untuk memahami bentuk gerakan yang dipelajari,
kemudian mencoba untuk melakukan berulang-ulang (Rusli Lutan,
2010: 30).
Gambar 1. Klasifikasi Gerak Konsep Anita Harrow Dalam TariganHerman (2019 : 27)
Dalam tahap ini seseorang harus memahami mengenai hakikat
kegiatan yang dilakukan dan juga harus memperoleh gambaran yang
jelas baik secara umum verbal maupun visual mengenai mengenai
tugas gerakan atau model teknik yang akan dipelajari agar dapat
KLASIFIKASI GERAK
GERAK REFLEKS
Respon gerak yangterjadi tanpa sadar yangditimbulkan oleh suatustimulus
GERAK DASARFUNDEMENTAL
Gerak Lokomotor,Non Lokomoor danManipulatif
KEMAMPUANPERSEPTUAL
Kinestetik (rasagerak), Visual(pengelihatan)
KEMAMPUAN FISIK :
Ketahanan(Endureance)Kekuatan (Strengh)Fleksibilitas(Flexibilitaty)Kelincahan (Agility)
GERAKKETERAMPILAN:
Adaptifsederhana,(dasarnya gdasar), Adaptifterpadu, Adaptifkompleks
KOMUNIKATIFNON DISKURSIP
Gerak Ekspresif,Interpresif, (nilaiindah, Gerak ekstetik,kreatif)
15
membuat rencana pelaksanaan yang tepat. Pada tahap ini guru setiap
akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali
yang harus dilakukan adalah memberikan informasi untuk
menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh
siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi
tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara melakukan aktifitas
gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah
terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam
merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap
kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses
belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang
terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat
tahap belajar berikutnya.
Adapun visual mengenai tugas gerakan atau model teknik yang akan
dipelajari agar dapat membuat rencana pelaksanaan yang tepat. Pada
tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan
gerak, pertama kali yang harus dilakukan adalah memberikan
informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan
dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa
memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara
melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam
benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan
intelektual dalam merencanakan cara melakukan keterampilan
gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh
16
guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk
menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak
yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.
b. Tahap Asosiatif
Pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan melalui
adanya praktek secara teratur agar perubahan prilaku gerak menjadi
permanen. Selama latihan harus adanya semangat dan umpan balik
untuk mengetahui apa yang dilakukan itu benar atau salah. Pola
gerakan sudah sampai pada taraf merangkaikan urutan-urutan
gerakan yang didapatkan secara keseluruhan dan harus dilakukan
secara berulang-ulang sehingga penguasaan terhadap gerakan
semakin meningkat. Apabila siswa telah melakukan latihan
keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang
baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini
siswa diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.
c. Tahap Otonom
Otonom merupakan tahap akhir dalam gerak keterampilan. Pada
tahap ini anak mencapai tingkat penguasaan yang tinggi. Anak bisa
melakukan rangkaian gerakan keterampilan secara otonom. (Rusli
Lutan. 2010: 3). Gerakan bisa dilakukan secara otonom artinya
adalah bahwa anak mampu melakukan gerakan keterampilan
tertentu walaupun pada saat bersamaan ia harus melakukan aktivitas
lainnya. Misalnya pada pemain bola basket yang telah mahir, mampu
17
menembakan bola secara efektif ke ring meskipun dalam keadaan yang
sulit, misalnya karena dia dijaga ketat leh lawan, yang menarik bagi kita
ialah dalam melaksanakan tugas itu si pelaku tak seberapa banyak
menumpahkan perhatianya kepada tugas yang sedang dikerjakanya.
Selama kegiatan ini hanya sedikit perhatian kognitif yang di butuhkan
agar pelaku dapat memusatkan perahtian pada faktor lingkungan yang
mempengaruhi strategi dan penampilan.
2. Keterampilan Gerak
bisa dikalsifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang yaitu:
a. Klasifikasi Berdasarkan Kecermatan Gerak
Berdasarkan kecermatannya, keterampilan gerak bisa dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu :
1). keterampilan gerak agal (gross motor skill)
2). keterampilan gerak halus (fine motor skill)
keterampilan gerak agal adalah keterampilan gerak yang melibatkan
otot-otot besar sebagai otot-otot penggerak utama. Misalnya gerakan
meloncat. Sedangkan keterampilan gerak halus adalah keterampilan
gerak yang melibatkan otot-otot halus sebagian otot-otot penggerak
utama. Misalnya keterampilan gerak menarik pelatuk senapan (Rusli
Lutan, 2010: 25).
b. Klasifikasi berdasarkan perbedaan titik awal dan akhir dari sudut
pandang bisa ditandai atau tidaknya pada bagian gerak mana
merupakan awal dari gerakan dan pada bagian mana merupakan akhir
18
dari gerakan.keterampilan gerak bisa diklarifikasikan menjadi 3 macam
yaitu :
1). Keterampilan gerak diskret
Keterampilan gerak diskret adalah keterampilan gerak yang dengan
mudah bisa ditandai awal dan akhir dari gerakan. Contohnya adalah
gerakan mengguling ke depan sekali dalam senam lantai.
2). Keterampilan gerak serial
Keterampilan gerak serial adalah keterampilan gerak diskret yang
dilakukan berulang kali terus-menerus. Contohnya adalah gerakan
mengguling kedepan berulang kali.
3). Keterampilan gerak kontinyu
Keterampilan gerak kontinyu adalah keterampilan gerak yang tidak
dengan mudah ditandai titik awal dan akhr gerakan contohnya
adalah gerakan bermain bulutangkis. Dalam bermain bulutangkis,
pemain bergerak dalam berbagai macam pola gerak yang harus
dilakukan terus-menerus sesusai dengan keadaan bola (Rusli Lutan,
2010: 26).
c. Klasifikasi Berdasarkan Stabilitas Lingkungan
Berdasarkan Stabilitas lingkungan keterampilan gerak dibedakan menjadi
2 macam, yaitu :
a). Keterampilan gerak tertutup
keterampilan gerak tertutup adalah keterampilan gerak yang dilakukan
19
dalam kondisi lingkungan yang tidak berubah-ubah dan gerakannya
dilakukan semata-mata karena stimulus dari dalamdiri pelaku
sendiritanpa dipengaruhi oleh stimulus dari luar. Contohnya dalam
gerakan senam lantai : disini pelaku memulai gerakan berdasarkan
kemauannya sendiri gerakan ini tidak bias diduga karena gerak ini
gerak tertutup. Demikian merasa sudah siap, ia mulai melakukannya.
b). Keterampilan gerak terbuka
Keterampilan gerak terbuka adalah keterampilan gerak yang dilakukan
dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah gerakannya. Contohnya
dalam bermain sepakbola: pemain melakukan gerakannya selain karena
kemauannya sendiri juga berdasarkan keadaan pergerakan bola teman
dan lawan bermainnya. Kesemuanya merupakan stimulus yang harus
diperhatikan dalam melakukan gerakan didalam gerak terbuka haruslah
sering diasah dengan latihan-latihan reflek agar keterampilan gerak
terbuka dapat dilakukan dengan baik dan benar (Rusli Lutan, 2010:27).
Gambar terjadinya stimulus gerak:
Gambar 2. gerak stimulusSumber : (Lukas Widyanto, 1992: 51)
20
Gambar 3. gerak stimulus reflekSumber : Lukas Widyanto, 1992: 51
Gambar 4. gerak stimulus sadarSumber : Lukas Widyanto, 1992: 52
C. Atletik
Olahraga yang dalam setiap gerakanya menggunakan aktivitas fisik atau
jasmani, dimana dalam melakukan seluruh anggota tubuh akan ikut bergerak,
baik itu kaki, tangan atau bagian tubuh yang lain. Dalam cabang olahraga
atletik terdapat beberapa nomor seperti nomor lari, lompat, lempar dan
berjalan. Nomor untuk lompat terdiri dari lompat jangkit, lompat tinggi,
lompat tinggi galah dan lompat jauh. Atletik adalah sebuah cabang olahraga
yang cukup populer di dunia. Olahraga ini terdiri dari berbagai sub cabang
olahraga yang dikelompokan dalam beberapa sub olahraga yaitu lari, lempar
dan lompat.
21
Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat. Kata Atletik berasal
dari bahasa Yunani “athlon” yang berarti “kontes”, pada awalnya olahraga
atletik diadakan bertujuan untuk menunjukan siapa yang terkuat, tercepat dan
tertinggi (Portius, Altius dan Stius) dari yang lainya. Atletik merupakan
cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM.
Atletik disebut juga sebagai Ibu dari olahraga lain nya (Mother Of Sport).
Induk organisasi olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik
Seluruh Indonesia).
1. Sejarah Atletik
Yunani adalah bangsa pertama yang menyelenggarakan
perlombaan olahraga Atletik. Atletik sendiri berasal dari bahasa Yunani
yaitu “Athlos” artinya adalah Lomba. Pada waktu itu cabang olahraga
atletik dikenal dengan pentahlon atau panca lomba dan decathlon atau dasa
lomba. Pada sebuah Buku Odysus karya dari Hemerun menjelaskan jika
petualangan Odysus saat berkunjung ke kepulauan di sebelah selatan
Yunani disambut oleh kepala suku dengan mengadakan upacara
penyambutan. Diacara tersebut ada beberapa lomba yang diperlombakan
seperti lompat, lari, lempar cakram, gulat dan tinju. Sedangkan pada tahun
776 SM bangsa Yunani mengadakan Olympiade. Dalam lomba tersebut
pemenang adalah yang menjadi juara Petahlon.
Olympiade yang modern dilaksanakan atas usulan dari seorang berasal
dari Perancis yang bernama Baron Peire Louherbin pada
22
tahun 1896 di Athena, Yunani. Dalam ajang ini cabang atletik merupakan
tambang medali yang menjadi perebutan.
Organisasi Olahraga Atletik Internasional terbentuk pada 17 Juli 1912 di
Stockhom, Swedia. Pembentukan tersebut bersamaan dengan Olympiade
ke-5, Organisasi tersebut bernama “International Amateur Athletic
Federation” atau dapat disingkat dengan IAAF. Sejarah Atletik di
Indonesia mulai terbentuk pada 3 September 1950, pada tahun tersebut
Indonesia mendirikan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia atau biasa
disingkat dengan PASI.
2. Nomor Olahraga Atletik
Atletik bisa dibilang induknya olahraga, karena atletik memiliki banyak
cabang. Cabang olahraga atletik tersebut dapat dikelompokan kedalam
nomor lari, lempar dan lompat. Setelah kita mengetahui Pengertian dan
Sejarah Atletik, dibawah ini kami sampaikan penjelasan singkat mengenai
cabang-cabang olahraga ateltik.
a. Lari
Pengertian Lari menurut kamus besar bahasa indonesi adalah Gerakan
melangkah dengan kecepatan tinggi, akan tetapi lari sangatlah berbeda
dengan melangkah dikarenakan ketika kita melakukan lari kaki tidak
bersamaan menyentuh tanah seperti kita berjalan. dalam olahraga
Atletik lari menjadi salah satu Nomor yang dipertandingkan dan dibagi
kedalam 3 (tiga) macam diantaranya :
23
1. Lari jarak pendek
a). putra: 100 m, 200 m, dan 400 mb). putri; 100 m, 200 m, dan 400 m
2. Lari Jarak Menengah
a). Putra : 800 m, 1500 m,, dan 3000 m (special Chose)b). Putri: 800 m, 1500 m, dan 3000 m
3. Lari jarak Jauh Putra dan Putri 5000 dan 10000 m.
4. Lari Estafet
5. Lari Gawang
6. Lari Marathon Putra/Putri 42.195 m.
b. Lompat
Lompat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah Bergerak
dengan mengangkat kaki yang diawali dengan awalan secara bersama
sama, dalam atletik lompat dibagi kedalam beberapa cabang yaitu :
a). Lompat tinggi
b). Lompat Jauh.
c). Lompat Galah
d). dan Lompat Jangkit
Pada dasarnya dalam melakukan lompatan ini ada beberapa Teknik
bagian yang sangat penting diantaranya adalah Teknik Awalan,
tumpuan, Melayang dan ketika mendarat.
c. Lempar
Pengertian Lempar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
melontarkan jauh-jauh suatu benda. Lempar termasuk kedalam nomor
24
yang dipertandingkan dalam Atletik. ada dua jenis nomor lempar yang
dipertandingkan dalam Atletik diantaranya Lempar Lembing dan
Lempar Cakram. Perbedaan Lempar Lembing dan Lempar Cakram
adalah pada benda yang dilemparkannya, untuk lempar Lembing alat
yang digunakan adalah berupa tongkat yang tebuat dari bambu atau
kayu dengan ujung yang runcing agar tongkat yang dilemparkan
tersebut dapat menancap pada arena lemparan. Sedangkan lempar
cakram menggunakan alat yang terbuat dari karet berbentuk bundar
pipih seperti pesawat UFO.
3. Pengertian Lompat Jauh
Menurut Yudha, M. Saputra (2001 : 64) Lompat jauh adalah cabang
olahraga atletik yang bertujuan melompat dengan pencapaian jarak lompat
yang jauh, maka harus menguasai teknik dasar lompat jauh yaitu: teknik
awalan, teknik tumpuan atau teknik tolakan, teknik melayang diudara, dan
teknik mendarat. Menurut Jerver Jess, (2014: 25) Untuk tujuan melatih,
alangkah baiknya jika pelatihan semua gerakan dalam lompat jauh ini
tidak dilakukan secara kontinu (berkesinambungan), tetapi dibagi dalam
empat tahap secara terpisah, yaitu lari, tahap take off, tahap melayan, dan
tahap mendarat (landing).
Jumper atau pelompat biasanya akan mengambil ancang- ancang sejauh
30 meter (100 kaki) dari garis lompat, kemudian mempercepat langkah
kakinya sampai kecepatan maksimum sebelum melakukan tolakan
(meloncat) dengan satu kaki sedekat mungkin dari tepian garis lompat.
25
Jika kontestan melompat melebihi batas garis lompat. Maka loncatannya
dibatalkan atau tidak sah. Sementara bila peserta melompat jauh di
belakang garis lompat itu dibolehkan, hanya saja ia kehilangan jarak
berharga. Jadi, atlet lompat jauh harus berlari sekencang mungkin
kemudian meloncat sedekat mungkin dengan tepi garis lompat agar
hitungan lompatannya lebih maksimal. Seorang jumper atau pelompat dari
olahraga lompat jauh lompatannya dinyatakan tidak sah atau gagal apabila:
a. Menyentuh tanah dibelakang garis loncatan dengan bagian tubuh
manapun baik itu ketika melakukan tolakan atau berlari tanpa membuat
tolakan. Jadi, jumper harus melakukan tolakan tepat sebelum ujung
garis loncatan atau sebelum garis tersebut.
b. Ketika melakukan pendaratan, pelompat menyentuh bagian lain di luar
area pendaratan.
c. Mendarat dengan gerakan salto.
4. Ukuran Lapangan Lompat Jauh
a. Lintasan Lari Awalan
Panjang lintasan standar yang digunakan jumper untuk melakukan
ancang-ancang minimum sekitar 40 meter (131 kaki) dengan lebar 1,22
m sampai 1,25 m. disamping kanan dan kiri lintasan kemudian diberi
garis putih selebar 5 cm.
b. Papan Tolak
Papan tolak berbentuk segi empat, terbuat dari kayu atau bahan lain
yang sesuai dan di cat warna putih. Papan tolakan ditanam tak kurang
26
dari 1 meter dari tepi dekat tempat pendaratan. Jarak papan tolak
dengan sisi terjauh dari tempat pendaratan minimal 10 m.
c. Ukuran Papan Tolak
a). Panjang =1,21–1,22 m.
b). Lebar =1,98–2,02 dm.
c) Tebal =1,00 dm.
Papan tolak ditanam ditanah dan bagian tanahnya rata dengan tanah
lintasan. Di belakang garis tolakan/loncatan tersebut kemudian dipasang
papan plastisin atau bahan lainnya. yang akan membuat tanda apabila
jumper meloncat melewati garis loncatan.
d. Tempat Pendaratan
Lebar dari tempat pendaratan lompat jauh minimal 2,175 meter. Bak
perndaratan ini diisi dengan pasir yang lembut halus dan sedikit basah,
dan juga permukaannya harus rata dengan permukaan garis loncat.
e. Sejarah Singkat Lompat Jauh
Olahraga lompat jauh telah eksis sejak jaman yunani kuno dan pada
awalnya olahraga ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk
latihan militer untuk melatih dan menguji kelincahan para prajurit
ketika melewati rintangan seperti parit, jurang dll. Pada melewati itu,
teknik permainan lompat jauh berbeda dengan yang kita kenal
sekarang, para jumper harus berlari dengan mengangkat beban di
kedua tangannya. ini dibuktikan berdasarkan lukisan- lukisan kuno
yang telah ditemukan.
27
Lompat jauh pertama kali dipertandingkan pada Olimpiade 1896. dan
telah menorehkan rekor- rekor jarak lompatan, Pada tahun 1935 Jesse
Owen mencatatkan loncatan 8,13 meter sebelum dipecahkan oleh Bob
Beamon pada 1968 dan dipecahkan kembali oleh Mike Powell pada
1991 dengan rekor lompatan 8.95 meter.
5. Teknik Dasar Lompat Jauh
Dalam lompat jauh gerakan dari mulai sampai akhir haruslah
merupakan gerakan yang menyatu atau gerakan utuh. Untuk memberikan
kejelasan perlu diuraikan gerakan yang diperlukan dalam
pelaksanaannya. Gerakan yang perlu diperhatikan dalam lompat jauh
meliputi:
a. Gerak Dasar Pada Lompat Jauh Gaya Jongkok
Yang dimaksud dengan gaya jongkok dalam nomor lompat jauh,
dimana pada saat melayang di udara kedua kaki pelompat dibawa ke
depan selanjutnya seolah-olah sedang melakukan jongkok dan
selanjutnya mendarat dibak lompat. Setelah tolakan dilakukan dengn
keras dan kuat auyunkan tungkai kanan kedepan atas, tungkai kiri
mengikuti dan dirapatkan ketungkai kanan dan kedua tangan
diayunkan kedepan. Pada waktu akan mendarat kedua ditekuk kedua
kaki rapat serta kedua lengan lurus kedepan.
1) Tahap Lari Awalan
Tujuan dari lari awalan adalah guna mencapai kecepatan
maksimum yang terkontrol. Pada saat melakukan awalan pelompat
harus memperkirakan langkah lari sepanjang lintasan awalan
28
lompat jauh. Karena jika pelompat tidak memperkirakan langkah
dan ragu-ragu dalam melakukan sprint maka akan menimbulkan
langkah akhir yang tidak teratur, dan kemungkinan besar
mengalami kerugian dalam melakukan tolakan, seperti jarak
menjadi lebih pendek atau pun melewatkan papan tolakan yang
membuat gagal dalam suatu lompatan. Dan dari keempat unsur
teknik dalam lompat jauh, kecepatan awalan dan bertumpu
memberikan korelasi yang lebih besar terhadap hasil lompatan
dibandingkan sikap di udara dan mendarat, seperti yang dijelaskan
oleh IAAF (2000: 70).
Karakteristik teknik :
a). Panjang lari awalan bervariasi antara 10 langkah (untuk pemula)
dan lebih dari 20 langkah (untuk atlet kelas unggulan).
b). Teknik lari sama dengan lari sprint.
c). Kecepatan meningkat terus menerus sampai mencapai balok
tumpuan.
Gambar 5: Teknik Awalan Lompat Jauh didaptasiSumber : IAAF 2000
2) Tahap Bertolak/Bertumpu
Tujuan tolakan dalam lompat jauh adalah untuk memaksimalkan
29
kecepatan vertikal dan guna memperkecil hilangnya kecepatan
horizontal menggunakan kaki yang terkuat sehingga menimbulkan
gerakan ke atas depan sebagai akibat reaksi. Saat menolak kaki tolak
menginjak di papan tolak dengan sekuat mungkin. Departemen
pendidikan dan kebudayaan mengemukakan bahwa “Sudut tumpuan
tidak terlalu besar sehingga arah lompatan ke atas seperti pada
lompat tinggi, seharusnya ke depan tetapi cukup tinggi”. Dengan
membentuk sudut lompatan sebesar 450 akan menghasilkan gerakan
parabola yang sempurna dan jarak horizontalnya pun akan lebih
jauh. Karakteristik teknik :
a) Penancapan kaki adalah aktif dan cepat dengan suatu gerakan “ke
bawah dan ke belakang” (Gerakan mengkais)
b) Waktu bertolak adalah dipersingkat, pembengkokkan minimum
dari kaki penumpu.
c) Paha kaki bebas didorong ke posisi horizontal.
d) Sendi-sendi mata kaki, lutut, dan pinggang diluruskan penuh.
Gambar 6 : Teknik Tolakan dalam Lompat Jauh diadaptasiSumber : IAAF 2000
3) Tahap Melayang di udara
Seperti yang dikemukakan penulis dari Departemen Pendidikan dan
30
Kebudayaan yaitu : “Yang penting pada saat melayang di udara ini
bukan cara melayangnya yang diutamakan tetapi tetap terpeliharanya
keseimbangan badan dan mengusahakan melayang diudara selama
mungkin dan menyiapkan letak kaki dalam posisi yang menguntungkan
pada waktu mendarat ialah dengan kaki yang diacungkan ke depan
lemas-lemas” Saat pelompat telah lepas dari papan tolakan, badan
pelompat dipengaruhi oleh gaya tarik bumi. Dan upaya untuk mengatasi
gaya tarik bumi tersebut si pelompat harus dapat melakukan tolakan
yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dan kedua tangan ke
arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang
dilakukan oleh si pelompat, maka akan semakin dapat membawa titik
berat badan melayang di udara. Sangat penting gerakan tangan dan kaki
dalam hal menjaga keseimbangan dan persiapan untuk mendarat.
Karakteristik teknik :
a) Tungkai ayun dipertahankan pada posisi tolak.
b) Tungkai tolak mengikuti selama waktu melayang.
c) Tungkai tolak ditekuk, ditarik ke depan dan ke atas mendekati
akhir gerak melayang.
d) Kedua tungkai diluruskan ke depan untuk mendarat
Gambar 7 : Gaya melayang di udara dalam lompat jauh diadaptasiSumber : IAAF 2000
31
4) Tahap Pendaratan
Rangkaian akhir dari lompat jauh adalah pendaratan. Tujuan dari
mendarat adalah untuk memperkecil hilangnya jarak lompatan.
Pendaratan yang baik adalah ketika mendarat/jatuhnya dengan kedua
kaki dan tangan ke depan jadi bila jatuhnya ke depan tidak akan
merugikan.
Karakteristik teknik :
a) Kedua kaki hampir sepenuhnya diluruskan.
b) Badan dibengkokkan ke depan.
c) Kedua lengan ditarik ke belakang.
d) Pinggul didorong ke depan menuju titik pendaratan
Gambar 8 : Teknik Mendarat Lompat Jauh diadaptasiSumber : IAAF 2000
D. Pengertian Modifikasi
Modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi
pembelajaran dengan cara menurunkannya dalam bentuk aktivitas belajar
yang potensial untuk memperlancar siswa dalaam prosess belajar. Cara ini
dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari
yang tadinya belum bisa menjadi bisa, dari tingkat yang lebih rendah
32
menjadi memiliki tingkat yang lebih tiggi (Yoyo Bahagia, Ucup Yusup,
Adang Suherman 2000: 41).
E. Prinsip Pengembangan Modifikasi
Modifikasi adalah salah satu usaha para guru agar pembelajaran
mencerminkan kreatif, termasuk didalamnya “ body scaling” atau
penyesuaian dengan ukuran bentuk tubuh siswa yang sedang belajar.
Aspek inilah yang harus dijaadikan prinsip utama dalam modifikasi
pembelajaran penjas, termasuk pembelajran atletik. Cara-cara guru
memodifikasi pembelajaran agar tercermin dari aktifitas pembelajaran yang
diberikan guru daari mulai awal hingga akhir pelajaran. Beberapa aspek
analisa modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang :
1. Tujuan.
2. Karakteristik materi.
3. Kondisi lingkungan dan.
4. Evaluasinya .
F. Tujuan Modifikasi
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari
mulai tujuan yang paling rendah sampai tujuan yang paling tinggi. Modifikasi
tujuan materi ini dapat dilakukan dengan caara membagi tujuan ke dalam tiga
komponen, yakni :
1. Tujuan Perluasan
Tujuan perluasan maksudunya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan da kemampuan melaakukan
33
bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan
aspek efisiensi dan efektifitas, misalnya siswa mengetahui dan dapat
memberikan contoh tolak dalam nomor tolak peluru. Dalam contoh itu,
tujuan pembelajaran lebih menekankan agar siswa dapat mengetahui
essensi tolak dalam bentuk peragaan, dalam kasus ini peragaan tidak
terlalu di permasalahkan apakah tolak itu sudah dilakukan secara efektif
dan efisien atau belum. Yang penting siswa-siswa dapat mengetahui esensi
wujud tolak dalam nomor tolak peluru pada cabang olahraga atletik.
2. Tujuan Penghalusan
Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan
gerak secara efisien. Misalnya siswa mengetahui dan melakukan gerak
menolak dengan sudut tolakan 450. dalam tujua ini, tujuan tidak lagi pada
level agar siswa dapa mengetahui esensi gerak menolak (misalnya
menggunakan sudut yang tepat untuk mendapatkan hasil yang baik dan
maksimal) melalui peragaan.
3. Tujuan Penerapan
Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajran yang lebih
menekankan paada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang efektif
tidaknya gerakan yang dilakukaan melalui pengenalan kriteria-kriteria
tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
G. Sarana Pembelajaran
Istilah sarana adalah terjemahan dari “facilities” yaitu sesuatu yang dapat
34
digunakan dan dianfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan. Sedangkan yang
dimaksud dengan sarana olahraga yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan
dan dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau
pendidikan jasmani. Seperti halnya prasarana, saran yang digunakan dalam
kegiatan olahraga dalam masing-masing cabang olahraga memiliki ukuran
standart. Akan tetapi apabila cabang olahraga tersebut diapakai dalam materi
sebagai pembelajaran pendidikan jasmani, sarana yang digunakan bisa
dimodifikasi, sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa
(Soepartono, 2000 : 6).Media pendidikan merupakan sarana pengajaran yang
dapat diperguanakan untuk membbantu terecapainya sesuatu tujuan. Di dalam
dunia pendidikan, media sebagai suatu alat yang dapat dijangkau oleh paca
indera (terutama penglihatan/pendengaran).
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk membantu,
mempermudah, menjelaskan bagi guru guna menerangkan suatu peristiwa,
globe, peta, dan sebagainya. Alat peraga ini akan memberikan realisme
(sesuai dengan kenyataan ) kepada yang dijelaskan, diterangkan, yaitu siswa.
Sehingga siswa akan lebih menaruh perhatian atau berminat sesuatu yang
disampaikan. Sarana pendidikan jasmani adalah sarana sederhana untuk
melaksanakan materi pembelajran pendidikan jasmani tertentu dalam bentuk
permainan. Seringkali disekolah terdapat alat-alat yang sederhana yang tidk
pernah keluar dari gudang karena guru tidak dapat memanfaatkannya, seperti
bola plastik, bola kasti, ssimpai, bola tenis bekas, dan lain-lain. Selain alat-
alat yang disebutkan diatas, ada alat-alat sederhana lain yang dapat digunakan
dan dengan mudah dapat diadakan oleh guru misalnya, kardus, bilah bambu,
35
dan ban bekas. Juga alat-alat yang bisa dibuat sendiri oleh guru misalnya
gawang kecil-kecil. Dari contoh alat-alat tersebut diharapkan dapat
menyakinkan guru pendidikan jasmani, bahkan pembelajaran lebih efektif
dengan memanfaatkan alat dan lingkungan seadanya (Soepartono, 2000: 3).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan jasmani
adalah benda-benda bergerak maupun yang tidak bergerak., yang berfungsi
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini media
yang digunakan adalah media simpai, gawang kayu dan bola yang dimaksud
adalah perkakas yang dipasang pada jarak dan tinggi tertentu yang digunakan
sebagi rintangan yang harus dilompati oleh siswa dengan tujuan arah
lompatan dapat diatur sehingga membentuk sudut 450 dan jika terpaksa siswa
gagal melompati rintangan out tidak membahayakan siswa karena sifat kardus
lembek dan lentur.
H. Media
Menurut Bovee dalam Sanaky (2009: 3) media adalah sebuah alat yang
mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah
alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan
bahan ajar. National Education Association (NEA), mengatakan bahwa media
adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual serta
peralatannya. Briggs dalam Sanaky (2009: 3), mengatakan bahwa media adalah
segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
pembelajar untuk belajar. (Gerlach & Ely, 1971: 6) media pembelajaran
36
memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian
yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
Sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses
pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai
tujuan pembelajaran Dalam pengertian secara luas media pembelajaran adalah
alat, metode, teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajaran di kelas.
1. Alat Bantu
Menurut (Wijaya & Rusyan, 1994: 9) yang dimaksud alat peraga
Pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar &
dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan
dalam meraih tujuan – tujuan belajar. Menurut (Nasution, 1985: 13) alat
peraga pendidikan adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif.
Menurut (Sudjana, 2009: 15) pengertian alat peraga Pendidikan adalah suatu
alat yang dapat diserap oleh mata & telinga dengan tujuan membantu guru
agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif & efisien. Menurut Sudjana
(2009: 17) adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga
dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih
efektif dan efesien.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa alat bantu bagi
anak-anak merupakan kebutuhan dalam pembelajaran. Agar proses
37
pembelajaran dapet berjalan efektif dan efisien bagi anak-anak dan dapat
menarik dan membangkitkan minat belajar siswa dala mendalami materi.
a. Simpai (Hula-Hop)
Simpai (Hula-Hop) bagi masyarakat memang sangat dibutuhkan. Salah
satu fungsi utamanya nyata untuk mengepak atau mengemas
barang/material sebelum dikirimkan maupun dipasarkan. selain itu,
simpai juga dapat digunakan untuk membantu pembelajaran, dengan
media simpai seorang guru dapat meringankan pembelajaran karena
dengan menggunakan media pembelajaran akan lebih mudah. Dalam
penelitian ini kardus ini dapat digunakan untuk melatih gerakan jingkat
( lari awalan) dalam lompat jauh.
b Gawang Kayu
Pada awalnya gawang kayu dibuat dari kayu. Karena adanya
perkembangan gawang kayu. Guna gawang kayu disini dalam
pembelajaran untuk melatih (kaki tolakan) dalam lompat jauh.
c Bola
Bola plastik adalah plastik yang digemari anak-anak kecil. Bola plastik
ini dibuat dari bahan sangat aman dan nyaman.Warna dari bola plastik ini
juga berfariasi dan desain dari bola plastik yang berfariasi. Fungsi bola
dalam penelitian ini adalah untuk melatih gerakan mendarat dalam
lompat jauh.
I. Kerangka Berpikir
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah melalui latihan lompat jauh
38
awalan, tolakan, mendarat dengan menggunakan alat hula hop, gawang kayu
dan bola siswa dapat bertanggung jawab, disiplin, jujur, dan saling bekerja
sama dalam menguasai tugas yang diberikan guru sesuai dengan tingkat
kesulitannya, dalam kaitannya dengan lompat jauh. selain itu siswa tidak
merasa bosan dengan materi lompat jauh, karena sekarang lompat jauh akan
divariasikan dengan menggunakan alat modifikasi hula hop, gawang kayu
dan bola sehingga membuat siswa tidak merasa bosan. Selain itu juga siswa
dapat menguasai keterampilan awalan, tolakan, dan mendarat dalam lompat
jauh dengan baik.
Gambar 9 : Alur Kerangka
Kondisi
Awal
Guru kurang kreatifdan inovatif dalamproses pembelajaran
penjaskes.
Siklus I: Guru dan Penelitimenyusun bentuk pengajaranyang bertujuan untukmeningkatkan kemampuan danketerampilan lompat jauh melalui
pembelajaran denganmodifikasi alat.
Menerapkan modelPembelajaran denganmodifikasi alat bantupembelajaran.
Tindakan
Kondisiakhir
Melalui penerapan modifikasialat pembelajaran dapatmeningkatkan partisipasi danketerampilan siswa dalammengikuti prosespembelajaran pendidikanjasmani dan kesehatanketerampilan lompat jauh gayajonngkok
Siklus II: Upaya perbaikan darisiklus I sehingga meningkatkankemampuan dan keterampilanteknik dasar lompat jauh gaya jongkok
melaluipembelajaran dengan memodifikasialat bantu pembelajaran
1. a. siswa kesulitan dalam
2. mengikuti pembelajaran3. lompat jauh khusunya gaya
jongkok4.
5. b. kurangnya minat siswa6. dalam melaksanakan7. pembelajaran lompat jauh8.
c. Rendahnya keterampilanlompat jauh pada siswa
9.
Siklus III: Upaya perbaikan dari siklus IIsehingga meningkatkan kemampuan danketerampilan teknik dasar lompat jauh gaya jongkokmelalui pembelajaran dengan memodifikasi alat
39
J. Hipotesis
Menurut (Wina Sanjaya, 2011: 125), hipotesis dapat diartikan sebagai
“jawaban sementara dari masalah penelitian. Hipotesis adalah statement
keterkaitan antara dua atau lebih variabel. Berdasarkan teori dan kerangka
fikir di kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
H1 : Dengan Media pembelajaran Hula-Hop dapat meningkatkan
keterampilan lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri
6 Bandung Baru.
H2 : Dengan Media pembelajaran Gawang dapat meningkatkan
keterampilan lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri
6 Bandung Baru.
H3 : Dengan Media pembelajaran Bola dapat meningkatkan keterampilan
lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 6 Bandung
Baru.
III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode adalah “ cara yang tepat untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan
penelitian adalah “ suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan
menganalisis sampai menyusun laporan”. Dengan demkian dapat dipahami
bahwa metode penelitian adalah sesuatu tentang cara-cara melakukan
pengamatan atau penelitian untuk mendapatkan data melalui cara-cara ataupun
tahapan-tahapan yang telah ditentukan.
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari tempatnya, penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Research), dimana penelitian mencermati kegiatan belajar
berupa suatu tindakan, yaitu sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas bersama.
Wina Sanjaya (2011 : 25) penelitian tindakan kelas (PTK) adalah “kajian
tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya. Elliot
mengatakan “The fundamental aim of action research is to improve
practice rather than to produce knoledge”.
41
Wina Sanjaya (2011 : 25) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
“penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah
situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yangg dilakukan
dengan melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti dan praktisi”.
Dari berbagai pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di atas dapat
disimpulkan, Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang
lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan
mereflesikan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif yang bertujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan (kualitas) proses pembelajaran
dikelasnya melalui suatu tindakan tertentudalam suatu siklus.
B. Ruang Lingkup Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penentuan subjek adalah usaha penentuan sumber data, artinya dari mana
data penelitian dapat diperoleh” Yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah
a). Siswa SD Negeri 6 Bandung Baru, kecamatan Adiluwih, kabupaten
Pringsewu sebanyak 24 siswa
b) Guru bidang study pendidikan jasmani, dan kesehatan di SD Negeri 6
Bandung Baru Kabupaten Pringsewu.
c) Objek penelitian
42
Objek penelitian ini adalah pelaksanaan peningkatan keterampilan
lompat jauh melalui alat modifikasi hula hop (simpai), gawang kayu
dan bola pada siswa SD Negeri 6 Bandung Baru kabupaten Pringsewu.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Bandung Baru kabupaten
Pringsewu.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, yakni pada tahun pelajaran
2019. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Siklus I
terdiri dari 4 kali pertemuan dengan alat bantu, Sedangkan siklus II terdiri
dari 4 kali pertemuan dengan alat bantu, , siklus III terdiri dari 4 kali
pertemuan dengan alat bantu. Apabila hasil dari siklus I, II dan III belum
tercapai target maka siklus tindakan diulangi dengan memperbaiki
perencanaan. Dalam hal ini, peneliti melakukan evaluasi terhadap kualitas
desain pembelajaran terkait aktivitas keterampilan peserta didik
menggunakan alat modifikasi dengan tidak ada ketentuan tentang berapa kali
siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti
sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari 3 siklus.
E. Sumber Data
Sumber data dalam peneliti ini sendiri dari beberapa sumber, yaitu peserta
didik dan guru pendidikan jasmani dan kesehatan.
a. Peserta Didik
43
Untuk mendapatkan data tentang aktivitas keterampilan peserta didik
dalam proses melakukan lompat jauh.
b. Guru Penjas
Untuk melihat tingkat keberhasilan peningkatan keterampilan melalui alat
modifikasi hula hop (simpai), gawang kayu dan bola dalam proses praktik
lompat jauh.
F. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung dari awal hingga akhir.
Kedudukan peneliti sebagai kolaborator dari pelaksanaan tindakan (guru
penjas), perencanaan tindakan kelas dan pengamat dalam pelaksanaan tindakan
G. Tahap Penelitian
Mengingat peneliti ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berupaya
memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang dinilai paling
efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan
revisi untuk menelaah mana dampak perlakuan dalam rangka mengubah,
memperaiki, dan meningkatkan perilaku itu terhadap perilaku yang sedang
diteliti. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:
1) perencanaan, 2) tindakan, 3) Observasi, 4) refleksi.
44
PenelitianSelesai
Gambar 10. Prosedur Penelitian PTKSumber : Arikunto 2010
Penelitian tindakan kelas (action research) merupakan penelitian pada
umumnya, pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan
metode penelitian tindakan (classroom action research) yang bersifat reflektif
dan kolaboratif. Bila dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus
kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya
hanya saja antara siklus pertama, kedua dan selanjutnya selalu mengalami
perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara siklus yang satu dengan yang
lainnya tidak akan pernah sama meskipun melalui tahap-tahap yang sama.
Tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti yang
digambarkan dalam bagan ini adalah terdiri dari 4 tahap. Secara rinci tahapan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Perencanaan, yaitu menyusun rancangan tindakan antara lain :
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mencarikan alternatif pemecahan masalah
45
c. Peneliti memahami standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang akan diajarkan kepada peserta
didik.
d. Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dengan
memperhatikan indikator-indikator hasil belajar.
e. Menegmbangkan alat peraga, alat bantu, atau media pembelajaran yang
menunjang pembentukan SKKD dalam rangka implementasi PTK.
f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
2. Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di
dalam kancah, yaitu mengenakkan tindakan dikelas. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam tahapan ini adalah melaksanakan tindakan upaya
meningkatan aktifitas keterampilan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani dan kesehatan yang telah direncanakan.
3. Observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh peneliti. Dalam tahapan ini
dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan observasi yang telah dipersiapkan. Peneliti mempersiapakan
lembar oservasi yang telah disiapkan untuk mengetahui kondisi lapangan
terutama aktifitas olahraga peserta didik dalam pembelajaran. Dalam
penelitian ini hasil pengamatan kemudian didiskusikan dengan kolaborator
yaitu guru bidang studi pendidikan jasmani dan kesehatan untuk dicari
solusi dari permasalahan yang ada pada waktu pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
terjadi. Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis melakukan penelitian
46
yang terdiri dari 3 siklus dengan setiap siklus 4 kali pertemuan. Kegiatan
awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada yaitu dengan
melakukan observasi dengan peserta didik SD Negeri 6 Bandung Baru
Kabupaten Pringsewu dan wawancara dengan guru penjas. Berdasarkan
observasi awal tersebut, kemudian ditetapkan tindakan pembelajaran
dengan model modifikasi alat seperti menggunakan gawang kayu, bola,
dan hula hop. Secara lebih rinci rancangan penelitian tindakan kelas ini
sebagai berikut :
a. Siklus pertama
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
Pengamatan, dan refleksi sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planing)
a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan penerapan model
pembelajaran alat modifikasi.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi
yang akan diajarkan dengan model alat modifikasi.
c. Mempersiapakan media pembelajaran yang akan digunakan.
d. Mempersiapkan lembar observasi dan lembar catatan lapangan yang
akan digunakan pada saat pembelajaran.
e. Membuat instrument yang akan digunakan dalam siklus PTK.
f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
47
2. Pelaksanaan (Acting)
a. Melakukan tes awal
b. Membagi siswa dalam beberapa kelompok
c. Menyajikan materi pelajaran dan media yang sudah diatur
d. Diberikan materi untuk di laksanakan model pembelajaran
menggunakan alat modifikasi.
e. Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok.
f. Salah satu dalam kelompok diskusi itu mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
g. Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
h. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
i. Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
j. Melakukan pengamatan atau observasi.
3. Pengamatan (Observation)
Kegiatan ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebagai upaya untuk
mengetahui jalannya pembelajaran.
4. Refleksi (Reflecting)
Dalam tahapan refleksi, peneliti mengumppulkan dan mengidentifikasi
data yang diperoleh selama observasi, yaitu meliputi lembar observasi dan
catan lapangan, kemudian dilakukan refleksi untuk mengevaluasi terhadap
kekurangan dan kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan dan
pertimbangan untuk perbaikan di siklus berikutnya.
48
Setelah selesai pembelajaran maka peneliti melakukan tes kedua untuk
mengetahui apakah tes kedua memiliki peningkatan jika siswa masih
KKM pembelajaran maka peneliti akan melanjutkan siklus kedua .
b. Siklus II
Seperti halnya siklus pertama, siklus keduapun terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan (planing)
Peneliti membuat rencana pembelajran berdasarkan hasil refleksi
pada siklus pertama.
2. Pelaksanaan (acting)
Guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran menggunakan alat modifikasi berdasarkan rencana
pembelajran hasil refleksi padaa siklus pertama.
3. Pengamatan (observasi)
Peneliti (guru dan kolaboratif) melakukan pengamatan terhadap
aktifitas pembelajaran dengan model pembelajaran enggunakan alat
modifikasi.
4. Refleksi (reflecting)
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua daan
menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran menggunakan
alat modifikasi dalam peningkatan aktifitas belajar siswa dalam
pembelajaran penjas.
49
Data-data yag diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis dalam
tahap ini. Berdasarkan hasil observasi guru dapat merefleksikan diri tentang
upaya meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran
pendidikan jasmani dan kesehatan. Dengan melihat dan observasi, apakah
kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan aktifitas belajar peserta
didik dalam pembelajran pendidikan jasmani dan kesehatan.
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat digunakan untuk menentukan
tindakan kelas pada siklus berikutnya.
c. Siklus III
Seperti halnya siklus pertama, siklus ketiga pun terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan (planing)
Peneliti membuat rencana pembelajran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus kedua.
2. Pelaksanaan (acting)
Guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran menggunakan alat modifikasi berdasarkan rencana
pembelajran hasil refleksi pada siklus kedua.
3. Pengamatan (observasi)
Peneliti (guru dan kolaboratif) melakukan pengamatan terhadap
aktifitas pembelajaran dengan model pembelajaran menggunakan alat
modifikasi.
50
4. Refleksi (reflecting)
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan
menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran menggunakan alat modifikasi
dalam peningkatan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran penjas.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas memiliki kelebihan dan kekurangan.
Shumsky dalam Suarsih menyatakan bahwa kelebihan PTK adalah
sebagai berikut :
1. Kerja sama dalam PTK meimbulkan rasa saling memilik.
2. Kerja sama dalam PTK meimbulkan kreativitas dan kemampuan
kritis dalam hal ini guru dan sekalian peneltian.
3. Melalui kerja sama, kemungkinan untuk berubah meningkat.
4. Kerjasama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam
menyelesaikan masalaah yang dihadapi.
Sementara itu, kelemahan dari PTK adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar PTK pada
pihak peneliti.
2. Berkenaan dengan waktu. Karena PTK memerlukan komitmen peneliti
utuk terlibat dala prosesnya, faktor waktu ini dapat enjadi kendala yang
cukup besar. Hal ini disebabkaan belum optimalnya pembagian waktu
untuk kegitan rutinnya dengan aktivitas PTK. Secara garis besar bahwa
tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi didalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak Secara garis besar
51
bahwa tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata
yang terjadi didalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan
untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah
mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam
pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK bertujuan “ untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan
mutu pembelajran dikelas yang dialami langsung dalam interaksi antara
guru dengan siswa yang sedang belajar”.
H. Instrumen Penelitian
Menurut arikunto (2002 : 136) Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih mudah dan
hasilnya lebih baik. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes
lompat jauh gaya jongkok. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui keterampilan
lompat jauah gaya jongkok.
Alat ukur itu berupa indikator-indikator dari penilaian keterampilan lompat jauh
gaya jongkok, bentuk indikatornya adalah :
Tabel 1. Format Lembar Penilaian Keterampilan Gerak Dasar Lompat JauhGaya Jongkok.
No Dimensi Indikator Deskipsi Gerak Bobot Nilai
3 2 1
1 Sikap Awal 1. Kaki a. Berdiri padajarak 30-40 mdari papantolakan bak
52
pasir
b. Langkah diperpanjang saatmemulai larisprint lalu diperpendek tanpamengurangikecepatan lariuntuk persiapanmelakukantolakan
c.Kaki rilex
a. Tangan a. Kedua lenganrilex
b. Kedua tangandiayunkan
c. Posisi badanrilex
b. Badan danPandanganMata
a. Posisi badanrilex
b. Pandangan kearah bak pasir
2 Pelaksanaan
1. Kaki a. Tolakan harusdilakukantepatpada papantolakandenganmenggunakansatu kaki yangterkuat
b. Kaki bagianbawah untukdapat mendaratkedepanbersama sama
c.Kaki rilex
53
2. Tangan a. Kedua tanganlurus ke depan,yang sejajardengan bahudan siku sedikitdibengkokkan
b. Posisi keduatangan diayukanke depan untukmenjagakeseimbangan
c.Tangan rilex
3. Badan danpandanganmata
a. Berat badandialihkan kedepan
b. Pinggulbergerak keDepan
c. PosisiPandanganmengarah padatempatpendaratandalam tolakan
3 Sikap akhir 1.Kaki a. Kedua kakidiluruskan kedepan rapat,lutut agakditekuk, dantelapak kakimengarah kependaratan
b.Posisi kakiharus kuat
c.Kaki rilex
54
2.Tangan a. Kedua tanganlurus ke depandengan lututagakdibengkokan
b. Kedua tanganrilex
c. Tangandiayunkan
3.Badan danpandanganmata
a. Posisi badandibawa kedepan, danpandangan ketempatpendaratan
b.Posisi badantegak rilex
Keterangan :
1 = Gerakan salah (descriptor tidak tampak);
2 = Sebagian Gerakan benar (sebagian descriptor tampak);
3= gerakan benar dan baik (semua descriptor tampak).
I. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan melalui tindakan disetiap siklusnya, selanjutnya data
dianalisis melalui tabulasi, persentase dan normative. Teknik penilaian dalam
proses pembelajaran menggunakan penilaian kuantitatif untuk melihat kualitas
hasil tindakan di setiap siklus menggunakan rumus sebagi berikut :
%100N
fP (Subagio dalam Surisman, 2007)
55
Keterangan :
P = Persentase keberhasilan
F = Jumlah gerakan yang dilakukan benar
N = Jumlah siswa yang mengikuti tes
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai Upaya
meningkatan Keterampilan Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Alat
Modifikasi Kelas V SD Negeri 6 Bandung Baru yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Proses pembelajaran dengan menggunakan alat media pembelajaran
meningkatkan hasil belajar keterampilan lompat jauh gaya jongkok pada
siswa kelas V SD Negeri 6 Bandung Baru dengan presentase 21%.
2. Proses pembelajaran dengan menggunakan alat media pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar keterampilan lompat jauh gaya jongkok pada
siswa kelas V SD Negeri 6 Bandung Baru dengan presentase 50%.
3. Proses pembelajaran dengan menggunakan alat media pembelaran dapat
meningkatkan hasil belajar keterampilan lompat jauh gaya jongkok gerakan
jauhnya lompatan pada siswa kelas V SD Negeri 6 Bandung Baru dengan
prosentase 87%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang
ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan
peneliti adalah sebagai berikut:
69
1. Guru hendaknya meningkatkan kreativitas dalam memanfaatkan media
pembelajaran dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
2. Siswa harus dilatih dengan menggunakan berbagai macam media
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok untuk lebih meningkatkan
kemampuannya dalam melakukan keterampilan lompat jauh gaya jongkok.
3. Pada penelitian pembelajaran lompat jauh gaya jongkok masih belum tercapai
ketuntasan belajar sebesar 100% atau semua siswa belum mencapai
ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali guna menentukan tindakan
yang lebih tepat dan menarik agar dapat meningkatkan penguasaan
keterampilan lompat jauh gaya jongkok.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, M. Nakayama, Sabeth Muchsin. (1980) Best Karate Comprehensive,
Cetakan Pertama,
Adisasmita, M.Y dan Syarifudin, A (1996) Ilmu Kepelatihan Dasar (Jakarta:
Depdikbud, Ditjen Pendidikan Tinggi, Proyek Tenaga Akademi.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Bompa, Tudor O. (1990). Theory and Methodology of Training: the Key to
Athetic Performance. Dubuque, lowa: Kendall / Hunt Publishing
Company.
Bompa, Tudor O. (1999). Total Training Fir Young champions. America: Human
Kinetics
Brown, Lee E. (2000). Training for speed, agility, and quickness. America.
Human kinetic.
Chu, D.A. 1998. Jumping into plyometrics. Champaign, Illinois: Human Kinetics.
Pub.
Chung- Yu Chen, Huang Chenfu. 2008. "Biomechanical Analysis of Straight and
Flexural Leg Swings of The Chinese Martial Arts Jumping Front Kick".
Taipe: National Taiwan Normal University.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang - Undang Nomor 20 Tahun
2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Erlangga Tony. 2009. Rangkuman Pengetahuan Penjas-Orkes. Solo : Erlangga
E.Utrecth, Saleh Djindang, Moh, 1983 "Pengantar Dalam Hukum Indonesia,
Cetakan Kesebelas, Penerbit PT.Ichtiar Baru, Jakarta
Koni Pusat. (1997). Pemanduan dan Pembinaan Bakat Usia Dini. Jakarta: Garuda
Emas. Koni.
Kurikulum 2013. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pusat Kurikulum
dan Pembukaan, Jakarta.
Lutan, Rusli. 2015. Materi Pokok Belajar Motorik. Universitas Lampung, bandar
Lampung.
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
Olahraga. Semarang Dahara Prite
Oxidine, Joseph B. 1968. Psychology Of Motor Learning. New York : Appleton,
Century-Croft.
Putra. 2005. Validitas Dan Reabilitas Tes Tendangan Mawashi Geri Pada Cabang
Olahraga Karate-Do: Universitas Negeri Surabaya Fakultas Ilmu
Keolahragaan Jurusan Pendidikan Olahraga Prodi S-1 Pendidikan
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
CV Mandar Maju.
Simanjuntak. G. Victor, Dkk. 2004, Teknik Dasar Karate. Cerdas Jaya. Jakarta
Simbolon, Bermanhot. 2014. Latihan dan Melatih Karateka II Teknik- Taktik
Karate. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia
Sugiyono. 2008. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, kualitatif Dan R&D.
(Bandung: ALFABETA)
Suharno. (1985). Ilmu Kepelatihan Olahraga Yogyakarta : FPOK IKIP
Yogyakarta
Sujoto, J. B. 1996. Teknik-Teknik Karate. PT. Gramedia Pustaka.
Sukadiyanto. (2005). Pengantar Teori dan Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK
Universitas Negeri Yogyakarta.
Tarigan, Herman. 2019. Belajar Gerak dan Aktivitas Ritmik Anak-anak. Penerbit
Hamim Grup, Metro Lampung.
Undang - undang RI No 3 Tahun 2005. Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Kementrian. Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
United Nations. (2003). Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium Indonesia.
Usman, Husaini. (2008). Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan – Ed.2,
Cet.1-. Jakarta: Bumi Aksara.