Post on 25-Mar-2019
DESKRIPSI PEMBUKAAN DIRI PARA FRATER YUNIOR
KEPADA PEMBIMBING ROHANI KONGREGASI FRATER SANTA
PERAWAN MARIA BUNDA BERBELASKASIH (CMM) PROVINSI
INDONESIA TAHUN 2007/2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Paulus Paji Keban
NIM : 021114020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iii
iv
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
“Hidup yang berharga adalah
hidup yang menghidupi Orang lain”
“Mansuete Et Fortiter”
(Mgr.Joannes Zwijsen)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Para Frater CMM di Provinsi Indonesia,
Serta seluruh keluargaku terkasih
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Paulus Paji Keban
Nomor Mahasiswa : 021114020
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah berjudul
DESKRIPSI PEMBUKAAN DIRI PARA FRATER YUNIOR
KEPADA PEMBIMBING ROHANI KONGREGASI FRATER SANTA
PERAWAN MARIA BUNDA BERBELASKASIH PROVINSI INDONESIA
TAHUN 2007/2008
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis,
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini
yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal 28 Januari 2009.
Yang menyatakan,
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Januari 2009
Penulis
vii
ABSTRAK
DESKRIPSI PEMBUKAAN DIRI PARA FRATER YUNIOR
KEPADA PEMBIMBING ROHANI KONGREGASI FRATER SANTA
PERAWAN MARIA BUNDA BERBELASKASIH PROVINSI INDONESIA
TAHUN 2007/2008
Oleh :
Paulus Paji Keban
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembukaan diri para frater
yunior kongregasi frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih provinsi
Indonesia tahun 2007/2008 kepada pembimbing rohaninya. Masalah yang diteliti
adalah bagaimana pembukaan diri para frater Yunior CMM kepada pembimbing
rohani Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih (CMM)
Provinsi Indonesia Tahun 2007/2008?
Penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode survei. Subyek
penelitian adalah 66 frater yunior CMM Provinsi Indonesia. Penelitian ini adalah
penelitian populasi karena seluruh responden dijadikan subyek penelitian. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Menentukan skor dari
masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subyek penelitian dan
membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item skala. (2) Menghitung total
skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan. (3)
Menentukan penggolongan kualifikasi pembukaan diri berdasarkann Azwar
viii
(1999:108) yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. (4)
Membuat distribusi frekuensi pembukaan diri
Penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut : di antara para frater yunior
CMM provinsi Indonesia ada 1 orang frater yang sangat tinggi pembukaan dirinya, 9
orang frater yang tinggi pembukaan dirinya, 34 orang frater cukup/sedang pembukaan
dirinya, 18 orang frater yang rendah pembukaan dirinya, dan 1 orang frater sangat
rendah pembukaan dirinya. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini
adalah : Tingkat pembukaan diri para frater Yunior kepada pembimbing Rohani,
kongregasi frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih (CMM) Provinsi
Indonesia Tahun 2007/2008 cukup/sedang.
ix
ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF SELF-DISCLOSURE OF THE JUNIOR BROTHERS
ON THE SPIRITUAL GUIDE OF CONGREGATION BROTHERS OF OUR
LADY MOTHER OF MERCY IN INDONESIAN PROVINCE OF
2007/2008
By:
Paulus Paji Keban
Sanata Dharma University - Yogyakarta
The research was intended to describe the self- disclosure of junior brothers of
Congregation Brothers of Our Lady Mother of Mercy of 2007/2008 to their spiritual
guide. The problems of the research was“ what was the self-disclosure of the CMM
Junior Brothers on their spiritual guide of Congregation Brothers of Our Lady Mother
of Mercy (CMM) in Indonesian Province of 2007/2008?”
The research was a description research and used survey method. The
subject of the research consisted of sixty six (66) CMM Junior Brothers in all
Indonesian Province. The research was a population research because all of the
respondent became the subject. The technic analysis data that was used for the
research included: 1) Determinining the scores of every answered alternative had
given by subject and made a scored tabulation for every item scales. 2). Caunting the
total score from every research subject and total scoring for every item. 3)
Determining the self- disclosure qualified classify based on Azwar (1999:108) that
was: very low, low, medium, high and very high. 4) Making the frequency
distribution of the self – disclosured.
The result of the research was: there was one (1) brother who had very high
score of his self-disclosured amongst them, nine (9) CMM Junior Brothers who had
high score of self-disclosured, eighteen (18) CMM Junior Brothers who had low
x
score of self-disclosured and one (1) brother who had very low scrore of the self
disclosured. So, the conclusion of the research was: Self - Disclosured Grade of
Junior Brothers to their Spiritual Guide of Congregation Brothers of Our Lady
Mother of Mercy of 2007/2008 was included in medium category.
xii
KATA PENGANTAR
Penulis menghaturkan terima kasih dan puji syukur selimpahnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan penyertaan-Nya dalam
seluruh proses perjuangan jatuh bangun dari awal semester hingga penulisan
skripsi ini. Penulis menyadari banyak pihak telah terlibat memberikan
sumbangsi selama penulisan skripsi ini. Maka pantaslah pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si sebagai Kepala Program Studi Bimbingan
dan Konseling, sekaligus sebagai dosen pembimbing, yang telah
membimbing, mengajari, memotivasi dan mendorong penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Panitia penguji skripsi yang memberi kesempatan kepada penulis untuk
mempertanggungjawabkan dan mempertahankan skripsi.
3. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang dengan
penuh kesabaran mendidik, membimbing saya selama menempuh kuliah
sehingga saya bisa mendapatkan harta berharga: ilmu.
5. Fr. Martinus Leni, CMM., Provinsial Frater CMM Provinsi Indonesia yang
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
xiii
6. Para Dewan Pimpinan Frater CMM Provinsi Indonesia yang juga
memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
7. Fr. Lukas Mandagi (Mantan Provinsial) yang memberikan dukungan bagi
peneliti.
8. Fr. Nikodemus Tala, Fr.Yoseph Bille, Fr. Martinus Magundap, Fr. Silvino
Belo, yang setia meluangkan waktu mendampingi para frater yunior di
Malino-Makassar.
9. Para Frater pemimpin komunitas CMM yang memberikan bantuan dan
memotivasi para frater muda untuk mengisi kuesioner.
10. Teman-teman frater yunior yang telah memberikan dukungan kepada
penulis dalam pengisian kuesioner.
11. Teman-teman komunitas : Fr.Martin, Fr.Dion, Fr.Max, Fr.Gusti, Fr.Richard,
Fr.Doni, Fr.Blas, Fr.Wilem, Fr. Kardi, Fr. Goris, Fr.Wifridus yang selalu
memberikan waktu untuk berbagi pengalaman dan selalu mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Saudara Juster Donald Sinaga, yang mengizinkan penulis menggunakan dan
memodifikasi kuesioner.
13. Teman-teman BK : Petrus Gunarto, Trias Noviandary, Hayu, Bertus, Dewi,
Sr. Vero OSU, Sr. Kornelia, FSE, Paula, Brigita Ari, Oncu, Lopes, Vera,
Hani, Elsintha yang membantu wawasan bagi penulis dalam mengolah data.
xiv
14. Teman-teman PPL dari Taman Dewasa Jetis, SMA GAMA dan Panti
Harapan Bawen-Ambarawa : Mbak Surmi, Mas Wahyu, Yessi, Nona
Venny, dan Bertha yang turut berproses bersama.
15. Teman-teman di Program Studi Bimbingan dan Konseling yang selalu
memberikan salam hangat dan memberikan waktu untuk berbagi
pengalaman di Prodi BK.
16. Keluarga tercinta : Bapak Dominikus Uran-Keban, Mama Agnes Kean, Kak
Sipri sek., Kak Berta sek., Kak Agus sek., Kak Ma sek., Kak Toni, Ade
Vero sek., Oncu Rina sek., Arif, Nita, Ade, Rosa, Theo, Rio, Novan dan
keluarga Bapak Matius Kean.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut
serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga berkat Tuhan selalu
beserta kita.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.
Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Terima kasih.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
E. Batasan Istilah ........................................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORITIS .............................................................................. 10
A. Kongregasi Frater CMM ...................................................................... 10
1. Gambaran Umum Tentang Kongregasi Frater CMM .................. 10
2. Gambaran Belaskasih Mgr. Joannes Zwijsen ............................... 13
3. Belaskasih Spiritualitas Kongregasi Frater CMM ......................... 14
xv
4. Gambaran Umum Pembinaan Frater Yunior CMM .................... 32
B . Pembukaan Diri ...................................................................................... 38
1. Pengertian Pembukaan Diri ......................................................... 38
2. Bentuk-Bentuk Pembukaan Diri .................................................. 39
3. Isi Pembukaan Diri ...................................................................... 41
4. Beberapa Alasan Takut Terbuka ................................................... 44
5. Langka-langka Membuka Diri ..................................................... 47
6. Manfaat Pembukaan Diri .............................................................. 49
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 58
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 58
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 59
C. Instrumen Penelitian ............................................................................ 61
1. Kuesioner Pembukaan Diri .......................................................... 61
2. Kisi-kisi Kuesioner Pembukaan Diri ........................................... 62
3. Penentuan skor ............................................................................... 64
4. Uji Coba Alat ............................................................................... 64
D. Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 65
1. Validitas Alat Ukur ............................................................................. 65
2. Uji Daya Beda ..................................................................................... 66
3. Reliabilitas Alat Ukur .......................................................................... 69
E. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 71
1. Tahap Persiapan .................................................................................. 71
2. Teknik Analisis Data ........................................................................... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 74
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 74
B. Pembahasan ........................................................................................... 76
xvi
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 85
A. Ringkasan ............................................................................................... 85
B. Kesimpulan ............................................................................................ 87
C. Saran ........................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi dan sampel........................................................................... 60
Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner Pembukaan.......................................................... 63
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Ujicoba ................................. 67
Tabel 4. Distribusi Kuesioner Penelitian ...................................................... 70
Tabel 5. Penggolongan Tingkat Pembukaan diri ........................................... 75
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian .................................................................. 93
Lampiran 2 : Hasil tabulasi Uji Coba Instrumen Pembukaan diri .................. 95
Lampiran 3 : Reliabilitas ................................................................................. 98
Lampiran 3 : Hasil Tabulasi Data Penelitian .................................................. 100
Lampiran 4 : Perhitungan peringkat ................................................................ 101
Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian ...................................................... 103
Lampiran 6 : Surat Ijin Uji Coba/Penelitian ................................................... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Panggilan hidup membiara adalah panggilan untuk tidak menikah yang
ditujukan pada seseorang yang mengikuti ajaran Kristus. Setiap orang yang
terpanggil tentu menjawab panggilan itu dan memutuskan diri untuk bergabung
dalam suatu lembaga hidup bakti. Inti hidup membiara adalah menyerahkan diri
seutuhnya kepada Allah. Penyerahan diri ini diwujudkan dalam hidup melalui
nasehat-nasehat Injil dengan cara masing-masing seturut kharisma pendiri ( Mardi
Prasetyo, 2000:21).
Menjadi manusia yang utuh merupakan suatu proses yang terus-menerus
dimiliki oleh individu untuk menjawab tawaran Allah melalui usaha pribadi dan
melibatkan orang lain. Proses bertumbuh menjadi pribadi yang utuh, terjadi apabila
manusia mampu berelasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Bagi seorang
religius, proses bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh berarti hidup
bersama orang lain di dalam komunitas dan bersedia dibina seturut semangat
kongregasi.
2
Dalam pembinaan hidup membiara proses pembinaan ini terbagi menjadi
tahap-tahap tertentu. Pada umumnya dalam sebuah lembaga religius tahap-tahap
pembinaan itu meliputi : tahap postulat (ada kongregasi yang memulai dengan
aspiran), tahap novisiat, tahap yuniorat dan tahap pembinaan lanjutan (on going
formation) untuk anggota yang sudah berkaul kekal. Pelaksanaan proses pembinaann
diatur oleh setiap lembaga hidup religius dengan memperhatikan hukum gereja dan
peraturan kongregasi yang bersangkutan.
Masa postulat berlangsung selama satu tahun. Dalam masa ini seorang calon
diperkenalkan tentang hidup bakti secara umum dan penghayatan secara khusus
spiritualitas kongregasi.
Masa novisiat berlangsung selama dua tahun. Tahun novisiat yang pertama
adalah tahun kanonik yang berlangsung satu tahun penuh (KHK, kan.648). Tahun
novisiat yang kedua adalah tahun eksperimen-eksperimen. Eksperimen-eksperimen
berarti menguji dan mengenali panggilan para novis serta mendidik mereka tahap
demi tahap menempuh jalan hidup kesempurnaan yang khas bagi kongregasi. Pada
masa ini para novis akan menjalani hidup berkomunitas di komunitas terdekat dan
mengikuti kursus gabungan bersama para novis kongregasi lain. Pada masa masa
tahun pertama dan kedua para novis dibimbing untuk memahami panggilan Ilahi,
khususnya yang khas dari tarekat yang bersangkutan, mengalami semangat dan cara
hidup kongregasi menurut semangat konstitusi (KHK, kan. 646).
Masa yuniorat diawali dengan pengikraran pertama kaul-kaul membiara
setelah novis dianggap layak menurut hukum gereja dan konstitusi kongregasi. Masa
3
yuniorat adalah masa dimana para yunior menjalankan proses pengintegrasian
penghayatan kaul-kaul dalam hidup berkomunitas, doa/spiritualitas dan karya
kerasulan.
Dari ketiga tahap pembinaan yang telah dikemukakan untuk keperluan
penelitian di Kongregasi Maria Bunda Yang Berbelaskasih (dalam bahasa latin
Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae disingkat CMM),
penulis menekankan tahap yuniorat. Alasan penulis, masa yuniorat adalah masa di
mana seorang frater yunior berada dalam pengintegrasian penghayatan kaul dalam
hidup membiara dengan segala aspeknya. Oleh karenanya mereka membutuhkan
pendampingan agar semakin mampu mengintegrasikan penghayatan kaulnya dalam
hidup berkomunitas, hidup doa, karya kerasulannya, dan mampu mengaktualisasikan
diri secara penuh sebagai frater kongregasi Maria Bunda Berbelaskasih (dalam
bahasa latin Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae
disingkat CMM). Masa yunior dimulai sejak pengikraran kaul pertama hidup
membiara dalam kongregasi. Pada masa ini, para frater yunior ditempatkan di
komunitas-komunitas. Penempatan di komunitas-komunitas bertujuan agar para
frater yunior mengambil bagian dalam tugas perutusan dan belajar untuk menghayati
hidup sebagai seorang religius menurut semangat kongregasi.
Pelaksanaan pembinaan frater yunior ditempuh dalam dua cara yaitu di
bawah bimbingan pemimpin, frater senior lain yang hidup bersama mereka di
komunitas, dan melalui bimbingan Tim Pembina. Tim pembina (formator) dipilih
langsung oleh Dewan Pimpinan Provinsi. Tim ini bergabung dalam komisi
4
pendamping frater yunior. Pembinaan di komunitas ditempuh melalui bimbingan
pribadi, pendalaman spiritualitas, jadwal komunitas dan jadwal tahunan. Sedangkan
pembinaan yang dilaksanakan oleh tim pembina melalui tugas pribadi. Tindak lanjut
dari pemberian tugas pribadi adalah bimbingan pribadi dan kelompok. Dalam proses
pembinaan dijalin kerjasama antara pemimpin komunitas dan tim pembina.
Pribadi manusia senantiasa diharapkan bertumbuh, melalui suatu proses
peziarahan. Proses peziarahan yang dimaksud adalah suatu perjalanan dimana
individu akan menemukan tujuan akhir. Perjalanan ini tidak selalu mulus. Dalam
menempuh perjalanan ini individu harus sungguh-sungguh mempersiapkan dirinya.
Aspek-aspek yang diharapkan cukup tumbuh dalam diri religius : aspek kognitif,
aspek sosial, aspek afektif, aspek spiritual, aspek apostolik, aspek fisik.
Konstitusi Frater CMM Bab IV, art. 294 berbunyi : “Agar kita berkembang
terus cinta kasih, maka alangkah baiknya pada saat tertentu kita mendengarkan
dorongan dari seseorang, yang membimbing kita secara pribadi“.
Dalam proses pertumbuhan ini, seorang frater yunior memerlukan bantuan
orang lain untuk mencapai kehendak Allah. Pembukaan diri merupakan salah satu
syarat untuk mencapai kehendak Allah. Lebih lanjut Konstitusi frater CMM 1:26
menjelaskan : ”kita mampu membuka hati bagi orang lain dan menemuinya dengan
hormat, sejauh kita melupakan kepentingan pribadi“.
Pandangan ini akan memudahkan kita untuk membina sikap saling membutuhkan,
relasi saling percaya sehingga mampu menciptakan suasana komunitas yang
harmonis dan damai.
5
Gordon (1999) mengemukakan bahwa pembukaan diri adalah suatu aktivitas
mengungkapkan diri (perasaan, pikiran, kebutuhan, keyakinan, pendapat) kepada
orang lain secara deskriptif, otentik, jujur dan apa adanya. Menurut penulis
pembukaan diri dalam rangka pembinaan frater yunior dapat berarti suatu aktivitas
bagaimana seorang frater dengan penuh kesadaran mengungkapkan diri secara
otentik, jujur, apa adanya tentang situasi yang dialami saat ini dan masa lalu. Lebih
lanjut Gordon (1999) mengemukakan bahwa dengan membuka diri seorang individu
dapat meningkatkan kesadaran diri (self-awareness), membangun hubungan yang
lebih dekat dan mendalam, saling membantu dan lebih berarti bagi kedua belah pihak,
mengembangkan ketrampilan berkomunikasi, mengurangi rasa malu dan
meningkatkan penerimaan diri, memecahkan berbagai konflik dan masalah
interpersonal, serta memperoleh energi tambahan dan menjadi lebih spontan
Dari pengalaman penulis selama kurang lebih 8 tahun hidup sebagai frater,
terdapat 18 frater yunior yang meninggalkan kongregasi (data sekretariat frater
CMM per 1 Juli sampai dengan November 2007). Jumlah ini tidak sedikit karena
kongregasi masih kekurangan anggota. Dari informasi ’Evaluasi Tahunan’ frater
yunior tahun 2007-20008 para pimpinan komunitas dan tim pembina, penulis
mendapat kesan bahwa banyak frater yunior yang kurang memiliki kesadaran untuk
membuka diri dan kesediaan untuk dibimbing sesuai dengan karisma kongregasi
frater CMM. Selanjutnya dari wawancara penulis dengan beberapa yunior, terungkap
bahwa mereka tidak berani menyampaikan berbagai gejolak atau pun emosi yang
ada di dalam dirinya kepada orang lain, apalagi jika menyangkut hal-hal yang
6
dianggapnya tidak baik untuk diketahui orang lain. Akibatnya individu tersebut lebih
banyak memendam berbagai persoalan hidup yang seringkali terlalu berat untuk
ditanggung sendiri sehingga menimbulkan berbagai masalah psikologis dan
fisiologis. Misalnya seorang yunior mengalami ’jatuh cinta’ dengan seorang gadis
sementara motivasinya menjadi seorang biarawan sangat kuat atau seorang frater
yunior dipercayakan menangani keuangan komunitas menyalahgunakan keuangan.
Mengingat pentingnya seorang religius memiliki sikap terbuka terhadap
pembimbing dalam tugas dan pengabdiannya, penulis ingin mengungkap tingkat
pembukaan diri para frater yunior kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda
Yang Berbelaskasih (disingkat CMM) tahun 2007/2008. Hasil penelitian ini akan
digunakan sebagai informasi dan bahan masukan untuk pembinaan para frater yunior
di Indonesia.
B. Rumusan Permasalahan
Berawal dari latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang dijawab
dalam penelitian ini adalah bagaimana pembukaan diri para frater Yunior CMM
kepada pembimbing Rohani Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Yang
Berbelaskasih (CMM) Provinsi Indonesia Tahun 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang tingkat pembukaan diri
para frater Yunior CMM provinsi Indonesia Tahun 2007/2008.
7
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan masukan kepada para pemimpin dalam usaha meningkatkan
pendampingan dan bimbingan spiritualitas bagi frater yunior CMM Indonesia.
2. Menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian
seputar obyek yang sama.
E. Batasan Istilah
1. Kongregasi adalah organisasi /lembaga hidup bakti di kalangan Katolik yang
memiliki spiritualitas yang sama
2. Kongregasi Para Frater Maria Bunda Yang Berbelaskasih, ( dalam bahasa
latin : Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae
disingkat CMM) adalah suatu persekutuan religius awam yang tidak menikah.
3. CMM Provinsi Indonesia adalah salah satu bagian dari CMM dunia, yang
dipimpin oleh seorang frater yang disebut provinsial. Kata Provinsi Indonesia
dicantumkan untuk membedakan dengan CMM negara lain. Kongregasi
CMM berada di berbagai negara yang dipimpin oleh frater pemimpin umum
yang berdomisili di Tilburg, Belanda.
4. Konstitusi adalah aturan/pedoman dasar yang mengatur jalannya kongregasi
5. Pembimbing Rohani CMM adalah tim pembina (formator) yang dipilih
langsung oleh Dewan Pimpinan Provinsi. Tim ini bergabung dalam komisi
pendamping frater yunior yang terdiri dari 12 frater senior, yang telah
dianggap matang dalam kehidupan rohani.
8
6. Yang dimaksud dengan frater yunior adalah seorang frater / sekelompok frater
yang sedang hidup / berada dalam masa kaul sementara / profesi sementara.
Secara konstitusional dapat dikatakan bahwa yang disebut frater yunior adalah
frater yang berprofesi sementara yang dimulai dari profesi I dan berakhir pada
saat seorang frater mengikrarkan profesi kekalnya seumur hidup. Rentang
waktu antara profesi pertama dan profesi kekal disebut masa yuniorat. Kaul
adalah suatu janji untuk memuliakan Allah. Kaul sementara adalah kaul yang
diperbaharui secara berkala. Masa kaul sementara sekurang-kurangnya enam
tahun dan paling lama sembilan tahun. Kaul pertama berarti kaul yang
diucapkan pertama kali setelah masa pembinaan yang disebut masa novisiat
selesai.
7. KHK adalah kitab hukum kanonik yang bertujuan untuk menumbuhkan
ketertiban bagi masyarakat gerejani, yang memberikan tempat utama kepada
cinta, rahmat dan kharisma-kharisma dan mengatur perkembangan kehidupan
tiap-tiap orang yang termasuk di dalamnya.
8. Pembukaan diri adalah aktivitas pengungkapan diri berupa pengalaman hidup,
cita-cita, perasaan, pikiran, kebutuhan, keyakinan, pendapat kepada orang lain
terhadap situasi yang sedang kita hadapi dan memberikan informasi yang
relevan tentang masa lalu secara otentik dan jujur.
9. Tingkat pembukaan diri para frater yunior adalah taraf sejauh mana seorang
yunior mengungkapkan dirinya (perasaan, pikiran, kebutuhan, keyakinan,
pendapat) kepada pembimbingnya secara deskriptif, otentik, jujur dan apa
9
adanya. Dalam penelitian ini tingkat pembukaan diri dikategorikan dalam
lima tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah
berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman
pada Azwar (1999:108).
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini akan diuraikan tentang kongregasi Frater CMM yakni
gambaran umum kongregasi, spiritualitas kongregasi, gambaran umum pembinaan
frater yunior CMM, pembukaan diri yakni bentuk-bentuk pembukaan diri, isi
pembukaan diri, alasan takut terbuka, langka-langkah membuka diri, dan manfaat
pembukaan diri.
A. Kongregasi Frater CMM
1. Gambaran Umum Tentang Kongregasi Frater CMM
Kongregasi Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae
(selanjutnya disebut CMM) merupakan suatu persekutuan religius awam yang
tidak menikah (Konst.CMM I, 21), didirikan oleh Mgr. Joannes Zwijsen pada
tanggal 25 Agustus 1844 di Tilburg, Belanda. Beliau peka akan masalah-masalah
sosial dan spiritual yang konkret di kota Tilburg, khususnya masalah pendidikan
kaum muda yang kurang diperhatikan. Ia hidup dalam tradisi Vinsensius yang
menghidupi karisma belaskasih Vinsensius a Paulo tentang sabda belaskasih,
"Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudaraKu yang paling
hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40). Sebagai pelindung
dan suri tauladan para pengikutnya, beliau mengambil tokoh Santa Perawan Maria
Bunda yang Berbelaskasih sebagai nama dan pelindung kongregasi.
11
a. Maria Bunda Yang Berbelaskasih
Dari nama yang diberikan kepada kongregasinya yaitu Kongregasi Frater
Santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih (CMM), maka dapat dikatakan
bahwa Mgr. Zwijsen sangat mengagumi Bunda Maria. Maria disebut Bunda
Berbelaskasih karena Maria penuh kebaikan dan belaskasih terhadap orang-orang
yang miskin dan sesama yang menderita. Ia mengajak para pengikutnya untuk
belajar berbelaskasih mengikuti Bunda Maria.
Bunda Maria dengan gelar Bunda Yang Berbelaskasih, menandakan
keutamaan cinta kasih atau belaskasih harus diselenggarakan secara khusus dalam
kongregasi (De Veer, 2000). Kongregasi secara khusus didirikan untuk
melaksanakan keutamaan belaskasih bagi kaum miskin dan sesama yang menderita
seperti yang telah dilakukan Bunda Maria. Agar pengikutnya semakin menghayati
keutamaan-keutamaan Bunda Maria, ia mengajak para frater mengadakan ofisi
Maria (de Veer 2000), serta setiap hari berdoa rosario untuk merenungkan misteri-
misteri rosario.
Pandangan Mgr. Zwijsen tentang Maria sangat sederhana. Ia memandang
Maria sebagai seorang manusia yang mempunyai keterbatasan mampu
melaksanakan karya belaskasih Allah. Mgr. Zwijsen menghayati perlindungan dan
inspirasi Maria sebagai suatu kenyataan yang hidup dan kekuatan yang efektif
dalam hidupnya. Menjadi jelas untuk para pengikutnya supaya menjadikan Maria
Bunda yang Berbelaskasih sebagai suri tauladan dalam karya pelayanan kepada
sesama yang miskin dan menderita. Tentang hal ini dalam Konstitusi CMM
12
dikatakan bahwa Bunda Maria hendaknya menjadi suri tauladan dalam kehidupan
para frater. Para frater hendaknya dalam perjalanan hidup ini memasrahkan diri
kepada Penyelenggaraan Ilahi seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria
(Kons.CMM I,58-60)
b. Santo Vinsensius a Paulo
Seperti banyak pendiri dari kongregasi yang muncul pada abad ke-19,
Mgr.Joannes Zwijsen diilhami oleh semangat Vinsensius a Paulo, rasul orang yang
miskin. Vinsensius merancang suatu pola kehidupan religius yang baru, dimana
cita-cita kontemplatif dari cinta yang murni dikaitkan dengan pengabdian kerasulan
bagi kaum miskin dan rakyat kecil pada zamannya. Salah satu kebijakan
Vinsensius a Paulo adalah cinta kepada Tuhan yang diwujudkan dalam pelayanan
kepada sesama yang miskin. Kebajikan cinta kasih ini diinspirasikan dari Sabda
Yesus yang berbunyi : ”...Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu
yang kamu lakukan untuk salah seorang saudaraKu yang paling hina ini, kamu
telah melakukannya untuk Aku” ( Matius 25: 40)
Perhatian Vinsensius a Paulo terhadap kaum miskin dan kemalangan di
Perancis pada abad ke-17, menginspirasikan Mgr. Joannes Zwijsen untuk memulai
karya belaskasih di Tilburg pada abad ke-19 dengan mendirikan Suster SCMM dan
Frater CMM. Zwijsen merupakan manusia yang mempunyai karisma belaskasih
dalam jejak Vinsensius (Huls, 1998).
13
2. Gambaran Belaskasih Mgr. Joannes Zwijsen
Zwijsen sering dilukiskan sebagai sorang pragmatis, seorang pelaku
yang merintis karya belaskasih pada abad ke-19 di Tilburg (van Geene
1993:10). Ia peka terhadap situasi konkret pada jamannya, terutama terhadap
orang miskin. Situasi kehidupan yang demikian mendorongnya untuk
memperhatikan dan mengabdi mereka dengan karya-karya belaskasih.
Zwijsen menyadari panggilan kepada orang miskin merupakan panggilan
kepada Allah sendiri (Konst.CMM I, 202-209).
Untuk menjelaskan secara konkret gambaran belaskasih kepada para
pengikutnya, Zwijsen merujuk pada teks kitab suci tentang perumpamaan
Orang Samaria yang Murah Hati (Luk 10:30-35). Tentang gambaran
belaskasih ini Harie van Geene (1993:II) menjelaskan demikian: ”Seorang
melewati seorang yang menderita, ia melihat orang itu, hatinya tergerak oleh
belaskasih, ia mendampinginya dan mulai beraksi.” Lebih lanjut Pieter Jan
van Lierop (1996:40) menguraikan tentang unsur-unsur pokok dalam karya
belaskasih menurut Zwijsen berdasarkan kisah perumpamaan Orang Samaria
yang Murah Hati yaitu datang dan melihat, hati tergerak oleh belaskasihan,
melayani secara konkret dan efisien, mengatur kualitas dan kontinuitas
pelayanan.
14
3. Belaskasih Spritualitas Kongregasi Frater CMM
Belaskasih merupakan sebuah sikap yang perlu dibangun dalam pelayanan
terhadap orang lain terutama yang miskin dan marginal. Semangat belaskasih
menjadikan pelayanan bermutu dan mendapatkan landasan yang kuat dan kokoh
karena tidak ada unsur menonjolkan diri, pamrih, mencari popularitas terhadap orang
yang dilayani. Belasaksih mempunyain banyak aspek. Beberapa aspek belaskasih
yang mendasar untuk dipahami sebagai cara untuk memahami belaskasih secara utuh.
a. Perjumpaan wajah
Kata “belaskasih” (compassion) umumnya menimbulkan perasaan-perasaan
positif. Perasaan positif bermacam-macam, misalnya baik, lemah lembut dan
pengertian. Menurut Henry J.M. Nouwen, belaskasih adalah suatu jawaban terhadap
penderitaan manusiawi. Seorang manusia yang tidak berbelaskasih tidak dapat
dibayangkan seperti halnya seorang mannusia yang tidak manusiawi. Belaskasih
dalam bahasa Inggris disbut compassion. Kata compassion berasal dari bahasa Latin
yang terdiri dari dua kata, pati dan cum yang yang berarti menderita bersama.
Belaskasih berarti keterlibatan penuh dalam keadaan sebagai manusia. Bila
belaskasih diartikan seperti ini, maka jelas bahwa didalamnya terkandung lebih dari
sekedar suatu keramahan, pengertian dan kelembutan yang biasa. Belaskasih
berhadapan dengan situasi manusia. Untuk berbelaskasih seseorang harus mengalami
perjumpaan. Emanuel Levinas menggambarkan sebuah perjumpaan sebagai epifania
yakni muka yang mengekspresikan diri artinya apabila orang itu menyapa kita.
Epifani muka bersifat (mengandung makna) etis. Belaskasih mendapatkan makna
15
bila berhadapan dengan orang lain. Perjumpaan dengan orang menimbulkan sebuah
tanggungjawab. Misalnya bila ada sebuah penderitaan. Perjumpaan dengan
penderitaan menimbulkan tanggungjawab untuk berjuang mengatasi penderitaan.
Belaskasih tidak hanya berhenti pada perasaan pribadi, namum perjumpaan
menjadikan belaskasih mempunyai arti yang lebih mendalam yang bukan hanya
sekedar perasaan, keramahan, kelembutan, pengertian dsbnya. Belaskasih menuntut
tanggungjawab, pengorbanan diri, pembukaan diri dan keterlibatan untuk membuat
keadaan semakin baik dan layak.
b. Option for the poor dan keharuan sosial
Sikap belaskasih adalah sebuah tanggungjawab dan pilihan untuk melayani
orang-orang yang tidak berdaya. Orang yang tidak berdaya, orang miskin dan
marginal adalah mereka yang tidak dapat menolong diri sendiri. Kaum kecil ini
merupakan golongan yang jarang diperhitungkan dalam lingkup masyarakat. Sikap
belaskasih adalah pilihan untuk melayani mereka yang miskin dan kecil. Dengan
sikap penuh belaskasih orang miskin dan kecil mendapat perhatian dan kepedulian
yang membuat mereka mampu bertahan dalam hidup. Mengutamakan orang miskin
dan kecil adalah sebuah sikap peduli untuk menolong dan berjuang bersama dalam
tindakan belaskasih.
Sikap belaskasih adalah tindakan Allah yang peduli dengan kehidupan
manusia yang berdosa. Dengan demikian sikap belaskasih adalah kepedulian yang
nyata untuk semua manusia yang tidak berdaya sebab Allah sendiri sudah memilih
untuk menolong manusia dari belenggu maut karena dosa. Manusia memegang
16
prinsip belaskasih sebagai prinsip dasar dari tindakan Allah, juga yang akan menjadi
tindakan manusia juga dalam hidupnya untuk menolong terutama mereka yang
miskin dan menderita. Belaskasih menjadi latar belakang tindakan Yesus dalam
setiap penderitaan orang banyak, orang miskin, orang lemah, dan mereka yang
dicabut martabatnya. Belaskasih menjadi pilihan dasar pilihan untuk melayani
mereka yang kecil. Dengan demikian belaskasih bukan sekedar tindakan tetapi dasar
dari semua tindakan untuk membantu orang miskin dan kecil/ option for the poor.
Allah sendiri memihak orang kecil dan miskin. Hal ini kiranya tercermin
dalam diri Yesus. Yesus mendekati orang miskin tanpa syarat. Ia menampakka Allah
sendiri. Kerajaan-Nya mendatangi orang miskin dan kecil, orang berdosa tanpa syarat
apapun. Dengan menerima mereka yang tersingkir, pendosa, orang miskin, mereka
yang tidak bersuara Yesus mendengungkan bahwa Allahpun menerima mereka.
Melalui dan dalam diri serta karya Yesus, orang miskin mengetahui dan mengalami
bahwa Allah memihak mereka.
Henry J.M. Nouwen melihat kaum miskin sebagai suatu keharuan sosial.
Dalam pengalaman Henry J.M. Nouwen, kaum mengharukan dan di antara mereka
terjalin sikap penuh kasih. Orang-orang yang termiskin dari antara orang-orang
miskin mengalami kegembiraan tertentu dan sungguh menakjubkan. Inilah keharuan
sosial. Keharuan sosial membangkitkan semangat untuk membagikan sesuatu kepada
orang miskin. Banyak cara yang diberikan kepada orang miskin dan menderita.
Keharuan sosial muncul karena melihat realitas kemiskinan yang ada di sekitar.
17
Pilihan hidup untuk melayani mereka merupakan tanggungjawab sebagai orang yang
berbelaskasih.
c. Kesederhanaan dan kerendahan hati
Kesederhanaan dan kerendahan merupakan sikap yang penting dibangun
untuk melayani secara belaskaskasih. Tanpa kesederhanaan dan kerendahan hati,
pelayanan yang diberikan kepada orang yang miskin dan menderita tidak akan
memberikan efek yang baik untuk orang yang dilayani. Sikap sederhana dan
belaskasih menarik orang dari kenabihan, kesombongan yang disebabkan oleh
egoisme pribadi. Hak ini berarti bahwa seseorang mengosongkan dirinya untuk orang
yang dilayani. Pengosongan diri memang tidak menuntut penyiksaan diri atau
menyalahkan diri sendiri akan tetapi untuk memberi perhatian yang lebih kepada
orang lain yang dilayani sehingga mereka menyadari nilai hidup mereka sendiri.
Pelayanan terhadap orang miskin dan kecil dalam kesederhanaan dan kerendahan hati
memungkinkan terjadinya dialog seimbang sehingga orang mengerti kebutuhan orang
yang dilayani.
Kesederhanaan adalah salah satu aspek penting dari sikap belasakasih.
Kesederhanaan menurut Mgr. Zwijsen terdiri atas dua, yakni kesederhanaan
manusiawi dan kesederhanaan kristen/religius. Kesederhanaan membuat manusia
sadar akan martabatnya yang tidak berasal diri sendiri melainkan merupakan
pemberian Allah. Orang yang rendah hati tidak mereduksikan oranglain kepada
ukuran sendiri, kebutuhan atau pikirannya. Dengan demikian akan muncul sikap
18
terbuka akan kenyataan hidup yang dialami sendiri dan orang lain. Kesederhanaan
adalah sikap terbuka dan jawaban manusia terhadap Allah dan membiarkan Allah
mengasihi dirinya.
Manusia akan menjadi sederhana jika manusia mempunyai cita-cita luhur
dan terdalam untuk “memiliki cinta kasih Ilahi” sebagai satu-satunya tujuan hidup.
Yang dimaksudkan Mgr. Zwijsen adalah melatih diri dan bertekad untuk sungguh
mengasihi Allah sehingga kecendrungan itu menjadi arah hidup.
Kerendahah hati berarti sikap seseorang yang mengakui secara jujur
kelemahan dan kekurangannya. Kerendahan hati berarti suatu sikap realis dan berani
memandang diri sendiri secara jujur. Hal ini menjadi dasar semua kebajikan karena
kebajikan itu membuka inti kesadaran kita kepada Allah. Dalam kerendahan hati
manusia menyadari kasih yang kreatif dimana Allah berkontak dengan manusia.
Dengan demikian manusia menerima diri sendiri dan orang lain yang berasal dari
kasih Allah yang menghidupkan yang setiap saat memanggil manusia untuk hidup
baik di dunia ini. Segala keberadaan manusia merupakan karunia Allah. Hal tersebut
mengarahkan manusia untuk tidak angkuh atau sombong terutama dalam melayani
dan memperhatikan orang miskin, kecil, kaum marginal dan semua yang tidak untung
hidupnya. Menerima kelemahan diri secara jujur dan dengan rendah hati melepaskan
diri dari kesombongan, membenarkan diri, mementingkan diri sendiri dan
membenarkan diri adalah sikap yang yang dibangun dalam belaskasih.
19
d. Memerdekan dan Membebaskan
Aspek belaskasih yang lain adalah tindakan untuk membawa orang pada
situasi hidup yang merdeka dan bebas dari berbagai belenggu hidup. Tentu saja yang
dimaksudkan adalah bagaimana orang bisa merdeka dan bebas dari berbagai
penderitaan di dunia. Ada banyak model penderitaan yang dialam oleh manusia
dewasa. Ada penderitaan orang miskin dan tertindas, penderitaan orang sakit dan
penderitaan akibat malapetaka yang besar. Belaskasih meniadakan penderitaan
dengan cara terlibat dan ikut berjuang bersama bagi mereka yang menderita.
Semangat belaskasih mempunyai dihadapkan pada situasi ini untuk mengantar
manusia pada semangat kemerdekaan dan kebebasan sejati.
1) Kemerdekakan
Tindakan belaskasih adalah tindakan yang dapat memerdekan orang yang
terbelenggu karena penderitaan tertentu. Semangat belaskasih adalah semangat
yang memerdekakan. Kemerdekaan adalah hak setiap manusia sehingga
penderitaan harus dihapuskan untuk membiarkan oranglain menikmati
kemerdekaannya. Kemerdekaan adalah hak setiap manusia sehingga tidak dapat
dapat dicabut oleh siapapun juga. Tanpa kemerdekaan manusia tidak dapat
mencintai sebagaimana mestinya. Tanpa cinta, manusia akan mengalami
kesepihan hidup dan tersiksa. Kemerdekaan adalah kemenangan terhadap
penderitaan.
20
2) Membebaskan
Ada banyak ketidakadilan di muka bumi ini. Penindasan terjadi setiap
waktu dan bisa terjadi kapan saja. Tindakan belaskasih adalah adalah tindakan
yang dapat menangkat derajat kaum tertindas, tindakan keadilan yang dapat
dimsukkan dalam proyek pembebasan yang menunjuk pada pada cakrawala
yang diciptakan oleh keadilan demi terciptanya kerajaan Allah. Usaha
pembebasan adalah suatu bentuk perjuangan untuk dapat mengubah situasi
penindasan menjadi lebih baik, layak dan berperikemanusiaan. Usaha ini
adalah tugas luhur umat manusia untuk mengangkat derajat kaum tertindas
menjadi mitra/partner dalam mengusahakan kebaikan bersama sehingga
terciptanya kehidupan yang beradab.
Orang Kristen mempunyai seorang tokoh pembebas. Bukan hanya
sebagai pembebas, Yesus Kristus harus menjadi model orang Kristen dalam hal
ini. Yesus menunjukkan suatu sikap belaskasih pada individu-individu yang
dibebabani salib dan menyembuhkan mereka. Usaha pembebasan adalah sebuah
bentuk sikap belaskasih yang memperhatikan manusia dan kepekaan terhadap
mereka yang tersingkir. Belaskasih berarti peduli dengan kehidupan yang
sengsara, masa depan orang yang dilayani dengan terlibat dan bekerjasama
memberantas kesengsaraan yang dialami. Kepedulian adalah sebuah bentuk
perhatian yang dibutuhkan oleh orang-orang miskin dan tertindas.
21
e. Melayani secara kreatif dan tepat sasar
Berbicara tentang belaskasih adalah berbicara tentang
pelayanan.Pelayanan berarti usaha yang terus menerus untuk menjadikan
pencarian Allah yang dilakukan sendiri dengan kepahitan dan kegembiraan,
putusasa dan harapan, siap dipakai oleh mereka yang ingin menggabungkan
diri dalam pencarian itu tetapi tidak tahu jalannya. Pelayanan adalah inti hidup
kristiani. Dasar pelayanan adalah meberikan hidup bagi saudara-saudaranya..
Pelayanan yang diberikan mestinya kreatif dengan mengetahui kehidupan
orang yang dilayani dan sesuai dengan situasi dan kondisi hidup mereka.
Apabila orang yang melayani mengetahui situasi hidup orang yang dilayani
maka pelayanan itu disebut dengan pelayanan yang tepat sasar. Dengan kata
lain pelayanan itu sesuai dengan yang apa yang dibutuhkan orang lain pada
situasi dan kondisi tertentu.
1) Melayani secara kreatif
Orang Kristen dipanggil untuk menjadi agen perubahan. Menurut
Henry J.M. Nouwen, hal yang pertama untuk mengubah dunia adalah
mengubah hati tiap orang. Seorang Kristiani yang menjadi pembaharu sosial
adalah seorang yang tidak kehilangan jiwanya sendiri, seorang yang aktif dan
pada saat yang sama orang yang penuh doa. Inilah pelayanan yang kreatif yang
tidak hanya melulu melayani tetapi memiliki sebuah spiritualitas yang
membangun semangat pelayanan. Seorang pelayan yang kreatif adalah seorang
yang berani mengembangkan kesediaan menerima dalam diri sendiri maupun
22
orang lain. Orang yang membawa perubahan pertama-tama harus belajar
diubah oleh yang dilayani. Pelayanan yang diberikan bukan sekedar memberi
tetapi menemukan makna pelayanan yang dapat membangkitkan rasa percaya
diri orang yang dilayani. Pelayanan kreatif mampu mengarahkan yang dilayani
menuju kehidupan yang lebih baik serta menemukan cara-cara baru dalam
melayani. Tentu saja hal ini tidak dapat dilakukan oleh diri sendiri namun
membutuhkan kerjasama yuang baik dengan pihak lain. Meminjam istilah
Henry J. M. Nouwen hal tersebut dinamakan berbagi tanggungjawab. Menurut
Nouwen, jika orang Kristiani ingin menjadi pembawa perubahan sosial, hal
pertama yang dipelajari adalah bagaimana berbagi kepemimpinan. Orang lain
diberi wewenang sesuai dengan tanggungjawab masing-masing. Dengan
bekerjasama seperti ini, banyak hal yang dapat dilakukan dan menemukan cara-
cara yang kreatif dalam melayani. Pelayanan kreatif dapat terjadi bila dilakukan
bersama-sama dan bekerjasama dengan oranglain dengan menghindari single
fighter dalam perjuangan mengatasi segala bentuk penderitaan yang terjadi di
dunia ini.
2) Melayani tepat sasar.
Pelayanan yang tepat sasar adalah pelayanan yang dapat menjawab
kebutuhan orang yang membutuhkan. Pelayan yang tepat sasar adalah pelayan
yang bersedia mengembangkan kepekaan terhadap tanda kehadiran Allah dalam
hidup sendiri dan hidup sesama dan yang bersedia untuk menawarkan
pengalaman-pengalaman mereka sebagai jalan pembebasan bagi orang-orang
23
yang didera penderitaan. Dengan demikian pelayan mengetahui situasi dan
kondisi hidup yang dilayani, keprihatian, kebutuhan dan sebagainya, sehingga
dapat mengetahui hal apa saja yang dapat membantu meringankan penderitaan.
Pelayanan yang kreatif aka membantu pelayanan yang tepat sasar sehingga
banyak orang yang selamat dari berbagai penderitaan di dunia ini. Maka,
dibutuhkan pelayan-pelayan kristiani yang memberikan hidup mereka sendiri
bagi sahabat-sahabat mereka, dengan membantu mereka untuk membedakan
roh yang membangun dari roh yang merusak, dan dengan membuat mereka
bebas untuk menemukan Roh Allah yang memberi hidup di tengah-tengah
dunia. Pelayanan yang tepat sasar, yang sesuai dengan kebutuhan bukan saja
membantu orang-orang yang dilayani dngan pemenuhan kebutuhan yang sesuai
melainkan menghantar mereka pada pengenalan akan Allah. Pelayanan seperti
ini amat dibutuhkan pada zaman ini, dimana nilai-nilai kepercayaan menjadi
kabur karena menganggap penderitaan dibuat dan direstui oleh Tuhan.
f. Pengakuan dan Pengampunan
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan
pengampunan dalam hidupnya. Keterbatasan manusia dalam hiduupnya tidak
dapat meniadakan keberadaannya sebagai manusia. Apapun situasinya, manusia
manusia hendaknya tetap diakui keberadaanya. Demikian halnya, pengampunan
dibutuhkan manusia karena keterbatasanya sebagai pribadi dan sebagai
kelompok. Belaskasih merupakan sebuah sikap manusiawi yang juga
merangkum pengakuan dan pengampunan. Saling mengakui dan mengampuni
24
adalah tanda hidup bersama sebagai orang kristiani. Dalam proses pengakuan
dan pengampunan yang terus menerus, manusia dibebaskan dari keterasingan
dan mendapatkan cara hidup baru yang damai tanpa kekerasan. Pengakuan da
pengampunan adalah dua pilar kehidupan kristiani. Kedua pilar tersbut
merupakan jalan yang dikaruniakan Tuhan untuk menerobos tembok-tembok
ketakutan yang memisahkan manusia satu sama lain. Hal ini menggerakan suatu
daya kreasi untuk menggerakan manusia menjauhi masa lalu yang penuh
kesakitan dan kepedihan, melepaskan diri dari reaksi yang tidak pernah berhenti
dan menciptakan situasi baru yang lebih baik. Maka, Pengakuan dan
pengampunan akan membuka kesempatan untuk berekonsiliasi.
1) Pengakuan
Secara personal manusia dicintai oleh Allah dan dipanggil untuk
memasuki relasi dengan cinta personal dengan Allah. Manusia dengan
kesamaan derajat dan martabat diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang
mampu memasuki relasi interpersonal. Pengakuan manusia sebagai citra
Allah dapat menghapus berbagai macam pandangan yang dapat
merendahkan martabat manusia. Manusia diakui keberadaanya karena
memiliki harkat derjat dan martabat yang sama. Orang-orang kecil, miskin,
terlantar dan tertindas adalah manusia-manusia yang tetap diakui
keberadaanya. Mereka adalah orang-orang seperti manusia lain namun
belum beruntung dalam hidupnya. Pengakuan terhadap mereka adalah bukti
bahwa manusia menghayati diri sebagai citra Allah.
25
2) Pengampunan
Pengampunan adalah bagian kedamaian yang sangat didamba oleh
umat manusia. Semua manusia ingin hidup dalam suasana kedamaian.
Perdamaian erat terkait dengan keadilan, keadilan erat terkait dengan
pengampunan. Tidak ada damai tanpa keadilan, tidak ada keadilan tanpa
pengampunan. Pengampunan diperlukan oleh umat manusia untuk dapat
hidup berdampingan secara damai. Tanpa kedamaian manusia tidak dapat
menjalankan roda kehidupan sebagaimana mestinya. Banyak hambatan
krusial yang terjadi bila manusia hidup tanpa adanya sikapa saling memberi
pengampunan. Manusia akan menjadi “serigala bagi manusia lain” (homo
homini lupus) yang saling menindas, menjatuhkan bahkan saling
menghabisi. Dalam situasi hidup yang real, kita orang-orang Kristiani
berupaya untuk mengampuni mereka yang menyakiti kita dengan hati yang
tulus. Suasana hidup yang dibangun atas rasa saling menghormati dapat
membuka banyak kesempatan untuk menciptakan kehidupan harmonis dan
saling menghargai perbedaan.
26
g. Penghayatan Tiga Lingkup belaskasih.
Setelah menguraikan beberapa aspek pada poin-poin sebelumnya,
maka pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana belaskasih dihayati dalam
tiga lingkup. Lingkup tersebut erat kaitannya dengan penghayatan kaul-kaul,
kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Ketiga kaul: ketaatan, kemiskinan,
kemurnian menciptakan ruang spiritual dimana panggilan belaskasih bisa
tetap otentik dan berkembang. Mgr. Zwijsen menganggap ketiga kaul religius
sebagai ruang hidup dimana panggilan belaskasih bisa bertumbuh dengan
subur.
1) Poros Belaskasih: Ketaatan
Menurut Mgr. Zwijsen panggilan belaskasih tanpa ketaatan akan
kehilangan keseimbangannya. Keseimbangan terjadi bila panggilan belaskasih
dijalankan dengan setia dan ketaatan penuh. Belaskasih menuntut sikap taat
dari manusia. Ketaatan adalah kurban terbesar yang dipersembahkan manusia
kepada Allah sebagaimana yang dikatakan Santu Ignasius, ketaatan adalah
poros dimana kongregasi berputar, sehingga bila poros ini bengkok atau
patah, kerjanya terhalang atau berhenti total. Menurut Zwijsen, ketaataan
berarti menerima dengan tulus hati dan melaksanakan semua pelayanan
belaskash demi mneyelamatkan banyak orang msikin dan tertindas.
Belaskasih tidak mencari kepentingan diri sendiri tetapi menampakkan cinta
kasih Allah. Ketaatan untuk melayani orang miskin dan menderita adalah
sebuah bukti ketaatan pada kehendak Allah untuk melaksanakan karya
27
cintakasih dengan lebih baik. Dalam wajah orang miskin ditemukan wajah
Allah dan manusia terdorong untuk menolong dan melayani demi kemuliaan-
Nya. Karena itu, pelayanan yang diberikan adalah ketaatan yang harus dijalani
bukan sebagai paksaan tetapi dengan ketulusan hati sehingga karya belaskasih
menjadi sebuah panggilan konkret dalam wajah-wajah orang miskin dan
terlantar.
2) Benteng Belaskasih: Kemiskinan
Panggilan belakasih menurut Mgr. Zwijsen dibangun dengan kokoh
dengan kebajikan kemiskinan. Kemiskinan sempurna bagi Zwijsen berarti
mencintai kemiskinan dan hidup dalam semangat kemiskinan. Mgr. Zwijsen
melihat kemiskinan sebagai benteng kehidupan religius. Kaul kemiskinan
berada dalam ketegangan antara keterikatan dan sikap lepas bebas. Bagi
Zwijsen teladan kemiskinan yang sempurna adalah Yesus Kristus. Dia adalah
Tuhan dan Tuan atas semuanya, namun lahir dari ibu yang miskin dan ayah
tukang kayu yang sederhana dan dalam segalanya memilih kemiskinan.
Dengan memilih untuk jalan untuk melepaskan segala ikatan duniawi, karya
belaskasih dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian belaskasih
mengarahkan perhatian pada orang miskin, orang kecil, yang tersisihkan dari
masyarakat, kaum tertindas dan berjuang bersama mereka menciptakan
suasana hidup yang lebih baik. Bagi Zwijsen, tanpa kemiskinan maka tidak
akan ada hidup religius. Dalam dunia, kekayaan merupakan benteng negara-
negara makmur. Kekayaan adalah tanda kemakmuran suatu negara. Dalam
28
dunia religius, semangat kemiskinan merupakan sumber kebaikan
sebagaimana kerakusan merupakan sumber kejahatan. Diarmuid O’ Murchu,
melihat kaul kemiskinan sebagai sebuah usaha untuk melindungi diri dari
berbagai ketimpangan dan penyalahgunaan kekayaan dan kepemilikan.
3) Belaskasih yang dilandasi kemurnian
Bagi Mgr. Zwijsen, kemurnian merupakan sifat cinta kasih ilahi yang
menggerakan hati kaum religius terdalam dari karya cinta kasih. Dari hal
tersebut, seorang religius memberikan penghormatan yang tinggi tethadap
sesama. Kemurnian bukan hanya ditujukan untuk diri sendiri namun erat
kaitannya dengan kemurnian pelayanan terhadap orang yang membutuhkan
pertolongan. Untuk itu sikap keterbukaan dipandang sangat penting.
Hubungan dengan dunia diatur dengan melaksanakan karya cinta kasih.
Panggilan cinta kasih menuntut kaum religius untuk tidak mementingkan diri
sendiri. Untuk itu seorang religius harus mengarahkan hatinya secara total
kepada Allah serta mempersembahkan seluruh hati dan seluruh cinta kepada
Mempelai Ilahi. Ketulusan dalam mencintai dan melayani orang miskin dan
tertindas adalah sikap yang dibangun sebagai bentuk kepedulian pada hidup
sesama yang dilanda kemalangan. Ketulusan melebihi kepentingan diri sendiri
dan hanya melayani oranglain dalam semangat cinta tanpa menonjolkan serta
mencari keuntungan diri.
29
h. Doa dan Kontemplasi membangun Relasi Intim dengan Sang Belaskasih
Doa dan kontemplasi adalah sarana untuk membangun relasi dengan
Allah secara intim. Relasi dengan Allah yang intim hanya terjadi bila orang
menyediakan waktu dan tempat di hati untuk dapat menjalin hubungan dengan-
Nya Sang Belasakasih. Sikap belaskasih hanya akan bermakna dalam
penghayatan bila didasari doa dan kontemplasi. Doa dan kontemplasi akan
memberi dasar yang kuat untuk melayani sesama dengan penuh belaskasih.
1) Doa
Orang beriman adalah murid Tuhan yang selalu mengikut Dia dari
dekat. Manifestasi sebagai murid adalah meberikan pelayanan kepada
Tuhan lewat sesama. Perwujudan cinta kepada Tuhan merupakan karya
belaskasih yang ditujukan kepada semua orang menderita, miskin dan
tertindas. Hidup sebagai murid tidak berarti menggunakan Allah kalau
murid tidak mampu lagi untuk bekerja. Sebagai murid, manusia menemukan
seluruh kekuatan, harapan, keberanian, dan keyakinan dalam Allah. Maka
dari itu, doa harus menjadi kprihatinan utama. Doa sebagai sikap disiplin
yang memperkuat dan memperdalam sikap sebagai murid, adalah usaha
untuk menyingkirkan segala sesuatu yang dapat menghalangi Roh Allah
yang diberikan Yesus Kristus, untuk berbicara bebas kepada manusia dan
dalam manusia. Dengan demikian Roh Allah menggerakan manusia untuk
senantiasa mengabdi kepda-Nya lewat pelayanan belaskasih terhadap orang
yang miskin dan menderita. Disiplin doa memampukan manusia beriman
30
untuk menemukan kehadiran Roh Allah yang memberikan hidup di tengah-
tengah kehidupan manusia dan membiarkan Roh Ilahi mengubah kehidupan
umat beriman. Hal ini mebawa manusia pada kesadaran bahwa Roh
mengingatkan umat beriman untuk akan apa yang dikerjakan Yesus. Umat
beriman Roh Allah akan menjamin kebenaran (Rom.9:1), membawa
manusia pada keadilan, damai dan sejahtera (Rom. 14:17), menyingkirkan
semua batas harapan (Rom. 15:13) dan membuat segala-galanya menjadi
baru (Tit. 3:5)
2) Kontemplasi
Di samping doa yang merupakan suatu sarana mebangun kehidupan
iman kontemplasi merupakan sebuah sarana untuk menyingkap dan melihat
apa yang bakal terjadi dalam hidup manusia. Untuk menjadi kontemplatif
manusia melempar – atau lebih baik melepas – kain penutup mata yang
menghalangi manusia untuk melihat kedatangan Tuhan di dalam dunia.
Dengan kontemplasi manusia dapat melihat kedatangan Tuhan dan
bergegas mencarinya melau tindakan-tindakan pertobatan dan ucapan
syukur. Henry Nouwen dalam buku “Pelayanan yang Kreatif”, mengatakan
bahwa pelayanan adalah kontemplasi. Hal ini berarti, bahwa kontemplasi
bukan hanya sekedar tindakan diam, hening dan mengosongkan pikiran
untuk dirasuki oleh Roh Tuhan, namun sebuah tindakan pelayanan yang
konkret. Tentu saja tindakan itu harus sesuai dengan kehendak Tuhan.
Menurut Henry Nouwen, pelayanan adalah penyingkapan realitas
31
(kontemplasi) yang terus menerus terjadi pewahyuan cahaya Allah dan
sekaligus kegelapan manusia. Pelayanan adalah pencarian Allah yang terus
menerus berlangsung dalam kehidupan orang yang akan dilayani.
3) Membangun keintiman dengan Sang Belaskasih
Doa dan kontemplasi adalah sarana untuk membangun keintiman
dengan Sang Belaskasih. Tuhan, Sang Belaskasih menjadi tujuan akhir dari
semua pelayanan belaskasih umat beriman. Kehadiran Tuhan Sang
Belaskasih hadir dalam diri orang yang menderita, miskin, yang terlantar,
tertindas, disisihkan dan mereka tidak diperhatikan sesama. Menjalin
keintiman dengan Sang Belaskasih berarti berani hadir untuk mereka yang
malang itu. Di samping itu manusia dituntut untuk bertindak. Tindakan
manusia mengarah pada pertobatan dan ucapan syukur. Tindakan atau
tanggapan ini merupakan ucapan syukur akan kehadiran Tuhan di dunia ini.
Seluruh pelayanan Yesus merupakan tindakan syukur yang besar kepada
Bapa-Nya. Para murid yang sedia melayani sesama yang menderita juga
dipanggil untuk berpartisipasi dalam tindakan Yesus ini.
32
4. Gambaran Umum Pembinaan Frater Yunior CMM Di Provinsi Indonesia
Tentang pembinaan para anggota dalam Konstitusi CMM dijelaskan bahwa
setiap regio atau provinsi dapat mengatur sesuai dengan keadaan daerah setempat
(Konst.CMM I, 362). Lebih lanjut tentang pembinaan para frater yunior, Konstitusi
CMM menjelaskan bahwa:
"Tanggung jawab atas pembinaan seorang frater yang berprofesi
sementara, terletak di tangan pemimpin komunitas ... . Setiap tahun ia
membuat laporan tentang frater yang berprofesi sementara kepada
pemimpin provinsi atau regio. Di provinsi atau regio seorang frater dapat
ditunjuk untuk membantu para pemimpin komunitas dalam rangka
pembinaan untuk para frater yang berprofesi sementara, dan memupuk
persatuan dalam kegiatan pembinaan selama periode itu" (Konst.CMM I,
349. II, 29).
Rumusan ini menegaskan bahwa penanggungjawab utama pembinaan frater yunior
adalah provinsial (Konst.CMM II, 208,a) karena kedudukannya sebagai pemimpin
provinsi. Dalam pelaksanaan pembinaan, terutama di komunitas-komunitas
tanggungjawab dipercayakan kepada pemimpin-pemimpin komunitas. Dalam
menjalankan tugasnya, ia dapat dibantu oleh frater lain. Di provinsi Indonesia,
dewan pimpinan provinsi telah membentuk sebuah tim Pembina yang bertugas
membantu pemimpin komunitas dalam rangka menjalankan tugas pembinaan
kepada frater.
33
Pola pembinaan secara umum frater CMM dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembinaan di Komunitas
Masa yuniorat merupakan kelanjutan dari masa eksperimen dan pendalaman
(novis tahun kedua) tentang semangat serta cara hidup kongregasi. Karena pada masa
ini para frater yunior sudah berada di komunitas-komunitas maka di komunitas inilah
para frater yunior terus-menerus didampingi (Konst. CMM II,29) sehingga mereka
mampu menginternalisasikan nilai-nilai spiritualitas kongregasi dalam pribadinya
serta mampu menemukan perwujudan yang aktual serta relevan sesuai dengan situasi
konkret. Dengan sangat bagus Konstitusi CMM mengatakan bahwa: "Hidup sebagai
frater kita hayati di dalam dan melalui situasi kongkret komunitas" (Konst.CMM I,
76). Hal ini berarti bahwa hidup sebagai frater CMM pertama-tama dilatih, dihidupi
dan dihayati di dalam komunitas-komunitas. Hal ini mengandaikan bahwa kalau
hidup sebagai frater CMM di komunitas atau di rumah kediamannya berlangsung
baik, maka baik juga dalam relasinya di luar komunitas, dengan umat beriman
lainnya maupun dalam karya kerasulan.
Oleh karena itu sudah sepantasnya komunitas-komunitas di mana frater
yunior berada haruslah bercorak komunitas formatif. Komunitas formatif artinya
komunitas pembinaan atau yang berciri membina (Mardi Prasetyo, 2001 :79).
Kendatipun pada masa ini para frater yunior telah menerima perutusan kongregasi
melalui tugas-tugas tertentu, namun hendaknya dalam kerangka pembinaan hal ini
dipandang sebagai suatu bentuk 'eksperimen' sehingga perlu adanya bimbingan dan
pembinaan terus-menerus.
34
Untuk itu setiap anggota komunitas mampu menciptakan kondisi di
komunitasnya yang memungkinkan proses pembinaan terjadi. Menciptakan kondisi
komunitas misalnya, kesetiaan menjalankan jadwal yang sudah dibuat bersama, baik
jadwal harian maupun tahunan (sedapat mungkin menghilangkan kesan rutinitas)
serta berbagai usaha lain yang oleh pemimpin dan anggota komunitas dipandang
mendukung.
Mengingat tugas-tugas tersebut, setiap anggota dalam komunitas perlu
menyadari perannya masing-masing. Seorang pemimpin komunitas adalah seorang
yang profesional dalam arti perlu memiliki kemampuan (segi pengetahuan dan
keterampilan) dalam hal bimbingan, seorang yang memiliki dedikasi dan yang
sungguh berspiritualitas kongregasional baik dalam tutur kata maupun dalam tingkah
lakunya. Sedangkan tugas anggota membantu pemimpin komunitas dalam rangka
pengembangan komunitas.
Konstitusi CMM menguraikan dengan jelas arti, peran dan tujuan komunitas:
"Hidup sebagai frater kita hayati di dalam dan melalui situasi konkret komunitas kita. Hidup injili kita, pengabdian kita kepada Gereja, sumbangan kita untuk kebahagian umat manusia berpusat pada dan bertitik tolak dari komunitas, tempat kita hidup. Kita menerima komunitas ini sebagai anugerah Allah. Ia menghimpunkan kita untuk menempuh hidup persaudaraan injili. Dalam komunitas ini kita haruslah dapat mengalami bahwa suka cita memperdalam hidup pribadi manusia, dan bahwa kegembiraan mempermudah hidup bersama ini. Komunitas adalah rumah kediaman kita ... (Konst.CMM I, 76-79.92.159). Mencermati arti, peran dan tujuan komunitas di atas, maka setiap anggota
bertanggungjawab menciptakan situasi yang memungkinkan pembukaan diri.
Persaudaraan yang dibangun dalam komunitas dapat membantu para frater
35
menghayati dan menghidupi spiritualitas kongregasi baik dalam cara hidupnya
maupun dalam tugas perutusan.
a. Bimbingan Pribadi
Inti dari bimbingan pribadi adalah pembicaraan pribadi antara seorang frater
yunior dan pemimpin komunitasnya (Konst.CMM 1,350). Pembicaraan pribadi
dalam rangka bimbingan pribadi tersebut meliputi: penghayatan kaul, hidup
berkomunitas, hidup doa/spilitualitas dan karya kerasulan. Dalam statuta provinsi
Indonesia dikatakan bahwa setiap tahun pada bulan Maret diadakan pembicaraan
pribadi dalam rangka pembaharuan kaul, selanjutnya memberikan laporan kepada
pemimpin provinsi (SPI, 159).
b. Jadwal Komunitas
Pemimpin komunitas bersama anggota menyusun suatu jadwal harian
komunitas yang selanjutnya disahkan oleh pemimpin provinsi. Jadwal komunitas
yang tersusun itu hendaknya memungkinkan setiap frater berkembang dalam bidang
rohani (Konst.CMM I, 35), dan membentuk kepribadiannya menuju kehidupan
afektif yang matang serta kedewasaan penuh (Konst.CMM I, 358,360). Jadwal harian
komunitas meliputi:
I) Waktu untuk doa ofisi, meditasi, dan pembacaan rohani.
2) Waktu makan bersama, rekreasi dan saat silentium.
3) Program khusus untuk hari Minggu hidup bersaudara dan spiritualitas.
36
c. Pendalaman Spiritualitas
Pembinaan di komunitas dalam rangka pendalaman spiritualitas ditempuh
dengan berbagai cara. Salah satunya adalah setiap minggu diadakan pendalaman
spiritualitas dengan cara membaca dan merenungkan sebagian dari konstitusi
bagian pertama (Konst CMM II, 263. SPI, 118 point a). Bagian pertama Konstitusi
CMM memuat pedoman hidup yang adalah inti dari semangat atau spiritualitas
kongregasi. Selain itu diadakan rekoleksi (Konst.CMM I, 286) dan retret tahunan.
d. Program Tahunan
Pemimpin komunitas bersama dengan anggota komunitas membuat
program tahunan yang memuat:
1) Hari-hari rekoleksi paling kurang tujuh kali setahun (SPI, 89 point c-d).
2) Retret Tahunan (Kons.CMM I,284).
3) Sidang komunitas paling kurang enam kali setahun (Konst.CMM II, 262. SPI,
89 point e, 116-117).
e. Kursus Tertulis Frater Yunior Jarak Jauh
Kursus tertulis yang diselenggarakan oleh tim pembina ini
digunakan sebagai sarana komunikasi antar frater yunior dan
pendamping, untuk mengetahui perkembangan frater yunior setelah
mengikuti bimbingan pribadi dan bimbingan bersama. Setiap bulan semua
frater yunior mendapat bahan kursus dan harus mengirimkan hasilnya
37
kepada pendamping. Bahan kursus yang diberikan berupa refleksi tentang
kehidupan religius pada umumnya dan spiritualitas kongegrasi pada
khususnya. Tujuannya adalah untuk menambah dan memperdalam
wawasan tentang hidup religius terutama yang berhubungan dengan
spiritualitas kongregasi yakni persaudaraan dan berbelaskasih. Bahan
refleksi ini penting sebagai acuan dalam bimbingan selanjutnya.
Persoalannya sekarang adalah apakah tindak lanjut ini bisa
terlaksana dengan baik, karena tim pendamping pelaksana harus
mendatangi setiap komunitas di wilayahnya dan memberikan bimbingan
pribadi kepada setiap frater yunior padahal ia juga disibukkan oleh tugas
pokok yang diberikan oleh kongregasi. Atau apakah mungkin dicari
waktu yang cocok untuk menghimpun semua frater yunior antar
komunitas yang berdekatan, sementara masing-masing frater yunior
bertugas dalam fungsi tertentu yaitu bekerja atau tugas belajar dengan
segala tuntutannya.
38
B. Pembukaan Diri
1. Pengertian Pembukaan Diri
Menurut Johnson (Supraktiknya, 1995) pembukaan diri atau self-
disclosure adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi
yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang
relevan atau yang berguna untuk mamahami tanggapan kita di masa kini
tersebut. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita
terhadap suatu yang telah dikatakan atau dilakukan, atau perasaan kita
terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan atau alami.
Lebih lanjut Johnson (1981) mengatakan, pembukaan diri memiliki
dua sisi, yaitu terbuka kepada yang lain, dan bersikap terbuka bagi yang lain.
Kedua proses yang berlangsung secara serentak itu apabila terjadi pada kedua
belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antar kita dan orang lain.
Gordon (1999) mengemukakan bahwa pembukaan diri adalah suatu
aktivitas mengungkapkan diri (perasaan, pikiran, kebutuhan, keyakinan,
pendapat) kepada orang lain secara deskriptif, otentik, jujur dan apa adanya.
Lebih lanjut Gordon (1999) menjelaskan bahwa orang dapat mengungkapkan
diri dengan menggunakan I-Message, yaitu pernyataan yang mengungkapkan
diri (pikiran, perasaan, keyakinan, pendapat, kebutuhan, keinginan) kepada
mitra komunikasi secara deskriptif, otentik, jujur dan apa adanya. Dengan
menggunakan I-Message orang mengungkapkan perasaan, pikiran, keyakinan,
pendapat, kebutuhan dan keinginan secara jujur, deskriptif, otentik dan apa
39
adanya. Dengan demikian, pendengar dapat memahami pesan pengirim
dengan lebih baik dan dapat menentukan sikap terhadap pesan pengirim
tersebut dengan tepat.
Papu (2002) mengartikan pembukaan diri sebagai pemberian
informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan
tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan,
emosi, pendapat cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri harus
dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi.
Dari defenisi-definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa
pembukaan diri adalah pengungkapan diri berupa pengalaman hidup, cita-cita,
perasaan, pikiran, kebutuhan, keyakinan, pendapat kepada orang lain,
terhadap situasi yang sedang kita hadapi dan memberikan informasi yang
relevan tentang masa lalu secara otentik dan jujur.
2. Bentuk-bentuk Pembukaan Diri
Menurut Adams dan Lenz (1995) ada 4 macam I-Message yang
dipergunakan dalam pembukaan diri, yakni :
a. I-Message Deklaratif
I-Message Deklaratif adalah pengungkapan diri kepada mitra
komunikasi, misalnya tentang kenyataan, ide, sikap, minat, reaksi,
perasaan dan tujuan. I-Message Deklaratif memungkinkan mitra
komunikasi lebih memahami pengirim, mengetahui apa yang dialami,
40
mengetahui bagaimana rasanya menjadi pengirim dan bisa lebih jujur
berhubungan dengan pengirim. I-Message Deklaratif ini juga
mengundang dan mendorong mitra komunikasi untuk membagi
pengalaman sehingga hubungan yang lebih bermakna terbina.
b. I-Message Responsif
I-Message Responsif adalah kecakapan berkomunikasi untuk
menanggapi permohonan dari mitra komunikasi yang tidak dapat dipenuhi
atau permintaan yang dapat diterima. I-Message Responsif terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama menyangkut pengungkapan apa adanya mengenai
diri sendiri/menegaskan apa yang diinginkan/diputuskan/dibutuhkan.
Bagian kedua menyangkut alasan mengapa memilih untuk mengatakan ya
atau tidak. Dengan demikian, kedua bagian ini akan saling melengkapi.
c. I-Message Preventif
I-Message Preventif adalah pengungkapan diri yang menyebabkan
mitra komunikasi tahu lebih awal apa yang diinginkan/dibutuhkan oleh
pengirim, sehingga dapat dicegah timbulnya konflik dan salah paham. I-
Message Preventif sebenarnya merupakan pengungkapan keinginan dan
kebutuhan pengirim.
d. I-Message Konfrontif
I-Message Konfrontif merupakan pengungkapan diri yang
mendeskripsikan perasaan negatif yang dialami sesudah menghadapi
tingkah laku orang lain, dan akibat dari tingkah laku orang lain itu
41
terhadap diri kita. I-Message Konfrontif yang efektif adalah mengakui
hak-hak dan kebutuhan-kebutuhan orang lain, dan juga hak-hak dan
kebutuhan-kebutuhan diri sendiri.
3. Isi Pembukaan Diri
Berdasarkan definisi pembukaan diri di atas, maka isi dari
pembukaan diri dapat berupa perasaan, pikiran, kebutuhan, keyakinan,
pendapat tentang orang lain terhadap situasi yang sedang kita hadapi dan
memberikan informasi yang relevan tentang masa lalu secara otentik, jujur.
Dengan kata lain, individu mengungkapkan siapa dirinya, apa yang
dialaminya, apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan, apa yang diyakini, apa
yang dibutuhkan dan pendapatnya kepada orang lain sehingga individu dapat
berkembang. Aktivitas yang dimaksudkan di sini adalah suatu kegiatan yang
melibatkan fisik dan psikis.
Aspek-aspek pertumbuhan yang mendapat perhatian pada masa
yuniorat adalah sebagi berikut:
a. Spiritualitas
1) Kesetiaan pada hidup doa.
2) Keseimbangan hidup doa dan karya
3) Memiliki iman yang dinamis, yang berakar dalam pengalaman hidup.
4) Memiliki Kerinduan untuk berkembang dalam keutamaan-keutamaan.
5) Kharisma kongregasi berkembang dalam dirinya
42
b. Hidup Berkomunitas
1) Menghargai setiap frater
2) Terbuka dalam relasi dengan setiap frater
3) Bertanggungjawab terhadap perkembangan komunitas.
4) Setia pada acara-acara komunitas.
5) Peduli akan situasi yang terjadi di komunitas.
c. Kerasulan
1) Setia dan tanggungjawab pada tugas perutusan/ kerasulan.
2) Relasi baik dengan mereka yang di layani.
3) Mampu untuk bekerja sama dengan harmonis.
4) Berusaha untuk menanggap kebutuhan/masalah dalam kerasulan.
5) Perhatian untuk mengembangkan diri terus-menerus supaya pelayanan
semakin efektif.
d. Kaul-Kaul
1) Kemurnian
a) Memiliki hubungan/relasi baik dengan Allah
b) Pergaulan yang baik dan sehat
c) Memiliki kemampuan masuk dalam keheningan
d) Memiliki relasi yang sehat dengan wanita/lawan jenis
e) Terbuka mengungkapkan perasaan yang di alami
2) Kemiskinan
a) Mampu menggunakan sarana-sarana dengan tanggungjawab
43
b) Memiliki rasa solidaritas dengan mereka yang miskin
c) Membagi waktu, tenaga, bakat dan kemampuan dengan sesama
d) Hidup sederhana
e) Keyakinan pribadi untuk tidak melekat pada harta benda
3) Ketaatan
a) Terbuka kepada pemimpin
b) Mampu berdialog secara terbuka
c) Mampu untuk mengungkapkan pendapat, ide pribadi kepada
pemimpin komunitas
d) Memiliki kemampauan dan inisiatif dalam mengambil keputusan
e) Mengindahkan keputusan-keputusan komunitas
e. Semangat Kerasulan
1) Memiliki dinamika cinta belaskasih dalam kerasulan
2) Memiliki semangat lepas bebas dari suku asal dan bangsa (
persaudaraan universal )
3) Memberi inspirasi pada hidup doa dan pada pengorbanan dengan
penuh sukacita dalam perutusan khusus
4) Kesediaan untuk diutus dan melakukannya dengan sepenuh hati
5) Keterbukaan untuk menanggapi situasi dan kebutuhan yang ada
dalam perutusan
44
4. Beberapa Alasan Takut Terbuka
Paul Suparno (2008) mengemukakan bahwa banyak hal yang
menyebabkan seseorang takut menjadi terbuka, yaitu :
a. Takut dinilai jelek. Beberapa orang takut terbuka kepada teman atau
pimpinan, karena khawatir akan dinilai jelek bila terbuka dengan
persoalan yang dihadapi. Misalnya tidak berani bercerita pergulatan
hidupnya yang sangat berat, karena dikira tidak ada usaha hidup membiara
dengan sungguh-sungguh. Dari pada dinilai jelek lebih baik diam saja.
b. Takut disalah mengerti. Beberapa orang takut terbuka kepada teman atau
pimpinan, karena ada kekhawatiran disalah mengerti. Misalnya, seorang
frater tidak berani bercerita tentang penderitaan keluarganya karena takut
disalah mengerti orang lain sebagai cara untuk mencari sumbangan bagi
keluarganya.
c. Takut tidak diterima. Beberapa orang kadang takut berterus-terang kepada
pimpinannya karena nanti tidak diterima dalam kongregasi sepenuhnya.
Misalnya, yunior takut bercerita tuntas tentang persoalan yang dihadapi,
karena takut tidak diterima untuk kaul kekal. Beberapa orang tidak berani
terbuka tentang dirinya yang dalam, karena takut tidak diterima oleh orang
yang mendengarkannya.
d. Takut berakibat buruk dalam keputusan dirinya. Orang dapat pula tidak
berani terbuka karena dapat mengakibatkan sesuatu yang tidak
diharapkan. Orang khawatir bahwa keterbukaannya menyebabkan
45
keputusan tentang dirinya berubah ke sasuatu yang lebih buruk. Misalnya,
seseorang mengatakan tidak ada soal dalam studi, meski berat, agar tidak
ditarik dari studi.
e. Takut ditolak gagasannya. Kadang orang takut mengungkapkan dirinya
secara jujur atau juga takut mengungkapkan gagasannya karena takut
ditolak. Hal ini kadang terjadi kepada orang yang sudah mengalami bahwa
gagasannya dikritik.
f. Takut direndahkan, tidak dihargai. Beberapa orang takut untuk terbuka
karena ada kekhawatran direndahkan atau tidak dihargai. Takut bahwa apa
yang diceritakan hanya dianggap hal sepele, tidak bernilai, atau bahkan
dianggap tidak bermutu.
g. Takut tidak didengarkan. Beberapa orang tidak mau terbuka karena
mempunyai pengalaman tidak pernah didengarkan.
h. Takut ketahuan kedok dan kelemahannya. Beberapa orang memang tidak
percaya diri, merasa mempunyai kelemahan yang besar dalam hidupnya.
Maka orang itu takut bila bercerita akan ketahuan kelemahan dan kedok
dirinya. Ia belum rela dan belum siap untuk diketahui kejelekannya. Maka
ia lebih banyak diam.
i. Takut menjadi dekat dan mengganggu. Beberapa orang tidak mau bicara
terbuka dengan orang lain karena takut menjadi dekat dan akrab. Bagi
orang ini kedekatan yang akrab akan mengganggu perjalanan
46
panggilannya. Salah satu adalah dengan lebih menutup diri dan tidak
banyak bicara.
j. Ada trauma sebelumnya. Ketakutan terhadap orang lain dapat juga
dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang memang mengalami relasi
kurang baik dengan tipe-tipe orang tertentu. Misalnya, karena waktu kecil
sering dimarahi dan direndahkan oleh ayahnya, maka sewaktu manjadi
biarawan mengalami banyak ketakutan dengan pimpinan yang berfigur
bapak. Jadi ada trauma masa kecil yang menghambat relasi dengan orang
tertentu, atau jabatan tertentu.
k. Takut tergganggu. Beberapa orang mengalami ketakutan untuk bergaul
dekat dengan orang lain, terutama jenis lain, karena takut terganggu atau
takut keakraban itu mengganggu panggilannya. Maka orang itu lebih suka
menjauh dari dari jenis lain, atau membatasi diri agar tidak terjadi relasi
dekat dengan jenis lain.
l. Kekurangpercayaan. Banyak orang takut terbuka, takut bicara dengan
pimpinan atau teman se kongregasi, karena merasa belum ada
kepercayaan penuh bahwa relasi yang dekat akan membantu
pengembangan panggilan dan tugas perutusannya. Ketidak percayaan ini
menjadi lebih berat kalau orang tersebut mengalami bahwa teman
sharingnya tidak dapat menyimpan rahasia.
47
5. Langkah-Langkah Membuka Diri
Papu (2002) mengemukakan bahwa terkadang proses membuka
diri merupakan suatu yang sulit dilakukan oleh beberapa orang. Ada 4 (empat)
langkah yang dapat dilakukan agar pengungkapan diri berjalan efektif.
Keempat langkah tersebut adalah :
� Langkah 1 : Tanyakan pada diri sendiri, sejauh mana saya akan
membuka diri? Hal-hal apa saja yang bisa saya bagi untuk orang lain dan
kepada siapa? Setiap orang memiliki rahasia pribadi. Hal tersebut
sangatlah normal karena setiap orang tentu ingin menjaga agar hal-hal
khusus tidak diketahui orang lain. Pada kenyataannya banyak rahasia
yang sebenarnya tidak perlu dirahasiakan karena tidak membahayakan
diri sendiri dan orang lain, tetapi karena takut maka rahasia itu disimpan
terus menerus. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh seseorang jika
ingin mengungkapkan diri.
� Langkah 2 : Lakukan persiapan sebelum membuka diri. Atasi terlebih
dahulu kekhawatiran dan ketakutan. Untuk mengatasi kekhawatiran ,
ketakutan atau ketidakpercayaan diri, seseorang dapat memulai
mengungkapkan diri dengan memilih topik pembicaraan pada hal-hal
yang ringan dan santai. Pada awalnya usahakan untuk tidak
mengutarakan berbagai perasaan atau opini pribadi. Jika tahap ini sudah
dilalui dan berhasil dengan baik, barulah memilih orang yang dapat
dipercaya untuk mengemukakan pendapat pribadi dan perasaan tentang
48
suatu hal, misalnya utarakan apa yang dirasakan dan apa yang
diharapkan dari teman. Dengan cara ini seseorang akan lebih mudah
untuk memulai komunikasi dan selanjutnya menjadi terbiasa dalam
berbagi informasi.
� Langkah 3 : Tingkatkan terus ketrampilan dalam mengungkapkan diri.
Pelajari cara-cara mengungkapkan diri dan bagaimana memberikan
masukan yang bermanfaat. Pengungkapan diri melibatkan cara-cara
penyampaian informasi yang baik dan jelas sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman bagi orang yang menerima informasi tersebut. Jika
ingin berbagi informasi maka kemukakan hal itu sejelas-jelasnya, hindari
ketidakjujuran, kemukakan dengan bahasa sederhana dan jangan
berbelit-belit, jangan berasumsi bahwa orang lain mempunyai persepsi
yang sama. Tidak ada seorang pun yang dapat membaca pikiran orang
lain. Jadi seorang harus mengatakan dan menjelaskan bagaimana
perasaannya, apa kebutuhan saat ini dan apa yang diharapkan dari orang
lain. Jika ada hal-hal yang kurang jelas, bertanyalah pada saat ini dan
jangan berasumsi.
� Langkah 4 : Ungkapkan diri anda secara tepat dengan pemilihan waktu
dan situasi yang tepat pula. Agar dapat mengungkapkan diri secara tepat
pada waktu atau situasi yang tepat, diperhatikan sebagai berikut :
a. Pertama-tama harus memiliki suatu alasan mengapa perlu membuka
diri
49
b. Dengan siapa akan berbicara?
c. Sejauhmana pengungkapan diri akan membahayakan diri sendiri?
Langkah-langkah pembukaan diri di atas, adalah salah satu alternatif yang
bisa digunakan dalam proses membuka diri. Karena merupakan proses,
maka perlu latihan berulang-ulang agar menjadi kebiasaan. Tanpa latihan,
pembukaan diri tidak pernah terealisasi. Berlatih berarti berani jatuh
bangun, karena kunci pembukaan diri adalah praktek. Praktek harus
dimulai dengan diri sendiri, dan mulai meyakinkan diri bahwa kita bisa
membuka diri. Keyakinan ini akan memberanikan kita untuk mencoba
memulai bersikap terbuka.
6. Manfaat Pembukaan Diri Bagi Para Frater Yunior
Paul Suparno (2008) mengemukakan, hidup membiara diharapkan
dapat diajalani dengan gembira dan damai. Untuk hidup lebih gembira dan
ceria, jelas ketakutan yang dipendam akan mempengaruhi. Ketakutan dalam
batin tidak bebas, tidak relaks, dan ini membuat kita tidak dapat
mengekspresikan diri secara lebih bebas. Ada sesuatu yang menghambat
dalam diri. Katakutan mangganggu orang untuk bertindak tidak tenang.
Katakutan membuat orang tidak aman dan menyembunyikan diri, dan tidak
dapat seratus persen mengkomunikasikan dirinya dengan bebas. Ada usaha
menyembunyikan sesuatu, menutupi sesuatu. Dan yang ditutupi ini suatu
ketika terbuka, karena ia tidak dapat menahan lagi. Bila demikian ia akan
menjadi malu. Bila kita ingin hidup lebih legah, kita diharapkan
50
menghilangkan rasa takut itu atau paling sedikit mengurangi. Lebih lanjut
Paul Suparno (2008) mengemukakan bahwa, dalam pembedaan roh, satu hal
yang menarik adalah soal godaan ketakutan untuk terbuka. Dalam model ini,
godaan membujuk seseorang untuk menyembunyikan kedosaan,
penyelewengan, ketidakberesan dan sakitnya kepada pembimbing, pimpinan,
atau sahabat. Dengan disembunyikan, maka godaan dapat terus mengoda dan
menjerumuskan orang itu. Bila orang itu ingin sembuh atau ingin dibantu,
maka ia harus berani terbuka kepada pembimbing dan membuka semua tipu
daya godaan kepada pembimbing. Dengan terbuka, maka kedok godaan dapat
diketahui, dan orang akan dibantu untuk mengalahkannya.
Menurut Johnson (1981) beberapa manfaat dan dampak pembukaan
diri terhadap hubungan antar pribadi adalah : pertama, pembukaan diri
merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang. Kedua,semakin
kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut akan
menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka diri kepada kita.
Ketiga, orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung
memiliki sifat-sifat sebagai berikut : kompeten, terbuka, ekstrovers, fleksibel,
adaptif, dan inteligen. Sifat-sifat ini merupakan sebagian dari ciri-ciri orang
yang masak dan bahagia. Keempat, membuka diri kepada orang lain
merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan
diri kita sendiri maupun dengan orang lain. Kelima, membuka diri berarti
51
bersikap realistik. Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus dan
autentik.
Gordon (Papu:2002) mengemukakan membuka diri memiliki beberapa
manfaat, di antaranya adalah :
a. Meningkatkan kesadaran diri (self-awareness). Dalam proses pemberian
informasi kepada orang lain, orang akan lebih jelas dalam menilai
kebutuhan, perasaan, dan hal psikologis dalam dirinya. Selain itu, orang lain
akan membantu dalam mamahami dirinya, melalui berbagai masukan yang
diberikan, terutama jika hal itu dilakukan dengan penuh empati dan jujur.
b. Membangun hubungan lebih mendalam dan lebih berarti bagi kedua belah
pihak. Keterbukaan merupakan suatu hubungan timbal balik. Semakin kita
terbuka kepada orang lain maka orang lain akan semakin terbuka kepada
kita. Dari keterbukaan tersebut akan timbul kepercayaan dari kedua pihak
sehingga akhirnya akan terjalin hubungan persahabatan yang sejati.
c. Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi yang memungkinkan
seseorang untuk menginformasikan suatu hal kepada orang lain secara jelas
dan lengkap tentang bagaimana memandang suatu situasi, bagaimana
perasaan tentang hal tersebut, apa yang terjadi, dan apa yang diharapkan.
d. Mengurangi rasa malu dan meningkatkan penerimaan diri (self acceptance).
Jika seseorang dapat menerima orang lain apa adanya maka kemungkinan
besar orang lain itupun dapat menerima dirinya.
52
e. Memecahkan berbagai konflik dan masalah interpersonal. Jika seseorang
mengetahui kebutuhan orang lain, akan lebih lebih mudah bagi mereka
untuk bersimpati atau memberikan bantuan sehingga sesuai dengan apa
yang diharapkan.
f. Memperoleh energi tambahan dan menjadi lebih spontan. Untuk menyimpan
suatu rahasia dibutuhkan energi yang besar dan dalam kondisi demikian
seseorang akan lebih cepat marah, tegang, pendiam dan tidak riang. Dengan
berbagi informasi hal-hal tersebut akan hilang atau berkurang dengan
sendirinya.
Paul Suparno (2008) mengemukakan bahwa, hidup membiara dalam
komunitas diharapkan dapat dihayati dan dikembangkan dengan makin akrab dan
saling membantu. Semangat saling mencintai antara anggota perlu dikembangkan.
Semangat saling percaya satu sama lain perlu digalahkan. Dengan
mengembangkan semangat kasih dan saling percaya, diharapkan keterbukaan
semakin lebih mendalam. Di samping usaha mengembangkan semangat, ada
usaha umum yang dapat digunakan untuk membantu pengembangkan
keterbukaan, minimal agar suasana keterbukaan menjadi lebih mudah
diwujudkan. Usaha itu antara lain, sebagai berikut :
a. Refleksi diri bahwa ketakutan justru akan mengganggu dan tidak
mengembangkan pribadi kita dalam menghayati hidup membiara
b. Menyadari bahwa pimpinan bukanlah orang yang suka marah tetapi mau
mendengarkan pula.
53
c. Pelan-pelan melatih keterbukaan dengan bercerita, kalau takut secara lisan,
dapat dimulai dengan tertulis.
d. Menyadari bahwa apa pun yang kita sembunyikan akhirnya nanti juga akan
terbuka, dan lebih cepat dibuka lebih baik karena lebih cepat dapat dibantu.
e. Kalau katakutan karena membuat kesalahan, maka kesalahan itu perlu
diperbaiki dan berani bercerita. Perlu diingat bahwa kesalahan bukanlah akhir
dari segalanya.
Pembukaan diri menjadi penting dalam peziarahan hidup
panggilannya terutama saat-saat individu mengalami berbagai gejolak atau pun
emosi yang ada di dalam dirinya kepada orang lain, menyangkut hal-hal yang
dianggapnya tidak baik untuk diketahui orang lain, dan menghadapi berbagai
persoalan hidup yang terlalu berat untuk ditanggung sendiri yang menimbulkan
berbagai masalah psikologis atau fisiologis. Pembukaan diri membutuhkan suatu
kesadaran atau keyakinan bahwa ia dapat bertumbuh dalam keutamaan-
keutamaan.
Pribadi yang matang mampu menentukan apa yang harus
dilakukannya, tidak tergantung pada gejolak emosinya, mampu menguasai atau
mengendalikan dirinya dalam berbagai situasi dan tidak sibuk memikirkan apa
kata orang lain mengenai tindakannya; tindakannya didasarkan pada kesadaran
dan kebebasan.
Seorang frater yunior berada dalam situasi di mana ia harus berusaha
mengalami hidup di dalam kehadiran Tuhan, yaitu berbagi dengan sesama
54
saudara dan melayani dalam belas kasih. Karena itu pembinaan yang diterima
dalam tahap ini bertujuan memberi kesempatan kepada yunior untuk mencapai
kemajuan yang sesungguhnya melalui pengalaman-pengalamannya sesuai dengan
kesatuan perspektif hidup yakni panggilannya sendiri pada tahap hidupnya
sekarang ini, dan menuju profesi kekal.
Dalam konstitusi CMM (bag. I, art. 336) dituliskan ”Kita menganggap penting
bahwa dalam masa pembinaan terus terdapat peluang untuk berkembang tahap
demi tahap”. Demikian diharapkan bahwa setiap yunior akan mengalami
perkembangan pengetahuan di setiap jenjang pembinaannya, termasuk
perkembangan motivasi. Dapat dikatakan bahwa suatu motivasi dapat berubah
dan berkembang. Oleh karena itu hidup religius dipandang sebagai perjalanan
yang tak kunjung selesai. Perjalanan yang demikian oleh Darminta (1994: 14)
disebut ” ......perjalanan inkorporasi, yang berarti bahwa seorang religius muda
mau masuk dan menerima serta menghayati kharisma, kerohanian dan cara hidup
tarekat tertentu”. Di samping itu penghayatan hidup religius semakin menuntut
penghayatan yang sungguh pribadi, untuk berkembang secara mandiri mengikuti
gaya hidup kongragasi pilihannya. Yang diharapkan dari pribadi para yunior
adalah kesungguhan memiliki keyakinan iman yang personal, matang dan dewasa
secara fisik, afektif, emosional, serta hidup rohani yang mendalam, sehingga
nantinya ia mampu dan rela menyerahkan diri pada panggilan-Nya tanpa rasa
takut, karena tahu siapa yang diandalkan dalam hidup dan panggilan, yaitu kuasa
Tuhan sendiri.
55
Dalam konstitusi CMM (bag. I, art. 314) tertulis ”Proses
perkembangan menjadi anggota kongregasi, meminta bimbingan yang terarah”.
Untuk menghantar yunior dalam perjalanan panggilan menuju profesi kekal,
dibutukan kehadiran orang lain dalam menapaki panggilan tersebut. Melalui
bimbingan terarah yunior akan memahami arti perutusan, keberadaannya dalam
gereja dan dunia. Seperti ditegaskan dalam konstitusi CMM (bag. I, art. 347) ”
Untuk mememahami sebaik-baiknya apa arti menjadi frater dalam gereja dan
dunia, terdapat dua hal yang hakiki: pengertian akan sifat Gerejani dari panggilan
dan perutusan kita, dan pemahaman tentang dunia kita”. Untuk sampai kepada
konkritisasinya, perlu peranan mereka yang mempunyai kompetensi dalam hal
pembinaan yang terarah.
1. Peranan Komunitas.
Perkembangan dan pertumbuhan seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan sosial yang mendukung. Perkembangan religius mudapun sangat
dipengaruhi oleh kondisi yang dialami, diserapnya di tempat ia hidup
berkomunitas. Proses pertumbuhan dan perkembangan dan penghayatan
panggilan, sangat dipengaruhi oleh mutu hidup berkomunitas yaitu sejauh mana
komunitas itu sungguh menjembatani kondisi kerohanian serta ciri khas hidup
kongregasi. ”Hidup berkomunitas sungguh-sungguh merupakan komunitas, bila
di dalamnya sungguh terbina hubungan antar pribadi, dari hati ke hati, yang
ditandai oleh kesederhanaan dan kepercayaan satu sama lain, yang dilandasi oleh
cinta dan iman” (Darminta, 1994:43). Melalui upaya dan sarana inilah
56
dimungkinkan yunior mengalami perkembangan pribadi, rohani dan intensitas
hidup.
2. Tanggung Jawab Frater Yunior
Panggilan Allah tertuju kepada pribadi-pribadi, meskipun dihayati
dalam bentuk kehidupan bersama dalam kongregasi. Yunior sendiri menjadi
pelaku utama untuk menjawab panggilan Allah. Bentuk dan tanggung jawabnya
adalah memberikan jawaban yang selalu tanggap dalam berbagai peristiwa dan
pengalaman. Triprasetya yang dijanjikan dihadapan Allah dan kongregasi, dapat
diwujudkan melalui tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya, misalnya
tugas studi, tanggung jawab kedisiplinan diri dalam mengikuti tata hidup
kebersamaan komunitas, dan tanggung jawab hidupnya yang merupakan
substansi panggilannya.
3. Peranan Para Pembina
Allah mendidik semua manusia melalui orang lain. Dalam hidup
religius pengantara Allah sebagai pendidik secara formal adalah pembina.
Pembina bersama frater yunior yang bersangkutan menegaskan keotentikan
panggilan. Tugas yang diemban oleh seorang pembina adalah membantu dan
membimbing, memberi teladan hidup, hidup rohani yang matang, sikap sabar dan
memberi hati yang siap mendengarkan. Maka untuk mewujudkan peranannya
sebagai pembina, antara lain ia harus mamahami sungguh siapa subyek
binaannya, mengadakan dialog yang teratur guna menelusuri perkembangan
rohani, sejauh mana kemajuan atau hambatan mempraktekan spiritualitas
57
kongregasi dan panggilannya. Tanggung jawab diberikannya dengan berbagai
cara, disertai bantuan untuk menyuburkan panggilan baik yang bersifat pelajaran,
pengarahan rohani dan ketrampilan, sesuai dengan tahap pembinaan.
Peranan-peranan ini perlu dipahami oleh seorang frater yunior dalam
menjalani hidup dan panggilan sebagai religius. Dengan memahaminya ia akan
memiliki kemampuan untuk membuka hati untuk perkembangan penghayatan
hidup dan panggilannya. Darminta (1999) mengemukakan bahwa, tidak perlu
disangsikan bahwa keterbukaan merupakan sikap utama dalam hidup rohani, yang
bercirikan hidup dalam komunikasi yang terus-menerus. Keterbukaan ini boleh
dikatakan merupakan sikap iman manusia berhadapan dengan realitas relasi
Allah.
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan metode penelitian, yakni jenis
penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskripsi
dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian
dilakukan. Tujuan penelitian deskriptif untuk melukiskan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi dalam suatu situasi (Mardalis, 1989). Penelitian ini dimaksud
untuk memperoleh gambaran tentang tingkat pembukaan diri para frater Yunior
kepada pembimbing Rohani, Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris
Misericordiae (CMM) Provinsi Indonesia Tahun 2007/2008.
Penelitian ini menggunakan metode survei. Tujuan survei adalah
mengumpulkan informasi tentang variabel (Furchan 1982). Survei yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah survei populasi. Survei populasi adalah survei yang
dilakukan pada sekelompok orang, kejadian atau subyek yang telah dirumuskan
secara jelas (Furchan 1982).
59
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh frater yunior Congregatio Fratrum
Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae (CMM) Provinsi Indonesia Tahun
2007/2008 yang berasal dari wilayah timur ( Sulawesi, NTT, Ambon, Maluku,
Kalimantan, Timor Timur), wilayah tengah (Yogyakarta) dan wilayah barat (Sumatra
Utara, Nias). Jumlah keseluruhan frater yunior yang tahun 2007/2008 sebanyak 66
orang (sesuai data sekretariat per Juli 2007). Jumlah ini merupakan populasi dalam
penelitian ini. Peneliti mengambil sampel dari populasi penelitian minimal 31 orang.
Furchan (2005: 204) menyebutkan bahwa penarikan sampel pada penelitian deskriptif
dianjurkan sebanyak 10-20% dari populasi yang dapat dijangkau. Jadi sampel dalam
penelitian ini sudah memenuhi standard sampel dalam penelitian deskriptif, sehingga
mampu mewakili keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik penarikan sampel berkelompok (cluster sampling). Sampel penelitian ini
menggunakan kelompok para frater yunior wilayah Timur (Sulawesi, Ambon) dan
wilayah tengah (Yogyakarta).
60
Tabel 1
Populasi dan Sampel
No Wilayah Komunitas Jumlah Populasi Jumlah
Sampel
1 Timur Ambon 3 3
2 Passo-Ambon 2 2
3 Langgur-Maluku 3 3
4 Manado 8 7
5 Tomohon-Matani 2 2
6 Tomohon-Kaaten 1 1
7 Palu 3 3
8 Makasar 3 3
9 Ge’tengan 3 3
10 Makale 1 1
11 Banjarmasin 2 1
12 Tarakan 2 2
13 SoE-Timor 2 2
14 Timor Leste 7 7
15 Lembata 2 2
16 Tengah Yogyakarta
(Malang)
7 5
17 Barat Medan 3 2
18 Pematangsiantar 6 6
19 Balige 3 3
20 Sibolga 3 3
21 Gunung Sitoli 3 3
Total 66 63
Alasan peneliti memilih para frater yunior CMM Provinsi Indonesia tahun
2007/2008 sebagai subyek penelitian karena, pertama masa yuniorat sebagai masa
dimana seorang religius muda mau masuk dan menerima serta menghayati kharisma,
kerohanian dan cara hidup tarekat. Di samping itu penghayatan hidup religius
semakin menuntut penghayatan yang sungguh pribadi, untuk berkembang secara
mandiri dia ikut gaya hidup kongragasi pilihannya. Yang diharapkan dari para yunior
61
adalah kesungguhan memiliki keyakinan iman yang personal, matang dan dewasa
secara fisik, afektif, emosional, serta hidup rohani yang mendalam, sehingga nantinya
ia mampu dan rela menyerahkan diri pada panggilan-Nya tanpa rasa takut, karena
tahu siapa yang diandalkan dalam hidup dan panggilan, yaitu kuasa Tuhan sendiri.
Untuk sampai hal-hal di atas, ia harus membuka diri pada orang yang
membimbingnya. Dengan demikian, keputusan-keputusan yang diambil pada masa
ini adalah keputusan yang tepat. Kedua, para frater yunior CMM sekongregasi
dengan peneliti sehingga dapat mempermudah pengambilan data dan tindak lanjut
hasil penelitian.
C. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner Pembukaan Diri
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner deskripsi
pembukaan diri yang disusun oleh Donald Sinaga (2005), dan dimodifikasi seijin
penyusunnya. Modifikasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kuesioner
tersebut sangat relevan digunakan dalam kelompok subyek penelitian ini, karena
subyek penelitian adalah para frater yunior yang memiliki karakteristik yang relatif
sama dengan subyek penelitian Donald Sinaga. Koefisien reliabilitas yang diperoleh
oleh Donald Sinaga menghasilkan rtt = 0,921. Item yang dikenai modifikasi
berjumlah 16 item yakni item 1, item 11, item 12, item 14,item 30, item 33, item 36, item
44, item 45, item 53, item 42, item 51, item 58, item 40, item 43, item 47. Bagian-bagian
yang dimodifikasi adalah 1) bagian isi pembukaan diri tentang peristiwa masa lalu,
62
keadaan keluarga, keadaan fisik, dan kehidupan membiara, diganti dengan
spiritualitas, hidup berkomunitas, kerasulan, dan penghayatan kaul (kemiskinan,
ketaatan, kemurnian) 2) subyek ”Magister” diganti menjadi ’pimpinan” sesuai dengan
kebutuhan peneliti. Kuesioner penelitian ini terdiri dari sejumlah pernyataan dan
bersifat langsung tertutup. Artinya, responden merespon pernyataan-pernyataan
dengan memilih alternatif yang telah disediakan dan memberikan tanda check ( �).
Kuesioner ini dibuat anonim dengan maksud agar kerahasiaan jawaban responden
terlindungi dan responden diharapkan terbuka dan jujur menjawab peryataan-
pernyataan sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama memuat tujuan
kuesioner, petunjuk pengisian kuesioner dan identitas subyek. Bagian kedua memuat
pernyataan tentang pembukaan diri. Penyusunan kuesioner dibagi atas dua golongan
yaitu favorable dan unfavorable. Pernyataan untuk penelitian tersebut terdiri dari 80
item (sebelum diuji coba).
2. Kisi-Kisi Kuesioner Pembukaan Diri
Kisi-kisi kuesioner pembukaan diri para frater yunior kongregasi frater
santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih tahun 2007/2008 adalah
sebagai berikut :
63
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Pembukaan Diri Sebelum Uji Coba
Aspek Pembukaan Diri
Bentuk-bentuk Pembukaan Diri
Isi Pembukaan Diri
Item favorable
Item unfavorable
Jumlah
Spiritualitas 1,2,3,4 5,6,7,8,9 9 Hidup berkomunitas
10,11, 12,13 4
Kerasulan 14,15,16 17,18,19 6
Kemampaun mengungkapakan
diri dengan I-Message
Deklaratif
Penghayatan kaul – Kemiskinan – Ketaatan – Kemurnian
22,23, 25,26,27,28,
29, 34
21, 20, 24,30,31,32,
33 15
34
Spiritualitas
37 35, 36 3
Hidup berkomunitas
39 38 2
Kerasulan 40,41 42,43 4
Kemampaun mengungkapakan
diri dengan I-Message Responsif
Penghayatan kaul – Kemiskinan – Ketaatan – Kemurnian
45,47,48, 49 44, 46 6
16
Spiritualitas 50,51 52 3 Hidup berkomunitas
53 54,55 3
Kerasulan 56 57, 58,59 4 Kemampaun
mengungkapakan diri dengan I-
Message Preventif
Penghayatan kaul – Kemiskinan – Ketaatan – Kemurnian
60, 61, 62, 65
63, 64, 66 7
16
Spiritualitas 67,70 68, 69 4 Hidup berkomunitas
71,72 73 3
Kerasulan 74 75 2
Kemampaun mengungkapakan
diri dengan I-Message
Konfrontif
Penghayatan kaul – Kemiskinan – Ketaatan – Kemurnian
76, 78, ,80 77,79 5
14
Total 41 39 80
64
3. Penentuan skor
Penentuan skor dilakukan sebagai berikut :
a. untuk pernyataan positif (favorable) : skor untuk jawaban sangat sering
adalah 4, skor untuk jawaban sering adalah 3, skor untuk jawaban jarang
adalah 2, dan skor untuk jawaban sangat jarang adalah 1
b. untuk pernyataan negatif (unfavorable) : skor untuk jawaban sangat
sering adalah 1, skor untuk jawaban sering adalah 2, skor untuk jawaban
jarang adalah 3, dan skor untuk jawaban sangat jarang adalah 4
4. Uji Coba Alat Ukur
Untuk memperoleh instrumen yang baik, instrumen penelitian yang
digunakan haruslah memenuhi persyaratan, oleh karena itu, sebelum instrumen
penelitian dikenakan kepada subyek penelitian yang sesungguhnya perlu diuji
coba. Uji coba bertujuan untuk mengetahui validitas isi dan reliabilitas instrumen
yang bersangkutan.
Peneliti melaksanakan uji coba pada para frater yunior CMM wilayah
Timur khususnya komunitas-komunitas di daerah Sulawasi dan Ambon. Alasan
peneliti mengunakan subjek para frater yunior kedua wilayah ini karena
jumlahnya memungkinkan untuk dijadikan subyek uji coba dan bertepatan
dengan pertemuan para yunior kedua wilayah ini. Jumlah peserta dalam
pertemuan adalah 24 orang (sebelumnya ditargetkan 30 orang),. Ada 3 frater
komunitas Manado yang berhalangan dalam pertemuan ini diberi kuesioner
65
melalui pemimpin komunitasnya yang hadir. Uji coba di lakukan pada tanggal 9
April 2008 di Rumah Retret Susteran Yesus Maria Yosep (YMY) Malino
Sulawesi Selatan. Peneliti mengawasi langsung pelaksanaan uji coba itu. Uji coba
berlangsung selama satu jam kemudian kuesioner dikumpulkan. Kuesioner yang
terkumpul berjumlah 24 eksemplar. Pelaksanaan uji coba kuesioner juga
dilakukan di komunitas Yogyakarta. Jumlah frater yang mengisi kuesioner adalah
5 orang. Jadi, total keseluruhan responden berjumlah 31 orang. Data yang
diperoleh segera diskor dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan
program SPSS (Statistical Programme For Social Windows) versi 11.
D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
1. Validitas Alat Ukur
Furchan (1982) berpendapat bahwa validitas berhubungan dengan
sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur
oleh alat tersebut. Jadi alat ukur dikatakan valid apabila alat itu mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur dengan memperhatikan kecermatan
dan ketepatan.
Masidjo (1995:243) menjelaskan bahwa validitas isi menunjukkan
sampai di mana isi suatu tes/alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau
diukur/diteskan. Untuk itu diperlukan pemeriksaan kembali terhadap hal-hal
atau bahan yang akan diteskan. Validitas isi merupakan validitas yang
diperoleh melalui pengujian terhadap isi alat ukur melalui analisis rasional
66
yang memerlukan pertimbangan/pendapat para pakar (professional judgment).
Untuk itu dalam proses penyusunan alat ukur, peneliti meminta
pertimbangan/pendapat dari Dosen Pembimbing. Setelah mendapat penilaian
profesional, peneliti melakukan uji coba alat.
2. Uji daya beda
Daya beda/diskriminasi item adalah kemampuan item dalam
membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak.
Skala yang disusun dalam penelitian ini adalah skala untuk mengungkap
pembukaan diri. Dalam penelitian ini, item yang berdaya beda tinggi adalah
item yang mampu membedakan mana subjek yang memiliki kemampuan
pembukaan diri yang tinggi dan mana subjek yang mempunyai kemampuan
pembukaan diri yang rendah
Azwar (1999: 59) menyatakan bahwa pengujian daya diskriminasi
item menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi
skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan
menghasilkan koefisien korelasi item total ( )ixr , yang dikenal pula dengan
sebutan parameter beda item. Untuk menghitung koefisien korelasi item total
digunakan korelasi product moment dari Pearson (Azwar, 1999: 59) yaitu:
( )( )
( )[ ] ( )[ ]nXXnii
nXiiXrix
//
/
2222
����
� ��
−−
−=
i = skor item
67
X = skor skala
n = banyaknya subjek
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total, biasanya
digunakan batasan 30,0≥ixr . Semua item yang mencapai koefisien korelasi
minimal 0,30 daya diskriminasinya dianggap memuaskan dan jika kurang dari
0,30 diinterpretasikan memiliki daya diskriminasi yang rendah. Dari 80 item
yang telah diujicobakan, terdapat 51 item yang memiliki koefisien korelasi item
total ( ixr ) � 0,30. Rekapitulasi distribusi item skala pembukaan diri setelah uji
coba disajikan dalam tabel 3 berikut:
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Analisis Kuesioner Uji Coba.
Aspek Pembukaan Diri
No
Pernyataan
Lolos
Gugur
Bentuk-
bentuk
Isi
Pembukaan
Diri
F U F UF F UF
Spiritualitas 1,2,3,
4
5,6,7
,8,9
1,2, 4 5,6 3 7,8,9
Hidup
berkomunitas 10,11
,
12,1
3
10,11 12 - 13
Karasulan 14,15
,16
17,1
8,19
14,15,
16
-
17 18,19
Kemampau
n
mengungka
pakan diri
dengan I-
Message
Deklaratif
Penghayatan
kaul
– Kemiskinan
– Ketaatan
– Kemurnian
22,
23,
25,26
,27,2
8,
29,34
20,2
1,24,
30,3
1,32,
33
22,23,
26,27,
29,34
20,
21,
31
25,
28
24,30
,32,3
3
68
Spiritualitas 37
35,
36
- 35
37
36
Hidup
berkomunitas 39 38 - 38
39
-
Kerasulan 40,41 42,4
3
40,41
- 42,43
Kemampua
n
mengungka
pakan diri
dengan I-
Message
Responsif
Penghayatan
kaul
– Kemiskinan
– Ketaatan
– Kemurnian
45,
47,48
,49
44,4
6
45,47,
48, 49
44 - 46
Spiritualitas 50,51 52
50
52
51 -
Hidup
berkomunitas 53 54,5
5
53
55
54
Kerasulan 56 57,5
8,59
56
57,
58
- 59
Kemampau
n
mengungka
pakan diri
dengan I-
Message
Preventif
Penghayatan
kaul
– Kemiskinan
– Ketaatan
– Kemurnian
60,
61,
62,
65
63,
64,
66
61
62,65
63,
64,6
6
60 -
Spiritualitas
67,70 68,6
9
67
68,
69
70
-
Hidup
berkomunitas 71,72 73
71 - 72 73
Kerasulan 74 75 74 75
Kemampau
n
mengungka
pakan diri
dengan I-
Message
Konfrontif
Penghayatan
kaul
– Kemiskinan
– Ketaatan
– Kemurnian
76,
78,80
77,7
9
78,80
79
76
77
Total 80 51 29
69
Item-item yang lolos seperti tersebut di atas selanjutnya dipakai sebagai
item-item skala dalam penelitian.
3. Reliabilitasi Alat Ukur
Reliabilitas alat ukur adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu
menunjukan konstitensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf
ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995).
Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas ( 'xx
r ) yang angkanya
berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas dan
mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya. Pada umumnya,
reliabilitas dianggap memuaskan jika koefisiennya mencapai minimal 'xx
r = 0,900.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur reliabilitas alat ukur dengan menggunakan
koefisien alpha (�) Cronbach (Azwar, 1999: 87).
Penghitungan reliabilitas skala pembukaan diri para frater yunior dengan
menggunakan teknik analisis alpha (�) Cronbach menghasilkan angka 'xx
r = 0,9302.
Angka tersebut menunjukkan bahwa skala pembukaan diri dalam penelitian ini
dapat diandalkan untuk pengambilan data penelitian.
Selanjutnya nomor item yang lolos dari uji coba alat dijadikan item
penelitian. Distribusi item dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 5 berikut:
70
Tabel 4 Distribusi Kuesioner Pembukaan Diri Untuk Penelitian
Aspek Pembukaan Diri
Bentuk-bentuk Pembukaan Diri
Isi Pembukaan Diri
Item favorable
Item unfavorable
Jumlah
Spiritualitas 4,10,17,24 6 5 Hidup berkomunitas
1,9,34 2 4
Kerasulan 7,8,11,22,51
- 5 Kemampaun
mengungkapakan diri dengan I-
Message Deklaratif
Penghayatan kaul – Kemiskinan – Ketaatan – Kemurnian
14,16,18,19,36,27
- 6
20
Spiritualitas
23 5 2
Hidup berkomunitas
26 46 2
Kerasulan -
43
1
Kemampaun mengungkapakan
diri dengan I-Message Responsif
Penghayatan kaul – Kemiskinan – Ketaatan – Kemurnian
3 29 2
7
Spiritualitas 31, 47 - 2 Hidup berkomunitas
32,33 35 3
Kerasulan 25, 38 37,50 4 Kemampaun
mengungkapakan diri dengan I-
Message Preventif
Penghayatan kaul – Kemiskinan – Ketaatan – Kemurnian
40,41, 42, 44 - 4
13
Spiritualitas 20,45
2
Hidup berkomunitas
13,15,38 21 4
Kerasulan 8 - 1
Kemampaun mengungkapakan
diri dengan I-Message
Konfrontif
Penghayatan kaul – Kemiskinan – Ketaatan – Kemurnian
28,48,49 39 4
12
Total 51
71
E. Prosedur Pengumpulan Data
Secara garis besar, prosedur pengumpulan data dilaksanakan melalui dua
tahapan utama, yakni tahap persiapan dan tahap pengisian kuesioner.
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun kuesioner
Kegiatan yang dilakukan adalah memodifikasi instrumen dari saudara
Donal Sinaga (2005), membuat indikator kisi-kisi baru dengan menentukan
aspek-aspek pembukaan diri dengan indikator yang mendukung dan sesuai
kebutuhan. Kisi-kisi kuesioner tersebut kemudian dikonsultasikan pada
dosen pembimbing.
b. Mengadakan uji coba kuesioner
Kegiatan yang dilakukan adalah membagikan angket kepada frater
yunior wilayah timur (Ambon, Sulawesi), dan wilayah tengah (Yogyakarta).
Semua responden uji coba berjumlah 31 orang. Setelah terkumpul kemudian
kuesioner dianalisis. Dari hasil analisis data uji coba kuesioner dihasilkan 51
item valid dengan koefisien korelasi minimal 0,30, sedangkan 29 item tidak
valid.
f. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang ditempuh penulis untuk menganalisis data
penelitian pembukaan diri para frater yunior kongregasi frater Santa Perawan
Maria Bunda Yang Berbelaskasih provinsi Indonesia tahun 2007/2008 adalah
sebagai berikut:
72
1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan
oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir
item skala. Langkah selanjutnya menghitung total skor masing-masing subjek
penelitian dan total skor tiap item pernyataan.
2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis statistik
deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean,
standard deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah
ditentukan peneliti
a. Menentukan penggolongan kualifikasi pembukaan diri seluruh responden
berdasarkan pada Azwar (1999:108) yang mengelompokkan tingkat
Pembukaan Diri subjek penelitian dalam lima kategori yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
b. Membuat distribusi frekuensi dan skor pembukaan diri para frater yunior
kepada pimpinan rohani di kongregasi para frater Santa Perawan Maria
Bunda Berbelaskasih provinsi Indonesia tahun 2007/2008.
Kontinum jenjang ini disusun berpedoman pada Azwar (1999:108) yang
mengelompokkan tingkat Pembukaan Diri subjek penelitian dalam lima
kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi,
dengan norma kategorisasi sebagai berikut:
X � µ-1,5� kategori sangat rendah
µ-1,5� < X � µ-0,5� kategori rendah
µ-0,5� < X � µ+0,5� kategori sedang
73
µ+0,5� < X � µ+1,5� kategori tinggi
µ+1,5� < X kategori sangat tinggi
Keterangan:
Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala
Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala
� : standard deviasi, yaitu luas jarak
rentangan yang dibagi dalam 6 satuan
deviasi sebaran
µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis
dari skor maksimum dan minimum
Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan dalam
pengelompokan skor subjek penelitian berdasarkan tingkatan
pembukaan diri.
3. Mengadakan studi dokumentasi dengan hasil yang diperoleh para frater yunior
untuk memperkuat data yang diperoleh dalam penelitian.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian yaitu bagaimanakah
tingkat pembukaan diri para frater Yunior kepada pembimbing Rohani, Kongregasi
Frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih (CMM) Provinsi Indonesia Tahun
2007/2008? Penyajian hasil penelitian dan pembahasan diuraikan dalam penjelasan
berikut.
A. Tingkat pembukaan diri para frater Yunior kepada pembimbing Rohani,
Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih (CMM)
Provinsi Indonesia Tahun 2007/2008.
Langkah awal yang dilakukan sebelum merumuskan hasil penelitian
adalah menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah
diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing
butir item skala (lihat lampiran1). Langkah selanjutnya menghitung total skor
masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan.
Kategorisasi diterapkan sebagai norma/patokan dalam pengelompokan
skor item. Kategorisasi tinggi rendah skor item-item secara keseluruhan dalam
penelitian ini (dengan N = 50), diperoleh dengan penggolongan melalui
perhitungan sebagai berikut:
75
Xitem maksimum teoretik : 50 x 4 = 200
Xitem minimum teoretik : 50 x 1 = 50
Range : 200 – 50 = 150
� (item teoretik) : 150 : 6 = 25
µ (item teoretik) : (200 + 50) : 2 = 125
Penentuan kategorisasi skor item dapat dilihat dalam tabel 5:
Tabel 5
Penggolongan Tingkat Pembukaan Diri Para Frater
Yunior kepada pembimbing Rohani Kongregasi frater Santa
Perawan Maria Bunda Berbelas Kasih Provinsi Indonesia Tahun
2007/2008
Perhitungan Skor Frekuensi Klasifikasi
X � µ-1,5� Xitem � 125 – 37,5
50 - 87,5 1
Sangat Rendah
µ-1,5� < Xitem � µ-
0,5�
125 – 37,5 < Xitem �
125 – 12,5
88 - 112,5 18 Rendah
µ-0,5� < Xitem �
µ+0,5�
125-12,5 < Xitem �
125+12,5
113 - 137,5 34 Sedang
µ+0,5� < Xitem �
µ+1,5�
Xitem > µ+1,5�
125+12,5 < Xitem �
125+37,5
138 - 162,5 9 Tinggi
Xitem > µ+1,5�
Xitem > 125 + 37,5 > 163 1
Sangat Tinggi
Tabel 5 menunjukkan bahwa ada 1 orang frater memiliki kategori pembukaan
diri sangat tinggi, 9 orang frater memiliki kategori tinggi, 34 orang frater
memiliki kategori sedang, 18 orang frater memiliki kategori rendah, dan 1 orang
frater memiliki kategori rendah.
76
B. Pembahasan
Sebelum memaparkan pembahasan, peneliti ingin mengemukakan
beberapa hal yang berkaitan dengan keterbatasan yang terkandung dalam
instrumen penelitian dan pelaksanaan penelitian. Pertama, bentuk kuesioner
tertutup memungkinkan tidak semua aspek pembukaan diri yang dirasakan dan
dialami para frater yunior dapat terungkap. Kedua, hasil penelitian bukanlah
merupakan hasil yang tetap karena pembukaan diri seseorang dapat berubah.
Misalnya dalam penelitian ini, tingkat pembukaan diri seseorang yang diteliti
diketahui memiliki peringkat tertentu, tetapi dalam penelitian berikutnya
pembukaan diri tersebut belum tentu memiliki peringkat yang sama. Ketiga,
kuesioner pembukaan diri sebagai instrumen penelitian telah terbukti reliabel,
tetapi instrumen penelitian ini belum tentu reliabel untuk kelompok lain dalam
penelitian serupa. Keempat, dalam penelitian ini peneliti hanya melihat
pembukaan diri para frater yunior secara umum. Oleh karena itu peneliti kurang
menguraikan sub-sub yang terkadung dalam aspek-aspek dan isi pembukaan diri
itu sendiri. Kelima, hasil penelitian ditemukan banyak keterbatasan/masalah tetapi
belum ada usulan program peningkatan pembinaan lebih lanjut.
Dalam penelitian deskriptif, peneliti hanya memaparkan kondisi atau keadaan apa
adanya. Kategorisasi skor tiap item skala adalah berdasarkan distribusi normal
dengan kontinum jenjang menurut Azwar (1999:108), yaitu sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti akan
menjelaskan tingkat tertinggi sampai tingkat terendah.
77
1. Kategori sangat tinggi
Dalam penelitian ini, hanya ada 1 orang frater yunior yang memiliki
pembukaan diri dengan kategori sangat tinggi. Kategori ini menunjukkan bahwa
frater yunior tersebut memiliki kemampuan mengungkapkan diri dengan
menggunakan berbagai bentuk pembukaan diri secara baik dalam
mengungkapkan diri kepada pemimpin. Berbagai pengalamannya (menghayati
spiritualitas, hidup berkomunitas, kerasulan, dan penghayatan kaul) diungkapkan
kepada pemimpin secara deskriptif, otentik, jujur, dan apa adanya. Jumlah ini
sangat kecil bila dilihat dari keseluruhan subyek penelitian yang berjumlah 63
orang. Apakah yang menyebabkan frater ini begitu terbuka? Bukankah
Pembinaan yang ditempuh dalam kongregasi itu sama? Peneliti berpendapat
bahwa ada penyebab yang cukup berpengaruh terhadap tingkat pembukaan diri
yang sangat tinggi untuk 1 orang frater yunior ini.
Hasil studi dokumen (evaluasi frater yunior tahun 2007/2008) sekretariat
frater CMM provinsi Indonesia mengungkapkan bahwa frater tersebut 1)
memiliki perkembangan dan kematangan pribadi. Hal ini ditunjukkan melalui
penghargaan dan kepercayaan diri yang tinggi dan memahami pentingnya
pembukaan diri, 2) mampu berelasi dengan Tuhan dan sesama. Kemampuan ini
ditunjukkan melalui kesediaannya dibina dalam kongregasi demi pemeliharaan
motivasi dan pemurnian panggilan, menghargai peranan pemimpin dalam
komunitas, serta selalu terbuka pada setiap kritikan dan saran, 3) mampu
78
memupuk, meningkatkan perhatian atas keseimbangan antara hidup doa dan
karya, 4) mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai frater CMM.
Tingginya tingkat pembukaan diri frater yunior ini masuk akal karena dia
telah memiliki kematangan kepribadian dan kemampuan menyesuaikan diri.
Kematangan pribadi dalam berbagai bidang, menjadikan orang menguasai,
mengendalikan, dan mampu membuka diri secara penuh.
2. Kategori Tinggi
Para frater yunior yang mendapat kategori tinggi dalam pembukaan diri
berjumlah 9 orang. Jumlah ini masih sedikit dibandingkan jumlah keseluruhan
subyek. Kategori ini menunjukkan bahwa para frater yunior telah memiliki
kemampuan mengungkapkan diri kepada orang lain secara deskriptif, otentik,
jujur dan apa adanya. Para frater yunior sudah mampu membuka diri dengan
menggunakan berbagai bentuk pembukaan diri dan mengungkapkan dirinya,
tetapi belum terampil.
Hasil studi dokumen mengungkapkan bahwa 9 frater ini dalam kehidupan
sehari-hari memiliki rasa tanggung jawab atas perkembangan komunitas,
menjalankan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam
komunitas. Segala pengalaman di tempat kerja selalu diungkapkan dalam setiap
setiap kesempatan dalam komunitas. Mereka tidak menunggu kunjungan dari
dewan pimpinan, dan wawancara pribadi. Dalam setiap pertemuan, hubungan
antara satu dengan yang lain begitu luwes dan terbuka pengungkapkan
pengalamannya.
79
Tingginya tingkat pembukaan diri para frater yunior ini masuk akal karena
para frater sudah memiliki kematangan pribadi, memiliki kesadaran tentang
pentingnya pembukaan diri dalam hidup membiara, memiliki kesadaran akan
peran pemimpin sebagai pembimbing rohani, memiliki kesiapsediaan untuk
dibimbing oleh tarekat untuk menjadi biarawan melalui tarekat pada umumnya
dan komunitas pada khususnya.
3. Kategori sedang
Para frater yunuior yang memiliki kategori sedang berjumlah 34
orang. Jumlah ini sangat besar. Bagi peneliti, kategori ini cenderung rendah dan
kurang ideal. Hal ini berarti bahwa seseorang sudah mampu membuka diri dengan
menggunakan berbagai bentuk pembukaan diri dan mengungkapkan dirinya,
tetapi belum secara penuh dan juga belum terampil. Bagi peneliti, kategori ini
menunjukkan banyak frater yunior belum sepenuhnya membuka diri. Masih
banyak frater yunior yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan dirinya.
Dalam kehidupan nyata para frater bisa membuka diri dalam situasi tertentu tetapi
kesempatan lain tidak membuka diri. Dalam benak peneliti, muncul pertanyaan;
apakah cenderung rendahnya pembukaan diri para frater yunior ini mempunyai
kaitan dengan kurangnya penghayatan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari?
Apakah kenyataan ini juga berarti pembinaan yang dilaksanakan selama ini
kurang efektif? Bagi peneliti, penghayatan spiritualitas dalam hidup sehari-hari,
pertama-tama diwujudkan dalam hidup bersama di komunitas yang nampak
80
dalam sikap saling memahami, menghargai sehingga setiap pribadi dapat
berkembang.
Bagi peneliti, jumlah kategori “sedang” yang cukup banyak merupakan
suatu yang memprihatinkan, tetapi mendorong peneliti untuk mengkaji apa
penyebabnya. Ada beberapa kemungkinan menjadi penyebab adalah : pertama,
kurangnya kematangan pribadi. Hal ini tampak antara lain dalam dalam
rendahnya harga diri. Orang yang memiliki harga diri yang rendah, mengganggap
dirinya tidak pantas, tidak berharga, tidak ada yang patut dibanggakan meskipun
mencapai keberhasilan. Pandangan terhadap diri sendiri ini, juga dialihkan kepada
orang lain, sehingga sulit mempercayai, memahami dan menerima orang lain.
Akibatnya individu dalam menanggapi dan menghadapi hidup sehari-hari diiringi
perasaan cemas, takut, curiga dan cenderung menutup diri terhadap orang lain.
Kedua, Pembinaan di komunitas yang kurang efektif. Beberapa indikasi yang
diketahui misalnya jumlah tenaga pembina tidak memadai. Terkesan seorang
pembina kurang dipersiapkan dalam dalam bidang khusus sebagai Pembina.
Meskipun ada pembina diberi tugas untuk membina, tetapi kendala sering
ditemukan, seperti perhatian tercurah untuk tugas-tugas lain, sementara tugas
pembinaan menuntut suatu ketegasan arah dan isi pembinaan. Selain itu,
komunikasi antara frater yunior dengan para pembina sangat kurang. Kendalanya
adalah dalam proses pembinaan frater yunior biasanya menunggu panggilan dari
Pembina, sedangkan Pembina menunggu kedatangan seorang frater yunior.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah peran seorang pembina yang bisa
81
mendengarkan, mengerti, memahami serta memberikan rasa nyaman kapada
frater yunior untuk membuka diri.
4. Kategori rendah
Frater yunior yang memiliki kategori rendah berjumlah 18 orang. Jumlah
ini cukup banyak. Hal ini berarti bahwa kemampuan mengungkapkan diri kepada
orang lain secara deskriptif, otentik, jujur, dan apa adanya, kurang baik. Hal ini
sangat memprihatinkan karena seseorang frater yunior belum mampu membuka
diri dengan menggunakan berbagai bentuk pembukaan diri dan mengungkapkan
dirinya secara penuh. Dengan kata lain, seseorang dalam kategori ini belum
memiliki keterampilan pembukaan diri dan cenderung tertutup.
Kenyataan ini mendorong peneliti untuk melihat lebih dalam. Dari hasil
studi dokumen (evaluasi para frater yunior) terungkap bahwa kurang adanya
kesadaran akan peranan seorang pemimpin, kematangan pribadi yang masih
kurang, kehidupan komunitas kurang kondusif dimana setiap frater disibukkan
dengan pekerjaan, program komunitas yang kurang berjalan, dan hubungan antara
pemimpin dengan anggota kurang baik.
Dari hasil ini, peneliti menduga bahwa yang menjadi faktor penyebab
adalah 1) faktor keluarga. Latar belakang pendidikan dalam keluarga kurang baik,
misalnya pendidikan dalam keluarga yang cenderung keras. Peran ayah yang
cukup dominan sehingga membuat anak-anak cenderung diam. Keadaan ini
memungkinkan orang untuk menutup diri dan memendam perasaan sendiri
sehingga sulit berbagi informasi. 2) faktor kematangan pribadi. Banyak yunior
82
yang kurang memiliki kematangan pribadi. Hal ini tampak antara lain dalam
rendahnya harga diri. Mereka memiliki harga diri yang rendah, menganggap
dirinya tidak pantas, tidak berharga, tidak ada yang patut dibanggakan meskipun
mencapai keberhasilan. Pandangan terhadap diri sendiri ini, juga dialihkan ke
orang lain sehingga sangat sulit mempercayai, memahami dan menerima orang
lain. Rendahnya harga diri mengakibatkan sikap pasif dalam menanggapi
peristiwa hidup sehari-hari sehingga pengungkapan diri selalu diiringi dengan
rasa takut, semas dan curiga. 3) figur pemimpin. Banyak pemimpin komunitas
kurang mampu dalam membimbing frater yunior. Mereka belum memiliki bekal
yang cukup baik untuk pembinaan frater yunior. Seorang pemimpin seharusnya
mampu menciptakan kondisi yang dapat memungkinkan proses pembinaan
terjadi. Menciptakan kondisi komunitas yang dimaksud adalah mampu
memberikan rasa aman bagi frater, memiliki kemampuan (segi pengetahuan dan
ketrampilan) dalam hal bimbingan, memiliki dedikasi dan spiritualitas
kongregasional yang baik seperti terbuka, asertif, mampu berempati, mampu
memberikan teladan, serta bisa menumbuhkan rasa percaya diri para frater yunior
untuk membuka diri.
5. Kategori sangat rendah
Ada 1 orang frater yang memiliki kategori sangat rendah. Meskipun
jumlah ini sedikit tetapi sangat memprihatinkan. Hal ini bararti bahwa
kemampuan mengungkapkan diri kepada orang lain secara deskriptif, otentik,
jujur, dan apa adanya sangat buruk. Individu cenderung menutup diri pada orang
83
lain dan menggunakan berbagai mekanisme pertahanan diri. Dalam benak
peneliti, setiap frater yunior yang telah melewati masa pendidikan pembinaan
awal di novisiat sekurang-kurangnya bisa mengungkapkan dirinya pada
pimpinannya atau orang lain. Banyak usaha yang telah dilakukan oleh kongregasi
untuk meningkatkan kualitas pribadi setiap frater. Usaha tersebut antara lain;
rekoleksi bulanan, retret setiap tahun, dan kursus-kursus. Tetapi pada
kenyataannya masih ada frater yunior belum bisa mengungkapkan dirinya.
Kondisi frater yunior ini sangat mengkhwatirkan jika tidak segera ditindaklanjuti.
Kecenderungan menutup diri dari pemimpin bisa mengakibatkan pemimpin tidak
dapat memahami, tidak mengenal para frater tersebut. Hal ini akan menyulitkan
pimpinan untuk membina frater tersebut.
Dari hasil studi dokumen (evaluasi frater yunior) terungkap bahwa frater
yunior ini belum memiliki kematangan kepibadian dan kurang percaya diri, sulit
bergaul dengan orang lain, sering menyendiri dan bahkan menarik diri dalam
kelompok kecil serta selalu merasa tidak nyaman dalam komunitas.
Peneliti menduga bahwa sangat rendahnya pembukaan diri frater ini besar
kemungkinan karena ada trauma masa lalunya. Misalnya, karena waktu kecil
sering dimarahi dan direndahkan oleh ayahnya, maka sewaktu menjadi biarawan
mengalami banyak ketakutan dengan pimpinan yang berfigur bapak. Jadi trauma
di masa kecil yang menghambat relasi dengan orang tertentu, atau jabatan
tertentu.
84
Peneliti menyadari bahwa perkembangan seorang pribadi dalam panggilan
hidup membiara tidak hanya tergantung pada pembinaan yang diterima tetapi juga
tergantung pada keterbukaan hati orang yang bersangkutan untuk membatinkan
apa yang telah diterimanya. Maka frater ini perlu mendapat perhatian khusus
dalam penghayatan spiritualitas kongregasi. Pendampingan dari pemimpin
komunitas haruslah terus-menerus dilakukan sehingga frater tersebut mencapai
tujuan yang realistis, memberikan penghargaan sehingga frater tersebut merasa
diterima dan dicintai.
85
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan, dan saran. Bagian ringkasan
mencakup perumusan masalah, metodologi penelitian, dan hasil penelitian.
Kesimpulan mencakup kesimpulan hasil dan pembahasan terhadap hasil penelitian.
Bagian saran memuat saran-saran untuk para pemimpin provinsi, para Pembina,
pemimpin komunitas dan para peneliti lain.
A. Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pembukaan diri para
frater Yunior kepada pembimbing Rohani, Congregatio Fratrum Beatae Mariae
Virginis, Matris Misericordiae (CMM) Provinsi Indonesia Tahun 2007/2008.
Pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah tingkat pembukaan diri para frater Yunior kepada pembimbing
Rohani, Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae
(CMM) Provinsi Indonesia Tahun 2007/2008?
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.
Subyek penelitian adalah 66 frater yunior CMM Provinsi Indonesia tahun
2007/2008. Penelitian ini adalah penelitian populasi karena seluruh responden
dijadikan subyek penelitian.
86
Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang memuat 2 aspek
pembukaan diri, yaitu bentuk pembukaan diri dan isi pembukaan diri yang
dijabarkan dalam 51 item. Bentuk-bentuk pembukaan diri tersebut adalah :
1. Kemampuan mengungkapkan diri dengan menggunakan I-Message Deklaratif
2. Kemampuan mengungkapkan diri dengan menggunakan I-Message Responsif
3. Kemampuan mengungkapkan diri dengan menggunakan I-Message Preventif
4. Kemampuan mengungkapkan diri dengan menggunakan I-Message Konfrontif
Sedangkan isi pembukaan diri adalah sebagai berikut : (a) Spiritualitas, (b) Hidup
berkomunitas, (c) Kerasulan, (d) Penghayatan kaul (Kemiskinan, Ketaatan,
Kemurnian)
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan
oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir
item skala.
2. Menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap
item pernyataan.
3. Menentukan penggolongan kualifikasi pembukaan diri berdasarkan Azwar
(1999:108) yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
4. Membuat distribusi frekuensi pembukaan diri.
Penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut : di antara para frater
yunior CMM provinsi Indonesia ada 1 orang frater yang “sangat tinggi”
pembukaan dirinya, 9 orang frater yang “tinggi” pembukaan dirinya, 34 orang
87
frater “cukup/sedang” pembukaan dirinya, 18 orang frater yang “rendah”
pembukaan dirinya, dan 1 orang frater “sangat rendah” pembukaan dirinya.
B. Kesimpulan
Berdasarkan data penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pembukaan diri para frater yunior CMM provinsi Indonesia masih dominan
pada kategori “sedang atau cukup”. Diharapkan perlu adanya kesadaran dan
pemahaman pentingnya pembukaan diri dalam kehidupan membiara pada
umumnya dan kehidupan dalam komunitas khususnya.
2. Pembukaan diri menjadi efektif dalam komunitas apabila pemimpin (pembina
dan pendamping) dan para frater yunior mampu menjalin relasi yang
mendalam, saling memahami peran dan tanggung jawab masing-masing
C. Saran-saran
Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan tentang pembukaan diri
dilihat dari bentuk dan isi pembukaan diri peneliti memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi kongregasi CMM Provinsi Indonesia
a. Untuk meningkatkan pembukaan diri para frater yunior yang masih
rendah, hendaknya pembinaan lanjutan tetap diperhatikan secara serius
oleh petinggi kongregasi. Para pembina dan pendamping hendaknya
memiliki kemampuan memberikan rasa aman bagi frater, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan dalam hal bimbingan, memiliki dedikasi
dan spiritualitas kongregasional yang baik seperti terbuka, asertif, mampu
88
berempati, mampu memberikan teladan, serta bisa menumbuhkan rasa
percaya diri para frater yunior untuk membuka diri. Demikian juga para
frater yunior hendaknya perlu memahami dan menyadari peran dan
tanggungjawab seorang pemimpin dalam komunitas.
b. Perlu adanya program pelatihan mengenai pembukaan diri agar setiap
pribadi mampu memahami dan menyadari pentingnya membuka diri.
c. Dalam rangka konkretisasi penghayatan kaul perlu digali hal-hal yang
berkaitan dengan seksualitas.
2. Para peneliti lain.
a. Peneliti lain diharapkan untuk mencoba mengungkap/meneliti penyebab
cenderung rendahnya pembukaan diri para.
b. Topik ini belum sampai pada aplikasi progam, karena itu peneliti lain
yang tertarik dengan topik yang sama diharapkan mengembangkan
program pelatihan lanjutan yang berfokus pada aspek pembukaan diri.
89
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Linda dan Elinor Lenz. 1995. Jadilah Diri Anda Sendiri. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogykarta: Pustaka Pelajar.
_____________. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burhan, Nurgiyantoro. 1987. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Pendidikan dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Gordon, T. 1999. Menjadi Orangtua Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Johnson, D.W. 1981. Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self-
Actualization. Englewood Cliffs: Prectice-Hall.
Juster Donald Sinaga. 2007. Skripsi ; Deskripsi Tingkat Pembukaan (Self Disclosure)
Para Frater Profesi Sementara Kepada Magister, Ordo Fratrum Minorum (OFM)
Provinsi Santo Mikhael Malaikat Agung Indonesia Periode 2006/2007. USD:
Yogyakarta.
Kitab Hukum Kanonik. 1999. Obor: Jakarta
Konstitusi Frater CMM. 1990. Tilburg: DPU CMM.
Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta:
Kanisius.
Papu, Johanes. 2002. “Pengungkapan Diri”. www//:htp. Team e-psikologi.
Paulus II, Paus Yohanes. 1991. Kitab Hukum Kanonik. Jakarta: Obor dan KWI.
Paul Suparno. 2008. Kaul Biara: Takut Terbuka Dengan Orang Lain Dalam Biara.
Dalam Majalah Rohani No.03 Tahun Ke-55, Edisi Maret. Kanisius: Yogyakarta
Poerwadarminta, W.J.S.,1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Prasetyo, Mardi. 1993. Psikologi Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius.
____________. 2001. Unsur-unsur Hakiki dalam Pembinaan 2. Yogyakarta:
Kanisius.
Sekretariat CMM Provinsi Indonesia. 2007. Dokumen Pribadi Para Frater CMM
2007-2008 . Yogyakarta: Provinsialat CMM.
Staf Yayasan Cipta Loka Caraka 1976. Mengapa Takut Bersikap Terbuka.
(terjemahan). Yogyakarta: Kanisius.
Statuta Provinsi Indonesia. 2002. Yogyakarta: DPP CMM Indonesia.
Supratiknya, A.1995. Komunikasi antara Pribadi.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
90
van Geene, Harie. 1993. Dalam Gerakan Belaskasih. Tilburg: DPU CMM.
van Leirop, Pieter Jan. 1995. Joannes Zwijsen Uskup Agung dan Pendiri Kongregasi.
Yogyakarta: DPP CMM Indonesia.
91
INSTRUMEN TINGKAT PEMBUKAAN DIRI PARA FRATER YUNIOR
KEPADA PIMPINAN ROHAHI KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA BUNDA BERBELASKASIH (CMM) PROVINSI INDONESIA
TAHUN 2007/2008
Identitas Umur :……………………………………………….. Profesi ke :……………………………………………….. Budaya :……………………………………………….. Tanggal pengisian :………………………………………………..
Kata pengantar Para frater yang terkasih, Pada kesempatan ini saya meminta kesediaan frater untuk mengisi kuesioner ini.Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pembukaan diri para frater kepada pimpinan selama menjadi biarawan. Dengan demikian saya sangat mengharapkan frater mengisi kuesioner ini dengan teliti, jujur, dan sesuai dengan apa yang frater alami. Kuesioner ini bersifat rahasia. Hasil kuisoner ini tidak akan mempengaruhi penilaian pimpinan terhadap frater. Oleh karena itu frater tidak perlu menulis nama pada kuesioner ini. Atas kesedian frater saya mengucapkan terimakasih.
Petunjuk Pengisian Di bawah ini ada sejumlah pernyataan tentang pembukaan diri. Bacalah masing-masing pernyataan dengan teliti. Berikanlah tanda centang (v) pada kolom alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pengalaman Anda. Alternatif yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: 1. Sangat Sering (SS) = Apabila isi pernyataan tersebut Sangat Sering Anda
lakukan. 2. Sering (S) = Apabila isi pernyataan tersebut Sering Anda lakukan. 3. Jarang (J) = Apabila isi pernyataan tersebut Jarang Anda lakukan. 4. Sangat Jarang (SJ) = Apabila isi pernyataan tersebut Sangat Jarang Anda
lakukan. Langkah-langkah mengisi kuisoner ini secara praktis adalah sebagai berikut: 1. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dalam kuesioner ini! 2. Jawablah secara jujur sesuai dengan pengalaman Anda! 3. Kalau anda mau mengganti jawaban, coretlah yang diganti! Contoh
No Hal-hal SS S J JS 1.
Dengan senang hati saya menceritakan masa lalu saya kepada pemimpin komunitas.
v
Anda memilih jawaban SS berarti Anda sangat sering menceritakan masa lalu Anda kepada pemimpin dengan senang hati.
Hormat Saya
Fr.Paulus Paji Keban,CMM
92
No
Hal-hal SS S J JS
1 Saya mengatakan dengan jujur kepada pemimpin bahwa saya sadar akan konsekuensi hidup membiara
2 Dengan malu-malu saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya kurang peduli dengan situasi di komunitas
3 Saya menceritakan kepada pemimpin bahwa saya masih terikat dengan harta warisan tertentu dalam keluarga
4 Dengan jujur saya mengatakan bahwa saya tidak punya kerinduan untuk berkembang dalam keutamaan-keutamaan
5 Saya ragu-ragu mengungkapkan kepada pemimpin bahwa saya merasa kecewa ketika pemimpin kurang menghargai pengalaman masa lalu saya.
6 Dengan malu-malu saya mengatakan kepada dewan pimpinan bahwa saya kurang setia pada hidup doa
7 Saya menceritakan kepada pemimpin bahwa saya peka menanggapi kebutuhan dan masalah kerasulan di tempat pastoral
8 Dengan jujur saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya tertutup dalam berelasi dengan umat tertentu di luar
9 Dengan jujur saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya berusaha menghargai setiap orang dalam komunitas
10 Saya mengungkapkan kepada dewan pimpinan bahwa hidup doa dan karya saya tidak seimbang
11 Dengan jujur saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya kurang senang dengan penerimaan umat kepada saya saat berpastoral
13 Saya mengatakan terus-terang kepada dewan pimpinan bahwa saya tidak setuju dengan dengan gaya pendampingan yunior di kongregasi
14 Saya mengungkapkan kepada pemimpin mengenai perasaan-perasaan yang saya alami
15 Saya menceritakan kepada pemimpin bahwa Senang menggunakan mobil umum ke kampus/tempat kerja
16 Dengan jujur saya mengatakan bahwa saya mempunyai cukup uang (uang pribadi)
17 Saya mengatakan kepada dewan pimpinan bahwa saya memiliki iman yang dinamis, yang berakar dalam pengalaman hidup saya
18 Dengan jujur saya mengatakan kepada pemimpin bahwa pada saat tertentu saya bosan/kering/hampa dengan kehidupan di biara
19 Saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya kurang paham tentang ketiga kaul
93
20 Saya mengungkapkan terus-terang kepada pemimpin bahwa saya kecewa karena pemimpin kurang memberi dukungan terhadap kehidupan rohani saya.
21 Dengan malu saya menceritakan kepada pemimpin bahwa saya kurang bertanggung jawab menggunakan sarana-prasarana
22 Saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya senang kalau pemimpin memberi masukan kepada saya dalam hal berpastoral supaya aktif dan efektif
23 Saya mengungkapkan keinginan saya kepada pemimpin agar saya dibimbing ketika saya mengalami masalah dan dalam kebimbangan.
24 Saya mengungkapkan dengan jujur kepada dewan pimpinan bahwa kharisma kongregasi kurang berkembang dalam diri saya
25 Saya mengungkapkan dengan terus terang kepada pemimpin bahwa saya membutuhkan informasi dari pemimpin tentang suatu hal
26 Saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya mendapat stipendium saat berpastoral
27 Saya mengungkapkan kepada pemimpin bahwa saya senang mengenakan jubah pada saat-saat tertentu
28 Dengan jujur saya menceriterakan bahwa saya selalu membantu orang miskin
29
Saya mengatakan tidak kepada pemimpin yang menyuruh saya untuk patuh kepada setiap nasehatnya karena menurut saya nasehatnya kadang tidak masuk akal dan membosankan
30 Saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya sulit menjalani jadwal komunitas
31 Saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya butuh waktu tenang untuk memantapkan panggilan saya ketika saya mengalami kebimbangan.
32
Saya mengatakan terus-terang kepada pemimpin bahwa saya lebih suka tinggal dan merenung di komunitas minggu ini, daripada mengikuti kegiatan doa di luar komunitas
33 Dengan jujur saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya tidak bisa menemani pemimpin karena saya ada kegiatan lain
34 Dengan terus-terang saya menceritakan kekurangan saya kepada pemimpin
35 Saya berpura-pura senang di depan pemimpin dengan keterlibatannya yang kurang di dalam komunitas padahal sesungguhnya saya tidak senang
36 Saya mengatakan kepada dewan pimpinan bahwa saya senang kalau ada orang usianya lebih tua sebagai pemimpin komunitas
94
37
Saya ragu-ragu mengatakan kepada pemimpin perihal keputusan saya untuk tidak ikut kegiatan di biara karena ada kegiatan pendampingan kepada umat (misalnya pendampingan mudika, legio Maria) di luar
38 Saya menyampaikan kepada pemimpin bahwa saya merencanakan suatu pekerjaan
39 Saya mengabaikan pendapat saya dihadapan pemimpin dan menuruti pendapatnya
40 Saya menceritakan kepada pemimpin bahwa saya tidak bisa membagi waktu secara keseluruhan
41 Saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya sulit mengambil suatu keputusan
42 Dengan jujur saya mengatakan kepada dewan pimpinan bahwa saya lebih taat kepada orang tertentu yang mempunyai pemikiran yang sama dengan saya
43 Saya malu menceritakan masa lalu saya kepada pemimpin komunitas.
44 Dengan terus-terang saya menceritakan kepada dewan pimpinan bahwa tenaga saya kurang dibutuhkan
45 Saya mengatakan terus-terang kepada pimpinan bahwa saya merasa risih bahwa kehidupan doa saya terus di kontrol
46 Dengan malu-malu saya menyampaikan keinginan saya kepada pemimpin untuk refreshing/relaksasi menghilangkan kejenuhan di dalam biara.
47 Saya mengungkapkan kepada pemimpin bahwa saya butuh waktu untuk merenung jika saya harus mengambil suatu keputusan.
48 Saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya merasa iri bila melihat teman yang lebih berbakat
49 Dengan jujur saya mengatakan kepada pemimpin bahwa saya sebenarnya berusaha menutupi kelemahan saya
50 Saya sulit mengungkapkan kepada pemimpin perihal kebutuhan-kebutuhan saya demi kegiatan pastoral saya
51 Dengan jujur saya mengatakan bahwa saya kurang suka kalau pemimpin hanya menunjuk orang-orang tertentu untuk berpastoral di daerah tertentu
95
HASIL TABULASI UJI COBA KUESIONER PEMBUKAAN DIRI PARA FRATER YUNIOR
KEPADA PEMBIMBING ROHANI KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA BUNDA BERBELASKASIH (CMM)
INDONESIA TAHUN 2007/2008
Sbyk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 1 4 2 3 3 4 3 3 3 1
5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
6 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3 3 3 4 3 2 1
7 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 2
8 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 4 2 1 3 1 3 3 4 3 3 2 2
9 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 1 1 4 2 3 4 3 3 4 2 1
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 2
11 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3
12 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3
13 3 3 3 2 3 3 2 1 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 3 1
14 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 4 3 4 4 4 1
15 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 2 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3
16 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 1 2 2 2 3 4 3 4 3 1
17 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 1 2 3 2 4 4 3 3 3 3 2
18 2 2 2 2 2 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 1 4 1 3 3 3 4 4 2 1
19 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 2 2 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 2
20 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 4 4 4 3 2 1 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2
21 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 1 4 3 4 4 4 4 3 3 3
22 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3
23 4 4 4 4 4 3 2 2 4 2 4 1 4 1 3 3 2 3 3 2 1 3 3 4 2 3 3 3 1 1
24 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 2 2
25 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 1 3 3 4 4 3 3 3 2 2
26 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4
27 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 2 2 3 4 4 4 2 3 1 2 2 4 4 4 2 3 2 1
28 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 4 4 3 2 4 3 2 2 4 3 3 4 4 4 2 2
29 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 2 3 2 4 4 2 2 1 2 1 3 3 3 4 4 3 2
30 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 2 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3
31 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 2
96 96 94 96 97 91 85 106 94 108 101 107 97 98 101 101 99 95 86 64 94 82 103 102 107 105 110 84 62
96
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
4 3 2 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3
2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 1 1 3 3 2 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4
3 3 4 2 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 2 4 2 2 3
3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2 3 4 1 1 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 2 2 2 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4
3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 1 3 3 1 2 3 3 1 2 3 2 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 1 3 3 1 1 3 2 2 2 3 4 4 2 3 3 3 2 3
3 3 3 4 2 3 4 4 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 2 4 2 3 3 3 4 4 2 2 4
2 2 3 2 1 2 4 3 4 4 1 2 2 1 1 3 4 1 3 1 2 1 1 2 4 3 2 4 3 3 2 4
3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3
2 3 2 4 2 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 4 4 4 3 2
3 4 2 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3
3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 4 3 3 1 2 3 4 2 2 2 2 2 4 3 4 4 2 3 3 2 2 3
2 3 1 2 3 2 3 3 3 3 4 2 4 2 1 4 4 2 1 3 1 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3
3 3 2 3 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 1 2 2 4 4
3 4 2 3 3 3 2 3 2 4 4 3 4 2 2 4 3 2 1 3 2 1 3 3 3 4 2 3 3 4 2 3
2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3
1 2 1 1 3 4 2 2 3 2 1 1 4 1 1 2 3 2 3 2 1 2 1 2 2 4 3 4 4 4 2 2
2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 4 4 2 4 4 3 3 3
2 2 1 2 2 4 2 4 2 3 3 2 3 2 1 4 3 2 1 3 2 1 2 2 4 4 1 3 3 4 2 3
1 3 1 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 4 3 4 3 4 4 3 3
2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 2 3 4
1 3 2 3 1 4 2 3 2 2 3 3 3 2 1 4 1 1 1 2 1 1 1 3 4 4 2 3 3 4 2 2
2 3 1 3 2 3 1 3 3 2 3 3 2 2 1 4 2 1 2 2 3 2 2 3 4 3 3 4 3 4 2 3
1 2 2 2 1 4 4 4 1 3 1 1 3 2 3 4 2 4 2 2 3 1 1 3 4 4 1 4 4 4 1 2
1 4 3 4 3 3 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 3 4 2 4 4 3 3 2 4
2 4 2 2 2 3 3 3 3 4 2 3 4 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 3 3 3 3 4 4 1 2
1 4 3 4 1 4 2 4 4 4 3 4 2 3 3 3 2 1 1 4 2 2 3 4 4 4 3 2 3 4 3 4
2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 2 2
1 3 1 3 3 2 4 4 3 2 1 2 3 3 3 3 2 2 1 3 2 2 3 2 4 4 4 3 4 3 2 3
2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 4 4 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4
67 93 66 88 75 97 93 99 88 97 82 90 96 77 65 98 89 64 58 87 75 67 81 89 106 104 87 101 103 102 77 96
97
63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 Total
2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 50
3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 45
2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 47
4 2 4 2 2 1 2 3 2 4 4 3 3 1 4 2 3 3 49
3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 51
2 2 2 1 4 2 1 1 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 41
2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 44
3 2 1 2 3 2 2 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 49
3 1 2 1 2 1 1 3 4 3 4 3 3 1 4 3 4 3 46
3 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 52
3 3 3 2 4 3 2 3 2 3 3 3 2 1 3 3 3 4 50
3 2 2 1 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 1 4 4 4 52
3 1 3 2 3 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 48
2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 4 3 4 1 2 2 2 3 41
2 4 4 3 3 2 3 1 3 4 4 3 2 3 3 4 3 4 55
3 3 2 3 3 1 1 3 2 3 4 3 3 2 4 3 4 3 50
3 2 1 2 2 1 1 2 2 3 4 3 2 3 2 3 3 4 43
4 1 2 1 3 3 1 3 2 3 4 3 4 3 3 1 3 4 48
3 3 2 3 3 2 2 3 3 4 4 3 2 3 3 2 3 3 51
4 1 1 1 3 2 1 2 2 2 4 4 3 2 4 3 3 3 45
2 3 3 3 2 1 3 1 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 49
3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 54
2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 4 4 3 1 4 1 2 3 37
2 2 1 2 3 1 2 2 3 2 4 4 4 2 4 1 4 4 47
1 2 1 1 4 1 2 1 2 2 4 4 4 1 4 3 3 3 43
4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 57
4 2 2 1 3 1 2 2 2 2 4 2 3 2 3 3 4 4 46
3 2 2 3 3 2 4 4 1 4 4 3 2 1 2 2 2 2 46
3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 48
3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 4 2 3 4 52
3 2 2 3 4 1 3 3 3 3 4 4 3 2 4 2 4 3 53
87 67 67 64 91 58 64 75 77 92 114 99 95 65 97 76 100 101 1489
98
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
VAR00001 236.7419 557.5312 .4445 .9291
VAR00002 236.6774 553.5591 .5561 .9286
VAR00003 236.7419 557.5312 .4445 .9291
VAR00004 236.7419 551.8645 .5504 .9285
VAR00005 236.7419 557.5312 .4445 .9291
VAR00006 236.6129 555.3118 .4689 .9289
VAR00007 236.8387 550.7398 .4897 .9286
VAR00008 236.9355 548.3957 .5715 .9282
VAR00009 236.1935 570.0280 -.0266 .9308
VAR00010 236.7097 551.4796 .5109 .9286
VAR00011 236.1613 567.6731 .0802 .9304
VAR00012 236.4839 551.1247 .4741 .9287
VAR00013 236.3548 566.6366 .1139 .9303
VAR00014 236.6129 550.5785 .4359 .9289
VAR00015 236.5806 564.3183 .2335 .9299
VAR00016 236.5161 565.3914 .1113 .9306
VAR00017 236.5484 564.2559 .1470 .9304
VAR00018 236.5484 557.5892 .4134 .9292
VAR00019 236.7419 554.9312 .4196 .9291
VAR00020 236.9032 543.0903 .5588 .9281
VAR00021 237.7097 544.6129 .4956 .9285
VAR00022 236.7419 560.3978 .2568 .9299
VAR00023 237.1613 551.5398 .4502 .9288
VAR00024 236.2903 567.6129 .0747 .9305
VAR00025 236.2903 567.7462 .0691 .9305
VAR00026 236.3548 561.1699 .3416 .9295
VAR00027 236.3871 567.3118 .0742 .9306
VAR00028 236.2581 566.3978 .1276 .9303
VAR00029 237.0645 550.5957 .5260 .9285
VAR00030 237.3871 539.3118 .6852 .9273
VAR00031 237.6774 556.3591 .3044 .9297
VAR00032 236.7742 547.9140 .6481 .9279
VAR00033 237.5161 562.4581 .1732 .9304
VAR00034 236.9032 546.2903 .5798 .9281
VAR00035 237.3548 552.9699 .3985 .9291
VAR00036 236.4516 565.3226 .1213 .9305
VAR00037 236.8387 568.1398 .0231 .9312
VAR00038 236.5161 562.5247 .2134 .9301
VAR00039 236.9355 560.8624 .2397 .9300
VAR00040 236.6129 556.5785 .3920 .9292
VAR00041 237.1290 545.6495 .4758 .9287
_
99
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
VAR00042 236.9032 543.0903 .6325 .9277
VAR00043 236.7097 569.8129 -.0187 .9311
VAR00044 237.1935 537.3613 .6658 .9273
VAR00045 237.6452 550.6366 .4397 .9289
VAR00046 236.5806 565.5849 .1088 .9306
VAR00047 236.9355 563.3957 .1447 .9306
VAR00048 237.4194 539.4516 .6322 .9275
VAR00049 237.8710 561.7828 .1514 .9308
VAR00050 236.8710 547.9828 .5494 .9283
VAR00051 237.3548 549.1699 .5213 .9284
VAR00052 237.4516 538.0559 .7181 .9271
VAR00053 237.1613 544.7398 .5489 .9282
VAR00054 236.9032 548.8237 .6620 .9280
VAR00055 236.3548 565.8366 .1287 .9303
VAR00056 236.4194 579.1849 -.3074 .9325
VAR00057 237.0323 549.5656 .4578 .9288
VAR00058 236.5484 567.7226 .0345 .9311
VAR00059 236.5161 568.1914 .0440 .9306
VAR00060 236.5806 570.0516 -.0272 .9315
VAR00061 237.2581 553.5312 .4094 .9291
VAR00062 236.6452 552.3699 .4975 .9287
VAR00063 236.9355 557.0624 .3291 .9295
VAR00064 237.4194 536.9849 .7419 .9269
VAR00065 237.5806 547.3183 .4888 .9286
VAR00066 237.5161 537.0581 .7194 .9270
VAR00067 236.8710 562.9161 .1933 .9302
VAR00068 237.6129 539.7785 .6220 .9276
VAR00069 237.7097 548.3462 .4668 .9287
VAR00070 237.2581 546.7978 .4913 .9286
VAR00071 237.3226 559.8925 .2524 .9299
VAR00072 236.7419 549.3312 .6322 .9281
VAR00073 236.1290 570.5161 -.0501 .9308
VAR00074 236.5806 566.9183 .0974 .9304
VAR00075 236.6452 567.3032 .0596 .9308
VAR00076 237.4516 548.3892 .4532 .9288
VAR00077 236.6774 569.7591 -.0195 .9314
VAR00078 237.1290 546.6495 .5569 .9282
VAR00079 236.5806 558.9183 .3396 .9295
VAR00080 236.5484 557.4559 .3819 .9293
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients
N of Cases = 31.0 N of Items = 80
Alpha = .9302
100
101
Tabel
Perhitungan Peringkat
No Total U Peringkat Kualifikasi Keterangan
1 124 87 39 sangat rendah
2 151 89 38 rendah
3 124 90 37 rendah
4 137 92 36 rendah
5 132 93 35 rendah
6 140 101 34 rendah
7 136 104 33 rendah
8 118 105 32 rendah
9 121 105 32 rendah
10 105 106 31 rendah
11 160 106 31 rendah
12 120 108 30 rendah
13 101 108 30 rendah
14 104 108 30 rendah
15 108 111 29 rendah
16 137 111 29 rendah
17 105 111 29 rendah
18 173 111 29 rendah
19 126 112 28 rendah
20 114 113 27 sedang
21 113 114 26 sedang
22 121 114 26 sedang
23 106 116 25 sedang
24 159 116 25 sedang
25 119 117 24 sedang
26 123 118 23 sedang
27 87 118 23 sedang
28 129 118 23 sedang
29 117 119 22 sedang
30 111 119 22 sedang
31 111 120 21 sedang
32 131 120 21 sedang
33 108 121 20 sedang
34 125 121 20 sedang
35 90 121 20 sedang
36 124 123 19 sedang
102
37 106 123 19 sedang
38 118 123 19 sedang
39 116 124 18 sedang
40 89 124 18 sedang
41 156 124 18 sedang
42 108 124 18 sedang
43 124 124 18 sedang
44 143 125 17 sedang
45 111 126 16 sedang
46 120 127 15 sedang
47 111 127 15 sedang
48 93 129 14 sedang
49 123 131 13 sedang
50 119 132 12 sedang
51 92 136 11 sedang
52 127 137 10 sedang
53 127 137 10 sedang
54 123 140 9 tinggi
55 112 143 8 tinggi
56 121 149 7 tinggi
57 124 150 6 tinggi
58 118 151 5 tinggi
59 114 156 4 tinggi
60 150 159 3 tinggi
61 149 160 2 tinggi
62 160 160 2 tinggi
63 116 173 1 sangat tinggi
64 0 0 0 tidak ada
65 0 0 0 tidak ada
66 0 0 0 tidak ada