Post on 15-Oct-2021
3 PERANCANGAN BANGUNAN
3.1 Fasilitas bangunan
Mengacu kepada penjabaran, batasan dan hasil analisis terhadap perkembangan
seni kontemporer yang cukup pesat di masyarakat, maka kebutuhan ruang pusat seni
kontemporer adalah.
• Teater tertutup memberi fasilitas bagi seniman tari dan teater kontemporer yang
memerlukan background dan akustik khusus.
• Teater terbuka memberi fasilitas bagi seniman musik, tari dan teater
kontemporer.
• Ruang musik underground memberi fasilitas bagi pemusik kontemporer yang
memerlukan penanganan khusus terhadap kebisingannya. Didalamnya adalah
ruangan bebas kolom yang memungkinkan penontonnya memberikan reaksi dan
ekspresi yang bebas terhadap pagelaran musik yang disajikan.
• Ruang pamer seni rupa kotemporer memberi fasilitas ruang pamer bagi bidang
seni yang diapresiasikan dalam bidang-bidang dua dimensi.
• Ruang pamer instalasi memberi fasilitas ruang pamer bagi bidang seni instalasi.
• Ruang pamer seni kontemporer tiga dimensi memberi fasilitas ruang pamer bagi
bidang seni yang diapresiasikan dalam bidang tiga dimensi.
• Ruang pamer komik memberi fasilitas ruang pamer bagi bidang seni komik yang
kian marak akhir-akhir ini.
• Ruang pamer temporer memberi fasilitas ruang pamer bagi bidang seni
kontemporer dalam waktu yang terbatas.
28
• Ruang pamer terbuka memberi fasilitas ruang pamer untuk karya-karya seni
kontemporer yang tidak dapat ditampung ruang pamer lainnya atau karya seni
yang membutuhkan elemen-elemen alam sebagai bagian dari pengekspresiannya.
• Perpustakaan memberi fasilitas data, katalog dan dokumen yang berhubungan
dengan seni kontemporer serta ruang audio visual.
• Bengkel memberi fasilitas bagi para seniman untuk berlatih, berkarya,
memperbaiki, menginstal dan mempersiapkan karya yang hendak dipertunjukkan.
• Kafe dan toko-toko kaset, buku dan suvenir.
• Unit Pengelola dan Unit Servis, termasuk fasilitas mechanical dan electrical.
• Fasilitas parkir
3.2 Program dan besaran ruang
Selama proses perancangan tidak mengalami perubahan program ruang, namun
pada beberapa fasilitas terjadi perubahan besaran ruang.
Fasilitas untuk teater terbuka semula direncanakan memiliki kapasitas penonton
seribu orang, namun selama proses perancangan mengalami perubahan kapasitas
menjadi lima ratus orang. Perubahan ini dilakukan berdasarkan hasil studi literatur
pada proses perancangan terhadap kapasitas teater terbuka dan bentukan yang terjadi,
dimana kapasitas ideal untk mendapatkan sistem suara dan jarak pandang yang baik
pada teater terbuka adalah sebesar lima ratus orang.
Fasilitas ruang pertunjukan musik underground semula direncanakan memiliki
kapasitas penonton dua ribu orang namun selama proses perancangan mengalami
perubahan kapasitas yang dikarenakan perhitungan lahan terbangun yang diijinkan
29
adalah lima puluh persen dari total lahan secara keseluruhan sehingga penonton
dikurangi menjadi seribu dua ratus orang.
Falisitas teater tertutup, perpustakaan, ruang pamer terbuka dan tertutup, serta
ruang-ruang penunjang aktivitas pemenuhan kebutuhan tidak mengalami perubahan.
Khusus bengkel terjadi perubahan yaitu bengkel perbaikan dan restorasi yang semula
memiliki ruang tersendiri, selama proses perancangan disatukan dengan bengkel-
bengkel yang bersangkutan.
3.3 Pola penataan massa bangunan
Penataan massa dibagi menjadi tiga yaitu penerima, area pertunjukan dan
penunjang. Penataan yang terjadi dibuat dinamis, crossing axis dan bergerak serta
saling membingkai satu sama lain, serta seperti susunan yang belum selesai.
Area penerima diletakkan menghadap Jalan Gubeng Pojok dengan asumsi
bahwa jalan tersebut adalah jalan besar yang dapat menarik banyak orang, meliputi
lobby, kafe dan unit pengelola. Area pertunjukan adalah teater terbuka, teater
tertutup, pertunjukan musik dan area pamer terbuka dan tertutup. Area pertunjukan
di letakkan ditengah berdasarkan pola penyebaran pengguna aktivitas dan
perhitungan akustik dua arah yaitu agar area pertunjukan tidak terganggu oleh
kebisingan disekitarnya dan area pertunjukan tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya. Perletakan teater terbuka yang berbentuk lingkaran di tengah tapak juga
berfiingsi sebagai pemersatu bentuk-bentuk yang tidak teratur disekitarnya. Area
penunjang adalah perpustakaan dan bengkel, diletakkan menghadap Jalan Kusuma
Bangsa karena beban kebisingan jalan lebih kecil.
30
Modul yang digunakan secara umum adalah 8 m x 8 m berdasarkan perhitungan
modul parkir pada lantai basement kecuali pada bangunan penerima dengan modul
6 m x 6 m dan bangunan perpustakaan 10 m x 8 m dan 10 m x 4 m.
Tujuan lain dari peletakan bangunan penunjang di Jalan Kusuma Bangsa dan
bangunan penerima di Jalan Gubeng Pojok adalah sebagai facade yang juga berfungsi
sebagai "pagar" bagi fasilitas pertunjukan.
3.4 Pola penataan elemen-elemen penunjang massa bangunan
Elemen-elemen penunjang massa bangunan yang dibahas adalah pohon, air
(kolam buatan), pola lantai ruang terbuka, pedestrian dan bentuk lansekap.
Elemen pohon adalah hal yang benar-benar diperhitungkan untuk menunjang
penataan massa bangunan. Penataan yang dinamis, adanya crossing axis dan
rangkaian yang membentuk vista, diantaranya dengan bentuk massa yang melayang,
menyebabkan sebagian pergerakan dan pandangan tidak memiliki batas yang jelas.
Mengatasi hal tersebut, pohon dijadikan sebagai pembentuk batas, pengarah
pergerakan agar dinamis dan sebagai penunjang pembentukan rangkaian vista,
dengan cara disusun berjajar.
Elemen pohon yang digunakan sebagai pembentuk lansekap diupayakan tidak
disusun berjajar agar dapat langsung dibedakan fungsinya.
Elemen air difungsikan sama seperti elemen pohon. Ada dua bentuk elemen air
yang digunakan, yaitu air yang mengalir dan air yang tidak mengalir. Elemen air yang
bergerak dimaksudkan untuk membentuk dinamisitas dan memberi arah pergerakan.
Elemen air yang tidak mengalir dimaksudkan untuk menimbulkan kesan tenang demi
mengimbangi pola penataan massa yang dinamis dan bergerak.
31
Pola lantai pada ruang terbuka juga membentuk pola dinamis dan bergerak di
samping secara perilaku memberi arah pada orang yang berada di dalam tapak.
Begitu pula dengan pola pedestrian yang dinamis, bergerak dan mengarahkan pejalan
kaki pada vista-vista yang dibentuk, demikian pula dengan penataan lansekapnya.
Pola lansekap yang menghadap Jalan Gubeng Pojok dihadirkan pola sungai
Kalimas (menghadirkan elemen luar) yang menambah kejamakan bentuk dan
dinamisitas.
3.5 Bentuk dan penampilan bangunan
Bentuk dan penampilan massa bangunan yang terjadi adalah berdasarkan konsep
perancangan dan konsep urban. Diusahakan bangunan yang terjadi adalah bangunan
in between agar tidak merusak tatanan kota yang sudah ada. Bentuk dan tampilan
massa pada Jalan Kusuma Bangsa lebih sederhana daripada Jalan Gubeng Pojok.
Bentuk dan tampilan massa sepanjang Jalan Gubeng Pojok jauh lebih kompleks dan
dinamis daripada Jalan Kusuma Bangsa.
Bentuk dan tampilan massa, secara konsep perancangan, adalah dinamis,
mengalir (membentuk arah), berupa bangunan unfinished dan saling membentuk dan
memberi vista. Bentuk tiga dimensi yang digunakan adalah geometri tidak murni
dengan pengolahan bentuk dan gabungan transformasi bentuk-bentuk geometri.
• Massa penerima dan area pengelola
Penampilan massa berupa bentuk transformasi dan penetrasi persegi panjang.
Menggunakan teknik olah bentuk sehingga membentuk void asimetri
ditengahnya. Penggabungan beberapa transformasi persegi panjang dengan teknik
shifting axis.
dinamis-t
shifting axis
penetrasi
gam bar 3.1 Massa penerima dan area pengelola
• Massa teater tertutup
Massa teater tertutup adalah massa yang memiliki massa luasan terbesar sehingga
terkesan mendominasi. Massa teater tertutup agar tidak terkesan sebagai massa
utama dan mendominasi bangunan tersebut seolah-olah dipecah-pecah menjadi
beberapa bentuk transformasi geometri. Menggunakan teknik olah bentuk
sehingga pada beberapa bagiannya dapat menunjukkan percepatan dengan teknik
shifting, embracing dan penetrasi. Penggabungan beberapa bentuk transformasi
geometri agar tampak menyatu menggunakan teknik penetrasi. Bangunan teater
tertutup, secara keseluruhan, membentuk satu kesatuan yang dinamis, namun
terlihat seperti bangunan yang belum selesai seluruhnya (unfinished).
brmasi bentuk geometri
33
dinamis —
unfinished
gambar 3.2 Massa teater tertutup
• Massa teater terbuka
Massa teater terbuka berbentuk setengah lingkaran yang seolah-olah diteruskan
dengan jajaran kolom non struktural yang membentuk trace, sehingga terkesan
sebagai lingkaran penuh. Kolom-kolom non struktural tersebut juga berfungsi
sebagai bingkai bagi penonton yang berada di teater terbuka dan begitu pula
dengan orang yang berada di luar yang melihat ke dalam teater terbuka. Bentuk
setengah lingkaran tersebut dipecah-pecah menjadi beberapa bagian yang
dinamis dan terlihat seperti terjadi crossing axis, begitu pula dengan penutup
atapnya. Penggabungan bentuk pecahan-pecahan dengan teknik penetrasi tersebut
diharapkan dapat menunjukkan keanekaragaman, kebebasan bentuk dan
penataan, serta kesan unfinished. Beberapa bagiannya menunjukkan percepatan
dengan bangunan melayang yang menggunakan teknik mounting dan shifting.
dinamis
shifting
gambar 3.3 Massa teater terbuka
• Massa ruang pamer tertutup
Ruang pamer tertutup berupa penggabungan beberapa transformasi persegi
panjang melayang dengan teknik crossing axis, sehingga membentuk rangkaian
bingkai yang saling memvwto yang menonjolkan keanekaragaman bentuk
geometri yang dinamis, tetapi secara keseluruhan rangkaian tersebut terlihat
bergerak dan belum selesai.
unfinished bergerak
saling memvista
gambar 3.4 Massa ruang pamer tertutup
35
• Massa pamer terbuka
Konsep dinamis, keanekaragaman dan kebebasan bentuk diterapkan pada bentuk
lantai dan penataan pola lantai yang dirangkaikan dengan elemen-elemen
penunjang bangunan seperti elemen air dan elemen pohon. Elemen-elemen
penunjang tersebut dipergunakan sebagai sarana pembentuk vista dan pemberi
arah.
unfinished
engalir
bingkai
pemberi arah -_£
gambar 3.5 Massa ruang pamer terbuka
Massa penunjang (perpustakaan dan bengkel)
Bangunan ini memiliki bentuk yang paling sederhana berupa penggabungan
transformasi persegi panjang dengan bentuk melayang pada salah satu ujungnya
yang berfungsi sebagai penanda, percepatan dan pemberi arah. Akhir dari bagian
bangunan ditinggalkan sebagian sebagai bagian yang belum selesai dan sebagian
rangka yang menonjolkan konsep unfinished.
gambar 3.6 Massa penunjang
3.6 Penataan ruang da lam bangunan
Sebagaimana dengan bentuk dan penampilan yang terjadi, sesuai dengan konsep
perancangan, ruang-ruang di dalam bangunan dirancang secara dinamis, bergerak,
unfinished dan untuk membentuk vista. Penataan ruangnya berupa geometri tidak
mumi dan gabungan transformasi bentuk geometri dasar.
3.7 Sistem struktur dan pemakaian bahan bangunan
Secara umum bahan struktur utama yang digunakan adalah baja. Sistem struktur
rangka yang digunakan adalah sistem portal termodul dengan balok dan kolom baja I.
Pemecahan delatasi struktur ada dua dan terjadi di lantai basement. Penyelesaian
pemecahan delatasi struktur dengan sistem konsol-konsol.
Pada bangunan ruang pamer tertutup yang berupa bangunan melayang
menggunakan balok tarik dengan kolom penyangga berupa dua kolom yang bertemu
37
diujungnya agar joint yang terjadi menjadi kaku. Bentuk-bentuk mounting, shifting
dan penetration menggunakan sistem konsol.
Pemilihan bahan struktur baja, selain pertimbangan dimensi baja yang cukup
kecil, adalah untuk mendukung konsep perancangan yaitu membentuk sesuatu yang
unfinished dengan mengekspose sebagian struktur bangunan.
Khususnya struktur atap teater tertutup menggunakan open web joist steel yang
ditutupi dengan bahan atap Tri Deck Hi-ten, karena diperlukan bentang yang lebar.
3.8 Perlengkapan pelayanan dan utilitas bangunan
3.8.1 Sistem distribusi air bersih
Pendistribusian air bersih menggunakan sistem up feed, dengan menggunakan
tiga buah tandon bawah yang terletak di basement. Satu tandon utama dan dua
tandon pendukung, karena jumlah ketinggian lantai yang memerlukan air bersih
maksimal tiga lantai, maka sistem up feed diasumsikan cukup memadai. Air bersih
dari PDAM ke meter lalu ke tandon bawah, dari tandon bawah didistribusikan ke
bangunan-bangunan dengan menggunakan pompa. Gambaran yang lebih jelas, lihat
lampiran satu.
Perhitungan kebutuhan air bersih
Tandon bawah dengan pengguna tiga ribu dua ratus orang:
Pemakaian air/hari: rumah makan = 15 liter/hari; 7 jam/hari
gedung pertunjukan = 30 liter/hari; 5 jam/hari
Dipilih 30 liter/hari; 10 jam/hari (dua kali pertunjukan).
Total pemakain air/hari = jumlah pemakai x jumlah air/orang/hari
= 3200 x 30 liter x 2
-•= 192000 liter
- 1 9 2 m3
Kebutuhan air/hari = 192 m3, lama pemakaian 10 jam/hari.
Kebutuhan air/jam rata-rata = kebutuhan air/hari : lama pemakaian
= 192: 10
= 19,2 m3
Kebutuhan air padapeak hour = 2 x kebutuhan air/jam rata-rata
= 2 x 19,2
= 38,4 m3
Selang waktu pompa ditentukan tiap-tiap jam.
Volume total tandon bawah = total pemakaian air/hari + 100 % (kebakaran)
= 38,4 m3+38,4 m3
= 76,8 m3
3.8.2 Sistem pembuangan
Sistem pembuangan yang dibahas di sini adalah sistem pembuangan air kotor
dan kotoran. Akan dijelaskan pula pengolahannya dan perhitungan luasan tempat
pembuangan dan pengolahannya.
3.8.2.1 Pembuangan air kotor dan kotoran
Sistem pembuangan menggunakan Sewage Treatment Plant (STP), untuk
menampung air kotor dan kotoran dari semua massa. Kotoran diolah di STP dan
secara berkala disedot dan dibuang. Air kotor diolah di STP dan digunakan untuk air
39
peturasan dan air kolam, sedangkan yang tidak bisa dimanfaatkan dibuang ke saluran
kota. Gambar yang lebih jelas lihat lampiran satu.
Perhitungan volume Sewage Treatment Plant (STP)
Asumsi kotoran yang ditampung STP adalah 60 % limbah manusia dan sisanya dari
dapur ataupantry. Jumlah pengguna (manusia) = 3200 orang.
• Pembuangan padat untuk 1 orang = 30 lt/tahun.
Jadi 3200 x 30 = 96000 lt/tahun
= 96 m3/tahun
= 0,26 m3/han
= 0,3 mVhari
Pembuangan cair untuk 1 orang = 20 lt/hari.
Jadi 3200 x 20 = 64000 lt/hari
= 64 m3/hari
• Total pembuangan dari limbah manusia = 0,3 + 64
- 64,3 m3/hari
• Kapasitas STP = 100/60 x 64,3
= 107,167 ~ 108 m3
Dimensi STP = 1 0 m x 8 m x 2 m
3.8.2.2 Pembuangan air hujan
Air hujan dari atap sebagian langsung ke tanah dan sebagian ada talang
kantong menuju ke talang vertikal yang ditanam di dinding, lalu dialirkan ke bak
kontrol, dengan jarak antar bak kontrol 4 m untuk mempermudah pengontrolan agar
40
tidak terjadi penyumbatan, kemudian di buang ke saluran kota. Gambar yang lebih
jelas lihat lampiran satu
t.r-M-t-t-t-t
Gambar 3.7 Letak tandon dan STP da lam pereneanaan
3.8.3 Sistem tata udara
Sistem tata udara yang digunakan adalah Chilled Water System, karena terdiri
dari banyak massa yang kompleks. Air dingin diolah di mesin AC dinaikkan ke
cooling tower lalu didistribusikan ke AHU yang lalu didistribusikan ke dalam
ruangan-ruangan. Untuk kejelasan letak dan penataan, lihat lampiran dua.
3.8.4 Sistem akustik
Perhitungan R.T. {reverbration time) untuk teater tertutup adalah sebagai
berikut:
Volume ruang = 7138,88 m3; R. T. - 1,4 -1,6 detik.
Tabel 3.1 Perhitungan R.T. untuk tcatcr tertutup
Permukaan
Dinding
samping (pemantul)
samping (penyerap)
belakang (penyerap)
kaca ruang proyektor,
suara dan lampu
dinding ruang lampu
depan (pemantul)
Lantai
Plafond
Tempat duduk (full)
Stage area
Material
panel gypsum
resonator celah
resonator celah
kaca clear glass
panel gypsum
panel gypsum
vinyl pada sub It.
Plywood
panel gypsum gantung
panel gypsum penyerap
kursi bludru terisi orang
Luas (m2)
849
100
194,4
16
28
176
754,86
295,56
597,94
295,56
138,64
a
0,1
0,6
0,6
0,18
0,1
0,1
0,05
0,1
0,6
0,9
0,25
Luas x a (sabins)
84,9
60
116,64
2,88
2,8
17,6
37,743
29,556
358,764
266,004
34,66
Total absorbsi gedung pagelaran = 1011,547
R.T. = 0.16 x volume ruangan total absorbsi ruangan
= 0.16 x 9403.46 m