Post on 18-Aug-2021
TUGAS PSIKOLOGI INDIGENOUS
INDIGENOUS PERSONALITY RESEARCH
Disusun oleh :Silvia Novasari (15610006)Retno Wulansari (15610014)Mohammad Imadi (15610034)Rizah Ilmiatus Sholichah (15610041)Rihadatul Faizun (15610042)Ida Sudiyar. M (14610081)Karim Abdul JabarSutriono Wandoyo (14610058)
UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL & BUDAYA
JURUSAN PSIKOLOGI
MARET 2018
Daftar Isi
Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
Penelitian Kepribadian Asli Orang China......................................................................................3
Skema Konseptual Empat Tngkat Untuk Mengklasifikasikan Atribut-Atribut Kepribadian..........3
Pencarian Dimensi-Dimensi Kepribadian Dasar Orang China.......................................................7
Studi-Studi Utama Tentang Dimensi-Dimensi Kepribadian Dasar Orang Cina.............................8
Perbandingan Tiga Program Penelitian Utama..............................................................................12
Beberapa Pernyataan Umum.........................................................................................................16
Daftar Pustaka................................................................................................................................20
PENELITIAN KEPRIBADIAN ASLI ORANG CHINA
Pada tahun 1985 K. S Yang meneliti kepribadian orang yang Cina yang kebarat-baratan
atau disebut Amerikanisasi. Sejak pertengahan 1970-an semakin banyak pakar psikologi di
Taiwan, Hong Kong, dan Cina yang melaksanakan penelitian indigenous. Pendekatan ini
mengharuskan bahwa teori, konsep, metode, alat, dan hasil para peneliti cukup
mempresantisikan struktur, mekanisme, dan proses alamiah dari fenomena psikologis dan
perilaku yang diteliti. Seperti yang melekat dalam konteks ekologis, historis, cultural, dan sosial
aslinya (sosial (C. F. Yang, 1993a, 1996; K. S. Yang, 1993b, 1997a,1997b, 1999, 2000).
A. SKEMA KONSEPTUAL EMPAT TNGKAT UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN
ATRIBUT-ATRIBUT KEPRIBADIAN
Analisis-analisis konseptual dan bukti-bukti empiric sebelumnya telah berulang
kali menunjukkan ada dua sindrom budaya di tngkat makro (budaya kolektivis dan
individualis), dan dua sindrom psikologis di tingkat mikro (kolektivis dan individualis
psikologis). Sindrom-sindrom ini tampak menonjol di masyarakat-masyarakat
kontemporer di seluruh dunia. Menilai dari karakteristik utamanya (misalnya, Ho, 1998;
Ho & Chiu, 1994; King, 1991; Liang, 1974; K, S. Yang, 1995), budaya Chian jelas-jelas
bersifat kolektivis. Secara spesifik, budaya China itu adalah sebuah bentuk kolektivisme
vertical dalam pengertian Triandis (1995). Terkait dengan kolektivisme budaya China
adalah kolektivisme psikologis China, yang melekat dalam orientasi-sosial China.
Sebagai sebuah sindrom psikologi kolektivistik, orientasi-sosila Chian utamanya terdiri
atas empat orientasi.
1. Orientasi hubungan
Orientasi hubungan orang China menekankan fatalism relasional, formalism
relasional, interdependensi relasional, formalism relasional, dan determinisme
relasiona (bentuk China dari partikularisme)
2. Orientasi otoritarian
Orientasi ini menunjukkan seperangkat afektif, kognisi, dan perilaku
terorganisasi terhadap otoritas-otoritas sosila (khusunya kepala keluarga) dengan
sensitisasi otoritas, pemujaan terhadap otoritas, dan dependensasi terhadap otoritas
sebagai fitur-fitur utamanya.
3. Orientasi familistik (kelompok)
Otoritas kelompok adalah seperangkat kompleks pikiran, sikap, nilai, dan
perilaku yang berpusat pada keluarga yang menyebabkan orang China menempatkan
tujuan, kepercayaan, dan kesejahteraan pribadinya pada posisi subordinat demi
eksistensi, keharmonisan, solidaritas, kemuliaan, kesejahteraan, dan kelestarian
keluarganya
4. Orientasi lain (tergenarilasi)
Orientasi ini terdiri atas karakteristik-karakteristik psikologis seperti
kekhawatiran konstan tentang pendapat=pendapat orang lain yang non spesifik atau
tergeneralisasi (tanpa identitas individual), konformitas yang kuat pada orang lain
ynag tidak spesifik, kepedulian mendalam terhadap norma-norma sosial, dan
penghargaan yang tinggi terhadap wajah dan reputasi
Keempat orientasi ini mempresentasikan aspek-aspek terpenting fungsi sosial
psikologis orang China, orang Chian berusaha mencocokkan diri dengan membentuk
persatuan-persatuan harmonis dengan lingkungan sosial mereka. Dari ke-4 orientasi
tersebut, orientasi hubungan dan otoritarian ada di tingkat interpersonal yang
menekankan hubungan dengan otoritas di litarlingkungan sosial. Maka, dapat dikatakan
bahwa orientasi sosial China di manifestasikan di tiga tingkat : hubungan, kelompok, dan
orang lain.
Masyarakat Eropa-Amerika berorientasi individual yang etrdiri atas komponen-
komponen inti, seperti orientasi diri, orientasi otonom, orientasi independen, dan orientasi
egalitarian. Dalam keadaan tertentu masyarakat China juga bisa berorientasi individual.
Hal ini dibuktikan ketika oran China di Taiwan, hong Kong dan China lebih berorientasi
individu di bawah dampak perubahan sosial yang di timbulkan oleh modernisasi
masyarakat (K.S, Yang 1996). Orientasi individual di gabungkan dengan orientasi sosial
(tiga tingkat) untuk membentuk sebuah skema klafisikatorik 4 tingkat yang
komperehensif.
Skema sistematik ini tentang sikap, tempramen, kebutuhan, kognisi, afeksi, dan
perilaku, semuanya adalah karakteristik yang sedikit bertahan lama sebagai orang yang
hidup dilingkungan ekologis, sosial, budaya, dan sejarah tertentu. Atribut-atribut
berorienatsi individual terutama terbentuk melalui interaksi seseorang dengan self
personalnya, yang berfungsi dalam kaitannya dengan aspek aspek individualis dari
kehidupan sehari-hari. Atribut yang berorientasi hubungan terbentuk melalui interskasi
seseorang dengan orang lain. Atribut berorientasi kelompok terbentuk melalui interaksi
seseorang dengan keluarganya dan kelompok lainnya. Atribut berorientasi orang lain
terbentuk melalui interaksi seseorang dengan orang lain yang tidak spesifik dan tidak
diidentifikasi, baik nyata maupun yang diimajinasikan, sebagai audiens yang
digeneralisasikan dalam lingkungan sosial.
Di antara ke-4 atribut kepribadian ini, atribut-atribut yang berorientasi individu
(missal bakat dan tempramen) secara dominan ditentukan secara genetic dan disposisi-
disposisi (missal, otonomi dan independensi berorientasi self) yang terutama terbentuk
dalam lingkunagn yang individualis. Kecendrungan personal ini melekat dalam individu
tersebut. sebaliknya, strubut berorientasi sosial terdiri atas keharmonisan dan
determinisme relasional, disposis yang konteksnya kelompok seperti familisme dan
identitas sosial maupun atribut lain seperti keinginan sosial dan kesadaran wajah..
disposisi yang beragam ini terukir secara mendalam pada diri seseorang yang didasari
oleh peran, norma, kewajiban, adat-istiadat, dan praktik sosial yang melibatkan berbagai
hubungan, kelompok (khusunya keluarga) dan orang lain.
Orang awam mungkin menganggap atribut yang berorientasi personal dan sosial
tetap atau dapat di bentuk, tetap atau dapat diubahnya atribut tersebut meungkin berbeda
untuk orang yang dari budaya yang berbeda. Orang Amerika atau orang barat cenderung
melihat atribut kepribadian berorientasi individu sebagai entitas yang relative tetap, dan
yang berorientasi sosial relative dapat diubah. Sebaliknya, dalam budaya kolektivis
seperti China dan orang dalam budaya Asia Timur lain yang ada dalam lingkaran budaya
Konfusian seperti Jepang dan Korea cenderung melihat atribut yang berorientasi individu
relative dapat diubah, meskipun dengan pola ketetapan dan kemampuan yang
berlawanan.
Kerangkakerja ini membentuk sebuah skema empat tingkat untuk analisis
karakteristik kepribadian yang realistis (Tabel 1). Skema konseptual yang memungkinkan
untuk menata keempat tingkat atribut kepribadian itu menjadi sebuah lingkarang
konsentrik. Denan disposisi orientasi individu di lingkaran paling dalam, orientasi orang
lain di lingkaran paling luar, dan orientasi hubungan dan kelompok diantaranya. Skema
ini tidak hanya untuk kepribadian orang Chian melainkan juga analisis perilaku orang
China. Dalam kasus orang China pada umumnya, beberapa cirri sipa berorientasi
hubungan dan kelompok cenderung lebih kuat, pervasive, dan berpengaruh di banding
yang berorientasi- orang lain, yang lebih kuat disbanding yang berorientasi individu
(gambar 1a). Sebaliknya, orang Amerika lebih kuat pada orientasi individu yang
cenderung lebih kuat, pervasive, dan inferensial daripada yang berorientasi hubungan-dan
kelompok, yang pada gilirannya lebih kuat daripada yang berorientasi orang lain (gambar
1b). gambar 1a pada dasarnya adalah untuk orang di budaya yang berorientasi sosial
seperti di Taiwan, Hing Kong, Chian, Korea, dan Jepang. Gambar 1b pada dasarnya
untuk budaya yang berorientasi individu. Selama proses modernisasi masyarakat yang
lama budaya yang berorientasi sosial bisa lebih berorientasi individu, dalam batas-batas
tertentu pola konsentriknya berangsur-angsur akan bertransformasi dari gambar 1a ke 1b.
Tabel 1. Sebuah Skema Konseptual Empat Tingkat Untuk Klasifikasi Atribut
Kepribadian Yang Di Dasarkan Pada Orientasi Individu Dan Orientasi Sosial
No Kategori
atribut-atribut
kepribadian
Orientasi psikologis
yang
berkorespondensi
dalam kaitanya
Jenis pengalaman
utama yang terlibat
dalam pembentukan
Fungsi atribut
kepribadian
dengan sistem
konseptual K.S yang
atribut
1. Atribut-atribut
berorientasi-
individu
Orientasi individu Pengalaman interaksi
seseorang dengan self
personal atau
intindividualisasi
(dibeberapa kasus,
faktor-faktor genetik
dan kematangan
yangsubtansial
mungkin terlibat)
Memfasilitasi
fungsi psikologis
seseorang sebagai
individu yang
independen,
otonom, dan
mandiri
2. Atribut-atribut
berorientasi
hubungan
Orientasi hubungan
Orientasi otoritarian
Pengalaman interaksi
spesifik-budaya dengan
orang lain yang saling
mengenal
Memfasilitasi
integrasi harmonis
seseorang dengan
orang lain
3. Atribut-atribut
berorientasi
kelompok
Orientasi familistik Pengalaman interaksi
spesifik-budaya
seseorang dengan
keluarganya atau
kelompok lain tertentu
Memfasilitasi
integrasi harmonis
seseorang dengan
keluarga atau
kelopok lain
tertentu
4. Atribut-atribut
berorientasi
orang lain
Orientasi lain Pengalaman interaksi
spesifik-budaya dengan
orang lain yang tidak
Memfasilitasi
integrasi harmonis
seseorang dengan
spesiik dan tidak
diidentifikasi, yang
nyata atau yang
diimajinasikan
orang lain yang
digeneralisasikan
Tabel. 1 sebuah skema konseptual empat-tingkat untuk klasifikasi atribut-atribut
kepribadian yang di dasarkan para orientasi individu dan orientasi sosial
Kebanyakan indigenous studies tentang perilaku orang-orang china dilaksanakan
di bidang psikologi kepribadian dan sosial. Temuan-temuan dan konsep-konsep dari
penelitian indigenized tentang self orang china, konsep orang china tetang keadilan, cara
berpikir, orang china, di laporkan dan dianalisis. Tujuanya adalah untuk melakukan
penelitian indigenized utama tentang kepribadian china dari sebuah perspektif yang luas,
denan melakukan pendekatan-pendekatan disposisional dan kultural.
B. PENCARIAN DIMENSI-DIMENSI KEPRIBADIAN DASAR ORANG CHINA
Secara tradisional, penelitian kepribadian mencakup lima wilayah utama
penelitian, yaitu genetika kepribadian, perkembangan kepribadian struktur ( dan
assesmen) kepribadian, dinamika kepribadian dan perubahan kepribadian, penelitian
indigenized tentang kepribadian china di fokuskan pada struktur dan dinamika
kepribadian, sebagian peneliti an itu telah mengadopsi pendekatan muklti dimensional
dalam mengidentifikasi dan menguukur dimensi-dimensi dasar kepribadian chinadan
sebagian lainya lebih suka mengonstruksikan sebuah skala unidimensional dengan
cakupan isi yang agak terbatas untuk asesmen disposisi-disposisi kepribadian tertentu.
Pada ksus taiwan hampir semua tes kepribadian omnibus amerika telah diterjemahkan,
(sedikit) direvisi, dan digunakan selama empat puluh tahun terakhir dengan asumsi yang
meragukan bahwa sebagai manusia orang china dan amerika mempunyai struktur
kepribadian yang serupa, kalu tidak identik.
Selama kurang lebih lima belas tahun terakhir, beberapa pakar psikologi dengan
perspektif indigenousdari ketiga masyarakat budaya china utama mulai mempertanyakan
universitas asumsi secara serius, dan mulai mengidentifikasi dimensi-simensi kepribadian
indigenousdasar orang china dan mengembangkan tes-tes dan inventori-inventori teori
indigenizedbaru untuk mengkur mereka. Sejumlah peneli(misalnya, F.M. cheung, leung,
Fan,Song,Zhang, & Zhang, 1996;F.M.cheung& leung. 1998; P.C. Cheung, conger,Hau,
lew & Lau , 1992; wang dan cui, 2003, 2004; k.S. Yng & bond, 1990; K,S. Yang & wang
, telah mengupayakan secara serius studi dimensi-dimensi dasar. Semua studi ini mulai
dengan pendekatan leksikal atau descriptive term approach, namun hanya dua (yaitu ,
F.M. Cheung et al., 1996; wang & cui, 2003, 2004) yang menapak selangkah lebih jauh
untuk mengembangkan pool item-item kalimat –lengkap untuk kontuksi inventori
kepribadian multidimensional. Di antara studi studi berorientasi ciri-ciri sifat tentang
dimensi-dimensi kepribadian china, yang paling representatif adalah yang dilaksanakan
oleh F.M. cheung et al. (1996), P.C. Cheung et al. (1992), dan S. Yang dan Wang
(2000) , dalam arti bahwa pendekatan mereka cukup indigenizeddan sistematik
C. STUDI-STUDI UTAMA TENTANG DIMENSI-DIMENSI KEPRIBADIAN DASAR
ORANG CINA
Penelitian P.C Cheung et al. (1992) mulai dengan sebuah Pool awal 191
deskriptor (kata sifat dan frasa) ciri-ciri sifat bipolar yang dikumpulkan oleh profesor
william Lew mer tentang budaya dan kepribadian China melalui reviu literatur maupun
wawancara dengan para mahasiswagraduate China. Analisis faktor terhadap data yang
diperoleh menghasilkan lima faktor bipolar utama, yaitu, Outgoing vs. Withdrawn, Self-
Serving vs. Principled, Conforming vs.Noncomforming, Stable vs. Ustable, dan Strict vs.
Accepting. Perbandingan temuan-temuan untuk keempat kelompok menunjukkan bahwa
semua kelompok China menginternalisasikan nilai-nilai Konfusian tersebut sebagai
moderasi dan disiplin diri.
Sebuah upaya yang jauh lebih serius untuk mengidentifikasi konstrak-konstrak
kepribadian multidimensional yang indiginezed utama orang China dan untuk
mengembangkan alat asesmen kepribadian dilakukan Oleh F.M. Cheung, Leung, dan
rekan-rekan sejawatnya (1996, 1998). Instrumen yang akhirnyamereka konstruksikan
adalah Chinse Personality Assesment Inventory (CPAI), yang meliputi 22 skala kepriba-
dian normal dan 12 skala klinis dalam versi-terakhirnya. Pengembangan CPAI dimulai
dengan sebuah awal dari sekitar 900 item yang ditulis dalam kalimat-kalimat Mandarin
sederhana dalam format orang-pertama. "Item-itam diseleksi dari tes-tes kepribadian
Iain, termasuk skala-skala kepribadian berbahasa Inggris atau versi terjemahan China-
nya, dan skala-skala China yang dikembangkan secara lokal" (F.M. Cheung et al., 1996,
hlm. 187). Sekitar 120 itan dipilih dari pernyataan-pernyataan tentang karakteristik
kepribadian yang diperoleh selama pilot studi untuk mengumpulkan deskripsi-deskripsi
ciri-sifat dari novel-novel China, buku-buku pepatah China, deskripsi-diri, dan deskripsi
kepribadian orang Iain yang dibuat Oleh para mahasiswa dan profesional di Hong Kong
dan China. Para peneliti juga menulis sekitar 150 item tambahan untuk melengkapi
skala-skala itu atau untuk mengem bangkan skala-skala baru. Versi uji-coba dari CPAI
tahun 1991 dan versi standardisasi dari CPAI tahun 1992 diadministrasikan secara
suksesif pada sampel-sampel besar responden dari Hong Kong dan China untuk maksud
seleksi item dan standardisasi skala. Inventorinya terdiri atas 34 skala yang mengukur
berbagai dimensi kepribadian, 22 untuk asesmen konstrak kepribadian normal,dan 12
untuk asesmen konstrak-konstrak klinis. Konstrak-konstrak yang diukur Oleh ke-22 skala
keprIbadian normal itu adalah sebagai berikut: Practical Mindedness, Infentory vs. Self-
Acceptence, Graciousness vs. Meanness, Optimism vs. Pessimism, Veraciousness vs.
Slickness, Eksternal vs. Internal locus of Control, Face, Familly Orientation,
Meticulousness, Harmony, Ren Qing (exchangeable social favor) orientation, flexibility,
modernzation, Thrift vs. Extravagance, Introversion vs. Extravesion, Leadreship,
Adventurouness, self vs. Social Orientation, Logical vs. Affectve Orientation dan
Defensiveness (Ah- Q attitude). Analisis-analisis faktor yang dilakukan untuk skala-skala
kepribadian menghasilkan empat faktor urutan-kedua (yaitu, Dependability Chinese
Tradition, Social Potency, dan Individualism).
Program penelitian relevan ketiga untuk investigasi dimensi-dimensi kepribadian
dasar orang China dilaksanakan Oleh K.S. Yang dan rekan-rekan sejawatnya (Yang &
Bond, 1990; Yang & Wang, 2000; Hsu, Wang, & Yang, 2001). Studi Yang dan Bond
(1990), yang menggunakan kata sifat kepribadian China, mengidentifikasi lima faktor
bipolar, yaitu Social Orientation vs. Self-Centeredness, Competence vs. Impotence,
Expressiveness vs. Conservatism, Self-Control vs. Implusivenes Optimism vs.
Neuroticism. Dimensi-dimensi anic dikorelasikan dengan lima dimensi yang diimpor
atau imposed-emic (yaitu, Extravasim or Surgency, Agreeablaness, Conscientiousness,
Emotional Stability, dan Culture), seperti yang didefinisikan secara empirik Oleh Tupes
dan Christal (1958), dan Norman (1961, 1963), yang mengungkapkan hubungan satu-
lawan-satu hanya untuk dua di antara kelima faktor Indigenous. Yang Iain multiple-
determined Meskipun penelitian Yang dan Bond (1990) memiliki kelebihan
menggunakan target Persons yang bermacam-macam, validitas eksternal temuan-
temuannya dibatasi Oleh kenyataan bahwa hanya para mahasiswa Taiwan yang
digunakan sebagai subjek, dan jumlah kata sifat kepribadian yang benar-benar digunakan
tidak cukup besar.
Untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam mengidentifikasi dimensi-dimensi
kepribadian orang dan menangani isu universalitas lintas-budaya model Lima Besar
Amerika, K.S. Yang dan Wang (2000) memprakarsai gelombang penelitian kedua, yang
dimulai sejak tahun 1995, yang terus menyandarkan diri pada leksikon ciri-sifat dalam
Bahasa China. Kali ini mereka mulai dengan dari lebih dari 4.000 kata sifat kepribadian
yang dikumpulkan di Taiwan dan China daratan dari kamus, novel, surat kabar, dan
deskriptor kepribadian yang dihasilkan oleh para mahasiswa dan orang dewasa. Para
mahasiswa China dari kedua Sisi Selat Taiwan diminta me-rating kebermaknaan,
familiaritas, sæial desirability, dan modernitas masing-masing dari 1.520 deskriptor yang
dipilih dari pool awal. Para peneliti menyeleksi secara saksama 410 deskriptor (dengan
mengeluarkan deskriptor-deskriptor dengan nilai skala terendah pada kebermaknaan dan
familiaritas, nilai tertinggi pada modernitas, dan nilai tertinggi dan terendah pada sæial
desirability) sebagai sebuah sampel representatif dari ke-1.520 kata sifat, dan
mengadministrasikan mereka dalam format rating questionnaire kepada empat sampel
partisipan China (mahasiswa dan orang dewasa dari Taiwan dan China). Para partisipan
me-rating kepribadian mereka sendiri pada skala lima-poin. Analisis faktor terhadap
matriks korelasional untuk total sampel 1.441 responden mengungkapkan tujuh faktor
bipolar, 5 mayor dan 2 minor, dengan urutan persentase yang semakin menurun dari
varians total yang menjelaskan: Competence vs. Impotance, Industriouness vs.
Unindustriousness, Other-Orientedness vs. Self-Centerdness, Agreeableness vs
Disagreeableness, Extraversion vs. Introversion, Large- Mindedness Small-Mindedness,
Contentedness vs. Vaingloriousness. Analisis-analisis faktor terpisah untuk sampel-
sampel Taiwan dan China (gabungan mahasiswa dan orang dewasa) menunjukkan bahwa
kedua sampel yang digabung itu hanya berbeda di faktor ketujuh: Optimism vs.
Pssimism untuk sampel Taiwan dan Contenteedness vs. Boastfulness untuk sampel
China. Interkorelasi di antara kata-kata sifat dengan loadings lebih tinggi pada faktor
yang sama dihitung dan dianalisis-faktor untuk menghasilkan sub-subfaktor untuk
masing-mæ sing dari ketujuh faktor utama itu. Lima faktor Yang pertama masing masing
terdiri atas dua atau tiga subfaktor terkait, tetapi dua Yang terakhir tidak dapat
didekomposisi menjadi sub-subfaktor.
Sebagian di antara tujuh faktor Yang dan Wang (2000) cukup mirip dengan lima
faktor tertentu Yang dan Bond (1990). Untuk sampel gabungan Taiwan, Competence vs.
Impotence, Other-Orientedness vs. Self-Orientedness, Extraversions vs. Introversion,
dan Optimism vs. Pssimisem, dalam model tujuh-faktor masing-masing berkorespondensi
dengan Competence vs. Impotence & Other-Centerdness vs. Self-Centerdness,
Expressiveness vs. Conservatism, dan Optimism vs. Neuroticism dalam model lima
faktor. Di samping itu, Competence vs. Impotence, Other-Orirntedness vs. Self-
Orientedness dan Extraversion vs. Introversion dalam model tujuh-faktor untuk sampel
gabungan China daratan juga memiliki counteraprts dalam model lima-faktor Taiwan
tahun 1990.
Tujuh Besar China yang baru saja diidentifikasi kemudian dikorelasikan dengan
Lima Besar China seperti yang diidentifikasi Oleh Tupes dan Christal (1958), Norman
(1961, 1963), dan Costa dan McCrae (1985), yaitu Neuroticism (atau Emotimal
Stability), Extraversion (atau Surgency), Opness (atau Culture), Agreeableness dan,
Conscientiousness dengan data yang dikumpulkan dan mengadministrasikan instrumen-
instrumen pengukur Norman (diterjemahkan), Costa dan McCrae (diterjemahkan), dan
Yang dan Wang pada sampel-sampel China yang sama. Paling tidak tiga di antara kelima
faktor Tupes-Christal-Norman (TCN) sedikit direplikasi dalam struktur tujuh-faktor
China. Dua faktor Chini (Competence vs. Impotence dan Large-Mindness vs. Small-
Mindness)di luar cakupan model TCN. Tiga di antara kelima faktor Costa-McCrae (CM)
mempunyai faktor-faktor China yang berkorespondensi, dan faktor Openness tidak
berkorelasi secara substansial dengan satu pun di antara ketujuh faktor China. Tiga faktor
China dalam Tujuh Besar China diluar cakupan model CM. Temuan-temuan ini jelas
mengungkapkan bahwa sementara tiga faktor kepribadian dasar dari lima besar Amerika
Serikat memiliki faktor-faktor yang sedikit banyak berkorespondensi dengan tujuh besar
china, tiga faktor Chia berada di luar cakupan model-model Amerika. Selain itu faktor
utama China yang terbesar . yaitu Competence vs. Impotence adalah satu dari tiga faktor
yang tidak di cakup. Hasil- Hasil ini menunjukan bahwa ada perbedaan maupun
persamaan antara dimensi-dimensi kepribadian dasar China dan Amerika Dengan kata
lain Lima Besar Amerika buka model lengkap yang universal secara lintas budaya.
Untuk nampak selangkah lebih maju. Wang dan Cui (2003,2004)
mengonstruksikan sebuah inventori kepribadian omnibus untuk mengukur ketujuh faktor
yang berkorespondensi untuk orang china, yang dimulaidengan sebuah pool esar dari
lebih dari 1.600 item, masing-masing dalam bentuk kalimat lengkap yang
mendeskripsikan sebuah perilaku atau pengalaman hidup untuk ekspresi konkert makna
dari setiap kata sifat dengan loading-tinggi yang dipilih (lebih dari tiga item per kata
sifat) Sebuah inventori kepribadian 180-item final China dibuat untuk mengukur tidak
hanya ketujuh dimensi dasar itu, tetapi juga delapan belas subdimensi.
D. PERBANDINGAN TIGA PROGRAM PENELITIAN UTAMA
Sejauh ini, ketiga program penelitian berskala besar paling representatif yang
berupaya mengidentifikasi dimensi-dimensi kepribadian dasar China dengan
menggunakan sampel besar mahasiswa dan orang dewasa dari China, Taiwan, dan Hong
Kong telah direviu. Tiga perbedaan yang jelas di antara ketiga program ini layak
didiskusi- kan di sini, yaitu: derajat indigenousness, strategi penelitian yang diadopsi, dan
tingkat konstrak yang diambil. Pertama, meskipun ketiga-nya menggunakan pendekatan
yang sedikit banyak indigenous, namun mereka berbeda dalam derajat indigenousness
dari pool item awalnya. Studi P.C. Cheung (1992) dapat dikritik karena indigenousness-
nya tidak cukup, atau secara lebih teknis, indigenous carvutibility-nya tidak cukup (K.S.
Yang, 1997b, 1999, 2000), karen pool awal istilah-istilah ciri-sifatnya memasukkan
cukup banyak deskriptor yang dipilih langsung dari kuesioner R.B. Cattell (melalui
komunikasi pribadi dengan mendiang Profesor Lew di tahap sangat awal penelitiannya
untuk mengonstruksikan sebuah inventori yang akan digunakan dalam proyek pe
nelitiannya tentang perkembangan kepribadian kaum intelektual China). Penelitian F.M.
Cheung et al. (1996) juga kurang memiliki kompatibilitas indigenous karena
menggunakan item-item yang berasal dari Barat dalam mengonstruksikan skala-skala
kepribadiannya. Masuk akal untuk percaya bahwa item-item yang digunakan dalam
skala-skala kepribadian spesifik-budaya, seperti Harmony, Face, Rai Qing Orientation,
Family Orientation, Thrift vs. Extravagance, Responbility dan Devensiveness (Ah-Q
Attitude) diseleksi dari tes atau Skala indigenized yang sudah ada atau baru ditulis
berdasarkan bahan-bahan indigenouss yang terkumpul, namun tidak diketahui berapa
banyak itan dalam ukuran-ukuran .kepribadian culture general, seperti Introversion vs.
Extravaision, Leadership, Flexibility, Logical vs. Affective-Orientation, Emotionality,
Adventurousness, dan External vs. Internal Locus of Control yang dipinjam dari tes atau
skala barat. Seperti penelitian K.S. Yang dan Wang (2000),pool item awalnya
memasukkan lebih dari 4.000 kata sifat untuk beberapa ciri-sifat China yang
dikumpulkan dari kamus, novel populer, surat kabar terkemuka di China, dan deskriptor
kepribadian yang digunakan secara luas oleh para mahasiswa dan orang dewasa.
sebanyak 410 kata sifat yang pada akhirnya digunakan dalam analisis faktor disisihkan
dengan saksama dari 1520 deskriptor dipilih dari pool yang sangat indigenous dan
representatif itu. Secara keseluruhan, penelitian P.C. Cheung et al. memiliki derajat
indigenousness yang lebih rendah, dan penelitian Yang dan Wang memiliki derajat
tertinggi, dan penelitian F.M. Cheung ada di antaranya.
Ketiga studi itu berbeda dalam hal strategi yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mendefinisikan dimensi-dimensi kepribadian. Yang dan Wang
(2000) biasanya mengadopsi pendekatan leksikal untuk mengidentifikasi dan
mendefinisikan konstrak-konstrak dasar China dengan menganalisis faktor sampel kata
sifat yang representatif dalam leksikon ciri-sifat China. P.C. Cheung et al. (1992) juga
menggunakan analisis faktor untuk mengekstraksi dimensi-dimensi kepribadian dari
sampel kata sifat dan frasa yang relatif kecil, yang tidak diambil secara komprehensif dan
sistematik dari pool besar deskriptor-deskriptor ciri-sifat China. Berbeda dengan kedua
studi lainnya, F.M. Cheung et al. (1996) tidak terlalu menyandarkan diri pada pendekatan
empirik untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan secara sistematik dimensi-dimensi
kepribadian China yang digunakan untuk mengonstruksikan skala-skala kepribadian final
inventori mereka. Alih-alih, mereka menyeleksi secara konseptual skala-skala yang
mungkin atau potensial yang mereka anggap penting bagi pemahaman tentang
kepribadian China, dan setelah itu mengumpulkan dan menulis item-item yang mereka
anggap tepat secara konseptual untuk setiap skala. Mereka memperhalus setiap skala
dengan menggunakan pro sedur konsistensi internal. Konstrak-konstrak kepribadian
CPAI tidak didefinisikan secara sistematik dalam kerangka kerja konseptual koheren
untuk struktur kepribadian yang sama, atau melalui analisis empirik respons yang
sistematik (misalnya, analisis faktor, analisis struktur laten) terhadap sampel item-item
representatif yang diambil dari pool item yang komprehensif untuk sebuah ranah
kepribadian yang well- conceived (mudah digambarkan dengan baik, misalnya: ranah
temperamental, motivasional, atau evaluasional). Konstrak-konstrak kepribadiannya
dijudge dan dipilih secara terpisah dan secara individual untuk dimasukkan ke dalam
inventori, semata-mata demi alasan bahwa masing-masing yang dengan cara tertentu
tampaknya penting bagi pengalaman orang China dan Oleh sebab itu telah banyak
didiskusikan dalam literatur psikologi China atau Amerika.
Sebuah masalah yang terkait dengan CPAI adalah, karena item-item untuk setiap
skala kepribadian diseleksi dalam kaitannya dengan korelasi item-totalnya, dan bukan
dalam kaitannya dengan yang diperoleh melalui analisis faktor multidimensional yang
komprehensif dan memenuhi kriteria struktur sederhana, maka skala-skala individual
tertentu mungkin tidak dapat mengases sebuah konstrak kepribadian yang well-
integrated. Prosedur seleksi ini lah yang mungkin menyebabkan realibilitas
konsistensinya rendah untuk sebagian skalanya (misalnya 0,55 dan 0,58 pada Ren Qing
Orientation masing-masing untuk sampel Hong Kong dan China), dan solusi empat-
faktor yang diperoleh dengan menganalisis faktor skor-skor pada ke-22 skala kepri
badiannya tidak memperlihatkan pola struktur sederhana yang baik(8 dari 22 skalanya
masing-masing memiliki loadings yang cukup pada dua atau tiga faktor). Perbedaan
utama ketiga di antara ketiga studi tersebut terletak dalam ranah isi dari entitas-entitas
psikologis yang diambil. Konstrak-konstrak kepribadian yang diases di dalam penelitian
P.C. Cheung al. (1992) dan K.S. Yang dan Wang (2000) menjadi bagian modalitas dalam
pengertian Guilford (1959). Menurut Guil ford, beberapa ciri-sifat temperamental adalah
disposisi-disposisi dasar yang ada hubungannya dengan cara tindakan-tindakan seseorang
terjadi. Sebaliknya, apa yang diases dalam penelitian FM. Cheung (1996) dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok: (a) konstrak-konstrak temperamental, seperti
Emotioality, Responsibility, Inferiority vs. Self-Acceptance, Graciousness vs. Meanness,
Optimism vs. Pesimism, Flexibility, Introversion vs. Extraversion, Adventurousness, Self
vs. Social Orientation, dan Logical vs. Affective Orientation, dan (b) sindroma-sindroma
psikologis, seperti Face, Family, Orientation, Harmony, Ren Qing Orientation,
Modernization, Thrift vs. Extravagance, dan Leadership. Sindroma-sindroma sosial
psikologis memiliki cakupan jauh lebih luas, struktur yang lebih kompleks, dan lebih
dipengaruhi oleh budaya daripada temperamen. Seperti dikemukakan sebelumnya, kedua
kelompok konstrak itu sama sekali bukanlah entitas-entitas psikologis di tingkat yang
sama atau di dalam modalitas yang sama.
Secara tradisional, para pakar psikologi yang berorientasi psikometri, khususnya
mereka yang berasal dari masyarakat Eropa-Amerika, telah membatasi pencarian
dimensi-dimensi kepribadian dasar mereka pada ranah beberapa ciri-sifat temperamental
dalam arti luas, biasanya dengan mengeluarkan ranah sindroma-sindroma psikologis
kompleks yang spesifik-budaya. Upaya F.M. Cheung et al. (1996) untuk mencampur
sindroma-sindroma tersebut dengan beberapa ciri-sifat temperamental dalam mengukur
beberapa ciri-sifat kepribadian normal merepresentasikan sebuah kebutuhan penting para
pakar psikologi China berorientasi-indigenous untuk mengkaji karakteristik-karakteristik
sosial psikologis yang sangat diwarnai budaya dari perspektif psikometris. Sindroma-
sindroma yang agak spesifik-budaya ini adalah "beberapa ciri-sifat sosial psikologis"
dalam pengertian Matthews dan Deary's (1998) sense. Mereka bersifat sosial-relasional
dan oleh sebab itu dapat disebut beberapa ciri-sifat atau disposisi-disposisi berorientasi-
sosial dari perspektif orientasi sosial K.S. Yang (1986, 1995). Sindroma-sindroma
berorientasi-sosial cenderung bersifat multidimen-sional. Kebutuhan untuk
mengonstruksikan alat-alat untuk pengukuran konstrak-konstrak yang sangat indigenous
ini sangat jelas, karena begitu alat-alat tersebut tersedia (dan dapat diakses) akan jauh
lebih mudah bagi para pakar psikologi untuk melaksanakan penelitian indigenizedtentang
masing-masing konstrak dengan mengadopsi validitas-konstrak atau strategi penelitian
lainnya. Oleh karena beberapa ciri sifat berorientasi-sosial dan temperamental secara
konseptual tidak berada pada tingkat yang sama, kedua kelompok disposisi psikologis ini
se harusnya diases secara terpisah oleh inventori, tes, atau skala yang berbeda.
Lebih jauh, dilihat dari skema konseptual empat-tingkat di Tabel 1, sebagian
besar ciri-sifat temperamental yang diidentifikasi oleh satu atau lebih di antara ketiga
program penelitian dalam upaya mencari dimensi-dimensi kepribadian dasar China itu
dapat diklasifikasikan sebagai konstrak-konstrak kepribadian berorientasi individu. Di
antara konstrak-konstrak berorientasi-sosial yang diidentifikasi oleh F.M. Cheung et al.
(1996), sebagian (misalnya, Harmony, Ren Qing Orialtatim) dapat diklasifikasikan
sebagai konstrak-konstrak berorientasi hubunga sebagian (misalnya, Family Orientation,
Leadership) sebagai konstrak-konstrak berorientasi-kelompok, dan yang lainnya
(misalnya, Face, Ah-Q Attitude) sebagai konstrak-konstrak berorientasi orang lain. Selain
F.M. Cheung dan rekan-rekan sejawatnya, para peneliti China berorientasi-indigenous
lain juga telah berupaya mengembangkan skala-skala terstandar untuk pengukuran
berbagai konstrak berorientasi-sosial dan melaksanakan penelitian dengannya. Ide, skala,
dan studi yang terkait dengan sebagian peneliti ini akan ditinjau dan didiskusikan di
bagian berikut.
E. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGAKSES ATRIBUT-ATRIBUT KEPRIBADIAN
BERORIENTASI SOSIAL
Selama lebih kurang tiga puluh tahun terakhir, semakin banyak psikologi China
yang telah berusaha mengembangkan berbagai skala dan inventori indigenized untuk
mengakses disposisi-disposisi berorientasi sosial. Sampel dibagi 3 kategori yaitu
berorientasi-hubungan, berorientasi –kelompok, berorientasi-orang lain.
F. ATRIBUT-ATRIBUT KEPRIBADIAN BERORIENTASI-HUBUNGAN
Budaya China dikarakterisasikan berbasis hubungan oleh para pakar antropologi
dan sosiologi seperti Chiao (1982), Fei (1980), dan Liang (1974). Ada juga yang
mendeskripsikan berorientasi-hubungan dan beroientasi-relasional dalam fungsi sehari-
hari oleh pakar psikologi seperti, Ho (1991), Hwang (1987,2000), dan KS Yang (1995).
Orientasi-hubungan ini sangat kuat sampai hari ini.
Menurut KS Yang (1995) orientasi-hubungan china terdiri dari lima aspek utama
yaitu: formalitas relasional, timbal-balik relasional, fatalisme relasional, keharmonisan
relasional dan determinisme relasional. Para pakar China dan barat telah
mengontruksikan skala-skala terstandar untuk pengukurannya. Dari kelima aspek utama
fatalism relasional dipahami paling kuat karena berkaitan dengan kepercayaan yuan.
Yuan dapat didefinisikan sebagai penyebab terjadinya tipe, durasi, dan hasil akhir
hubungan interpersonal. Chang, Holt (1991), dan KS Yang serta Ho (1988) melakukan
analisis konseptual terhadap makna, jenis dan fungsi yuan di masyarakat tradisional dan
kontemporer. Hasilnya yuan memiliki fungsi pertahanan sosial, ego, yang menjaga
hubungan interpersonal. Berdasarkan analisis konseptual KS Yang, Ho (1988) dan
Chang, Holt (1991) serta Godwin, Findlay (1997) mengontruksikan skala yuan kepada
mahasiswa Inggris dan Hongkong.
Keharmonisan relasional sangat penting bagi orang China sehingga mereka
menjaganya dengan kuat dan menghindari konflik. Hubungan harmonis sangat berguna,
orang China cenderung melihat standar, norma, peraturan dan kadang hukum sebagai
prinsip abstrak, kasar kemudian dimodifikasi dan diterapkan dalam kasus konkret dan
praktis. Mereka cenderung memberikan kelonggaran atau mengelakkan aturan demi
memiliki hubungan khusus yang intim. Skala ini telah terstandar dikonstruksikan untuk
mengases fatalisme, keharmonisan dan determinisme serta dapat diterapkan pada ranah
kehidupan sosial, terutama dalam keluarga seperti berbakti kepada orangtua, hubungan
pernikahan (suami-istri) serta teman sejawat. Untuk hubungan suami-istri masyarakat
china lebih menekankan sifat kebajikan, saling memaafkan, kesabaran dan perhatian.
G. ATRIBUT-ATRIBUT KEPRIBADIAN BERORIENTASI-KELOMPOK
Sejauh ini kelompok primer adalah keluarga. Familisme yang kuat terbentuk
melalui pengalaman interaksi dengan keluarga. M.H. Yeh dan Yang (1998)
mendefinisikan familisme China sebagai system multifaset kognisi, afek, intensi dan
perilaku yang lazim dianut. Selain itu ada kepribadian berorientasi-kelompok yang
disebut kepemimpinan paternalistik. Menurut Farh dan Cheng (Farh & Chen 2000;
Cheng, Chou & Farh 2001) yang telah diteliti
H. PENELITIAN DI MASA DEPAN TENTANG ATRIBUT-ATRIBUT
KEPRIBADIAN BERORIENTASI SOSIAL
Diantara atribut-atribut berorientasi sosial yang di review dibagian ini,
kebanyakan ditemukan terdiri atas dua komponen factorial atau lebih yang sering
berkorelasi satu sama lain. Temuan umumn ini menunjukkan bahwa sebuah konstrak
berorientasi sosial multidimensional cenderung meupakan sebuah sindroma psikologis,
bukan sebuah disposisi unidimensional sederhana.
Ditemukan juga bahwa semua kontra berorientasi sosial di review, berbeda
dengan kontrak-konstrak berorientasi individu, tampkanya sangat berkonsektual alam
hubungan-hubungan interpersonal, kelompok-kelompok penting atau orang lain yang non
spesifik.
Para pakar psikoligi dibudaya-budaya kolektivis seharusnya lebih banyak upaya
untuk mengkaji sindroma-sindroma berorientai sosial yang telah lama di abaikan oleh
pakar psikologi non-barat yang melaksanakan penelitian dari perspekrif barat, untuk
menggemakan permohonan C.F Yang (1993 a, 1993 b) akan adanya lebih banyak
penelitian tenang kepribadian cina dalam konteks kultural, sosial, dan historinya, para
pakar psikologi cina seharusnya melaksankan studi-studi yang lebih indigonized tentang
sindroma-sindroma berorientasi rasional, kelompok dan orang lain. Afek china juga
menjadikan topik penelitian yang telah lama diabaikan oleh para pakar psikologi china,
baik yang indigenous maupun yang westernized. Afeksi berorientasi rasional yang sedikit
terkait adalah renging (kebaikan hati sosial yang dapat salin diperlukan) seperti yang
dikonspektualisasikan oleh chu (1990), Hu (1944), Hwang (1987), King (1980), dan
Zhang, Yang (2001).
Hu (1944) dan Zhang dan yang (2001) mengumpulkan data empiris dengan
wawancara yang tidak terstruktur dan pertanyaab open ended dari sampel-sampel kecil
orang dari china, terutama untuk maksud-maksud defisional. K.H Yeh (1989)
melaksanakan sebuah studi yang lebih formal dengan mengonstruksikan skala penting
yang pertana sebagai alat peelitian. Penelitian yang lebih sistematik sangat dibutuhkan,
Zhang dan Yang (2001) telah memberikan kerangka kerja konseptual komprehensif
untuk analisis rengging yang berguna untuk menari hipotesis-hipotesis yang dapat diuji
untuk penelitian kepribadian dimasa depan tentang topik ini.
Orang china bukan jenis orang orang yang berinteraksi atau melakukan berbagai
hala dengan orang lain dengan cara simplistik, mudah dipahami, atau linier. Gaya berfikir
ini yangmasing-masing sangat menonjol, bahkan dikalangan orang china kontemporer
ditandai oleh pemprosesan informasi holistik, toleransi terhadap kontradiksi-kontradiksi
yang sangat jelas, dan penghindaran hal-hal diluar atas dalam merencanakan
implementasi-implementasi (Chiu, 2000, hal 34)
Dengan skala ini sebuah penelitian baru dapat dilaksanakan untuk
mengeksplorasi, sifat zhang yang sebagai sebuah kontrak keprbadian dari gaya kognitif
dan untuk menginvestigasi proses kognitif, afektif, intensional dan perilaku serta
interaksi-interaksi mereka yang terlibat dalam pengungsian zhang yang dalam kehidupan
sosial china.
I. BEBERAPA PERNYATAAN UMUM
Bab ini memberikan reviu terhadap sebuah sampel representatif dari studi-studi
tentang kepribadian China yang dilaksanakan dari pendekatan indigenized Seperti
ditunjukkan dalam Tabel 2, kebanyakan atribut kepribadian yang direviu dapat
diklasifikasikan menjadi sebuah kerangka kerja konseptual empat-tingkat dalam
kaitannya dengan empat kategori konstrak kepribadian, yaitu berorientasi-individu,
hubungan, kelompok dan -orang lain. Secara bersama-sama, tiga kategori yang terakhir
disebut atribut-atribut berorientasi-sosial. konstrak-konstrak berorientasi-individu tidak
memiliki komponen-komponen kontekstual sosial dan sosial intensional sosial, sementara
konstrak-konstrak berorientasi-sosial dimuati dengan pertimbangan kontekstual sosial
(hubungan, kelompok, dan orang lain yang nonspesifik) dan intensional sosial. Sementara
itu, skema klasifikatorik empat-tingkat seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1 berguna
untuk mengklasifikasikan konstrak-konstrak kepribadian China, skema itu juga cukup
umum untuk sedikit banyak dapat diterapkan pada klasifikasi karakteristik-karakteristik
kepribadian orang di berbagai budaya di seluruh dunia. Di budaya-budaya individualis,
disposisi-disposisi berorientasif individu lebih dikembangkan, lebih terdiferensiasi, dan
lebih berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari daripada yang berorientasi-sosial, dan
oleh sebab itu lebih banyak diteliti oleh para pakar psikologi lokal dalam budaya-budaya
tersebut. Sebaliknya, di budaya-budaya kolektivis, disposisi-disposisi berorientasi-sosial
lebih dikembangkan, lebih terdiferensiasi, dan lebih berpengaruh dibanding yang
berorientasi-individu, dan oleh sebab itu lebih banyak diteliti oleh para pakar psikologi
lokal dalam budaya-budaya tersebut.
Para pakar psikologi China yang mengadopsi pendekatan indigmized didorong
untuk melakukan lebih banyak penelitian tentang atribut-atribut berorientasisosial. Akan
tetapi, karena orang China di Taiwan, Hong Kong, dan China telah bertransformasi
secara psikologis dari orientasi sosial ke orientasi individu di bawah dampak modernisasi
masyarakat (KS. Yang, 1986, 1996), mereka secara berangsur-angsur menjadi kurang
berorientasi-sosial dan lebih berorientasi-individu dalam pikiran, sikap, nilai-nilai, dan
perilaku dibanding sebelumnya. Perubahan ini membutuhkan lebih banyak penelitian
tentang atribut-atribut berorientasi individu bahkan meskipun para pakar psikologi China
masih terus menekankan penelitian tentang atribut-atribut berorientasi-sosial. Istilah
kepribadian digunakan di bab ini dalam pengertian yang agak luas untuk tidak hanya
memasukkan konstrak-konstrak berorientasi individu, tetapi juga yang berorientasi-
sosial. Penggunaan ini tidak Sejalan dengan argumen Hsu (1971, 1985) bahwa
kepribadian adalah konsep individualistis yang berarti bahwa kepribadian adalah sebuah
entitas yang terpisah dan berbeda dengan masyarakat dan budaya.
Hsu mengatakan bahwa kepribadian seharusnya disubstitusi oleh konsep
interpersonal jen (atau iren dalam pinyin, kata China yang berarti personage [tokoh]),
"karena konsepsi China didasarkan pada transaksi individu dengan sesama manusia"
(Hsu, 1985, hlm. 33) . Hsu menganggap jen bukan sebagai sebuah entitas yang tetap,
namun sebagai sebuah keadaan dinamis yang berusaha mempertahankan tingkat psikis
dan ekuilibrium interpersonal yang memuaskan. la mengistilahkan proses
mempertahankan ekuilibrium ini hemeostatis psikologis.
Hsu menetapkan kepribadian sebagai sebuah konsep individualis. tis sebagai
sebuah strawman4 dengan mengatakan bahwa jen lebih baik daripada kepribadian
sebagai dasar untuk memahami perilaku manusia dengan mengacu pada stabilitas dan
perubahan sosio-kultural. Pada kenyataannya, kepribadian bukan konsep yang
individualistis maupun sebuah entitas yang tetap. Ia tidak individualistis karena dua
alasan.
Pertama, konsep kepribadian dapat diterapkan dengan sempurna pada teori
kepribadian klasik Shao Liu seperti yang diuraikan dalam bukunya yang termasyhur
Renwu-ze(On Persmages) yang muncul sekitar 1.700 tahun silam di Periode Tiga
Kerajaan (220-280 M) dalam sejarah China. KS. Yang (l993a, 1999) mendeskripsikan
dan mengidentifikasi kerangkakerja teoretik kompleks Shao Liu sebagai sebuah teori ciri-
sifat tipikal yang mencakup semua karakteristik dasar teori-teori ciri-sifat Barat Modem
seperti teori HJ. Eysenck, RB. Cattell, LP. Guiltord, dan kli McCrae, dan P.T. Costa.
Teori kepribadian Liu secara keseluruhan di dasarkan pada lima ciri-sifat intrapersonal
dasar dari sifat temperamental yang diambil secara konseptual dari doktrin China yin
(pasif: lemah, dan destruktif) dan yang (aktif, kuat, dan konstruktif) dan doktrin wuxing
(Kelima Agen atau Kekuatan) (untuk diskusi doktrin-dewi ini, lihat Chan, 1963). Teori.
Liu memberikan bukti yang jelas untuk Aplikabilitas konsep ciri-sifat pada khususnya
dan kepribadian pada umumnya, bukan hanya untuk orang di budaya yang sangat
individualistis seperti budaya Amerika modern, tetapi juga untuk orang di budaya yang
sangat kolektivisis seperti budaya kuno China. Aplikabilitas yang luas ini menjadi salah
satu alasan mengapa kepribadian seharusnya tidak dinilai sepihak sebagai sebuah konsep
individualistis. Alasan lain yang menentang konseptualisasi kepribadian Hu (1971, 1985)
sebagai entitas yang individualistis adalah kepribadian bisa cukup berorientasi-sosial
pada orang dari budaya-budaya kolektivistis Atribut-atribut kepribadian berorientasi-
hubungan, kelompok dan orang lain yang direviu di bagian kedua bab ini adalah contoh-
contoh yang baik untuk disposisi-disposisi berorientasi-sosial spesifik budaya untuk
orang China. Semua atribut ini dibentuk melalui transaksi-transaksi seseorang dengan
Sesama manusia dalam konteks sosial hubungan dua-pihak. Sifat kepribadian China yang
sangat sosial menjadi bukti untuk fakta bahwa kepribadian mungkin bukan sebuah entitas
yang terpisah atau terisolasi, yang berbeda dengan masyarakat dan budaya. Kepribadian
bisa lebih individualistis. atau lebih kolektivis.
Di samping itu, kepribadian bukan sebuah entitas yang tetap seperti yang
dikonseptualisasikan oleh Hsu (1971, 1985). Ada semua jenis entitas dengan derajat
stabilitas d an keberubahan yang bervariasi di dunia dan juga di alam semesta. Di ranah
psikologi, ada berbagai jenis entitas psikologis dan perilaku yang sudah ada dengan
derajat stabilitas dan keberubahan yang berbeda-beda. Entitas-entitas ini seharusnya tidak
didikotomisasikan menjadi tetap dan tidak-tetap. Kita hanya dapat mengatakan bahwa
sebagian di antaranya relatif stabil dan sebagian relatif tidak stabil atau dapat diubah.
Kepribadian tidak mungkin sepenuhnya. tetapi ia selalu dapat diubah dan berubah,
namun normalnya dengan lambat dan sedikit demi sedikit. Perubahan yang tidak biasa
dalam kepribadian dapat terjadi akibat perubahan drastis lingkangan, alam maupun sosial,
yang berlangsung lama. Hal ini terutama terjadi pada atribut-atribut kepribadian
berorientasi-sosial, yang dapat banyak berubah seiring perubahan-perubahan yang tidak
biasa di ling kungan sosial-relasional, seperti yang dialami oleh seorang imigran dalam
proses akulturasi yang cepat di negara tuan-rumahnya atau yang dialami oleh orang non-
Barat dalam proses modernisasi masyarakat di negara asalnya yang sedang mengalami
transformasi yang cepat.
Sebagai Entitas yang normalnya kekal, namun dapat berubah, kepribadian adalah
sebuah sistem struktural yang merupakan hasil dari upaya terus-menerus seseorang untuk
mempertahankan stabilitas ekuilibriun dinamik yang uniform, stabil, dan
menguntungkan, yang melibatkan faktor-faktor personal-internal maupun sosial-
relasional dalam Kehidupan sehari-hari. Aspek-aspek sosial-relasional kepribadian, persis
seperti aspek-aspek sosial-relasional jen, distrukturisasikan secara gradual melalui
transaksi-transaksi seseorang dengan orang lain, secara terrpisah maupun kolektif, di
lingkungan sosiokultural spesifiknya. Begitu terbentuk, kepribadian yang relatif stabil itu
menguntungkan dalam tiga hal. Pertama, kepribadian seseorang memungkinkan pikiran
dan perilakunya sendiri untuk dapat dipahami dan diprediksi oleh orang lain dalam
kehidupan sosial sehari-hari. Kedua, kepribadian seseorang memungkinkan pikiran dan
perilakunya untuk dapat dipahami dan diprediksi oleh dirinya dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Ketiga dan yang terpenting, kepribadian normal yang merepresentasikan
tingkat psikis dan ekuilibrium sosial-relasional yang optimal akan memungkinkan
seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial kulturalnya dengan lebih
mudah dan lebih mulus, tanpa menghabiskan terlalu banyak waktu dan energinya untuk
coba-coba.
Kepribadian belum tentu individualistis dan yang pasti tidak tetap. Sebagai
sebuah jenis entitas struktural dan fungsional psikologis penting, kepribadian bukan
hanya terdiri atas atribut-atribut berorientasiindividu, tetapi juga yang berorientasi-sosial.
Dengan demikian, konsep kepribadian juga dapat diterapkan pada orang di budaya-
budaya individualis maupun kolektivis dengan cara yang indigenous. Aspek-aspek
berorientasi-sosial seharusnya bisa memasukkan secara efektif semua jenis pengalaman
transaksi sosial dan relasional dengan sesama manusia di berbagai konteks sosio-kultural.
Ada kebutuhan untuk mensubstitusi konsep kepribadian dengan jen, yang tidak
didefinisikan dengan jelas sebagai sebuah konsep yang terintegrasikan dengan ball oleh
Hsu (1971, 1985).
DAFTAR PUSTAKA
Cheung, P.C., Conger, A.J Hau, K.T., Lew, W.JF., & Lau, S. (1992). Devlopment of the Multi-
Trait Personality Inventory (MTPI): Comparison among four Chinese populations.
Journal of personality Assessment, 59, 528-551.
Ho, D.Y.F (1998). Interpersonal relationships and relationship dominane: Analysis based on
methodologikal relationalism. Asian Journal of Social Psychology, 1, 1-16.
Kim, U., Yang, K. S., & Hwang, k. k. 2010. Indigenous and Cultural psychology : Memahami
Orang Dalam Konteksnya. Yogyakara. Pustaka Pelajar
King , A.Y.C. (1991) Kuan-hsi and network building: A sociological interpretation.
DAEDALUS: Journal of the American Academy of Ars and Science, Spring, 63-84
Liang, S.M. (1974). The essentials of Chinese ulture. Hong Kong: Chicheng Book Co. (Dalam
Bahasa Cina)
Triandis, H.C. (1995). Individualism and collectivism. Boulder, CA: Westview Press.
Yang, K.S. (1996). Psychological transformation of the Chinese people as a result of societal
modernizattion. Dalam M.H. Bond (Ed.), The handbook of Chinese psychology (hlm.
479-498). New york : Ox-ford University Press.
Yang , K.S., & Bond, H.M (1990). Exploring mplicit personality theories with indigenous or
imported construct: the Chinese case. Journal of personality an Social Psychology,
58, 1087-1095.