Post on 21-Mar-2019
i
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL DEPAN ....................................................................... i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ..................... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ..................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
ABSTRAK ......................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup Masalah ................................................................ 5
1.4 Orisinalitas Penelitian .................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
a. Tujuan Umum ............................................................................ 6
b. Tujuan Khusus ........................................................................... 7
ii
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
a. Manfaat Teoritis ........................................................................ 7
b. Manfaa tPraktis .......................................................................... 8
1.7 Landasan Teoritis ........................................................................... 8
1.8 Metode Penelitian........................................................................... 12
a. Jenis Penelitian .......................................................................... 12
b. Jenis Pendekatan ........................................................................ 13
c. Sumber Data .............................................................................. 14
d. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 16
e. Teknik Pengelolaan dan Analisa Data ....................................... 17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KAWASAN SEMPADAN
PANTAI DI KABUPATEN BADUNG
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Tata Ruang .................... 18
2.2 Asas dan Tujuan Penataan Ruang ................................................ 24
2.3 Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dalam
Penataan Ruang ............................................................................ 27
2.4 Pengaturan Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Pantai ... 32
2.5 Kawasan Sempadan Pantai di Kabupaten Badung........................ 34
BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PELANGGARAN
SEMPADAN PANTAI OLEH BANGUNAN PENGINAPAN
3.1 Pelaksanaan Perlindungan Sempadan Pantai oleh Bangunan
Penginapan ..................................................................................... 35
iii
3.1.1 Peran Serta Pemerintah Daerah dalam Perlindungan
Sempadan Pantai ................................................................ 36
3.1.2 Peran Serta Masyarakat dalam Perlindungan
SempadanPantai……………………………………..…… 38
3.2 Pantai-Pantai di Kabupaten Badung yang Mengalami
Pelanggaran Sempadan Pantai oleh Bangunan Penginapan ......... 42
3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelanggaran
Semapadan Pantai oleh Bangunan Penginapan di Kabupaten
Badung .......................................................................................... 43
BAB IV UPAYA HUKUM YANG TELAH DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH KABUPATEN DALAM MELINDUNGI
SEMPADAN PANTAI DARI PELANGGARAN
4.1 Penegakan Hukum dalam Melindungi Sempadan Pantai
Kabupaten Badung dari Pelanggaran oleh Bangunan Penginapa..45
4.1.1 Penegakan Hukum Preventif……………………………… 46
4.1.2 Penegakan Hukum Represif…………………………...….. 48
4.2 Hambatan-Hambatan yang dialami oleh Pemerintah Kabupaten
dalam melindungi Sempadan Pantai di Kabupaten Badung
dari Pelanggaran oleh Bangunan untuk Peninapan ..................... 51
iv
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ...................................................................................... 52
5.2 Saran-saran .................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 54
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
v
EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG
NOMOR 26 TAHUN 2013 DALAM MELINDUNGI SEMPADAN PANTAI
DARI BANGUNAN UNTUK PENGINAPAN
Oleh :
I Wayan Risky Widnyana
ABSTRAK
Laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wisata yang pesat di
Kabupaten Badung dan disertai dengan meningkatnya intensitas pembangunan
yang mengakibatkan terbatasnya kesediaan lahan. Kondisi demikian
menyebabkan para pelaku usaha maupun investor merambah wilayah pesisir
pantai untuk melakukan kegiatan usaha, bahkan sampai ada bangunan yang
didirikan sampai melanggar sempadan pantai. Oleh karena itu penulis mengkaji
penerapan Pasal 74 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 26
Tahun 2013 terkait larangan mendirikan bangunan di kawasan sempadan pantai.
Adapun permasalahan dalam tulisan ini adalah faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi terjadinya pelanggaran sempadan pantai oleh bangunan
penginapan dan Upaya Hukum apakah yang dapat atau telah dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dalam melindungi sempadan pantai dari bangunan
penginapan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum yuridis
empiris. Adapun sumber data dalam penelitian yaitu data primer berasal dari yang
diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang berupa keterangan-
keterangan dari pihak-pihak terkait dalam penelitian ini sedangkan data sekunder
berasal dari penelitian pustaka melalui peraturan perundang-undangan, literatur,
buku-buku dan dokumen-dokumen resmi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya pelanggaran sempadan pantai oleh bangunan
penginapan adalah faktor masyarakat, yaitu berkaitan dengan masalah ekonomi.
Sedangkan upaya hukum yang dapat atau telah dilakukan Pemerintah Daerah
dalam melindungi sempadan pantai oleh bangunan penginapan adalah berupa
penegakan hukum preventif, yaitu berupa pemberian penerangan dan nasihat.
Sedangakan sifat represif berupa sanksi yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang terhadap pelanggar sempadan pantai, baik itu berupa penutupan
maupun pembongkaran.
Kata Kunci : Efektivitas, Sempadan, Pantai, Bangunan, Penginapan.
vi
EFFECTIVENESS LOCAL REGULATION BADUNG REGENCY
DISTRICT NUMBER 26 YEAR 2013 ON PROTECTING THE COASTAL
BORDER OF THE BUILDING TO LODGE
By :
I Wayan Risky Widnyana
ABSTRACT
The rate of population growth and rapid development of tourism in Badung
regency followed by an increased intensity of the development which resulted in
limited availability of land. These conditions cause the businessmen and investors
to explore the coastal areas to conduct business, even until there are buildings
erected in violation of coastal border. Therefore, the author examines the
application of Article 74 paragraph (1) the Badung Local is research to
Regulation No. 26 of 2013 related to the ban on building in the coastel border.
The issues in this paper are the factors that influence whether coastal border
violations by lodging buildings and Remedies whether that can be or has been
conducted by the Regional Government in protecting the coastal border of
lodging buildings.
The method on this research was empirical legal research methods. The
source of the data in the study of primary data is derived from those obtained
directly from field research in the form of descriptions of the parties involved in
this study, while secondary data derived from the research literature through
legislation, literature, books and official documents.
From these results it can be concluded the factors that influence the
occurrence of violations of coastal border by building the lodge is a factor of
society, which is associated with economic problems. While legal remedies that
are have been carried out local government in protecting the coastal border by
building the lodge is in the form of preventive law enforcement, namely the
provision of information and advice. While the repressive nature of the sanctions
provided by the competent authorities of the coastal border violators, whether it
be the closure and decommissioning.
Keywords: effectiveness, coastal border area, building, lodge
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(selanjutnya disebut UUD NRI 1945) Pasal 18 mengatur mengenai Pemerintahan
Daerah. Pasal 18 ayat (1) UUD NRI 1945 menyebutkan bahwa “Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang
diatur dengan Undang-Undang” ketentuan yang termuat dalam Pasal ini
menyiratkan mengenai pengakuan keberadaan pemerintahan daerah yang ada di
Indonesia. Pasal 18 ayat (2) UUD NRI 1945 menyebutkan bahwa “Pemerintahan
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Ketentuan
Pasal 18 ayat (5) menyebutkan bahwa “Pemerintah daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang
ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat.”
Uraian Pasal 18 UUD NRI 1945 menyebutkan bahwa dapat diketahui
pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengatur sendiri wilayahnya.
Ketentuan menunjukkan bahwa Negara Republik Indonesia sebagai Negara
Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah
untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
1
2
Negara Indonesia selain menganut negara kesatuan dengan sistem
desentralisasi juga merupakan negara hukum, hal ini sesuai dengan Pasal 1 ayat
(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara yang
berdasarkan atas hukum maka hukum harus diposisikan sebagai acuan tertinggi
dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahannya (supremasi hukum). Jelaslah
bahwa Indonesia adalah suatu negara hukum yang bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, dengan kata lain Indonesia menganut suatu “ajaran
kedaulatan hukum” yang menempatkan hukum pada kedudukan tertinggi.
Kabupaten Badung adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bali yang
mempunyai wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya, dan merupakan kabupaten yang paling ramai dikunjungi oleh
wisatawan asing maupun domestik. Dengan perkembangan pariwisatanya yang
pesat berdampak pada kemajuan sektor lainnya, dapat dilihat dari semakin
berkembangnya industri perhotelan, café dan usaha lain yang berhubungan
dengan pariwisata.
Pantai merupakan salah satu obyek wisata yang indah dan menarik di
Kabupaten Badung, keindahan ini menjadi terusik karena sudah banyaknya pelaku
usaha yang mendirikan bangunan dengan melanggar sempadan pantai yang
berfungsi untuk mencegah abrasi pantai dan melindungi pantai dari kegiatan yang
merusak fungsi dan kelestarian kawasan pantai. Menurut Pasal 1 angka 21
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
3
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, sempadan pantai adalah daratan yang sepanjang tepian yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter
dari titik pasang tertinggi ke arah daratan. Sedangkan Menurut Pasal 1 angka 33
Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 26 Tahun 2013 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung Tahun 2013 – 2033 (selanjutnya disebut
Perda Kabupaten Badung Tentang RTRW), Sempadan Pantai adalah Kawasan
perlindungan setempat sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian dan kesucian pantai, keselamatan bangunan dan
ketersediaan ruang untuk lalu lintas umum.
Pasal 74 ayat (1) huruf a Perda Kabupaten Badung tentang RTRW
menyebutkan kawasan sempadan pantai adalah, “daratan sepanjang tepian laut
dengan jarak paling sedikit 100 m (seratus meter) dari titik pasang air laut
tertinggi ke arah darat”. Selanjutnya pada Pasal 74 ayat (1) huruf d ditetapkan :
Ruang Kawasan Sempadan Pantai merupakan ruang terbuka untuk umum dan
bangunan yang diperkenankan adalah bangunan-bangunan fasilitas penunjang
wisata non permanen dan temporer, bangunan umum terkait sosial
keagamaan, bangunan terkait Kegiatan Perikanan tradisional dan dermaga,
bangunan pengawasan pantai, bangunan pengamanan pantai dari abrasi,
bangunan evakuasi bencana, dan bangunan terkait pertahanan dan keamanan.
Namun demikian, dari pantauan di masyarakat dijumpai adanya bangunan di
pantai Kabupaten Badung yang posisinya kurang dari 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah daratan. Pelanggaran sempadan pantai dijumpai sudah sangat
parah, bangunan-bangunan usaha jaraknya tidak lebih dari 10 meter dari titik
pasang tertinggi ke arah daratan, bahkan ketika pasang air laut sampai menyentuh
pondasi belasan warung yang berjejer di sepanjang pantai.
4
Sebagai contoh kasus yang dikutip media cetak Warta Bali Selasa 23
Pebruari 2016 telah terjadi kasus di Pantai Balangan, dimana banyaknya
bangunan-bangunan usaha milik perseorangan yang melanggar sempadan pantai
seperti warung, restoran, toilet, bahkan sampai tempat penginapan.1Pelanggaran
seperti ini bukan hanya terjadi di Pantai Balangan, bahkan yang terbaru terjadi di
Pantai Canggu, dan pada Tahun 2014 silam juga pernah terjadi di Pantai
Seminyak. Tentu saja fenomena ini telah merugikan banyak pihak, merusak pantai
itu sendiri dan melunturkan fungsi sosial dari pantai sebagai asset yang
merupakan milik umum. Jika terus dibiarkan, maka pelanggaran akan terus
terjadi, karena Pulau Dewata khusunya Kabupaten Badung merupakan tempat
yang cukup menjanjikan dalam sektor pengembangan pariwisata. Dengan latar
belakang masalah tersebut diatas maka penulis berkeinginan menyusun skripsi
dengan judul "EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN
BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2013 DALAM MELINDUNGI SEMPADAN
PANTAI DARI BANGUNAN UNTUK PENGINAPAN".
1.2 Rumusan Masalah
Dari apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, sehingga
dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan di
dalam tulisan ini, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran
sempadan pantai oleh bangunan penginapan di Kabupaten Badung ?
1Warta Bali, 23 Pebruari 2016, hal. 4
5
2. Upaya hukum apakah yang dapat atau telah dilakukan oleh Pemerintah
Daerah dalam melindungi sempadan pantai di Kabupaten Badung dari
bangunan penginapan?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penyusunan skripsi maka perlu kiranya ditentukan secara tegas
batasan materi yang akan diuraikan dalam tulisan tersebut. Hal ini tentunya untuk
mencegah agar materi atau isi uraiannya tidak menyimpang dari pokok
permasalahan yang terurai dalam tulisan tersebut, sehingga permasalahannya
dapat diuraikan secara sistematis sebagai syarat atau ciri karya ilmiah.
Permasalahan yang diteliti sesuai dengan rumusan masalah yaitu permasalahan
pertama, mengenai apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pelanggaran sempadan pantai oleh bangunan penginapan di Kabupaten Badung,
dan permasalahan kedua, yaitu upaya hukum yang telah atau dapat dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dalam melindungi sempadan pantai di Kabupaten Badung dari
bangunan penginapan.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Bahwa memang benar skripsi ini merupakan karya tulis asli sehingga
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ini dibuat berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan di Universitas Udayana, melalui buku, peraturan
perundang-undangan, dan internet. Sebelumnya, peneliti telah melakukan riset
apakah ada penelitian dengan judul dan rumusan masalah yang sama atau tidak.
Hasilnya peneliti menemukan beberapa penelitian yang serupa namun memiliki
6
judul dan rumusan masalah masalah yang berbeda. Berikut peneliti rangkum
beberapa judul penelitian dan rumusan masalah yang serupa dalam bentuk tabel
sebagai berikut :
No. Nama Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Dedi Sumantri
(Fakultas
Hukum
Universitas
Mataram)
Tahun 2012
Pengaturan Penguasaan
Dan Penggunaan Tanah
Di Kawasan Pantai
(Studi Di Kecamatan
Batulayar)
1. Bagaimanakah pengaturan
tanah kawasan pantai di
Kecamatan Batulayar?
2. Bagaimana pelaksanaan
dan pemanfaatan tanah
kawasan pantai di
Kecamatan Batulayar?
2 Gita Suci
Ramadani
(Fakultas
Hukum
Universitas
Hasanudin)
Tahun 2015
Tinjauan Hukum
Terhadap Penguasan
Dan Pemilikan Tanah
Oleh Masyarakat Di
Wilayah Sempadan
Pantai Polewali Mandar
1. Bagaimana status
penguasaan dan pemilikan
tanah pada wilayah
sempadan pantai?
2. Bagaimana pertimbangan
Badan Pertanahan
Nasional mengeluarkan
sertifikat hak milik kepada
masyarakat di wilayah
sempadan pantai?
1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan
penelitian yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah berupaya untuk dapat melakukan
pengembangan ilmu hukum yang ada sejalan dengan paradigma science as a
process (ilmu dalam proses). Melalui penulisan ini dapat memberikan pemahaman
7
secara mendalam pada ilmu hukum khususnya pada hukum lingkungan dan
pemerintahan terkait Efektivitas Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 26
Tahun 2013 Dalam Melindungi Sempadan Pantai Dari Bangunan untuk
Penginapan.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian terkait dengan Efektivitas Peraturan Daerah
Kabupaten Badung Nomor 26 Tahun 2013 Dalam Melindungi Sempadan Pantai
Dari Bangunan untuk Penginapan, yaitu :
b.1. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang mempengaruhi
terjadinya pelanggaran sempadan pantai di Kabupaten Badung oleh
bangunan penginapan.
b.2. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum yang dapat atau
telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dalam melindungi
sempadan pantai di Kabupaten Badung dari bangunan penginapan.
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh. Adapun
manfaat penelitian yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca maupun penulis. Disamping itu, hasil penelitian ini
dikiranya bisa memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum, khusunya
Hukum Pemerintahan Daerah dan Hukum Lingkungan yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi tulisan-tulisan yang sejenis dikemudian hari.
8
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi
referensi dalam menyusun kebijakan publik yang berkaitan dengan lingkungan
dan penataan ruang serta agar dapat mengurangi terjadinya pelanggaran sempadan
pantai di Provinsi Bali, khususnya Kabupaten Badung.
1.7 Landasan Teoritis
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, serta untuk mencari
jawaban dari rumusan masalah yang ada. Berikut penulis menggunakan beberapa
teori sebagai berikut :
1.7.1 Teori Negara Hukum
Dari sejarah kelahiran, perkembangan, maupun pelaksanaannya di
berbagai negara, konsep negara hukum sangat dipengaruhi dan tidak dapat
dipisahkan dari asas kedaulatan rakyat, asas demokrasi, serta asas
konstitusional.2Teori negara hukum menggambarkan bahwasanya Negara Hukum
adalah adanya kegiatan-kegiatan ketatanegaraan yang bertumpu pada keadilan.
Negara Indonesia merupakan Negara berdasarkan atas hukum (rechstaat)
dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtsstaat)3, hal ini ditegaskan
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 bahwa “Negara Indonesia adalah negara
hukum.” Oleh karena itu, negara tidak boleh melaksanakan aktivitasnya atas dasar
kekuasaan belaka, tetapi harus berdasarkan pada hukum.
2 Murtir Jeddawi, 2012, Hukum Administrasi Negara, cetakan I, Penerbit Total Media,
Yogyakarta hal. 44. 3 H. Kaelan dan H. Achmad Zubaidi, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma,
Yogyakarta, hal. 88.
9
Secara teori, negara hukum (rechtstaat) adalah negara bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum, yakni tata tertib yang umumnya
berdasarkan hukum terhadap rakyat. Negara hukum menjaga ketertiban hukum
supaya jangan terganggu, dan agar semua berjalan menurut hukum.4Adapun ciri-
ciri rechtstaat adalah:
a. adanya Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan
tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat;
b. adanya pembagian kekuasaan negara;
c. diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.5
Seiring dengan perkembangan negara hukum itu sendiri, kini suatu negara
dapat dikategorikan sebagai negara hukum asalkan memenuhi dua belas prinsip.
Adapun prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yakni:
1. Supremasi Hukum (supremacy of law);
2. Persamaan dalam Hukum (equality before The Law);
3. Asas legalitas (due process of law);
4. Pembatasan kekuasaan;
5. Organ-organ eksekutif independen;
6. Peradilan bebas dan tidak memihak;
7. Peradilan tata usaha negara;
8. Peradilan tata negara;
9. Perlindungan hak asasi manusia;
10. Bersifat demokratis (democratische rechtstaat);
11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (welfare
rechtstaat);
12. Transparansi dan kontrol sosial.6
4 Hans Kelsen, 2006, Teori Tentang Hukum dan Negara, cetakan I, Penerbit Nusamedia
dan Penerbit Nuansa, Bandung, hal. 382. 5 Ni’Matul Huda, 2005, Hukum Tata Negara Indonesia, cetakan V, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, hal. 74. 6Jimly Assiddhiqie, 2004, Konstitusi dan Konstitualisme, Mahkamah Konstitusi dan Pusat
Studi Hukum Tata Negara FH UI, Jakarta, hal.124.
10
Utrecht memberikan dua macam asas yang merupakan ciri negara hukum,
yaitu asas legalitas dan asas perlindungan terhadap kebebasan setiap orang dan
terhadap hak-hak asasi manusia lainnya.7Sementara itu, mengenai ciri-ciri negara
hukum menurut Philipus M. Hadjon adalah sebagai berikut:
1. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat;
2. Hubungan fungsional yang proposional di antara kekuasaan negara;
3. Penyelesaian sengketa melalui musyawarah, peradilan sarana terakhir;
4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.8
Hukum yang hendak ditegakkan dalam negara hukum dimaksudkan agar
hak-hak asasi warganya benar-benar terlindungi oleh hukum yang benar dan adil,
yaitu hukum yang bersumber dari aspirasi rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat
melalui wakil-wakilnya yang dibuat secara konstitusional tertentu. Dengan
demikian, elemen-elemen yang penting dari sebuah negara hukum menurut
Philipus M. Hadjon, yang merupakan ciri khas dan merupakan syarat mutlak
adalah:
1. Asas pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia;
2. Asas legalitas;
3. Asas pembagian kekuasaan negara;
4. Asas peradilan yang bebas dan tidak memihak;
5. Asas kedaulatan rakyat;
6. Asas demokrasi, dan;
7. Asas konstitusionalitas.9
7 E. Utrecht, 1966, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, cetakan IX, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta, hal. 305. 8 Philipus M. Hadjon, 1994, Fungsi Normatif Hukum Administrasi Negara Dalam
Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih, Surabaya, hal. 45. 9 Ibid.
11
1.7.2 Teori Kewenangan
Wewenang merupakan hal yang esensial dalam kajian Hukum
Administrasi Negara karena berhubungan dengan pertanggungjawaban hukum
dan penggunaan wewenang tertentu. Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang
pengertian wewenang dalam kaitannya dengan kewenangannya sebagai berikut:
Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang
berasal dari Kekuasaan Legislatif (diberikan oleh Undang-Undang ) atau dari
Kekuasaan Eksekutif/Administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap
segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang
pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang
hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam kewenangan terdapat
wewenang-wewenang.Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu
tindak hukum publik.10
Secara teori, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-
undangan diperoleh melalui tiga cara, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Dalam
hal ini, van Wijk mendefinisikan hal-hal tersebut sebagai berikut:
1. Atribusi; adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-
undang kepada organ pemerintahan.
2. Delegasi; adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.
3. Mandat; terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya
dijalankan oleh organ lain atas namanya.11
Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara
oleh Undang-Undang Dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat adalah
kewenangan yang berasal dari “pelimpahan”.
10 Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.
29. 11 M. Hutanuruk, 1978, Asas-Asas Ilmu Negara, Erlangga, Jakarta, hal. 102.
12
1.7.3 Teori Efektifitas Hukum
Teori efektifitas Hukum dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman. Teori
ini menyebutkan bahwa hukum dapat berlaku efektif ditentukan oleh lima faktor
yang menentukan efektifitas berlakunya hukum dimasyarakat :
1. Faktor hukumnya sendiri;
2. Faktor penegak hukumnya yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum;
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum;
4. Faktor masyarakat,yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan;
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.12
Hukum dapat berlaku efektif akan menimbulkan perubahan di dalam masyarakat
dan perubahan itu dapat disebutkan sebagai perubahan sosial. Menurut pendapat
Soerjono Soekanto, dalam setiap proses perubahan senantiasa akan dijumpai
faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan baik yang berasal dari masyarakat itu
sediri maupun berasal dari luar masyarakat tersebut.13
1.8 Metode Penelitian
a) Jenis Penelitian
Pada penulisan ini, dalam upaya mengkaji dan mencari pemecahan
terhadap masalah yang dikemukakan, maka jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian Hukum Empiris. Penelitian hukum empiris, yaitu suatu
penelitian dengan mengkaji permasalahan berdasarkan fakta yang terjadi di
lapangan dan penelitian ini didasarkan dari data primer. Istilah lain yang
12Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta. (Selanjutnya disebut dengan Soerjono Soekanto I) hal.8. 13Soerjono Soekanto, 2004, Pendekatan Sosiologi terhadap Hukum, Bina Aksara, Cetakan
II, (Selanjutnya disebut dengan Soerjono Soekanto II) hal.17.
13
digunakan pada penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum sosiologis dan
dapat disebut pula dengan penelitian lapangan, karena bertitik tolak dari data
primer, yaitu data yang di dapat langsung melalui penelitian lapangan. Penelitian
lapangan dilakukan melalui pengamatan (observasi), wawancara ataupun
kuisioner.14
b) Jenis Pendekatan
Dalam penelitian hukum ada beberapa jenis pendekatan, yaitu pendekatan
perundang-undangan (thestatue approach), pendekatam kasus (case approach),
pendekatan historis (historical approach), pendekatan konseptual (conceptual
approach), pendekatan fakta (fact approach), dan pendekatan perbandingan
(coparatif approach).15Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah pendekatan fakta (fact approach), pendekatan perundang-undangan (the
statue approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan
fakta dilakukan dengan mengkaji implementasi dari peraturan perundang-
undangan terhadap fakta yang terjadi di lapangan, pendekatan perundang-
undangan digunakan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang
menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam penelitian ini 16 , dan pendekatan
konseptual kenapa peraturan-peraturan itu bisa terbentuk.
14Bambang Wahyo, 2008, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h. 16. 15 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Primada Media, Jakarta,
hal.97. 16 Ibrahim Johnny, 2006, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, hal. 302
14
c) Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini, sumber data didapatkan dengan penelitian
lapangan yang menghasilkan data primer dan penelitian kepustakaan yang
menghasilkan data sekunder. Adapun yang disebut dengan kedua data tersebut
adalah :
1. Data primer, sumber datanya diperoleh dari penelitian secara langsung
dilapangan (field research) melalui wawancara dan pengamatan.
2. Data sekunder, sumber data yang diperoleh dengan metode penelitian
kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan
terhadap dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian
yang berwujud laporan dan seterusnya yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.17
Mengenai data sekunder ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) berdasarkan kekuatan
mengikat dari isinya, yang meliputi :
a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang isinya mengikat
dan dikeluarkan oleh Pemerintah seperti Peraturan Perundang-
undangan.18 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain :
- Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
17 Rony Hanitjo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum, dan Jurimetri, Cet III, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hal. 14 18 Supranto, 1991, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,hal.
1.
15
- Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4739);
- Undang Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5490);
- Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4739);
- Peraturan Dareah Kabupaten Badung Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun
2019 – 2029 (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009
Nomor 16);
- Peraturan Dareah Kabupaten Badung Nomor 26 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Badung Tahun 2013 – 2033 (Lembaran Daerah
Kabupaten Badung Tahun 2013 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 25).
16
b. Bahan Hukum Sekunder yaitu data yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang
(RUU), hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum yang berupa
buku-buku dan literatur.19
c. Bahan Hukum Tertier yaitu data yang memberikan petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan huktun primer dan bahan hukum sekunder,
seperti kamus hukum.
d) Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua)
cara. Adapun dua 2 (dua) cara penelitian tersebut, yaitu :
a. Penelitian Lapangan (Field Research), guna memperoleh data primer,
dilakukan dengan wawancara (interview) yang tidak terstruktur kepada
pemilik bangunan penginapan dan pemerintah daerah terkait.
Wawancara dikembangkan untuk dapat memperoleh informasi yang
lebih mendalam dari informan.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research), dilakukan dengan tehnik
studi kepustakaan dengan cara meneliti bahan pustaka terkait. Adapun
data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain,
artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun elektronik,
dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-
undangan.
19 Peter Mahmud Marzuki, op.cit, hal. 155
17
e) Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengolahan dan analisa data dalam penulisan ini, yaitu dengan
mengumpulkan dan mengambil data baik dari hasil studi lapangan maupun
kepustakaan kemudian diolah secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif
analitis. Data yang telah diperoleh terlebih dahulu digambarkan secara lengkap
sebagaimana adanya tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah yang
dibahas sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran dan dapat ditarik suatu
kesimpulan yang pasti.