Post on 19-Jul-2018
CONVENTION HALL DI KAWASAN AGROWISATA WONOSARI
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun oleh:
DEWI RAGIL WIDYASARI
NIM. 0810650039-65
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2013
CONVENTION HALL DI KAWASAN AGROWISATA WONOSARI
Dewi Ragil Widyasari, Noviani Suryasari, Nurachmad S
Jurusan Arsitektur Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT.Haryono 167, Malang 65141, Indonesia
ABSTRAK Convention hall yang direncanakan akan mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda dalam satu
bangunan, bahkan satu ruang. Sebuah ruang yang mewadahi beragam aktivitas harus mempertimbangkan
dan memperhatikan konsep fleksibilitas (ekpansibilitas, konvertibilitas dan versatilitas). Aspek
fleksibilitas ruang dapat dicapai dengan tiga cara yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas dan versatilitas,
fleksibilitas ruang dibutuhkan karena hall digunakan untuk beragam jenis aktivitas. Sebagai ruang yang
ekspansibel, partisi sebagai sekat dapat dibuka jika diperlukan ruang yang lebih luas. Versatilitas
memungkinkan ruangan digunakan untuk konser musik, pertemuan atau resepsi. Salah satu sistem untuk
mencapai fleksibilitas ruang pada convention hall adalah dengan menggunakan partisi. Bentuk dan
tampilan bangunan mencerminkan fungsi yang diwadahi bangunan tersebut. Setiap bangunan akan
memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Bentuk dan tampilan menggunakan konsep
transformasi dari bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari yang terdiri dari beberapa gaya sehingga di
ambil prinsip desain dari bangunan yaitu keseimbangan, dominasi dan irama serta unsurnya yaitu atap,
kolom, bukaan.
Kata kunci: Convention hall, fleksibilitas, ekspansibilitas, konvertibilitas, versatilitas, kontekstual
lingkungan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan wadah untuk
mengadakan pertemuan-pertemuan yang
tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu
kebijakan yang dapat meningkatkan
kualitas diberbagai sektor di Malang.
Convention hall yang direncanakan akan
mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda
dalam satu bangunan, bahkan satu ruang.
Maka dari itu perlu diperlukan bagaimana
ruang tersebut mewadahi keragaman
aktivitas yang ada di dalamnya. Sebuah
ruang yang mewadahi beragam aktivitas
harus mempertimbangkan dan
memperhatikan konsep fleksibilitas
(Toekio, 2000). Untuk itu convention hall
di Agrowisata Wonosari ini harus dirancang
memiliki fleksibilitas yang baik.
bangunan convention hall
diusahakan memiliki konteks dengan
lingkungan sekitarnya agar memilki unity
bangunan lainnya kawasan di Agrowisata
Wonosari. Hal ini juga dikarenakan bentuk
bangunan selain berhubungan dengan
fungsi yang diwadahi juga harus
menyesuaikan dengan lokasi dimana
bangunan tersebut berada.
Rumusan Masalah
Bagaimana rancangan bangunan
Convention hall yang dapat mewadahi
beberapa aktivitas yang berbeda di kawasan
Agrowisata Wonosari-Lawang?
Pembatasan Masalah
1. Bangunan konvensi (convention hall)
adalah bagian dari pengembangan
fasilitas dikawasan Agrowisata
Wonosari, yang juga terdiri dari
fasilitas penunjang lain yaitu kantor
pengelola, homestay, restoran dan
pendopo penerima.
2. Fokus perancangan adalah pada
perancangan fungsi bangunan
konvensi, dalam hal ini dibatasi pada
aspek fungsi, aktivitas dan penataan
ruang yang dapat memfasilitasi
beragam kegiatan yaitu kegiatan
pertemuan, pagelaran, pameran dan
banquet
3. Lingkup perancangan bangunan
konvensi juga akan
mempertimbangkan kondisi
lingkungan sekitar (konteks kawasan
Agrowisata Wonosari) yang memberi
pengaruh pada bentuk dan tampilan
bangunan konvensi.
4. Ruang lingkup pelayanan: Malang
Raya dan daerah yang berada
disekitarnya seperti Surabaya,
Lumajang, Pasuruan.
Tujuan
Rancangan bangunan Convention hall
yang dapat mewadahi beberapa aktivitas
yang berbeda di kawasan Agrowisata
Wonosari-Lawang.
Manfaat
1. Bagi kalangan praktisi:
a. Memberikan alternatif rancangan dan
referensi bagi desain selanjutnya
b. Sebagai sarana penyedia kebutuhan
fasilitas pertemuan, rapat dan diklat
c. Sebagai sarana pengembangan daerah
agrowisata Wonosari dari segi fasilitas
yang yang tersedia.
2. Bagi kalangan akademis:
a. Meningkatkan kemampuan dan
kepekaan dalam proses perancangan.
b. Menerapkan teori dan prinsip desain
yang telah didapat terhadap desain
yang akan dibuat.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Convention Hall
Batasan-batasan umum mengenai
kegiatan yang berlangsung pada pertemuan
yang modern yang dikemukakan oleh
Lawson (1981) antara lain:
1. Terjadi pada tempat yang spesifik
2. Menyangkut pelayanan makanan dan
minuman
3. Dilengkapi oleh penunjang teknis
spesial seperti peralatan audio-visual
4. Membutuhkan transportasi
5. Membutuhkan penginapan
6. Melibatkan pameran suatu produk
7. Membutuhkan sajian hiburan bagi
peserta konvensi
Menurut M. Kesrul (2004) fasilitas ruang
konferensi/ pertemuan antara lain:
a. Peralatan telekomunikasi dan
presentasi lengkap
b. Podium
c. Meja kursi selengkapnya pada area
peserta
Dalam hal ini podium dapat diartikan
sebagai area panggung, sedangkan pada
area peserta ditekankan adanya fasilitas
meja dan kursi untuk peserta dan tidak
dibatasi untuk penataan bentuk yang
digunakan Ada beberapa bentuk ruang
pertemuan yang lazim digunakan misalnya
bentuk sejajar dan bertrap seperti pada
auditorium dapat dilihat di bawah ini:
1) Ruangan yang berbentuk hall
2) Auditorium
Akustika dalam ruangan yang perlu
diperhatikan menurut Mediastika
1) Area panggung
2) Akustik lantai panggung
3) Area penonton
4) Akustik lantai area penonton
5) Akustik plafon area penonton
6) Akustik dinding area penonton
Pola sirkulasi convention hall
a. sirkulasi ruang luar pada convention hall
biasanya memutari bangunan dan
terdapat pemisahan antara sirkulasi
pengunjung dengan sirkulasi pengelola.
b. sirkulasi dalam bangunan convention
hall perletakan ruang utama menyebar
dengan orientasi ke arah lobby yang
merupakan titik awal pemecahan
sirkulasi dalam ruang. .
Fleksibilitas ruang
Fleksibilitas ruang adalah dimana
suatu ruang dapat digunakan untuk
beberapa aktivitas yang berbeda karakter
dan dapat dilakukan pengubahan susunan
ruang tanpa mengubah tatanan bangunan.
Menurut Toekio (2000), terdapat tiga
konsep fleksibilitas yaitu ekspansibilitas,
konvertibilitas, dan versalitilitas.
a. Ekspansibilitas
Konsep ekspansibilitas berarti
desain ruang yang dapat menampung
pertumbuhan melalui perluasan.
Desain dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan. Perkiraan terhadap
kebutuhan di masa depan di atasi
dengan adanya ruang-ruang fleksibel
yang dibatasi dengan pembatas
temporer.
b. Konvertibilitas
Konsep konvertibilitas berarti
desain ruang yang dirancang untuk
memungkinkan adanya perubahan
orientasi dan suasana sesuai dengan
keinginan pelaku tanpa melakukan
perombakan besar-besaran terhadap
ruang yang sudah ada. Salah satu
caranya dengan menggunakan dinding
partisi. Contohnya adalah pada
pengubahan orientasi ruang pameran
yang bisa diletakkan pada tengah
ruang atau tepi ruangan.
c. Versatilitas
Konsep versatilitas berarti
fleksibilitas sebuah wadah dengan cara
penggunaan wadah multi fungsi untuk
menampung multi aktivitas pada waktu
yang berbeda. Adanya ruang multi
fungsi ini dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam aktivitas misalnya
pesta, rapat, seminar, dan sebagainya.
Kontekstual bangunan dengan
lingkungan
Brent C. Brolin dalam bukunya
Architecture in Context (1980)
menjelaskan, kontekstualisme adalah
kemungkinan perluasan bangunan dan
keinginan mengaitkan bangunan baru
dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan kata lain, kontekstualisme
merupakan sebuah ide tentang perlunya
tanggapan terhadap lingkungannya serta
bagaimana menjaga dan menghormati jiwa
dan karakter suatu tempat.
Untuk mewujudkan dan
menciptakan arsitektur kontekstual, sebuah
desain tidak harus selamanya kontekstual
dalam aspek form dan fisik saja, akan tetapi
kontekstual dapat pula dihadirkan melalui
aspek non fisik, seperti fungsi, filosofi,
maupun teknologi.
METODE PERANCANGAN
Gagasan dan Pendefisian Masalah
Proyeksi peningkatan dan
optimalisasi lahan dengan tujuan untuk
menambah nilai tambah pendapatan
dilakukan dengan melanjutkan pembuatan
master plan Wisata Agro Wonosari. pada
perancangan convention hall ini
menggunakan metode programatik melalui
pendekatan penataan ruang yang
menampung beberapa aktifitas yang
berbeda di sekitar kawasan Agrowisata
Wonosari-Lawang. Metode programatik
tersebut adalah bagian dari metode
keseluruhan yang digunakan yaitu metode
dengan tahapan-tahapan: pendefisian
masalah, pengumpulan data, analisis,
sintesis dan perancangan.
Pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data akan
ditentukan data apa yang akan dicari
kemudian dengan cara apa data tersebut
didapat. Data-data tersebut terdiri atas data
primer dan data sekunder.
1. Data primer
Survei data primer adalah metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan
melihat secara langsung ataupun
berinteraksi langsung dengan objek yang
diamati.
a. Observasi lapangan dan dokumentasi
Pengamatan langsung pada tapak
perancangan untuk mengetahui kondisi
eksisting tapak dan kondisi fisik
kawasan berupa bangunan yang ada
pada sekitar tapak perancangan.
Merekam informasi pada eksisting
berupa angin, kebisingan, matahari,
pencahayaan, sirkulasi.
b. Wawancara
Wawancara akan dilakukan kepada
pihak Agrowisata Wonosari untuk
mendapatkan data mengenai kondisi
sekitar tapak perancangan. Kemudian
wawancara juga dilakukan pada
pengunjung Agrowisata Wonosari
yang melakukan kegiatan pertemuan di
aula yang terdapat di Agrowisata
Wonosari.
2. Data sekunder
Pengambilan data yang tidak dapat
dilakukan melalui observasi langsung yang
mendukung proses penelitian.
a. Studi literatur
Untuk mendapatkan data-data yang
bersifat teori maupun non-teori yang
dapat menunjang pembahasan dalam
rangka memecahkan permasalahan, data
yang dibutuhkan berupa literatur yang
berhubungan dengan tinjauan umum dan
tinjauan khusus tentang convention hall
yang didapatkan dari buku, jurnal dan
arsip pemerintah daerah.
b. Studi komparasi
Yaitu dengan mengadakan studi
perbandingan dengan objek sejenis.
Dalam menentukan objek komparasi
tersebut ditentukan kriteria sebagai
acuan, sebagai berikut:
1). Kesesuaian dengan fungsi
2). Kapasitas yang setara dengan objek
rancangan
3). Memiliki fungsi yang sama
Pengolahan data
Pada pengolahan data digunakan
metode programatik sebagai metode umum
perancangan dimana dilakukan analisa dan
sintesa pada data. Analisis terdiri dari
analisis yang sifatnya makro dan analisis
yang sifatnya mikro, sedangkan sistesis
adalah proses penggabungan hasil analisis
untuk mendapatkan konsep atau acuan
desain. Dalam hal ini yang menjadi fokus
adalah analisis dan konsep/ acuan desain
terkait dengan penataan ruang dengan
berbagai ragam jenis aktivitas (fleksibilitas
ruang) dan terkait dengan tampilan
bangunan.
a. Tahap analisis
Pada tahap ini akan dianalisa data-data
yang diperoleh kemudian dipilih dan
dipilah sesuai dengan data yang diperlukan
dalam perancangan convention hall.
Analisa yang dilakukan antara lain:
1) Analisis fungsi
2) Analisis pelaku dan aktivitas
3) Analisis kebutuhan ruang
4) Analisis ruang (organisasi ruang,
hubungan antar ruang, sirkulasi,
fleksibilitas ruang) dan analisis
bangunan (struktur, akustik, bentuk
dan tampilan bangunan).
pendekatan kontekstual lingkungan
kawasan Agrowisata Wonosari.
Langkah-langkah yang perlu
dilakukan, yaitu:
a) Penentuan variabel (parameter)
Parameter yang digunakan
meliputi unsur desain (wujud,
material, atap, kolom, bukaan,
ragam hias) dan prinsip desain
(keseimbangan, irama dan
dominasi)
b) Penelusuran bangunan di kawasan
Agrowisata Wonosari
c) Penetapan acuan desain bentuk
dan tampilan bangunan
5) Analisis tapak
b. Tahap sintesis
Pada tahap ini kesimpulan dari
analisis-analisis yang didapat akan
disintesakan ke dalam proses
pemilahan data yang merupakan solusi
dan acuan desain dari permasalahan
yang sudah ditentukan pada rumusan
masalah yang akan digunakan pada
perancangan convention hall
umumnya. Konsep/acuan desain yang
dihasilkan berupa konsep tapak,
konsep bentuk dan tampilan, konsep
ruang, konsep akustik, konsep struktur,
dan konsep utilitas. Dalam hal ini yang
menjadi fokus atau penekanan adalah
konsep ruang (flesibilitas ruang) dan
konsep bentuk/tampilan bangunan.
Tahap perancangan
Pada tahap perancangan ini terdiri
dari tiga tahap yamg meliputi:
1. Tahap skematik
Pada tahap ini, hasil analisa-sintesa
digunakan dalam membuat desain
skematik. Proses transformasi dari hasil
sintesa ke dalam bentuk sktesa-sketsa ide
perancangan diwujudkan berupa skematik
dengan mengatur penataan ruang dalam
berdasarkan aktifitas yang diwadahi pada
convention hall, diwujudkan berupa
skematik desain bangunan yang kontekstual
dengan lingkungan.
2. Tahap Pengembangan Rancangan
Tahap ini merupakan tahap yang
dilakukan untuk mengembangkan hasil
desain skematik dari proses analisa-sintesa
untuk menjawab permasalah utama.
Aplikasi dalam tahap pradesain ini
merupakan hasil transformasi desain
dengan menggunakan metode pragmatik,
yaitu mengembangkan berbagai
kemungkinan penataan ruang yang sesuai
dengan konsep serta standar/syarat
perancangan convention hall dan juga
desain bangunan yang kontekstual dengan
lingkungan. Dalam tahap ini,
pengembangan desain menggunakan teknik
sketsa dan permodelan (dua dimensi dan
tiga dimensi).
Tahap pengembangan rancangan
berupa site plan, layout plan, denah,
tampak, potongan, perspektif interior dan
eksterior, serta detail-detail arsitektural.
Hasil rancangan desain tersebut kemudian
dievaluasi kembali untuk menguji
kesesuaian antara hasil analisa dengan teori
yang ada berdasarkan parameter teori.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum Agrowisata Wonosari
Kawasan Agrowisata Wonosari
termasuk dalam Kebun Wonosari,
terbentang dari batas kawasan hutan
perhutani sampai dengan Afdeling Gebuk
Lor. Luas kebun teh Wonosari adalah 370,3
ha, sedangkan luas Agrowisata Wonosari
sendiri adalah 10,85 ha dimana secara
administratif Agrowisata ini masuk dalam
wilayah dua kecamatan yaitu Singosari dan
Lawang, Kabupaten Malang.
Analisa fleksibilitas ruang
Hall 1 (Konvensi (konferensi, seminar,
workshop, rapat)
Kegiatan konvensi yang diwadahi
ditentukan terdiri dari beberapa kapasitas:
kapasitas 500 (24 x 30 m)
untuk kegiatan pagelaran dengan banyak
penonton, bisa diterapkan kelas vestifal
sehingga dapat menampung banyak
Gambar 1 masterplan Kawasan Agrowisata
Wonosari
untuk kegiatam konferensi, seminar
dengan skala besar
untuk kegiatan gathering perusahaan yang
biasanya membutuhkan kapasitas besar
kapasitas 200 (24 x 12 m
kapasitas 200 (24 x 18) dengan panggung
panggung pertemuan
panggung pertemuan memiliki ketinggian
rata-rata 60-80 cm, hal ini untuk
mengakomodasi kegiatan yang berupa
kegiatan pertemuan sehingga memberikan
kenyamanan visual bagi peserta
panggung pagelaran
panggung pagelaran biasanya memiliki
ketinggian yang lebih dari pada panggung
untuk kegiatan pertemuan antara 1- 1,3 m, hal
ini dikarenakan aktivitas penonton yang
berdiri dan cenderung berkumpul di area
panggung
Ruang 2 dan 3
Konvensi (konferensi, seminar, workshop, rapat
kapasitas 90 (6 x 15 m)
Kapasitas 50 (6 x 9 m)
Analisis Tampilan Bangunan
Kontribusi bangunan sekitar terhadap
bangunan baru adalah sebagai patokan
secara visual bahwa suatu bangunan baru
yang ada merupakan bagian dari kawasan
tersebut, sehingga secara tidak langsung
pengunjung akan merasakan atmosfir yang
sama meskipun bangunan baru memiliki
fungsi atau ukuran yang berbeda. Untuk
menciptakan kesan tersebut maka perlu ada
benang merah antara bangunan baru dengan
bangunan sekitar yang telah ada
sebelumnya.
bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari
1. wujud
Bentuk dasar geometri adalah persegi
empat
Gambar 2 Tampak bangunan eksisting
2. Bahan
Menggunakan material seng, dinding,
kaca, kayu.
3. atap
Atap bangunan kebanyakan menggunakan
atap pelana dengan dominasi geometri
segitiga
4. Kolom
Kolom bangunan yang tampak jelas
terdapat pada bagian depan bangunan
terdapat dua tiang penyangga. Menegaskan
kekokohan bangunan
5. Bukaan
Bukaan terdiri pintu dan jendela dengan
bentuk persegi dengan kusen yang kecil dan
besar
Prinsip desain
1. Keseimbangan
Memiliki keseimbangan asimetris,
bagian kanan dan kiri tidak sama, tapi
secara kesuluruhan bangunan memiliki
sumbu garis yang bisa ditarik pada
bagian tengah
2. Irama
Irama terjadi karena adanya perulangan
bentuk elemen bukaan dengan posisi
yang sejajar
3. Dominasi
Memiliki dominasi pada bagian depan
dengan bidang dinding lebih menonjol
ke depan
Konsep perancangan
Konsep tapak
Exit
Entrance
Gambar 3 Konsep Sirkulasi Tapak
E
C
B
A
A
D
F
Keterangan
A. Parkir
B. Convention hall
C. Restoran
D. Home stay
E. Kantor Pengelola
F. Pendopo penerima
Konsep Ruang
Ekspansibilitas
Konvertibilitas
Versatilitas
Konsep Bentuk dan tampilan
Gambar 4. Konsep Tata Massa
Tanaman
peneduh
Tanaman
pengarah (palm)
Gambar 5 Konsep Vegetasi
Partisi
Hall 2 Hall 3
Hall 1
Sistem hidrolik
panggung
X
Y
Z
X
Y
Z
Gambar 9 Layout ruang
Gambar 10 Konsep bentuk
Gambar 7 Pembagian ruang
Gambar 8 Penggunaan sistem hidrolik pada
panggung
Hasil dan pembahasan desain
Gambar 11 Transformasi bentuk atap
Gambar 12 Siteplan
Gambar 13 Layout plan
Gambar 14 Denah
Gambar 15 Layout dan interior konser
Gambar 17 Layout dan interior resepsi standing party
Gambar 18 Layout dan interior pertemuan
besar
Gambar 19 Perbedaan ketinggian panggung
Gambar 16 Layout dan interior resepsi round
table
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam perancangan convention hall
yang mewadahi berbagai jenis kegiatan
yang berbeda dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Fungsi dari bangunan mempengaruhi
bentukan bangunan. Bentuk ruang
convention hall berbeda-beda sesuai
dengan fungsi yang akan diwadahi
2. Aspek fleksibilitas ruang dapat dicapai
dengan tiga cara yaitu ekspansibilitas,
konvertibilitas dan versatilitas,
fleksibilitas ruang dibutuhkan karena
hall digunakan untuk beragam jenis
aktivitas. Sebagai ruang yang
ekspansibel, partisi sebagai sekat dapat
dibuka jika diperlukan ruang yang
lebih luas. Versatilitas memungkinkan
ruangan digunakan untuk konser
musik, pertemuan atau resepsi. Dan
untuk konvertibilitas berlaku pada hall
2 dan 3 serta lobby yang digunakan
untuk kegiatan pameran produk.
3. Salah satu sistem untuk mencapai
fleksibilitas ruang pada convention hall
adalah dengan menggunakan partisi
4. Bentuk dan tampilan menggunakan
konsep transformasi dari bangunan di
kawasan Agrowisata Wonosari yang
terdiri dari beberapa gaya sehingga di
ambil prinsip desain dari bangunan
yaitu keseimbangan, dominasi dan
irama serta unsurnya yaitu atap,
kolom, bukaan. Sedangkan ragam hias
tidak digunakan karena bangunan tidak
memiliki ragam hias yang spesifik.
Saran
Untuk para akademisi dan para
prakitisi proses desain akan berbeda-beda
pada setiap kasus atau kajian. Dalam kajian
ini perancangan desain memilki fokus pada
convention hall yang dapat mewadahi
beragam jenis aktivitas, sehingga eksplorasi
terhadap aspek bentuk, tata massa dan tata
ruang menyesuaikan dengan kepentingan
yang diwadahi. Dalam perancangannya
juga perlu diperhatikan dimana lokasi
tersebut dibangun, karena bnetuk suatu
bangunan tidak hanya bergantung dari
fungsi tetapi juga bergantung dengan lokasi
bangunan tersebut berada. Aspek
fleksibilitas tidak hanya dapat dicapai
dengan penggunaan partisi, namun
sekarang sudah digunakan teknologi yang
canggih untuk menunjang aspek tersebut
sehingga dalam perancangan selanjutnya
dapat diterapkan agar fleksibilitas ruang
dapat tercapai secara optimal. Konsep
transformasi yang digunakan dapat
menggunakan parameter lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Abdillah. 2010. Surabaya Exhibition
and Convention Centre. Skripsi
tidak dipublikasikan. Malang:
Universitas Brawijaya.
Ambarwati, Dwi R. 2012. Perancangan
Akustik Interior Gedung
Pertunjukan. Universitas Negeri
Yogyakarta: Jurnal Ilmiah.
Gambar 21 Perspektif eksterior
Gambar 20 Tampak bangunan
Ardiani, Y Mila. 2009. Insertion. Surabaya:
Wastu Lanas Grafika
Brolin, C, Brent. 1980. Architecture In
Context. New York: Van Nostrand
Reinhold Company.
Chiara, Joseph. 1980. Time Saver Standart
second edition For Building Types. New
York: Graw Hill
Ching, Francis DK. 1985. Arsitektur:
Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Terjemahan. Jakarta: Erlangga
Ching, Francis DK. 2000. Arsitektur:
Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Doelle, Leslie. 1986. Akustik Lingkungan.
Jakarta: Erlangga
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
”Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Fasilitas Parkir”, Departemen
Perhubungan, Jakarta, 1998.
Hedy C Indrani.2004. Optimasi Desain
Interior Untuk Peningkatan
Kualitas Akustik Ruang Auditorium
Multi-Fungsi. Dimensi Teknik
Arsitektur Vol. 35, No. 2
Ishar, H.K. 1992. Pedoman Umum
Merancang Bangunan. Jakarta: Gramedia
Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi No. KM
108/HM.703/MPPT-91, tentang
Ketentuan Usaha Jasa Konvensi,
Perjalanan Insentif dan Pameran.
Lawson, Fred. 1981. Confernce,
Convention and Exhibition
Facilities. London: The
Architecture Press
Lawson, Fred. 1998. Tourism and
Recreation Handbook of. Planning
and Design. London: The
Architectural Press
Mediastika, Christina E. 2005. Akustika
Bangunan. Jakarta: Erlangga
M. Kesrul. 2004. Meeting Incentive Trip
Conference Exhibition. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Mill, Edward D. 1976. Planning: Building
for Administration Entertainment
adn Recreation. London: Newness-
Butterworth
Shadily, Hassan. 2003. An English-
Indonesia Dictionary. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Toekio. 2000. Dimensi Ruang dan Waktu.
Bandung: Intermatra