Post on 06-Aug-2015
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYUSUNAN DAN
PENATAAN NASIONAL PROPINSI DAN KOTA
A. Kebijakan Nasional Penataan Kawasan
1) Pada kawasan yang menurun produktivitas ekonominya dan kawasan
potensial lainnya
2) Meningkatkan aksesibilitas, keterkaitan serta fasilitas kawasan
3) Penataan dan Konservasi ruang dalam bentuk kota
4) Berwawasan budaya lokal
5) Mengembangkan kapasitas institusi serta tumbuhnya kesadaran pemerintah,
komunitas lokal dan perangkat hukum yang baik dalam rangka good
governance and management
6) Mendorong terwujudnya Arsitektur dan Tradisi Budaya Lokal
7) Menggerakkan terjadinya investasi pada kawasan lama dan kawasan potensial
lainnya.
B. Strategi
1) Mendorong pertumbuhan ekonomi lokal
2) Meningkatkan kualitas dan integrasi fungsi sarana dan prasarana sertan
pengembangan aksesibilitas kawasan.
3) Melakukan identifikasi kawasan yang signifikan secara sejarah, kultural dan
ilmu pengetahuan
4) Mengembangkan wujud kawasan yang memberdayakan aktivitas sosial dan
budaya setempat.
5) Mendorong pengembangan kawasan yang kontekstual
6) Menyusun aspirasi dan permasalahan komunitas lokal
Tabel 2.1 HUBUNGAN KERJA PUSAT-PUSAT-PROPINSI-KABUPATEN
PERSIAPAN & PENYUSUN
PROGRAMPERENCANAAN
PELAKSANAANKonstruksi
O & M EVALUASI
PUSA
T
Penyusunan Pedoman umum dan Pelaksanaan
Penyiapan rencana dan program
Pelaksanaan kegiatan di lapangan
Serah terima O & M Kepada Kota/Kabupaten
Evaluasi Kebijakan, strategi sasaran dan manfaat
Penetapan Kawasan Kota Baru
Penyusunan dokumen lelang fisik
Supervisi pelaks Konstruksi di lapangan
Serah terima asset kepada kota/Kabupaten
Penyusunan LK, PO, DIP dan organisasi proyek
Koordinasi dengan instansi pusat lainnya
Pelaporan dan dokumentasi Bantuan teknis pengelolaan
Koordinasi dan Desentralisasi tingkat nasional
Pengawasan dam pengendalian
PRO
PIN
SI
Meneruskan Usulan ke Departemen
Pembahasan rencana dan program
Pelaksanaan monitoring dan koordinasi di tingkat Propinsi
Bantuan O & M kepada Kota/Kabupaten
Evaluasi
Program
Dan
Manfaat
Persiapan sharing pembiayaan
Penyusunan program pembiayaan
Pelaporan monitoring progress ke pusat
Bantuan teknis pengelolaan
Diseminasi ke kota / kabupaten
Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan
KA
BU
PAT
EN
Identifikasi kawasan Pembahasan rencana Pembentukan tim Direksi/Koordinasi di tingkat Pelaksanaan
Pembentukan organisasi pengelolaan kws
Evaluasi
Pelaksanaan
Kegiatan
Usulan ke propinsi dan pusat
Penyiapan program pelaksanaan di lap.
Sosialisasi ke masyarakat Menerima serah terima O & M dan asset
Penyuluhan dan pembuatan kesepakatan dengan masyarakat
Sosialisasi ke masyarakat Koordinasi pelaksanaan instansi terkait dengan
Menyediakan biaya O & M kawasan
Persiapan sharing pembiayaan
Koordinasi & kesepakatan dengan instansi terkait
Pengendalian pelaksanaan Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan kws
Penyiapan organisasi di Kota / Kab.
Penyiapan dan serah terima lahan
Pelaporan progress ke pusat dengan tembusan ke propinsi
Penyusunan Perda/SK kepala Daerah ttg peraturan kws
C. Masalah Konservasi
1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1992.
2) Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Kota setempat, terutama dalam hal
penanganan konservasi dan Built-Heritage di dalamnya.
3) SK Bupati terutama tentang penanganan kawasan kota Baru
D. Landasan Hukum dan Kebijakan yang Terkait dengan Upaya
Penataan dan Konservasi
1) Undang-undang Nomor 50 Tahun 1960 tentang peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup.
3) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
4) Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan ruang.
5) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
6) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
7) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan.
8) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
9) Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksana
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
10) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor No. 63/PRT/1993 tentang Perencanaan
Tata Ruang.
11) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kota.
12) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987.
13) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau di Wilayah Perkotaan.
14) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Kota.
15) Peraturan Daerah tentang Rencana Kota dan tentang Rencana Tata Ruang Kota.
16) Peraturan Daerah tentang Pola Dasar Pembangunan.
17) Aspek Legal menyangkut Kepemilikan/penguasaan Tanah dan Bangunan
UUPA Nomor 5 Tahun 1960
PP Mendagri Nomor 2 Tahun 1970
PP Nomor 40 Tahun 1996
E. Kebijakan dan Program Pembangunan Kabupaten Nunukan
1. Kebijaksanaan Pembangunan Kota
Dalam Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Nunukan, Kebijaksanaan pembangunan
yang akan ditempuh pemerintah daerah adalah meningkatkan kualitas sumber daya
manusia sebagai kekuatan utama pembangunan dan sekaligus sebagai modal dasar dalam
upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan
pembangunan dalam bidang ekonomi yang merupakan prioritas dan penggerak utama
pembangunan daerah tetap akan diupayakan semaksimal mungkin atau sedemikian rupa
melalui sektor perdagangan serta sektor pertanian dan jasa.
Sedangkan pembangunan di sektor-sektor lain diharapkan dapat menunjang dalam
melengkapi pembangunan yang sedang dilaksanakan dan tetap mengarah pada
pencapaian tujuan pembangunan daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi dan
kebijaksanaan pembangunan Kabupaten Nunukan ditempuh hal-hal sebagai berikut:
Keserasian wilayah dalam tatanan sebagai wilayah pemukiman yang sehat dan
sejahtera.
Penataan penguasaan tanah perkotaan agar pemanfaatannya dapat diwujudkan untuk
kepentingan pembangunan dan masyarakat dengan tetap memperhatikan hak-hak
rakyat atas tanah, disamping untuk mencegah penelantaran dan pemusatan
penggunaan tanah yang dapat merugikan kepentingan rakyat.
Penyediaan sarana dan prasarana fasilitas perkotaan dan peningkatan serta perbaikan
lingkungan permukiman, perbaikan lingkungan usaha, lingkungan kerja dan kegiatan
ekonomi lainnya menuju terwujudnya pengelolaan perkotaan yang lebih efisien dan
efektif.
Penyediaan sarana dan prasarana dalam mendukung sektor perhubungan baik
perhubungan darat, laut dan udara serta sektor perdagangan baik dalam negeri
maupun luar negeri, sektor industri serta sarana dan prasarana lainnya yang dapat
mendukung arus barang dan jasa serta mempersiapkan pusat-pusat pelayanan baik
ekonomi maupun sosial yang disesuaikan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTR) Kota Nunukan.
2. Kebijaksanaan Pengendalian Kota
Untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan dan sebagai perwujudan berbagai
sasaran pembangunan, maka kebijaksanaan pengendalian kawasan diarahkan pada
pengendalian aspek keseimbangan sarana dan prasarana, pemanfaatan sumber-sumber
daya baik alam maupun buatan serta pelestarian fungsi lingkungan hidup serta budaya.
Selain itu, perlu adanya peningkatan intensitas pembangunan. maka dalam pembangunan
jangka panjang, kawasan tersebut dihadapkan pada tantangan untuk tetap meningkatkan
aktifitas pengelolaan dan rehabilitasi sumber daya alam dan buatan sehingga akan
menjamin pembangunan yang berkelanjutan, dengan tujuan :
Perkembangan diarahkan untuk dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat
baik secara spiritual maupun materiil yang tercermin dengan terciptanya kualitas
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Agar pertumbuhan dan perkembangan kota/kawasan dapat dikendalikan, sehingga
pembangunan yang dilaksanakan tidak melewati kemampuan lahan yang tersedia
yang pada gilirannya keseimbangan antara kemampuan lahan dengan kegiatan
manusia dapat terwujud.
Agar perkembangan kota dapat diarahkan sedini mungkin, sehingga Pemerintah
Daerah mempunyai pedoman dasar dalam usaha pengendalian kegiatan
pembangunan.
Agar pertumbuhan kota/kawasan dapat diarahkan dengan mengembangkan potensi
kawasan/kota dan mengatasi permasalahannya, sehingga dapat diwujudkan suatu
kawasan yang teratur dan serasi.
Sebagai akibat dari laju perkembangan fisik serta pengaruh dari aktifitas sosial dan
ekonomi di kawasan perencanaan, terlihat kecenderungan perubahan pada wajah kawasan
perencanaan yang merupakan kawasan baru serta kawasan yang memiliki potensi yang
strategis dalam rangka mendukung pembangunan Kabupaten Nunukan, maka diperlukan
adanya pengendalian dan penataan yang ketat dalam penanganan dan pengelolaan
kawasan ini.
3. Program Pembangunan/Pengendalian Kola
Untuk mencapai sasaran dalam melaksanakan berbagai kebijaksanaan tersebut diatas,
maka program pembangunan pada kawasan perencanaan yang akan dilaksanakan oleh
masyarakat bersama-sama dengan Pemerintah Daerah berdasarkan program-program
yang telah ditetapkan sebelumnya yang mengacu pada pola dasar pembangunan daerah
produk-produk rencana tata ruang.
Produk-produk pembangunan yang tersebut diatas ditetapkan melalui proses perencanaan
yang mekanismenya dimulai dari tingkat Kelurahan melalui musyawarah yang diikuti
oleh tokoh-tokoh masyarakat sebagai penyalur aspirasi masyarakat secara keseluruhan.
Upaya-upaya penataan yang akan dilaksanakan pada kawasan perencanaan ini
diharapkan dapat menghasilkan program-program pembangunan dan penataan kawasan
yang lebih terarah dan terpadu.
Pelaksanaan pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan fisik baik yang
dilaksanakan oleh masyarakat maupun pemerintah terus berdasarkan program-program
yang telah ditetapkan seperti Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Nunukan dan produk-
produk rencana tata ruang (RTRW, RDTR).
Dalam penyusunan kawasan nantinya harus didukung oleh perangkat-perangkat
pengendalian serta strategi kebijakan pembangunan. Perangkat pengendalian serta
kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka pembangunan kawasan disesuaikan dengan
rencana tata ruang dan pemanfaatan ruang yang telah ada sebelumnya. perangkat -
perangkat pengendalian, antara lain berupa:
Mekanisme perizinan mendirikan bangunan, yang didalamnya diatur insentif dan
disinsentif bagi masyarakat yang akan mendirikan bangunan.
Desain-desain serta aksesoris bangunan yang disesuaikan dengan sasaran yang ingin
dicapai dalam pengembangan kawasan.
4. Uraian Kebijaksanaan dan Program Lain
a. Kebijaksanaan Spatial
Dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah pelaksanaan perencanaan Tata Ruang
dirancang untuk pencapaian sasaran pengembangan dan pemerataan pertumbuhan
dalam bentuk penetapan pusat-pusat kegiatan ekonomi dan jaringan
transportasi/komunikasi secara efisien dan efektif keseluruh kegiatan usahan
masyarakat.
Dalam pencapaian sasaran tersebut ditetapkan beberapa wilayah pembangunan
sebagai pusat produksi yang saling menunjang guna percepatan pertumbuhan
ekonomi serta pengembangan wilayah. Adapun pusat pembangunan wilayah terbagi
dalam :
Wilayah pembangunan bagian Selatan dengan pusat pengembangan di Ninukan
Selatan, yang meliputi : Kecamatan Nunukan Selatan, kecamatn …….jenis
Kegiatan Usaha yang dikembangkan seperti Tanaman pertanian/perkebunan,
kapas, buah-buahan, tebu, jambu mete, kopi, peternakan (ternak kecil),
perikanan/pertambkan, industri (agroindustri, aneka industri dan industri besar),
perdagangan, pengangkutan dan perbankan.
Wilayah pembangunan bagian Tengah dengan pusat Kecamatan Nunukan
pengembangan di Kecamatan ……., yang meliputi : Kecamatan ….., jenis usaha
yang dikembangkan yaitu : industri kecil dan menengah, perdagangan,
pengangkutan, perbankan dan perusahaan jasa lainnya.
Wilayah pembangunan bagian Utara dengan pusat pengembangan di Kecamatn
……yang meliputi : Kecamatan …….. Kegiatan usaha yang dikembangkan yaitu
tanaman pertanian, , kehutanan, industri (agroindustri dan industri pariwisata),
perdagangan dan transportasi.
Wilayah pembangunan bagian Barat dengan pusat pengembangan di kecamatan
……..yang meliputi : Kecamatan ……. Usaha yang dikembangkan adalah
tanaman perkebunan, ,kelapa, , kehutanan, perikanan, industri kecil dan
menengah, perdagangan serta transportasi.
Wilayah . pembangunan bagian Timur dengan pusat pengembangan di Sei
Nyamuk yang meliputi : Kecamatan Sebatik Barat, Sebatik Timur Sebati utara.
Jenis usaha yang dikembangkan yaitu perkebunan Sawit, peternakan, perikanan /
tambak, industri kecil dan rumah tangga, perdagangan, parawisata serta
transportasi.
Untuk mengoptimalkan pengwilayahan pembangunan diatas dilakukan dengan
peningkatan jasa pelayanan, sarana dan prasarana melalui pusat pembangunan ke
daerah-daerah belakangnya (hinterland) yang ditetapkan atas dasar berbagai
pertimbangan terutama faktor geografis dan daya dukung lahan.
b. Pembangunan Sektoral
Sasaran pembangunan sektoral dilaksanakan meliputi keseluruhan sektor kegiatan
usaha, terbagi dalam :
Usaha peningkatan industri tanaman pangan yang ditempuh melalui 4 (empat)
usaha pokok yaitu intensifikasi, diversifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi
tanaman pangan.
Pelaksanaan Undang-undang Pokok Agraria.
Pengembangan penanaman modal/investasi dari berbagai sumber.
Menggalang kegiatan usaha perkoperasian.
Membangun fasilitas perumahan perkotaan dan pedesaan.
Pembangunan dan pengembangan potensi sektor pertambangan.
Peningkatan peranan kepariwisataan sebagai salah satu penghasil devisa negara.
Peningkatan sarana dan prasarana perhubungan,
Mempercepat proses industrialisasi terutama agroindustri, industri kecil, kerajinan
dan rumah tangga khususnya di daerah pedesaan.
Peningkatan pembangunan sektor pendidikan
Peningkatan pembangunan sektor kesehatan dan keluarga berencana ke pedesaan.
Pembangunan dan pelestarian sumber daya alam dalam lingkungan hidup.
Usaha peningkatan dan perluasan kegiatan penerangan atau informasi keseluruh
pelosok pedesaan.
c. Pembangunan Oleh Swasta dan Masyarakat.
Peranan swasta dan masyarakat dalam mewujudkan bangunan fisik dapat kita lihat
dalam bentuk pembangunan perumahan berskala besar (real estate). Sebagai dasar
dalam mendirikan bangunan tersebut harus berdasarkan pada aturan-aturan atau
produk hukum berlaku, seperti :
Rencana Deatail Tata Ruang yang ada (RDTL).
Peraturan tentang izin mendirikan bangunan (IMB).
Peraturan Bangunan Setempat (PBS).
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Peraturan Bangunan Khusus.