Post on 05-Jul-2015
BAB II
IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA
A. Ruang Lingkup Corporate Governance
1. Sejarah Ringkas Corporate Governance
Menurut Davies (1999), sebagaimana dikutip oleh Akhmad Syakhroza
pada awalnya perkembangan governance dikenal melalui berbagai aturan
yang diterapkan atau didominasi oleh kaum gereja. Dalam perkembangan
selanjutnya dominasi ini beralih pada konsep revolusi industri serta akhirnya
bermuara pada munculnya kapitalisme sampai akhir abad lalu. Dominasi
kapitalisme sangat kental ditemukan dalam pola governance korporasi di awal
abad ke 19. Pertumbuhan secara perlahan dari serikat pekerja selama paruh
pertama abad ini mulai mengimbangi dominasi perusahaan yang sebelumnya
mampu menekan tingkat upah dalam upaya memenangkan persaingan bisnis.
Mulai paruh abad ke-19 kekuatan serikat pekerja semakin besar dan
bertumbuh sedemikian rupa. Fenomena ini menambah kompleksitas
governance pada masa itu dan hal ini ditandai dengan munculnya hubungan
(axis) antara para pemegang saham dengan Board of Director sebagai suatu
bentuk respons atas meningkatnya kekuatan serikat pekerja.73
73 Akhmad Syakroza, Op. Cit., hal. 6.
59
Universitas Sumatera Utara
Pada era tahun 1970-an, kekuatan yang mempengaruhi governance
dalam organisasi khususnya korporasi, menjadi semakin kuat. Sebagian besar
waktu manajer pada masa ini dihabiskan untuk melakukan negosiasi dengan
serikat pekerja. Pada periode ini pula perkembangan governance pada unit bisnis
ditandai dengan berkembangnya era consumerism. Hal ini diindikasikan dengan
semakin meningkatnya persaingan antar sesama korporasi melalui peningkatan
kekuatan konsumen sebagai salah satu stakeholders dari sebuah korporasi.
Perkembangan ini membawa pengaruh signifikan terhadap iklim pengelolaan
korporasi yang ditandai dengan munculnya berbagai tantangan baru bagi
perkembangan corporate governance. 74
Dari sudut pandang lainnya, fenomena perkembangan corporate
governance dapat dilihat dari upaya untuk mengakomodasi berbagai
kepentingan stakeholders yang berhubungan dengan korporasi. Secara
konseptual, keberadaan corporate governance dapat ditelusuri balik hingga ke
akhir abad 18 masehi. Para ahli di bidang governance sepakat untuk
menyatakan bahwa Adam Smith (1776) merupakan filosof pertama yang
dianggap menjadi peletak dasar dalam upaya formalisasi konsep corporate
governance dalam karyanya The Wealth of Nations.75
Melalui perkembangannya hingga permulaan abad ke 21, konsep
corporate governance telah melalui dua tahapan generasi.
74 Ibid, hal. 7. 75 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Generasi pertama, dibidani oleh Berle dan Means (1932), dengan
penekanan pada konsekuensi dari terjadinya pemisahan antara kepemilikan
dan kontrol atas suatu perusahaan modern (the modern corporation). Menurut
mereka sejalan dengan berkembangnya perusahaan menjadi semakin besar,
maka pengelolaan perusahaan yang semula dipegang oleh pemilik (owner
manager) harus diserahkan pada kaum profesional. Dalam kaitan ini, isu yang
dianggap dominan adalah: perlunya suatu mekanisme untuk menjamin bahwa
manajemen (agent) yang merupakan orang gajian pemilik modal (principal),
akan mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan pemilik. Peran penting
dari penjelasan ini adalah terdapatnya potensi konflik kepentingan (conflict of
interests) antara pihak agent dan principal dalam suatu perusahaan.
Perkembangan signifikan dalam konsep corporate governance pada
generasi pertama ini ditandai dengan kemunculan Jensen dan Meckling
(1976) hampir setengah abad kemudian. Kedua ekonom ini terkenal dengan
teori keagenan (Agency Theory) yang menandai tonggak perkembangan riset
yang luar biasa di bidang governance (Denis dan Mc Connel 2003). Melalui
teori ini, berbagai bidang ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, manajemen
stratejik, manajemen keuangan, akuntansi, etika bisnis, dan organisasi, mulai
menggunakan pendekatan teori keagenan untuk memahami fenomena
corporate governance. Akibatnya perkembangan corporate governance
menjadi multi dimensi. Tumbull (1997) menyebutnya sebagai sebuah multi
disiplin ilmu. Dibandingkan periode sebelumnya, dimana pemanfaatan teori
Universitas Sumatera Utara
dimaksud masih didominasi oleh para ahli hukum (legal) dan ekonom
(economist). Pada era generasi pertama ini pula muncul berbagai derivasi
teori keagenan sebagai hasil dari sintesis melalui proses dialektika dan
berbagai bidang keilmuan tersebut di atas.
Perkembangan yang secara efektif dianggap sebagai awal munculnya
generasi kedua dari corporate governance, ditandai dengan hasil karya La-
Porta dan koleganya pada tahun 1998 (Denis dan Mc Connel 2003). Secara
signifikan mengidentifikasi kecenderungan terdapatnya konsentrasi
kepemilikan pada pihak tertentu. Berbeda dengan Berle dan Means (1932),
menurut La-Porta (1998, 1999) bahwa penerapan corporate governance di
suatu negara sangat dipengaruhi oleh perangkat hukum di negara tersebut
dalam upaya melindungi kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan
perusahaan, terutama pemilik minoritas. Jika sebelumnya konflik kepentingan
dianggap terjadi antara pemilik modal (principal) dengan pengelola (agent),
La-Porta (1999) menyatakan bahwa berbagai negara lainnya di luar Amerika
Serikat dan Inggris, justru sebaliknya kepemilikan perusahaan sangat
terkonsentrasi. Akibatnya, konflik kepentingan akan terjadi antara “pemilik
mayoritas yang kuat” dengan “pemilik minoritas” yang berada pada posisi
yang lemah. Lebih lanjut, La-Porta (1999, 2000) berpendapat bahwa sistem
hukum yang tidak kondusif dan belum berpihak pada kepentingan umum,
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan konflik ini menjadi semakin tajam sehingga berpotensi
merusak sistem perekonomian negara secara keseluruhan. 76
Terlepas dari tahapan perkembangan konsepsinya, secara umum dapat
disimpulkan bahwa corporate governance akan selalu muncul jika terdapat
potensi konflik kepentingan di dalam suatu perusahaan. Sementara konflik
kepentingan pada dasarnya disebabkan oleh “perbedaan kepentingan” itu
sendiri dan adanya “ketidakseimbangan kekuatan” antara berbagai pihak
yang berkepentingan. Tidak seimbangnya kekuatan ini membawa
implikasi bahwa “ketidakseimbangan kekuatan” dan akan adanya “peluang
untuk mengeksploitasi sesuatu kepentingan”, sehingga akan berdampak
luas pada terganggunya keseimbangan suatu sistem. Untuk itu dibutuhkan
seperangkat aturan main yang jelas agar berbagai perangkat organisasi
dalam sebuah sistem dapat menjalankan fungsinya masing-masing secara
optimal.77
Corporate governance sebagai suatu sistem membutuhkan berbagai
perangkat, seperti struktur governance (governing body and management
appointment) yang diikuti dengan kejelasan aturan main (definition of roles
and powers serta code of conducts) dalam suatu bentuk mekanaisme
(governance mechanisms) yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada
76 Ibid, hal. 5-6. 77 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
prinsipnya hal ini dibutuhkan untuk menjamin terjaganya kepentingan
berbagai pihak yang berhubungan dengan perusahaan, sehingga dengan
berjalannya mekanisme ini, diharapkan dapat menghasilkan dampak
lanjutan yang positif terhadap perkembangan perekonomian suatu negara
untuk tercapainya kemakmuran masyarakat (the wealth of nation) seperti
kondisi sebagaimana yang dimaksud oleh Adam Smith.78
2. Teori dan Pengertian Corporate Governance
Teori utama yang terkait dengan corporate governance, sebagaimana
dikutip oleh Mas Achmad Daniri79, ada dua yaitu Stewardship theory dan
agency theory.
Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat
manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu
bertindak dengan penuh tangung jawab, memiliki integritas dan kejujuran
terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang
dikehendaki oleh para pemegang saham. Stewardship theory memandang
manajemen sebagai institusi yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan
sebaik-baiknya bagi kepentingan stakeholders pada umumnya maupun
shareholders pada khususnya.
78 Ibid, hal. 11. 79 Mas Achmad Daniri; Good Corporate Governance, Konsep dan penerapannya dalam
konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), hal. 5-6.
Universitas Sumatera Utara
Agency theory memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi
pemegang saham, yang akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri,
bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham
sebagaimana yang diasumsikan dalam stewardship model. Bertentangan dengan
stewardship theory, agency theory memandang bahwa manajemen tidak dapat dipercaya
untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan stakeholders pada
umumnya maupun shareholders pada khususnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respons
yang lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada.
Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan
bertumpu pada agency theory, di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi
dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan
penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan yang berlaku. Upaya ini
menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang harus dikeluarkan
sebagai biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan
setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya. Agency costs ini mencakup
biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham; dan biaya yang dikeluarkan
oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya
audit yang independen dan pengendalian internal.
Di berbagai kalangan (pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan
dan lain sebagainya) corporate governance merupakan isu yang tidak pernah
usang dan selalu menarik minat mereka untuk memperbincangkannya secara
Universitas Sumatera Utara
serius80, sehingga pemahaman tentang praktik corporate governance terus
berevolusi dari waktu ke waktu. Kajian atas corporate governance mulai
disinggung pertama kalinya oleh Barle dan Means pada tahun 1932, yang
dalam kajian mereka memisahkan antara kepemilikan saham (ownership)
dengan pengawas pada suatu perusahaan modern. Pemisahan tersebut pada
gilirannya telah memunculkan konflik kepentingan (conflik of interest) antara
para pemegang saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan
perusahaan yang tersebar (dispersed ownership).81
Di Indonesia istilah corporate governance seringkali diterjemahkan
sebagai tata kelola perusahaan.82 Sedangkan pengertian corporate governance
itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak institusi dan para pakar. Berikut ini
80 Lihat juga Sedarmayanti yang mengemukakan bahwa berbagai peristiwa
dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan Corporate Governance menjadi isu penting di kalangan eksekutif, Non Government Organization (NGO), kosultan korporasi, akademisi, dan pembuat kebijakan (pemerintah) di berbagai belahan dunia. Isu yang terkait dengan Corporate Governance seperti insider trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab sosial, dan perlindungan investor telah menjadi ungkapan lazim dibicarakan di kalangan pelaku usaha. Corporate Governance juga telah menjadi salah satu isu penting bagi pelaku usaha di Indonesia. Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance, (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2007), hal. 59.
81 Indra Surya & Ivan Yustiavandana, Op.Cit., hal. 24. 82 Dalam konteks GCG, di kalangan pemerintah governance sering juga disebut “tata
pamong” atau “penadbiran”, sedangkan di kalangan pebisnis istilah GCG sering diartikan “tata kelola”. Dengan mengikuti kelaziman tersebut, maka istilah corporate governance dan tata kelola perusahaan yang dipergunakan oleh penulis secara bergantian dalam disertasi ini memiliki pengertian dan maksud yang sama.
Universitas Sumatera Utara
disajikan beberapa definisi corporate governance yang banyak digunakan
sebagai acuan dalam diskusi dan tulisan-tulisan.83
Usaha untuk melembagakan corporate governance untuk kali pertama
dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992
dengan membentuk Cadbury Committee. Komite ini bertugas menyusun
corporate governance code yang menjadi acuan utama (benchmark) di
banyak negara. Menurut Komite ini corporate governance adalah “sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar
mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan
kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya”.84
The Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) merupakan salah satu organisasi international yang sangat aktif
mendukung implementasi dan perbaikan corporate governance di seluruh
dunia. OECD mendefinisikan corporate governance sebagai berikut85 :
“Corporate Governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, the managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it
83 Lihat Etty Retno Wulandari, Good Corporate Governance: Konsep, Prinsip, dan Praktik,
(Jakarta: Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia, 2007), hal. 9. 84 Lihat Misahardi Wilamarta, Op.Cit., hal. 40. 85 Lihat Siswanto Sutojo & E. John Aldridge, Op.Cit., hal. 2-3
Universitas Sumatera Utara
also provides the structures through which the company objectives are set, and means of attaining those objectives and monitoring performance”. Sementara itu, Asian Development Bank (ADB) sebagai suatu
organisasi yang mendorong perkembangan ekonomi negara-negara di benua
Asia juga menaruh perhatian yang besar terhadap corporate governance.
Dalam laporannya sebagai hasil penilaian terhadap kondisi corporate
governance di 5 negara Asia, ADB (2001) mendefinisikan corporate
governance sebagia berikut:
“A corporate governance system consists of (1) a set of rules that define the relationships between shareholders, managers, creditors, the government and other stakeholders (i.e. their respective rights and responsibilities) and (2) a set of mechanisms that help directly or indirectly to enforce these rules”(p.5). Stijn Claessens & Joseph P.H. Fan antara lain mengemukakan bahwa
pengertian tentang corporate governance dapat dimasukkan dalam dua
kategori. Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku
perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan,
perlakuan terhadap para pemegang saham dan stakeholders. Kategori pertama
ini akan sangat cocok untuk dijadikan dasar analisis dalam mengkaji
corporate governance di satu negara, misalnya melihat bagaimana dewan
direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan
keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi executive
perusahaan. Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka secara normative,
yaitu segala ketentuan hukum, baik yang berasal dari sistem hukum, sistem
Universitas Sumatera Utara
peradilan, pasar keuangan dan sebagainya, yang mempengaruhi perilaku
perusahaan. Kategori kedua ini dijadikan dasar analisis dalam mengkaji
corporate governance secara komparatif, misalnya melihat bagaimana
berbagai perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun akan
mempengaruhi pola perilaku perusahaan, investor dan lainnya.86
Berdasarkan beberapa pengertian corporate governance tersebut di
atas, maka corporate governance secara ringkas dapat diartikan sebagai suatu
sistem yang mengandung elemen-elemen tertentu untuk menata,
mengendalikan dan mengawasi perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan
secara optimal.
3. Jenis-jenis Corporate Governance
Sentralisasi isu corporate governance, menyusul berbagai
perkembangan yang terjadi di industri pasar modal, korporasi, dan profesi
audit, dan juga terjadinya krisis finansial di Asia, berikut konsep dan definisi
mengenai korporasi dan corporate governance, membawa kita untuk melihat
lebih jauh beberapa jenis sistem corporate governance dan alternatif board
structures yang ada dan bagaimana penerapannya di Indonesia yang berbasis
two-tier board system.87
86 Stijn Claessens & Joseph P.H. Fan,” Global Corporate Governance Forum”, Amsterdam
2003 . 87 I Nyoman Tjager, et.all, Op.Cit., hal. 29-30
Universitas Sumatera Utara
Dalam praktiknya ada beberapa jenis sistem corporate governance
yang berkembang di berbagai negara. Ini mencerminkan adanya perbedaan
tradisi budaya, kerangka hukum, praktik bisnis, kebijakan, dan lingkungan
ekonomik institusional dimana sistem-sistem corporate governance yang
berbeda-beda itu berkembang. Setiap sistem memiliki kekuatan dan
kelemahannya masing-masing, dan berbagai usaha telah dilakukan untuk
mendalami faktor-faktor apa yang membuat suatu sistem corporate
governance efektif dan dalam kondisi seperti apa, dengan tujuan agar negara-
negara yang saat ini sedang dalam transisi dari perekonomian komando
menuju perekonomian pasar dapat memiliki panduan yang memadai.88
Pembahasan mengenai berbagai sistem corporate governance
didominasi oleh dua isu penting : (1) apakah perusahaan harus dikelola
dengan single-board system atau two-board system; dan (2) apakah para
anggota Dewan (Dewan Komisaris dan Direksi) sebaiknya terdiri atas para
outsiders atau lebih terkonsentrasi pada insiders, termasuk misalnya, sejumlah
kecil institusi finansial yang memberi pinjaman kepada perusahaan,
perusahaan lain yang memiliki hubungan perdagangan dengan suatu
perusahaan, karyawan, manajer dan lain lain.
Pembahasan mengenai board structures ini penting karena board
structures memperlihatkan bagaimana berbagai peran dan fungsi dalam
88 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
organisasi saling berhubungan dan bekerja serta bagaimana berbagai
kepentingan dari para stakeholders terlindungi. Secara umum board
structures ini dapat dioperasikan dengan salah satu dari dua sistem yang
berbeda, yaitu Single-board system atau Two-board system.
Model board structures perusahaan-perusahaan di Inggris dan
Amerika serta negara-negara lain yang dipengaruhi langsung oleh model
Anglo-Saxon, pada umumnya berbasis single-board system dimana
keanggotaan Dewan Komisaris dan Direksi tidak dipisahkan. Dalam model ini
anggota Dewan Komisaris juga merangkap anggota Direksi dan keduanya
berada dalam sebuah board of directors.89
Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya berbasis two-tier
system yang dengan tegas memisahkan keanggotaan Dewan Komisaris
sebagai pengawas dan Direksi sebagai eksekutif korporasi.
Pada umumnya undang-undang perusahaan di seluruh dunia yang
menganut model single-board system tidak membedakan berbagai gaya
(styles) dan sebutan (title) direktur. Semua Direktur yang telah ditunjuk secara
sah oleh para pemegang saham bertanggung jawab atas governance korporasi.
Bahkan, dalam banyak hal, siapa pun yang menyebut dirinya direktur harus
bertanggung jawab. Namun dalam praktik, kita perlu membedakan antara para
direktur yang menempati posisi manajemen dan para komisaris yang
89 Ibid., hal. 31.
Universitas Sumatera Utara
mengawasi (oversight) mereka. Berkaitan dengan hal itu, two-tier board
system memiliki beberapa kelebihan dibandingkan single-board system:90
Pertama, pengaruh pemegang saham dalam two-tier system dapat
dijalankan melalui Dewan Komisaris sehingga tidak harus mengganggu
aktivitas normal manajemen, dan memungkinkan pemegang saham
meningkatkan pengaruhnya tanpa harus menunggu terjadinya skandal publik
atau ketidaksepakatan publik. Dalam hal ini persepsi manajemen mengenai
pengaruh pemegang saham tidak harus menunggu saat krisis. Sebaliknya,
two-tier system memungkinkan tekanan terhadap manajemen untuk
menghasilkan kinerja yang baik.
Kedua, Direksi (top management) dapat mempertahankan tingkat
independensi yang lebih besar pada saat operasional. Pemisahan antara
Dewan Komisaris dan Dewan Eksekutif, merupakan hal yang cukup penting.
Ini sulit dilakukan dalam model single-board system, karena dalam model ini
seseorang dapat menjalankan salah satu atau kedua peran itu sekaligus.
Direksi, karena pengaruh pemegang saham yang kuat melalui Dewan
Komisaris, harus memperhatikan dengan serius pandangan para pemegang
saham.
Ketiga, memungkinkan masuknya lebih banyak Komisaris
Independen, tanpa harus mengganggu kerja normal perusahaan.91
90 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Keempat, tidak mungkin bagi seseorang untuk berperan sebagai
Komisaris Utama sekaligus sebagai Direktur Utama sebuah perusahaan,
dimana kedua posisi tersebut dalam kedua kepengurusan perusahaan tidak
saling mendominasi sebagaimana terjadi dalam one-tier system di mana
Chairman (Presiden Komisaris) dan Chief Executive Officer CEO mungkin
dijabat oleh satu orang.92
Kelima, karakter yang cenderung tidak sehat pada perusahaan
keluarga dapat dicegah bahkan ketika perusahaan dihadapkan pada masalah
ketidakmampuan manajerial generasi keluarga yang mengelola. Permasalahan
akut dalam perusahaan keluarga yang sedang bertumbuh adalah ketika suatu
generasi keluarga benar-benar tidak kompeten untuk menjalankan bisnis pada
skala yang telah dicapai perusahaan. Dengan struktur two-board system maka
bahaya ini dapat dihindari karena Direksi yang profesional dapat menutupi
kelemahan tersebut.
91 Komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang saham (mayoritas) dan benar-benar menempatkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan lainnya. Komite Kebijakan Nasional Corporate Governance (2001) menyebutkan bahwa paling tidak 20 persen anggota dewan komisaris harus berasal dari luar perusahaan. Meskipun dewan komisaris ini memang diakui banyak pihak sangat penting dan secara intuitif itu benar, namun tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa pada akhirnya yang teramat penting adalah kompetensi dan perilaku anggota dewan komisaris indenpenden tersebut. Lihat Ronny Kusuma Muntoro, ”Membangun Dewan Komisaris yang Efektif”, http://www.lmfeui.com/data/ mui_Membangun%20Dewan%20Komisaris%20%20yang%20Efektif_Ronny%20K%20Muntoro.pdf, diakses tanggal 28 April 2010.
92 Perusahaan-perusahaan Amerika telah memperkenalkan istilah-istilah yang membi-ngungkan seperti “Chairman and Chief Executive Officer atau President and Chief Executive Officer”. Two-board system sangat memungkinkan penghapusan konsep yang menggabungkan chairman dan managing director seperti itu, sehingga memungkinkan chairman (presiden komisaris/komisaris utama) melakukan tugas pengawasasan (oversight) dan manajemen harus benar-benar memperhatikan suara Dewan Komisaris sebelum membuat keputusan sebagaimana direkomendasikan oleh Cadbury Code of Conduct maupun prinsip-prinsip international best practices yang dikembangkan OECD. Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Keenam, Two-board system merupakan mekanisme yang relatif
sederhana dalam menjawab kebutuhan publik akan pengendalian seraya tetap
mempertahankan independensi manajemen.
Perlu dicatat bahwa Masyarakat Eropa (Uni Eropa) semula
mengusulkan agar two-tier board ini diterapkan perusahaan-perusahaan di
seluruh negara anggota. Namun usul ini ditolak terutama oleh Inggris dan
Amerika Serikat serta perusahaan-perusahaan mereka di Eropa. Pemikiran
yang kemudian banyak diterima adalah menerapkan two-tier board system
maupun single-board system dengan catatan lebih banyak melibatkan outside
directors (atau semacam komisaris indpenden). Pilihan lainnya adalah single-
board system dengan pembentukan badan perwakilan karyawan (statutory
employee council).93
4. Good Corporate Culture (GCC) Sebagai Landasan GCG
Corporate culture (budaya perusahaan) merupakan konsep yang
berkembang dari ilmu manajemen serta psikologi industri dan organisasi.
Bidang-bidang ilmu tersebut mencoba lebih dalam mengupas penggunaan
konsep-konsep budaya dalam ilmu manajemen dan organisasi dengan tujuan
meningkatkan kinerja organisasi, yang dalam hal ini, adalah organisasi yang
berbentuk perusahaan.
93 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Ada berbagai definisi budaya perusahaan, mulai dari yang bersifat
sangat kompleks sampai yang sangat sederhana, bergantung pada orientasi
dari pakar yang mengemukakannya.94
Definisi budaya yang banyak digunakan, yaitu suatu pola dimensi
milik bersama yang dipelajari suatu kelompok pada saat memecahkan
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah cukup berhasil
sehingga dianggap tidak berubah dan, kerena itu, akan diajarkan kepada
anggota kelompok baru sebagai cara yang benar untuk mempersepsi, berpikir,
dan merasa dalam menghadapi masalah serupa.95 Sejumlah dimensi penting
tersebut memang sering tidak diucapkan tetapi dimiliki bersama oleh anggota-
anggota suatu komunitas.
Djokosantoso Moeljono, dengan mengutip Kotter dan Heskett,
mengemukakan bahwa budaya perusahaan memiliki dua tingkat.96 Pada
tingkat yang lebih dalam dan kurang dapat diamati (abstrak), budaya diartikan
sebagai nilai-nilai yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota di dalam suatu
kelompok dan cenderung untuk menetap bahkan meskipun anggota-anggota
kelompok telah berganti. Pada tingkat yang lebih dapat diamati (konkret),
budaya menggambarkan pola perilaku atau gaya kerja di suatu perusahaan
yang secara otomatis dianjurkan oleh karyawan lama untuk diikuti rekan-
94 Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Culture Sebagai Inti Dasar Good Corporate Governance, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo ,Kelompok Gramedia, Januari 2006), hal. 40.
95 Ibid. 96 Jokosantoso Moeljono mengutip pendapat Kotter, J.P. and Heskett, Corporate Culture and
Performance. (New York: The Free Press A Division Simon & Schuster Inc. 1992).
Universitas Sumatera Utara
rekan kerja mereka yang baru. Budaya tingkat ini lebih mudah untuk diubah
dibandingkan dengan budaya pada tingkat yang lebih dalam.
Djokosantoso Moeljono mendefinisikan corporate culture sebagai
suatu sistem nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang
dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan,
berfungsi sebagai sistem perekat, dan dijadikan acuan berperilaku dalam
organsisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.97
Sedangkan good corporate culture (GCC) adalah “suatu kondisi di mana
suatu organisasi atau perusahaan sudah mempunyai sistem nilai-nilai yang
unggul, serta telah diyakini oleh semua anggota organisasi, diterapkan dan
dikembangkan secara berkesinambungan, dan secara sadar menjadi sistem
perekat, untuk dijadikan sebagai acuan berperilaku dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.98 Dalam hal ini, hubungan antara GCG
dengan GCC sangat erat, dimana GCC merupakan sisi dalam atau hulu dari
GCG itu sendiri.
Kalau dikaji secara lebih mendalam, menurut Martin Hann, ada 10
(sepuluh) parameter budaya perusahaan yang baik99 :
1. Pride of the organization: Employees defend their company against unjustified critique and they say that they like working for their company;
97 Ibid, hal. 67. 98 Ibid., hal. 71. 99 Lihat http://ezinearticles.com/?Ten-Parameters-of-Good-Corporate-Culture&id=119152,
diakses pada tanggal 1 Februari 2010.
Universitas Sumatera Utara
2. Orientation towards (top) achievements: ‘In our company, every-body tries to do a better job’ and ‘our company is number one and that should stay so’;
3. Teamwork and communication: Employees listen well and try to understand the ideas/opinions of others and employees and managers really try to help each other;
4. Supervision and leadership: Managers are really interested in the problems of others and it is customary to ask help when needed;
5. Profit orientation and cost awareness: All expenditures are evaluated if they are effective or not and all members are strongly thinking about profit;
6. Employee relationships: Employees are not trying to better themselves from the mistakes of other employees and new employees are accepted quickly;
7. Client and consumer relations: Everything is oriented towards a better service for the customer;
8. Honesty and safety: Safety rules are strictly implemented and everybody sees company properties as being sacred;
9. Education and development: Everybody supports education and training programs and the company really tries to develop its employees;
10. Innovation: Systems and procedures are constantly being pursued and new ideas are always welcome.
Selanjutnya untuk dapat mengembangkan suatu budaya perusahaan
yang baik, John Nesheim berpendapat sebagai berikut100 :
“A startup is a series of progressive accomplishments and milestones one after the other and if all you do is work, good, you got that done. You soon get a work culture and not a fun culture and you have to have some joy in order to make an adventure out of it and we found in startups that when it’s not an adventure, it’s just work and that’s no fun. Then you should just quit and go away. So the culture is a place I want to go to, to work and the
100 Lihat http://www.allbusiness.com/interview/12274657-1.html, diakses pada tanggal 2
Februari 2010.
Universitas Sumatera Utara
culture is made up of people who share similar values and ideas. The famous Google statement, don’t do evil is a simple oversimplification of what they’ve done with their culture and many other companies have as well. I just read another one the other day that was entirely different but it was clear the CEO was focused on that’s the kind of culture I want. So articulate it in writing, short as possible, the principles that make it very important to you as leader and then find people that are willing to share that and work on it and reinforce it. You hire people that share values and operate on those principles and the culture like yeast then begins to grow and we get a good culture”.
Pada dasarnya setiap lingkungan tempat tinggal memiliki budaya yang
dibuat oleh para leluhur dan diturunkan secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya untuk dianut dan dilestarikan bersama.101
Dalam hubungan ini, perusahaan adalah sebuah lembaga yang terdiri dari
banyak karyawan yang merupakan individu yang berasal dari latar belakang
yang berbeda, yaitu lingkungan, agama, pendidikan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian suatu perusahaan terdiri dari individu dengan kultur bawaan
yang berbeda-beda. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, mampukah
mereka yang beragam itu bersama-sama mencapai satu tujuan perusahaan
dengan cara saling memahami, membantu, dan mengerti satu sama lain?
Dengan cara yang tepat, jawabannya pasti bisa, karena perusahaan seperti
juga halnya lingkungan tempat tinggal, pasti memiliki budaya yang
101 Secara ringkas pengertian “budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan,
pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya yang ada di suatu lingkungan, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan tersebut”. Lihat AIMS Consultant, http://www.aimsconsultants.com/html/article1.html, diakses pada tanggal 2 Februari 2010.
Universitas Sumatera Utara
dirumuskan oleh para pendiri dan top manajemen perusahaan dan dianut oleh
setiap komponen perusahaan.102
Sehubungan dengan itu, keahlian, kreativitas, kecerdasan maupun
motivasi yang tinggi dari karyawan memang merupakan unsur kredibilitas
yang harus dimiliki oleh karyawan agar perusahaan dapat mencapai sukses,
tetapi manfaat yang akan diperoleh dari unsur-unsur tersebut belum maksimal
apabila setiap karyawan belum memiliki satu budaya yang sama. Satu budaya
yang sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat mereka
memiliki persepsi yang sama tentang nilai dan kepercayaan yang dapat
membantu mereka untuk memahami tentang bagaimana seharusnya
berperilaku kerja pada perusahaan dimana mereka bekerja. Dengan demikian
budaya perusahaan dapat membantu perusahaan mencapai sukses. Untuk
dapat memanfaatkan budaya perusahaan dengan maksimal, maka perusahaan
perlu menanamkan nilai-nilai yang sama pada setiap karyawannya.
Kebersamaan dalam menganut budaya atau nilai-nilai yang sama menciptakan
rasa kesatuan dan percaya dari masing-masing karyawan. Bila hal ini telah
terjadi, maka akan tercipta lingkungan kerja yang baik dan sehat. Lingkungan
seperti ini dapat membangun kreativitas dan komitmen yang tinggi dari para
karyawan sehingga pada akhirnya mereka mampu mengakomodasi perubahan
dalam perusahaan ke arah yang positif.103
102 Ibid. 103 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaian besar perusahaan-perusahaan dunia yang sukses adalah
perusahaan yang memiliki ”budaya kerja yang kuat”. Terlepas dari nilai-nilai
positif dan luhur yang terkandung dalam budaya yang berlaku, maksud
”budaya kerja yang kuat” adalah seluruh komponen perusahaan mengamalkan
nilai atau norma yang telah ditetapkan bersama sebagai sebuah budaya dengan
komitmen yang tinggi, tanpa terkecuali. Tanpa adanya kata atau kalimat yang
menegaskan mengenai budaya yang dianut perusahaan, akan menyulitkan
para karyawan memahami budaya perusahaan. Untuk itu perlu adanya sebuah
pernyataan yang merupakan manifestasi dari budaya perusahaan yang
mengungkapkan secara garis besar dalam pengertian spesifik mengenai tujuan
perusahaan, dan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan kata lain, pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah
pernyataan dapat dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi.
Hanya dengan kalimat singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan
nilai, etika, prinsip, tujuan, dan strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan
visi dan misi perusahaan adalah cara yang paling efektif untuk memastikan
bahwa semua karyawan dapat memahami budaya perusahaan dan
mengimplementasikannya kedalam usaha-usaha pencapaian tujuan
perusahaan.104
104 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Kotter dan Heskett,
ternyata terdapat korelasi yang positif di antara penerapan budaya perusahaan
dengan prestasi bisnis yang dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu yang
cukup panjang. Hal ini menunjukkan bahwa budaya perusahaan memiliki
peranan penting dalam membangun prestasi dan produktivitas kerja para
karyawan sehingga mengarahkan perusahaan kepada keberhasilan.105
Visi dan misi suatu perusahaan agar dapat membentuk corporte culture
yang unggul haruslah mempunyai kriteria:
Pertama, visi-misi harus diungkapkan dalam satu atau dua kalimat
saja. Taburan aneka kalimat seperti yang selama ini dilihat pada visi-misi
perusahaan justru mengaburkan esensinya. Bahkan, tidak jarang lantaran
sangat panjangnya kalimat visi-misi, seluruh karyawan kesulitan untuk
menghafalnya. Kita tahu, hafal sebuah visi-misi merupakan langkah awal
bagi implementasinya.
Kedua, visi-misi harus dapat dimengerti oleh karyawan tingkat bawah
sampai eksekutif. Hal demikian menjadi wajar mengingat yang melaksanakan
visi-misi itu seluruh warga organisasi, walaupun masing-masing warga
organisasi mempunyai tanggung jawab dan hak yang berbeda sesuai dengan
wewenang dan jabatannya. Jangan sampai visi-misi cuma mentok dimengerti
sampai level manajer, sementara level supervisor apalagi staf tidak mengerti
105 Moeljono ; loc. cit hal 53
Universitas Sumatera Utara
sama sekali esensi dari visi-misi tersebut. Bagaimana visi-misi akan berjalan
dengan sempurna manakala orang-orang yang ada di lapangan (supervisor dan
staf) sama sekali tidak mengerti esensinya?
Ketiga, visi-misi harus mampu menggetarkan hati seluruh warga
organisasi. Visi-misi bukanlah sebatas kata-kata indah yang menarik untuk
ditempel-tempel di dinding kantor. Juga bukan sekedar retorika para petinggi
perusahaan untuk menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa perusahaan
bersangkutan memiliki visi-misi yang menawan. Visi-misi ini harus mampu
membuat seluruh warga organisasi bergetar ketika mengucapkannya.
Soekarno dengan visinya yang luar biasa “Indonesia merdeka!” membuat
seluruh rakyat bersedia berdiri di belakang sosok Bung Karno mengejar visi
bersama.106
B. Praktik GCG di Dunia Internasional
Corporate governance telah menjadi pokok bahasan penting para pelaku
bisnis di seluruh dunia menyusul adanya, antara lain, desakan dari Institutional
Investors, NGOs (non-governmental organizations), dan media masa agar perusahaan
menerapkan GCG.107
106 A.M. Lilik Agung, Visi dan Misi yang Kuat, Corporate Culture, Challenge to Excellence, (Jakarta, PT Elex Media Komputindo Gramedia 2007), hal. 91-92 107 Antonius Alijoyo, Subarto Zaini, Komisaris Independen - Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia 2004), hal. 13-23, menguraikan Kejayaan Korporasi (The Triumph of the Corporation), OECD Corporate Governance Principles, Corporate Governance Framework and Corporate Governance di Jerman, Perancis dan Jepang.
Universitas Sumatera Utara
Corporate governance telah berkembang sejak peradaban manusia mengenal
korporasi. Dengan kata lain, corporate governance dalam praktik bukanlah sesuatu
yang baru. Namun beberapa perkembangan terakhir telah mendorong sentralisasi isu
corporate governance secara signifikan antara lain sebagaimana diindikasikan
berbagai hal berikut ini.
1. Kejayaan Korporasi (The Triumph of the Corporation)
Kejayaan korporasi telah diekspresikan dalam bentuk privatisasi
secara luas. Pemerintah meminimalkan perannya dalam perekonomian. Program
privatisasi yang dikembangkan adalah untuk menaruh kepercayaan penuh terhadap
kejayaan korporasi tanpa campur tangan pihak pemerintah misalnya
privatisasi terhadap beberapa perusahaan milik negara (BUMN) menjadi
korporasi swasta. Korporasi diharapkan dapat menjadi prime driver bagi
pertumbuhan ekonomi. Menuju kearah korporasi yang mandiri tersebut diperlukan
mekanisme corporate governance yang mampu menjawab kepentingan setiap
stakeholders. Kejayaan korporasi seperti di Inggris dan Perancis serta korporasi yang
sedang bertumbuh seperti Eropa Timur, Asia dan Amerika Selatan semakin
mendorong korporasi untuk memiliki corporate governance yang memadai, sehingga
mereka sebagai prime drivers pertumbuhan ekonomi dapat beroperasi dan
bertumbuh kembang secara bertanggung jawab melalui pengelolaan yang
bertanggung jawab dan transparan terhadap stakeholders.
Menurut Zulkarnain Sitompul bahwa konsentrasi kepemilikan
perusahaan di Indonesia, baik milik pemerintah (BUMN) maupun perusahaan
Universitas Sumatera Utara
milik swasta, telah menimbulkan permasalahan yang cukup rumit dan
signifikan, terutama dalam kaitannya dengan efektivitas pengawasan internal
dan eksternal. Oleh sebab itulah program privatisasi di Indonesia pada
tahapan selanjutnya harus diartikan sebagai upaya untuk menghilangkan
kosentrasi kepemilikan perusahaan, baik oleh negara melalui pengelolaan
pemerintah maupun pihak swasta. Tujuannya adalah agar program privatisasi
bukan semata-mata merupakan pengalihan konsentrasi kepemilikan
perusahaan, “oleh pemerintah menjadi oleh swasta”.108
Sebagaimana diketahui bahwa dalam sistem pengelolaan perusahaan,
efektifitas pengawasan sangat terkait erat dengan bentuk dan struktur kepemilikan
perusahaan. Bentuk dan struktur kepemilikan perusahaan merupakan bagian
penting dalam upaya mewujudkan perusahaan yang sehat dan efisien. Konsentrasi
kepemilikan perusahaan memungkinkan timbulnya campur tangan pemilik secara
berlebihan dalam pengurusan dan pengelolaan perusahaan. Hal ini antara lain
mengakibatkan fungsi pengawasan internal menjadi kurang berfungsi. Misalnya,
komisaris yang fungsinya sebagai pengawas perusahaan menjadi tidak efektif,
padahal komisaris memiliki peran strategis dalam pengawasan jalannya suatu
perusahaan. Inefisiensi dan ketidaksehatan suatu perusahaan antara lain disebabkan
oleh dominasi pemilik sehingga komisaris bersikap pasif dalam melakukan
pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Agar gagasan tentang penyebaran
108 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, (Bandung: Books Terrace & Limbrary,
2005), hal. 130-131.
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan saham dengan cara pemecahan “kepemilikan terkonsentrasi” itu
menjadi “kepemilikan tersebar” dapat diwujudkan maka dibutuhkan prasyarat dan
kondisi sebagai berikut109 :
1. Tersedianya perangkat hukum yang memberikan perlindungan kepada
pemegang saham minoritas.110 Studi empiris menunjukkan bahwa
tingkat proteksi yang diberikan oleh sistem hukum suatu negara
kepada outside investor berdampak signifikan terhadap regim
pengelolaan perusahaan di negara tersebut. Proteksi hukum yang kuat
bagi pemegang saham minoritas berkaitan erat dengan banyaknya
jumlah perusahaan yang tercatat di bursa efek, lebih bernilainya pasar
modal, lebih rendah manfaat kontrol pribadi dan lebih terpecahnya
kepemilikan saham. Singkatnya, konsentrasi kepemilikan perusahaan
adalah konsekuensi dari lemahnya perlindungan hukum bagi
pemegang saham minoritas. Oleh sebab itu pemberian perlindungan
109 Ibid, hal. 17-19. 110 Dapat dikatakan bahwa konsekuensi dari pencantuman kata “melindungi” dalam UUD
1945 pada hakikatnya “memberikan dasar yang paling kuat bagi negara untuk menjalankan tugasnya melindungi segenap bangsa Indonesia, melindungi warganya dari tindakan-tindakan yang tidak adil, karena kekerasan dan kezaliman termasuk perbuatan melanggar hukum yang dapat merugikan kepentingan anggota masyarakatnya. Oleh karena itu, negara Indonesia yang diwajibkan oleh konstitusi untuk melindungi segenap bangsa Indonesia (sebagaimana ternyata dalam konteks umum UUD 1945), harus konsekuen dan konsisten menegakkan dan mengaplikasikan hukum. Artinya, negara wajib melindungi segenap anggota masyarakat yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak yang lemah, termasuk Pemegang Saham Minoritas dalam Perseroan Terbatas (PT). … UUD 1945 sebagai hukum dasar yang mempunyai kedudukan yang paling tinggi dari peraturan lainnya telah menandaskan dengan tegas, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia. Segala macam produk hukum yang ada di bawahnya harus tunduk pada UUD 1945 tersebut”. Lihat Misahardi Wilamarta, Op. Cit., hal. 225-226.
Universitas Sumatera Utara
hukum bagi pemegang saham minoritas merupakan prasyarat untuk
menciptakan sistem kepemilikan perusahaan yang tersebar (disperse).
2. Adanya sistem peradilan yang efisien. Investor asing dan domestik
akan merasa terlindungi apabila kegiatan ekonomi didukung oleh
sistem peradilan yang efisien, sehingga mereka tertarik untuk
membeli saham yang ditawarkan dengan harga pasar. Kuatnya
permintaan investor pada gilirannya mendorong pemilik saham
mayoritas untuk menjual sahamnya pada masyarakat luas. Namun
apabila hakim korup atau pengadilan tidak memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan sengketa dengan cepat, maka investor akan
kurang percaya terhadap perlindungan yang diberikan oleh hukum.
Dan apabila hukum demikian lemahnya sehingga kontrak sederhana
saja tidak dapat ditegakkan, maka membangun suatu corporate
institution yang kompleks akan sangat sulit dilakukan. Namun
apabila sistem peradilan sudah berjalan baik, maka aturan hukum
akan dapat secara potensial melindungi pemegang saham minoritas
dari perlakuan sewenang-wenang orang dalam atau pengelola
perusahaan.
3. Efektifnya pengawasan internal dan eksternal. Institusi pengawas
harus mampu mendeteksi secara dini terjadinya salah kelola atau
perbuatan-perbuatan curang yang dilakukan pengelola
Universitas Sumatera Utara
perusahaan.111 Di samping itu kemampuan menjatuhkan sanksi
tegas haruslah dimiliki oleh institusi pengawas. Deteksi dini
diperlukan untuk meminimalkan kerugian akibat terjadinya salah
kelola dan atau perbuatan curang dalam pengelolaan perusahaan.
Dengan adanya prasyarat dan kondisi seperti yang dikemukakan di
atas, maka gagasan tentang penyebaran kepemilikan saham dengan cara
pemecahan “kepemilikan terkonsentrasi” itu menjadi “kepemilikan tersebar”
dapat terlaksana untuk menciptakan BUMN yang sehat dan efisien sehingga
amanat UUD 1945 yaitu penerapan secara nyata sistem ekonomi yang
berkeadilan (demokrasi ekonomi)112 untuk merealisikan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia.
111 Perbuatan curang dalam pengelolaan bank BUMN bisa saja terjadi karena pengawasan
internal perusahaan yang sangat lemah. Dalam hal ini Kwik Kian Gie pernah mengemukakan, bahwa “pengucuran kredit sampai jumlah yang tidak masuk akal besarnya oleh bank BUMN kepada usaha besar didasarkan korupsi, yaitu bahwa pribadi pimpinan bank mengucurkan kredit karena mendapatkan komisi yang terkenal dengan istilah kick back commission. Ada juga persekongkolan bahwa Direktur bank BUMN mempunyai saham dalam perusahaan debitur, walaupun tidak atas namanya. Dengan demikian dikesankan bahwa perusahaan besar dianakemaskan, karena memperoleh kredit dengan sangat mudah dalam jumlah besar. Contohnya adalah Eddy Tansil yang memperoleh kredit hampir 1 triliun tanpa mempunyai pembukuan. Pembukuannya ada di dalam ingatan istrinya”. Kompas, 16 Nopember 1998.
112 Menurut Tadjuddin Noersaid (mantan Anggota Komisi APBN DPR) bahwa “program demokrasi ekonomi itu mustahil bisa tercapai, kalau sistem politik dan sistem hukum tidak ditata (diperbaiki) untuk mendukung program demokrasi ekonomi. Pengalaman masa lalu telah membuktikan, meskipun sudah ada UU yang membatasi praktek monopoli dalam bidang industri, tetapi dalam pelaksanaannya program itu tidak tercapai. Konglomerasi terjadi dimana-mana. Mengapa ini bisa terjadi? Karena sistem politik yang terlalu sentralistik, lemahnya kontrol DPR dan tidak adanya kepastian (wibawa) hukum akibat intervensi kekuasaan. Jadi, meski telah ada ketentuan yang mengatur pemusatan ekonomi atau persaingan usaha yang tidak sehat, kalau sistem politik dan hukum tidak menunjang, semua ini tidak mungkin bisa diharapkan. … Dalam mengatur semua pelaku ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi, tidak bisa dipertentangkan satu sama lain. Sebaliknya, semua pelaku harus ditata secara baik. Dalam hal ini, pemerintah menjadi kunci dalam mengatur
Universitas Sumatera Utara
2. OECD Corporate Governance Principles
Code yang dirumuskan oleh Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) yang berpusat di Paris menawarkan corporate
governance framework sebagai berikut: 113
1) Hak-hak dan perlindungan terhadap pemegang saham.
Pemegang saham mempunyai hak-hak tertentu yang harus dilindungi oleh
hukum dan perusahaan. Hak-hak dasar pemegang saham meliputi hak
untuk memperoleh perlindungan kepemilikan sahamnya secara aman,
mentransfer sahamnya, memperoleh informasi perusahaan secara berkala
dan tepat waktu, berpartisipasi dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS), dan dapat memilih direksi dan komisaris, serta berhak atas
keuntungan perusahaan sesuai dengan porsi kepemilikannya.
2) Tanggung jawab pemegang saham
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham memiliki hak dan tanggung
jawab terhadap perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pelaksanaan hak dan tanggung jawab pemegang saham tersebut harus
semua pelaku ekonomi tersebut melalui perpajakan atau skema pembatasan kegiatan usaha bagi usaha kecil, menengah dan besar”. Lihat Kompas, 11 Nopember 1998.
113 Etty Retno Wulandari, Good Corporate Governance: Konsep, Prinsip dan Praktik; LKDI, (Jakarta 2009), hal 34-36, menguraikan tentang Hak-hak dan perlindungan Pemegang saham, Tanggung jawab pemegang saham, Hak-hak stakeholders, Pengungkapan dan transparansi, Peran dan struktur Dewan.
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan. Begitu pula perusahaan
harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab para
pemegang saham.
3) Hak-hak stakeholders
Kerangka corporate governance harus mengakui hak-hak pemangku ke
pentingan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Apabila hak-hak tersebut dilanggar, perusahaan harus
memastikan bahwa pemangku kepentingan akan memperoleh
penggantian. Perusahaan juga harus mendorong kerja sama aktif antara
perusahaan dengan pemangku kepentingan untuk meningkatkan
kesejahteraan dalam rangka menjaga keberlangsungan perusahaan.
Pemangku kepentingan juga harus memiliki akses terhadap informasi
yang relevan. Ketersediaan mekanisme bagi para pemangku kepentingan
untuk menyuarakan pendapatnya harus disediakan perusahaan termasuk
hak- hak kreditur juga dapat dilaksanakan.
4) Pengungkapan dan transparansi
Keterbukaan informasi perusahaan secara akurat dan tepat waktu harus
dilakukan dan mencakup informasi mengenai kinerja keuangan
perusahaan, transaksi benturan kepentingan, pengelolaan risiko, struktur
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan dan kebijakan perusahaan, khususnya tentang prinsip
corporate governance. Laporan keuangan harus diaudit oleh auditor
independent, kompeten dan memiliki kualitas yang tinggi.
5) Peran dan struktur dewan
Pengurus perusahaan harus bertindak berdasarkan informasi yang cukup,
dengan niat baik dan semata-mata untuk kepentingan perusahaan.
Pengurus perusahaan juga harus memperlakukan semua pemegang
saham secara setara dan berdasarkan standar etika. Pengurus perusahaan
harus melakukan berbagai fungsi penting seperti antara lain menelaah
dan memutuskan strategi pengelolaan perusahaan, menyusun
perencanaan, kebijakan pengelolaan risiko, menyusun anggaran serta
menerapkannya dan mengawasinya, memonitor dan mengelola
kemungkinan timbulnya benturan kepentingan diantara pengurus,
pemegang saham, dan karyawan.
OECD principles ini telah diterima secara global sebagai dasar
umum corporate governance yang mengatasi berbagai perbedaan
kepentingan, praktik, diimplementasikan dengan baik sebagai pedoman
praktis untuk membantu Dewan Komisaris dan Direksi (corporate boards),
Universitas Sumatera Utara
sehingga perusahaan dapat beroperasi secara efisien, dan bersaing secara
efektif untuk menarik investor.
3. Corporate Governance Framework
Walaupun setiap negara memilik corporate governance code masing-
masing, pada prinsipnya ada beberapa aspek universal corporate governance
framework yang terdapat di masing-masing code tersebut, meliputi114:
a. Tujuan korporasi (corporate objective).
Korporasi sudah seharusnya berusaha menjamin kelangsungan
hidup bisnisnya dalam jangka panjang dan mengelola hubungan
dengan stakeholders secara efektif, tercermin pada:
(1) Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen
risiko; (2) Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi
pemegang saham; (3) Terlindungnya kepentingan pemangku
kepentingan secara wajar; (4) Terlaksananya suksesi kepemimpin-
an yang wajar demi kesinambungan manajemen di semua lini
organisasi.115
Korporasi seharusnya mengungkapkan informasi dengan akurat,
memadai, dan tepat waktu yang juga bersikap transparan terhadap
114 Antonius Alijoyo-Subarto dan Zaini, Op.cit, hal 16
115 Tujuan Korporasi merupakan tanggung jawab bersama Organ Perusahaan dimana Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada terlaksananya kontrol internal dan manajemen risiko, imbal hasil (return) optimal, terlindungnya kepentingan Stakeholder, dan suksesi kepemimpinan yang wajar. Lihat KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, (Jakarta 2006), hal. 12
Universitas Sumatera Utara
investor tentang akuisisi, hak dan kewajiban kepemilikan, serta
penjualan saham.
Membangun landasan kerja yang kuat bagi manajemen perusahaan
dan Board of Directors (Establish solid foundation for
management and oversight by the Board). Agar dapat mencapai
tujuan bisnis mereka secara berhasil perusahaan wajib membangun
kesadaran para anggota manajemen atas hak dan tanggung jawab
mereka. Board of Directors wajib menghayati dan melaksanakan
hak mereka mengendalikan dan mengawasi kegiatan bisnis
perusahaan.116
Mengembangkan kebiasaan mengambil keputusan yang etis dan dapat
dipertanggung jawabkan (Promote ethical and responsible decision
making). Kebiasaan tersebut wajib dimulai dari tingkat atas dalam
organisasi perusahaan.
Menyadari adanya resiko bisnis dan mengelolanya secara professional
(Recognise and manage risk). Perusahaan yang ditata kelola secara
sehat menyusun prosedur mengevaluasi resiko bisnis dan investasi
yang mungkin akan mereka hadapi. Mereka mengelola resiko bisnis
secara professional.
116 Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge, Op. cit, hal. 14
Universitas Sumatera Utara
Mendorong peningkatan kinerja pengurus dan menajemen perusahaan
(Encorage enhanced performance).117
b. Hak Suara (voting right).
Pemegang saham biasanya mengeluarkan satu suara untuk satu saham
Korporasi seharusnya menjamin hak pemilik untuk memberikan
suara. Regulator seharusnya menfasilitasi hak memberikan suara dan
mewajibkan adanya disklosur yang terkait dengan proses
pengambilan putusan yang tepat waktu.
c. Non-executive corporate board.
Terdapat desakan yang kuat agar board melibatkan non-executive
yang independen dalam jumlah dan kompetensi yang memadai. Non-
executive yang independen sebaiknya tidak kurang dari 2 (dua)
anggota (tergantung besaran board) dan sama banyaknya dengan
substantial majority. Komite Audit, Komite Remunerasi, dan Komite
Nominasi sebaiknya mayoritas beranggotakan non-executive yang
indepeden.
d. Kebijakan remunerasi korporasi (corporate remuneration policies).
Dalam setiap laporan tahunan korporasi seharusnya mengungkapkan
(disclose) kebijakan board tentang remunerasi sehingga investor
117 Ibid, hal 15
Universitas Sumatera Utara
dapat memutuskan apakah praktik dan kebijakan remunerasi tersebut
telah sesuai dengan standar, kepatuhan, dan kepantasan.
e. Fokus strategik (strategic focus).
Modifikasi strategik yang penting bagi bisnis utama (core business)
seharusnya tidak dibuat bila modifikasi yang diusulkan tidak disetujui
shareholders. Demikian juga bila terjadi perubahan penting korporasi
yang mendasar dan secara material berpengaruh melemahkan ekuitas
atau mengikis economic interest atau hak kepemilikan saham dari
shareholders yang ada.
f. Kinerja operasional (operating performance).
Corporate governance framework seharusnya memfokuskan
perhatian board pada hal-hal yang berkaitan dengan mengoptimalkan
kinerja perusahaan.
g. Shareholders returns corporate governance framework.
Shareholders returns corporate governance framework seharusnya
memfokuskan perhatian board pada mengoptimalkan return
kepada shareholders.
h. Corporate citizen.
Korporasi harus taat kepada berbagai peraturan dan ketentuan
hukum yang berlaku pada wilayah hukum dimana korporasi
tersebut beroperasi.
i. Implementasi corporate governance
Universitas Sumatera Utara
Apabila di suatu negara telah ada code yang menjadi rujukan atau
pedoman praktik good corporate governance (GCG), maka code
tersebut harus diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di negara tersebut.
4. Penerapan Corporate Governance di Beberapa Negara
a. Jerman
Praktik bisnis di Jerman menggunakan kerangka kerja institusi
dengan berbasis two-tier board system. Semua public limited company
(AG) dan private limited company (GmbH) yang memilik karyawan
lebih dari 500 orang mempunyai supervisory board (aufsichtstrat) dan
executive board merupakan bagian yang sah dalam perusahaan untuk
melakukan pertemuan dalam rapat tahunan.118
Supervisory board pertama kali ditunjuk oleh pendiri, dan
selanjutnya oleh rapat pemegang saham. Sepertiga (untuk perusahaan
kecil) sampai setengah (untuk perusahaan dengan karyawan lebih dari
2000 orang) anggota supervisory board dipilih oleh karyawan, dan
sisanya oleh shareholders.
Supervisory board secara umum terdiri dari penasihat-
penasihat profesional korporasi seperti pengacara, akuntan, perwakilan
dari bank, dan perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai hubungan 118 Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Log. Op. cit, hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
bisnis dengan korporasi. Shareholders dapat mengganti supervisory
board setiap saat dengan mayoritas ¾ suara. Periode penugasan
supervisory board maksimal 4 tahun dengan remunerasi yang
ditentukan oleh perusahaan dan disetujui oleh rapat umum. Executive
board ditunjuk oleh supervisory board dengan periode maksimum 5
tahun.119
Perencanaan strategik, pengawasan bisnis sehari-hari dan
kajian atas kinerja perusahaan merupakan kompetensi executive board,
tetapi keputusan penting tetap berada di tangan supervisory board
yang memilik hak veto. Pada praktiknya, pemisahan dua Dewan tidak
dipertahankan dengan kaku, misalnya anggota supervisory, yang
berasal dari perwakilan bank dapat melakukan persetujuan langsung
dengan executive board. Dan terkait isu yang sangat penting, seperti
takeovers, suatu komite informal terdiri dari supervisory board dan
executive board dapat dibentuk.
Seperti negara-negara lain, German juga memiliki Governance
Code. Praktik governance di Jerman saat ini karena kurangnya
disclosure masih dianggap menjadi hambatan yang signifikan bagi
119 Di Indonesia berdasarkan UU PT No. 40 Tahun 2007 Pasal 121, menegaskan bahwa dalam menjalankan tugas pengawasan, Dewan Komisaris dapat membentuk komite yang antara lain komite audit, komite remunerasi, nominasi, yang anggotanya seorang atau lebih anggota Dewan Komisaris; Di dunia perbankan telah diatur lebih detail dengan dilengkapi dengan komite pemantau risiko. Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 Pasal 39 ayat (1), anggota Komite pemantau risiko paling kurang terdiri dari seorang Komisaris Independen sebagai Ketua, seorang Pihak Independen yang memiliki keahlian dibidang keuangan, dan seorang Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang manajemen risiko.
Universitas Sumatera Utara
masuknya investor institusi internasional, sedangkan perusahaan-
perusahaan besar di Jerman semakin memerlukan kucuran dana
investasi dari para investor global tersebut.
Pada Januari 2000, Jerman mengakomodir tekanan
internasional dan menghasilkan corporate governance code yang
menjadi pedoman nasional mereka. Suatu diskusi panel yang terdiri
dari perwakilan perusahaan-perusahaan besar, menengah dan kecil,
pengacara, investor individu dan institusi menghasilkan suatu code
yang fokus pada disklosur yang telah disempurnakan, kemudian voting
(pemberian suara), pembayaran atas kinerja dan profesionalisme
supervisory board, serta perlindungan hak-hak pemegang saham
minoritas. Rekomendasi atau saran hasil German Corporate
Governance Code yang sudah secara luas dipraktikkan adalah
pemberdayaan supervisory board, yang bekerja secara profesional,
dan bertanggung jawab kepada para pemegang saham.
b. Perancis
Manajemen pada perusahaan di Perancis berkuasa secara
ekstrim, le president directeur-general (PDG) bebas melakukan
pengendalian atas perusahaan. Satu orang menentukan strategi
perusahaan, menjalankannya, dan mengendalikannya, tanpa counter
power dari board of directors. Dalam pembentukan board system,
Universitas Sumatera Utara
terdapat aturan legal yang kompleks yang mempengaruhi struktur dan
komposisi board.120
Perusahaan Perancis bisa memilih di antara 2 metode board
governance yaitu bisa mengambil suatu unitary boardroom structure
(seperti Anglo Saxon one-tier board system) atau two-tier board
seperti pada perusahaan Jerman.
Dalam praktik, kebanyakan perusahaan di Perancis memilih
one-tier board system dalam sistem governancenya.
Perancis melancarkan reformasi corporate governance melalui
code of best practices yang dikeluarkan tahun 1995 (Vienot I) dan
1999 (Vienot II), diketuai oleh Marc Vienot. Di bawah Undang-
undang Perancis, Perusahaan dapat memilih one-tier board system
dengan mengkombinasikan Chair & Chief Executive Officer, atau two-
tier structure, memiliki manajemen dan supervisory board yang
terpisah dan juga memisahkan antara Chairman dan CEO.
Laporan Vienot I memfokuskan rekomendasinya pada
komposisi, fungsi, dan kewajiban board of directors perusahaan-
120 Menyimak UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, baik yang berbentuk Persero
maupun Perum keduanya menganut two tier system, yang berdasarkan Pasal 19 menyebutkan, dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi wajib mencurahkan tenaga pikiran dan perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan perusahaan, sedangkan Pasal 31 menegaskan Komisaris bertugas mengawasi Direksi dalam menjalankan kepengurusan Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi; khusus bagi Perum tugas pengawasan dan memberi nasihat terhadap Direksi dilakukan oleh Dewan Pengawas (Pasal 60). Demikian juga dengan UU PT No. 40 Tahun 2007 Pasal 92, tugas kepengurusan Perseroan dilakukan oleh Direksi; sedangkan tugas mengawasi dan memberi nasihat kepada Direksi dilakukan oleh Komisaris. (Pasal 108)
Universitas Sumatera Utara
perusahaan publik Perancis. Sementara disamping mengulangi
berbagai rekomendasi pada Vienot I, Vienot II merekomendasikan
agar perusahaan-perusahaan publik Perancis lebih memperhatikan
masalah independensi dari board of directors. Laporan Vienot II juga
mengusulkan beberapa reformasi yang signifikan berkaitan dengan
kegiatan operasi Dewan, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pada tingkat Dewan.121
Vienot II misalnya merekomendasikan agar sedikitnya 1/3
komite audit dan 1/3 komite nominasi adalah independent directors
(atau Komisaris Independen). Selain itu Vienot II juga
merekomendasikan agar laporan tahunan mengungkapkan kompensasi
yang diterima manajemen.
Bouton report merupakan reaksi terhadap skandal Enron dan
Vivendi Universal. Laporan setebal 25 halaman ini dikeluarkan pada
tanggal 23 September 2002, berisi penekanan yang lebih keras
terhadap pentingnya independensi board of directors, peran komite-
komite, dan independensi board of directors, peran komite-komite,
dan independensi auditor serta transparansi dan kebenaran informasi
finansial.
121 Robert A.G. Monks and Nell Minow, Corporate Governance (Blackwell Publishing 2004)
hal.335
Universitas Sumatera Utara
c. Jepang
Board of directors yang dipilih oleh shareholders menentukan
semua arah dan kebijakan korporasi dan menunjuk eksekutif
perusahaan yang mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut.
Pada praktiknya yang berlaku umum saat ini, corporate board di
Jepang mewakili kepentingan perusahaan122
Dua hal yang muncul dari praktik governance tersebut adalah:
(i) hampir semua direktur merupakan senior manajer atau mantan
karyawan perusahaan. Hampir 80% korporasi di Jepang tidak
mempunyai anggota Dewan dari luar. Jikapun ada, tidak lebih 2 orang;
dan (ii) Shareholders merupakan pemilik pasif. Komposisi pemegang
saham biasanya didominasi business partner dan investor institusi
dengan membentuk block of friendly serta stable shareholders (60%-
80%), sedangkan individual hanya sebagai pemegang saham
minoritas.
Institutional investors cenderung tertarik pada long-term
capital gain, sehingga pada banyak kasus, stable shareholders tidak
tertarik berpartisipasi pada manajemen perusahaan, melainkan pada
seluruh kesehatan dan pertumbuhan perusahaan. Hubungan bisnis
antara pemerintah dan korporasi Jepang sangat erat dan bersahabat.
Ikatan yang lebih kuat terjadi dengan memberi posisi kepada birokrasi 122 Antonius Alijoyo, Subarto Zaini, op. cit., hal. 21
Universitas Sumatera Utara
yang telah pensiun pada suatu perusahaan dengan proses yang telah
diatur terlebih dahulu.
Otoritas Board dan Peran Manajemen Korporasi Jepang secara
teoritis, board of director harus melakukan pengawasan terhadap
manajemen. Manajemen bertanggung jawab kepada dewan, sehingga
fungsi kontrol dan manajemen merupakan hal yang terpisah. Dalam
praktiknya, fungsi kontrol dan manajemen dipadupadankan pada
korporasi Jepang.
Board of authority dipusatkan pada senior board members,
biasanya mewakili direksi (the company president dan bawahannya
langsung). Senior board members tidak mempunyai tanggung jawab
individual, tetapi sebagai suatu kelompok dengan membentuk the
management committee atau operating committee. The chairman of
the board seringnya merupakan the company president yang telah
pensiun atau pegawai pemerintah yang telah pensiun yang fungsi
utamanya mempertahankan jaringan hubungan pribadi dengan
pegawai pemerintah. Formal authority dipegang oleh the company
president dan dewan direktur. Real authority dipegang oleh the
company president dan the operating committee.
Corporate Governance Forum of Japan mengeluarkan
corporate governance code pada bulan Mei 1998. Forum ini terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari eksekutif, akademisi, pengacara, dan perwakilan shareholders.
Shareholders, penyedia equity capital, diberi posisi istimewa.123
Forum membuat beberapa rekomendasi yang memberi
perubahan penting bagi corporate governance di Jepang.
Rekomendasi-rekomendasi tersebut antara lain: (i) mengharuskan
lebih banyak outside directors dalam keanggotaan dewan; (ii)
mengharuskan dibentuknya Komite Audit, Komite Remunerasi, dan
Komite Nominasi yang independen.
Dalam pelaksanaannya, Corporate Governance Forum of
Japan sendiri yang memonitor kemajuan dan mendesak Tokyo Stock
Exchange untuk menyertakan the code dalam daftar aturan listing
(listing rules).
d. Temasek Holdings Pte Ltd - Singapura
Temasek Holdings didirikan pada tahun 1974 mengelola investasi
dan saham di dalam perusahaan yang sebelumnya dipegang oleh Menteri
Keuangan Singapura.124 Hal ini menandai pemisahan yang jelas antara
peran pemerintah Singapura sebagai pembuat kebijakan dan regulator
pasar, dengan peran Temasek sebagai sebuah institusi investasi komersial
123 Antonius Alijoyo, Subarto Zaini, op. cit., hal. 3. 124 Lihat Temasek Review 2007.
Universitas Sumatera Utara
dengan mandat untuk menghasilkan pendapatan yang berkelanjutan bagi
para pemegang saham.
Misi Temasek adalah untuk menciptakan dan memaksimalkan
peran pemegang saham sebagai Investor aktif dan pemegang saham dari
sebuah perusahaan yang sukses. Adapun nilai-nilai, berpedoman pada:
1) Meritokrasi ( Meritocracy)
Penilaian kehormatan karyawan berdasarkan pada kontribusi
dan prestasinya, yaitu : keunggulan (excellence), menghargai
karyawan (respect for people), integritas (integrity), inovasi
(innovation), dan kerjasama tim (teamwork).
2) Membangun masa depan bersama.
Sejak 2003 telah mengalokasikan sejumlah keuntungan ekonomi
perusahaan untuk diinvestasikan kembali ke dalam komunitas
yang lebih luas di Asia. Secara khusus, perusahan telah
mendonasikan sumbangan awal sebesar S$ 500 juta ke Temasek
Trust untuk mendukung harapan kesempatan yang lebih baik
bagi masa depan bersama di Asia. Di antara penerima dana
adalah Temasek Foundation dengan mandat Pan Asia untuk: (i)
membangun masyarakat melalui layanan kesehatan, pendidikan,
dan penelitian; (ii) membangun jembatan antara anggota
masyarakat; (iii) membangun lembaga unggul melalui tata
Universitas Sumatera Utara
kelola dan etika yang baik; dan (iv) memulihkan hidup dan
kehidupan mereka yang terkena bencana alam.
Penerima dana lainnya termasuk Singapore Technologies
Endowment Programe yang mensponsori program pertukaran,
Singapore Millennium Foundation yang mendanai penelitian, dan
termasuk Life Sciences Laboratory yang membina penelitian bio
sains antar disiplin.
3) Melembagakan tata kelola yang baik.
Otonomi Temasek sebagai perusahaan Investasi komersial dan
bebas dari campur tangan pihak eksekutif pemerintah, semakin
dikokohkan pada tahun 1991 melalui amandemen Fifth Schedule
dari Konstitusi Singapura untuk melindungi cadangan kekayaan
Temasek dan menjaga independensi dari Dewan perusahaan.
Berdasarkan amandemen konstitusi 1991, Presiden Singapura
yang terpilih memegang kunci independen dengan kekuatan veto
atas pengangkatan dan pemberhentian setiap anggota Dewan atau
CEO Temasek.
Amandemen ini serta amandemen lainnya dalam fifth Schedule
melembagakan tata kelola dan independensi Dewan Perusahaan,
serta melindungi Temasek dari segala keterlibatan operasional
oleh para pemegang saham yang dapat merusak posisi dan
cadangan keuangan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
4) Bersama Perusahaan Portofolio
Tata kelola yang kuat oleh Dewan Perusahaan, keunggulan
manajemen dan disiplin operasional telah mengokohkan
keberhasilan dan berkelanjutan perusahaan selama bertahun-
tahun. Sebagai pemegang saham, Temasek tidak terlibat dalam
kegiatan operasional, bisnis ataupun keputusan investasi
sehari-hari dari perusahaan portofolionya. Dipercayai bahwa
disiplin dan persaingan pasar sebagai falsafah dasar dari
perkembangan bisnis yang kompetitif. Untuk menekankan
pengertian yang kuat tentang tata kelola dan kenunggulan
bisnis, Temasek secara berkala berinteraksi dengan Dewan
Perusahaaan dan manajemen perusahaan portofolio serta
mendorong sharing adopsi sejumlah praktik terbaik.
Suatu pendekatan yang berdisiplin atas keputusan bisnis dan
investasi merupakan dasar dari pengembalian (return) yang
berkelanjutan bagi pemegang saham dalam jangka panjang.
Untuk melembagakan disiplin keuangan yang sehat,
perusahaan secara kontinu meminta komentar pihak luar dan
pemangku kepentingan internasional atas kinerja dan investasi
perusahaan yang telah dilakukan.
Cukup menarik dikemukan bahwa dibidang telekomunikasi di
Indonesia, Temasek melalui Singapore Telecommunications Ltd,
Universitas Sumatera Utara
Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd, STT Communica-
tions Ltd, Singapore Telecom Mobile Pte Ltd dan Indonesian
Communications Limited memiliki saham sebesar 35% pada
Telekomsel dan sebesar 40,77% pada PT.Indosat Tbk.125
e. Malaysia
1) Petronas (Petrolium Nasional Berhad).
Sesuai dengan profilnya, perusahaan ini berdiri pada
tanggal 17 Agustus 1974 berdasarkan Undang-undang Perseroan
tahun 1965. Perusahaan ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah
Malaysia dan berwenang untuk menguasai dan mengawasi sumber
daya minyak Malaysia melalui Undang-undang Pembangunan
Perminyakan tahun 1974.126
Visinya adalah Menjadi suatu pilihan utama Minyak dan
Gas Multinasional. Sedangkan Misinya, yaitu : (i) Petronas adalah
sebuah entitas bisnis; (ii) Perminyakan adalah bisnis utama
perusahaan; (iii) Tanggung jawab utama perusahaan adalah
membangun dan memberi nilai tambah ke sumber daya alam ini;
dan (iv) Tujuan perusahaan ialah memberikan kontribusi untuk
kesejaheraan masyarakat dan bangsa.
125 Ibid 126 Annual Report Petronas 2007.
Universitas Sumatera Utara
Korporasi mendorong para stafnya untuk mencapai hasil
prima baik sebagai sebuah tim maupun sebagai individu. Investasi
perusahaan dalam pengembangan profesi ditujukan untuk
menyuburkan sifat-sifat unggul dari sikap proaktif dan
mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan kinerja
terobosan (breakthrough performances).
Untuk membentengi kesetiaan staf kepada perusahaan di
tengah-tengah godaan untuk berpindah kerja karena besarnya
kebutuhan dunia akan tenaga terlatih di bidang Migas. Petronas
menerapkan Employee Value Proposition (EVP). Program EVP ini
menjadikan karier di Petronas bernilai baik secara moneter
maupun pengembangan pribadi. Dipadukan dengan kedua hal
diatas, Petronas juga berburu tenaga profesional di tingkat dunia
dengan mengikuti kebiasaan- kebiasaan rekrutmen staf yang
berlaku secara global dengan kriteria : (i) Nilai (share values); (ii)
Kesetiaan : Setia kepada bangsa dan perusahaan; (iii)
Profesionalisme: Berkomitmen, inovatif dan proaktif dan selalu
mengejar keunggulan; (iv) Integritas : jujur dan terhormat; (v)
Daya rekat : bersatu dalam satu kehendak dan rasa pertemanan;
dan (vi) Sistem Nilai dan Integritas.
Petronas dibimbing secara kuat oleh suatu kode moral yang
berisikan system nilai (value) dan integritas yang tidak ada
Universitas Sumatera Utara
komprominya dalam hal kejujuran dan perilaku yang terhormat
dalam segala aspek operasi. Petronas juga memiliki hasrat yang
sama kuatnya untuk kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat
dan bangsa dimana perusahaan beroperasi secara berkelanjutan
untuk hari ini dan generasi mendatang.
Dalam hal “investasi sosial perusahaan”, Petronas berupaya
berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat yang berada dalam
jangkauan pengaruhnya. Berfokus pada pendidikan dan
pengembangan kapasitas sebagai kunci pendorong kemajuan,
perusahaan mendorong berbagai inisiatif dalam bidang ini dengan
bekerja sama erat dengan bangsa-bangsa yang menjadi partner, juga
dengan lembaga yang terkait untuk mencapai hasil yang
berkelanjutan. Kegiatan itu antara lain: Bakti Pendidikan
PETRONAS, PETROSAINS Science Discovery Centre, Malaysian
Philharmonic Orchestra dan kerja sama Petronas dan Asosiasi
Nasional Pencegahan Obat Bius (PEMADAM). Selain itu Petronas
aktif mensponsori pemberian beasiswa strata 3 di Malaysia dan luar
negeri.
Lebih jauh lagi, Petronas terus bekerja sama erat dengan
lembaga akademik setempat untuk merancang dan meningkatkan
kurikulum ilmu perminyakan dan geologi di Malaysia. Hal ini sejalan
dengan tujuan bisnis korporat yaitu mengembangkan bibit unggul di
Universitas Sumatera Utara
bidang ilmu perminyakan dan geologi untuk menghadapi pasar tenaga
kerja dunia yang ketat.127
2) Bernas (Padi Beras Nasional Berhad)
Visi Bernas adalah “Produk Pangan yang dihasilkan oleh
Bernas digunakan oleh setiap rumah tangga di Malaysia”.128
Sedangkan misinya adalah “Penciptaan Nilai (value creation)
dengan cara pertumbuhan pangsa pasar, pengenalan produk baru
dan mengakuisisi produk-produk pelengkap (complementary
products). Adapun tujuan perusahaan adalah untuk menjadi yang
terdepan di pasar (market leader) di Malaysia. Bernas bertindak
sesuai gerakan pasar, difokuskan pada beberapa area seperti: (i)
pembangunan merek; (ii) mutu produk, c) layanan pelanggan.
Nilai-nilai Korporasi adalah: (1) Tantangan, dengan
lingkup memperbaiki kinerja dan memperbaharui pemahaman atas
perubahan bisnis; (2) Perilaku meliputi integritas, etika,
kejujuran, dan tata kelola perusahaan/transparansi; (3) Komitmen
dengan lingkup memberikan nilai kepada pelanggan, kerjasama
tim, berbagi tujuan dengan pihak regulator, dan memberikan nilai
kepada pemegang saham.
127 Ibid 128 Padi beras Nasional Berhard 2006.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas utama perusahaan adalah berhubungan dengan
pengimporan beras, pendistribusian beras dan juga investasi.
Sesuai dengan perjanjian privatisasi antara perusahaan dengan
pemerintah Malaysia tanggal 12 Januari 1996 (“Perjanjian
Privatisasi”), perusahaan juga bertugas memastikan suplai beras
yang cukup dan pada tingkat harga yang wajar dan stabil.
Kewajiban perusahaan sesuai Perjanjian Privatisasi juga meliputi:
(1) pemeliharaan stok beras; (2) pendistribusian subsidi harga
gabah ke petani atas nama pemerintah; (3) pengelolaan skema
penggilingan beras Bumiputera; dan (4) bertindak sebagai pembeli
(buyer of last resort) atas jaminan harga gabah rendah.
Bernas menyadari kenyataan bahwa sumber daya manusia
(SDM) adalah asetnya yang paling berharga. Oleh sebab itu,
pengembangan SDM menjadi investasi utama sebagai suatu cara
memastikan bahwa Bernas bisa mencapai tujuan organisasinya.
Divisi SDM bagi Bernas adalah partner strategis yang
menghasilkan bahan pemikiran tentang SDM dan jasa konsultasi
yang terintergrasi dengan rencana bisnis Bernas demi mencapai
tujuan organisasi. Adapun misi SDM yaitu : (1) meningkatkan
peran strategis SDM untuk memberikan dukungan penuh kepada
organisasi yang beroperasi dalam suatu lingkungan yang sangat
bersaing dan bertuntutan tinggi; (2) menghasilkan jasa konsultasi
Universitas Sumatera Utara
yang lengkap di bidang SDM dengan menjadi bagian integral dari
rencana bisnis perusahaan; dan (3) menciptakan suatu bisnis yang
positif dan lingkungan kerja yang kondusif, serta menghasilkan
organisasi dan tempat kerja yang sempurna.129
Melihat berbagai perkembangan dalam reformasi good corporate
governance (GCG) di berbagai negara yang telah dibahas diatas, dapat
disimpulkan bahwa trend kearah konvergensi dalam praktik good corporate
governance (GCG) antara lain tentang keharusan pembentukan Komite Audit
dan Komisaris Independen. Sementara pada saat yang sama, pemberdayaan
fungsi board of directors secara proporsional dan penekanan kembali arti
independensi board of directors telah mendapatkan perhatian yang luas.
Bentuk konvergensi global lain adalah akan diterapkannya penyatuan atau
penyelarasan International Accounting Standard (IAS) di tahun 2005 bagi
seluruh negara di Uni Eropa, sehingga pemahaman laporan keuangan
perusahaan lintas negara akan lebih mudah dipahami tidak hanya bagi para
board of directors tetapi juga bagi semua stakeholders terkait.
Upaya-upaya yang bersifat global ini pada hakikatnya adalah untuk
memastikan agar supervisory board atau organ pengawas (Komisaris) akan
lebih mampu dan efektif dalam menjalankan fungsi dan perannya. Mereka
akan terdukung dengan keharusan adanya Komisaris Independen dan
129 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pembentukan komite-komite, terutama Komite Audit. Mereka juga akan
terbantu dengan adanya standarisasi rujukan penyusunan laporan keuangan
lintas negara, sehingga mampu untuk melakukan perbandingan-perbandingan
laporan keuangan yang lebih komprehensif dan lugas.130
5. Penegakan Hukum Untuk Tata Kelola Perusahaan
Jean Stephen131 mengemukakan bahwa perlu dilakukan kegiatan yang pada
dasarnya “mengubah syarat-syarat ketentuan menjadi keunggulan kompetitif” dengan
memperhatikan langkah-langkah antara lain:
a. Menempatkan praktik-praktik yang baik ke dalam perspektif.
Oleh karena diantara penyebab inti krisis ekonomi dan keuangan Amerika Serikat
yang dihadapi saat ini adalah meluasnya kesalahan dalam tata kelola korporasi
(shareholder Bill of Right Act 2009), maka peranan GCG sangat penting untuk
mekanisme pasar, serta adanya kebutuhan untuk penyatuan ketentuan yang
diterapkan.
b. Tata Kelola Korporasi.
(1) Digerakkan oleh Regulator, maka akan berdampak,
(a) bisa efektif dalam menciptakan kepercayaan penuh pasar,
(b) cenderung bersifat:”satu ukuran untuk semuanya (one- size fits all),
130 Antonius Alijoyo, Subarto Zaini; op. cit hal 23 131 Jean Stephens, CEO of RSM International; Law enforcement for Good Governance; The
3rd Top Executive Forum on Governance; Nusa Dua-Bali 13-14 May 2010
Universitas Sumatera Utara
(c) akan bergerak kearah “penegakan” ketimbang sebagai pencegahan,
(d) cenderung dipengaruhi oleh pertimbangan dan tekanan politik.
(2) Digerakkan oleh Pemegang Saham,
(a) beroperasi pada tataran satu persatu perusahaan,
(b) lebih responsif kepada kebutuhan perusahaan.
Dalam konteks tata kelola ini Jean Stephen mengutip pepatah lama “Afish rots
from the head” (seekor ikan itu membusuk dimulai dari kepalanya). Perwujudan dari
lemahnya tata kelola korporasi, umumnya adalah suatu gejala dari seorang CEO yang
gagal (Alan Greenspan).132
c. Menempatkan Para Direktur pada pusat perdebatan
Krisis ekonomi saat ini telah membawa banyak investor mengganggap serius masalah
akuntabilitas dan daya tanggap (responsiveness) beberapa perusahaan dan dewan
direksi terhadap kepentingan pemegang saham, dan hal ini telah menimbulkan suatu
kehilangan kepercayaan investor. (Mary Schopiro, chairperson SEC, “Proposed
Rules on Proxy Access)
d. Menjadi seorang Direktur terbukti sangat tinggi tuntutannya.
Posisi seorang Direktur memerlukan,
(1) pemahaman yang baik tentang menajemen risiko,
(2) komunikasi dengan pemegang saham,
132 Ibid, hal 2
Universitas Sumatera Utara
(3) melaksanakan tugas dengan kepeduliaan (a duty of care),
(4) harapan yang tinggi mengenai kapabilitas, ketrampilan dan kompetensi, sehingga
cukup untuk memberikan tantangan kepada eksekutif manjemen,
(5) memiliki keahlian untuk secara efektif menguji strategi bisnis,
(6) kemampuan untuk melakukan penilaian secara obyektif dan independen.
e. Tahap selanjutnya dari evolusi Tata Kelola Korporasi.
Beberapa kegiatan yang perlu dipertimbangkan dalam tahap evolusi terhadapa tata
kelola korporasi antara lain,
(1) pelatihan dan pengembangan Direksi dengan melakukan “uji kepatutan dan
kelayakan”,
(2) dilakukan evaluasi oleh pihak eksternal terhadap dewan direksi,
(3) remunerasi (sistem penggajian) yang setara.
f. Area lain dimana Tata Kelola Perusahaan yang lebih kuat akan menghasilkan
keunggulan kompetitif seperti,
(1) biaya pinjaman yang lebih rendah,
(2) biaya litigasi yang lebih rendah,
(3) kecil kemungkinannya terjadi aksi oleh pemegang saham,
(4)meningkatnya kemungkinan perekrutan dan bertahannya Direksi yag berkualitas
tinggi,
(5) meningkatnya kemungkinan perekrutan top manajemen yang berkualitas tinggi,
Universitas Sumatera Utara
(6) meningkatnya kepercayaan pasar dan, vii) harga saham yang lebih tinggi.
g. Masa Depan; pada masa yang akan datang perlu dipertimbangkan dengan seksama
bahwa,
(1) tata kelola korporasi adalah suatu tujuan akhir,
(2) dibutuhkan suatu pendekatan internasional,
(3) Auditor juga harus direformasi.
Rangkuman: Dengan terciptanya suatu keinginan besar dari publik akan adanya
reformasi, krisis yang ada saat ini menawarkan kesempatan lain untuk perbaikan tata
kelola. “Kesempatan itu jangan dilewatkan” (Lucian Bebchuk,Harvard)133
C. Pedoman Umum GCG di Indonesia
Pada tahun 1998, Grup Penasihat Sektor Bisnis (Business Sector Advisory
Group/BSAG) telah memberi rekomendasi kepada OECD mengenai standar inti dari
pengelolaan perusahaan yaitu: transparansi (transparency), akuntabilitas
(accountability), kewajaran (fairness), responsibilitas (responsibility).134
Manajemen dalam setiap suatu perusahaan yang menginginkan pengelolaan
perusahaannya berjalan secara sehat harus berpedoman pada prinsip-prinsip GCG.
Agar manajemen BUMN dapat berjalan secara sehat haruslah berpedoman pada
prinsip-prinsip GCG, yang oleh OECD telah dijadikan acuan dalam menilai suatu
133 Ibid ,hal 5 134 Sofyan Djalil, Good Corporate Governance, (2005), hal. 213.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dalam upaya menumbuhkan iklim usaha dan kepercayaan masyarakat
sebagai mitra bisnis dalam perdagangan global.
Kepercayaan investor dan efisiensi pasar sangat tergantung dari
pengungkapan kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Agar informasi
tersebut bernilai di pasar modal global, informasi yang disajikan harus jelas,
konsisten, dan dapat diperbandingkan serta menggunakan standar akuntansi yang
diterima di seluruh dunia, atau dengan kata lain setiap perusahaan harus menerapkan
prinsip transparansi. Dampak positif dari penerapan transparansi adalah bahwa pihak-
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat memperhitungkan resiko
bertransaksi dengan perusahaan.
Salah satu solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah antara direksi dan
pemegang saham adalah dengan menerapkan prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas
yang didasarkan pada sistem internal checks and balances, juga mencakup praktik
audit yang sehat. Akuntabilitas juga dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang
didasarkan pada keseimbangan kewenangan antara pemegang saham, komisaris, dan
direksi. Praktik audit yang sehat dan independen mutlak diperlukan untuk
menerapkan akuntabilitas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan
mengefektifkan Komite Audit.
Untuk mencapai tujuan perusahaan, selain dengan menerapkan prisip
transparansi dan akuntabilitas, juga harus memperhatikan hak-hak pemegang saham
dengan penerapan prinsip fairness. Dalam hal ini, fairness meliputi kejelasan hak-hak
pemegang saham untuk melindungi kepentingan pemegang saham, termasuk
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham minoritas, dari kecurangan seperti praktik insider trading135 yang
merugikan atau dari keputusan direksi atau pemegang saham mayoritas yang
merugikan kepentingan pemegang saham secara keseluruhan.
Lebih jauh lagi, para pengelola perusahaan seyogianya mempunyai tanggung
jawab untuk mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku termasuk
ketentuan yang mengatur lingkungan hidup, perlindungan konsumen, perpajakan,
ketenagakerjaan, larangan monopoli dan praktik persaingan yang tidak sehat,
kesehatan dan keselamatan kerja, dan peraturan lainnya yang mengatur kehidupan
perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha.
Pada tahun 2006 Komite Nasional Kebijakan Governance telah menerbitkan
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang menjadi acuan bagi
pelaksanaan Good Corporate Governance oleh pelaku usaha di Indonesia.
Pedoman tersebut berlaku bagi semua perusahaan yang didirikan berdasarkan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Meskipun pada awalnya
Pedoman tersebut hanya meliputi perseroan terbuka, badan usaha milik negara dan
perusahaan yang menggunakan atau mengelola dana publik saja, namun pada
akhirnya juga berlaku bagi semua perusahaan yang didirikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia termasuk perusahaan yang beroperasi atas
dasar prinsip syariah. Pedoman ini memuat prinsip dasar dan pedoman pokok
pelaksanaan GCG, merupakan standar minimal yang oleh masing-masing perusahaan
135 James D. Cox, dkk, Corporations, (Aspen Law & Business, A Division of Aspen Publishers, Inc., 1997), hal. 275-276
Universitas Sumatera Utara
perlu membuat manual yang lebih operasional mengingat adanya perbedaan antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, pelaksanaan Pedoman ini juga
mempertimbangkan kekhususan karakter setiap perusahaan, seperti besarnya modal,
pengaruh dari kegiatannya terhadap masyarakat dan tingkat internasionalnya.
Pedoman penerapan GCG ini merupakan pembaharuan dan penyempurnaan
dari yang pernah dikeluarkan sebelumnya yang antara lain memuat : (a) asas GCG;
(b) etika bisnis dan pedoman perilaku; (c) organ Perusahaan; (d) pemangku
kepentingan; dan (e) pedoman praktis penerapan GCG.136
1. Asas GCG
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan
diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).137
a. Transparansi (Transparency).
Prinsip Dasar
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan
136 KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia; (Jakarta, Komite
Nasional Kebijakan Governance 2006), hal. 5-6 137 Penjelasan Pasal 5 ayat (3) UU BUMN No. 19 Tahun 2003, menegaskan Direksi yang
ditugasi melakukan pengurusan tunduk pada semua peraturan yang berlaku terhadap BUMN dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip good corporate governance.
Universitas Sumatera Utara
cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
(1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
(2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak
terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota
keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem
manajemen resiko, sistem pengawasan dan pengendalian
internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi
kondisi perusahaan.
(3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
(4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan. 138
b. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip Dasar
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola
secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.139
Pedoman Pokok Pelaksanaan
(1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung
jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan
secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan
(corporate values), dan strategi perusahaan.
138 Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep 117/M-MBU/2002, Pasal 3 merumuskan
transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 139 Berdasarkan Pasal 5 huruf c, UU BUMN Nomor 19 Tahun 2003, menegaskan bahwa akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
(2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan
dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan
tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
(3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian
internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
(4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan,
serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and
punishment system).
(5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap
organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada
etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah
disepakati.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Prinsip Dasar
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
Universitas Sumatera Utara
corporate citizen. 140
Pedoman Pokok Pelaksanaan
(1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian
dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).
(2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan
antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian
lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat
perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
d. Independensi (Independency)
Prinsip Dasar
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.141
Pedoman Pokok Pelaksanaan
(1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh
140 Pada Keputusan Menteri BUMN No: Kep 117/M-MBU/2002 menggunakan kata
Pertanggungjawaban sebagai padanan kata Responsibilitas, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.
141 Sebagai padanan kata Independensi digunakan Kemandirian yang rumusannya adalah keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; lihat Penjelasan UU No. 19 Tahun 2003 Pasal 5 ayat (3) b
Universitas Sumatera Utara
kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of
interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
(2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi
dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau
melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Prinsip Dasar
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.142
Pedoman Pokok Pelaksanaan
(1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam
lingkup kedudukan masing-masing.
(2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar
142 Sedangkan Kewajaran (fairness) dijelaskan yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundan-undangan yang berlaku; Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-117/M-MBU/2002, Pasal 3.e.
Universitas Sumatera Utara
kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
(3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam
penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya
secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, gender, dan kondisi fisik.
2. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku
Prinsip Dasar
Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG perlu
dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman
perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua
karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga
menjadi bagian dari budaya perusahaan.143 Prinsip-prinsip dasar yang
harus dimiliki oleh perusahaan adalah:
1) Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang
menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
2) Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,
perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh
143 Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct) yang memimpin individu dalam membuat keputusan. Ethics is the study of right and wrong and of the morality of choice made by individuals. An ethical decision or action is one that is right according to some standards of behavior. Etika ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar. Lihat Buchari Al,a; Pengantar Bisnis, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), hal 184.
Universitas Sumatera Utara
organ perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang
berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang
merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.
3) Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami
dan diterapkan.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Nilai-Nilai Perusahaan
(a) Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai
visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan
nilai-nilai perusahaan, perlu dirumuskan visi dan misi perusahaan.
(b) Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun
dalam merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor usaha
serta karakter dan letak geografis dari masing-masing perusahaan.
(c) Nilai-nilai perusahaan yang universal antara lain adalah terpercaya,
adil dan jujur.
2) Etika Bisnis
(a). Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku
kepentingan .
(b). Penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis secara
berkesinambungan mendukung terciptanya budaya perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
(c). Setiap perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang
disepakati bersama dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman
perilaku.
3) Pedoman Perilaku
(a) Fungsi Pedoman Perilaku
(1) Pedoman perilaku merupakan penjabaran nilai-nilai
perusahaan dan etika bisnis dalam melaksanakan usaha
sehingga menjadi panduan bagi organ perusahaan dan semua
karyawan perusahaan;
(2). Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan
kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan donasi,
kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, dan
pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.
(b) Benturan Kepentingan
(1) Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik
antara kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan
ekonomis pribadi pemegang saham, angggota Dewan
Komisaris dan Direksi, serta karyawan perusahaan;
(2) Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, anggota Dewan
Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan harus
senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis perusahaan
diatas kepentingan ekonomis pribadi atau keluarga, maupun
Universitas Sumatera Utara
pihak lainnya;
(2) Anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan
perusahaan dilarang menyalahgunakan jabatan untuk
kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga dan pihak-
pihak lain;
(4) Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang
mengandung unsur benturan kepentingan, pihak yang
bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta;
(5) Pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan harus
mengeluarkan suaranya dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) sesuai dengan keputusan yang diambil oleh pemegang
saham yang tidak mempunyai benturan kepentingan;
(6) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan
perusahaan yang memiliki wewenang pengambilan keputusan
diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak memiliki
benturan kepentingan terhadap setiap keputusan yang telah
dibuat olehnya dan telah melaksanakan pedoman perilaku
yang ditetapkan oleh perusahaan.
(c) Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi
(1) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta
karyawan perusahaan dilarang memberikan atau
Universitas Sumatera Utara
menawarkan sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung,
kepada pejabat negara dan atau individu yang mewakili
mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan;
(2) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta
karyawan perusahaan dilarang menerima sesuatu untuk
kepentingannya, baik langsung ataupun tidak langsung, dari
mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan;
(3) Donasi oleh perusahaan ataupun pemberian suatu aset
perusahaan kepada partai politik atau seorang atau lebih
calon anggota badan legislatif maupun eksekutif, hanya
boleh dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam batas kepatutan sebagaimana ditetapkan
oleh perusahaan, donasi untuk amal dapat dibenarkan;
(4) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta
karyawan perusahaan diharuskan setiap tahun membuat
pernyataan tidak memberikan sesuatu dan atau menerima
sesuatu yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
(d) Kepatuhan terhadap Peraturan
(1) Organ perusahaan dan karyawan perusahaan harus
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan peraturan
perusahaan;
(2) Dewan Komisaris harus memastikan bahwa Direksi dan
karyawan perusahaan melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan peraturan perusahaan;
(3) Perusahaan harus melakukan pencatatan atas harta, utang dan
modal secara benar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
(e) Kerahasiaan Informasi
(1) Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta
karyawan perusahaan harus menjaga kerahasiaan informasi
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
peraturan perusahaan dan kelaziman dalam dunia usaha144;
(2) Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang
saham serta karyawan perusahaan dilarang menyalah-gunakan
informasi yang berkaitan dengan perusahaan, termasuk tetapi
tidak terbatas pada informasi rencana pengambil-alihan,
penggabungan usaha dan pembelian kembali saham;
144 UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, BAB V Pasal 17.b.
menegaskan Informasi Yang Dikecualikan adalah informasi yang apabila dibuka dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
(3) Setiap mantan anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta
karyawan perusahaan, serta pemegang saham yang telah
mengalihkan sahamnya, dilarang mengungkapkan informasi
yang menjadi rahasia perusahaan yang diperolehnya selama
menjabat atau menjadi pemegang saham di perusahaan, kecuali
informasi tersebut diperlukan untuk pemeriksaan dan
penyidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, atau
tidak lagi menjadi rahasia milik perusahaan.
(f) Pelaporan atas pelanggaran dan perlindungan bagi pelapor
(1) Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan
memastikan bahwa pengaduan tentang pelanggaran terhadap
etika bisnis , pedoman perilaku, peraturan perusahaan dan
peraturan perundang-undangan, diproses secara wajar dan tepat
waktu;
(2) Setiap perusahaan harus menyusun peraturan yang menjamin
perlindungan terhadap individu yang melaporkan terjadinya
pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku, peraturan
perusahaan dan peraturan perundang-undangan. Dalam
pelaksanannya, Dewan Komisaris dapat memberikan tugas
kepada komite yang membidangi pengawasan implementasi
GCG.
Universitas Sumatera Utara
3. Organ Perusahaan
Yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris
dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara
efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ
mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung
jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.145
a. Rapat Umum Pemegang Saham
Prinsip Dasar
RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang
saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan
modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan
ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.
Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada
kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau
pemegang saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas,
fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak
mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, termasuk
untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan
145 Berdasarkan Pasal I Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Peseroan Terbatas,
menyebutkan Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris.
Universitas Sumatera Utara
Komisaris dan atau Direksi.146
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Pengambilan keputusan RUPS harus dilakukan secara wajar
dan transparan dengan memperhatikan hal-hal yang diperlukan
untuk menjaga kepentingan usaha perusahaan dalam jangka
panjang, termasuk tetapi tidak terbatas pada:
(a) Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang diangkat
dalam RUPS harus terdiri dari orang-orang yang patut dan
layak (fit and proper) bagi perusahaan. Bagi perusahaan
yang memiliki Komite Nominasi dan Remunerasi, dalam
pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi harus
mempertimbangkan pendapat komite tersebut yang
disampaikan oleh Dewan Komisaris kepada mereka yang
mempunyai hak untuk mengajukan calon kepada RUPS.
(b) Dalam mengambil keputusan menerima atau menolak
laporan Dewan Komisaris dan Direksi, perlu
dipertimbangkan kualitas laporan yang berhubungan
dengan Good Corporate Governance.
(c) Bagi perusahaan yang memiliki Komite Audit, dalam
menetapkan auditor eksternal harus mempertimbangkan
146 RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Lihat Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007, Pasal 75 ayat (1)
Universitas Sumatera Utara
pendapat komite tersebut yang disampaikan kepada Dewan
Komisaris.
(d) Dalam hal anggaran dasar dan atau peraturan perundang-
undangan mengharuskan adanya keputusan RUPS tentang
hal-hal yang berkaitan dengan usaha perusahaan,
keputusan yang diambil harus memperhatikan
kepentingan wajar para pemangku kepentingan.
(e) Dalam mengambil keputusan pemberian bonus, tantiem
dan dividen harus memperhatikan kondisi kesehatan
keuangan perusahaan.
2) RUPS harus diselenggarakan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dan dengan memperhatikan anggaran dasar dan
peraturan perundang-undangan, serta dengan persiapan yang
memadai, sehingga dapat mengambil keputusan yang sah.
Untuk itu:
(a) Pemegang saham diberikan kesempatan untuk
mengajukan usul mata acara RUPS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
(b) Panggilan RUPS harus mencakup informasi mengenai
mata acara, tanggal, waktu dan tempat RUPS;
(c) Bahan mengenai setiap mata acara yang tercantum dalam
Universitas Sumatera Utara
panggilan RUPS harus tersedia di kantor perusahaan
sejak tanggal panggilan RUPS, sehingga memungkinkan
pemegang saham berpartisipasi aktif dalam RUPS dan
memberikan suara secara bertanggung jawab. Jika bahan
tersebut belum tersedia saat dilakukan panggilan untuk
RUPS, maka bahan itu harus disediakan sebelum RUPS
diselenggarakan;
(d) Penjelasan mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan
mata acara RUPS dapat diberikan sebelum dan atau pada
saat RUPS berlangsung;
(e) Risalah RUPS harus tersedia di kantor perusahaan, dan
perusahaan menyediakan fasilitas agar pemegang saham
dapat membaca risalah tersebut.
3) Penyelenggaraan RUPS merupakan tanggung jawab Direksi.
Untuk itu, Direksi harus mempersiapkan dan
menyelenggarakan RUPS dengan baik dan dengan berpedoman
pada butir 1 dan 2 diatas. Dalam hal Direksi berhalangan, maka
penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh Dewan Komisaris atau
pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
b. Dewan Komisaris dan Direksi
Prinsip Dasar
Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem
dua badan (two-board system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi
yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai
dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan
dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan
(fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya mempunyai
tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha
perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan
Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap
visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.147
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam
menjaga kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang
tercermin pada:
(a) Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko;
(b) Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi
pemegang saham;
(c) Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara
147 Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007, Pasal 92 ayat (1) menegaskan bahwa Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
Universitas Sumatera Utara
wajar;
(d) Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi
kesinambungan manajemen di semua lini organisasi.
2) Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan
Komisaris dan Direksi perlu bersama-sama menyepakati hal-
hal tersebut di bawah ini:
(a) Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja
dan anggaran tahunan;
(b) Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan serta
dalam menghindari segala bentuk benturan kepentingan;
(c) Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam
perusahaan dan personalianya;
(d) Struktur organisasi sampai satu tingkat di bawah Direksi
yang dapat mendukung tercapainya visi, misi dan nilai-nilai
perusahaan.
c. Dewan Komisaris
Prinsip Dasar
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan
dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa
Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan
Universitas Sumatera Utara
Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris
termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama
sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan
Dewan Komisaris.148
Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara
efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
1) Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan
pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta
dapat bertindak independen.
2) Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu
berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat
menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan
bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua
pemangku kepentingan.
3) Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris
mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada
pemberhentian sementara.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
148 Berdasarkan Pasal 108 Ayat (1) Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas menyebutkan Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi. Pada ayat (2), pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan Perseroan secara menyeluruh dan sesuai tujuan Perseroan.
Universitas Sumatera Utara
1) Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewa
Komisaris
(a) Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan
dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap
memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.
(b) Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak
berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai
Komisaris Independen dan Komisaris yang terafiliasi.
Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang
mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan
pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan
Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri.
Mantan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang
terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu
tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi.
(c) Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar
mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dari
Komisaris Independen harus mempunyai latar belakang
akuntansi atau keuangan.
(d) Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan
oleh RUPS melalui proses yang transparan. Bagi
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, badan
usaha milik negara dan atau daerah, perusahaan yang
menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan
yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas,
serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan, proses penilaian calon anggota
Dewan Komisaris dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS
melalui Komite Nominasi dan Remunerasi. Pemilihan
Komisaris Independen harus memperhatikan pendapat
pemegang saham minoritas yang dapat disalurkan melalui
Komite Nominasi dan Remunerasi.
(e) Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh
RUPS berdasarkan alasan yang wajar dan setelah kepada
anggota Dewan Komisaris diberi kesempatan untuk
membela diri.
2) Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris
(a) Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat
kemampuan dan integritas sehingga pelaksanaan fungsi
pengawasan dan pemberian nasihat untuk kepentingan
perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.
(b) Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan
perusahaan untuk kepentingan pribadi, keluarga, kelompok
Universitas Sumatera Utara
usahanya dan atau pihak lain.
(c) Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan tugasnya. .
(d) Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan
melaksanakan Pedoman GCG ini.
3) Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris
(a) Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil
keputusan operasional. Dalam hal Dewan Komisaris me-
ngambil keputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan
dalam anggaran dasar atau peraturan perundang undangan,
pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam
fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan
operasional tetap menjadi tanggung jawab Direksi.
Kewenangan yang ada pada Dewan Komisaris tetap
dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan
penasihat.
(b) Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan,
Dewan Komisaris dapat mengenakan sanksi kepada
anggota Direksi dalam bentuk pemberhentian sementara,
dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti dengan
penyelenggaraan RUPS.
Universitas Sumatera Utara
(c) Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam
keadaan tertentu sebagaimana ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar, untuk sementara
Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi Direksi.
(d) Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan
Komisaris baik secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri
berhak mempunyai akses dan memperoleh informasi tentang
perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.
(e) Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman
kerja (charter) sehingga pelaksanaan tugasnya dapat
terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai salah satu
alat penilaian kinerja mereka.
(f) Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas,
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan
atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi, dalam rangka
memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung jawab
(acquit et decharge) dari RUPS.
(g) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat
membentuk komite. Usulan dari komite disampaikan
kepada Dewan Komisaris untuk memperoleh keputusan.
Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan
yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas,
serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya harus
membentuk Komite Audit, sedangkan komite lain dibentuk
sesuai dengan kebutuhan.
4) Komite Penunjang Dewan Komisaris
(a) Komite Audit.
Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk
memastikan bahwa, laporan keuangan disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan
dengan baik. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal
dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan
tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh
manajemen;
Komite Audit memproses calon auditor eksternal termasuk
imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan
Komisaris;
Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan
kompleksitas Perusahaan dengan tetap memperhatikan
efektivitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan
Universitas Sumatera Utara
yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan
mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau
jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan
yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian
lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris
Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris
dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang
anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi
dan keuangan.
(b) Komite Nominasi dan Remunerasi
Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu
Dewan Komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan
calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta system
remunerasinya. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas
membantu Dewan Komisaris mempersiapkan calon anggota
Dewan Komisaris dan Direksi dan mengusulkan besaran
remunerasinya.149 Dewan Komisaris dapat mengajukan calon
tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh keputusan
149 Walter J. Salmon, mengemukakan bahwa pemilihan anggota Direksi sebaiknya dilakukan
oleh Komite Nominasi, dan bukan didelegasikan ke CEO. Hal ini karena CEO cenderung memilih orang yang bisa diandalkannya, dan biasanya berasal dari komunitas/pergaulan yang sama. Akibatnya, jika terjadi hal yang kurang baik, CEO segan menegur/mengkritik Direksi yang bersangkutan. Lihat Walter J. Salmon, How to Gear Up Your Board, Harvard Business Review on Corporate Governance, (Harvard Business School Press, Boston, 2000), hal 10
Universitas Sumatera Utara
RUPS dengan cara sesuai ketentuan Anggaran Dasar.
Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang
menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan
yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas,
serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan, Komite Nominasi dan Remunerasi
diketuai oleh Komisaris Independen dan anggotanya dapat
terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar
perusahaan.
Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata
Kerjanya dilaporkan dalam RUPS.
(c) Komite Kebijakan Risiko
Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang
disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang
dapat diambil oleh perusahaan. Anggota Komite Kebijakan
Risiko terdiri dari anggota Dewan Komisaris, namun
bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari
luar perusahaan.
(d) Komite Kebijakan Corporate Governance
Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas
Universitas Sumatera Utara
membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan
GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta
menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian
dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility).
Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri
dari anggota Dewan Komisaris, namun bilamana perlu
dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan.
Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate
Governance dapat digabung dengan Komite Nominasi dan
Remunerasi.
5) Pertanggungjawaban Dewan Komisaris
(a) Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas,
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan
atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi. Laporan
pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian dari
laporan tahunan yang disampaikan kepada RUPS untuk
memperoleh persetujuan.
(b) Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan
pengesahan atas laporan keuangan, berarti RUPS telah
memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab
kepada masing-masing anggota Dewan Komisaris sejauh
Universitas Sumatera Utara
hal-hal tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan
tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing anggota
Dewan Komisaris dalam hal terjadi tindak pidana atau
kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian
bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi dengan aset
perusahaan.
(c) Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS
merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas
pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas
GCG.
d. Direksi
Prinsip Dasar
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing
anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil
keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya.150
150 John Pound; Pada intinya, tata kelola perusahaan bukanlah mengenai kekuasaan melainkan
tentang memberikan keyakinan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan secara efektif. Yang dibutuhkan adalah sebuah sistem dimana senior manager dan dewan Direksi benar-benar berkolaborasi dalam membuat keputusan dan keduanya secara berulang mencari masukan dari pemegang saham. Di dalam banyak perusahaan, peranan dari sistem tata kelola diartikan hanyalah menempatkan manajer yang tepat di posisinya, memantau perkembangannya, dan mengganti mereka jika gagal. Tidak ada Direksi atau pemegang saham memberikan pandangan mengenal strategi atau kebijakan kecuali para manajer tadi nyata-nyata telah gagal. Langkah pertama untuk memperbaiki tata kelola perusahaan ialah memikirkan kembali peran dari Direksi. Direksi haruslah memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai industri yang bersangkutan dan di bidang keuangan. Direksi harus punya akses yang lebih baik terhadap informasi; mereka juga harus mendedikasikan waktu yang cukup untuk perusahaan. Kompensasi yang diterima Direksi harus dikaitkan dengan kinerja saham. Langkah kedua, Para
Universitas Sumatera Utara
Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi
tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-
masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara.
Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares adalah
mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Agar pelaksanaan tugas
Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip
berikut:
(1) Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat
dan cepat, serta dapat bertindak independen.
(2) Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki
pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk
menjalankan tugasnya.
(3) Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan
agar dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan
memastikan kesinambungan usaha perusahaan.
(4) Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam
RUPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Manajer, Direksi dan Pemegang Saham harus menetapkan jalur komunikasi regular dan langsung. Lihat John Pound, The Promise of the Governed Corporation, Harvard Business Review on Corporate Goverance (Havard Business School Press, Boston, 2000), hal 79-82
Universitas Sumatera Utara
(1) Komposisi Direksi
(a) Jumlah anggota Direksi harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan
efektifitas dalam pengambilan keputusan.
(b) Anggota Direksi dipilih dan diberhentikan oleh RUPS
melalui proses yang transparan. Bagi perusahaan yang
sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan
mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau
jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan
yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian
lingkungan, proses penilaian calon anggota Direksi
dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui Komite
Nominasi dan Remunerasi.
(c) Pemberhentian anggota Direksi dilakukan oleh RUPS
berdasarkan alasan yang wajar dan setelah kepada yang
bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.
(d) Seluruh anggota Direksi harus berdomisili di Indonesia, di
tempat yang memungkinkan pelaksanaan tugas
pengelolaan perusahaan sehari-hari.
(2) Kemampuan dan Integritas Anggota Direksi
(a) Anggota Direksi harus memenuhi syarat kemampuan dan
Universitas Sumatera Utara
integritas sehingga pelaksanaan fungsi pengelolaan
perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.
(b) Anggota Direksi dilarang memanfaatkan perusahaan untuk
kepentingan pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan
atau pihak lain.
(c) Anggota Direksi harus memahami dan mematuhi anggaran
dasar dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan tugasnya.
(d) Anggota Direksi harus memahami dan melaksanakan
Pedoman GCG ini.
(3) Fungsi Direksi
Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi mencakup 5
(lima) tugas utama yaitu kepengurusan, manajemen risiko,
pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial.
(a) Kepengurusan
Pertama, Direksi harus menyusun visi, misi, dan nilai-nilai
serta program jangka panjang dan jangka pendek
perusahaan untuk dibicarakan dan disetujui oleh Dewan
Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar.
Kedua, Direksi harus dapat mengendalikan sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan secara efektif dan efisien.
Ketiga, Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar
Universitas Sumatera Utara
dari pemangku Kepentingan.
Keempat, Direksi dapat memberikan kuasa kepada komite
yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan tugasnya atau
kepada karyawan perusahaan untuk melaksanakan tugas
tertentu, namun tanggung jawab tetap berada pada Direksi.
Kelima, Direksi harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja
(charter) sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan
efektif serta dapat digunakan sebagai salah satu alat penilaian
kinerja.
(b) Manajemen Risiko151
(1) Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem
manajemen risiko perusahaan yang mencakup seluruh
aspek kegiatan perusahaan;
(2) Untuk setiap pengambilan keputusan strategis,
termasuk penciptaan produk atau jasa baru, harus
151 Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum menguraikan bahwa: Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian Bank, sedangkan Manajemen Risiko yaitu serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank. Menurut aspek kegiatan perbankan Risiko sistemik adalah risiko di mana kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan bukan hanya dampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi oleh pegawai, nasabah dan pemegang saham. Walaupun tidak setiap orang mengenal istilah risiko sistemik, banyak orang mengetahui apa yang dimaksud dengan ‘bank rush’ (penarikan dana besar-besaran dari bank). Hal ini dapat terjadi saat sebuah bank tidak dapat memenuhi kewajibannya, atau dengan kata lain bank tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar para deposan yang ingin menarik dana mereka. Perlu diperhatikan bahwa ketidakmampuan memenuhi kewajiban dan membayar kembali para deposan belum tentu menunjukkan kondisi yang sebenarnya: bisa jadi ketidakmampuan ini hanya sebatas persepsi nasabah. Lihat Global Association of Risk Professional & Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, (2008), hal. A: 7.
Universitas Sumatera Utara
diperhitungkan dengan seksama dampak risikonya,
dalam arti adanya keseimbangan antara hasil dan beban
risiko;
(3) Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko
dengan baik, perusahaan perlu memiliki unit kerja atau
penanggungjawab terhadap pengendalian risiko.
(c) Pengendalian Internal
(1) Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem
pengendalian internal perusahaan yang handal dalam
rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta
memenuhi peraturan perundang-undangan.
(2) Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan
yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,
perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh
masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai
dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus
memiliki satuan kerja pengawasan internal.
(3) Satuan kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas
membantu Direksi dalam memastikan pencapaian
tujuan dan kelangsungan usaha dengan melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
memberikan saran dalam upaya memperbaiki
efektifitas proses pengendalian risiko, melakukan
evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan
perusahaan, pelaksanaan GCG dan perundang-
undangan; serta memfasilitasi kelancaran pelaksanaan
audit oleh auditor eksternal.
(4) Satuan kerja atau pemegang fungsi pengawasan internal
bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau
Direktur yang membawahi tugas pengawasan internal.
Satuan kerja pengawasan internal mempunyai
hubungan fungsional dengan Dewan Komisaris melalui
Komite Audit.152
(d). Komunikasi
(1) Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi
antara perusahaan dengan pemangku kepentingan
dengan memberdayakan fungsi Sekretaris Perusahaan;
(2) Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah memastikan
kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan
152 Gordon Donaldson menawarkan Audit Strategis yang memungkinkan Direksi meninjau Strategi tanpa harus menyerang “ranah” manajemen. Pemantauan strategi yang efektif dapat mengantisipasi permasalahan, sekaligus memperlihatkan kepada pemegang saham bahwa Direksi dan CEO mempunyai komitmen bersama bagi terselenggaranya tata-kelola yang efektif dan teratur. Hal ini penting karena banyak strategi, yang gagal namun karena perlahan-lahan, tidak segera terdeteksi dan sudah terlambat untuk dikoreksi. Lihat Gordon Donaldson, A New Tool for Boards The Strategic Audit, Harvard Business Review on Corporate Goverance (Havard Business School Press, Boston, 2000), hal 53
Universitas Sumatera Utara
pemangku kepentingan dan menjamin tersedianya
informasi yang boleh diakses oleh pemangku
kepentingan sesuai dengan kebutuhan wajar dari
pemangku kepentingan;
(3) Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan
yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,
perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh
masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai
pengaruh terhadap kelestarian lingkungan, harus
memiliki Sekretaris Perusahaan yang fungsinya dapat
mencakup pula hubungan dengan investor (investor
relations);
(4) Dalam hal perusahaan tidak memiliki satuan kerja
kepatuhan (compliance) tersendiri, fungsi untuk
menjamin kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh Sekretaris Perusahaan;
(5) Sekretaris Perusahaan atau pelaksana fungsi Sekretaris
Perusahaan bertanggung jawab kepada Direksi.
Laporan pelaksanaan tugas Sekretaris Perusahaan
disampaikan pula kepada Dewan Komisaris.
(e). Tanggung Jawab Sosial
Universitas Sumatera Utara
(1) Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha
perusahaan, Direksi harus dapat memastikan
dipenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan;
(2) Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang
jelas dan fokus dalam melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan.
(f). Pertanggungjawaban Direksi
(1) Direksi harus menyusun pertanggungjawaban
pengelolaan perusahaan dalam bentuk laporan tahunan
yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan
kegiatan perusahaan, dan laporan pelaksanaan GCG.
(2) Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS,
dan khusus untuk laporan keuangan harus memperoleh
pengesahan RUPS.
(3) Laporan tahunan harus telah tersedia sebelum RUPS
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk memungkinkan pemegang saham melakukan
penilaian.
(4) Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan
dan pengesahan atas laporan keuangan, berarti RUPS
telah memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung
jawab kepada masing-masing anggota Direksi sejauh
Universitas Sumatera Utara
hal-hal tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan
tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing
anggota Direksi dalam hal terjadi tindak pidana atau
kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan
kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi
dengan aset perusahaan.
(5) Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan
perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan
dalam rangka pelaksanaan asas GCG.153
4. Pemangku Kepentingan
Prinsip Dasar
Pemangku kepentingan selain pemegang saham adalah mereka yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan mereka yang terpengaruh
secara langsung oleh keputusan strategis dan operasional perusahaan,
yang antara lain terdiri dari karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat
153 Peter Wallace & John Zinkin; untuk mewujudkan tata-kelola yang baik sehingga
mendapatkan hasil yang baik ada 3 elemen yang saling berhubungan dekat dikombinasikan yaitu melalui pengambilan keputusan strategik yang baik, mengelola risiko-risiko, dan menangani krisis yang dihadapi langsung secara efektif pada saat kejadian. Bentuk keputusan yang strategik itu antara lain, susunlah keputusan yang tepat, disertai alternatif yang kreatif berdasarkan pada informasi yang berarti dan dapat dipertanggungjawabkan, mengidentifikasi nilai-nilai dari organisasi, selalu didasarkan pada alasan yang benar secara logika, dan mewujudkan komitmen dalam bentuk tindakan (kegiatan). Lihat Peter Wallace & John Zinkin, From Good Governance to Good Results, Mastering Business in Asia – Corporate Governance (John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd, Singapore, 2005), hal 126-127
Universitas Sumatera Utara
terutama sekitar tempat usaha perusahaan.154 Antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan harus terjalin hubungan yang sesuai dengan asas
kewajaran dan kesetaraan (fairness) berdasarkan ketentuan yang berlaku
bagi masing-masing pihak. Agar hubungan antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan berjalan dengan baik, perlu diperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a) Perusahaan menjamin tidak terjadinya diskriminasi berdasarkan suku,
agama, ras, golongan, dan gender serta terciptanya perlakuan yang adil
dan jujur dalam mendorong perkembangan karyawan sesuai dengan
potensi, kemampuan, pengalaman dan keterampilan masing-masing.
b) Perusahaan dan mitra bisnis harus bekerja sama untuk kepentingan
kedua belah pihak atas dasar prinsip saling menguntungkan.
c) Perusahaan harus memperhatikan kepentingan umum, terutama
masyarakat sekitar perusahaan, serta pengguna produk dan jasa
perusahaan.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
(a). Karyawan
(1) Perusahaan harus menggunakan kemampuan bekerja dan kriteria
yang terkait dengan sifat pekerjaan secara taat asas dalam
mengambil keputusan mengenai penerimaan karyawan.
(2) Penetapan besarnya gaji, keikutsertaan dalam pelatihan, penetapan
154 KNKG, Op. Cit., hal 23.
Universitas Sumatera Utara
jenjang karir dan penentuan persyaratan kerja lainnya harus dilakukan
secara obyektif, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,
gender, dan kondisi fisik seseorang, atau keadaan khusus lainnya
yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.
(3) Perusahaan harus memiliki peraturan tertulis yang mengatur
dengan jelas pola rekrutmen serta hak dan kewajiban karyawan.
(4) Perusahaan harus menjamin terciptanya lingkungan kerja yang
kondusif, termasuk kesehatan dan keselamatan kerja agar setiap
karyawan dapat bekerja secara kreatif dan produktif.
(5) Perusahaan harus memastikan tersedianya informasi yang perlu
diketahui oleh karyawan melalui sistem komunikasi yang berjalan
baik dan tepat waktu. Perusahaan harus memastikan agar
karyawan tidak menggunakan nama, fasilitas, atau hubungan baik
perusahaan dengan pihak eksternal untuk kepentingan pribadi.
Untuk itu perusahaan harus mempunyai sistem yang dapat
menjaga agar setiap karyawan menjunjung tinggi standar etika dan
nilai-nilai perusahaan serta mematuhi kebijakan, peraturan dan
prosedur internal yang berlaku.
(6) Karyawan serta serikat pekerja yang ada di perusahaan berhak
untuk menyampaikan pendapat dan usul mengenai lingkungan
kerja dan kesejahteraan karyawan.
(7) Karyawan berhak melaporkan pelanggaran atas etika bisnis dan
Universitas Sumatera Utara
pedoman perilaku, serta peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan perusahaan.
(b) Mitra Bisnis
(1) Mitra Bisnis adalah pemasok, distributor, kreditur, debitur, dan
pihak lainnya yang melakukan transaksi usaha dengan perusahaan.
(2) Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin
dilaksanakannya hak dan kewajiban mitra bisnis sesuai dengan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
(3) Mitra bisnis berhak memperoleh informasi yang relevan sesuai
hubungan bisnis dengan perusahaan sehingga masing-masing
pihak dapat membuat keputusan atas dasar pertimbangan yang adil
dan wajar.
(4) Kecuali dipersyaratkan lain oleh peraturan perundang-undangan,
perusahaan dan mitra bisnis berkewajiban untuk merahasiakan
informasi dan melindungi kepentingan masing-masing pihak.
(c) Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa
(1) Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin
terjaganya keselarasan hubungan antara perusahaan dengan
masyarakat sekitar, termasuk penerapan program kemitraan dan
bina lingkungan.
(2) Perusahaan bertanggung jawab atas kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan serta dampak negatif terhadap dan keselamatan
Universitas Sumatera Utara
pengguna.
(3) Perusahaan bertanggungjawab atas dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan usaha perusahaan terhadap masyarakat
dan lingkungan dimana perusahaan beroperasi. Oleh karena itu,
perusahaan harus menyampaikan informasi kepada masyarakat
yang dapat terkena dampak kegiatan perusahaan.
5. Pedoman Praktis Penerapan GCG
Prinsip Dasar
Pelaksanaan dilakukan secara sistematis, untuk itu diperlukan pedoman
praktis yang dapat dijadikan acuan oleh perusahaan dalam
melaksanakan penerapan GCG.155
Pedoman Pokok Pelaksanaan
a) Dalam rangka penerapan GCG, masing-masing perusahaan harus
menyusun pedoman GCG perusahaan dengan mengacu pada
Pedoman GCG ini dan Pedoman Sektoral (bila ada). Pedoman GCG
perusahaan tersebut mencakup sekurang-kurangnya hal sebagai
berikut:
(1) Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;
(2) Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi,
155 KNKG, Op.Cit., hal 27
Universitas Sumatera Utara
komite penunjang Dewan Komisaris, dan pengawasan internal;
(3) Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ
perusahaan secara efektif;
(4) Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas,
pengendalian internal yang efektif dan pelaporan keuangan yang
benar;
(5) Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan
dan etika bisnis;
(6) Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya;
(7) Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan
dalam rangka memenuhi prinsip GCG.
b) Agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses
keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan
tahapan sebagai berikut:
(1) Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk
melaksanakan GCG oleh semua anggota Direksi dan Dewan
Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan semua
karyawan;
(2) Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan
dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang
Universitas Sumatera Utara
diperlukan;
(3) Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG
perusahaan;
(4) Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk
rasa memiliki dari semua pihak dalam perusahaan, serta
pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan
sehari-hari;
(5) Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa
pihak eksternal yang independen untuk memastikan penerapan
GCG secara berkesinambungan. Hasil penilaian tersebut
diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS
tahunan.
D. Motivasi dan Proses Penerapan GCG di Indonesia
1. Motivasi Penerapan GCG
Dorojatun Kuncoro Djakti156 berpendapat bahwa krisis ekonomi yang
berkepanjangan, tuntutan persaingan global, dan kebutuhan akan modal
mengharuskan Pemerintah Indonesia memobilisasi kapital dengan
meluncurkan berbagai inisiatif strategik antara lain restrukturisasi sektor
perbankan, program privatisasi BUMN, dan reformasi GCG.
156 Dorojatun Kuncoro Djakti; Good Corporate Governance di Indonesia; Komisaris Independen Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, (Jakarta: PT INDEKS, 2004), hal 25
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan reformasi GCG, Pemerintah pada intinya
mengharapkan agar dengan mengimplementasikan GCG yang lebih baik,
persepsi positif investor terhadap perusahaan-perusahaan Indonesia akan
menguat.
Penerapan GCG yang lebih baik tersebut sejalan dengan Perception
survey yang dilakukan Mc Kinsey yang menunjukkan bahwa lebih dari 70%
investor institusional bersedia membayar lebih untuk saham perusahaan yang
“well governed”.157 Dengan kata lain, GCG menjadi kriteria penting bagi
investor dalam membuat keputusan investasi. Kesediaan untuk membeli
saham dengan harga premium kepada Indonesia memperlihatkan
kecenderungan penurunan yang dapat berarti bahwa tingkat kepercayaan
investor menguat dibandingkan dengan hasil survey tahun 2000.
Corporate governance diartikan sebagai suatu hal yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya
perusahaan, etika, sistem nilai, proses bisnis, kebijakan dan struktur
organisasi, yang bertujuan untuk mendorong : (1) pertumbuhan kinerja
perusahaan; (2) pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan
efektif; dan (3) pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan
stakeholders lainnya.158
157 Ibid 158 Ibid, hal. 31.
Universitas Sumatera Utara
Oleh sebab itu, reformasi GCG ditingkat korporasi ditekankan pada
sedikitnya ketiga aspek di atas, dan perlunya upaya-upaya untuk
mengembangkan code yang bersifat sektoral. Untuk BUMN bahkan telah
diartifikasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang
mencerminkan prinsip-prinsip GCG, dimana sebelumnya Menteri Negara
BUMN telah mengeluarkan keputusan (Keputusan Menteri Nomor 117/2002)
mengenai implementasi GCG.159
Tantangan-tantangan yang diuraikan berikut ini merupakan sebagian
permasalahan yang perlu dituntaskan bila benar-benar diharapkan adanya
pertumbuhan dalam kehidupan bisnis atau perekonomian di Indonesia.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa praktik suap menyuap banyak
terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, dalam Pedoman GCG (NCCG) tahun
2001 terdapat suatu rekomendasi spesifik mengenai Etika Berusaha dan Anti
Korupsi yang selengkapnya berbunyi160:
“Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan karyawan perseroan dilarang untuk memberikan atau menawarkan baik langsung ataupun tidak langsung sesuatu yang berharga kepada pelanggan atau seorang pejabat pemerintah untuk mempengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Ditambahkan juga dalam Pedoman GCG tersebut, bahwa :
159 Lihat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 yo Keputusan Menteri BUMN Nomor
117/M-MBU/2002. 160 Ibid, hal. 32.
Universitas Sumatera Utara
“Suatu tanda terima kasih dalam kegiatan usaha, seperti hadiah, sumbangan, atau entertainment, sekali-kali tidak boleh dilakukan pada suatu keadaan yang dianggap suatu perbuatan yang tidak patut”.
Oleh karena itu perseroan wajib membuat suatu pedoman tentang
perilaku etis, yang pada dasarnya memuat nilai-nilai etika berusaha.
Ketentuan dalam pedoman harus dinyatakan dengan singkat dan jelas, tetapi
cukup rinci guna memberikan arahan yang jelas perihal perilaku etika
berusaha kepada siapa pedoman itu ditujukan.
Selanjutnya apa yang harus dilakukan oleh sektor korporasi dalam
merespons rekomendasi Indonesian Code tersebut, terutama dalam rangka
pelaksanaan corporate governance. Dalam hal ini tentunya setiap perusahaan
tidak dalam posisi untuk menyelesaikan “masalah klasik” tersebut secara
nasional, tetapi paling tidak dapat mempraktikkan etika berusaha dalam
lingkup kegiatan bisnisnya. Apabila setiap perusahaan menerapkan GCG,
diharapkan lambat laun akan tercipta kehidupan komunitas bisnis yang lebih
sehat, saling melengkapi untuk menjadi lebih baik lagi.161
Seperti kasus Spin off PT Semen Gresik merupakan indikator masih
rendahnya perlindungan investor, khususnya pemegang saham minoritas.
Keputusan sepihak pemegang saham mayoritas sangat berpotensi merugikan
citra investasi di Indonesia.162
161 Ibid hal. 33 162 Dapat ditambahkan bahwa masyarakat Minang ramai-ramai menuntut
pemisahan (spin-off) atas PT Semen Padang dari PT Semen Gresik (SG). Pemerintah Pusat pada 1995, yang menggabungkannya sebagai anak perusahaan SG. Tuntutan
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, independensi komisaris juga rendah. Sebagaimana
diketahui bahwa independensi merupakan persoalan penting dalam penerapan
GCG. Hilangnya independensi Komisaris dalam proses pengambilan
keputusan bisnis akan menghilangkan objektivitasnya dalam mengambil
keputusan tersebut. Kejadian ini akan sangat fatal bila ternyata harus
mengorbankan kepentingan perusahaan yang seharusnya mendapat prioritas
utama. Keberpihakan karena adanya “utang budi” yang berlaku dalam budaya
dan tata nilai masyarakat Indonesia dapat menghilangkan sifat independensi
seseorang. Mereka lebih cenderung berpihak pada orang yang telah berjasa
atas dirinya dari pada harus bersikap independen.163
Untuk meningkatkan independensi dalam pengambilan keputusan
bisnis, perlu pula dikembangkan beberapa aturan, pedoman, dan praktik di
tingkat corporate board, terutama di tingkat Komisaris yang oleh undang-
undang didaulat untuk melakukan pengawasan yang independen terhadap
pengelolaan perusahaan oleh direksi.
spin-off masyarakat Minang terhadap SP bisa dibilang wajar, mengingat kedekatan mereka terhadap SP yang sudah berdiri di tengah mereka sejak 18 Maret 1910. Ia adalah pabrik semen tertua sekaligus pelopor pabrik semen di Indonesia. Belakangan, seiring dengan krisis ekonomi yang melanda bangsa ini, pada tahun 1998 Pemerintah Pusat berniat melakukan privatisasi (menjual) saham SG sebesar 40% kepada Cemex. Penjualan (privatisasi) ini dikecam keras masyarakat Sumatera Barat dengan melayangkan berbagai petisi dan demo. Akibat protes ini, akhirnya pemerintah hanya menjual 14% sahamnya di Semen Gresik Group kepada Cemex. Lihat “Tuntutan Spin Off dan Bahaya Kartel”, http://www.bpkp.go.id/unit/Pusat/TuntutanSpinOff danBahayaKartel.pdf, penulis adalah Peneliti pada Puslitbangwas BPKP.
163 Dorojatun Kuncoroyakti, op. cit hal. 33-35
Universitas Sumatera Utara
Dalam pengalaman korporasi-korporasi di Indonesia, Komisaris
memiliki kecenderungan yang bisa membiaskan independensinya.
Kecenderungan tersebut antara lain terlalu kuatnya peran Komisaris dalam
perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena komisaris mewakili pemegang saham
mayoritas atau ia sebagai pemegang saham mayoritas itu sendiri, sehingga
komisaris terlalu banyak mengintervensi direksi dalam menjalankan tugasnya.
Akibatnya efektivitas direksi dalam mengambil keputusan yang bersifat teknis
menjadi terhambat, bahkan bisa jadi tidak melibatkan direksi sama sekali
dalam proses pengambilan keputusan perusahaan.
Di sisi lain, peran Komisaris dalam melaksanakan fungsinya
cenderung lemah. Kecenderungan lemahnya Komisaris dalam melaksanakan
fungsinya ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Pertama, kedudukan Direksi yang kuat ini dimungkinkan karena
Direksi mewakili pemegang saham mayoritas atau pemegang saham
mayoritas itu sendiri. Direksi tidak memberikan informasi yang cukup
sehingga tak ada perencanaan dan mekanisme pengawasan terhadap
manajemen.
Kedua, pengangkatan Komisaris yang tidak didasarkan pada
kompetensi dan integritas. Misalnya pengangkatan Komisaris sebagai suatu
penghargaan semata atau karena hubungan pertemanan atau kekeluargaan
atau bahkan pengangkatan mantan atau pejabat pemerintah yang masih aktif
dengan tujuan agar mempunyai akses ke instansi pemerintah yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan. Dalam hal ini bukannya tidak mungkin bahwa para Komisaris
tersebut bertindak sekedar karena keterbatasan kompetensi mereka atau
karena adanya benturan kepentingan.
Ketiga, sering kali bahwa Komisaris menduduki posisi yang sama di
beberapa perusahaan sekaligus. Akibatnya, komitmen dan alokasi waktu
mereka terhadap suatu perusahaan menjadi tidak memadai dan pengawasan
menjadi tidak efektif.
Selain persoalan yang dikemukan di atas, penegakan hukum di
Indonesia tergolong lemah. Hal ini berdampak buruk oleh karena penegakan
hukum sangat berpengaruh terhadap perwujudan good corporate governance
(GCG). Penegakan hukum di Indonesia dianggap masih belum mencerminkan
perlindungan yang menyeluruh dan belum memihak pada “keadilan” seperti
yang diharapkan masyarakat. Banyak permasalahan hukum, misalnya dalam
beberapa kasus BLBI, yang diselesaikan dengan pendekatan politis dan bukan
hukum, dengan kata lain kepentingan politik banyak mewarnai proses hukum
di negeri ini. Hal ini jelas menimbulkan kesangsian dunia internasional
terhadap supremasi hukum di Indonesia.
Selain itu tingkat transparansi pada perusahaan-perusahaan kita cukup
rendah. Hal ini menjadi tantangan lain yang dihadapi dalam implementasi
prinsip dasar GCG, mengingat akar budaya Indonesia yang belum terbiasa
dengan transparansi atau keterbukaan. Hambatan muncul ketika transparansi
bukan hanya menyangkut gaji kolektif Komisaris atau Direksi tetapi termasuk
Universitas Sumatera Utara
kewajiban untuk merinci segala bentuk manfaat yang diterima masing-masing
anggota kedua Dewan tersebut. Demikian pula dengan pengungkapan agenda
rapat dan tingkat kehadiran Komisaris dan Direksi, pengungkapan adanya
perbedaan pendapat (dissenting mechanism) antar Komisaris dan Direksi, dan
pengungkapan hal lain yang sensitif seperti pengungkapan kegagalan.
2. Pentahapan Penerapan GCG
Dalam pelaksanaan penerapan GCG di perusahaan adalah penting bagi
perusahaan untuk melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis
atas situasi dan kondisi perusahaan serta tingkat kesiapannya, sehingga
penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapatkan dukungan dari
seluruh unsur di dalam perusahaan.164
Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam
menerapkan GCG menggunakan pentahapan berikut:
a. Tahap persiapan
Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama: (1) Awareness Building,
(2) GCG Assessment; dan (3) GCG Manual Building.
Awareness building merupakan langkah sosialisasi awal untuk
membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen
bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan
164 Mas Achmad Daniri; Good Corporate Governance Konsep dan penerapannya dalam
konteks Indonesia, Edisi kedua,(Jakarta: Ray Indonesia 2006), hal 128-132
Universitas Sumatera Utara
meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk
kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi
kelompok.
GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih
tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penerapan GCG saat
ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal atau level penerapan
GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna
mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif
bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan kata lain GCG
Assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa yang
perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa
yang dapat diambil untuk mewujudkannya.
GCG Manual Building adalah langkah berikut setelah
assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan
perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapan, penyusunan
manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan
manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari
luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk
organ-organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota
perusahaan, mencakup berbagai aspek sepert:
1) Kebijakan GCG Perusahaan
2) Pedoman GCG bagi Organ-organ Perusahaan;
Universitas Sumatera Utara
3) Pedoman Perilaku
4) Audit Committee Charter
5) Kebijakan Disklosur dan Transparansi
6) Kebijakan Manajemen Risiko
7) Roadmap Implementasi
b. Tahap Implementasi
Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjut
adalah memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3
internalisasi.
Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh
perusahaan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG
khususnya mengenai Pedoman Penerapan GCG. Upaya sosialisasi
perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu,
langsung dibawah pengawasan Direktur Utama atau salah satu
Direktur yang ditunjuk sebagai GCG Champion di perusahaan. 165
Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan
Pedoman GCG yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun.
Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan
165 Pelaksanaan sosialisasi terkait erat dengan pengembangan budaya baru, yang masih perlu dilengkapi dengan upaya pembudayaan dari semua panduan dan pedoman yang bersifat legal dan formal tersebut, sehingga pada akhirnya apa yang diharapkan di dalam berbagai panduan dan pedoman ini akan dapat terlaksana sebagai suatu kebiasaan yang mencerminkan budaya perusahaan yang baru. Lihat G. Suprayitno, et.al. Internalisasi Good Corporate Governance dalam proses Bisnis (Jakarta: The Indonesian Institute for Corporate Governance, 2005), hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
Dewan Komisaris dan Direksi perusahaan. Implementasi hendaknya
mencakup pula upaya manajemen perubahan (change management)
guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi
GCG. 166
Internalisasi adalah tahap jangka panjang dalam implementasi.
Internal seluruh proses bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur
operasi (misalnya prosedur pengadaan dan lain-lain), sistem kerja, dan
berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan
bahwa penerapan GCG bukan sekadar dipermukaan atau sekadar
kepatuhan yang bersifat superfisial, tetapi benar-benar tercermin
dalam seluruh aktivitas perusahaan.
c. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara
teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas
penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independen
melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang
ada.167 Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan
jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan
166 Secara umum, penerapan prinsip GCG secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan, 1) Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing; 2) mendapatkan cost capital yang lebih murah; 3) Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kerja ekonomi perusahaan; 4) Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap perusahaan; 5) Melindungi Direksi dan Komisaris dari tuntutan hukum. Lihat Indra Surya dan Ivan Yustiawan; Penerapan Good Corporate Governance, Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana 2006), hal. 68 167 Mas Achmad Daniri, Op. Cit, hal. 128.
Universitas Sumatera Utara
yang melakukan scoring. Evaluasi dalam bentuk assessment, audit
atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatori misalnya seperti
yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu
perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian
perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat mengupayakan
perbaikan perusahaan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang
diberikan.
Dalam hal membangun GCG dan terkait dengan
pengembangan sistem, yang diharapkan akan mempengaruhi perilaku
setiap individu dalam perusahaan yang pada gilirannya akan
membentuk kultur perusahaan yang bernuansa GCG, maka diperlukan
langkah-langkah berikut:
Pertama, menetapkan visi, misi, rencana strategis, tujuan
perusahaan, serta sistem operasional pencapaiannya secara jelas.
Hal ini menjadi penting karena hanya dengan cara inilah
didapat acuan bagi semua pihak dalam perusahaan. Dalam UUPT, hal
ini dikenal dengan istilah fiduciary duty (menjalankan amanah), organ
perusahaan harus selalu bertindak semata-mata untuk kepentingan
perusahaan. Jika semua visi berikut penjabarannya dibuat jelas, maka
koordinasi dalam pencapaian tujuan menjadi semakin mudah.
Demikian pula setiap transaksi yang mengandung benturan
kepentingan akan terlihat gamblang.
Universitas Sumatera Utara
Kedua, mengembangkan suatu struktur yang menjaga
keseimbangan peran dan fungsi organ perusahaan (Checks and
balances).
Di antara beberapa kelemahan praktik korporasi di Indonesia,
salah satu yang mencolok adalah begitu kuatnya pengaruh pemegang
saham pengendali yang acap berperan rangkap, menjabat manajemen
perusahaan. Alhasil, tak heran jika yang muncul adalah munculnya
fungsi pengawasan yang seyogiyanya dilakukan Dewan Komisaris.
Sebaliknya, Direksi menjadi begitu dominan sehingga fungsi kemudi,
pedal gas, dan rem seperti mengendarai sebuah mobil menjadi tidak
harmonis.
Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan Dewan
Komisaris, Direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui peraturan
pencatatan yang dikeluarkannya, mengharuskan setiap perusahaan
tercatat memiliki Komisaris Independen dan komite audit. Dua unsur
ini menjadi penting meski terjadi perdebatan seru karena ada yang
menggugat keabsahan Komisaris Independen.
Ketiga, membangun sistem informasi, baik untuk keperluan
proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Keputusan yang diambil perusahaan biasanya dilakukan pada
level Direksi, Dewan Komisaris dan RUPS. Keputusan tersebut
Universitas Sumatera Utara
seyogiyanya didukung ketersediaan informasi yang lengkap,
menyeluruh, tepat waktu dan seketika. Dalam mengungkap informasi
material dan relevan; hal pertama, yang harus dilakukan adalah
mendefinisikan secara jelas apa yang dimakud informasi material dan
relevan tersebut. Karena setiap perusahaan mempunyai kekhususan
tersendiri. Kedua, membuat daftar kewajiban pelaporan dan
mengembangkan format-format laporan yang standar. Jika telah
diketahui kejelasan perihal informasi material dan relevan, maka
tindakan berikutnya adalah mengembangkan sistem pelaporan internal
unit-unit perusahaan yang memasok informasi tersebut.
Keempat, informasi guna pengambilan keputusan harus
dibagikan kepada para pengambil keputusan di perusahaan terutama
Direksi dan Komisaris simetris artinya; seluruh anggota Direksi dan
Komisaris harus mendapatkan informasi yang sama satu dengan yang
lain, termasuk dalam hal waktu diterimanya informasi tersebut. Hal ini
sangat penting untuk mengurangi risiko tanggung renteng dalam
pengambilan keputusan oleh Direksi dan Komisaris. Informasi yang
simetris juga memungkinkan tercapainya collective wisdom dalam
pengambilan keputusan sehingga keputusan yang dihasilkan akan
berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
Kelima, membangun sistem audit yang handal, yang tak
terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi
standar, tetapi juga mencakup pengendalian risiko perusahaan.
Selain mengawasi dan mengendalikan, suatu audit internal juga
memonitor transaksi yang mengandung benturan kepentingan
sekaligus merekomendasikan kepada Direksi bagaimana sebaiknya
menyikapi masalah tersebut. Satuan audit internal ini juga bertugas
memonitor apakah pelaksanaan GCG sudah dilakukan dengan benar.
Pada perusahaan-perusahaan champion corporate governance
biasanya tiga fungsi di atas dipisah, baik pada level kendali Direksi
maupun Dewan Komisaris. Di tingkat Dewan Komisaris, ketiga
komite tersebut adalah komite GCG (termasuk sistem nominasi dan
remunerasi para pimpinan puncak), komite pengendalian risiko yang
berperan di dalam mengantisipasi risiko perusahaan atau mengkaji hal-
hal yang akan diputuskan Direksi, dan Komite Audit yang lebih
memfokuskan terhadap kajian hal-hal yang sudah diputuskan Direksi.
Keenam, membangun sistem yang melindungi hak-hak
pemegang saham secara adil (fair) dan setara diantara para pemegang
saham.
Idealnya, hubungan antara pemegang saham mayoritas dan
minoritas dalam perusahaan haruslah serta harmonis berdasarkan asas
kekeluargaan dan itikad baik. Namun dalam praktiknya seringkali
Universitas Sumatera Utara
terjadi ketidakseimbangan terjadi karena adanya peraturan yang
memberi kekuasaan dominan bagi pemegang saham mayoritas. Karena
pemegang saham mayoritas yang tidak beritikad baik dapat dengan
mudah menyisihkan kepentingan pemegang saham minoritas. Sebagai
jalan keluar maka kewenangan mayoritas yang terkait dengan prinsip
one share one vote mesti diimbangi hak minoritas seperti dibukanya
kemungkinan hak mengajukan calon Komisaris Independen melalui
mekanisme akumulatif voting.
Dalam upaya melindungi pemegang saham minoritas,
perusahaan juga dapat menunjuk staf khusus yang bertugas memonitor
transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Jika transaksi tidak
dapat dihindari, harus diungkap apa latar belakangnya dan wajib
mendapat persetujuan sebagian besar pemegang saham minoritas
dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) sesuai
peraturan yang berlaku. Untuk menghindari transaksi dengan
menggunakan informasi orang dalam maka perusahaan juga perlu
membangun semacam “Tembok Cina” sehingga dapat mendeteksi
setiap kebocoran berikut sumbernya secara cepat.
Ketujuh, membangun sistem pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) termasuk pengukuran kinerja.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai pendukung pencapaian tujuan perusahaan,
pengembangan SDM merupakan inti dari keberhasilan pengembangan
pilar-pilar lainnya.
Di sini ada tiga hal strategis yang terkait dalam pengembangan
SDM. Pertama, kesuksesan proses perubahan paradigma merupakan
modal dasar terbentuknya kultur perusahaan. Kedua, pengembangan
SDM menjadi strategis karena terkait langsung dengan proses
kaderisasi dan kelangsungan perusahaan. Ketiga, sistem penilaian
kerja pegawai yang efektif akan menjadi mesin pendorong tercapainya
pengembangan pilar lainnya.
Political Will Pemerintah untuk mengimplementasikan GCG diwujudkan dengan
sarana hukum berupa Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/200
tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance dan Undang-undang Nomor
19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.168
E. Penerapan GCG pada PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.
PT. Antam Tbk, selanjutnya disebut ANTAM, adalah perusahaan tambang
dan logam Indonesia milik negara yang telah melakukan aktivitas eksplorasi,
eksploitas, produksi, proses manufaktur, pemurnian serta pemasaran ke seluruh dunia
sejak tahun 1968. 169
168 Lihat Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/M-MBU/2002. 169 Antam, “Pencapaian dan Pengkajian untuk Bertumbuh”, Laporan Tahunan 2007.
Universitas Sumatera Utara
Antam mengekspor biji nikel ke Jepang dan Cina, memproses bijih nikel
menjadi feronilel untuk dijual ke perusahaan-perusahaan stainless steel di Eropa dan
Asia Timur. ANTAM juga menjual emas dan produk sampingan dari proses
pemurnian emas, yaitu perak, ke pengusaha perhiasan di Indonesia dan luar negeri.
Bauksit ANTAM yang merupakan bahan baku untuk aluminium, dijual ke Jepang
dan Cina. ANTAM satu-satunya pabrik yang mengoperasikan pemurnian logam
mulia di Indonesia.
Strategi yang dibuat ANTAM untuk mencapai tujuan perusahaan adalah
memaksimalkan nilai pemegang saham dengan berfokus pada keunggulan
perusahaan, menjalankan operasi yang berkelanjutan, serta mempertahankan
kondisi keuangan perusahaan yang solid. Strategi perusahaan berawal
dari jumlah cadangan yang merupakan faktor terpenting bagi perusahaan
pertambangan.
Saat ini perusahaan memiliki cadangan nikel dan bauksit
yang besar serta cadangan emas yang memadai. Keunggulan perusahaan adalah
menemukan, menambang dan mengolah cadangan tersebut. Untuk memaksimalkan
nilai, perusahaan akan bergeser dengan meningkatkan kegiatan pengolahan dan pada
saatnya akan menghentikan ekspor biji semata. Perusahaan memiliki konsumen yang
terdiversikasi dan tersebar di seluruh dunia sehingga perusahaan tidak tergantung
pada satu pasar semata dan juga pada China boom.
Proyek-proyek perusahaan didesain untuk mengoptimalkan nilai dari
cadangan. Perusahaan akan bekerja sama dengan mitra perusahaan kelas dunia untuk
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan proyek-proyek ini yang akan didanai melalui hutang secara agresif
tanpa recourse ANTAM serta memiliki tingkat imbal hasil ekuitas minimal 15%.
Perusahaan bukanlah yang ingin meraih keuntungan semata secara cepat dan lebih
berfokus pada profitabilitas yang berkelanjutan dan bersifat jangka panjang.
Perusahaan juga tidak akan mengambil risiko finansial dan akan menjaga kondisi
neraca yang kuat dengan jumlah hutang yang rendah.
Sejak didirikan pada tahun 1968 hingga pada tahun 2009, ANTAM telah
menerima berbagai macam penghargaan antara lain:
a. Perusahaan Terbaik Asia 2006, Finance Asia :
(1) Tata Kelola Perusahaan Terbaik (No. 10).
(2) Hubungan Investor Terbaik (No.8).
(3) Komitmen terhadap Dividen Yang Tinggi Terbaik (No.6).
b. LACP International 2005 Annual Report Award:
(1) Top 16 dari 1900 peserta 16 negara
(2) Pemenang Platinum untuk kategori Materi
(3) Pemenang Emas untuk kategori Cover Terbaik
c. Anugerah Business Review 2006:
(1) Sekretaris Perusahaan Terbaik
(2) Program Kemitraan UMKM & Bina Lingkungan Terbaik
(3) Kinerja Keuangan, saham dan Dewan Komisaris Terbaik II
(4) Korporasi Terbaik III
(5) Emiten Terbaik II Investor Award 2006
Universitas Sumatera Utara
(6) Website Terbaik dalam Indonesia Sustainability Reporting Award
2008
(7) Piagam Terbaik dalam kriteria teknis untuk Praktik Tata Kelola
Perusahaan
(8) Untuk kategori kapitalisasi pasar kecil/sedang di Asia Pasifik dari IR
Global Rankings
(9) Medali Emas dalam International Conference on quality control
circles
(10) Piagam Pratama kategori Perunggu (Safety Award) tahun 2006 dari
Kementerian ESDM
Pada ANTAM, Code of Conduct (Pedoman Perilaku) menggunakan
istilah “Standar Etika Perusahaan” yang melingkupi Visi, Misi dan Nilai-nilai
Perusahaan170, Komitmen Perusahaan, Tujuan dan Obyek Standar Etika,
Tanggung jawab terhadap Standar Etika, Kebijakan Perilaku Perusahaan; dan
Pelanggaran Atas Standar Etika Perusahaan.
Visi 2010 ANTAM adalah “Menjadi perusahaan pertambangan
berstandard internasional yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar
170 Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) mengemukakan
pentingnya menetapkan kompetensi inti dan mengaitkannya dengan Visi, Misi, Nilai-nilai, lingkungan kompetitif dan rencana-rencana tindakan (Action Plans), Vincent Gaspersz, GE Way and Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence, (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 365
Universitas Sumatera Utara
global”.171Sedangkan Misi ANTAM adalah : (1) Menghasilkan produk-
produk berkualitas tinggi yaitu nikel, emas, dan mineral lain dengan
mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta memperhatikan
kelestarian lingkungan; (2) Beroperasi secara efisien (berbiaya rendah);
Memaksimalkan shareholders dan stakeholders value; (3) Meningkatkan
kesejahteraan karyawan; dan (4) Berpartisipasi di dalam menyejahterakan
masyarakat di sekitar daerah operasi penambangannya.172
Adapun nilai-nilai dasar yang dianut jajaran perusahaan dan
diwujudkan dalam praktik bisnis sehari-hari adalah PIONIR (Pengembangan
Diri, Integritas, Harmoni, dan Reputasi). Penjabaran dari keempat nilai
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan Diri
Setiap insan ANTAM harus mempunyai kesadaran yang tinggi
dan kemauan yang keras untuk selalu mengasah dan meningkatkan
keterampilan serta pengetahuan dalam rangka pengembangan diri
insan ANTAM secara berkesinambungan.
ANTAM berkomitmen untuk selalu berupaya meningkatkan
kualitas insan ANTAM dengan memberikan pelatihan dan pengajaran
171 Standard Etika Perusahaan, Pedoman Kebijakan Manajemen Standar Etika Perusahaan,
PT Antam Tbk, hal. 12. 172 Djoko Santoso; Corporate Culture Challenge to Excellence (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007) hal. 88, mengutip pendapat Peter M. Senge bahwa Visi adalah apa? Yaitu gambaran masa depan yang ingin kita capai. Sedangkan untuk Misi, Djoko Santoso mengutip pendapat Seven Habits dan Stephen R. Covey mengatakan Misi organisasi merupakan sesuatu yang merefleksikan visi dan nilai-nilai bersama, guna menciptakan kesatuan komite yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
secara berkesinambungan, terarah dan adil kepada setiap insan
ANTAM.
ANTAM bertekad untuk menciptakan kesempatan untuk maju
yang sama dan seluas-luasnya untuk setiap insan ANTAM.
Setiap pemimpin ANTAM didorong untuk mengembangkan
kemampuan serta ketrampilan insan ANTAM dalam jajarannya guna
menciptakan sumber daya manusia yang tangguh serta melahirkan
pemimpin-pemimpin yang baru;
Proses pengembangan sumber daya manusia dalam ANTAM
selalu berorientasi pada pencapaian unjuk kerja yang tinggi.173
2) Integritas
Dalam menjalankan usahanya, ANTAM bertekad untuk selalu
menjunjung tinggi dan menjaga integritas Perusahaan;
Sebagai bagian dari Perusahaan, setiap Insan ANTAM harus
selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran serta menjadikannya
sebagai dasar dari segala pikiran perasaan dan perilaku dalam bekerja;
Dengan segenap hati, setiap Insan ANTAM harus memberikan
komitmennya untuk:
173 Siswanto Sutojo-E.John Aldrige; Good Corporate Governance; PT Damar Mulia Pustaka
2008, hal. 92 mengemukakan bahwa: “It is the men and the management who make profit”, hal ini dimaksudkan manajemen dan para karyawan yang profesional, akuntabel, beretika dan bermoral tinggilah yang menciptakan keuntungan bagi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
(a) Bekerja keras dalam rangka memberikan kinerja terbaik
bagi ANTAM;
(b) Menegakkan disiplin yang tinggi dalam bekerja;
(c) Memberikan dedikasinya terhadap ANTAM;
(d) Selalu konsisiten untuk melaksanakan apa yang telah
disepakati untuk dilaksanakan;
(e) Memupuk rasa memiliki atas perusahaan dalam diri
masing-masing untuk meningkatkan loyalitas pada
ANTAM.
3) Harmoni
Untuk menciptakan budaya kebersamaan dalam perusahaan,
setiap Insan ANTAM harus mampu untuk bekerja sama dengan Insan
Antam lainnya untuk mengembangkan solusi yang inovatif dalam
rangka mencapai tujuan perusahaan;
Kerja sama tim diarahkan untuk menciptakan sinergi antar unit
dalam perusahaan, yang pada akhirnya akan menciptakan peningkatan
produktivitas kegiatan operasi;
ANTAM berkomitmen untuk menciptakan hubungan yang
harmonis serta membangun hubungan kemitraan yang saling
menguntungkan dengan stakeholders (Pemegang Saham, Pemerintah,
Mitra Kerja dan Masyarakat);
Universitas Sumatera Utara
ANTAM selalu menjunjung tinggi prinsip keadilan dan
keselarasan dalam menjalankan kegiatan usaha serta dalam
berinteraksi dengan semua pihak.174
4) Reputasi
ANTAM akan selalu memastikan bahwa setiap insan Antam
berpartisipasi dalam menciptakan dan menjaga reputasi baik
perusahaan di mana pun Insan ANTAM berada.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, ANTAM akan selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis serta seluruh peraturan
perundangan yang berlaku.
Setiap Insan ANTAM harus berperilaku sesuai dengan Standar
Etika Perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam bekerja maupun
dalam berhubungan dengan pihak-pihak di luar ANTAM.
Untuk menjaga reputasi baik perusahaan, ANTAM akan selalu
memenuhi komitmennya untuk selalu menghasilkan produk-produk
tambang berkualitas tinggi serta berorientasi pada kepuasan
pelanggan.175
174 Dalam pengelolaan perusahaan secara jelas komitmen pengurus PT. Antam berpegang
teguh pada asas fairness (kewajaran) yaitu keadilan dan kesertaan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktek GCG pada BUMN Pasal 3 (e).
175 Reputasi lebih bersifat intangible dan tidak mudah dianalisis atau diukur. Meskipun terdapat berbagai tantangan yang disebutkan diatas, diakui bahwa mengelola risiko reputasi sangat penting untuk kesuksesan bisnis secara berkelanjutan. Lihat RMCI, One day Workshop on Risk Profile (Jakarta: Profil Risiko Reputasi, Refreshment Program 2010), hal. 4
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan usahanya, ANTAM berkomitmen untuk mencapai
level tertinggi dari pelaksanaan nilai-nilai serta etika bisnis; Untuk mencapai
hal tersebut maka:
1) Seluruh insan ANTAM harus menjunjung tinggi dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai standar perilaku yang tercantum dalam
Standar Etika Perusahaan;
2) Seluruh pimpinan dari setiap tingkatan dalam perusahaan
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Standar Etika
Perusahaan ini dipatuhi dan dijalankan dengan baik oleh setiap
Insan ANTAM pada jajaran masing-masing;
3) Seluruh Mitra Kerja Perusahaan (konsultan, kontraktor dan
rekanan kerja) harus memahami dan mentaati ketentuan-ketentuan
yang terkait dari Standar Etika Perusahaan ini;
4) Seluruh Insan ANTAM termasuk Komisaris dan Direksi akan
melakukan penandatanganan ulang Komitmen Pribadi Standar
Etika Perusahan minimal satu tahun sekali.176
176 Setidaknya ada lima prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan titiktolak pedoman perilaku
dalam menjalankan praktik bisnis menurut Sonny Keraf yaitu, prinsip otonom, prinsip kejujuran, prinsip keadilan, prinsip saling menguntungkan dan prinsip integritas moral. Lihat Sukrisno Agoes – I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat 2009), hal 127
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan dan maksud dari penyusunan Standar Etika Perusahaan
adalah agar dapat dimanfaatkan :
1) Sebagai petunjuk praktis dan pedoman perilaku bagi seluruh Insan
Antam yang harus dipatuhi dalam berinteraksi sehari-hari dengan
semua pihak serta harus dijadikan landasan berpikir dalam proses
pengambilan keputusan;
2) Sebagai sarana untuk menciptakan dan memelihara lingkungan
kerja yang positif dan yang mendukung perilaku-perilaku etis dari
seluruh Insan Antam;
3) Sebagai sarana untuk meningkatkan kepekaan perusahaan dan
Insan Antam terhadap nilai-nilai etika bisnis dengan
mengembangkan diskusi-diskusi atau pengembangan wacana
mengenai etika.177
Obyek standar etika perusahaan adalah pihak-pihak yang wajib mematuhi dan
melaksanakan Standar Etika Perusahaan ANTAM yaitu :
1) Seluruh Insan Antam semua level. Yang dimaksud dengan Insan
Antam adalah manusia-manusia Antam yang mempunyai atribut
Antam dan atau yang bertindak atas nama Antam.
177 Ibid, hal. 121. Lebih jauh lagi pentingnya kesadaran bahwa setiap fungsi/pekerjaan di
dalam perusahaan bersifat “melayani” pihak lain atau masyarakat sehingga setiap orang harus bersikap profesional, yaitu menguasai ilmu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap serta perilaku etis (ethical attitude and behaviour) yang relevan dengan pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
2) Anak perusahaan dan afiliasi di bawah pengendalian adalah anak
perusahaan atau badan usaha lain yang dimiliki Antam, baik secara
langsung maupun tidak langung, dengan lebih dari 50% hak suara
Antam memiliki kemampuan untuk mengendalikan badan usaha
tersebut.
3) Mitra Kerja seperti kontraktor, konsultan dan rekanan kerja.178
Sehubungan dengan itu, Insan ANTAM memiliki tanggung jawab
sebagai berikut :
1) Mempelajari secara detail Standar Etika Perusahaan yang terkait
dengan pekerjaannya. Setiap Insan Antam harus memahami
standar etika yang dituangkan dalam Standar Etika Perusahaan ini;
2) Menghubungi atasan langsung, Satuan Kerja Human Resources,
Satuan Kerja Affairs atau pihak-pihak yang telah ditetapkan oleh
Direksi, apabila Insan Antam mempunyai pertanyaan mengenai
pelaksanaan Standar Etika Perusahaan;
178 Buchari Alma mengemukakan bahwa dalam dunia bisnis semua orang tidak
mengharapkan memperoleh perilaku tidak jujur sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi bisnis itu sendiri. Masalahnya ialah tidak ada hukuman yang tegas terhadap pelanggaran etika tersebut, karena nilai etika hanya ada dalam hati nurani seseorang. Etika mempunyai kendali intern dalam hati. Akan tetapi bagi orang-orang yang berkecimpung dalam bidang bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam menyadari perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupan di dunia maupun akhirat. Lihat Buchari Alma; Pengantar Bisnis (Bandung: Penerbit Alfabeta 2008), hal. 183
Universitas Sumatera Utara
3) Segera membicarakan kepada pihak-pihak yang telah ditetapkan
oleh Direksi, setiap dijumpai masalah mengenai kemungkinan
pelanggaran terhadap Standar Etika Perusahaan;
melaporkan kemungkinan pelanggaran terhadap Standar Etika
Perusahaan;
4) Bersedia untuk bekerjasama dalam proses investigasi terhadap
kemungkinan pelanggaran terhadap Standar Etika Perusahaan.179
Pada jajaran yang lebih tinggi, yaitu para Pimpinan ANTAM memiliki
tanggung jawab sebagai berikut :
1). Membangun dan menjaga budaya kepatuhan terhadap Standar
Etika Perusahaan melalui:
a) Secara pribadi mendorong kepatuhan terhadap Standar Etika
Perusahaan;
b) Melakukan pengawasan secara teratur mengenai program-
program yang bertujuan untuk mendorong kepatuhan Insan
Antam terhadap Standard Etika Perusahaan;
c) Memberikan contoh yang baik dalam cara bersikap maupun
dalam bertindak sehari-hari.
179 Lihat Buchari Alma kemudian mnegaskan orang-orang bisnis diharapkan bertindak
secara etis dalam berbagai aktivitasnya dimasyarakat. Diharapkan orang bsinis, memiliki standar etika yang lebih tinggi di masyarakat karena mereka langsung berhadapan dengan masyarakat, yang selalu mengawasi kegiatan mereka. Buchari Alma; Pengantar Bisnis, (Bandung: Penerbit Alfabeta 2008), Hal.185.
Universitas Sumatera Utara
2) Memastikan bahwa setiap Insan Antam mengerti bahwa ketaatan
atas Standar Etika Perusahaan sama pentingnya dengan pencapaian
unjuk kerja;
3) Mendorong Insan Antam untuk bertanya mengenai berbagai
masalah integritas dan etika bisnis;
4) Mempertimbangkan masalah kepatuhan terhadap Standar Etika
Perusahaan dalam mengevaluasi dan memberikan penghargaan
pada Insan Antam;
5) Mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap Standar
Etika Perusahaan melalui:
a) Memastikan bahwa risiko kemungkinan terjadinya pelanggaran
atas Standar Etika Perusahaan yang berhubungan dengan
proses bisnis dapat diidentifikasi secara dini dan sistematis;
b) Melakukan identifikasi dan melaporkan sesuai prosedur yang
ditetapkan terhadap kegiatan anak perusahaan, afiliasi serta
mitra kerja yang dapat menimbulkan kemungkinan
pelanggaran terhadap Standar Etika Perusahaan;
c) Memastikan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan tentang
Standar Etika Perusahaan bagi seluruh Insan Antam, anak
perusahaan, afiliasi dan melakukan sosialisasi kepada mitra
kerja agar pihak-pihak tersebut mengerti dan memahami
Standar Etika Perusahaan secara menyeluruh.
Universitas Sumatera Utara
6) Melakukan deteksi atas kemungkinan pelanggaran terhadap
Standar Etika Perusahaan melalui:
a) Menerapkan pengawasan melekat untuk memperkecil risiko
kemungkinan terjadinya pelanggaran atas Standar Etika
Perusahaan;
b) Menciptakan sistem pelaporan atas kemungkinan-
kemungkinan terjadinya pelanggaran atas Standard Etika
Perusahaan yang sesuai untuk melindungi kerahasiaan dari
Insan Antam yang melaporkan;
c) Memastikan dilaksanakannya evaluasi secara berkala terhadap
pelaksanaan Standar Etika Perusahaan oleh Satuan Kerja
Internal Audit untuk menilai efektifitas pelaksanaan dan cara
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.
7) Menindaklanjuti laporan kemungkinan terjadinya pelanggaran atas
Standar Etika Perusahaan melalui:
a) Memperbaiki secara cepat kekurangan yang dijumpai dalam
penilaian kepatuhan atas pelaksanaan Standar Etika
Perusahaan;
b) Memberikan tindakan-tindakan indisipliner yang sesuai;
c) Melakukan konsultasi dengan Satuan Kerja Legal Affairs
jika pelanggaran terhadap Standar Etika Perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi memerlukan campur tangan penegak hukum atau
pihak yang berwajib.180
Dalam pengelolaan dan pengoperasian perusahaan, ANTAM
memiliki Kebijakan Perilaku Perusahaan dalam berbagai hal sebagai
berikut :
1. Persamaan dan Penghormatan Hak Asasi Manusia
Antam percaya bahwa hak asasi manusia adalah sesuatu
yang bersifat universal. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
masyarakat, ANTAM mendorong usaha-usaha untuk menjamin
terpenuhinya hak asasi manusia serta mempertimbangkan setiap
akibat dari kegiatan operasi terhadap masyarakat sekitar. ANTAM
berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap kegiatan operasi
perusahaan tidak melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia.
1) Standar Etika :
a) Memastikan bahwa seluruh Insan ANTAM memahami
peraturan perundangan mengenai hak asasi manusia;
180 PT.Antam Tbk; Pedoman KebijakanManajemen Standar Etika Perusahaan (Jakarta:
2007) hal 27-47; merumuskan Kebijakan Perilaku Perusahaan mencakup, 1) Persamaan dan penghormatan pada HAM, 2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Pertambangan, 3) Kesempatan Kerja Yang Adil, 4) Benturan kepentingan, 5) Pembayaran tidak wajar, 6) Hadiah dan hiburan, 7) Hubungan dengan Pemerintah, 8) Hubungan dengan Pemasok, 9) Perdagangan Internasional, 10) Kerahasiaan Informasi, 11) Pengawasan dan penggunaan Aset, 12) Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Universitas Sumatera Utara
b) Memastikan bahwa masyarakat sekitar turut merasakan
kesejahteraan yang diciptakan ANTAM serta menghormati hak
asasi yang dimilikinya;
c) Mengedepankan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam
menangani konflik yang mungkin terjadi dengan masyarakat,
serikat pekerja atau karyawan;
d) Melakukan analisa yang berkaitan dengan hak asasi manusia
dan bekerja sama dengan organisasi di luar perusahaan seperti
Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pada
tahap awal setiap proses pengembangan usaha, khususnya di
dalam analisis dampak sosial dalam penyusunan dokumen
AMDAL;
e) Bekerja sama dengan Pemerintah dan LSM yang terkait untuk
menghindari pelanggaran atas hak-hak yang terkait dengan
kepemilikan dari masyarakat setempat;
f) Mengembangkan sikap-sikap menghargai hak asasi manusia
pada pihak ketiga yang bekerja sama dengan atau yang
mewakili ANTAM.
2) Hal-hal yang harus diperhatikan :
a) Dampak negatif dari kegiatan operasi ANTAM terhadap
kesejahteraan masyarakat sekitar;
Universitas Sumatera Utara
b) Memburuknya hubungan atau munculnya konflik dengan
masyarakat sekitar, Pemerintah atau LSM yang terkait;
c) Keterlibatan aparat keamanan yang kontra produktif;
d) Pelanggaran hak-hak yang terkait dengan kepemilikan dari
masyarakat;
e) Penggunaan kekerasan yang tidak sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan masalah-masalah ketenagakerjaan atau
masyarakat sekitar;
f) Penggunaan tenaga kerja anak-anak;
g) Kemungkinan terjadinya hal-hal yang dianggap sebagai
pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Mitra
Kerja ANTAM.181
2. Keselamatan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Pertambangan.
ANTAM berkomitmen untuk mencapai standar Keselamatan
dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Pertambangan (K3LP) yang
181 PT. Antam secara konsepsional menerapkan asas pada GCG khususnya asas
pertanggung jawaban (responsibilitas) yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan per-undang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat, dimana berdasarkan UUPT No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat (1) berbunyi, Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Ketentuan ini bermaksud menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Hal ini merupakan tanggung jawab dari pimpinan dan seluruh
Insan ANTAM.
1). Standar Etika
a) Mematuhi semua peraturan perundangan mengenai Keselamatan
dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Pertambangan yang
berlaku, baik di tingkat nasional maupun internasional;
b) Menciptakan dan menjaga lingkungan kerja yang aman serta
mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja;
c) Mengurangi limbah, emisi dan penggunaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3);
d) Menghilangkan risiko-risiko yang tidak wajar baik dari kegiatan
operasi maupun produk-produk yang dihasilkan;
e) Menangani masalah pencemaran lingkungan yang terjadi dengan
efektif dan efisien;
f) Setiap Insan ANTAM harus mengikuti pelatihan mengenai
peraturan perundangan dan kebijakan perusahaan mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Pertambangan;
g) Setiap Insan ANTAM harus memahami seluruh prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Pertambangan yang telah ditetapkan;
Universitas Sumatera Utara
h) Setiap Insan Pertambangan harus bersedia untuk melaksaanakan
pemeriksaan kesehatan, apabila dirasakan perlu oleh manajemen
Antam.
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a) Kegiatan atau kondisi-kondisi yang tidak aman seperti:
(1) Kelalaian menggunakan alat pengaman diri seperti helm
pengaman (safety helmet), sepatu pengaman (safety shoes),
kaca mata pengaman (safety goggle), perlindungan
pendengaran (ear plug), pelampung (life vest) dan
sebaginya;
(2) Bahan kimia yang tidak diberi label;
(3) Kabel listrik yang terbuka dan tidak aman;
(4) Pintu keluar kebakaran yang terhalang;
b) Kelalaian untuk mematuhi peraturan dan prosedur mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan;
(1) Keluhan-keluhan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja yang muncul dari Insan Antam;
(2) Bahaya atau kecelakaan kerja serta kerusakan lingkungan
yang timbul;
Universitas Sumatera Utara
(3) Ketidakmampuan dalam mengurangi jumlah dan dampak
dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).182
3. Kesempatan Kerja yang Adil
ANTAM berkomitmen untuk menciptakan kesempatan kerja
yang adil, termasuk di dalamnya larangan terhadap segala bentuk
diskriminasi. ANTAM memberikan kesempatan yang sama dan
perlakuan yang adil kepada seluruh Insan Antam.
1) Standar Etika
a). Mentaati peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, termasuk di
dalamnya peraturan yang mengatur kebebasan untuk
berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat;
b). Menggunakan kriteria kemampuan, kualifikasi (seperti
pendidikan pengalaman, kompetensi dan lain-lain) dan kriteria
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai satu-
satunya dasar bagi semua keputusan yang berkaitan dengan
Insan ANTAM dan pelamar kerja;
182 Pasal 68 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup menegaskan bahwa, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban: a) memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka dan tepat waktu; b) menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup dan c) mentaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. PT Antam sangat peduli dengan ketentuan dimaksud dengan penjabaran yang jelas dan lugas.
Universitas Sumatera Utara
c). Melakukan rekruitmen tenaga kerja, pelatihan, pemberian
kompensasi serta pemberian syarat lain mengenai kesempatan
kerja tanpa memperhatikan latar belakang agama/kepercayaan,
ras/suku bangsa, hubungan pribadi (pertemanan dan
kekerabatan), warna kulit, kewarganegaraan, jenis kelamin
(termasuk kehamilan), preferensi seksual, umur, cacat, status
veteran atau karakteristik lain yang dilindungi oleh hukum;
d). Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari pelecehan,
seperti pelecehan terhadap seseorang karena latar belakang
agama/kepercayaan, ras/suku bangsa, warna kulit,
kewarganegaraan, jenis kelamin (termasuk kehamilan),
preferensi seksual, umur, cacat, status veteran atau
karakteristik lain yang dilindungi oleh hukum;
e). Menghormati hak pribadi Insan ANTAM dengan
menggunakan, menjaga dan menyimpan data pribadi mereka
sesuai dengan petunjuk dan prosedur yang berlaku;
f). Untuk keperluan perusahaan, Antam berhak untuk memonitor
penggunaan aset-aset perusahaan seperti komputer, email,
telepon, informasi mengenai hak kekayaan intelektual milik
ANTAM dan sebagainya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a). Suasana kerja yang tidak nyaman seperti menceritakan lelucon
atau memperlihatkan barang yang mengejek atau menyinggung
anggota masyarakat dari etnis atau ras tertentu;
b). Mempertimbangkan ras, hubungan pribadi (pertemanan dan
kekerabatan), warna kulit, agama, asal negara, jenis kelamin,
preferensi seksual, umur, cacat fisik, status veteran atau
karakteristik lain yang dilindungi hukum sebagai faktor dalam
mempekerjakan, mempromosikan, mengkompensasikan, atau
keputusan lain yang berkaitan dengan Insan ANTAM;
c). Membicarakan hal-hal yang berkonotasi seks yang tidak
menyenangkan dengan Insan ANTAM lain;
d). Melakukan pelanggaran terhadap hukum ketenagakerjaan;
e). Menolak bekerja sama dengan individu tertentu karena ras,
agama, jenis kelamin dan sebagainya;
f). Memberitahukan data Insan ANTAM kepada orang yang tidak
memiliki kepentingan usaha, kewenangan atau persetujuan dari
subyek yang bersangkutan.
ANTAM menyadari bahwa setiap Insan ANTAM mempunyai
hak untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan keuangan, usaha dan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan lain yang sah diluar pekerjaan Insan ANTAM dengan tetap
memperhatikan kewajiban Insan ANTAM kepada perusahaan.
Kegiatan tersebut harus sah dan bebas dari konflik kepentingan
dengan tanggung jawab mereka sebagai Insan ANTAM. Insan
ANTAM tidak boleh menyalahgunakan sumber daya atau pengaruh
ANTAM sehingga dapat mendiskreditkan nama baik dan reputasi
ANTAM.
1) Standar Etika
a). Memberitahukan kegiatan Insan ANTAM di bidang kegiatan
keuangan diluar perusahaan atau usaha lain atau segala
hubungan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Insan
ANTAM berkewajiban untuk memberikan semua informasi
mengenai hal tersebut dalam penjelasan tertulis kepada atasan,
satuan kerja human resources atau satuan kerja legal affairs
perusahaan;
b). Menghindari tindakan atau hubungan yang dapat
memunculkan konflik dengan pekerjaan atau kepentingan
ANTAM;
c). Menghindarkan diri dari tindakan penyalahgunaan sumber
daya ANTAM, hak milik intelektual, waktu dan fasilitas
ANTAM termasuk peralatan kantor seperti telepon, faksimil,
email, komputer dan lain-lain;
Universitas Sumatera Utara
d). Mendapatkan persetujuan dari atasan langsung sebelum
menerima posisi sebagai pejabat pada dewan dalam suatu
LSM, dimana Antam mungkin mempunyai hubungan usaha
dengan badan tersebut atau mempunyai pengharapan untuk
memperoleh bantuan keuangan atau bantuan lain dari
ANTAM.
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a). Memiliki hubungan keuangan dengan suatu perusahaan dimana
Insan ANTAM secara pribadi dapat mempengaruhi hubungan
usaha Antam dengan perusahaan tersebut;
b). Melakukan pekerjaan paruh waktu dimana Insan ANTAM
dapat terdorong untuk melakukan pekerjaan tersebut selama
jam kerja aktif ANTAM atau menggunakan peralatan atau
material ANTAM;
c). Menerima hadiah dari pemasok, pelanggan atau pesaing,
sementara Insan ANTAM berada di posisi yang dapat
mempengaruhi atau dipandang dapat mempengaruhi keputusan
ANTAM atas si pemberi hadiah tersebut;
d). Menerima secara pribadi diskon atau keuntungan lain dari
pemasok, penyedia jasa atau pelanggan, yang tidak diberikan
kepada masyarakat umum atau Insan Antam yang lain dalam
situasi yang serupa;
Universitas Sumatera Utara
e). Menerima tawaran untuk membeli saham dari perusahaan lain,
padahal Insan ANTAM tersebut dalam menjalankan
pekerjaannya berhubungan dengan perusahaan itu;
f). Memberikan perlakuan khusus kepada pemasok yang dimiliki
atau dikelola oleh keluarga atau sahabat dekat;
g). Menyalahgunakan sumber daya ANTAM, posisi atau pengaruh
Insan ANTAM untuk memposisikan atau membantu usaha
lain;
h). Mempunyai preferensi khusus dalam mempekerjakan atau
membuat keputusan promosi jabatan mengenai istri, keluarga
atau sahabat dekat;
i). Hubungan pribadi, asmara atau hubungan lain yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan dengan tanggung jawab
Insan ANTAM atau dapat menimbulkan munculnya kompromi
atas kepentingan ANTAM.
4. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest).
ANTAM menyadari bahwa setiap Insan ANTAM mempunyai
hak untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan keuangan, usaha dan
kegiatan lain yang sah diluar pekerjaan Insan ANTAM dengan tetap
memperhatikan kewajiban Insan ANTAM kepada perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan tersebut harus sah dan bebas dari konflik kepentingan
dengan tanggung jawab mereka sebagai Insan ANTAM. Insan
ANTAM tidak boleh menyalahgunakan sumber daya atau pengaruh
ANTAM sehingga dapat mendiskreditkan nama baik dan reputasi
ANTAM.
1) Standar Etika
a). Memberitahukan kegiatan Insan ANTAM di bidang kegiatan
keuangan diluar perusahaan atau usaha lain atau segala
hubungan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Insan
ANTAM berkewajiban untuk memberikan semua informasi
mengenai hal tersebut dalam penjelasan tertulis kepada atasan,
satuan kerja human resources atau satuan kerja legal affairs
perusahaan;
b). Menghindari tindakan atau hubungan yang dapat
memunculkan konflik dengan pekerjaan atau kepentingan
ANTAM;
c). Menghindarkan diri dari tindakan penyalahgunaan sumber
daya ANTAM, hak milik intelektual, waktu dan fasilitas
ANTAM termasuk peralatan kantor seperti telepon, faksimil,
email, komputer dan lain-lain;
d). Mendapatkan persetujuan dari atasan langsung sebelum
menerima posisi sebagai pejabat pada dewan dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
LSM, dimana Antam mungkin mempunyai hubungan usaha
dengan badan tersebut atau mempunyai pengharapan untuk
memperoleh bantuan keuangan atau bantuan lain dari
ANTAM.
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a). Memiliki hubungan keuangan dengan suatu perusahaan dimana
Insan ANTAM secara pribadi dapat mempengaruhi hubungan
usaha Antam dengan perusahaan tersebut;
b). Melakukan pekerjaan paruh waktu dimana Insan ANTAM
dapat terdorong untuk melakukan pekerjaan tersebut selama
jam kerja aktif ANTAM atau menggunakan peralatan atau
material ANTAM;
c). Menerima hadiah dari pemasok, pelanggan atau pesaing,
sementara Insan ANTAM berada di posisi yang dapat
mempengaruhi atau dipandang dapat mempengaruhi keputusan
ANTAM atas si pemberi hadiah tersebut;
d). Menerima secara pribadi diskon atau keuntungan lain dari
pemasok, penyedia jasa atau pelanggan, yang tidak diberikan
kepada masyarakat umum atau Insan Antam yang lain dalam
situasi yang serupa;
Universitas Sumatera Utara
e). Menerima tawaran untuk membeli saham dari perusahaan lain,
padahal Insan ANTAM tersebut dalam menjalankan
pekerjaannya berhubungan dengan perusahaan itu;
f). Memberikan perlakuan khusus kepada pemasok yang dimiliki
atau dikelola oleh keluarga atau sahabat dekat;
g). Menyalahgunakan sumber daya ANTAM, posisi atau pengaruh
Insan ANTAM untuk memposisikan atau membantu usaha
lain;
h). Mempunyai preferensi khusus dalam mempekerjakan atau
membuat keputusan promosi jabatan mengenai istri, keluarga
atau sahabat dekat;
i). Hubungan pribadi, asmara atau hubungan lain yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan dengan tanggung jawab
Insan ANTAM atau dapat menimbulkan munculnya kompromi
atas kepentingan ANTAM.183
183 KNKG pada tahun 2006 dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia
tentang Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku; khususnya mengenai Benturan Kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis perusahaan diatas kepentingan pribadi. Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan, pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta.
Universitas Sumatera Utara
5. Pembayaran yang Tidak Wajar
Insan ANTAM dilarang untuk menawarkan dan/atau
memberikan sesuatu yang berharga untuk memperoleh suatu
keuntungan yang tidak wajar atau perlakuan istimewa dalam
melakukan penjualan atas barang atau pemberian jasa atau melakukan
transaksi keuangan kepada pejabat Pemerintah atau pihak-pihak lain di
luar ANTAM.184
Kebijakan Pembayaran Tidak Wajar mengatur standar etika
dan praktik ANTAM mengenai pembayaran khusus, hiburan dan
sumbangan politis, baik kepada pejabat pemerintah maupun pihak-
pihak di luar ANTAM. ANTAM tidak mentolerir praktik-praktik yang
tidak memenuhi kebijakan ini. ANTAM akan memproses lebih lanjut
pelanggaran atas kebijakan ini sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
1) Standar Etika
a). Dalam keadaan apapun, dilarang keras memberikan,
menawarkan atau mewenangkan penawaran, baik secara
langsung maupun tidak langsung, sesuatu yang berharga (uang,
barang atau jasa) kepada pejabat pemerintah dan pihak-pihak
184 Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep 117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik
GCG , Pasal 4.c. mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilan-dasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu PT. Antam telah merumuskan dalam Pedoman perilaku tentang larangan “Pembayaran yang tidak wajar, Hadiah dan hiburan”.
Universitas Sumatera Utara
di luar ANTAM untuk memperoleh keuntungan yang tidak
wajar dan/atau perlakuan istimewa.
b). Kebijakan ini tidak melarang pemberian penggantian yang sah,
misalnya untuk akomodasi dan biaya perjalanan yang
ditanggung oleh pihak-pihak luar Antam yang secara langsung
berkaitan dengan promosi produk dan jasa dari ANTAM,
proses pengembangan usaha ANTAM atau terhadap
pelaksanaan suatu kontrak;
c). Dilarang keras untuk memberi hadiah atau pembayaran lain
kepada pihak-pihak di luar ANTAM dan pejabat pemerintah
untuk mempercepat tindakan administrasi (facilitating
payment) tanpa terlebih dahulu mengkonsultasikannya kepada
pimpinan ANTAM atau Satuan Kerja Legal Affairs
Perusahaan;
d). Apabila facilitating payment seperti diatas dilakukan harus
dipastikan bahwa hal tersebut merupakan tujuan yang jelas,
serta secara tepat dan transparan dicatat dalam pembukuan
ANTAM;
e). Dilarang keras untuk menyumbangkan dana perusahaan atau
aset perusahaan untuk tujuan politik baik di dalam maupun
diluar negeri;
Universitas Sumatera Utara
f). Mensyaratkan kepada mitra kerja untuk mematuhi ketentuan
pembayaran tidak wajar ini dan seluruh peraturan perundangan
yang berhubungan dengan hal tersebut;
g). Sebelum bekerja sama dengan pihak ketiga, ANTAM harus
melakukan pemeriksaan secara seksama terhadap kepatuhan
pihak ketiga tersebut atas standar etika mengenai pembayaran
tidak wajar.
2) Hal-hal Yang harus diperhatikan
a) Pihak ketiga yang mempunyai hubungan kerja atau yang
mewakili ANTAM yang:
(1) Pernah dituduh melakukan kegiatan usaha yang tidak sah;
(2) Pernah terlibat dalam kasus pembayaran tidak wajar atau
mempunyai reputasi yang buruk mengenai pembayaran
tidak wajar;
(3) Memiliki hubungan dengan pihak-pihak yang dapat
mempengaruhi keputusan pelanggan atau pemerintah
secara tidak wajar;
(4) Melakukan pendekatan terhadap Insan Antam pada saat
keputusan akan diambil dan menjelaskan bahwa pihak ketiga
tersebut mempunyai special arrangement dengan pejabat
pemerintah atau pelanggan;
Universitas Sumatera Utara
(5) Mendesak untuk menerima komisi pembayaran sebelum
ANTAM melakukan pengumuman mengenai keputusan
yang diambil.
b) Setiap pembayaran komisi atau pembayaran lainnya yang
dilakukan di negara lain atau menggunakan nama orang lain;
c) Pembayaran komisi yang besarnya dianggap signifikan
dibandingkan dengan nilai jasa yang diberikan.
6. Hadiah dan Hiburan
Penerimaan dan pemberian hadiah, hiburan atau bantuan dalam
pekerjaan, dapat menyebabkan benturan kepentingan serta turunnya
kepercayaan publik terhadap integritas perusahaan. Oleh karena itu
ANTAM menetapkan standar etika yang mengatur secara khusus
mengenai penerimaan dan pemberian hadiah serta hiburan dari pihak
ketiga di luar perusahaan.185
1) Standar Etika
a) Dilarang keras menerima atau memberikan hadiah baik dalam
bentuk uang maupun barang atau segala bentuk hiburan dalam
kondisi yang dapat menimbulkan pandangan ketidakwajaran;
185 Lebih jauh Kep. Men BUMN Nomor 117 Pasal 32 tentang Etika Berusaha dan Anti
Korupsi; suatu tanda terima kasih dalam kegiatan usaha, seperti hadiah, sumbangan atau “entertainment” tidak boleh dilakukan pada saat keadaan yang dapat dianggap sebagai perbuatan yang tidak patut.
Universitas Sumatera Utara
b) Semua hadiah atau hiburan harus diungkapkan kepada atasan
langsung dan Satuan Kerja Human Resources, yang kemudian
akan memutuskan tindakan-tindakan apa yang akan diambil
berkenaan dengan hal tersebut. Hanya hadiah dengan nilai
yang wajar atau hiburan yang pantas, yang diperkenankan
untuk diterima atau diberikan;
c) Kewajaran atas nilai suatu hadiah, pemberian khusus maupun
hiburan perlu ditetapkan oleh Direksi secara periodik dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
(1) Tidak melanggar aturan hukum yang berlaku pada tempat
dimana perusahaan beroperasi;
(2) Tidak melebihi kewajaran yang berlaku sesuai dengan adat
istiadat serta kebiasaan yang berlaku pada daerah setempat;
(3) Dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka baik secara
moril maupun materiil pada pihak-pihak terkait dan
masyarakat secara luas.
d) Tanda terima dari semua hadiah atau hiburan harus dicatat
secara jelas dan akurat dalam pembukuan ANTAM;
e) Semua pengeluaran yang berhubungan dengan hadiah dan
dipertanggungjawabkan dengan jelas.
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
Universitas Sumatera Utara
a) Segala bentuk hadiah, pemberian khusus maupun hiburan yang
bersifat tidak resmi;
b) Pemberian atau penawaran uang, biaya, komisi, kredit, hadiah,
benda berharga atau kompensasi dalam bentuk apapun yang
melebihi kewajaran.
7. Hubungan dengan Pemerintah
ANTAM berkomitmen untuk membangun hubungan dengan
semua instansi dan pejabat pemerintah berdasarkan standar etika bisnis
dan peraturan perundangan yang berlaku.186
1) Standar Etika
a) Tunduk pada peraturan perundangan yang berlaku khususnya
mengenai hubungan dengan pemerintah;
b) Membangun hubungan yang harmonis dengan pemerintah selaku
pihak regulator dan pemegang saham;
c) Mengharuskan semua Mitra Kerja ANTAM untuk mematuhi
standar etika hubungan dengan pemerintah yang diterapkan
ANTAM;
d) Jujur dan transparan dalam berhubungan dengan semua instansi
dan pejabat pemerintah;
186 Dalam rangka menciptakan situasi kondusif untuk melaksanakan Good Public Governance diperlukan tiga pilar, yaitu negara, dunia usaha dan masyarakat. Dunia usaha juga berkewajiban untuk berpartisipasi aktif memberikan masukan dalam perumusan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik yang bertalian dengan sektor usahanya. Lihat KNKG, Public Governance (Jakarta: Penerbit Salemba, 2008) hal 150
Universitas Sumatera Utara
e) Setiap pelaporan, pernyataan, sertifikasi dan pemohonan yang
ditujukan kepada pemerintah harus transparan, jelas, akurat,
lengkap, serta tidak mengandung hal-hal yang dapat
disalahtafsirkan.
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a) Persyaratan-persyaratan khusus atau pengenaan biaya yang
tidak sah sehubungan dengan proses perijinan yang
dikeluarkan oleh pemerintah;
b) Penyerahan informasi atau data perusahaan yang tidak akurat
atau tidak lengkap yang dibutuhkan oleh pemerintah;
c). Pelanggaran atas peraturan pemerintah mengenai larangan
pemberian hadiah dan peraturan mengenai pemberian hiburan
serta prosedur pensertifikatan.
8. Hubungan dengan Pemasok
ANTAM mendasarkan hubungan perusahaan dengan pemasok
pada prinsip-prinsip usaha yang sah, efisien dan wajar (fair). Antam
mengharapkan agar setiap pemasok selalu menjunjung tinggi
Universitas Sumatera Utara
peraturan perundangan yang berlaku dalam berhubungan dengan Insan
Antam, antar pemasok dan ANTAM sebagai sebuah perusahaan.187
1) Standar Etika
a) Mengikuti seluruh peraturan pengadaan barang dan jasa yang
ditetapkan ANTAM, pada saat melakukan pengadaan atas
barang atau jasa yang dibutuhkan;
b) Memberikan kesempatan bagi pemasok usaha kecil terutama
pengusaha lokal, untuk mendapatkan bagian dari volume
pembelian ANTAM;
c) Antam hanya menggunakan pemasok-pemasok yang
memenuhi kualifikasi yang ditetapkan ANTAM dan secara
konsisten mampu memenuhi standar kualitas, biaya dan
pengiriman yang diharapkan pelanggan;
d). Melakukan hubungan kerja hanya dengan pemasok yang
mematuhi peraturan perundangan yang berlaku dan persyaratan
tambahan dari ANTAM, terutama yang berkaitan dengan
perburuhan, lingkungan, kesehatan dan keamanan, hak
kekayaan intelektual dan pembayaran yang tidak wajar.
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
187 Pemasok adalah salah satu mitra bisnis perusahaan, maka perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin dilaksanakannya hak dan kewajiban mitra bisnis sesuai dengan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Perusahaan dan mitra bisnis berkewajiban untuk merahasiakan informasi dan melindungi kepentingan masing-masing pihak. Lihat KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006) hal 24
Universitas Sumatera Utara
a) Pemilihan pemasok yang tidak melalui pelelangan (tender)
yang terbuka dan kompetitif;
b) Potensi konflik kepentingan dalam pemilihan pemasok,
termasuk penerimaan uang, hadiah, hiburan atau barang lain
yang berharga, kecuali yang secara tegas sesuai dengan
kebijakan perusahaan;
c) Pemilihan pemasok yang dimiliki atau dikelola oleh keluarga
atau teman;
d). Pemasok tidak memenuhi persyaratan Antam mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Pertambangan (K3LP) dan peraturan ketenagakerjaan;
e) Lemahnya kontrol terhadap proses pengadaan perusahaan;
f) Praktek mark-up harga dan kuantitas, kolusi diantara pemasok
dalam penetapan harga (price fixing) maupun pembagian
pekerjaan (bid pooling) dan ketergantungan kepada suatu
pemasok dalam jangka panjang.
9. Perdagangan Internasional
Sebagai perusahaan yang banyak melakukan perdagangan
internasional, ANTAM selalu berusaha untuk menghormati segala
Universitas Sumatera Utara
ketentuan hukum dan peraturan internasional yang berkaitan dengan
perdagangan internasional.188
1). Standar Etika
a) Mengikuti semua peraturan perdagangan internasional yang
terkait, termasuk masalah perijinan, dokumentasi pengapalan,
dokumentasi impor, pelaporan dan penyimpangan dokumen
yang disyaratkan;
b) Memastikan bahwa semua transaksi internasional Antam yang
terkait;
c) Berkonsultasi dengan Satuan Kerja Legal Affairs perusahaan
apabila terjadi konflik dengan peraturan atau undang-undang
negara tujuan.
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a). Pelanggan yang tidak dikenal baik dan tanpa referensi yang
meyakinkan;
b). Syarat-syarat transaksi atau pembayaraan yang tidak wajar;
c). Transaksi yang melibatkan negara yang diembargo, warga
negara atau perwakilan dari negara yang diembargo serta
188 PT. Antam berketetapan memperhatikan dengan sungguh-sungguh dalam memenuhi
harapan pemerintah yang pada intinya agar implementasi good corporate governance (GCG), persepsi positif investor terhadap perusahaan Indonesia akan menguat. Lihat Dorojatun Kuncoro Djakti; good corporate governace di Indonesia; Komisaris Independen (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2004), hal 25
Universitas Sumatera Utara
individu atau badan yang sedang dikenai sanksi oleh
pemerintah.
10. Kerahasiaan Informasi
Kebijakan kerahasiaan informasi perusahaan disusun untuk
menjamin keamanan informasi dan memastikan bahwa informasi yang
perlu diungkapkan oleh ANTAM, telah secara adil dan merata
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tanpa adanya
perlakuan istimewa untuk pihak tertentu.189
1) Standar Etika
a) Setiap Insan ANTAM tidak diizinkan untuk membicarakan
“informasi material” mengenai perusahaan kepada siapapun.
Pelanggaran ini meliputi suami atau isteri, rekan di rumah,
sanak saudara dari rekan di rumah, pialang (broker) dan Insan
ANTAM lainnya (kecuali rekan kerja yang perlu mengetahui
tentang hal tersebut);
b) Setiap Insan ANTAM tidak diperbolehkan untuk melakukan
jual beli saham perusahaan apabila mereka memiliki informasi
yang dapat mempengaruhi harga saham ANTAM tersebut;
189 Dalam Pedoman Umum Good Corpoprate Governance Indonesia tentang Kerahasian
Informasi merumuskan bahwa anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan perusahaan harus menjaga kerahasiaan informasi perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, peraturan perusahaan dan kelaziman dalam dunia bisnis. Lihat KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance, (Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), hal 10
Universitas Sumatera Utara
c) Persetujuan dari Manajemen Senior harus diperoleh sebelum
Insan ANTAM melakukan jual beli saham perusahaan lain
yang mempunyai hubungan bisnis dengan Antam;
d) Informasi yang dianggap sebagai rahasia meliputi rencana
bisnis dan strategi perusahaan, hasil-hasil penelitian dan
pengembangan yang digunakan dalam proses produksi, standar
dan prosedur operasi perusahaan, dokumen-dokumen internal
yang ditandatangani manajer perusahaan, hak kekayaan
intelektual ataupun informasi-informasi penting lainnya yang
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan apabila tersebar ke
luar ANTAM, kecuali apabila informasi tersebut telah
dipublikasikan;
e) Untuk seluruh Insan ANTAM yang masih bekerja di Antam,
perusahaan melarang keras penggunaan yang tidak sah atau
pemberian informasi rahasia tersebut kepada pihak eksternal
tanpa sepengetahuan corporate security perusahaan;
f) Bagi Insan ANTAM yang tidak bekerja lagi di perusahaan,
dilarang keras mengambil informasi-informasi rahasia sebelum
meninggalkan perusahaan. Semua dokumen yang telah dibuat
oleh Insan Antam yang bersangkutan menjadi hak milik
perusahaan sepenuhnya. Sebelum meninggalkan perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
Insan ANTAM tidak diperkenankan untuk membawa dokumen
apa pun;
g) Perusahaan menghormati hak-hak kepemilikan informasi
perusahaan lain dan mengharuskan Insan Antam untuk
mentaati semua peraturan perundangan yang berkaitan dengan
masalah hak kepemilikan informasi;
h) Mengumpulkan informasi mengenai perusahaan lain
diperkenankan sepanjang informasi tersebut didapatkan dari
sumber-sumber yang sah, seperti media massa ataupun press
release dari perusahaan tersebut;
i) Bagi Insan ANTAM yang masih bekerja di perusahaan,
perusahaan melarang keras pengumpulan informasi eksternal
yang dilakukan secara tidak sah, seperti memata-matai,
mencuri informasi, atau dengan memalsukan identitas diri;
j) Mencari informasi rahasia dari Insan ANTAM yang baru yang
pindah dari perusahaan lain tidak diperbolehkan;
k) Upaya pengumpulan informasi dari perusahaan lain harus
dilaksanakan dengan sepengetahuan pimpinan satuan kerja
terkait;
l) Bagi Insan ANTAM yang tidak bekerja lagi di perusahaan,
ANTAM melarang keras pemalsuan identitas dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan nama ANTAM untuk memperoleh informasi
rahasia dari perusahaan lain;
m) Apabila ada keraguan ataupun masalah yang timbul dalam
kaitannya dengan masalah informasi perusahaan, harap
menghubungi corporate secretary.190
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a) Pengendalian yang tidak mencukupi seperti hal-hal yang
memungkinkan akses oleh orang yang tidak berwenang
terhadap informasi ANTAM yang material;
b) Penyampaian atau permintaan penyampaian informasi rahasia
ANTAM atau informasi mengenai pelanggan dan pemasok
ANTAM oleh pihak-pihak yang tidak memiliki wewenang
untuk memperoleh informasi tersebut;
c). Penyampaian atau penerimaan informasi non publik tentang
ANTAM ataupun perusahaan lain yang dapat mempengaruhi
keputusan untuk menjual atau membeli saham atau efek dari
ANTAM atau perusahaan lain tersebut, yang dapat disinyalir
sebagai informasi orang dalam.
190 Penjelasan Pasal 20 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, menjelaskan bahwa Sekretaris
Perusaan (Corporate Secretary) berfungsi untuk memastikan bahwa Persero mematuhi peraturan tentang persyaratan keterbukaan sejalan dengan penerapan prinsip good corporate governance.
Universitas Sumatera Utara
11. Pengawasan dan Penggunaan Aset
Standar etika pengawasan dan penggunaan aset ditujukan
untuk memastikan seluruh aset fisik, keuangan, hak milik intelektual,
dan aset lain yang digunakan dan dilindungi secara optimal.
1) Standar Etika
a) ANTAM mengikuti standar akuntansi dan pelaporan yang
berlaku umum dalam mencatat dan melaporkan aset
perusahaan.
b) Seluruh aset perusahaan harus digunakan secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan perusahaan;
c) Seluruh aset perusahaan baik fisik, keuangan dan lainnya harus
dilindungi dari penggunaan-penggunaan yang tidak sah,
penggelapan (embezzlement) dan kecurangan (fraud);
d) Insan ANTAM dilarang untuk menggunakan aset perusahaan
selain untuk kepentingan perusahaan;
e) Perusahaan harus menerapkan proses pengendalian yang
efektif dan efisien atas penggunaan asset perusahaan
untuk menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang
mungkin terjadi;
Universitas Sumatera Utara
f) Insan ANTAM berkewajiban untuk melaporkan indikasi maupun
terjadinya kecurangan (fraud) di lingkungan perusahaan secara
dini, kepada atasan langsung, Satuan Kerja Human Resources,
Satuan kerja Legal Affairs dan pihak-pihak yang telah ditunjuk
Direksi.
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a) Penggunaan aset perusahaan selain untuk kepentingan
perusahaan;
b) Aset fisik atau sumber daya lainnya yang digunakan secara
berlebihan, dipindahtangankan atau dihapusbukukan secara tidak
sah;
c) Kontrol terhadap unit bisnis yang terletak jauh dari kantor pusat;
d) Tidak adanya kontrol yang efektif untuk melindungi aset
perusahaan dari risiko kerugian dan kecurangan (fraud);
e) Catatan keuangan yang tidak akurat seperti kelebihan pencatatan
biaya hidup dan perjalanan, faktur atau jam kerja yang salah.
12. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
Hak Atas Kekayaan Intelektual (meliputi paten, rahasia dagang,
merk dagang, hak cipta, dan kepemilikan informasi lainnya yang dimiliki
perusahaan) merupakan salah satu aset yang paling berharga bagi setiap
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
1) Standar Etika
a) Insan ANTAM harus menghormati hak kekayaan intelektual
pihak lain karena setiap penggunaan yang tidak sah atas hak
milik intelektual orang lain dapat mengakibatkan Antam
menanggung gugatan hukum secara perdata dan ganti rugi;
b) Seluruh Insan ANTAM harus berpartisipasi secara aktif untuk
melindungi hak atas kekayaan intelektual milik Antam;
c) Insan ANTAM yang turut serta/bekerja dalam pengembangan
suatu proses atau produk yang akan digunakan oleh Antam,
atau Insan Antam yang memiliki atas hasil karya tersebut,
harus memperlakukan informasi yang terkait dengan proses
atau produk tersebut sebagai milik Antam baik selama masa
kerja maupun setelah Insan Antam tidak bekerja lagi untuk
ANTAM;
d) Seluruh Insan ANTAM harus menginformasikan hasil karya
yang dihasilkannya baik selama maupun di luar jam kerja, jika
hasil karya tersebut terkait dengan bisnis atau operasi
ANTAM. ANTAM berhak atas seluruh manfaat (exclusive
benefits) dari paten, kuasa pertambangan, dan lain-lain yang
terkait dengan hasil karya dimaksud di atas;
e) Seluruh Insan ANTAM harus menandatangani pernyataan
untuk menjaga kerahasiaan maupun kesediaan untuk membantu
Universitas Sumatera Utara
ANTAM dalam proses memperoleh hak kekayaan intelektual atas
nama ANTAM.
2) Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a) Menerima informasi yang terkait hak atas kekayaan intelektual dari
pihak lain, tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan Satuan
Kerja Legal Affairs, dimana terdapat kondisi kerahasiaan
(confidentiality) yang harus dijaga;
b) Mempekerjakan seseorang yang tadinya bekerja di kompetitor tanpa
memberikan perlindungan dan pencegahan agar orang tersebut tidak
membocorkan atau menggunakan hak milik informasi kompetitor;
c) Memperkenalkan suatu produk atau jasa baru, atau nama produk
atau jasa baru, sebelum pengecekan mengenai pelanggaran paten
atau merk dagang;
d) Membicarakan hak kekayaan intelektual maupun informasi yang
terkait dengan hak kekayaan intelektual Antam dengan pelanggan
atau pemasok tanpa melalui prosedur resmi yang telah ditetapkan
ANTAM;
e). Menyampaikan atau membocorkan informasi mengenai suatu
produk baru atau jasa sebelum permohonan paten dilakukan atau
keputusan untuk tidak membuat permohonan dilakukan secara
resmi oleh ANTAM.191
191 Undang-undang No.13 Tahun 1997 Tentang Paten, pada Konsideran Menimbang
mengutarakan bahwa pemberian perlindungan hukum terhadap HAKI khususnya Paten sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan nasional
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Penerapan Good Corporate Governance pada ANTAM
Jawaban
No Pernyataan Ya Tidak
Keterangan
1 Komitmen dalam penerapan GCG
a Apakah telah disusun pedoman atau manual GCG Ya
b Apakah ada fungsi khusus yang mengurusi GCG Ya
c Apakah dialokasikan anggaran untuk pelaksanaan program GCG Ya
d
Apakah prinsip-prinsip GCG sudah mulai dimasukkan dalam indikator keberhasilan manajemen sehingga kesadaran, urgensi, dan respon terhadap masalah GCG cukup baik dalam operasional bisnis
Ya
2
Perusahaan telah melakukan proses pengisian pengurus perusahaan berdasarkan pertimbangan kompetensi dan kredibilitas
a
Apakah pemilihan anggota Dewan Komisaris, Direksi melalui proses kemampuan dan kelayakan (fit and proper test)
Ya
b
Untuk membantu tugas Dewan Komisaris, apakah telah dibentuk Komite Audit, Komite Pemantau Resiko, Komite Remunerasi dan Nominasi
Ya
c
Siapakah yang memimpin Komite-Komite tersebut Apakah pemilihan Komite sesuai prosedur yang ada
Ya Oleh komisaris
3 Hubungan kerja Dewan Komisaris dan Direksi dilandasi checks and balances
Universitas Sumatera Utara
a
Apakah tugas pokok Dewan Komisaris sudah sesuai dengan UU BUMN; berapa jumlah anggota Dewan Komisaris dan berapa % dari luar
ya Komisaris 5 orang dan 30% dari luar
b Apakah Dewan Komisaris ada yang merangkap jabatan Direksi pada BUMN atau perusahaan lain
Tidak
c Apakah Dewan Komisaris berperan sebagai supervisor dari pada eksekutif
Ya
d Apakah Dewan Komisaris telah mempunyai jadwal dan pengaturan rapat
Ya
e Apakah Dewan Komisaris dan Komite-Komite sudah mampu bertugas efektif
Ya
4
Direksi perusahaan telah menjalankan tugasnya secara profesional, berdasarkan kompetensi, pemenuhan fungsi dan tugasnya, serta evaluasi kinerja
a Berapa anggota Direksi dan berapa % dari luar
5 dari luar
b
Direksi terbuka dalam mengambil keputusan sesuai dengan pedoman dan tata tertib kerja yang mengikat seluruh anggota Direksi. Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinion), wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat lengkap dengan alasannya
Ya Dicantumkan dalam notulen
c Apakah Direksi sudah menyiapkan rencana jangka panjang/strategi lima tahunan
Ya, sudah
d
Apakah Direksi sudah membuat rencana kerja dan anggaran tahunan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka panjang
Ya, sudah
Universitas Sumatera Utara
e
Apakah rencana jangka panjang yang telah ditandatangani bersama dengan Dewan Komisaris disampaikan kepada RUPS untuk mendapatkan pengesahan
Ya, sudah
f
Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku ditutup, Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan yang ditandatangani semua Direksi dan Dewan Komisaris kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan
Ya, sudah
g
Dalam hal ada anggota Direksi dan Dewan Komisaris tidak menanda-tangani laporan tahunan harus disebutkan alasannya secara tertulis
Ya Harus ditandatangani
h
Apakah Direksi memangku jabatan rangkap sebagai Direksi/pengurus pada BUMN/BUMD/jabatan struktural pada pemerintahan pusat/daerah
Tidak ada
5 Implementasi/Penerapan Prinsip-prinsip GCG
a Transparasi
(1) Penerbitan laporan keuangan setengah tahunan/kwartal tepat waktu
Ya, tepat waktu
(2) Penempatan informasi khusus tentang GCG dalam laporan tahunan
Ya, ada
(3) Keterbukaan yang segera atas output tanpa kebocoran yang mendahului pengumuman
Ya
(4)
Kebijaksanaan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada stakeholders
Ya Investor relation
(5) Keterbukaan informasi meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi
Ya
Universitas Sumatera Utara
keuangan, susunan pengurus perusahaan, pengelolaan risiko, pengawasan kepatuhan
b Akuntabilitas
(1)
Perusahaan harus menerapkan secara rinci tugas dan tanggung jawab masing-masing organ pengurus (Komisaris, Direksi dan pejabat struktural)
Ya, sudah
(2)
Perusahaan harus meyakinkan bahwa semua organ organisasi perusahaan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
Ya, sudah
(3)
Perusahaan harus memastikan terdapatnya checks and balances system dalam pengelolaan perusahaan
Ya, ada
(4)
Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran perusahaan berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system)
Ya,ada
(5)
Dalam melaksanakan tugasnya semua organ dan karyawan harus berpegang pada code of conduct yang telah disepakati
Ya Standar etika
c Responsibilitas
(1)
Perusahaan harus mematuhi Peraturan Perundang-undang- an, Peraturan Perusahan dan Anggaran Dasar Perusahaan
Ya Tidak ada kasus
(2)
Perusahaan harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial
Ya Annual Report
(3) Bertindak secara efektif terhadap Ya
Universitas Sumatera Utara
individu yang melanggar
(4) Adanya pencatatan atas kasus-kasus kesalahan manajemen Ya
d Kemandirian Ya
(1)
Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat
Ya
(2) Dalam mengambil keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan dari manapun
Ya
(3) Dewan Komisaris Independen dari manajemen Ya
(4) Komite-Komite dipimpin oleh Komisaris independen Ya Sesuai bidangnya
e Kewajaran
(1)
Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasar kan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment)
Ya
(2) Shareholders mayoritas memperlakukan dengan baik shareholders minoritas
Ya
(3)
Perusaahaan harus memberikan kesempatan kepada stakeholders memberikan masukkan kepada perusahaan
Ya
(4) Peningkatan jumlah remunerasi total tidak boleh melebihi dari keuntungan perusahaan
Ya Dalam RUPS
Universitas Sumatera Utara
Pada PT. Antam Tbk192 penerapan Good Corporate Governance
dimaksudkan berdampak kepada sebuah perusahaan yang berwawasan keberlanjutan.
Hal ini dapat dilihat bahwa sejak menjadi perusaahaan yang terdaftar pada Bursa
Efek di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1997 dan di Australia (ASX) pada tahun
1999, maka prinsip-prinsip GCG harus diterapkan mematuhi panduan praktik terbaik
yang dikeluarkan oleh Bursa Efek; yang setiap tahunnya dinilai oleh konsultan
independen.
Struktur organisasi PT.Antam Tbk didasarkan pada sistem two tier yang berlaku di
Indonesia, dimana organ pengelola (Direksi) dibedakan dari organ pengawas
(Komisaris). Tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota Direksi dan
Komisaris dipaparkan dalam charter Direksi dan Komisaris.
Direksi bertanggung jawab untuk menentukan arah strategis perusahaan, dengan
persetujuan Komisaris. Dengan demikian Direksi juga bertanggung jawab untuk
menerapkan strategi yang sudah disetujui tersebut dan menjalankan perusahaan
secara efisien, termasuk melakukan sistem pengendalian dan akuntabilitas.
Komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi dan menyetujui rencana strategis dan
tahunan perusahaan. Komisaris juga bertanggung jawab untuk memantau penerapan
praktek-praktek GCG yang dilakukan Direksi. Dari lima Komisaris dua diantaranya
adalah Komsaris Independen. Komisaris dibantu oleh 5 Komite yaitu di bidang
192 Menerapkan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik; Laporan Keberlanjutan ANTAM 2006,
hal 19-20
Universitas Sumatera Utara
Audit, Manajemen Risiko, Good Corporate Governance, Nominasi Remunerasi dan
SDM, Lingkungan Hidup dan Pasca Tambang.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), merupakan suatu sarana dan mekanisme
yang disediakan bagi para pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas
dapat berpartisipasi secara aktif. RUPS ajang kegiatan bisnis yang paling penting
dimana keputusan-keputusan diambil berkaitan dengan kegiatan usaha yang
dilakukan melalui konsultasi mendalam dengan para pemegang saham. Bilamana
para pemegang saham merasa perlu menyampaikan resolusi-resolusi mendesak atau
penting hal tersebut dapat difasilitasi melalui prosedur yang disebut Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB).
F. Penerapan GCG dan GPG pada BULOG
Perum BULOG adalah BUMN yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2003, sebagai pengganti Badan Urusan Logistik
(BULOG).193 Jika dirunut lebih jauh ke belakang, kehadiran lembaga pangan
semacam ini sebenarnya juga sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram, yang
dikenal dengan adanya lumbung-lumbung pangan yang berfungsi sebagai penyedia
pangan pada saat langka. Sedangkan pada zaman Belanda secara formal didirikan
Voeding Middelen Fonds (VMF), dan pada zaman Jepang disebut Nanyo Kohatsu
193 Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2003,
menjelaskan Perusahaan Umum (PERUM) BULOG adalah Badan Usaha Milik Negara, dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham
Universitas Sumatera Utara
Kaisha. Pada masa peralihan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia dikenal
Yayasan Bahan Makanan (Bama), yang kemudian berubah menjadi Yayasan Urusan
Bahan Makanan (YUBM) dan Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP). Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 1964, YUBM dan YUPP dilebur menjadi Badan
Pelaksana Urusan Pangan (BPUP) dibawah Dewan Bahan Makanan. Memasuki Era
Orde Baru berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 87 Tahun
1966, pengendalian operasional pangan dipegang oleh Komando Logistik Nasional
(KOLOGNAS), yang kemudian dengan berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet
Nomor 114/Kep/1967 tanggal 10 Mei 1967 KOLOGNAS diganti dengan Badan
Urusan Logistik (BULOG).194
Sebagai badan usaha yang berbentuk Perum, Perum BULOG mempunyai dua
tugas yaitu tugas publik dan tugas komersial. Sifat usaha perusahaan adalah
menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Maksud didirikannya perusahaan adalah
menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi
pemenuhan hajat hidup orang banyak.
Visi Perum BULOG adalah “menjadi lembaga pangan yang handal untuk
memantapkan ketahanan pangan”, yang mencerminkan Misi yang diembankan
194 Perum BULOG, BULOG for a Brighter Future, 2006, hal. 4
Universitas Sumatera Utara
pemerintah, khususnya berkaitan dengan ketahanan pangan nasional. Penjabaran dari
Visi tersebut sebagai berikut:195
1) Menjadi Perusahaan Umum di bidang pangan yang handal dalam
rangka memantapkan ketahanan nasional dari berbagai aspek.
2) Menjadi Perusahaan Umum di bidang pangan yang handal dalam
arti profesional dan kompetitif;
3) Menjadi Perusahaan Umum di bidang pangan yang handal dalam
arti senantiasa memiliki rasa dan nilai terhadap kepekaan atas
tanggung jawabnya serta taat dan menjunjung tinggi nilai-nilai
etika dalam melaksanakan bisnis.
Dalam upaya untuk dapat mewujudkan Visi tersebut, Perum BULOG telah
menetapkan Misi sebagai berikut:
1). Menyelenggarakan tugas pelayanan publik untuk menunjang
keberhasilan pelaksanaan kebijakan pangan nasional;
2). Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan dan usaha lain
secara berkelanjutan, yang memberikan manfaat kepada perekonomian
nasional;
195 Perum BULOG, Panduan Perilaku (Code of Conduct), Tahun 2006, hal. 7-35,
merumuskan Visi, Misi, Nilai-Nilai Dasar Perum BULOG; Elemen–elemen Panduan Perilaku, Serta Rincian Kewajiban Insan Perusahaan mencakup 1) Tanggung jawab Kepada Pemilik Modal, 2). Kepatuhan terhadap hukum dan Kebijakan Perum Bulog, 3) Hubungan dengan konsumen, 4) Hubungan dengan mitra kerja, 5) Hubungan dengan insan perusahaan, 6) Hubungan antar insan perusahaan, 7) Intergritas, keterbukaan dan akurasi akuntansi, 8) Kerahasiaan informasi, 9) Benturan kepentingan, 10) Suap, 11) Bantuan Donasi, Jamuan dan Hadiah, 12) Sumbangan kegiatan, 13) Tanggung jawab sosial
Universitas Sumatera Utara
3). Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan dan usaha
lain secara berkelanjutan dan bermanfaat bagi stakeholders;
4). Menjalankan usaha dalam bidang produksi, pemasaran dan jasa di
bidang komoditi pangan guna mendukung program pengembangan
hasil pertanian khususnya pangan dan bidang usaha lainnya
dengan upaya memaksimalkan produktivitas, efisien dan
kemampuan untuk menghasilkan laba.
Dalam melaksanakan tugas pokok yang diembannya, Perum BULOG selama
ini selalu berpedoman pada motto yang berbunyi: Hope for the best, prepare for the
worst Artinya, setiap Insan Perusahaan dalam mengemban tugas pokoknya selalu
berbuat dan berkarya yang terbaik, namun siap untuk menghadapi setiap
kemungkinan yang terjadi.
Perum BULOG memiliki Nilai-Nilai Dasar. Pentingnya Nilai-Nilai Dasar ini
karena Nilai-Nilai Dasar merupakan nilai-nilai luhur yang dianut dan menjadi dasar
pertimbangan yang berharga untuk menentukan sikap/perilaku dalam menghadapi
masalah/kejadian dalam bekerja berdasarkan nilai-nilai yang dianut, sehingga
menjadi motivator/inspirasi untuk senantiasa bekerja lebih baik. Dalam hubungan ini,
fungsi utama Nilai-nilai Dasar yaitu:
1). Memberikan tujuan, arti, kesenangan pada kehidupan untuk
melakukan sesuatu
2). Mempermudah dalam membuat keputusan;
Universitas Sumatera Utara
3). Menentukan bagaimana kita melihat dan memahami persoalan;
4). Memberikan pedoman berperilaku yang baik.
Nilai-Nilai Dasar Perum BULOG dapat disingkat menjadi satu kata ”TEGAR”
sehingga mudah diingat oleh seluruh insan perusahaan. Singkatan kata TEGAR
tersebut dapat dijabarkan menjadi:196
1). Taqwa dan Amanah.
Insan perusahaan di dalam menjalankan tugasnya senantiasa
dilandasi oleh sifat-sifat taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
antara lain jujur, rendah hati, bersahaja dan sifat-sifat amanah
antara lain disiplin, kerja keras dan terpercaya.
2). Efisiensi dan Profesional
Insan Perusahaan dalam melaksanakan tugas harus dilandasi oleh
sikap efisiensi dan profesional dengan mengoptimalkan seluruh
potensi sumber daya yang tersedia, serta berusaha menghindarkan
diri dari tindakan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan.
196 Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi
perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai perusahaan, perlu dirumuskan visi dan misi perusahaan. Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam merumuskan nya perlu disesuaikan dengan sektor usaha serta karakter dan letak geografis dari masing-masing perusahaan. Nilai-nilai perusahaan yang universal antara lain adalah terpercaya, adil dan jujur. Lihat KNKG, Pedoman Umum Good Governance, (Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006), hal.8.
Universitas Sumatera Utara
Senantiasa berpikir positif, memiliki wawasan dan kedalaman
penghayatan tata kehidupan sistem perusahaan untuk
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
3). Gotong Royong
Insan Perusahaan berperan aktif dalam mencapai sasaran sesuai
tujuan yang ditetapkan, dan berinisiatif saling membantu dalam
pelaksanaan tugas untuk masa depan yang lebih baik.
4). Adaptif
Insan Perusahaan cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan
dunia bisnis, sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi,
disesuaikan dengan paradigma baru yang harus mengubah dari
pola pikir birokrat ke wirausaha.
5). Responsif dan Kreatif
Insan Perusahaan harus selalu tanggap terhadap perubahan
lingkungan masyarakat khususnya yang menyangkut kebutuhan
pangan, jeli memanfaatkan peluang pasar. Selalu memperbaiki
pelayanan dan mencari temuan-temuan baru guna mempercepat
kemajuan perusahaan.
Perum Bulog memberi istilah “Panduan Perilaku” untuk Code of Conduct
seperti yang termuat dalam Keputusan Perusahaan Umum Bulog Nomor: KD-
101/DU101/04/2006, tanggal 28 April 2006, yang menegaskan bahwa panduan
Universitas Sumatera Utara
Perilaku (Code Of Conduct) adalah dokumen tertulis atas standar Perilaku Etis yang
diharapkan oleh Perusahaan dan Perilaku Bisnis Perusahaan (Dewan Pengawas,
Direksi, Manajer dan Karyawan) atau daftar peraturan yang menyangkut Perilaku
yang harus dan yang dilarang dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan Nilai Dasar
Perusahaan adalah nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang
dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi
sebagai perekat, dan dapat dijadikan acuan perilaku dalam organisasi untuk mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Setiap Insan Perusahaan bertanggung jawab untuk mewujudkan Elemen-
elemen Panduan Perilaku ke dalam setiap perilaku mereka. Tanggung jawab untuk
memonitor hubungan pribadi dan profesional terletak pada masing-masing Insan
Perusahaan, sehingga tidak merusak citra perusahaan karena tingkah laku kita
mencerminkan etika perusahaan. Penghormatan terhadap hak pribadi Insan
Perusahaan dijunjung tinggi sepanjang persinggungannya dengan pelaksanaan hak
pribadi Insan yang lain tidak kontra produktif terhadap lingkungan kerja perusahaan.
Sehubungan dengan itu, maka setiap Insan Perusahaan memiliki tanggung
jawab pribadi untuk:
1). Menghormati antara sesama warga negara yang berbeda suku,
agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan antar
golongan (SARA).
2). Mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku untuk Perum
BULOG.
Universitas Sumatera Utara
3). Melaksanakan kerja dengan integritas yang tinggi, jujur, tertib,
cermat, dan bersemangat dalam kebersamaan untuk kepentingan
perusahaan.
4). Menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan benturan
kepentingan atau kemungkinan munculnya benturan kepentingan.
5). Menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat menurunkan
kehormatan atau martabat.
6). Menjaga kerahasiaan informasi perusahaan dan menghindari
penyalahgunaan wewenang.
Rincian dari kewajiban Insan Perusahan dalam kerangka penyelenggaraan
Perum BULOG yang beretika dijelaskan di dalam Panduan Perilaku sebagai
berikut197:
1. Tanggung jawab Kepada Pemilik Modal
Melaksanakan secara profesional tugas pokoknya dalam
menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai
bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, turut berperan dalam tugas lain
yang dibebankan pemerintah untuk pengamanan harga pangan pokok,
197 Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, perusahaan Bulog adalah Badan Usaha Milik
Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok dan usaha-usaha lain. Perusahaan melakukan usaha-usaha berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku. Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Pendirian Perusahaan Umum (Perum) Bulog Pasal 3.
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada
golongan masyarakat tetentu.
Memberikan hal yang terbaik bagi pemilik modal yaitu pertumbuhan
yang konsisten dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya serta menjaga
investasi pemilik modal dan memberikan informasi secara jujur, akurat,
lengkap serta tepat waktu.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan kebijakan Perum BULOG
Kepatuhan terhadap hukum merupakan standar perilaku minimum
yang positif. Kepatuhan terhadap penegakan hukum dan semua produk
hukum/peraturan yang berlaku dalam kegiatan perusahaan adalah penting
dalam aktivitas operasional. Setiap Insan Perusahaan harus tunduk kepada
semua peraturan dan kebijakan perusahaan. Perusahaan mengharuskan Insan
Perusahaan untuk menjalankan standar tertinggi dalam semua kegiatan
usahanya.
Perusahaan berharap agar penegak hukum memiliki keyakinan dan
kepercayaan kepada perusahaan. Perusahaan harus terbuka dan bekerja sama
dengan tetap memberikan informasi menyangkut segala sesuatu yang
diharapkan dan layak diungkapkan kepada setiap upaya penegakan hukum.
Seluruh Insan Perusahaan berkewajiban memberikan informasi selengkap-
lengkapnya mengenai terjadinya suatu pelanggaran hukum yang telah
diketahuinya kepada penegak hukum.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan melarang seluruh Insan Perusahaan melakukan
pembayaran untuk tujuan-tujuan yang melanggar hukum serta terlibat dalam
kegiatan yang bertentangan dengan hukum.
3. Hubungan dengan konsumen
Kesuksesan perusahaan tergantung antara lain kepada terbentuknya
hubungan dengan konsumen berdasarkan integritas, perilaku etis, dan saling
percaya. Perusahaan menyadari bahwa setiap konsumen mempunyai
kebutuhan dan harapan dengan kesempatan yang berbeda-beda untuk
mencapai kesuksesan. Perusahaan mempunyai komitmen untuk secara terus
menerus mengembangkan budaya pelayanan profesional dengan selalu
mengutamakan kepuasan konsumen serta membangun hubungan jangka
panjang yang saling menguntungkan.198
Perusahaan berusaha memahami kebutuhan konsumen serta berupaya
untuk senantiasa:
a) Memberikan pelayanan prima yang tercermin dari ketepatan
jumlah dan kualitas bahan pangan pokok yang disalurkan secara
tepat waktu.
198 Kepentingan masyarakat konsumen berkesesuaian dengan prinsip responsibilitas, bahwa
perusahaan bertanggung jawab secara penuh terhadap segala produk yang mereka keluarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di suatu negara. Aturan-aturan penting yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam menjalankan prinsip responsibilitas adalah peraturan mengenai perlindungan konsumen dan lingkungan hidup. Lihat,Indra Surya dan Ivan Yustiavanda; Penerapan Good Corporate Governance, (Jakarta: Kencana 2008), hal 103
Universitas Sumatera Utara
b) Memberikan informasi yang relevan kepada konsumen secara adil
dan akurat mengenai segala syarat, kondisi, hak dan kewajibannya.
c) Memastikan seluruh Insan Perusahaan telah berperilaku
profesional, disiplin, dan jujur dalam memberikan pelayanan serta
dukungan tertib administrasi dan pertanggungjawabannya.
4. Hubungan dengan mitra kerja
Hubungan antara perusahaan dengan mitra kerja harus berlandaskan
pada sikap saling menghormati. Penetapan mitra kerja dilakukan secara jujur
dan transparan mengacu pada pedoman dan peraturan yang berlaku.
Perusahaan mempunyai tanggung jawab untuk:
a) Menjamin bahwa aktivitas usaha dilakukan bebas dari unsur
pemaksaan dan kolusi;
b) Jujur dan adil dalam berbisnis dengan mitra kerja;
c) Memelihara stabilitas hubungan jangka panjang dengan imbalan
berupa nilai yang menguntungkan perusahaan, kualitas yang sesuai
ketentuan, dan keterandalan pasokan;
d) Menjamin mitra kerja mendapatkan keuntungan yang wajar dalam
menjamin kerja sama dengan perusahaan;
e) Memilih mitra kerja secara obyektif dan adil dengan melihat
faktor-faktor seperti kualitas, harga, kehandalan dan integritas
mereka;
Universitas Sumatera Utara
f) Menjaga hubungan dengan pengaturan kontrak yang jelas
menepati perjanjian serta mekanisme dan ketetapan pembayaran.
g). Meminta mitra kerja untuk menerapkan standar etika yang setara
dalam berbisnis.
5. Hubungan dengan Insan Perusahaan
Perusahaan percaya bahwa sumber daya manusia adalah aset utama,
maka baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari perusahaan, semua
Insan Perusahaan berusaha menjembatani setiap hambatan yang mengganggu
pencapaian kebijakan ini. Sukses perusahaan adalah kerja keras para Insan
Perusahaan yang terlatih dan berprestasi.199
Kebijakan Perusahaan Terhadap Insan Perusahaan adalah:
a). Memperlakukan setiap Insan Perusahaan dengan hormat;
b). Menjaga privasi dan harga diri setiap Insan Perusahaan termasuk
yang berkaitan dengan masalah suku, agama, ras, dan antar
golongan (SARA);
c). Mendorong dan membantu Insan Perusahaan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keahlian yang relevan;
d). Sepakat memberikan kesempatan kerja dan pengembangan karir
yang adil kepada seluruh karyawan sesuai dengan prestasi yang 199 Pengusaha dalam merekrut, melatih dan menaikan pangkat karyawan, agar selalu mengaitkan dengan perilaku, tanggung jawab, etika, tidak diskriminatif, SARA. Lihat Buchari Alma ; Pengantar Bisnis (Bandung: Alfabeta 2008) hal 183
Universitas Sumatera Utara
ditunjukkan, kualifikasi serta standar yang telah ditetapkan.
Berupaya menghindari praktik diskriminasi dan menjamin
perlakuan yang adil;
e). Menghargai prestasi karyawan dengan memberikan penghargaan,
perhatian, bonus, beasiswa, promosi, dan lain-lain sesuai ketentuan
perusahaan. Sebaiknya, sanksi akan diberlakukan sesuai peraturan
perusahaan bagi Insan Perusahaan yang melakukan pelanggaran;
f). Mengumpulkan dan menyimpan informasi personal dari karyawan
yang dibutuhkan untuk efektivitas operasional perusahaan;
g). Menjaga dan mengelola database karyawan untuk kepentingan
pengembangan sumber daya manusia secara adil dan transparan;
h). Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari segala tindakan
yang dapat diinterpretasikan sebagai tindakan pelecehan,
diskriminasi, ataupun intimidasi;
i). Mendorong penciptaan hubungan kerja yang kondusif untuk
meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan inovasi;
j). Menyediakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan
kondusif.
Setiap Insan Perusahaan memiliki tanggung jawab pribadi kepada
insan lain. Perusahaan tidak menempatkan diri pada tindakan atau keadaan
yang dapat mengganggu lingkungan kerja tersebut. Perusahaan mengharapkan
agar setiap Insan Perusahaan membuat dan melaksanakan komitmen untuk
Universitas Sumatera Utara
terciptanya kesempatan kerja yang sama. Kebijakan perusahaan melarang
setiap bentuk diskriminasi, pelecehan atau intimidasi terhadap ras, warna
kulit, agama, jenis kelamin, umur, atau cacat tubuh. Tingkah laku ataupun
komentar tertentu yang tidak menyinggung seseorang tetapi menyinggung
orang lain merupakan hal yang tidak dapat diterima.
Insan Perusahaan didorong untuk mampu mengidentifikasi setiap
risiko yang terkait dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya serta
mengkomunikasikannya kepada atasan langsung. Setiap Insan Perusahaan
diharapkan dapat menjalankan pekerjaan dengan cara aman, bebas dari
pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang.
Kebijakan perusahaan mengenai pelecehan secara rinci diatur di dalam
sistem dan prosedur yang berlaku.
6. Hubungan antar Insan Perusahaan
Hubungan yang baik antar Insan Perusahaan akan menjadikan tim
kerja yang handal bagi perusahaan. Relasi kerja yang berhasil harus dibangun
berlandaskan kepercayaan. Setiap Insan Perusahaan wajib:
a). Menghargai pendapat dan privasi setiap Insan Perusahaan;
b). Melakukan kerjasama sebagai tim kerja yang handal, untuk
mencapai kemenangan bersama;
c). Membangun kompetisi yang sehat untuk memacu prestasi kerja;
Universitas Sumatera Utara
d). Membangun sikap toleransi dan solidaritas terhadap sesama Insan
Perusahaan;
e). Menghormati setiap Insan Perusahaan sebagaimana rasa hormat
kepada dirinya sendiri;
f). Menghargai hasil karya atau pekerjaan orang lain;
g). Menghindari kecenderungan pamer kekayaan pribadi.
Pimpinan menjadi panutan atas kepantasan, keadilan, dan integritas,
sehingga harus bersikap sebagai berikut:
a). Menjadi sikap teladan, jujur, disiplin, santun, dan profesional
dalam bekerja;
b). Menghargai pendapat setiap bawahan tanpa membeda-bedakan
suku, agama, ras, dan antar golongan;
c). Memberi kesempatan yang sama kepada bawahan untuk
mengembangkan karier;
d). Memberikan motivasi kepada setiap Insan Perusahaan dalam
bekerja;
e). Menghargai hasil kerja dan prestasi setiap Insan Perusahaan dan
mendorong bawahan untuk meningkatkan prestasi kerjanya;
f). Melaksanakan komunikasi secara terbuka;
g). Memberikan kebebasan kepada setiap Insan Perusahaan untuk
berkreasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara
bertanggung jawab;
Universitas Sumatera Utara
h). Menanggapi setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran
disiplin dan menindaklanjuti sesuai peraturan perusahaan;
i). Membuka diri terhadap kritik yang membangun dan berusaha
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan profesionalisme;
j). Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan,
dan kesatuan seluruh karyawan;
k). Menghindari terjadinya tekanan, penghinaan dan pelecehan
terhadap bawahan;
l). Menciptakan dan menjaga iklim kerja yang kondusif.
Hubungan karyawan dengan pimpinannya harus dilandasi
penghargaan dan kepercayaan. Sebagai bawahan, Insan Perusahaan memiliki
tanggung jawab untuk:
a). Bersikap dan bertingkah laku santun terhadap atasan dan sesama
karyawan;
b). Bekerja secara jujur dan profesional dalam menjalankan tugas
dengan penuh tanggung jawab;
c). Berkomunikasi secara terbuka;
d). Berani mengambil inisiatif dan inovasi dalam pemecahan masalah
sepanjang dalam batas kewenangannya;
e). Bekerja sama dan berkreativitas dalam penyelesaian tugas dan
tanggung jawabnya;
f). Berdisiplin dalam bekerja sesuai peraturan perusahaan;
Universitas Sumatera Utara
g). Berani menginformasikan kepada pimpinan bila terdapat indikasi
penyimpangan;
7. Integritas, keterbukaan dan akurasi akuntansi
Pencatatan dan pelaporan transaksi dilaksanakan secara konsisten,
sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Kegiatan akuntansi
harus menghasilkan laporan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada manajemen, pemilik modal, pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak
terkait lainnya. Semua catatan resmi mengenai kegiatan operasional
perusahaan harus akurat, jujur, lengkap, dan tepat waktu tanpa pembatasan
dalam bentuk apapun, dan menghindari terjadinya akuntansi ganda.
Insan Perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan pencatatan
secara jujur, obyektif, dan akurat serta menghindari:
a). Ketidakcermatan yang menghasilkan kesalahan pembukuan;
b). Menyembunyikan ketidakbenaran catatan atau transaksi yang
melanggar hukum;
c). Menyembunyikan data dan dokumen perusahaan selama menjabat
dan/atau setelah yang bersangkutan menyelesaikan masa tugas dan
jabatannya;
d). Memberikan dokumen ke pihak-pihak yang tidak berhak.
Universitas Sumatera Utara
e). Tidak ada toleransi (kelonggaran) terhadap setiap kesalahan yang
disengaja ataupun kegiatan yang menyesatkan dalam melakukan
akuntansi perusahaan.
8. Kerahasiaan Informasi
Insan Perusahaan wajib menjaga informasi perusahaan yang bersifat
rahasia. Direksi akan mengatur lebih lanjut kebijakan mengenai pengelolaan
informasi termasuk klasifikasi kerahasiaan informasi.
Insan Perusahaan tidak diperkenankan memanfaatkan dan/atau
menggunakan informasi rahasia perusahaan untuk kepentingan pribadi,
keluarga, kerabat, teman, dan/atau pihak lain manapun serta tidak
diperkenankan memberikan dokumen ke pihak-pihak yang tidak berhak. Hal-
hal tersebut diatas berlaku baik selama yang bersangkutan menjadi Insan
Perusahaan maupun setelah tidak menjadi Insan Perusahaan.
9. Benturan kepentingan
Benturan kepentingan didefinisikan sebagai seseorang atau sebuah
entitas yang mempunyai dua atau lebih kepentingan yang saling bertentangan
yaitu antara kepentingan perusahaan dan kepentingan pribadi. Ini dapat terjadi
pada sebuah hubungan, peristiwa atau pertimbangan material tertentu dimana
objektivitas atau pertimbangan profesional telah dikesampingkan.
Universitas Sumatera Utara
Insan Perusahaan tidak diperkanankan menempatkan diri pada posisi
atau situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan antara dirinya
dengan perusahaan atau dengan pihak terkait dengan perusahaan. Kebijakan
perusahaan dalam hal benturan kepentingan didasarkan pada prinsip bahwa
setiap keputusan yang dihasilkan Insan Perusahaan harus diambil semata-mata
bagi kepentingan terbaik perusahaan dan pihak yang dilayani.
Dalam melakukan transaksi, terkadang timbul suatu situasi yang dapat
menciptakan benturan kepentingan dan berpotensi menghilangkan independensi
dan objektivitas Insan Perusahaan. Dalam membuat keputusan Insan Perusahaan
tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan pribadi ataupun keluarga yang secara
sadar atau tidak sadar dapat mempengaruhi pertimbangan terbaiknya bagi
kepentingan perusahaan dan pihak yang dilayani.
Keadaan, posisi, atau situasi yang berpotensi menimbulkan benturan
kepentingan harus dihindari. Ketika benturan terjadi, Insan Perusahaan wajib
memastikan adanya perlakuan adil kepada stakeholders. Insan Perusahaan
tidak diperkenankan menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan
stakeholders secara tidak wajar.
Suatu keadaan sulit akan timbul jika seorang Insan Perusahaan atau
anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki
kepentingan bisnis yang menimbulkan benturan dengan kepentingan
perusahaan. Untuk memastikan semua keputusan perusahaan objektif, maka
Universitas Sumatera Utara
semua Insan Perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan kepentingan yang
berpotensi menimbulkan benturan kepada Sekretaris Perusahaan.
Benturan kepentingan dalam rangka pengelolaan perusahaan yang
baik harus dihindari dengan cara:
a). Mengklarifikasi kapan seseorang berbicara sebagai pribadi atau
Insan Perusahaan;
b). Tidak memanfaatkan atau menggunakan informasi penting dan
rahasia bagi keuntungan pribadi;
c). Menghindari kepentingan keuangan dalam organisasi mitra
ataupun rekanan;
d). Menghindari situasi yang dapat menyebabkan spekulasi
kecurigaan akan adanya benturan kepentingan;
e). Mengungkapkan setiap kemungkinan benturan kepentingan
sebelum kontrak/kesepakatan disetujui;
f). Tidak melakukan mark-up pembelian dan mark-down penjualan
demi imbalan yang akan diterima.
g). Penilaian atas timbulnya benturan kepentingan dilakukan dengan
pertimbangan yang wajar dan bijaksana.
10. Praktik Suap
Universitas Sumatera Utara
Suap adalah suatu perbuatan memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada seseorang atau pejabat dengan maksud agar ia berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya.
Suap dapat berupa korupsi, nepotisme dan kolusi. Korupsi
didefinisikan sebagai tindakan yang melawan hukum untuk memperkaya
seseorang atau orang lain (di dalam perusahaan yang sama) sehingga
menyebabkan kerugian bagi perusahaan atau ekonomi negara. Korupsi juga
berarti setiap orang yang memiliki tujuan memperkayakan seseorang atau
orang lain (atau perusahaan), penyalahgunaan wewenang, kesempatan atau
posisi atau fasilitas yang diperoleh yang akan menyebabkan kerugiaan bagi
keuangan perusahaan atau ekonomi negara.
Nepotisme didefinisikan sebagai tindakan melawan hukum yang
menguntungkan keluarga dan/atau kroni di atas keuntungan publik dan
negara.
Kolusi didefinisikan sebagai perjanjian atau kerjasama melawan
hukum.
Menawarkan, menerima, atau mengarahkan orang lain untuk
melakukan penyuapan merupakan hal yang tidak dapat diterima. Penyuapan
untuk tujuan komersial merupakan hal yang melawan hukum dan dapat
dikenakan tuduhan kriminal. Setiap Insan Perusahaan dilarang menerima suap
atau menerima pemberiaan dari pihak ketiga. Suap dari atau kepada siapapun
merupakan perbuatan yang dilarang.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen Perum BULOG mendukung pelaksanaan Good Corporate
Governance dan pelaksaanaan hukum yang adil. Oleh karena itu Perum
BULOG melarang segala bentuk pemberian yang material baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada semua pihak eksternal dengan tujuan
mempengaruhi mereka untuk kepentingan perusahaan.
11. Bantuan, Donasi, Jamuan dan Hadiah
Bantuan, donasi, jamuan, dan hadiah yang diberikan kepada pihak ke
tiga merupakan praktek bisnis yang wajar sejauh dilakukan untuk kepentingan
perusahaan. Direksi menetapkan kebijakan dan prosedur baku menyangkut
pemberian kepada pihak ketiga. Kebutuhan dana yang wajar untuk kegiatan
tersebut harus dianggarkan dalam RKAP yang disetujui Pemilik Modal.
Pemberian bantuan, donasi, jamuan, dan hadiah hanya dapat dilakukan setelah
melalui persetujuan pejabat berwenang, serta menjadi bagian penilaian kinerja
divisi/direktorat terkait.
Dalam batas kepatutan, bantuan dan donasi untuk tujuan sosial dapat
dibenarkan selama masih tersedia anggarannya dan besarnya ditetapkan
berdasar keputusan Direksi. Sedangkan donasi untuk tujuan lain, hanya boleh
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemberian donasi tidak dapat dibenarkan apabila terdapat motif terselubung
yang bermaksud (secara negatif) mempengaruhi pihak lain dan/atau dapat
menimbulkan benturan kepentingan.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan Perum BULOG mengenai jamuan maupun hadiah
diarahkan untuk menjaga reputasi perusahaan agar bertindak dengan integritas
dan mendasarkan setiap keputusannya kepada pertimbangan profesional yang
taat hukum.
Demi kepentingan dan kelancaran usaha Perum BULOG, jamuan yang
diberikan kepada relasi bisnis harus telah dianggarkan dalam biaya
operasional sesuai karakteristik kegiatan masing-masing divisi/direktorat.
Jamuan bisnis dibatasi hanya dapat dilakukan di tempat-tempat terhormat
serta meningkatkan citra positif dan tidak menimbulkan interpretasi negatif
bagi Perusahaan.
Insan Perusahaan maupun anggota keluarga yang langsung maupun
tidak langsung dilarang menerima uang, hadiah atau pemberian dengan
bentuk tertentu, dimana diketahui atau patut diduga pemberian tersebut
diberikan dalam kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan Insan Perusahaan
yang bersangkutan. Larangan menerima uang atau yang disetarakan
dikecualikan apabila diberikan dalam batas kewajaran/kepatutan dalam
rangka:
a). Perkawinan karyawan atau anak karyawan;
b). Khitanan anak karyawan;
c). Sumbangan pada saat karyawan atau keluarga dekatnya mendapat
musibah;
d). Perayaan/acara tertentu menurut adat istiadat daerah setempat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hubungan ini, yang dimaksud dengan “hadiah atau pemberian
dengan bentuk dan nilai tertentu” meliputi:
a). Bingkisan dalam rangka memperingati hari raya keagamaan;
b). Benda-benda promosi;
c). Jasa pengaturan perjalanan dan akomodasi;
d). Fasilitas hiburan dan olahraga;
e). Cindera mata atau makanan yang dibawa sebagai buah tangan dari
daerah tertentu atau sebagai peristiwa khusus lainnya.
Insan Perusahaan harus mampu menilai sendiri kelayakan dari hadiah
atau kemudahan lain dalam setiap keadaan. Hadiah atau kemudahan lain yang
patut diduga sebagai diluar kewajaran harus diberitahukan kepada atasan
langsungnya sebelum keputusan diambil.
Dalam kaitannya dengan kemudahan yang lain, Insan Perusahaan
harus memastikan bahwa setiap jamuan yang mereka terima adalah wajar
sehingga tidak menimbulkan kewajiban yang bertentangan dengan ketentuan
yang berlaku.
Tidak terdapat batasan atas hadiah yang menggunakan logo Perum
BULOG, sepanjang hadiah tersebut diberikan dalam bisnis yang wajar dengan
si penerima. Setiap hadiah yang lain, sponsor, jamuan, jasa ataupun
pemberian yang lain harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi. Prinsip utamanya adalah tidak ada kompromi dalam mempertahankan
objektivitas maupun profesionalisme.
Universitas Sumatera Utara
12. Sumbangan Kegiatan
Kebijakan Perum BULOG tidak memperkenankan dana, fasilitas, dan
sumber daya perusahaan disumbangkan kepada kandidat partai dan non partai
politik di manapun di seluruh dunia, termasuk kampanye politik,
penggalangan dana politik atau tujuan partisipasi politik.
Keputusan yang diambil oleh seorang Insan Perusahaan untuk
menyumbangkan waktu, uang, atau sumber daya personalnya bagi kampanye
atau aktivitas politik harus benar-benar merupakan pilihan dan risiko sendiri.
Tidak dibolehkan menggunakan aset/fasilitas perusahaan dan wewenangnya
untuk mendukung aspirasi politiknya.200
13. Tanggung jawab sosial
Sebagai sebuah perusahaan yang beroperasi di seluruh Indonesia,
setiap Insan Perusahaan menjunjung tinggi nilai masyarakat setempat. Setiap
Insan Perusahaan bertanggung jawab mendorong terciptanya perdamaian,
keamanan dan integrasi sosial pada masyarakat yang majemuk.
200 United Nations Convention Against Corruption 2003, Article 8, Codes of Conduct for
Public Officials “ In order to fight corruption, each State Party shall promote, inter alia, integrity, honesty and responsibility among its public officials, in accordance with the fundamental principles of its legal system”, (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Korupsi 2003, Pasal 8, Kode Perilaku bagi Pejabat-pejabat Publik,”untuk memerangi korupsi setiap negara Peserta wajib meningkatkan antara lain, integritas, kejujuran, dan tanggung jawab pejabat publik, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya”). Bulog telah mengakomodirnya sebagai Integritas, keterbukaan, akurasi akuntansi; Benturan Kepentingan; Praktik Suap; Bantuan, donasi, jamuan, hadiah; Sumbangan kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan berikut semua insannya memiliki komitmen menjadi
warga yang peduli lingkungan dimana perusahaan beroperasi. Perusahaan
bertanggung jawab kepada masyarakat setempat untuk menggunakan sumber
daya yang ada berupa; bahan pangan pokok, sumber daya manusia dan energi,
dengan bijaksana. Perusahaan memiliki komitmen melalui dukungan
operasional terhadap aktivitas sosial yang juga bermanfaat bagi pemenuhan
kewajiban pelayanan masyarakat.
Perusahaan menyadari pentingnya peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat sekitar, dan mendukung langkah-langkah yang diambil
masyarakat setempat serta mendorong keterlibatan Insan Perusahaan di
dalamnya, dengan prioritas di bidang kesejahteraan, peningkatan kualitas
hidup, serta kelestarian lingkungan.201
Tabel 2
Penerapan GCG pada Perum BULOG
Jawaban Keterangan No. Pernyataan
Ya Tidak
1 Komitmen dalam Penerapan GCG
a Apakah telah disusun pedoman atau manual GCG Ya
b Apakah ada fungsi khusus yang mengurusi GCG Ya
201 Yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial di sini, merupakan tanggung jawab moral
perusahaan baik terhadap karyawan (internal), maupun masyarakat di sekitar perusahaan (eksternal). Lihat, I. Nyoman Tjager et.al ; Corporate Governance (Jakarta: PT.Prenhallindo 2003), hal. 144
Universitas Sumatera Utara
c Apakah dialokasikan anggaran untuk pelaksanaan program GCG
Ya
d
Apakah prinsip-prinsip GCG sudah dimasukkan dalam indikator keberhasilan manajemen yang tercermin dalam operasional bisnis
Ya Sudah dilaksanakan
2
Proses pengisian pengurus perusahaan berdasarkan pertimbangan kompetensi dan kredibilitas
a
Apakah pemilihan anggota Dewan Pengawass dan Direksi melalui proses kemampuan dan kelayakan (Fit and Proper Test)
Ya Sudah dilaksanakan
b
Untuk Dewan Pengawas, apakah telah dibentuk Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi
Ya Sudah dilaksanakan
c
Siapa yang memimpin Komite-komite tersebut; bagaimana mekanisme pemilihan Ketua Komite dimaksud
Masing-masing dipimpin anggota Dewan Pengawas, dipilih dalam rapat Dewan Pengawas
3 Hubungan kerja Dewan Pengawas dan Direksi dilandasi checks and balances
a
Apa tugas pokok Dewan Pengawas, dan berapa anggotanya dan berapa % dari luar
Mengawasi dan memberi nasihat Direksi, jumlah 5,dan 100 % dari luar
b Apakah anggota Dewan Pengawas ada yang merangkap jabatan Direksi pada BUMN lain
Tidak ada
Universitas Sumatera Utara
c Rapat Dewan Pengawas bagaimana pengaturan dan jadwalnya
Diadakan secara berkala sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 bulan
d
Apakah Dewan Pengawas Independen dan berperan sebagai supervisor dari pada eksekutif
Ya
e Apakah Dewan Pengawas dan Komite-komite sudah mampu bekerja secara efektif
Ya
4 Direksi
a
Apakah Direksi sudah menjalankan tugasnya secara profesional berdasarkan kompetensi, pemenuhan fungsi dan tugasnya serta evaluasi kinerja
Ya
b Berapa anggota Direksi dan berapa % dari luar
Direksi 5 orang Direktur 40% dari luar
c
Rapat Direksi mengambil keputusan sesuai pedoman tata tertib kerja, jika terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinion), wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat lengkap dengan alasannya
Sampai sekarang keputusan Direksi selalu berdasarkan mufakat, sehingga belum pernah tercatat dissenting opinion
d Apakah Direski sudah menyiapkan rencana jangka panjang/strategis 5 tahun
Ya Yang terbaru sedang dalam proses
e
Apakah Direksi sudah membuat rencana kerja dan anggaran tahunan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka panjang
Ya Sudah dibuat
f Apakah Rencana jangka panjang yang telah ditandatangani
Belum Saat ini belum
Universitas Sumatera Utara
bersama dengan Dewan Pengawas telah disahkan kepada Menteri BUMN
g
Dalam waktu 5 bulan setelah tahun buku ditutup, Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan yang sudah ditandatangani semua Direksi dan Dewan Pengawas kepada Menteri
Ya Sudah dilaksanakan
h
Dalam hal ada anggota Direksi atau Dewan Pengawas tidak menandatangani laporan tahunan harus disebutkan alasannya secara tertulis
Ya Belum pernah terjadi
i
Apakah Direksi memangku jabatan rangkap sebagai pengurus pada BUMN/BUMD/Jabatan struktural pada pemerintah
Tidak Tidak ada
5 Implementasi/Penerapan Prinsip-prinsip GCG
a Transparansi
(1) Penerbitan laporan keuangan setengah tahunan/perkwartal tepat waktu
Tidak Belum tepat waktu
(2) Penempatan informasi khusus GCG dalam laporan tahunan Ya
(3)
Keterbukaan yang segera atas Out put dari perusahaan tanpa kebocoran yang mendahului pengumuman
Ya
(4)
Kebijaksanaan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada stakeholders
Ya Ya; sebagian
(5) Keterbukaan informasi meliputi visi, misi, sasaran usaha dan
Ya Kecuali tentang keuangan
Universitas Sumatera Utara
strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan pengurus perusahaan, pengelolaan risiko, pengawasan kepatuhan
b Akuntabilitas
(1)
Perusahaan harus menetapkan secara rinci tugas dan tanggung jawab masing-masing organ pengurus Dewan Pengawas, Direksi dan Pejabat structural
Ya Sudah dilaksanakan
(2)
Perusahaan harus meyakinkan bahwa semua organ organisasi perusahaan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
Ya Sudah dilaksanakan
(3)
Perusahaan harus memastikan terdapatnya checks and balances system dalam pengelolaan perusahaan
Ya Sudah dilaksanakan
(4)
Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran perusahaan berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system)
Ya
KPI sedang dalam proses finalisasi
(5)
Dalam melaksanakan tugasnya semua organ dan karyawan harus berpegang pada code of conduct yang telah disepakati
Ya Ya sesuai dengan Panduan- Perilaku
c Responsibilitas
(1)
Perusahaan harus mematuhi Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Perusahaan, Anggaran Dasar Perusahaan
Ya Kecuali mantan Dirut yang telah dihukum
Universitas Sumatera Utara
(2)
Perusahaan harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial
Ya Sudah dilaksanakan
(3) Bertindak secara efektif terhadap individu yang melanggar Tidak/be
lum Belum sepenuhnya
(4) Adanya pencatatan atas kasus-kasus kesalahan manajemen Ya Sudah ada
d Kemandirian
(1)
Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
Ya
(2) Dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala tekanan dari manapun
Ya
(3) Dewan Pengawas independen dari manajemen Ya
(4) Komite-komite dipimpin oleh Pengawas independen Ya
e Kewajaran
(1)
Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment)
Ya
(2)
Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada stakeholders memberikan masukan kepada perusahaan
Ya
Universitas Sumatera Utara
(3)
Peningkatan jumlah remunerasi total tidak boleh melebihi dari keuntungan perusahaan
Ya
G. Analisis
Hasil penelitian pada PT. Antam Tbk dan Perum Bulog
Dari penelitian yang dilakukan mengenai implementasi prinsip-prinsip
Good Corporate Governance menyangkut beberapa indikator antara lain:
a). Komitmen dalam penerapan Good Corporate Governance;
b). Proses pengisian pengurus perusahaan berdasarkan pertimbangan
kompetensi dan kredibilitas;
c). Hubungan kerja Dewan Komisaris/Pengawas dan Direksi;
d). Direksi menjalankan tugasnya secara profesional berdasarkan
kompetensi;
e). Implementasi/Penerapan Prinsip-prinsip Good corporate
Governance: Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas,
Kemandirian, dan Kewajaran.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT ANTAM Tbk dan
Perum BULOG kedua BUMN tersebut telah melaksanakan semua indikator
tersebut di atas, kecuali pada indikator Responsibilitas yaitu mematuhi
Peraturan Perundang-undangan yang ternyata unsur pimpinan Perum
BULOG khususnya mantan Direktur Utama Wijanarko Puspoyo di vonis
Universitas Sumatera Utara
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Mahkamah Agung. Sehingga
ketidakpatuhan dan tidak konsistensinya penerapan prinsip-prinsip yang
terdapat dalam Good Corporate Governance justru berada pada unsur
pimpinan yang seyogiyanya diharapkan menjadi panutan bagi karyawan
yang berada pada lapisan yang lebih rendah.
Apabila semua karyawan selaku insan perusahaan telah memahami,
mempedomani dan menerapkan Code of Conduct yang telah ditetapkan
sebagai pegangan oleh perusahaan maka tentu saja Good Corporate
Culture yang merupakan sisi dalam atau hulu dari Good Corporate
Governance akan jelas terlihat mewarnai suasana bekerja di perusahaan
termasuk BUMN yang pada akhirnya kinerja perusahaan akan meningkat.
Peranan Pimpinan BUMN sebagai role model (panutan) sangat
menentukan komitmen penerapan Good Corporate Governance, sebab
bagi suatu perusahaan yang pimpinannya secara nyata terlibat dalam
perbuatan yang berindikasi pidana, maka akibatnya bukan hanya sekedar
merusak reputasi perusahaan, tetapi lebih jauh menimbulkan kesan bahwa
Good Corporate Governance diterapkan secara ketat hanya terhadap
eselon bawahan sedangkan pada eselon atas sebagai pengambil keputusan
tidak konsisten dalam menerapkannya.
Menyimak dari hasil penelitian tentang organ perusahaan dikemukakan
antara lain sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Direksi
Pengisian Direksi baik pada PT. Antam Tbk maupun pada Perum Bulog
berdasarkan pertimbangan kompetensi dan kredibilitas, melalui proses
kemampuan dan kelayakan (Fit and Proper Test). Pengangkatan dan
Pemberhentian Direksi pada PT. Antam Tbk dilakukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), sedangkan pada Perum Bulog dilakukan oleh Rapat
Pembahasan Bersama (RPB).
Dalam kegiatannya Direksi yang merupakan organ perusahaan
bertanggung jawab atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan
perusahaan serta menjalankan tugasnya secara professional berdasarkan
kompetensi, pemenuhan fungsi dan tugasnya serta evaluasi kinerja. Pada
implementasi asas GCG yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas,
responsibulitas, kemandirian dan kewajaran Direksi pada kedua perusahaan itu
telah melaksanakannya kecuali pada asas responsibilitas ternyata Direksi Perum
Bulog khususnya mantan Direktur Utama Rahadi Ramelan dan Wijanarko
Puspoyo telah dipidana kasus korupsi. Secara jelas terlihat bahwa ketidakpatuhan
dan tidak konsistensi menerapkan asas GCG justru berada pada unsur pimpinan.
Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
Sebagaimana pada Direksi maka Komisaris PT Antam Tbk dan
Pengawas pada Perum Bulog pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk jabatan Komisaris pada
Universitas Sumatera Utara
PT Antam Tbk, sedangkan Pengawas pada Perum Bulog oleh Rapat
Pembahasan Bersama (RPB) melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatuhan
(fit and proper test), dilakukan secara transparan, professional, mandiri, dan
dapat dipertanggungjawabkan. Komisaris/ Pengawas bertanggung jawab
untuk mengawasi dan memberi nasihat Direksi serta mengesahkan rencana
strategis dan tahunan perusahaan. Disamping itu Komisaris/Pengawas juga
bertanggung jawab untuk memantau penerapan praktek GCG yang dilakukan
Direksi. Untuk kelancaran tugasnya Komisaris/Pengawas dibantu oleh Komite
yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi perusahaan.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)/Rapat Pembahasan Bersama
(RPB)
RUPS/RPB merupakan suatu sarana dan mekanisme dimana para
pemegang saham dapat berpartisipasi secara aktif menjalankan kekuasaannya,
kewenangannya yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas.
Secara khusus bagi Perum Bulog, pemilik modalnya adalah Negara
Republik Indonesia c.q Menteri BUMN.
Pengangkatan Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas oleh
RUPS/RPB melalui mekanisme fit and proper test berdasarkan pertimbangan
keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan kelakuan baik serta
memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemajuan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara