Post on 05-Mar-2016
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 1/63
PT PLN (Persero)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan banyak
diharapkan dapat menunjang pengetahuan secara teoritis yang di dapm
dari materi perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu
sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan era globalisasi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ml
semakin menuntut lembaga perguruan tinggiuntuk meningkatkan
metode pengajaran dan pendidikannya. Untuk itu, jurusan SI TeknikElektro - ITS, sebagai salah satu lembaga akademls yang berorientasi
pada ilmu pengetahuan dan teknologi . membenkan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengembangkan SDM agar mampu mengakomodasi
perkembangan yang ada. Salan satunya adalah dengan memasukkan
program kerja praktek dalam kunkulum sebagai kegiatan yang wajib
diikuti oleh mahasiswa.
Dengan program kerja praktek ini, nlahasiswa dltuntut untuk
belajar dengan melihat secara langsung pekerjaan yang ada dilapangan
untuk memperluas wawasan dan cara berpikirnya. Para mahasiswa tidak
hanya dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas namun juga
harus memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menerapkan ilmu
yang dimilikinya tersebut.
Wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang berkaitan dengan
industrialisasi sangat diperlukan, sehubungan dengan objektif Indonesia
yang rnerupakan negara berkembang dimana teknologi masuk dan
diaplikasikan terlebih dahulu. Sehingga dapat diharapkan bahwa
nantinya mahasiswa sebagai calon lulusan dari perguruan tinggi akanlebih mengenal perkembangan industri.
Kebijaksanaan link and match yang telah ditetapkan oleh
departemen pendidikan nasional merupakan upaya dari pihak
pemerintah untuk menjembatani kesenjangan antara perguruan tinggi
dengan dunia kerja industri dalam rangka memberikan sumbangan yang
lebih dan sesuai bagi pembangunan bangsa dan negara.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 2/63
PT PLN (Persero)
2
Atas dasar pemikiran tersebut, kerja praktek menjadi salah satu
kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa jenjang S1Jurusan Teknik Elektro – ITS.
Dengan syarat kelulusan yang ditetapkan, mata kuliah kerja praktek
telah menjadi salah satu pendorong utama bagi tiap- tiap mahasiswa
untuk mengenal kondisi di lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan
antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah dengan
aplikasi praktis di dunia kerja.
Dengan diselenggarakannya kegiatan kerja praktek ini, kami ingin
memperlajari tentang segala hal yang menyangkut penyaluran beban
yang ada pada wilayah operasi APB Jawa Timur PT. PLN Persero
1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 01 Nopember 2015
sampai dengan 30 Nopember 2015 di PT. PLN (Persero) P3B APB
JATIM.
1.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup penyusunan laporan kerja praktek ini membahastentang sistem pengaturan beban di PT.PLN (Persero) P3B JB APB
Jawa Timur secara umum, dimana terdiri dari 3 penyusun utama yaitu
pengendalian operasi, perencanaan dan strategi operasi, serta fasilitas
operasi. Dan tidak secara khusus membahas tentang hardware serta
analisa-analisa perencanaan dan gangguan yang terdapat pada sistem
perusahaan tersebut.
1.4 Rumusan MasalahDengan pelaksanaan kerja praktek ini, beberapa permasalahan yang
akan diangkat sebagai topik bahasan adalah:
1. Mempelajari sistem pengendali pengaturan beban yang ada
pada wilayah operasi APB Jawa Timur
2.
Mempelajari perencanaan dan strategi operasi dalam
pengendalian beban Jawa Timur.
3. Mempelajari fasilitas operasi sebagai pendukung sistem
pengaturan beban Jawa Timur.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 3/63
PT PLN (Persero)
3
1.5 Metodologi Penulisan
Metode pengumpulan data yang digunakan selama kerja praktekadalah observasi yaitu melakukan pengamatan langsung pada sistem
pengaturan beban yang terdapat di PT. PLN (Persero) P3B APB JATIM.
Untuk melengkapi data observasi, tanya jawab dengan pembimbing
lapangan dan studi literatur juga dilakukan untuk menambah
pemahaman tentang Sistem Pengaturan Beban.
1.6 Sistematika Laporan
Buku laporan ini disusun secara sistematis dalam beberapa bab
untuk mempermudah memahami isi dari buku. Pada Bab 1 dibahas
mengenai latar belakang dan tujuan dari pelaksanaan kerja praktek di
PT. PLN (Persero) P3B APB JATIM. Pada Bab 2 akan dibahas sejarah
dan profil perusahaan. Pada Bab 3 dibahas mengenai dasar sistem
pengaturan beban. Pada Bab 4 dibahas mengenai Pengaturan Beban di
PT. PLN (Persero) P3B APB JATIM. Pada Bab 5 akan dibahas
mengenai kritik dan saran.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 4/63
PT PLN (Persero)
4
Halaman ini sengaja dikosongkan
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 5/63
PT PLN (Persero)
5
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah PT. PLN (Persero)
Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19,
ketika Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk memenuhi
kebutuhan listrik perusahaan Belanda seperti pabrik gula dan pabrik teh.
Ketenagalistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat
perusahaan swasta Belanda yaitu NV Nign, yang semula bergerak di
bidang gas, memperluaskan usahanya di bidang penyediaan listrik untuk
kemanfaatan umum. Tahun 1927, pemerintah Belanda membentuk s’Lands Waterkracht Bedriven (LWB). LWB merupakan perusahaan
listrik negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan, PLTA
Bengkok Dago, PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan
di Madiun, dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja
dibentuk perusahaan-perusahaan listrik di Kotapraja.
Dengan menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam
perang dunia II, maka Indonesia dikuasai Jepang. Oleh karena itu,
perusahaan listrik dan gas yang ada diambil alih oleh jepang. Dengan
jatuhnya Jepang ke tangan sekutu, dan diproklamirkannya kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan yang baik
ini dimanfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas yang dikuasai
Jepang.
Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan
kekuasaan Jepang, pada bulan september 1945 delegasi dari buruh/
pegawai listrik dan gas menghadap pimpinan Komite Nasional
Indonesia (KNI) Pusat untuk melaporkan hasil perjuangan mereka.
Selanjutnya, delegasi bersama-sama dengan pimpinan KNI Pusat
menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-
perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik Indonesia.
Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno. Dengan
Penetapan Pemerintah No. 1 tahun 1945 tanggal 27 Oktober 1945
dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 6/63
PT PLN (Persero)
6
Dengan adanya Agresi Belanda I dan II, sebagian besar
perusahaan-perusahaan listrik dikuasai kembali oleh pemerintahBelanda atau pemiliknya semula. Pegawai-pegawai yang tidak mau
bekerja sama kemudian mengungsi dan menggabungkan diri pada
kantor-kantor jawatan listrik dan gas di daerah-daerah Republik
Indonesia yang bukan daerah pendudukan Belanda untuk meneruskan
perjuangan.
Selanjutnya, dikeluarkan keputusan Presiden RI Nomor 163,
tanggal 3 Oktober 1953 tentang nasionalisasi perusahaan listrik milik
bangsa asing di Indonesia jika waktu konsesinya habis. Sejalan dengan
meningkatnya perjuangan Bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian
Jaya dari cengkraman penjajahan Belanda, maka dikeluarkan Undang-
Undang Nomor 86 ahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958 tentang
nasionalisasi semua perusahaan Belanda dan peraturan pemerintah
Nomor 18 tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan listrik dan gas
milik Belanda. Dengan Undang-Undang tersebut, maka seluruh
perusahaan listrik Belanda berada di tangan bangsa Indonesia.
2.2 Makna Logo PT. PLN (Persero)
2.2.1 Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang
digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No.:
031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan
Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.
Gambar 2.1 Logo PT. PLN (Persero)
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 7/63
PT PLN (Persero)
7
2.2.2 Elemen-elemen Dasar Lambang
Berikut dijelaskan mengenai elemen-elemen dasar lambang,yaitu sebagai berikut :
1.
Bidang Persegi Panjang Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang
lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero)
merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir
dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan
PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi
kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan
semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan
yang berkarya di perusahaan ini.
2.
Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di
dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh
perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat
dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan
solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang
merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai
perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan
gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta
keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan
jaman.
3. Tiga gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan
oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan
yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang
seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN
(Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi
pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan
kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik
yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di
samping itu biru juga melambangkan keandalan yang
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 8/63
PT PLN (Persero)
8
dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan
layanan terbaik bagi para pelanggannya.
2.3 Motto Perusahaan
PT. PLN (Persero) memiliki motto “ Electricity for a Better Life”
yang memiliki arti listrik untuk kehidupan yang lebih baik.
2.4 Prinsip Etika Kerja
Sebagai perusahaan listrik yang terkemuka, PT. PLN (Persero)
memegang teguh etika kerja yang dituangkan dalam 6 prinsip sebagai
berikut:
1.
Peka tanggap terhadap kebutuhan pelanggan;
2. Penghargaan pada martabat manusia;
3.
Menjaga citra perusahaan;
4. Benturan kepentingan;
5.
Persaingan yang sehat dan transparan;
6.
Menekankan prinsip profesionalisme.
2.5 Tata Nilai Perusahaan
Tata nilai organisasi yang dianut oleh PT. PLN (Persero) adalah
sebagai berikut:
1. Integritas
Integritas merupakan wujud darii sikap anggota
perusahaan yang secara konsisten menunjukkan
kejujuran, keselarasan antara perkataan dengan
perbuatan, dan rasa tanggung jawab terhadap semua pihak
yang berkepentingan.
2. Peduli
Peduli merupakan cerminan dari suatu niat untuk menjaga
dan memelihara kualitas kehidupan kerja yang dirasakan
anggota perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan
dalam rangka tumbuh kembang bersama, dengan dijiwai
kepekaan terhadap setiap permasalahan yang dihadapi
perusahaan serta mencari solusi yang tepat.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 9/63
PT PLN (Persero)
9
3. Pembelajar
Sikap anggota perusahaan untuk selalu beranimempertanyakan kembali sistem dan praktek
pembangunan, manajemen dan operasi, serta berusaha
menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
muthakir demi pembaruan perusahaan secara
berkelanjutan.
4. Saling Percaya
Saling menghargai dan terbuka diantara sesama anggota
perusahaan yang dilandasi oleh keyakinan akan integritas,
itikad baik, dan kompetensi dari pihak-pihak yang saling
berhubungan dalam penyelenggaraan praktek bisnis yang
bersih dan etika.
2.6 Filosofi Perusahaan
PT. PLN (Persero) memiliki filosofi perusahaan sebagai berikut:
1. Komitmen yang tinggi terhadap pencapaian visi, misi, sasaran,
dan target kontrak manajemen;
2. Mengandalkan potensi insani perusahaan dalam membangun
kredibilitas unit di mata Stake holders;
3. Menyediakan pelayanan sesuai ekspetasi pelanggan dengan
kualitas setara kelas dunia dan sikap pelayanan prima;
4. Memiliki tanggung jawab sosial dalam menjalankan usaha.
2.7 Peran Tugas dari Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban
(P3B)
Mengelola operasi sistem tenaga Jawa Bali, mengelola sistem
operasi dan pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggi/ekstra tinggi
Jawa Bali, mengelola pelaksanaan transaksi tenaga listrik antara PLN
pusat selaku single buyer dengan perusahaan pembangkit dan unit
distribusi di sistem Jawa Bali.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 10/63
PT PLN (Persero)
10
2.8 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) P3B JB Area Pengatur
Beban Jawa TimurBerikut pada Gambar 2.2 ditampilkan struktur organisasi PT. PLN
(Persero) P3B JB Area Pengatur Beban Jawa Timur
Manager Area Pengatur
Beban
Asisten Manager Fasilitas
Operasi
Asisten Manager
Perencanaan dan Evaluasi
Operasi Sistem
Asisten Manager Operasi
Sistem
Supervisor Administrasi
dan Umum
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APB JATIM
2.9 Ruang Lingkup Usaha Pokok Penyaluran dan Pusat
Pengaturan Beban (P3B)
Berikut dijelaskan ruang lingkup usaha pokok Penyaluran dan
Pusat Pengaturan Beban (P3B), yaitu sebagai berikut :
1. Penyaluran tenaga listrik termasuk layanan penyambungan ke
sistem pengaturan;
2. Perencanaan sistem tenaga listrik yang terdiri dari indikasi
kebutuhan pembangkitan dan pengembangan sistem
penyaluran;
3. Operasi sistem tenaga listrik yaitu perhitungan dan
pengelolaan tagihan transmisi;
4. Transaksi tenaga listrik yang meliputi penyediaan informasi
sistem tenaga listrik dan pengelolaan transaksi tenaga listrik;
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 11/63
PT PLN (Persero)
11
5. Stelmen transaksi tenaga listrik yaitu perhitungan dan
pengelolaan tagihan transmission charges, sistem servicecharges dan tenaga listrik termasuk pengelolaan sistem.
2.10 Ruang Lingkup Usaha di Luar Usaha Pokok P3B
Jenis usaha yang berada di luar usaha pokok P3B antara lain jasa
operasi dan pemeliharaan instalasi listrik, pelaksana pengujian dan
pengecekan instalasi dan peralatan listrik, konstruksi atau instalasi gardu
induk dan transmisi, engineering instalasi dan pelaksana sistem operasi.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 12/63
PT PLN (Persero)
12
Halaman ini sengaja dikosongkan
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 13/63
PT PLN (Persero)
13
BAB III
TEORI PENUNJANG
3.1 Pengertian Pusat Pengaturan Beban
Kompleksitas operasi sistem tenaga yang sederhana misalnya terdiri
hanya satu pusat listrik dan sekumpulan beban di beberapa gardu induk
yang dipasoknya belum begitu terasa. Jika sistem tenaga berkembang
menjadi sistem yang semakin besar. maka operasinyapun menjadi
semaklin kompleks. Perkembangan tersebut menuntut kebutuhan
pengendalian yang terkoordinasi. Koordinasi operasi sistem tenaga
dilaksanakan dari satu atau beberapa pusat pengatur (control centre).
3.1.1 Fungsi Pusat Pengatur Beban
Fungsi Fungsi utama pusat pengatur antara lain :
a.
Mengendalikan produksi energi listrik (pembangkitan),
mengendalikan transmisi tenaga listrik,
b. Melaksanakan administrasi dan koordinasi penjadwalan
pemeliharaan peralatan sistem tenaga,
c.
Melakukan simulasi contingency, dan
d.
Memantau sistem kendali (SCADA, automation) yang
dipakai.
3.1.2 Peran Pusat Pengatur Beban
Peran pusat pengatur yang langsung mempengaruhi operasi
sistem tenaga adalah :
a. perencanaan operasi jangka pendek,
b.
pelaksanaan operasi real-time (monitoring and controlling),
c. pelaporan operasi dan tindak- lanjut penanganan gangguan
3.1.3 Kegiatan Pusat Pengatur Beban
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pusat pengatur dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pre-dispatch,
b. Dispatch,
c.
Post-dispatch.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 14/63
PT PLN (Persero)
14
Pre-dispatch adalah tahap menentukan kombinasi sumber produksi
tenaga listrik dan unit pembangkitnya yang akan memasok kebutuhan beban sistem beberapa waktu ke depan. Kegiatan yang dilaksanakan
pada pre-dispatch antara lain
mencakup :
A. prakiraan beban (load forecast) jangka pendek, penjadwalan
pembangkitan,
B. perencanaan kebutuhan daya reaktif,
C. perencanaan pemeliharan dan pemisahan (outage) peralatan,
D.
pengembangan switching terencana,
E. Perbaikan rencana dan tatacara pemulihan setelah
gangguan. Kegiatan pada tahap dispatch meliputi :
a. Pemantauan sistem tenaga, peralatan sistem dan
statusnya,
b. Pengendalian tenaga listrik (power dispatch),
c. Evaluasi ekonomi dan sekuriti sistem,
d. Melaksanakan switching dan melaksanakan pemulihan
sistem setelah gangguan.
Pada tahap post-dispatch, kegiatan-kegiatan yang dilakukan
meliputi :
A. Pengarsipan data kejadian (events) di sistem dan kegiatan
Pelaksanaan pengaturan,
B. Penyusunan laporan operasi sistem,
C. Pengumpulan data statistik (data gangguan sistem dan
sebagainya),
D.
Perhitungan energi,
E. Analisis gangguan yang terjadi di dalam sistem tenaga.
3.1.4 Jenis Pusat Pengatur Beban
Pusat pengatur dibedakan atas tugas dan tanggung-jawabnya di
dalam melaksanakan operasi sistem tenaga dan kadang kala dibatasi
oleh wilayah yang dioperasikannya. Pusat pengatur ada yang
melaksanakan tugas manajemen energi atau hanya melaksanakan tugas
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 15/63
PT PLN (Persero)
15
switching jaringan tetapi ada pula yang melaksanakan kedua tugas
tersebut. Pusat pengatur yang melaksanakan tugas manajemen energidan switching jaringan sebagai contoh di Indonesia adalah Jawa Bali
Control Centre (JCC). Region Control Centre (RCC) di Sistem Jawa
Bali adalah contoh pusat pengatur yang melaksanakan switching
jaringan saja. Pusat Pengatur Distribusi (DCC - distribution control
centre) melakukan switchingjaringan distribusi yang dikelolanya.
3.2 Beban Sistem
Beban Sistem Beban sistem tenaga di dalam suatu daerah tergantung
pada kegiatan komersial, industri dan pemukiman yang juga dipengaruhi
keadaan cuaca. Kegiatan-kegtatan khusus keagamaan dan sosial Juga
memberi pengaruh pada hari -hari tertentu
Pengetahuan mengenai sifat beban dari kelompok pelanggan yang
beragam tersebut akan sangat membantu dalam proses prakiraan beban
sistem tenaga. Beban sistem tenaga terdiri dari beberapa kclompok
pelanggan. Tiap kelompok pelanggan memlliki sifat-sifat yang khas.Ada
yang membagi pelanggan-pelanggan tersebut secara umum kedalam
enam kelompok, yaitu
1)
pemukiman,
2) komersial
3)
industri,
4) pertanian,
5) kotapraja, dan
6) traksi listrik.
Gambar 3.1 Beban Kelompok Pemukiman
Jam
MW
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 16/63
PT PLN (Persero)
16
Pola konsumsi listrik masing-masing kelompok itu sangat khas dan
puncaknya terjadi tidak bersamaan. Sebagai contoh, beban pemukimanyang kebanyakan terdiri dari lampu penerangan perumahan, peralatan
rumahtangga yang mengkonsumsi listrik seperti radio, televisi, lemari
pendingin, penyejuk mangan dan sebagainya; memiliki punaak yang
terjadi di malam hari. Bebannya rendah di luar periode tersebut,
Gambar 3.2 Beban Kelompok Komersil
Pada kelompok beban komersial seperti rumah sakit. hotel,
pertokoan dan sebagainya adalah kebalikannya. Bebannya lebih merata
sepanjang hari, memiliki dua puncak yaitu pada pagi dan malam hari.
Mirip dengan itu adalah traksi sebagai sarana transportasi. memiliki
puncak di pagi dan sore hari.
Gambar 3.3 Beban Kelompok Industri
Beban industri baik industri kecil dan industri berat bekerja dalam
satu atau tiga shift sehari, dapat dikatakan hampir rata sepanjang hari.
Penerangan jalan, perusahaan air minum dan drainase termasuk
kelompok beban kotapraja. Penerangan jalan yang merupakan bagian
Jam
MW
Jam
MW
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 17/63
PT PLN (Persero)
17
utamanya hampir rata selama lampu dinyalakan yaitu mulai pukul 6 sore
hingga 6 pagi. Beban pertanian terjadi selama siang hari.
Gambar 3.4 Beban Penerangan Jalan Umun
Sedangkan untuk pola beban jalan umum kenaikan beban terlihat
konstan yang terjadi pada sore hari hingga menjelang pagi.
3.3 Kurva Beban
Kurva Beban Harian
Beban sistem yang merupakan hasil dari penjumlahan kelompok-
kelompok beban tersebut.
Gambar 3.5 Kurva Beban Sistem
Di negeri empat musim belahan bumi utara dan selatan, siklus
tingkat pemakaian listrik mengikuti musim. Pemakaian listrik pada
musim panas berbeda dengan pada musim dingin. Sebagai contoh di
Sistem Jawa Bali siklus musim tidak dikenal. Pada dua minggu sekitar
hari raya Iedul Fitri serta dua minggu sekitar Natal dan Tahun Baru,
pemakaian listrik menurun tinggal 80 %.
Jam
MW
Jam
MW
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 18/63
PT PLN (Persero)
18
Gambar 3.6 Kurva Konsumsi Beban Konsumen Jawa-Bali
Siklus harian lazim ada di semua sistem tenaga. Tingkat pemakaian
listrik pada hari kerja lebih tinggi dibanding pada hari Libur dan Ahad
3.3.1 Kurva Lama Beban
Beban kerap pula digambarkan dengan kurva lama beban (load
duration curve). Kurva lama beban ekivalen merupkan konsep
penting yang digunakan dalam teknik produksi listrik secara
probabilistik.
Gambar 3.7 Kurva Lama Beban
Jam
MW
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 19/63
PT PLN (Persero)
19
3.4 Pengaruh Frekuensi dan Tegangan Pada Beban
Pengaruh tegangan dan frekuensi pada beban perlu diketahuioleh pengendali operasi sistem tenaga listrik. Perubahan beban akibat
perubahan tegangan dan frekuensi menjadi pertimbangan didalam
tindakan pengendalian sistem tenaga. Ketika sistem tenaga mengalami ,
pengendali sistem kekuarangan pembangkitan sistem tenaga akan
melakikan brownout untuk menurunkan beban sistem agar sesuai
dengan pembangkitan yang tersedia. Upaya yang akan dilakukan
tersebut adalah menurunkan tegangan kerja
Pada keadaan yang tak terhindari, frekuensi dapat berada
dibawah nilai nominal.
Secara umum beban di sistem tenaga terdiri dari dua jenis yaitu
beban impedansi dan beban motor.
3.4.1 Beban Impedansi
Pengaruh tegangan
Penurunan tegangan sebesar 1% menyebabkan penurunan daya nyata
(MW) sebesar 2 %.
Pengaruh frekuensi,
Penurunan frekuensi sebesar 1% akan menghasilkan kenaikan daya
nyata sebesar 2 X sin2j; untuk beban dengan cos j= 0,8, daya aktif
naik sebesar 0,72%.
3.4.2 Beban Motor
Pengaruh Tegangan
Penurunan tegangan sebesar 1 % akan menghasilkan penurunan daya
aktif sebesar 0,2 %.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 20/63
PT PLN (Persero)
20
3.5 Kesetimbangan Pembangkitan Dan Beban
Gambar 3.8. Sistem Seimbang
Pada Gambar 3.8 Frekuensi sistem :
Menunjukan keseimbangan sesaat antara daya nyata ( MW)
pembangkitan dengan daya nyata (MW) dikonsumsi beban,
Bernilai nominal(= 50 Hz) Pada saat daya nyata pembangkitan
= daya nyata konsumsi beban,
Gambar 3.9. Sistem Tidak Seimbang Karena pembangkitan
Berlebih
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 21/63
PT PLN (Persero)
21
Pada gambar 3.9 Frekuensi sistem :
Bernilai nominal diatas 50 Hz, pada saat daya nyata pembangkitan lebih besar dari daya nyata konsumsi beban.
Untuk mengembalikan ke 50 Hz, daya nyata pembangkitan
dikurangi.
Gambar 3.10 Sistem tidak seimbang karena beban berlebih
Pada Gambar 3.10 Frekuensi sistem:
Bernilai nominal dibawah 50 Hz, pada saat daya nyata
pembangkitan lebih kecil dari daya nyata konsumsi beban.
Untuk mengembalikan ke 50 Hz, daya nyata pembangkitan
ditambah.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 22/63
PT PLN (Persero)
22
Halaman ini sengaja dikosongkan
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 23/63
PT PLN (Persero)
23
BAB IV
PENGATURAN BEBAN DI PT. PLN (Persero) P3B JB APB
JAWA TIMUR
4.1 Pengendalian Operasi
Pada Area Pengaturan Beban PLN terdapat beberapa aturan baku
pelaksanaan kerja. Acuan-acuan ini menjadi pedoman mutlak bagi
karyawan-karyawati dalam melaksanaakan pekerjaan. Salah satu acuan
yang ada adalah tentang pengendalain operasi, hal ini menjadi begitu
penting mengingat ini memiliki kaitan erat terhadap ketersediaan listrik
dia daerah Jawa-Bali.
4.1.1. Tujuan pengendalian operasi
Tujuan pengendalian operasi sistem tenaga yaitu mengatur
operasi sistem pembangkitan dan sistem penyaluran secara rasional dan
ekonomis dengan memperhatikan mutu dan keandalan, sehingga
penggunaan tenaga listrik dapat mencapai daya guna dan hasil guna
yang semaksimal mungkin
4.1.2. Kriteria Penyediaan Tenaga Listrik
Dalam memenuhi perubahan fluktuasi beban dalam
menyediakan tenaga listrzik harus memenuhi 3 faktor yang saling
berkaitan satu samu lainnya yaitu:
a. Ekonomis / Murah
Biaya operasi (fuel cost) dari unit pembangkit yang bermacam-
macam jenis harus semurah mungkin
b.
Mutu
Tolok Ukurnya Adalah Tegangan & Frekuensi
c.
Keandalan
Tolok ukurnya kontinyuitas pasokan daya
4.1.3. Sasaran Pengendalian Operasi Sistem
Dalam melakukan pengendalian operasi sistem PLN memiliki
beberapa sasaran utama yaitu :
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 24/63
PT PLN (Persero)
24
a.
Memenuhi kebutuhan tenaga listrik para pelanggan setiap saat
b.
Mengatur pembagian beban masing-masing pembangkit setiap
saat sehingga dicapai biaya produksi yang ekonomis
c. Mengatur tersedianya cadangan pembangkit yang cukup setiap
saat sehingga keandalan dapat dipertahankan
4.1.4. Kondisi Operasi
A.
Kondisi normal :Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala
operasi teratasi dan sekuriti sistem dapat dipenuhi:
a.
Konfigurasi jaringan ditetapkan sedemlkian rupa
sehingga andal, memenuhi kriteria keamanan N – 1.
b.
Mutu terpenuhi dalam hal ini balk Frekuensi maupun
tegangan sesuai nominal yang ditentukan.
c.
Tidak teljadi penyimpangan yang signifikan dari
rencana operasi harian (kendala operasi, beban dan
sekuriti terpenuhi)
B.
Kondisi siaga : Seluruh konsumen dapat dilayani, namun sistem
kekurangan cadangan operasi, aninya cadangan tidak sebesar
pembangkit terbesar, tidak memenuhi kriteria keamanan N - 1.
C.
Kondisi darurat :Sistem tenaga listrik tidak normal, sebagian
konsumen tidak dapat terlayani.Ketidaknormalan dapat terjadi
pada sisi pembangkitan ataupun sistem pe-nyaluran, kendala
operasi tidak dapat dipenuhi.
D.
Kondisi pemulihan : Peralihan kondisi, dari “Darurat” menjadi
“Siaga” maupun “Normal”
4.1.5. Wewenang Operasi
A. Dispatcher BOPS P3B :
a. Pembangkit yang tersambung ke sistem 500 kV
b.
SUTET & GITET 500 k
c.
Pembangkit yang tersambung ke sistem I50 kV dengan
kapasitas 3 50 MW, mempengaruhi frekuensi STL. perintah
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 25/63
PT PLN (Persero)
25
start, naik turun pembangkit di perintah RCC, alas
permintaan JCC.
B.
Dispatcher Region
a. Pembangkit yang tersambung ke sistem 150 kV, dengan
kapasitas kecil
b. SUTT/GI 150 kV, 70 kV dan 30 kV
C.
Dispatcher DCC
Rel 20 kV dan Penyulang 20 kV
4.1.6. Jenis Operasi
A.
Operasi Jaringan Tertutup (Looping)
Dengan konfigurasi ini diharapkan keandalan pasokan tenaga
listrik lebih terjamin, sepanjang lqiteria sekuriti N-1 terpenuhi.
B.
Operasi Spliting
Pola ini digunakan untuk menghindari gangguan berantai
(cascade) dan untuk menghindari pengoperasian intstalasi pada
level arus hubung singkat yang lebih tinggi. Pola ini cocok
untukjaringan dengan kriteria sekuriti N-I sudah tidak ter-penuhi
lagi.
C.
Operasi Radial (Satu Arah)
Keandalannya rendah karena pasokan hanya dari satu arah saja.
Tingkat keandalannya tergantung dari double sirkuit yang
l1>§rbeban masing-masing < 50 % (memenuhi kriteria sekuriti N-
4.1.7. Strategi Pengaturan Frekuensi
Daya aktif (MW) berhubungan erat dengan frekuensi (Hz). Jika
daya aktif yang dibangkitkan sama dengan kebutuhan konsumen maka
frekuensi sama dengan 50 Hz, kondisi normal unit pembangkit
beroperasi free govemor dan beberapa unit pembangkit besar dengan
pengaturan load frequency control.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 26/63
PT PLN (Persero)
26
4.1.8. Kesetimbangan Pembangkitan Dan Beban
A.
Frekuensi system ± 50 HZ
Menunjukkan keseimbangan sesaat antara daya nyata (MW)
pembangkitan dengan daya nyata (MW) dikonsumsi beban,
bernilai nominal (= 50 Hz) pada saat daya nyata pembangkitan
= daya nyata konsumsi beban.
B.
Frekuensi system > 50 HZ
Bemilai nominal di atas 50 Hz, pada saat daya nyata
pembangkitan lebih besar dari daya nyata konsumsi beban,
untuk mengembalikan ke 50 Hz, daya nyata pembangldtan
dikurangi
C.
Frekuensi system < 50 HZ
Bernilai nominal di bawah 50 Hz, pada saat daya nyata
pembangkitan lebih kecil dari daya nyata konsumsi beban,
untuk mengembalikan ke 50 H2, daya nyata pembangkitan
ditambah
4.1.8.1 Pengaturan Frekuensi
Meskipun Beban Konsumen Selalu Berubah-Ubah, Frekuensi
Sistem Harus Tetap Dipertahankan Pada Nominal 50 Hz,
denganToleransi +/- 0, 2 Hz.
Langkah pengendalian menjaga frekuensi pada keadaan nominal
50 Hz:
a. Pengaturan primer dari unit pebangkit yang beroperasi free
Governor
b. Pengaturan sekunder oleh program load frequency control
c. (LFC).
d. Pengaturan pembebanan unit pembangkit secara manual
(Load Follower).
e. Pelepasan Beban (Manual & Automatic Load Shedding)
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 27/63
PT PLN (Persero)
27
4.1.8.2 Pengaturan Tegangan
Tegangan sistemharus diupayakan dalam batasan yang
diijinkan : +/- 5% untuk tegangan 500 kV dan +5% atau -10% untuk
tegangan 150/70/20 kV Komponen pengaturan tegangan yaitu:
A.
Pengaturan MVAR (daya reaktif) Pembangkit
Saat sistem kelebihan daya reaktif yang ditandai dengan
tingginya tegangan sistem (diatas nominal), maka pembangkit
dapat dioperasikan dengan modus menyerap daya reaktif
(leading power factor), Saat sistem kekurangan daya reaktif yang
ditandai dengan rendahnya tegangan sistem maka pembangkit
dapat dioperasikan dcngan modus membangkitkan daya reaktif
(lagging power factor).
B.
Pengaturan Reaktor
Reaktor mempunyai sifat menyerap MVAR sesuai dengan
kemampuannya,oleh karena itu reaktor dapat digunakan untuk
pengaturan tegangan. Sistem jawa bali mempunyai reaktor
500kV dan 66 kV.
C.
Pengaturan Capasitor
Capasitor mempunyai sifat membangkitkan MVAR sesuai
dengan kemampuannya,oleh karena itu capasitor dapat
digunakan untuk pengaturan tegangan.
D. Tap Stagering IBT
IBT dioperasikan dengan kondisi tap yang berbeda, pada kondisi
tersebut IBT dapat menyerap MVAR.
E.
Modus Operasi sirkit tunggal
Pengaturan tegangan bersifat lokal, maka pengaturan tegangan
dengan. Modus operasi sirkit tunggal pada sirkit ganda SUTET
500 kV atau SUTT 150 kV dilakukan dilokasi bertegangan
tinggi.
4.1.8.3 Working Permit
Prosedur yang harus dilakukan sebelum pekerjaan
pemeliharaan jaringan harus mempersiapkan working permit.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 28/63
PT PLN (Persero)
28
Tujuan working permit yaitu :
1. Mengetahui penanggungjawab pekerjaan
2. Mengetahui urutan manuver
3. Mengetahui Peflafiggung jawab manuver jaringan
4. Mengurangi timbulnya kesalahan pd saat manuver
4.1.9. Dispatching
Di Spatching atau Pengaturan Beban adalah suatu “tatacara”
untuk mengoperaslkan sistem tenaga listrik. Dan di dalam PLN
dilaksanakan oleh tim dispatcher yang mengawasi sistem secara
realtime 24 jam. Tatacara tersebut meliputi :
a. Perencanaan
- Study aliran daya (load flow)
- Study hubung singkat
- Economic Load Dispatch
- Maintenance scheduling unit pembangkit
b. Pelaksanaan / Operasi Real Time
Perlengakpan :
- Konfigurasi jaringan sistem tenaga listrik
- Rencana operasi harian
- SCADA
- SOP Pemulihan (recovery)
- Logsheet
c. Analisa dan Evaluasi
Pembuatan statistik sebagai input bagi perencanaan
4.1.9.1 Tugas Pokok Dispatcher
Mengatasi penyimpangan (deviasi) yang terjadi dari Rencana
Operasi Harian. Penyimpangan dapat terjadi antara lain karena
gangguan sistem (gngguan partial dan gangguan total / black out)
Dalam kasus gangguan total, proses pemulihannya harus dilakukan
secara bertahap, sebagai berikut :
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 29/63
PT PLN (Persero)
29
a.
Black Stan Unit Pembangkit
b.
Pengiriman tegangan (back feeding) ke Unit Pembangkit /
Gardu Induk
c. Pemulihan sistem jaringan tenaga listrik dengan melakukan
pembebanan Gardu Induk secara bertahap sesuai dengan
kemampuan unit pembangkit yang telah beroperasi.
d.
Keberhasilan di dalam mengasut (start) unit pembangkit
sepenuhnya bergantung kepada Enjinir dan Operator Unit
Pembangkitan.
e.
Pengiriman tegangan ke unit pembangkit (untuk keperluan
start) dan pemulihan sistem dengan melakukan langkah-
langkah pembebanan secara bertahap sehingga membentuk
subsistem kecil dan kemudian dirangkai dengan subsistem
kecil lainnya hingga membentuk sistem interkoneksi utuh
seperti sediakala, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Dispatcher yang dibantu pelaksanaannya oleh operator
gardu induk.
4.1.9.2 Peran Dispatcher
a.
Petugas pelaksana operasi “real time“yang mampu
menjaga mutu dan keandalan operasi sistem tenaga listrik.
b. Berperan melaksanakan rencana operasi harian (ROH) dan
mampu mengatasi penyimpangannya.
4.1.9.3 Alur Komunikasi
Alur komunikasi operasi sistem Jawa-Bali seperti pada
diagram alur dibawah ini,
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 30/63
PT PLN (Persero)
30
Gambar 4.1 Alur Komunikasi Dispatcher
4.2 Perencanaan Dan Strategi Operasi
4.2.1 Perencanaan Operasi
Operasi sistem tenaga listrik menyangkut berbagai aspek
luas. khususnya karena menyangkut biaya yang tidak sedikit serta
menyangkut penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat sehingga
menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karenanya operasi
sismmtenaga listrik memerlukan manajemen yang baik.
Mengingat hal-hal tersebut maka untuk mengoperasikan sistem
tenaga listrik diperlukan perencanaan yang baik apalagi kalau
diingat bahwa operasi sistem tenaga listrik menelan biaya yang
tidak sedikit. Oleh karenanya perlu dibuat Rencana Operasi
terlebih dahulu sebelum suatu sistem akan dioperasikan. Rencana
Operasi ini selanjutnya dipakai sebagai Pedoman untuk meng-
operasikan sistem tenaga listrik.
Rencana Operasi adalah suatu rencana mengenai bagaimana
suatu sistem tenaga listrik akan diopemsikan untuk kunm waktu
tertentu. Tergantung kepada masalah yang harus dipersiapkan
maka ada bebarapa macam rencana operasi, yaitu :
JCCDISPATCHER
RCC
DISPATCHERGI/ PL 500 KV
OPERATOR
RCCDISPATCHER
RCC
DISPATCHER
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 31/63
PT PLN (Persero)
31
A. Rencana Tahunan
Masalah-masalah yang penyelesaiannya memerlukan waktu
kira-kira satu tahun dicakup dalam rencana ini, misalnya rencana
pemeliharaan unit-unit pembangkit yang memerlukan persiapan
satu sebelmnnya karena pengadaan suku cadangnya memerlukan
waktu satu tahun. Di lain pihak pemeliharaan unit-unit pem-
bangkit sistem tenaga listrik perlu dikoordinir agar unit- unit
yang tidak mengalami pemeliharaan dan siap operasi
menyediakan daya bagi beban. Rencana Operasi juga meliputi
perencanaan alokasi energi yang akan dalam satu tahun dalam
setiap Pusat Listrik dalam rencana pemeliharaan unit
pembangkit tersebut beban tahunan, beroperasinya unit-unit
pembangkit perkiraan hujan atau perkiraan produksi PLTA
dalam tahun yang bersangkutan. Alokasi energi yang akan
diproduksi Pusat Listrik Termis berarti pula alokasi biaya bahan
bakar yang merupakan biaya terbesar dalam Perusahaan Listrik
pada umumnya demikian pula halnya pada Pemsahaan Umum
Listrik Negara (PLN) Rencana pemeliharaan unit-unit
pembangkit sesungguhnya merupakan bagian dari rencana
pemeliharaan peralatan secara keseluruhan dan biaya
pemeliharaan unit-unit pembangkit menelan biaya terbesar dari
biaya pemeliharaan peralatan PLN. Dari uraian diatas kiranya
jelas bahwa rencana operasi tahunan merupakan bahan utama
bagi penyusunan rencana anggaran biaya tahunan suatu
perusahaan listrik.
B. Rencana Triwulan
Rencana operasi triwulan merupakan peninjauan kembali
Rencana Operasi Tahunan dengan horison waktu tiga bulan ke
depan. Hal-hal yang direncanakan dalam Rencana Operasi
Tahunan tetapi ternyata setelah waktu berjalan tidak cocok
dengan kenyataan perlu dikoreksi dalam Rencana Operasi
Triwulan. Misalnya unit pembangkit baru yang diperkirakan
dapat beroperasi triwulan ke dua dari Rencana Tahunan ternyata
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 32/63
PT PLN (Persero)
32
menjelang triwulan kedua diperkirakan belum dapat beroperasi
dalam triwulan kedua. Maka sehubungan dengan hal ini perlu
dilakukan koreksi – koreksi terhadap Rencana Operasi Tahunan
dalam menyusun Rencana Operasi Triwulan.
C. Rencana Bulanan
Selain merupakan koreksi terhadap Rencana Triwulanan
untuk horison waktu satu bulan ke depan, Rencana Operasi
Bulanan mulai mengandung rencana yang menyangkut langkah-
langkah operasionil dalam sistem, sedangkan Rencana Operasi
Tahunan dan Triwulanan.lebih banyak mengandung hal-hal
yang bersifat manajerial. Hal-hal yang bersifat operasionil yang
dicakup dalam Rencana Operasi Bulanan adalah:
a.
Peninjauan atas jam kerja unit-unit pembangkit yang bersifat
peaking unitterutama dalam kaitannya dengan rencana
pemeliharaan. Hal ini diperlukan untuk membuat jadwal
operasi unit-unit pembangkit yang bersangkutan
b.
Alokasi Produksi pusat-pusat Listrik Tennis dalam kaitannya
dengan pemesanan bahan bakar kepada perusahaan Bahan
Bakar
D. Rencana Mingguan
Dalam Rencana Operasi Mingguan tidak ada lagi hal-hai
yang bersifat manajerial karena masalah~masalah manajerial
tidak mungkin diselesaikan dalam Jangka semmggu. Rencana
Operasi mengandung rencana mengenai langkah-langkah
operasional yang akan dilakukan untuk jangka waktu
satuminggu yang akan datang dengan memperhatikan
pengarahan yang tercakup dalam rencana bulanan dan
mempertimbangkan perkiraan atas hal- hal yang bersifat tidak
menentu untuk jangka waktu satu minggu yang akan dating. Hal-
hal yang bersifat tidak menentu adalah jumlah air yang akan
diterima PLTA-PLTA (pada musim hujan) serta beban untuk
168 jam ( satu minggu) yang akan datang. Rencana Operasi
mingguan berisi jadwal operasi serta pem-bebanan unit-unit
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 33/63
PT PLN (Persero)
33
pembangkit untuk 168 jam yang akan datang atas dasar
pertimbangan ekonomis (pembebanan yang optimum) dengan
memperhatikan berbagai kendala operasionil seperti beban
minimum dan maksimum dari unit pembangkit serta masalah
aliran daya dan tegangan dalam jaringan.
E. Rencana Harian
Rencana Operasi Harian merupakan koreksi dari Rencana.
Operasi Mingguan untuk disesuaikan dengan kondisi yang
mutakhir dalam sistem tenaga listrik Rencana Operasi Harian
merupakan pedoman pelaksanaan Operasi Real Time.
4.2.2.Tujuan Operasi Sistem
Mengatur operasi sistem pembangkitan dan penyaluran Jawa-
Bali secara rasional dan ekonomis dengan memperhatikan mutu
dan keandalan,sehingga penggunaan tenaga listrik se Jawa Bali
dapat mencapai daya gunadan hasil guna yang semaksimal
mungkin, sesuai dengan SK Nomor032/DIR/1981 tanggal 30
Maret 1981 dan SK Nomor 028/DIR/1987 tanggal lApril 1987.
Dari SK Direksi PLN tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga tujuan operasi sistem, yaitu:
a.
Ekonomi
Optimasi pengoperasian tenaga listrik tanpa melanggar
batasan keamanan dan mum
b.
Sekuriti
Kemampuan Sistem untuk menghadapi kejadian yang tidak
direncanakan,tanpa mengakibatkan pemadaman
c.
Mutu
Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua batasan
operasiTerpenuhi
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 34/63
PT PLN (Persero)
34
Gambar 4.2 Bagan tujuan operasi sistem tenaga listrik
4.2.2.1 Ruang Lingkup Operasi SistemRuang lingkup operasi sistem meliputi :
a. Rencana Operasi Tahunan
b. Rencana Operasi Bulanan
c. Rencana Operasi Mingguan
d. Rencana Operasi Harian
e. Pengendalian Operasi Real Time
4.2.2.2 Strategi Tujuan EkonomiPengoperasian sistem tenaga listrik secara efisnen tanpa
melanggar batasan keamanan dan mutu, efisien pengertian biaya
operasi yang rendah, dan dititik beratkan pada biaya sistem
pembangkitan, dalam hal ini adalah biaya bahan bakar, untuk
memperoleh biaya bahan bakar yang efisien maka diawali
dengan penyusunan strategi pembuatan ROT
4.2.2.3 Strategi Tujuan KeandalanKemampuan Sistem untuk menghadapi kejadian yang
direncanakan,tanpa mengakibatkan pemadaman. Grid Code
atura operasi menyebutkan bahwa :“Aturan Oper asi ini
menjelaskan tentang peraturan dan prosedur yang berlaku untuk
menjamin agar keandalan dan efisiensi operasi Sistem Jawa-
Madur-Bali dapat dipertahankan pada suatu tingkat ter-
tentu”.Skema OLS, target yang menjadi tujuan adalah meng-
hindari pemadaman yang meluas. Rekonfigurasi jaringan atau
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 35/63
PT PLN (Persero)
35
subsistem selalu direncanakan untuk mengatur aliran daya
sebagai upaya mengoptimalkan keseimbangan antara pasokan
dan beban, selain itu juga untuk mengatasi apabila breaking-
capacity PMT terpasang terlampaui, Bila terjadi penyimpangan
terhadap rencana yang dapat menimbulkan ancaman terhadap
keandalan maka dispatcher akan selalu mengambil langkah
pengamanan.
4.2.2.4 Strategi Tujuan Mutu
Kemampuan sistem untuk menjaga agar semua batasan
operasi terpenuhi.Grid Code dalam aturan operasi (OC 1.6)
menyebutkan keadaan OperasiSistem yang berhasil / memuas-
kan dalam keadaan baik apabila:
• Frekuensi dalam batas operasi normal (50 w 0,2
Hz),penyimpangan dalam waktu singkat (50 ± 0,5
Hz),selarna kondisi gangguan,boleh berada pada 47.5 Hz dan
52.0 Hz
• Tegangan di Gardu Induk berada dalam batas yang
ditetapkan dalam Aturan Penyambungan (CC 2.0). Batas-
batas menjarnin bahwa tegangan berada dalam kisaran yang
ditetapkan sepanjang pengatur tegangan jaringan distribusi
dan peralatan pemasok daya reaktif bekerja dengan balk.
Operasi pada batas-batas tegangan ini diharapkan dapat
membantu mencegah terjadinya voltage collapse dan
masalah stabilitas dinamik Sistem.
• Tingkat pembebanan jaringan transmisi dipertahankan dalam
baths yang ditetapkan melalui studi analisis stabilitas steady
state dan transient untuk semua gangguan yang potensial
(credible outage);
• Tingkat pembebanan arus di semua peralatan jaringan
transmisi dan gardu induk (transformator dan switchgear)
dalam batas rating normal untuk semua single contingency
gangguan peralatan
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 36/63
PT PLN (Persero)
36
•
Konfigurasi Sistem sedemikian rupa sehingga semua PMT
di jaringan transmisi mampu memutus arus gangguan yang
mungkin terjadi dan mengisolir peralatan yang terganggu.
4.2.3 Siklus Operasi Sistem Tenaga Listrik
Siklus operasi sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut :
4.2.3.1. Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang meliputi RUKN, RUPTL,
RKAP dan rencana jangka panjang serta kebijakan pemerintah.
Pada dasarnya perencanaan jangka panjang merupakan
perencanaan sistem tenaga listrik yang bertugas untuk
merencanakan infrastruktur, perencanaan energi, kebijakan
energy dan strategi jangka panjang.
4.2.3.2 Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek masuk dalam perencanaan
operasi yaitu mulai dari tahunan sampai dengan perencanaan
harian. Fungsi dari perencanaan operasi adalah merencanakan
operasi sistem meliputi rencana pembangkitan dan rencana
penyaluranagar pada saat operasi real time, pengendali operasi
dapatmengendalikan sistem tenaga listrik dengan baik ditandai
dengan tercapainya tujuan operasi sistem tenaga listrik yang
aman,ekonomis dan andal.
4.2.3.3 Operasi Real Time
Operasi real time bertugas untuk mengoperasikan sistem
tenaga listrik untuk mencapai tujuan Operasi STL. Hasil operasi
dituangkan dalam laporan operasi (logsheet),Isi laporan operasi
meliputi : Realisasi daya / energi, pemakaian bahan bakar,
tegangan, aliran daya, pelaksanaan manual loadshedding dan
lain-lain.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 37/63
PT PLN (Persero)
37
4.2.3.4. Evaluasi Operasi
Evaluasi operasi berfungsi untuk mengevaluasi pelaksana-
an operasi, mempelajari kendala kendala yang ada yang
selanjutnya output dari evaluasi operasi digunakan sebagai dasar
dalam merencanakan sistem tenaga listrik dan perencana-an
operasi sistem.
Gambar 4.3 Siklus Operasi Sistem Tenaga Listrik
4.2.4 Pola Operasi Splitting Dan Looping Sub Sistem
4.2.4.1 Pola Operasi Splitting
Pada Operas splitting ini terjadi proses pemisahan sistem-
sistem dalam skala besar menjadi sub sistem yang lebih kecil.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengaturan dan
monitoring aliran daya yang didistribusikan serta bertujuan
untuk menghindari gangguan saat terjadinya hubung singkat.
Proses splitting ini tidak serta merta dapat dilakukan, namun
harus memenuhi beberapa syarat, yaitu aliran daya pada sistem
yang akan di split harus sekecil mungkin sehingga, pada saat
sistem telah terpisah sistem, maka tidak akan terjadi overload
Input :
RUKN,RUPTL,RKA
P, Renc IP,
Grid Code
kebijakan
Perencanaan
Operasi
Perencanaan
Operasi
Realisasi
Evaluasi
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 38/63
PT PLN (Persero)
38
Gambar 4.4 Splitting 1 sistem menjadi 2 subsistem
4.2.4.2 Pola Operasi Looping
Pada operasi looping ini terjadi proses penggabungan dua
sistem menjadi sebuah sistem besar. Contoh Operasi looping adalah
saat memindahkan beban pada Gardu Induk ke subsistem lain.
Syarat untuk dapat melakukan operasi looping adalah tegangan dan
sudut daya pada titik yang akan dilakukan looping harus sama atau
hampir mendekati
Gambar 4.5 Looping 2 subsistem menjadi 1 sistem
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 39/63
PT PLN (Persero)
39
4.2.5 Rekonfigurasi Subsistem
Rekonfigurasi Subsistem bertujuan untuk melakukan pengaturan
level hubung singkat dan pengaturan aliran daya. Untuk lebih jelasnya
adalah sebagai berikut :
a.
Pengaturan level hubung singkat
Level hubung singkat pada subsistem ini dipengaruhi oleh besar
sumber yang dialirkan dari pembangkit dan besarnya impedansi
yang diterima oleh subsistem. Apabila level hubung singkat telah
melebihi kapasitas dari peralatan yang ada maka upaya yang
harus dilakukan adalah mengganti peralatan tersebut dengan
kapasitas yang lebih tinggi dari sebelumnya dan melakukan
rekonfigurasi subsistem. Misalnya dengan cara memisahkan IBT
yang dioperasikan pararel sehingga menjadi subsistem yang
radial.
b.
Pengaturan aliran daya
Pengaturan daya ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga
peralatan dari arus atau beban berlebih. Pengaturan aliran daya ini
sering dilaksanakan pada saat melakukan pekerjaan penyaluran
maupun pembangkitan.
4.2.6 Neraca Daya Balance
Konsep utama dari kesetimbangan daya adalah daya yang
dihasilkan paling tidak harus sesuai dengan kebutuhan beban dari
konsumen dalam waktu bersamaan, Dalam upaya mempertahankan
keandalan sistem dan kualitas frekuensi, maka aliran daya dari
pembangkit yang masuk pada sistem, minimum sebesar beban
ditambah dengan cadangan putar. Cadangan putar merupakan
besarnya kapasitas pembangkit yang sudah masuk kedalam sistem dan
tidak dibebebani, sehingga setiap saat dapat digunakan saat terjadi
kenaikan beban secara tiba-tiba.
Kebijakan besar cadangan putar ini tidak memiliki standart baku
karena besarnya tergantung dari seberapa tinggi tingkat keandalan
yang diharapkan. Seperti pada sistem Jawa-Bali ysng menetapkan
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 40/63
PT PLN (Persero)
40
besarnya cadangan putar sebesar unit yang masuk kedalam grid.
Karena unit terbesar saat ini adalah PLTU Tanjung Jati 660 MW,
maka besarnya cadangan operasi ditetapkan sebesar 660 MW.
Kebijakan besar cadangan putar ini berlaku secara real-time, artinya
meskipun dalam kondisi defisit, sistem harus tetap disediakan
cadangan putar. Strategi yang diterapkan untuk menyediakan
cedangan putar adalah dengan pelepasan beban (pemadaman)
sehingga sistem masih beroperasi. Tabel 4.1 terlihat besar cadangan
putar yang disediakan.
Tabel 4.1 Neraca Daya Sistem Balance Jawa-Bali
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 41/63
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 42/63
PT PLN (Persero)
42
Gambar 4.6 Tingkat Frekuensi Sistem Jawa Bali
a. Brown Out
Brown out dilakukan dengan menurunkan kualitas tegangan
sistem pada rentang normal operasi. Brown out dapatdilaksanakan bila tidak sedang terjadi ekskursi tegangan sistem.
Brown out dilaksanakan pada saat :
Frekuensi sistem dibawah nominal karena sistem
kekurangan daya
Beban sebuah instalasi (trafo dan penghantar radial) elah
mencapai nilai nominalnya dan diperkirakan beban
masih akan naik.
b.
Load CurtailmentPermintaan distribusi ke pelanggannya untuksecara sukarela
menggurangi pemakaian beban pada saat sistem mengalami
kondisi deficit
c.
Manual Load Shedding
Pelepasan beban secara manual dalam rangka mengatasi kondisi
deficit sistem. Lokasi dari beban yang akan dilepas ini sudah
ditetapkan melalui kesepakatan bersama antara pengatur beban
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 43/63
PT PLN (Persero)
43
dengan distribusi dan lokasinya bisa dipenyulang atau
trafo.Manual Load Shedding dilakukan untuk :
Mengurangi beban sistem karena sistem dalam kondisi
defisit.
Mengurangi beban subsistem karena sistem penyaluran
dikhawatirkan overload.
d. Load Shedding UFR
Load Shedding UFR ini dilaksanakan apabila terjadi penurunan
frekuensi dan menyentuh setting rele yang disebabkan hilangnya
pasokan daya sistem. Pelepasan beban dilakukan seketikan dan
secara otomatis menggunakan relay UFR. Untuk pengamanan
sistem, skema pelepasan beban dapat dilaksanakan dalam :
Pelepasan beban secara bertahap dengan UFR
Rele ini bekerja bila terjadi penurunan frekuensi sampai
batas yang telah ditentukan. Agar beban yang dilepas
tidak terlalu besar maka dilakukan pelepasan beban
secara bertahap. Contoh, untuk sistem Jawa-Bali pada
rentang 49.00 Hz s.d 48.30 Hz dibagi dalam 7 tahap
pelepasan beban.
Pelepasan beban dengan rele df/dt
Rele ini bekerja apabila terjadi penurunan frekuensi
secara tiba-tiba dengan kecuraman yang tinggi sehingga
slope-nya telah mencapai settingrele yang ditetapkan.
Kecuraman penurunan frekuensi tinggi tersebut bisa
terjadi pada saat sejumlah pembangkit besar keluarsecara bersamaan.
c.
Island Operation
Adalah pola pengamanan sistem dengan memisahkan unit
pembangkit dari sistem tenaga listrik secara otomatis hanya
dengan memikul beban disekitarnya sesuai kemampuan unit
pembangkit ababila sistem mengalami gangguan. Ini dilakukan
dengan cara membuka beberapa PMT di gardu induk tertentu
secara otomatis menggunakan UFR, sehingga terbentuk suatu
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 44/63
PT PLN (Persero)
44
sistem yang terisolasi dari sistem interkoneksi. Island Operation
bertujuan untuk menghindarkan sistem dari blackout aau padam
total. Karena apabila sistem bertahan dalam beberapa subsistem
(island kecil), maka untuk melakukan penormalan akan lebih cepat
dan mudah.
d. Host Load
Host Load adalah strategi pengamanan sistem yang terakhir yaitu
dengan mempertahankan generator untuk tetap beroperasi beban
dirinya sendiri yaitu untuk peralatan bantu. Apabila strategi host
load berhasil, diharapkan pemulihan sistem menjadi lebih cepat
karena tidak perlu starting generator.
e.
Pelepasan Beban
Metode pelepasan beban seperti Manual Load Shedding, Load
Shedding UFR Island Operation maupun OLS sama-sama
bertujuan untuk menjaga keamanan sistem maupun mencegah
terjadinya pemadaman yang meluas atau bahkan pemadaman total,
sehingga biaya kerugian dapat diperkecil baik itu disisi PLN
maupun disisi konsumen. Oleh karena itu peran serta konsumen
sangat dibutuhkan untuk memaklumi terjadinya pemadaman
beban akibat bekerjanya pola pengaman tersebut demi
keberlangsungan pasokan listrik Jawa-Bali.
4.2.9 Strategi Operasi Sistem
Berdasarkan analisa kendala, ketahanan sistem, pola beban
konsumen dll, maka dibuatlah strategi dalam melakukan operasi
sistem sebagai berikut :
a.
Mengutamakan keamanan dan keandalan.
b. Menyiapkan cadangan seketika dan panas merata serta
memadai.
c.
Membebani unit-unit pembangkit pada daerah
operasional yang aman.
d.
Meminimalkan transfer daya antar subsistem unutk
menjaga keamanan.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 45/63
PT PLN (Persero)
45
e.
Memaksimalkan peran pembangkit untuk pengaturan
frekuensi dan tegangan.
f.
Melaksanakan rekonfigurasi jaringan untuk pengaturan
tegangan.
g.
Menambahkan unit shutdown akibat beban lebih
rendah berdasarkan urutan prioritas
h.
Tidak mengizinkan melakukan pekerjaan pemeliharaan
kecuali untuk perbaikan gangguan selama periode siaga
4.3 Fasilitas Operasi
4.3.1. Sistem SCADA Pada APB Jawa Timur
Dalam memantau informasi-informasi sistem tenaga listrik, pada
mulanya Dispatcher mengambil informasi secara langsung kepada
Operator Gardu Induk atau Pusat Pembangkit secara berkala melalui
sarana-sarana telekomunikasi seperti radio komunikasi dan telepon
untuk mendapatkan informasi mengenai data-data yang sangat
penting.
Dalam sistem tenaga listrik modern semakin banyak GI dan
Pusat Tenaga Listrik yang beroperasi, maka cara pengambilan
informasi seperti cara di atas sudah tidak memadai lagi. Masalah
tersebut di atas yang kemudian mendorong PLN untuk membangun
suatu pusat pengontrol (Area Control Center / ACC) yang dilengkapi
dengan peralatan komputer yang disebut SCADA (Supervisory
Control And Data Acquisition). Pemasangan sistem tersebut selesai
pada tahun 1986 dan mulai beroperasi pada bulan Januari 1987.
Maksud dari SCADA yaitu pengawasan, pengontrolan dan
pengumpulan data.
Sistem SCADA di APB Jawa Timur terdiri Master Station (MS),
Remote Terminal Unit (RTU) dan Saluran Komunikasi antar Master
Station dan RTU.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 46/63
PT PLN (Persero)
46
4.3.1.1. Master Station
Master Station merupakan pusat pengawasan atau inti pada
suatu sistem SCADA. Sebagai komponen dari sistem SCADA
Master Station bertugas :
1. Melakukan dialog dengan RTU di GI atau Pusat Pembangkit
listrik yang berada dalam wewenangnya. Master Station
memerintahkan operasi kepada RTU dan kemudian RTU
melaporkan operasi yang dilakukannya ke Master Station.
2. Mengolah secara real time setiap informasi yang diberikan oleh
RTU.
3. Memberi tanggapan terhadap interupskinterupsi yang datang dari
RTU.
Tujuan SCADA adalah menjaga agar operasi sistem tenaga
listrik dapat bekerja dengan baik dengan tingkat keandalan yang
tinggi, dengan tetap menjaga kualitas dan ekonomis. Komponen-
komponen Master Station adalah :
a. Front End
Front End merupakan komputer yang mengatur atau
menangani komunikasi dengan RTU. Front End ini juga
menggunakan konfigurasi ganda, yaitu A dan B.
b. Tesselator Console Computer
Tessetator merupakan komputer yang mengatur dan
menangani MMI (Man Machine Interface) yaitu berupa tampilan
pada layar VDU, printer hard copy, fungsi-fungsi kontrol keyboard
dan fungsi antarmuka Operator dengan sistem SCADA.
c. Terminal Server
Terminal server mengatur dan menangani printer-printer Facit,
Logger dan mimic board kontroler. Selain itu juga menangani
stasiun pencatat cuaca.
d. Operator Keyboard Console (3 unit)
Operator keyboard console berupa papan-papan keyboard
yang memungkinkan regu pelaksana operasi (Dispatcher) untuk
memasukkan perintah dan kontrol, meminta dan menerima data,
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 47/63
PT PLN (Persero)
47
mengaaktifkan peralatan atau mematikan peralatan dan menukar
fungsi peralatan, dalam rangka mengoperasikan sistem tenaga
listrik. Keyboard yang ada pada tiap unit terdiri dari 3 macam
keyboard, yaitu:
a. Alpha Numeric Keyboard, berfungsi seperti keyboard pada
komputer PC
b. Function Keyboard, berfungsi untuk memasukkan perintah
dan kontrol operasi sistem tenaga.
c. Station Keyboard, untuk melihat status dari gardu-Gardu
induk yang berada di bawah wewenang Master Station.
e. Visual Display Unit Mitsubhisi (VDU)
VDU merupakan layar VDU/monitor yang dipakai sebagai
tampilan-tampilan grafis yang berupa diagram satu garis untuk
melihat secara detail jaringan Pusat Pembangkit listrik maupun GI.
Pada VDU ini dapat dilihat status dari pemutus tenaga (PMT),
pemisah (PMS) dan besaran-besaran listrik seperti tegangan, arus ,
frekuensi, daya di seluruh Gardu Induk atau Pusat Pembangkit listrik
yang dalam wewenang sistem SCADA.
f. Printer Logger LA 120 dan Facid 3500
Adalah alat pencatat untuk mencetak status dari seluruh
kegiatan RTU yang berada dalam wewenangnya dan juga dapat
mencetak skema / diagram dari yang ditampilkan pada unit
penampil (VDU) sesuai yang dikehendaki.
g. Hard Copy Facid (printer)
Di dalam ruang kontrol terdapat pula 2 buah Hard Copy. Hard
copy adalah alat yang digunakan untuk mencetak atau meng-copy
semua yang dapat ditampilkan pada sernua unit penampil atau VDU
sesuai dengan yang dikehendaki Dispatcher. Yang diantaranya yaitu
gambaregambar konfigurasi Gardu Induk-Gardu Induk /Pusat-Pusat
Pembangkit dapat juga untuk mencetak status / kejadian dalam
sistem yang berupa keluar atau masuknya PMT dan PMS.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 48/63
PT PLN (Persero)
48
h. Switchover Computer
Yaitu alat pemindah otomatis jika komputer yang sedang
beroperasi (on line) mengalami suatu gangguan, maka tugasnya
secara otomatis akan digantikan oleh komputer yang stand by.
i. Pen Recorder
Yaitu untuk mencatat besaran-besaran ukur dalam bentuk
grafik dari gulungan kertas yang berjalan dalam fungsi waktu.
Besaran yang diukur adalah MW, MVAR, Hz dari beberapa Unit
Pembangkit Listrik atau GI tertentu.
j. Mimic Board
Mimic Board adalah diagram satu garis dari jaringan sistem
tenaga dalam kendali Master Station yang ditampilkan ke dalam
bentuk peta dinding yang besar untuk menunjukkan keadaan Gardu
Induk, arah dan besarnya aliran daya (MW dan VAR) serta status
dari pemutus daya (PMT / circuit breaker) dan pemisah (PMS I
disconnecting switch) serta tegangan bus.
Pada Mimic board tertera diagram pembangkit, trafo, PMT,
PMS dan jaringan transmisinya sesuai kondisi saat itu. Informasi-
informasi yang dapat diperoleh lewat mimic board adalah :
a. Indikator alarm GI dan Pusat Pembangkit listrik Jika ada
alarm maka lampu indikator A akan menyala.
b. Indikator keadaan transmisi data Jika ada RTU atau peralatan
transmisi data mengalami gangguan sehingga data tidak
sampai terkirim ke Master Station, maka lampu indikator B
akan menyala.
c. Indikator PMT dan PMS pada trafo, saluran dan antar bus
Lampu merah menyala berarti posisi masuk/tertutup. Lampu
hijau menyala berarti posisi lepas/terbuka. Lampu merah
menyala berkedip berarti posisi masuk tetapi perlu
pemeriksaan lebih lanjut Lampu hijau menyala berkedip
berarti posisi keluar tetapi perlu pemeriksaan lebih lanjut.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 49/63
PT PLN (Persero)
49
d. Indikator garis beban pada pertengahan feeder antara 2 GI
atau Pusat Pembangkit listrik. Lampu merah (garis merah)
berarti aliran daya aktif (MW) Lampu kuning (garis kuning)
berarti aliran daya reaktif (MVAR).
Gambar 4.7 Ruangan Master Station di APB Jawa Timur
4.3.1.2. RTU (Remote Terminal Unit)
RTU adalah bagian dari SCADA, yang terdiri dari perangkat
tranduser dan juga card-card yang mendukung untuk proses dalam
menyampaikan informasi pada control center. RTU berada pada
setiap gardu induk atau pusat pembangkit yang masuk dalam sistem
tenaga listrik. Unit remote juga dilengkapi dengan modem sehingga
unit tersebut dapat menerima pesan dari Master Station dan
mengirim sinyal balik ke Master Station yang menunjukkan bahwa
pesan telah diterima dan sudah melakukan operasi yang telah
ditentukan oleh Master Station. Relay-relay yang terletak dalamRTU digunakan untuk membuka atau menutup sirkuit dari peralatan
yang dikontrol sesuai perintah dui Master Station, dan RTU bisa
merasakan bahwa operasi telah selesai dilakukan dan kemudian
RTU bisa mengirim sinyal balik ke Master Station yang
menunjukkan bahwa operasi telah dilakukan. Di APB Jawa Timur
sendiri terdapat banyak RTU yang tersebar di seluruh GI yang ada
di Jawa Timur
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 50/63
PT PLN (Persero)
50
Fungsi dari RTU dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Telesignaling
berfungsi untuk mengetahui status indikasi dari peralatan tenaga
listrik. Telesignal adalah posisi atau status (indikasi) dari perlatan
Gardu Induk (seperti PMT,PMS Rel,PMS Line ,PMS Tanah) dan
sinyal --sinyal alarm.
Telesignal sendiri dibagi menjadi dua yaitu :
1. Telesignal Double (Telesignal double mempunyai dua status
yaitu Buka/Tutup (Open/Close) sebagai contoh status PMT,
PMS Rel, PMS Line , PMS Tanah.
2. Telesignal Single (Telesignal single mempunyai status
tunggal sebagai contoh sinyal-sinyal alarm).
Gambar 4.8 modul Telesignaling pada RTU EPC 3200
GIS Waru
2. Telemetering,
Berfungsi untuk mengetahui besaran-besaran listrik pada
peralatan tenaga listrik, seperti besaran tegangan, daya aktip, daya
reaktip, arus dan frekuensi.
Telemetering melaksanakan pengukuran besaran-besaran sistem
tenaga listrik pada seluruh bagian system lalu menampilkannya pada
pusat kontrol. Desain-desain yang dapat diukur yaitu tegangan arus
bus bar, daya aktif dan reaktif unit pembangkit, daya aktif dan reaktif
trafo IBT 500/150/ trafo 150/20 KV, daya aktif dan reaktif
penghantar / penyulang, frekuensi system.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 51/63
PT PLN (Persero)
51
Gambar 4.9 modul Telemetering pada RTU E.PC 3200
G1S Warn
3. Telecontroling,
Berfungsi untuk meneruskan perintah dari pusat pengatur
keperalatan tenaga listrik. Telecontrol memberikan perintah untuk
rnerubah keadaan dari peralatan Gardu Induk ( sebagai contoh
Posisilindikasi PMT, PMS Red ).
Gambar 4.10 modul Telecontroling pada RTU EPC 3200 GIS
Waru
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 52/63
PT PLN (Persero)
52
4.4 Peta Jaringan Sistem Jawa Timur
Gambar 4.11 di bawah merupakan gambar peta jaringan sistem JawaTimur. Setiap jaringan memiliki warna yang berbeda. Perbedaan warna
tersebut menunjukkan tipe jaringan. Perbedaan tipe setiap jaringan dibagi
menjadi empat warna. Pertama, warna biru yaitu jaringan 500 kV.
Wilayah yang terlewati jaringan 500 kV yaitu Paiton, Grati, Krian, dan
lain-lain. Kedua, warna merah yaitu jaringan 150 kV. Wilayah yang
terlewati jaringan 150 kV contohnya yaitu Tuban, Bangkalan, dan
Sampang. Ketiga, warna kuning yaitu jaringan 70 kV. Wilayah yang
terlewati jaringan 70 kV contohnya yaitu Blitar, Pare, dan Pandaan.
Keempat, warna hitam yaitu jaringan 20 kV. Wilayah yang terlewati jaringan 20 kV contohnya yaitu Tulungagung, Turen, dan Nganjuk.
Gambar 4.11 Jaringan Sistem Jawa Timur
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 53/63
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 54/63
PT PLN (Persero)
54
b. Konfigurasi Master Station level 2
Konfigurasi Master station level 2 terdapat pada gambar 4.13yang terdiri dari :
1. Workstation dispatcher (2 set)
2. Workstation engineer & update database (1 set)
3. Server SCADA dan data historikal (1 set redundant )
4. GPS (1 set redundant )
5. Projection multimedia (1 set)
6. Switch 10/100 Mbps Ethernet LAN
7. Server sub sistem komunikasi (1 set redundant )
8. Switch 100 megabit Ethernet LAN9. Workstation di luar control center
10. Static display
11. Printer laser hitam putih (1 buah)
12. Printer laser berwarna (1 buah)
13. Gateway atau Router+Firewall (1 set)
14. Kinerja SCADA, Operasi (1 set)
15. Offline database server (1 set)
Gambar 4.13 Konfigurasi Master Station Transmisi Level 2
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 55/63
PT PLN (Persero)
55
c. Konfigurasi Master Station level 3
Konfigurasi Master station level 3 terdapat pada gambar 4.14yang terdiri dari :
1. Workstation dispatcher (2 set)
2. Workstation enjiner & update database (1 set)
3. Server SCADA dan EMS (1 set redundant )
4. GPS (1 set redundant )
5. Server data historikal dan update database (1 set redundant )
6. Projection multimedia (1 set)
7. Switch 10/100 Mbps Ethernet LAN
8. Server sub sistem komunikasi (1 set redundant )9. Switch 100 megabit Ethernet LAN
10. Workstation di luar control center
11. Static display
12. Printer laser hitam putih (1 buah)
13. Printer laser berwarna (1 buah)
14. Gateway atau Router+Firewall (1 set)
15. Kinerja SCADA, Operasi (1 set)
16. Offline database server (1 set)
Gambar 4.14 Konfigurasi Master Station Transmisi Level 3
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 56/63
PT PLN (Persero)
56
d. Konfigurasi Master Station level 4
Konfigurasi Master station level 3 terdapat pada gambar 4.15yang terdiri dari :
1. Workstation dispatcher (2 set)
2. Workstation engineer & update database (1 set)
3. Server SCADA (1 set redundant )
4. GPS (1 set redundant )
5. Server EMS (1 set redundant )
6. Server data historikal dan update database (1 set redundant )
7. Projection multimedia (1 set)
8. Server controller (1 set)9. Layar tayang
10. Switch Gigabit Ethernet LAN
11. Server sub sistem komunikasi (1 set redundant )
12. Switch 100 Megabit Ethernet LAN
13. Workstation di luar control center
14. Static display
15. Printer laser hitam putih (1 buah)
16. Printer laser berwarna (1 buah)
17. Gateway atau Router+Firewall (1 set)18. Server frekuensi (1 set)
19. Monitoring frekuensi (2 set)
20. Kinerja SCADA, Operasi (1 set)
21. Offline database server (1 set)
Gambar 4.15 Konfigurasi Master Station Transmisi Level 4
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 57/63
PT PLN (Persero)
57
e. Konfigurasi Master Station level 5
Konfigurasi Master station level 3 terdapat pada gambar 4.15yang terdiri dari :
1. Workstation dispatcher (2 set) dan Workstation supervisor (1 set)
2. Workstation engineer & update database (2 set)
3. Workstation DTS (2 set)
4. Server SCADA (1 set redundant )
5. GPS (1 set redundant )
6. Server EMS (1 set redundant )
7. Server data historikal dan update database (1 set redundant )
8. Server DTS (1 set redundant )9. Projection multimedia (2 set)
10. Server controller (1 set)
11. Layar tayang
12. Switch Gigabit Ethernet LAN
13. Server sub sistem komunikasi (1 set redundant )
14. Switch 100 Megabit Ethernet LAN
15. Workstation di luar control center
16. Static display
17. Printer laser hitam putih (1 buah)18. Printer laser berwarna (1 buah)
19. Gateway atau Router+Firewall (1 set)
20. Server frekuensi (1 set)
Gambar 4.16 Konfigurasi Master Station Transmisi Level 5
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 58/63
PT PLN (Persero)
58
Halaman ini sengaja dikosongkan
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 59/63
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 60/63
PT PLN (Persero)
60
selalu dikoordinasikan dengan bagian Pengendalian Operasi
terutama dengan tim Dispatcher.
5.2 Saran
Setelah melaksanakan Kerja Praktek, penulis mendapatkan pengetahuan
yang banyak dari pelaksanaan Kerja Praktek. Dengan kerendahan hati
penulis memberikan saran kepada PT PLN (Persero) Area Pengatur
Beban Jawa Timur :
1.
Diharapkan mahasiswa dapat mengambil pelajaran dan
pengetahuan yang lebih banyak tentang PT PLN (Persero) P3BAPB Jawa Timur.
2.
Diadakannya training simulator mengenai Sistem Pengaturan
Beban, sehingga pemahaman tentang Sistem Pengaturan Beban
tidak hanya sebatas teori.
3.
Melakukan pengecekkan alat secara rutin untuk menambah usia
alat, keandalaan dan efisiensi biaya.
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 61/63
PT PLN (Persero)
61
PENUTUP
www.pln.co.id/dataweb/RUPTL/RUPTL%202010-2019
Pusat Pendidikan dan Pelatihan, “Strategi Operasi”.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan, “Pengendalian Operasi”.
Marsudi, Dijteng, “Operasi Sistem Tenaga Listrik ”, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2006.
Sudibyo, ”Pengaturan Tegangan”, Semarang, 2005
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 62/63
PT PLN (Persero)
62
Halaman ini sengaja dikosongkan
7/21/2019 combine isi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/combine-isipdf 63/63
PT PLN (Persero)
LAMPIRAN