Post on 20-Mar-2016
description
Bertafaqur Di Mahameru
Merasakan sorga sebelum kematian, sepertinya itu adalah kalimat yang tepat diucapkan
ketika pertama kali meletakan kaki di atas tanah gunung semeru. Tentunya karena keindahanya
yang telah mampu melupakan kita dengan keserakahan duniawi, walau hanya sejenak. Namun
kenyataanya ketika kami di atas puncak mahameru, tahta, uang dan jabatan samasekali tidak
dapat diambil manfaatnya. Yang ada dalam hati kami hanyalah rasa syukur atas karunia
kenikmatan dan keindahan yang tuhan berikan kepada hambanya. Seharusnya para koruptor
bangsa ini bisa menyempatkan waktunya untuk sejenak berdiri di atas puncak gunung, tidak
hanya duduk di atas kursi yang percuma itu saja, agar mereka tahu tata cara berdekat-dekatan
dengan tuhanya adalah dengan menikmati keindahan ciptaanNya.
Menurut Wikipedia gunung Semeru adalah gunung berapi tertinggi di pulau Jawa,
dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal
dengan nama Jonggring Saloko. Sulit bagi saya untuk sampai ke puncak mahameru, karena ini
adalah merupakan pendakian pertama bagiku, berbeda dengan teman-teman yang lain yang
sudah memiliki pengalaman sebelumnya. Namun karena keyakinan dan kekompakan para
sahabat serta rasa penasaran dengan keindahan ciptaan tuhan itu lah yang membuat saya berhasil
berada di puncak mahameru.
Sebelum sampai di puncak mahameru kami terlebih dahulu beristirahat di Ranu
Kumbolo, sebuah danau yang terletak di antara perbukitan semeru. Untuk mengurangi rasa lelah
maka kami memutuskan untuk bermalam di tempat tersebut. Ketika fajar sodiq mulai terbit dan
hari mulai kembali pagi, penglihatan kami akan dimanjakan tuhan dengan indahnya Sunrise.
Kesempatan seperti ini bukanlah untuk orang-orang yang hanya menyibukan dirinya untuk
mengejar kenikmatan meteri, seperti halnya mereka orang-orang yang gila dengan kekuasaan.
Mungkin menurut tuhan mereka haram mencicipi kenikmatanya yang berupa keindahan alam
bebas, karena perutnya yang sudah terlalu banyak memakan sesuatu yang bukan menjadi haknya.
Bukankah tuhan telah menunjukan jalan yang benar dan jalan kejahatan, namun meraka
tidak pernah menempuh jalan yang mendaki dan sukar. Dan setidaknya kita tahu tentang jalan
mendaki dan yang sukar itu, yaitu melepaskan rakyatnya dari perbudakan penguasa atau meberi
makan pada hari terjadinya kelaparan. Semua itu adalah pelajaran bermakna bagi kami, ketika
perjalanan kami menuju puncak mahameru, karena kami saling berpesan tentang kesabaran dan
kasih sayang.
Setelah bermalam di Ranu Kumbolo kami pun melanjutkan pendakian, tidak begitu lama
setelah melewati tanjakan cinta mata kami pun kembali di perlihatkan oleh tuhan tentang
kebesaranNya. Di sini kami tidak hanya satu tim, kami bertemu dengan kawan-kawan dari
berbagai daerah bahkan ada juga yang dari Negara lain.
Subkhanallah, setelah melewati di beberapa tempat yang berada di gunung semeru
akhirnya kami pun sampai pada puncak mahameru. Ini adalah sesuatu yang sangat begitu indah,
tidak ada lagi wajah masam dan kepalsuan, hati seseorang yang selama ini tertutupi oleh asap
kotor dan limbah pabrik, serta telinga yang selama ini tuli karena kebisingan kota, semuanya
telah telihat dan terdengar jelas. Atas kuasaNya semeru telah mampu mengembalikan kami
kepada prinsip kebenaran.
Memang kami bukanlah seorang yang sangat taat dengan agama, tetapi setidaknya kami
tahu bagai mana cara menjaga dengan sesama ciptaan tuhan dan mensyukurinya. Dan kami juga
masih memiliki sedikit rasa takut dengan firmanNya yang tertulis dalam al-Qur’an. Coba kita
renungkan dalam rangka bertafaqur kepadanya, ketika tuhan sudah benar-benar muak dengan
tingkah kerakusan kita. ketika air laut ditumpahkan dan ketika gunung-gunung dihembuskan
bagaikan kapas yang berterbangan. Begitu kecil dan tidak berdanya kita di hadapanya,
mungkinkah kita masih mampu berkata dan betingkah sombong.
Jalan terjal dan mendaki telah kami lewati, suara dentum ledakan juga telah terdengar
jelas di telinga kami. Di atas puncak mahameru kami tidak diperbolehkan terlalu lama, karena
ketika di atas jam 09.00 maka asap yang keluar dari mulut mahameru akan berubah menjadi gas
yang beracun. Tak lama setelah kami merenungkan ciptaan tuhan dan mengabadikan dalam
gambar, kami pun bergegas untuk kembali turun.
Selamat tinggal mahameru, semoga tuhan tidak terburu-buru menghancurkan sorga-
sorganya yang masih tertinggal di Bumi. sepertinya itu adalah kalimat yang tepat diucapkan
ketika pertama kali kaki kami meninggalkan tanah gunung semeru.