Post on 02-Jan-2016
UMPAN BALIK Fungsi insulin dan glukagon adalah sebagai sistem umpan balik terpisah dan penting
untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang normal. Jika konsentrasi meningkat sampai kadar yang sangat tinggi maka insulin disekresikan sebaliknya insulin menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun ke arah normal. Disamping itu penurunan glukosa darah akan merangsang sekresi glukagon kemudian glukagon berfungsi dalam arah untuk meningkatkan glukosa ke arah normal.
1. Jelaskan fugsi dari Glukagon dan Insulin! GlukagonGlukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh sel alfa pulau langerhans
sebagai respon terhadap kadar glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam amino plasma. Glukagon adalah hormon utama stadium pasca absortif pencernaan, yang terjadi selama periode puasa di antara waktu makan. Fungsi hormon ini terutama adalah katabolik (penguraian). Sebagai contoh, glokagon bekerja sebagai antagonis insulin dengan menghambat perpindahan glukosa ke dalam sel. Glukagon juga menstimulusi glukoneogenesis hati dan menyababkan penguraian simpana glikogen untuk digunakan sebagai sumber energi selain glukosa. Glukagon menstimulus penguraian lemak dan pelepasan asam lemak bebas ke dalam aliran darah, untuk digunakan sebagai sumber energi selain glukosa. Fungsi-fungsi tersebut bekerja untuk meningkatkan kadar glukosa darah.
Glukosuria
Glukosa normal darah >> glukosuria DM >> darah >>
sistem urin >> filtrate glukosa oleh glomerulus >> reabsorbsi glomerulus >> transport membrane >> protein pembawa terbatas.
Glukosa dalam Darah >> gangguan hormone insulin, sehingga insulinnya sedikit, gak bisa mengkontrol glukosa dalam darah >> glukosuria >>
di reabsorbsi >>Glukosa di dalam tubuh dihasilkan oleh hasil metabolisme dari makanan yang
mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa digunakan sebagai sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar glukosa dalam darah dapat berubah sewaktu-waktu, namun normalnya berada pada rentang 100 mg/dL – 200 mg/dL.
Setelah makan, kadar glukosa dalam darah menjadi lebih tinggi melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pembentukan energi tubuh.
Hal ini dapat menyebabkan meningginya glukosa dengan tiba-tiba, untuk mencegahnya dibutuhkan insulin (hormon yang diproduksi sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (yang dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka simpanan glikogen akan kembali ke dalam darah.
Hormon yang berfungsi mengatur gula di dalam darah ini dihasilkan oleh pulau Langerharns dalam pankeras. Bagi orang yan terkena kencing manis atau diabetes melitus konsentrasi hormone insulin yang rendah, sehingga kadar dalam darah akan menjadi tinggi. Akibat dari kurangnya konsentrasi insulin, terjadilah dimana urin mengandung glukosa karena gangguan reabsorpsi pada darah.
Suatu kelainan dimana urin pendertia terdapat glukosa karena berkurangnya konsentrasi hormon insulin dalam darah. Menurunya hormon Insulin menyebabkan reabsorpsi pada tubulus kontortus distal terganggu dan perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu.
Penyakit Diabetes melitus (diabetes mellitus tipe I atau diabetes mellitus bergantung insuli, IDDM) ditandai dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respons terhadap pemberian glukosa.
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi daripada rentang kadar puasa normal 80-90 mg/100 ml darah, atau rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah. (Corwin, 2001, hlm. 623).
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia). Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia). (Long, 1996, hlm. 11).
Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut :
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.b. Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap terdapat kelebihan
glukosa dalam darah.c. Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang, dan glukosa
“hati” dicurahkan dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/ menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin (glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik) dan berakibat peningkatan volume air (poliuria).
Starvasi Selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Ada banyak bahan makanan tapi tidak bisa dibawa untuk diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin.
. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan massa otot, kelemahan otot, dan rasa mudah lelah.
Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml pada manusia) merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel – sel targetnya untuk mengambil kelebihan
glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi glukosa turun dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons dengan cara mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.
1. Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yang sangat penting yaitu bila
glukosa darah meningkat ke konsentrasi sangat tinggi setelah makan dan kecepatan
sekresi insulin juga meningkat, sebanyak 2/3 glukosa yang diabsorpsi dari usus
hampir segera disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen. Kemudian, selama jam
berikutnya jika konsentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi insullin turun hati
melepaskan glukosa kembalike dalam darah.
Fungsi insulin dan glukagon sebagai sistem umpan balik terpisah dan penting untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang normal. Jika konsentrasi meningkat sampai kadar yang sangat tinggi maka insulin disekresikan sebaliknya insulin menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun ke arah normal. Sebaliknya penurunan glukosa darah merangsang sekresi glukagon kemudian glukagon berfungsi dalam arah sebaliknya untuk meningkatkan glukosa ke arah normal.
1. Jelaskan fugsi dari Glukagon dan Insulin! GlukagonGlukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh sel alfa pulau langerhans sebagai respon terhadap kadar glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam amino plasma. Glukagon adalah hormon utama stadium pasca absortif pencernaan, yang terjadi selama periode puasa di antara waktu makan. Fungsi hormon ini terutama adalah katabolik (penguraian). Sebagai contoh, glokagon bekerja sebagai antagonis insulin dengan menghambat perpindahan glukosa ke dalam sel. Glukagon juga menstimulusi glukoneogenesis hati dan menyababkan penguraian simpana glikogen untuk digunakan sebagai sumber energi selain glukosa. Glukagon menstimulus penguraian lemak dan pelepasan asam lemak bebas ke dalam aliran darah, untuk digunakan sebagai sumber energi selain glukosa. Fungsi-fungsi tersebut bekerja untuk meningkatkan kadar glukosa darah.
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pangkreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai dengan kebutuhan untuk keperluan regulasi glukosa darah. Insulin berperan penting pada berbagai proses biologis dalam tubuh terutama menyangkut metabolisme karbohidrat. Hormon ini berfungsi dalam proses utilisasi glukosa pada hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak dan hepar.
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin reseptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam signal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak, dengan mekanisme kerja yang belum begitu jelas. Beberapa hal telah diketahui, diantaranya meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) pada membran sel, karena proses translokasi GLUT-4 dari dalam sel diaktivasi oleh adanya tranduksi
signal. Regulasi glukosa tidak hanya ditentukan oleh metabolisme glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hati. Untuk mendapatkan metabolisme glukosa normal diperlukan mekanisme sekresi insulin disertai aksi insulin yang berlangsung normal.2
http://gudangardhy.blogspot.com/2012/09/patofisiologi-fungsi-glukagon-insulin.html
Difusi difasilitasi (facilitated diffusion) adalah pergerakan zat yang melintasi membran sel dan melibatkan protein pembawa. Protein pembawa tergolong protein transmembran yang memiliki tempat pelekatan terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki protein pembawa yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein pembawa yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel. Ingatlah, bagaimanapun juga, bahwa difusi difasilitasi adalah proses pasif, dan zat yang terlarut akan segera bergerak ke bawah gradien konsentrasi.
• Jumlah pembawa sudah tersedia dalam membran plasma batas atas tempat yang maksimum dalam mengangkut semua pengangkutan yang ditempati. akhirnya, transportasi secara maksimum akan segera tercapai, dan tidak ada lagi peningkatan lebih lanjut melalui gradien konsentrasi. Tapi, difusi difasilitasi akan tetap meningkat.• Misalnya: Hormon Insulin mempromosikan penyisipan banyak jenis salinan tertentu Glukosa akan dibawa ke dalam membran plasma sel tertentu, dengan demikian akan berpengaruh terhadap insulin dalam meningkatkan glukosa yang akan dibawa ke membran plasma untuk difusi difasilitasi glukosa menjadi transporter sel yang lebih. Dengan adanya badan sel dapat mengambil glukosa dari darah dengan cepat.
http://prestasiherfen.blogspot.com/2011/06/transportasi-melalui-membran-plasma.html
Contoh difusi dipermudah dapat dilihat pada pe ngangkutan glukosa. Glukosa dalam
tubuh berperan sebagai sumber energi utama dan kebanyak sel memiliki protein membran yang
memfasilitasi difusi glukosa dari aliran darah ke dalam sel. Gradien konsetrasi glukosa agar
dapat terus menerus melakukan difusi dijaga oleh fosforilasi glukosa setelah mesuk ke dalam
sitoplasma, Fosforilasi ini menyebabkan konsentrasi glukosa di dalam sel terus menerus rendah.
Manusia dan mammali lainnya memiliki 5 macam protein yang telah diidentifikasi yang
berperan dalam transport glukosa. Kelima cama protein tersebut adalah GLUT1 sampai GLUT5.
Insulin sebagai hormon yang dihasilkan oleh pankrea memainkan peran npenting dalam menjaga glula
darah. Insulin bekerja dengan merangsang pengambilan glukosa dari darah dan menyimpannya di otot
sebagai glikogen atau digunakan langsung sebagai sumber energi bagi otot, atau pun di seimpan dalam
sel lemak setelah glukosa dikonverwsi menajdi lemak. Otot jantung, otot rangka dan sel lemak memiliki
protein yang memfasilitasi pengangkutan glukosa khususnya GLUT4. Ketika level insulin rendah, sel
relative mengandung sedikit transpoter glukosa pada permukaan selnya. Akan tetapi ketika kadar insulin
meningkat, hormon bekerja pada sel taget dengan merangsang translokasi vesikel dari sitoplasma ke
permukaan sel. Hasilnya transporter glukosa menyatu dengan membran plasma dan bekerja mengambil
glukosa dari darah. Pengaturan pengambilan glukosa pada sel otot dan lemak oleh insulin dapat dilihat
pada gambar di atas.
http://nuzula-setya.blogspot.com/p/protein-plasma.html
AMBANG GINJAL UNTUK GLUKOSA
Bila kadar glukosa darah meningkat relatif tinggi, ginjal juga memberikan pengaruh pengaturannya. Glukosa secara terus menerus disaring oleh glomeruli tetapi biasanya dikembalikan semua ke dalam darah oleh sistem reabsorbsi tubulus ginjal. Reabsorbsi glukosa dihubungkan ke fosforilasi oksidatif dan penyediaan ATP dalam sel-sel tubuli, suatu proses yang sama dengan proses yang bertanggung jawab untuk absorbsi gula ini dari usus. Kapasitas system tubulus untuk menyerap kembali glukosa dibatasi sampai suatu kecepatan sekitar 350 mg/menit.
Bila kadar glukosa darah meningkat, filtrat glomerulus dapat mengandung lebih banyak glukosa daripada yang dapat direabsorbsi. Akibatnya kelebihan glukosa tersebut ke luar bersama urin, sehingga mengakibatkan glikosuria (adanya glukosa dalam urin). Pada individu normal, glikosuria terjadi bila gula darah vena melebihi 170-180 mg/dl. Kadar gula darah vena ini dinamakan ambang ginjal (renal threshold) untuk glukosa.
Ambang (ginjal) ginjal glukosa adalah konsentrasi zat terlarut dalam darah di atas yang ginjal mulai untuk melepaskannya ke dalam urin. Ketika ambang ginjal suatu zat terlampaui, reabsorpsi zat oleh tubuli ginjal proksimal tidak lengkap; akibatnya, bagian dari substansi tetap dalam urin. Dalam diabetes, tubuh tidak mampu untuk mengambil glukosa dari darah menyebabkan ambang ginjal untuk glukosa akan cepat dicapai setelah makan dan, dengan demikian, diekskresikan dalam urin.
Untuk mencegah meningginya glukosa dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang diproduksi sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (yang dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka simpanan glikogen akan kembali ke dalam darah.
Proses ini membutuhkan glukagon. Glikogen yang disimpan dalam hati bisa bertahan 8-10 jam. Apabila tidak digunakan dalam tempo yang ditentukan maka simpanan ini akan berubah menjadi lemak. (Mahendra, 2008, hlm. 1).
Insulin adalah hormon anabolik (pembentuk) utama tubuh dan memiliki berbagai efek lain selain menstimulasi transpor glukosa insulin juga meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel menstimulasi sintesis protein dan glukosa insulin yang menghambat glukoneogenesis, sintesa glukosa ke tubuh kita, membangun protein, dan mempertahankan kadar glukosa plasma rendah. (Corwin, 2001, hlm. 620).
Tubuh (dalam hal ini organ hati) juga memproduksi glukosa yang disebut dengan glikogen.
Glukosa terbentuk dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak).
Peningkatan kadar glukosa setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut, dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan (Lehninger, 1994).
Menurut Villee (1999), sekresi insulin dan glukagon dikontrol oleh kadar glukosa dalam darah. Jika kadar glukosa dalam darah naik (umpama setelah makan), maka sekresi insulin terangsang dan bekerja untuk mengembalikan kadar glukosa dalam keadaan normal.
Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasokan glukosa ke dalam sel otot yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringa adipose juga meningkat setelah makan sebagai respon adanya insulin (Susilawati,2009).
Hormon ini diproduksi oleh sel-sel beta yang ada dalam pulau-pulanu langerhans yang ada dalam organ pankreas. Setiap kali ada makanan yang masuk, pankreas bereaksi memproduksi insulin ke dalam darah untuk memproses glukosa makanan. Tanpa insulin, glukosa tak mungkin masuk ke dalam sel-sel tubuh dan tubuh tidak mendapat pasokan energi, dengan diprosesnya glukosa oleh insulin, maka kadar gula dalam darah menurun.
Gula darah adalah istilah yang mengacu pada tingkat glukosa di dalam darah. Glukosa di dalam tubuh dihasilkan oleh hasil metabolisme dari makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa digunakan sebagai sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar glukosa dalam darah normalnya berada pada rentang 100 mg/dL – 200 mg/dL. Jika
Glukosa
Glukosa normal dalam darah terbentuk dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak). Kemudian glukosa akan diserap melalui dinding usus dan disalurkan dalam darah.
Setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan lebih tinggi, melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pembentukan energi tubuh. Untuk mencegah meningginya glukosa dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang diproduksi sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka simpanan glikogen akan kembali ke dalam darah. Tapi jika kadar glukosanya meningkat maka
Proses ini membutuhkan glukagon. Glikogen yang disimpan dalam hati bisa bertahan 8-10 jam. Apabila tidak digunakan dalam tempo yang ditentukan maka simpanan ini akan berubah menjadi lemak. (Mahendra, 2008, hlm. 1).
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan
sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia). Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia). (Long, 1996, hlm. 11).
(Barbara C. Long 1999. PerawatanMedikal Bedah edisi 3 . YayasanIkatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.Bandung) Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada
ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/ menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin (glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik) dan berakibat peningkatan volume air (poliuria).
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari : 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun disebut “gula darah”, selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.
Penyakit diabetes merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan kadar gula darah. Hal ini mengingat penderita diabetes memiliki kadar gula darah dalam darah yang tinggi, yaitu lebih besar dari 200 mg/dL. Kadar gula darah normal seharusnya berada pada rentang 100 mg/dL – 200 mg/dL. Kadar normal gula darah akan sangat mudah sekali dicapai ketika belum menderita diabetes. Hal ini terkait dengan proses metabolisme glukosa di dalam tubuh yang masih dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Tercapainya kadar gula darah yang normal pada non penderita diabetes juga terkait dengan tersedianya suplai insulin dan juga sensitifitas sel terhadap insulin yang cukup baik sehingga kadar gula darah tetap stabil. Perlu diingat bahwa untuk mendapatkan kadar gula darah yang normal diperlukan produksi insulin yang cukup. Produksi insulin yang cukup ini nantinya secara otomatis berhubungan dengan fungsi sel beta pankreas.
Hormon insulin fungsinya adalah untuk mengatur kadar gula dalam darah. Penderita diabetes melitus memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi dan mengakibatkan gangguan pada proses reabsorpsi di tubulus distal sehingga urin masih mengandung glukosa.
Glukosuria adalah suatu keadaan di mana glukosa/gula dalam jumlah yang berlebih terdapat dalam urin. Glukosuria bukan merupakan suatu jenis penyakit, melainkan suatu
gejala yang disebabkan karena adanya peningkatan glukosa dalam darah, seperti pada penderita diabetes melitus. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes melitus, disebabkan oleh adanya gangguan pada sel-sel beta pankreas yang mensekresikan hormon insulin.
Ketika dalam keadaan normal, glukosa difasilitasi oleh hormon insulin menuju sel target, yaitu sel otot, dan jaringan tubuh yang lain. Gangguan pada sel beta pankreas dapat menyebabkan terjadinya penurunan insulin sehingga terjadi kondisi peningkatan glukosa dalam darah. Meningkatnya glukosa dalam darah akan memberi beban bagi tubulus ginjal dalam proses absorbsi glukosa. Hal ini membuat tidak semua glukosa dapat diserap kembali, sehingga ada sebagian yang dikeluarkan bersama urin.
Glukosuria
Glukosuria adalah suatu keadaan di mana glukosa/gula dalam jumlah yang berlebih terdapat dalam urin. Glukosuria bukan merupakan suatu jenis penyakit, melainkan suatu gejala yang disebabkan karena adanya peningkatan glukosa dalam darah, seperti pada penderita diabetes melitus. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes melitus, disebabkan oleh adanya gangguan pada sel-sel beta pankreas yang mensekresikan hormon insulin.
Ketika dalam keadaan normal, glukosa difasilitasi oleh hormon insulin menuju sel target, yaitu sel otot, dan jaringan tubuh yang lain. Gangguan pada sel beta pankreas dapat menyebabkan terjadinya penurunan insulin sehingga terjadi kondisi peningkatan glukosa dalam darah. Meningkatnya glukosa dalam darah akan memberi beban bagi tubulus ginjal dalam proses absorbsi glukosa. Hal ini membuat tidak semua glukosa dapat diserap kembali, sehingga ada sebagian yang dikeluarkan bersama urin.
Glukosa-darah
Sistem urinary Dalam proses pembentukan urin, terdapat 3 tahapan yaitu proses filtrasi, reabsorpsi, dan
augmentasi. Dalam proses filtrasi, akan terjadi perpindahan cairan dari glomerulus ke kapsula bowman melalui membran filtrasi, dan hasil dari proses ini adalah urin primer. Urin primer mengandung glukosa, garam-garam, natrium, kalium, dan asam amino. Proses yang kedua ialah proses reabsorbsi, proses ini
Reabsorpsi zat tertentu dapat terjadi secara transpor aktif dan difusi. Pada umunya zat yang penting direabsorpsi secara transpor aktif.C) Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh dilakukan secara aktif. Zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh adalah protein, asam amino, glukosa, asetoasetat, dan vitamin. Zat-zat diatas akan direabsorpsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak ada lagi di lengkung henle.b) Hormon insulin fungsinya adalah untuk mengatur kadar gula dalam darah. Penderita diabetes melitus memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi dan mengakibatkan gangguan pada proses reabsorpsi di tubulus distal sehingga urin masih mengandung glukosa.
d) Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh karena turunnya produksi hormon insulin oleh pankreas sehingga menyebabkan terdapatnya glukosa dalam urin.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.
Jelaskan mekanisme umpan balik hormon dari kelenjar pankreas!
Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml pada manusia) merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel – sel targetnya untuk mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi glukosa turun dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons dengan cara mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.
2. Fungsi insulin dan glukagon sebagai sistem umpan balik terpisah dan penting untuk
mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang normal. Jika konsentrasi meningkat
sampai kadar yang sangat tinggi maka insulin disekresikan sebaliknya insulin
menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun ke arah normal. Sebaliknya
penurunan glukosa darah merangsang sekresi glukagon kemudian glukagon berfungsi
dalam arah sebaliknya untuk meningkatkan glukosa ke arah normal.
http://tianurhayati.wordpress.com/2012/12/07/sistem-endokrin-dm-diabetes-militus/
3. Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pangkreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai dengan kebutuhan untuk keperluan regulasi glukosa darah. Insulin berperan penting pada berbagai proses biologis dalam tubuh terutama menyangkut metabolisme karbohidrat. Hormon ini berfungsi dalam proses utilisasi glukosa pada hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak dan hepar.
4. Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin reseptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel. Ikatan antara
insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam signal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak, dengan mekanisme kerja yang belum begitu jelas. Beberapa hal telah diketahui, diantaranya meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) pada membran sel, karena proses translokasi GLUT-4 dari dalam sel diaktivasi oleh adanya tranduksi signal. Regulasi glukosa tidak hanya ditentukan oleh metabolisme glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hati. Untuk mendapatkan metabolisme glukosa normal diperlukan mekanisme sekresi insulin disertai aksi insulin yang berlangsung normal.2
http://gudangardhy.blogspot.com/2012/09/patofisiologi-fungsi-glukagon-insulin.html
TRANSPORT MEMBRAN
Transport membran> protein pembawa terbatas
1. Glikosuria Terjadi Jika Ambang Ginjal Untuk Glukosa Dilampui pada laju sekitar
350 mg/menit. Ketika kadar glukosa darah naik hingga kadar yang relatif tinggi, ginjal
juga melakukan suatu pengaturan. Glukosa disaring oleh glomerulus secara terus-menerus,
tetapi kemudian akan dikembalikan sekuluhnya ke dalam darah melalui sistem reabsorpsi
tubulus ginjal. Reabsorbsi glukosa melawan gradien konsentrasinya terkait dengan
pengadaan ATP di sel-sel tubulus. Kapasitas sistem tubulus untuk mereabsorpsi
glukosa terbatas , fitrat glomerulus dapat mengandung glukosa lebih banyak daripada
jumlah yang bisa direabsorpsi; kelebihan ini kan dikeluarkan ke urin sehingga
menimbulkan gejala glikosuria. Pada orang-orang normal, glikosuria terjadi ketika
konsentrasi glukosa di dalam darah vena melampaui 9,5 – 10,0 mmol/L. keadaan ini
dinamakan ambang ginjal (renal thresholl\d) untuk glukosa.
2. Penyakit Diabetes melitus (diabetes mellitus tipe I atau diabetes mellitus bergantung
insuli, IDDM) ditandai dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya
sekresi insulin sebagai respons terhadap pemberian glukosa. Manifestasi klinis penyakit
ini berupa kenaikan kadar glukosa darah (Hiperglikemia) dan glukosuria yang dapat
disertai perubahan pada metabolisme lemak. Toleransi terhadap glukosa bukan saja
menurun pada penyakit diabetes tipe I tetapi juga pada kerusakan hati; pada beberapa
infeksi; pada penyakit diabetes melitus tipe II (NIDDM), yang sering disertai obesitas
serta peningkatan kadar asam lemak bebas di dalam plasma;pada keadaan di bawah
pengaruh beberapa obat tertentu; dan kadang–kadang pada aterosklerosis. Penurunan
toleransi glukosa ini diperkirakanakan terjadi pula pada hiperaktivitas kelenjar hipofisi
atau kortek adrenal, karena sifat antagonisme hormon-hormon kelenjar endokrin
terhadap kerja insulin.
3. Insulin meningkatkan toleransi glukosa. Penyuntikan insulin akan menurunkan
kandungan glukosa di dalam darah dan meningkatkan pemakaian serta penyimpanan di
hati serta otot sebagai glikogen. Insulin yang berlebihan dapat menyebabkan
hipoglikemia berat, yang menimbulkan gejala konvulsi dan bahkan kematian bila
tidak segera disuntikkan glukosa. Peningkatan toleransi terhadap glukosa terlihat pada
insufisiensi kelenjar hipofisis atau korteks adrenal, yang bisa dikaitkan dengan
penurunan sifat antagonis terhadap insulin oleh hormon-hormon ynag secara normal
akan dihasilkan oleh kedua kelenjar ini.
4.5.6.7. 158.9.10.11.12.13. 1014.15.16.17.18. 519.20.21.22.23.24.25.26. Waktu (jam)27.28. Gambar : Tes toleransi glukosa (GTT; Glucose tolerance test). Kurva glukosa darap
pada orang normal dan penderita diabetes sesudah pemberian glukosa 50 gr per oral. Perhatikan kenaikan awal konsentrasi glukosa pada pasien diabetes. Kriteria keadaan normal adalah kembalinya kurva tersebut pada nilai awal dalam waktu 2 jam
1 20
Pasien Diabetes
Orang Normal
Glu
kosa
dar
ah (m
mol
/L)
Gula darah adalah istilah yang mengacu pada tingkat/kadar glukosa di dalam darah. Kadar glukosa normal pada manusia berada di antara angka 70-110 mg/dl setelah berpuasa (selama 8 jam), dan di bawah 200 mg/dl setelah makan (setelah 2 jam). Kadar glukosa saat berpuasa berbeda dengan sesudah makan, demikian pula saat sebelum tidur dan sepanjang hari. Glukosa yang masuk dalam tubuh berasal dari makanan yang dikonsumsi, lalu diserap melalui dinding usus dan disalurkan dalam darah. Kemudian glukosa diubah menjadi energi untuk kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh.
Ketika mengkonsumsi makanan, pasokan gula dari makanan yang dikonsumsi akan menambah kadar glukosa dalam darah.
Setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan lebih tinggi, melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pembentukan energi tubuh. Untuk mencegah meningginya glukosa dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang diproduksi sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka simpanan glikogen akan kembali ke dalam darah.
Tapi jika kadar glukosanya meningkat maka
Cara mengetahui ada/tidaknya kandungan glukosa dalam urin adalah dengan melakukan uji glukosa pada urin tersebut. Uji glukosa yang dilakukan dapat menggunakan uji benedict yaitu uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi (Montgomery, 1993). Uji ini dilakukan dengan memberikan 15 tetes larutan benedict pada ± 2 ml urin dalam tabung reaksi, kemudian memanaskannya selama ± 1–2 menit sampai mendidih. Prinsip kerja uji benedict adalah glukosa akan mereduksi CuSO4 dalam suasana basa kuat dan panas, membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna hijau, kuning, ataupun merah bata sebanding dengan kadar glukosa dalam urin yang diuji. Jika warna campuran larutan antara larutan benedict dan urin tidak berubah (tetap berwarna biru), maka urin yang diamati tidak mengandung glukosa. Uji benedict banyak digunakan karena dianggap lebih mudah dalam menafsirkan kadar glukosa secara kasar dengan warna yang berlainan untuk masing-masing kadar glukosa. Di bawah ini adalah tabel petunjuk untuk menentukan kadar glukosa yang berbeda-beda pada urin dengan uji benedict.
Tabel 1.1 Petunjuk untuk menentukan kadar glukosa urin dengan uji benedictWarna Simbol Kadar Glukosa
Biru/kehijauan Negatif (-) Normal (≤ 0,5% glukosa)Hijau kekuningan dan keruh Positif (+) Sedikit glukosa (0,5 - 1% glukosa)Kuning keruh Positif (++) Cukup glukosa (1 - 1,5% glukosa)Jingga/warna lumpur keruh Positif (+++) Banyak glukosa (2 - 3,5% glukosa)Merah bata dan keruh Positif (++++) Banyak sekali glukosa (≥ 3,5% glukosa)
(Putri, 2011)
Glukosa normal darah >> glukosuria >> darah >> sistem urin >> filtrate glukosa oleh glomerulus >> reabsorbsi glomerulus >> transport membrane >> protein pembawa terbatas.
Uraian Materi
Reabsorpsi GLUKOSA
Sejumlah besar molekul organik seperti glukosa dan asam amino difiltrasi tiap hari. Karena normalnya
subtansi ini direabsorpsi ke dalam darah dengan energi dan Na+-dependent mekanisme yang terletak pada
tubulus proksimal, tidak ada satupun dari bahan-bahan ini yang disekresikan dalam urin. Glukosa dan asam
amino ditransfer lewat transport aktif sekunder. Dengan proses ini, karier khusus pada tubulus proksimal
mentransfer baik Na+ dan molekul organik tersebut ke dalam sel. Semua substansi yang tereabsorpsi secara
aktif berikatan denagan karier membrane plasma melewati membrane dengan melawan gradient konsentrasi.
Tiap kotranspor dan molekulnya adalah spesifik, namun jumlahnya pun terbatas. Tingkatan maximum
reabsorpsi tercapai ketika semua karier telah digunakan (jenuh). Transpor maximum ini dikenal sebagai
tubular maximum, atau Tm. Setiap jumlah substansi yang melebihi Tmnya tidak akan tereabsorpsi.
Glukosa merupakan contoh substansi yang tereabsorpsi secara aktif tapi tidak diregulasi ginjal. Glukosa
merupakan substansi yang secara bebas dapat difiltrasi pada glomerulus, melewati kapsula Bowman dengan
konsentrasi sama pada plasma (karena 100 mg glukosa/100 ml plasma). Artinya jika 125 ml cairan difiltrasi
per menit (GFR = 125 ml/min), 125 mg glukosa melewati kapsula Bowman dan terfiltrasi. Jumlah substansi
yang terfiltrasi per menit dikenal sebagai muatan terfiltrasi (filtered load).
Filtered load = Konsentrasi substansi tertentu dalam plasma X GFR
Pada GFR konstan, filtered load dari glukosa sama dengan konsentrasi glukosa plasma.
Ginjal memiliki Tm pada glukosa (375 mg/menit). Konsentrasi plasma di mana Tm suatu substansi dicapai dan
substansi muncul pada urin disebut ambang ginjal (renal threshold). Pada glukosa idealnya sekitar 300 mg/100
ml. Katakanlah glukosa plasma sebesar 300 mg/100 ml, filtrasi masih akan terus terjadi. Namun, karena Tm
Glukosa telah terlewati (375 mg/menit), maka reabsorpsi tidak terjadi. Selain itu, karena konsentrasi glukosa
plasma sebesar 300 mg/100 ml telah mencapai renal threshold, muncullah glukosa pada urin.
http://www.berbagimanfaat.com/2011/09/reabsorpsi-natrium-fosfor-glukosa-pada.html
Untuk mencegah meningginya glukosa dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang diproduksi sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (yang dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka simpanan glikogen akan kembali ke dalam darah.
Tubuh (dalam hal ini organ hati) juga memproduksi glukosa yang disebut dengan glikogen.
Tugas Berdasarkan uraian materi tersebut lengkapilah Diagram Vee di bawah ini dengan mengacu pada Pedoman Pengisian Diagram Vee!
Glukosa terbentuk dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak).
Gula darah adalah istilah yang mengacu pada tingkat glukosa di dalam darah. Glukosa di dalam tubuh dihasilkan oleh hasil metabolisme dari makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa digunakan sebagai sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar glukosa dalam darah normalnya berada pada rentang 100 mg/dL – 200 mg/dL. Jika
Glukosa
Glukosa normal dalam darah terbentuk dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak). Kemudian glukosa akan diserap melalui dinding usus dan disalurkan dalam darah.
Pada individu normal, glikosuria terjadi bila gula darah vena melebihi 170-180 mg/dl. Kadar gula darah vena ini dinamakan ambang ginjal (renal threshold) untuk glukosa.
Ambang (ginjal) ginjal glukosa adalah konsentrasi zat terlarut dalam darah di atas yang ginjal mulai untuk melepaskannya ke dalam urin. Ketika ambang ginjal suatu zat terlampaui, reabsorpsi zat oleh tubuli ginjal proksimal tidak lengkap; akibatnya, bagian dari substansi tetap dalam urin. Dalam diabetes, tubuh tidak mampu untuk mengambil glukosa dari darah menyebabkan ambang ginjal untuk glukosa akan cepat dicapai setelah makan dan, dengan demikian, diekskresikan dalam urin.
Proses ini membutuhkan glukagon. Glikogen yang disimpan dalam hati bisa bertahan 8-10 jam. Apabila tidak digunakan dalam tempo yang ditentukan maka simpanan ini akan berubah menjadi lemak. (Mahendra, 2008, hlm. 1).
Setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan lebih tinggi, melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pembentukan energi tubuh. Untuk mencegah meningginya glukosa dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang diproduksi sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka
simpanan glikogen akan kembali ke dalam darah. Tapi jika kadar glukosanya meningkat maka
Peningkatan kadar glukosa setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut, dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan (Lehninger, 1994).
Menurut Villee (1999), sekresi insulin dan glukagon dikontrol oleh kadar glukosa dalam darah. Jika kadar glukosa dalam darah naik (umpama setelah makan), maka sekresi insulin terangsang dan bekerja untuk mengembalikan kadar glukosa dalam keadaan normal.
Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasokan glukosa ke dalam sel otot yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringa adipose juga meningkat setelah makan sebagai respon adanya insulin (Susilawati,2009).
Hormon ini diproduksi oleh sel-sel beta yang ada dalam pulau-pulanu langerhans yang ada dalam organ pankreas. Setiap kali ada makanan yang masuk, pankreas bereaksi memproduksi insulin ke dalam darah untuk memproses glukosa makanan. Tanpa insulin, glukosa tak mungkin masuk ke dalam sel-sel tubuh dan tubuh tidak mendapat pasokan energi, dengan diprosesnya glukosa oleh insulin, maka kadar gula dalam darah menurun.
Proses ini membutuhkan glukagon. Glikogen yang disimpan dalam hati bisa bertahan 8-10 jam. Apabila tidak digunakan dalam tempo yang ditentukan maka simpanan ini akan berubah menjadi lemak. (Mahendra, 2008, hlm. 1).
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia). Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia). (Long, 1996, hlm. 11).
(Barbara C. Long 1999. PerawatanMedikal Bedah edisi 3 . YayasanIkatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.Bandung)
Ketika dalam keadaan normal, glukosa difasilitasi oleh hormon insulin menuju sel target, yaitu sel otot, dan jaringan tubuh yang lain. Gangguan pada sel beta pankreas dapat menyebabkan terjadinya penurunan insulin sehingga terjadi kondisi peningkatan glukosa dalam darah. Meningkatnya glukosa dalam darah akan memberi beban bagi tubulus ginjal dalam proses absorbsi glukosa. Hal ini membuat tidak semua glukosa dapat diserap kembali, sehingga ada sebagian yang dikeluarkan bersama urin.
Agar kondisi tersebut tetap stabil sel beta dalam kelenjar pankreas mengekskresikan insulin untuk mengatur kadar glukosa dalam darah.Ketika kadar glukosa dalam darah meningkat,
Proses ini membutuhkan glukagon. Glikogen yang disimpan dalam hati bisa bertahan 8-10 jam. Apabila tidak digunakan dalam tempo yang ditentukan maka simpanan ini akan berubah menjadi lemak. (Mahendra, 2008, hlm. 1).
Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml, biasanya setelah makan) merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel – sel targetnya untuk mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi glukosa turun dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons dengan cara mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.
Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat.
Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Biasanya terjadi setelah makan
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.
1. Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yang sangat penting yaitu bila glukosa darah meningkat ke konsentrasi sangat tinggi setelah makan dan kecepatan sekresi insulin juga meningkat, sebanyak 2/3 glukosa yang diabsorpsi dari usus hampir segera disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen. Kemudian, selama jam berikutnya jika konsentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi insullin turun hati melepaskan glukosa kembali ke dalam darah.
2. Fungsi insulin dan glukagon sebagai sistem umpan balik terpisah dan penting untuk
mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang normal. Jika konsentrasi meningkat
sampai kadar yang sangat tinggi maka insulin disekresikan sebaliknya insulin
menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun ke arah normal. Sebaliknya
penurunan glukosa darah merangsang sekresi glukagon kemudian glukagon berfungsi
dalam arah sebaliknya untuk meningkatkan glukosa ke arah normal.
http://tianurhayati.wordpress.com/2012/12/07/sistem-endokrin-dm-diabetes-militus/
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta dalam kelenjar pangkreas. Pada keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai dengan kebutuhan untuk keperluan regulasi glukosa darah. ( http://gudangardhy.blogspot.com/2012/09/patofisiologi-fungsi-glukagon-insulin.html
)Insulin berperan penting pada berbagai proses biologis dalam tubuh terutama menyangkut
metabolisme karbohidrat. Hormon ini berfungsi dalam proses utilisasi glukosa pada hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak dan hati.
Untuk mencegah meningginya glukosa dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang diproduksi sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka simpanan glikogen akan kembali ke dalam darah.
Glukosa digunakan sebagai sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar glukosa dalam darah dapat berubah sewaktu-waktu, namun normalnya berada pada rentang 100 mg/dL – 200 mg/dL. Setelah makan, kadar glukosa dalam darah menjadi lebih tinggi melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pembentukan energi tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kadar
glukosa menjadi tinggi dengan tiba-tiba, untuk mencegahnya dibutuhkan pengatur kadar gula dalam darah yaitu insulin.
Insulin adalah hormon anabolik (pembentuk) utama tubuh dan memiliki berbagai efek lain selain menstimulasi transpor glukosa insulin juga meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel menstimulasi sintesis protein dan glukosa insulin yang menghambat glukoneogenesis, sintesa glukosa ke tubuh kita, membangun protein, dan mempertahankan kadar glukosa plasma rendah. (Corwin, 2001, hlm. 620).
Proses ini membutuhkan glukagon. Glikogen yang disimpan dalam hati bisa bertahan 8-10 jam. Apabila tidak digunakan dalam tempo yang ditentukan maka simpanan ini akan berubah menjadi lemak. (Mahendra, 2008, hlm. 1).
Setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan lebih tinggi, melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pembentukan energi tubuh. Untuk mencegah meningginya glukosa dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang diproduksi sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka simpanan glikogen akan kembali ke dalam darah. Tapi jika kadar glukosanya meningkat maka
Gula darah adalah istilah yang mengacu pada tingkat/kadar glukosa di dalam darah. Kadar glukosa normal pada manusia berada di antara angka 70-110 mg/dl setelah berpuasa (selama 8 jam), dan di bawah 200 mg/dl setelah makan (setelah 2 jam). Kadar glukosa saat berpuasa berbeda dengan sesudah makan, demikian pula saat sebelum tidur dan sepanjang hari. Glukosa yang masuk dalam tubuh berasal dari makanan yang dikonsumsi, lalu diserap melalui dinding usus dan disalurkan dalam darah. Kemudian glukosa diubah menjadi energi untuk kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh.
Ketika mengkonsumsi makanan, pasokan gula dari makanan yang dikonsumsi akan menambah kadar glukosa dalam darah.
Setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan lebih tinggi, melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pembentukan energi tubuh. Untuk mencegah meningginya glukosa dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang diproduksi sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (dinamakan glikogen) dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka simpanan glikogen akan kembali ke dalam darah.
Tapi jika kadar glukosanya meningkat maka
Transport aktif glukosa dibantu oleh
protein pembawa yang spesifik. Di dalam cairan serebrospinal, konsentrasi
glukosa hanya 2/3 dari konsentrasi dalam darah. Hal ini disebabkan
karena glukosa secara konstan dipergunakan oleh otak. Kadar glukosa
otak relatif lebih stabil dibandingkan dgnkadar glukosa dalam darah,
sebab sistem transport akan berhenti/jenuh pada saat terjadi peningkatan
glukosa dan akanaktif bila kadar glukosa plasma menurun (pada keadaan
hipoglikemi). Keadaan glukosa ini sangat penting untuk menjaga agar
fungsi saraf tetap normal. Pada keadaan hiperglikemi yang berat dengan
kadar glukosa dalam plasma darah meningkat tiga kali,benda keton dan
asam laktat akan terakumulasi dalam otak dan akan menekan fungsi saraf
sehingga terjadi koma diabetik.
Protein membran plasma memiliki fungsi yang sangat luas antara lain sebagai protein pembawa (carrier) senyawa melalui membran sel, penerima isyarat (signal) hormaonal dan meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau sel lainnya. Protein selaput plasma juga berfungsi sebagai pengikat komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa ekstraseluler. Protein-protein permukaan luar memberikan cirri individual sel dan macam protein dapat berubah sesuia dengan diferensiasi sel. Protein- protein pada membran sel banyak juga yang berfungsi sebagai enzim terutama yang terdapat pada selaput mitokondria, retikulum endoplasma dan kloroplas. Sebagai contoh, senyawa-senyawa fosfolipid membran plasma disintesis oleh enzim-enzim yang terdapat pada membran retikulum endoplasma.
http://nuzula-setya.blogspot.com/p/protein-plasma.html
Pengangkutan glukosa ke dalam sel melalui proses difusi dengan bantuan protein
pembawa. Protein ini telah diidentifikasi melalui teknik kloning molekular. Ada 5
jenis protein pembawa tersebut yaitu GLUT1, GLUT2, GLUT3, GLUT4 dan
GLUT 5. GLUT1 merupakan pengangkut glukosa yang ada pada otak, ginjal,
kolon dan eritrosit. GLUT2 terdapat pada sel hati, pankreas, usus halus dan ginjal.
GLUT3 berfungsi pada sel otak, ginjal dan plasenta. GLUT4 terletak di jaringan
adiposa, otot jantung dan otot skeletal. GLUT5 bertanggung jawab terhadap
absorpsi glukosa dari usus halus. Insulin meningkatkan secara signifikan jumlah
protein pembawa terutama GLUT4. Sinyal yang ditransmisikan oleh insulin menarik pengankut glukosa
ke tempat yang aktif pada membran plasma. Translokasi protein pengangkut ini bergantung pada suhu
dan energi serta tidak bergantung pada sintesis protein. Efek ini tidak terjadi pada hati.
Protein pembawa tergolong protein transmembran yang memiliki tempat pelekatan terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki protein pembawa yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein pembawa yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel.
Ketika asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh.
Glukosa kemudian diolah untuk menjadi bahan energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih tersisa, maka akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot).
Proses glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia).
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin akan berikatan dengan sejenis reseptor ( insulin reseptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam signal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak. ( http://gudangardhy.blogspot.com/2012/09/patofisiologi-fungsi-glukagon-insulin.html )
Sebaliknya penurunan glukosa dalam darah akan merangsang sekresi glukagon yang berfungsi berlawanan dengan insulin untuk meningkatkan glukosa ke arah normal.
Setiap molekul atau ion (glukosa) memiliki protein pembawa yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein pembawa yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel.
Difusi difasilitasi (facilitated diffusion) adalah pergerakan zat yang melintasi membran sel dan melibatkan protein pembawa. Protein pembawa tergolong protein transmembran yang memiliki tempat pelekatan terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki protein pembawa yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein pembawa yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel. Ingatlah, bagaimanapun juga, bahwa difusi difasilitasi adalah proses pasif, dan zat yang terlarut akan segera bergerak ke bawah gradien konsentrasi.
• Jumlah pembawa sudah tersedia dalam membran plasma batas atas tempat yang maksimum dalam mengangkut semua pengangkutan yang ditempati. akhirnya, transportasi secara maksimum akan segera tercapai, dan tidak ada lagi peningkatan lebih lanjut melalui gradien konsentrasi. Tapi, difusi difasilitasi akan tetap meningkat.• Misalnya: Hormon Insulin mempromosikan penyisipan banyak jenis salinan tertentu Glukosa akan dibawa ke dalam membran plasma sel tertentu, dengan demikian akan berpengaruh terhadap insulin dalam meningkatkan glukosa yang akan dibawa ke membran plasma untuk difusi difasilitasi glukosa menjadi transporter sel yang lebih. Dengan adanya badan sel dapat mengambil glukosa dari darah dengan cepat.
http://prestasiherfen.blogspot.com/2011/06/transportasi-melalui-membran-plasma.html
Contoh difusi dipermudah dapat dilihat pada pengangkutan glukosa. Glukosa dalam tubuh
berperan sebagai sumber energi utama dan kebanyak sel memiliki protein membran yang
memfasilitasi difusi glukosa dari aliran darah ke dalam sel. Gradien konsetrasi glukosa agar
dapat terus menerus melakukan difusi dijaga oleh fosforilasi glukosa setelah masuk ke dalam
sitoplasma, Fosforilasi ini menyebabkan konsentrasi glukosa di dalam sel terus menerus rendah.
Manusia dan mammali lainnya memiliki 5 macam protein yang telah diidentifikasi yang
berperan dalam transport glukosa. Kelima cama protein tersebut adalah GLUT1 sampai GLUT5.
Insulin sebagai hormon yang dihasilkan oleh pankreas memainkan peran penting dalam
menjaga glula darah. Insulin bekerja dengan merangsang pengambilan glukosa dari darah dan
menyimpannya di otot sebagai glikogen atau digunakan langsung sebagai sumber energi bagi
otot, atau pun di simpan dalam sel lemak setelah glukosa dikonverwsi menajdi lemak. Otot
jantung, otot rangka dan sel lemak memiliki protein yang memfasilitasi pengangkutan glukosa
khususnya GLUT4. Ketika level insulin rendah, sel relative mengandung sedikit transpoter
glukosa pada permukaan selnya. Akan tetapi ketika kadar insulin meningkat, hormon bekerja
pada sel taget dengan merangsang translokasi vesikel dari sitoplasma ke permukaan sel.
Hasilnya transporter glukosa menyatu dengan membran plasma dan bekerja mengambil
glukosa dari darah. Pengaturan pengambilan glukosa pada sel otot dan lemak oleh insulin
dapat dilihat pada gambar di atas.
http://nuzula-setya.blogspot.com/p/protein-plasma.html
Sel-sel tubuh menangkap insulin pada suatu reseptor glikoprotein spesifik yang terdapat pada membran sel
sehingga glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia).
Di samping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa ke dalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.
Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik, glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia). (Long, 1996, hlm. 11).
Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi glukosa kembali normal, maka pankreas akan merespons dengan cara mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.
Pada individu normal, glikosuria terjadi bila gula darah vena melebihi 170-180 mg/dl. Kadar gula darah vena ini dinamakan ambang ginjal (renal threshold) untuk glukosa.
Peningkatan kadar glukosa setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut, dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan (Lehninger, 1994).
Menurut Villee (1999), sekresi insulin dan glukagon dikontrol oleh kadar glukosa dalam darah. Jika kadar glukosa dalam darah naik (umpama setelah makan), maka sekresi insulin terangsang dan bekerja untuk mengembalikan kadar glukosa dalam keadaan normal.
Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasokan glukosa ke dalam sel otot yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringa adipose juga meningkat setelah makan sebagai respon adanya insulin (Susilawati,2009).
Hormon ini diproduksi oleh sel-sel beta yang ada dalam pulau-pulanu langerhans yang ada dalam organ pankreas. Setiap kali ada makanan yang masuk, pankreas bereaksi memproduksi insulin ke dalam darah untuk memproses glukosa makanan. Tanpa insulin, glukosa tak mungkin masuk ke dalam sel-sel tubuh dan tubuh tidak mendapat pasokan energi, dengan diprosesnya glukosa oleh insulin, maka kadar gula dalam darah menurun.
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia). Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia). (Long, 1996, hlm. 11).
(Barbara C. Long 1999. PerawatanMedikal Bedah edisi 3 . YayasanIkatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.Bandung)
\DIABETKetika dalam keadaan normal, glukosa difasilitasi oleh hormon insulin menuju sel target, yaitu sel otot, dan jaringan tubuh yang lain. Gangguan pada sel beta pankreas dapat menyebabkan terjadinya penurunan insulin sehingga terjadi kondisi peningkatan glukosa dalam darah.
1. Penyakit Diabetes melitus (diabetes mellitus tipe I atau diabetes mellitus bergantung insuli, IDDM) ditandai dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respons terhadap pemberian glukosa. Manifestasi klinis penyakit ini berupa kenaikan kadar glukosa darah (Hiperglikemia) dan glukosuria yang dapat disertai perubahan pada metabolisme lemak.
Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh karena turunnya produksi hormon insulin oleh pankreas sehingga menyebabkan terdapatnya glukosa dalam urin.
Penyakit Diabetes melitus (diabetes mellitus tipe I atau diabetes mellitus bergantung insuli, IDDM) ditandai dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respons terhadap pemberian glukosa.
Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia). (Long, 1996, hlm. 11).
Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik) dan berakibat peningkatan volume air (poliuria).
Starvasi Selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Ada banyak bahan makanan tapi tidak bisa dibawa untuk diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin.
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin reseptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam signal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak, dengan mekanisme kerja yang belum begitu jelas. Beberapa hal telah diketahui, diantaranya meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) pada membran sel, karena proses translokasi GLUT-4 dari dalam sel diaktivasi oleh adanya tranduksi signal. Regulasi glukosa tidak hanya ditentukan oleh metabolisme glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hati. Untuk mendapatkan metabolisme glukosa normal diperlukan mekanisme sekresi insulin disertai aksi insulin yang berlangsung normal.2
http://gudangardhy.blogspot.com/2012/09/patofisiologi-fungsi-glukagon-insulin.html
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari : 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun disebut “gula darah”, selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.
Penyakit diabetes merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan kadar gula darah. Hal ini mengingat penderita diabetes memiliki kadar gula darah dalam darah yang tinggi, yaitu lebih besar dari 200 mg/dL. Kadar gula darah normal seharusnya berada pada rentang 100 mg/dL – 200 mg/dL. Kadar normal gula darah akan sangat mudah sekali dicapai ketika belum menderita
diabetes. Hal ini terkait dengan proses metabolisme glukosa di dalam tubuh yang masih dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Tercapainya kadar gula darah yang normal pada non penderita diabetes juga terkait dengan tersedianya suplai insulin dan juga sensitifitas sel terhadap insulin yang cukup baik sehingga kadar gula darah tetap stabil. Perlu diingat bahwa untuk mendapatkan kadar gula darah yang normal diperlukan produksi insulin yang cukup. Produksi insulin yang cukup ini nantinya secara otomatis berhubungan dengan fungsi sel beta pankreas.
Glukosa-darahglukosa akan diikat oleh protein pembawa lalu protein pembawa akan mengubah
bentuknya dan mendorong glukosa ke dalam sel. Setelah itu protein pembawa
akan kembali ke bentuk yang semula.
Insulin
Reabsorpsi zat tertentu dapat terjadi secara transpor aktif dan difusi. Pada umunya zat yang penting direabsorpsi secara transpor aktif.C) Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh dilakukan secara aktif. Zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh adalah protein, asam amino, glukosa, asetoasetat, dan vitamin. Zat-zat diatas akan direabsorpsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak ada lagi di lengkung henle.
Sistem urinary Dalam proses pembentukan urin, terdapat 3 tahapan yaitu proses filtrasi, reabsorpsi, dan
augmentasi. Dalam proses filtrasi, akan terjadi perpindahan cairan dari glomerulus ke kapsula bowman melalui membran filtrasi, dan hasil dari proses ini adalah urin primer. Urin primer mengandung glukosa, garam-garam, natrium, kalium, dan asam amino. Proses yang kedua ialah proses reabsorbsi, proses ini
Diabetes melitus (kencing manis) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan abnormalitas metabolisme (karbohidrat, lemak, dan protein) karena berkurangnya sekresi atau aktivitas insulin.
dan tubuh membutuhkan glukosa untuk energi.Darah
Penderita diabetes melitus memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi dan mengakibatkan gangguan pada proses reabsorpsi di tubulus distal sehingga urin masih mengandung glukosa.
Ketika dalam keadaan normal, glukosa difasilitasi oleh hormon insulin menuju sel target, yaitu
sel otot, dan jaringan tubuh yang lain.
Hormon insulin fungsinya adalah untuk mengatur kadar gula dalam darah. Penderita diabetes melitus memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi dan mengakibatkan gangguan pada proses reabsorpsi di tubulus distal sehingga urin masih mengandung glukosa.
Bagi orang yang terkena kencing manis atau diabetes melitus konsentrasi hormone insulin yang rendah, sehingga kadar glukosa dalam darah akan menjadi tinggi. Akibat dari kurangnya konsentrasi insulin, terjadilah dimana urin mengandung glukosa karena gangguan reabsorpsi pada darah.
Diabetes melitus (kencing manis) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan abnormalitas metabolisme (karbohidrat, lemak, dan protein) karena berkurangnya sekresi atau aktivitas insulin.\
Suatu kelainan dimana urin pendertia diabetes melitus terdapat glukosa karena berkurangnya konsentrasi hormon insulin dalam darah.
Starvasi Selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Ada banyak bahan makanan tapi tidak bisa dibawa untuk diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin.
. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan massa otot, kelemahan otot, dan rasa mudah lelah.
Glukosuria Glukosuria adalah suatu keadaan di mana glukosa/gula dalam jumlah yang berlebih
terdapat dalam urin. Glukosuria adalah suatu gejala yang disebabkan karena adanya peningkatan glukosa dalam darah, seperti pada penderita diabetes melitus. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes melitus, disebabkan oleh adanya gangguan pada sel-sel beta pankreas yang mensekresikan hormon insulin.
Gangguan pada sel beta pankreas dapat menyebabkan terjadinya penurunan insulin sehingga terjadi kondisi peningkatan glukosa dalam darah. Meningkatnya glukosa dalam darah akan memberi beban bagi tubulus ginjal dalam proses absorbsi glukosa. Hal ini membuat tidak semua glukosa dapat diserap kembali, sehingga ada sebagian yang dikeluarkan bersama urin.
Akibatnya tubuh menjadi kekurangan insulin, sedangkan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal.
Menurunya hormon Insulin menyebabkan reabsorpsi pada tubulus kontortus distal terganggu dan perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu.
Mengakibatkan gangguan pada proses reabsorpsi di tubulus distal, sehingga urin mengandung glukosa.
Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/ menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin (glukosuria).
Glukosuria adalah suatu keadaan di mana glukosa/gula dalam jumlah yang berlebih terdapat dalam urin. Glukosuria adalah suatu gejala yang disebabkan karena adanya peningkatan glukosa dalam darah, seperti pada penderita diabetes melitus. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes melitus, disebabkan oleh adanya gangguan pada sel-sel beta pankreas yang mensekresikan hormon insulin.
Gangguan pada sel beta pankreas dapat menyebabkan terjadinya penurunan insulin sehingga terjadi kondisi peningkatan glukosa dalam darah. Meningkatnya glukosa dalam darah akan memberi beban bagi tubulus ginjal dalam proses absorpsi glukosa. Hal ini membuat tidak semua glukosa dapat diserap kembali, sehingga ada sebagian yang dikeluarkan bersama urin.
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi daripada rentang kadar puasa normal 80-90 mg/100 ml darah, atau rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah. (Corwin, 2001, hlm. 623).
Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut :a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang. Glukogenesis (pembentukan
glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah. Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang, dan glukosa “hati” dicurahkan dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
Ambang batas glukosa ginjal adalah konsentrasi zat terlarut dalam darah di atas yang ginjal mulai untuk melepaskannya ke dalam urin. Ketika ambang ginjal suatu zat terlampaui, reabsorpsi zat oleh tubulus proksimal ginjal tidak lengkap; akibatnya, bagian dari substansi tetap dalam urin. Dalam diabetes, tubuh tidak mampu untuk mengambil glukosa dari darah menyebabkan ambang ginjal untuk glukosa akan cepat dicapai setelah makan dan, dengan demikian, diekskresikan dalam urin.
29.Ginjal memiliki nilai ambang batas untuk glukosa, jika melewati ambang batas tersebut
maka glukosa yang normalnya tidak disekresi akan disekresi ke dalam urin karena ginjal tidak mampu menampung kadar glukosa yang berlebih tersebut, sehingga muncul suatu keadaan yang disebut glukosuria.
Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/ menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin (glukosuria).
Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik) dan berakibat peningkatan volume air (poliuria).
Reabsorpsi GLUKOSA
Sejumlah besar molekul organik seperti glukosa dan asam amino difiltrasi tiap hari. Karena
normalnya subtansi ini direabsorpsi ke dalam darah dengan energi dan Na+-dependent
mekanisme yang terletak pada tubulus proksimal, tidak ada satupun dari bahan-bahan ini yang
disekresikan dalam urin. Glukosa dan asam amino ditransfer lewat transport aktif sekunder.
Dengan proses ini, karier khusus pada tubulus proksimal mentransfer baik Na+ dan molekul
organik tersebut ke dalam sel. Semua substansi yang tereabsorpsi secara aktif berikatan denagan
karier membrane plasma melewati membrane dengan melawan gradient konsentrasi. Tiap
kotranspor dan molekulnya adalah spesifik, namun jumlahnya pun terbatas. Tingkatan maximum
reabsorpsi tercapai ketika semua karier telah digunakan (jenuh). Transpor maximum ini dikenal
sebagai tubular maximum, atau Tm. Setiap jumlah substansi yang melebihi Tmnya tidak akan
tereabsorpsi.
Glukosa merupakan contoh substansi yang tereabsorpsi secara aktif tapi tidak diregulasi ginjal.
Glukosa merupakan substansi yang secara bebas dapat difiltrasi pada glomerulus, melewati
kapsula Bowman dengan konsentrasi sama pada plasma (karena 100 mg glukosa/100 ml
plasma). Artinya jika 125 ml cairan difiltrasi per menit (GFR = 125 ml/min), 125 mg glukosa
melewati kapsula Bowman dan terfiltrasi. Jumlah substansi yang terfiltrasi per menit dikenal
sebagai muatan terfiltrasi (filtered load).
Filtered load = Konsentrasi substansi tertentu dalam plasma X GFR
Pada GFR konstan, filtered load dari glukosa sama dengan konsentrasi glukosa plasma.
Ginjal memiliki Tm pada glukosa (375 mg/menit). Konsentrasi plasma di mana Tm suatu
substansi dicapai dan substansi muncul pada urin disebut ambang ginjal (renal threshold). Pada
glukosa idealnya sekitar 300 mg/100 ml. Katakanlah glukosa plasma sebesar 300 mg/100 ml,
filtrasi masih akan terus terjadi. Namun, karena Tm Glukosa telah terlewati (375 mg/menit),
maka reabsorpsi tidak terjadi. Selain itu, karena konsentrasi glukosa plasma sebesar 300 mg/100
ml telah mencapai renal threshold, muncullah glukosa pada urin.
Reabsorbsi glukosa dihubungkan ke fosforilasi oksidatif dan penyediaan ATP dalam sel-sel tubuli, suatu proses yang sama dengan proses yang bertanggung jawab untuk absorbsi gula ini dari usus.
Bila kadar glukosa darah meningkat, filtrat glomerulus dapat mengandung lebih banyak glukosa daripada yang dapat direabsorbsi. Akibatnya kelebihan glukosa tersebut ke luar bersama urin, sehingga mengakibatkan glikosuria (adanya glukosa dalam urin).
Ketika kadar glukosa darah naik hingga kadar yang relatif tinggi, ginjal juga melakukan suatu pengaturan. Glukosa disaring oleh glomerulus secara terus-menerus, tetapi kemudian akan dikembalikan seluruhnya ke dalam darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal.
30. Glikosuria terjadi jika ambang ginjal untuk glukosa dilampui pada laju sekitar 350 mg/menit.
Meningkatnya glukosa dalam darah akan mengakibatkan terjadinya kelebihan ambang ginjal (renal threshold) untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa. Hal ini membuat tidak semua glukosa dapat diserap kembali. sehingga ada sebagian yang dikeluarkan bersama urin.
dr.Nidia Suriani. 2012Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes MelitusPROGRAM PASCA SARCANA ILMU BIOMEDIKPROGRAM DOUBLE DEGREE NEUROLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG. http://aulanni.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/dr.Nidia-Suriani-Gangguan-
metabolisme-KH-pada-DM1.pdf
Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik. Diabetes melitus atau kencing manis adalah penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh jumlah insulin yang kurang atau karena kerja insulin yang tidak optimal, sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan hanya menumpuk di pembuluh darah. Umumnya ini dikarenakan rusaknya sebagian kecil/besar sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Akibatnya tubuh menjadi kekurangan insulin, sedangkan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal. Hal ini kemudian mengakibatkan gangguan pada proses reabsorpsi di tubulus distal, sehingga urin mengandung glukosa (glukosuria).
Meningkatnya glukosa dalam darah akan memberi beban bagi tubulus ginjal dalam proses absorbsi glukosa. Hal ini membuat tidak semua glukosa dapat diserap kembali, sehingga ada sebagian yang dikeluarkan bersama urin.
Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak berlangsung dengan baik. Diabetes melitus atau
kencing manis adalah penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh
sedikitnya jumlah insulin dalam darah, sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel
tubuh dan hanya menumpuk di pembuluh darah.
Glukosa akan dikeluarkan ke urin, urin yang mengandung glukosa disebut glikosuria . Pada
orang-orang normal, glikosuria terjadi ketika konsentrasi glukosa di dalam pembuluh darah vena
melampaui 9,5 – 10,0 mmol/L.