Post on 29-Oct-2015
description
BAB IPENDAHULUAN
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlachs tonsil) 1.
Tonsil terletak dalam fosa tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblast ditempat ini. Selanjutnya cekungan tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, yang akan menjadi kripta yang permanen dan tonsil. Jaringan limpoid terkumpul disekitar kripta, dan akan membentuk massa tonsil. Pada permukaan dalam atau permukaan yang terpapar, termasuk cekungan pada kripta dilapisi oleh mukosa. Bakal tonsil timbul pada awal kehidupan fetus, dapat dilihat pada bulan keempat. Mula mula sebagai invaginasi sederhana dari mukosa yang terletak diantara arkus brakial ke II dan ke III pada kantung brankial ke II. Tonsil lidah dan tonsil faring berkembang dengan cara yang sama seperti tonsil fausium. Tampak semua tonsil tumbuh dibelakang membran faring, sehingga semua penonjolan epitel tumbuh ke dalam jaringan ikat yang sudah ada di sekitar saluran cerna primitif 2.Salah satu penyakit yang paling sering berulang pada bagian tenggorok adalah tonsillitis kronis terutama pada usia muda. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena kegagalan atau ketidakesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut. Ketidaktepatan terapi antibiotik pada penderita tonsilitis akut akan merubah mikroflora pada tonsil, merubah struktur pada kripta tonsil, dan adanya infeksi virus menjadi faktor predisposisi bahkan faktor penyebab terjadinya tonsilitis kronis 3,4.BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IdentifikasiNama :Tn. DUsia:18 tahunJenis kelamin:Laki-lakiPendidikan:SMAPekerjaan:MahasiswaAlamat:Jalan Perjuangan Kelurahan Sukamaju PalembangNo. RM:10.84.64Tanggal masuk:5 Desember 20122.2.Anamnesis
Keluhan utama : Rasa mengganjal pada tenggorok.Keluhan tambahan : Rasa napas berbau.Riwayat Perjalanan Penyakit :Penderita datang ke Poliklinik THT RS. Muhammadiyah Palembang dengan keluhan rasa mengganjal di tenggorokan sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu. Rasa mengganjal di tenggorok tersebut dirasakan terus menerus dan semakin berak sejak 2 minggu terakhir. Penderita juga mengeluhkan rasa sakit, nyeri menelan, rasa kering, dan gatal pada tenggorakan serta batuk dan demam terutama saat serangan. Penderita juga mengeluh saat tidur sering mendengkur, rasa tercekik terkadang terbangun tiba-tiba karena sesak napas.Keluhan pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, sakit kepala serta nyeri di daerah pipi dan rasa ada cairan yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh penderita. Keluhan nyeri telinga, berdengung, serta rasa penuh ditelinga juga disangkal. Keluhan gangguan suara atau suara serak, serta sulit membuka mulut juga disangkal oleh penderita. Keluhan jantung berdebar-debar, nyeri persendian, mata merah, mata berair, gatal-gatal serta kemerahan pada kulit juga disangkal oleh penderita. Riwayat merokok diakui penderita dalam menghabiskan kurang lebih 1 bungkus per hari.Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Keluhan penyakit yang sama dirasakan oleh penderita sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu, dirasakan hilang timbul sebanyak 3-4 kali dalam setahun terutama setelah mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin serta keluhan ini hilang sendiri tanpa pengobatan.
b. Riwayat alergi debu, makanan tertentu serta udara dingin disangkal oleh penderita.
c. Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis, dan astma disangkal oleh penderita.
d. Riwayat dirawat di rumah sakit serta melakukan operasi THT juga disangkal oleh penderita.
2.3.Pemeriksaan Fisika. Keadaan Umum
Kesadaran :Compos mentis
Tekanan darah:130/80 mmHgNadi:92 x/menitPernapasan:22 x/menitSuhu:36,8 0CBerat badan:75 kgStatus Generalis
Kepala : normocephali, wajah simetrisMata : konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-) Leher : pembesaran KGB (-) Thoraks
Paru
a) Inspeksi:simetris, retraksi interkosta (-)/(-)
b) Palpasi :vokal fremitus dextra = sinistrac) Perkusi :sonor pada semua lapang parud) Auskultasi:vesikular (+)/(+) normal, wheezing (-)/(-), ronki (-)/(-)Jantung
a) Inspeksi :tidak tampak iktus kordis
b) Palpasi:teraba iktus kordis pada ICS IV linea mid aksilaris anterior sinistra
c) Perkusi:
Batas atas:ICS II linea midklavikularis sinistra
Batas kanan:ICS IV V linea parasternalis dextra
Batas kiri:ICS V linea mid aksilaris anterior sinistra
d) Auskultasi:S1/S2 reguler, gallop (-), murmur (-) Abdomen
Inspeksi :datar, lemas
Palpasi : teraba massa (-), pembesaran hepar-lien (-)
Perkusi :timpani
Auskultasi:BU (+) normal
Ekstremitas
a) Superior:akral hangat, deformitas (-)/(-), gangguan fungsi dan gerak (-)/(-)b) Inferior:akral hangat, deformitas (-)/(-), gangguan fungsi dan gerak (-)/(-)
b.Pemeriksaan Khusus
- Pemeriksaan TelingaPemeriksaanKananKiri
Bentuk daun telingaNormal, deformitas (-)Normal, deformitas (-)
Kelainan kongenitalTidak adaTidak ada
Radang, tumorTidak adaTidak ada
Nyeri tekan tragusTidak adaTidak ada
Nyeri penarikan daun telingaTidak adaTidak ada
Kelainan pre-, infra-,
retroaurikularTidak adaTidak ada
Regio mastoidTidak ada kelainanTidak ada kelainan
Meatus aurikular ekstrernaLapang, serumen (-)Lapang, serumen (-)
Membran timpaniIntak, hiperemis (-), edema (-), refleks cahaya (+) arah jam 5Intak, hiperemis (-), edema (-), refleks cahaya (+) arah jam 7
- Pemeriksaan Hidung dan Sinus ParanasalPemeriksaanKananKiri
Bentuk hidung Normal, deformitas (-)Normal, deformitas (-)
Tanda peradanganHiperemis (-), panas (-), nyeri (-), bengkak (-)Hiperemis (-), panas (-), nyeri (-), bengkak (-)
VestibulumHiperemis (-), sekret (-)Hiperemis (-), sekret (-)
Cavum nasiLapang, edema (-), hiperemis (-)Lapang, edema (-), hiperemis (-)
Konka inferior Eutrofi Eutrofi
Meatus nasi inferiorEutrofi Eutrofi
Konka mediusEutrofi Eutrofi
Septum nasi Deviasi (-)Deviasi (-)
Pasase udara Hambatan (-)Hambatan (-)
Daerah sinus frontalisTidak ada kelainan,
nyeri tekan (-)Tidak ada kelainan,
nyeri tekan (-)
Daerah sinus maksilarisTidak ada kelainan,
Nyeri tekan (-)Tidak ada kelainan,
Nyeri tekan (-)
-Pemeriksaan Tenggorok
Gambar 2.1. Temuan tonsil pada kasus.
PemeriksaanKananKiri
Dinding pharynxHiperemis (+), granular (-)Hiperemis (+), granular (-)
Arkus pharynxSimetris, hiperemis (+), edema (-)Simetris, hiperemis (+), edema (-)
TonsilT3/T3, hiperemis (+), permukaan mukosa tidak rata, granular (+), kripta melebar (+), detritus (+), perlengketan (-)T3/T3, hiperemis (+), permukaan mukosa tidak rata, granular (+), kripta melebar (+), detritus (+), perlengketan (-)
UvulaLetak di tengah,
hiperemis (-)Letak di tengah,
hiperemis (-)
Gigi Gigi geligi lengkap, caries (-)
Lain-lain Radang ginggiva (-), mukosa pharynx tenang,
post nasal drip (-)
2.4.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah- Hemoglobin :15,6 gr/dl-Leukosit:7.300 /cm2- Laju Endap Darah:8 mm/jam-Diff. Count:3/0/0/48/41/8 (shift to the right)-Cloting Time:7-Bleeding Time:2
Kesan : kemungkinan terdapat infeksi kronik
2.5.Resume
Penderita, laki-laki usia 18 tahun datang dengan keluhan rasa mengganjal di tenggorokan sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu. Rasa mengganjal di tenggorok tersebut dirasakan terus menerus dan semakin berak sejak 2 minggu terakhir. Penderita juga mengeluhkan rasa sakit, nyeri menelan, rasa kering, dan gatal di tenggorok serta batuk dan demam terutama pada saat serangan. Penderita juga mengeluh saat tidur sering mendengkur, rasa tercekik terkadang terbangun tiba-tiba karena sesak napas. Keluhan pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, sakit kepala serta nyeri di daerah pipi dan rasa ada cairan yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh penderita. Keluhan nyeri telinga, berdengung, serta rasa penuh ditelinga juga disangkal. Keluhan gangguan suara atau suara serak, serta sulit membuka mulut juga disangkal oleh penderita. Keluhan jantung berdebar-debar, nyeri persendian, mata merah, mata berair, gatal-gatal serta kemerahan pada kulit juga disangkal oleh penderita. Riwayat merokok diakui penderita dalam menghabiskan kurang lebih 1 bungkus per hari. Keluhan penyakit yang sama dirasakan oleh penderita sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu, dirasakan hilang timbul sebanyak 3-4 kali dalam setahun terutama setelah mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin serta keluhan ini hilang sendiri tanpa pengobatan. Riwayat alergi debu, makanan tertentu serta udara dingin disangkal oleh penderita. Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis, dan astma disangkal oleh penderita. Riwayat dirawat di rumah sakit serta melakukan operasi THT juga disangkal oleh penderita.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik generalis ditemukan dalam batas normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik khusus ditemukan pada pemeriksaan tenggorok dinding pharynx hiperemis (+)/(+); tonsil T3/T3, hiperemis (+)/(+), permukaan mukosa tidak rata, granular (+), kripta melebar (+)/(+), detritus (+)/(+), perlengketan (-).2.6Diagnosis Banding
a. Tonsilitis kronisb.Adenoiditis kronis
2.7.Diagnosis Kerja
Tonsilitis kronis 2.8.Usulan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa kultus dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil untuk mengetahui kuman penyebab.2.9.Penatalaksanaan
a. Non Medikamentosa- Jaga kebersihan mulut.-Makan makanan lunak selama kurang lebih 1 minggu.-Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.
-Hindari makanan pedas dan berminyak.
-Kontrol post operatif ke poliklinik THT.
b.Medikamentosa
- IVFD RL gtt XX/mnt-Inj. Ampicilin 2 x 1 gr per IV
-Pro tonsilektomi dextra et sinistra
2.10.Prognosis
a.Quo ad vitam:ad bonamb.Quo ad fungsionam:dubia ad bonamc.Quo ad sanationam:ad bonam2.11.Follow Up Post TonsilektomiPasien dilakukan tindakan operasi pada tanggal 07 Desember 2012 pukul 07.00 WIB.a. Jumat / 07 Desember 2012 / 13.00 WIB
SubjektifObjektifAssesmentRencana Terapi
Nyeri setelah operasi
Darah masih terasa mengalirVital Sign
TD : 150/90 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 21 x/menit
Temp 36,9 0C
Pemeriksaan Khusus
Tenggorok
Luka operasi tenang
Perdarahan (+) aktifPost Tonsilektomi ec. Tonsilitis Kronik IVFD RL : D5 = 1 : 3 gtt XX/mnt + drip Ketorolac 2 x 30 mg
Inj. Ampicilin 2 x 1 gr per IV Inj. Asam Tranexamat 2 x 500 mg per IV Diet es krim dan bubur saring
b. Sabtu / 08 Desember 2012 / 07.30 WIBSubjektifObjektifAssesmentRencana Terapi
Nyeri setelah operasi
Darah tidak lagi terasa mengalirVital Sign
TD : 140/90 mmHg
N : 92 x/menit
RR : 21 x/menit
Temp 36,8 0C
Pemeriksaan Khusus
Tenggorok
Luka operasi tenang
Perdarahan (+) tidak aktifPost Tonsilektomi ec. Tonsilitis Kronik Hari 1 IVFD RL : D5 = 1 : 3 gtt XX/mnt + drip Ketorolac 2 x 30 mg
Amoxicilin tab 3 x 500 mg per oral Asam Mefenamat tab 3 x 500 mg per oral
Diet es krim dan bubur saring Rencana pulang
BAB II
PEMBAHASAN
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlachs tonsil) 1.Pada kasus ini didapatkan Tn. D, 18 tahun, datang dengan keluhan rasa mengganjal di tenggorokan sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu. Rasa mengganjal di tenggorok tersebut dirasakan terus menerus dan semakin berak sejak 2 minggu terakhir. Penderita juga mengeluhkan rasa sakit, nyeri menelan, rasa kering, dan gatal di tenggorok serta batuk dan demam terutama pada saat serangan. Penderita juga mengeluh saat tidur sering mendengkur, rasa tercekik terkadang terbangun tiba-tiba karena sesak napas. Keluhan pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, sakit kepala serta nyeri di daerah pipi dan rasa ada cairan yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh penderita. Keluhan nyeri telinga, berdengung, serta rasa penuh ditelinga juga disangkal. Keluhan gangguan suara atau suara serak, serta sulit membuka mulut juga disangkal oleh penderita. Keluhan jantung berdebar-debar, nyeri persendian, mata merah, mata berair, gatal-gatal serta kemerahan pada kulit juga disangkal oleh penderita. Riwayat merokok diakui penderita dalam menghabiskan kurang lebih 1 bungkus per hari. Keluhan penyakit yang sama dirasakan oleh penderita sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu, dirasakan hilang timbul sebanyak 3-4 kali dalam setahun terutama setelah mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin serta keluhan ini hilang sendiri tanpa pengobatan. Riwayat alergi debu, makanan tertentu serta udara dingin disangkal oleh penderita. Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis, dan astma disangkal oleh penderita. Riwayat dirawat di rumah sakit serta melakukan operasi THT juga disangkal oleh penderita.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik generalis ditemukan dalam batas normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik khusus ditemukan pada pemeriksaan tenggorok dinding pharynx hiperemis (+)/(+); tonsil T3/T3, hiperemis (+)/(+), permukaan mukosa tidak rata, granular (+), kripta melebar (+)/(+), detritus (+)/(+), perlengketan (-).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis pasien ini adalah tonsilitis kronik.
Tabel 3.1. Anamnesis secara teori dan kasus.Anamnesis
TeoriKasus
Sering pada usia 5-10 tahun dan dewasa muda 15-25 tahun Lebih sering pada pria
Faktor predisposisi: rangsangan menahun rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, pengobatan yang tidak adekuat.
Keluhan rasa mengganjal di tenggorok, kering tenggorok, napas berbau.
Pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil T2-T4, hiperemis, permukaan tidak rata, granular (+), kripta melebar, detritus (-)/(+), perlengketan (-)/(+) Dewasa muda 18 tahun Pria Riwayat merokok sekitar 1 bungkus per hari, belum pernah diobati.
Mengeluh mengganjal di tenggorok tersebut dirasakan terus menerus, rasa sakit, nyeri menelan, rasa kering, dan gatal di tenggorok serta batuk dan demam terutama pada saat serangan, saat tidur sering mendengkur, rasa tercekik terkadang terbangun tiba-tiba karena sesak napas. Pemeriksaan fisik: dinding pharynx hiperemis (+)/(+); tonsil T3/T3, hiperemis (+)/(+), permukaan mukosa tidak rata, granular (+), kripta melebar (+)/(+), detritus (+)/(+), perlengketan (-).
Berdasarkan kedua data tersebut, maka mengarah ke tonsilitis kronik. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan berupa pemeriksaan laboratorium hematologi dengan ditemukan diff. count 3/0/0/48/41/8 (shift to the right) dengan kesan menandakan adanya infeksi kronik yang berkemungkinan disebabkan oleh tonsilitis tersebut sehingga diagnosis tonsilitis kronik ini lebih kuat.Tabel 3.2. Diagnosis banding
Diagnosis Banding
TeoriTonsilitis KronikAdenoiditis Kronik
DefinisiPeradangan kronik atau berulang pada tonsil palatina (massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terletak di dalam fossa tonsil).Peradangan kronik atau berulang pada adenoid (massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior nasofaring)
Sering pada usia 5-10 tahun dan dewasa muda 15-25 tahun
Lebih sering pada pria Faktor predisposisi: rangsangan menahun rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, pengobatan yang tidak adekuat.
Keluhan rasa mengganjal di tenggorok, kering tenggorok, napas berbau.
Sering pada bayi dan anak karena seharusnya kelenjar ini secara spontan mengalami resolusi sehingga menghilang pada usia 18-20 tahun Dapat terjadi pada pria maupun wanita
faktor predisposisi: sering terjadi infeksi saluran napas bagian atas sehingga timbul sumbatan koana dan sumbatan tuba eustachius.
Keluhan: sering pilek, sering sakit kepala, batuk yang sukar sembuh, telinga sering berdengung dan terasa penuh, gangguan tidur, tidur ngorok, pertumbuhan fisik berkurang
Pemeriksaan fisik Pembesaran tonsil T2-T4, hiperemis, permukaan tidak rata, granular (+), kripta melebar, detritus (-)/(+), perlengketan (-)/(+)Fasies adenoid, faring hiperemis, rinoskopi anterior : palatum mole penomen (-) atau terbatas
Berdasarkan diagnosis banding, maka pasien ini ditegakkan diagnosis sebagai tonsilitis kronik.Tabel 3.3. Penatalaksanaan berdasarkan teori dan kasus.Penatalaksanaan
TeoriKasus
Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat hisap.
Indikasi tonsilektomi
a. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat.
b. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan mal oklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial.
c. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.
d. Rinitis dan sinusitis yang kronik, peritonsilitis, abses peritonsilitis yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan.
e. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
f. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Streptococcus Hemoliticus.
g. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
h. Otitis media efusi atau otitis media supuratif. Non Medikamentosa
- Jaga kebersihan mulut.
-Makan makanan lunak selama kurang lebih 1 minggu.
-Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.
-Hindari makanan pedas dan berminyak.
-Kontrol post operatif ke poliklinik THT.
Medikamentosa
- IVFD RL gtt XX/mnt
-Inj. Ampicilin 2 x 1 gr per IV
-Pro tonsilektomi dextra et sinistra
Prognosis pada pasien ini adalah bonam, namun dubia ad bonam untuk fungsi dari tonsil palatina sebagai barier pertahanan pertama dari infeksi yang berasal dari luar. Namun fungsi masih dapat digantikan oleh barier lainnya.BAB IVTINJAUAN PUSTAKA4.1. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya 5.Terdapat 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fossa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasnaya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat erat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi 5.
Gambar 4.1. Anatomi tonsil tampak dari potongan medial sagitalis 6.Tonsil mendapat dapat dari a. palatina minor, a. palatina asedens, cabang tonsil a. maksila eksterna, a. faring asendens, dan a. lingual dorsal. Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau krista duktus tiroglosus 5.
4.2.Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlachs tonsil) 1.
Penyebaran infeksi melalui udara (air bone droplets), tangan, dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak 1.
A. Tonsilitis Kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut, tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan Gram negatif 1.
B. Patologi Tonsilitis Kronik
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus. proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula 1.
C. Gejala dan Tanda Tonsilitis Kronik
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar, dan beberapa kripta terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, dirasakan kering di tenggorok, dan napas berbau 1.
Gambar 4.2. Skala penilaian tonsil hipertrofi 7.
(0) Tonsil sepenuhnya dalam fossa tonsil.
(1) Tonsil menempati kurang dari 25% dari dimensi lateral orofaring yang diukur antara pilar anterior tonsil.
(2) Tonsil menempati kurang dari 50% dari dimensi lateral orofaring.
(3) Tonsil menempati kurang dari 75% dari dimensi lateral orofaring.
(4) Tonsil menempati 75% atau lebih dari dimensi lateral orofaring.D. Terapi Tonsilitis Kronik
Terapi lokal ditunjukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat isap 1.E. Komplikasi Tonsilitis Kronik
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis 1.Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma 1.F. Indikasi Tonsilektomi
The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan 1:1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat.2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan mal oklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial.
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.
4. Rinitis dan sinusitis yang kronik, peritonsilitis, abses peritonsilitis yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan.
5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Streptococcus Hemoliticus.
7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8. Otitis media efusi atau otitis media supuratif. DAFTAR PUSTAKA1. Rusmarjono, Soepardi EA. 2007. Tonsilitis. Dalam: Soepardi EA., dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia, hal. 221-225.2. Awan Z., Hussain A., Bashir H. 2009. Statistical Analysis of Ear, Nose, and Throat (ENT) Diseases in Paediatric Population at PIMS, Islamabad: 10 Years Experience. Journal Medical Scient, 17 (2): 92-94.3. Dias EP., Rocha ML., Calvalbo MO., Amorim LM. 2009. Detection of Epstein-Barr Virus in Recurrent Tonsilitis. Brazil Journal Otolaryngology, 75 (1): 30-34.
4. Kurien M., Sheelan S.. 2003. Fine Needle Aspiration In Chronic Tonsillitis. Realiable and Valid Diagnostic Test Journal of Laryngology and Otology, 117 : 973 975
5. Rusmarjono, Hermani B. 2007. Odinofagia: Tonsil. Dalam: Soepardi EA., dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia, hal. 214.6. Miller RJ. 2009. Head and Neck Cancer Image and Anatomy: Fauces, Medial Sagittal View, (http://www.aboutcancer.com/, diunduh 12 Desember 2012; 0:02).7. Chan J., Edman JC., Koltai PJ. 2004. Obstructive Sleep Apnea in Children. American Family Physician, 69 (5): 1147-1155, (http://aafp.com/, diunduh 12 Desember 2012; 0:21).1