Post on 19-Dec-2015
description
BLOK DENTAL REHABILITATIVE
SELF LEARNING REPORT
CASE STUDY 5
Tutor :
Disusun oleh:
Nadya Octoraputri H.
G1G011007
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2015
CASE STUDY 5
TAHAPAN PEMBUATAN GTP
I. Persiapan model kerja
Persiapan model kerja dimulai dari merapikan model kerja,
membuat median line, ridge line, outline baseplate, dan tiga cekungan.
Pembuatan garis median yaitu garis vertikal imajiner yang membagi
model kerja menjadi dua sisi yang sama besar. Garis ini sebagai
panduan untuk penyusunan gigi dan pemasangan model kerja pada
artikulator.
Pembuatan ridge line bertujuan untuk panduan dalam
penyusunan gigi. Garis ini melewati puncak alveolaris anterior dan
posterior pada kedua sisi dan dilanjutkan sampai tepi model. Garis
puncak processus alveolaris anterior ditarik pada daerah insisive
pertama sampai kaninus, sedangkan garis puncak processus alveolaris
posterior ditarik dari daerah mesial premolar sampai daerah tuber
maxilla (rahang atas), dan retromolar pad (rahang bawah).
Menurut Gunadi, dkk. (1995), alat dan bahan dalam pembuatan
model kerja:
A. Pensil 2B
B. Pensil tinta
C. Penggaris
D. Pisau malam
E. Kertas gosok
II. Pembuatan Individual Tray
Pembuatan individual tray diawali dengan:
A. Membuat outline individual tray pada model study, 2 mm under
extended dari batas mukosa bergerak dan tak bergerak.
B. Membuat outline stopper, untuk rahang atas ke arah bukal, rahang
bawah lebih ke arah lingual (memudahkan pengembalian sendok
cetak pada tempat kedudukannya dalam mulut penderita)
C. Pembuatan spacer malam (sebagai tempat bagi bahan cetak final)
D. Ulas bagian permukaan model yang tidak tertutup malam merah
dengan bahan separasi CMS
E. Dibuat adonan resin akrilik sesuai aturan pabrik, ditunggu sampai
“dough stage”
F. Adonan diletakkan diatas spacer malam rahang atas dengan
adonan dikumpulkan, dibentuk bulatan, sedangkan rahang bawah
adonan dibentuk bulat panjang spt guling
G. Diatas adonan diberi plastik cellophan dan diratakan sesuai dengan
outline spacer malam pada bagian anterior diberi tangkai
H. Rendam dengan air dingin
I. Rapikan bagian yang melewati outline base
III. Pembuatan lempeng gigi (Base Plate) dan galangan gigit (Bite Rim)
Prosedur ini dilakukan untuk menentukan hubungan relasi
mandibula-maksila serta informasi lain yang diperlukan. Base plate
terbuat dari resin akrilik, sedangkan bite rim terbuat dari malam
(Gunadi, dkk., 1995).
Syarat lempeng dan galangan gigit harus memenuhi:
A. Lempeng gigit harus beradaptasi dengan baik pada permukaan
model
B. Lempeng gigit harus mengikuti denture outline
C. Galangan gigit harus menempel dengan baik pada lempeng gigit
D. Lengkung galangan gigit sesuai dengan lengkung rahang
E. Bidang labial dan bukal galangan gigit tidak boleh melebihi sulkus
labialis dan bukalis.
F. Penampang galangan gigit berbentuk trapezium
G. Tinggi galangan gigit untuk rahang atas adalah 20-22 mm,
sedangkan rahang bawah 16-18 mm.
H. Lebar galangan gigit daerah anterior 5mm, premolar 7 mm, dan
molar 10.
I. Galangan gigit anterior rahang atas membentuk sudut 5o sehingga
terdapat jarak antara bidang labial galangan gigit rahang atas dan
bawah sebesar 2 mm.
Menurut Gunadi (1995), alat dan bahan yang digunakan dalam
tahap ini diantaranya:
A. Lekron
B. Pisau malam
C. Lampu spirtus
D. Lembaran malam
E. Model kerja
Cara kerja:
A. Lempeng gigit
1. Lunakan satu lapis malam dan adaptasikan pada model kerja
2. Potong malam sesuai batas tepi model yang telah dibuat
3. Malam pada bagian vestibulum ditekan sehingga menempel
dan membentuk lempeng gigit sesuai model kerja
4. Rapikan malam sesuai dengan denture outline
B. Galangan gigit
1. Lunakan selembar lilin lagi dan gulung
2. Gulungan dilekatkan pada lempeng gigit di atas processus
alveolaris
3. Bentuk galangan gigit bagian labial, bukal, dan palatinal
dengan pisau malam panas sesuai dengan besar gigi, yaitu
anterior 5 mm, premolar 7 mm, dan molar 10 mm. Untuk
meratakan bidang oklusal dapat menggunakan skrap.Tinggi,
lebar sesuai gigi pengganti, permukaan oklusal datar,
permukaan bukal mengikuti lengkung bukal bukal gigi yang
masih ada
(Gunadi, dkk., 1995).
IV. Penetapan gigi dan fiksasi rahang atas dan rahang bawah
Fungsinya untuk menentukan dimensi vertikal dan horizontal dari
posisi maupun ukuran galangan gigit yang disesuaikan dengan kontur
wajah pasien, tinggi gigit, relasi oklusi, serta relasinya dengan alveolar
ridge pasien (Neil dan Walter, 1992). Penetapan gigit dibuat dengan
mengerok pada daerah premolar rahang atas dan bawah dengan bentuk
inverted dan beri bahan fiksasi pada daerah yang dikerok. Model rahang
atas dan bawah kemudian di fiksir dan pada galangan gigit diberi garis
median dengan panduan garis median pada model.
V. Pemasangan di artikulator
Artikulator adalah sebuah alat mekanis yang mewakili sendi rahang
dan bagian-bagiannya, dimana model rahang atas dan bawah dicekatkan
(Applegate, 1959).
Syarat pemasangan artikulator:
A. Garis median sejajar dengan garis median artikulator
B. Bidang oklusal dari galangan gigit sejajar dengan garis oklusal
dengan bantuan karet gelang
C. Pin horizontal menyentuh titik potong antara garis median dan
insisal insisiv rahang bawah.
Menurut Gunadi (1995), alat dan bahan yang digunakan
diantaranya:
A. Artikulator
B. Rubber bowl dan spatula
C. Karet gelang
D. Kertas ampelas kasar dan halus, pensil, penggaris
E. Vaselin
F. Malam mainan
G. Plaster of paris
Cara kerja:
A. Letakan model rahang atas dan bawah yang telah difiksasi di
artikulator dengan bantuan malam mainan
B. Base plate dan bite rim bersama dengan model rahang atas
diletakkan pada mounting table
C. Buat adonan gips
D. Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang
perlahan pada bagian atas model kerja rahang atas. Kemudian tutup
upper member dan tekan. Haluskan sebelum mengeras. Ketika
sudah mengeras, ambil malam pengganjal.
E. Buat adonan gips
F. Lakukan seperti yang dilakukan pada upper member pada lower
member.
G. Fiksir lengan atas dan bawah artikulator dengan karet gelang
sampai gips benar-benar mengeras
(Applegate, 1959).
VI. Penyusunan gigi artifisial
Gigi artifisial yang dibuat di pabrik tidak selalu cocok dengan
keadaan rahang dan oklusi dengan gigi antagonisnya, sehingga kita
perlu memodifikasinya agar sesuai dengan keadaan pasien dengan cara
menggerinda gigi artifisial. Gigi artifisial tersebut harus memenuhi
syarat bentuk, ukuran, tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen
(Gunadi, dkk., 1995).
Menurut Gunadi,dkk. (1995), alat dan bahan yang digunakan
diantaranya:
A. Gigi artifisial
B. Pisau model dan malam
C. Glass plate
D. Lampu spirtus
Cara kerja:
A. Pemilihan warna gigi
Warna gigi: Disesuaikan dengan warna gigi asli yang masih ada
dan menggunakan shade guide yang digunakan pada keadaan
basah.
B. Penyusunan gigi anterior rahang atas
1. Insisiv satu rahang atas, sumbu gigi sedikit condong (50) ke
distal terhadap garis tegak lurus. Ujung insisal menyentuh
bidang oklusal
2. Insisiv kedua rahang atas, lebih condong (100) ke distal
dibandingkan dengan insisiv pertama rahang atas. Ujung
insisal insisiv kedua rahang atas berjarak 0,5-1 mm di atas
bidang oklusal.
3. Kaninus rahang atas sumbu gigi juga condong ke distal.
Sumbu gigi hampir tegak lurus dilihat dari arah labio-palatal.
Ujung insisal menyentuh bidang oklusal.
C. Penyusunan gigi anterior rahang bawah
1. Perhatikan overbite dan overjet pada susunan gigi anterior
rahang atas dan rahang bawah. Overbite 1-2 mm, overjet
2-3 mm
D. Penyusunan gigi posterior rahang atas
1. Premolar pertama rahang atas sumbu gigi tegak lurus, cups
bukal menyentuh bidang oklusal, cups palatinal tidak
menyentuh bidang oklusal.
2. Premolar kedua rahang atas sumbu gigi tegak lurus. Cups
bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusal
3. Molar pertama rahang atas sumbu gigi condong ke mesial.
Hanya cusp mesiopalatinal yang menyentuh bidang oklusal
4. Molar kedua rahang atas sumbu gigi condong ke mesial dan
tidak ada cusp yang menyentuh bidang oklusal
5. Penyusunan gigi posterior rahang atas dilihat dari samping
harus memperhatikan letak oklusal gigi terhadap bidang
oklusal membentuk curve of spee
E. Penyusunan gigi posterior rahang bawah
1. Pembuatan garis pada galangan gigit sesuai dengan garis
puncak alveolar ridge pada model kerja, sebagai pedoman
fisura gigi-gigi posterior
2. Gigi molar pertama rahang bawah fosa sentralnya berada pada
cusp mesiopalatinal molar rahang atas – relasi antar molar
neutrooklusi (Klas I Angle)
3. Gigi molar kedua axisnya tegak lurus bite rim, tonjol
mesiobukal molar kedua berada di antara tonjol mesiodistal
molar pertama rahang atas dan tonjol mesio-bukal molar
kedua rahang atas.
4. Penyusunan premolar kedua rahang bawah axisnya tegak lurus
bite rim- letaknya di antara premolar satu dan dua rahang atas
dengan tonjol bukal terletak di fossa sentral antara premolar
satu dan dua rahang atas.
5. Penyusunan premolar pertama rahang bawah dilakukan paling
akhir. Terkadang ruang kosong tidak mencukupi, sehingga
dibutuhkan pengasahan pada bagian proksimal premolar
pertama rahang bawah.
(Nallaswamy, 2007).
VII. Konturing gingiva
Merupakan pemberian bentuk landasan lilin gigi tiruan semirip
mungkin dengan anatomi dari gusi dan jaringan lunak mulut. Bentuk
permukaan ini akan memberikan retensi dan estetik pada gigi tiruan.
Kontur gingiva terdiri dari margin gingiva, interdental papila, dan root
promience (tonjolan akar) (Nallaswamy, 2007).
Menurut Gunadi,dkk. (1995), alat dan bahan yang digunakan
diantaranya:
A. Lampu spirtus
B. Lekron
C. Kain flanel
Cara kerja:
A. Lilin lunak diadaptasikan pada permukaan labial, bukal, lingual,
dan kemudian bentuk tanda-tanda anatomisnya. Tonjolan akar dari
setiap gigi dibentuk seperti huruf V, semakin kearah apikal tonjolan
tersebut semakin tidak jelas bentuknya. Bagian bukal dan labial
dibuat agak penuh untuk memperbaiki bentuk dari kontur bibir dan
pipi. Bentuk antara gingiva dan tepi-tepi gigi tiruan dibentuk
konkaf (cekung) untuk membantu retensi sesuai dengan arah gaya-
gaya dari otot lidah, otot pipi (otot-otot mulut).
B. Haluskan lilin yang sudah dibentuk dengan api atau alkohol
kemudian gosok hingga mengkilap.
(Nallaswamy, 2007).
VIII. Flasking dan buang malam
Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture”
malam dalam suatu flask atau cuvet untuk membuat sectional mold.
Flask merupakan kotak logam bersekat-sekat yang berisi tempat protesa
gigi dibuat, digunakan juga untuk mengecor suatu pola ( Harty dan
Ogston,1995).
Menurut Gunadi,dkk. (1995), alat dan bahan yang digunakan
diantaranya:
A. Kuvet
B. Rubber bowl dan spatula
C. Panci
D. Vaselin
E. Gips
Cara kerja flasking :
A. Letakkan model dalam flask bagian bawah untuk memastikan
bahwa flasknya cukup.
B. Ulasilah seluruh bagian dalam flask dengan lapisan vaselin tipis
dan plug bagian bawah flask diletakkan.
C. Bagian tepi atau dasar model dikuas dengan separating medium
(vaselin atau air sabun).
D. Aduklah adonan gips, kemudian letakkan di flask bagian bawah
lalu model ditanam dalm flask tersebut, setelah gips agak mengeras
dirapikan.
E. Setelah gips mengeras, bagian gips dicat dengan vaselin atau air
sabun.
F. Buatlah adonan stone dan kuaskan pada gigi-gigi dan malam geligi
tiruan sambil digetarkan untuk mencegah terjadinya gelembung-
gelembung udara. Pasang flask bagian atas tanpa tutup, lalu isikan
stone kedalam flask sampai batas permukaan oklusal gigi-gigi.
G. Setelah stone mengeras, buatlah adonan stone kedua dan tuangkan
kedalam flask sampai penuh lalu flask ditutup dan ditaruh di bawah
press (bagian-bagian flask kontak antar metal).
H. Rebus kuvet dengan seluruh bagian terendam dengan air mendidih
selama 5 menit (diperkirakan malam sudah mendidih). Angkat
kuvet dan buang model malam yang lunak dengan air mendidih,
kemudian sikat dengan kuas sampai benar-benar bersih.
(Lovely, 1995).
IX. Packing
Merupakan suatu tahap berupa pengisian suatu bahan basis gigi
tiruan ke dalam ruangan yang telah dipisahkan dalam suatu flask.
Contoh bahan basis gigi tiruan yang sering digunakan adalah akrilik.
Akrrilik tersebut tersusun dari campuran monomer dan polimer resin
akrilik (Lovely, 2005).
Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:
A. Wet sand atau sandy stage: adonan seperti pasir
B. Puddled sand: adonan seperti lumpur basah
C. Stringy atau sticky stage: adonan apabila disentuh dengan jari atau
alat bersifat lekat, apabila ditarik membentuk serat. Butir-butir
polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer.
D. Dough atau packing stage: adonan bersifat plastis. Sifat lekat
hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita
inginkan.
E. Rubbery stage: kenyal seperti karet. Telah banyak monomer yang
menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi
permukaan yang kasar.
F. Rigid stage: kaku dan keras. Adonan telah menjadi keras dan getas
pada permukaannya, sedangkan keadaan dibagian dalam adukan
masih kenyal.
(Lovely, 2005).
Menurut Lovely (2005), alat dan bahan yang digunakan diantaranya:
A. Monomer dan polimer akrilik
B. Mixing jar
C. Spatula stainless steel
D. Mould
E. Kuvet
F. Lekron
G. bench press
H. Cellophane
Cara kerja:
A. Pencampuran resin akrilik. tuang monomer kedalam mixing jar
porselen yang bersih dan masukkan polimer sampai semua cairan
terserap dalam bubuk (polimer:monomer, 3:1).
B. Aduk campuran dengan spatula stainless steal sampai monomer
dan polimer tercampur dengan baik.
C. Pasang tutup mixing jar untuk mencegah menguapnya monomer
saat polimerisasi dan diamkan selama waktu yang dianjurkan
pabrik.
D. Jar dibuka dan bahan di tes dengan spatula, jika sudah lunak dan
tidak lengket (dough stage), adonan siap dimasukkan kedalam
mold.
E. Packing resin akrilik yang sudah dough stage dimasukan kedalam
mold dengan jari telunjuk yang terbungkus kertas cellophane.
Adonan di packing satu arah untuk menghindari terjebaknya hawa
udara antar resin akrilik dan mold. Bentuk adonan untuk rahang
atas dibentuk bola atau bulat di regio palatum pada mould yang
terdapat gigi. Sedangkan untuk rahang bawah dibentuk gulungan
panjang dan diletakkan pada mould yang bergigi.
F. Letakkan kertas selopan diatas resin akrilik, dan pasang kuvet
antagonis.
G. Kuvet ditekan dengan bench press pelan-pelan agar kelebihan
adonan mengalir keluar, kemudian buang kelebihan. Lakukan hal
ini sebanyak 2-3 kali sampai tidak ada lagi kelebihan akrilik
H. Jika sudah baik, flask bawah diolesi CMS, kemudian dibiarkan
sampai kering. Selanjutnya olesi permukaan akrilik dengan likuid,
dan tekan lagi tanpa cellopane.
I. Rendam flask dibawah air pada suhu kamar selama 30 menit.
(Lovely, 2005).
X. Deflasking
Merupakan tindakan pengeluaran model dan gigi tiruan dari
dalam kuvet tanpa rusak atau pecah, sehingga siap untuk dikembalikan
ke dalam artikulator (Gunadi, dkk., 1995).
Cara kerja:
A. Buka tutup kuvet atas
B. Ketuk dinding kuvet atas atau bawah agar kuvet terpisah dari
plaster
C. Plaster keluar dengan utuh dengan model berada di dalamnya
D. Model dan gigi tiruan dipisahkan dari plaster perlahan sehingga
didapat model beserta gigi tiruan dalam keadaan utuh
E. Biarkan gigi tiruan melekat pada model.
(Gunadi, dkk., 1995).
XI. Remounting
Remounting adalah pemasangan kembali model atas & bawah beserta
gigi tiruan akrilik ke artikulator. Fungsinya adalah untuk mengetahui
ada tidaknya perubahan – perubahan oklusi di luar mulut pasien dan
untuk melakukan oklusal adjustment di luar mulut pasien. Remounting
dapat dilakukan setelah model beserta gigi tiruan akrilik dikeluarkan
dari flask atau setelah gigi tiruan akrilik selesai dipoles (Watt dan Mac
Gregor,1992).
XII. Selective grinding
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum
MUDL (pengurangan bagian mesial gigi rahang atas dan distal rahang
bawah) dan BULL (pengurangan bagian bukal rahang atas dan lingual
rahang bawah). Alat dan bahan yang digunakan antara lain artikulator,
lekron, mikromotor, dan diamond bur (Gunadi, dkk., 1995).
XIII. Finishing dan polishing
Merupakan tahap akhir dari tahapan laboratoris pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan. Finishing merupakan proses atau tahap
penyelesaian geligi tiruan dari menyempurnakan bentuk akhir geligi
tiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik di sekitar gigi dan
tonjolan-tonjolan akrilik pada permukaan landasan geligi tiruan akibat
dari processing. Polishing geligi tiruan terdiri dari menghaluskan dan
mengkilapkan geligi tiruan tanpa mengubah konturnya (Watt dan Mac
Gregor,1992).
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:
A. Membuang atau memotong kelebihan akrilik yang bukan bagian
dari gigi tiruan
B. Membersihkan interdental dari gips
C. Bagian yang tajam dirapikan dan dibulatkan dengan menggunakan
bur.
D. Menghaluskan seluruh bagian gigi tiruan kecuali bagian fitting
surface
E. Polishing permukaan basis gigi tiruan hingga mengkilap, kecuali
bagian fitting surface.
(Watt dan Mac Gregor,1992).
Menurut Watt dan Mac Gregor (1992), alat dan bahan yang
digunakan diantaranya:
A. Brush wheel
B. Rag wheel
C. Buff whel
D. Acrylic polish
E. Pumice
F. Kryt
XIV. Insersi
Menurut Zarb (2002), insersi adalah pemasangan gigi tiruan
sebagian lepasan dalam mulut pasien. Hal yang perlu diperhatikan
diantaranya:
A. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan pada saat
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan
cara pengasahan gigi tiruan.
B. Retensi
Kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya oklusi.
Retensi dapat didapat dengan cara retensi fisiologis dan retensi
mekanis.
C. Stabilisasi
Kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya horizontal.
Stabilisasi dapat dilihat pada saat mastikasi.
D. Oklusi
Pemeriksaaan aspek oklusi dengan menggunakan kertas
artikulasi yang diletakkan dibawah gigi atas dan bawah pada saat
posisi sentrik, lateral, dan anteroposterior. Bila normal, akan
terlihat warna yang tersebar merata pada permukaan gigi.
Sedangkan bila tidak normal, terlihat penyebaran warna yang tidak
merata dan dapat dilakukan selective grinding.
XV. Reparasi
Merupakan suatu tindakan pebaikan atau pembetulan dari gigi
geligi tiruan dengan tujuan memperbaiki kelainan, kerusakan, kecekatan,
retensi, dan stabilisasi, setelah geligi tiruan dipakai pasien. Sebelum
dipreparasi, dokter gigi harus melakukan pemeriksaan terhadap gigi tiruan
yang akan diperbaiki dan mengetahui sebabnya agar dapat ditentukan jenis
reparasi apa yang akan dilakukan (Zarb, 2002).
Reparasi geligi tiruan dilakukan karena gigi geligi mengalami:
A. Longgar, apabila geligi tiruan longgar dapat dilakukan relining atau
rebasing. Relining adalah melapisi bagian permukaan anatomik basis
geligi tiruan yang mengalami rusak ringan sampai sedang, seperti
geligi tiruan longgar dan tinggi gigitan yang rendah, sedangkan
rebasing adalah melapisi bagian permukaan anatomik basis geligi
tiruan yang mengalami rusak sedang sampai berat, seperti
memperbaiki tinggi gigitan yang terlalu tinggi.
B. Kerusakan pada landasan geligi tiruan, seperti retak atau patah
C. Kerusakan pada elemen gigi, seperti elemen gigi patah atau lepas
(Zarb, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Applegate, 1959, Essential of Removable Partial Denture Prosthesis 2th ed.,
W.B. Sounders Co., Philadelphia, London.
Gunadi, H.A., dkk., 1995, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid
2, Hipocrates, Jakarta.
Lovely, M., 2005, Review of Removable Partial Dentures, Jaypee Brother
Medical Publisher, New Delhi.
Nallaswamy, D., Ramallingam, dan Bhat, V., 2007, Textbook of Prosthodontics,
Jaypee Brotther, New Delhi.
Neil, DJ. dan Walter, JD, 1992, Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Diterjemahkan
dari buku asli: Partial Denture,. Alih bahasa: Lilian Yuwono, EGC,
Jakarta.
Watt, David M dan Mac Gregor, A. Roy, 1992, Membuat Desain Gigi Tiruan
Lengkap, Hipokrates, Jakarta.
Zarb, George A., 2002, Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut
Boucher, EGC, Jakarta.