213682675 case-study-bronkpneumonia

38
Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites BAB I PENDAHULUAN Bronkopneumonia merupakan suatu bentuk pneumonia, yaitu pneumonia lobularis. Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Pneumonia sering disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar episode yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit untuk menentukan penyebab spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada. Dalam program penanggulangan penyakit ISPA, pneumonia 1

Transcript of 213682675 case-study-bronkpneumonia

Page 1: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Get Homework/Assignment Done Homeworkping.comHomework Help https://www.homeworkping.com/

Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/

Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/

click here for freelancing tutoring sitesBAB I

PENDAHULUAN

Bronkopneumonia merupakan suatu bentuk pneumonia, yaitu pneumonia

lobularis. Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru.

Pneumonia sering disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar episode

yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit untuk menentukan penyebab

spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada. Dalam program

penanggulangan penyakit ISPA, pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia

sangat berat, pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia. Berdasarkan

ada tidaknya tanda bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan

frekuensi napas, dan dengan pengobatan yang spesifik untuk masing-masing

derajat penyakit (Behrman et al., 2000).

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama

pada anak di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun. Pola bakteri

1

Page 2: 213682675 case-study-bronkpneumonia

penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi umur pasien

(Behrman et al., 2000). Insidensi pneumonia pada anak usia < 5 tahun di

Negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di Negara

berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Diperkirakan hampir seperlima

kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal

setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia

Tenggara. Menurt survei kesehatan nasional tahun 2001, 27% kematian bayi

dan 22,8 % kematian balita di indonesia disebabkan oleh penyakit sistem

respiratorius, terutama pneumonia (Rahajoe, 2009).

Pelaporan kasus bronkopneumonia di Aceh masih jarang dilakukan. Oleh

karena itu pada tulisan ini akan dilaporkan mengenai kasus bronkopneumonia.

2

Page 3: 213682675 case-study-bronkpneumonia

BAB II

ILUSTRASI KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : ADS

Umur : 4 tahun 2 bulan 4 hari (12 Maret 2009)

Jenis Kelamin : Perempuan

No.CM / Reg. : 0148

Alamat : Ds. Lamt. Barat, Kec. Jaya Baru, Banda Aceh.

Nomer handphone: 085297935656

Suku : Aceh

Agama : Islam

Nama ayah : Zulfikar

Umur : 38 tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Swasta (pedagang pakaian)

Agama : Islam

Nama Ibu : Rosmiati

Umur : 35 tahun

Pendidikan terakhir : D2 Matematika

Pekerjaan : Pengajar

Agama : Islam

TB : 98 cm

LK : 51 cm

BB : 15 kg

Tanggal Pemeriksaan : 16 Mei 2013

2. Anamnesis Penyakit (Auto anamnesa)

Keluhan Utama : Batuk berdahak

Keluhan Tambahan : Pilek dan demam.

RPS:

3

Page 4: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak yang dialami sejak 5 hari

yang lalu dan memberat dalam 2 hari yang lalu. Dahak berwarna hijau keputihan.

Adanya dahak bercampur darah disangkal. Pilek dialami sejak 7 hari yang lalu.

Hidung gatal dan ingus encer disangkal. Keluhan nyeri dada, mengi atau sesak

nafas disangkal.

Pasien juga mengeluhkan demam yang dialami sejak ± 4 hari yang lalu.

Demam dirasakan tidak terlalu tinggi. Demam dapat turun dengan pemberian obat

parasetamol. Demam muncul lagi pada ± 2 hari yang lalu yang dirasakan tidak

terlalu tinggi. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala dan gelisah sejak saat

pertama sakit. Selama sakit pasien mengalami penurunan nafsu makan. Pasien

juga mengeluhkan sering mual. Keluhan muntah atau gangguan buang air besar

dan penurunan berat badan disangkal.

RPO:

Pasien sempat berobat ke mantri dan diberi obat penurun panas

paracetamol.

RPD:

Keluarga pasien mengaku bahwa pasien sering mengalami batuk pilek

sejak usia 2 tahun. Adanya riwayat alergi disangkal.

RPK:

Keluarga pasien menyangkal adanya salah satu anggota keluarga yang

pernah menderita batuk pilek. Riwayat alergi dalam keluarga disangkal. Riwayat

TB disangkal.

4

Page 5: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Family Genogram:

RKS:

Keluarga pasien mengaku bahwa pasien sering makan makanan gorengan

dan es.

Riwayat Imunisasi:

Usia (bulan) Jenis imunisasi

0 HB0

1 BCG, polio 1

2 DPT/HB1, polio 2

3 DPT/HB2, polio 3

4 DPT/HB3, polio4

9 Campak

5

X X X X

X

Page 6: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Usia (bulan) Pertumbuhan dan perkembangan1 Tangan dan kaki bergerak aktif, kepala menoleh ke

samping, bereaksi terhadap bunyi lonceng, menatap wajah ibu.

2 Mengangkat kepala ketika tengkurap, kepala menoleh ke samping, bersuara, tersenyum spontan.

3 Kepala tegak ketika didudukan, memegang mainan, tertawa, memandang tangannya.

4 Tengkurap atau terlentang sendiri, memegang mainan, tertawa, memandang tangannya.

5 Tengkurap atau terlentang sendiri, meraih, menoleh kea rah datangnya suara, meraih mainan.

6 Duduk tanpa berpegangan, meraih, menoleh kea rah datangnya suara, memasukkan biscuit ke mulut.

7 Duduk tanpa berpegangan, mengambil mainan, menoleh kea rah datangnya suara, memasukkan biscuit ke mulut.

8 Berdiri berpegangan, mengambil mainan, bersuara ma…ma…ma..

9 Berdiri berpegangan, menjimpit, bersuara ma…ma…, melambaikan tangan.

10 Berdiri berpegangan, memukulkan mainan di kedua tangan, bersuara ma… ma…, bertepuk tangan.

11 Berdiri berpegangan, memukulkan mainan di kedua tangan, memanggil mama papa, menunjuk meminta.

12 Berdiri tanpa berpegangan, memasukkan mainan ke cangkir, bermain dengan orang lain.

Riwayat ASI dan MPASI

Usia (bulan) Jenis makanan

0-6 bulan ASI

6-9 bulan ASI, bubur susu, buah, tim saring

9-12 ASI, bubur susu, buah, tim saring

3. Status Present

Keadaan umum : Pasien tampak lemah

GCS : E4M6V5 = 15

6

Page 7: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Kesadaran : Kompos mentis

Frekuensi jantung : 86 x / menit

Frekuensi nafas : 28 x / menit

Temperatur : 37,4oC

Refleks Fisiologis : (+)

Refleks Patologis : (-)

TB : 98 cm

BB : 15 kg

LK : 51 cm

BB/U : 15/16 x 100% = 93,7%

TB/U : 98/100 x 100% = 98%

BB/TB : 15/15 x 100% = 100%

4. Pemeriksaan Fisik

Status general pasien adalah sebagai berikut:

1. Kulit

Warna : Sawo matang

Turgor : kembali cepat

Ikterus : (-)

Anemi : (-)

Sianosis : (-)

Udema : (-)

2. Kepala

Bentuk : Kesan Normocephali

Rambut : Berwarna hitam, sukar dicabut

Mata : Cekung (-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : Serumen (-)

Hidung : Sekret (+), mimisan (-), nafas cuping hidung (+)

Mulut :

Gigi geligi : Karies (-)

Bibir : sianosis (-)

7

Page 8: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Mukosa : kering (+)

Lidah : Beslag (-), tremor (-)

3. Leher

Bentuk : Kesan simetris

Kelenjar Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)

Brudzinski sign : (-)

Kaku kuduk : (-)

4. Torak

Bentuk dan Gerak : Kesan simetris

Tipe Pernafasan : Thorako Abdominal

Retraksi : (+)

5. Paru-Paru

Torak Depan

a. Inspeksi : Simetris(+), Retraksi (+)

Mammae: Dextra : Papilla mammae rata tidak membesar

Sinistra : Papilla mammae rata tidak membesar.

b. Palpasi

Stem Fremitus Paru Kanan Paru Kiri

Lap. Paru Atas Normal Normal

Lap. Paru Tengah Normal Normal

Lap. Paru Bawah Menurun Normal

c. Perkusi

Paru Kanan Paru Kiri

Lap. Paru Atas Sonor Sonor

Lap. Paru Tengah Sonor Sonor

Lap. Paru Bawah Sonor Sonor

d. Auskultasi

Suara nafas pokok Paru Kanan Paru Kiri

Lap. Paru Atas Vesikuler Veskuler

Lap. Paru Tengah Vesikuler Veskuler

8

Page 9: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Lap. Paru Bawah Vesikuler Veskuler

e. Auskultasi suara tambahan

Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh basah(-), Wh (-) Rh basah (-), Wh (-)

Lap. Paru tengah Rh basah (-), Wh (-) Rh basah (-), Wh (-)

Lap. Paru bawah Rh basah (+), Wh (-) Rh basah (-), Wh (-)

6. Thoraks Belakang

a. Inspeksi: Simetris (+), Retraksi (-)

b. Palpasi

Stem Fremitus Paru Kanan Paru Kiri

Lap. Paru Atas Normal Normal

Lap. Paru Tengah Normal Normal

Lap. Paru Bawah Normal Normal

c. perkusi

Paru Kanan Paru Kiri

Lap. Paru Atas Sonor Sonor

Lap. Paru Tengah Sonor Sonor

Lap. Paru Bawah Sonor Sonor

d. Auskultasi

Suara nafas pokok Paru Kanan Paru Kiri

Lap. Paru Atas Vesikuler Veskuler

Lap. Paru Tengah Vesikuler Veskuler

Lep. Paru Bawah Vesikuler Veskuler

e. Auskultasi suara tambahanSuara Tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh basah (-), Wh (-) Rh basah (-), Wh (-)

Lap. Paru tengah Rh basah (-), Wh (-) Rh basah (-), Wh (-)

9

Page 10: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Lap. Paru bawah Rh basah (-), Wh (-) Rh basah (-), Wh (-)

7. Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V sinistra

Perkusi : Batas-batas jantung

Atas : ICS III sinistra

Kiri : Linea midklavikula sinistra

Kanan : Linea parasternalis dekstra

Auskultasi : HR 86x/menit, regular. bising (-), BJ1 > BJ2

8. Abdomen

Inspeksi : Kesan simetris

Palpasi : Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (-), Hepar tidak teraba,

balotemen (-), undulasi (-)

Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-), tapping pain (-/-)

Auskultasi : Peristaltik usus (+), kesan normal

9. Genetalia : perempuan, kelainan kongenital (-).

10. Anus : (+), tidak ada kelainan.

11. Ekstremitas : Sup : Pucat (-/-), sianosis (-/-), petechie (-/-)

Inf : Pucat (-/-), sianosis (-/-), petechie (-/-)

Motorik atas (5555/5555) bawah (5555/5555)

Sensorik atas (+/+) bawah (+/+)

Refleks fisiologis atas (+/+) bawah (+/+)

Refleks patologis (-/-)

5. Assesement

Susp. Bronkopneumonia

6. Terapi

10

Page 11: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Medikamentosa:

- Amoksisilin syr 3 x cth 1

- Ambroksol syr 2 x cth 1

- Ondansetron 8 mg 2x1

Zinc 15 mg 2x1

Paracetamol 250 mg 3x1

Planning Edukasi

- Penjelasan tentang penyakit dan pengobatan kepada pasien.

- Konsumsi makanan yang sehat seperti buah-buahan, sayur-sayuran.

- Mengajarkan mengenai pentingnya asupan gizi pada balita

7. Usulan Pemeriksaan

Laboratorium

- Darah rutin

- Kultur dahak dan sensitivitas

Radiologi

- Foto thoraks PA

8. Prognosa

Quo ad Vitam : Dubia at bonam

Quo ad Sanam : Dubia at bonam

11

Page 12: 213682675 case-study-bronkpneumonia

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Bronkopneumonia merupakan satu bentuk pneumonia, yaitu pneumonia

lobularis. Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim

paru pada bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus

respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli (Behrman et al.,

2000).

Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Kebanyakan

kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab

noninfeksi seperti aspirasi makanan atau asam lambung, benda asing,

hidrokarbon, bahan lipoid dan pnemonitis akibat obat. Pneumonia digolongkan

atas dasar anatomi seperti proses lobus atau lobularis, alveoler atau interstisial

(Behrman et al., 2000).

3.2. Epidemiologi

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama

pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun. Diperkirakan hampir

seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita,

meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di afrika dan asia

tenggara. Menurt survei kesehatan nasional tahun 2001, 27% kematian bayi dan

22,8 % kematian balita di indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratorius,

terutama pneumonia (Rahajoe, 2009).

Insidensi pneumonia pada anak < 5 tahun di negara maju adalah 2-4

kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20 kasus/100

anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada

balita di Negara berkembang (Behrman et al., 2000).

12

Page 13: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan

distribusi umur pasien. Di negara berkembang, pneumonia pada anak terutama

disebabkan oleh bakteri. Namun secara umum bakteri yang berperan penting

dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae,

Staphylococcus aureus, streptokokus grup B, serta kuman atipik Chlamydia

pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae (Behrman et al., 2000).

3.3. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi lesi di paru

- pneumonia lobaris

- pneumonia interstisial

- bronkopneumonia

Berdasarkan asal infeksi

- di dapat dari masyarakat

- di dapat dari rumah sakit

Berdasarkan etiologi penyebab

- pneumonia bakteri

- pneumonia virus

- pneumonia mikoplasma

- pneumonia jamur

Berdasarkan karakteristik penyakit

- pneumonia tipikal

- pneumonia atipikal

Berdasarkan lama penyakit

- pneumonia akut

- pneumonia persisten (Behrman et al., 2000; Rahajoe, 2009).

3.4. Etiologi

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada

perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi,

gambaran klinis dan strategi pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan

bayi kecil meliputi streptococcus group B dan bakteri gram negatif seperti E.

13

Page 14: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Colli, pseudomonas atau klebsiella. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita,

pneumonia sering disebabkan oleh infeksi streptococcus pneumonia,

haemophillus influenzae tipe B dan staphylococcus aureus. Sedangkan pada anak

yang lenih bedar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi

mycoplasma pneumoniae (Rahajoe, 2009).

Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus,

disamping bakteri. Virus yang terbanyak ditemukan adalah respiratory syncytial

virus, rino virus dan virus para influenza. Patogen penyebab pneumonia pada

anak bervariasi bergantung pada :

- usia

- status imunologis

- kondisi lingkungan

- status imunisasi

- faktor penjamu (penyakit penyerta, malnutrisi) (Behrman et al., 2000).

Beberapa bakteri tertentu sering menimbulkan gambaran patologis tertentu

bila dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumoniae

biasanya bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh

lapangan paru (bronkopneumonia) (Behrman et al., 2000).

Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di

Negara maju (Behrman et al., 2000):

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir - 20 hari

Bakteri Bakteri

E.colli Bakteri anaerob

Streptococcus grup B Streptococcus grup D

Listeria monocytogenes Haemophillus influenza

Streptococcus pneumonie

Virus

citomegalovirus

Herper simpleks virus

3 miggu – 3 bulan Bakteri Bakteri

Clamydia trachomatis Bordetella pertusis

14

Page 15: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenza tipe

B

Virus Moraxella catharalis

Adenovirus Staphylococcus aureus

Influenza virus Ureaplasma urealyticum

Parainfluenza 1,2,3 Virus

respiratory syncytial virus Cytomegalovirus

4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri

Clamydia pneumoniae Haemophillus influenza tipe

B

Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis

Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

Virus Neisseria meningitides

Adenovirus Virus

Rinovirus Varisela Zoster

Influenza virus

Parainfluenza virus

respiratory syncytial virus

5 tahun – remaja Bakteri Bakteri

Clamydia pneumoniae Haemophillus influenza

Mycoplasma pneumoniae Legionella sp

Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

Virus

Adenovirus

Epstein-Barr virus

Influenza virus

Parainfluenza Rinovirus

Varisela zoster

Rino virus

15

Page 16: 213682675 case-study-bronkpneumonia

respiratory syncytial virus

3.5. Patogenesis

Pneumonia dapat timbul akibat masuknya kuman penyebab ke dalam

saluran penafasan bagian bawah melalui 2 cara, yaitu : inhalasi dan hematogen.

Dalam keadaan normal saluran nafas mulai dari trakea ke bawah berada dalam

keadaan steril dengan adanya mekanisme pertahanan paru-paru seperti refleks

epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi, refleks batuk,

pergerakan sel silia, sekret mukus, sel fagositik dan sistem limfatik. Infeksi paru

terjadi apabila mekanisme ini terganggu atau mikroorganisme yang masuk sangat

banyak dan virulensi (Behrman et al., 2000).

Saluran napas bawah dijaga tetap steril oleh mekanisme pertahanan

bersihan mukosiliar, sekresi imunoglobulin A, dan batuk. Mekanisme pertahanan

imunologik yang membatasi invasi mikroorganisme patogen adalah makrofag

yang terdapat di alveolus dan bronkiolus, IgA sekretori, dan imunoglobulin lain

(Rahajoe, 2009).

Biasanya bakteri penyebab terhirup ke paru-paru melalui saluran nafas,

mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang

meliputi empat stadium, yaitu:

1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan

peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia

ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah

pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup

histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur

komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk

melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru.

Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium

sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.

Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus

16

Page 17: 213682675 case-study-bronkpneumonia

ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah

paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen

hemoglobin.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah

merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian

dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya

penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah

dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau

sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung

sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

3. Stadium III (3 – 8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin

terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat

karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler

darah tidak lagi mengalami kongesti.

4. Stadium IV (7 – 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh

makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula (Behrman et al.,

2000).

17

Page 18: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Gambar 2.1. Mekanisme terjadinya bronkopneumonia yang memicu terjadinya kegagalan organ (Muller-Redetzky et al., 2012).

3.6. Manifestasi klinis

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara

ringan hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam jiwa dan

mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.

Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak

adalah inmaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang

luas, gejala klinis yang tidak khas terutama pada bayi (Rahajoe, 2009).

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat

ringannya infeksi, tetapi secra umum adalah sebagai berikut:

- Gambaran infeksi umum :

18

Page 19: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan

gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare.

- Gambaran gangguan respiratorius:

Batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipneu, nafas cuping hidung, merintih,

sianosis (Behrman et al., 2000).

3.7. Pemeriksaan Fisik

Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan hal-hal

sebagai berikut :

a. Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,

suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.

b. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.

Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran

fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan

infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan

berkurang.

c. Pada perkusi tidak terdapat kelainan

d. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.

Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret

jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka (Behrman et al., 2000;

Rahajoe, 2009).

3.8. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

Kelainan foto rontgen toraks tidak selalu berhubungan dengan gambaran

klinis. Biasanya dilakukan pemeriksaan rontgen toraks posisi AP. Foto rontgen

toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik

distres pernapasan seperti takipnea, batuk dan ronki, dengan atau tanpa suara

napas yang melemah.

Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:

- Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,

peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.

19

Page 20: 213682675 case-study-bronkpneumonia

- Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.

Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris,

atau terlibat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk

sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru,

dikenal sebagai round pneumonia.

- Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,

berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,

disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.

Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial.

Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3dengan

limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3dengan

neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseranke kiri

serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan

hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi

mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak

rutin dilakukan (Behrman et al., 2000; Rahajoe, 2009).

3.9. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :

1. Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada

Kriteria takipneu menurut WHO :

Anak umur < 2bulan : ≥ 60 x/menit

Anak umur 2-11 bulan : ≥ 50 x/menit

Anak umur 1-5 tahun : ≥ 40 x/menit

Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 x/menit

2. Panas badan3. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)4. Foto thorax

Menunjukkan gambaran infiltrat difus5. Leukositosis :

20

Page 21: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan.

Kadar leukosit berdasarkan umur:Anak umur 1 bulan : 5000 - 19500

Anak umur 1-3 tahun : 6000 - 17500

Anak umur 4-7 tahun : 5500 - 15500

Anak umur 8-13 tahun : 4500 – 13500

Pedoman diagnosis dan tatalaksana sederhana berdasarkan WHO :

Bayi berusia di bawah 2 bulan

- Pneumonia

Bila ada napas cepat (> 60 x/menit) atau sesak napas

Harus dirawat dan diberikan antibiotik

- Bukan pneumonia

Tidak ada napas cepat atau sesak napas

Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.

Bayi dan anak usia 2 bulan – 5 tahun

- Pneumonia sangat berat

Bila ada sesak napas, sianosis sentral dan tidak sanggup minum

Harus dirawat dan diberikan antibiotik

- Pneumonia berat

Bila ada sesak napas, tanpa sianosis, dan masih sanggup minum

Harus dirawat dan diberikan antibiotik

- Pneumonia ringan

Bila tidak ada sesak napas

Ada napas cepat dengan laju napas

Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.

- Bukan pneumonia

Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas

Tidak perlu dirawat dan antibiotik, hanya diberikan pengobatan

simptomatis.

Tanda bahaya pada anak usia 2 bulan – 5 tahun adalah tidak mau minum,

kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk. Tanda bahaya untuk bayi usia

21

Page 22: 213682675 case-study-bronkpneumonia

< 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan

demam/badan terasa dingin (WHO, 2009).

3.10. Diagnosis Banding

- Bronkiolitis

Episode pertama wheezing pada anak umur < 2 tahun

Hiperinflasi dinding dada

Ekspirasi memanjang

Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai

Tidak ada respon dengan bronkodilator

- Aspirasi pneumonia

Riwayat tiba-tiba tersedak

Stridor atau distres pernafasan tiba-tiba

Wheeze atau suara pernafasan menurun yang bersifat fokal

- Tb paru primer

Riwayat kontak dengan pasien TB dewasa positif

Uji tuberkulin positif (>10mm, pada keadaan imunosupresi > 5mm)

Penurunan berat badan

Demam (>2minggu) tanpa sebab yang jelas

Batuk kronis > 3 minggu

Pembesaran KGB (Behrman et al., 2000; Rahajoe, 2009).

3.11. Penatalaksanaan

Penatalaksaan umum penderita bronkopneumonia yaitu pemberian oksigen

lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas darah ≥

60. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit. Penatalaksanaan

khusus penderita bronkopneumonia yaitu mukolitik, ekspektoran dan obat

penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan

mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat penurun panas diberikan

hanya pada penderita dengan suhu tinggi. Pemberian antibiotika berdasarkan

mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis (Behrman et al., 2000).

1. Antibiotik

22

Page 23: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam

pertama) menurut kelompok usia.

a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :

- ampicillin + aminoglikosid

- amoksisillin-asam klavulanat

- amoksisillin + aminoglikosid

- sefalosporin generasi ke-3

b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)

- beta laktam amoksisillin

- amoksisillin-amoksisillin klavulanat

- golongan sefalosporin

- kotrimoksazol

- makrolid (eritromisin)

c. Anak usia sekolah (> 5 thn)

- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)

- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun).

Sedangkan menurut petunjuk pengobatan bronkopneumonia WHO (2012)

mengungkapkan bahwa penderita bronkopneumonia ringan perlu

dipertimbangkan pemberian antibiotik amoksisilin 40 mg/KgBB. Jika penderita

tidak memiliki respon terhadap gegimen pengobatan tersebut maka perlu

dipertimbangkan untuk dirujuk. Penderita bronkopneumonia berat diberikan

antibiotik ampicilin 50 mg/kgBB dan gentamisin 7,5 mg/kgBB.

Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat

menerima obat peroral atau termasuk dalam derajat pneumonia berat. Antibiotik

intravena yang dianjurkan adalah : ampisilin dan kloramfenikol, ceftriaxone, dan

cefotaxim. Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat

perbaikan setelah mendapat antibiotik intra vena. Faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan terapi yaitu (1) kuman yang dicurigai atas

dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis, (2) berat ringan penyakit, (3)

riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis, dan (4) ada tidaknya penyakit

yang mendasari.

2. Nutrisi

23

Page 24: 213682675 case-study-bronkpneumonia

Pada anak dengan distres pernafasan berat, pemberian makanan peroral

harus dihindari. Makanan dapat dberikan lewat NGT atau intravena. Jika memang

dibutuhkan sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil. Perlu dilakukan

pemantauan cairan agar anak tidak mengalami overhidrasi karena pada pneumonia

berat terjadi peningkatan sekresi hormon antidiuretik.

3. Kriteria rawat inap:

a. Bayi

- saturasi oksigen ≤ 92%, sianosis

- frekuensi nafas > 60 x/ menit

- distres pernafasan, apneu intermiten

- tidak mau minum atau menetek

- keluarga tidak bisa merawat dirumah

b. anak

- saturasi oksigen ≤ 92%, sianosis

- frekuensi nafas > 50 x/ menit

- distres pernafasan

- terdapat tanda dehidrasi

- keluarga tidak bisa merawat dirumah

4. Kriteria pulang:

- gejala dan tanda pneumonia menghilang

- asupan peroral adekuat

- pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah

- keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol

- kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah

(Behrman et al., 2000).

3.12. Komplikasi

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam

rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran

bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah

24

Page 25: 213682675 case-study-bronkpneumonia

komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi (Behrman et al.,

2000).

3.13. Prognosis

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi

didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang

terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah

lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan

dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi

ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi

memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh

faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri (Behrman et al., 2000).

3.14. Pencegahan

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak

dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat

menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat

dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai

penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan

teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, dan rajin berolahraga.

Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi

antara lain vaksinasi Pneumokokus, vaksinasi H. Influenza, vaksinasi Varisela

yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah, dan vaksin influenza

yang diberikan pada anak sebelum anak sakit (Behrman et al., 2000; Rahajoe,

2009).

25

Page 26: 213682675 case-study-bronkpneumonia

BAB IV

PENUTUP

Bronkopneumonia merupakan satu bentuk pneumonia, yaitu pneumonia

lobularis. Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru.

Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme. Usia pasien

merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan ciri khas

pneumonia anak. Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :

sesak nafas, panas badan, ronkhi basah sedang nyaring (crackles), foto thorax

menunjukkan gambaran infiltrat difus, dan leukositosis. Terapi yang diberikan

oksigen dan antibiotik. Prognosisnya sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %,

mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi

energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.

26

Page 27: 213682675 case-study-bronkpneumonia

DAFTAR PUSTAKA

Behrman RE, Kliegman R, Nelson WE, Vaughan VC. 2000. Nelson textbook of pediatrics Edisi 17. Jakarta: EGC.

Muller-Redetzky H, Suttorp N, Witzenrath M. 2012. Experimental models of pneumonia-induced sepsis. Drug Disc Today: Dis Models. 9(1): e23-e32.

Rahajoe. NN. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1 cetakan Pertama. Jakarta: IDAI.

WHO. 2009. Pedoman pelayanan kesehatan anak dirumah sakit. Jakarta: WHO Indonesia

WHO. 2012. Recomendations for management of commonchilhood conditions: newborn conditions, dysentery, pneumonia, oxygen use and delivery, common cause of fever, severe acute malnutrition and supportive care. Switzerland: WHO.

27