Post on 02-Jan-2016
CARA MENGHITUNG PPh
Penghitungan PKP terdiri dari 5 kelompok:
1. WP Badan
2. WP OP menyelenggarakan pembukuan
3. WP OP menggunakan norma perhitungan
4. WP BUT
5. WP OP yang kewajibannya pajak subjektifnya hanya meliputi sebagian Tahun Pajak
WP Badan:
PKP = PN = PB – Pengurang/biaya diperkenankan UU PPh
Jika terdapat rugi tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan:
PKP = PN – Kompensasi Kerugian
OP (pembukuan):
PKP = PN – PTKP
Jika terdapat rugi tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan:
PKP = PN - Kom Ker - PTKP
- OP (norma):PKP = PN (Peredaran Bruto x NPPN) – PTKP
NPPN: Norma Perhitungan Bruto (%)
- BUT = Cara menghitung PPh Badan
- OP (dalam bagian tahun pajak):
((360/bx30) x PN) - PTKP
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%
Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,-
15%
Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,-
25%
Diatas Rp. 500.000.000,- 30%
Tidak memiliki NPWP (Untuk PPh Pasal 21) 20% lebih tinggi dari yang
seharusnya
Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut /potong(Untuk PPh Pasal 23)
100% lebih tinggi dari yang
seharusnya
Pembayaran Fiskal untuk yang punya NPWP Gratis
Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap
• TahunTarif Pajak 2009 = 28%• TahunTarif Pajak 2010 dan selanjutnya
25%• PT yang 40% sahamnya diperdagangkan
di bursa efek 5% lebih rendah dari yang seharusnya
• Peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000 Pengurangan 50% dari yang seharusnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak
1. Diri Wajib Pajak Pajak Orang Pribadi Rp. 15.840.000,-
2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp. 1.320.000,-
3.Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami. Rp. 15.840.000,-
4.Tambahan untuk setiap anggota keturunan sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung sepenuhnya, maksimal 3 orang untuk setiap keluarga Rp. 1.320.000,-
Kompensasi kerugian dalam Pajak Penghasilan
diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan. Adapun beberapa point penting yang perlu diperhatikan dalam hal kompensasi kerugian ini adalah sebagai berikut :
• Istilah kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian komersial. Kerugian atau keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan dan biaya-biaya yang telah memperhitungkan ketentuan Pajak Penghasilan.
• Kompensasi kerugian hanya diperkenankan selama lima tahun ke depan secara berturut-turut. Apabila pada akhir tahun kelima ternyata masih ada kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan.
• Kompensai kerugian hanya untuk Wajib Pajak, baik badan maupun orang pribadi, yang melakukan kegiatan usaha yang penghasilannya tidak dikenakan PPh Final dan perhitungan Pajak Penghasilannnya tidak menggunakan norma penghitungan.
• Kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan penghasilan dari dalam negeri.
Sebagai contoh,
misalnya wajib pajak PT A mengalami kerugian fiskal tahun pajak 2007, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Jika setelah kerugian tersebut dikompensasikan sampai dengan tahun 2012 masih tersisa kerugian yang belum dikompensasikan, maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal tahun 2013 atau sesudahnya.
Sebagai ilustrasi misalkan PT A dalam tahun 2007 mengalami kerugian fiskal Rp1.200.000.000,00. Dalam lima tahun berikutnya rugi laba fiskal PT A sebagai berikut :
• 2008 : laba fiskal Rp200.000.000,00• 2009 : rugi fiskal Rp300.000.000,00• 2010 : laba fiskal NIHIL• 2011 : laba fiskal Rp100.000.000,00• 2012 : laba fiskal Rp800.000.000,00
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :
Tahun 2008 : • Kompensasi kerugian Rp200.000.000,00
sehingga sisa rugi tahun 2007 tinggal Rp1.000.000.000,00. Penghasilan Kena Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil.
Tahun 2009 :• Tak ada kompensasi kerugian dari tahun 2007
karena tahun 2009 juga mengalami kerugian. Penghasilan Kena Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil.
Tahun 2010 :• Tak ada kompensasi kerugian dari tahun 2007 karena
tahun 2010 laba fiskal nihil. Penghasilan Kena Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil.
Tahun 2011 :• Kompensasi kerugian Rp100.000.000,00 sehingga
sisa rugi tahun 2007 tinggal Rp900.000.000,00. Penghasilan Kena Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil.
Tahun 2012 :• Kompensasi kerugian Rp800.000.000,00 sehingga
sisa rugi tahun 2007 tinggal Rp100.000.000,00. Penghasilan Kena Pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil. Sisa kerugian Rp100.000.000,00 ini tidak dapat lagi dikompensasikan ke tahun 2013 atau setelahnya